Anda di halaman 1dari 8

Kulit Udang Pengganti Formalin

Bagi yang biasa memperoleh bahan baku limbah udang berupa bagian kulit dan kepala, bisa
menjadikannya sebagai kitosan. Cara membuatnya yang sederhana, bisa diikuti seperti
yang dikembangkan Institut Pertanian Bogor (IPB).
”Kemampuan kitosan memang tidak sehebat formalin, tetapi kitosan lebih ramah
lingkungan dan dari segi kesehatan lebih menguntungkan masyarakat,” kata Kepala
Laboratorium Bioteknologi pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Linawati
Hardjito, Rabu (21/4).
Menurut Linawati, formalin bisa mengawetkan ikan tangkapan sampai dua bulan. Ikan
hanya direndam dalam larutan formalin, tanpa perlu dibekukan menggunakan es.
Adapun kitosan hanya bisa mengawetkan ikan selama satu atau dua minggu, serta masih
harus menggunakan es.
”Penggunaan kitosan hanya untuk mengurangi 70 persen penggunaan es,” kata Linawati.
Risiko besar
Meskipun formalin penggunaannya lebih praktis, risikonya bagi kesehatan sangat besar.
Pada orang dewasa, misalnya, formalin dapat menyebabkan kanker, gangguan saraf, ginjal,
saluran pernapasan, dan menyebabkan infertilitas pada perempuan. Kalaupun melahirkan,
bayi yang dilahirkan berisiko tidak sempurna pembentukan tubuhnya.
Linawati menyarankan pemerintah agar membuat kebijakan mencegah penggunaan
formalin sebagai bahan pengawet makanan dengan mengubahnya menjadi berasa pahit.
Caranya, tinggal ditambahkan bahan bitrex seperti yang dilakukan di sejumlah negara.

Membuat kitosan tidaklah sulit. Limbah kulit dan kepala udang memiliki bobot 35 sampai 50
persen bagian udang.
Pada tahap pertama, diberi istilah demineralisasi atau penghilangan kandungan mineralnya.
”Kandungan mineralnya adalah kalsium yang membuat cangkang dan kepala udang itu
keras,” ujar Linawati.
Limbah rajungan dan kepiting sebenarnya juga bisa dijadikan bahan baku kitosan. Tetapi,
kandungan kalsiumnya lebih tinggi sehingga cangkang dan kepalanya lebih keras.
Dicelup asam
Tahap demineralisasi dilakukan dengan cara mencelupkannya ke dalam larutan asam cuka
kandungan 1 persen sampai 3 persen. Gunanya adalah untuk melarutkan.
Gunakanlah asam cuka untuk bahan makanan di pasaran bebas yang memiliki kandungan
30 persen.
Limbah udang dengan larutan asam lalu direbus selama 1 sampai 3 jam dengan suhu
antara 90-100 derajat celsius. Setelah itu, dicuci sampai bersih.

Tahap kedua, diberi istilah deproteinasi atau penghilangan protein. Caranya sama dengan
tahap pertama. Larutannya diganti larutan basa 1 persen-3 persen. Sumber larutan bisa
diperoleh dari natrium hidroksida atau soda api.
Begitu sudah selesai dimasak, limbah udang dicuci dengan air tawar hingga bersih.
Kemudian dikeringkan.
Jadilah bahan tersebut sebagai kitin (chitin). Kitin sangatlah halus dan ringan berwarna
putih bersih. Bobot kitin diperoleh tidak lebih dari 20 persen bahan baku limbah udang.
Untuk mengolah kitin menjadi kitosan, tinggal selangkah lagi.
Kitin dilarutkan ke dalam larutan basa pekat 40 persen. lalu dimasak dengan suhu 90-100
derajat celsius selama 5 sampai 7 jam. Setelah itu, padatan kitin dicuci dan dikeringkan,
jadilah kitosan.
Tidak hanya berfungsi sebagai pengawet makanan, kitosan juga baik sekali dikonsumsi
orang yang bermasalah dengan lemak darah. Menurut Linawati, kitosan memiliki fungsi
menyerap lipid dan lemak darah.
Konsumsi kitosan baik bagi yang memiliki penyakit, seperti hipertensi atau diabetes melitus.
Kitosan akan mengikat lemak darah untuk mengurangi risiko dampak buruk dari kedua
jenis penyakit tersebut.
”Satu hal yang harus diperhatikan dalam membuat kitosan, yaitu ketika memasak dengan
larutan asam dan basa, jangan menggunakan panci aluminium. Itu akan mudah terkikis,”
kata Linawati.
Dia menyarankan, agar digunakan panci yang dilapisi kaca atau logam khusus yang tidak
korosif oleh asam dan basa. Panci dari tanah liat memiliki peluang untuk digunakan.
Aplikasi kitosan untuk pengawetan bahan makanan, menurut Linawati, berkisar antara 0,2
persen hingga 1 persen. Untuk pengawetan tahu, bakso, dan jenis makanan ringan lainnya
cukup dengan 0,2 persen kitosan.
Untuk pengawetan ikan tangkapan nelayan harus mencapai 1 persen konsentrasi kitosan.

