Anda di halaman 1dari 131

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani yang dilakukan dengan
maksud untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh. Kegiatan
ini dalam perkembangannya dapat dilakukan sebagai kegiatan yang menghibur,
menyenangkan, atau juga dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi.
Dengan melakukan olahraga secara rutin maka resiko terkena penyakit jenis
apapun bisa diminimalisir. Begitu juga bahwa olahraga bisa meningkatkan
perfomance lahir dan batin sehingga hidup bisa menjadi lebih seimbang.

Pemerintah juga ikut mendukung terwujudnya manusia Indonesia yang


sehat dengan menempatkan olahraga sebagai salah satu arah kebijakan
pembangunan yang dituangkan dalam Tap MPR No. IV/ MPR/ 2004 (GBHN)
yaitu menumbuhkan budaya olahraga guna meningkatkan kualitas manusia
Indonesia sehingga memiliki tingkat kesehatan dan kebugaran yang cukup. Hal ini
direalisasikan dengan mewadahi cabang-cabang olahraga di berbagai tingkatan
masyarakat. Salah satu fasilitas umum masyarakat yang mewadahi aktivitas
olahraga adalah sport centre yang memegang peranan dalam perkembangan
olahraga.

Seiring dengan telah disusunnya Masterplan Pembangunan Pusat Olah


Raga Kabupaten Merangin pada tahun 2016, maka perencanaan dan perancangan
desain bangunan yang ada didalam komplek pusat olahraga sangat dibutuhkan.
Pembangunan fisik bangunan yang diangkat adalah perlunya membangun gedung
olahraga yang terdiri dari komplek hunian atlet serta segala macam fasilitas
olahraga yang mampu memicu peningkatan prestasi atlet itu sendiri.

Dewasa ini prestasi olahraga kab. Merangin hanya meningkat 2 posisi dari
peringkat 7 pada PORPROV XX menjadi peringkat 5 pada PORPROV XXI, dan
pada PORPROV XXII kab.Merangin batal menjadi tuan rumah, kondisi ini
dikarenakan di kab.Merangin tidak terdapat gedung olahraga dan wisma atlit yang
dapat memfasilitasi dan meningkatkan potensi dan kemampuan dari para
olahragawan.

1
Terdapat 120 klub bola voli, 30 klub basket, 40 orang atlet badminton dan
beberapa cabang olahraga lainnya di Kab.Merangin membutuhkan sarana
olahraga indoor dan wisma atlet untuk pelatihan. Gedung olahraga yang dapat
menampung kegiatan olahraga ataupun pelatihan indoor juga salah satu faktor
keberhasilan seorang pemain untuk menjadi berkualitas.

Kualitas ruang dari gedung olahraga dan wisma atlet juga sangat
menunjang akan prestasi club serta kualitas dari pemain didalamnya., apabila
sarana olahraga mampu memberikan fasilitas yang lengkap serta kenyamanan
kepada pemain maka pemain akan lebih berkembang dan memiliki potensi
yang baik untuk menjadi atlet yang berkembang bagi tim . Kondisi kenyamanan
atlet saat bertanding dipengaruhi oleh beberapa faktor berkaitan dengan
penghawaan yang baik dan pencahayaan yang baik sehingga tidak menyilaukan
dan sesuai standar.

Sarana olahraga didukung oleh lingkungan yang sehat dan baik sehingga
pendekatan Arsitektur Bioklimatik yang memperhatikan dan merespon iklim dan
kegiatan manusia di dalam bangunan coba diterapkan ke dalam Gelanggang
Olahraga dan wisma atlet di kab.Merangin ini untuk menciptakan kenyamanan
pengguna serta kesehatan lingkungan. Arsitektur Bioklimatik yang merupakan
bagian dari arsitektur hijau ini juga memiliki aspek keindahan tersendiri yang juga
memiliki fungsi yang menguntungkan bangunan tersebut

Oleh karena itu diperlukan perencanaan dan perancangan sebuah fasilitas


olahraga yang berupa Gedung Olahraga dan Wisma Atlet di kawasan sport center
Kabupaten Merangin dengan pendekatan Arsitektur Bioklimatik sehingga
pembangunan Gelanggang Olahraga dan Wisma Atlet di kab.Merangin dapat
dibangun sesuai dengan yang diinginkan dan bentuk bangunannya akan selaras
dengan lingkungan .

1.2 RUMUSAN MASALAH


Bagaimana merancang desain Gedung Olahraga dan Wisma Atlet yang
memiliki fasilitas sesuai standar type b untuk meningkatkan prestasi atlet dan
mewadahi pertandingan tingkat nasional dan memberikan kenyamanan bagi

2
kondisi fisik atlet dengan memanfaatkan potensi alam setempat secara optimal
melalui pengolahan tata ruang luar dan tata ruang dalam dengan pendekatan
Arsitektur Bioklimatik

1.3 TUJUAN DAN SASARAN

1.3.1 TUJUAN
Tujuan dari penekanan studi pada proyek Gedung Olahraga dan Wisma
Atlet di kab.Merangin adalah :

• Mewujudkan rancangan gedung olahraga dan wisma atlet yang


memiliki fasilitas sesuai dengan standar type b.
• Menghasilkan rancangan gedung olahraga dan wisma atlet yang
memanfaatkan potensi alam setempat secara optimal melalui
pengolahan tata ruang luar dan tata ruang dalam dengan
pendekatan Arsitektur Bioklimatik

1.3.2 SASARAN
Adapun sasaran dari perancanaan Gedung Olahraga dan Wisma Atlet di
Kab. Merangin adalah :
• Pemahaman mengenai jenis bangunan, fasilitas dan ruang-ruang
yang dibutuhkan dalam tiap bangunan pendukung fasilitas olahraga.
• Pengumpulan data wilayah dilihat dari judul dan letak lokasi area
yang akan di bangun dalam hal ini Kab.Merangin.
• Membuat analisa yang dipergunakan dalam perencanaan dan
perancangan Gedung Olahraga dan Wisma Atlet yang memfokuskan
pada nilai – nilai kebugaran dan kesehatan.
• Penentuan bentuk massa yang sesuai untuk fungsi terkait sekaligus
menyatu dengan bangunan dan kawasan yang ada disekitarnya

1.4 RUANG LINGKUP

Adapun ruang lingkup perencanaan dan perancangan “gedung olahraga


dan wisma atlet kab.Merangin” ini adalah sebagai tempat untuk
memfasilitasi berbagai kegiatan cabang olahraga yang nantinya dapat

3
meningkatkan prestasi atlet maupun kegemaran masyarakat terhdap
olahraga.

Adapun ruang lingkup sebagai penekanan studi yang akan diolah dan
dibahas dialam laporan Pra-Tugas Akhir, antara lain :

a. Pengumpulan data yang berhubungan dengan gedung olahraga dan


wisma atlet, serta standar yang telah ditentukan sebagai acuan
perancangan.

b. Mendata jumlah atlet yang akan memakai faasilitas wisma atlet

1.5 METODOLOGI PENDEKATAN

Metodologi pendekatan yang digunakan dalam analisis permasalahan


adalah pola pemikiran deduktif, yaitu mencari refrensi atau kajian pustaka
mengenai teori umum, peraturan standart dan persyaratan yang ada pada
bangunan gedung olahraga dan wisma atlet, data didapat melalui studi pustaka
dan refrensi dari beberapa sumber terkait. Data-data yang terkumpul kemudian
dikompilasi berdasarkan keterkaitan data dengan topik yang dibahas
berdasarkan rumusan masalah dan lingkup pembahasan.
Data-data yang diperlukan untuk penyusunan laporan ini diperoleh melalui
studi, kepustakaan maupun lapangan. Langkah-langkah yang ditempuh dalam
pengumpulan data, dilakukan dengan cara wawancara dengan pihak-pihak yang
terkait dengan topik permasalahan, studi literatur serta pengamatan langsung
terhadap obyek studi banding.

1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika dalam penulisan ini dibagi dalam 5 (lima) bab yang masing-
masing bab mengandung pokok pikiran yang saling berkesinambungan satu sama
lainnya, antara lain:
BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan secara umum latar belakang, rumusan


masalah, tujuan dan sasaran serta ruang lingkup dari proses

4
perencanaan dan perancangan Gedung Olahraga dan Wisma Atlet
di Kabupaten Merangin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menguraikan tentang definisi dan pemahaman perancangan


serta perencanaan, pedoman/ standar-standar / ketentuan-
ketentuan, kajian objek sejenis, tinjauan fungsional, data
lapangan, serta kompilasi data dari perencanaan dan perancangan
Gedung Olahraga dan Wisma Atlet di Kabupaten Merangin.

BAB III METODE PERANCANGAN

Menguraikan tahapan kegiatan perancangan, pengumpulan


data penunjang perancangan, analisa pendekatan perancangan,
serta kerangka berpikir perancangan Gedung Olahraga dan Wisma
Atlet di Kabupaten Merangin

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

Menguraikan tentang proses pengolahan data-data yang


tercantum dalam BAB II dan uraian tentang analisa fungsional,
analisa spasial/ ruang, analisa kontekstual/ tapak, analisa geometri
dan enclosure serta adanya sintesa analisa perencanaan dan
perancangan baik sintesa arsitektural dan sintesa struktural dan
utilitas.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Berisikan jawaban dari rumusan masalah yang diungkap di bab


pendahuluan, menguraikan tentang konsep yang akan dipakai dalam perancangan
dan perencanaan bangunan Gedung Olahraga dan Wisma Atlet di Kabupaten
Merangin yang meliputi konsep tapak, pengelompokan/ penzoningan, sirkulasi,
ruang, bentuk bangunan, struktur bangunan, utilitas bangunan dan juga unsur
penunjang lainnya.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Pemahaman Proyek

2.1.1 Pengertian Gedung Olahraga


Kata Gedung menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai
pengertian rumah besar berdinding batu, bangunan untuk suatu maksud
seperti kantor, bioskop dan sebagainya. Jadi dapat disimpulkan “Gedung”
mengandung pengertian suatu bangunan yang besar dan dipergunakan
untuk suatu aktivitas utama tertentu.
Kata Olahraga merupakan gabungan dari 2 (dua) kata, yaitu kata
Olah dan kata Raga, yang mempunyai suatu pengertian utuh. Dalam
bahasa Jawa, kata Olah mempunyai pengertian laku, perbuatan, perilaku,
tingkah, canda, akal/perbuatan untuk mengelabui mata dan sebagainya,
sedangkan kata Raga mempunyai pengertian badan, tubuh, penampilan
bentuk nyata. Menurut W.J.S. Poerwadarminta dalam kamus Umum
Bahasa Indonesia (1982) “Olahraga adalah latihan gerak badan untuk
menguatkan dan menyehatkan badan”.
Menurut Collins “Olahraga adalah merupakan suatu kesenangan
atau hiburan yang menyenangkan, berupa segala permainan, pertandingan
atau perlombaan dan yang penting adalah menyangkut kesehatan,
ketangguhan dan keahlian seseorang” (Collins, 1966: 470).
Jadi dapat disimpulkan “Olahraga” mengandung pengertian
tindakan, perbuatan, kegiatan badan berupa gerakan atau menggerakkan
badan, yang dilakukan seseorang dengan perasaan senang serta
mempunyai tujuan tertentu.
Dalam perkembangannya, olahraga dapat dilakukan oleh beberapa
orang secara bersama-sama, dengan atau tanpa alat-alat bantu dan dapat
dilakukan didalam atau diluar ruangan.
Gedung Olahraga dapat disimpulkan mempunyai satu pengertian
utuh dan jelas, yaitu bangunan besar yang berdinding dan didalamnya
terdapat aktivitas utama berupa olahraga.

6
2.1.2 Pengertian Wisma Atlit
Menurut Kamus Besar Bahasa Indoonesia (2001) kata wisma
mempunyai pengertian ( untuk beberapa nama) rumah. Bila kata wisma
ditambah dengan kata lain, maka akan mempunyai suatu pengertian yang
lebih khusus, seperti Wisma KONI dan sebagainya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), kata atlit
mempunyai pengertian orang yang sungguh-sungguh gemar berolahraga
terutama mengenai kekuatan badan, ketangkasan dan kecepatan seperti
pelari, pelempar cakram dan sebagainya.
Wisma atlit dapat disimpulkan mempunyai pengertian rumah bagi
olahragawan, rumah tempat tinggal khusus bagi olahragawan secara
bersama dari berbagai cabang olahraga.

2.2 Tujuan dan Fungsi

2.2.1 Tujuan dan Fungsi Gedung Olahraga


Tujuan olahraga adalah mengembangkan aspek biologis manusia,
yang didasarkan pada kegiatan fisik, berupa penyegaran tubuh dalam
bentuk olahraga. Pendidikan, ketrampilan dan pengetahuan serta teknik
merupakan bagian dari olahraga, yang berguna untuk membentuk
pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Atas dasar tujuan olahraga ini, maka pembentukan gedung
olahraga termaksud bertujuan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan bidang
keolahragaan, seperti :
- Mengembangkan dn meningkatkan kegiatan olahraga,
- Menimbulkan semangat untuk berlatih lebih tekun dan berupaya untuk
makin meningkatkan kemampuan dalam usaha mencapai prestasi yang
lebih baik,
- Membangkitkan minat dan kecintaan masyarakat terhadap olahraga
- Mengimbangi kemajuan yang dicapai daerah lain
- Menampilkan kemampuan untuk menyelenggarakan kegiatan olahraga
tingkat kabupaten atau provinsi

7
Berdasarkan pada pengalaman dan mempelajari bidang
keolahragaan dari berbagai aspek, maka didapatkan fungsi olahraga,
berupa :
- Fungsi utama olahraga adalah untuk kesehatan tubuh & untuk
membentuk fisik dengan melatih otot-otot secara teratur dan terarah
- Fungsi sekunder olahraga adalah sebagai sarana penelitian masalah
kesehatan, teknik olahraga, rehabilitasi fisik, daya tarik wisata, prestise
dan profesi.
Dari fungsi olahraga diatas, maka fungsi gedung olahraga
cenderung difokuskan pada fungsi utama olahraga, yaitu :
- Sebagai tempat untuk latihan dan pertandingan tingkat lokal, regional
dan nasional, serta memungkinkan menunjang kebutuhan wadah
pertandingan tingkat internasional
- Tempat pemusatan latihan atlit olahraga
- Tempat masyarakat berolahraga dengan memakai fasilitas yang ada
- Tempat menonton pertandingan olahraga

2.2.2 Tujuan dan Fungsi Wisma Atlit


Tujuan diadakannya wisma atlit didasarkan pada beberapa pemikiran,
seperti :
- Memudahkan kontrol pembina terhadap kedisiplinan dan kesehatan
atlit
- Memudahkan komunikasi dan mengakrabkan pembina dan atlit
- Memudahkan pengaturan semua hal yang berkaitan dengan kebutuhan
atlit serta program dari pemusatan latihan
- Menghindarkan atlit dari pengaruh luar yang dapat menimbulkan
gangguan konsentrasi atlit dalam berlatih

Fungsi dari wisma atlit termaksud adalah :

- Sebagai tempat tinggal sementara bagi para atlit olahraga selama


dalam pemusatan latihan
- Mengurangi biaya pemusatan latihan karena sudah tersedianya sarana
tempat tinggal

8
- Menyediakan pelayanan khusus bagi atlit olahraga
- Menunjang pengadaan akomodasi pada event-event olahraga

2.3 Dasar-Dasar Perancangan

2.3.1 Gedung Olahraga

2.3.1.1 Pengertian dan Klasifikasi


Menurut Tata Cara Perancangan Bangunan Olahraga (1991) yang
dimaksud dengan :
1. Perencanaan teknik adalah suatu hasil kegiatan yang dilakukan untuk
menghasilkan hasil rencana teknis, mencakup segi arsitektur, struktur
dan utilitas dari suatu banguna gedung;
2. Gedung olahraga adalah suatu bangunan gedung yang digunakan
berbagai kegiatan olahraga yang biasa dilakukan dalam ruangan
tertutup;
3. Gedung olahraga tipe A adalah gedung olahraga yang dalam
penggunaannya melayani wilayah Provinsi/Daerah Tingkat I;
4. Gedung olahraga tipe B adalah gedung olahraga yang dalam
penggunaannya melayani wilayah Kabupaten/Kotamadya;
5. Gedung olahraga tipe C adalah gedung olahraga yang dalam
penggunaannya melayani wilayah Kecamatan;
6. Arena adalah bagian dari bangunan yang digunakan untuk
menyenggarakan kegiatan olahraga;
7. Ukuran efektif panjang, lebar, tinggi arena adalah ukuran yang
menyatakan batas-batas arena, dimana di dalam ruang dalam batas-
batas ukuran ukuran efektif ini tidak boleh ada bangunan yang tidak
ada kaitannya dengan kegiatan olahraga yang direncanakan;
8. Zona bebas adalah suatu daerah yang merupakan bagian dari arena,
diluar garis batas permainan, di mana tidak boleh ada bangunan
apapaun yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan olahraga yng
dimainkan;

9
9. Kompartemenisasi adalah pengelompokan atau pemisahan tempat
duduk penonton dengan persyaratan jumlah tertentu dalam seksi-seksi
yang dipisahkan dengan suatu pagar pemisah;
Klasifikasi gedung olahraga direncanakan berdasarkan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:

1. Jenis cabang olahraga dan jumlah lapangan olahraga untuk


pertandingan serta latihan seperti pada Tabel 1:
KLASIFIKASI PENGGUNAAN
GEDUNG JUMLAH JUMLAH MINIMAL LAPANGAN KETERANGAN
OLAHRAGA MINIMAL PERTANDINGAN LATIHAN
CABANG NASIONAL/INTER
OLAHRAGA NASIONAL
Tipe A 1.Tenis Lap. 1 Buah 1 Buah Untuk cabang
2.Bola Basket 1 Buah 3 Buah olahraga lain
3.Bola Voli 1 Buah 4 Buah masih
4.Bulutangkis 1 Buah 6-7 Buah dimungkinkan
penggunaannya
sepanjang
ketentuan ukuran
minimalnya masih
dapat dipenuhi
oleh gedung
olahraga
Tipe B 1.Bola Basket 1 Buah -
2.Bola Voli 1 Buah (Nasional) 2 Buah
3.Bulutangkis - 3 Buah
Tipe C 1.Bola Voli - 1 Buah
2.Bulutangkis 1 Buah -

Tabel 2.1: Klasifikasi dan Penggunaan Bangunan Gedung Olahraga


Sumber : Tata Cara Perencanaan teknik Bangunan Gedung Olahraga

2. Ukuran efektif matra ruang gedung olahraga harus memenuhi


ketentuan seperti pada Tabel 2.

KLASIFIKASI UKURAN MINIMAL


PANJANG LEBAR TINGGI LANGI- LANGIT-

10
TERMASUK TERMASUK LANGIT LANGIT
DAERAH BEBAS DAERAH BEBAS PERTANDINGAN DAERAH
BEBAS
Tipe A ± 50 m ± 40 m ± 12,5 m ± 5,5 m
Tipe B ± 32 m ± 22 m ± 12,5 m ± 5,5 m
Tipe C ± 24 m ± 16 m ±9m ± 5,5 m

Tabel 2.2 :Ukuran Minimal Matra Ruang Gedung Olahraga


Sumber : Tata Cara Perencanaan teknik Bangunan Gedung Olahraga

3. Kapasitas penonton gedung olahraga harus memnuhi ketentuan


seperti pada Tabel 3.

