Anda di halaman 1dari 18

Sejarah Hukum Agraria

Makalah ini ditunjukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Agraria

Dosen Pengampu: Mega Ayu Ningtyas M.H M.H

Disusun Oleh:

Muhammad Fajar 05040120126

Sirojum Munir 05040120142

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN AMPEL SURABAYA

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang telah memberikanhikman,
hidayah, kesehatan serta umur yang panjang sehingga makalah ini yang berjudul “SEJARAH
HUKUM AGRARIA ” ini dapat terselesaikan. Dalam makalah ini kami akan membahas
mengenai “SEJARAH HUKUM AGRARIA”

Karena sangat penting untuk kita mengetahui apa itu sejarah hukum agraria. Kami
menyadari sepenuhnya, bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bisa membangun menuju kesempurnaan
dari pada pembaca untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Surabaya, 16-03-2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN.................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG..............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN...........................................................................................2

BAB II

PEMBAHASAN...................................................................................................................3

A. SEJARAH HUKUM AGRARIA SEBELUM MERDEKA..................................3


B. HAK ATAS TANAH MENURUT HUKUM BARAT .........................................5
C. HAK ATAS TANAH MENURUT HUKUM ADAT ............................................7
D. SEJARAH HUKUM AGRARIA SETELAH KEMERDEKAAN.......................8

BAB III

PENUTUP.............................................................................................................................13

KESIMPULAN....................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia
hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu
berhubungan dengan tanah dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik
secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan tanah. Pun pada saat manusia
meninggal dunia masih memerlukan tanah untuk penguburannya Begitu pentingnya tanah
bagi kehidupan manusia, maka setiap orang akan selalu berusaha memiliki dan
menguasainya. Dengan adanya hal tersebut maka dapat menimbulkan suatu sengketa
tanah di dalam masvarakat. Sengketa tersebut timbul akibat adanya perjanjian antara 2
pihak atau lebih yang salah 1 pihak melakukan wanprestasi.
Tanah mempunyai peranan yang besar dalam dinamika pembangunan, maka
didalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 disebutkan bahwa Bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat .Ketentuan mengenai tanah juga dapat kita lihat
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria atau yang biasa kita sebut dengan UUPA. Timbulnya
sengketa hukum yang bermula dari pengaduan sesuatu pihak (orang/badan) yang berisi
keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas tanah, baik terhadap status tanah, prioritas,
maupun kepemilikannya dengan harapan dapat memperoleh penyelesaian secara
administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Mencuatnya kasus-kasus sengketa tanah di Indonesia beberapa waktu terakhir
seakan kembali menegaskan kenyataan bahwa selama 62 tahun Indonesia merdeka,
negara masih belum bisa memberikan jaminan hak atas tanah kepada rakyatnya. Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria (UU PA) baru
sebatas menandai dimulainya era baru kepemilikan tanah yang awalnya bersifat komunal
berkembang menjadi kepemilikan individual. Terkait dengan banyak mencuatnya kasus
sengketa tanah ini, Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Joyo Winoto mengatakan,
bahwa terdapat sedikitnya terdapat 2.810 kasus sengketa tanah skala nasional. Kasus

1
sengketa tanah yang berjumlah 2.810 kasus itu tersebar di seluruh indonesia dalam skala
besar. Yang bersekala kecil, jumlahnya lebih besar lagi.

B. Rumusan Masalah
1.  Bagaimanakah Sejarah Hukum agraria pada masa indonesia sebelum merdeka
2. Bagaimana Hak-hak atas tanah menurut hukum Barat
3. Bagaimana Hak atas tanah menurut hukum Adat
4. Bagaimana Sejarah Hukum agraria pada masa indonesia setelah merdeka

C. Tujuan Penulisan
a. Dapat mengetahui Sejarah Hukum agraria pada masa indonesia sebelum
merdeka
b. Dapat mengetahui apa itu Hak-hak atas tanah menurut hukum Barat
c. Dapat Mengetahui Hak atas tanah menurut hukum Adat
d. Dapat mengetahui Sejarah Hukum agraria pada masa indonesia setelah
Merdeka

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM AGRARIA SEBELUM MERDEKA

Dalam membicarakan sejarah hukum agraria,kita perlu meninjau dahulu sejarah


kehidupan manusia dan dalam lintasan sejarah inipulalah hukum agraria itu lahir dan
berkembang. Sejarah kehidupan manusia pada dasarnya dapat dijabarkan melalui tahap-
tahap berikut ini.

