PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penelitian Campuran
Penelitian campuran merupakan pendekatan penelitian yang mengkombinasikan antara
penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif untuk menyelesaikan masalah penelitian
(Creswell, 2012). Menurut Sugiyono (2016), metode penelitian campuran merupakan metode
penelitian dengan mengkombinasikan antara dua metode penelitian kualitatif dan kuantitatif
dalam suatu kegiatan penelitian sehingga akan diperoleh data yang lebih komprehensif, valid,
reliabel, dan objektif. Desain penelitian campuran adalah suatu prosedur untuk mengumpulkan,
menganalisis dan menggabungkan antara metode kualitatif dan kuantitatif dalam satu studi
atau penelitian untuk menyelesaikan masalah penelitian (Creswell, 2012). Menurut Fraenkel
& Wallen (2009), metode penelitian campuran melibatkan penggunaan metode kuantitatif dan
kualitatif dalam satu penelitian, kedua metode memberikan pemahaman yang lebih lengkap
tentang masalah-masalah penelitian.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian campuran adalah metode penelitian
kombinasi antara metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam satu kegiatan penelitian
untuk menyelesaikan masalah penelitian dengan ditandai adanya data yang lebih
komprehensif, valid, reliabel, dan objektif. Penelitian campuran menghasilkan fakta yang lebih
komprehensif dalam meneliti masalah penelitian. Hal tersebut disebabkan oleh kebebasan
peneliti untuk menggunakan semua alat pengumpul data sesuai dengan jenis data yang
dibutuhkan. Sedangkan kuantitatif atau kualitatif hanya terbatas pada jenis alat pengumpul data
tertentu saja (Creswell, 2012).
Asumsi dasar yang digunakan antara metode kualitatif dan kuantitatif adalah
penggabungan kelebihan dari masing-masing metode untuk memperoleh pemahaman yang
lebih baik dalam menyelesaikan permasalahan penelitian dan menjawab pertanyaan dalam
penelitian. Mixed methods berfokus pada pengumpulan dan analisis data kuantitatif dan
kualitatif yang dipadukan. Oleh karena itu, penelitian mixed methods terdiri dari
penggabungan, perpaduan, hubungan, dan kelekatan dari keduanya. Data yang diperoleh
merupakan data kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan metode
penelitian metode campuran adalah untuk menemukan hasil penelitian yang lebih baik
dibandingkan dengan hanya menggunakan salah satu pendekatan saja, misalnya menggunakan
pendekatan kuantitatif saja atau dengan pendekatan kualitatif saja (Creswell, 2012).
2.2 Sejarah Penelitian Metode Campuran
Penelitian metode campuran pertama kali digunakan pada tahun 1950 an ketika ada
bebrapa hal penting yang ingin dikembangkan menggunakan lebih dari satu metode penelitian.
Pada tahun 1957, sebagai contoh, Trow berpendapat bahwa “ setiap tukang sepatu berpikir
bahwa kulit merupakan satu-satuny bahan. Sebagian besar ilmuwan social memiliki metode
favorit dimana mereka lebih familiar dan memiliki lebih banyak kemampuan yang digunakan.
Saya menduga kita akan lebih memilih menginvestigasi masalah ini. Tetapi, kita seharusnya
mencoba untuk tidak sepicik dari tukang sepatu. Seharusnya kita bisa menggunakan metode
observasi dan wawancara untuk menyelesaikan masalah seperti ini. Campbell dan Fiske (1959)
menganjurkan pengukuran ciri-ciri dengan beberapa ukuran, sehingga memungkinkan untuk
varians terpisah karena sifat dari varians karena metode yang digunakan untuk mengukur sifat
tersebut. Campbell dan Fiske bekerja secara ketat dalam domain kuantitatif, tetapi matriks
multitrait-multimethod mereka menyarankan pentingnya memisahkan fenomena yang diteliti
dari alat yang digunakan untuk mempelajarinya.
