Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Anomali urachus pertama kali dideskripsikan oleh Cabriolus pada tahun 1550.
Sejak itu, sejumlah kasus anomali urachus dilaporkan. Urachus merupakan sisa
embrionik normal dari primitive bladder berupa jaringan fibrous yang memanjang
dari bladder ke umbilicus. Urachus merupakan hasil obliterasi dari allantois. Urachus
terletak di space of Reitzius, antara fascia transversalis di anterior dan peritoneum di
posterior. Kegagalan obliterasi allantois menghasilkan anomali urachus yang
bervariasi, beberapa menimbulkan manifestasi klinis. Sisa urachal sering
menyebabkan infeksi fatal dan malignansi.

Terdapat 4 jenis kelainan urachus yaitu urachal fistula, urachal sinus, urachal
cyst, dan vesicourachal diverticulum.

Urachal fistula (patent urachus) merupakan kelainan urachus dimana terdapat


hubungan antara vesica urinaria dan umbilicus. Angka kejadian untuk patent urachus
sekitar 50%. Urachal sinus merupakan kelainan urachus berupa kantong yang
membuka ke umbilicus. Angka kejadian sekitar 15%.Urachal cyst terbentuk jika
urachus menutup pada ujung umbilicus dan ujung vesica urinaria tapi tetap patent
pada ruangan di antaranya dan terisi oleh sekresi dari glandula yang melapisinya.
Tidak terdapat hubungan antara vesica urinaria dan umbilicus. Kista biasanya terletak
sepertiga distal dari urachus. Angka kejadian sekitar 30%. Urachal diverticulum
(Vesicourachal diverticulum) merupakan kelainan terdapat kantong (divertikel) pada
dome vesica urinaria. Angka kejadian sekitar 5%.

Paten urachus merupakan kondisi patologis yang relatif jarang. Insidensi


patent urachus sekitar 1 – 2,5 per 100000. Urachus lebih sering terjadi pada pria
dibanding wanita dengan perbandingan sekitar 2 : 13. Anomali urachus dapat

1
menimbulkan masalah terutama bila terjadi komplikasi seperti infeksi, ruptur urachal
cyst, perubahan ke arah malignansi, dan lain – lain.

Anomali urachus dapat dilihat dengan pemeriksaan radiologi berupa


pemeriksaan dengan VCUG, fistulography, ultrasonography, CT scan, dan MRI.
Pemilihan modalitas disesuaikan dengan jenis anomali urachus. Patent urachus dapat
terlihat jelas dengan fistulography dan VCUG.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Urachus merupakan saluran yang menghubungkan antara allantoic stalk dan


vesica urinaria bagian atas, pada proses normal akan terjadi apoptosis dari sel
epitelium urachus (obliterasi urachus) pada minggu ke 5-7 kehamilan sehingga
urachus tersebut akan mengalami involusi membentuk ligamentum umbilicalis
mediana. Kelainan urachus akan muncul ketika proses obliterasi ini tidak sempurna,
yang kemudian akan meninggalkan lumen persisten. Bisa terjadi pada keseluruhan
saluran membentuk patent urachus, atau pada sebagian saluran membentuk sinus
urachus, kista atau diverticulum.
Urachus adalah suatu saluran yang menghubungkan lumen kandung kemih
dengan alantois yang terdapat pada fetus. Pada keadaan normal urachus menutup
setelah lahir dengan membentuk sikatrik pada apex dari kandung kemih, sedangkan

3
fungsi urachus digantikan oleh uretra. Patent urachus merupakan keadaan dimana
penutupan saluran urachus tidak sempurna.
Urachus merupakan suatu korda fibromuskuler yang berlokasi pada jaringan
ekstraperitoneal anterior dalarn ruang Retzius (antara fasia transversalis sebelah
anterior dan peritoneum parietalis disebelah posterior). Urachus berbentuk saluran
yang pada orang dewasa berukuran panjang 1,2-3,9 inci (3-10 cm) dan diameter 0.3-
0.4 inci (8-10 mm), berkembang dari bagian superior sinus urogenital dan
menghubungkan fundus vesika urinaria ke umbilicus selarna kehidupan fetal.
Urachus adalah normal pada kehidupan embrionik dan mengalami obliterasi dengan
32 minggu masa gestasi, menyisakan pita fibrous yang pada orang dewasa dikenal
sebagai ligamentum umbilikalis media.

