Makalah Pajak Final
Makalah Pajak Final
Makalah Pajak Final
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Didalam Program keahlian Akuntansi perpajakan adalah salah satu program
keahlian yang ada di SMK yang bertujuan menghasilkan atau memenuhi kebutuhan
tuntutan pangsa kerja berupa tamatan yang bermutu yang mampu bersaing secara
profesional di tengah-tengah masyarakat, khususnya dalam bidang keadminstrasian
dan ketatausahaan, baik dalam usaha pribadi (personal), perkantoran dan usaha
bidang jasa, maupun kelembagaan-kelembagaan lainnya.
Mengingat bahwa sektor pajak merupakan sektor penting sebagai salah satu
sumber dana dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional, maka para siswa
yang mengikuti mata pelajaran perpajakan ini diharapkan dapat menyebarluaskan
pengetahuan dan pemahaman perpajakan, sehingga pada saatnya kelak baik di
tengah-tengah masyarakat, maupun di lingkungan kerjanya mereka ak.an menjadi
tenaga profesional di bidang perpajakan.
2
Namun pada kenyataannya, menurut Gardner (1991) krisis yang melanda
dunia pendidikan sebahagian berkutat di sekitar masalah kesulitan para siswa
memahami isi materi pelajaran. Sedangkan menurut Nurhadi (2004) hasil
pembelajaran di sekolah dasar dan sekolah menengah di Indonesia menunjukkan
ketidakmampuan anak-anak menghubungkan antara yang dipelajari dan bagaimana
pengetahuan itu dimanfaatkan untuk memecahkan persoalan sehari-hari. Gardner
(dalam Santiasa, 2002) berpendapat bahwa penghalang pemahaman bagi siswa
sehingga mereka merasa kesulitan menguasai isi materi pelajaran dapat disebabkan
oleh tiga faktor,
Selain itu di sekolah anak-anak hanya tahu bahwa tugasnya adalah mengenal
fakta-fakta,sementara keterkaitan antara fakta-fakta dan pemecahan masalah belum
mereka kuasai, akibatnya siswa kurang bergairah dan tidak tennotivasi dalam
mengikuti materi pelajaran (Nurhadi,2004).
Selama ini model pembelajaran yang digunakan lebih bersifat teoretis dengan
metode ceramah dan penyelesaian soal-soal latihan. Jarang sekali diterapkan bentuk
pembelajaran dengan metode praktek yang dikaitkan dengan peristiwa dalam
3
kehidupan sehari-hari. Masalah yang dimunculkan untuk diselesaikan oleh siswa juga
lebih bersifat masalah yang memerlukan pemecahan secara teoretis saja tanpa
dihubungkan atau dikembangkan dalam bentuk aplikasi permasalahan tersebut
dengan kehidupan nyata di masyarakat.
Pada umunya masalah akademik yang sering dihadapi siswa program keahlian
Akuntansi SMK Negeri adalah ketidakmampuan dalam mencari cara dan
mengefektifkan kebiasaan belajar. Sebahagian besar siswa dalam belajar telah
terbiasa dengan bimbingan dan tuntunan dari guru, semua pengetahuan yangmereka
peroleh ditransfer dan diberikan secara langsung oleh guru tanpa ada usaha dari siswa
untuk memperoleh pengetahuan tambahan melalui belajar secara mandiri. Meskipun
kebiasaan belajar siswa pada umumnya bervariasi, baik dari segi kualitas maupun
kunatitasnya, namun disadari bahwa kebiasaan belajar ini juga memberi dampak
cukup besar dalam prestasi akademik siswa
Di satu sisi masih banyak siswa yang masih merasa kesulitan dalam
mengefektifkan kegiatan belajar secara mandiri, dan di sisi lain masih banyak guru
yang menggunakan model pembelajaran yang terpola pada urutan kegiatan
penyampaian materi, tugas, dan latihan saja, tanpa memberi arahan pada siswa
tentang bagaimana cara penerapan atau pengaplikasian pengetahuan yang mereka
peroleh dalam kehidupan nyata. Dalam hal ini siswa hanya diberikan informasi
sebanyak-banyaknya suatu pengetahuan, tanpa mengetahui apa guna dan bagaimana
4
mengaitkan dan mengaplikasikan pengetahuan yang mereka peroleh tersebut dalam
kehidupan nyata.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat di identifikasikan
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Masih rendahnya kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam membayar
kewajibannya.