IPB melakukan riset kitosan sejak sekitar tahun 2000. Kini, IPB memproduksi 300 kilogram
bubuk kitosan per bulan. Jika dijadikan kitosan cair menjadi 5.000 liter.

Kitosan buatan IPB dipasarkan dengan harga Rp 55.000 per liter-lebih murah dari harga
formalin. Formalin di toko kimia dengan ukuran 1 liter harganya berkisar Rp 250.000.
Dengan ukuran 2,5 liter harganya sekitar Rp 150.000-Rp 60.000 per liter.

Kitosan juga bisa untuk mengawetkan buah-buahan dengan cara mencelupkannya ke dalam
larutan kitosan tersebut. Larutan kitosan itu pun dapat dipergunakan berkali-kali.

”Kitosan memiliki kandungan antibakteri atau antimikrobia dan aman untuk dikonsumsi.
Kitosan seperti formalin pula, yaitu tidak mengubah rasa dan bau pada bahan makanan
yang ingin diawetkan,” kata Linawati. (kompas)
Oleh Nawa Tunggal

CARA MENGURANGI KADAR FORMALIN PADA MAKANAN

Date: 2010.12.25 | Category: Kesehatan | Tags:

Share
Bismillah,
Bagi mereka yang suka makan makanan yang tahan lama seperti ikan asin, cumi asin, tahu, mie dan lain-
lainnya mungkin tips ini bisa membantu:

Menurut Dra. Sukesi M.Si, seorang Dosen Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam ITS, untuk mengurangi kandungan formalin dalam makanan yang telah
diawetkan dengan formalin, berikut ini ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengurangi kandungan formalin tersebut dalam makanan yang bersangkutan dengan boleh
dibilang tanpa biaya tambahan apapun, hanya dengan bagaimana cara memperlakukan bahan
makanan itu sebelum dikonsumsi.

Berikut ini adalah cuplikan percakapannya: “Saya tertarik untuk mencoba mencari bagaimana
mengurangi kadar formalin dalam makanan semata karena ternyata penggunaan bahan pengawet yang
di larang itu sudah sedemikian memasyarakat,” katanya.

Apa yang harus dilakukan untuk menghilangkan kadar formalin atau deformalinisasi?

Cukup mudah kata Dra. Kesi menjelaskan. Dalam siaran pers yang dikeluarkan ITS, ia
menjelaskan untuk proses deformalinisasi ikan asin, dapat dilakukan dengan cara merendam ikan
asin tersebut dalam tiga macam larutan, yakni: air, air garam dan air leri.

“Perendaman dalam air selama 60 menit mampu menurunkan kadar


formalin sampai 61,25% dan dengan air leri mencapai 66,03% sedang pada air garam hingga 89,53%.