Secara histologi urachus merupakan tabung fibromuskuler yang terdiri atas


tiga lapisan berbeda yaitu :
 Saluran epitelial dengan epitel transisional (70%) atau epitel kolumner (30%),
 Lapisan jaringan konektif submukosal; dan
 Otot polos pada lapisan terluar yang memiliki kontinuitas dengan muskulus
detrusor.
Defek pada obliterasi urachus menimbulkan kelainan bawaan berupa
fistula urachus, sinus urachal, divertikulum urachal dan kista urachal. Sisa urachus
dapat memberikan berbagai masalah tidak hanya pada bayi dan anak-anak tetapi juga
pada orang dewasa.

2.2 Embriologi dan Anatomi

Allantois terbentuk pada umur kehamilan 16 hari sebagai kantong tipis


berbentuk jari dari dinding caudal yolk sac. Vesica urinaria terbentuk dari bagian
ventral kloaka yang bersambung dengan allantois di ventral. Bagian ujung

4
cranioventral dari vesica urinaria membuka ke allantois setinggi umbilicus.Urachus
merupakan bagian dari vesica urinaria fetus yang dibentuk dari kloaka.
Selama minggu keempat perkembangan embrionik, terjadi pembesaran cavum
amnion dan lateral folding transform trilaminar embryo ke dalam struktur tubular
yang kasar. Dinding ventral embryo dibentuk dari fusi lateral somatopleure yang
menyebabkan penggabungan bagian yolk sac di dalam embryo sebagai primitive
midgut. Allantois, connecting stalk, pembuluh darah allantois, dan amnion
membentuk umbilical cord .
Antara minggu keempat – minggu keenam gestasi, urorectal septum membagi
endodermal cloaca menjadi ventral urogenital sinus dan dorsal rectum. Bagian cranial
dari urogenital sinus bersambung dengan allantois dan berkembang menjadi vesica
urinaria dan pelvic urethra. Bagian caudal berkembang menjadi phallic urethra pada
pria dan distal vagina pada wanita. Tidak seperti pada pria, keseluruhan urethra
wanita berasal dari bagian pelvic urogenital sinus. Allantois berkembang menjadi
extraembryonic cavity dari yolk sac dan berhubungan dengan bagian cranioventral
cloaca, yang akan menjadi vesica urinaria.
Vesica urinaria fetus berbentuk kantong tubular dilapisi single layer cuboidal
cells yang dikelilingi jaringan ikat longgar. Antara minggu ke-7 – minggu ke-12,
epitel vesica urinaria terdiri dari bilayered cuboidal cells dan mulai menjadi mature
urothelial antara minggu ke-13 – minggu ke-17. Pada minggu ke-21, lapisan epitel
menjadi 4 – 5 lapisan tebal dan menunjukkan gambaran ultrastruktural yang serupa
dengan urothelium yang telah differensiasi sempurna.

Pada minggu ke-7 – minggu ke-12 jaringan ikat sekitar memadat dan otot
polos mulai tampak, pertama pada regio bladder dome dan selanjutnya menuju
bladder base. Jaringan kolagen pertama muncul pada lamina propria dan kemudian
meluas ke dinding yang lebih dalam antara otot.

Pada umur 10 minggu embrionik, vesica urinaria meluas dan apexnya


meruncing ke urachus yang bersambung dengan sisa allantoic stalk. Selama bulan

5
ketiga kehamilan, setengah bagian bawah buli bertempat di belakang os pubic
sedangkan setengah bagian atas buli menyempit dan berkerut menjadi struktur tipis
seperti kerucut yang disebut “middle umbilical ligament”. Vesical atau stratified
epithelium dapat berlanjut melalui ligamen umbilical tersebut. Ligamen ini, atau
“urachus” dapat patent maupun obliterasi.

Pada bulan keempat - kelima kehamilan, allantoic duct dan ventral cloaca
involusi menjadi vesica urinaria. Vesica urinaria turun masuk ke dalam pelvis.
Turunnya vesica urinaria ini menyebabkan allantoic duct memanjang. Bagian apex
vesica urinaria menyempit menjadi helaian fibromuscular yang dilapisi epitel dan
dinamakan urachus. Urachus yang obliterasi menjadi medial umbilical ligament dan
menghubungkan apex vesica urinaria dengan umbilicus.

