PPKN Fix
PPKN Fix
Konstitusi adalah hukum tertinggi suatu negara. Sebab tanpa konstitusi negara tidak mungkin
terbentuk. Dengan demikian konstitusi menempati posisi yang sangat vital dalam kehidupan
ketatanegaraan suatu Negara. Dengan kata lain, konstitusi membuat suatu peraturan pokok
mengenai sendi-sendi pertama untuk menegakkan Negara.
Menurut Prof. Pujosewodjo, S.H., Undang-Undang Dasar sebagai suatu bentuk konstitusi tertulis
adalah induk dari segala perundang-undangan dalam negara yang bersangkutan, yang
memberikan landasan hukum untuk pembuatan segala peraturan dan berlakunya peraturan-
peraturan itu.
UUD NRI Tahun 1945 sebagai bentuk konstitusi tertulis di Indonesia memiliki sistematika yang
terdiri dari :
a. Pembukaan
b. Batang Tubuh
c. Penjelasan
Kedudukan dan Hubungan Pembukaan UUD 1945 Dengan Batang Tubuh UUD 1945 yaitu
Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan lebih tinggi dibanding Batang tubuh,
alasannya Dalam Pembukaan terdapat :
a. Dasar negara (Pancasila)
b. Fungsi dan tujuan bangsa Indonesia
c. Bentuk negara Indonesia (republik)
Pembukaan tidak bisa diubah, mengubah sama saja membubarkan negara, sedangkan
batang tubuh bisa diubah (diamandeman). Dalam sistem tata hukum RI, Pembukaan UUD
1945 memenuhi kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, alasan:
a. Dibuat oleh pendiri negara (PPKI)
b. Pernyataan lahirnya sebagai bangsa yang mandiri
c. Memuat asas rohani (Pancasila), asas politik negara (republik berkedaulatan
rakyat), dan tujuan negara (jadi negara adil makmur)
d. Memuat ketentuan yang menetapkan adanya suatu UUD.
Adapun yang menjadi Tujuan dibuat atau dibentukya suatu konstitusi yaitu :
Untuk mengatur organisasi negara dan lembaga-lembaga pemerintahan
Untuk membatasi dan mengontrol tindakan pemerintahan agar tidak berlaku
sewenang-wenang, atau dengan kata lain konstitusi itu dibuat untuk membatasi perilaku
pemerintahan secara efektif
Membagi kekuasaan dalam berbagai lembaga Negara
Menentukan lembaga Negara yang satu bekerjasama dengan lembaga lainnya
Menentukan hubungan diantara lembaga Negara
Menentukan pembagian hukum dalam Negara
Konstitusi di Indonesia dijadikan sebagai alat untuk melaksanakan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Dilihat dari sejauh mana tanggapan masyarakat terhadap konstitusi yang dibuat
oleh Negara maka ada tiga nilai konstitusi yang dapat dikemukakan disini, yaitu:
1. Nilai Normatif
Suatu konstitusi yang telah resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka konstitusi
tersebut bukan hanya berlaku dalam arti hukum, akan tetapi juga merupakan suatu
kenyataan yang hidup dalam arti sepenuhnya diperlukan dan efektif. Dengan kata lain,
konstitusi itu dilaksanakn secara murni dan konsekuen.
2. Nilai Nominal
Konstitusi yang mempunyai nilai nominal berarti secara hukum konstitusi itu berlaku, tetapi
kenyataannya kurang sempurna, sebab pasal-pasal tertentu dari konstitusi tersebut dalam
kenyataannya tidak berlaku.
3. Nilai Semantik
Suatu konstitusi mempunyai nilai semantik jika konstitusi tersebut secara hukum tetap berlaku,
namun dalam kenyataannya adalah sekedar untuk memberikan bentuk dari tempat yang telah
ada, dan dipergunakan untuk melaksanakan kekuasaan politik. Jadi, konstitusi hanyalah
sekedar istilah saja sedangkan pelaksanaannya hanya dimaksudkan untuk kepentingan
pihak penguasa.
Menurut Karl Lowenstein setiap konstitusi selalu terdapat dua aspek penting, yaitu sifat
idealnya sebagai teori (das sollen)dan sifat nyatanya sebagai praktik (das sein). Suatu
konstitusi yang mengikat itu bila dipahami, diakui, diterima, dan dipatuhi oleh masyarakat bukan
hanya berlaku dalam arti hukum, akan tetapi juga merupakan suatu kenyataan yang hidup dalam
Namun bila suatu konstitusi sebagian atau seluruh materi muatannya, dalam kenyataannya tidak
dipakai atau pemakaiannya kurang sempurna dalam kenyataan. Dan tidak dipergunakan sebagai
rujukan atau pedoman dalam pengambilan keputusan dalam penyelenggaraan kegiatan
bernegara, maka dapat dikatakan konstitusi tersebut bernilai nominal.
Berbicara konstitusi Indonesia tidak terlepas dari konstitusi tertulisnya yakni, Undang-Undang
Dasar (UUD) 1945. UUD 1945 sebelum amandemen memiliki kecenderungan bersifat
konstitusi yang bernilai semantik. Contohnya UUD 1945 pada zaman Orde baru dan Orde
lama pada waktu itu berlaku secara hukum, tetapi dalam praktiknya keberlakuan itu semata-mata
hanya untuk kepentingan penguasa saja dengan dalih untuk melaksanakan Undang-Undang dasar
1945. Kenyataan itu dapat kita lihat dalam masa Orde Lama ikut campur penguasa dalam
hal ini esekutif (Presiden) dalam bidang peradilan, yang sebenarnya dalam pasal 24 dan 25
Undang-Undang dasar 1945 harus bebas dan tidak memihak, hal tersebut dapat terlihat dengan
adanya Undang-undang No. 19 tahun 1965.
Pada masa Orde Baru konstitusi pun menjadi arena pelanggengan kekuasaan hal tersebut
terlihat dengan rigidnya sifat konstitusi yang “sengaja” dibuat dengan membuat peraturan
atau prosedur perubahan demikian sulit, padahal Undang-Undang Dasar pada saat itu
dibentuk dengan tujuan sebagai Undang-Undang Dasar sementara, mengingat kondisi negara
yang pada waktu itu telah memproklamirkan kemerdekaan maka diperlukanlah suatu Undang-
Undang dasar sebagai dasar hukum tertinggi. Namun dikarenakan konstitusi tersebut masih
dimungkinkan untuk melanggengakan kekuasaan, maka konstitusi tersebut dipertahankan. Maka
timbulah adigium negatif “Konstitusi akan dipertahankan sepanjang dapat melanggengkan
kekuasaan”.
Pasca perubahan Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-4, memberikan nilai lain pada
konstitusi kita. Dalam beberapa pasal konstitusi kita memiliki nilai nominal, namun untuk
beberapa pasal memiliki nilai normatif. Misal pada pasal 28 A-J UUD 1945 tentang Hak Asasi
manusia, namun pada kenyataan masih banyak pelanggaran atas pemenuhan hak asasi tersebut,
katakanlah dalam pasal 28B ayat (2), yang berbunyi “Setiap orang berhak atas kekeluargaan
hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. Walaupun dalam ayat tersebut terdapat hak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi namun kenyataannya masih banyak diskriminasi-diskriminasi penduduk pribumi
keturunan. Terlebih pada era orde baru. Kemudian pasal 29 ayat (2), yang berbunyi “ Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.
Kesimpulan dari pemaparan diatas tampaknya UUD NRI Tahun 1945 mempunyai nilai
nominal. Sebab walaupun secara hukum konstitusi ini berlaku dan mengikat peraturan
dibawahnya, akan tetapi dalam kenyataan tidak semua pasal dalam konstitusi berlaku
secara menyeluruh, yang hidup dalam arti sepenuhnya diperlukan dan efektif dan dijalankan
secara murni dan konsekuen.
NILAI INSTRUMENTAL
Pengertian dari nilai instrumental adalah penjabaran lebih lanjut dari nilai dasar atau nilai
ideal secara lebih kreatif dan dinamis dalam bentuk UUD 1945 dan peraturan Perundang
undangan lainnya, dan dalam Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan Negara menurut UU
No. 10 Tahun 2004. Nilai instrumental ini dapat berubah atau diubah.
