I. PENDAHULUAN
Hepatoma merupakan tumor ganas primer di hati yang berasal dari sel
parenkim atau epitel saluran empedu. Yang pertama (dikenal sebagai karsinoma
hepatoseluler) merupakan 80-90% keganasan hati primer, yang terakhir disebut
sebagai kolangiokarsinoma. Sekitar 75% penderita karsinoma hepatoselular
mengalami sirosis hati, terutama tipe alkoholik dan pasca nekrotik. Pedoman
diagnostik yang paling penting adalah memburuknya penyakit pasien sirosis yang
tidak diketahui sebabnya dan pembesaran hati dalam waktu cepat. 1,2
II. EPIDEMIOLOGI
Hepatoma meliputi 5,6% dari seluruh kasus kanker pada manusia serta
menempati peringkat kelima pada laki-laki dan kesembilan pada perempuan
sebagai kanker yang paling sering terjadi di dunia, dan urutan ketiga dari kanker
system saluran cerna setelah kanker kolorektal dan kanker lambung. Di Amerika
Serikat sekitar 80%-90% dari tumor ganas hati primer adalah hepatoma. Angka
kejadian tumor ini di Amerika Serikat hanya sekitar 2% dari seluruh karsinoma
yang ada. Sebaliknya di Afrika dan Asia hepatoma adalah karsinoma yang paling
sering ditemukan dengan angka kejadian 100/100.000 populasi. Sekitar 80% dari
kasus hepatoma di dunia berada di negara berkembang seperti Asia Timur dan
Asia Tenggara serta Afrika Tengah yang diketahui sebagai wilayah dengan
prevalensi tinggi hepatitis virus.1,4
1
Hepatoma jarang ditemukan pada usia muda, kecuali di wilayah yang
endemic infeksi hepatitis B virus (HBV) serta banyak terjadi transmisi HBV
perinatal. Umumnya di wilayah dengan kekerapan hepatoma tinggi, umur pasian
hepatoma 10-20 tahun lebih muda daripada umur pasien hepatoma di wilayah
dengan angka kekerapan hepatoma rendah. Di wilayah dengan angka kekerapan
hepatoma tinggi, rasio kasus laki-laki dan perempuan dapat sampai 8:1. 1
Ket:
1. Ligamentum coronarium
2. Lobus hepatis dextra
3. Vesica biliaris
4. Diafragma
5. Lobus hepatis sinistra
6. Ligamentum falciforme
Ket:
1. Appendix fibrosa hepatis
2. Lobus caudatus
3. Lobus hepatis sinistra
4. Arteri hepatika propria
5. Ligamentum teres hepatis
6. Lobus quadrates
7. Vesica biliaris
8. Lobus hepatis dextra
9. Vena porta hepatis
10. Vena cava inferior
Gambar 1. Hepar tampak anterior dan posterior, dikutip dari kepustakaan nomor 7
2
Hati merupakan organ terbesar pada tubuh, menyumbang sekitar 2% berat
tubuh total atau sekitar 1,5 kg pada rata-rata manusia dewasa. Hati menempati
sebagian besar kuadran kanan atas abdomen dan merupakan pusat metabolism
tubuh dengan fungsi yang sangat kompleks. Batas hati sejajar dengan ruang
intercostalis V kanan dan batas bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga
VIII kiri. Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan terdapat celah
transversal sepanjang 5 cm dari system porta hepatis. Omentum minor terdapat
mulai dari system porta yang mengandung arteri hepatika, vena porta, dan duktus
koledokus. Sistem porta terletak di depan vena kava dan dibalik kandung
empedu.1,8
Pasokan darah ke hati sangat kaya, 20-25% dari cairan darah ke hati
berasal dari arteri hepatika, 75-80% dari vena porta. Pada hati normal, ratio
oksigen arteri hepatik dan vena porta adalah 50%:50%, bila terjadi sirosis berubah
menjadi 75%:25%. Pasokan darah hepar sebagian besar dari arteri hepatik, hanya
darah untuk bagian tepi berasal dari vena porta.1
Ket:
7
1. Vena hepatika sinistra
2. Vena cava inferior
1
6 3. Pulmo dexter lobus inferior
5 2 4. Diafragma
4 5. Vena hepatika dextra
3
6. Vena hepatika intermedia
1
7. Dinding abdomen
3
Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorbs lemak serta vitamin
larut lemak dalam usus, bilirubin (pigemen mpempedu utama) merupakan
hasil akhir metabolism pemecahan eritrocyt yang sudah tua, proses konjugasi
berlangsung dalam hati dan diekskresi kedalam empedu
2. Metabolidme karbohidrat (glikogenesis glikogenolisis, glukoneogenesis) dan
metabolism protein, serta sintesis protein, hati berperan penting dalam
mengatur kadar glukosa darah normal menyediakan energy untuk tubuh.