Urachus terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan terdalam, lapisan tengah, dan
lapisan terluar. Lapisan terdalam berupa modified transitional epithelium menyerupai
uroepithelium. Lapisan tengah berupa fibroconnective tissue. Lapisan terluar
merupakan otot polos yang bersambung dengan detrusor.

Saat lahir, urachus merupakan struktur kecil yang memeluk dinding abdomen
anterior dan hampir tertutupi oleh arteri umbilical yang relatif besar. Pada tahap ini,
panjang urachus sekitar 2 – 2,5 cm dari apex vesica urinaria sampai ke umbilicus,
dengan tambahan sekitar 0,5 cm intramural pada dinding vesica urinaria. Dari riwayat
embriologisnya, urachus merupakan struktur ekstraperitoneal. Pada dewasa, traktus
fibrotik tersebut terletak sepanjang bagian bawah dari posterior rectus sheath.

Ukuran urachus bervariasi. Panjangnya sekitar 3 – 10 cm dan diameternya


sekitar 8 – 10 mm7. Urachus dapat bergabung dengan satu atau dua arteri umbilcal
yang obliterasi dan bisa terjadi sedikit deviasi ke arah kanan atau kiri dari midline.

6
2.3 Epidemilogi

Kelainan urachus secara kongenital ini ditemukan kurang dari 1 : 1000 pada
bayi lahir hidup. Fistula urachus terjadi sekitar 50% dari seluruh kelainan urachal
dengan insiden sekitar 0,25-15/10.000 kelahiran dan 2:1 predominan pada laki-laki.
Pada 15 – 30% pasien, fistula urachus disertai dengan atresia uretra atau obstruksi
katup posterior yang merupakan mekanisme proteksi terhadap obstruksi.

2.4 Etiologi

Kelainan urachus diakibatkan oleh kegagalan obliterasi lumen urachus dengan


etiologi yang mendasari baik secara genetik maupun pada tingkatan molekuler masih
belum diketahui. Defek obliterasi ini memberikan variasi kelainan yang
menyebabkan hubungan menetap antara vesika urinaria, urachus dan umbilikus. Oleh
karena kasusnya yang jarang, kelainan sisa urachus sering didiagnosis dengan
gangguan intraabdominal daerah midline dan gangguan pada rongga pelvis.
Terbentuknya urachus berhubungan langsung dengan desensus vesika urinaria.
Tergantungnya proses desensus ini lebih sering menyertai paten urachus dibanding
obstruksi saluran keluar vesika urinaria.

Fistula terjadi bila saluran sisa hubungan menetap antara vesika urinaria
dengan umbilikus akibat kegagalan total penutupan garis epithelial kanal urachal,
sehingga urin dapat mengalir keluar melalui umbilikus.
Kausanya masih idiopatik tapi ada beberapa teori yg muncul, yaitu teori
obstruksi vesika urinaria intrauterine, teori kegagalan proses penurunan vesika
urinaria ke dalam pelvis dan teori re-tubularization.
Pada kultur bakteri sering didapatkan Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
Enterococcus dan Citrobacter.

7
2.5 Klasifikasi

Kelainan/kegagalan proses yang secara normal terjadi pada urachus ini pada
masa kehamilan mengakibatkan terjadinya kelainan secara kongenital pada urachus/
congenital urachal remnant abnormalitie.(1)
Terdiri dari:
– patent urachus atau urachal fistula (fistula urachus).

– urachal sinus (sinus urachus).

– urachal cysts (kista urachus).


Kelainan urachus secara kongenital ini ditemukan kurang dari 1 : 1000 pada bayi
lahir hidup.

