Anda di halaman 1dari 21

LIKUIFAKSI

Disusun Oleh:
Indra Tamara
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah adalah salah
satu sarana untuk mengembangkan kreativitas siswa juga pengetahuan yang
dimiliki siswa. Makalah ini merupakan suatu sumbangan pikiran dari penulis
untuk dapat digunakan oleh pembaca.
Makalah ini disusun berdasarkan data-data dan sumber-sumber yang telah
diperoleh penulis. Penulis menyusun makalah ini dengan bahasa yang mudah
ditangkap oleh pembaca sehingga makalah ini dapat dengan mudah dimengerti
oleh pembaca. Pada akhirnya, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dalam memahami persoalan gempa bumi beserta kejadian-
kejadiannya.

Jakarta, Mei 2011

Penulis
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Bumi yang kita tempati memiliki banyak rahasia alam yang tidak
kita ketahui. Kita tidak pernah mengetahui kejadian-kejadian yang akan
terjadi di muka bumi ini. Banyak kejadian-kejadian alam yang
mendatangkan pertanyaan bagi manusia. Salah satu kejadian alam yang
sudah tidak asing di telinga masyarakat yaitu gempa bumi.
Gempa bumi merupakan suatu peristiwa yang sangat sering terjadi
di muka bumi ini. Salah satunya di Indonesia. Indonesia adalah salah satu
negara yang memiliki tingkat rawan bencana alam yang sangat tinggi.
Indonesia sendiri memiliki titik-titik gempa yang tersebar diseluruh
wilayah di Indonesia.
Mungkin kita merasa biasa saja dengan bencana alam tersebut di
Indonesia, tapi bencana tersebut sudah sangat sering terjadi berulang-ulang
di negara kita. Gempa bumi sudah menghancurkan sebagian dari wilayah
Indonesia. Dan sudah banyak sekali korban-korban yang berjatuhan akibat
bencana tersebut. Berarti gempa bumi sudah menjadi suatu ancaman bagi
masyarakat di muka bumi ini. Dan banyak dari masyarakat tidak mengerti
akan apa sebenarnya yang terjadi di muka bumi ini. Maka sangatlah perlu
bagi mereka untuk tahu dan mengerti serta memahami peristiwa-peristiwa
gempa bumi yang terjadi.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan-tujuan dari penulisan makalah ini:
1) Mengetahui pengertian dari Likuifaksi Menurut Beberapa Ahli.
2) Mengetahui penyebab dari terjadinya Likuifaksi Menurut Beberapa
Ahli.
3) Mengerti tentang proses terjadinya Likuifaksi.
4) Mengetahui aktivitas Likuifkasi di Indonesia.
5) Mengetahui dampak Likuifaksi yang terjadi.

1.3 Rumusan Masalah


1) Apa pengertian dari Likuifaksi?
2) Apa penyebab terjadinya Likuifaksi?
3) Bagaimana proses Likuifaksi?
4) Dimana Saja Pernah Terjadi Likuifsksi?
5) Apa saja dampak dari Likuifaksi yang terjadi?
BAB II
Pembahasan