Ini artinya hanya dengan perlakuan dan pengetahuan yang baik sebelum dikonsumsi maka kadar
formalin akan berkurang,” katanya.
Memang, tambahnya, kita tidak dapat menghilangkan hingga 100% kadar formalin yang ada.
Tapi paling tidak dengan makin berkurangnya kadar formalin dalam bahan makanan itu, maka
untuk mengkonsumsinya akan relatif lebih aman.

“Saya tidak mengatakan formalin itu aman digunakan sebagai pengawet, tapi mengurangi kadar
formalin dalam bahan makanan yang mengandung formalin menjadi penting untuk diketahui
dan dipahami,” katanya.

Bagaimana dengan tahu?

“Sedikitnya ada tiga cara penanganan untuk mengurangi kadar


formalin, direndam dalam air biasa, dalam air panas, direbus dalam air mendidih, dikukus
kemudian direbus dalam air mendidih dan diikuti dengan proses penggorengan,” katanya.
Hasilnya, katanya melanjutkan, berbeda-beda, terbaik merebusnya dalam air mendidih kemudian
di ikuiti dengan proses penggorengan.

“Sedang untuk mie proses deformalinisasi terbaik adalah dengan cara merendam dalam air panas
selama 30 menit, dimana hasilnya dapat menghilangkan kadar formalin hingga mencapai
100%.”

Adapun pada ikan segar, dapat dilakukan dengan merendam


dalam larutan cuka 5% selama 15 menit,” katanya.

Sumber : Catatan Al Akh Aqil Azizi


Produk2 Berbahaya utk Kesehatan

WASPADAI MAKANAN MENGANDUNG BTP


BERBAHAYA DI SEKITAR KITA
Bahan Tambahan Pangan (BTP)

Bahan Tambahan Pangan atau disebut juga Bahan Tambahan Makanan adalah bahan yang
ditambahkan pada pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu, termasuk pewarna, penyedap
rasa dan aroma, pengawet, anti oksidan (mencegah bau tengik), penggumpal, pemucat dan
pengental.

Bahan Tambahan Pangan Berbahaya

Bahan tambahan pangan yang berbahaya dan dilarang digunakan dalam makanan diatur melalui
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1161/Menkes/PER/X/1999.
Dibawah ini 3 (tiga) contoh bahan berbahaya dan dilarang digunakan sebagai BTP, tetapi masih
banyak ditemukan dalam berbagai jenis makanan, yaitu: Formalin, Boraks, dan Pewarna.

Formalin

Formalin adalah nama dagang dari larutan 30 s/d 40 % formaldehid dalam air. Sebenarnya
formalin lebih sesuai dipergunakan sebagai antiseptik untuk membunuh bakteri dan kapang,
terutama untuk menyucikan peralatan kedokteran, dan mengawetkan spesimen biologi termasuk
mayat manusia.

Efek negatif : Akumulasi formalin yang tinggi di dalam tubuh akan menyebabkan berbagai
keluhan , misalnya rasa gatal pada mata, susah bernafas, batuk, rasa panas pada hidung,
tenggorokan, iritasi akut saluran pernafasan, iritasi lambung dan kulit, muntah, diare serta alergi,
bahkan bisa menyebabkan kanker karena formalin bersifat karsinogenik.
Formalin banyak ditemukan pada bakso, ikan asin, mi basah, kerupuk, daging ayam segar, ikan
laut segar, dan manisan buah-buahan.

Boraks

Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natrium tetraborat, berbentuk kristal lunak. Jika
dilarutkan dalam air akan menjadi natrium hidroksida serta asam borat. Baik boraks maupun
asam borat memiliki sifat antiseptik, dan biasa digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan
obat misalnya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut, dan obat pencuci mata.
Boraks juga digunakan sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu dan antiseptik
kayu.

Efek negatif : Boraks apabila terdapat pada makanan, maka dalam jangka waktu lama walau
hanya sedikit akan terjadi akumulasi (penumpukan) pada otak, hati, lemak dan ginjal. Pemakaian
dalam jumlah banyak dapat menyebabkan demam, depresi, kerusakan ginjal, nafsu makan
berkurang, gangguan pencernaan, kebodohan, kebingungan, radang kulit, anemia, kejang,
pingsan, koma bahkan kematian.

