PENDAHULUAN
Dewasa ini prestasi olahraga kab. Merangin hanya meningkat 2 posisi dari
peringkat 7 pada PORPROV XX menjadi peringkat 5 pada PORPROV XXI, dan
pada PORPROV XXII kab.Merangin batal menjadi tuan rumah, kondisi ini
dikarenakan di kab.Merangin tidak terdapat gedung olahraga dan wisma atlit yang
dapat memfasilitasi dan meningkatkan potensi dan kemampuan dari para
olahragawan.
1
Terdapat 120 klub bola voli, 30 klub basket, 40 orang atlet badminton dan
beberapa cabang olahraga lainnya di Kab.Merangin membutuhkan sarana
olahraga indoor dan wisma atlet untuk pelatihan. Gedung olahraga yang dapat
menampung kegiatan olahraga ataupun pelatihan indoor juga salah satu faktor
keberhasilan seorang pemain untuk menjadi berkualitas.
Kualitas ruang dari gedung olahraga dan wisma atlet juga sangat
menunjang akan prestasi club serta kualitas dari pemain didalamnya., apabila
sarana olahraga mampu memberikan fasilitas yang lengkap serta kenyamanan
kepada pemain maka pemain akan lebih berkembang dan memiliki potensi
yang baik untuk menjadi atlet yang berkembang bagi tim . Kondisi kenyamanan
atlet saat bertanding dipengaruhi oleh beberapa faktor berkaitan dengan
penghawaan yang baik dan pencahayaan yang baik sehingga tidak menyilaukan
dan sesuai standar.
Sarana olahraga didukung oleh lingkungan yang sehat dan baik sehingga
pendekatan Arsitektur Bioklimatik yang memperhatikan dan merespon iklim dan
kegiatan manusia di dalam bangunan coba diterapkan ke dalam Gelanggang
Olahraga dan wisma atlet di kab.Merangin ini untuk menciptakan kenyamanan
pengguna serta kesehatan lingkungan. Arsitektur Bioklimatik yang merupakan
bagian dari arsitektur hijau ini juga memiliki aspek keindahan tersendiri yang juga
memiliki fungsi yang menguntungkan bangunan tersebut
2
kondisi fisik atlet dengan memanfaatkan potensi alam setempat secara optimal
melalui pengolahan tata ruang luar dan tata ruang dalam dengan pendekatan
Arsitektur Bioklimatik
1.3.1 TUJUAN
Tujuan dari penekanan studi pada proyek Gedung Olahraga dan Wisma
Atlet di kab.Merangin adalah :
1.3.2 SASARAN
Adapun sasaran dari perancanaan Gedung Olahraga dan Wisma Atlet di
Kab. Merangin adalah :
• Pemahaman mengenai jenis bangunan, fasilitas dan ruang-ruang
yang dibutuhkan dalam tiap bangunan pendukung fasilitas olahraga.
• Pengumpulan data wilayah dilihat dari judul dan letak lokasi area
yang akan di bangun dalam hal ini Kab.Merangin.
• Membuat analisa yang dipergunakan dalam perencanaan dan
perancangan Gedung Olahraga dan Wisma Atlet yang memfokuskan
pada nilai – nilai kebugaran dan kesehatan.
• Penentuan bentuk massa yang sesuai untuk fungsi terkait sekaligus
menyatu dengan bangunan dan kawasan yang ada disekitarnya
3
meningkatkan prestasi atlet maupun kegemaran masyarakat terhdap
olahraga.
Adapun ruang lingkup sebagai penekanan studi yang akan diolah dan
dibahas dialam laporan Pra-Tugas Akhir, antara lain :
Sistematika dalam penulisan ini dibagi dalam 5 (lima) bab yang masing-
masing bab mengandung pokok pikiran yang saling berkesinambungan satu sama
lainnya, antara lain:
BAB I PENDAHULUAN
4
perencanaan dan perancangan Gedung Olahraga dan Wisma Atlet
di Kabupaten Merangin.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2.1.2 Pengertian Wisma Atlit
Menurut Kamus Besar Bahasa Indoonesia (2001) kata wisma
mempunyai pengertian ( untuk beberapa nama) rumah. Bila kata wisma
ditambah dengan kata lain, maka akan mempunyai suatu pengertian yang
lebih khusus, seperti Wisma KONI dan sebagainya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), kata atlit
mempunyai pengertian orang yang sungguh-sungguh gemar berolahraga
terutama mengenai kekuatan badan, ketangkasan dan kecepatan seperti
pelari, pelempar cakram dan sebagainya.
Wisma atlit dapat disimpulkan mempunyai pengertian rumah bagi
olahragawan, rumah tempat tinggal khusus bagi olahragawan secara
bersama dari berbagai cabang olahraga.
7
Berdasarkan pada pengalaman dan mempelajari bidang
keolahragaan dari berbagai aspek, maka didapatkan fungsi olahraga,
berupa :
- Fungsi utama olahraga adalah untuk kesehatan tubuh & untuk
membentuk fisik dengan melatih otot-otot secara teratur dan terarah
- Fungsi sekunder olahraga adalah sebagai sarana penelitian masalah
kesehatan, teknik olahraga, rehabilitasi fisik, daya tarik wisata, prestise
dan profesi.
Dari fungsi olahraga diatas, maka fungsi gedung olahraga
cenderung difokuskan pada fungsi utama olahraga, yaitu :
- Sebagai tempat untuk latihan dan pertandingan tingkat lokal, regional
dan nasional, serta memungkinkan menunjang kebutuhan wadah
pertandingan tingkat internasional
- Tempat pemusatan latihan atlit olahraga
- Tempat masyarakat berolahraga dengan memakai fasilitas yang ada
- Tempat menonton pertandingan olahraga
8
- Menyediakan pelayanan khusus bagi atlit olahraga
- Menunjang pengadaan akomodasi pada event-event olahraga
9
9. Kompartemenisasi adalah pengelompokan atau pemisahan tempat
duduk penonton dengan persyaratan jumlah tertentu dalam seksi-seksi
yang dipisahkan dengan suatu pagar pemisah;
Klasifikasi gedung olahraga direncanakan berdasarkan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
10
TERMASUK TERMASUK LANGIT LANGIT
DAERAH BEBAS DAERAH BEBAS PERTANDINGAN DAERAH
BEBAS
Tipe A ± 50 m ± 40 m ± 12,5 m ± 5,5 m
Tipe B ± 32 m ± 22 m ± 12,5 m ± 5,5 m
Tipe C ± 24 m ± 16 m ±9m ± 5,5 m
Tipe A 3000-5000
Tipe B 1000-3000
Tipe C Maximal 1000
11
d. Toilet wanita harus dilengkapi minimal 4 buah kakus dan 4
buah bak cuci tangan yang dilengkapi cermin
e. Ruang bilas wanita harus dibuat tertutup dengan jumlah
minimal 20 buah
f. Ruang ganti pakaian wanita dilengkapi tempat simpan
benda-benda dan pakaian atlit minimal 20 box dan
dilengkapi bangku panjang minimal 20 tempat duduk
2. Ruang ganti pelatih dan wasit direncanakan untuk tipe A dan B
minimal 1 unit untuk wasit dan 2 unit untuk pelatih dengan
ketentuan, sebagai berikut :
1) Lokasi ruang ganti harus dapat langsung menuju lapangan
melalui koridor yang berada dibawah tempat duduk penonton
2) Kelengkapan fasilitas untuk pria dan wanita, tiap unit minimal :
a. 1 buah bak cuci tangan
b. 1 buah kakus
c. 1 buah ruang bilas tertutup
d. 1 buah ruang simpan yang dilengkapi 2 buah tempat
simpan dan bangku panjang 2 tempat duduk
3. Ruang pijat direncanakan untuk tipe A dan B minimal 12m2 dan
tipe C diperbolehkan tanpa ruang pijat. Kelengkapannya minimal 1
buah tempat tidur, 1 buah cuci tangan dan 1 buah kakus
4. Lokasi ruang P3K harus berada dekat dengan ruang ganti atau
ruang bilas dan direncanakan untuk tipe A,B dan C minimal 1 unit
yang dapat melayani 20.000 penonton dengan luas minimal 15m2 .
Kelengkapannya minimal 1 buah tempat tidur untuk pemeriksaan,
1 buah tempat tidur untuk perawatan dan 1 buah kakus yang
mempunyai luas lantai dapat menampung 2 orang untuk kegiatan
pemeriksaan dopping
5. Ruang pemanasan direncanakan minimal 300m 2 untuk tipe A, tipe
B minimal 81m2 dan maksimal 196 m2, sedangkan tipe C maksimal
81m2
12
6. Ruang latihan beban direncanakan mempunyai luas yang
disesuaikan dengan alat latihan yang digunakan minimal 150 m2
untuk tipe A, 80 m2 untuk tipe B dan tipe C diperbolehkan tanpa
ruang latihan beban
7. Toilet penonton direncakan untuk tipe A, B dan C dengan
perbandingan penonton wanita dan pria adalah 1:4 yang
penempatannya dipisahkan. Fasilitas yang dibutuhkan minimal
dilengkapi dengan :
1) Jumlah kakus jongkok untuk pria dibutuhkan 1 buah kakus
untuk 200 penonton pria dan untuk wanita 1 buah kakus
jongkok untuk 100 penonton wanita
2) Jumlah bak cuci tangan yang dilengkapi cermin, dibutuhkan
minimal 1 buah untuk 200 penonton pria dan 1 buah untuk 100
penonton wanita
3) Jumlah peturasan yang dibutuhkan minimal 1 buah untuk 100
penonton pria
8. Kantor pengelolaan lapangan tipe A dan B direncanakan sebagai
berikut :
1) Dapat menampung minimal 10 orang, maximal 15 orang dan
tipe C minima l 5 orang dengan luas yang dibutuhkan minimal
5 m2 untuk setiap orang.