NILAI PRAKSIS
Pengertian dari Nilai Praksis adalah nilai yang sesungguhnya dilaksanakan dalam kehidupan
nyata sehari-hari baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai
praksis juga dapat berubah/diubah atau bisa juga dikatakkan nilai praksis merupakan penerapan
dari nilai instrumental dan nilai ideal pada kehidupan sehari hari.
Dan berikut ini merupakan nilai ideal, instrumental dan praksis dari pancasila yang terdiri dari
sila ke 1 (satu) 2 (dua) 3 (tiga) 4 (empat) dan 5 (lima).
Nilai Praksis :
Prilaku/pengamalan yang memcerminkan sila ke 1
1. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing.
2. Percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing.
3. Tidak melakukan penistaan dari suatu agama seperti melakukan pembakaran rumah rumah
ibadah.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
5. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada
orang lain.
Nilai Instrumental :
Berikut beberapa nilai instrumental dari sile ke 2
Pasal 14
1. Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah
Agung.
2. Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat
Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Pasal 28B
1. Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah.
2. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28I
1. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut, adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.
2. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan
berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
3. Identitas budaya dan hak masyarakat dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan
peradaban.
4. Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung
jawab negara, terutama pemerintah.
5. Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum
yang demokaratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan.
Pasal 28J
1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai Praksis :
Prilaku/pengamalan yang memcerminkan sila ke 2
1. Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa membedakan.
2. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
4. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
5. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan, seperti acara acara bakti sosial, memberikan
bantuan kepada panti panti asuhan sebagai bentuk kemanusiaan peduli akan sesama.
Nilai Ideal :
Persatuan
Nilai Instrumental :
Berikut beberapa nilai instrumental dari sile ke 3
Pasal 25A
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara
dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.
Pasal 36
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
Pasal 36A
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Pasal 36B
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.
Nilai Praksis :
Prilaku/pengamalan yang memcerminkan sila ke 3
1. Mengembangkan sikap saling menghargai.
2. Membina hubungan baik dengan semua unsur bangsa
3. Memajukan pergaulan demi peraturan bangsa.
4. Menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan Indonesia.
5. Mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi arau golongan.
Nilai Instrumental :
Berikut beberapa nilai instrumental dari sile ke 4
Pasal 2
1. Majelis Permusyawaratan rakyat terdiri atas anggota anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
ditambah dengan utusan-utusan dari Daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan
yang ditetapkan dengan Undang-Undang.
Pasal 6 ayat 2
Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan rakyat dengan suara yang
terbanyak.
Pasal 19
1. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum.
2. Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dengan undang-undang.
3. Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.
Nilai Praksis :
Prilaku/pengamalan yang memcerminkan sila ke 4
1. Menghindari aksi “Walk Out” dalam suatu musyawarah.
2. Menghargai hasil musyawarah.
3. Ikut serta dalam pemilihan umum, pilpres, dan pilkada.
4. Memberikan kepercayaan kepada wakil wakil rakyat yang telah terpilih dan yang menjadi
wakil rakyat juga harus mampu membawa aspirasi rakyat.
4. Tidak memaksakan kehendak kita kepada orang lain.
5. Menghormati dan menghargai pendapat orang lain.
Nilai Instrumental :
Berikut beberapa nilai instrumental dari sile ke 5
Pasal 33
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Pasal 34
Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
1. Pengertian Konstitusi
Konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu
negara, baik tertulis maupun tidak tertulis yang bersifat mengatur dan mengikat. Undang-
undang Dasar (UUD) adalah naskah tertulis dan merupakan peraturan tertinggi yang bersifat
fundamental dalam suatu negara. Indonesia memiliki konstitusi yang dikenal dengan
Undang-undang Dasar NRI Tahun 1945.
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 sebagai Pokok-pokok Kaidah negara yang paling
mendasar mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
1. Proses terjadinya dibuat oleh pembentuk negara (Founding Fathers RI) dan terjelma dalam
suatu pernyataan lahir sebagai penjelmaan kehendak rakyat.
2. Isinya memuat tujuan, cita-cita negara, asas politik, bentuk negara dan dasar falsafah negara
Pancasila.
3. Menetapkan adanya Undang- Undang Dasar yaitu UUD NRI Tahun 1945
2. Makna Alinea 2:
Perjuangan bangsa Indonesia telah sampai pada saat yang tepat yaitu kemerdekaan
Bangsa Indonesia menghormati jasa para pahlawan yang telah menghantarkannya ke depan
pintu gerbang kemerdekaan
Kemerdekaan bukan tujuan akhir namun harus diisi dengan mewujudkan cita-cita bangsa,
yaitu suatu keadaan masyarakat yang adil dan makmur
3. Makna Alinea 3:
Adanya pengakuan religius bahwa kemerdekaan yang diperoleh merupakan berkat dan
rahmat Allah Yang Maha Kuasa
Motivasi keinginan yang luhur untuk menjadi suatu bangsa yang bebas dari penjajahan
Adanya pernyataan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Mengubah Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 sama dengan pembubaran negara.
Dalam suatu sistem yang baik tidak boleh terdapat suatu pertentangan antara bagian-bagian.
Selain itu juga tidak boleh terjadi duplikasi atau tumpang tindih diantara bagian-bagian itu. Suatu
sistem mengandung beberapa asas yang menjadi pedoman dalam pembentukannya.
Dapat dikatakan bahwa suatu sistem tidak terlepas dari asas-asas yang mendukungnya. Untuk itu
hukum adalah suatu sistem artinya suatu susunan atau tatanan teratur dari aturan-aturan hidup,
keseluruhannya terdiri bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain.
Dapat disimpulkan bahwa sistem hukum adalah kesatuan utuh dari tatanan-tatanan yang
terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang satu sama lain saling berhubungan dan
berkaitan secara erat.untuk mencapai suatu tujuan kesatuan tersebut perlu kerja sma
antara bagian-bagian atau unsur-unsur tersebut menurut rencana dan pola tertentu.
- Berdasarkan Wujudnya
Hukum tertulis, yaitu hukum yang dapat kita temui dalam bentuk tulisan dan
dicantumkan dalam berbagai peraturan negara, Sifatnya kaku, tegas Lebih menjamin
kepastian hukum Sangsi pasti karena jelas tertulis
Hukum tidak tertulis, yaitu hukum yang masih hidup dan tumbuh dalam keyakinan
masyarakat tertentu (hukum adat). Alam praktik ketatanegaraan hukum tidak tertulis
disebut konvensi (Contoh: pidato kenegaraan presiden setiap tanggal 16 Agustus)
C. Hukum Pidana
Aturan hukum yang mengatur perbuatan apa yang boleh dan tidak boleh besarta
sangsi/hukuman bagi pelanggar. Buku yang mengatur hukum pidana disebut KUHP(kitab
undang-undang hukum pidana). Isinya berupa aturan dan sangsi bagi pelanggarnya. Oleh sebab
itu disebut juga hukum material
Hukum Privat
Adalah keseluruhan hukum yang mengatur hubungan antar warga Negara yang menyangkut
kepentingan pribadi atau perseorangan. Jadi kepentingan yang diatur adalah masalah pribadi
Meliputi :
A. Hukum Perdata
Mengatur hubungan perseorangan yang bersifat pribadi, mis : perceraian
B. Hukum dagang
Mengatur hubungan yang terkait dengan perdagangan
C. Hukum adat
Mengatur hubungan hukum yang menyangkut persoalan adat istiadat
Dalam hal ini dipegang oleh Mahkamah Agung dan peradilan lain, adapun lembaga-lembaga
dalam peradilan.
