Anda di halaman 1dari 8

HEMATOMA SEPTUM NASI

I. DEFINISI
Hematoma septum nasi adalah terkumpulnya darah pada daerah
subperikondrial septum nasi yang disebabkan oleh trauma. Sebagai akibat dari
trauma, pembuluh darah submukosa akan pecah sehingga darah akan terkumpul di
antara perikondrium dan tulang rawan septum, dan membentuk hematoma pada
septum. 1

II. ANATOMI SEPTUM NASI


Septum nasi merupakan dinding medial hidung. Septum dibentuk oleh tulang
dan tulang rawan. Bagian tulang adalah lamina perpendikularis os etmoid, vomer,
krista nasalis os maksila dan krista nasalis os palatina. Bagian tulang rawan adalah
kartilago septum (lamina kuadrangularis) dan kolumela. Septum dilapisi oleh
perikondrium pada bagian tulang rawan dan periosteum pada bagian tulang,
sedangkan di luarnya dilapisi oleh mukosa hidung.1,2

Gambar 1. Anatomi septum nasi2

1
Septum nasi merupakan bagian paling menonjol pada wajah, paling mudah
dan sering terkena trauma. Septum nasi diperdarahi oleh a. etmoidalis anterior dan
posterior, a. sfenopalatina, a. palatina mayor dan a. labialis superior. A.
sfenopalatina memperdarahi bagian posterior septum nasi dan dinding lateral
hidung bagian posterior. Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari
cabang-cabang a. sfenopalatina, a. etmoid anterior, a. labialis superior dan a.
palatina mayor, yang disebut pleksus Kiesselbach (Little’s area). Pleksus
Kiesselbach letaknya superfisial dan mudah cedera oleh trauma, sehingga sering
menjadi sumber epistaksis (perdarahan hidung) terutama pada anak.1,3

Gambar 2. Vaskularisasi septum nasi.4

III. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI


Hematoma septum nasi terjadi akibat trauma pada septum nasi yang merobek
pembuluh darah yang berbatasan dengan tulang rawan septum nasi sehingga darah
akan terkumpul pada ruang di antara tulang rawan dan mukoperikondrium.
Hematoma ini akan memisahkan tulang rawan dari mukoperikondrium sehingga
aliran darah sebagai nutrisi bagi jaringan tulang rawan terputus dan terjadilah
nekrosis.3,5
Penyebab utama terjadinya hematoma septum nasi adalah karena trauma pada
daerah hidung. Hematoma septum nasi muncul secara langsung atau bahkan
beberapa hari setelah cedera awal. Dalam sebuah studi, waktu yang dibutuhkan

2
suatu cedera untuk menjadi hematoma septum nasi adalah 1-14 hari (rata-rata 5
atau 9 hari). Cedera yang biasanya terjadi bisa dikarenakan perkelahian, terjatuh,
terkena lemparan bola di wajah, ataupun benturan dengan objek. Pada anak kecil
dengan cedera lebih kompleks perlu dipikirkan child abuse. Penyebab lainnya
seperti karena penyakit-penyakit kolagen vaskular yang menyebabkan gangguan
di mana dinding arteri menjadi lemah sehingga lebih mudah terjadi perdarahan.6,7
Tulang rawan septum nasi yang tidak mendapatkan aliran darah masih dapat
bertahan hidup selama 3 hari, setelah itu kondrosit akan mati dan resorpsi tulang
rawan akan terjadi. Bila tidak segera ditangani, maka tulang septum nasi dan
triangular kartilago dapat ikut terlibat serta perforasi septum nasi dapat terjadi.
Pada akhirnya akan terjadi parut dan hilangnya penyangga pada 2/3 kaudal
septum dan hal ini akan menyebabkan bentuk hidung pelana, retraksi kolumella
dan pelebaran dasar hidung. 5-7

Gambar 3. Septum nasi yang normal.8

Gambar 4. Hematoma septum nasi.8

3
Jika terdapat fraktur tulang rawan, maka darah akan mengalir ke sisi
kontralateral dan terjadilah hematom septuma bilateral. Hematoma yang terjadi
dapat membesar sehingga menyumbat kedua nares. Akibat keadaan yang relatif
kurang steril di bagian anterior hidung, hematoma septum nasi dapat terinfeksi
dan akan berubah menjadi abses septum nasi.6,9
Tidak semua hematoma septum nasi berkembang menjadi abses bila
sembuh dengan terapi antibiotik, maka akan terbentuk jaringan ikat, sehingga
terjadi penebalan jaringan septum nasi yang dapat menyebabkan obstruksi saluran
nafas dan retraksi yang menimbulkan kontraktur septum nasi. Bila keadaan ini
terjadi pada masa anak-anak, maka akan mempengaruhi pertumbuhan 2/3 bagian
wajah.6

