NIM : 172170095 Mata Kuliah : Menajemen Pendidikan Kelas : Transfer
1. Tujuan Penerapan MBS yaitu :
a. Memperkenan-kan orang-orang yang kompeten di sekolah untuk mengambil keputusan yang akan dapat meningkatkan pembelajaran b. Memberikan kesempatan kepada komunitas sekolah (guru, staf sekolah, orang tua dan masyarakat) dalam keterlibatan mengambil keputusan kunci (prioritas) c. Memfokuskan akuntabilitas pada keputusan; (4) mengarahkan pada kreativitas dan fleksibilitas yang lebih besar dalam mendesain program sehingga dapat memenuhi kebutuhan siswa d. Mengatur ulang sumber daya untuk mendukung tujuan yang dikembangkan di sekolah e. Mengarahkan pada penganggaran yang realistik yang mendorong orang tua dan guru semakin menyadari akan status keuangan sekolah, batasan pembelanjaan dan biaya dari setiap program f. Meningkatkan moral para guru dan memelihara kepemimpinan baru pada setiap tingkat g. Meningkatkan kuantitas, kualitas, dan fleksibilitas komunikasi di antara komunitas sekolah. Permasalahan Yang dihadapi : Beberapa hambatan yang mungkin dihadapi pihak-pihak berkepentingan dalam penerapan MBS adalah sebagai berikut : 1) Tidak Berminat Untuk Terlibat Sebagian orang tidak menginginkan kerja tambahan selain pekerjaan yang sekarang mereka lakukan. Mereka tidak berminat untuk ikut serta dalam kegiatan yang menurut mereka hanya menambah beban. Anggota dewan sekolah harus lebih banyak menggunakan waktunya dalam hal-hal yang menyangkut perencanaan dan anggaran. Akibatnya kepala sekolah dan guru tidak memiliki banyak waktu lagi yang tersisa untuk memikirkan aspek-aspek lain dari pekerjaan mereka. Tidak semua guru akan berminat dalam proses penyusunan anggaran atau tidak ingin menyediakan waktunya untuk urusan itu. 2) Tidak Efisien Pengambilan keputusan yang dilakukan secara partisipatif adakalanya menimbulkan frustrasi dan seringkali lebih lamban dibandingkan dengan cara-cara yang otokratis. Para anggota dewan sekolah harus dapat bekerja sama dan memusatkan perhatian pada tugas, bukan pada hal-hal lain di luar itu. 3) Pikiran Kelompok Setelah beberapa saat bersama, para anggota dewan sekolah kemungkinan besar akan semakin kohesif. Di satu sisi hal ini berdampak positif karena mereka akan saling mendukung satu sama lain. Di sisi lain, kohesivitas itu menyebabkan anggota terlalu kompromis hanya karena tidak merasa enak berlainan pendapat dengan anggota lainnya. Pada saat inilah dewan sekolah mulai terjangkit “pikiran kelompok.” Ini berbahaya karena keputusan yang diambil kemungkinan besar tidak lagi realistis. 4) Memerlukan Pelatihan Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar sama sekali tidak atau belum berpengalaman menerapkan model yang rumit dan partisipatif ini. Mereka kemungkinan besar tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang hakikat MBS sebenarnya dan bagaimana cara kerjanya, pengambilan keputusan, komunikasi, dan sebagainya. 5) Kebingungan Atas Peran dan Tanggung Jawab Baru Pihak-pihak yang terlibat kemungkinan besar telah sangat terkondisi dengan iklim kerja yang selama ini mereka geluti. Penerapan MBS mengubah peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan. Perubahan yang mendadak kemungkinan besar akan menimbulkan kejutan dan kebingungan sehingga mereka ragu untuk memikul tanggung jawab pengambilan keputusan. 6) Kesulitan Koordinasi Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan yang beragam mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa itu, kegiatan yang beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing yang kemungkinan besar sama sekali menjauh dari tujuan sekolah. Apabila pihak-pihak yang berkepentingan telah dilibatkan sejak awal, mereka dapat memastikan bahwa setiap hambatan telah ditangani sebelum penerapan MBS. Dua unsur penting adalah pelatihan yang cukup tentang MBS dan klarifikasi peran dan tanggung jawab serta hasil yang diharapkan kepada semua pihak yang berkepentingan. Selain itu, semua yang terlibat harus memahami apa saja tanggung jawab pengambilan keputusan yang dapat dibagi, oleh siapa, dan pada level mana dalam organisasi. Anggota masyarakat sekolah harus menyadari bahwa adakalanya harapan yang dibebankan kepada sekolah terlalu tinggi. Pengalaman penerapannya di tempat lain menunjukkan bahwa daerah yang paling berhasil menerapkan MBS telah memfokuskan harapan mereka pada dua maslahat: meningkatkan keterlibatan dalam pengambilan keputusan dan menghasilkan keputusan lebih baik.