Karbohidrat disimpan dalam hati dalam bentuk glikogen. Protein serum yang
disentesis oleh hati adalah albumin serta globulin alfa dan beta (gamma
globulin tidak). Faktor pembekuan darah yang disentesis oleh hati adalah
fibrinogen (1), protrombin (II), dan factor V, VII, IX, dan X, sedangkan
vitamin k merupakan kofaktor yang penting dalam sintesis semua factor ini
kecuali factor V
3. Pembentkan urea, penyimpanan protein (asam amino), metabolism lemak,
ketogenesis, sintesis kolesterol,dan penimbunan lemak. Urea dibentuk
semata-mata dalam hati dari amoniak (NH3) yang kemudian diekskresi dalam
feses , NH3 dibentuk dari deaminasi asam amino dan kerja bakteri usus
terhadap asam amino. Hidrolisisi trigleserida, kolesterol,fosfolipid, dan
lipoprotein (diabsorbsi dari usus) menjadi asam lemak dan gliserol, hati
memgang peranan utama dalam sintesis kolesterol, sebagian besar diekskresi
dalam empedu sebagai kolesterol dan asam kolat
4. Penimbunan vitamin dan mineral. Vitamin larut lemak A D E Kdisimpan dalam
hati juga vitamin B12 tembaga dan besi
5. Metabolism steroid. Hati menginaktifkan dan menyekresi aldosteron
glukokortikoid, ekstrogen, progresteron dan testoteron.
6. Detoksifikasi, hati bertanggung jawab atas biotransformasi zat-zat berbahaya
(obat) menjadi zat-zat yang tidak berbahaya yang kemidian diekskresi oelh
ginjal
7. Gudang darah dan filtrasi. Sinusoid hati merupakan depot darah yangn mengalir
kermbali dari vena cava (gagal jantung kanan ), kerja fagositik sel kuffer
membuangn bakteri dan debris dari darah.
4
IV. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
Dewasa ini hepatoma dianggap terjadi dari hasil interaksi sinergis multifaktor
dan multifasik, melalui inisiasi, akselerasi, dan transformasi, serta peran onkogen
dan gen terkait. Walaupun penyebab pasti hepatoma belum diketahui, tetapi sudah
dapat diprediksi factor risiko yang memicu hepatoma, yaitu: 1,3,4,5,6
5
4. Aflatoksin
5. Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko utama untuk non-alcoholic fatty liver disease
(NAFLD), khususnya nonalcoholic steatohepatitis (NASH) yang dapat
berkembang menjadi sirosis hati dan kemudian dapt berlanjut menjadi
Hepatocelluler Carcinoma (HCC).
6. Diabetes mellitus
Pada penderita DM, terjadi perlemakan hati dan steatohepatis non-alkoholik
(NASH). Di samping itu, DM dihubungkan dengan peningkatan kadar insulin dan
insulin-like growth hormone faktors (IGFs) yang merupakan faktor promotif
potensial untuk kanker
7. Alkohol
Meskipun alkohol tidak memiliki kemampuan mutagenik, peminum berat
alkohol berisiko untuk menderita hepatoma melalui sirosis hati alkoholik.
8. Faktor risiko lain
Bahan atau kondisi lain yang merupakan faktor risiko hepatoma namun
lebih jarang ditemukan, antara lain:
a. Penyakti hati autoimun : hepatitis autoimun, PBS/sirosis bilier primer
b. Penyakit hati metabolik : hemokromatosis genetik, defisiensi antiripsin-alfa1,
Wilson disease
c. Kontrasepsi oral
d. Senyawa kimia : thorotrast, vinil klorida, nitrosamine, insektisida organoklorin,
asam tanik.