IV. DIAGNOSIS
Diagnosis umumnya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan temuan-temuan
klinis. Hematoma septum memiliki gejala yang khas, seperti adanya nyeri hebat
yang terlokalisasi, palpasi pada ujung hidung akan terasa lebih lunak, dan
pembengkakan seperti buah ceri pada mukosa hidung di daerah septum
yang menyumbat seluruh lubang hidung. Terkadang gejalanya juga dapat disertai
dengan rhinorrhea dan deman. Gejala-gejala ini dapat muncul segera atau
umumnya adalah 24-72 jam setelah trauma. Pada anak-anak, gejala yang umum
terjadi ialah hidung tersumbat, nyeri dan rhinorrhea. Hiposmia dan demam dengan
temperatur yang bervariasi juga dapat muncul. 5,6
Pada pemeriksaan ditemukan pembengkakan unilateral atau bilateral pada
septum bagian depan, berbentuk bulat, licin dan berwarna merah. Selain itu juga
dapat ditemukan perubahan letak dari dorsum hidung, nyeri tekan pada ujung
hidung, dan akan terlihat gambaran septum nasal yang asimetris berwarna
kebiruan atau kemerahan pada mukosa hidung. Pembengkakan dapat meluas
sampai ke dinding lateral hidung sehingga menyebabkan obstruksi total.
Selanjutnya, fluktuasi yang sangat besar pada bagian yang membengkak
harus dicurigai telah terjadi nekrosis dari kartilago septal. Ukuran bengkak
tidak berubah dengan pemberian vasokonstriksi topikal.6,9,10

4
Saat melakukan evaluasi terhadap pasien yang mengalami trauma pada
hidung, harus selalu diperhatikan apakah adanya tanda-tanda hematoma septum
walaupun tidak didapati adanya pembengkakan pada saat dilakukan pemeriksaan
rinoskopi anterior. Septum nasi normalnya memiliki ketebalan 2-4 mm. Jika
terdapat fraktur pada kartilago, darah dapat melewati celah tersebut dan
membentuk hematoma bilateral, sehingga kedua sisi harus diperiksa. Terkadang
dilakukan pemeriksaan radiografi untuk melihat tulang-tulang hidung dan struktur
wajah memastikan tidak adanya fraktur. CT scan kranial dan MRI kranial dapat
dilakukan untuk mendeteksi adanya trauma yang lebih serius.6

V. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada hematoma septum nasi adalah drainase dan insisi. Alat
yang digunakan adalah lampu kepala, spekulum hidung, frazier tip suction,
handscoen, jarum 18-20 G, spuit 5 cc, scalpel no. 11, analgesik, dan penrose
drain. Untuk analgesik, dapat diberikan lidokain topikal atau lidokain injeksi
tanpa epinefrin, tidak melebihi dosis 5 mg/kg atau total 300 mg. 8
Drainase yang segera dilakukan dapat mencegah terjadinya nekrosis tulang
rawan. Dilakukan pungsi dan kemudian dilanjutkan dengan insisi pada bagian
hematoma yang paling menonjol tanpa menginsisi kartilago. Bila tulang rawan
masih utuh, dilakukan insisi bilateral.1 Setelah diinsisi, darah dapat diirigasi
dengan normal saline. Irisan kecil dapat dibuat pada mukoperikondrium untuk
mencegah penutupan prematur dari insisi sebelumnya. Lalu pasang penrose drain
untuk mengalirkan darah. Setelah itu dipasang tampon untuk menekan
perikondrium ke arah tulang rawan di bawahnya. Tampon dan penrose drain
dipertahankan hingga 24 jam bebas perdarahan, biasanya dipasang 2-3 hari dan ini
juga berfungsi untuk mencegah terjadinya akumulasi darah kembali. Pasien harus
difollow-up untuk mengetahui adanya kemungkinan akumulasi darah kembali
atau untuk memeriksa adanya tanda infeksi. 8,11