1. Mahkamah Agung.
Merupakan badan peradilan tertinggi di Indonesia dengan tugas dan wewenang:
- Menyelesaikan perkara pidana di tingkat kasasi
- Menguji semua peraturan yang lebih rendah dari UU apakah bertentangan atau tidak
dengan peraturan yang lebih tinggi
2. Mahkamah Konstitusi
Merupakan badan peradilan khusus yang bertugas menguji peraturan dari UU ke atas
apakah bertentangan atau tidak dengan UUD NRI Tahun 1945
D. Peradilan Agama
Peradilan yang dibentuk untuk menyelesaikan permasalahan perdata bagi masyarakat beragama
islam, msalnya masalah perceraian. Meliputi:
1. Pengadilan Agama (PA)
Menyelesaikan permasalahan hukum Di tingkat kabupaten/kota.
2. Pengadilan Tinggi Agama
Menyelesaikan permasalahan “naik banding” perkara perdata Di tingkat provinsi.
E. Peradilan Militer
Peradilan yang dibentuk untuk menyelesaikan permasalahan hukum yang dilakukan oleh anggota
militer. Terdiri dari :
1. Pengadilan Militer
Menyelesaikan permasalahan hukum dilakukan oleh militer pangkat kapten ke Bawah.
F. Peradilan Pajak.
Peradilan yang dibentuk untuk menyelesaikan permasalahan hukum yang dilakukan oleh para
wajib pajak
G. Komisi Yudisial
Lembaga khusus yang dibentuk untuk mengawasi perilaku hakim dan mengusulkan nama
calon hakim Agung.
a. Kepolisian
Tugas utamanya adalah menjaga keamanan dan ketertiban di masyarakat, melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat dan menegkkan hukum.
Sebagai aparat hukum polisi dapat menjalakan fungsinya sebagai penyelidik dan penyidik. Polisi
juga berwenang untuk menangkap orang yang diduga melakukan tindak kejahatan.
Hasil pemeriksaaan yang dilakukan oleh polisi terhadap pelaku tindak kriminal disebut dengan
BAP (Berita Acara Pemeriksaan) yang akan diserahkan kepada kejaksaan.
Kepolisian Negara diatur oleh UU No. 2 Tahun 2002. tugas pokok kepolisian Negara
Republik Indonesia adalah:
Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum jaksa turut melakukan penyelidikan yang
berupa:
1) peningkatan kesadara hukum
2) mengawasi aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara
3) pengamanan kebijakan penegakan hokum
C. Kehakiman
Tugas utama seorang hakim adalah memeriksa, memutus suatu tindak pidana atau
perdata. Untuk itu seorang hakim dalam menjalankan tugasnya harus lepas dari segala pengaruh
agar keadilan benar-benar bisa ditegakkan.
Di tingkat pusat kekuasaan kehakiman dilakukan oleh MA dan MK.
Jika MA merupakan lembaga peradilan umum tertinggi,
maka MK merupakan lembaga peradilan khusus karena tugasnya :
- terbatas kepada hak uji terhadap UU ke atas ,
- sengketa kewenangan antar lembaga Negara,
- pembubaran partai politik
- memutuskan presiden dan/atau wakil presiden telah melanggar hukuman tidak
mengurusi masalah pidana.
Berikut ini beberapa pengertian HAM yang dikemukakan oleh para ahli:
1) John Locke
Hak asasi manusia adalah hak yang dibawa sejak lahir yang secara kodrati melekat pada manusia
dan tidak dapat diganggu gugat atau sifatnya mutlak.
2) Koentjoro Poerbapranoto
Hak asasi adalah hak yang sifatnya asasi yaitu dimiliki manusia menurut kodratnya dan sifatnya
suci.
5. Macam-macam HAM
1. hak asasi pribadi (personal right), misalnya hak kemerdekaan memeluk agama dan
beribadah menurut agama masinng-masing, menyatakan pendapat, berorganisasi dan sebagainya
2. hak asasi ekonomi (property right), misalnya hak kebebasan memiliki sesuatu, membeli dan
menjual sesuatu mengadakan kontrak atau perjanjian, dan lain sebagainya.
3. hak asasi politik (political right), misalnya hak untuk diakui dalam kedudukan sebagai
warga negara yang sederajat, ikut serta dalam pemeerintah, hak memilih dan dipilih, mendirikan
partai politik atau organisasi, mengajukan kritik dan sebagainya.
4. hak asasi sosial dan kebudayaan (social dan cultural right), misalnya hak kebebasan
memilih dan mendapatkan pendidikan, mengembangan kebudayaan dan lain sebagainya.
5. hak memperoleh perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (right of legal
equality).
6. hak asasi untuk memperoleh perlakuan tata peradilan dan perlindungan hukum
(procedural right), misalnya hak mendapatkan perlakuan yang wajar dan adil dalam peradilan,
pembelaan hukum, penerapan asas pradga tak bersalah, dan sebagainya.
v Tahun 1215 di Inggris lahir Magna Charta (masa pemerintahan Lockland) yang isinya:
Raja tidak lagi bertindak sewenang-wenang, dalam hal tertentu tindakannya harus disetujui
bangsawan.
v The declaration of America Independence (4 Juli 1776) atas jasa presiden Thomas
Jefferson.
Berisi tentang revolusi Amerika untuk melepaskan diri dari Inggris dengan menyatakan merdeka.
Dalam pernyataan itu dinyatakan semua orang diciptakan sama dan dikarunia hak hidup, hak
kebebasan dan hak mengejar kebahagiaan (life, liberty, and pursuit of happines)
v Tahun 1948 disusun rencana piagam Hak Asasi Manusia oleh Organisasi Kerja Sama Sosial
Ekonomi PBB di bawah pimpinan ny. Elanor Roosevelt.
ü Alinea 3, ”atas berkar rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas………,” ini merupakan pengakuan
kemerdekaan sebagai anugrah Tuhan.
ü Alinea 4, ”……melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruuh tumpah darah indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,….melaksanakan ketertiban
dunia…..”. hal ini merupakan bahwa negara memberikan jaminan hak asasi terhadap arga
negaranya.
1. HAM dalam batang tubuh UUD 1945 diatur secara khusus dalam pasal 28A-28J.
2. Secara umum HAM di Indonesia diatiur dalam pasal 27-34 UUD 1945
3. Hak asasi manusia dalam TAP MPR No. XVII/MPR/1998: memuat piagam HAM serta
pandangan dan sikap bangsa Indonesia terhadap HAM.
4. HAM dalam TAP MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN. Dimuat dalam arah penyelenggaraan
Negara, yaitu: mewujudkan kehidupan yang demokratis, berkeadilan sosial, melindungi HAM.
5. Keppres No. 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNASHAM),
yang bertugas untuk melaksanakan penyuluhan, pengkajian, pemantauan, penelitian dan mediasi
tentang HAM.
6. Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM yang terdiri dari XI Bab dan 106 pasal.
7. PP no. 2 Tahun 2002 tentang tata cara perlindungan terhadap korban dan saksi dalam
pelanggaran HAM yang berat
8. PP No. 3 Tahun 2002 tentang kompensasi, restitusi dan rehabilitasi terhadap korban pelanggaran
HAM berat.
– Kompensasi: ganti kerugian yang diberikan oleh negara karena pelaku yang tidak terbukti
beersalah.
– Restitusi: ganti kerugian yang diberikan kepada korban ataukeluarganya oleh pelaku
ataupihak ketiga yang dapat berupa pengembalian barang milik, pembayaran ganti rugi untuk
kehilangan, dan penggantian biaya untuk tindakan tertentu.
1. Keppres No. 181 Tahun 1998 tentang komisi nasional anti kekerasan terhadap perempuan.
2. UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, sebagai peradilan khusus dilingkungan
peradilan umum
Sebagai Negara yang sedang berkembang Indonesia ternyata mempunyai peranan yang cukup
penting dalam Gerakan Non Blok. Peran serta Indonesia dalam Gerakan Non Blok adalah
sebagai berikut :
Sebagai pemprakarsa lahirnya Gerakan Non Blok
Presiden Soekarno sebagai duta untuk penyampaian KTT Non Blok I kepada Presiden Amerika
serikat John F. Kennedi.
Indonesia menjadi penyelenggara sekaligus ketua Gerakan Non Blok dalam KTT GNB di Jakarta
pada Bulan September 1992.
Presiden Soeharto merintis dibukanya kembali Dialog Untara Selatan yang telah lama mengalami
pemutusan, yakni dalam KTT G-7 di Tokyo Jepang tahun 1993.