2) Tipe A dan B harus dilengkapi ruang untuk petugas keamanan,
petugas kebakaran dan polisi yang masing-masing
membutuhkan luas minimal 15 m2. Untuk tipe C
diperbolehkan tanpa ruang tersebut;
9. Gudang direncanakan untuk menyimpan alat kebersihan dan alat
olahraga dengan luas yang disesuaikan dengan alat kebersihan atau
alat olahraga yang digunakan, antara lain:
1) Tipe A, gudang alat olahraga yang dibutuhkan minimal 120 m2
dan 20 m2 untuk gudang alat kebersihan;
2) Tipe B, gudang alat olahraga yang dibutuhkan minimal 50 m2
dan 20 m2 untuk gudang alat kebersihan;
13
2 2
3) Tipe C, gudang alat olahraga yang dibutuhkan 20m dan 9 m
untuk gudang dan alat kebersihan;
10. Ruang panel direncanakan untuk tipe A, B dan C harus diletakan
dengan ruang staf teknik;
11. Ruang mesin direncanakan untuk tipe A, B dan C dengan luas
ruang yang sesuai kapasitas mesin yang dibutuhkan dan lokasi
mesin tidak menimbulkan bunyi bising yang mengganggu ruang
arena dan penonton;
12. Ruang kantin direncanakan untuk tipe A, untuk tipe B dan C
diperbolehkan tanpa ruang kantin;
13. Ruang pos keamanan direncanakan untuk tipe A dan B, untuk tipe
C diperbolehkan tanpa ruang pos keamanan;
14. Tiket box direncanakan untuk untuk tipe A dan B sesuai kapasitas
penonton;
15. Ruang pers direncanakan untuk tipe A, B dan C sebagai berikut:
1) Harus disediakan kabin untuk awak TV dan Film;
2) Tipe A dan B harus disediakan ruang telepon dan telex,
sedangkan untuk tipe C boleh tidak disediakan ruang telepon
dan telex;
3) Toilet khusus untuk pria dan wanita masing-masing minimal 1
unit terdiri dari 1 kakus jongkok dan 1 bak cuci tangan;
16. Ruang VIP direncanakan untuk tipe A dan B yang digunakan untuk
tempat wawancara khusus atau menerima tamu khusus;
17. Tempat parkir direncanakan untuk tipe A dan B, sebagai berikut :
1) Jarak maksimal dari tempat parkir, pool atau tempat
pemberhentian kendaraan umum menuju pintu masuk gedung
olahraga 1500m;
2) 1 ruang parkir mobil dibutuhkan minimal untuk 4 orang
pengunjung pada saat jam sibuk;
18. Toilet penyandang cacat direncanakan untuk tipe A dan B
sedangkan untuk tipe C diperbolehkan tanpa toilet penyandang
cacat. Fasilitas yang dibutuhkan minimal, sebagai berikut :
14
1) 1 unit yang terdiri dari 1 buah kakus, 1 buah peturasan, 1 buah
bak cuci untuk pria dan 1 buah kakus duduk serta 1 buah bak
cuci tangan untuk wanita;
2) Toilet untuk pria harus dipisahkan dari toilet untuk wanita;
3) Toilet harus dilengkapi dengan pegangan untuk melakukan
perpindahan dari kursi roda ke kakus duduk yang diletakan di
depan dan di samping kakus duduk setinggi 80 cm;
19. Jalur sirkulasi untuk penyandang cacat harus memenuhi ketentuan,
sebagai berikut :
1) Tanjakan harus mempunyai kemiringan 8%, panjangnya
maksimal 10m
2) Permukaan lantai selasar tidak boleh licin, harus terbuat dari
bahan-bahan yang keras dan tidak boleh ada genangan air;
3) Pada ujung tanjakan harus disediakan bagian datar minimal 180
cm;
4) Selasar harus cukup lebar untuk kursi roda melakukan putaran
1800.
15
Gambar 2.5. Bagan Sirkulasi Pengunjung
Sumber : Tata Cara Perancanaan Gedung Olahraga(1991)
16
4) Sumber cahaya lampu atau bukan harus diletakan dalam satu area
pada langit-langit sedemikian rupa sehingga sudut yang terjadi
antara garis yang menghubungkan sumber cahaya tersebut dengan
titik terjauh dari arena setinggi 1,5 m garis horizontalnya minimal
0
30 , lihat Gambar 2;
17
KOMPONEN KOEFISIEN REFLEKSI TINGKAT WARNA
Langit-Langit 0.5 – 0.75 Cerah
Dinding Dalam Arena 0.4 - 0.6 Sedang
Lantai Arena 0.1 – 0.4 Agak gelap
18
Gambar 2.7 Tribun Tipe Lipat
Sumber : Tata Cara Perancanaan Gedung Olahraga (1991)
19
Gambar 2.9. Ukuran Pemisahan Arena dan Tribun
Sumber : Tata Cara Perancanaan Gedung Olahraga(1991)
20
Gambar 2.10. Ukuran Tempat Duduk
Sumber : Tata Cara Perancanaan Gedung Olahraga(1991)
21
c. Dinding Arena
Dinding arena olahraga dapat berupa dinding pengisi, dan atau
dinding pemikul beban, serta harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
1) Konstruksi dinding harus kuat menahan benturan dari pemain
ataupun bola;
2) Permukaan dinding pada arena harus rata, tidak boleh ada
tonjolan-tonjolan, dan tidak boleh kasar;
3) Bukaan-bukaan pada dinding kecuali pintu, minimal 2 meter
diatas lantai;
4) Sampai pada ketinggian dinding 2,0 m, tidak boleh ada
perubahan bidang, tonjolan atau bukaan yang tetap seperti
pada Gambar 8;
5) Harus dihindari adanya elemen-elemen atau garis-garis yang
tidak vertikal atau tidak horizontal, agar tidak menyesatkan
jarak, lintasan dan kecepatan bola, bagi para atlet.
22
1) Lebar bukaan pintu minimal 1,10 m
2) Jumlah lebar pintu dihitung atas dasar: mampu sebagai jalan ke
luar untuk jumlah pengunjung GOR maksimal dalam waktu 3
menit, dengan perhitungan setiap lebar 55 cm untuk 40
orang/menit;
3) Jarak pintu satu dengan lainnya maksimal 25m;
4) Jarak antara pintu dengan setiap tempat duduk maksimal 18 m;
5) Pintu harus membuka keluar, pintu dorong tidak boleh digunakan;
6) Bukaan pintu pada bidang arena tidak boleh mempunyai sisi atau
sudut yang tajam dan harus dipasang rata dengan permukaan
dinding atau lebih kedalam;
7) Letak bukaan, dan ukuran bukaan ventilasi dan atau penerangan
harus diatur tidak menyilaukan pemain.
2. Tangga
Tangga harus memenuhi ketentuan berikut:
1) Jumlah anak tangga minimal 3 buah, maksimal 16 buah; bila
anak tangga diambil lebih besar dari 16, harus diberi bordes
dan anak tangga berikutnya harus berbelok terhadap anak
tangga dibawahnya;
2) Lebar tangga minimal 1,10 m, maksimal 1,80 m; bila lebar
tangga diambil lebih besar dari 1,80 m, harus diberi pagar
pemisah pada tengah bentang;
3) Tinggi tanjakan tangga minimal diambil 15 cm, maksimal 17
cm;
4) Lebar injakan tangga minimal diambil 28 cm, maksimal 30
cm.
3. Lantai
Lantai harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1) Lantai harus stabil, kuat dan kaku, serta tidak mengalami
perubahan bentuk atau lendut, selama dipakai;
2) Lantai harus mampu menerima beban kejut dan beban gravitasi
2;
minimal 400kg/m
23
3) Permukaan lantai harus terbuat dari bahan yang bersifat elastis;
4) Bila lantai menggunakan konstruksi kaku, permukaan lantai
harus ditutup dengan lapisan elastis,
5) Bila lantai menggunakan konstruksi panggung, harus ada
peredaran udara yang baik antara penutup lantai dengan lantai,
6) Permukaan lantai harus rata tanpa ada celah sambungan;
7) Permukaan lantai harus tidak licin;
8) Permukaan lantai harus tidak mudah aus;
9) Permukaan lantai harus dapat memberikan pantulan bola yang
merata.
2.3.2.1 Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) pengertian wisma
(wis,ma) adalah bangunan untuk tempat tinggal, kantor,gerha atau kumpulan
rumah, kompleks perumahan, permukiman. Peruntukan Wisma adalah jenis
peruntukan lokasi tanah atau lahan yang dapat didirikan bangunan untuk
penggunaan rumah atau tempat tinggal. Jenis peruntukan Wisma dapat berupa
jenis peruntukan :
a) WBS (Wisma Besar)
b) WSD (Wisma Sedang)
c) WKC (Wisma Kecil)
d) WTM (Wisma Taman)
e) WFL (Wisma Flat)
f) WSN (Wisma Susun), yang dapat didirikan menjadi Rumah
Susun Murah, atau Apartemen, Condominium dengan
ketinggian 4 lantai atau lebih sesuai batasan yang ditetapkan
dan rencana kota.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) , atlet memiliki
pengertian olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau
pertandingan (Kekuatan, Ketangkasan, dan Kecepatan).
24
2.3.2.2 Tinjauan Terhadap Istirahat Atlet
25
Atlet yang bermain dalam olahraga beregu cenderung lebih
ekstrovert, dan lebih dependen (menggantungkan diri pada orang lain).
Sedangkan Humara (dalam buku Psikologi Olahraga Prestasi, 2008)
menyatakan bahwa olahraga yang bersifat individual menciptakan
tekanan yang lebih besar dibandingkan dengan cabang olahraga
beregu.
Dari penelitian tersebut diambil kesimpulan bahwa atlet dalam
olahraga beregu dapat beristirahat dalam kamar yang dapat
menampung orang yang lebih banyak dibanding dengan atlet olahraga
individual karena atlet dalam olahraga beregu cenderung
menggantungkan diri pada orang lain dan cenderung ekstrovert. Agar
para atlet dapat beristirahat dengan nyaman, kamar atlet akan
dirancang menjadi 2 tipe, yaitu kamar untuk atlet beregu dan
kamar atlet individual.
26
a. Campuran unit (mix)
b. Jalan Masuk (entry)
c. Ukuran unit (unit size)
d. Gudang (storage)
e. Ukuran ruang (room size)
f. Kamar mandi (bathroom)
g. Ruang makan (dining)
h. Dapur (kitchen)
i. Eksterior luar (exterior space)
4. Gedung (building)
a. Tipe
b. Private, Semi-private, Public
c. Orientasi
5. Servis (service)
a. Parkir
b. Tempat cuci
c. Area loading
d. Mail
e. Pencuci kaca
6. Commercial space
7. Keamanan (Security)
a. Kebutuhan (needs) dan control
8. Sponsor
a. Skill pembangun
b. Pengalaman dan Marketing
9. Mechanical
a. Pemanasan (digunakan di daerah dengan 4 musim),
penghawaan, dan fentilasi
b. Plumbing
c. Electrical
10. Lokasi
a. Keadaan tapak (surface)
27
b. Keadaan bawah tapak (subsurface)
c. Iklim (climate)
d. Bahaya (hazard)
e. Traffic
f. Keindahan tapak (visual conditions)
g. Services
11. Zoning
12. Building code
13. Light and air, etc
b. Kebutuhan Ruang
a. Ruang Utama
1) Ruang Tinggal/Kamar Tidur Atlet
2) Kamar Mandi
b. Ruang-ruang Penunjang
1) Ruang Makan (Cafetaria)
2) Dapur
3) Ruang Briefing
4) Ruang Fitness
5) Klinik Kesehatan
6) Mushola
7) ATM
8) Money Changer
c. Ruang-ruang Service
28
1) Lahan Parkir
2) Ruang Tunggu Supir
3) Ruang Keamanan
4) Ruang Mekanikal dan Elektrikal
5) Lavatory
6) Janitor
7) Gudang
a. Kriteria Standar Kebutuhan Ruang untuk Gedung/Asrama
29
Gambar 2.17. Denah Sport Hall
Sumber : www.archdaily.com
30
dasar. Overhang atap yang tinggi memberikan perlindungan terhadap
matahari, permukaan fasad dilengkapi dengan tabir surya yang dapat
bergerak.