5
Gambar 5. (A) Hematoma septum, menunjukkan adanya akumulasi darah
antar septum dan perikondrium, (B) Insisi hematoma, (C) Drainase hematoma,
(D) Insersi kassa steril untuk mencegah reakumulasi darah

Pada anak-anak drainase dilakukan dibawah anestesi umum dengan


menggunakan intubasi orotrakheal. Pasien dalam posisi supine dengan kepala
sedikit elevasi untuk memudahkan pengeluaran darah dari hidung. Aspirasi
dilakukan dengan menggunakan suntik jarum ukuran 18-20 G.5,6
Rekonstruksi dan perbaikan struktur dapat dimulai paling cepat 6 bulan
setelah penyakit terkontrol. Pasien juga sebaiknya di follow-up untuk mengetahui
ada atau tidaknya tanda destruksi kartilago atau pun perubahan struktur wajah
untuk 12-18 bulan ke depan. Pada pasien baru yang mengalami trauma hidung
ataupun trauma wajah tapi belum menunjukkan gejala klinis, orang tua sebaiknya
diedukasi untuk segera membawa anak ke dokter bila terdapat tanda-tanda
hematoma septum nasi.12

6
VI. KOMPLIKASI
Jika pembengkakan yang terjadi tidak segera ditangani, akan terjadi obstruksi
jalan nafas di daerah hidung, abses septum dan deformitas hidung luar seperti
hidung pelana (saddle nose).1
Pasien juga berisiko untuk mengalami infeksi yang akan menyebabkan
terjadinya abses septum. Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae,
group A beta-hemolytic Streptococcus, Haemophilus influenzae dan bakteri
anaerob lainnya juga menjadi agen patogen potensial untuk terjadinya abses
septum. Pembentukan abses akan berdampak menjadi komplikasi lain, seperti
meningitis, abses serebral, empiema subarakhnois dan trombosis sinus
kavernosus. 13

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar L, Bashiruddin J, Restuti RD.Buku ajar ilmu


telinga hidung dan tenggorok kepala dan leher edisi ke enam. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011:4; 126-128.
2. Adam EN, Smith CM. Diseases of the ear, nose and throat.
www.drdayan.com/earnosethroatclinic/article/1329/overview/image/nasal-
septum anatomy. (diakses pada tanggal 27 Agustus 2016).
3. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran edisi 6. EGC.
2006: 2: 803-805
4. Clark PD, Christin MF, Andrew R. Anatomy of the ear, nose and throat.
www.sjhsyr.adam.com/content.aspx?productId=117/earnosethroatclinic/m
edical-surgical/ear-nose-throat-ent. (diakses pada tanggal 27 Agustus
2016).
5. Umana AN, Offiong ME, Francis P, Akpan U, Edethekhe T. Nasal septal
hematoma: Using tubular nasal packs to achive immediate nasal breathing
after drainage. International journal of medicine sciences. 2011: 3(7) ;
233-235.
6. Menger DJ, Tabink IC,Trenite GJN. Nasal septal abscess in shildren.
American Medical Association. Arch otolaryngol head neck surg. 2008;
134
7. Kucik CJ, Clenney T, Phelan J. Management of acute nasal fractures.
American Familiy Physician. 2004: 70(7).
8. Jessica N, Meyers AD. Nasal septal hematoma drainage.
www.emedicine.medscape.com/article/149280-overview. (diakses pada
tanggal 27 Agustus 2016)
9. Savage RR, Valvich C. Haematoma of the nasal septum. American
Academy of Pediatrics. 2006; 27; 478
10. Roytesa R, Savage, Valvich C,Janet R. Hematoma of the Nasal septum.
Pediatr medical journal. 2006;27;478-479.
11. Sanyaolu LN, Sarah EJ, Cuddihy PJ. Nasal septal haematoma. British
medical journal. www.bmj.com/content/349/bmj.g6075. (diakses pada
tanggal 27 Agustus 2016)
12. Sayin J, Yazici ZM, Bozkurt E, Kayhan FT. Nasal septal hematoma and
abscess in children. J Craniofac Surg. 2011: 22(6); 17-19
13. Budiman BJ, Prijadi J. Diagnosis dan penatalaksanaan abses septum nasi.
Bagian telinga hidung tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas/RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Anda mungkin juga menyukai