Anda di halaman 1dari 2

Mudik Macet Khas Lebaran

Pernyataan Pendapat
Lebaran di Indonesia selalu diwarnai dengan kemacetan di berbagai wilayah khususnya pulau
Jawa dan Sumatra.

Meski pemerintah telah menyediakan berbagai jenis alat transportasi tambahan, akan tetapi
banyak pemudik yang memilih menggunakan kendaraan pribadi karena dengan begitu mereka
bisa bersilaturahmi ke kerabatnya dengan mudah tanpa harus memikirkan kendaraan lagi.

Namun, resiko macet yang dihadapi juga tidak bisa disepelekan. Tak hanya itu, kecelakaan di
jalan juga menjadi resiko yang mengerikan.

Argumentasi
Lebaran semestinya menjadi momen yang membahagiakan karena umat muslim tak hanya dapat
berkumpul dan bersilaturahmi dengan keluarganya, namun juga sebagai media untuk
mempererat tali kasih sayang dan persaudaraan.

Sayangnya lebaran juga seringkali diliputi dengan suasana duka dengan kasus meninggal karena
kecelakaan di jalan.

Angka kematian karena kecelakaan pada tahun 2017 bisa dibilang menurun berdasarkan data
yang dihimpu oleh Polri dari angka 1.261 jiwa (tahun 2016) menjadi 743 jiwa (tahun 2017).

Bisa dibilang ini menjadi salah satu prestasi dari upaya pemerintah dan Polri untuk menekan
angka kematian akibat kecelakaan sata mudik.

Tetapi jika disikapi kembali, apakah setiap tahun harus selalu ada korban?

Bagaimanapun juga angka 743 jiwa yang meninggal bukanlah hal yang sepele.

Lantas apa upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk semakin meminimalisir angka
kematian akibat kecelakaan di jalan raya?

Jika ditinjau kembali, banyak masyarakat yang memilih menggunakan kendaraan pribadi untuk
mudik. Tentu selain karena mereka ingin bisa bepergian ke rumah kerabatnya tanpa harus
bingung dengan kendaraan, sarana transportasi yang disediakan oleh pemerintah tetap tidak
memadai.

Kita bisa melihat penumpang yang berjubel di setiap kendaraan umum dan tentunya bepergian
dengan kondisi semacam itu sangatlah tidak nyaman dan sama-sama beresiko. Apa boleh buat,
masyarakat tak punya pilihan lain.

Mudik saat lebaran bisa jadi adalah kewajiban dan kebutuhan yang harus dilakukan oleh
sebagian besar warga muslim (dan bahkan yang non muslim).

Sebetulnya budaya mudik ini merupakan budaya turun temurun yang telah ada bahkan pada
masa kolonial belanda.

Namun demikian, di masa lalu lebaran tidak identik dengan kemacetan karena selain masyarakat
lebih memilih menggunakan kendaraan umum, kendaraan pribadi memang tak banyak dimiliki
oleh masyarakat karena harganya mahal dan cara membelinyapun susah.

Lalu bagaimana dengan mudik pada tahun-tahun berikutnya ketika jumlah masyarakat dan
jumlah kendaraan sudah semakin bertambah? Akankah jalan raya bisa muat untuk dilalui semua
jumlah kendaraan yang ada?
Rekayasa lalu lintas, pembagian arus, dan penambahan armada harus ditingkatkan oleh
pemerintah guna menekan jumlah angkan kematian akibat kecelakaan pada saat arus mudik
lebaran.

Bagaimanapun juga, masyarakat harus dikondisikan untuk memilih kendaraan umum sebagai
alat transportasi mudik. Tentu hal tersebut harus pula diimbangi dengan kualitas pelayanan,
misalnya semua penumpang bisa duduk, jalur bus dibuat khusus agar dapat sampai tepat waktu
tanpa terganggu kendaraan lain, dan lain sebagainya.

Pernyataan Ulang Pendapat


Sangat disayangkan apabila lebaran diwarnai dengan duka akibat kematian karena kecelakaan
saat mudik.

Masyarakatpun harus menyadari hal ini dan sudah semestinya untuk ikut memikirkan solusi
minimal untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing saat mudik dengan cara disiplin
berkendara, mematuhi aturan dan melaksanakan himbauan pemerintah dan Polri seperti
misalnya beristirahat ketika sudah lelah.

Anda mungkin juga menyukai