2. Kurang efektifnya tindakan penagihan dilihat dari target dan realisasinya.
3. Banyaknya kendala yang dihadapi dalam melaksanakan penagihan pajak
sebagai upaya pencairan tunggakan pajak.
4. Belum maksimalnya tindakan penagihan pajak untuk mencairkan tunggakan
pajak.
5
C. Batasan Masalah
Mengingat banyaknya jenis-jenis pajak dalam penerapannya disekolah maka
penulis membatasi masalah pada Bagaimana cara penerapan Pelajaran Pajak agar
mudah dimengerti oleh siswa SMK.
D. Rumusan Masalah
Adapun Perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Apa Pengertian dari Pajak?
2. Apa Pengertian PPh 21 dan Sistematikanya?
3. Apa Pengertian Wajib Pajak?
4. Apa saja Kesulitan siswa dalam mempelajari Pajak Pph 21?
5. Bagaimana Treatmen agar Siswa dapat Memahami Output Yang di Harapkan?
E. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari
permasalahan dalam makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Pajak
2. Untuk mengetahui Pengertian PPh 21 dan Sistematikanya
3. Untuk mengetahui Pengertian Wajib Pajak
4. Untuk mengetahui Kesulitan siswa dalam mempelajari Pajak Pph 21
5. Untuk mengetahui Treatmen yang sesuai agar Siswa dapat Memahami
Output yang di Harapkan.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak
7
2. P.J.A. Adriani,
Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum
(undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung
dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.
B. Fungsi Pajak
a. Fungsi pajak yang pertama adalah sebagai fungsi anggaran atau
penerimaan (budgetair) : Pajak merupakan salah satu sumber dana yang
digunakan pemerintah dan bermanfaat untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran. Penerimaan negara dari sektor perpajakan dimasukkan ke
dalam komponen penerimaan dalam negeri pada APBN.
8
pengenaan pajak yang lebih tinggi kepada barang mewah dan minuman
keras.
c. Fungsi pajak yang ketiga adalah sebagai fungsi stabilitas : Pajak sebagai
penerimaan negara dapat digunakan untuk menjalankan kebijakan-
kebijakan pemerintah. Contohnya adalah kebijakan stabilitas harga dengan
tujuan untuk menekan inflasi dengan cara mengatur peredaran uang di
masyarakat lewat pemungutan dan penggunaan pajak yang lebih efisien
dan efektif.
d. Fungsi pajak yang keempat adalah fungsi redistribusi pendapatan :
Penerimaan negara dari pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran
umum dan pembangunan nasional sehingga dapat membuka kesempatan
kerja dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
C. Pengelompokkan Pajak
1) Menurut Golongannya
Pajak langsung adalah pajak yang harus ditanggung sendiri oleh wajib
pajak tanpa hak pelimpahan. Contohnya Pajak Penghasilan.
Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnyadapat dibebankan
atau dilimpahkan pada orang lain. Contohnya Pajak Pertambahan Nilai.
2) Menurut Sifatnya
Pajak Subjektif adalah pajak yag berpangkal atau berdsarkan pada
subjeknya, dengan artian memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
Contoh : pajak Penghasilan.
Pajak Objektif adalah pajak yang hanya memperhaikan objek tanpa
memperhatikan wajib pajak. Contoh: Pajak Pertambahan nilai dan Pajak
penjualan berang mewah.
9
3) Menurut Lembaga Pemungutnya
Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
dipergunakan untuk rumah tangga negara. Contoh : Pajak Penghasilan,
Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan barang meah, Pajak Bumi dan
Bangunan, Bea Materai.
Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
dipergunakan untuk membiayai pemerintah daerah. Pajak daerah terdiri
atas:
1. Pajak Provinsi Contoh Pajak kendaraan bermotor, pajak bahan bakar
kendaraan bermotor
2. Pajak Kabupaten/kota contoh Pajak hotel, restoran, hiburan.
10
Namun, terdapat konskuensi dalam sistem pemungutan pajak ini. Karena
wajib pajak memiliki wewenang menghitung sendiri besaran pajak terutang yang
perlu dibayarkan, maka wajib pajak biasanya akan mengusahakan untuk
menyetorkan pajak sekecil mungkin.
Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak itu sendiri.
Wajib pajak berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban pajaknya mulai dari
menghitung, membayar, hingga melaporkan pajak.
Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak, kecuali jika
wajib pajak telat lapor, telat bayar pajak terutang, atau terdapat pajak yang
seharusnya wajib pajak bayarkan namun tidak dibayarkan.
Dalam sistem pemungutan pajak Official Assessment, wajib pajak bersifat pasif
dan pajak terutang baru ada setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus.
Sistem pemungutan pajak ini bisa diterapkan dalam pelunasan Pajak Bumi Bangunan
(PBB) atau jenis pajak daerah lainnya.
11
Ciri-ciri sistem perpajakan Official Assessment:
3. Withholding System
Dalam beberapa kasus tertentu, bisa juga menggunakan Surat Setoran Pajak
(SSP). Bukti potongan tersebut nantinya akan dilampirkan bersama SPT Tahunan
PPh/SPT Masa PPN dari wajib pajak yang bersangkutan.
12
E. Pajak PPH 21
1. Pengertian PPh Pasal 21
Pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi
sebagai Subjek Pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
Sebelum melakukan Pemotongan Pajak PPh Pasal 21, maka Pemotong Pajak
harus terdaftar terlebih dahulu sebagai Pemotong Pajak PPh Pasal 21 di Kantor
Pelayanan Pajak.
13
2. Pengertian Pemotong PPh Pasal 21
Wajib Pajak Orang Pribadi atau Wajib Pajak Badan, termasuk Bentuk Usaha
Tetap (BUT), yang mempunyai kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak atas
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
1. Orang pribadi
2. Badan;
3. Cabang, perwakilan, atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian atau
seluruh administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang, perwakilan,
atau unit tersebut.
4. Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau
pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI,
Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga
negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri, yang
membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan;
5. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-
badan lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan tunjangan hari
tua atau jaminan hari tua;
6. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta
badan yang membayar:
a. honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi
dengan status Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga
14
ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan
atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama
persekutuannya;
b. honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta
pendidikan dan pelatihan, serta pegawai magang;
7. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat
nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya
yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau
penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi
berkenaan dengan suatu kegiatan.
Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan agar dapat menjadi Pemotong PPh
Pasal 21 harus mendaftarkan diri untuk menjadi Pemotong PPh Pasal 21. Pendaftaran
sebagai pemotong PPh Pasal 21 dapat dilakukan pada saat pendaftaran NPWP atau
setelah pendaftaran NPWP.
Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan dapat mengetahui apakah menjadi
Pemotong PPh Pasal 21 dengan melihat SKT (Surat Keterangan Terdaftar) yang
diterima dari Kantor Pelayanan Pajak pada waktu pendaftarran NPWP.
15
Syarat bagi Organisasi-organisasi internasional agar tidak menjadi Pemotong
PPh Pasal 21 adalah :
orang pribadi dengan status sebagai Subjek Pajak dalam negeri yang
menerima atau memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun,
sepanjang tidak dikecualikan dalam PER-16/PJ/2016 Tanggal 29 September
2016 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, Dan Pelaporan
PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan
Kegiatan Orang Pribadi, dari Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan, termasuk penerima
pensiun.
16
Jenis Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 antara lain :
1. Pegawai.
2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari
tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.
3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pemberian jasa.
4. anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap
sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama.
5. mantan pegawai.
6. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan.
4. Pengertian Pegawai
Pengertian Pegawai adalah Orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja,
berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun
tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau
kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan
periode tertentu.
Jenis Pegawai berdasarkan cara perhitungan PPh Pasal 21 dibagi menjadi dua
jenis, yaitu :
1. Pegawai Tetap
17
waktu tertentu dan menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu
secara teratur
18
Penghasilan Yang diterima oleh Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja
Lepas antara lain :
upah harian.
upah mingguan
upah satuan
upah borongan
upah yang dibayarkan secara bulanan
Contoh Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas antara lain :
Buruh Harian
Buruh Mingguan
Tukang Batu
Kuli Bongkar Muat Barang
Pegawai Negeri adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan
diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan
digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penghasilan yang diterima oleh Pegawai Negeri ada dua jenis, yaitu :
19
1. Penghasilan yang bersifat rutin
2. Penghasilan yang bersifat tidak rutin
20
6. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan.