6
V. PATOFISOLOGI
7
VI. DIAGNOSIS
A. Gambaran Klinis
Yang dimaksud hepatoma fase subklinis atau satdium dini adalah pasien
yang tanpa gejala dan tanda fisik hepatoma yang jelas, biasanya ditemukan
melalui pemeriksaan AFP dan teknik pencitraan. 3
1. Nyeri abdomen kanan atas, hepatoma stadium sedang dan lanjut sering datang
berobat karena kembung dan tak nyaman atau nyeri samar di abdomen kanan
atas. Nyeri umumnya bersifat tumpul atau menusuk intermitten atau terus-
menerus, sebagian merasa area hati terbebat kencang, disebabkan tumor
tumbuh dengan cepat hingga menambah regangan pada kapsul hati. Jika nyeri
abdomen bertambah hebat atau timbul akut abdomen harus pikirkan rupture
hepatoma.
2. Massa abdomen atas, hepatoma lobus kanan dapat menyebabkan batas atas
hati bergeser ke atas, pada pemeriksaan fisik ditemukan hepatomegali di
bawah arcus costa tapi tanpa nodul, hepatoma segmen inferior lobus kanan
sering dapat langsung teraba massa di bawah arcus costa kanan. Hepatoma
lobus kiri tampil sebagai massa di bawah processus xiphoideus atau massa di
bawah arcus costa kiri.
3. Perut membesar disebabkan karena asites.
4. Anoreksia, timbul karena fungsi hati terganggu, tumor mendesak saluran
gastrointestinal.
5. Penurunan berat badan secara tiba-tiba.
8
6. Demam, timbul karena nekrosis tumor, disertai infeksi dan metabolit tumor,
jika tanpa bukti infeksi disebut demam kanker, umumnya tidak disertai
menggigil.
7. Ikterus, kulit dan sklera tampak kuning, umumnya karena gangguan fungsi
hati, juga dapat karena sumbatan kanker di saluran empedu atau tumor
mendesak saluran empedu hingga timbul ikterus obstruktif.
8. Lainnya, perdarahan saluran cerna, diare, nyeri bahu belakang kanan, edema
kedua tungkai bawah, kulit gatal dan lainnya. Manifestasi sirosis hati yang
lain seperti splenomegali, palmar eritema, lingua hepatik, spider nevi,
venadilatasi dinding abdomen, dll. Pada stadium akhir hepatoma sering
tombul metastasis paru, tulang, dan banyak organ lain.
IIa : Tumor tunggal atau dua tumor dengan diameter gabungan ≤10cm, di
separuh hati, atau dua tumor dengan gabungan ≤5cm, dikedua belahan hati
kiri dan kanan, tanpa emboli tumor, tanpa metastasis kelenjar limfe
peritoneal ataupun jauh; Child A
IIb : Tumor tunggal atau multiple dengan diameter gabungan ≥ 10cm, di separuh
hati, atau tumor multiple dengan gabungan > 5cm, dikedua belahan hati kiri
dan kanan, tanpa emboli tumor, tanpa metastasis kelenjar limfe peritoneal
ataupun jauh; Child A. Terdapat emboli tumor dipercabangan vena portal,
vena hepatika atau saluran empedu dan atau Child B
9
IIIa : Tidak peduli kondisi tumor, terdapat emboli tumor di pembuluh utama vena
porta atau vena kava inferior, metastasis kelenjar limfe peritoneal atau jauh,
salah satu daripadanya; Child A atau B
IIIb : Tidak peduli kondisi tumor, tidak peduli emboli tumor, metastasis; Child C.
Biasanya sel-sel ini menyerupai hati yang normal dengan trabekular padat atau
prosessus seperti jari tangan yang padat, biasanya sel tumor lebih kecil dari sel
hati normal. 11
10
Histologi, memperlihatkan sel tumor dengan sotoplasma yang jernih tak
berwarna, sering berbusa tau bervakuolisasi lipid dan glikogen berlebihan dalam
sitoplasma. Sering keadaan ini berhubungan dengan hipoglekemia dan
hiperkolesterolemia serta mempunya prognosis yang bervariasi 11
B. Pemeriksaan Radiologi
1. Ultrasonografi Abdomen
11
Gambar 7. USG menunjukkan massa hyperechoic mewakili karsinoma
hepatoseluler. Di kutip dari kepustakaan 5.
2. CT Scan
12
Gambar 9.CT scan hepatoma, dikutip dari kepustakaan nomor 9
3. MRI
Gambar 10. MRI yang menunjukkan tiga wilayah yang terpisah (ditunjukkan
dengan panah) dari metastasis hati. Di kutip dari kepustakaan 8
13
4. Angiografi arteri hepatika
1. Penanda Tumor
Alfa-fetoprotein (AFP) adalah protein serum normal yang disintesis oleh sel
hati fetal, sel yolk-sac dan sedikit sekali oleh saluran gastrointestinal fetal.