KLASIFIKASI GEDUNG OLAHRAGA JUMLAH PENONTON (Jiwa)

Tipe A 3000-5000
Tipe B 1000-3000
Tipe C Maximal 1000

Tabel 2.3 : Kapasitas Penonton Gedung Olahraga


Sumber : Tata Cara Perencanaan teknik Bangunan Gedung Olahraga

2.3.1.2 Fasilitas Penunjang


Sesuai standar Tata Cara Perencanaan teknik Bangunan Gedung
Olahraga. Fasilitas penunjang harus memenuhi ketentuan, sebagai
berikut:
1. Ruang ganti atlit direncanakan untuk tipe A dan B minimal dua
unit dan tipe C minimal 1 unit, dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Lokasi ruang ganti harus dapat langsung menuju lapangan
melalui koridor yang berada dibawah tempat duduk penonton
2) Kelengkapan fasilitas tiap-tiap unit antara lain :
a. Toilet pria harus dilengkapi minimal 2 buah bak cuci
tangan, 4 buah peturasan dan 2 buah kakus
b. Ruang bilas pria dilengkapi minimal 9 buah shower
c. Ruang ganti pakaian pria dilengkapi tempat simpan benda-
benda dan pakaian atlit minimal 20 box dan dilengkapi
bangku panjang minimal 20 tempat duduk

11
d. Toilet wanita harus dilengkapi minimal 4 buah kakus dan 4
buah bak cuci tangan yang dilengkapi cermin
e. Ruang bilas wanita harus dibuat tertutup dengan jumlah
minimal 20 buah
f. Ruang ganti pakaian wanita dilengkapi tempat simpan
benda-benda dan pakaian atlit minimal 20 box dan
dilengkapi bangku panjang minimal 20 tempat duduk
2. Ruang ganti pelatih dan wasit direncanakan untuk tipe A dan B
minimal 1 unit untuk wasit dan 2 unit untuk pelatih dengan
ketentuan, sebagai berikut :
1) Lokasi ruang ganti harus dapat langsung menuju lapangan
melalui koridor yang berada dibawah tempat duduk penonton
2) Kelengkapan fasilitas untuk pria dan wanita, tiap unit minimal :
a. 1 buah bak cuci tangan
b. 1 buah kakus
c. 1 buah ruang bilas tertutup
d. 1 buah ruang simpan yang dilengkapi 2 buah tempat
simpan dan bangku panjang 2 tempat duduk
3. Ruang pijat direncanakan untuk tipe A dan B minimal 12m2 dan
tipe C diperbolehkan tanpa ruang pijat. Kelengkapannya minimal 1
buah tempat tidur, 1 buah cuci tangan dan 1 buah kakus
4. Lokasi ruang P3K harus berada dekat dengan ruang ganti atau
ruang bilas dan direncanakan untuk tipe A,B dan C minimal 1 unit
yang dapat melayani 20.000 penonton dengan luas minimal 15m2 .
Kelengkapannya minimal 1 buah tempat tidur untuk pemeriksaan,
1 buah tempat tidur untuk perawatan dan 1 buah kakus yang
mempunyai luas lantai dapat menampung 2 orang untuk kegiatan
pemeriksaan dopping
5. Ruang pemanasan direncanakan minimal 300m 2 untuk tipe A, tipe
B minimal 81m2 dan maksimal 196 m2, sedangkan tipe C maksimal
81m2

12
6. Ruang latihan beban direncanakan mempunyai luas yang
disesuaikan dengan alat latihan yang digunakan minimal 150 m2
untuk tipe A, 80 m2 untuk tipe B dan tipe C diperbolehkan tanpa
ruang latihan beban
7. Toilet penonton direncakan untuk tipe A, B dan C dengan
perbandingan penonton wanita dan pria adalah 1:4 yang
penempatannya dipisahkan. Fasilitas yang dibutuhkan minimal
dilengkapi dengan :
1) Jumlah kakus jongkok untuk pria dibutuhkan 1 buah kakus
untuk 200 penonton pria dan untuk wanita 1 buah kakus
jongkok untuk 100 penonton wanita
2) Jumlah bak cuci tangan yang dilengkapi cermin, dibutuhkan
minimal 1 buah untuk 200 penonton pria dan 1 buah untuk 100
penonton wanita
3) Jumlah peturasan yang dibutuhkan minimal 1 buah untuk 100
penonton pria
8. Kantor pengelolaan lapangan tipe A dan B direncanakan sebagai
berikut :
1) Dapat menampung minimal 10 orang, maximal 15 orang dan
tipe C minima l 5 orang dengan luas yang dibutuhkan minimal
5 m2 untuk setiap orang.
2) Tipe A dan B harus dilengkapi ruang untuk petugas keamanan,
petugas kebakaran dan polisi yang masing-masing
membutuhkan luas minimal 15 m2. Untuk tipe C
diperbolehkan tanpa ruang tersebut;
9. Gudang direncanakan untuk menyimpan alat kebersihan dan alat
olahraga dengan luas yang disesuaikan dengan alat kebersihan atau
alat olahraga yang digunakan, antara lain:
1) Tipe A, gudang alat olahraga yang dibutuhkan minimal 120 m2
dan 20 m2 untuk gudang alat kebersihan;
2) Tipe B, gudang alat olahraga yang dibutuhkan minimal 50 m2
dan 20 m2 untuk gudang alat kebersihan;

13
2 2
3) Tipe C, gudang alat olahraga yang dibutuhkan 20m dan 9 m
untuk gudang dan alat kebersihan;
10. Ruang panel direncanakan untuk tipe A, B dan C harus diletakan
dengan ruang staf teknik;
11. Ruang mesin direncanakan untuk tipe A, B dan C dengan luas
ruang yang sesuai kapasitas mesin yang dibutuhkan dan lokasi
mesin tidak menimbulkan bunyi bising yang mengganggu ruang
arena dan penonton;
12. Ruang kantin direncanakan untuk tipe A, untuk tipe B dan C
diperbolehkan tanpa ruang kantin;
13. Ruang pos keamanan direncanakan untuk tipe A dan B, untuk tipe
C diperbolehkan tanpa ruang pos keamanan;
14. Tiket box direncanakan untuk untuk tipe A dan B sesuai kapasitas
penonton;
15. Ruang pers direncanakan untuk tipe A, B dan C sebagai berikut:
1) Harus disediakan kabin untuk awak TV dan Film;
2) Tipe A dan B harus disediakan ruang telepon dan telex,
sedangkan untuk tipe C boleh tidak disediakan ruang telepon
dan telex;
3) Toilet khusus untuk pria dan wanita masing-masing minimal 1
unit terdiri dari 1 kakus jongkok dan 1 bak cuci tangan;
16. Ruang VIP direncanakan untuk tipe A dan B yang digunakan untuk
tempat wawancara khusus atau menerima tamu khusus;
17. Tempat parkir direncanakan untuk tipe A dan B, sebagai berikut :
1) Jarak maksimal dari tempat parkir, pool atau tempat
pemberhentian kendaraan umum menuju pintu masuk gedung
olahraga 1500m;
2) 1 ruang parkir mobil dibutuhkan minimal untuk 4 orang
pengunjung pada saat jam sibuk;
18. Toilet penyandang cacat direncanakan untuk tipe A dan B
sedangkan untuk tipe C diperbolehkan tanpa toilet penyandang
cacat. Fasilitas yang dibutuhkan minimal, sebagai berikut :

14
1) 1 unit yang terdiri dari 1 buah kakus, 1 buah peturasan, 1 buah
bak cuci untuk pria dan 1 buah kakus duduk serta 1 buah bak
cuci tangan untuk wanita;
2) Toilet untuk pria harus dipisahkan dari toilet untuk wanita;
3) Toilet harus dilengkapi dengan pegangan untuk melakukan
perpindahan dari kursi roda ke kakus duduk yang diletakan di
depan dan di samping kakus duduk setinggi 80 cm;
19. Jalur sirkulasi untuk penyandang cacat harus memenuhi ketentuan,
sebagai berikut :
1) Tanjakan harus mempunyai kemiringan 8%, panjangnya
maksimal 10m
2) Permukaan lantai selasar tidak boleh licin, harus terbuat dari
bahan-bahan yang keras dan tidak boleh ada genangan air;
3) Pada ujung tanjakan harus disediakan bagian datar minimal 180
cm;
4) Selasar harus cukup lebar untuk kursi roda melakukan putaran
1800.

2.3.1.3 Kompartemenisasi penonton


Kompartemenisasi penonton harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
1) Daerah penonton harus dibagi dalam kompartemen yang masing-
masing menampung penonton minimal 2000 orang atau maximal
3000 orang;
2) Antar dua kompartemen yang bersebelahan harus dipisahkan
dengan pagar permanen transparan minimal setinggi 1,2 m,
maksimal 2,0 m.

2.3.1.4 Sirkulasi Penunjang


Sirkulasi gedung olahraga yang terdiri dari penonton, pemain dan
pengelola masing-masing harus disediakan pintu untuk masuk ke
dalam gedung. Sirkulasi bagi masing-masing kelompok agar diatur
sesuai dengan bagan, seperti Gambar 1.

15
Gambar 2.5. Bagan Sirkulasi Pengunjung
Sumber : Tata Cara Perancanaan Gedung Olahraga(1991)

2.3.1.5 Tata Cahaya


Tingkat penerangan, pencegahan silau serta sumber cahaya lampu
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1) Tingkat penerangan horizontal pada arena 1 m diatas permukaan
lantai untuk ke-3 kelas, sebesar :
(1) Untuk latihan dibutuhkan minimal 200 lux;
(2) Untuk pertandingan dibutuhkan minimal 300 lux
(3) Untuk pengambilan video dokumentasi dibutuhkan minimal
1000 lux

2) Penerangan buatan dan atau penerangan alami tidak boleh


menimbulkan penyilauan bagi para pemain;
3) Pencegahan silau akibat matahari harus sesuai dengan SK SNI T –
05 – 1989 – F, Departemen Pekerjaan Umum, tentang Tata Cara
Penerangan Alami Siang hari untuk rumah dan gedung;

16
4) Sumber cahaya lampu atau bukan harus diletakan dalam satu area
pada langit-langit sedemikian rupa sehingga sudut yang terjadi
antara garis yang menghubungkan sumber cahaya tersebut dengan
titik terjauh dari arena setinggi 1,5 m garis horizontalnya minimal
0
30 , lihat Gambar 2;

Gambar 2.6. Titik Terjauh dari Sumber Cahaya


Sumber : Tata Cara Perancanaan Gedung Olahraga(1991)

5) Apabila gedung olahraga digunakan untuk menyelenggarakan lebih


dari satu kegiatan cabang olahraga, maka untuk masing-masing
kegiatan harus tersedia tata lampu yang sesuai untuk kegiatan yang
dimaksud;
6) Masing-masing tata lampu harus merupakan instalasi yang
terpisah, satu dengan lainnya;
7) Apabila menggunakan tata cahaya buatan, harus disediakan
generator set yang kapasitas dayanya minimum 60% dari daya
terpasang, generator set harus dapat bekerja maksimum 10 detik
pada saat setelah aliran PLN padam.

2.3.1.6 Tata Warna


Koefisien refleksi dan tingkat warna dari langit-langit, dinding dan
lantai arena harus memenuhi ketentuan sebagai berikut, lihat Tabel 4

17
KOMPONEN KOEFISIEN REFLEKSI TINGKAT WARNA
Langit-Langit 0.5 – 0.75 Cerah
Dinding Dalam Arena 0.4 - 0.6 Sedang
Lantai Arena 0.1 – 0.4 Agak gelap

Tabel 2.4 : Tingkat Refleksi dan Warna


Sumber : Tata Cara Perancanaan Gedung Olahraga(1991)

2.3.1.7 Tata Udara


Tata udara dapat menggunakan ventilasi alami atau ventilasi
mekanis, serta harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) Apabila menggunakan ventilasi alami, maka harus memenuhi:
1. Luas bukaan minimum adalah 6 % dari luas lantai efektif;
2. Perletakan ventilasi alami harus diatur mengikuti pergerakan
udara silang;
2) Apabila menggunkan ventilasi buatan, maka harus memenuhi:
1. Volume pergantian udara minimum sebesar 10-15
3
m /jam/orang;
2. Alat ventilasi buatan tidak menimbulkan kebisingan di dalam
arena dan tempat penonton.

2.3.1.8 Tata Suara


Tingkat kebisingan lingkungan maksimal yang diijinkan 25 dB

2.3.1.9 Komponen Bangunan


a. Tribun
Bentuk Tribun terdiri dari 2 tipe, tipe lipat dan tipe tetap. Tipe
tetap bersifat untuk membuat tempat duduk atau fleksibilitas arena, lihat
gambar 2.7 dan 2.8,

18
Gambar 2.7 Tribun Tipe Lipat
Sumber : Tata Cara Perancanaan Gedung Olahraga (1991)

Gambar 2.8. Tribun Tipe Tetap


Sumber : Tata Cara Perancanaan Gedung Olahraga (1991)

1) Pemisahan Tribun harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :


(1) Pemisahan antara tribun dan arena dipergunakan pagar
transparan dengan tinggi minimal 1,00 m dan maksimal
1,20 m ;
(2) Tribun yang berupa balkon dipergunakan pagar dengan
tinggi bagian masif minimal 0,40 m dan tinggi keseluruhan
antara 1,00 – 1,20 m;
(3) Jarak antara pagar dengan tempat duduk terdepan dari
tribun minimal 1,20 m;
Lihat gambar 2.9.

19
Gambar 2.9. Ukuran Pemisahan Arena dan Tribun
Sumber : Tata Cara Perancanaan Gedung Olahraga(1991)

2) Tribun khusus untuk penyandang cacat harus memenuhi


ketentuan sebagai berikut :
(1) Diletakkan di bagian paling depan atau paling belakang dari
tribun penonton;
(2) Lebar tribun untuk kursi roda minimal 1,40 m, ditambah
selasar minimal lebar 0,90 m.
b. Tempat duduk
Ukuran tata letak tempat duduk sebagai berikut:
1) Ukuran tempat duduk penonton direncanakan untuk
tipe A,B dan C antara lain:
(1) VIP, dibutuhkan lebar minimal 0,50 m dan maksimal 0,60
m, dengan ukuran panjang minimal 0,80 m, dan maksimal
0,90 m;
(2) Biasa, dibutuhkan lebar minimal 0,40 m, maksimal 0,50 m,
dengan panjang minimal 0,80 m, maksimal 0,90 m;
Lihat Gambar 2.9.

20
Gambar 2.10. Ukuran Tempat Duduk
Sumber : Tata Cara Perancanaan Gedung Olahraga(1991)

2) Ukuran letak tempat duduk


(1) Tata letak tempat duduk VIP, diantara 2 gang, maksimal 14
kursi, bila satu sisi berupa dinding maka maksimal 7 kursi;
(2) Tata letak tempat duduk Biasa, diantara 2 gang, maksimal
16 kursi, bila satu sisi berupa dinding maka maksimal 8
kursi;
(3) Setiap 8-10 deret tempat duduk terdapat koridor;
(4) Lokasi penempatan gang harus dihindarkan terbentuknya
perempatan;
(5) Kapasitas tempat duduk disesuaikan dengan daya tampung
penonton dalam 1 kompartemenisasi.

Gambar 2.11. Tata Letak tempat duduk


Sumber : Tata Cara Perancanaan Gedung Olahraga(1991)

21
c. Dinding Arena
Dinding arena olahraga dapat berupa dinding pengisi, dan atau
dinding pemikul beban, serta harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
1) Konstruksi dinding harus kuat menahan benturan dari pemain
ataupun bola;
2) Permukaan dinding pada arena harus rata, tidak boleh ada
tonjolan-tonjolan, dan tidak boleh kasar;
3) Bukaan-bukaan pada dinding kecuali pintu, minimal 2 meter
diatas lantai;
4) Sampai pada ketinggian dinding 2,0 m, tidak boleh ada
perubahan bidang, tonjolan atau bukaan yang tetap seperti
pada Gambar 8;
5) Harus dihindari adanya elemen-elemen atau garis-garis yang
tidak vertikal atau tidak horizontal, agar tidak menyesatkan
jarak, lintasan dan kecepatan bola, bagi para atlet.

Gambar 2.12. Dinding Arena


Sumber : Tata Cara Perancanaan Gedung Olahraga(1991)

1. Pintu, penerangan dan ventilasi


Pintu, penerangan dan ventilasi gedung olahraga harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut :

22
1) Lebar bukaan pintu minimal 1,10 m
2) Jumlah lebar pintu dihitung atas dasar: mampu sebagai jalan ke
luar untuk jumlah pengunjung GOR maksimal dalam waktu 3
menit, dengan perhitungan setiap lebar 55 cm untuk 40
orang/menit;
3) Jarak pintu satu dengan lainnya maksimal 25m;
4) Jarak antara pintu dengan setiap tempat duduk maksimal 18 m;
5) Pintu harus membuka keluar, pintu dorong tidak boleh digunakan;
6) Bukaan pintu pada bidang arena tidak boleh mempunyai sisi atau
sudut yang tajam dan harus dipasang rata dengan permukaan
dinding atau lebih kedalam;
7) Letak bukaan, dan ukuran bukaan ventilasi dan atau penerangan
harus diatur tidak menyilaukan pemain.
2. Tangga
Tangga harus memenuhi ketentuan berikut:
1) Jumlah anak tangga minimal 3 buah, maksimal 16 buah; bila
anak tangga diambil lebih besar dari 16, harus diberi bordes
dan anak tangga berikutnya harus berbelok terhadap anak
tangga dibawahnya;
2) Lebar tangga minimal 1,10 m, maksimal 1,80 m; bila lebar
tangga diambil lebih besar dari 1,80 m, harus diberi pagar
pemisah pada tengah bentang;
3) Tinggi tanjakan tangga minimal diambil 15 cm, maksimal 17
cm;
4) Lebar injakan tangga minimal diambil 28 cm, maksimal 30
cm.
3. Lantai
Lantai harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1) Lantai harus stabil, kuat dan kaku, serta tidak mengalami
perubahan bentuk atau lendut, selama dipakai;
2) Lantai harus mampu menerima beban kejut dan beban gravitasi
2;
minimal 400kg/m

23
3) Permukaan lantai harus terbuat dari bahan yang bersifat elastis;
4) Bila lantai menggunakan konstruksi kaku, permukaan lantai
harus ditutup dengan lapisan elastis,
5) Bila lantai menggunakan konstruksi panggung, harus ada
peredaran udara yang baik antara penutup lantai dengan lantai,
6) Permukaan lantai harus rata tanpa ada celah sambungan;
7) Permukaan lantai harus tidak licin;
8) Permukaan lantai harus tidak mudah aus;
9) Permukaan lantai harus dapat memberikan pantulan bola yang
merata.

2.3.2 Wisma Atlet

2.3.2.1 Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) pengertian wisma
(wis,ma) adalah bangunan untuk tempat tinggal, kantor,gerha atau kumpulan
rumah, kompleks perumahan, permukiman. Peruntukan Wisma adalah jenis
peruntukan lokasi tanah atau lahan yang dapat didirikan bangunan untuk
penggunaan rumah atau tempat tinggal. Jenis peruntukan Wisma dapat berupa
jenis peruntukan :
a) WBS (Wisma Besar)
b) WSD (Wisma Sedang)
c) WKC (Wisma Kecil)
d) WTM (Wisma Taman)
e) WFL (Wisma Flat)
f) WSN (Wisma Susun), yang dapat didirikan menjadi Rumah
Susun Murah, atau Apartemen, Condominium dengan
ketinggian 4 lantai atau lebih sesuai batasan yang ditetapkan
dan rencana kota.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) , atlet memiliki
pengertian olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau
pertandingan (Kekuatan, Ketangkasan, dan Kecepatan).

24
2.3.2.2 Tinjauan Terhadap Istirahat Atlet

Menurut Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa, agar diperoleh latihan yang


efektif pada atlet dan juga dalam upaya untuk mempersiapkan diri untuk
menghadapi pertandingan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, salah
satunya adalah atlet harus berada dalam keadaan sepenuhnya relaks,
diperlukan istirahat yang cukup agar tetap sehat dan kuat. Istirahat yang cukup
sama pentingnya dengan komitmen untuk berlatih keras. Tanpa istirahat, maka
kondisi fisik dan mental para atlet dapat terganggu. Istirahat merupakan
keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional dan bebas dari
kegelisahan (ansietas).
Menurut Dr. Edlund (2010) ada beberapa jenis istirahat aktif,
antara lain :
1. Sosialisasi
Ini didefinisikan sebagai menghabiskan waktu bersama teman dan
hubungan dan bahkan mengobrol dengan rekan-rekan. Menurut
penelitian terbaru, sosialisasi membantu manusia terhindar dari kanker,
melawan penyakit menular dan kemudahan depresi serta mengurangi
resiko kematian akibat serangan jantung. Hanya mengobrol dengan
teman-teman telah terbukti mengurangi tingkat hormon stres dan
memberikan manfaat hormonal dan psikologis.
2. Istirahat Mental
Salah satu ide dari pentingnya istirahat mental adalah untuk
mendapatkan kondisi 'khusyuk' pada suatu hal yang sederhana.
Membaca buku dapat dikategorikan sebagai istirahat mental.
3. Istirahat Fisik
Cara terbaik untuk melakukan istirahat fisik ini adalah dengan
tidur.Perilaku istirahat atlet dibagi menjadi 2, yaitu perilaku istirahat
untuk cabang olah raga beregu/kelompok dan cabang olahraga
individu. Berdasarkan sejumlah penelitian Weiberg dan Gould (dalam
buku Dasar-Dasar Psikologi Olahraga, 2000) mengutip beberapa
laporan hasil penelitian tentang atlet sebagai berikut:

25
Atlet yang bermain dalam olahraga beregu cenderung lebih
ekstrovert, dan lebih dependen (menggantungkan diri pada orang lain).
Sedangkan Humara (dalam buku Psikologi Olahraga Prestasi, 2008)
menyatakan bahwa olahraga yang bersifat individual menciptakan
tekanan yang lebih besar dibandingkan dengan cabang olahraga
beregu.
Dari penelitian tersebut diambil kesimpulan bahwa atlet dalam
olahraga beregu dapat beristirahat dalam kamar yang dapat
menampung orang yang lebih banyak dibanding dengan atlet olahraga
individual karena atlet dalam olahraga beregu cenderung
menggantungkan diri pada orang lain dan cenderung ekstrovert. Agar
para atlet dapat beristirahat dengan nyaman, kamar atlet akan
dirancang menjadi 2 tipe, yaitu kamar untuk atlet beregu dan
kamar atlet individual.