Pewarna

Rhodamin B (pewarna merah) dan Methanyl Yellow (pewarna kuning) termasuk dalam zat
warna yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya. Penggunaan Rhodamin B secara umum adalah
sebagai pewarna tambahan pada obat-obatan, kosmetik, pewarna kain/tekstil, pembersih mulut,
sabun dan anti pembekuan. Methanyl Yellow digunakan sebagai indikator dalam larutan, obat-
obatan pemakaian luar.

Efek negatif : Dapat melukai mata, merusak hati, tumor hati dan karsinogenik. Rhodamin B dan
Methanyl Yellow banyak ditemukan pada sirup, kerupuk, agar-agar, jeli, kue basah, manisan
buah-buahan, kerang ataupun makanan jajanan lain.

Walaupun kandungan formalin, boraks, dan zat pewarna berbahaya hanya dapat diketahui
melalui pemeriksaan laboratorium, tetapi beberapa jenis makanan perlu diwaspadai apabila
memiliki ciri-ciri berikut ini :

Ikan Segar
Ikan segar yang mengandung formalin dapat dibedakan dengan ikan segar yang non formalin.
Ikan berformalin mempunyai ciri antara lain, insangnya putih pucat dengan tekstur daging kaku
dan badannya agak susah dipotong. Apabila kandungan formalin agak tinggi bau menyengat
akan tercium.

Ikan Asin
Ikan asin yang diduga mengandung formalin terasa kaku dan keras, bagian luar kering tetapi
bagian dalam agak basah karena daging bagian dalam masih mengandung air sehingga lebih
berat daripada ikan asin yang tidak mengandung formalin.

Daging Ayam Segar


Daging ayam segar apabila yang mengandung formalin, ciri yang paling mencolok adalah tidak
ada lalat yang mau hinggap. Jika kadar formalinnya tinggi/banyak daging ayam terasa agak
kaku.

Tahu
Tahu merupakan makanan yang banyak digemari masyarakat, karena rasa dan kandungan
gizinya yang tinggi. Namun dibalik kelezatannya kita perlu waspada karena bisa saja tahu
tersebut mengandung bahan berbahaya. Perhatikan secara cermat apabila menemukan tahu yang
tidak mudah hancur atau lebih keras dan kenyal dari tahu biasa, kemungkinan besar tahu tersebut
mengandung bahan berbahaya, bisa formalin maupun boraks.

Mi Basah dan Bakso


Penggunaan boraks pada pembuatan mi dan bakso akan menghasilkan tekstur yang lebih kenyal.
Sementara itu, penggunaan formalin akan menghasilkan mi dan bakso yang lebih awet, yaitu
dapat disimpan hingga 4 hari.

Makanan Jajanan
Makanan jajanan seperti sirop, limun, es, pisang goreng, manisan buah-buahan dan lain-lain
perlu juga diwaspadai. Waspadai makanan jajanan yang berwarna seragam dan mencolok,
karena bukan hal yang tidak mungkin memakai zat pewarna yang berbahaya.

Mengonsumsi makanan apapun sebaiknya Anda memilih dengan cermat. Namun sebaliknya,
jangan pula menjadi begitu khawatir, sehingga anda menjadi takut secara berlebihan. Masih
banyak produsen dan pedagang yang jujur dan bisa mempertanggungjawabkan barang olahan
dan dagangannya. Bagi konsumen tidak menjadi masalah dalam mengonsumsi produk makanan
apabila terdapat nomor registrasi dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), tetapi
bagi produk yang tidak terdaftar pada BPOM perlu diwaspadai.

Memang orang yang mengonsumsi tahu, mi, bakso, atau makanan lain yang mengandung
formalin dan boraks beberapa kali saja belum merasakan akibatnya. Efeknya baru terasa
beberapa tahun kemudian. Imunitas tubuh juga sangat berperan dalam berdampak tidaknya
formalin/boraks di dalam tubuh. Jika imunitas tubuh rendah, sangat mungkin formalin/boraks
dengan kadar rendah pun bisa berdampak buruk terhadap kesehatan.