Rentang normal AFP serum adalah 0-20 ng/mL. Kadar AFP meningkat pada 60-
70% pada pasien hepatoma, dan kadar lebih dari 400 ng/mL adalah diagnostic
atau sangat sugestif hepatoma.1
2. Biopsi hati
Biopsi hati perkutan dapat diagnostik jika sampel diambil dari daerah lokal
dengan ultrasound atau CT. karena tumor ini cenderung akan ke pembuluh darah,
14
biopsi perkutan harus dilakukan dengan hati-hati. pemeriksaan sitologi cairan
asites adalah selalu negatif untuk tumor. kadang-kadang laparoskopi atau
minilaparatomi, untuk biopsi hati dapat digunakan. pendekatan ini memiliki
keuntungan tambahan kadang mengidentifikasi pasien yang memiliki tumor
cocok untuk hepatectomy parsial. 11
Sangat sukar dibedakan anatara abses piogenik dan amebik. Biasanya sangat
besar, kadang-kadang multilokular. Struktur eko rendah sampai cairan (anekoik)
dengan adanya bercak-bercak hiperekoik (debris) di dalamnya. Tepinya tegas,
irregular yang makin lama makin bertambah tebal.9
15
Gambar 13. Abses hepar , dikutip dari kepustakaan nomor 7
3. Tumor metastasis
Hepar adalah organ yang paling sering menjadi tempat tumor metastasi setelah
kelenjar limfe. Gambaran eko bergantung pada jenis asal tumor primer. Jadi dapat
berupa struktur eko yang mungkin lebih tinggi atau lebih rendah daripada jaringan
hati normal.8
Gambar 14. Metastasis pada hati dari kanker paru-paru, dikutip dari kepustakaan
nomor 7
16
VIII. TERAPI
Terapi Operasi
1. Reseksi Hepatik
Untuk pasien dalam kelompok non sirosis yang biasanya mempunyai fungsi
hati normal pilihan utama terapi adalah reseksi hepatik. Namun untuk pasien
sirosis diperlukan kriteria seleksi karena operasi dapat memicu timbulnya gagal
hati yang dapat menurunkan angka harapan hidup. Kontra indikasi tindakan ini
adalah metastasis ekstrahepatik, hepatoseluler karsinoma difus atau multifokal,
sirosis stadium lanjut dan penyakit penyerta yang dapat mempengaruhi ketahanan
pasien menjalani operasi. 1
2. Transplantasi Hati
Transplantasi hati memberikan kemungkinan untuk menyingkirkan tumor dan
menggantikan parenkim hati yang mengalami disfungsi. Kematian pasca
transplantasi tersering disebabkan oleh rekurensi tumor di dalam maupun di luar
transplant. Tumor yang berdiameter kurang dari 3 cm lebih jarang kambuh
dibandingkan dengan tumor yang diameternya lebih dari 5 cm. 1
3. Terapi Operatif non Reseksi
Karena tumor menyebar atau alasan lain yang tidak dapat dilakukan reseksi,
dapat dipertimbangkan terapi operatif non reseksi mencakup injeksi obat melalui
kateter transarteri hepatik atau kemoterapi embolisasi saat operasi, kemoterapi
melalui keteter vena porta saat operasi, ligasi arteri hepatika, koagulasi tumor hati
dengan gelombang mikro, ablasi radiofrekuensi, krioterapi dengan nitrogen cair,
efaforisasi dengan laser energi tinggi saat operasi, injeksi alkohol absolut
intratumor saat operasi.3
A. Terapi Lokal
1. Ablasi radiofrekuensi (RFA)
Ini adalah metode ablasi local yang paling sering dipakai dan efektif dewasa
ini. Elektroda RFA dimasukkan ke dalam tumor, melepaskan energi
radiofrekuensi hingga jaringan tumor mengalami nekrosis koagulatifn panas,
denaturasi, jadi secara selektif membunuh jaringan tumor. Satu kali RFA
17
menghasilkan nekrosis seukuran bola berdiameter 3-5 cm sehingga dapat
membasmi tuntas mikrohepatoma, dengan hasil kuratif.3