Gambar 2.22 Struktur Atap Gambar 2.23 Fasad Asb Sport Center
Sumber : www.archdily.com//Asb+Sport+Centre
31
Strategi desain arsitektur berkelanjutan mendukung kualitas
lingkungan untuk bermain di lapangan, menawarkan penerangan dan rasa
keterbukaan, merangkul pemain dan pengunjung dengan struktur ekspansif
yang mengelilingi, serta dilindungi angin maritim yang agresif.
Dari beberapa contoh gedung olahraga diatas dapat dibandingkan
sebagai berikut :
Item Gedung Olahraga
Sport Hall Abs Sport Center
Bentuk Segiempat Oval
Sarana Olahraga 1 Lapangan Basket 3 Lapangan Basket
3 Lapangan Tenis 3 Lapangan Futsal
6 Lapangan voli
Gambar 2.24 Material yang digunakan Gambar 2.25 Keadaan pada malam hari
32
Sumber :http://google.images.com//wisma+atlet+jakabaring
Pada bangunan ini memiliki 269 kamar tidur, area makan, ruang
pertemuan dan ruang santai. Pada bangunan ini lebih terlihat seperti bangunan
rumah susun akan tetapi memiliki kekhususan penghuni, yaitu para atlet.
Gambar 2.26 Salah satu sisi bangunan Gambar 2.27 Interior bangunan
Sumber : http://google.images.com//wisma+atlet+jakabaring
33
-bentuk bangunan menyerupai rumah susun
34
atlet sebesar 49.975m2. Menurut Mr.Young Soo Kim, Direktur Daegu
Athlete Village, kondisi fisik dan mental atlet-atlet adalah kunci dari acara
perlombaan internasional para atlet. Oleh karena itu, perkampungan atlet
harus memiliki ruang yang nyaman.
Hal utama dalam perkampungan atlet ini adalah kenyamanan.
Perkampungan atlet Daegu berlokasi di depan sungai dan tingkat
kepadatan kendaraan pun rendah. Sebagai tambahan, tidak hanya
akomodasi tetapi ada 20 fasilitas penunjang yang disediakan untuk para
atlet, seperti salon, bank, laundry, kantor pos, dll. Penginapan untuk para
atlet akan dibagi menjadi 4 gaya yang berbeda; ada 528 unit di 9 bangunan
dimana tersedia sebanyak 2.032 kamar.
35
Dari beberapa contoh wisma atlet diatas dapat dibandingkan
sebagai berikut :
Item Wisma Atlet
Jakabaring London Daegu
Bentuk segiempat Segiempat Segiempat
Perabot Tempat tidur,lemari Tempat Tempat tidur, lampu untuk
tidur,lemari,nakas membaca, coffee pot,
microwaves, meja, sofa
Tipe Kamar Adanya perbedaan Adanya perbedaan Adanya perbedaan kamar
kamar pria dan wanita kamar antara pria dan atlet cabang olahraga
wanita individu dan beregu, antar
pria dan wanita
Kapasitas 2-4 orang 2 orang 1-2 orang
Ukuran ± 4m x 6,5m ± 3m x 4m ± 4m x 5m
Kamar
Pintu Swing door 200cm * Ada Ada
85cm
Jendela Ada (2buah) 200cm * Ada 240cm * 70cm Ada 70cm*120cm
50cm
FASILITAS
FASILITAS FASILITAS WISMA FASILITAS FASILITAS
PENUNJANG
OLAHRAGA ATLET PENGELOLA PELENGKAP
R.Makan Atlit
Ruang Mekanikal dan
Gedung Olahraga Rumah penjaga
Asrama Atlet Kantor Pengelola Elektrikal
Utama kompleks
dll
36
2.5.2 Pengelompokan Aktivitas
R.ME R.Sewa
R.Filter dan Pompa Sport Store
R.Cleaning Service
37
5 Judo -
6 Bridge 9 7 5
7 Tenis Meja 8 6 4
8 Wushu 7 5 3
9 Tinju 5 4 3
10 Drum Band 20 15 10
11 Balap 12 9 6
Sepeda
12 Dayung 35 26 12
13 Catur 5 3 2
14 Panahan 18 13 9
15 Balap - -
Motor
16 Kempo 56 42 27
17 Gulat - - -
18 Billiar 11 7 5
19 Tarung 30 22 15
Derajat
20 Karate 6 5 3
21 Sepak 25 19 12
Takraw
22 Renang 21 16 11
23 Atletik 10 7 5
24 Taekwondo 10 7 5
25 Angkat 15 11 8
Besi
26 Tenis 17 13 9
Lapangan
27 Silat 8 6 4
28 Bulu 20 15 10
Tangkis
38
134 100 67
Kebutuhan 67 50 35
kamar
39
2.6.3 Lingkup Kawasan Perencanaan
2.6.3.1 Existing
Lokasi perencanaan Gedung Olahraga dan Wisma Atlet ini berada
dalam lahan yang telah direncanakan untuk Pusat Olah Raga Kabupaten
Merangin. Kawasan Pusat Olah Raga (Sport Center) Kabupaten Merangin
terletak di Desa Sungai Ulak Kecamatan Nalo Tantan. Desa Sungai Ulak
adalah merupakan Ibu Kota Kecamatan Nalo Tantan yang berbatasan
langsung dengan Wilayah Kecamatan Bangko. Secara Geografis Kawasan
Sport Center Kabupaten Merangin ini berada pada 102 18’ 24” Bujur
Timur dan 2 2’ 18” Lintang Selatan. Dari hasil pengukuran dilapangan
diketahui bahwa luas wilayah Kawasan Sport Center Kabupaten Merangin
seluas 97,684 m. status lahan pada lokasi pembangunan Kawasan Sport
Center adalah tanah milik Pemerintah Kabupaten Merangin.
Lokasi perencanaan ini pada sebelah Barat berbatasan dengan
ladang masyarakat, sebelah Timur berbatasan dengan hutan karet
penduduk, sebelah Utara berbatasan dengan permukiman penduduk dan
sebelah Selatan dengan kebun sawit penduduk.
Gambar 2.32 Site Plan Lokasi Perencanaan dilihat dari citra foto Google earth
Sumber :google earth
40
Kondisi topografi lokasi perencanaan memiliki kontur tanah yang
relatif datar, namun pada tengah tapak dialiri oleh aliran sungai kecil yang
mengalir dari sumber mata air yang keluar dari titik terendah tapak.
Gambar 2.34 Gambar akses dari jalan Lintas Sumatera menuju kedalam lokasi
Sumber : Masterplan Sport Center Kabupaten Merangin (2013)
41
Wisma Atlet terintegrasi dengan bangunan olahraga lainnya seperti
bangunan Stadion, Kolam renang, Bangunan, Gedung Serba guna, Masjid,
dan Bangunan Kantor pengelola.
Gambar 2.35 Gambar rencana Masterplan Pusat Olah Raga Kabupaten Merangin
Sumber : Bappeda Kabupaten Merangin
2.6.3.2 Utilitas
Untuk kebutuhan fasilitas yang ada pada lokasi dapat dijabarkan
sebagai berikut :
• Saat ini akses jalan menuju ke dalam lokasi perencanaan masih berupa
jalan tanah dan belum ada perkerasan yang baik. Status akses jalan
menuju lokasi saat ini masih milik masyarakat setempat.
• Kebutuhan jaringan listrik dapat diperoleh dari PLN.
• Saluran air bersih PDAM dapat diakses pada lokasi.
42
center dapat memberi nilai percepatan pembangunan pada sekitar lokasi
perencanan.
Kelemahan dari site saat ini yang dapat menjadi perhatian untuk
menganalisa disain yang akan direncanakan yaitu sebagai berikut :
• Titik mata air dan aliran sungai yang mengalir melintasi lokasi perlu
dibuat pengalihan aliran air agar tidak mengganggu area lokasi
perencanaan yang telah dilakukan setelah pematangan lahan.
• Hembusan angin lembah pada lokasi perlu diperhatikan pada saat angin
kencang agar tidak mengganggu kekuatan atap gedung olahraga.
• Perlu adanya penanda pada akses tepi jalan Lintas Sumatera bagi
pengunjung untuk mengatahui arah masuk menuju lokasi.
• Perlu dibuat keluar dan masuk untuk sirkulasi kendaraan yang masuk
kedalam lokasi dan sirkulasi pengalihan untuk menghindari kepadatan
arus pergerakan kendaraan pada saat kegiatan pertandingan.
43
BAB III
METODE PERANCANGAN
44
Metode observasi dapat diartikan sebagai pencatatan sistematika
fenomena-fenomena yang diselidiki. Dengan melakukan observasi
akan mendapat informasi-informasi yang berkaitan dengan gedung
olahraga ataupun wisma atlet. Observasi ini dilakukan langsung
terjun ke lapangan dengan melakukan pengamatan dan
memperhatikan kondisi eksisting, supaya dapat memberikan
informasi mengenai keadaan di lapangan, baik lahan maupun
proses kegiatan yang dilakukan oleh para atlet.
• Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk mencari
data yang diperlukan berdasarkan peristiwa peraturan-peraturan
dokumen, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 1998:149).
Teknik dokumentasi dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
- Mendokumentasikan gambaran yang jelas mengenai tapak
yang terpilih untuk kelanjutan proses analisis;
- Mendokumentasikan gambaran yang jelas mengenai kondisi
angin setempat terkait dengan objek perancangan;
- Mendokumentasikan gambaran yang jelasmengenai obyek-
obyek penghalang dan pembelok arah angin (pohon,
banguunan, dsb) disekitar tapak terkait dengan obyek
perancangan.
Sedangkan data-data yang diperlukan melalui metode dokumentasi adalah
sebagai berikut:
- Gambaran eksisting tapak yang sebenarnya
- Kondisi angin setempat
- Gambaran obyek-obyek penghalang dan pembelok arah angin
di sekitar tapak
45
berasal dari instansi ataupun non-instansi),internet, jurnal ataupun hasil
seminar yang berkaitan dengan obyek perancangan.
46
(Utilitas). Perkembangan Arsitektur Bioklimatik berawal dari tahun 1990-an.
Arsitektur bioklimatik merupakan arsitektur modern yang di pengaruhi oleh iklim.