7. Menteri dan jabatan yang setingkat Menteri.
8. Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan
sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh.
9. Gubernur dan Wakil Gubernur.
10. Bupati / Walikota dan Wakil Bupati / Wakil Walikota.
11. Pejabat Negara laninya yang ditentukan oleh Undang- undang
21
F. Objek Pajak PPh Pasal 21
1. Objek PPh Pasal 21 Yang Tidak Final Bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota
TNI, Anggota Polri Dan Pensiunannya Atas Penghasilan Yang Menjadi
Beban APBN dan APBD Objek meliputi :
Penghasilan tetap dan teratur setiap bulan yang menjadi beban APBN
atau APBD meliputi penghasilan tetap dan teratur bagi:
Termasuk dalam pengertian gaji, uang pensiun, dan tunjangan lain adalah gaji,
uang pensiun, dan tunjangan ke-13 (ketiga belas).
Dalam hal penghasilan tetap dan teratur setiap bulan diterima dalam mata
uang asing, penghitungan PPh Pasal 21 didasarkan pada nilai tukar (kurs) yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang berlaku pada saat pembayaran penghasilan
tersebut.
PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan tetap dan teratur setiap bulan
yang menjadi beban APBN atau APBD ditanggung oleh Pemerintah atas beban
APBN atau APBD. Tarif PPh Pasal 21 yang dikenakan terhadap objek pajak
penghasilan tersebut diatas adalah berdasarkan Pasal 17 ayat 1 huruf a Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
22
PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan yang diterima oleh Pejabat Negara, PNS,
Anggota TNI, Anggota Polri Dan Pensiunannya Atas Penghasilan Yang Menjadi
Beban APBN dan APBD disetor dan dilaporkan oleh Bendahara Pemerintah yang
melakukan pembayaran penghasilan tersebut.
Tarif PPh Pasal 21 atas penghasilan Yang Tidak Final Bagi Pejabat Negara,
PNS, Anggota TNI, Anggota Polri Dan Pensiunannya Atas Penghasilan Yang
Menjadi Beban APBN dan APBD adalah sebagai berikut :
23
2. Objek PPh Pasal 21 Yang Final Bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI,
Anggota Polri Dan Pensiunannya Atas Penghasilan Yang Menjadi Beban
APBN dan APBD meliputi : penghasilan selain penghasilan yang tetap dan
teratur setiap bulan berupa honorarium atau imbalan lain dengan nama apa
pun yang menjadi beban APBN atau APBD, dipotong PPh Pasal 21 dan
bersifat final, tidak termasuk biaya perjalanan dinas.
Dalam hal penghasilan honorarium atau imbalan lain dengan nama apa pun
diterima dalam mata uang asing, penghitungan PPh Pasal 21 didasarkan pada nilai
tukar (kurs pajak) yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang berlaku pada saat
pembayaran penghasilan tersebut.
PPh Pasal 21 yang terutang atas honorarium atau imbalan lain dengan nama
apa pun yang menjadi beban APBN atau APBD, dipotong PPh Pasal 21 dan bersifat
final ditanggung oleh Penerima Penghasilan. PPh Pasal 21 yang telah dipotong oleh
bendahara pemerintah disetorkan ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan dilaporkan ke
Kantor Pelayanan Pajak tempat terdaftarnya bendahara tersebut dengan
menggunakan SPT Masa PPh Pasal 21.
Kode Jenis setoran untuk PPh Pasal 21 atas penghasilan Yang Final Bagi
Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, Anggota Polri Dan Pensiunannya Atas
Penghasilan Yang Menjadi Beban APBN dan APBD adalah 411121-402.
24
Pengurang Penghasilan Bruto :
Besarnya Biaya Jabatan Untuk Tahun Pajak 2018, 2017, 2016, 2015, 2014, 2013
dan 2012 adalah sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto.