Indonesia selalu mengusulkan dalam KTT kemajuan Ekonomi, penghapusan penjajahan, dan
kemurnia GNB tetap dipertahankan.
Sebagai anggota PBB Indonesia juga aktif dalam memelihara perdamaian di dunia. Kontingen
Garuda disingkat KONGA atau Pasukan Garuda adalah pasukan Tentara Nasional Indonesia
yang ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di negara lain. Indonesia mulai turut serta
Konferensi Asia Afrika diadakan di kota Bandung pada tanggal 19 april 1955 dan dihadiri
oleh 29 negara kawasan Asia dan Afrika. Konferensi ini menghasilkan 10 butir hasil kesepakatan
bersama yang bernama Dasasila Bandung atau Bandung Declaration.
Dengan adanya Dasa Sila Bandung mampu menghasilkan resolusi dalam persidangan PBB ke 15
tahun 1960 yaitu resolusi Deklarasi Pembenaran Kemerdekaan kepada negara-negara dan bangsa
yang terjajah yang lebih dikenal sebagai Deklarasi Dekolonisasi.
Negara-Negara Peserta yang mengikuti Konferensi Asia Africa KAA 1 di Bandung :
1. Indonesia
2. Afghanistan
3. Kamboja
4. RRC / Cina
5. Mesir
6. Ethiopia
7. India
8. Filipina
9. Birma
10. Pakistan
11. Srilanka
12. Vietnam Utara
13. Vietnam Selatan
14. Saudi Arabia
15. Yaman
16. Syiria
17. Thailand1
18. Turki
19. Iran
Sejak Asean berdiri, Indonesia telah mengambil peran yang sangat penting. Peran pertama
Indonesia ditunjukkan dengan ikut mendirikan Asean. Selanjutnya Indonesia diberi kepercayaan
sebagai penyelenggara KTT Asean I. KTT ini dilaksanakan di Bali pada tanggal 23-24 Februari
Bicara mengenai hak dan kewajiban warga negara erat kaitannya dengan mata pelajaran
#PPKN yang sering kalian temuin sewaktu masih SD dan mungkin sampai di bangku SMA
sekarang. Tapi sebenarnya apa aja yang dipelajarin dalam materi tersebut?
Demi memenuhi keingin tahuan temen-temen mengenai hak dan kewajiban ini Eduspensa.com
akan memberikan materi mengenai hak dan kewajiban warga negara, meliputi :
Pengertian hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan sesuatu yang mestinya kita
terima atau bisa dikatakan sebagai hal yang selalu kita lakukan dan orang lain tidak boleh
merampasnya entah secara paksa atau tidak.Dalam hal kewarganegaraan, hak ini berarti warga
negara berhak mendapatkan penghidupan yang layak, jaminan keamanan, perlindungan hukum
dan lain sebagainya.
Pengertian kewajiban adalah suatu hal yang wajib kita lakukan demi mendapatkan hak atau
wewenang kita. Bisa jadi kewajiban merupakan hal yang harus kita lakukan karena sudah
mendapatkan hak. Tergantung situasinya. Sebagai warga negara kita wajib melaksanakan peran
sebagai warga negara sesuai kemampuan masing-masing supaya mendapatkan hak kita sebagai
warga negara yang baik.
Selanjutnya ada beberapa contoh hak dan kewajiban warga negara dan pasal-pasalnya.
1. Wajib berperan serta dalam membela, mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari
serangan musuh. (asal 30 ayat (1) UUD 1945)
2. Wajib membayar pajak dan retribusi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. (UUD 1945)
3. Wajib menaati dan menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan pemerintahan tanpa
terkecuali serta dijalankan dengan sebaik-baiknya.
4. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. (pasal 28J ayat 1)
5. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. (pasal 28J
ayat 2)
6. Tiap negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk memajukan bangsa ke arah yang
lebih baik. (pasal 28)
Dalam Undang-Undangan Dasar 1945 ada pasal yang mencantumkan mengenai hak dan
kewajiban, seperti :
Dalam UUD 1945 pasal 27 - 34 disebutkan banyak hal mengenai hak warga negara indonesia
seperti :
Hak dan kewajiban negara terhadap warga negara pada dasarnya merupakan hak dan kewajiban
warga negara terhadap negara. Beberapa ketentuan tersebut, anatara lain sebagai berikut :
Membayar Pajak
Coba perhatikan apakah orang-orang sekitar kita sudah membayar pajak yang sudah ada
ketentuannya dalam UUD. Setiap orang yang tertanggung harus dan wajib membayar pajak
sesuai ketentuannya. Kalau gak bayar pajak, apa kata dunia?
Perlindungan Hukum
Sebagai salah satu warga negara Indonesia kita diberi hak akan jaminan perlindungan hukum,
mungkin beberapa dari kita sudah merasakan hak tersebut dengan baik. Namun ada juga yang
belum. Seperti penanganan beberapa kasus kriminal yang tidak cepat tanggap.
C. Pembatasan Kekuasaan
Pembatasan kekuasaan menurut konsep UUD 1945, dapat dilihat melalui proses atau
mekanisme 5 tahunan kekuasaan dalam UUD 1945 sebagai berikut
a) Pasal 1 ayat 2 UUD 1945, kedaulatan politik rakyat dilaksanakan lewat pemilu untuk
membentuk MPR dan DPR setiap 5 tahun sekali. Majelis Permusyawaratan Rakyat memiliki
kekuasaan melakukan perubahan terhadap UUD, melantik Presiden dan wakil Presiden, serta
melakukan impeachment terhadap presiden jika kalau melanggar konstitusi
b) Pasal 20 A ayat 1
c) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan.** )
d) Rakyat kembali mengadakan pemilu setelah membentuk MPR dan DPR
3. Konsep Pengawasan
Konsep pengawasan menurut UUD 1945 ditentukan sebagai berikut:
a) Pasal 1 ayat 2, rakyat memiliki kekuasaan tertinggi namun dilaksanakan dan didistribusikan
berdasarkan UUD. Berbeda dengan UUD lama sebelum dilakukan amandemen, MPR yang
memiliki kekuasaan tertinggi sebagai penjelmaan kekuasaan rakyat. Maka menurut UUD hasil
amandemen MPR kekuasannya menjadi terbatas, yaitu meliputi presiden dan wakil presiden dan
memberhentikan presiden sesuai dengan masa jabatannya atau jikalau melanggar UUD.
b) Pasal 2 ayat 1, MPR terdiri atas DPR dan Anggota DPD. Berdasarkan ketentuan tersebut maka
menurut UUD 1945 hasil amandemen MPR hanya dipilih melalui Pemilu.
c) Penjelasan UUD 1945 tentag DPR
Berdasarkan ketentuan tesebut maka konsep pengawasan menurut demokrasi Indonesia sebagai
tercantum UUD 1945 pada dasarnya adalah sebagai berikut:
a) Dilakukan oleh seluruh warga negara. Karena kekuasaan didalam system ketatanegaraan
Indonesia adalah di tangan rakyat
b) Secara formal keatanegara pengawasan berada pada DPR.
4. Konsep Partisipasi
Konsep partisipasi menurut UUD 1945 adalah:
a) Pasal 27 ayat 1.
Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
b) Pasal 28.
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang
c) Pasal 30 ayat 1.
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.** )
Pertanyaanya adalah isi jiwa apakah dari Bangsa Indonesia yang hendak dipresentasikan
dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika ? Melihat coraknya Pancasila,maka Bhinneka Tunggal Ika
merupakan sumbernya, maka kiranya tidak jauh dari kebenaran kalau diambil kesimpulan,
bahwa isi jiwa tentang tempatnya manusia, individu dalam pergaulan hidup manusia dari bangsa
Indonesia adalah prinsip Bhinneka Tunggal Ika sebagai implementasi berpancasila.