2.3.2.3 Karakter Wisma


Dalam penentuan karakternya wisma mempunyai ciri atau
karakter ruang yang hampir sama dengan apartement dan rumah susun
sehingga penjelasan untuk karakter ruang atau program ruang berdasarkan
buku John Macsai: Housing. Pembagian ruang atau karakter ruang dan yang
berkaitan dengan gedung dan keadaan sekitar gedung berdasarkan buku
tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
a. Building Program
1. Pengguna (user) :
a. Umur (age)
b. Gaya hidup (life style)
c. Kependudukan/jumlah (occupation)
2. Kepunyaan/pasar (market) :
a. Sponsor/pendukung (sponsorship)
b. Kepunyaan (ownership)
c. Cara penjualan (rent or sales structures)
d. Keuangan (financing)
3. Jenis Unit Hunian

26
a. Campuran unit (mix)
b. Jalan Masuk (entry)
c. Ukuran unit (unit size)
d. Gudang (storage)
e. Ukuran ruang (room size)
f. Kamar mandi (bathroom)
g. Ruang makan (dining)
h. Dapur (kitchen)
i. Eksterior luar (exterior space)
4. Gedung (building)
a. Tipe
b. Private, Semi-private, Public
c. Orientasi
5. Servis (service)
a. Parkir
b. Tempat cuci
c. Area loading
d. Mail
e. Pencuci kaca
6. Commercial space
7. Keamanan (Security)
a. Kebutuhan (needs) dan control
8. Sponsor
a. Skill pembangun
b. Pengalaman dan Marketing
9. Mechanical
a. Pemanasan (digunakan di daerah dengan 4 musim),
penghawaan, dan fentilasi
b. Plumbing
c. Electrical
10. Lokasi
a. Keadaan tapak (surface)

27
b. Keadaan bawah tapak (subsurface)
c. Iklim (climate)
d. Bahaya (hazard)
e. Traffic
f. Keindahan tapak (visual conditions)
g. Services
11. Zoning
12. Building code
13. Light and air, etc

Jika dilihat pada kebutuhan wisma yang dijelaskan bisa


disimpulkan bahwa kebutuhan akan kegiatan dan kebutuhan akan ruang
pada wisma hampir sama dengan kebutuhan bangunan apartement, dimana
fasilitas (ruang pendukung) seperti lobby, service area, dan office semua
juga dibutuhkan oleh bangunan wisma, namun keadaan wisma tidak sama
seperti apartement yang berkelas, keadaan wisma atlet lebih mengarah
pada bentuk dan suasana hotel berbintang 3 dimana rata-rata kamar wisma
atlet diisi oleh 2-4 atlet sekaligus.

b. Kebutuhan Ruang
a. Ruang Utama
1) Ruang Tinggal/Kamar Tidur Atlet
2) Kamar Mandi
b. Ruang-ruang Penunjang
1) Ruang Makan (Cafetaria)
2) Dapur
3) Ruang Briefing
4) Ruang Fitness
5) Klinik Kesehatan
6) Mushola
7) ATM
8) Money Changer
c. Ruang-ruang Service

28
1) Lahan Parkir
2) Ruang Tunggu Supir
3) Ruang Keamanan
4) Ruang Mekanikal dan Elektrikal
5) Lavatory
6) Janitor
7) Gudang
a. Kriteria Standar Kebutuhan Ruang untuk Gedung/Asrama

VENUE SARANA FASILITAS TOTAL LUAS


UTAMA PENDUKUNG
Asrama Atlet m2 m2 m2
939,94 3.267,72 4.207,66

Tabel 2.5 : Kriteria Standar Kebutuhan Ruang Untuk Asrama Atlet


Sumber : Tata Cara Perencanaan Teknis Gedung Olahraga

2.4 Tinjauan Objek Sejenis

2.4.1 Sport Hall di Schuldorf Bergstrasse


Gedung Olahraga ini didirikan pada tahun 2015 untuk melengkapi
Fasilitas yang ada di Sekolah Schuldorf bergstrasse untuk tujuan
pendidikan. Konsepnya menginterpretasikan tentang kehidupan sekolah
pedesaan dengan dinding bata dan pohon-pohon pinus dan karakter lokasi
untuk menemukan solusi desain

29
Gambar 2.17. Denah Sport Hall
Sumber : www.archdaily.com

Gambar 2.18. Selasar luar bangunan


Sumber: www.archdaily.com

Area Entrance memperlihatkan bukaan yang besar dengan struktur


atap organik. Bangunan ini memiliki basement. Atlet bisa memasuki ruang
ganti dan gym melalui lift ataupun tangga yang mendapatkan pencahayaan
alami dari atas.

Gambar 2.19.Tangga Gambar 2.20 Lapangan olahraga


Sumber : www.archdaily.com sumber: www.archdaily.com

Fungsi penting sebagai lapangan olahraga terletak pada basement


dan dikembangkan dengan konstruksi hemat biaya dan energi. Tempat
umum seperti ruang senam, lobby, dan wc pengunjung terletak di lantai

30
dasar. Overhang atap yang tinggi memberikan perlindungan terhadap
matahari, permukaan fasad dilengkapi dengan tabir surya yang dapat
bergerak.

2.4.2 Asb Sport Centre


Asb Sport center adalah gedung untuk menampung fasilitas
olahraga indoor untuk meningkatkan kesejahteraan fisik orang-orang
Wellington. Dewan kota Wellington mengidentifikasi kebutuhan ruangnya
untuk memenuhi sejumlah olahraga yaitu, bola voli, bola basket, futsal,
handball dan korfball. Gedung ini juga memiliki klinik kesehatan
berperforma tinggi, ruang pertemuan, ruang publik dan gym dilantai atas.

Gambar 2.21 Denah Abs Sport centre


Sumber : www.archdaily.com//Asb+Sport+Centre

Konsep desainnya terinspirasi untuk menyediakan ruang olahraga


indoor yang memiliki performa tinggi terhadap cahaya, udara dan
fungsinya.Bentuk atap maritim melunakkan sebagian besar bangunan
sesuai dengan penempatannya disisi pelabuhan.

Gambar 2.22 Struktur Atap Gambar 2.23 Fasad Asb Sport Center
Sumber : www.archdily.com//Asb+Sport+Centre

31
Strategi desain arsitektur berkelanjutan mendukung kualitas
lingkungan untuk bermain di lapangan, menawarkan penerangan dan rasa
keterbukaan, merangkul pemain dan pengunjung dengan struktur ekspansif
yang mengelilingi, serta dilindungi angin maritim yang agresif.
Dari beberapa contoh gedung olahraga diatas dapat dibandingkan
sebagai berikut :
Item Gedung Olahraga
Sport Hall Abs Sport Center
Bentuk Segiempat Oval
Sarana Olahraga 1 Lapangan Basket 3 Lapangan Basket
3 Lapangan Tenis 3 Lapangan Futsal
6 Lapangan voli

Fasilitas Ruang Senam,Gym Entry,Ruang ganti,Pusat


Penunjanga Administrasi,Gym,Ruang
Pertemuan,klinik

Jml lantai 2 lantai (basement dan lantai 3 lantai (basemant,lantai dasar,lantai


dasar ) 1)

Tabel 2.6 : Perbandingan Fasilitas Gedung Olahraga


Sumber : Kesimpulan Pribadi

2.4.3 Wisma Atlet Jakabaring Palembang


Wisma atlet jakabaring adalah salah satu bangunan faasilitas
olahraga yang berfungsi sebagai hunian atau tempat tinggal para atlet yang
akan berlaga di SEA GAMES 2011, bangunan ini berlokasi di area
komplek Jakabaring yang merupakan suatu daerah atau kompleks olahraga
yang ada di Palembang. Bangunan ini memiliki 4 lantai. Material struktur
pada bangunn ini adalah beton.

Gambar 2.24 Material yang digunakan Gambar 2.25 Keadaan pada malam hari

32
Sumber :http://google.images.com//wisma+atlet+jakabaring
Pada bangunan ini memiliki 269 kamar tidur, area makan, ruang
pertemuan dan ruang santai. Pada bangunan ini lebih terlihat seperti bangunan
rumah susun akan tetapi memiliki kekhususan penghuni, yaitu para atlet.

Gambar 2.26 Salah satu sisi bangunan Gambar 2.27 Interior bangunan
Sumber : http://google.images.com//wisma+atlet+jakabaring

Kurangnya fasilitas dan pengelolaan mengakibatkan banyak yang


menjadikan balkon sebagai tempat untuk menjemur pakaian para atlet.
Pada ruang tengah dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul para atlet ,
pada salah satu bangunan dimanfaatkan sebagai tempat atau ruang makan.
Pada ruang tidur terlihat kurang menarik, hanya terdapat kasur dan
lemari baju. Setiap kamar memiliki kamar mandi didalam. Tangga
menjadi alat untuk mencapai lantai diatasnya.
Kesimpulan :
1. Pada bangunan wisma atlet jakabaring kurang terlihat sebagai tempat
tinggal para atlet, melainkan sebagai rumah susun. Bangunan wisma
atlet harus menggambarkan atlet tersebut, seperti : lincah, aktif,
semangat, kuat, dll
2. Faktor kenyamanan dan ketenangan perlu diperhatikan, dikarenakan
untuk memberi semangat para atlet
3. Sirkulasi atau pencapaian juga harus diperhatikan, untuk menjaga
stamina para atlet
4. Fasilitas pendukung dapat berperan sebagai tempat berkomunikasi dan
menjaga kebugaran para atlet
Kelebihan :-penataan ruang mudah
Kekurangan :-bentuk bangunan monoton

33
-bentuk bangunan menyerupai rumah susun

2.4.4 London Athlete Village

Gambar 2.28 Perkampungan Atlet London


Sumber : http//www.thisislondon.co.uk

Perkampungan atlet London ini didirikan untuk digunakan pada


event Olimpiade 2012. Pada perkampungan atlet ini terdapat fasilitas-
fasilitas serta hunian untuk para atlet sebanyak 2400 unit yang terbagi
dalam 14 bangunan, tiap bangunan memiliki 10 lantai. Luasan kamar
tersebut tidak kurang dari 12m2, 1 kamar diisi oleh 2 orang atlet. Total
tempat tidur pada penginapan atlet tersebut adalah 16.900 buah, 10.500
untuk atlet-atlet, 6.400 untuk team officials.

Gambar 2.29 Kamar Atlet di Perkampungan Atlet London


Sumber : http//www.thisislondon.co.uk

2.4.5 Daegu Athlete Village


Perkampungan atlet Daegu berlokasi di Yulha 2 Housing
Development District, Dong-gu, luas lahan yang dipakai untuk hunian

34
atlet sebesar 49.975m2. Menurut Mr.Young Soo Kim, Direktur Daegu
Athlete Village, kondisi fisik dan mental atlet-atlet adalah kunci dari acara
perlombaan internasional para atlet. Oleh karena itu, perkampungan atlet
harus memiliki ruang yang nyaman.
Hal utama dalam perkampungan atlet ini adalah kenyamanan.
Perkampungan atlet Daegu berlokasi di depan sungai dan tingkat
kepadatan kendaraan pun rendah. Sebagai tambahan, tidak hanya
akomodasi tetapi ada 20 fasilitas penunjang yang disediakan untuk para
atlet, seperti salon, bank, laundry, kantor pos, dll. Penginapan untuk para
atlet akan dibagi menjadi 4 gaya yang berbeda; ada 528 unit di 9 bangunan
dimana tersedia sebanyak 2.032 kamar.

Gambar 2.30 Daegu Athlete Village


Sumber : http://daegu2011.blogspot.com

Diperkirakan sebanyak 3.500 atlet dan 930 staff dapat tinggal


disana. Dalam kamar atlet tersebut tidak hanya tersedia tempat tidur dan
meja, tetapi disediakan juga lampu untuk membaca, coffee pot,
microwaves, meja, dan juga sofa sehingga atlet-atlet dapat beristirahat
dengan nyaman.

Gambar 2.31 Kamar atlet di perkampungan atlet Daegu


Sumber : http://daegu2011.blogspot.com/2011

35
Dari beberapa contoh wisma atlet diatas dapat dibandingkan
sebagai berikut :
Item Wisma Atlet
Jakabaring London Daegu
Bentuk segiempat Segiempat Segiempat
Perabot Tempat tidur,lemari Tempat Tempat tidur, lampu untuk
tidur,lemari,nakas membaca, coffee pot,
microwaves, meja, sofa
Tipe Kamar Adanya perbedaan Adanya perbedaan Adanya perbedaan kamar
kamar pria dan wanita kamar antara pria dan atlet cabang olahraga
wanita individu dan beregu, antar
pria dan wanita
Kapasitas 2-4 orang 2 orang 1-2 orang
Ukuran ± 4m x 6,5m ± 3m x 4m ± 4m x 5m
Kamar
Pintu Swing door 200cm * Ada Ada
85cm
Jendela Ada (2buah) 200cm * Ada 240cm * 70cm Ada 70cm*120cm
50cm

Tabel 2.7 : Perbandingan Fasilitas Wisma Atlet


Sumber : Kesimpulan Pribadi

2.5 Tinjauan Fungsional

2.5.1 Program Dasar

PROGRAM FASILITAS YANG DIRENCANAKAN

FASILITAS
FASILITAS FASILITAS WISMA FASILITAS FASILITAS
PENUNJANG
OLAHRAGA ATLET PENGELOLA PELENGKAP

R.Makan Atlit
Ruang Mekanikal dan
Gedung Olahraga Rumah penjaga
Asrama Atlet Kantor Pengelola Elektrikal
Utama kompleks
dll

Tabel 2.8 : Tinjauan Fungsional


Sumber : Analisa Pribadi

36
2.5.2 Pengelompokan Aktivitas

Tabel 7. Pengelompongan Ruang Indoor

Pengelola Pengurus Klub Fasilitas Utama

Ruang General Ruang ketua Club Lapangan Basket


Manager
Ruang Sekretaris Ruang Staff Lapangan Voli
Ruang kepala Staff Ruang Tamu Lapangan Tenis
Ruang Staff Tribun Penunjang Pertandingan

Ruang Rapat Hall Tribun Ruang Ganti


Ruang Tamu Tribun Umum Ruang Pijat
Ruang Arsip Tribun VIP Ruang Sekretariat
Pantry Tribun Difable Ruang Pencatat dan Hasil
Toilet Toilet R.Doping
Service Gym

R.ME R.Sewa
R.Filter dan Pompa Sport Store
R.Cleaning Service

Tabel 2.9 : Pengelompokan Ruang


Sumber : Analisa Pribadi

Untuk Wisma Atlet, berdasarkan jumlah atlet kab.Merangin pada


Pekan Olahraga Provinsi 2015 di Kab. Batanghari diperoleh Estimasi
kebutuhan kamar :
NO CABANG JUMLAH ATLET ASUMSI LOLOS ASUMSI LOLOS
OLAHRAGA SELEKSI 75 % SELEKSI 50 %
1 Sepak Bola 19 15 9
2 Panjat 11 8 6
tebing
3 Bola Voli 8 6 4
4 Basket 5 4 3

37
5 Judo -
6 Bridge 9 7 5
7 Tenis Meja 8 6 4
8 Wushu 7 5 3
9 Tinju 5 4 3
10 Drum Band 20 15 10
11 Balap 12 9 6
Sepeda
12 Dayung 35 26 12
13 Catur 5 3 2
14 Panahan 18 13 9
15 Balap - -
Motor
16 Kempo 56 42 27
17 Gulat - - -
18 Billiar 11 7 5
19 Tarung 30 22 15
Derajat
20 Karate 6 5 3
21 Sepak 25 19 12
Takraw
22 Renang 21 16 11
23 Atletik 10 7 5
24 Taekwondo 10 7 5
25 Angkat 15 11 8
Besi
26 Tenis 17 13 9
Lapangan
27 Silat 8 6 4
28 Bulu 20 15 10
Tangkis

38
134 100 67
Kebutuhan 67 50 35
kamar

Tabel 2.10. : Estimasi Kebutuhan Kamar


Sumber : Analisa Pribadi

Berdasarkan tabel diatas kebutuhan ruang kamar adalah antara 35-


67 kamar. Berdasarkan data jumlah kontingen Merangin pada Pekan
Olahraga Provinsi 2015 di Batanghari terdapat 134 atlet terbagi dalam 12
cabang olahraga. Dengan menggunakan asumsi kamar 2 atlit maka
dibutuhkan kamar sebanyak 67 kamar.

2.6 Data Lapangan

2.6.1 Konteks Lokasi Perencanaan Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah


(RTRW)
Rencana pembangunan Gedung Olahraga dan Wisma Atlet ini
berada dalam komplek Sport Center Kabupaten Merangin yang terletak di
Desa Sungai Ulak Kecamatan Nalo Tantan Kabupaten Merangin.
Kawasan Sport Center ini terletak di jalan Lintas Sumatera yang
menghubungkan Kota Bangko menuju Kota Muara Bungo. Lokasi
pembangunan kawasan Sport Center menuju ibukota Kabupaten Merangin
perlu ditempuh dengan jarak 7 Km atau sekitra 10 menit untuk mencapai
kota Bangko dan sebaliknya.

2.6.2 Geografi Kawasan

Lokasi tanah terletak pada daerah perkebunan rakyat yang


didominasi oleh komoditas karet. Lokasi Kawasan Masterplan Sport
Center cukup strategis yang dapat dicapai melalui akses jalan yang ada.

Kawasan Sport Center Kabupaten Merangin yaitu relatif datar,


dengan kelerangan kawasan antara 0 – 3 %. Kemiringan antara 0 – 3 %
menempati seluruh wilayah Kawasan Sport Center Kabupaten Merangin.

39
2.6.3 Lingkup Kawasan Perencanaan

2.6.3.1 Existing
Lokasi perencanaan Gedung Olahraga dan Wisma Atlet ini berada
dalam lahan yang telah direncanakan untuk Pusat Olah Raga Kabupaten
Merangin. Kawasan Pusat Olah Raga (Sport Center) Kabupaten Merangin
terletak di Desa Sungai Ulak Kecamatan Nalo Tantan. Desa Sungai Ulak
adalah merupakan Ibu Kota Kecamatan Nalo Tantan yang berbatasan
langsung dengan Wilayah Kecamatan Bangko. Secara Geografis Kawasan
Sport Center Kabupaten Merangin ini berada pada 102 18’ 24” Bujur
Timur dan 2 2’ 18” Lintang Selatan. Dari hasil pengukuran dilapangan
diketahui bahwa luas wilayah Kawasan Sport Center Kabupaten Merangin
seluas 97,684 m. status lahan pada lokasi pembangunan Kawasan Sport
Center adalah tanah milik Pemerintah Kabupaten Merangin.
Lokasi perencanaan ini pada sebelah Barat berbatasan dengan
ladang masyarakat, sebelah Timur berbatasan dengan hutan karet
penduduk, sebelah Utara berbatasan dengan permukiman penduduk dan
sebelah Selatan dengan kebun sawit penduduk.

Gambar 2.32 Site Plan Lokasi Perencanaan dilihat dari citra foto Google earth
Sumber :google earth

40
Kondisi topografi lokasi perencanaan memiliki kontur tanah yang
relatif datar, namun pada tengah tapak dialiri oleh aliran sungai kecil yang
mengalir dari sumber mata air yang keluar dari titik terendah tapak.

Gambar 2.33 Gambar situasi existing


Sumber : foto pribadi

Lokasi perencanaan sport center ini dapat diakses melalui dua


pencapaian dari jalan Lintas Sumatera. Saat ini kondisi jalur akses untuk
menuju kedalam lokasi masih berupa tanah dan belum ada perkerasan
jalan yang baik untuk kendaraan.

Gambar 2.34 Gambar akses dari jalan Lintas Sumatera menuju kedalam lokasi
Sumber : Masterplan Sport Center Kabupaten Merangin (2013)

Lokasi Gedung Olahraga dan Wisma Atlet pada pekerjaan


penyusunan Masterplan Pusat Olah Raga Kabupaten Merangin tahun
2013. Telah dilakukan studi kebutuhan bangunan dan ruang yang akan
dibangun pada lahan seluas 9,8 Hektare. Bangunan Gedung Olahraga dan

41
Wisma Atlet terintegrasi dengan bangunan olahraga lainnya seperti
bangunan Stadion, Kolam renang, Bangunan, Gedung Serba guna, Masjid,
dan Bangunan Kantor pengelola.

Gambar 2.35 Gambar rencana Masterplan Pusat Olah Raga Kabupaten Merangin
Sumber : Bappeda Kabupaten Merangin

2.6.3.2 Utilitas
Untuk kebutuhan fasilitas yang ada pada lokasi dapat dijabarkan
sebagai berikut :
• Saat ini akses jalan menuju ke dalam lokasi perencanaan masih berupa
jalan tanah dan belum ada perkerasan yang baik. Status akses jalan
menuju lokasi saat ini masih milik masyarakat setempat.
• Kebutuhan jaringan listrik dapat diperoleh dari PLN.
• Saluran air bersih PDAM dapat diakses pada lokasi.

2.6.3.3 Potensi dan Kelemahan Lokasi


Adapun kekuatan dari lokasi yang dapat dijadikan potensi site
dalam perencanaan ini diantaranya adalah :
• Lokasi perencanaan berada 500 m dari jalan Lintas Sumatera. Tentunya
membuat pencapaian dari jalan utama kedalam lokasi mudah dicapai.
• Kondisi lahan yang relatif datar memudahkan pembangunan struktur
dapat memiliki tanah yang stabil.
• Lokasi perencanaan saat ini masih berada dalam zona arah
pengembangan dari Kota Bangko sehingga kehadiran bangunan sport

42
center dapat memberi nilai percepatan pembangunan pada sekitar lokasi
perencanan.
Kelemahan dari site saat ini yang dapat menjadi perhatian untuk
menganalisa disain yang akan direncanakan yaitu sebagai berikut :
• Titik mata air dan aliran sungai yang mengalir melintasi lokasi perlu
dibuat pengalihan aliran air agar tidak mengganggu area lokasi
perencanaan yang telah dilakukan setelah pematangan lahan.
• Hembusan angin lembah pada lokasi perlu diperhatikan pada saat angin
kencang agar tidak mengganggu kekuatan atap gedung olahraga.
• Perlu adanya penanda pada akses tepi jalan Lintas Sumatera bagi
pengunjung untuk mengatahui arah masuk menuju lokasi.
• Perlu dibuat keluar dan masuk untuk sirkulasi kendaraan yang masuk
kedalam lokasi dan sirkulasi pengalihan untuk menghindari kepadatan
arus pergerakan kendaraan pada saat kegiatan pertandingan.

2.6.3.4 Analisa lahan


Kondisi lokasi Gedung Olahraga dan Wisma Atlet ini merupakan
lahan kosong dan memiliki luas lahan yang kecil dan kemungkinan akan
terjadi kendala terhadap besaran bangunan stadion yang akan direncanakan.
Mengingat akan ada perubahan besaran ruang bangunan lain yang akan
tergeser untuk kebutuhan ruang bangunan stadion.
Sebagian besar lahan di Kawasan Komplek Olahraga yang akan
terbangun merupakan semak belukar dan perkebunan penduduk setempat.
Areal permukiman masih sedikit yaitu terdapat pola permukiman menyebar
satu-satu ditepi jalan lintas yang terdapat pada kawasan perencanaan ini.
Untuk areal dengan kemiringan 0 – 2 % pada kondisi tertentu mempunyai
tingkat kerawanan banjir / genangan, pengembangan wilayah ini dengan input
perbaikan jaringan drainase dapat dilakukan mengingat wilayah perencanaan
dilalui oleh anak sungai di bagian Timur.

