Iv - Analisis Data Kinetik
Iv - Analisis Data Kinetik
A. Percobaan Kinetika
Laju reaksi tidak dapat diukur secara langsung, tetapi dapat ditentukan
dengan mengamati jumlah mol pereaksi atau hasil reaksi pada waktu tertentu.
Jika komposisi sistem diketahui setiap saat, maka dapat diketahui jumlah zat
lainnya sebagai fungsi waktu. Keadaan ini mudah untuk reaksi sederhana.
Apabila ada beberapa reaksi simultan terjadi dalam sistem, maka untuk
mengetahui komposisi sistem perlu mengetahui variabel konsentrasi yang tidak
berpengaruh.
Reaksi dalam bentuk larutan
Umumnya laju reaksi diukur dari pengamatan langsung perubahan
konsentrasi satu atau lebih komponen dalam sistem. Cara lain adalah dengan
pengamatan tidak langsung yaitu dengan mengamati perubahan besaran fisik
yang berhubungan dengan kosentrasi misalnya indeks bias.
Reaksi dalam fase gas
Percobaan dilakukan dalam reaktor tertutup dan pengamatan dilakukan
dengan menganalisa komponen campuran reaksi. Apabila terjadi perubahan mol
dalam reaksi, perubahan komposisi dianalisis dengan mengamati perubahan
tekanan.
Laju reaksi homogen:
Di dalam percobaan diaboratorium untuk menentukan persamaan laju
reaksi, biasanya digunakan reaktor Batch isotermal. Untuk kapasitas besar
(misal: industri) dan penggunaan reaktor tipe lain nilai laju reaksi tidak
berubah.
Laju reaksi homogen didefinisikan sebagai perubahan mol reaksi atau hasil
reaksi persatuan waktu persatuan volume campuran reaksi. Laju reaksi
komponen i dapat dituliskan:
1 dN i dC
ri i
V dt dt
a. Buat grafik hubungan antara konsentrasi zat pereaksi kunci dengan waktu
reaksi
CA0
CA
dC A
b. Mencari harga pada beberapa t
dt
t CA ∆t ∆CA dC A C A
dt t
0 CA0
t1 CA1 - - -
t2 CA2 - - -
t3 CA3
dst dst
ln rA ln( A ) ln k n ln C A
dC
dt
b. Membuat grafik hubungan antara :
C A
ln dengan ln CA
t
t CA C A C A ln CA
ln
t t
. α
. tg α= n
C A
ln
t intersep= ln k
ln CA
Catatan:
1). Bila datanya tidak baik (sulit untuk digambar sebagai garis lurus) dicari
dengan cara least-square
2). Bila grafik log(-rA) terhadap log CA bukan garis lurus menunjukkan bukan
reaksi sederhana tetapi reaksi komplex.
B.2. Metode integral (banyak dipakai)
a) Tuliskan persamaan laju reaksi yang dianggap sesuai: (-rA)=
k.f(CA)=k.f(xA) → menganggap orde reaksi= koeffisien stoikhiometri
b) Persamaan diintegrasikan dengan cara :
dC A dx A
C A0 k .dt
f (C A ) f x A
c) Menghitung harga k pada setiap waktu dengan mengintegrasikan dari CA0
ke CA dan dari 0 ke t. Jika harga k hampir konstan perumpamaan
dianggap benar dan k=krata-rata
CA
dC A
d) Atau dibuat grafik f C terhadap t
CA0 A
Bila diperoleh garis lurus berarti benar, harga k dihitung dengan least-
square
Bila garis yang diperoleh diperoleh tidaklurus, maka:
Jika diperoleh garis lurus p dugaan orde benar, dengan k=tg α dan
n=1
Jika diperoleh garis q (Kelengkungan positif): orde reaksi yang