2. VISI, Misi, Tujuan dan Sasaran Sekolah
Visi sekolah dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga sekolah dan pihak-pihak yang berkepentingan, selaras dengan visi institusi di atasnya serta visi pendidikan nasional. Diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah dengan memperhatikan masukan komite sekolah, kemudian disosialisasikan kepada warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan dan ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat. Sedangkan misi sekolah merupakan upaya/tindakan yang dilakukan oleh warga sekolah untuk mewujudkan visi sekolah. Yang mana misi sekolah dapat dijelaskan sebagai berikut, bahwasannya visi sekolah: a. Memberikan arah dalam mewujudkan visi sekolah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional; b. Merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu; c. Menjadi dasar program pokok sekolah/madrasah; d. Menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu lulusan yang diharapkan oleh sekolah/madrasah; e. Memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program sekolah; f. Memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan satuan-satuan unit sekolah yang terlibat; g. Dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah; h. Disosialisasikan kepada warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan; i. Ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat. Sedangkan, tujuan sekolah adalah hasil penyelenggaraan pendidikan yang akan dicapai, yang dapat dijelaskan sebagai berikut, bahwasannya tujuan sekolah : a. Menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka menengah (empat tahunan); b. Mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan kebutuhan masyarakat; c. Mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh sekolah dan pemerintah; d. Mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah/madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah; e. Disosialisasikan kepada warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan. Sasaran merupakan arah atau keadaan yang akan diupayakan untuk dicapai sekolah/madrasah dalam kurun waktu sedang dan pendek. Kurun waktu sedang itu berkisar antara 2-3 tahun sedangkan pendek paling lama 1 tahun. sasaran harus bernaung di bawah visi sekolah/madrasah tersebut. Jika sekolah/madrasah memiliki unit-unit atau bagian, maka tujuan dan sasaran dapat merupakan tujuan dan sasaran unit atau bagian-bagian tersebut. CONTOH 1) VISI Mengembangkan sikap, IPTEK, dan keterampilan yang berwawasan lingkungan berdasarkan keimanan dan ketakwaan” 2) MISI: a. Terwujudnya pengembangan kurikulum yang adaptif dan proaktif b. Terwujudnya proses pembelajaran yrng efektif dan efisien. c. Terwujudnya lulusan yang cerdas dan kompetitif d. Terwujudnya SDM pendidikan yang memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja yang tinggi e. Terwujudnya prasarana dan sasaran pendidikan yang relevan dan mutakhir f. Terwujudnya manajemen sekolah yang tangguh g. Terwujudnya sekolah sehat berwawasan lingkungan. h. Terwujudnya penggalangan biaya pendidikan yang memadai 3) Tujuan Sekolah a. Terwujudnya pengembangan kurikulum yang adaptif dan proaktif b. Terwujudnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien a. Menghasilkan penyelenggaraan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan b. Menghasilkan model/ strategi pembelajaran yang bervariasi dalam rangka meningkatkan mutu layanan pembelajaran bagi siswa (PAIKEM) c. Terwujudnya lulusan yang cerdas dan kompetitif d. Terwujudnya SDM pendidikan yang memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja yang tinggi e. Terwujudnya sarana dan prasarana pendidikan f. Terwujudnya manajemen sekolah yang tangguh g. Terwujudnya sekolah sehat berwawasan lingkungan. h. Terwujudnya penggalangan biaya pendidikan yang memadai 4) Sasaran a. Aspek peningkatan Organisasi sekolah dan Komite sekolah. b. Aspek pengembangan Kurikulum dan sistem pengujian. c. Aspek pembinaan lingkungan hidup dan anti korupsi. d. Aspek Pembinaan Pembelajaran PAIKEM dan Penggunanaan Multimedia. e. Aspek peningkatan kesejahteraan. f. Aspek pengembangan kemudahan/sarana prasarana. g. Aspek perkembangan ketenagaan/personaliti. h. Aspek pengembangan Sekolah sehat, berwawasan lingkungan, dan agamis.