Dalam tahap I, manusia dalam kehidupan yang dikatakan primitif,baru mengenal


meramu sebagai sumber penghidupannya yang pertama kali dan satu-satunya pula.Pada
tahap ini oarang tentu saja masih secara nomaden atau mengembara tanpa tempat tinggal
yang tetap dari hutan yang satu ke hutan yang lain dan dari daerah satu ke daerah yang
lain.

Dalam tahap II, manusia telah menemukan mata pencaharian baru yakni berburu
yang biasanya juga masih dilakukan oleh nomden yakni mengembara dari hutan ke hutan
mengikuti hewan buruan yang ada.

Dalam tahap III manusia menemukan mata pencaharian yang baru lagi, yakni
berternak meskipun sistem pelaksanaannya pun masih primitif dan nomaden pula. Dalam
tahap ini, mata pencaharian manusia masih tetap berternak namun pola hiup manusia
kemudian berubah dari hidup mengembara menjadi pola hidup menetap. Tetapi dalam
pola ternak yang menetap ini, manusia tidak mempersoalkan pengetahuannya dalam
bidang pertanahan megingat sebagian besar pemikiran mereka masih berpusat pada
bidang peternakan.

Dalam tahap IV yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari pola hidup
menetap, barulah manusia mulai bercocok tanam sebagai mata penchariannya. Pada tahap
inilah baru manusia memikirkan an mempersoalkan keadaan tanah mengingat
kepentingannya sehubungan dengan mata pencahariannya yang baru itu. Tetapi
pengetahuan tentang hal pertanahan manusia pada masa itu tentu saja masih sangat
sederhana dan sepit, terbatas hanya pada hal-hal yang berkenaan dengan keperluan atau
masalah yang tengah dihadapnya saja. Disamping itu kehidupan manusia dalam tahap ini

3
pun masih bersifat sangat pasif terhadap alam, artinya manusia hanya bias menerima saja
segala akibat yang ditimbulkan oleh alam tanpa sedikitpun bisa berusaha mencegahnya,
misalnya dalam hal terjadi bencana alam seperti banjir dan sebagainya.
Manusia pada masa itu paling-paling hanya dapat mengelakkannya saja dengan satu-
satunya cara mengembara atauberpindah-pindah ke daerah yang lain dan memulaimata
pencaharian mereka itu dari awal lagi. Jadi pada masa itu manusia memang telah
mengenal hal-ihwal pertanahan, tetapi belum mampu mengubah alam yang tentunya
disebabkan karena masih kurangnya atau sangat terbatasnya pengetahuan dan ketiadaan
alat.

Dalam tahap V, pola hidup berkelompok sudah semakin umum mewarnai


kehidupan manusia. Dalam tahap ini manusia telah mengenal mata pencaharian
berdagang barter tetapi tentu masih dalam taraf,pola dan system sederhana, yakni tukar-
menukar barang. Dalam system atau pola perdagangan ini, uang sebagai alat tukar umum
belum dikenal orang karena pembayaran atas pembelian suatu barang dilakukan melalui
pertukarannya dengan barang lain yang harganya dianggap sebanding.