Sumber : Disperindag Kab. Sukabumi

---------------------------------------------------------------------------------

artikel dibawah ini baru aja kejadian alias kejadiannya belom lama

Inilah Produk Susu China yang Diamankan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Husniah Rubiana Thamrin Akib
mengatakan pihaknya memerintahkan penarikan produk susu dari Cina yang beredar di pasaran
dalam negeri pada Selasa.

"Semua produk makanan yang mengandung susu dari China saya minta ditarik dari peredaran
dan diamankan. Kita tidak mau ambil risiko," katanya sebelum melakukan rapat dengar pendapat
dengan Komisi VIII DPR RI di Jakarta, Selasa.

Tindakan itu, katanya, dilakukan untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan mengonsumsi
produk susu asal China karena beberapa waktu lalu ditemukan susu formula terkontaminasi
melamine--bahan kimia untuk membuat plastik-- di China yang telah mengakibatkan ribuan bayi
sakit dan beberapa di antaranya meninggal dunia.

Dalam surat dari Kepala BPOM kepada asosiasi peritel Indonesia bernomor PO.04.01.1.4970
tertanggal 23 September 2008 yang tembusannya dikirim ke Pusat Komunikasi Publik
Departemen Kesehatan disebutkan bahwa ada 28 jenis produk makanan mengandung susu
dengan 12 merek yang berasal dari Cina yang harus diamankan.

Asosiasi peritel Indonesia, menurut surat yang ditandatangani Kepala BPOM itu, diminta
menindaklanjuti surat tersebut dengan segera menarik produk tersebut dari peredaran,
menyegelnya dan kemudian melaporkannya ke BPOM.

Jenis dan merek produk makanan yang harus diamankan antara lain yogurt bermerek Jinwei
Yoguoo (susu fermentasi rasa aneka buah, rasa buah dan rasa netral/plain), susu full
cream merek Guozhen, Indo Eskrim Meiji Gold Monas (rasa coklat dan rasa vanila), Oreo
(stik wafer, cocholate sandwich cookie), kembang gula coklat susu M&Ms, dan Snickers
(biskuit nuget lapis coklat).

Ada pula makanan dan minuman merek Yili yakni Yili Bean Club Matcha Red Bean Ice Bar,
Yili Red Bean Ice Bar, Yili Super Bean Chesnut Ice Bar, Yili Prestige, Yili High Calcium
Low Fat Milk Baverage, Yili Choice Dairy Frozen Yogurt Bar With Real Peach and
Pinepple Flavoured dan Yili High Calcium Milk Baverage.

Produk makanan mengandung susu lain yang juga harus diamankan adalah Chocliz Dark
Chocolate, Dutch Lady Strawbery Flavoured Milk (ekpor Cina, Hongkong dan
Singapura), Natural Choice Yogurt Flavoured Ice Bar With Real Fruit, Nestle Dairy Farm
UHT Pure Milk (katering), kembang gula rasa coklat Dove Choc dan kembang gula White
Rabbit Creamy Candy.

"Pokoknya ini kita tarik dan amankan, tapi bukan berarti ini sudah terbukti mengandung
melamine. Ini untuk langkah pengamanan saja, karena kita tak mau ambil resiko," katanya.

Menurut dia, penarikan produk-produk tersebut dari pasar akan dilakukan sampai ada hasil
pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan bahwa produk itu terbukti bebas dari kontaminasi
melamine atau bahan berbahaya lainnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa untuk mengamankan masyarakat dari dampak peredaran
produk susu terkontaminasi melamine dari Cina pihaknya juga telah menginstruksikan balai-
balai POM di seluruh Indonesia untuk memantau peredaran susu dan produk susu dari Cina di
dalam negeri sejak 18 September lalu.

"Tapi sampai sekarang belum ada laporan temuan," katanya serta menambahkan pihaknya akan
segera melakukan pemeriksaan bila produk tersebut ditemukan.

Anda mungkin juga menyukai