ditebak (atau diasumsikan) lebih besar daripada orde reaksi
sebenarnya. dicoba orde 0 dst sampai diperoleh garis lurus
Jika diperoleh garis r Kelengkungan negatif: orde reaksi yang
ditebak (atau diasumsikan) lebih kecil daripada orde reaksi
sebenarnya. Orde>1 dicoba orde 2 dst sampai diperoleh garis lurus
q
p
CA
ln
C A0 r
t
e) Untuk reaksi orde n dan n≠1 misal: rA
dC A
kCAn
dt
Beberapa contoh
Pada V tetap dan isotermal
1. Reaksi searah:
- Tingkat nol
rA dC A kCA0
dt
CA t
dC
CA0
A kdt
0
C A0 C A kt C A0 x A
Tingkat satu A Hasil
rA dC A kCA
dt
CA t
dC
C C AA 0 kdt
A0
ln A0 ln 1 x A kt
CA C
ln
C A0 CA
rA dC A kCA2 kCA2 0 1 x A
2
dt
CA t
dC A
CA0
C A2
kdt
0
1 1 1 xA
kt
C A C A0 C A0 1 x A
A + B Hasil
rA dC A
dC B
kCAC B
dt dt
k C A0 C A0 x A C B 0 C A0 x A
dx A
C A0
dt
rA kCA20 1 x A M x A
xA t
dx
0 1 x A MA x A C A0 k 0 dt
1 xB M xA
ln B A0 C A0 M 1k.t
C C
ln ln
1 xA M x A C B 0C A
CB 0 C A0 kt
Secara umum: rA
dC A
kCAn
dt
C 1A0n
XA
dx A
1 x A 1n
xA
k C A0
0 tCA0 1 x A
n n
t 1 n 0
k
C 1A0n
1 nt
1 x 1n 1 1 C1An C1A0n
1 nt
Pada V tidak tetap, fase gas
XA
dx A C 1A0n
xA
1 A x A n1 dx
k C A0 C An 0 1 x
n
t 0 1 x A n A
0
1 A x A t
1 A xA
n
2. Reaksi dapat balik:
Yaitu jika zat hasil dapat berekasi kembali membentuk zat pereaksi. Untuk
waktu yang lama (t>>>) maka akan terjadi keadaan seimbang (keadaan
stabil).
Reaksi dapat balik orde 1.
k1
Misal: A R
k2
k1 C R
dan K
k 2 C A keseimbangan
Mula-mula ke dalam reaktor Batch dimasukkan zat pereaksi A dan zat
hasil R dengan perbandingan CR0/CA0=M
C
rA dC A C A0
dx A
k1C A k 2 C R k1 C A R
dt dt K
C M x A
k1 C A0 1 x A A0
K
k1C A0 1 x A
M x A
K
t xA xA
dx A dx A
dt M x A
K
k1K M k1K 1x A
0 0 k1 1 x A
0
K
K K M
t ln
k1 K 1 K M K 1x A
Harga K dapat dihitung dari data termodinamika atau dari data hasil percobaan:
C C M x Ae M x Ae
K R A0
C A kes C A0 1 x Ae 1 x Ae
dx A
k1 1 x A
M x A 1 x Ae
dt M x Ae
t
k1 dt
xA
M x Ae dx A
0
M 1x
0 Ae xA
x
C C M 1
Hasil integrasi: ln 1 A ln A Ae k1.t
x Ae C A0 C Ae M x Ae
x C C Ae M 1
ln 1 A ln A - tangen arah: k1
x Ae C A0 C Ae M x Ae
2 C A2 0 x A2
rA dC A
C A0
dx A
k1 C A0 1 x A
2
dt dt K
C C C 2 x2 2
x Ae
K C D 2 A0 Ae 2
C ACB kes C A0 1 x Ae 1 x Ae 2
dxA 2
x 2 1 x Ae
k1C A0 1 x A A
2
dt x Ae
x Ae 2 x Ae 1x A 1
Hasil integrasi: ln 2k1 1C A0t
x Ae x A x Ae
x 2 x Ae 1x A 1
ln Ae - tangen arah: 2k1 1C A0
x Ae x A x Ae
3. Reaksi Seri
Orde satu dan searah
k1 k2
A R S
rA dC A k1C A
dt
C A C A0 e k1t
rR dCR k1C A k 2C R
dt
rS dCS k 2C R
dt
dC R
k1C A0 e k1t k 2C R
dt
e k1t e k2t
CR C A0 k1
k2 k1 k1 k2
CA0 = CA+CR+CS
CS= CA0-CA-CR
k2 k1
CS C A0 1 e k1t e k2t
k1 k2 k2 k1
k2
k 2k 1
k
CR max C A0 1
k2
CA0
CRmax CS
CR
CA
tmax
- Konsentrasi A terus turun
- Konsentrasi R naik sampai mencapai max kemudian turun yaitu bila
laju pembentukan R < laju pembentukan S
- Konsentrasi S mula-mula naik dengan perlahan.