2. Injeksi alkohol absolut intratumor perkutan
Di bawah panduan teknik pencitraan, dilakukan pungsi tumor hati perkutan, ke
dalam tumor disuntikkan alkohol absolut. Penggunaan umumnya untuk hepatoma
kecil yang tak sesuai direseksi atau terapi adjuvant pasca kemoembolisasi arteri
hepatik.3
B. Kemoembolisasi arteri hepatik perkutan
Kemoembolisasi arteri hepatik transketer (TAE, TACE) merupakan cara terapi
yang sering digunakan untuk hepatoma stadium sedang dan lanjut yang tidak
sesuai dioperasi reseksi. Hepatoma terutama mendapat pasokan darah dari arteri
hepatik, setelah embolisasi arteri hepatik, nodul kanker menjadi iskemik, nekrosis,
sedangkan jaringan hati normal mendapat pasokan darah terutama dari vena porta
sehingga efek terhadap fungsi hati secara keseluruhan relative kecil. Sesuai
digunakan untuk tumor sangat besar yang tak dapat direseksi, tumor dapat
direseksi tapi diperkirakan tak tahan operasi, hepatoma rekuren yang tak dapat
direseksi, hepatoma rekuren yang tak dapat direseksi, pasca reseksi hepatoma,
suksek terdapat residif, dll.3
C. Kemoterapi
Hepatoma relatif kurang peka terhadap kemoterapi, efektivas kemoterapi
sistemik kurang baik. Yang tersering dipaki adalah 5FU, ADR, MMC,
karboplatin, MTX, 5-FUDR, DDP, TSPA, kamtotesin, dll.3
D. Radioterapi
Radioterapi eksternal sesuai untuk pasien dengan lesi hepatoma yang relatif
terlokalisasi, medan radiasi dapat mencakup seluruh tumor, selain itu sirosis hati
tidak parah, pasien dapat mentolerir radioterapi. Radioterapi umumnya digunakan
secara bersama metode terapi lain seperti herba, ligasi arteri hepatik, kemoterapi
transarteri hepatik, dll. Sedangkan untuk kasus metastasis stadium lanjut dengan
metastasis tulang, radiasi lokal dapat mengatasi nyeri. Dapat juga memakai biji
radioaktif untuk radioterapi internal terhadap hepatoma.3
18
The Barcelona-Clinic Liver Cancer (BCL\C) approach to hepatocellular carcinoma management. Adapted from Llovet
JM, Fuster J, Bruix J, Barcelona-Clinic Liver Cancer Group. The Barcelona approach: diagnosis, staging, and t
IX. PROGNOSIS
19
paru dan peningkatan bilirubin serum mempengaruhi kelangsungan hidup.pasien
berusia < 45 tahun bertahan hidup lebih lama dibandingkan usia tua. Ukuran
tumor yang melebihi 50% ukuran hati dan albumin serul < 3 g/dl merupakan
gambaran yang tidak menyenangkan. 10
20
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama :Tn. R
No. RM : 218689
Alamat :-
ANAMNESIS
Anamnesis: Autoanamnesis
Anamnesis Terpimpin:
Dialami telah sejak lama (tidak diketahui waktu yang tepat), memberat sejak 2
minggu yang lalu, nyeri terasa menusuk kadang tumpul dan dirasakan menjalar
kebelakang, perut disadari mulai membesar 2 minggu yang lalu, terasa penuh dan
cepat merasa kenyang bila makan , pasien merasa susah duduk karena perutnya
terasa mengganjal.
Mual (+),2 minggu yang lalu muntah (-), NUH (-).Batuk(+) sejak beberapa tahun
yang lalu (tidak diketahui waktu yang pasti) berlendir warna kuning kadang
kehijauan, darah(-), nyeri dada (+) bila batuk, sesak (+) bila batuk.Keringat
malam (+), Demam (-), riwayat demam (-) Sakit kepala (-), pusing (-).
21
Riwayat OAT: (-), Riwayat minum alkohol (+) selama 10 tahun, riwayat merokok
3 bungkus/hari berhenti 1bulan yang lalu, mulai merokok sejak umur 20 tahun
yang lalu, riwayat penurunan berat badan tapi tidak diketahui .