Bersamaan dengan berkembangnya perdagangan ini, kian berkembang pula mata


pencaharian bercocok tanam sehingga dengan demikian berarti bahwa perhatian dan
pengetahuan orang pada bidang pertanahan kian berkembang pula. Dalam tahap inilah
Hukum Agraria mulai lahir meskipun belum secara formal maupun material dapat
dikatakan masih sangat primitive, masih sangat jauh dari memadahi. Hal ini tentu saja
disebabkan karena dalam hukum agraria yang masih primitif itu pengaturan hak dan
kewajiban timbal-balik antara penguasa dan warga masih belum serasi.
Melalui perkembangan zaman.

Hukum Agraria tersebut menjadi kian berkembang mengalami berbagai
penempurnaan dan pembaharuan setahap demi setahap hingga sekarang ini. Jadi riwayat
sejarah Hukum Agraria sebagamana juga bidang hukum lainnya mulai lahir dan
berkembang melalui suatu evolusi yang lama dan panjang, sejak mulai adanya
pengetahuan dan inisiatif manusia untuk menciptakan kehidupan serasi melalui hokum
yang berkenaan dengan pertanahan, yang dalam hal ini dapat kita anggap sebagai
“embrio” Hukum Agraria itu sendiri.

4
Selanjutnya pada zaman Hindia Belanda, Hukum Agraria dibentuk berdasarkan
tujuan dan sendi-sendi dari pemerintahan Belanda dahulu yang merupakan dasar politik
Agraria Pemerntah Hindia Belanda dengan tujuan untuk mengembangkan penanaman
modal asing lainnya diperkebunan-perkebunan .Utuk mencapai tujuan ini pemerintah
Hindia Belanda telah menciptakan pasal 51 dari Indische Staatregeling dengan 8 ayat.
Ke-8 ayat ini kemudian dituangkan ke dalam undang-undang dengan nama “Agrariche
Wet” dan dimuat dalam Stb. 1870-55. Kemudian dikeluarkan keputusan Raja dengan
nama “Agrarisch Besluit” yang dikeluarkan tahun 1870.
Agrarisch Besluit ini dalam pasal 1 memuat suatu asas yang sangat penting yang
merupakan asas dari semua peraturan Agraria Hindia Belanda. Asas ini disebut “Domein
Verklaring” atau juga bisa disebut asas domein, yaitu asas bahwa “semua tanah yang
tidak bisa dibuktikan pemiliknya adalah domein Negara” yaitu tanah milik negera.
Setelah Proklamasi kemerdekaan Negara kita tahun 1945, undang-undang Agraria
diatas dengan segala peraturan organiknya dan buku ke-2 KUHS tentang benda, kecuali
peratuaran-peraturan mengenai hipotek, telah dinyatakan tidak berlaku lagi oleh undan-
undang Pokok Agraria tahun 1960 yang mulai berlaku sejak tanggal 24 September 1960
hingga sekarang hanya berlaku satu undang-undang yang mengatur agraia, yaitu Undang-
undang Pokok Agraria No.5/1960. Ini berarti bahwa dalam bidang hukum agraria telah
tercapai keseragaman hukum, atau dengan istilah hukumnya telah terdapat unifikasi
hukum agrarian yang berarti bahwa berlaku satu hukum agraria bagi semua warga
Indonesia. Jadi dualisme dan pluralisme dalam bidang hukum agrarian telah dapat
dihapuskan.
B. Hak-hak Atas Tanah Menurut Hukum Barat
Sejak Hindia Belanda menjadi jajahan Belanda (1815), kondisi hukum khususnya
hukum perdata sudah bersifat dualistis. Di samping hukum adat yang merupakan hukum
perdata bagi golongan penduduk pribumi/bumiputera, maka bagi golongan penduduk
penjajah Belanda dan golongan yang sejenis (Eropa) berlaku hukum perdata Belanda
(Burgerlijke wet boek/BW/Kitab Undang-undang Hukum Perdata/Sipil).

5
Menurut Pasal 163 I.S. penduduk Hindia Belanda dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu:
a. Golonga Eropa;
b. Golongan Timur Asing;
c. Golongan Indonesia Asli (Bumiputera/pribumi).