43
BAB III

METODE PERANCANGAN

3.1 Pentahapan Kegiatan Perancangan


Tahapan yang digunakan dalam merancang, dijelaskan sebagai berikut :
• Pencarian ide atau gagasan dengan berbagai informasi tentang gedung
olahraga dan wisma atlet
• Pemantapan ide perancangan melalui pencarian informasi dan data-data
arsitektural maupun non-arsitektural dari berbagai sumber (buku literatur
kuliah, buku panduan gedung olahraga dan wisma atlet,berita) sebagai
bahan perbandingan dalam pemecahan masalah. Seperti tema
perancangan, masalah yang ada pada tapak perancangan, fasilitas-fasilitas
yang mendukung obyek perancangan, sirkulasi angin, dll.
• Mengembangkan ide dan gagasan yang dituangkan ke dalam sebuah
tulisan ilmiah.

3.2 Pengumpulan Data Penunjang Perancangan


Pengumpulan Data dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu: data
primer dan data sekunder. Data primer yaitu data langsung yang diperoleh dari
sumbernya, diamati dan dicatat. Sedangkan data sekunder yaitu data yang bukan
diusahakan sendiri pengumpulannya, atau data yang diperoleh dari bahan-bahan
kepustakaan (Marzuki, 2000:56)
Tahap pengumpulan atau pengolahan data merupakan proses memperoleh
data-data yang berkaitan dengan proses perencanaan dan perancangan pusat
olahraga dan wisma atletdi Kab. Merangin. Pada tahap ini, data-data tersebut
diperoleh dari data primer dan data sekunder yang mendukung proses
perancangan obyek.
Data Primer merupakan data yang didapat langsung dari pengamatan fakta
yang ada di lapangan. Sedangkan data sekunder didapat melalui telaah pustaka
dan studi-studi lain yang mendukung.

3.2.1 Data Primer


• Observasi

44
Metode observasi dapat diartikan sebagai pencatatan sistematika
fenomena-fenomena yang diselidiki. Dengan melakukan observasi
akan mendapat informasi-informasi yang berkaitan dengan gedung
olahraga ataupun wisma atlet. Observasi ini dilakukan langsung
terjun ke lapangan dengan melakukan pengamatan dan
memperhatikan kondisi eksisting, supaya dapat memberikan
informasi mengenai keadaan di lapangan, baik lahan maupun
proses kegiatan yang dilakukan oleh para atlet.
• Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk mencari
data yang diperlukan berdasarkan peristiwa peraturan-peraturan
dokumen, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 1998:149).
Teknik dokumentasi dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
- Mendokumentasikan gambaran yang jelas mengenai tapak
yang terpilih untuk kelanjutan proses analisis;
- Mendokumentasikan gambaran yang jelas mengenai kondisi
angin setempat terkait dengan objek perancangan;
- Mendokumentasikan gambaran yang jelasmengenai obyek-
obyek penghalang dan pembelok arah angin (pohon,
banguunan, dsb) disekitar tapak terkait dengan obyek
perancangan.
Sedangkan data-data yang diperlukan melalui metode dokumentasi adalah
sebagai berikut:
- Gambaran eksisting tapak yang sebenarnya
- Kondisi angin setempat
- Gambaran obyek-obyek penghalang dan pembelok arah angin
di sekitar tapak

3.2.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang bukan diusahakan sendiri


pengumpulannya oleh peneliti (Marzuki, 2000:56). Hal ini dapat dilakukan
dengan mempelajari beberapa pustaka atau literatur dari buku-buku ( yang

45
berasal dari instansi ataupun non-instansi),internet, jurnal ataupun hasil
seminar yang berkaitan dengan obyek perancangan.

3.3 Analisa Pendekatan Perancangan


Gedung olahraga dan wisma atlet Sebagai sarana pelatihan dan
pengembangan atlet tentunya harus memberikan kenyamanan bagi si atlet baik
pada saat berlatih di gedung olahraga ataupun beristirahat di wisma atlet,
keduanya harus menciptakan kenyamanan pagi si pengguna . Lokasi perancangan
gedung olahraga dan wisma atlet yang terletak di kawasan Sport Center
Kab.Merangin Jambi ini mengambil pendekatan ruang sebagai program dengan
persepsi fungsional yang berasal dari luar, terfokus dengan ‘lokasi ruang’.
Menurut Markus Zahd, dalam pendekatan ini terdapat 3 prinsip yang
berkaitan dengan pendekatan lokasi ruang, yaitu:
1. Ruang dibentuk dengan tujuan dan pandangan tertentu terhadap lokasi
yang berada di lingkungannya
2. Ruang dapat dibentuk untuk saling menguatkan ciri khas konteksnya
3. Semakin selaras hubungan obyek dengan lingkungan, semakin jelas
citra kesatuannya.
Dengan pendekatan ‘lokasi ruang’ ini menjadikan gedung olahraga dan
wisma atlet yang berlokasi di Kab. Merangin ini diharapkan menjadi bangunan
yang sustainable yang memiliki kesadaran lingkungan dan memanfaatkan sumber
daya alam yang berkelanjutan kualitasnya dan daya dukungnyadalam rangka
untuk tetap dapat menjalankan proses pembangunan yang terus berkelanjutan juga
serta menciptakan arsitektur yang harmonis dengan lingkungan dan penekanan
pada prinsip meminimalkan kerusakan dan memaksimalkan pemanfaatan
lingkungan alami.
Dalam hal ini penulis memilih arsitektur bioklimatik sebagai
pendekatannya yaitu suatu pendekatan yang mengarahkan arsitek untuk
mendapatkan penyelesaian desain dengan memperhatikan hubungan antara bentuk
arsitektur dengan lingkungnnya dalam kaitannya iklim daerah tersebut.
Tema Bioklimatik merupakan salah satu langkah menuju ke arah yang
lebih baik dan sehat, dengan menerapkan perancangan yang baik yang memiliki
Keindahan / Estetika (venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi

46
(Utilitas). Perkembangan Arsitektur Bioklimatik berawal dari tahun 1990-an.
Arsitektur bioklimatik merupakan arsitektur modern yang di pengaruhi oleh iklim.
Dalam merancang sebuah desain bangunan juga harus memikirkan penerapan
desain bangunan yang beradaptasi dengan lingkungan atau iklim setempat.
Penghematan energi dengan melihat kondisi yang ada di sekitar maupun
berdampak baik pada kesehatan. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan
dapat memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang
nyaman tanpa banyak menkonsumsi energi.
• Prinsip Desain Arsitektur Bioklimatik

Penampilan bentuk arsitektur sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan


setempat
- Meminimlakan ketergantungan pada sumber energy yang tidak dapat
diperbaharui
- Penghematan energy dari segi bentuk bangunan, penempatan bangunan
dan pemilihan material.
- Mengikuti pengaruh budaya setempat
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendesain dengan tema bioklimatik
strategii pengendalian iklim.
- Memperhatikan keuntungan matahari
- Meminimalkan perlakuan aliran panas
- Meminimalkan pembesaran bukaan/bidang terhadap matahari
- Memperhatikan ventilasi
- Memperhatikan penguapan pendinginan, sistem atap.

47
3.4 Alur Pikir

LATAR BELAKANG
Aktualita
• Di Jambi khususnya kab. Merangin perkembangan olahraga berjalan lambat dikarenakan
kendala-kendala dalam pembinaan salah satunya adalah ketersediaan dan kualitas sarana
prasarana olahraga yang kurang karena sarana dan prasarana olahraga yang presentatif akan
meningkatkan prestasi atlet
• Kurangnya keberadaan gedung olahraga dan tidak adanya wisma atlet di Kab. Merangin
• Pemda Merangin mulai merencanakan pembangunan kawasan Sport Center termasuk
didalamnya gedung olahraga dan wisma atlet
Urgensi
Dibutuhkan pembangunan gedung olahraga dan wisma atlet untuk membina klub-klub
olahraga dari berbagai cabang olahraga di kab.Merangin sebagai persiapan tuan rumah PORPROV
XXIII 2021.
Originalitas
Merencanakan dan merancang gedung olahraga dan wisma atlet yang sesuai kebutuhan
kapasitas, hemat energi, berkelanjutan dengan pendekatan arsitektur bioklimatik dan memenuhi
kaidah aspek perencanaan dan perancangan arsitektur

PERMASALAHAN
Bagaimana merancang desain Gedung Olahraga dan Wisma Atlet yang memiliki fasilitas sesuai
standar type b untuk meningkatkan prestasi atlet dan mewadahi pertandingan tingkat nasional dan
memberikan kenyamanan bagi kondisi fisik atlet dengan memanfaatkan potensi alam setempat secara
optimal melalui pengolahan tata ruang luar dan tata ruang dalam dengan pendekatan Arsitektur
Bioklimatik

TINJAUAN LOKASI
KONSEP PERENCANAAN DAN
• Tinjauan Umum Lokasi PERANCANGAN GEDUNG
• Kebijakan Tata Ruang Wilayah OLAHRAGA DAN WISMA ATLET
• Perkembangan Obyek di Lokasi DI KAWASAN SPORT CENTER
KAB. MERANGIN,JAMBI
TINJAUAN PUSTAKA
Studi Literatur, Wawancara, Surfing
Internet ANALISA
• Tinjauan Fungsional Gedung Olahraga Analisa terhadap pendekatan aspek-
dan Wisma Atlet aspek perencanaan dan perancangan
• Tinjauan Klasifikasi yang digunakan, meliputi :
• Tinjauan Objek Sejenis • Pendekatan Aspek
• Tinjauan Tapak Fungsional
• Pendekatan Aspek
• Tinjauan Pendekatan
Konstektual
• PendekatanAspek Kinerja
• Pendekatan Aspek Teknis
METODE
TEORI ARSITEKTUR BIOKLIMATIK • Pendekatan Aspek Visual
Menginterasikan elemen iotik tanaman dan lingkungan Arsitek
dengan elemen biotik bangunan. Penanggulangan faktor • Pendekatan Konsep
kenyamanan termal secara pasif meliputi ventilasi Arsitektur Bioklimatik
silang, shading, bukaan Hemat energi. Penerapan desain
beradaptasi dengan lingkungan dan iklim setempat.
48
BAB IV
ANALISA PERANCANGAN

4.1 Analisa Fungsional

4.1.1 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Fasilitas


Dalam Perencanaan dan Perancangan Gedung Olahraga dan
Wisma Atlet di Kawasan Sport Center Kab.Merangin ini memiliki
kegiatan dan kebutuhan yang sesuai dengan bangunan masing-masing
yaitu sebagai berikut :

1. Kegiatan dan kebutuhan didalam Gedung Olahraga


• Kegiatan utama berolahraga
Kegiatan berolahraga dapat berupa pertandingan olahraga, kegiatan
pelatihan olahraga, kegiatan olahraga kebugaran dan kegiatan
olahraga rekreasi.
• Kegiatan pengelola gedung olahraga
• Kegiatan penunjang
2. Kegiatan dan kebutuhan didalam Wisma Atlet
• Kegiatan Utama sebagai tempat tinggal
• Kegiatan pengelola asrama
• Kegiatan penunjang

Berikut adalah analisa kegiatan dan kebutuhan didalam gedung


olahraga dan wisma atlet dibagi menjadi 3 bagian yaitu kegiatan Utama,
Kegiatan Pengelola dan Kegiatan Penunjang :

A. Kegiatan Utama Gedung Olahraga dan Wisma Atlet


a. Kegiatan utama Gedung Olahraga
• Kegiatan utama pada gedung olahraga adalah beraktifitas
berolahraga yaitu
Kegiatan pertandingan olahraga seperti kegiatan
perlombaan olahraga pada pekan olahraga pelajar daerah,
gubernur cup dan lain sebagainya.
Kegiatan pelatihan olahraga seperti pembinaan olahraga
untuk persiapan pertandingan ataupun latihan untuk
menghasilkan atlet-atlet muda.
Kegiatan olahraga kebugaran seperti fitnes dan senam
aerobik
Kegiatan olahraga rekreasi
• Pelaku kegiatan yaitu atlet, wasit, pelatih dan pengunjung gedung
olahraga
• Pola kegiatan utama Gedung Olahraga

49
Bagan 4.1. Pola kegiatan utama gedung olahraga
Sumber : Analisis pribadi, 2018

• Suasana
Suasana kegiatan utama dalam gedung olahraga yang dapat
dirasakan dalam gedung olahraga ini adalah sebagai berikut :
1. Suasana : Sangat ramai, area publik dan menyenangkan
2. Sifat ruang : Publik
3. Komunikasi : Langsung
• Kebutuhan fasilitas
1. Lapangan olahraga pertandingan
2. Lapangan olahraga latihan
3. R.fitness/ gym
4. R.ganti atlet
5. R.ganti wasit
6. R.ganti pelatih
7. R.Pijat
8. R.P3K
9. R.Pemanasan
10. R.Latihan beban
11. R.Pers
12. Hall
13. Tribun Penonton
14. R.Loket

b. Kegiatan utama Wisma Atlet

50
• Kegiatan Wisma Atlet
Kegiatan yang ada di daerah wisma astlet yaitu meliputi kegiatan
atlet untuk beristirahat dan bertempat tinggal sementara dan juga
sebagai tempat untuk berkomunikasi dengan sesama atlet maupun
pengelola wisma
• Pelaku kegiatan yaitu para atlet yang sedang dalam masa pelatihan
intensif atau sedang mengikuti perlombaan
• Pola kegiatan utama wisma atlet

Bagan 4.2. Pola kegiatan utama wisma atlet


Sumber : Analisa pribadi, 2018

• Suasana
Dalam suatu kegiatan yang ada di wisma atlet diperlukan suasana
yang nyaman, aman dan bersahabat dari hal tersesbut ada beberapa
pola dalam suasana yaitu :
1. Suasana : Private dan semi privat
2. Sifat ruang : private (area pribadi)
3. Komunikasi : langsung dan tidak langsung
• Kebutuhan Fasilitas
1. Kamar tidur
2. Ruang laundry dan mandi umum
3. Area Umum (Plaza)
4. Ruang rapat wisma
5. Ruang makan bersama

B. Kegiatan Pengelola Gedung Olahraga dan Wisma Atlet


a. Kegiatan pengelola Gedung Olahraga
• Kegiatan pengelola gedung olahraga

51
Kegiatan pengelola gedung olahraga merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk menjaga kelancaran aktifitas olahraga didalam
gedung, seperti menyiapkan segala kebutuhan didalam gedung .
• Pelaku kegiatan yaitu pengelola gedung olahraga
• Pola kegiatan pengelola gedung olahraga

Bagan 4.3. Pola kegiatan pengelola gedung Olahraga


Sumber : Analisis pribadi, 2018

• Suasana
Suasana didalam kegiatan pengelola adalah sebagai berikut
1. Suasana : Formal, resmi
2. Sifat ruang : resmi, semi publik
3. Komunikasi : langsung
• Kebutuhan fasilitas
1. R.Kerja staff
2. R.Kepala
3. R.Administrasi
4. R.Informasi
5. Gudang alat kebersihan
6. Gudang alat olahraga
7. R.keamanan

b. Kegiatan pengelola Wisma Atlet


• Kegiatan pengelola wisma atlet
Kegiatan yang dilakukan pengelola wisma atlet yaitu memberikan
pelayanan bagi pengguna wisma atlet, memberikan rasa aman dan
nyaman bagi penghuni wisma
• Pelaku kegiatan yaitu pengelola wisma atlet
• Pola kegiatan pengelola wisma atlet

52
Bagan 4.4. Pola kegiatan pengelola wisma atlet
Sumber : Analisa pribadi, 2018

• Suasana
Adapun suasana yang ada pada kegiatan pengelola adalah sebagai
berikut :
1. Suasana :formal,semi formal dan private
2. Sifat ruang :private dan semi private
3. Komunikasi :langsung
• Kebutuhan fasilitas
1. Ruang kamar tidur pengelola wisma atlet
2. Ruang masak dan cuci
3. Ruang penerimaan pengunjung
4. Ruang peralatan
5. Pos keamanan

C. Kegiatan Penunjang Gedung Olahraga dan Wisma Atlet :


a. Kegiatan penunjang Gedung Olahraga
Kegiatan penunjang adalah kebutuhan tambahan bagi para atlet yang
sedang melakukan aktifitas olahraga. Contohnya adalah tempat istirahat.
• Pelaku kegiatan yaitu atlet,official, pengunjung gedung olahraga,
pengelola gedung olahraga
• Pola kegiatan penunjang

53
Bagan 4.5. Pola kegiatan penunjang gedung olahraga
Sumber : Analisa pribadi, 2018

• Suasana
Suasana didalam kegiatan penunjang merupakan kegiatan tambahan
yang diperlukan oleh mahasiswa dan pengunjung gedung.
1. Suasana :Publik,ramai
2. Sifat ruang :Umum,Publik
3. Komunikasi :Langsung
• Kebutuhan fasilitas
1. Food court/ Cafetaria
2. Fasilitas bersantai dan istirahat
3. Retail/Sport-shop
4. Mushollah

b. Kegiatan penunjang Wisma Atlet


• Kegiatan penunjang wisma atlet
Kegiatan penunjang yang ada di wisma atlet sangat diperlukan bagi
penghuni wisma. Contohnya ruang laundry, kantin dan plaza
• Pelaku kegiatan yaitu atlet, pengelola wisma dan pengunjung
wisma
• Pola kegiatan penunjang wisma

54
Bagan 4.6.Pola kegiatan penunjang wisma atlet
Sumber : Analisa pribadi

• Suasana
Suasana kegiatan penunjang diarea wisma atlet merupakan
kebutuhan tersendiri bagi penghuni wisma
1. Suasana : Publik
2. Sifat ruang : Publik, semi privat
3. Komunikasi : Langsung
• Kebutuhan fasilitas
1. Ruang makan umum dan masak
2. Kamar mandi/ wc
3. Ruang cuci, jemur dan setrika
4. Kantin
5. Plaza/ ruang kumpul

4.1.2 Analisa Kebutuhan Ruang


Dari uraian yang telah dilakukan kemudian didapatkan hasil
kebutuhan ruang yang akan di pergunakan pada gedung olahraga dan
wisma atlet di kawasan sport center kab.Merangin. Berikut merupakan
kebutuhan ruang yang telah didapatkan adalah sebagai berikut:

No AREA PELAKU KEGIATAN KEBUTUHAN


KEBUTUHAN RUANG
KEBUTUHAN RUANG UTAMA
1 Kebutuhan Atlet, Berolahraga Lapangan olahraga
Ruang Gedung pelatih, (bertanding/ pertandingan
Olahraga wasit, berlatih), Lapangan olahraga

55
reporter, bersiap, ganti latihan
penonton, pakaian, R.fitness/gym
pengguna beristirahat, R.ganti atlet L/P
gedung meliput R.ganti wasit
pertandingan, R.ganti pelatih
menonton R.pijat
pertandingan
R.P3K
R.Pemanasan
R.latihan beban
R.reporter dan media
R.konferensi pers
R.sound system
R.VIP
Hall
R.loket
Tribun penonton
Kamar mandi/wc
Kebutuhan ruang Atlet dan
Istirahat, Kamar tidur
wisma atlet penggunaberinteraksi
kamar dengan teman
wisma sekamar,
sebagai tempat
bernaung
KEBUTUHAN RUANG PENGELOLA
2 Kebutuhan Anggota Melakukan R.kepala
Ruang Gedung pengelola, pekerjaan
R.kerja staff
Olahraga staff, sebagai
keamanan pengelola R.administrasi
gedung
R.informasi
olahraga,
menerima dan R.tunggu tamu
memberikan
Gudang alat
informasi bagi
kebersihan
pengguna
gedung, Gudang alat olahraga
memperhatikan R.keamanan
keamanan dan
kebersihan R.petugas kebakaran
gedung R.polisi
Kamar mandi/wc
Kebutuhan ruang Atlet, Menjadikan R.kantor pengelola
wisma atlet pengelola, tempat wisma wisma atlet
petugas senyaman dan R.informasi wisma
pengelola seaman atlet
wisma mungkin, R..istirahat

56
memberikan pengelola/ rumah
fasilitas yang pengelola wisma atlet
dibutuhkan Kamar tidur
bagi pengguna pengelola
wisma atlet Kamar mandi/ wc
khusus pengelola
wisma atlet
R.masak khusus
pengelola wisma atlet
R.penerima
pengunjung wisma
atlet
R.perlengkapan
R.pos keamanan
KEBUTUHAN RUANG PENUNJANG
3 Kebutuhan Atlet, Dipergunakan Food court / cafetaria
Ruang Gedung official, sebagai
Olahraga pengelola fasilitas
gedung penunjang dari Ruang musholla
olahraga gedung
dan olahraga dan
pengunjung dapat di Retail/ sport shop
gedung pergunakan
olahraga bagi
pengunjung R.servis gedung
dan pengguna olahraga
gedung agar
lebih nyaman, Toilet penyandang
makan minum, cacat
istirahat, sholat
dll
Kebutuhan ruang Atlet, Melakukan Kantin wisma atlet
wisma atlet pengelola makan dan
wisma atlet minum, Musholla wisma atlet
dan sebagai tempat Tempat berkumpul (
pengunjung berkumpul dan Plaza)
wisma atlet berinteraksi
Ruang makan utama
antara sesama
penghuni Dapur
wisma atlet,
melakukan Kamar mandi/ wc
ibadah dan L/P
pembersihan R.office
wisma atlet boy/karyawan
Ruang laundry
Ruang servis wisma

