Budi Elya Barrung 1), M. Awaluddin Hamdy 2), Syam Fitriani Asnur 3)
ABSTRAK
Gedung Olahraga merupakan tempat atau sarana untuk mewadahi kegiatan olagraga. Perencanaan Redesain
Gedung Olahraga Sudiang dan perencanaan gedung Aquatic Centre diikuti dengan banyaknya event kegiatan
olahraga futsal, bola basket dan renang yang membutuhkan bangunan pusat olahraga terpadu (sport centre)
di Kota Makassar, sehingga dapat mewadahi beberapa kegiatan-kegiatan olahraga yang akan diselenggarakan
di Kota Makassar. Gedung Sport Centre membutuhkan ruang yang luas dan bebas kolom, sehingga
memerlukan struktur atap yang bisa mewadahi dan kuat/kokoh secara struktural, salah satunya yaitu
menggunakan struktur atap space frame. Tujuan kajian perancangan ini adalah menghasilkan rancangan
Gedung Sport Centre dengan menerapkan struktur atap space fame untuk mewadahi fungsi ruang yang
membutuhkan ruang yang luas dan bebas kolom. Metode yang digunakan dalam perancangan bangunan ini
adalah metode programatik, yaitu metode pembahasan secara sistematis, rasional, dan analitik dengan
menggambarkan, mendiagramkan, serta memvisualisasikan tentang objek kajian berdasarkan literatur dan
standar yang ada. Metode ini dilakukan dalam analisa fisik bangunan, besaran ruang, struktur dan analisis-
analisis lain yang berkaitan dengan standar perancangan sport centre, termasuk isu-isu dan permasalahan
dalam perancangan struktur atap pada Sport Centre. Dari hasil perancangan dapat disimpulkan bahwa gedung
sport centre membutuhkan ruang luas yang bebas kolom, sehingga menggunakan struktur space frame sebagai
atap bangunan. Selain itu juga sebagai wujud perencanaan Kota Makassar untuk membangun gedung pusat
olahraga terpadu (sport centre).
Kata kunci: aquatic centre, gedung olahraga, space frame, sport centre, struktur atap
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Kota Makassar merupakan ibu kota dari provinsi Sulawesi Selatan dan memiliki 1.469.601 jiwa
penduduk. 40% dari jumlah penduduk kota makassar adalah pemuda. Dinas kepemudaan Olahraga kota
Makassar mengambil peran untuk membina para pemuda di kota makassar untuk melakukan hal positif,
salah satunya adalah meningkatkan antusiasme pemuda terhadap kegiatan olahraga yang dapat
meningkatkan kesehatan bagi jasmani. Tingginya antusiasme masyarakat kota Makassar terhadap
olahraga tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas maupun kuantitas fasilitas dan sarana olahraga
di kota Makassar, khususnya di GOR Sudiang yang kurang terawat dan terbenahi. Sehingga mengalami
bebarapa kerusakan pada gedung. Dampak dari kerusakan itu mengakibatkan GOR Sudiang jarang
digunakan dalam ajang Kejuaraan Nasional.
Gedung Olahraga Sudiang merupakan satu-satunya sarana olahraga di Kota Makassar yang memiliki
lokasi dengan luas ± 20 ha. Sesuai dengan observasi langsung Gedung Olahraga Sudiang masih
memiliki berbagai kekurangan dan kendala dalam fasilitas sehingga perlu di lakukan perencanaan ulang
Gedung Olahraga Sudiang / Redesain. Beberapa faktor perlunya dilakukan Redesain pada Gedung
Olahraga Sudiang, yaitu:
1) Adanya keterbatasan jumlah ruang untuk para atlet, wasit dan pengelola gedung.
2) Ukuran Lapangan di dalam gedung belum memenuhi Standart Nasional Indonesia
(SNI) untuk kompetisi tingkat Nasional.
3) Kurangnya lapangan sebagai sarana latihan para atlet.
4) Belum ada fasilitas bangku untuk penonton.
5) Tidak ada sarana rekreasi olahraga untuk masyarakat.
6) Minimnya fasilitas untuk para atlet.
1
Prodi Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Bosowa Makassar
email: elyabarrung20@gmail.com
2
Prodi Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Bosowa Makassar
email: syamfitriani.asnur@universitasbosowa.ac.id
3
Prodi Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Bosowa Makassar
email: awal45_hamdy@yahoo.com
1
Jurnal SULAPA Universitas Bosowa
c. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai adalah mendapatkan suatu program perencanaan dan perancangan sport
center yang ideal, sehingga pada akhirnya akan difungsikan secara optimal. Hal ini dengan
pertimbangan:
1) Menyediakan sarana olahraga dan hiburan bagi masyarakat kota Makassar melalui fasilitas Sport
Center.
2) Menambah fasilitas olahraga serta hiburan yang dibutuhkan masyarakat kota Makassar.
d. Lingkup Pembahasan
Pembahasan dilakukan dalam lingkup:
1) Penjelasan tentang struktur space frame dan elemen-elemen pembentuknya.
2) Prinsip – prinsip dan standart perencanaan struktur space frame pada atap gedung Sport Centre.
3) Penerapan konsep struktur space frame pada bangunan.
2. Tinjauan Pustaka
a. Pengertian Sport Centre
Judul dari objek rancangan ini adalah “Makassar Sport Centre”. Pengertian objek rancangan menurut
penjabaran kata yaitu:
1) Sport (Olahraga)
Secara umum, olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud untuk
memelihara kesehatan dan memperkuat otot – otot tubuh. Kegiatan ini dalam perkembangannya
dapat dilakukan sebagai kegiatan yang menghibur, menyenangkan atau juga dilakukan dengan
tujuan untuk meningkatkan prestasi.