Proposisi yang selaras dengan paparan diatas berdasarkan paradigmakonstruktivisme yang
berbasis spiritual, yaitu proposisi Ilahiah, sebagai berikut:
"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari
diri yang satu, dan daripadanya. Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
mengembangbiakan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang
dengan mempergunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah
hubungan silahaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu".[29]
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadi kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal., Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.[30]
Proposisi ilahiah diatas adalah selaras dengan makna hermenuetika hukum dari prinsip
Bhinneka Tunggal Ika, artinya walaupun bangsa Indonesia itu berbeda-beda secara multi agama,
multi suku, multi budaya dst tetapi sesungguhnya berasal dari satu diri, yaitu bangsa Indonesia,
dan basis terkecil dari suatu bangsa adalah keluarga, yaitu kesatuan, kelompok, pergaulan hidup
manusia yang terdiri dari manusia yang berbeda-beda; ayah , ibu, anak-anak, ayah dan ibu
berbeda dari anak dalam umurnya, ayah dan ibu berbeda satu sama lain dalam kelamin; pria dan
wanita:pun anak-anak terdiri dari pria dan wanita; dan last but not least, diantara sekian banyak
manusia yang hidup bersatu merupakan keluarga itu, bahkan andaikata terdapat diantaranya anak
kembar, tidak ada yang sama kepribadianya. Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut
keadaannya masing-masing" Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar
jalannya.[31]
Secara hermenuetika hukum hal itu dapat dikemukakan, bahwa makna Bhinneka
Tunggal Ika dalam hubungannya manusia Indonesia, yaitu persatuan dalam
Perbedaan/keragaman; Perbedaan/keragaman dalam persatuan yang disimpulkan dalam
pengertian "kekeluargaan", Jadi jika benar bahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah sumber dari
Pancasila, maka menurut pandangan bangsa Indonesia atau menurut pandangan bangsa Barat
yang dilukiskan dengan "Men are created free and equal" , -Manusia dilahirkan bebas dan
merdeka, yang satu terpisah dari lainnya sumber ini ditemukan kembali dalam seluruh lembaga
kehidupan ketatanegaraan, hukum , dan sebagainya, maka kebenaran Bhinneka Tunggal Ika itu
harus diketemukan kembali dalam pembacaan Pancasila secara hermenuetika hukum dalam
Lambang Negara.
Menurut penulis pembacaan hermenuetika hukum Bhinneka Tunggal Ika
dalam perspektif lambang negara, yaitu perisai Pancasila adalah konsep Pancasila Berthawaf
yaitu :
Sejarah perjalan bangsa indonesia kaya akan jejak jejak kesadaran berbangsa dan bernegara.
Salah satu periode yang menyimpan catatan sejarah mengenai hal tersebut adalah periode
kebangkitan nasional. Kebangkitan nasional adalah masa bangkitnya rasa dan semangat
persatuan, kesatuan, nasionalisme, dan kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan
indonesia
1. Budi Utomo
Budi Utomo adalah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Sutomo danekonomi dan para
pelajar Stovia pada tanggal 20 mei 1908. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi dan kebudayaan
tetapi tidak bersifat politik. Organisasi yang pada awalnya ditujukan bagi golongan
berpendidikan Jawa ini menjadi sebuah gerakan awal yang bertujuan mencapai kemerdekaan
Indonesia.
Budi Utomo dapat dikatakan sebagai organisasi kebangsaan yang pertama. Berdirinya
organisasi ini menandai kebangkitan kesadaran berbangsa dan bernegara untuk melawan
penjajah. Jika dahulu rakyat berjuang secara fisik dan berorganisasi secara tradisional samapi
kedaerahan, sejak didirikannya Budi utomo, perjuangan bangsa indonesia ditempuh dengan cara
berorganisasi modern demi kepentingan seluruh bangsa. Itulah sebabnya hari berdirinya budi
utomo diperingati sebagai hari kebangkitan nasional.
Sejatinya budi utomo mempunyai tekad untuk meningkatkan martabat bangsa indonesia agar
sejajar dengan bangsa bangsa lain. Untuk mewujudkan tekad tersebut, kegiatan dipusatkan dalam
bidang pendidikan, kebudayaan, dan kehidupan sosial . pada perkembangan selanjutnya di akhir
tahun 1909 , Budi utomo telah mempunyai cabang di 40 tempat dengan jumlah anggota sekitar
10.000 orang. Kemudian, pada tahun taun berikutnya, orientasi budi utomo tidak hanya dibidang
pendidikan, kebudayaan, dan kehidupan sosial, melainkan juga dalam bidang politik.
2. Sarekat islam
Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama
Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi
sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa. Tujuan memajukan perdagangan Indonesia di
bawah panji-panji Islam sekaligus memajukan usaha para pedegang bumiputera. Keanggotaan
SDI masih terbatas pada ruang lingkup pedagang maka tidak memiliki anggota yang cukup
banyak. Oleh karena itu, agar memiliki anggota yang banyak dan luas ruang lingkupnya maka
pada tanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam).
Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI).
Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSSI).
Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Raya (SR) yang merupakan
pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).
Kyai haji samanhudi, seorang saudagar batik dari laweyan, solo, mendirikan organisasi
bernama sarekat dagang islam. Organisasi tersebut pada awalnya bertujuan untuk melindungi
sekaligus memajukan usaha para pedagang bumiputera. Selain itu, organisasi ini juga bertujuan
untuk meningkatkan pengalaman agama islam di kalangan anggotanya.
3. Indische partij
Organisasi in berdiri pada tanggal 25 desember 1912. Tokoh organisasi ini adalah tiga
serangkai yang terdiri atas Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi), Suwardi Suryaningrat (Ki
Hajar Dewantara), dan Cipto Mangunkusumo. Organisasi ini merupakan suatu pergerakan baru
yang sungguh berciri politik. Oleh karena itu, Indische Partij disebut sebagai organisasi politik
pertama di Indonesia.
Organisasi ini memusatkan perjuangannya untuk menggalang patriotisme di Indonesia.
Patriotisme ini pertama tama ditumbuhkan di antara para anggota, lalu dalam setiap sanubari
orang orang yang merasa dirinya bangsa Indonesia. Hal yang menarik dari organisasi ini adalah
tidak adanya batasan keanggotaan pada kalangan bumiputera saja, melainkan juga terbuka bagi
orang Indo serta Timur asing.
Indische Partij mempunyai program untuk menumbuhkan nasionalisme Indonesia, rasa
persatuan, kesadaran akan persamaan hak, serta toleransi terhadap sesama yang beda ras, suku,
dan agama. Program tersebut dilaksanakan melalui kegiatan propaganda, baik secara langsung
maupun tidak langsung, yaitu melalui majalah dan surat kabar. Dalam propaganda
propagandanya tokoh tokoh Indische Partij dengan berani mengecam pemerintah kolonial
sebagai penjajah. Mereka pun secara terbuka mempropagandakan persiapan untuk membentuk
negara Indonesia.
Pada tahun 1913, negeri Belanda merayakan ulang tahun kemerdekaannya yang ke 100
dari penjajahan Prancis. Perayaan tersebut juga dirayakan pemerintah kolonial Belanda di
Indonesia. Tindakan tersebut mengundang reaksi dari Suwardi Suryaningrat. Reaksi tersebut
dituangkan dalam suatu kerajaan berjudul Als Ik een Nederlander was (jika saya seorang
Belanda). Dalam tulisan tersebut, dia menyindir tindakan pemerintah kolonial. Ia mengatakan
bahwa sungguh ironis jika bangsa Indonesia harus merayakan kemerdekaan bangsa yang
Pertama :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG
SATOE, TANAH AIR INDONESIA
Kedua :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE,
BANGSA INDONESIA
Kongres Pemuda II berlangsung pada 27-28 Oktober dalam tiga tahap rapat. Rapat
pertama berlangsung di gedung Katholieke Jongelingen Bond di Waterlooplein (sekarang
Lapangan Banteng), lalu dipindahkan ke Oost Java Bioscoop di Konigsplein Noord (sekarang
Jalan Medan Merdeka Utara), dan kemudian Gedung Kramat 106 baru dipakai untuk rapat ketiga
sekaligus penutupan rapat.