2.1 Pengertian Likuifaksi


Pencairan tanah atau likuifaksi tanah ( soil liquefaction) adalah
fenomena yang terjadi ketika Tanah yang jenuh atau agak jenuh
kehilangan kekuatan dan kekakuan akibat adanya tegangan misalnya
getaran gempa bumi atau perubahan ketegangan lain secara mendadak,
sehingga tanah yang padat berubah wujud menjadi cairan atau air berat
Dalam mekanika tanah, istilah "mencair" pertama kali digunakan
oleh Allen Hazen mengacu pada kegagalan Bendungan Calaveras
di california tahun 1918. Ia menjelaskan mekanisme aliran pencairan
tanggul sebagai berikut:
Jika tekanan air dalam pori-pori cukup besar untuk membawa
semua beban, tekanan itu akan berefek membawa partikel-partikel
menjauh dan menghasilkan suatu kondisi yang secara praktis seperti pasir
hisap, pergerakan awal beberapa bagian material dapat menghasilkan
tekanan yang terus bertambah, mulanya pada satu titik, kemudian pada
titik lainnya, secara berurutan, menjadi titik-titik konsentrasi awal yang
mencair.
Fenomena ini paling sering diamati pada tanah berpasir yang jenuh
dan longgar (Kepadatan rendah atau tidak padat). Ini karena pasir yang
longgar memiliki kecenderungan untuk memampat ketika diberikan beban
sebaliknya pasir padat cenderung meluas dalam volume atau melebar. Jika
tanah jenuh dengan air, suatu kondisi yang sering terjadi ketika tanah
berada di bawah permukaan air tanah atau permukaan laut, maka air
mengisi kesenjangan di antara butir-butir tanah ("ruang pori"). Sebagai
respon terhadap tanah yang memampat, air ini meningkatkan tekanan dan
mencoba untuk mengalir keluar dari tanah ke zona bertekanan rendah
(biasanya ke atas menuju permukaan tanah). Tapi,
jika pembebanan berlangsung cepat dan cukup besar, atau diulangi berkali-
kali (contoh getaran gempa bumi dan gelombang badai), air tidak mengalir
keluar sesuai waktunya sebelum siklus pembebanan berikutnya terjadi,
tekanan air dapat bertambah melebihi tekanan kontak antara butir-butir
tanah yang menjaga mereka tetap saling bersentuhan satu sama lain.
Kontak antara butir-butir ini merupakan media pemindahan berat
bangunan dan lapisan tanah di atas dari permukaan tanah ke lapisan tanah
atau batuan pada lapisan yang lebih dalam. Hilangnya struktur tanah
menyebabkan tanah kehilangan semua kekuatannya (kemampuan untuk
memindahkan tegangan geser) dan fenomena ini terlihat seperti mengalir
menyerupai cairan (maka disebut 'pencairan'). Meskipun efek pencairan
telah lama dipahami, fenomena ini lebih menarik perhatian
para insinyur setelah gempa bumi Niigata tahun 1964 dan Alaska juga
tahun 1964. Pencairan juga faktor utama kerusakan di Distrik Marina San
Francisco setelah gempa bumi Loma Prieta tahun 1989 dan di Pelabuhan
Kobe akibat gempa bumi besar Hanshin tahun 1995. Pencairan terakhir
yang mengakibatkan kerusakan besar menimpa perumahan di timur
pinggiran kota dan kota satelit Christchurch, Selandia Baru setelah gempa
bumi Canterbury tahun 2010[2] dan lebih luas lagi setelah gempa
Christchurch susulan pada awal dan pertengahan 2011.[3]
Peraturan bangunan di sejumlah negara mewajibkan para insinyur
untuk mempertimbangkan efek pencairan tanah dalam desain bangunan
dan infrastruktur baru seperti jembatan, bendungan, dan dinding
penahan.[4][5][6]

2.1.1 Pengertian Likuifaksi Menurut Beberapa Ahli


Rovicky Dwi Putrohari (Dewan penasehat Ikatan Ahli Geologi Indonesia )
menjelaskan likuifaksi terjadi karena adanya getaran gempa, bukan karena tsunami.
Fenomena ini menurutnya banyak dan hampir semua fenomena kegempaan muncul
likuifaksi.”, selengkapnya di bagian REFERENSI.
Likuifaksi terjadi karena ada getaran gempa yang memicu terjadinya
fraksi (butiran) kasar yang terkumpul di bawah dan butiran halus serta air
akan keluar
likuifaksi terjadi karena adanya getaran gempa, bukan karena
tsunami. Fenomena ini menurutnya banyak dan hampir semua fenomena
kegempaan muncul likuifaksi. Fenomena ini mengakibatkan turunnya daya
dkung tanah terhadap tekanan di atasnya. Likuifensi merupakan fenomena
alamiah yang terjadi karena adanya aktivitas kegempaan.