57
atlet
Ruang pertemuan
wisma atlet

Tabel 4.1 : Kebutuhan ruang gedung olahraga dan wisma atlet


Sumber : Analisa pribadi, 2018

4.2 Analisa Spasial

4.2.1 Analisa Besaran Ruang


Analisa besaran ruang ini menghasilkan ukuran dimensi ruang yang
terukur sesuai dengan standar ukuran tertentu. Dengan menggunakan ketentuan
kelompok ruang yang telah dibuat sebelumnya. Dengan demikian didapatkan
besaran ruang yang dibutuhkan. Berikut adalah besaran ruang yang telah
ditentukan :

Area Kapasi Ju
Nama Standar Sumbe 2 Luasan Total (
kebutuh tas/ Perhitungan (m ) ml
ruang (m2) r (m2 ) m2 )
an org ah

KEBUTUHAN RUANG UTAMA

Lapangan
olahraga 1215 m2 NAD 45 x 27 1215 m2 1 1215 m2
pertandingan

Lapangan
405 m2 NAD 27 x 15 405 m2 1 405 m2
olahraga latihan

R.fitness/ 40 m2 / 12
72 NAD (72:12) x 40 m2 240 m2 1 240 m2
gym org

R.ganti atlet
Ruang
Utama a. R.bilas pria 1 1,26 m2 TPBO 1 x 1,26 m2 1,26 m2 12 15,12 m2
Gedung
Olahraga R.bilas
b. 1 1,26 m2 TPBO 1 x 1,26 m2 1,26 m2 12 15,12 m2
wanita

R.penyimpa
c. 12 2 m2 TPBO 12 x 2 m2 24 m2 2 48 m2
nan pria

R.penyimpa
d. 12 2 m2 TPBO 12 x 2 m2 24 m2 2 48 m2
nan wanita

e. Km/wc pria 4 3 m2 NAD 4 x 3 m2 12 m2 2 24 m2

f. Km/wc 4 3 m2 NAD 4 x 3 m2 12 m2 2 24 m2

58
wanita

R.ganti pelatih

a R. bilas 1 1,26 m2 TPBO 1 x 1,26 m2 1,26 m2 2 2,52 m2

R.penyim
b 4 2 m2 TPBO 4 x 2 m2 8 m2 2 16 m2
panan

c Km/Wc 1 3 m2 NAD 1 x 3 m2 3 m2 2 6 m2

R.ganti wasit

a R. bilas 1 1,26 m2 TPBO 1 x 1,26 m2 1,26 m2 1 1,26 m2

R.penyim
b 4 2 m2 TPBO 4 x 2 m2 8 m2 1 8 m2
panan

c Km/Wc 1 3 m2 NAD 1 x 3 m2 3 m2 1 3 m2

R.pijat

a R.pijat 2 6 m2 TPBO 2 x 6 m2 12 m2 1 12 m2

b Km/Wc 1 3 m2 NAD 1 x 3 m2 3 m2 1 3 m2

R.P3K

R.pemerik
a 2 7 m2 Arenas 2 x 7 m2 14 m2 1 14 m2
saan

R.test
b 1 9 m2 Arenas 1 x 9 m2 9 m2 1 9 m2
dopping

c Km/Wc 1 3 m2 NAD 1 x 3 m2 3 m2 1 3 m2

R.pemanasan 40 m2 / unit Arenas 40 m2 40 m2 3 120 m2

R.Fisioterapi 6 m2 AS 6 m2 6 m2 2 12 m2

R.latihan
80 m2 / unit TPBO 80 m2 80 m2 1 80 m2
beban

R.media

a R.media 10 1,5 m2 TPBO 10 x 1,5 m2 15 m2 1 15 m2

R.konfere
b 50 m2 /unit TPBO 50 m2 50 m2 1 50 m2
nsi pers

c R.tunggu 40 m2 / unit TPBO 40 m2 40 m2 1 40 m2

d Km/Wc 1 3 NAD 1 x 3 m2 3 m2 2 3 m2

59
R. VIP

a Lobby VIP 12 m2 /unit TPBO 12 m2 12 m2 1 12 m2

b R.Tunggu 20 m2 /unit TPBO 20 m2 20 m2 1 20 m2

c Lounge 12 m2 /unit TPBO 12 m2 12 m2 1 12 m2

d Pantry 4 m2 /unit TPBO 4 m2 4 m2 1 4 m2

e R.ibadah 9 m2 /unit TPBO 9 m2 9 m2 1 9 m2

f Km/Wc 1 3 m2 NAD 3 m2 3 m2 2 3 m2

Hall 1500 0,55 m2 TPBO 1500 x 0,55 m2 825 m2 1 825 m2

Loket tiket 8 2 m2 NAD 8 x 2 m2 16 m2 1 16 m2

Tribun biasa 1400 0,5 m2 TPBO 1400 x 0,5 m2 700 m2 700 m2

Tribun VIP 40 0,8 m2 TPBO 40 x 0,8 m2 32 m2 32 m2

Toilet penonton
biasa

Pria 1120

Urinoir 1,26 m2 /unit 1,26 m2 1,26 m2 12 15,12 m2


a
Wc 2 m2 /unit NAD 2 m2 2 m2 8 16 m2

Wastafel 0,96 m2 /unit 0,96 m2 0,96 m2 6 5,76 m2

Wanita 280

b Wc 2 m2 /unit 2 m2 2 m2 6 12 m2
NAD
Wastafel 0,96 m2 /unit 0,96 m2 0,96 m2 6 5,76 m2

Toilet penonton
VIP

Pria 30

a Wc 2 m2 /unit 2 m2 2 m2 3 6 m2
S
Wastafel 0,96 m2 /unit 0,96 m2 0,96 m2 1 0,96 m2

Wanita 10

b Wc 2 m2 /unit 2 m2 2 m2 1 2 m2
S
Wastafel 0,96 m2 /unit 0,96 m2 0,96 m2 2 1,92 m2

Total 4.130,54

60
Ruang Ruang tidur
2 26 m2 /unit NAD 26 m2 26 m2 70 1820 m2
Utama untuk atlet
Wisma
Atlet Total 1820

KEBUTUHAN RUANG PENGELOLA

R.Kepala 1 24 m2 TSS 24 m2 24 m2 1 24 m2

R.kerja staff 6 4 m2 S 6 x 4 m2 19,2 m2 1 19,2 m2

R.administrasi 1 12 m2 S 1 x 12 m2 12 m2 1 12 m2

R.Arsip 1 12 m2 TSS 1 x 12 m2 12 m2 1 12 m2

R.informasi 2 1,5 m2 S 2 x 1,5 m2 3 m2 1 3 m2

R.tunggu 9 m2 S 9 m2 9 m2 1 9 m2

R.control

R.sound
a 6 m2 / unit TPBO 6 m2 6 m2 1 6 m2
system

R.lighting
b 6 m2 / unit TPBO 6 m2 6 m2 1 6 m2
system

R.scoringbo
Kebutuhan c 6 m2 / unit TPBO 6 m2 6 m2 1 6 m2
ard
Ruang
Pengelola d R.CCTV 6 m2 / unit TPBO 6 m2 6 m2 1 6 m2
Gedung
Olahraga R.rapat 24 m2 /unit S 24 m2 24 m2 1 24 m2

Gudang alat
20 m2 /unit S 20 m2 20 m2 1 20 m2
kebersihan

Gudang alat
100 m2 /unit S 100 m2 100 m2 1 100 m2
olahraga

R.petugas
keamanan

a R.polisi 15 m2 /unit TPBO 15 m2 15 m2 1 15 m2

R.petugas
b 15 m2 /unit TPBO 15 m2 15 m2 1 15 m2
kebakaran

Kamar
mandi/ wc 2 3 m2 NAD 2x3 m2 6 m2 2 12 m2
pengelola

Total 289,2 m2

61
Ruang kantor
pengelola 5 5 m2 AS 5x5 m2 25 m2 1 25 m2
wisma atlet

Ruang
informasi 2 4 m2 SOS 2x4 m2 8 m2 2 16 m2
wisma

Ruang istirahat 2 10 m2 TSB 2x10 m2 10 m2 1 10 m2

Kamar tidur
2 8 m2 NAD 2x8 m2 16 m2 1 16 m2
pengelola

Kamar mandi/
2 3 m2 NAD 2x3 m2 6 m2 2 12 m2
wc pengelola
Kebutuhan
ruang Ruang masak
pengelola khusus 2 9 m2 NAD 2x9 m2 18 m2 1 18 m2
wisma atlet pengelola

Ruang
penerimaan
2 8 m2 TSB 2x8 m2 16 m2 6 96 m2
pengunjung
wisma atlet

Ruang
perlengkapan 2 8 m2 AS 2x8 m2 16 m2 1 16 m2
pengelola

Ruang pos
keamanan 2 6 m2 S/AS 2x6 m2 12 m2 2 26,4 m2
wisma

Total 235,4

KEBUTUHAN RUANG PENUNJANG

Area Kantin

a R.makan 150 0,6 m2 AS 150 x 0,6 m2 240 m2 1 240 m2

b Dapur 64 m2 AS 64 m2 64 m2 1 64 m2
Kebutuha
c Food court 50 m2 AS 50 m2 50 m2 1 50 m2
n Ruang
Penunjang Musholla 30 1,5 m2 AS 30x1,5 m2 45 m2 1 45 m2
Gedung
Olahraga R.sport shop 9 m2 TPBO 9 m2 9 m2 4 36 m2

R.servis

Ruang Genset,
a 35 m2 NAD 35 m2 35 m2 1 35 m2
mesin pompa,
mesin

62
panel

b R.kontrol 1 4 m2 AS 4 m2 4 m2 1 4 m2

c R.karyawan 10 2,5 m2 AS 2,5 m2 2,5 m2 1 2,5 m2

Toilet
penyandang 6 3 m2 NAD 6x3 m2 +20%=18,6 m2 18,6 m2 4 31,2 m2
cacat

a Toilet pria 9 m2 TPBO 9 m2 9 m2 1 9 m2

Toilet
b. 9 m2 TPBO 9 m2 9 m2 1 9 m2
wanita

Total 525,7

Area Kumpul /
20 1,5 m2 NAD 20x1,5 m2 30 m2 6 180 m2
Lobby

Ruang Makan
70 1,5 m2 AS 70x1,5 m2 105 m2 1 105 m2
Umum/ Utama

Kamar mandi/
1 3 m2 NAD 1x3 m2 3 m2 4 12 m2
wc L/P

Ruang cuci,
4 25 m2 NAD 4x25 m2 10 m2 6 100 m2
jemur, setrika

Ruang servis
wisma

a R.PLN 30 m2 NAD 30 m2 30 m2 1 30 m2
Kebutuhan
Ruang b R.genset 54 m2 NAD 54 m2 54 m2 1 54 m2
Penunjang
Wisma c Garasi 5 Bus 21 m2 AS 5 x 21 m2 105 m2 105 m2
Atlet
Gudang
d 36 m2 AS 36 m2 36 m2 1 36 m2
Umum

Ruang
pertemuan 5 1,5 m2 S/AS 5x1,5 m2 7,5 m2 1 7,5 m2
keluarga

Total 629,5

Total Kebutuhan Ruang Gedung Olahraga 4.883,44

Total Kebutuhan Ruang Wisma Atlet 2684,9

TOTAL 7.568,34

SIRKULASI 20% 1.513,7

63
LUASAN KESELURUHAN BANGUNAN YANG DI PERLUKAN 9082 m2

Tabel 4.2 : Analisa besaran ruang gedung olahraga dan wisma atlet
Sumber : Analisa pribadi, 2018

Keterangan :
NAD : Neufert Architect Data
TSB : Time Saver Standart for building
AS : Asumsi
S : Survey/Studi banding
Arenas : Sport Council, A Planning, Design and Management Guide
TPBO : Dinas Olahraga, Tata cara Perencanaan Bangunan Olahraga

4.2.2 Analisa kebutuhan parkir

Kebutuhan ruang parkir untuk bangunan gedung olahraga dan


wisma atlet diasumsikan memiliki jumlah parkir yang sama. Dikarenakan
parkir ini khusus untuk gedung olahraga dan wisma atlet, namun area
parkir lainnya disekitar bangunan gedung dan wisma atlet masih ada.
Berikut adalah kebutuhan parkir gedung olahraga dan asrama:

a. Mobil
• Pengelola 10% x 50 orang = 5 orang = 5 mobil (1 mobil = 1 orang)
• Mobil untuk kepentingan servis
Asumsi = 2 mobil
• Pelatih dan official 2 team = 2 mobil (1 team = 1 mobil)
• Penonton 20 % x 1400 orang = 280 = 70 mobil (1 mobil 4 orang)
• Pengunjung 20 % x 70 orang = 14 orang = 4 mobil (1 mobil = 4
orang)
• 2 Liputan TV = 2 mobil
• 2 Liputan Radio = 2 mobil
Total = 87 mobil
b. Motor
• Pengelola 90 % x 50 orang = 45 orang =45 motor (1 motor = 1 orang)
• Penonton 80 % x 1400 orang = 1120 orang = 560 motor (1 motor = 2
orang)
• Pengunjung 80 % x 70 orang = 56 orang = 28 motor ( 1 motor = 2
orang)
• Wartawan 2 media cetak = 2 motor (1 motor = 1 orang)
Total = 635 motor
c. Bus

64
• Pemain/ Atlit, pelatih dan official 2 team = 2 bus ( 1 team = 1 bus)
Total = 2 bus

Nama kendaraan Total


Kebutuhan parkir/ Perhitungan
dan kebutuhan
Motor 635 unit 635 x 2 m2 (per unit) 1270 m2

Mobil 87 unit 87 x 12,5 m2 (per unit) 1087 m2

Bus dan truk 2 unit 2 x 30 m2 (per unit) 60 m2

Total Lahan Parkir 2417 m2

Tabel 4.3 : Analisa besaran ruang zona parkir


Sumber : Analisa pribadi, 2018

Jadi total perhitungan keseluruhan kebutuhan luas lahan bangunan untuk


bangunan gedung olahraga, wisma atlet dan parkir adalah sebagai berikut :
Luas Bangunan Gedung Olahraga dan wisma atlet : 9082 m2
Luas Lahan parkir : 2417 m2
Total : 11.499 m2

4.2.3 Hubungan antar ruang


• Hubungan ruang makro
Hubungan antar ruang dibagi berdasarkan makro dan mikro. Hubungan
antara ruang makro akan memperlihatkan hubungan ruang yang satu dengan
ruang yang lain secara garis besar, memperlihatkan hubungan gedung olahraga
dan wisma atlet di kab.Merangin. Berikut merupakan hubungan makro antara
gedung olahraga dan wisma atlet :

Bagan 4.7. Hubungan ruang makro gedung olahraga dan wisma atlet
Sumber : Analisa pribadi, 2018

65
Keterangan :

1. Gedung olahraga dan parkir cukup dekat, karena keberadaan parkir yang
ada ditengah kedua gedung olahraga dan wisma atlet
2. Gedung wisma atlet dan parkir, karena area khusus parkir umum ada
didekat gedung olahraga, namun ada parkir yang disediakan khusus bagi
wisma namun jumlahnya sedikit.
3. Antara gedung olahraga dan wisma hubungannya berdekatan, karena
gedung olahraga dan wisma memiliki fungsi yang berbeda dan tata letak
massa yang beda namun seakan dekat karena terdapat area penghubung
antar keduanya.

• Hubungan ruang mikro


Hubungan ruang mikro merupakan hubungan antara ruang-ruang yang ada
didalam bangunan. Hubungan ruang mikro antara kebutuhan ruang utama,
kebutuhan ruang pengelola dan kebutuhan ruang penunjang, berikut merupakan
hubungan mikro antar ruang kebutuhan :

1. Kebutuhan ruang utama gedung olahraga dan wisma atlet


• Hubungan ruang mikro antara ruang utama gedung olahraga

Bagan 4.8. Hubungan ruang mikro ruang utama gedung olahraga


Sumber : Analisa pribadi, 2018

• Hubungan ruang mikro antara ruang utama wisma atlet

66
Bagan 4.9. Hubungan ruang mikro ruang utama wisma atlet
Sumber : Analisa pribadi, 2018

2. Kebutuhan ruang pengelola gedung olahraga dan wisma atlet


• Hubungan ruang mikro antara ruang pengelola gedung olahraga

Bagan 4.10. Hubungan ruang mikro ruang pengelola gedung olahraga


Sumber : Analisa pribadi, 2018

• Hubungan ruang mikro antara ruang pengelola wisma atlet

Bagan 4.11. Hubungan ruang mikro ruang pengelola wisma atlet


Sumber : Analisa pribadi, 2018

67
3. Kebutuhan ruang penunjang gedung olahraga dan wisma atlet
• Hubungan ruang mikro antara ruang penunjang gedung olahraga

Bagan 4.12. Hubungan ruang mikro penunjang gedung olahraga

Bagan 4.12. Hubungan ruang mikro ruang penunjang gedung olahraga


Sumber : Analisa pribadi, 2018

• Hubungan ruang mikro antara penunjang wisma atlet

Bagan 4.13. Hubungan ruang mikro ruang penunjang wisma atlet


Sumber : Analisa pribadi, 2018

68
4.2.4 Organisasi Ruang
Konsep Organisasi Ruang didasari oleh anallisis pola hubungan
ruang melaui diagram fungsi masing-masing ruang yang ada. Ruang-ruang
yang memerlukan ketenangan, diletakkan berjauhan dengan sumber
kebisingan. Ruang-ruang publik berada pada entrance masuk bangunan
mengarah langsung ke pintu utama bangunan. Konsep organisasi ruang
pada bangunan Gedung Olahraga dan Wisma Atlet Kabupaten Merangin
dapat dilihat pada bagan berikut.

Bagan 4.14. Organisasi Ruang Mikro Gedung Olahraga


Sumber : Analisa pribadi, 2018

Bagan 4.15. Organisasi Ruang Mikro Wisma Atlet


Sumber : Analisa pribadi, 2018

69
4.3 Analisa Tapak

4.3.1 Analisa Lokasi Perencanaan

Gambar 4.1 Peta Indonesia, Peta Provinsi Jambi,Peta Merangin, Peta Lokasi Peracangan
Sumber : Google Maps 2017 dan Masterplan Sport Center Merangin

Lokasi perencanaan gedung olahraga dan wisma atlet ini berada


dalam lahan yang telah direncanakan untuk Pusat Olahraga Kabupaten
Merangin. Kawasan Pusat Olahraga Kabupaten Merangin terletak di Desa

70
Sungai Ulak Kecamatan Nalo Tantan. Desa Sungai Ulak merupakan Ibu
Kota Kecamatan Nalo Tantan yang berbatasan langsung dengan Wilayah
Kecamatan Bangko. Secara Geografis Kawasan Sport Center Kabupaten
Merangin ini berada pada 102 18’ 24” Bujur Timur dan 2 2’ 18” Lintang
Selatan. Dari hasil pengukuran dilapangan diketahui bahwa luas wilayah
Kawasan Sport Center Kabupaten Merangin seluas 97,684 m. Status lahan
pada lokasi pembangunan Kawasan Sport Center adalah tanah milik
Pemerintah Kabupaten Merangin.

Gambar 4.2 Lokasi perancangan gedung olahraga dan wisma atlet dalam kawasan Sport Center
Sumber : Masterplan Sport Center Kab.Merangin

71
4.3.2 Analisa Regulasi dan Tata Wilayah
Analisa Regulasi dan Tata Wilayah mencakup ukuran wilayah
serta peraturan tapak, yaitu GSB, KDB,KLB.

Gambar 4.3 Analisa Regulasi dan Tata Wilayah


Sumber : Analisis Pribadi, 2018

Regulasi tapak berdasarkan RTRW Kabupaten Merangin sebagai berikut :

a. Luas tapak = 21.234 m2 (2.1 Ha)


b. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) = 60 %
KDB x Luas Tapak
60 % x 21.234 = 12.740 m2

Jumlah lantai maksimal = KLB/KDB


1,5 x 21.234 m2 =31.851 m2
31.851 m2 / 12.740 m2
= 2 lantai
c. Garis Sempadan Bangunan
Jln. Sport Center = 6m
d. Garis Sempadan Sungai

72
Sungai tidak bertanggul kedalaman < 3m = 10 m

4.3.3 Analisa Sirkulasi dan Aksesbilitas


Kawasan Sport Center Kabupaten Merangin ini dapat diakses
dengan kendaraan, baik kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat
seperti mobil. Pencapaian menuju tapak dapat diakses melalui jalan utama
kawasan sport centre yang berada didepan tapak dengan luasan 12 m
(sirkulasi 2 arah).

Gambar 4.4 Analisa Sirkulasi dan Aksesbilitas


Sumber : Analisis pribadi, 2018

73
4.3.4 Analisa Klimatologi dan Vegetasi
1. Matahari

Berdasarkan letak geografisnya wilayah Kabupaten Merangin yang


berada di bagian barat daya Provinsi Jambi memiliki variasi perbedaan
temperatur bulanan atau harian yang relatif kecil. Perbedaan antara
temperatur daerah terendah dan tertinggi berkisar antara 0o -1.5o C dengan
temperatur rata-rata 25.8 o C – 26.7 o C.
Pukul 06.00 – 09.00
Panas matahari pagi dengan intensitas rendah pada, pukul 06.00-
07.00 masih cenderung sejuk, masih dalam batas kenyamanan thermal,
baik bagi manusia untuk beraktivitas.

Pukul 10.00 – 11.00


Pada waktu ini, sinar matahari mulai terik dengan intensitas panas
sedang.