Berdasarkan Pasal 131 ayat 2 sub b. Indische Staatsregeling (I.S.) dan


Pasal 15 Algemene Bepalingen van Wetgeving (A.B.) untuk bangsa
Indonesia asli dalam lapangan hukum privaat (perdata) berlaku terutama
hukum adat. Akan tetapi, ada kemungkinan untuk menyimpang dan hukum
adat, jika ternyata, bahwa penyimpangan itu perlu berhubung dengan
kebutuhan sosial atau dalam kepentingan umum.

Adanya dualisme hukum perdata tersebut diikuti pula dengan adanya


dualisme hukum tanah, sehingga pada masa itu dikenal adanya:
a. Tanah-tanah Adat yang bersumber dan Hukum Adat Indonesia; dan
b. Tanah-tanah Eropa yang bersumber pada Burgerljke Wetboek/BW/Kitab
Undangundang Hukum Perdata. Selain kedua jenis hak atas tanah tersebut di
atas, dalam praktik dan realitas perundangundangan kolonial terdapat tanah-
tanah dengan hak-hak yang lain, yaitu:
a. Hak-hak atas tanah ciptaan pemerintah Hindia Belanda, berupa Agrarisch
Eigendom (hak milik agraria) sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 51 ayat
(7) IS, yang pengaturannya terdapat dalam Staatblad (Stb.) 1872 No. 117, dan
Landerijenbezitrecht (dikenal dengan sebutan “tanah-tanah Tionghoa”,
karena subjeknya terbatas pada golongan Timur Asing, terutama golongan
Cina) yang diatur dalam Stb. 1926 no. 121.

6
b. Hak atas tanah ciptaan Pemerintah Swapraja di daerah Sumatera Timur,
seperti: 1) Grant sultan, diberikan oleh pemerintah Swapraja bagi bukan
penduduk Swapraja, didaftar di kantor Pejabat Swapraja;
2) Grant controleur, diberikan oleh pemerintah Swapraja bagi bukan
penduduk Swapraja, didaftar di kantor Controleur (pejabat Pangreh Praja
Binnenlandsch Bestuur Hindia Belanda);
3) Grant Deli Maatschappij, terdapat di kota Medan dan diberikan oleh Deli
Maatschappj, serta didaftar di kantor perusahaan tersebut;
4) Hak konsesi untuk perusahaan kebun besar, diberikan oleh Pemerintah
Swapraja dan didaftar di kantor Residen.

Guna mendapatkan gambaran lebih lanjut tentang kedudukan hukum


tanah-tanah sebelum berlakunya UUPA, perlu diketahui terlebih dahulu
macam-macam hak atas tanah pada zaman kolonial, yang dikenal dengan
hak-hak barat, diatur dalam Kitab UndangUndang Hukum Perdata
(Burgerlike wetboek/BW), di antaranya adalah hak Eigendom, hak Opstal,
hak Erfpacht, dan sebagainya. Di bawah ini akan diuraikan beberapa hak
kebendaan utama yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Barat (Burgerhjkee wetboek).
C. Hak Atas Tanah Menurut Hukum Adat
Hak milik atas tanah terjadi dengan jalan pembukaan tanah (pembukaan hutan)
atau terjadi karena timbulnya lidah tanah (Aanslibing). Yang dimaksud dengan
pembukaan tanah adalah pembukaan tanah (pembukaan hutan) yang dilakukan
secara bersama-sama dengan masyarakat Hukum Adat yang dipimpin oleh ketua
adat melalui tiga system penggarapan, yaitu matok sirah matok galeng, matok
sirah gilir galeng, dan system bluburan. Yang dimaksud dengan lidah tanah
(Aansibbling) adalah pertumbuhan tanah di tepi sungai, danau atau laut, tanah
yang tumbuh demikian itu dianggap menjadi kepunyaan orang yang memliki