Aditya bekerja sebagai pegawai tetap di PT.Jaya Abadi Sentosa dengan gaji
tetap dan tunjangan sebesar Rp.1.000.000,- sebulan atau Rp.12.000.000,-
setahun.
Kumala bekerja sebagai pegawai tetap di PT.Makmur Jaya Abadi dengan gaji
tetap dan tunjangan sebesar Rp.20.000.000,- sebulan atau Rp.240.000.000,-
setahun.
25
2. Pengertian Biaya Pensiun
Biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi Penerima Pensiun
dalam perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterimanya.
Besarnya Biaya Pensiun untuk Tahun Pajak 2018, 2017, 2016, 2015, 2014, 2013
dan 2012 adalah sebagai berikut :
Biaya Pensiun adalah Biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
bagi Penerima Pensiun.
Besarnya biaya pensiun sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto,
setinggi-tingginya Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp
2.400.000,00 (dua juta empat ratus ribu rupiah) setahun.
Biaya Pensiun dikurangkan dari Penghasilan Bruto yang diterima oleh Pensiunan
PNS, anggota TNI, Anggota POLRI, Pegawai BUMN dan Karyawan Perusahaan
Swasta.
Contoh Perhitungan Biaya Pensiun:
26
PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)
Rp. 54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) untuk diri Wajib Pajak
orang pribadi;
Rp. 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk Wajib
Pajak yang kawin;
Rp. 54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) tambahan untuk seorang
isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
Tentang Pajak Penghasilan;
Rp. 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk setiap
anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus
serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3
(tiga) orang untuk setiap keluarga
27
penting untuk memperhatikan pengertian tentang Hubungan keluarga, karena
dalam beberapa peraturan perpajakan seringkali muncul istilah-istilah tersebut.
Istilah Hubungan Keluarga Sedarah Dalam Garis Keturunan Lurus Satu Derajat
digunakan antara lain pada :
Jadi apabila terjadi pengalihan hak atas tanah dan atau/bangunan dari orang tua
kepada anaknya dibebaskan dari pengenaan PPh Pasal 4 ayat 2.
Tarif Pajak PPh Pasal 21 Untuk menghitung besarnya PPh Pasal 21 atas
penghasilan yang diterima oleh Pegawai Tetap Untuk Tahun Pajak 2017, 2016, 2015,
2014, 2013, 2012, 2010, 2009 adalah : Berdasarkan Pasal 17 Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, yaitu sebagai berikut :
28
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Mikha bekerja sebagai Karyawan Tetap pada CV.Musik Jaya Abadi dengan gaji
setiap bulan sebesar Rp.10.000.000,- . Mikha mempunyai status belum kawin. Mikha
sudah bekerja pada CV.Musik Jaya Abadi sejak Tahun 2013.
29
Perhitungan PPh Pasal 21 Untuk Tahun Pajak 2016 adalah sebagai berikut :
Gaji 1 bulan : 10.000.000
Biaya Jabatan : 500.000
(5 % x 10.000.000 )
Penghasilan Neto Sebulan : 9.500.000
(10.000.000 - 500.000)
Penghasilan Neto Setahun : 114.000.000
(9.500.000 x 12)
PTKP (TK/0) : : 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak : 60.000.000
(114.000.000 - 54.000.000)
PPh Terutang setahun : 4.000.000
5 % x 50.000.000 = 2.500.000
15 % x 10.000.000 = 1.500.000
PPh Pasal 21 sebulan : 333.333
(4.000.000 / 12 )
Jadi PPh Pasal 21 yang harus dipotong CV.Musik Jaya Abadi atas penghasilan Mikha
adalah
30
Tarif Pajak PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Yang Diterima Oleh Penerima
Pensiun Berkala Yang Dibayarkan Secara Bulanan adalah : Berdasarkan Pasal 17
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, yaitu :
Sutono sebagai pensiunan yang memperoleh uang pensiun bulanan dari Dana
Pensiun Mandiri dengan status menikah tanpa anak memperoleh penghasilan bulanan
berupa uang pensiun sebesar Rp.6.000.000,- setiap bulan
31
PPh Pasal 21 Terutang Atas Uang Pensiun adalah :
Pensiun 1 bulan : 6.000.000
Biaya Pensiun :
200.000
(5 % x 6.000.000 ) (Maksimal 200.000)
Penghasilan Neto sebulan :
5.800.000
(6.000.000-200.000)
Pensiun 1 Tahun :
69.600.000
(12 x 5.800.000)
PTKP (K/0) : :
-Diri Sendiri : 54.000.000 58.500.000
-Status Kawin : 4.500.000
Penghasilan Kena Pajak :
11.100.000
(69.600.000 -58.500.000)
PPh Terutang setahun :
555.000
(5 % x 11.100.000)
PPh Pasal 21 sebulan :
46.250
(555.000/ 12 )
Jadi PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh Dana Pensiun Mandiri atas
penghasilan Sutono adalah :
Tarif Pajak PPh Pasal 21 Final Untuk Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, Polri
dan Pensiunannya adalah : atas honorarium atau imbalan lain dengan nama apa pun
yang menjadi beban APBN atau APBD tarif pajak sebagai berikut :
32
Sebesar 0% (nol persen) dari penghasilan bruto bagi PNS Golongan I dan
Golongan II, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Tamtama
dan Bintara, dan Pensiunannya.
Sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto bagi PNS Golongan III,
Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Pertama, dan
Pensiunannya.
Sebesar 15% (lima belas persen) dari penghasilan bruto bagi Pejabat Negara,
PNS Golongan IV, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat
Perwira Menengah dan Perwira Tinggi, dan Pensiunannya.
33
Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 Final :
Tarif Pajak PPh Pasal 21 Non Final Untuk Pejabat Negara, PNS, Anggota
TNI, Polri dan Pensiunannya adalah atas penghasilan teratur dan tetap setiap bulan
dikenakan tarif pajak sebagai berikut :
34
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
35
Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 Bagi Pegawai Tetap Untuk Tahun
Pajak 2018 antara lain sebagai berikut :
Ahmad Zakaria pada tahun 2018 bekerja pada perusahaan PT Zamrud Abadi
dengan memperoleh gaji sebulan Rp 10.000.000,00 dan membayar iuran pensiun
sebesar Rp 100.000,00. Ahmad Zakaria menikah tetapi belum mempunyai anak
Penghitungan PPh Pasal 21 Tahun 2018 adalah sebagai berikut :
36
G. Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menjawab Setiap Pertanyaan soal pajak
Pertanyaan :
Jawaban
PTKP
-Tambahan Anak = Rp .-
37
Dugaan :
Siswa tidak dapat menghitung pajak penghasilan setiap bulannya Jawaban siswa
berinisial ALD mendapatkan poin 4 dan bobot nilai 10 :
Analisis :
Siswa ALD hanya mendapatkan nilai 4 dari bobot skor penuh 10 karena siswa
hanya dapat mengerjakan sampai tahap PTKP (Penghasilan Tidak kena Pajak)
sebesar Rp. 18.000.000. siswa ALD berhasil menghitung penghasilan neto. Siswa
ALD tidak dapat menghitung PKP (Penghasilan Kena Pajak). Siswa ALD mengalami
kesulitan dalam menentukan rumus perhitungan PKP yang dibuktikan dengan
kesalahan yang dialaminya hal ini dikarenakan ALD langsung membagi 12 (untuk
perhitungan setahun) jumlah PKP sedangkan seharusnya pembagian dilakukan pada
tahap terakhir setelah mengetahui jumlah PPh dalam setahun. Hamper seluruh siswa
mengalami kesulitan mengalami kesulitan yang sama dengan siswa ALD
Wawancara :
38
Kesimpulan :
Siswa ALD tidak dapat menghitung PPh setiap bulan yang harus dikeluarkan
Jessica dikarenakan tidak hafal teori dan ketentuan yang berlaku.
2. Santoso adalah seorang kasir yang berpenghasilan sebesar Rp. 2.000.000. Bapak
Santoso sudah beristeri tidak bekerja. Berapakah pajak terutang yang harus
dibayar Bapak Santoso setiap bulannya?