4. Reaksi paralel
Yaitu reaksi jika pada saat bersamaan dapat terjadi 2 macam reaksi dengan
konstante laju reaksi yang berbeda dan keduanya masing-masing merupakan
reaksi yang sederhana. Misal:
k1
A R
k2 S
rA dC A k1C A k2C A k1 k2 C A kCA
dt
A k1 k 2 C A
dC
dt
C
ln A k1 k 2 C A
C A0
rR dCR
k1 C R C R 0 k1
rS dCS k2 CS CS 0 k 2
-
CA
ln
C A0 - tg α: k1+k2
CR -
CR0 tg α: k1/k2
CS) CS
B.3.Metode Isolasi
Metode isolasi berkaitan dengan teknik percobaan untuk menentukan
orde reaksi setiap reaksi. Misal:
A + B + C + ...... Hasil
r kCA C B CC
r k 1C A
Pada keadaan ini reaksi menjadi orde semu, makan dapat diperoleh
orde reaksi terhadap CA saja.
iii. Langkah diulang dengan pereaksi lain yang berlebih, maka
orde yang lain ketemu.
Analisa data percobaan di atas dapat digunakan metode diferensial atau
integral. Metode ini kurang baik hasilnya bila mekanisme reaksi sangat
dipengaruhi konsentrasi reaktan.
Soal:
Hollin dan Jungers mengadakan percobaan reaksi antara asam sulfat dan dietil
sulfat dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
H2SO4 + (C2H5)2SO4 2C2H5SO4H
A + B 2D
Reaksi dijalankan secara isotermal pada suhu 22,9oC, dengan konsentrasi
reaktan mula-mula masing-masing 5,5 gmol/L dan diperoleh data:
Waktu,t 0 41 48 55 75 96 127 162 180 194
(menit)
(H2SO4),CA 5,50 4,91 4,81 4,69 4,38 4,12 3,84 3,59 3,44 3,34
(gmol/L)
Tentukan tetapan laju reaksi (k) dan orde reaksi (n)→ persamaan laju
reaksi
a.Metode differensial
Dari data terlihat bahwa konsentrasi awal H2SO4 dan (C2H5)2SO4 sama, maka
persamaan laju;
rA dC A kCAn
dt
dC A
ln ln k n. ln C A
dt
C A
atau berdasarkan data dapat dibuat grafik ln melawan ln C A untuk
t
mendapatkan orde reaksi.
4,9 -
4,8 -
4,7 -
4,6 -
4,5 -
4,4 -
4,3 -
4,2 -
4,1 -
4,0 - - - - - - - - ln CA
1,0 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6
slope
y 2
y1 4,7 4,4
2
x2 x1 1,5 1,35
Dari grafik diperoleh slope -2 maka orde reaksi= 2. Tetapan laju reaksi
C A
ditentukan dengan membuat grafik hubungan C A2 melawan
t
C A 2
10
t
1,4 -
1,3 -
1,2 -
y2
1,1 -
0,9 -y1 x1 x2
0,8 -
0,7 -
0,6 -
0,5 - - - - - - - - CA2
0 10 20 30
b.Metode integrasi:
i. Cara grafis
rA dC A kCAn
dt
rA dC A kCA2
dt
CA t
dC
C C A2A k 0 dt
A0
1 1
kt
C A C A0
Berdasar tabel di atas didapat:
1 0,18 0,20 0,213 0,228 0,43 0,26 0,278 0,291 0,299
CA
t 0 41 48 55 75 127 162 180 194
1
Dibuat grafik terhadap t
CA
1 L
C A gmol
3,3 -
0,255 -
0,22 -
0,5 - - - - - - - - t
0 50 100 150
Ternyata diperoleh garis lurus maka dugaan reaksi orde 2 benar dan diperoleh
slope =k = 6,06.10-4 L/(gmol.menit).
ii. Cara tabulasi
Bila orde reaksi n=1
rA dC A kCA C A C Ao e kt
dt
Sehingga:
C
ln A
k ' A0
C
t
Dari tabel didapat k2 untuk orde 2 lebih merata dibanding orde satu, maka
dipilih reaksi orde 2 dengan krata-rata= 6,2.10-4 L/(gmol.menit)