Dari rapat pertama hingga rapat ketiga, kongres pemuda II ini menghadirkan 15
pembicara, yang membahas berbagai tema. Diantara pembicara yang dikenal, antara lain:
Soegondo Djojopespito, Muhammad Yamin, Siti Sundari, Poernomowoelan, Sarmidi
Mangoensarkoro, dan Sunario.
C. Bentuk Bentuk Kesadaran Berbangsa Dan Bernegara Dalam Konteks Geopolitik
1. Pengertian Geopolitik
Kedaulatan merupakan harga diri suatu bangsa yang memuliki kaitan erat dengan
persoalan ruang. Persoalan ruang tidak bisa dilepaskan dalam membahas masalah negara, karena
pada dasarnya seseorang tidak bisa dipisahkan dari tempat ia berada. Contoh tersebut
menegaskan bahwa persoalan ruang memiliki kaitan yang sangat erat dengan negara dan bangsa.
Terdapat satu bidang ilmu yang secara khusus membahas tentang persoalan ruang dan
negara. Ilmu yang di maksud adalah geopolitik. Kata geopolitik berasal dari kata “geo”mdan
“politik”. “geo” berarti bumi. “politik” berasal dari bahasa yunani, politeia yang berarti kesatuan
masyarakat yang berdiri sendiri (negara) dan “teia” yang berarti urusan.
Geopolitik adalah suatu studi yang mengkaji masalah-masalah geografi, sejarah, dan ilmu
sosial yang merujuk kepada percaturan politik internasional . geopolitik mempelajari makna
strategis dan politik satu wilaah geografi yang mencakup lokasi, luas, serta sumber daya alam
wilayah tersebutbeberapa pandangan ahli geopolitik antara lain sebagai berikut.
a. frederich ratzel
1. Dalam hal – hal tertentu pertumbuhan Negara dapat dianalogikan dengan pertumbuhan
organisme yang memerlukan ruang lingkup, melalui proses lahir, tumbuh, berkembang,
mempertahankan hidup, menyusut dan mati.
2. Negara identik dengan suatu ruang yang di tempati oleh kelompok politik dalam arti
kekuatan. Makin luas potensi tersebut, makin besar kemun gkinan kelompok politik itu tumbuh.
3. Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak lepas dari hokum alam
4. Semakin tinggi budaya suatu bangsa, semakin mbesar kebutuhannya akan sumber daya
alam.
b. rudolf kjellen
MATERI 11
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH
Namun karena luasnya daerah-daerah di negara kita yang terbagi-bagi atas beberapa provinsi,
kabupaten serta kota maka daerah-daerah tersebut memiliki pemerintahan daerah dengan maksud
guna mempermudah kinerja pemerintah pusat terhadap daerahnya sehingga digunakanlah suatu
asas yang dinamakan asas otonomi sesuai dengan yang diatur dalam pasal 18 ayat (2) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Maka dari itu pemerintahan daerah
menjalankan otonomi seluas-luasnya , kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat, sehingga dalam hal ini menimbulkan suatu
hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah di daerah.
Hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang bersifat struktural dan
fungsional
Hubungan Struktural
Hubungan struktural adalah hubungan yang didasarkan pada tingkat dan jenjang dalam
pemerintahan. Pemerintah pusat merupakan penyelenggara urusan pemerintahan di tingkat
nasional. pemerintah daerah merupakan penyelenggara urusan pemerintahan di daerah masing
masing bersama DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, dalam sistem dan prinsip
NKRI. Secara struktural presiden merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
Secara struktural hubungan pemerintah pusat dan daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 84 Tahun 2000. Berdasarkan ketentuan tersebut daerah diberi kesempatan untuk
membentuk lembaga-lembaga yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah. Untuk lebih jelasnya,
hubungan struktural tersebut dapat kalian lihat pada bagan berikut.
Dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia terdapat dua cara yang dapat
menghubungkan antara pemerintah pusat dan pemeritah daerah yaitu sentralisasi dan
desentralisasi.
Sentralisasi merupakan pengaturan kewenangan dari pemerintah daerah kepada
pemerintah pusat untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan
aspirasi dari masyarakatnya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Desentralisasi sebenarnya merupakan istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana di
definisikan sebagai pengaturan kewenangan. Di Indonesia sistem sentralisasi pernah diterapkan
pada zaman kemerdekaan sampai orde baru.
Hubungan Fungsional
Hubungan fungsional adalah hubungan yang didasarkan pada fungsi masing-masing
pemerintahan yang saling mempengaruhi dan saling bergantung antara satu dengan yang lain.
Pada dasarnya pemerintah pusat dan daerah memiliki hubungan kewenangan yang saling
melengkapi satu sama lain. Hubungan tersebut terletak pada visi, misi, tujuan, dan fungsinya
masing-masing. Visi dan misi kedua lembaga ini, baik di tingkat lokal maupun nasional adalah
melindungi serta memberi ruang kebebasan kepada daerah untuk mengolah dan mengurus rumah
tangganya sendiri berdasarkan kondisi dan kemampuan daerahnya.
Hubungan fugsional menyangkut atas pembagian tugas dan kewenangan yang harus dijalankan
oleh pemerintahan pusat dan daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik
(goog governance). Nah pembagian tugas dan wewenang baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah tercantum dalam UU Nomor 32 Tahun 2004.
Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten atau kota
adalah urusan dalam skala provinsi. Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat pilihan meliputi
urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan kekhasan, kondisi, serta potensi unggulan pada daerah tersebut.
Menurut UU no. 23 tahun 2014 Urusan pemerintahan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :
Urusan pemerintahan konkuren
Ketiga urusan diatas dibagi menjadi urusan yang menjadi domain Pemerintah pusat dan daerah.
Asas yang digunakan dalam pembagian urusan pemerintahan terdiri atas asas dekonsentrasi,
desentraslisasi, serta asas tugas pembantuan, berikut penjelasannya :
Asas dekonsentrasi merupakan pelimpahan sebagian urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat / bisa juga
kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, / kepada wali kota maupun bupati sebagai
penanggung jawab urusan pemerintahan umum.
Asas desentralisasi merupakan penyerahan kewenangan dari pusat ke daerah, dan domain
dari desentralisasi sangat berkaitan dengan penyerahan kekuasaan dari sebelumnya kekuasaan
milik pusat menjadi milik daerah.
Asas tugas pembantuan merupakan penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah
otonom untuk menjalankan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah provinsi kepada Daerah kota atau kabupaten
untuk menjalankan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi.
Urusan pemerintahan konkuren. ialah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah
Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kota/kabupaten, urusan yang diserahkan kepada daerah
menjadi patokan pelaksana otonomi daerah. Pembagian tersebut mencangkup berbagai bidang,
mulai dari perdagangan, pertanian, perikanan, pertambangan dan lain sebagainya. Tapi prinsip
utama dalam pembagian urusan pemerintahan konkuren adalah harus didasarkan pada efisiensi,
akuntabilitas, eksternalitas serta harus berkepentingan nasional.
Pembagian urusan konkuren kemudian diperjelas dalam tatananan territorial atau wilayah,
seperti contohnya dalam lokasi, pusat berwenang pada lokasi lintasi Negara ataupun lintas
daerah provinsi, sedang provinsi berada pada lintas kabupaten/kota, sedang untuk tingkat
kabupaten/kota berada pada area dalam kabupaten atau kota.
Dalam UU no. 23 tahun 2014 pada lampiran matriks pembagian urusan pemerintahan konkuren,
jika kita masuk kedalam bidang dan sub bidang, maka pusat, daerah provinsi dan kabupaten/kota
memiliki porsi kewenangannya sendiri-sendiri. Misal dalam bidang pendidikan, lalu jika dipilih
sub bidang, manajemen pendidikan contohnya, kewenangan pusat saat penetapan standar
Jika kita lihat dalam bidang lain, misal perumahan, kesehatan dan lain sebagainya, memiliki pola
yang sama, ada porsi pusat dan daerah. Meski ada beberapa bagian, misal dalam pengawasan
kehutanan, pusat berwenang penuh dalam urusan itu, tidak melibatkan daerah.