PTKP
-Tambahan Anak = Rp
39
Dugaan :
Siswa tidak dapat menghitung pajak penghasilan bagi wajib pajak yang sudah
memiliki istri/suami . Jawaban siswa berinisial DH mendapatkan poin 4 dari bobot
nilai 10 :
Analisis :
Siswa DH hanya mendapatkan nilai 4 dari bobot skor penuh 10 karena siswa
hanya dapat mengerjakan perhitungan penghasilan neto dengan benar. Pada tahap
perhitungan PTKP (Penghasilan Tidak kena Pajak). Siswa DH salah dalam
menjumlahkan PTKP. Siswa DH tidak dapat menghitung PKP (penghasilan kena
pajak). Siswa DH mengalami kesulitan dalam menentukan rumus perhitungan PKP
yang dibuktikan dengan kesalahan yang dialaminya hal ini dikarenakan DH langsung
membagi 12 (untuk perhitungan setahun) jumlah PKP sedangkan seharusnya
pembagian dilakukan pada tahap terakhir setelah mengetahui jumlah PPh dalam
setahun.
40
Wawancara :
Kesimpulan :
DH tidak dapat menghitung pajak bagi wajib pajak yang sudah memiliki istri
atau suami dikarenakan siswa tidak hafal susunan menghitung pajak penghasilan
dengan benar dan tidak hafal lapisan pajak penghasilan.
PTKP
41
PKP Rp. 33.600.000
Dugaan :
Siswa tidak dapat menghitung pajak penghasilan bagi orang yang sudah
menikah dan memiliki anak Jawaban Siswa AD 4.000.000 12 = Rp. 48.000.000
PTKP
42
Analisis :
Siswa AD hanya mendapatkan nilai 16 dari bobot skor penuh 25 karena siswa
hanya dapat mengerjakan perhitungan penghasilan neto dengan benar. Pada tahap
perhitungan PTKP (Penghasilan Tidak kena Pajak) siswa AD mampu menyebutkan
PTKP dengan benar. Kesalahan siswa AD tidak dapat menghitung PKP (penghasilan
kena pajak) menentukan rumus perhitungan PKP yang dibuktikan dengan kesalahan
yang dialaminya hal ini dikarenakan AD langsung membagi 12 (untuk perhitungan
setahun) jumlah PKP sedangkan seharusnya pembagian dilakukan pada tahap terakhir
setelah mengetahui jumlah PPh dalam setahun. Kesalahan tersebut dilakukan
berulang-ulang oleh siswa lain juga.
Wawancara:
Kesimpulan :
Siswa AD tidak dapat menghitung pajak penghasilan bagi orang yang sudah
menikah dan memiliki anak dikarenakan kesalahan dalam membagi PKP menjadi 12
terlebih dahulu.
43
Adapun kesulitan eksternal yang dialami siswa adalah sebagai berikut :
1. Masalah keluarga yang meyita pikiran dan membuat perasaan siswa tidak
nyaman juga merupakan hambatan yang dirasakan siswa.
2. Fasilitas sekolah seperti buku yang tidak mendetail, ruangan kelas yang
terletak dipojok dan panas, dan peralatan sekolah yang tidak lengkap
membuat siswa kesulitan pada materi pajak penghasilan.
3. Teman yang gaduh juga merupakan hal yang menganggu konsentrasi
dalam belajar sehingga siswa mengalami kesulitan untuk menelaah
pelajaran pajak penghasilan.
44
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
. B. SARAN
Setelah membaca makalah ini, penulis menyarankan agar tidak hanya
menjadikan makalah ini sebagai satu-satunya sumber rujukan, tetapi juga mencari
referensi lain yang menyangkut pembahasan tentang supervisi klinis untuk lebih
memahami tentang supervisi klinis tersebut.
.
45
DAFTAR PUSTAKA
http://dista246.blogspot.com/2016/12/makalah-pph-pasal-21.html
https://makalahubb.blogspot.com/2017/05/makalah-perpajakan-pendahuluan-
sejarah.html
https://www.scribd.com/document/328270081/Contoh-Latar-belakang-PPh-21
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=340497&val=5332&title=
Kesulitan%20Belajar%20Perpajakan%20dan%20Pengaruhnya%20terhadap%20Moti
vasi%20Belajar%20Mahasiswa%20Pendidikan%20Ekonomi
http://www.pajak.go.id/content/article/cara-penghitungan-pph-pasal-21-terbaru
https://www.scribd.com/doc/236560817/PPh-Pasal-21
46