7
tanah berbatasan, karena biasanya pertumbuhan tersebut sedikit banyak terjadi
karena usahanya. Dengan sendirinya terjadinya Hak Milik secara demikian itu
juga melalui suatu proses pertumbuhan yang memakan waktu. Lidah tanah
(Aanslibbing) adalah tanah yang timbul atau muncul karena berbeloknya arus
sungai atau tanah yang timbul di pinggir pantai, dan terjadi dari lumpur, lumpur
tersebut makin lama makin tinggi dan mengeras sehingga akhirnya menjadi tanah.
Dalam Hukum Adat, lidah tanah yang tidak begitu luas menjadi hak bagi pemilik
tanah yang berbatasan. Hak Milik atas tanah yang terjadi disini dapat didaftarkan
pada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat untuk mendapatkan Sertipikat
Hak Milik atas tanah.
D. Sejarah Hukum Agraria Setelah Kemerdekaan
a. Masa Orde Lama
Setelah 15 tahun Indonesia merdeka, maka pada tanggal 24 September 1960,
lahirlah Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria,yang kemudianterkenal dengan istilah UUPA.Lahirnya UUPA
bukan proses yang pendek.Karena setelah Indonesiamerdeka, sejak awal
sebenarnya pemerintah telah mulai memperhatikan masalah agraria.Mulai
PanityaAgraria Yogya (1948), Panitya Jakarta (1951), Panitya
Suwahjo(1956), Rancangan Soenarjo(1958),dan akhirnya Rancangan
Sadjarwo(1960).Lahirnya UUPA-1960,yang diikuti dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang, No.56 tahun 1960 (yang dikenal
sebagai Undang-Undang ³Landreform´) sebenarnya merupakan hasildari
usaha untuk meletakkan dasar strategi pembangunan seperti yang dianut juga
oleh berbagai Negara Asia pada masa awal sesudah Perang Dunia kedua
(Jepang,Korea,Tiwan,India,Iran,dan lain-lain).Namun dalam kurun waktu
kurang lebih 22 tahun setelah Indonesia merdeka,kondisi social politik serta
kurangnya dana memang tidak memungkinkan untuk melaksanakan

8
pembangunan ekonomisecara teratur.Demikian pula program Landreform
mengalami hambatan besar.
Sesungguhnya ,semangat dan jiwa UUPA pada hakekatnya bersifat
kerakyatan,populistik (dalam arti komunistik,sekaligus bukan
kapitalistik).Kerangka UUPA itu disusun dalam kondisi yangada saat
itu.Sebagai sebuah Undang-Undang yang berisi peraturan-peraturan
dasar .,diperlukan penjabaran lebh lanjut.Namun,sebagian besar hal itu belum
sempat tergarapkeburu terjadi pergantian pemerintah dari yang lama ke
pemerintahan Orde Baru yang mengambil dasar keebijakanyang sama sekali
berbeda.
b. Masa Orde Baru
Belum sampai terlaksana sepenuhnya apa yang diprogramkan dalam
Reformasi Agraria padamasa Orde Lama,terjaditragedi nasional dalam tahun
1965,yang melahirkan Orde Baru.Penguasa OrdeBaru mewarisi situasi
nasional dalam keadaan perekonomiaan Negara yang menyedihkan
dankonstelasi politik yang dinilai sebagai penyimpangan dasar dari sila-sila
Pancasila dan Undang-UndangDasar 1945.Ciri kebijakan pemerintah Orde
Baru ditandai oleh dua hal pokok.Pertama : Secara umum,strategi
pembanguannya mengandalkan kepada bantuan, hutang, dan investasi dari
luar negeri, dan bertumpu kepada ³yang besar´(betting on the strong), tidak
berbasis pada potensi rakyat.Kedua :Khusus dalam hal kebijakan masalah
Agraria,dsadari oleh tidak oleh para perumus kebijakan padamasa awal Orde
Baru itu, Indonesia mengambil jalan apa yang sekarang dikenal sebagai By-
passApproach, atau pendekatan jalan pintas.Alur pemikiran pendekatan ini
adalah sebagai berikut :reforma agraria umumnya lahir sebagai respon
terhadap suatu stuktur agraria yang terasa tidak adil,yang pada gilirannya
berpotensi bagi terjadinya konflik agraria.Untuk menangani konflik agraria ,
orang harus memahami dulu apa maknanya.Penganut pendekatan jalan pintas