STATUS PRESENT
Sakit sedang
Gizi Kurang
Kesadaran Composmentis
STATUS VITAL
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
P : 20x/menit
S : 36,5 0C
22
PEMERIKSAAN FISIS
Kepala:
◦ Ekspressi : Normal
◦ Deformitas : (-)
Mata:
Hidung:
◦ Perdarahan : (-)
Telinga:
◦ Tophi : (-)
◦ Pendengaran : normal
Mulut:
23
◦ Gigi geligi : caries (+)
Leher:
◦ DVS : R -2 cmH2O
dilatasi (-)
Thoraks:
Jantung:
24
◦ Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Abdomen:
Punggung:
25
Ekstremitas:
◦ Edema (-)/(-)
Eritema palamaris(D)
26
PEMERIKSAAN PENUNJANG
◦ HB : 15 .5 gr/dl
◦ Leukocyt : 14.2.103/ul
27
◦ Trombocyt : 269.000/ul
Tulang-tulang intak
28
Kesan : Hepar membesar, permukaan bergelombang , paruh noduler, kesan
hepatoma
DIAGNOSIS SEMENTARA:
Hepatoma
PENATALAKSANAAN
Ceftazidim 1 gr/IV/12 j
RENCANA PEMERIKSAAN
Cek darah rutin, sedimen urin, darah tepi, HbsAG, Anti Hcv, Albumin, Globulin,
Protein total, AFP, sputum BTA, Gram, jamur
FOLLOW UP
29
simetris ki=ka Anti Hcv
Cor: BJ I/II murni reguler Albumin
Abd: cembung (+) ikut gerak Globulin
napas. hepar 5 jari dibawah arcus Protein total
Costa (± 10 cm) dengan AFP
permukaan tidak rata, konsistensi Sputum BTA, Gram,
keras berbenjol benjol dan tepi jamur
tumpul serta nyeri tekan (+) di
regio hipochondrium dextra-
epigastrium.
Ext: edema (-/-)
Eritema palmaris (+) ki=ka
A: Hepatoma
Susp: Pneumonia DD TB Paru
30
Tulang-tulang keras berbenjol benjol dan tepi
intak
tumpul serta nyeri tekan (+) di
regio hipochondrium dextra-
epigastrium.
Ext: edema (-/-)
Eritema palmaris (+) ki=ka
A : Hepatoma
Susp : Pneumaonia DD TB
Paru
Susp. Tumor Paru?
28/04/201 Perawatan Hari 3 IVFD NaCl 0,9% : 20
T: 110/80 S: perut membesar (+) batuk (+), tpm
N: 78x/i lendir (+) warna kuning, Darah (- Ambroxol tab 3X1
P:24x/i ) Methioson tab 3X1
S: 36,5 0C Demam (+). Ceftazidim 1 gr/IV/12 j
O: SP= SS/GK/CM Anj :
Anemis (+), ikterus (+), sianosis CT-Scan Thoraks
(-)
Thorax: BP Bronchovesikuler
(+), Rh (+/+ basah kasar pada
bagian basal), Wh (-), VF
simetris ki=ka
Cor: BJ I/II murni reguler
Abd: cembung (+) ikut gerak
napas. Hepar teraba 5 jari
dibawah arcus Costa (± 10 cm)
dengan permukaan tidak rata,
konsistensi keras berbenjol benjol
dan tepi tumpul serta nyeri tekan
(+) di regio hipochondrium
dextra-epigastrium.
31
Ext: edema (-/-)
Eritema palmaris (+) ki=ka
A : Hepatoma
Susp : Pneumaonia DD TB
Paru
Susp. Tumor Paru?
29/04/2011 Perawatan Hari 4 IVFD NaCl 0,9% : 20
T: 120/90 S: perut membesar (+) batuk (+), tpm
N: 80x/i lendir (+) warna kuning, Darah (- Ambroxol tab 3X1
P:24x/i ) Methioson tab 3X1
S: 36,50C Demam (+). Ceftazidim 1
O: SP= SS/GK/CM gr/IV/12 j
Anemis (+), ikterus (+), sianosis
(-)
Thorax: BP Bronchovesikuler
(+),Rh (+/+ basah kasar pada
bagian basal), Wh (-), VF
simetris ki=ka
Cor: BJ I/II murni reguler
Abd: cembung (+) ikut gerak
napas. Hepar teraba 5 jari
dibawah arcus Costa (± 10 cm)
dengan permukaan tidak rata,
konsistensi keras berbenjol benjol
dan tepi tumpul serta nyeri tekan
(+) di regio hipochondrium
dextra-epigastrium.