8
Obliterasi yang tidak lengkap akan menyisakan beberapa masalah, yaitu berupa :

1. Persisten (fistula) urachus, yakni lumen urachus tetap terbuka sehingga


masih terjadi hubungan antara buli-buli dengan umbilikus. Tanda klinis
yang ditunjukkan adalah berupa keluarnya urin dari umbilikus. Diagnosis
dapat ditegakkan dengan memastikan bahwa cairan yang keluar adalah
urin dengan pemeriksaan kadar kreatinin, pencitraan VCUG, fistulografi,
atau dengan instilasi zat warna ( metilen biru melalui buli-buli ).
2. Kista Urachus, jika obliterasi terjadi pada ujung proksimal ( dekat
dengan umbilikus ) dan ujung distal ( dekat dengan buli-buli ), sedangkan
di tengahnya berupa rongga (kista). Kista ini dapat menjadi besar sehingga
secara klinis terlihat benjolan di infra-umbilikus, jika terinfeksi bisa
menyebabkan sepsis, dan bisa terbentuk batu di dalam kista.
3. Divertikulum urachus atau divertikulum vesiko-urachus, yakni masih
terbukanya urachus sisi distal. Keadaan ini sering tidak memberikan gejala
klinis, hanya saja beberapa kasus dapat berubah menjadi maligna, yang
sering sebagai adenokarsinoma buli-buli. Diagnosa ditegakkan melalui
sistografi atau sistoskopi dan CT scan.
4. Sinus urachus, masih terbukanya urachus pada sisi umbilikus yang
berupa kantong yang terbuka pada umbilikus. Tidak jarang sinus urachus
memberikan gejala keluarnya cairan melalui umbilikus, yang jika
mengalami infeksi berupa cairan purulen. Diagnosis ditegakkan dengan
sinografi bersamaan dengan sistografi.

2.6 Manifestasi Klinis

Pada pemeriksaan fisis didapatkan drainase cairan dari umbilikus secara terus-
menerus atau intermiten yang meningkat alirannya saat peningkatan tekanan intra
abdominal seperti menangis, batuk dan mengedan. Gejala tambahan yang biasa

9
muncul, seperti pembesaran atau edema umbilikus, dan lambatnya penyembuhan tali
pusat.
Gejala klinis dari anomali urachus diantaranya adalah asimptomatis, nyeri
abdomen, demam, periumbilical mass, infeksi saluran kemih, dan umbilical discharge.
Discharge bisa berupa cairan jernih, serous, purulent, maupun bloody. Discharge yang
bening menyerupai urin, diduga kuat merupakan discharge dari patent urachus.
Sedangkan discharge yang berupa serous, purulent maupun bloody diduga berasal dari
urachal sinus maupun urachal cyst.
Diagnosis patent urachal dan urachal sinus sering dibuat dengan melihat adanya
ekskresi urin dari umbilicus.
2.7 Diagnosis

Diagnosa dapat dilakukan dengan pemeriksaan ureum dan kreatinin pada


cairan urin atau dengan menyuntikkan methylen blue atau dengan indigo Carmen
melalui kateter ke dalam vesika urinaria. Pemeriksaan Longitudinal Ultrasound dan
Voiding Cystourethrogram (VCUG) dapat untuk membedakan dengan paten
omphalomesenterik dan juga dapat menunjukkan hubungan umbilikus dengan vesika
urinaria.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk urachus adalah VCUG,


fistulography, ultrasonography, CT scan, dan MRI. Pemilihan modalitas disesuaikan
dengan jenis anomali urachus. Patent urachus dapat terlihat jelas dengan
fistulography dan VCUG

Pada fistulography dan VCUG, tampak bahan kontras mengisi canal urachal
yang menghubungkan dome vesica urinaria dengan umbilicus. Pada USG potongan
longitudinal yang ditelusur dari umbilicus ke arah caudal, tampak sebagai struktur
hipoechoic berbentuk tubular yang menghubungkan dome vesica urinaria dengan
umbilicus. Patensi urachus lebih bagus dinilai dengan tranducer linier frekuensi tinggi
karena letak urachus yang superficial. Pada CT scan dan MRI potongan sagital,

10
tampak sebagai struktur tubular yang menghubungkan aspek anterior dari vesica
urinaria dengan umbilicus.

2.8 Penatalaksanaan

Terapi yang biasa dilakukan pada kelainan urachus adalah pembedahan yang
umumnya disarankan untuk mencegah komplikasi infeksi dan kerusakan kulit. Fistula
sebaiknya dilakukan eksisi lengkap dari umbilicus, urachus, dan vesica urinaria
bagian ventral. Selain itu jahitan sederhana pada kelainan urachus memiliki tingkat
rekurensi yang tinggi.