9
berpandangan bahwa (sebagai asumsi dasar) makna konflik agraria adalah
masalah pangan.
Karena itu, buat apa susah suah melakukan reforma agraria?Kita tangani saja
secaralangsung masalah pangan.Kebetulan lahirnya Orde Baru bersamaan
waktunya dengan Revolusi Hijaudi Asia.Maka diambillah jalan
pintas,mengusahakan tercapainya swasembada pangan melalui RevolusiHijau
tanpa Reforma Agraria.Swasembada pangan memang pernah dicapai,namun
ternyata konflik agraria bukannya lenyap melainkan justru terjadi dimana-
mana.Salah satu produk hokum pertama Penguasa Orde Baru adalah Undang-
Undang Nomor 5Thun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kehutanan.Dalam praktek pelaksanaan nya Undang ± Undang tersebut juga
menimbulkan kenyataan perlakuan yang tidak adil pada masyarakat hokum
adatdan warganya,yang tanah ulayatnya diberikan dengan Hak Pengusahaan
Hutan kepada pengusaha.(bertentangan dengan UUPA).
Ketentuan-ketentuan landreform,biarpun formal tidak dicabut selama Era
Orde Baru tidak tampak dilaksanakan,dengan segala akibatnya dalam
penguasaan tanah-tanah pertanian, baik yangmengenai batas luas maupun
lokasinya.Biarpun kebijakan pembangunan dan pelaksanaannya berbeda
dengan semangat yang mealndasi UUPA ,tetapi undang-undang tersebut dan
peraturan-peraturan pelaksanaannya selama Orde Baru masih dapat
memberikan dukungan legal yang diperlukan tanpamengalami perubahan
formal substansinya.
c. Masa Reformasi
Orde Reformasi tampak membawa perombakan yang asasi dalam kebijakan
pembangunannasional di bidang ekonomi,sebagai yang ditetapkan dalam
kebijakan pembangunan nasional di bidangekonomi, sebagai yang ditetapkan
dalam TAAP MPR Nomor X/MPR/1998 tentang Politik EkonomiDalam
Rngka Demokrasi Ekonomi, yang berbeda benar dengan kebijakan

10
pembangunan ekonomiOrde Baru.TAP MPR tersebut ditetapkan atas dasar
pertimbangan,bahwa pelaksanaan DemokrasiEkonomi, sebagaimana
dimaksud dalam pasal 33 UUD 1945 belum terwujud.Dinyatakan dalam
TAPMPR tersebut, bahwa politik ekonomi mencakup kebijaksanaan , strategi
dan pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional sebagai perwujudan dari
prinsip-prinsip dasar DemokrasiEkonomi,yang mengutamakan kepentingan
rakyat banyak, untuk sebesar besarnya kemakmuranrakyat,sebagaimana
dimaksud dalma pasal 33 UUD 1945.Politik Ekonomi nasional diarahkan
untuk menciptakan struktur ekonomi nasional ,agar teerwujud pengusaha
menengah yang kuat dan besar jumlahnya,serta terbentuk keterkaitan dan
kemitraan yang saling menguntungkan antar pelaku ekonomiyang meliputi
usaha kecil,menengah dan koperasi, usaha besar swasta san Badan Usaha
Milik Negara,yang saling memperkuat untuk mewujudkan Demokrasi
Ekonomi dan efisiensi nasional yang berdayasaing tinggi.Pengelolaan dan
pemanfaatan tanah dan sumber daya alam lainnya,harus dilaksanakan
secaraadil dengan menghlangkan segala bentuk penguasaan dan kepemilikan
dalam rangka pengembangankemampuan ekonomi usaha kecil,memengah,
kopersi,serta masyarakat luas.Tanah sebagai basis usaha pertanian harus
diutamakan penggunaannya bagi pertumbuhan pertanian rakyat,yang
mampumelibatkan serta memberi sebesar besarnya kemakmuaran bagi usaha
kecil, menengah, dam koperasi.Demikian garis besar kebijakan pembangunan
bidang ekonomi Orde Reformasi, yang berbeda benar dengan kebijakan
Penguasa Orde Baru, tetapi sejalan dengan semngat yang terkandung
dalamUUPA,sebagai yang dikemukakan di atas.Kebijakan Orde Reformasi
tentang keberpihakan pada rakyat banyak,khususnya usaha kecilmenengah
dan koperasi.Tanpa mengabaikan peranan usaha besar danBadan Usaha Milik
Negara.