3. Strategi peningkatan Mutu dan Penjaminan Mutu Sekolah
Strategi peningkatan mutu pendidikan dilaksakan dalam beberapa tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi. Tahap perencanaan mengacu pada visi dan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, juga meliputi analisa kebutuhan serta penetapan program dan tujuan. Tahap pelaksanaan meliputi pelaksanaan program sebagai bentuk realisasi perencanaan yang telah ditentukan sebelumnya. pelaksanaan juga diawasi oleh pihak tertentu, seperti kepala sekolah serta pihak dari dinas pendidikan. Sedangkan evaluasi adalah tahap yang menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya guna penyempurnaan mutu pelaksanaan pendidikan. Sedangkan strategi penjaminan mutu pendidikan diawali dengan penentuan standar berdasarkan pada kebutuhan pelanggan juga mengacu pada undang-undang serta ketetapan dari pemerintah baik pusat maupun daerah, yang kemudian disesuaikan kembali dengan kondisi dan kebutuhan sekolah. Setelah penetapan standar, kemudian dilakukan perencanaan hingga pada tahap pengimplementasian oleh seluruh pihak sekolah. Pada tahap implemetasi tidak luput dari monitoring, agar pencegahan kesalahan dapat dideteksi sedini mungkin untuk meminimalisir terjadinya kesalahan yang fatal. Setelah tahap pelaksanaan, barulah program dievaluasi serta dianalisis sumber dan penyebab terjadinya kekurangan ataupun kesalahan. Setelah teridentifikasi, munculah satu keputusan baru apakan program dapat terur berjalan ataukah harus dihentikan. Rumusan inilah yang menandakan adanya pelaksanaan peningkatan mutu pendidikan. Seluruh pelaksanaan penjaminan mutu dan peningkatan mutu pendidikan dilakukan untuk memberikan kepuasan bagi pelanggan.
4. Kepala Sekolah Sebagai Leader dan Manajer
a. Leader Leader secara bahasa artinya adalah pemimpin. Kepala sekolah adalah pemimpin bagi lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Sebagai leader, kemampuan yang harus dimiliki kepala sekolah adalah : Pertama, kemampuan membangun visi, misi, dan strategi lembaga. Visi adalah pandangan ke depan lembaga pendidikan itu mau dibawa kearah mana. Misi adalah alasan mengapa lembaga tersebut ada, biasanya berdasar pada nilai-nilai tertentu yang melekat dalam organisasi. Sedangkan strategi adalah bagaimana kepala sekolah mampu mengelola sumberdaya yang dimiliki dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah ditentukan tersebut. Visi kepala sekolah akan sangat menentukan kearah mana lembaga pendidikan itu dibawa. Kepala sekolah yang tidak mempunyai visi jauh ke depan hanya akan bertugas sesuai dengan rutinitas dan tugas sehari-harinya tanpa tahu kemajuan apa yang harus ia capai dalam kurun waktu tertentu. Kiranya, visi ini harus dibangun terlebih dahulu agar tercipta jalan dan panduan perjalanan lembaga ke depan. Kedua, sebagai leader, kepala sekolah harus mampu berperan sebagai innovator, yaitu orang yang terus-menerus membangun dan mengembangkan berbagai inovasi untuk memajukan lembaga pendidikan. Salah satu yang menandai pergerakan dan kemajuan lembaga pendidikan adalah sebesar dan sebanyak apa inovasi yang dilakukan lembaga pendidikan tersebut setiap tahunnya. Jika banyak inovasi dan pembaruan yang dilakukan, maka berarti terdapat kemajuan yang cukup signifikan. Tetapi sebaiknya, jika tidak banyak inovasi yang dilakukan, maka lembaga pendidikan itu lebih banyak jalan di tempat dan tidak mengalami banyak kemajuan. Ketiga, kepala sekolah harus mampu membangun motivasi kerja yang baik bagi seluruh guru, karyawan, dan berbagai pihak yang terlibat di sekolah. Kemampuan dalam membangun motivasi yang baik akan membangun produktivitas organisasi dan meningkatkan efisiensi kerja. Dengan motivasi yang tinggi, didukung dengan kemampuan guru dan keryawan yang memadai, akan memacu kenerja lembaga