"Likuifaksi ini kalau diibaratkan seperti kita sedang mengetuk-ngetuk toples


untuk memasukkan suatu benda supaya ada banyak yang masuk ke
dalamnya. Ini menyebabkan cairan atau material halus berada di atas,"
imbuhnya.

Rovicky yang sudah lebih dari 25 tahun berkecimpung di bidang geologi ini
mengatakan likuifaksi terjadi pada lapisan di bawah tanah ang biasanya
berupa butiran berukuran pasir. Air yang tersimpan di dalamnya akan ikut
terbawa keluar ketika terjadi likuifaksi.

Proses inilah yang kemudian membuat tanah bercampur air menjadi lumpur
yang keluar dari dalam perut Bumi. Untuk terhindar dari likufaksi, ia
mengatakan biasanya lapisan tanah yang berupa pasir dikeringkan sebelum
membuat bangunan di atasnya. Untuk konstruksi bangunan bertingkat tinggi,
menurutnya ada soil boring untuk melihat apakah ada hal-hal yang
dikhawatirkan terjadi likuifaksi.
Soil boring sendiri merupakan teknik yang dipakai untuk mensurvei tanah
dengan mengambil beberapa inti dangkal dari sedimen. Teknik ini sangat
penting digunakan sebelum melakukan pengeboran untuk investigasi lepas
pantai untuk menentukan kondisi tanah.

"Perlu dicatat likuifaksi ini bukan akibat beban di atasnya, tetapi akibat
getaran gempa. Namun, gejala likuifaksi bisa merusak konstruksi di atasnya,"
ucapnya.

Sebelumnya, Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana


(BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam konferensi media membenarkan
adanya fenomena likuifaksi yang memicu kemiringan tertentu akibat
diguncang gempa dan longsor.

"Likuifaksi ini membuat material tanah menjadi padat seperti lumpur. Terjadi
karena ada kemiringan tertentu akibat diguncang gempa, akibatnya ada
permukaan tanah yang naik dan turun," jelas Sutopo di tengah konferensi
media.
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20180930155918-199-
334437/mengenal-likuifaksi-fenomena-tanah-bergerak-gempa-palu

Fenomena likuifaksi (soil liquefaction) yang membuat bangunan dan pohon ‘berjalan’ muncul
setelah gempa bumi yang mengguncang Sulawesi Tengah. Fenomena ini juga pernah dialami
di berbagai negara akibat gempa bumi.

Likuifaksi merupakan fenomena di mana kekuatan tanah berkurang karena gempa yang
mengakibatkan sifat tanah dari keadaan padat (solid) menjadi cair (liquid). Likuifaksi
disebabkan tekanan berulang (beban siklik) saat gempa sehingga tekanan air pori meningkat
atau melampaui tegangan vertikal. Inilah yang menyebabkan benda-benda di sekitar lokasi
jadi terseret.

“Likuifaksi (adalah) tanah yang kehilangan kekuatan akibat diguncang oleh gempa, yang
mengakibatkan tanah tidak memiliki daya ikat. Guncangan gempa meningkatkan tekanan air
sementara daya ikat tanah melemah, hal ini menyebabkan sifat tanah berubah dari padat
menjadi cair,” ujar Kepala Bagian Humas BMKG, Harry Tirto Djatmiko, Minggu
(30/9/2018).

https://turnbackhoax.id/2018/10/01/benar-mengenal-likuifaksi-fenomena-tanah-
bergerak-gempa-palu/

Fenomena yang disebut likuifaksi tersebut melanda Palu dan


sekitarnya selama gempa berlangsung. Berdasarkan
keterangan Peneliti Puslit Geoteknologi LIPI, Adrin Tohari,
likuifaksi sendiri memiliki pengertian sebagai
hilangnya kekuatan lapisan tanah pasir lepas akibat kenaikan
air tanah saat gempa bumi kuat dengan durasi lama.
Akibatnya, tanah pasir berubah menjadi selayaknya cairan
atau lumpur sehingga dapat bergerak mengalir atau
menyembur.

"Likuifaksi terjadi pada lapisan pasir, bukan batu pasir tanah.