11
Kebijakan di bidang ekonomi sebagaimana yang dikemukakan di atas kiranya
sesuai dengansemngat yang melandasi Hukum Tanah yang ada sekarang,yang
konsepsi,asas-asas dan ketentuan-ketentuan pokoknya dituangkan dalam
UUPA.Maka reformasi di bidang Hukum Tanah yang perludiadakan ,bukan
merupakan kegiatan perombakan, melainkan penyempurnaan lembaga dan
ketentuan-ketentuanya, hingga bias memberikan dukungan legal dan
substansial yang lebih mantap bagi terwujudnya tujuan yang hendak dicapai
dengan kebijakan ekonomi baru ,yang kembali kepada pengutamaan
kepentingan rakyat banyak.Dalam rangka mewujudkan tujuan kebijakan Orde
Reformasi di atas,penyempurnaan yangdimaksud yaitu,antara lain berupa
penyelesaian pembentukan undang-undang yang mengatur Hak Milik atas
tanah, penegasan dan pemasyarakatan asas-asas dan tata cara perolehan
tanahuntuk berbagaikeperluan pembangunan,pengaturan penanganan tanah,
pembatasan pemilikan tanah non pertanian,penyempurnaan ketentuan
mengenai pembardayaan tanah-tanah terlantar,penyesuaianketentuan-
ketentuan landeform dengan perkembangan keadaan dan kebutuhan
pembangunan serta pengaturan kembali pembagian kewenangan di bidang
pertanahan dalam rangka dekonsentrasi danmedebewind.

12
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Dalam membicarakan sejarah hukum agraria,kita perlu meninjau dahulu sejarah


kehidupan manusia dan dalam lintasan sejarah ini pulalah hukum agraria itu lahir dan
berkembang. Sejak Hindia Belanda menjadi jajahan Belanda , kondisi hukum khususnya hukum
perdata sudah bersifat dualistis. Di samping hukum adat yang merupakan hukum perdata bagi
golongan penduduk pribumi/bumiputera, maka bagi golongan penduduk penjajah Belanda dan
golongan yang sejenis berlaku hukum perdata Belanda . Indische Staatsregeling dan Pasal 15
Algemene Bepalingen van Wetgeving untuk bangsa Indonesia asli dalam lapangan hukum
privaat berlaku terutama hukum adat. Akan tetapi, ada kemungkinan untuk menyimpang dan
hukum adat, jika ternyata, bahwa penyimpangan itu perlu berhubung dengan kebutuhan sosial
atau dalam kepentingan umum.

Tanah-tanah Eropa yang bersumber pada Burgerljke Wetboek/BW/Kitab Undangundang


Hukum Perdata. Guna mendapatkan gambaran lebih lanjut tentang kedudukan hukum tanah-
tanah sebelum berlakunya UUPA, perlu diketahui terlebih dahulu macam-macam hak atas tanah
pada zaman kolonial, yang dikenal dengan hak-hak barat, diatur dalam Kitab UndangUndang
Hukum Perdata , di antaranya adalah hak Eigendom, hak Opstal, hak Erfpacht, dan sebagainya.
Di bawah ini akan diuraikan beberapa hak kebendaan utama yang diatur dalam Kitab Undang-
undang Hukum Perdata Barat .