Pukul 12.00 – 15.00


Pada waktu ini, sinar matahari siang hari sangat terik dengan
intensitas panas yang tinggi.

Pukul 16.00 – 18.00


Matahari pada pukul 16.00 suhu udara mulai menurun
17.00 – 18.00 (sunset). Suhu udara kembali sejuk

Gambar 4.5 Analisa Orientasi Matahari


Sumber : Analisa Pribadi, 2018

74
Respon :
Pencahayaan matahari akan berpengaruh terhadap orientasi bangunan untuk
memaksimalkan pencahyaan alami, namun pencahayaan matahari yang terlalu
banyak pun akan memberikan dampak kesilauan dan hal tersebut dapat
mengurangi kenyamanan penonton dan konsentrasi pemain.
Di area yang terpapar sinar matahari berlebih dapat dikurangin dengan
penrapan sun shading dan vegetasi dalam mengantisipasi sinar berlebih kedalam
bangunan dan badan bangunan.

Gambar 4.6 Respon Orientasi Matahari


Sumber : Analisa Pribadi, 2018

2. Analisa Sirkulasi Angin


Angin yang berhemubus di site dengan kecepatan mencapai 9
km/jam rata-rata berasal dari arah Barat Laut ke Tenggara (Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kab.Merangin,2018).

Gambar 4.7 Sirkulasi Angin


Sumber : Analisa Pribadi, 2018

75
Respon :
Pada analisa angin, didapatkan suatu kesimpulan bahwa aliran udara yang
diusahakan cukup sehingga tidak memerlukan pendingin buatan berupa AC.
Untuk itu maka dibuatakn bukaan- bukaan berupa jendela maupun ventilasi yang
sesuai dengan arah datangnya angin. Meletakkan unsur air seperti kolam, air
mancur disekitaran site dan bangunan untuk penurunan suhu dan dapat
menciptakan estetika bangunan.
3. Curah Hujan
Pada Kabupaten Merangin, iklim yang terbagi atas dua musim
yaitu musim penghujan yang berkisar antara bulan September sampai
dengan bulan Mei dan musim kemarau antara bulan Juni sampai dengan
Agustur, sedangkan jumlah curah hujan tahunan mencapai 2.413 pada
tahun 2017 dengan 155 hari hujan. Bentuk topografi site yang sedikit
melandai ke arah selatan (sungai ) menjadi potensi site karena air hujan
dapat langsung mengalir ke arah sungai.

Gambar 4.8 Analisa Curah Hujan


Sumber : Analisa Pribadi, 2018

76
Respon :
Merancang bangunan dengan adanya talang air dan sistem drainase yang
baik dan arah aliran air hujan ke tempat yang lebih rendah.

4. Vegetasi
Kondisi eksisting site perancangan memiliki topografi yang relatif
datar dan didominasi lahan hijau. Sekeliling site juga dominan dikelilingi
oleh perkebunan karet milik penduduk. Didalam site sendiri ditumbuhi
oleh semak-semak dan pohon dengan varian tinggi antara 2- 6 meter.

Gambar 4.9 Analisa Vegetasi


Sumber : Analisa Pribadi, 2018

Berdasarkan jenisnya, tanaman dibedakan menjadi :


1. Tanaman pohon tinggi, berbatang kayu, besar, cabang jauh dari tanah,
tinggi >3m.

77
2. Tanaman perdu, berkayu, tumbuh menyemak, percabangan mulai dimuka
tanah, berakar dangkal, 1-3 m.
3. Tanaman semak, batang tidak berkayu, percabangan dekat dengan tanah,
berakar dangkal, 50 cm- 1m
4. Tanaman rumput-rumputan, tinggi beberapa cm, menjaga lkelembapan,
erosi dan struktur tanah.
5. Tanaman merambat, ada yang memerlukan penunjang untuk rambatan.
Respon :
Variasi vegetasi yang sudah ada dalam site dapat diatur lagi
peletakankannya dan fungsinya. Dimana peletakan vegetasi juga menentukan
kenyamanan bagi semua pelaku pada bangunan.

4.3.5 Analisa Orientasi Arah Pandang


Analisa orientasi ini merupakan analisa untuk menentukan apasaja
arah pandang dan kebisingan yang ada di Kawasan Sport Center Kab.
Merangin ini. Dengan menganalisis kita mendapatkan area mana saja yang
menarik dilihat dan mana saja area yang rawan kebisingan.

View Out

View out 1

Pada sisi ini view mengarah ke Sport Hall yang berada tepat
diseberang sungai, dengan pemandangan sungai serta gedung serba guna
yang berada disampingnya perlu diperhatikan dan dimanfaatkan dengan
baik dan berpotensi sebagai bagian ruang terbuka site.

View out 2

Pada view ini langsung berhadapan dengan jalan utama kawasan,


gedung pengelola dan gedung serbaguna yang merupakan pusat dari
sirkulasi didalam kawasan sport center.

View 3 dan 4

Pada view ini pemandangan mengarah ke arah hutan perkebunan


warga, area pepohonan yang tentunya berpotensi untuk memanfaatkan
bukaan kearah ini.

78
Gambar 4.10. Analisa View in dan View Out
Sumber : Analisa Pribadi, 2018

View In

View in 1

View in merupakan view dari arah gedung serbaguna yang akan


dikunjungi pengunjung, view pada sisi ini nantinya, yang berpotensi
sebagai view pendukung dari bangunan.

View in 2

View in dari sisi ini merupakan view dari arah jalan utama,
bangunan pengelola dan gedung pertemuan yang tentunya akan biasa
dilewati oleh kendaraan, dimana area ini menjadi bagian entrance
kebangunan, area ini perlu diperhatikan untuk memberikan kesan gedung
olahraga dan wisma atlet yang ikonik, menarik dan mengundang
pengunjung untuk datang.

View in 3 dan 4

View in dari sisi ini merupakan view dari arah hutan yang sangat
jarang dilalui oleh orang sehingga pada bagian ini tidak diperlukan
ornamen-ornamen yang menonjol pada sisi ini.

Respon :

79
Pada analisa arah pandang, didapatkan suatu kesimpulan bahwa best-view
bangunan harus dapat dilihat dari berbagai arah, sehingga dapat memberikan
kesan menarik bagi orang yang melihatnya.Orientasi massa bangunan juga harus
disesuaikan dengan bentuk tapak yang sudah ada.

Kebisingan

Gambar 4.11 Analisa Kebisingan


Sumber : Analisa Pribadi, 2018

Lokasi site perancangan dilalui satu jalan didepan site, sehingga


pada sisi barat site memiliki intensitas kebisingan yang tinggi karena arus
sirkulasi kendaraan, pada sisi selatan berbatasan dengan sungai dan sport
hall dengan kebisingan sedang dan disisi utara dikelilingi pepohonan
(lahan hijau).

Respon :

Pada analisa kebisingan, didapat kesimpulan bahwa sumber bising


terdapat pada bagian jalan utama menuju tapak yang juga merupakan jalur
sirkulasi satu-satunya. Untuk meredam sumber bising yang ada maka diperbanyak
penghijauan dan meminimalkan bukaan-bukaan pada bagian depan bangunan.

80
4.3.6 Analisa Zonasi Tapak
Berdasarkan Masterplan yang ada bahwa gedung olahraga dan
wisma atlet dikawasan berdekatan dengan gedung serbaguna dan gedung
pengelola. Berikut yang ada di kawasan ini.

Gambar 4.12 Analisa Zonasi Tapak


Sumber : Masterplan Sport Center Kab.Merangin

Zona 1

Zona ini merupakan zona gedung olahraga. Jadi kawasan ini menjadi tempat
berolahraga bagi atlet ataupun masyarakat di Kabupaten Merangin. Zona ini
merupakan zona populer karena area ini menjadi tempat berkompetisi.

Zona 2

Zona ini merupakan zona penunjang bagi gedung olahraga. Zona ini juga berada
dekat dengan wisma atlet. Menurut masterplan pada zona ini terdapat musholla
dan parkir. Sehingga zona ini merupakan zona penghubung antar zona lainnya.

Zona 3

Zona ini merupakan zona wisma atlet perempuan dan laki- laki. Dan zona ini
berdekatan dengan parkir dan gedung olahraga. Wisma atlet perempuan berbeda
dengan zona laki-laki, wisma perempuan dan laki-laki di pisah zona penunjang
bangunan wisma atlet.

81
4.4 Analisa Geoetri dan Enclosure

4.4.1 Analisa Geometri


Analisa Geometri merupakan analisa yang bertujuan untuk
menentukan bentuk-bentuk dalam perancangan arsitektur atau merupakan
analisa gubahan massa/ bentuk bangunan atau tata letak massa jika massa
banyak. Analisa ini menentukan apa saja pendekatan dan proses
transformasi bentuk yang akan digunakan, dari bentuk dasar hingga bentuk
yang telah di ubah sedemikian rupa. Sehingga timbul bentuk yang menjadi
alternatif bagi bangunan yang akan dibangun pada tapak kawasan Sport
Center Kabupaten Merangin.
Adapun beberapa tahapan dalam analisa geometri pada bangunan
gedung olahraga dan wisma atlet ini dapat ditentukan sebagai berikut :
o Bentuk Dasar

Dalam buku Arsitektur, bentuk ruang dan tatanan oleh Francis


D.K. Ching, disebutkan bahwa bentuk dasar bangunan secara umum ada
tiga, yaitu :

Bentuk Keuntungan Kerugian

1. Segitiga • Bentuk stabil dan berkarakter • Kurang efisien


kuat • Fleksibilitas ruang
• Mudah digabungkan menjadi kurang
bentuk-bentuk geometris lain ( • Layout ruang sulit
misalnya segienam,
segidelapan,dsb.)
• Orientasi ruang pada tiap-tiap
sudutnya
• Pengembangan ruang pada
ketiga sisinya
2. Segiempat • Bentuk statis • Orientasi ruang
• Mudah dikembangkan ke cenderung statis
segala arah
• Orientasi ruang pada keempat
sisi pembatasnya
• Layout ruang baik dan mudah
• Ruang memiliki efisiensi yang
tinggi, mudah digabungkan

82
dengan bentuk lain
3. Lingkaran • Bentuk halus dan informil • Sulit dikembangkan
• Orientasi ruang memusat dan • Fleksibilitas ruang
statis rendah
• Indah dilihat dari luar • Sulit digabungkan
dengan bentuk lain
• Layout ruang sulit

Tabel 4.4: Bentuk dasar Bangunan


Sumber : Arsitektur, Bentuk Ruang dan Tatanan (Ching,1991)

Adapun beberapa pertimbangan dlam pemilihan bentuk dasar massa


bangunan dantara lain adalah :
• Efisiensi ruang
• Kesesuaian dengan fungsi utama bangunan
• Keterkaitan bentuk dasar massa dengan penampilan struktur dari bangunan

Ada 3 alternatif dalam pemilihan bentuk dasar massa bangunan, yaitu :

Kriteria Bobot Segiempat Lingkaran Segitiga


nilai poin nilai poin nilai Poin
Efisiensi ruang 3 4 12 2 6 1 3
Kesesuaian dengan 2 4 8 2 4 1 2
fungsi utama
bangunan
Ketertkaitan bentuk 2 2 4 3 6 1 2
dasar massa dengan
penampilan
struktur dari
bangunan

total 24 16 6

Tabel 4.5: Penilaian Bentuk dasar Bangunan


Sumber : Analisa Pribadi (2018)

Keterangan
Bobot : 3 sangat menentukan nilai : 4 sangat baik
2 menentukan 3 baik
1 cukup menentukan 2 cukup
1 kurang

Maka bentuk dasar dari massa bangunan yang direncanakan dalam


bangunan gedung olahraga ini terbagi atas :
1. Fasilitas Olahraga In-door dan Kantor Pengelola

83
Bentuk segi empat ataupun dari pengembangan bentuk dasarnya,
karena bentuk dasar dari lapangan basket, bulu tangkis, bola voli dan
futsal berbentuk persegi panjang. Namun masih dapat dilakukan
penggabungan bentuk dengan bentuk-bentuk dasar yang lain. Untuk
fasilitas olahraga pertandingan yang dimana terdapat tribun penonton ini
terdapat beberapa pola-pola tribun.Bentuk dasar lingkaran dipilih untuk
area arena pertandingan dengan tribun melingkar .
2. Servis area
Bentuk yang direncanakan dari bangunan area servis ini adalah segi
empat namun nantinya terdapat satu bentuk penggabungan dengan bentuk-
bentuk dasar yang ada lainnya.
3. Wisma Atlet
Bentuk segi empat karena pengembangan dari layout kamar-kamar
yang bertentuk persegi. Namun dapat dilakukan penggabungan bentuk
dengan bentuk-bentuk dasar yang ada.

• Hubungan Ruang

Dalam menentukan pola hubungan ruang “ Gedung Olahraga dan Wisma


Atlet Kab.Merangin “, terdapat beberapa dasar pertimbangan yaitu karakter,
fungsi, dan ukuran ruang, serta hubungannya dengan tapak. Menurut Francis D.K
Ching, dalam buku “Arsitektur, Ruang dan Tatanan” jenis-jenis pola hubungan
ruang sebagai berikut :

84
Dalam menentukan pola hubungan ruang, dapat ditinjau kembali dari
analisa spasial perancangan, secara makro, dapat terlihat bahwa dominasi
hubungan antar kelompok ruang membentuk pola terpusat dan linear, dimana
setiap kelompok ruang memiliki sebuah titik pusat yang sama. Sehingga
berdasarkan alternative pola hubungan ruang diatas, hubungan ruang yang
digunakan adalah linear pada area khusus pengunjung VIP dan pola memusat
terlihat pada pola ruang utama dimana lapangan pertandingan menjadi pusat dari
ruang penunjang atlet, ruang servis dan tribun. Pola memusat juga terlihat pada
Hall yang menjadi pusat dari ruang pengelola dan pelayanan .

Gambar 4.13 Analisa Pola Hubungan Ruang


Sumber : Analisa Pribadi, 2018

85
Pada bangunan wisma atlet juga dapat terlihat bahwa dominasi hubungan
antar kelompok ruang membentuk pola linear dan terpusat. Pola memusat terlihat
pada pola ruang penunjang dimana lobby sebagai pusat dari ruang pengelola dan
ruang utama (kamar), sedangkan pola linear terlihat pada ruang pengelola dan
ruang utama (kamar).

Gambar 4.14 Analisa Pola Sirkulasi dalam Bangunan


Sumber : Analisa Pribadi, 2018

• Pola Sirkulasi Dalam bangunan

Sirkulasi dalam bangunan ada 2 macam, yaitu :


1. Sirkulasi horizontal, yaitu berupa koridor atau selasar.
Untuk menentukan sistem sirkulasi harus memperhatikan apa fungsi
ruang tersebut. Fungsi ruang dapat berupa :
a. Sebagai inti dari bangunan sehingga semua orang akan berkumpul
di ruang tersebut
b. Hanya sebagai penunjang di mana untuk mencapai suatu ruang,
orang hanya melewati ruang-ruang tersebut
c. Ruang yang harus dilewati untuk mencapai ruang yang dituju
Dengan adanya bermacam- macam fungsi ruang, maka ada
beberapa sistem sirkulasi horizontal yang digunakan, yaitu :

86
MELEWATI MENEMBUS RUANG BERAKHIR DI
RUANG RUANG

• Integritas ruang • Jalan dapat menembus • Lokasi ruang


dapat dipertahankan sebuah ruang menurut menentukan jalan
• Konfigurasi jalan sumbunya, miring atau • Hubungan jalan-
luwes sepanjang sisinya ruang ini digunakan
• Ruang-ruang • Dalam memotong untuk mencapai dan
perantara dapat sebuah ruang, jalan memasuki secara
dipergunakan untuk menimbulkan pola- fungsional /
menghubungkan pola istirahat dan melambangkan
jalan dengan ruang- gerak didalamnya ruang-ruang yang
ruangnya penting

Tabel 4.6: Pola Sirkulasi dalam Bangunan


Sumber : Arsitektur, Bentuk Ruang dan Tatanan (Ching,1991)

Dengan melihat keterangan diatas, maka dapat diambil kesimpulan :


Massa I : berupa gedung olahraga untuk pertandingan bola basket, badminton,
voli dan futsal dan seluruh fasilitas in- door serta kantor pengelola gedung
olahraga.
Untuk kegiatan utama sebagai ruang inti dari bangunan dipilih sirkulasi
berakhir di ruang
Untuk kegiatan pengelolaan dimana orang harus melewati ruang tersebut,
dipilih sirkulasi menembus ruang.
Untuk kegiatan penunjang dimana tanpa keharusan orang untuk melalui
ruang tersebut dipilih sistem sirkulasi melewati ruang.

Massa II : berupa bangunan wisma atlet

87
Untuk kegiatan utama yaitu kamar atlet yang merupakan ruang yang
mempunyai privacy cukup tinggi sehingga sitem sirkulasi melewati ruang
dan berakhir di ruang dapat digunakan untuk kegiatan ini
Untuk kegiatan pengelolaan dimana orang harus melewati ruang tersebut,
dipilih sirkulasi menembus ruang
Untuk kegiatan penunjang seperti lobby dan ruang makan juga akan
menggunakan sirkulasi menembus ruang.
2. Sirkulasi Vertikal, yaitu sirkulasi untuk mencapai ruang dari lantai
bawah ke lantai atas. Untuk menentukan sistemnya harus
memperhatikan ketinggian bangunan yaitu berapa jumlah lantai yang
direncanakan sehingga dapat ditentukan jenis sistem apa yang dapat
digunakan.

Keuntungan Kerugian
Jenis Sirkulasi

1. Tangga a. Hemat biaya a. Butuh tenaga yang


pemeliharaan karena banyak untuk
tidak membutuhkan mencapainya sehingga
listrik untuk mudah lelah
menggerakkannya b. Hanya dapat
b. Dapat digunakan digunakan pada
untuk 2 arah ( naik & bangunan ≤ 4 lantai
turun ) pada 1 tangga c. Kurang dapat
c. Pemasangan lebih menampung orang
mudah dalam waktu yang
d. Dapat digunakan cepat, terkadang harus
dalam keadaan mengantri terlebih
apapun ( misalnya : dahulu.
kebakaran )
2. Ramp a. Kemajuan geraknya a. Membutuhkan ruang
lebih lancar yang cukup luas untuk
b. Kurang dapat kemiringannya
menampung orang
dalam waktu yang
cepat, terkadang harus
mengantri terlebih
dahulu.

88
3. Eskalator a. Lebih efisien dalam a. Mahal biaya
pencapaian dan waktu perawatan
b. Dapat menampung b. Karena digerakkan
orang banyak dalam oleh mesin maka ada
waktu yang relatif biaya tambahan untuk
cepat, tidak harus listrik
antri

4. Lift a. Dapat mengangkut a. Membutuhkan ruang


banyak orang dalam yang cukup luas
waktu cepat b. Keharusan menunggu
b. Dapat digunakan c. Tidak dapat
untuk bangunan 4 digunakan dalam
lantai keadaan terdesak (
c. Lebih cepat dalam misalnya : kebakaran )
pencapaian dan waktu

Tabel 4.7: Analisa Sirkulasi Vertikal


Sumber : Analisis Pribadi, 2018

Dengan melihat beberapa alternatif dan keuntungan serta kerugiannya,


maka sitem sirkulasi vertikal dalam bangunan yang cocok digunakan dalam
bangunan gedung olahraga dan wisma atlet ini adalah tangga, karena :
• Bangunan tidak bertingkat tinggi
• Hemat biaya
• Mudah dalam pemeliharaan
Dan menggunakan ramp untuk akses penonton disabilitas
• Entrance Bangunan
• Entrance gedung olahraga
Pertimbangan- pertimbangan dalam perencanaan entrance atau pintu
masuk untuk manusia dan barang berkaitan dengan :
1. Entrance Manusia ( pengunjung, penonton, pengelola, karyawan)
Pintu masuk pengunjung dan penonton lebih diarahkan kepintu
utama (main-entrance), dimana dibagi menjadi 2 bagian, dimana
dibagi menjadi 2 bagian yaitu untuk pengunjung atau penonton
yang menggunakan kendaraan ataupun yang berjalan kaki. Pintu
utama ini diusahakan dirancang dengan daya tarik tersendiri

89
dimana nantinya dapat menarik perhatian orang yang melihatnya.
Posisi dan bukaan pintu masuk utama harus mudah terlihat dan
memiliki dimensi yang cukup lebar sehingga dapat menampung
seluruh pengunjung.
Pintu masuk untuk pengelola dan karyawan diarahkan kepintu
sekunder ( side-entrance), posisi dan bukaan pintu masuk ini lebih
didekatkan dengan ruang pengelola dan karyawan. Pintu sekunder
ini memiliki dimensi yang lebih kecil dari pintu masuk utama .
Pintu masuk untuk pengunjung VIP juga diarahkan ke pintu
sekunder yang sama seperti pengelola dan karyawan .
Pintu masuk untuk atlet dan official juga diarahkan kepintu
sekunder (side-entrance) namun tidak sama dengan pintu masuk
pengelola/ karyawan, pintu masuk ini terletak berdekatan dengan
parkir bus dan terkoneksi dengan wisma atlet
2. Entrance Barang
Pintu masuk ini disesuaikan dengan jenis dan ukuran barangnya
yang akan masuk ke dalam bangunan. Pintu masuk ini nantinya
juga akan digunakan untuk pintu servis pembuangan sampah.
• Entrance Wisma Atlet
Terdapat 2 pintu masuk utama untuk drop off pada bagian depan
dan pintu pada bagian samping yang terkoneksi dengan gedung
olahraga dan parkir.
Dan terdapat pintu masuk untuk pengelola sekaligus sebagai pintu
pintu servis barang.