Meski sepenuhnya berada ditangan pusat, urusan pemerintahan absolut bisa dilimpahkan kepada
instansi vertical yang ada di daerah berdasarkan asas dekonsentrasi . Instansi vertical sendiri
merupakan perangkat kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian yang mengurus
Urusan Pemerintahan yang tidak diserahkan kepada daerah otonom dalam wilayah tertentu
dalam rangka Dekonsentrasi, contoh instansi vertical di daerah ialah satuan kerja perangkat
daerah atau SKPD, seperti dinas dan badan daerah.
Sekian artikel tentang Pengertian, Hubungan dan Pembagian Urusan Pemerintahan Pusat dan
Pemerintahan Daerah, semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi anda maupun untuk sekedar
menambah wawasan dan pengetahuan anda tentang Pengertian Pemerintahan Pusat dan
Pemerintahan Daerah, Hubungan Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah serta Pembagian
Urusan Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Nah, sebelum melanjutkan pembahasan materi pada bagian ini, coba kalian analisis perbedaan
dari kedua bentuk struktur ketatanegaraan Republik Indonesia. Kemudian, berikan pendapat
kalian mengenai keefektifan dari kedua bentuk struktur ketatanegaraan Republik Indonesia
dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan Negara Republik Indonesia?
Di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, baik sebelum maupun
sesudah dilakukan perubahan, secara tegas disebutkan tiga kekuasan negara, yaitu kekuasaan
membentuk undang-undang, kekuasaan pemerintahan negara, dan kekuasaan kehakiman. Ketiga
kekuasaan tersebut dipegang dan dikelola oleh lembaga negara yang ditetapkan oleh Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, berikut ini akan diuraikan proses
pengelolaan ketiga jenis kekuasaan negara tersebut.
Selain pembentukan undang-undang, pada saat ini DPR begitu besar kekuasaannya dalam
mengontrol setiap kebijakan pemerintah. Kekuasaan tersebut terlihat dari hak-hak yang dimiliki
oleh DPR seperti hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat. Dengan ketiga hak
tersebut, DPR menjadi lembaga penyeimbang sehingga kebijakan-kebijakan yang diambil oleh
pemerintah dapat dikendalikan dan dipastikan kebijakan tersebut untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
c. Kekuasaan kehakiman
Kekuasaan kehakiman disebut juga kekuasaan yudikatif. Sebelum dilakukannya perubahan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kekuasaan kehakiman
dijalankan oleh Mahkamah Agung beserta lembaga peradilan yang ada di bawahnya. Hal ini
ditegaskan dalam Pasal 24 ayat (1) yang menyatakan Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan lain-lain badan kehakiman menurut undang-undang.Setelah
perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kekuasaan
kehakiman dipegang oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Pasal 24 Ayat (2)
menyatakan Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan
agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi. Ketentuan tersebut menyebabkan perubahan fundamental dalam
pengelolaan kekuasaan kehakiman. Mahkamah Agung tidak lagi menjadi satu-satunya pemegang
kekuasaan tersebut. Terdapat Mahkamah Konstitusi sebagai mitra dalam menyelegarakan
kekuasaan kehakiman. Hal tersebut memberikan peluang yang lebih besar bagi setiap warga
negara untuk mencari keadilan dan kepastian hukum.
Berbicara mengenai peran pemerintah tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan tentang fungsi
negara itu sendiri. Tugas utama pemerintah adalah menjalankan fungsi negara itu sendiri.
Pemerintah pusat yang tugas dan kewenangannya diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 pada dasarnya merupakan aktor utama dilaksanakannya fungsi
Negara Republik Indonesia.
Dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dikatakan bahwa Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia dengan berdasar kemerdekaan, perdamaianabadi dan keadilan sosial….
Berdasarkan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
tersebut dapatlah disimpulkan bahwa fungsi negara Indonesia adalah sebagai berikut.
Pasal 33
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan pergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Pasal 34
Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.
Jakarta -Badan Pusat Statistik (BPS) merilis tingkat kemiskinan Indonesia setiap tahunnya.
Selain itu, instansi ini juga mengukur indeks kedalaman kemiskinan (IKK) dan indeks keparahan
kemiskinan di dalam negeri. Kepala BPS Suryamin mengatakan indeks kedalaman kemiskinan
naik dari 1,75% (Maret 2013) menjadi 1,89%. Kemudian, indeks keparahan kemiskinan naik
dari 0,43% (Maret) menjadi 0,48%.
Artinya, menurut Suryamin tingkat kemiskinan yang ada di Indonesia semakin parah. Sebab,
berada jauh dari garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin
melebar. “Artinya dari indeks ini, menyebutkan adanya kecenderungan semakin menjauh dari
garis kemiskinan, ya semakin dalam dan parah,” ungkapnya dalam konferensi pers di kantor
pusat BPS, Kamis (2/1/2014).
Ia mengatakan persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar jumlah dan persentase. Karena ada
dimensi lain, yaitu tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Tentunya akan membantu
pemerintah dalam pengambilan kebijakan.
“Karena selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga
sekaligus harus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan,” jelasnya.
Apabila dibandingkan, indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan di daerah perdesaan lebih
tinggi daripada perkotaan. Tercatat secara kedalaman perkotaan sebesar 1,41% dan pedesaan
Sumber: http://finance.detik.com/read/2014/01/02/152910/2456793/4/
Pada pembelajaran di kelas XI kalian sudah diinformasikan tentang wilayah dan warga negara
Republik Indonesia. Kalian tentunya sudah mengetahui betapa luasnya wilayah negara kita dan
warga negara kita semakin tahun semakin bertambah. Dapatkah kalian membayangkan apakah
mungkin dengan kondisi wilayah dan warga negara seperti itu dapat dijaga dan dijamin
kesejahteraanya hanya oleh pemerintah pusat. Jawabannya tentu saja tidak. Oleh karena itu,
pemerintah pusat mendelegasikan sebagian kewenangannya kepada pemerintah daerah.
Keberadaan pemerintah daerah ini diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Pasal 18 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah,yang diatur dengan undang-
undang. Ketentuan tersebut menegaskan bahwa wilayah negara kita dibagi menjadi beberapa
wilayah provinsi dan kabupaten/kota. Wilayah-wilayah provinsi dan kabupaten/kota tersebut
mempunyai suatu pemerintahan daerah yang berperan sebagai pengelola kekuasaan negara di
daerah. Apa sebenarnya pemerintahan daerah itu?
Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dengan demikian, ujung tombak pemerintahan daerah adalah pemerintah daerah yang dipimpin
oleh seorang kepala daerah dan DPRD.
1) Dipilih oleh dan dari anggota DPRD atas dasar perwakilan berimbang dari partai-partai politik
dan diketuai oleh kepala daerah (ex-officio).
2) Kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat.
3) DPD dan kepala daerah bertanggung jawab secara kolegial kepada DPRD.
4. Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959 Pemerintah daerah terdiri dari kepala daerah
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong (DPRD-GR) .
a. Kepala Daerah
Gubernur diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, bupati/walikotamadya oleh Menteri
Dalam Negeri dan Otonomi Daerah.
Pengangkatan kepala daerah berasal dari calon yang diajukan dari DPRD yang
bersangkutan, dan dapat dimungkinkan dari luar DPRD.
Kepala daerah adalah alat Pemerintah Pusat sekaligus Pemerintah Daerah.
Kepala Daerah dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Badan Pemerintah Harian yang
diangkat dari calon-calon yang diajukan dari DPRD (baik calon dari anggota DPRD
maupun dari luar anggota DPRD).
b. DPRD-GR
1) Terdiri dari wakil golongangolongan politik dan golongan-golongan karya.
2) Anggota DPRD-GR diajukan oleh kepala daerah kepada instansi atasan mereka masingmasing
(golongan politik dan golongan karya).
3) Kepala daerah secara ex-officio adalah Ketua DPRD-GR (bukan anggota).
b. Kepala daerah, sebagai alat Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang dalam menjalankan
pemerintahan sehari-hari dibantu oleh Badan Pemerintah Harian (BPH).
a. Pemerintahan Daerah
1) Pemerintahan daerah provinsi terdiri atas pemerintah daerah provinsi dan DPRD provinsi.