secara keseluruhan. Karenanya, kemampuan membangun motivasi menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan performa dan produktivitas kerja. Keempat, kepala sekolah harus mempunyai keterampilan melakukan komunikasi, menangani konflik, dan membangun iklim kerja yang yang positif di lingkungan lembaga pendidikan. Iklim kerja yang positif akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan kerja secara keseluruhan. Jika komunikasi tidak terbangun dengan baik misalnya, akan banyak terjadi kesalah pahaman baik di antara bawahan atasan maupun di antara bawahan itu sendiri. Akibatnya, lembaga pendidikan tidak lagi bisa menjadi tempat yang nyaman untuk bekerja. Masing-masing orang tidak lagi memperhatikan antara satu dengan yang lain, masing-masing bekerja secara individual sehingga membuat suasana kerja tidak nyaman. Jika hal ini terjadi, akan sulit mengharapkan mereka untuk bekerja lebih keras atau lebih produktif. Lingkungan dan suasana kerja yang baik akan mendorong guru dan karyawan bekerja lebih senang dan meningkatkan tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan secara lebih baik. Kelima, kepala sekolah harus mampu melakukan proses pengambilan keputusan, dan bisa melakukan proses delegasi wewenang secara baik. Pengambilan keputusan membutuhkan ketrampilan mulai dari proses pengumpulan informasi, pencarian alternative keputusan, memilih keputusan, hingga mengelola akibat ataupun konsekuensi dari peputusan yang telah diambil. Kepala sekolah harus mempunyai ketrampilan pengambilan keputusan secara cepat dan tepat disesuaikan dengan dinamika dan perkembangan yang terjadi. Jika setiap permasalahan bisa segera diputuskan dan dicarikan jalan keluar, maka akan memudahkan organisasi untuk berjalan dengan dinamika yang cepat. Tatapi sebalik nya, jika kepala sekolah sering ragu dalam mengambil keputusan, maka organisasi di lembaga tersebut akan terganggu dengan banyaknya masalah yang masih menggantung dan membutuhkan jalan keluar. Selain pengambilan keputusan, kepala sekolah juga mempunyai keterampilan mendelegasikan tugas dan wewenangnya kepada para bawahan. Delegasi wewenang ini di satu sisi akan memudahkan tugas-tugas kepala sekolah sehingga ia bisa berkonsentrasi untuk menjalankan tugas-tugas yang strategis dan mendelegasikan tugas-tugas operasional sehari-hari kepada bawahannya. Di sisi lain, delegasi wewenang akan membuat bawahan merasa dihargai sekaligus menjadi proses pembelajaran kepemimpinan bagi mereka. Sehingga proses operasional organisasi bisa berjalan dengan lancar. b. Manajer Sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus mempunyai empat kompetensi dan ketrampilan utama dalam menajerial organisasi, yaitu ketrampilan membuat perencanaan, keterampilan mengorganisasi sumberdaya, keterampilan melaksanakan kegiatan, dan keterampilan melakukan pengendalian dan evaluasi. Empat keterampilan manajerial kepala sekolah akan dibahas secara detail berikut ini. Pertama, keterampilan melakukan perencanaan. Kepala sekolah harus mampu melakukan proses perencanaan, baik perencanaan jangka pendek, menengah, maupun perencanaan jangka panjang. Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan yang dibuat untuk kepentingan jangka pendek, misalnya untuk satu bulan hingga satu tahun ajaran. Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan untuk pekerjaan yang memerlukan waktu 2-5 tahun, sedangkan perencanaan jangka panjang meliputi perencanaan sekitar 5-10 tahun. Proses perencanaan menjadi salahsatu keterampilan yang penting mengingat perencanaan yang baik merupan setengah dari kesuksesan suatu pekerjaan. Prinsip perencanaan yang baik, akan selalu mengacu pada: pertanyaan: “Apa yang dilakukan (what), siapa yang melakukan (who), kapan dilakukan (when). Di mana dilakukan (where), dan bagaimana sesuatu dilakukan (how)”, Detail perencanaan inilah yang akan menjadi kunci kesuksesan pekerjaan. Kedua, keterampilan melakukan pengorganisasian. Lembaga pendidikan mempunyai sumberdaya yang cukup besar mulai sumberdaya manusia yang terdiri dari guru, karyawan, dan siswa, sumberdaya keuangan, hingga fisik mulai dari gedung serta sarana dan prasarana yang dimiliki. Salah satu masalah yang sering melanda lembaga pendidikan adalah keterbatasan sumberdaya. Kepala sekolah harus mampu menggunakan dan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia dengan sebaik- baiknya. Walaupun terbatas, namun sumberdaya yang dimiliki adalah modal awal dalam melakukan pekerjaan. Karena itulah, seni mengola sumberdaya menjadi ketrerampilan manajerial yang tidak bisa ditinggalkan. Ketiga, adalah kemampuan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Tahapan ini mengisyaratkan kepala sekolah membangun prosedur operasional lembaga pendidikan, memberi contoh bagaimana bekerja, membangun motivasi dan kerjasama, serta selalu melakukan koordinasi dengan ber bagai elemen pendidikan. Tidak ada gunanyua perencanaan yang baik jika dalam implementasinya tidak dilakukan secara sungguh-sungguh dan professional. Keempat, kepala sekolah harus mampu melakukan tugas-tgas pengawasan dan pengendalian. Pengawasan (supervisi) ini meliputi supervise manajemen dan juga supervisi dalam bidang pengajaran. Sepervisi manajemen artinya melakukan pengawasan dalam bidang pengembangan keterampilan dan kompetensi adminstrasi dan kelembagaan, sementara supervisi pengajaran adalah melakukan pengawasan dan kendali terhadal tugas-tugas serta kemampuan tenaga pendidik sebagai seorang guru. Karenanya kepala sekolah juga harus mempunyai kompetensi dan keterampilan professional sebagai guru, sehingga ia mampu memberikan supervisi yang baik kepada bawahannya.
5. Faktor-faktor yang perlu di tangani dalam pengelolaan sekolah menengah kejuruan.
a. Visi dan Misinya, Visi dan Misi sekolah harus dirumuskan sesuai dengan perkembangan kebutuhan dunia kerja dan dunia industri. b. Kurikulumnya, Kurikulum yang digunakan dalam sekolah seharusnya adalah kurikulum yang berbasis industri. Dimana kurikulum di buat dan disusun tidak hanya oleh pihak sekolah tetapi juga melibatkan dunia kerja dan dunia industri yang berkaitan. Serta mengembangkan kurikulum sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. c. Manajemen kepala sekolahnya, Manajemen Berbasis Sekolah yaitu prinsip transparansi dan akuntabilitas. Tranparansi yang dimaksudkan disini adalah adanya kemudahan akses bagi semua stake holder dan publik untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan sekolah mulai dari Rencana Kerja Sekolah (RKS) dan laporan pelaksanaannya, informasi tentang perkembangan kemajuan belajar peserta didik dan sebagainya. Sedangkan akuntabilitas dimaksudkan bahwa semua rencana kerja dan pelaksanaannya dapat dipertanggungjawabkan kepada semua stakeholder. d. Penyelengaraan kegiatan belajar mengajarnya, Penyelengaraan kegiatan belajar mengajar itu harus berjalan dengan efektif.kompetensi yang harus dimiliki oleh guru agar pelaksanaan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif, yaitu : 1) Menguasai kurikulum dan perangkat penjabarannya Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam keseluruhan kegiatan pendidikan. Kurikulum adalah pemandu program belajar mengajar, pelaksanaan, dan hasil belajar yang hendak dicapai. Tanpa berpegang pada kurikulum, proses belajar mengajar tidak memiliki arah dan tujuan. Karena itu, guru yang profesional memiliki penguasaan yang sangat mendalam terhadap kurikulum. Mereka mengetahui cakupan materi-nya, mengetahui tujuan yang hendak dicapai, tata urutan penyajian, dan porsi waktu yang diperlukan. Selain itu, guru pun hendaknya mengetahui bagai-mana