Dalam merancang sebuah desain bangunan juga harus memikirkan penerapan
desain bangunan yang beradaptasi dengan lingkungan atau iklim setempat.
Penghematan energi dengan melihat kondisi yang ada di sekitar maupun
berdampak baik pada kesehatan. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan
dapat memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang
nyaman tanpa banyak menkonsumsi energi.
• Prinsip Desain Arsitektur Bioklimatik
47
3.4 Alur Pikir
LATAR BELAKANG
Aktualita
• Di Jambi khususnya kab. Merangin perkembangan olahraga berjalan lambat dikarenakan
kendala-kendala dalam pembinaan salah satunya adalah ketersediaan dan kualitas sarana
prasarana olahraga yang kurang karena sarana dan prasarana olahraga yang presentatif akan
meningkatkan prestasi atlet
• Kurangnya keberadaan gedung olahraga dan tidak adanya wisma atlet di Kab. Merangin
• Pemda Merangin mulai merencanakan pembangunan kawasan Sport Center termasuk
didalamnya gedung olahraga dan wisma atlet
Urgensi
Dibutuhkan pembangunan gedung olahraga dan wisma atlet untuk membina klub-klub
olahraga dari berbagai cabang olahraga di kab.Merangin sebagai persiapan tuan rumah PORPROV
XXIII 2021.
Originalitas
Merencanakan dan merancang gedung olahraga dan wisma atlet yang sesuai kebutuhan
kapasitas, hemat energi, berkelanjutan dengan pendekatan arsitektur bioklimatik dan memenuhi
kaidah aspek perencanaan dan perancangan arsitektur
PERMASALAHAN
Bagaimana merancang desain Gedung Olahraga dan Wisma Atlet yang memiliki fasilitas sesuai
standar type b untuk meningkatkan prestasi atlet dan mewadahi pertandingan tingkat nasional dan
memberikan kenyamanan bagi kondisi fisik atlet dengan memanfaatkan potensi alam setempat secara
optimal melalui pengolahan tata ruang luar dan tata ruang dalam dengan pendekatan Arsitektur
Bioklimatik
TINJAUAN LOKASI
KONSEP PERENCANAAN DAN
• Tinjauan Umum Lokasi PERANCANGAN GEDUNG
• Kebijakan Tata Ruang Wilayah OLAHRAGA DAN WISMA ATLET
• Perkembangan Obyek di Lokasi DI KAWASAN SPORT CENTER
KAB. MERANGIN,JAMBI
TINJAUAN PUSTAKA
Studi Literatur, Wawancara, Surfing
Internet ANALISA
• Tinjauan Fungsional Gedung Olahraga Analisa terhadap pendekatan aspek-
dan Wisma Atlet aspek perencanaan dan perancangan
• Tinjauan Klasifikasi yang digunakan, meliputi :
• Tinjauan Objek Sejenis • Pendekatan Aspek
• Tinjauan Tapak Fungsional
• Pendekatan Aspek
• Tinjauan Pendekatan
Konstektual
• PendekatanAspek Kinerja
• Pendekatan Aspek Teknis
METODE
TEORI ARSITEKTUR BIOKLIMATIK • Pendekatan Aspek Visual
Menginterasikan elemen iotik tanaman dan lingkungan Arsitek
dengan elemen biotik bangunan. Penanggulangan faktor • Pendekatan Konsep
kenyamanan termal secara pasif meliputi ventilasi Arsitektur Bioklimatik
silang, shading, bukaan Hemat energi. Penerapan desain
beradaptasi dengan lingkungan dan iklim setempat.
48
BAB IV
ANALISA PERANCANGAN
49
Bagan 4.1. Pola kegiatan utama gedung olahraga
Sumber : Analisis pribadi, 2018
• Suasana
Suasana kegiatan utama dalam gedung olahraga yang dapat
dirasakan dalam gedung olahraga ini adalah sebagai berikut :
1. Suasana : Sangat ramai, area publik dan menyenangkan
2. Sifat ruang : Publik
3. Komunikasi : Langsung
• Kebutuhan fasilitas
1. Lapangan olahraga pertandingan
2. Lapangan olahraga latihan
3. R.fitness/ gym
4. R.ganti atlet
5. R.ganti wasit
6. R.ganti pelatih
7. R.Pijat
8. R.P3K
9. R.Pemanasan
10. R.Latihan beban
11. R.Pers
12. Hall
13. Tribun Penonton
14. R.Loket
50
• Kegiatan Wisma Atlet
Kegiatan yang ada di daerah wisma astlet yaitu meliputi kegiatan
atlet untuk beristirahat dan bertempat tinggal sementara dan juga
sebagai tempat untuk berkomunikasi dengan sesama atlet maupun
pengelola wisma
• Pelaku kegiatan yaitu para atlet yang sedang dalam masa pelatihan
intensif atau sedang mengikuti perlombaan
• Pola kegiatan utama wisma atlet
• Suasana
Dalam suatu kegiatan yang ada di wisma atlet diperlukan suasana
yang nyaman, aman dan bersahabat dari hal tersesbut ada beberapa
pola dalam suasana yaitu :
1. Suasana : Private dan semi privat
2. Sifat ruang : private (area pribadi)
3. Komunikasi : langsung dan tidak langsung
• Kebutuhan Fasilitas
1. Kamar tidur
2. Ruang laundry dan mandi umum
3. Area Umum (Plaza)
4. Ruang rapat wisma
5. Ruang makan bersama
51
Kegiatan pengelola gedung olahraga merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk menjaga kelancaran aktifitas olahraga didalam
gedung, seperti menyiapkan segala kebutuhan didalam gedung .
• Pelaku kegiatan yaitu pengelola gedung olahraga
• Pola kegiatan pengelola gedung olahraga
• Suasana
Suasana didalam kegiatan pengelola adalah sebagai berikut
1. Suasana : Formal, resmi
2. Sifat ruang : resmi, semi publik
3. Komunikasi : langsung
• Kebutuhan fasilitas
1. R.Kerja staff
2. R.Kepala
3. R.Administrasi
4. R.Informasi
5. Gudang alat kebersihan
6. Gudang alat olahraga
7. R.keamanan
52
Bagan 4.4. Pola kegiatan pengelola wisma atlet
Sumber : Analisa pribadi, 2018
• Suasana
Adapun suasana yang ada pada kegiatan pengelola adalah sebagai
berikut :
1. Suasana :formal,semi formal dan private
2. Sifat ruang :private dan semi private
3. Komunikasi :langsung
• Kebutuhan fasilitas
1. Ruang kamar tidur pengelola wisma atlet
2. Ruang masak dan cuci
3. Ruang penerimaan pengunjung
4. Ruang peralatan
5. Pos keamanan
53
Bagan 4.5. Pola kegiatan penunjang gedung olahraga
Sumber : Analisa pribadi, 2018
• Suasana
Suasana didalam kegiatan penunjang merupakan kegiatan tambahan
yang diperlukan oleh mahasiswa dan pengunjung gedung.
1. Suasana :Publik,ramai
2. Sifat ruang :Umum,Publik
3. Komunikasi :Langsung
• Kebutuhan fasilitas
1. Food court/ Cafetaria
2. Fasilitas bersantai dan istirahat
3. Retail/Sport-shop
4. Mushollah
54
Bagan 4.6.Pola kegiatan penunjang wisma atlet
Sumber : Analisa pribadi
• Suasana
Suasana kegiatan penunjang diarea wisma atlet merupakan
kebutuhan tersendiri bagi penghuni wisma
1. Suasana : Publik
2. Sifat ruang : Publik, semi privat
3. Komunikasi : Langsung
• Kebutuhan fasilitas
1. Ruang makan umum dan masak
2. Kamar mandi/ wc
3. Ruang cuci, jemur dan setrika
4. Kantin
5. Plaza/ ruang kumpul
55
reporter, bersiap, ganti latihan
penonton, pakaian, R.fitness/gym
pengguna beristirahat, R.ganti atlet L/P
gedung meliput R.ganti wasit
pertandingan, R.ganti pelatih
menonton R.pijat
pertandingan
R.P3K
R.Pemanasan
R.latihan beban
R.reporter dan media
R.konferensi pers
R.sound system
R.VIP
Hall
R.loket
Tribun penonton
Kamar mandi/wc
Kebutuhan ruang Atlet dan
Istirahat, Kamar tidur
wisma atlet penggunaberinteraksi
kamar dengan teman
wisma sekamar,
sebagai tempat
bernaung
KEBUTUHAN RUANG PENGELOLA
2 Kebutuhan Anggota Melakukan R.kepala
Ruang Gedung pengelola, pekerjaan
R.kerja staff
Olahraga staff, sebagai
keamanan pengelola R.administrasi
gedung
R.informasi
olahraga,
menerima dan R.tunggu tamu
memberikan
Gudang alat
informasi bagi
kebersihan
pengguna
gedung, Gudang alat olahraga
memperhatikan R.keamanan
keamanan dan
kebersihan R.petugas kebakaran
gedung R.polisi
Kamar mandi/wc
Kebutuhan ruang Atlet, Menjadikan R.kantor pengelola
wisma atlet pengelola, tempat wisma wisma atlet
petugas senyaman dan R.informasi wisma
pengelola seaman atlet
wisma mungkin, R..istirahat
56
memberikan pengelola/ rumah
fasilitas yang pengelola wisma atlet
dibutuhkan Kamar tidur
bagi pengguna pengelola
wisma atlet Kamar mandi/ wc
khusus pengelola
wisma atlet
R.masak khusus
pengelola wisma atlet
R.penerima
pengunjung wisma
atlet
R.perlengkapan
R.pos keamanan
