Anda di halaman 1dari 4

MBS memberi keuntungan dalam aspek: ekonomi, profesional, politis, administrasi yang

efektif, keuntungan finansial, prestasi siswa, akuntabilitas, dan efektivitas Sekolah.


MBS memberi keuntungan dalam aspek
Pertama, Keuntungan ekonomi diperoleh sekolah ketika memahami logika berikut: MBS
mempercayai sekolah sebagai pengambil keputusan. Sekolah seharusnya menjadi pihak yang
paling memahami situasi dan kondisi, kebutuhan, dan langkah taktis lembaganya, karena
mereka memiliki data lengkap. Keputusan yang harus diambil terkati dengan pengembangan
sekolah dan bagaimana siswa akan diarahkan. Mereka yang paling bisa mengambil keputusan
yang paling mengena. Keputusan yang berbasis sekolah makin mampu melayani dan makin
bisa menangkap aspirasi siswa dan guru. Keputusan itu seharusnya efektif dan efisien
sehingga berbiaya murah dan memberi dampak signifikan. Itulah keuntungan ekonomi yang
didapat.
Kedua, aspek profesional. MBS memungkinkan keputusan diambil berdasarkan situasi dan
kebutuhan sekolah. Itulah keputusan profesional. MBS yang melibatkan partisipasi guru
menjadikan sebuah keputusan diambil secara integratif (menyangkut seluruh aspek termasuk
kurikulum, pedagogi, proses, dan intake siswa). MBS yang melibatkan insan utama sekolah
menjadikan mereka makin termotivasi dan makin memiliki komitmen. Betapa berartinya
MBS yang mendorongnya peningkatan dalam pelaksanaan profesionalisme.
Ketiga, aspek politis. MBS mengusung kepemimpinan yang partisipatif dan menjadikan
situasi sekolah lebih stabil. MBS menjadikan sekolah makin mandiri dalam banyak aspek dan
seharusnya tidak membebani atau menjadi beban bagi pemerintah atau lembaga tertentu.
Kalau sekolah tidak stabil, biaya atau harga yang harus dibayar, atau taruhannya, terlalu
besar.
Keempat, keuntungan efisiensi. MBS mendorong pengaturan sumber daya yang lebih efektif
dan sesuai dengan kebutuhan. Sekolah paling mengetahui keadaan, kebutuhan, dan langkah
taktis yang harus diambil, termasuk terkait dengan SDM.
NEXT
Kelima, aspek keuangan. MBS bisa menjadi kesempatan dan peluang bagi sekolah untuk
bisa memperoleh dukungan dana lokal. MBS yang melibatkan orangtua dan insan sekitar
sekolah menjadi kesempatan untuk mendorong komitmen bagi mereka untuk ambil bagian
dalam macam-macam kegiatan pengembangan. MBS yang baik terbukti mendorong makin
banyak donasi baik uang, tenaga, maupun resources lain.
Keenam, prestasi siswa. MBS yang melibatkan guru dan orangtua dalam pengambilan
keputusan, bisa menciptakan iklim kerja yang mendorong prestasi siswa. Guru dan siswa
akan makin termotivasi dalam melaksanakan proses belajar mengajar karena memiliki
otoritas dalam melangkah dan kesempatan berkreasi.
Ketujuh, akuntabilitas. Melibatkan guru, orangtua dan pihak terkait dalam pengambilan
keputusan dan pelaporan dapat mendorong support mereka untuk makin termotivasi dalam
melakukan perbaikan sekolah. Orang-orang tersebut makin termotivasi karena merasakan
bahwa suara mereka didengarkan. Langkah itu bisa menciptakan efisiensi biaya dan
menurunkan beban biaya.
Kedelapan, MBS menjadikan sekolah makin efektif. Sekolah menjadi makin efektif karena
empat hal:  (a) Kepemimpina makin kuat. MBS mendorong pemimpin sekolah dipilih
menggunakan kriteria transparan. Rencana perbaikan sekolah dikembangkan sesuai konteks
lokal. Resources sungguh digunakan untuk sekolah. (b) guru makin kompeten dan
berkarakter. Sekolah punya otoritas untuk membuat perubahan kurikulum dan metodenya.
Guru bertanggung jawab penuh dalam rencana pengembangan sekolah. Guru dievaluasi oleh
pimpinan sekolah setempat. Sekolah punya otoritas untuk menentukan training apa yang
dibutuhkan guru. Hal-hal itulah yang memperkuat guru. (c) Fokus dalam pembelajaran makin
meningkat. Fokus sekolah makin baik karena sesuai konteks dan kebutuhan. Informasi terkait
proses dan pembelajaran bisa makin transparan. (d) Tanggung jawab akan hasil lebih baik. 
MBS mendorong sekolah memikirkan pentingnya hasil dan tidak berhenti pada proses.