Terjadinya harus ada air tanah di bawah lapisan pasir untuk
membuat tanah berubah seperti bubur. Harus ada
guncangan kuat dengan skala lebih dari 6 skala richter,"
jelasnya pada diskusi Gempa dan Tsunami Donggala di
Sesar Aktif Pulau Koro, di Pusat Penelitian Geoteknologi
LIPI, Rabu (3/10/2018).

Ia menyatakan, jarak sumber pusat gempa dengan tanah


yang berpotensi mengalami likuifaksi akan sangat
memengaruhi tingkat kekuatan likufaksi yang terjadi. Syarat
terjadinya likuifaksi
Tohari menjabarkan likuifaksi dapat terjadi pada kondisi
sebagai berikut:

Pertama, lapisan tanah berupa tanah pasir bersifat lepas


(gembur). Kedua, kedalaman muka air tanah tergolong
dangkal (kurang dari -4,0 m dari permukaan tanah).
Ketiga, goncangan gempa bumi lebih dari 6 skala
richter. Keempat, durasi goncangan gempa bumi lebih dari 1
menit dan kelima percepatan gempa bumi lebih dari 0,1 g.

Di Palu, seluruh syarat tersebut terpenuhi.

Kondisi muka air tanah yang dangkal, gempa bumi yang


mencapai 7.4 skala richter, ditambah dengan lapisan tanah
berupa endapan aluvial berumur kurater yang belum
terpadatkan menjadikan tanah di sejumlah kawasan bergerak
hanyut terbawa air.

"Data potensi likuifaksi di Palu sebenarnya sudah tersedia,


tapi belum digunakan untuk membuat tata ruang yang aman
di sana," ungkapnya.
http://ayobandung.com/read/2018/10/03/38805/mengenal-
fenomena-likuifaksi

Munirwan (2005: 1) mengemukakan bahwa likuifaksi adalah gejala


keruntuhan structural tanah akibat menerima beban cyclic (berulang)
dimana beban ini menimbulkan perubahan-perubahan di dalam deposit
tanah pasir, berupa peningkatan tekanan air pori sehingga kuat geser tanah
menjadi berkurang atau bahkan hilang sama sekali (loose of strength)
sehingga tanah pasir akan mencair dan berperilaku seperti fluida.
Pada prinsipnya likuifaksi dan penurunan itu beda, likuifaksi adalah
hilangnya kekuatan tanah akibat meningkatnya air pori yang diakibatkan
oleh getaran gempa bumi. Sedangkan penurunan itu sendiri diakibatkan oleh
pergeseran, penggelinciran, dan terkadang juga kehancuran partikel-partikel
tanah pada titik tertentu.

2.2 Penyebab Terjadinya likuifaksi


Untuk memahami likuifaksi penting untuk mengenali kondisi
yang ada di deposit tanah sebelum gempa bumi. Deposit tanah terdiri
dari satu himpunan partikel tanah individu. Jika kita melihat secara
dekat partikel-partikel ini, kita dapat melihat bahwa setiap partikel
berada dalam kontak dengan sejumlah partikel lainnya. Berat partikel
tanah yang saling melapisi menghasilkan kekuatan kontak antara
partikel, kekuatan ini menahan partikel individu di tempatnya dan
merupakan sumber perkuatan dari tanah.
Panjang panah mewakili ukuran kekuatan kontak antara individu butir
tanah. Kekuatan kontak menjadi besar ketika tekanan air pori rendah.