• Transformasi Bentuk

Untuk merancang Gedung Olahraga dan Wisma Atlet Kab. Merangin yang
memiliki bentuk ikonik, menarik, dinamis seta menampilkan visual bangunan
yang menekankan kegiatan olahraga perlu adanya transformasi bentuk. Selain itu,
proses ini juga dilakukan agar mendapatkan bentuk yang fungsional dan efisien
dari penggabungan kelompok-kelompok ruang. Menurut Dk Ching, terdapat tiga
dasar proses transformasi bentuk dasar, antara lain :

90
No ProsesTransformasi Keterangan

1. Transformasi Suatu bentuk dapat diubah dengan


Dimensional mengubah satu atau lebih dri yang dimensi
dan masih mempertahankan identitasnya
sebagai anggota dari keluarga bentuk.

2. Transformasi subtraktif Suatu bentuk dapat diubah dengan


mengurangi porsi volumenya. Tergantung
pada sejauh mana proses subtraktif yang
dilakukan, bentuk dapat mempertahankan
identitas awal atau menjadi diubah menjadi
bentuk lain.

3. Transformasi Additif Suatu bentuk dapat diubah dengan


penambahan elemen pada bentuk dasarnya.
Sifat dari proses aditif, jumlah dan ukuran
relatif dari elemen-elemen yang melekat
menentukan apakah identitas bentuk awal
akan tetap atau menjadi kombinasi bentukan
baru

Tabel 4.8: Jenis Transformasi Bentuk Dasar


Sumber : Arsitektur, Bentuk Ruang dan Tatanan (Ching,1991)

Dengan pertimbangan konsep perancangan yang menekankan pada


arsitektur bioklimatis, yang memperhatikan hubungan antara bentuk arsitektur
dengan lingkungan iklim serta budaya setempat menjadi elemen yang mendasari
bentuk untuk ditransformasikan dengan bentuk dasar yang telah didapatkan dari
analisa bentuk dasar.

4.4.2 Analisa Enclosure


Analisa enclosure merupakan tatanan atau aturan yang
menciptakan pelindung pada sekeliling ruang pada bangunan bisa
diartikan penutup bangunan. Maka yang dipertimbangkan pada enclosure
bangunan ini dapat berupa sebagai berikut :

• Penutup bangunan
1. Penutup bangunan pada gedung olahraga

91
Penutup dari bangunan gedung olahraga menggunakan bentang
lebar dengan diameter yang disesuaikan dengan kapasitas dan jarak
yang telah ditentukan.

Gambar 4.15 Penutup bangunan gedung olahraga


Sumber : pinterest,2018

2. Penutup bangunan pada wisma atlet


Penutup pada wisma atlet lebih kepada bukaan yaitu seperti halnya
roof garden. Dan akan disertai penutup bangunan seperti halnya
wisma pada umumnya.

Gambar 4.16 Penutup bangunan wisma atlet


Sumber : googleimages.com
• Badan bangunan
1. Penutup badan bangunan gedung olahraga
Penutup badan pada bangunan gedung olahraga dapat
menggunakan konstruksi dinding batako kombinasi bahan
cladding ataupun penggunaan bahan aluminium komposit panel
dengan daya tahan bagus terhadap air dan memberikan kesan
elegan.

92
Gambar 4.17 Penutup badan bangunan gedung olahraga
Sumber : architectaria.com,2018

2. Penutup badan bangunan asrama


Penutup bangunan paa asrama disesuaikan dengan selimut dinding
pada umumnya. Namun dinding asrama dikombinasikan juga
dengan kaca yang akan yang dapat memberikan cahaya alami
yang maksimal dalam ruangan sesuai dengan pendekatan
bioklimatik pada perancangan

Gambar 4.18 Penutup bangunan gedung asrama


Sumber : googleimages.com

4.5 Analisa Utilitas Bangunan

4.5.1 Analisa Pencahayaan


Salah satu cara efisiensi energi adalah pengurangan pemakaian
energi listrik melalui penerangan alami.

93
Jenis Pencahayaan Penyelesaian Karakteristik
Pencahayaan Alami Bukaan dinding (jendela) • Daya jangkau sinar kurang
merata dan terbatas
• Perawatan mudah
• Tidak memerlukan energi
Bukaan plafond • Perancangan dan
perawatan agak sulit
• Daya jangkau sinar merata
• Tidak membutuhkan
energi
Pencahayaan Buatan Lampu pijar • Lebih murah dan mudah
perawatannya
• Lebih boros energi
Lamu TL (Fluorscent) • Lebih mahal
• Lebih hemat energi
Lampu Halogen • Daya tahan tinggi
• Cukup hemat energi
• Panas
• Cocok untuk ruang luar

Tabel 4.9: Jenis Pencahayaan dan Karakteristik


Sumber : Analisa Pribadi (2018)

Pencahayaan buatan pada malam hari seperti pencahayaan ruang luar


dengan lampu-lampu taman dapat menggunakan energi matahari tersimpan pada
siang hari dengan menggunakan solar cell.

Radiasi matahari pada daerah tropis 1000 Watt/m², energi matahari dapat
diserap sebesar 6% sampai 30%. Apabila daya serap solar cell 12%, output daya
listrik yang dihasilkan 120 Watt. Energi ini selanjutnya akan disimpan pada
batterai accu, sama seperti prinsip rechargeable battery. Energi ini selanjutnya
akan diubah menjadi energi listrik pada malam hari.
• Analisa penggunaan solar cell :
• Kebutuhan penerangan luar 3000 m² = 10 w/m² x 3000 m²
= 30000 Watt
• Waktu penerangan malam dari jam 6 sampai jam 6 pagi = 12 jam sama
dengan waktu penyimpanan energi surya pada siang hari ( jam 6 pagi
sampai 6 sore).
• Daya serap 20% dari radiasi matahari rata-rata 500 W/m²
= 20% x 500 W/m²
= 100 Watt
• Tegangan baterai per m² 60 V. Berarti per m² = 60 V x 100 W

94
= 6000 Watt
• Perkiraan luas bidang solar cell = 30000 / 6000 Watt = 5 m²

4.5.2 Analisa Penghawaan

Jenis Penghawaan Penyelesaian Karakteristik

Penghawaan Alami Bukaan dinding (jendela) • Angin merata dan


terbatas
• Tidak memerlukan
energi listrik

Bukaan Plafond • Perancangan dan


perawatan agak sulit
• Angin merata
• Tidak membutuhkan
energi

Penghawaan Buatan AC Split • Temperatur setiap


ruangan dapat
dikontrol dari masing-
masing unit
• Menimbulkan bising
dan energi besar

AC Sentral • Tidak bising dan


energi secara
keseluruhan lebih
hemat
• Butuh ruang untuk
ducting, isolasi, dll

Tabel 4.10: Jenis Penghawaan dan Karakteristik


Sumber : Analisa Pribadi (2018)

Dalam perencanaan dan perancangan gedung olahraga dan wisma atlet ini,
penghawaan alami sangat dimaksimalkan dengan cara memberikan banyak
bukaan-bukaan (ventilasi) dan atap berventilasi, namun untuk beberapa ruangan
tetap menggunakan penghawaan buatan yaitu AC Split.

95
4.5.3 Analisa Kebutuhan Air
a. Analisa Kebutuhan air bersih
Total luas bangunan : 9082 m2
Kebutuhan air : 1m3 /hari/ 100 m2 (Utilitas Bangunan :
Hartono Purbo)
Kebutuhan air bersih : 90,82 m3 / hari
Sistem distribusi air bersih dengan reservoir di atas gedung
dilakukan dengan pertimbangan jaminan kelancaran distribusi air
bersih khususnya pada saat aliran listrik padam.
b. Analisa Air kotor dan limbah
Air kotor dan limbah dibagi menjadi 4 jenis yaitu :
- Air kotor yang mengandung lemak
Berasal dari pantry dan dapur, terutama di area cafe.
- Air kotor tanpa lemak.
Berasal dari area wastafel dan ruang wudhu pada musholla,dll
- Air limbah padat
- Air hujan
Untuk sistem distribusi air kotor dibagi menjadi dua jenis, yaitu
sistem distribusi tunggal dan sistem terpisah :
• Sistem distribusi tunggal
Seluruh limbah cair dan padat yang didistribusikan lewat
pipa dan langsung menuju bak kontrol ke seprictank
• Sistem distribusi terpisah
Terdapat pemisahan distribusi limbah cair dan padat, dimana
limbah cair akan melewati sebuah catch basin terlebih dahulu
kemudian menuju bak kontrol. Sehingga, limbah padat akan
langsung menuju bak kontrol dan disalurkan ke septiktank.
Respon :
Sistem distribusi air kotor dan limbah pada bangunan ini akan
menggunakan distribusi terpisah, dimana terdapat pembagian distribusi limbah
cair dan padat, sedangkan distribusi air hujan akan dialirkan dari atap melalui
sistem vertikal talang air hujan, yang kemudian diarahkan menuju sungai.

96
4.5.4 Analisa Proteksi Kebakaran
Terdapat beberapa elemen dalam sistem proteksi kebakaran, antara
lain.

- Detektor
Sistem detektor untuk proteksi kebakaran terdiri atas dua jenis, yaitu
smoke detector dan fire detector. Detektor dipasang disetiap plafond
ruangan dan dihubungkan dengan pusat kontrol yang berhubungan dengan
sistem sensorik elektrik.
- Fire Hydrant
Fire Hydrant terdiri dari Indoor Fire Hydrant Box (IHB) dan Outdoor Fire
Hydrant Box (OHB). Kedua elemen ini akan digunakan dalam bangunan.
- Sprinkler
Terdapat dua jenis sistem sprinkler, yaitu Dry Riser System, yaitu seluruh
instalasi pipa sprinkler tidak berisikan air bertekanan, dan peralatan
penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis ketika instalasi detektor
mendeteksi bahaya kebakaran. Sedangkan, Wet riser System telah berisi
air bertekanan sehingga tidak terdapat proses pengaliran lebih dahulu.

Fire Detectore Alarm Riser Pompa


Center Panel System water
resevaoir

Springkler Hydrant

Gambar 4.20 Analisa Proteksi Kebakaran


Sumber : Analisa Pribadi, 2018

97
4.6 Analisa Sistem Struktur
Definisi struktur berdasarkan konteks hubungannya dengan bangunan
adalah sebagai sarana untuk menyalurkan beban dan akibat penggunaannya dan
atau kehadiran bangunan ke dalam tanah. (Sumber: Scodek,1998)
Beberapa persyaratan struktur bangunan antara lain adalah sebagai berikut :
• Kekuatan (strength)
• Kekakuan (stiffness)
• Kenyamanan (comfortability) dan Keindahan (Aesthetic)
• Keawetan (durability)
• Adanya Sistem Operasional dan Perawatan (OM support system)

4.6.1 Struktur Bawah


Struktur bawah atau struktur pondasi adalah elemen sistem
struktur yang berfungsi menopang keseluruhan beban dan menjaga
berdirinya bangunan dan meneruskan kedalam tanah. Pondasi ini di
bedakan atas kedalamanya dan sifatnya meneruskan beban ke dalam
tanah.

Jenis pondasi Penjelasan

Pondasi menerus Pondasi menerus ditanam pada


keseluruhan bagian bawah dinding
bangunan, dengan lebar dasar yang
sama besar. Pondasi ini umumnya
ditanam dengan kedalaman 0,8 m –
Pondasi 1,2 m dari permukaan tanah.
Dangkal
Pondasi setempat
Pondasi setempat ditempatkan pada
setiap kolom utama pendukung
bangunan. Pondasi ini dapat digunakan
dengan kondisi tanah yang baik dan
cocok untuk bangunan rendah.

98
Pondasi batu bata dapat digunakan
Pondasi batu bata untuk menopang bangunan yang
dengan dinding yang tidak sejajar
dengan kolom dan umumnya
digunakan pada bangunan tingkat
rendah.

Pondasi tiang pancang merupakan


pondasi yang cocok untuk bangunan
dengan beban yang besar atau tinggi.
Pondasi tiang pancang
Kelebihan:
a. Kualitas terjamin karena berupa
produk fabrikasi pabrik
b. Pengerjaan yang cepat dan lebih
mudah
Kekurangan:
a. Pengerjaan menimbulkan getaran
dan kebisingan yang cukup besar.
Pondasi b. Persiapan teknik sambungan
Dalam dalam pengerjaan

Kelebihan:
Pondasi borepile a. Tidak menimbulkan kebisingan dan
getaran ketika pengerjaan
cocok untuk daerah yang padat
b. Diameter pondasi yang besar
sehingga tidak memerlukan
sambungan
Kekurangan:
a. Pemeriksaan utilitas tiang hanya
dapat dilakukan secara tidak langsung
karena terletak jauh dibawah tanah.

99
b. Biaya yang relatif lebih besar

Tabel 4.11: Jenis Pondasi dan Karakteristik


Sumber : Analisa Pribadi (2018)

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pondasi yaitu
: • Kondisi tanah yang akan dipasangi pondasi.(daya dukung)
• Batasan-batasan akibat konstruksi di atas pondasi (superstructure).
• Faktor lingkungan.
• waktu pekerjaan pondasi
• Biaya pengerjaan pondasi
• Ketersediaan material pembuatan pondasi di daerah tersebut.

4.6.2 Struktur Tengah (Middle Structure)


Secara garis besar, sistem struktur badan pada bangunan
bertingkat menggunakan sistem utama yang dijelaskan sebagai berikut :
• Struktur rangka
Struktur rangka merupakan sistem modular yang terdiri atas
komposisi kolom – balok. Kolom berfungsi sebagai penyalur
beban vertikal bangunan yang diteruskan kedalam tanah.
Sedangkan, balok berupa elemen horizontal yang mengikat
antar kolom dan menjadi media pembagi beban gaya pada kolom.
Kedua elemen ini didukung dengan sistem plat lantai, dinding dan
komponen lainnya untuk membentuk ruang.
• Dalam sistem rangka, terdapat beberapa jenis konfigurasi balok,
yaitu :
- Sistem one way ribs
Sistem balok satu arah dengan bentang yang cenderung berdekatan
sistem ini membutuhkan dimensi kolom yang lebih besar
- Sistem two way ribs
Sistem rangka dengan dua jenis balok, yaitu balok induk dan balok
anak yang disusun bersilangan. Merupakan struktur umum yang
digunakan pada bangunan.
- Sistem grid

100
Sistem balok grid dengan bentangan tertentu yang cenderung lebih
sempit. Sistem ini memiliki estetika tertentu dan umumnya
diekspos.

4.6.3 Struktur Atap (Upper Structure)


Struktur atas atau struktur atap adalah bagian atau elemen-elemen
struktur yang terdapat pada bagian atas bangunan. Struktur ini digunakan
untuk melindungi secara keseluruhan baik fungsi atau fisik bangunan itu
sendiri. Rangka batang (truss) adalah struktur yang terdiri dari gabungan
batang-batang yang membentuk struktur berbentuk segitiga dan terhubung
satu sama lain, serta dibebani pada sendi-sendinya*.
Rangka batang 2 dimensi umumnya terdiri dari bagian atas (top
chord), bagian bawah (bottom chord) dan bagian tengah yang biasa
disebut dengan web. Struktur tersebut umumnya didesain agar stabil (tidak
bergerak), aman (tidak runtuh atau membahayakan pengguna), dan
nyaman (defleksi yang terjadi tidak terlalu besar)*.

Gambar 4.21 Bagian-bagian Plane truss


Sumber : http://tukangbata.blogspot.com/2014/09/rangka-batang-atau-truss.html

Truss ada dua macam, yaitu plane truss dan space truss
1. Plane Truss (rangka bidang)
Adalah truss yang elemen dan joint berada dalam suatu bidang 2 dimensi,
terdapat 2 bentuk dasar dari plane truss, yaitu :
• pitched truss atau common truss, dapat dibedakan dari bentuk
segitiganya. tipe ini sering digunakan untuk konstruksi atap. beberapa
tipe truss ini dinamai sesuai dengan web configuration nya. ukuran

101
elemen dan web configuration ditentukan berdasarkan bentang, beban
dan spasi.
• parallel chord truss atau flat truss, biasanya digunakan untuk
konstruksi lantai.
• kombinasi dari dua bentuk tersebut adalah truncated truss,
digunakan pada konstruksi hip roof.
Tipe-tipe plane truss
• Pratt truss
Dipatenkan pada tahun 1844 oleh Caleb Pratt dan putranya Thomas
Willis Pratt, didesain menggunakan balok vertikal untuk memikul
tekan dan balok horizontal untuk memikul tarik. Bentuk ini masih
dipertahankan sejak masih digunakan material kayu hingga kini
baja.

Gambar 4.22 Contoh Pratt truss


Sumber : http://tukangbata.blogspot.com/2014/09/rangka-batang-atau-truss.html

• King post truss


Merupakan salah satu tipe truss yang paling mudah
diimplementasikan terdiri dari dua tumpuan dengan sudut tertentu
yang bertumpu pada tumpuan vertikal.

Gambar 4.23 Contoh King post truss


Sumber : http://tukangbata.blogspot.com/2014/09/rangka-batang-atau-truss.html

• Town’s lattice truss


Didesain oleh arsitek Amerika, Ithiel Town sebagai alternatif
jembatan kayu besar (heavy timber bridge)

102
Gambar 4.24 Contoh Town’s lattice truss
Sumber : http://tukangbata.blogspot.com/2014/09/rangka-batang-atau-truss.html

2. Space Truss (rangka ruang)


Adalah truss yang memiliki elemen-elemen dan joint-joint yang
membentuk 3 dimensi. Bentuk dasar penyusun space truss adalah
limas (tetrahedron), dalam aplikasinya, space truss untuk atap
dikembangkan dalam beberapa bentuk relevan sebagai berikut.

Gambar 4.25 Struktur space truss


Sumber : http://tukangbata.blogspot.com/2014/09/rangka-batang-atau-truss.html

Dengan mempertimbangkan proporsi desain, kestabilan dan kekuatan, serta


kemungkinan eksplorasi bentuknya. Gedung Olahraga cenderung menggunakan struktur atas truss,
lebih tepatnya yaitu plane truss yang beruba bidang 2 dimensi. Bentuknya yang variatif dan mudah
dieksplorasi juga dapat menonjolkan karakter yang menonjol dan estetis pada bangunan.

103
BAB V

KONSEP PERANCANGAN

5.1 Konsep Dasar


Pada dasarnya keberadaan gedung olahraga dan wisma atlet ini untuk
mendukung kegiatan olahraga bagi masyarakat Kab. Merangin dan
melengkapi fasilitas olahraga yang sudah ada. Sesuai dengan masterplan Sport
Center Kab. Merangin ini akan berada dalam kawasan olahraga yang
direncanakan.
Dalam perancangan gedung olahraga akan dirancang beberapa fasilitas
yang mendukung kegiatan pelatihan olahraga basket, voli, badminton dan
futsal yang mencakup pelatihan teknik dan pelatihan fisik yang diintegrasikan
fasilitas akomodasi ( wisma atlet ) serta dapat dijadikan sebagai arena
pertandingan tingkat regional maupun nasional
Pengolahan elemen arsitektural dilakukan dengan menampilkan citra
visual bangunan yang menekankan kegiatan olahraga, seperti bentuk massa,
bentuk ruang, struktur, warna , dan skala yang menjadi kesatuan sebagai
elemen estetika serta dapat merespon iklim dan kegiatan manusia didalam
bangunan.

5.2 Konsep Perancangan Tapak

5.2.1 Pemintakan
Area Tapak dibagi menjadi beberapa area yaitu :
a. Area Gedung Olahraga, yaitu fasilitas gedung olahraga dengan ruang
terbuka hijau. Area ini dapat dicapai oleh seluruh pengguna dan
pengunjung umum, penempatan area ini pada bagian lahan paling
memungkinkan untuk peletakan gedung olahraga yang membutuhkan
luasan lahan yang cukup besar.
b. Area Wisma Atlet, yaitu fasilitas tempat tinggal atlit untuk pelatihan
ataupun pertandingan.
c. Area transisi, area ini menjadi penghubung antara gedung olahraga dan
wisma atlet. Sehingga kedua bangunan dapat saling terkoneksi.

104
5.2.2 Konsep Sirkulasi dan Pencapaian
Berdasarkan hasil analisis, hanya terdapat satu jalan menuju tapak
yang terletak di kawasan sport center ini. Kawasan sport center ini dapat
mudah dicapai karena terletak tepat di Jl. Lintas sumatera daerah sungai
ulak. Tapak yang berada didalam kawasan sport center berbatasan
langsung dengan gedung serbaguna dan kantor pengelola kawasan sport
center serta perkebunan milik masyarakat.

Gambar 5.1. Sirkulasi menuju kawasan sport center


Sumber : Konsep Pribadi, 2018

Entrance utama akan diletakkan pada bagian selatan tapak karena


letaknya dekat dengan pusat kawasan (jembatan), dan entrance untuk
servis diletakan dibagian barat tapak yang terdapat pada belakang dari
orientasi tapak dan jangkauan terhadap ruang-ruang servis lebih dekat.

Gambar 5.2 Sirkulasi menuju tapak


Sumber : Konsep Pribadi, 2018

105
5.2.2.1 Sirkulasi pada Tapak

Jalur sirkulasi pada tapak dibagi menjadi dua yaitu sirkulasi


kendaraan bermotor , dan sirkulasi pejalan kaki. Pembagian jalur sirkulasi
tersebut agar memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna.
Sirkulasi pejalan kaki dibentuk mengitari bangunan, dengan
entrance yang berbeda dan melewati ruang terbuka. Sirkulasi untuk
kendaraan bermotor dipisahkan dengan entrance yang berbeda untuk
kemudahan akses area parkir dan dapat menikmati bangunan secara visual.
Untuk membedakan jalur sirkulasi digunakan pengolahan material, ground
treatment, dan elemen pembatas imaginer berupa vegetasi.