2) Pemerintahan daerah kabupaten/kota terdiri atas pemerintah daerah kabupaten/kota dan DPRD
kabupaten/kota.
b. Pemerintah daerah sebagaimana dimaksud di atas terdiri atas kepala daerah dan perangkat
daerah.
c. DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur
penyelenggaraan pemerintahan daerah, yang memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan
Pemerintahan daerah merupakan bagian tidak terpisahkan dari sistem pemerintahan Republik
Indonesia. Sama halnya dengan pemerintah pusat, pemerintahan daerah pun mempunyai
kewenangan yang diatur oleh peraturan perundang-undangan. Kewenangan tersebut
dipergunakan untuk mengelola kekuasaan negara dalam rangka mewujudkan tujuan negara.
Seiring dengan dinamisnya berbagai ketentuan mengenai pemerintahan daerah, kewenangan
pemerintahan daerah pun dalam menyelenggarakan kekuasaan negara di daerah juga begitu
dinamis. Sejak awal kemerdekaan sampai dengan sekarang, kewenangan pemerintahan daerah
terus mengalami perubahan seperti yang dapat kalian cermati dalam tabel di bawah ini.
Pemerintahan daerah merupakan alat kelengkapan negara untuk mencapai cita-cita dan tujuan
negara sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 alinea ke-2 dan ke-4. Untuk mencapai hal tersebut, tentu saja
pemerintahan daerah mempunyai peranan yang sangat penting dalam pencapaian cita-cita dan
tujuan negara.
Untuk mendukung program Pemerintah Pusat dalam mencapai tujuan nasional, berdasarkan
ketentuan Pasal 22 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, pemerintahan daerah selaku pengelola kekuasaan negara di daerah
otonom mempunyai kewajiban sebagai berikut:
a. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat;
c. Mengembangkan kehidupan demokrasi;
d. Mewujudkan keadilan dan pemerataan;
e. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;
f. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;
g. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak;
h. Mengembangkan sistem jaminan sosial;
i. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah;
j. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah;
k. Melestarikan lingkungan hidup;
l. Mengelola administrasi kependudukan;
m. Melestarikan nilai sosial budaya;
n. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya;
o. Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Kemudian, selain mempunyai kewajiban, pemerintahan daerah juga mempunyai hak selaku
pengelola daerah otonom, di antaranya adalah:
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;
memilih pimpinan daerah;
mengelola aparatur daerah;
Hak dan kewajiban daerah tersebut diwujudkan dalam bentuk rencana kerja pemerintahan daerah
dan dijabarkan dalam bentuk pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah yang dikelola dalam
sistem pengelolaan keuangan daerah yang efisien, efektif, transparan, akuntabel, tertib, adil,
patut, dan taat pada peraturan perundang-undangan. Di dalam rencana kerja inilah dapat dilihat
berbagai macam program atau kegiatan untuk mencapai tujuan negara yang menjadi tanggung
jawab pemerintah daerah.
Pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah diatur dalam
Pasal 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk menjalankan seluruh urusan pemerintahan
di daerah, kecuali beberapa kewenangan yang menjadi ranah pemerintah pusat yaitu kewenangan
dalam bidang-bidang berikut.
1. Politik luar negeri
2. Pertahanan dan keamanan
3. Peradilan/yustisi,
4. Moneter dan fiskal nasional
5. Agama
Sebagaimana telah kalian ketahui, bahwa pemerintahan daerah itu terdiri atas pemerintahan
daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota. Berkaitan dengan urusan yang menjadi
kewenangannya, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah
mengklasifikasikan urusan pemerintahan daerah ke dalam urusan wajib dan urusan pilihan.
Urusan wajib dan urusan pilihan untuk pemerintahan daerah provinsi tentu saja berbeda dengan
pemerintahan daerah kabupaten/kota. Hal ini dikarenakan ruang lingkup urusan pemerintahan
daerah provinsi lebih luas dibandingkan dengan pemerintahan daerah kabupaten/kota seperti
yang terlihat dalam tabel di bawah ini.
Adapun, yang menjadi urusan pilihan pemerintahan daerah, baik provinsi ataupun
kabupaten/kota meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dilakukan sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan
potensi unggulan daerah yang bersangkutan
Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia menurut UUD 1945, tidak menganut suatu sistem
negara manapun, tetapi adalah suatu sistem khas menurut kepribadian bangsa indonesia, namun
sistem ketatanegaraan Republik indonesia tidak terlepas dari ajaran Trias Politica Montesquieu.
Ajaran trias politica tersebut adalah ajaran tentang pemisahan kekuasaan negara menjadi tiga
yaitu Legislatif, Eksekutif, dan Judikatif yang kemudian masing-masing kekuasaan tersebut
dalam pelaksanaannya diserahkan kepada satu badan mandiri, artinya masing-masing badan itu
satu sama lain tidak dapat saling mempengaruhi dan tidak dapat saling meminta pertanggung
jawaban.
Apabila ajaran trias politika diartikan suatu ajaran pemisahan kekuasaan maka jelas Undang-
undang Dasar 1945 menganut ajaran tersbut, oleh karena memang dalam UUD 1945 kekuasaan
negara dipisah-pisahkan, dan masing-masing kekuasaan negara tersebut pelaksanaannya
diserahkan kepada suatu alat perlengkapan negara.
Chart Flow di bawah adalah perbedaan struktur pemerintahan Indonesia sebelum amandemen
UUD 1945 dan setelah amandemen UUD1945. Perbedaan mendasarnya adalah kedudukan MPR
yang bukan lagi menjadi lembaga tertinggi negara.
Wewenang DPR
1. Hak Interpelasi
2. Hak Angket
3. Hak menyatakan pendapat
3.Dewan Perwakilan Daerah
Dewan Perwakilan Daerah merupakan lembaga negara yang terdiri dari perwakilan dari tiap
provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum. Jumlah anggota DPD maksimal adalah 1/3
jumlah anggota DPR dan banyaknya anggota tiap provinsi tidak sama, maksimal 4 orang. Masa
jabatan sama seperti DPR, lima tahun. Anggota DPD berdomisili di provinsinya dan berada di
Ibu Kota negara ketika diadakan sidang.
Wewenang:
1. Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan kepentingan daerah
dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah ditiadakannya utusan daerah dan utusan
golongan yang diangkat sebagai anggota MPR.
2. Keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan Negara Republik Indonesia.
3. Dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu.
4. Mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, RUU lain yang berkait dengan kepentingan
daerah.
Selain sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, Presiden merupakan panglima angkatan
tertinggi yang memiliki wewenang sebagai berikut:
1. menyatakan perang, perdamaian, perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR
2. membuat perjanjian internasional dengan persetujuan DPR
3. menyatakan keadaan bahaya
5. Mahkamah Agung
Mahkamah agung merupakan pemegang kekuasaan kehakiman. Mahkamah agung adalah
peradilan tertinggi di Indonesia. Pasal 24 ayat (2) menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan dibawahnya serta oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi. Ketentuan tersebut menyatakan puncak kekuasaan kehakiman dan
kedaulatan hukum ada pada MA dan MK. Mahkamah Agung merupakan lembaga yang mandiri
dan harus bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan yang lain.Dalam hubungannya dengan
Mahkamah Konstitusi, MA mengajukan 3 (tiga) orang hakim konstitusi untuk ditetapkan sebagai
hakim di Mahkamah Konstitusi.
Wewenang MA antara lain:
6. Mahkama Konstitusi
Kewenangan Mahkamah Konstitusi sesuai dengan ketentuan Pasal 24C ayat (1) dan (2)
1. untuk mengadili pada tingkat pertama dan terakhir untuk menguji UU terhadap UUD,
2. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan UUD,
3. memutus pembubaran partai politik, dan
4. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
Disamping itu, MK juga wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD.Dengan kewenangan tersebut,
jelas bahwa MK memiliki hubungan tata kerja dengan semua lembaga negara yaitu apabila
terdapat sengketa antar lembaga negara atau apabila terjadi proses judicial review yang diajukan
oleh lembaga negara pada MK