Denzin (1978) dan Jick (1979) keduanya dikreditkan dengan menerapkan istilah
triangulasi untuk metode penelitian. Triangulasi (atau lebih tepatnya metode triangulasi)
melibatkan menggunakan metode dan/atau tipe data yang berbeda untuk mempelajari
pertanyaan penelitian yang sama. Jika hasilnya masuk kesepakatan, mereka membantu
memvalidasi temuan masing-masing. Denzin menggunakan triangulasi ketika dia
menggunakan banyak data sumber untuk mempelajari fenomena yang sama. Jick berdiskusi
penggunaan triangulasi dalam satu metode (kuantitatif atau kualitatif) dan lintas metode
(keduanya kuantitatif dan kualitatif). Dia mencatat bagaimana kekuatan satu metode bisa
mengimbangi kelemahan metode lain.
Telah ditunjukkan bahwa kuantitatif dan peneliti kualitatif berbeda dalam set keyakinan
atau asumsi yang memandu cara mereka mendekati penyelidikan mereka, dan bahwa asumsi
ini terkait dengan mereka pandangan dunia — yaitu, pandangan yang mereka pegang tentang,
antara lain, sifat realitas dan prosesnya penelitian. Seperti yang kami sebutkan di sana,
pendekatan kuantitatif dikaitkan dengan filsafat positivisme. Metodologi kualitatif, di sisi lain,
melakukan advokasi lebih "artistik" pendekatan untuk penelitian, mengikuti yang lain
pandangan dunia (seperti postmodernisme).
Perbedaan-perbedaan ini telah menyebabkan banyak peneliti percaya bahwa metode
penelitian kuantitatif dan kualitatif adalah dikotomi: sebuah proposisi atau baik tanpa jalan
tengah. Selama tahun 1970-an dan 1980-an, pada kenyataannya, banyak peneliti di kedua sisi
masalah berpendapat dengan kuat bahwa dua metode (sering disebut sebagai "paradigma")
tidak bisa digabungkan. Banyak peneliti masih berpegang pada pandangan ini. Pada tahun
1985, Rossman dan Wilson merujuk pada mereka yang menyatakan paradigma itu tidak bisa
dicampur, mereka yang bisa beradaptasi metode mereka untuk hal-hal khusus dari suatu situasi,
mereka disebut situasionis.
Paradigma dapat dimanfaatkan dalam penelitian, mereka disebut pragmatis. Meskipun
pertanyaan mencampuradukkan paradigma masih ada, lebih banyak peneliti yang memeluk
pragmatisme sebagai landasan filosofis terbaik untuk penelitian metode campuran. Pragmatis
mengusulkan bahwa para peneliti harus menggunakan apa pun yang berhasil. Unsur terpenting
dalam pembuatan keputusan tentang metode atau metode penelitian mana mempekerjakan
harus menjadi pertanyaan penelitian di tangan. Pandangan dunia dan preferensi tentang metode
harus diambil kursi belakang, dan peneliti harus memilih penelitian pendekatan yang paling
mudah menerangi pertanyaan penelitian. Pendekatan penelitian itu mungkin kuantitatif,
kualitatif, atau kombinasi keduanya. Pertimbangkan sebuah contoh: Pengawas yang besar
distrik sekolah menyewa konsultan untuk melakukan telepon survei untuk menanyakan kepada
responden serangkaian pertanyaan terkait berapa banyak mereka akan bersedia membayar
peningkatan pajak untuk pengeluaran tertentu (misalnya, hal-hal seperti itu ukuran kelas yang
lebih kecil, kenaikan gaji untuk guru, atletik yang diperluas program, dan sebagainya). Dia
kecewa menemukan keengganan pada pihak yang disurvei mendanai salah satu opsi yang
mereka cantumkan di dekat jumlah yang dibutuhkan. Jadi dia memutuskan untuk memilikinya
konsultan melakukan kelompok fokus untuk mencoba mencari tahu mengapa. Apakah kedua
jenis informasi ini pada dasarnya tidak kompatibel? Dengan tidak bermaksud. Setiap jenis
memasok distrik Inspektur dengan informasi yang berguna. Kuantitatif data mengatakan
padanya apa yang akan diterima publik, sementara kelompok fokus memberi tahu dia mengapa
mereka menanggapi seperti yang mereka lakukan, dengan demikian membantu untuk
mengklarifikasi tanggapan negatif.