Gambar 5.3 Alur Sirkulasi kendaraan


Sumber : Konsep Pribadi, 2018

Gambar 5.4 Alur Sirkulasi Manusia


Sumber : Konsep Pribadi, 2018

106
5.2.3 Konsep Tata Masa
Menentukan bentuk bangunan dipertimbangkan analisa bentuk
tapak, lingkungan sekitas dan fungsi bangunan. Berdasarkan analisa
bentuk dasar, yang dibahas pada bab sebelumnya, bentuk dasar persegi
dan lingkaran dipilih sebagai bentuk utama karena menyesuaikan dengan
pola tribun dan susunan lapangan didalamnya serta efisien dalam
pemanfaatan ruang penunjang lainnya.

1. Tata Letak
Pengelompokan bangunan pada tapak ditempatkan berdasarkan sifat dan
jenis kegiatan. Penempatan Massa bangunan pada tapak merupakan respon
dari analisis pada tapak tersebut.
a. Penempatan Entrance
Penempatan Entrance ditentukan dengan mempertimbangkan kondisi
sekitar tapak, kemudahan pencapaian, informatif bagi pengguna, dan
berdasarkan peraturan yang ada.

Gambar 5.5 Penempatan Entrance


Sumber : Konsep Pribadi, 2018

Menurut Neufeurt dalam data arsitek, menyebutkan beberapa kriteria


dalam menentukan sebuah main entrance diantaranya terletak di daerah
yang kepadatan arusnya relatif rendah, mudah terlihat, informatif dan
harus 20 m dari tikungan agar tapak mudah dilihat dan mudah untuk
dicapai dengan kendaraan dan tidak menimbulkan kecelakaan. Dengan

107
memperhatikan beberapa ketentuan diatas, maka dapat dibuat penempatan
entrance seperti gambar 5.4. diatas.
b. Orientasi Bangunan
Penempatan orientasi bangunan diletakka berdasarkan analisis arah
pandang, analisis sensori, dan grid yang terbentuk pada tapak.
1) Berdasarkan arah matahari dan angin

Gambar 5.6 Orientasi matahari dan angin


Sumber : Konsep pribadi, 2018

Dari hasil analisis dengan posisi tapak seperti pada gambar diatas, maka
posisi bangunan tetap bisa disesuaikan dengan masterplan yang ada, namun untuk
beberapa sisi yang terkena cahaya matahari berlebih akan diberi sun shading
ataupun penataan vegetasi untuk mengurangi cahaya tersebut.

2) Berdasarkan Arah Pandang dan Grid


Terdapat 2 grid yang dibentuk pada tapak, yaitu grid yang terbentuk tegak
lurus dari jalan dan grid yang terbentuk dari arah pandang ke arah tapak dan
keluar tapak. Pada arah utara tapak tepatnya pada muka tapak, terdapat
jembatan sehingga membentuk arah pandang menjadi diagonal agar visual
bangunan dapat terlihat utuh dari pusat kawasan.

108
Gambar 5.7 Grid jalan Gambar 5.8 Grid arah pandang
Sumber : Analisa Pribadi, 2018 Sumber :Analisa Pribadi, 2018

Berdasarkan analisis arah pandang pada bab sebelumnya, maka peletakan


masa bangunan yang dipakai adalah peletakan masa bangunan pada gambar 5.7
dengan keuntungan visual bangunan yang didapat terlihat utuh tidak terlalu frontal
mengarah ke arah timur dan barat dan sesuai dengan arah angin yang dapat
dimanfaatkan sebagai penghawaan alami.

2. Sirkulasi Pada Tapak


Sirkulasi pada tapak dibagi menjadi sirkulasi kendaraan dan sirkulasi
manusia (pedestrian). Entrance utama akan diletakkan pada bagian selatan
tapak yang letaknya dekat dengan pusat kawasan (jembatan) dan untuk
entance servis diletakkan pada bagian barat tapak yang jauh dari pusat
kawasan.

Gambar 5.10 Sirkulasi pada Tapak


Sumber : Konsep Pribadi, 2018

3. Parkir

109
Area parkir ditempatkan diluar bangunan (tidak menggunakan basement),
area parkir terbagi menjadi area untuk gedung olahraga dan wisma atlet. Pada
gedung olahraga parkir terbagi-bagi menjadi parkir pengunjung (mobil dan
motor), parkir pengelola,vip dan media, parkir bus dan parkir servis. Setiap parkir
memiliki akses pintu masuk masing-masing, parkir pengunjung yang berada di
depan bangunan memiliki akses masuk melalui depan bangunan, parkir
pengelola,vip dan media memiliki akses masuk melalui samping bangunan, parkir
bus memiliki akses masuk melalui belakang bangunan, dan parkir servis memiliki
akses langsung menuju ke ruang makan.

Gambar 5.11 Alur Parkir


Sumber : Konsep Pribadi, 2018

4. Tata Hijau

110
Gambar 5.12 Tata Hijau
Sumber : Konsep Pribadi, 2018

Vegetasi pada sisi timur ditanami vegetasi peneduh sebagai respon dari
analisa view dan matahari. Vegetasi pada sisi barat dan utara site berupa vegetasi
pengarah dan estetika sebagai respon dari analisa matahari, view, angin, site
entrance dan jalur servis.

5.3 Konsep Perancangan Bangunan

5.3.1 Konsep Bentuk


Pada perancangan ini terdapat beberapa masa bangunan
diantaranya gedung olahraga dan wisma atlet. Bentuk bangunan gedung
olahraga berdasarkan pendekatan bioklimatik, gubahan massa pada
perancangan Gedung Olahraga dan wisma atlet terbentuk berdasarkan
respon terhadap iklim.

Gambar 5.13 Konsep gubahan massa gedung olahraga


Sumber : Konsep Pribadi, 2018

1, 2 3

Bentuk dasar dari bangunan ini adalah 2 Gubahan massa ini mempertimbangkan
buah persegi panjang untuk pertandingan penghawaan alami sehingga agar arena
dan latihan. Pada persegi yang lebih pertandingan yang berada di tengah bangunan
kecil posisi sedikit dirotasi untuk mendapat penghawaan alami maka massa
menyesuaikan dengan tapak. Bentuk pengelola dan penunjang disekeliling arena
massa untuk pertandingan diaditif dinaikkan satu level agar udara dapat masuk
sehingga menjadi sedikit melengkung melalui bawah bangunan. Begitu juga dengan arena
agar fokus penonton dapat ketengah latihan yang dinaikan satu level agar mendapatkan
lapangan. penghawaan alami dari bawah bangunan
4 5 6

Atap diadaptasi dari arsitektur daerah Untuk mendapat pencahayaan alami maka atap
setempat yang juga dapat merespon iklim, dibuat naik turun agar cahaya alami dapat masuk
dimana atap dapat menyalurkan air hujan melalui celah-celah perbedaan ketinggian atap,
dengan sangat baik namun cahaya yang masuk tetap dibatasi sesuai
standar.

111
Gambar 5.14 Konsep gubahan massa wisma atlet
Sumber : Konsep Pribadi, 2018

1 2

Pada analisa bentuk dasar, yang dibahas Orientasi bangunan disesuaikan dengan
pada bab sebelumnya, bentuk dasar ini arah angin agar ventilasi silang dapat
memakai bentuk geometri persegi. Bentuk berfungsi dengan maksimal untuk
persegi disubstraksi untuk membagi antara penghawaan alami. Serta bangunan
wisma atlet perempuan dan wisma atlet dinaikan satu level agar udara dapat
laki-laki. masuk dari bawah bangunan.

3 5

Bangunan dibuat sedikit melengkung agar Menggunakan atap pelana untuk mempermudah
udara dapat terpecah sehingga dapat jatuhnya air hujan dan merepresentasikan
masuk kedalam tiap-tiap ruang kamar arsitektur setempat. Pada bagian atap diberi sky
light untuk pencahayaan alami pada koridor
wisma atlet

5.3.2 Konsep Fasad

Gambar 5.15 Konsep fasad gedung olahraga dan wisma atlet

112
Sumber : Konsep Pribadi, 2018

Pada gedung olahraga menggunakan atap yang berbentuk berundak-


undak sehingga merepresentasikan wilayah Kab.Merangin yang berbukit-
bukit, atap ini juga dimanfaatkan sebagai penempatan Photovoltaic yang
dimanfaatkan sebagai penyimpanan sumber energi alami yaitu sinar matahari.
Pada bagian fasad yang terkena cahaya matahari secara langsung akan diberi
sun shading yang menggunakan ornamen motif bungo jeruk. Penambahan
ornamen motif bungo jeruk yang banyak terdapat pada rumah adat
kab.Merangin pada fasad bangunan menambah estetika bangunan.

5.3.3 Konsep Tata Ruang dalam


Untuk penataan ruang dalam gedung olahraga penataan ruangnya
terpusat pada lapangan permainan yang berada ditengah-tengah bangunan
utama. Ruang terbesar dipakai untuk tribun penonton dan lapangan
pertandingan. Ruang-ruang penunjang/ pendukung yang lain diletakkan
mengelilingi fungsi utama.
Adapun konsep organisasi ruang pada bangunan “gedung
olahraga dan wisma atlet kab.merangin” ini yaitu :
1. Gedung Olahraga
Gedung olahraga ini terdiri dari 2 lantai dimana lantai satu ruangan
rata-rata privat kecuali lobby pengunjung umum, akses pengunjung
yaitu drop off menuju lobby dan langsung menuju lantai 2 yaitu
tribun. Untuk fasilitas penunjang seperti musholla dan km/wc
pengunjung terdapat dibawah tribun.

113
Gambar 5.16 Konsep tata ruang dalam gedung olahraga
Sumber : Konsep Pribadi, 2018

2. Wisma Atlet
Untuk penataan ruang dalam pada bangunan wisma atlet ruang
tidur atlit terletak pada lantai kedua, sedangkan fasilitas yang bersifat
semi-privat, publik dan service terletak dilantai pertama. Ruang
tidur/kamar untuk atlit pria dan wanita letaknya terpisah.

Gambar 5.17 Konsep tata ruang dalam wisma atlet


Sumber : Konsep Pribadi, 2018

5.3.4 Konsep Suasana Ruang Dalam


Pemilihan bahan-bahan pada ruang dalam bangunan menggunakan
bahan natural seperti beton. Pengaturan bukaan-bukaan pada gedung ini
sangat diperhatikan, supaya memaksimalkan potensi yang ada namun
tidak menganggu kenyamanan para pengunjung.
b. Konsep Pencahayaan
Konsep pencahayaan diterapkan dengan dua cara yaitu
dengan pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pencahayaan

114
alami diterapkan dengan menggunakan bukaan jendela dan
skylight yang digunakan untuk memasukkan cahaya matahari.
Cahaya alami ini tidak dimasukkan ke dalam bangunan secala
langsung namun diberi peredup dan kuantitasnya tidak banyak
karena akan menimbulkan kesilauan. Sistem pencahayaan yng
tidak langsung dimaksudkan untuk memberi kenyamanan
pandangan bagi pemain.

Gambar 5.18 Konsep suasana ruang dalam gedung olahraga


Sumber : Konsep Pribadi, 2018

Penggunaan cahaya yang bersumber dari alam ini untuk


perancangan dengan matahari sebagai sumber utama. Silau dan
energy panas yang masuk kedalam bangunan diantisipasi dengan
menggunakan filter cahaya seperti kirsi-kisi, atau secondary skin,
dan penggunaan material khusus seperti absorbing glass dan
reflective glass.

Gambar 5.19 Absorbing Glass


Sumber : googleimages.ccom

Absorbing glass merupakan kaca yang diberikan sedikit warna dari


logam (kobalt, besi dan selenium). Pada bagian atap ditambahkan skylight
dengan material hollow dengan kaca absorb yang berfungsi memasukkan
bias cahaya ke area tribun. Penggunaan material khusus seperti EFTE

115
(Ethylene Tetrafluroethylene) sebagai penutupnya dipilih karena memiliki
karakter sebagai berikut :
1. Merupakan polimer plastik yang ringan, tahan karat, tahan
perubahan suhu ekstrim dan dapat memfilter radiasi panas.
2. Dengan bantalan udara bersifat thermal insulation
3. Semi transparan
4. Untuk penutup bentang lebar
b. Suhu dan Akustik
Gedung olahraga dengan bentang yang cukup panjang dan
penggunaan penutup atap metal zincalum menimbulkan kebisingan pada
ruang dalam, namun hal ini bisa diantisipasi dengan penggunaan
Polytherene berupa material absorber yang dipasang pada plafon dengan
tebal ½,1 atau 3 inch.

Gambar 5.20 Material Absorber


Sumber : guide to sports lighting.2018

Penggunaan material penutup atap juga berpengaruh pada suhu dan


akustik ruangan, penggunaan bahan penutup atap berupa Aluminium sheet
dipilih karena lembar aluminium kuat, tahan karat, fleksibel dan dapat
dibentuk, disertai lapisan rockwool sebagai insulasi suara dan udara.

Gambar 5.21 Aluminium Sheet

116
Sumber : guide to sports lighting.2018

5.4 Konsep Struktur

5.4.1 Konsep sistem struktur


Sistem Struktur yang digunakan pada rancangan ini yaitu sistem
struktur bentang lebar menggunakan rangka batang. Nilai estetika yang
akan dimunculkan pada sistem struktur ditonjolkan pada bagian struktur
utama.

Gambar 5.22 Isometri struktur gedung olahraga


Sumber : guide to sports lighting.2018

Sistem struktur bawah bangunan Gedung olahraga dan wisma


atlet ini menggunak sistem struktur tiang pancang dan setempat. Hal ini
disertai pertimbangan bahwa tapak perancangan membutuhan daya
dukung lebih, bangunan juga memilik bentagan bangunan yang cukup
besar dan memiliki beban yang cukup besar.

117
Gambar 5.23 Pondasi Tiang Pancang dan Sumuran
Sumber : ww.archdaily.com

Sistem struktur yang digunakan pada bangunan wisma atlit adalah


sistem struktur rangka, kolom dan balok beton. Atapnya menggunakan
atap pelana dengan rangka baja.

Gambar 5.24 Rangka Kaku


Sumber : Buku Konstruksi Bangunan.2018

Struktur rangka kaku merupakan struktur dibetuk dengan peletakan


elemen kaku horizontal (balok) diatas elemen kaku vertikal (kolom).
Elemen horizontal (balok) sering disebut elemen lentur, yakni memikul
beban yang bekerja secara tranversal dari panjangnya dan menyalurkan
beban tersebut ke elemen vertikal (kolom) yang menumpunya. Kolom
dibebani beban secara aksial oleh balok, kem udian menyalurkan beban
tersebut ke tanah. Kolom yang memikul balok tidak melentur ataupun
melendut karena kolom pada umumnya hanya mengalami gaya aksial
tekan.

5.4.2 Konsep Material


1. Material Dinding

118
Penggunaan material pada dinding menggunakan material dinding bata
dengan plester mempertimbangkan faktor ekonomis dan kemudahan
perawatan pada sebagian muka bangunan dan kaca absorbing glass untuk
memfilter cahaya.
2. Material lantai
Penggunaan material pada lantai, material lantai lapangan menggunakan
penutup lantai parket

Gambar 5.25 Lantai Parket


Sumber : http//ww.Archdaily.com/Material
3. Material atap
Pada bagian atap menggunakan beberapa jenis material, untuk struktur
atap menggunakan sistem rangka bidang plane truss. Sedangkan untuk
material penutup atap menggunakan aluminium sheet pada bagian dalam
atap untuk meredam panas yang ditimbulkan zincalume maka digunakan
insulasi polyrethee spray.

5.5 Konsep Perancangan utilitas

5.5.1 Tata Air

5.5.1.1 Tata air bersih


Pengadaan air bersih langsung dari Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) untuk persediaan air minum dan untuk keperluan sehari-hari
dengan sumur bor. Sistem distribusi air bersih pada bangunan gedung
olahraga dan wisma atlit menggunakan sistem upfeed.untuk perawatan
lapangan, tanaman/ taman, halaman, bangunan dan proteksi kebakaran
digunakan air dari sumur bor.

119
Gambar 5.26 Sistem Air Bersih
Sumber : Konsep Pribadi

Bagan 5.1. Sistem Air Bersih


Sumber : Konsep Pribadi

5.5.1.2 Pembuangan Air Kotor dan Limbah


Bahan buangan berupa air kotor langsung dialirkan kesumur
resapan sedangkan bahan buangan berupa kotoran padat dialirkan ke
septic tank terlebih dahulu kemudian dialirkan kesumur resapan.

Gambar 5.27 Sistem Air Kotor


Sumber : Konsep Pribadi

120
Bagan 5.2. Sistem Air Kotor
Sumber : Konsep Pribadi

5.5.1.3 Sistem Pembuangan Air Hujan


Air Hujan pada atap dibiarkan jatuh melalui talng-talang horizontal
disekeliling bangunan kemudia turun melalui talang-talang vertikal yang
dikumpulkan menjadi satu kedalam bak kontrol dan kemudian dibuang ke
sungai.

5.5.1.4 Sistem Proteksi Kebakaran


Peralatan penanggulangan kebakaran yang dipergunakan pada
Gedung Olahraga ini dikategorikan menjadi dua, yaitu :

1. Peralatan di dalam bangunan, yaitu sprinkler

2. Peralatan diluar bangunan, yaitu hydrant. Hydrant ditempatkan


dititik-titik strategis diluar bangunan

121
LAPORAN PERANCANGAN

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEDUNG


OLAHRAGA DAN WISMA ATLET DI KAWASAN
SPORT CENTER KAB. MERANGIN, JAMBI
(Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Program Studi Arsitektur Universitas
Sriwijaya )

Disusun Oleh :
SHINTA OKTAVIANA
03061281419070

Dosen Pembimbing :
Anjuma Perkasa Jaya, S.T., M.Sc.
NIP. 197707242003121005

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018

122
HASIL PERANCANGAN
3.1 Rancangan Tapak

3.1.1 Block Plan

Gambar 3.1 : Block Plan


Sumber : Konsep Pribadi 2018

Pada Block plan, dapat dilihat perancangan penataan massa yang


merespon setiap view yang ada disekitar tapak, dimana semua bangunan
menghadap kepusat kawasan dan meerespon iklim serta menyesuaikan dengan
masterplan yang telah ada,

3.1.2 Site Plan

123
Gambar 3.2 : Site Plan
Sumber : Konsep Pribadi 2018

Pada site plan dapat terlihat sirkulasi pada tapak, terutama akses
kendaraan, pejalan kaki dll. untuk akses kendaraan masuk kedalam tapak,
terdapat tiga pintu masuk yang dimana untuk bagian depan dimanfaatkan
sebagai pintu masuk utama ke dalam tapak. Untuk akses pejalan kaki, sudah
dibuat berupa pedestrian dengan fasilitas taman, dimana area ini selain
sebagai jalur sirkulasi juga bisa dimanfaatkan sebagai area kumpul dll. Dan
untuk posisi parkir disesuaikan dengan pintu masuk menuju kedalam
bangunan,dimana untuk pengelola,pengunjung vip dan media yang sirkulasi
kedalam bangunan yaitu disamping bangunan,maka parkirnya berada
disamping bangunan, untuk pengunjung umum yang memiliki akses melalui
depan bangunan maka parkirnya terdapat didepan bangunan.

3.2 Rancangan Bangunan

3.2.1 Denah Gedung Olahraga

124
Gambar 3.3 : Denah lantai 1,2, tribun Gedung Olaharaga
Sumber : Konsep Pribadi 2018

125
3.2.2 Denah Wisma Atlet

Gambar 3.4 : Denah wisma atlet lantai 1,2 dan 3


Sumber : Konsep Pribadi 2018

3.2.3 Tampak dan Potongan

126
Gambar 3.5 : Tampak Gedung Olahraga
Sumber : Konsep Pribadi 2018

Gambar 3.6 : Potongan Gedung Olahraga


Sumber : Konsep Pribadi 2018

127
Gambar 3.7 : Tampak dan Potongan Wisma Atlet
Sumber : Konsep Pribadi 2018

128
Gambar 3.8 : Tampak dan Potongan kawasan
Sumber : Konsep Pribadi 2018

3.2.4 Perspektif Exterior dan Interior

129
Gambar 3.9. : Perspektif Exterior
Sumber : Konsep Pribadi 2018

Gambar 3.10. : Perspektif Interior


Sumber : Konsep Pribadi 2018

130
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum (1991), “Tata Cara Perencanaan Teknik Bangunan


Gedung Olahraga”, Bandung, Yayasan LPMB.

Ching, F. (1996). Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Tatanan/Edisi Kedua. (cetakan


pertama). Jakarta: Erlangga.

Lamano, Adrian S. (2008). Kampung Atlet di Surabaya. Surabaya: Universitas


Kristen Petra
Laurens, Joyce M. (2005). Arsitektur dan Perilaku Manusia. (edisi 2). Jakarta:
Grasindo.
_____. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. (edisi 2). Jakarta: Balai Pustaka.
Robianto, Agung. Pola Tidur Yang Baik Akan Menghasilkan Performa Atlet Yang
Maksimal. 05-05-2011 http://images.kifunji.multiply.multiplycontent.com/.
Satiadarma, Monty. (2000). Dasar-Dasar Psikologi Olahraga. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan

Pena, William M, Parshall, Steven A. 2001. Problem Seeking, Fourth Edition.


New York: Johm Wiley & Sons.

White, Edward T. 1983. Site Analusis. Melbourne: Architecture Media Ltd.

Zahnd, Markus. 2009. Pendekatan dalam Perancangan Arsitektur. Yogyakarta:


Kanisius.

Sustainable Architecture.2013.Arsitektur Berkelanjutan.Jakarta:Erlangga

131

Anda mungkin juga menyukai