 Tanah berupa pasir atau lanau


 Lapisan tanah jenuh air
 Lapisan tanah tidak padat
 Terjadi gempa berkekuatan di atas 5,0 SR
Likuifaksi terjadi ketika struktur pasir jenuh yang longgar rusak
karena pergerakan tanah. Sebagaimana struktur rusak, individu partikel
yang longgar berusaha untuk pindah ke konfigurasi yang padat. Dalam
gempa bumi, bagaimanapun tidak ada cukup waktu untuk air di pori-
pori tanah untuk dapat diperas / dikeluarkan dari tanah. Sebaliknya air
"terjebak" dan mencegah partikel tanah untuk bergerak lebih dekat satu
sama lain. Hal ini disertai dengan peningkatan tekanan air yang
mengurangi kekuatan kontak antara individu partikel tanah , sehingga
terjadi pelunakan dan melemahnya deposit tanah.

http://tukangbata.blogspot.com/2013/01/apa-itu-liquefaction-atau-
likuifaksi.html.
Menurut Soelarno et al.,1984 sebagaimana dikutip oleh Zulfikar (2008: 3),
likuifaksi adalah suatu gejala perubahan sifat tanah yaitu, dari sifat solid ke
sifat liquid. Perubahan sifat ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis
pembebanan sebagai berikut:
a) Disebabkan oleh pembebanan monotonic yang biasanya terjadi pada tanah
lempung yang mengalami tekanan dari gaya rembesan air atau arus pasang
sehingga menimbulkan gejala quick clay, sebagai akibatnya tanah lempung
kehilangan kekuatan gesernya yang dikenal dengan nama static liquefaction.
Kondisi ini walaupun mungkin tetapi jarang terjadi.
b) Disebabkan oleh pembebanan cyclic yang biasanya terjadi pada tanah
pasir jenuh air yang mengalami getaran gempa sehingga pasir kehilangan
daya dukungnya yang dikenal dengan cyclic liquefaction. Kondisi ini lazim
terjadi di lapangan.
c) Disebabkan oleh pembebanan yang bersifat shock wave yang biasa terjadi
pada tanah pasir kering berbutir halus yang mengalami getaran gempa yang
bersifat shock wave atau getaran dari bom sehingga menimbulkan gejala
fluidization yang berupa longsoran tanah yang dikenal dengan nama impact
liquefaction. Kondisi ini juga jarang ditemukan, karena pada umumnya terjadi
bila kondisi pasir jenuh.
Soelarno, 1986 sebagaimana dikutip oleh Zulfikar (2008: 4) menyebutkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi potensial likuifaksi:
a) Sifat butir tanah, pasir yang uniform (seragam) lebih mudah likuifaksi
dibandingkan well graded sand (pasir yang bergradasi baik), untuk
uniformity yang sama, butir pasir yang lebih halus akan lebih mudah
likuifaksi. Pasir yang mudah likuifaksi adalah pasir yang mempunyai harga
D10 antara 0,01-0,25 mm, D50 antara 0,075-2,0 mm, D20 antara 0,04-0,50
mm atau 0,004-1,20 mm dengan uniformity coefficient (Cu) antara 2-10.
b) Kepadatan relatif (Dr), makin kecil harga Dr makin mudah terjadi
likuifaksi.
c) Pengaruh kondisi stress mula-mula di lapangan, makin besar harganya
makin sulit tanah itu mencair (likuifaksi).

2.3 Proses Terjadinya Gempa


Sebelum terjadi gempa, tekanan air di dalam tanah relatif rendah. Namun, pada saat
terjadi gempa, getaran yang ditimbulkan dapat menyebabkan peningkatan tekanan air ke
titik di mana partikel-partikel tanah dapat dengan mudah bergerak sehingga ikatan antar
partikel lapisan pasir tersebut menjadi luruh.

Ketika hal itu terjadi, kekuatan tanah akan berkurang, sehingga tanah tersebut tidak
mampu lagi untuk menopang beban bangunan di atasnya.

Oleh karena itu proses likuifaksi ditandai dengan munculnya semburan air dan pasir dari
dalam tanah ( sand boiling )
ika mengamati proses terjadinya Likuifaksi sebenarnya mudah, namun permasalahan
utamanya adalah likuifaksi ini tidak dapat dideteksi dulu berbeda dengan tsunami yang
bisa dideteksi menggunakan alat. Likuifaksi sangat bergantung pada getaran dan juga
gempa, sehingga anda tidak bisa menilai bahwa gempa tersebut bisa menyebabkan
pencairan tanah atau tidak.