11
Penanganan bedah adalah penanganan utama dari kelainan urachus, pada
kelaianan paten urachus pada neonatus, dapat menutup secara spontan bila tidak
terjadi obstruksi vesikaurinaria, dan divertikulum dengan mulut lebar. Indikasi
operasi pada kelainan urachus adalah paten urachus persisten (karena resiko rekuren
infeksi, pembentukan batu, drainase cairan persisten dari umbilikus, ekskoriasi, dan
nyeri), kista urachus yang simptomatis (berukuran besar atau infeksi), dan sinus
urachus yang simptomatis.
Eksisi merupakan penanganan terpilih untuk kelainan urachus. Sejauh ini
pendekatan tradisional dengan eksisi total urachus dilakukan melalui insisi curvilinear
hipogastrik (bayi) atau insisi transversal infraumbilikal (anak yang lebih tua)
memberikan penanganan yang adekuat.
Penanganan bedah dilakukan dengan eksisi radikal sisa urachus termasuk
ligamentum umbilikalis medialis sama halnya dengan peritoneum yang bersebelahan
dengan umbilicus hingga fundus vesikaurinaria dengan sedikit fragmen fundus
vesikaurinaria pada insersi urachus diangkat. Mukosa hendaknya tidak ditinggalkan
pada umbilicus. Hal ini dilakukan untuk mencegah rekurensi, pembentukan batu, dan
mencegah timbulnya malignansi adenokarsinoma.

12
2.9 Komplikasi

Pada fistula urachus, observasi dilakukan terlebih dahulu pada beberapa bulan
awal kehidupan karena pada beberapa kasus dapat mengalami resolusi spontan.
Koreksi bedah diharuskan jika menetap setelah 2 bulan. Jika terdapat obstruksi
saluran keluar vesikaurinaria harus dikoreksi terlebih dahulu karena hal ini mungkin
menjadi penyebab patensi urachus yang menetap.
Resiko timbulnya keganasan dimasa datang pada sisa urachus telah diketahui
baik timbulnya keganasan pada sisa urachus kiranya disebabkan oleh inflamasi dan
infeksi kronik keganasan urachal terhitung hanya berkisar 1 persen hingga 10 persen
dari kanker pada orang dewasa. Keganasan urachal pada umumnya berupa
adenokarsinoma walaupun karsinoma sel transisional, karsinoma sel squamos dan
sarkoma telah dilaporkan.

13
2.10 Prognosis

Kelainan sisa urachus umumnya tidak memiliki morbiditas dan mortalitas


yang signifikan. Kecuali jika kelainan kongenital serius ditemukan bersama dengan
sisa urachus, prognosisnya adalah jelek. Pasien dengan kelainan sisa urachus yang
sudah dioperasi lazimnya sangat baik Pada umumnya anak mengalami pemulihan
dengan cepat. Komplikasi kelainan sisa urachus berupa adenokarsinoma memberikan
prognosis yang jelek.

14
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Nn. G. M Tanggal Masuk : 25 mei 2016


Umur : 23 Tahun Pekerjaan : Mahasiswa
JK : Perempuan Ruangan : Teratai
RM : 48-66-18 Rumah Sakit : RS. Undata Palu

II. ANAMNESIS
Keluhan utama : adanya cairan yang keluar dari pusar
Anamnesis terpimpin :
Pasien masuk dengan keluhan adanya cairan yang keluar terus - menerus
dari pusar. Hal ini dialami oleh pasien sejak 3 hari setelah lahir, saat itu tali
pusar juga terlepas dan menurut pasien, tali pusatnya mengalami penyembuhan
yang lambat. Pasien mengaku pusarnya selalu basah dan berbau pesing, cairan
yang keluar dari pusar seperti air, dan tidak disertai nanah. cairan bertambah
banyak jika pasien batuk dan mengedan. Riwayat demam (-), mual muntah (-),
BAK lancar, BAB biasa.