Sejarah hukam agraria di indonesia dapat di bagi menjadi dua fase yaitu pada saat
indonesia belum merdeka dan pada saat indonesia telah merdeka

Sebelum Indonesia Merdeka

Dalam membicarakan sejarah hukum agraria,kita perlu meninjau dahulu sejarah kehidupan
manusia dan dalam lintasan sejarah inipulalah hukum agraria itu lahir dan berkembang.

Dalam membicarakan sejarah hukum agraria,kita perlu meninjau dahulu sejarah kehidupan
manusia dan dalam lintasan sejarah inipulalah hukum agraria itu lahir dan berkembang. Sejarah
kehidupan manusia pada dasarnya dapat dijabarkan melalui tahap-tahap berikut ini.
Masa Kemerdekaan 
Hukum Agraria Masa Kemerdekaan Sampai Tahun 1960.
Diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh
Soekarno-Hatta atas nama Bangsa Indonesia mengakibatkan bangsa Indonesia memperoleh

13
kedaulatan di tangan sendiri. Pada masa itu pendudukan tanah oleh masyarakt sudah menjadi hal
yang sangat komplek karena masyarakat yang belum berkesempatan menduduki tanah
perkebunan dalam waktu singkat berusaha untuk menduduki tanah.
Demikian makalah yang dapat saya sajikan, mudah-mudahan bisa bermanpaat,
khususnya bagi kami penulis, umumnya bagi para pembaca sekalian. saya menyadari dalam
penulisan ini masih banyak kesalahan dan kekurangannya, kritik yang sipatnya membangun
sangat saya harapkan untuk kemajuan kearah yang lebih baik.
Setelah Indonesia Merdeka
Masa orde lama
Setelah 15 tahun Indonesia merdeka, maka pada tanggal 24 September 1960, lahirlah
Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria,yang
kemudianterkenal dengan istilah UUPA.Lahirnya UUPA bukan proses yang pendek.
Masa Orde Baru
Belum sampai terlaksana sepenuhnya apa yang diprogramkan dalam Reformasi Agraria
padamasa Orde Lama,terjaditragedi nasional dalam tahun 1965,yang melahirkan Orde
Baru.Penguasa OrdeBaru mewarisi situasi nasional dalam keadaan perekonomiaan Negara yang
menyedihkan dankonstelasi politik yang dinilai sebagai penyimpangan dasar dari sila-sila
Pancasila dan Undang-UndangDasar 1945
Masa Reformasi
Orde Reformasi tampak membawa perombakan yang asasi dalam kebijakan
pembangunannasional di bidang ekonomi,sebagai yang ditetapkan dalam kebijakan
pembangunan nasional di bidangekonomi, sebagai yang ditetapkan dalam TAAP MPR Nomor
X/MPR/1998 tentang Politik EkonomiDalam Rngka Demokrasi Ekonomi, yang berbeda benar
dengan kebijakan pembangunan ekonomiOrde Baru.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sukardi,2011.Sejarah Hukum Agraria.http://ilmuanu.blogspot.com/2011 /04/sejarah


hukum-agraria.html.Di unduh tgal 20 mei 2011

Wandi,2011.Hukum Agraria sesudah dan sebelum Merdeka.http://chekp4yz.


wordpress.com/2010/07/28/bab-ii-agraria/.Di unduh 20 Mei 2011.

Sukardi,2011.Sejarah Hukum Agraria.http://ilmuanu.blogspot.com/2011 /04/sejarah


hukum-agraria.html.Di unduh tgal 20 mei 2011

Darnoto,2010.Sejarah Agraria Di indonesia.http://www1.patikab.go.id/artikel/hukum


agraria-sejarah-hukum-agraria-.Di unduh 20 mei 2011

15

Anda mungkin juga menyukai