Namun hal jelasnya bahwa fenomena gempa bumi yang terjadi di zona dengan tanah
yang mengandung air tinggi sangat beresiko untuk terjadi likuifaksi. Biasanya fenomena
ini terjadi untuk tanah yang dekat dengan laut atau pantai. Bisa juga terjadi gempa di
area yang kaya akan air dan juga tanahnya berpasir. Maka likuifaksi bisa terjadi begitu
saja.

Menurut Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada menjelaskan bahwa Likuifaksi terbagi
menjadi dua jenis, yaitu semburan air yang ada dari dalam tanah keluar memancar
layaknya air mancur dan merusak struktur tanah sekaligus. Bisa juga kejadian lapisan
pasir yang terbawa gempa sangat kuat sehingga air yang ada terperas dan mengalir
membawa lapisan tanah. Kejadian ini juga sama halnya dengan likuifaksi pertama, sama-
sama akan menghanyutkan tanah.

Berbicara soal bahaya semua bencana alam dan fenomena alam tentu membahayakan,
apalagi yang bersifat merusak dan terjadi secara besar-besaran layaknya likuifaksi yang
terjadi di Palu. Tentu bukan hal yang aneh jika semua bangunan dan benda yang terkena
likuifaksi hanyut dan tidak bersisa, bahkan menelan korban jiwa.

Untuk itu Likuifaksi memang sangat bahaya, karena sifatnya seperti banjir ditambah
dengan kandungan tanah. Jika ada yang terhanyut maka akan sulit menyelamatkan diri
karena bukan di air jernih atau air biasa. Namun bersamaan dengan struktur tanah dan
bangunan lainnya yang ikut hanyut.

Bagaimana mengangani likuifaksi ? sebenarnya fenomena ini tidak bsia ditangani, BMKG
sendiri hanya bisa memberi peringatan akan bahaya tsunami atau tidak setelah gempa
atau likuifaksi. Anda bisa membenahi dan kembali menata area yang terkena pencairan
tanah jika gempa sudah benar-benar selesai dan juga pergerakan tanah sudah tidak ada
kembali.

Selain itu, anda harus menunggu tanah kembali untuk solid jika ingin membangun
bangunan di area bekas terkena likuifaksi. Namun hal ini akan memakan waktu tahunan,
agar tanah bisa kembali kuat dan solid lagi.

Studi megenai mekanisme terjadinya likuifaksi memberikan suatu metode


guna menganalisis masalah peningkatan dan dissipasi (keluarnya air pori ke
permukaan tanah) dari dalam lapisan horizontal suatu deposit (lapisan)
pasir selama dan sesudah berlangsungnya getaran gempa bumi, dan untuk
menggambarkan besarnya perubahan tekanan air pori yang dapat terjadi di
dalam profil tanah sebagai fungsi dari waktu.
Menurut Seed et al.,1975 sebagaimana dikutip oleh Zulfikar (2008: 4), untuk
menganalisis kemungkinan terjadi likuifaksi diasumsikan bahwa selama
berlangsungnya getaran gempa belum terjadi dissipasi yang berarti, dengan
perkataan lain belum terjadi redistribusi tekanan air pori pada masa tanah.
Akibat beban cyclic, tanah mengalami tekanan sebelum air sempat keluar
meninggalkan pori. Hal ini menyebabkan tekanan air pori meningkat,
sebaliknya tegangan efektif berkurang dan dengan demikian kekuatan geser
juga berkurang.
Pada suatu lapisan tanah pasir jenuh air, pengaruh dari getaran-getaran
gempa bumi atau dibebani secara cyclic, akan mengalami perubahan sifat
yaitu dari sifat solid ke sifat liquid yang dapat mengakibatkan peningkatan
tekanan air pori dan pengaruh tegangan efektif, sehingga memungkinkan
terjadi suatu gejala yang disebut likuifaksi, yang merupakan gejala
keruntuhan struktur. Hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan rumus
tegangan efektif dan rumus kekuatan geser tanah dari Terzaghi yang dapat
dilihat dibawah ini, untuk tanah pasir jenuh air yang ditinjau pada suatu
kedalaman dari permukaan tanah.
Rumus tegangan efektif (Bowles, 1984: 53):
https://www.scribd.com/document/132343380/Teori-Likuifaksi-
docx

2.4

1. Sulawesi Tengah

Likuifaksi terjadi sesaat setelah gempa bermagnitugo 7,4 di Sulawesi Tengah, Jumat (28/9).
Rumah dan pohon amblas akibat likuifaksi.