Riwayat menggunakan obat : Tidak ada


Riwayat peyakit dahulu : Tidak ada riwayat DM, tidak ada
riwayat Hipertensi
Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada riwayat DM dan Hipertensi

III. PEMERIKSAAN FISIS

BB : 55 Kg
TB : 163 cm
GCS : E4V5M6

15
Status Generalisata : Sakit Sedang/ Composmentis/ Gizi Baik
Tanda Vital :
TD : 120/80 mmHg
Pernapasan : 20 x/menit
Nadi : 96 kali/menit
Suhu aksilla : 36.7 °C
Kepala :
Normocephal
Mata : Konjungtiva Anemis (-)/(-), Sklera Ikterik (-)/(-)
Leher : Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-)
Thorax
- Inspeksi : Normothoraks, pergerakan simetris
- Palpasi : Vocal fremitus kanan=kiri, nyeri tekan (-)
- Perkus : Sonor (+)/(+), batas paru hepar SIC VI midclavicula
dextra
- Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler (+)/(+), Rh (-)/(-), Wh (-)/(-)
Abdomen
- Inspeksi : Tampak cembung, terdapat cairan berwarna bening
pada pusar, edem daerah pusar(+), push (-), darah (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Palpasi : Nyeri tekan (-), Organomegali(-)
- Perkusi : Timpani

Genitalia : Tidak ditemukan kelainan


Ekstremitas
o Superior : Akral hangat (+)/(+), deformitas (-)/(-)
o Inferior : Akral hangat (+)/(+), deformitas (-)/(-)
Status Lokalis
- Regio : umbilikus

16
- Inspeksi : Tampak cairan keluar dari umbilikus, edem pusar (+),
- Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-),
IV. RESUME
Pasien masuk dengan keluhan adanya cairan yang keluar terus - menerus
dari umbilikus. Hal ini dialami oleh pasien sejak 3 hari setelah lahir, dan
menurut pasien tali pusatnya mengalami penyembuhan yang lambat. Pasien
mengaku pusarnya selalu basah dan berbau pesing, cairan yang keluar dari
pusar seperti air, berwarna seperti urin dan tidak disertai nanah. cairan
bertambah banyak jika pasien batuk dan mengedan. Riwayat demam (-), mual
muntah (-), BAK lancar (+), penilaian pada regio umbilkus, Inapeksi : tampak
urin keluar terus menerus, edem umbilikus (+). Palpasi : Nyeri tekan (-),
massa (-).

V. DIAGNOSIS SEMENTARA
Patent Ductus Uracus

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


- Laboratorium
Darah Rutin (14 Mei 2016)
RBC : 4,53 x 1012/L (3.6 – 5.2) (N)
WBC : 9,07 x 109/L (5 - 11) (N)
Hb : 1,8 g/dL (12 - 18) (N)
Hct : 37,5% (35 - 52) (N)
Plt : 310 x 109/L (150 - 450) (N)
Kimia Darah (14 Mei 2016)
GDS : 76 mg/dL (70 - 200) (N)
Ureum : 22,9 mg/dL (8 - 53) (N)
Kreatinin : 0.6 mg/dL (0.3 - 0.6) (N)
SGOT : 17,8 U/L

17
SGPT : 13,9 U/L
Urinalisis (14 Mei 2016)
PH : 5,6
Berat jenis : 1.015
Leukosit : (-) Negatif
Protein : Negatif
Glukosa : Negatif
Sedimen : Leukosit (2)
Eritrosit (2)
Silinder (-)
Epiel (+)
Kristal (-)
VII. DIAGNOSIS AKHIR
Paten Ductus Uracus
VIII. PENATALAKSANAAN
- Medikamentosa :
 Pemberian antibiotik
- Tindakan operatif
 Eksisi ductus urachus

IX. PROGNOSIS

Dubia ad bonam

X. DOKUMENTASI PASIEN

18
BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis dengan

Paten ductus Urachus.

Pada anamnesis didapatkan bahwa pasien perempuan usia 23 tahun masuk


dengan keluhan adanya urin yang keluar terus menerus dari pusarnya. Hal ini dialami
oleh pasien sejak 3 hari setelah lahir. Menurut pasien tali pusatnya mengalami
penyembuhan yang lama. Pusarnya selalu tampak basah dan berbau pesing. Tidak
terdapat riwayat demam yang dialami oleh pasien.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan, pusarnya selalu basah, berbau pesing, dan
umbilikus tampak edem. Cairan yang keluar dari pusar seperti air, dan tidak disertai
nanah. cairan bertambah banyak jika pasien batuk dan mengedan.
Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa drainase cairan dari umbilikus secara
terus-menerus atau intermiten yang meningkat alirannya saat peningkatan tekanan
intra abdominal seperti menangis, batuk dan mengedan. Gejala tambahan yang biasa
muncul, seperti pembesaran atau edema umbilikus, dan lambatnya penyembuhan tali
pusat.
Gejala klinis dari anomali urachus diantaranya adalah asimptomatis, nyeri
abdomen, demam, periumbilical mass, infeksi saluran kemih, dan umbilical
discharge. Discharge bisa berupa cairan jernih, serous, purulent, maupun bloody.
Discharge yang bening menyerupai urin, diduga kuat merupakan discharge dari
patent urachus.