cara mengimplementasikan kurikulum dalam program tahunan, program caturwulan/semester dan persiapan mengajar serta aktivitas belajar mengajar yang efektif untuk menyerap kurikulum. Kurikulum juga diikuti dengan perangkat pedoman pelaksanaan, antara lain meliputi: pedoman proses belajar mengajar, pedoman penggunaan alat peraga dan media, pedoman penilaian, dan pedoman-pedoman lainnya. Pedoman-pedoman tersebut dilandasi oleh dasar-dasar didaktik dan metodik. Guru yang profesional selain menguasai pedoman tersebut juga memiliki kreativitas untuk mengembangkannya. Guru yang berhasil dalam pengajaran adalah guru yang mampu mempersiapkan siswa mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam kurikulum. 2) Penguasaan materi setiap bidang studi Bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan hendaknya dikuasai oleh guru sehingga pelaksanaannya akan berjalan dengan lancar dengan baik. Selain menguasai materi pelajaran, guru juga senantiasa dapat mengembang-kan dan meningkatkan kemampuannya. Karena itulah sebenarnya guru sendiri adalah seorang pelajar yang belajar secara terus menerus.Sebagai pengajar, guru harus membantu perkembangan anak didiknya untuk memahami dan menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu, guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar pada berbagai kesempatan. 3) Penguasaan metode dan teknik penilaian Guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik bila ia menguasai dan mampu melaksanakan keterampilan mengajar dengan menggunakan berbagai metode yang sesuai dengan pelajaran, tujuan, dan pokok bahasan yang diajarkannya. Bahan belajar yang telah dikuasainya belum tentu dapat dicerna oleh siswa dengan baik bila tidak disampaikan dengan baik pula. Proses penyampaian ini tentu saja memerlukan kecakapan khusus dalam memilih dan menggunakan metode mengajarnya. Dengan demikian, guru perlu menguasai terhadap metode penyampaian agar para siswa tidak pasif, melainkan terlibat secara aktif dalam interaksi belajar mengajar.Selain penguasaan metode pengajaran, guru juga hendaknya memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup tentang alat-alat dan media pembelajaran sebagai alat bantu komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Tidak setiap media/alat sesuai dengan setiap kondisi belajar mengajar sehingga diperlukan pula keterampilan untuk memilih dan menggu-nakan serta mengusahakan media dengan baik. memilih media pendidikan harus disesuaikan dengan tujuan, materi, metode serta kemampuan guru dan minat siswa. Hal ini penting untuk diketahui karena metode mengajar bersifat individual. Artinya, seorang guru mungkin dapat menggunakan suatu metode dengan baik, sementara guru yang lain belum tentu demikian.Penilaian merupakan komponen atau bagian yang tak terpisahkan dari proses belajar mengajar. Penilaian bertujuan untuk memberikan umpan balik bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar maupun bagi siswa sendiri dan orang tua siswa untuk mengetahui kemajuan belajar. Kesalahan atau kelemahan dalam penyusunan alat-alat penilaian dapat memberikan dampak yang negatif terhadap proses belajar mengajar. 4) Komitmen terhadap tugas Komitmen yang mendalam terhadap tugas merupakan ciri pokok profesionalisme seorang guru. kecintaan terhadap tugas diwu-judkan dalam bentuk curahan tenaga, waktu, dan pikiran. bila guru menginginkan hasil belajar yang lebih baik dan bermakna antara lain dapat dilakukan dengan kecintaan terhadap siswa dan tugasnya. 5) Disiplin kerja Penerapan disiplin yang baik dan kuat dalam proses pendidikan akan menghasilkan mental, watak, dan kepribadian yang kuat. e. Fasilitaspendukung yaitu saran dan prasarannya, f. Pelaksanaan praktek kerjaindustrinya, g. Pemberdayaan unit produksinya, h. Pemasaran lulusanya agar terserap pada dunia kerja