“Ada video yang beredar rumah dan pohon yang kelihatannya berjalan, itu terjadi saat gempa
bukan satu hari atau dua hari kejadian. Termasuk rumah yang ada di perumahan Balaroa ini
kondisinya amblas. Menyebabkan bangunan rubuh hanyut dan sebagainya. Fenomena
liquefaction. Itu adalah fenomena alamiah,” ujar Kepala Pusat Data dan Informasi dan Humas
BNPB Sutopo Purwo Nugroho di kantor BNPB, Jl Pramuka, Jakarta Timur, Minggu
(30/9/2018).

Ada empat lokasi yang mengalami likuifaksi. Kebanyakan di Kabupaten Sigi.


“Ada beberapa yang karena liquefaction 4 tempat di Jl Dewi Sartika Palu Selatan, di Petobo,
Biromaru (Sigi), di Sidera, (Sigi)” kata Sutopo.

2. Niigata, Jepang

Dikutip dari USGS, peristiwa di Niigata (1964) merupakan salah satu likuifaksi yang paling
terkenal. Akibatnya, bangunan apartemen amblas.

Fenomena ini terjadi pada 16 Juni 1964 pascagempa bermagnitudo 7,5. Ada sekitar 2.000
rumah yang dilaporkan hancur total.

3. Christchurch, Selandia Baru

Gempa bermagnitudo 6,3 terjadi pada tanggal 25 Februari 2011 yang mengakibatkan
likuifaksi. Dilansir dari The New Zealand Herald, sejumlah bangunan rusak akibat likuifaksi.

4. Pohang, Korea Selatan

Fenomena ini terjadi tanggal 15 November 2017. Pemerintah Korea Selatan menyebutkan
likuifaksi yang terjadi tidak menimbulkan kerusakan signifikan di Pohang.

Dilansir dari Korea Times, Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan Korsel
mengkonfirmasi lima wilayah telah terkena pencairan. Tetapi tingkat keseriusan dari empat
lainnya bahkan lebih rendah.

5. San Francisco, Amerika Serikat

Sebuah rumah di Mission District San Francisco mengalami kerusakan akibat likuifaksi yang
terjadi akibat gempa bumi pada 18 April tahun 1906. Guncangan gempa menyebabkan isi
buatan mencair dan kehilangan kemampuannya untuk menyangga rumah.

Likuifaksi juga terjadi di Dore Street, San Francisco di periode yang sama. Rumah-rumah di
lokasi amblas. Dilansir dari USGS, daerah tersebut dulunya merupakan tanah rawa.
(dkp/imk)”.

2.6 Dampak Terjadinya Gempa Bumi


Setelah mengetahui pengertiannya, masuk kedalam dampak yang akan terjadi jika
sebuah area terkena pencairan tanah atau likuifaksi, ada beberapa dampak yang akan
dirasakan diantaranya adalah :
 Tanah bergeser, vkhususnya rumah dan bangunan yang ada diatasnya akan roboh atau
ikut bergeser
 Permukaan tanah menjadi turun dan membuat perbedaan permukaan (akhirnya area
tersebut akan seperti bukit ada yang turun dan naik permukaannya)
 Material diatas tanah dapat hanyut semua
 Tentu saja kerusakan – kerusakan yang diakibatkan
peristiwa likuifaksi semacam itu memiliki konsekuensi
yang sangat tinggi, yaitu :
 Dalam jangka pendek dapat menghambat proses
evakuasi para korban dan menghambat upaya tanggap
darurat karena rusaknya infarastruktur seperti jalan,
jembatan, bahkan gedung rumah sakit.
 Dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerugian
ekonomi yang signifikan dari segi bisnis yang
terganggu.
 Pada dasarnya ada beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk mengurangi resiko sebelum mendesain dan
membangun sebuah konstruksi, yaitu :
 Melakukan survei lapangan
 Menghindari daerah yang mengandung pasir lepas
 Perbaikan tanah dengan cara pemadatan (deep
compaction & vibro flotation)
 Memaksimalkan pondasi bangunan hingga kedalaman
aman.

BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Likuifaksi adalah fenomena hilangnya kekuatan lapisan tanah akibat adanya faktor
getaran (misalnya gempa bumi atau bisa juga karena adanya ledakan besar).

Likuifaksi terjadi pada daerah lapisan tanah yang jenuh air, yaitu tanah di mana ruang
antara partikelnya benar-benar penuh dengan air. Peristiwa ini biasanya sering terjadi
pada lapisan pasir.

Sebelum terjadi gempa, tekanan air di dalam tanah relatif rendah. Namun, pada saat
terjadi gempa, getaran yang ditimbulkan dapat menyebabkan peningkatan tekanan air
ke titik di mana partikel-partikel tanah dapat dengan mudah bergerak sehingga ikatan
antar partikel lapisan pasir tersebut menjadi luruh.
Ketika hal itu terjadi, kekuatan tanah akan berkurang, sehingga tanah tersebut tidak
mampu lagi untuk menopang beban bangunan di atasnya.

Oleh karena itu proses likuifaksi ditandai dengan munculnya semburan air dan pasir dari
dalam tanah ( sand boiling )

 Penyebab Terjadinya Likuifaksi

 Tanah berupa pasir atau lanau

 Lapisan tanah jenuh air

 Lapisan tanah tidak padat

 Terjadi gempa berkekuatan di atas 5,0 SR

 Tentu saja kerusakan – kerusakan yang diakibatkan peristiwa likuifaksi semacam


itu memiliki konsekuensi yang sangat tinggi, yaitu :

 Dalam jangka pendek dapat menghambat proses evakuasi para korban dan
menghambat upaya tanggap darurat karena rusaknya infarastruktur seperti
jalan, jembatan, bahkan gedung rumah sakit.

 Dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan


dari segi bisnis yang terganggu.

 Pada dasarnya ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi
resiko sebelum mendesain dan membangun sebuah konstruksi, yaitu :

 Melakukan survei lapangan

 Menghindari daerah yang mengandung pasir lepas

 Perbaikan tanah dengan cara pemadatan (deep compaction & vibro flotation)

 Memaksimalkan pondasi bangunan hingga kedalaman aman.

3.2 Saran
Masyarakat harus lebih tahu mengenai gejala-gelaja alam yang
sering terjadi di Indonesia dan pemerintah juga harus sering mengadakan
penyuluhan-penyuluhan serta pengetahuan bagi masyarakat agar mereka
mengerti dan dapat mengetahui apa yang harus mereka lakukan apabila
suatu saat mereka dihadapkan dengan bencana gempa bumi.
Pemerintah juga harus betindak cepat dalam menangani segala
bencana yang terjadi agar tidak memakan banyak korban jiwa. Apabila
dihadapkan dengan bencana gempa bumi, disaranakan yang pertama
paling penting adalah menyelamatkan diri dibandingkan harta benda yang
dimiliki.

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi
http://friends.smansakra.sch.id/blogs/entry/PENGERTIAN-GEMPA-dan-letak-
indonesia
http://adelnriripunya.blogspot.com/2010/02/klasifikasi-gempa.html
http://juanita.blog.uns.ac.id/2011/01/05/gelombang-seismik/
http://riyn.multiply.com/journal/item/47/Gelombang
http://www.riedhagookil.com/2009/09/penyebab-terjadinya-gempa-bumi-dan-
cara.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Tektonika_lempeng
http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=13608.0
http://udhnr.blogspot.com/2009/02/lempeng-indonesia.html
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100915225510AAq636n

Anda mungkin juga menyukai