KEBUTUHAN RUANG PENUNJANG
3 Kebutuhan Atlet, Dipergunakan Food court / cafetaria
Ruang Gedung official, sebagai
Olahraga pengelola fasilitas
gedung penunjang dari Ruang musholla
olahraga gedung
dan olahraga dan
pengunjung dapat di Retail/ sport shop
gedung pergunakan
olahraga bagi
pengunjung R.servis gedung
dan pengguna olahraga
gedung agar
lebih nyaman, Toilet penyandang
makan minum, cacat
istirahat, sholat
dll
Kebutuhan ruang Atlet, Melakukan Kantin wisma atlet
wisma atlet pengelola makan dan
wisma atlet minum, Musholla wisma atlet
dan sebagai tempat Tempat berkumpul (
pengunjung berkumpul dan Plaza)
wisma atlet berinteraksi
Ruang makan utama
antara sesama
penghuni Dapur
wisma atlet,
melakukan Kamar mandi/ wc
ibadah dan L/P
pembersihan R.office
wisma atlet boy/karyawan
Ruang laundry
Ruang servis wisma
57
atlet
Ruang pertemuan
wisma atlet
Area Kapasi Ju
Nama Standar Sumbe 2 Luasan Total (
kebutuh tas/ Perhitungan (m ) ml
ruang (m2) r (m2 ) m2 )
an org ah
Lapangan
olahraga 1215 m2 NAD 45 x 27 1215 m2 1 1215 m2
pertandingan
Lapangan
405 m2 NAD 27 x 15 405 m2 1 405 m2
olahraga latihan
R.fitness/ 40 m2 / 12
72 NAD (72:12) x 40 m2 240 m2 1 240 m2
gym org
R.ganti atlet
Ruang
Utama a. R.bilas pria 1 1,26 m2 TPBO 1 x 1,26 m2 1,26 m2 12 15,12 m2
Gedung
Olahraga R.bilas
b. 1 1,26 m2 TPBO 1 x 1,26 m2 1,26 m2 12 15,12 m2
wanita
R.penyimpa
c. 12 2 m2 TPBO 12 x 2 m2 24 m2 2 48 m2
nan pria
R.penyimpa
d. 12 2 m2 TPBO 12 x 2 m2 24 m2 2 48 m2
nan wanita
f. Km/wc 4 3 m2 NAD 4 x 3 m2 12 m2 2 24 m2
58
wanita
R.ganti pelatih
R.penyim
b 4 2 m2 TPBO 4 x 2 m2 8 m2 2 16 m2
panan
c Km/Wc 1 3 m2 NAD 1 x 3 m2 3 m2 2 6 m2
R.ganti wasit
R.penyim
b 4 2 m2 TPBO 4 x 2 m2 8 m2 1 8 m2
panan
c Km/Wc 1 3 m2 NAD 1 x 3 m2 3 m2 1 3 m2
R.pijat
a R.pijat 2 6 m2 TPBO 2 x 6 m2 12 m2 1 12 m2
b Km/Wc 1 3 m2 NAD 1 x 3 m2 3 m2 1 3 m2
R.P3K
R.pemerik
a 2 7 m2 Arenas 2 x 7 m2 14 m2 1 14 m2
saan
R.test
b 1 9 m2 Arenas 1 x 9 m2 9 m2 1 9 m2
dopping
c Km/Wc 1 3 m2 NAD 1 x 3 m2 3 m2 1 3 m2
R.Fisioterapi 6 m2 AS 6 m2 6 m2 2 12 m2
R.latihan
80 m2 / unit TPBO 80 m2 80 m2 1 80 m2
beban
R.media
R.konfere
b 50 m2 /unit TPBO 50 m2 50 m2 1 50 m2
nsi pers
d Km/Wc 1 3 NAD 1 x 3 m2 3 m2 2 3 m2
59
R. VIP
f Km/Wc 1 3 m2 NAD 3 m2 3 m2 2 3 m2
Toilet penonton
biasa
Pria 1120
Wanita 280
b Wc 2 m2 /unit 2 m2 2 m2 6 12 m2
NAD
Wastafel 0,96 m2 /unit 0,96 m2 0,96 m2 6 5,76 m2
Toilet penonton
VIP
Pria 30
a Wc 2 m2 /unit 2 m2 2 m2 3 6 m2
S
Wastafel 0,96 m2 /unit 0,96 m2 0,96 m2 1 0,96 m2
Wanita 10
b Wc 2 m2 /unit 2 m2 2 m2 1 2 m2
S
Wastafel 0,96 m2 /unit 0,96 m2 0,96 m2 2 1,92 m2
Total 4.130,54
60
Ruang Ruang tidur
2 26 m2 /unit NAD 26 m2 26 m2 70 1820 m2
Utama untuk atlet
Wisma
Atlet Total 1820
R.Kepala 1 24 m2 TSS 24 m2 24 m2 1 24 m2
R.administrasi 1 12 m2 S 1 x 12 m2 12 m2 1 12 m2
R.Arsip 1 12 m2 TSS 1 x 12 m2 12 m2 1 12 m2
R.tunggu 9 m2 S 9 m2 9 m2 1 9 m2
R.control
R.sound
a 6 m2 / unit TPBO 6 m2 6 m2 1 6 m2
system
R.lighting
b 6 m2 / unit TPBO 6 m2 6 m2 1 6 m2
system
R.scoringbo
Kebutuhan c 6 m2 / unit TPBO 6 m2 6 m2 1 6 m2
ard
Ruang
Pengelola d R.CCTV 6 m2 / unit TPBO 6 m2 6 m2 1 6 m2
Gedung
Olahraga R.rapat 24 m2 /unit S 24 m2 24 m2 1 24 m2
Gudang alat
20 m2 /unit S 20 m2 20 m2 1 20 m2
kebersihan
Gudang alat
100 m2 /unit S 100 m2 100 m2 1 100 m2
olahraga
R.petugas
keamanan
R.petugas
b 15 m2 /unit TPBO 15 m2 15 m2 1 15 m2
kebakaran
Kamar
mandi/ wc 2 3 m2 NAD 2x3 m2 6 m2 2 12 m2
pengelola
Total 289,2 m2
61
Ruang kantor
pengelola 5 5 m2 AS 5x5 m2 25 m2 1 25 m2
wisma atlet
Ruang
informasi 2 4 m2 SOS 2x4 m2 8 m2 2 16 m2
wisma
Kamar tidur
2 8 m2 NAD 2x8 m2 16 m2 1 16 m2
pengelola
Kamar mandi/
2 3 m2 NAD 2x3 m2 6 m2 2 12 m2
wc pengelola
Kebutuhan
ruang Ruang masak
pengelola khusus 2 9 m2 NAD 2x9 m2 18 m2 1 18 m2
wisma atlet pengelola
Ruang
penerimaan
2 8 m2 TSB 2x8 m2 16 m2 6 96 m2
pengunjung
wisma atlet
Ruang
perlengkapan 2 8 m2 AS 2x8 m2 16 m2 1 16 m2
pengelola
Ruang pos
keamanan 2 6 m2 S/AS 2x6 m2 12 m2 2 26,4 m2
wisma
Total 235,4
Area Kantin
b Dapur 64 m2 AS 64 m2 64 m2 1 64 m2
Kebutuha
c Food court 50 m2 AS 50 m2 50 m2 1 50 m2
n Ruang
Penunjang Musholla 30 1,5 m2 AS 30x1,5 m2 45 m2 1 45 m2
Gedung
Olahraga R.sport shop 9 m2 TPBO 9 m2 9 m2 4 36 m2
R.servis
Ruang Genset,
a 35 m2 NAD 35 m2 35 m2 1 35 m2
mesin pompa,
mesin
62
panel
b R.kontrol 1 4 m2 AS 4 m2 4 m2 1 4 m2
Toilet
penyandang 6 3 m2 NAD 6x3 m2 +20%=18,6 m2 18,6 m2 4 31,2 m2
cacat
Toilet
b. 9 m2 TPBO 9 m2 9 m2 1 9 m2
wanita
Total 525,7
Area Kumpul /
20 1,5 m2 NAD 20x1,5 m2 30 m2 6 180 m2
Lobby
Ruang Makan
70 1,5 m2 AS 70x1,5 m2 105 m2 1 105 m2
Umum/ Utama
Kamar mandi/
1 3 m2 NAD 1x3 m2 3 m2 4 12 m2
wc L/P
Ruang cuci,
4 25 m2 NAD 4x25 m2 10 m2 6 100 m2
jemur, setrika
Ruang servis
wisma
a R.PLN 30 m2 NAD 30 m2 30 m2 1 30 m2
Kebutuhan
Ruang b R.genset 54 m2 NAD 54 m2 54 m2 1 54 m2
Penunjang
Wisma c Garasi 5 Bus 21 m2 AS 5 x 21 m2 105 m2 105 m2
Atlet
Gudang
d 36 m2 AS 36 m2 36 m2 1 36 m2
Umum
Ruang
pertemuan 5 1,5 m2 S/AS 5x1,5 m2 7,5 m2 1 7,5 m2
keluarga
Total 629,5
TOTAL 7.568,34
63
LUASAN KESELURUHAN BANGUNAN YANG DI PERLUKAN 9082 m2
Tabel 4.2 : Analisa besaran ruang gedung olahraga dan wisma atlet
Sumber : Analisa pribadi, 2018
Keterangan :
NAD : Neufert Architect Data
TSB : Time Saver Standart for building
AS : Asumsi
S : Survey/Studi banding
Arenas : Sport Council, A Planning, Design and Management Guide
TPBO : Dinas Olahraga, Tata cara Perencanaan Bangunan Olahraga
a. Mobil
• Pengelola 10% x 50 orang = 5 orang = 5 mobil (1 mobil = 1 orang)
• Mobil untuk kepentingan servis
Asumsi = 2 mobil
• Pelatih dan official 2 team = 2 mobil (1 team = 1 mobil)
• Penonton 20 % x 1400 orang = 280 = 70 mobil (1 mobil 4 orang)
• Pengunjung 20 % x 70 orang = 14 orang = 4 mobil (1 mobil = 4
orang)
• 2 Liputan TV = 2 mobil
• 2 Liputan Radio = 2 mobil
Total = 87 mobil
b. Motor
• Pengelola 90 % x 50 orang = 45 orang =45 motor (1 motor = 1 orang)
• Penonton 80 % x 1400 orang = 1120 orang = 560 motor (1 motor = 2
orang)
• Pengunjung 80 % x 70 orang = 56 orang = 28 motor ( 1 motor = 2
orang)
• Wartawan 2 media cetak = 2 motor (1 motor = 1 orang)
Total = 635 motor
c. Bus
64
• Pemain/ Atlit, pelatih dan official 2 team = 2 bus ( 1 team = 1 bus)
Total = 2 bus
Bagan 4.7. Hubungan ruang makro gedung olahraga dan wisma atlet
Sumber : Analisa pribadi, 2018
65
Keterangan :
1. Gedung olahraga dan parkir cukup dekat, karena keberadaan parkir yang
ada ditengah kedua gedung olahraga dan wisma atlet
2. Gedung wisma atlet dan parkir, karena area khusus parkir umum ada
didekat gedung olahraga, namun ada parkir yang disediakan khusus bagi
wisma namun jumlahnya sedikit.
3. Antara gedung olahraga dan wisma hubungannya berdekatan, karena
gedung olahraga dan wisma memiliki fungsi yang berbeda dan tata letak
massa yang beda namun seakan dekat karena terdapat area penghubung
antar keduanya.
66
Bagan 4.9. Hubungan ruang mikro ruang utama wisma atlet
Sumber : Analisa pribadi, 2018
67
3. Kebutuhan ruang penunjang gedung olahraga dan wisma atlet
• Hubungan ruang mikro antara ruang penunjang gedung olahraga
68
4.2.4 Organisasi Ruang
Konsep Organisasi Ruang didasari oleh anallisis pola hubungan
ruang melaui diagram fungsi masing-masing ruang yang ada. Ruang-ruang
yang memerlukan ketenangan, diletakkan berjauhan dengan sumber
kebisingan. Ruang-ruang publik berada pada entrance masuk bangunan
mengarah langsung ke pintu utama bangunan. Konsep organisasi ruang
pada bangunan Gedung Olahraga dan Wisma Atlet Kabupaten Merangin
dapat dilihat pada bagan berikut.