2.3 Tujuan Penelitian Campuran
Tujuan metode penelitian campuran meliputi tujuan penelitian secara keseluruhan, informasi
mengenai unsur penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif, dan alasan atau rasionalisasi
mencampur dua unsur tersebut guna meneliti suatu isu atau masalah penelitian. Secara umum
tujuan dari penggunaan metode penelitian campuran, yaitu:
1. Untuk lebih memahami isu atau masalah penelitian dengan mengtriangulasikan data
kualitatif yang berupa perincian-perincian deskiriptif dengan data kuantitatif yang
berupa angka-angka.
2. Untuk mendapatkan hasil-hasil statistik kuantitatif dari suatu sampel tertentu, kemudian
menindaklanjutinya dengan mengobservasi atau mewawancarai sejumlah individu
guna memperoleh penjelasan lebih mendalam tentang hasil statistik yang sudah
didapatkan.
3. Untuk mengeksplorasi suatu pandangan partisipan (kualitatif) untuk selanjutnya
dianalsis berdasarkan sampel yang luas (kuantitatif) (Creswell, 2012).
Gambar 2.4 Model The Explanatory Sequantial Design (Sumber: Creswell, 2011)
Putra (2017) juga menyebutkan beberapa kelebihan yang dimiliki oleh penelitian
campuran kuantitatif dan kualitatif sebagai berikut:
Disamping itu, penelitian campuran kuantitatif dan kalitatif juga memiliki kelemhan.
Menurut Morse (2010) dalam praktiknya peneliti dapat kurang ketat menerapkan
prosedur-prosedur yang ada sehingga data yang diperolehnya menjadi dipertanyakan dan
menimbulkan ancaman serius terhadap validitas penelitian karena asumsiasumsi dasar dari
kedua metode rawan dilanggar ketika memadukan atau mengcampurankannya. Selain itu,
kelemahan dari penelitian ini antara lain:
1) dibutuhkan pengetahuan prasayarat yang baik dan mendalam terkait dengan metode
kuantitatif serta kualitatif karena keduanya digunakan dalam satu penelitian,
2) diperlukan pengambilan banyak data dalam penelitiannya, menghabiskan banyak
waktu dan tenaga dalam proses penelitiannya.
PENUTUP
DAFTAR RUJUKAN
Bazeley, P. 2010. Computer-assisted integration of mixed methods data sources and analysis.
In A. Tashakkori & C. Teddlie (Eds.), SAGE handbook of mixed methods in social and
behavioral research (2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Creswell, J. W., Clark, V.L.P., Gutman, M.L., & Hanson, W.E. 2010. Rancangan penelitian
metode campuran yang modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Creswell, J.W. 2010. Research design: Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. (Achmad
Fawaid, Pengalih bahasa). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Creswell, J.W. 2011. Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative
Research 4ed. Boston: Phoenix Color Corp.
Creswell, J.W. 2012. Educational research: planning, conducting, and evaluating quantitative
and qualitative. Boston: Pearson Education, Inc.
Creswell. J.W. 2012. Educational Research Planning, Conducting and Evaluative Quantitative
Research 4th Ed. USA: Pearson Education, Inc.
Fraenkel, IR dan Wallen, N. E. 1996. How to Design and Evaluate Research in Education
Edition. New York: McGraw- Hill. Inc.
Greene, J. C. 2007. Mixed methods in social inquiry. San Francisco: John Wiley & Sons.
Jones, I. 1997. Mixing Qualitative and QuantitativeMethodss in Sports Fan Research. The
Qualitative Report, 3(4), 1-8.
Morgan, D.L. 1998. Practical Strategies for Combining Qualitative and Quantitative Methods:
Applications to Health Research. Qualitative health research, 8 (3): 362-367.
Morse, J.M. 2010. Prinsip-prinsip metode campuran dan rancangan penelitian multimetode.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Putra, M.F.P. 2017. Mengcampurankan metode: suatu alternatif penelitian dalam ilmu
keolahragaan. Prosiding Seminar Nasional Olahraga LPTK VIII. Yogyakarta: UNY.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Tashakkori, A., & Teddlie, C. (Eds.). 2003. Handbook of mixed methods in social and
behavioral research. Thousand Oaks, CA: Sage.
Tashakkori, A., & Teddlie, C., 2010. Mixed methodology: mengcampurankan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.