Tanda klinis yang ditunjukkan adalah berupa keluarnya urin dari umbilikus.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan memastikan bahwa cairan yang keluar adalah

19
urin dengan pemeriksaan kadar kreatinin, pencitraan VCUG, fistulografi, atau dengan
instilasi zat warna ( metilen biru melalui buli-buli ).

Untuk memperbaiki keadaan pasien maka diperlukan tindakan pembedahan.


Pada pasien ini dilakukan explorasi serta eksisi ductus urachus. Eksisi ductus urachus
yang dilakukan setinggi dome dan umbilikal.

Hal ini sudah sesaui teori, bahwa terapi yang biasa dilakukan pada kelainan
urachus adalah pembedahan yang umumnya disarankan untuk mencegah komplikasi
infeksi dan kerusakan kulit. Fistula sebaiknya dilakukan eksisi lengkap dari
umbilicus, urachus, dan vesica urinaria. Selain itu jahitan sederhana pada kelainan
urachus memiliki tingkat rekurensi yang tinggi.

Eksisi merupakan penanganan terpilih untuk kelainan urachus. Sejauh ini


pendekatan tradisional dengan eksisi total urachus dilakukan melalui insisi curvilinear
hipogastrik (bayi) atau insisi transversal infraumbilikal (anak yang lebih tua)
memberikan penanganan yang adekuat.
Penanganan bedah dilakukan dengan eksisi radikal sisa urachus termasuk
ligamentum umbilikalis medialis sama halnya dengan peritoneum yang bersebelahan
dengan umbilicus hingga fundus vesikaurinaria dengan sedikit fragmen fundus
vesikaurinaria pada insersi urachus diangkat. Mukosa hendaknya tidak ditinggalkan
pada umbilicus. Hal ini dilakukan untuk mencegah rekurensi, pembentukan batu, dan
mencegah timbulnya malignansi adenokarsinoma.

20
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Anomali urachus merupakan kelainan kongenital berupa kegagalan obliterasi


allantois. Urachal fistula (patent urachus) merupakan kelainan urachus dimana
terdapat hubungan antara vesica urinaria dan umbilicus. Angka kejadian untuk patent
urachus sekitar 50%. Pada paten uracus, lumen urachus tetap terbuka sehingga masih
terjadi hubungan antara buli-buli dengan umbilikus.

Kelainan urachus diakibatkan oleh kegagalan obliterasi lumen urachus dengan


etiologi yang mendasari baik secara genetik maupun pada tingkatan molekuler masih
belum diketahui. Defek obliterasi ini memberikan variasi kelainan yang
menyebabkan hubungan menetap antara vesika urinaria, urachus dan umbilikusTanda
klinis yang ditunjukkan adalah berupa keluarnya urin dari umbilikus. Diagnosis dapat
ditegakkan dengan memastikan bahwa cairan yang keluar adalah urin dengan
pemeriksaan kadar kreatinin, pencitraan VCUG, fistulografi, atau dengan instilasi zat
warna ( metilen biru melalui buli-buli ).

21
FOLLOW UP

Tanggal 30 Mei 2016

S : urin masih merembes di umbilikus

O: TTV: TD: 120/70 mmHg, N: 80 x/m, R: 19 x/m, S: 36,5 °C

Status lokalis: tampak urin yang keluar dari umbilikus, pusar tidak pernah tampak

kering

A: Paten Ductus Urachus

P: Rencana explorasi dan eksisi ductus urachus

Tanggal 31 Mei 2016

S : urin masih merembes di umbilikus (Pre OP)