69
4.3 Analisa Tapak
Gambar 4.1 Peta Indonesia, Peta Provinsi Jambi,Peta Merangin, Peta Lokasi Peracangan
Sumber : Google Maps 2017 dan Masterplan Sport Center Merangin
70
Sungai Ulak Kecamatan Nalo Tantan. Desa Sungai Ulak merupakan Ibu
Kota Kecamatan Nalo Tantan yang berbatasan langsung dengan Wilayah
Kecamatan Bangko. Secara Geografis Kawasan Sport Center Kabupaten
Merangin ini berada pada 102 18’ 24” Bujur Timur dan 2 2’ 18” Lintang
Selatan. Dari hasil pengukuran dilapangan diketahui bahwa luas wilayah
Kawasan Sport Center Kabupaten Merangin seluas 97,684 m. Status lahan
pada lokasi pembangunan Kawasan Sport Center adalah tanah milik
Pemerintah Kabupaten Merangin.
Gambar 4.2 Lokasi perancangan gedung olahraga dan wisma atlet dalam kawasan Sport Center
Sumber : Masterplan Sport Center Kab.Merangin
71
4.3.2 Analisa Regulasi dan Tata Wilayah
Analisa Regulasi dan Tata Wilayah mencakup ukuran wilayah
serta peraturan tapak, yaitu GSB, KDB,KLB.
72
Sungai tidak bertanggul kedalaman < 3m = 10 m
73
4.3.4 Analisa Klimatologi dan Vegetasi
1. Matahari
74
Respon :
Pencahayaan matahari akan berpengaruh terhadap orientasi bangunan untuk
memaksimalkan pencahyaan alami, namun pencahayaan matahari yang terlalu
banyak pun akan memberikan dampak kesilauan dan hal tersebut dapat
mengurangi kenyamanan penonton dan konsentrasi pemain.
Di area yang terpapar sinar matahari berlebih dapat dikurangin dengan
penrapan sun shading dan vegetasi dalam mengantisipasi sinar berlebih kedalam
bangunan dan badan bangunan.
75
Respon :
Pada analisa angin, didapatkan suatu kesimpulan bahwa aliran udara yang
diusahakan cukup sehingga tidak memerlukan pendingin buatan berupa AC.
Untuk itu maka dibuatakn bukaan- bukaan berupa jendela maupun ventilasi yang
sesuai dengan arah datangnya angin. Meletakkan unsur air seperti kolam, air
mancur disekitaran site dan bangunan untuk penurunan suhu dan dapat
menciptakan estetika bangunan.
3. Curah Hujan
Pada Kabupaten Merangin, iklim yang terbagi atas dua musim
yaitu musim penghujan yang berkisar antara bulan September sampai
dengan bulan Mei dan musim kemarau antara bulan Juni sampai dengan
Agustur, sedangkan jumlah curah hujan tahunan mencapai 2.413 pada
tahun 2017 dengan 155 hari hujan. Bentuk topografi site yang sedikit
melandai ke arah selatan (sungai ) menjadi potensi site karena air hujan
dapat langsung mengalir ke arah sungai.
76
Respon :
Merancang bangunan dengan adanya talang air dan sistem drainase yang
baik dan arah aliran air hujan ke tempat yang lebih rendah.
4. Vegetasi
Kondisi eksisting site perancangan memiliki topografi yang relatif
datar dan didominasi lahan hijau. Sekeliling site juga dominan dikelilingi
oleh perkebunan karet milik penduduk. Didalam site sendiri ditumbuhi
oleh semak-semak dan pohon dengan varian tinggi antara 2- 6 meter.
77
2. Tanaman perdu, berkayu, tumbuh menyemak, percabangan mulai dimuka
tanah, berakar dangkal, 1-3 m.
3. Tanaman semak, batang tidak berkayu, percabangan dekat dengan tanah,
berakar dangkal, 50 cm- 1m
4. Tanaman rumput-rumputan, tinggi beberapa cm, menjaga lkelembapan,
erosi dan struktur tanah.
5. Tanaman merambat, ada yang memerlukan penunjang untuk rambatan.
Respon :
Variasi vegetasi yang sudah ada dalam site dapat diatur lagi
peletakankannya dan fungsinya. Dimana peletakan vegetasi juga menentukan
kenyamanan bagi semua pelaku pada bangunan.
View Out
View out 1
Pada sisi ini view mengarah ke Sport Hall yang berada tepat
diseberang sungai, dengan pemandangan sungai serta gedung serba guna
yang berada disampingnya perlu diperhatikan dan dimanfaatkan dengan
baik dan berpotensi sebagai bagian ruang terbuka site.
View out 2
View 3 dan 4
78
Gambar 4.10. Analisa View in dan View Out
Sumber : Analisa Pribadi, 2018
View In
View in 1
View in 2
View in dari sisi ini merupakan view dari arah jalan utama,
bangunan pengelola dan gedung pertemuan yang tentunya akan biasa
dilewati oleh kendaraan, dimana area ini menjadi bagian entrance
kebangunan, area ini perlu diperhatikan untuk memberikan kesan gedung
olahraga dan wisma atlet yang ikonik, menarik dan mengundang
pengunjung untuk datang.
View in 3 dan 4
View in dari sisi ini merupakan view dari arah hutan yang sangat
jarang dilalui oleh orang sehingga pada bagian ini tidak diperlukan
ornamen-ornamen yang menonjol pada sisi ini.
Respon :
79
Pada analisa arah pandang, didapatkan suatu kesimpulan bahwa best-view
bangunan harus dapat dilihat dari berbagai arah, sehingga dapat memberikan
kesan menarik bagi orang yang melihatnya.Orientasi massa bangunan juga harus
disesuaikan dengan bentuk tapak yang sudah ada.
Kebisingan
Respon :
80
4.3.6 Analisa Zonasi Tapak
Berdasarkan Masterplan yang ada bahwa gedung olahraga dan
wisma atlet dikawasan berdekatan dengan gedung serbaguna dan gedung
pengelola. Berikut yang ada di kawasan ini.
Zona 1
Zona ini merupakan zona gedung olahraga. Jadi kawasan ini menjadi tempat
berolahraga bagi atlet ataupun masyarakat di Kabupaten Merangin. Zona ini
merupakan zona populer karena area ini menjadi tempat berkompetisi.
Zona 2
Zona ini merupakan zona penunjang bagi gedung olahraga. Zona ini juga berada
dekat dengan wisma atlet. Menurut masterplan pada zona ini terdapat musholla
dan parkir. Sehingga zona ini merupakan zona penghubung antar zona lainnya.
Zona 3
Zona ini merupakan zona wisma atlet perempuan dan laki- laki. Dan zona ini
berdekatan dengan parkir dan gedung olahraga. Wisma atlet perempuan berbeda
dengan zona laki-laki, wisma perempuan dan laki-laki di pisah zona penunjang
bangunan wisma atlet.
81
4.4 Analisa Geoetri dan Enclosure
82
dengan bentuk lain
3. Lingkaran • Bentuk halus dan informil • Sulit dikembangkan
• Orientasi ruang memusat dan • Fleksibilitas ruang
statis rendah
• Indah dilihat dari luar • Sulit digabungkan
dengan bentuk lain
• Layout ruang sulit
total 24 16 6
Keterangan
Bobot : 3 sangat menentukan nilai : 4 sangat baik
2 menentukan 3 baik
1 cukup menentukan 2 cukup
1 kurang
83
Bentuk segi empat ataupun dari pengembangan bentuk dasarnya,
karena bentuk dasar dari lapangan basket, bulu tangkis, bola voli dan
futsal berbentuk persegi panjang. Namun masih dapat dilakukan
penggabungan bentuk dengan bentuk-bentuk dasar yang lain. Untuk
fasilitas olahraga pertandingan yang dimana terdapat tribun penonton ini
terdapat beberapa pola-pola tribun.Bentuk dasar lingkaran dipilih untuk
area arena pertandingan dengan tribun melingkar .
2. Servis area
Bentuk yang direncanakan dari bangunan area servis ini adalah segi
empat namun nantinya terdapat satu bentuk penggabungan dengan bentuk-
bentuk dasar yang ada lainnya.
3. Wisma Atlet
Bentuk segi empat karena pengembangan dari layout kamar-kamar
yang bertentuk persegi. Namun dapat dilakukan penggabungan bentuk
dengan bentuk-bentuk dasar yang ada.
• Hubungan Ruang
84
Dalam menentukan pola hubungan ruang, dapat ditinjau kembali dari
analisa spasial perancangan, secara makro, dapat terlihat bahwa dominasi
hubungan antar kelompok ruang membentuk pola terpusat dan linear, dimana
setiap kelompok ruang memiliki sebuah titik pusat yang sama. Sehingga
berdasarkan alternative pola hubungan ruang diatas, hubungan ruang yang
digunakan adalah linear pada area khusus pengunjung VIP dan pola memusat
terlihat pada pola ruang utama dimana lapangan pertandingan menjadi pusat dari
ruang penunjang atlet, ruang servis dan tribun. Pola memusat juga terlihat pada
Hall yang menjadi pusat dari ruang pengelola dan pelayanan .
85
Pada bangunan wisma atlet juga dapat terlihat bahwa dominasi hubungan
antar kelompok ruang membentuk pola linear dan terpusat. Pola memusat terlihat
pada pola ruang penunjang dimana lobby sebagai pusat dari ruang pengelola dan
ruang utama (kamar), sedangkan pola linear terlihat pada ruang pengelola dan
ruang utama (kamar).
86
MELEWATI MENEMBUS RUANG BERAKHIR DI
RUANG RUANG
87
Untuk kegiatan utama yaitu kamar atlet yang merupakan ruang yang
mempunyai privacy cukup tinggi sehingga sitem sirkulasi melewati ruang
dan berakhir di ruang dapat digunakan untuk kegiatan ini
Untuk kegiatan pengelolaan dimana orang harus melewati ruang tersebut,
dipilih sirkulasi menembus ruang
Untuk kegiatan penunjang seperti lobby dan ruang makan juga akan
menggunakan sirkulasi menembus ruang.
2. Sirkulasi Vertikal, yaitu sirkulasi untuk mencapai ruang dari lantai
bawah ke lantai atas. Untuk menentukan sistemnya harus
memperhatikan ketinggian bangunan yaitu berapa jumlah lantai yang
direncanakan sehingga dapat ditentukan jenis sistem apa yang dapat
digunakan.