Ext: edema (-/-)
Eritema palmaris (+) ki=ka
A : Hepatoma
Susp Pneumoni DD TB
32
16.30 : Paru
T :Tidak terukur Susp Tumor Paru
N: Tidak teraba Pasien dilaporkan apneu,
P :Apneu midriasis total, pasien dinyatakan
meninggal.
RESUME
Seorang laki-laki usia 61 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluahan nyeri perut
kanan atas dialami telah sejak lama (tidak diketahui waktu yang tepat), memberat
sejak 2 minggu yang lalu, nyeri terasa menusuk kadang tumpul dan dirasakan
menjalar kebelakang, perut disadari mulai membesar 2 minggu yang lalu, terasa
penuh dan cepat merasa kenyang bila makan , pasien merasa susah duduk karena
perutnya terasa mengganjal.
Mual (+),2 minggu yang lalu. Batuk(+) sejak beberapa tahun yang lalu (tidak
diketahui waktu yang pasti) berlendir warna kuning kadang kehijauan, nyeri dada
(+) bila batuk, sesak (+) bila batuk.Keringat malam (+),
Dari pemeriksaan fisik penemuan bermakna yaitu : pasien tampak Anemis (+),
ikterus (+), pada thorax: BP Bronchovesikuler (+), Rh (+/+ basah kasar pada
bagian basal) , Abd: cembung (+) ikut gerak napas. Hepar teraba jari dibawah
arcus Costa (± 10 cm) dengan permukaan tidak rata, konsistensi keras berbenjol
benjol dan tepi tumpul serta nyeri tekan (+) di regio hipochondrium dextra-
epigastrium. Eritema palmaris (+) ki=ka
33
Foto Thorak : didapatkan nodul soliter 3X3 cm pada pericardial kiri
DISKUSI
Pada kasus ini sangat sulit ditentukan causa hepatomanya meskipun ada
riwayat minum alcohol tapi tidak begitu bermakna mungkin hanya memperberat
perlangsungan dari hepatoma itu sendiri, sebagaimana kita ketahui Etiologi dan
factor resiko dari Hepatoma bersifat multifaktorial yaitu berupa (virus hepatitis B
(HBV), virus hepatitis C (HCV), sirosis hati, alfatoksin, obesitas, diabetes
mellitus, alkohol, faktor risiko lain bahan atau kondisi lain yang merupakan faktor
risiko hepatoma namun lebih jarang ditemukan, antara lain : penyakti hati
autoimun : hepatitis autoimun, PBS/sirosis bilier primer, penyakit hati metabolik :
hemokromatosis genetik, defisiensi antiripsin-alfa1, wilson disease, kontrasepsi
oral, senyawa kimia : thorotrast, vinil klorida, nitrosamine, insektisida
organoklorin, asam tanik), untuk penegakan diagnosis biasanya kita melakukan
biopsy hati dan penanda serologi yaitu AFP (alfa feto protein) yaitu komponen
normal plasma dalam fetus manusia berusia lebih dari 6 minggu-16 minggu,
kadarnya tidak berhubungan dengan ukuran tumor dan kadarnya bias normal
pada stadium dini sehinggat tidak begitu spesifik.
Pada pasien ini dia datang pada saat perutnya membesar sehingga terapi
kuratif sulit untuk dilakukan, reseksi dapat dilakukan jika ada benjolan < 2 cm.
34
sedangkan pada pemeriksaan foto thoraks didapatkan adanya nodul soliter ukuran
3X3 cm pada daerah pericardial kiri untuk itu di usulkan untuk dilakukan CT-
Scan Thoraks dan jika perlu dilakukan sitologi sputum sebagai pemeriksaan rutin
dan skrining untuk diagnosis dini tumor paru, untuk tumor paru pada pasien ini
biasa primer ataupun skunder dari hepatomanya. Selain itu pasien ini mengalami
batuk dan adanya leukositosis sehingga dipertimbangkan ke arah susp.pneumonia
sehingga diberi antibiotic. Tetapi karena batuknya telah dikeluhkan sejak lama
dan disertai lendir kuning-kehijauan sehingga dicurigai TB paru untuk itu
diusulkan pemeriksaan sputum BTA, dan jika + dapat dipertimbangkan
pemberian OAT dengan tetap memperhatikan fungsi hati.
35
DAFTAR PUSTAKA
36
12. Price Sylvia A, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Pennyakit Edisi
6 Volume 1, Jakarta : Buku Kedokteran EGC.2006.p.476
37