O: TTV: TD: 110/70 mmHg, N: 87 x/m, R: 22 x/m, S: 36,5 °C
Status lokalis: tampak urin yang keluar dari umbilikus (Pre Op)
A: Paten Ductus Urachus
P: ren explorasi + eksissi ductus urachus
Infus RL 20 tpm
Inj. Cefuroxime 1 gr/ 12 jam skin test

Tanggal 1 Juni 2016

S : urin masi merembes di umbilikus

O: TTV: TD: 120/80 mmHg, N: 76 x/m, R: 18 x/m, S: 36 °C

A: Paten Ductus Urachus

22
P: Infus RL 20 tpm
Inj. Cefuroxime 1 gr/ 12 jam
Hari ini dilakukan explorasi dan eksisi ductus urahus

Tanggal 2 Juni 2016


S : nyeri post op (+), Flatus (+), belum BAB
O: TTV: TD: 110/70 mmHg, N: 78 x/m, R: 18 x/m, S: 36 °C
- Peristaltik usus (+) kesan normal, urin selama 8 jam = 1200 cc
A: Paten Ductus urachus+ post op eksisi ductus urachus H-1
P: Infus Dextrose 5% dan futrolit 2 : 1
Inj. Cefuroxime 1 gr/ 12 ja
Inj. Transamin 250 mg/ 8 jam
Inj. Ranitidine/ 12 jam
Inj. Ketorolac 30mg/ 8 jam

Tanggal 3 Juni 2016


S : Nyeri operasi sudah mulai menurun, flatus (+), BAB (-)
O: TTV: TD: 100/60 mmHg, N: 80x/m, R: 18 x/m, S: 36 °C
- Peristaltik usus (+) kesan normal, urin selama 9 jam = 1100 cc
A: Paten Ductus Urachus + post op eksisi ductus urachus H-2

P: Infus futrolit 16 tpm


Inj. Cefuroxime 1 gr/ 12 jam
Inj. Ketorolac ektra 1 amp bila nyeri hebat
Ranitidin 40 mg 2x1 tab
Transamin 3x 500 mg tab
Aff kateter

23
Tanggal 4 Juni 2016
S : Nyeri operasi sudah mulai menurun, flatus (+), BAB (-)
O: TTV: TD: 100/70 mmHg, N: 80x/m, R: 18 x/m, S: 36,7 °C
- Peristaltik usus (+) kesan normal
A: Paten Ductus Urachus + post op eksisi ductus urachus H-3
P: Infus futrolit 16 tpm
Inj. Cefuroxime 1 gr/ 12 jam
Ranitidin 40 mg 2x1 tab
Transamin 3x 500 mg tab
Ganti verban

Tanggal 5 Juni 2016


S : Nyeri operasi sudah mulai menurun, flatus (+), BAB (-), BAK lancar
O: TTV: TD: 130/70 mmHg, N: 74x/m, R: 20 x/m, S: 36,7 °C
- Peristaltik usus (+) kesan normal
A: Paten Ductus Urachus + post op eksisi ductus urachus H-4
P: Aff Infus
Cefixime 2x 100 mg tab
Ranitidin 40 mg 2x1 tab
Transamin 3x 500 mg tab
Asam mefenamat 3x 500 mg tab
Os pulang

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Huang CS, Luo CC, Chao HC, Chen HM, Chu SM. Urachal Anomalies in

Children: Experience at One Institution. Chang Gung Med J Vol. 26 No. 6 June

2003.

2. Anonim. Urachus. Available at http://en.wikipedia.org/wiki/Urachus.

3. Soni HC, Patel SB, Shah SR, Patel H, Patel D. Case Report : Urachal Pathologies.

Ind J Radiol Imag, 15:3, August 2005.

4. Sterling JA, Goldsmith R. Lesions of Urachus Which Appear in The Adult.

Annals of Surgery Vol.137 No1 January 1953.

5. Begg RC. The urachus: its anatomy, histology and development. Journal of

Anatomy. 1930;64:170-183.

6. Hammond GY, Davis JE. The urachus, its anatomy and associated fascia.

Anatomical Record. 1941:271-274.

7. Tolaymat L, Maher J, Kleinman G, Stalnaker R, Kea K, Walker A. Persistent

Patent Urachus with Allantoic Cyst: a Case Report. Ultrasound Obstet Gynecol. 10

(1977) 366 – 8. Larsen WJ. Human

25

Anda mungkin juga menyukai