Keuntungan Kerugian
Jenis Sirkulasi
88
3. Eskalator a. Lebih efisien dalam a. Mahal biaya
pencapaian dan waktu perawatan
b. Dapat menampung b. Karena digerakkan
orang banyak dalam oleh mesin maka ada
waktu yang relatif biaya tambahan untuk
cepat, tidak harus listrik
antri
89
dimana nantinya dapat menarik perhatian orang yang melihatnya.
Posisi dan bukaan pintu masuk utama harus mudah terlihat dan
memiliki dimensi yang cukup lebar sehingga dapat menampung
seluruh pengunjung.
Pintu masuk untuk pengelola dan karyawan diarahkan kepintu
sekunder ( side-entrance), posisi dan bukaan pintu masuk ini lebih
didekatkan dengan ruang pengelola dan karyawan. Pintu sekunder
ini memiliki dimensi yang lebih kecil dari pintu masuk utama .
Pintu masuk untuk pengunjung VIP juga diarahkan ke pintu
sekunder yang sama seperti pengelola dan karyawan .
Pintu masuk untuk atlet dan official juga diarahkan kepintu
sekunder (side-entrance) namun tidak sama dengan pintu masuk
pengelola/ karyawan, pintu masuk ini terletak berdekatan dengan
parkir bus dan terkoneksi dengan wisma atlet
2. Entrance Barang
Pintu masuk ini disesuaikan dengan jenis dan ukuran barangnya
yang akan masuk ke dalam bangunan. Pintu masuk ini nantinya
juga akan digunakan untuk pintu servis pembuangan sampah.
• Entrance Wisma Atlet
Terdapat 2 pintu masuk utama untuk drop off pada bagian depan
dan pintu pada bagian samping yang terkoneksi dengan gedung
olahraga dan parkir.
Dan terdapat pintu masuk untuk pengelola sekaligus sebagai pintu
pintu servis barang.
• Transformasi Bentuk
Untuk merancang Gedung Olahraga dan Wisma Atlet Kab. Merangin yang
memiliki bentuk ikonik, menarik, dinamis seta menampilkan visual bangunan
yang menekankan kegiatan olahraga perlu adanya transformasi bentuk. Selain itu,
proses ini juga dilakukan agar mendapatkan bentuk yang fungsional dan efisien
dari penggabungan kelompok-kelompok ruang. Menurut Dk Ching, terdapat tiga
dasar proses transformasi bentuk dasar, antara lain :
90
No ProsesTransformasi Keterangan
• Penutup bangunan
1. Penutup bangunan pada gedung olahraga
91
Penutup dari bangunan gedung olahraga menggunakan bentang
lebar dengan diameter yang disesuaikan dengan kapasitas dan jarak
yang telah ditentukan.
92
Gambar 4.17 Penutup badan bangunan gedung olahraga
Sumber : architectaria.com,2018
93
Jenis Pencahayaan Penyelesaian Karakteristik
Pencahayaan Alami Bukaan dinding (jendela) • Daya jangkau sinar kurang
merata dan terbatas
• Perawatan mudah
• Tidak memerlukan energi
Bukaan plafond • Perancangan dan
perawatan agak sulit
• Daya jangkau sinar merata
• Tidak membutuhkan
energi
Pencahayaan Buatan Lampu pijar • Lebih murah dan mudah
perawatannya
• Lebih boros energi
Lamu TL (Fluorscent) • Lebih mahal
• Lebih hemat energi
Lampu Halogen • Daya tahan tinggi
• Cukup hemat energi
• Panas
• Cocok untuk ruang luar
Radiasi matahari pada daerah tropis 1000 Watt/m², energi matahari dapat
diserap sebesar 6% sampai 30%. Apabila daya serap solar cell 12%, output daya
listrik yang dihasilkan 120 Watt. Energi ini selanjutnya akan disimpan pada
batterai accu, sama seperti prinsip rechargeable battery. Energi ini selanjutnya
akan diubah menjadi energi listrik pada malam hari.
• Analisa penggunaan solar cell :
• Kebutuhan penerangan luar 3000 m² = 10 w/m² x 3000 m²
= 30000 Watt
• Waktu penerangan malam dari jam 6 sampai jam 6 pagi = 12 jam sama
dengan waktu penyimpanan energi surya pada siang hari ( jam 6 pagi
sampai 6 sore).
• Daya serap 20% dari radiasi matahari rata-rata 500 W/m²
= 20% x 500 W/m²
= 100 Watt
• Tegangan baterai per m² 60 V. Berarti per m² = 60 V x 100 W
94
= 6000 Watt
• Perkiraan luas bidang solar cell = 30000 / 6000 Watt = 5 m²
Dalam perencanaan dan perancangan gedung olahraga dan wisma atlet ini,
penghawaan alami sangat dimaksimalkan dengan cara memberikan banyak
bukaan-bukaan (ventilasi) dan atap berventilasi, namun untuk beberapa ruangan
tetap menggunakan penghawaan buatan yaitu AC Split.
95
4.5.3 Analisa Kebutuhan Air
a. Analisa Kebutuhan air bersih
Total luas bangunan : 9082 m2
Kebutuhan air : 1m3 /hari/ 100 m2 (Utilitas Bangunan :
Hartono Purbo)
Kebutuhan air bersih : 90,82 m3 / hari
Sistem distribusi air bersih dengan reservoir di atas gedung
dilakukan dengan pertimbangan jaminan kelancaran distribusi air
bersih khususnya pada saat aliran listrik padam.
b. Analisa Air kotor dan limbah
Air kotor dan limbah dibagi menjadi 4 jenis yaitu :
- Air kotor yang mengandung lemak
Berasal dari pantry dan dapur, terutama di area cafe.
- Air kotor tanpa lemak.
Berasal dari area wastafel dan ruang wudhu pada musholla,dll
- Air limbah padat
- Air hujan
Untuk sistem distribusi air kotor dibagi menjadi dua jenis, yaitu
sistem distribusi tunggal dan sistem terpisah :
• Sistem distribusi tunggal
Seluruh limbah cair dan padat yang didistribusikan lewat
pipa dan langsung menuju bak kontrol ke seprictank
• Sistem distribusi terpisah
Terdapat pemisahan distribusi limbah cair dan padat, dimana
limbah cair akan melewati sebuah catch basin terlebih dahulu
kemudian menuju bak kontrol. Sehingga, limbah padat akan
langsung menuju bak kontrol dan disalurkan ke septiktank.
Respon :
Sistem distribusi air kotor dan limbah pada bangunan ini akan
menggunakan distribusi terpisah, dimana terdapat pembagian distribusi limbah
cair dan padat, sedangkan distribusi air hujan akan dialirkan dari atap melalui
sistem vertikal talang air hujan, yang kemudian diarahkan menuju sungai.
96
4.5.4 Analisa Proteksi Kebakaran
Terdapat beberapa elemen dalam sistem proteksi kebakaran, antara
lain.
- Detektor
Sistem detektor untuk proteksi kebakaran terdiri atas dua jenis, yaitu
smoke detector dan fire detector. Detektor dipasang disetiap plafond
ruangan dan dihubungkan dengan pusat kontrol yang berhubungan dengan
sistem sensorik elektrik.
- Fire Hydrant
Fire Hydrant terdiri dari Indoor Fire Hydrant Box (IHB) dan Outdoor Fire
Hydrant Box (OHB). Kedua elemen ini akan digunakan dalam bangunan.
- Sprinkler
Terdapat dua jenis sistem sprinkler, yaitu Dry Riser System, yaitu seluruh
instalasi pipa sprinkler tidak berisikan air bertekanan, dan peralatan
penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis ketika instalasi detektor
mendeteksi bahaya kebakaran. Sedangkan, Wet riser System telah berisi
air bertekanan sehingga tidak terdapat proses pengaliran lebih dahulu.
Springkler Hydrant
97
4.6 Analisa Sistem Struktur
Definisi struktur berdasarkan konteks hubungannya dengan bangunan
adalah sebagai sarana untuk menyalurkan beban dan akibat penggunaannya dan
atau kehadiran bangunan ke dalam tanah. (Sumber: Scodek,1998)
Beberapa persyaratan struktur bangunan antara lain adalah sebagai berikut :
• Kekuatan (strength)
• Kekakuan (stiffness)
• Kenyamanan (comfortability) dan Keindahan (Aesthetic)
• Keawetan (durability)
• Adanya Sistem Operasional dan Perawatan (OM support system)
98
Pondasi batu bata dapat digunakan
Pondasi batu bata untuk menopang bangunan yang
dengan dinding yang tidak sejajar
dengan kolom dan umumnya
digunakan pada bangunan tingkat
rendah.
Kelebihan:
Pondasi borepile a. Tidak menimbulkan kebisingan dan
getaran ketika pengerjaan
cocok untuk daerah yang padat
b. Diameter pondasi yang besar
sehingga tidak memerlukan
sambungan
Kekurangan:
a. Pemeriksaan utilitas tiang hanya
dapat dilakukan secara tidak langsung
karena terletak jauh dibawah tanah.
99
b. Biaya yang relatif lebih besar
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pondasi yaitu
: • Kondisi tanah yang akan dipasangi pondasi.(daya dukung)
• Batasan-batasan akibat konstruksi di atas pondasi (superstructure).
• Faktor lingkungan.
• waktu pekerjaan pondasi
• Biaya pengerjaan pondasi
• Ketersediaan material pembuatan pondasi di daerah tersebut.
100
Sistem balok grid dengan bentangan tertentu yang cenderung lebih
sempit. Sistem ini memiliki estetika tertentu dan umumnya
diekspos.
Truss ada dua macam, yaitu plane truss dan space truss
1. Plane Truss (rangka bidang)
Adalah truss yang elemen dan joint berada dalam suatu bidang 2 dimensi,
terdapat 2 bentuk dasar dari plane truss, yaitu :
• pitched truss atau common truss, dapat dibedakan dari bentuk
segitiganya. tipe ini sering digunakan untuk konstruksi atap. beberapa
tipe truss ini dinamai sesuai dengan web configuration nya. ukuran
101
elemen dan web configuration ditentukan berdasarkan bentang, beban
dan spasi.
• parallel chord truss atau flat truss, biasanya digunakan untuk
konstruksi lantai.
• kombinasi dari dua bentuk tersebut adalah truncated truss,
digunakan pada konstruksi hip roof.
Tipe-tipe plane truss
• Pratt truss
Dipatenkan pada tahun 1844 oleh Caleb Pratt dan putranya Thomas
Willis Pratt, didesain menggunakan balok vertikal untuk memikul
tekan dan balok horizontal untuk memikul tarik. Bentuk ini masih
dipertahankan sejak masih digunakan material kayu hingga kini
baja.