Beberapa kekurangan/hambatan yang mungkin dihadapi pihak-pihak berkepentingan dalam


penerapan MBS adalah sebagai berikut:
1. Tidak Berminat Untuk Terlibat.
Sebagian orang tidak menginginkan kerja tambahan selain pekerjaan yang sekarang
mereka lakukan. Mereka tidak berminat untuk ikut serta dalam kegiatan yang menurut
mereka hanya menambah beban. Anggota dewan sekolah harus lebih banyak
menggunakan waktunya dalam hal-hal yang menyangkut perencanaan dan anggaran.
Akibatnya kepala sekolah dan guru tidak memiliki banyak waktu lagi yang tersisa
untuk memikirkan aspek-aspek lain dari pekerjaan mereka. Tidak semua guru akan
berminat dalam proses penyusunan anggaran atau tidak ingin menyediakan waktunya
untuk urusan itu.
2. Tidak Efisien
Pengambilan keputusan yang dilakukan secara partisipatif adakalanya menimbulkan
frustrasi dan seringkali lebih lamban dibandingkan dengan cara-cara yang otokratis.
Para anggota dewan sekolah harus dapat bekerja sama dan memusatkan perhatian
pada tugas, bukan pada hal-hal lain di luar itu.
3. Pikiran Kelompok
Setelah beberapa saat bersama, para anggota dewan sekolah kemungkinan besar akan
semakin kohesif. Di satu sisi hal ini berdampak positif karena mereka akan saling
mendukung satu sama lain. Di sisi lain, kohesivitas itu menyebabkan anggota terlalu
kompromis hanya karena tidak merasa enak berlainan pendapat dengan anggota
lainnya. Pada saat inilah dewan sekolah mulai terjangkit “pikiran kelompok.” Ini
berbahaya karena keputusan yang diambil kemungkinan besar tidak lagi realistis.
NEXT
4. Memerlukan Pelatihan
Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar sama sekali tidak atau belum
berpengalaman menerapkan model yang rumit dan partisipatif ini. Mereka
kemungkinan besar tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang hakikat
MBS sebenarnya dan bagaimana cara kerjanya, pengambilan keputusan, komunikasi,
dan sebagainya.
5. Kebingungan Atas Peran dan Tanggung Jawab Baru
Pihak-pihak yang terlibat kemungkinan besar telah sangat terkondisi dengan iklim
kerja yang selama ini mereka geluti. Penerapan MBS mengubah peran dan tanggung
jawab pihak-pihak yang berkepentingan. Perubahan yang mendadak kemungkinan
besar akan menimbulkan kejutan dan kebingungan sehingga mereka ragu untuk
memikul tanggung jawab pengambilan keputusan.
6. Kesulitan Koordinasi
Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan yang beragam
mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa itu, kegiatan yang
beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing yang kemungkinan besar
sama sekali menjauh dari tujuan sekolah.

NEXT

Perencanaan pendidikan sangat diperlukan untuk kemajuan pendidikan. Dalam menyusun


perencanaan tersebut, diperlukan proyeksi mengenai siswa dan variabel pendidikan yang
menyertainya. Namun, bagaimana cara menyusun proyeksi tersebut, apa metodologi yang
digunakan, serta bagaimana aplikasinya? Kajian berikut berusaha menjawab ketiga
pertanyaan tersebut sehingga dapat digunakan untuk menyusun strategi pendidikan.
Dalam menyusun perencanaan pendidikan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
dengan menyusun proyeksi siswa. Langkah selanjutnya adalah menyusun proyeksi semua
variabel pendidikan seperti prasarana pendidikan dan sumber daya manusia pendidikan.
Proyeksi pendidikan adalah perkiraan tentang pendidikan di masa mendatang, misalnya lima
atau 10 tahun mendatang yang dihitung dengan menggunakan kondisi pendidikan di masa
sekarang.
Untuk menyusun proyeksi pendidikan, variabel paling penting yang perlu disiapkan adalah
data nonpendidikan dan data pendidikan. Data nonpendidikan adalah data penduduk usia
masuk sekolah dan usia sekolah, termasuk proyeksi atau perkiraan data di tahun-tahun yang
akan diproyeksikan. Data pendidikan tidak hanya pada suatu saat yang diperlukan, melainkan
juga data tahun-tahun sebelumnya dan data proyeksi atau perkiraan data di tahun-tahun
mendatang. Dengan demikian, dalam menyusun proyeksi SMA diperlukan empat variabel
data, yaitu 1) data nonpendidikan seperti penduduk usia masuk sekolah dan penduduk usia
sekolah; 2) parameter dan indikator pendidikan untuk SMA; 3) rumus yang digunakan; 4)
asumsi dalam penyusunan proyeksi pendidikan untuk sekolah Menengah Atas.

Data pendidikan yang dimaksud untuk menyusun proyeksi SMA sampai tahun 2020/2021,
diperlukan basis data dan perkembangan data minimal 2tahun sebelumnya. Data pendidikan
tersebut juga tergantung dari metode yang digunakan. Untuk proyeksi SMA yang memiliki
tingkat, maka data yang diperlukan adalah siswa baru, siswa menurut tingkat, lulusan,
mengulang menurut tingkat, dan putus sekolah menurut tingkat.

Agar dapat dilakukan proyeksi SMA, perlu di pahami terlebih dahulu tentang data
nonpendidikan atau penduduk usia masuk sekolah dan penduduk usia sekolah. Setelah
diketahui penduduk tersebut, perlu diketahui pula proyeksi penduduk akan dilakukan
proyeksi (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Pusat Statistik, dan United
Nations. Parameter dan indikator pendidikan yang digunakan juga disesuaikan dengan
jenjang pendidikan yang akan disusun proyeksinya. Bila disusun proyeksi SMA, maka
diperlukan angka masukan kasar (AMK), angka mengulang per tingkat, angka putus sekolah
per tingkat, angka lulusan, dan persentase siswa usia sekolah. Untuk mengetahui apakah hasil
proyeksi sudah memenuhi kebutuhan, perlu dilakukan penghitungan angka partisipasi kasar
dan angka partisipasi murni.

Anda mungkin juga menyukai