102
Gambar 4.24 Contoh Town’s lattice truss
Sumber : http://tukangbata.blogspot.com/2014/09/rangka-batang-atau-truss.html
103
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
5.2.1 Pemintakan
Area Tapak dibagi menjadi beberapa area yaitu :
a. Area Gedung Olahraga, yaitu fasilitas gedung olahraga dengan ruang
terbuka hijau. Area ini dapat dicapai oleh seluruh pengguna dan
pengunjung umum, penempatan area ini pada bagian lahan paling
memungkinkan untuk peletakan gedung olahraga yang membutuhkan
luasan lahan yang cukup besar.
b. Area Wisma Atlet, yaitu fasilitas tempat tinggal atlit untuk pelatihan
ataupun pertandingan.
c. Area transisi, area ini menjadi penghubung antara gedung olahraga dan
wisma atlet. Sehingga kedua bangunan dapat saling terkoneksi.
104
5.2.2 Konsep Sirkulasi dan Pencapaian
Berdasarkan hasil analisis, hanya terdapat satu jalan menuju tapak
yang terletak di kawasan sport center ini. Kawasan sport center ini dapat
mudah dicapai karena terletak tepat di Jl. Lintas sumatera daerah sungai
ulak. Tapak yang berada didalam kawasan sport center berbatasan
langsung dengan gedung serbaguna dan kantor pengelola kawasan sport
center serta perkebunan milik masyarakat.
105
5.2.2.1 Sirkulasi pada Tapak
106
5.2.3 Konsep Tata Masa
Menentukan bentuk bangunan dipertimbangkan analisa bentuk
tapak, lingkungan sekitas dan fungsi bangunan. Berdasarkan analisa
bentuk dasar, yang dibahas pada bab sebelumnya, bentuk dasar persegi
dan lingkaran dipilih sebagai bentuk utama karena menyesuaikan dengan
pola tribun dan susunan lapangan didalamnya serta efisien dalam
pemanfaatan ruang penunjang lainnya.
1. Tata Letak
Pengelompokan bangunan pada tapak ditempatkan berdasarkan sifat dan
jenis kegiatan. Penempatan Massa bangunan pada tapak merupakan respon
dari analisis pada tapak tersebut.
a. Penempatan Entrance
Penempatan Entrance ditentukan dengan mempertimbangkan kondisi
sekitar tapak, kemudahan pencapaian, informatif bagi pengguna, dan
berdasarkan peraturan yang ada.
107
memperhatikan beberapa ketentuan diatas, maka dapat dibuat penempatan
entrance seperti gambar 5.4. diatas.
b. Orientasi Bangunan
Penempatan orientasi bangunan diletakka berdasarkan analisis arah
pandang, analisis sensori, dan grid yang terbentuk pada tapak.
1) Berdasarkan arah matahari dan angin
Dari hasil analisis dengan posisi tapak seperti pada gambar diatas, maka
posisi bangunan tetap bisa disesuaikan dengan masterplan yang ada, namun untuk
beberapa sisi yang terkena cahaya matahari berlebih akan diberi sun shading
ataupun penataan vegetasi untuk mengurangi cahaya tersebut.
108
Gambar 5.7 Grid jalan Gambar 5.8 Grid arah pandang
Sumber : Analisa Pribadi, 2018 Sumber :Analisa Pribadi, 2018
3. Parkir
109
Area parkir ditempatkan diluar bangunan (tidak menggunakan basement),
area parkir terbagi menjadi area untuk gedung olahraga dan wisma atlet. Pada
gedung olahraga parkir terbagi-bagi menjadi parkir pengunjung (mobil dan
motor), parkir pengelola,vip dan media, parkir bus dan parkir servis. Setiap parkir
memiliki akses pintu masuk masing-masing, parkir pengunjung yang berada di
depan bangunan memiliki akses masuk melalui depan bangunan, parkir
pengelola,vip dan media memiliki akses masuk melalui samping bangunan, parkir
bus memiliki akses masuk melalui belakang bangunan, dan parkir servis memiliki
akses langsung menuju ke ruang makan.
4. Tata Hijau
110
Gambar 5.12 Tata Hijau
Sumber : Konsep Pribadi, 2018
Vegetasi pada sisi timur ditanami vegetasi peneduh sebagai respon dari
analisa view dan matahari. Vegetasi pada sisi barat dan utara site berupa vegetasi
pengarah dan estetika sebagai respon dari analisa matahari, view, angin, site
entrance dan jalur servis.
1, 2 3
Bentuk dasar dari bangunan ini adalah 2 Gubahan massa ini mempertimbangkan
buah persegi panjang untuk pertandingan penghawaan alami sehingga agar arena
dan latihan. Pada persegi yang lebih pertandingan yang berada di tengah bangunan
kecil posisi sedikit dirotasi untuk mendapat penghawaan alami maka massa
menyesuaikan dengan tapak. Bentuk pengelola dan penunjang disekeliling arena
massa untuk pertandingan diaditif dinaikkan satu level agar udara dapat masuk
sehingga menjadi sedikit melengkung melalui bawah bangunan. Begitu juga dengan arena
agar fokus penonton dapat ketengah latihan yang dinaikan satu level agar mendapatkan
lapangan. penghawaan alami dari bawah bangunan
4 5 6
Atap diadaptasi dari arsitektur daerah Untuk mendapat pencahayaan alami maka atap
setempat yang juga dapat merespon iklim, dibuat naik turun agar cahaya alami dapat masuk
dimana atap dapat menyalurkan air hujan melalui celah-celah perbedaan ketinggian atap,
dengan sangat baik namun cahaya yang masuk tetap dibatasi sesuai
standar.
111
Gambar 5.14 Konsep gubahan massa wisma atlet
Sumber : Konsep Pribadi, 2018
1 2
Pada analisa bentuk dasar, yang dibahas Orientasi bangunan disesuaikan dengan
pada bab sebelumnya, bentuk dasar ini arah angin agar ventilasi silang dapat
memakai bentuk geometri persegi. Bentuk berfungsi dengan maksimal untuk
persegi disubstraksi untuk membagi antara penghawaan alami. Serta bangunan
wisma atlet perempuan dan wisma atlet dinaikan satu level agar udara dapat
laki-laki. masuk dari bawah bangunan.
3 5
Bangunan dibuat sedikit melengkung agar Menggunakan atap pelana untuk mempermudah
udara dapat terpecah sehingga dapat jatuhnya air hujan dan merepresentasikan
masuk kedalam tiap-tiap ruang kamar arsitektur setempat. Pada bagian atap diberi sky
light untuk pencahayaan alami pada koridor
wisma atlet
112
Sumber : Konsep Pribadi, 2018
113
Gambar 5.16 Konsep tata ruang dalam gedung olahraga
Sumber : Konsep Pribadi, 2018
2. Wisma Atlet
Untuk penataan ruang dalam pada bangunan wisma atlet ruang
tidur atlit terletak pada lantai kedua, sedangkan fasilitas yang bersifat
semi-privat, publik dan service terletak dilantai pertama. Ruang
tidur/kamar untuk atlit pria dan wanita letaknya terpisah.
114
alami diterapkan dengan menggunakan bukaan jendela dan
skylight yang digunakan untuk memasukkan cahaya matahari.
Cahaya alami ini tidak dimasukkan ke dalam bangunan secala
langsung namun diberi peredup dan kuantitasnya tidak banyak
karena akan menimbulkan kesilauan. Sistem pencahayaan yng
tidak langsung dimaksudkan untuk memberi kenyamanan
pandangan bagi pemain.
115
(Ethylene Tetrafluroethylene) sebagai penutupnya dipilih karena memiliki
karakter sebagai berikut :
1. Merupakan polimer plastik yang ringan, tahan karat, tahan
perubahan suhu ekstrim dan dapat memfilter radiasi panas.
2. Dengan bantalan udara bersifat thermal insulation
3. Semi transparan
4. Untuk penutup bentang lebar
b. Suhu dan Akustik
Gedung olahraga dengan bentang yang cukup panjang dan
penggunaan penutup atap metal zincalum menimbulkan kebisingan pada
ruang dalam, namun hal ini bisa diantisipasi dengan penggunaan
Polytherene berupa material absorber yang dipasang pada plafon dengan
tebal ½,1 atau 3 inch.
116
Sumber : guide to sports lighting.2018
117
Gambar 5.23 Pondasi Tiang Pancang dan Sumuran
Sumber : ww.archdaily.com
118
Penggunaan material pada dinding menggunakan material dinding bata
dengan plester mempertimbangkan faktor ekonomis dan kemudahan
perawatan pada sebagian muka bangunan dan kaca absorbing glass untuk
memfilter cahaya.
2. Material lantai
Penggunaan material pada lantai, material lantai lapangan menggunakan
penutup lantai parket
119
Gambar 5.26 Sistem Air Bersih
Sumber : Konsep Pribadi
120
Bagan 5.2. Sistem Air Kotor
Sumber : Konsep Pribadi
121
LAPORAN PERANCANGAN
Disusun Oleh :
SHINTA OKTAVIANA
03061281419070
Dosen Pembimbing :
Anjuma Perkasa Jaya, S.T., M.Sc.
NIP. 197707242003121005
122
HASIL PERANCANGAN
3.1 Rancangan Tapak
123
Gambar 3.2 : Site Plan
Sumber : Konsep Pribadi 2018
Pada site plan dapat terlihat sirkulasi pada tapak, terutama akses
kendaraan, pejalan kaki dll. untuk akses kendaraan masuk kedalam tapak,
terdapat tiga pintu masuk yang dimana untuk bagian depan dimanfaatkan
sebagai pintu masuk utama ke dalam tapak. Untuk akses pejalan kaki, sudah
dibuat berupa pedestrian dengan fasilitas taman, dimana area ini selain
sebagai jalur sirkulasi juga bisa dimanfaatkan sebagai area kumpul dll. Dan
untuk posisi parkir disesuaikan dengan pintu masuk menuju kedalam
bangunan,dimana untuk pengelola,pengunjung vip dan media yang sirkulasi
kedalam bangunan yaitu disamping bangunan,maka parkirnya berada
disamping bangunan, untuk pengunjung umum yang memiliki akses melalui
depan bangunan maka parkirnya terdapat didepan bangunan.
124
Gambar 3.3 : Denah lantai 1,2, tribun Gedung Olaharaga
Sumber : Konsep Pribadi 2018
125
3.2.2 Denah Wisma Atlet
126
Gambar 3.5 : Tampak Gedung Olahraga
Sumber : Konsep Pribadi 2018
127
Gambar 3.7 : Tampak dan Potongan Wisma Atlet
Sumber : Konsep Pribadi 2018
128
Gambar 3.8 : Tampak dan Potongan kawasan
Sumber : Konsep Pribadi 2018
129
Gambar 3.9. : Perspektif Exterior
Sumber : Konsep Pribadi 2018
130
DAFTAR PUSTAKA
131