2) Centre
Defini centre yaitu, Pusat atau berada di tengah-tengah, atau bagian yang berada di tengah suatu
tempat, menunjukan satu titik benda atau tempat tertentu.
2
Jurnal SULAPA Universitas Bosowa
Secara keseluruhan definisi sport center adalah bangunan dimana orang bisa datang dan bermain
beberapa olahraga berbeda, indoor maupun outdoor. Dalam hal ini fasilitas olahraga yang
ditawarkan di sport center ini
lebih banyak, Jadi secara umum dapat disimpulkan bahwa pengertian dari Sport Centre adalah suatu
tempat berupa gedung yang menjadi pusat kegiatan olahraga yang dilengkapi dengan fasilitas
penunjang lainnya.
3
Jurnal SULAPA Universitas Bosowa
pada atap dengan struktur space frame, dapat digunakan material penutup atap berupa Enamel Steel
Panel , Zincalume Panel, Fiber Reinforced Plastic (FRP) dan Bitumen Shingle.
6. Ruang Staff
7. Ruang Tata Usaha
8. Ruang Panitia
9. Ruang Supervisor
10. Ruang Rapat
11. Ruang Cleaning Service
12. Ruang Satpam
13. Mushollah
14. Gudang
15. Ruang Control
16. Ruang Mekanikal Elektrik
6 Pengelola Aquatic Centre 1. Hall Penerima
2. Receptionis
3. Toilet
4. Ruang General Manager
5. Ruang Sekretariat
6. Ruang Staff
7. Ruang Tata Usaha
8. Ruang Panitia
9. Ruang Supervisor
10. Ruang Rapat
11. Ruang Cleaning Service
12. Ruang Satpam
13. Mushollah
14. Gudang
15. Ruang Control
16. Ruang Mekanikal Elektrik
7 Wartawan / Pers 1. Ruang Kerja Media
2. Ruang Konferensi Pers
3. Toilet
4. Lounge
Sumber: Barrung, 2018
3. Metode Perancangan
Metode yang digunakan pada kajian ini adalah metode programatik. Metode programatik yaitu metode
pembahasan secara sistematis, rasional, dan analitik dengan menggambarkan, mendiagramkan, serta
memvisualisasikan tentang objek kajian berdasarkan literatur dan standar yang ada. Metode ini dilakukan
dalam analisa fisik bangunan, besaran ruang, struktur dan analisis-analisis lain yang berkaitan dengan
standar perancangan sport centre.
Berikut ini hasil analisa yang akan dibahas dalam penerapan struktur rangka ruang (space frame) pada
perencanaan sport centre (redesain GOR).
a. Elemen – Elemen Penyusun Space Frame
Bentuk space frame ini dikembangkan dari pola grid dua lapis ( double-layer grids), dengan batang-
batang yang menghubungkan titik-titik grid secara tiga dimensional. Elemen dasar pembentuk struktur
rangka ini adalah :
1) Rangka batang bidang.
2) Piramid dengan dasar segiempat membentuk octahedron.
3) Piramid dengan dasar segitiga membentuk tetrahedron.
5
Jurnal SULAPA Universitas Bosowa
Sumber: http://eu.lib.kmutt.ac.th/elearning/Courseware/ARC261/chapter6,5.html
Ada juga jenis model struktur space frame berdasarkan kelengkungan, sebagai berikut:
1) Flat Cover
Hasil gubahan dari struktur planar. Bidangnya disusun melalui batang horizontal dan gaya lateralnya
disokong oleh batang diagonal.
2) Barrel Vaults
Jenis space-frame yang memiliki potongan diagonal dari suatu lengkungan sederhana. Sehingga,
tidak membutuhkan modul tetrahedral atau piramid sebagai bagian pendukungnya. Elemen dasar
pembentuk strukturnya, rangka batang bidang.
6
Jurnal SULAPA Universitas Bosowa
3) Spherical Domes
Bentuk kubah ini membutuhkan modul tetrhedron atau piramid disertai dukungan tambahan dari
struktur membran (kulit).
4) Freefoam
Jenis model space frame ini memiliki potongan diagonal yang sama dengan model barrel valuts,
membentuk lengkungan tetapi non-simetris atau tidak beraturan dan memiliki titik sumbu yang unik.
Bentuk freefoam tersusun dari elemen pembentuk struktur rangka piramid dengan dasar segitiga.
1) Sistem Mero
a) Sistem sambungan terdiri dari sebuah benda yang berfungsi sebagai titik sambung dari baja press
(hot pressed steel) ditempa dengan permukaan-permukaan gosok dan lubang- lubang tepuk.
Batang-batang (member) merupakan potongan baja hollow dengan baja tempaan berbentuk
kerucut yang dilas pada pada pinggirannya yang dibuat sambungan (bolt) pasang yang dapat
dilepas. Sambungan (bolt) dirapatkan menggunakan pin pengunci (dowel pin) yang sudah ditata
secara rapi.
b) Hingga 18 batang member yang dapat disambungkan melalui sistem sambungan ini secara
seragam.
c) Pabrik dapat menghasilkan sambungan ini dengan kisaran diameter dari 46,5 - 350 mm,
kemungkinan bentangan berkisar antara M12-M64 dengan batas penanganan gaya maksimum
1413 kN.
7
Jurnal SULAPA Universitas Bosowa
2) Sistem Unistrud
a) Sistem sambungan ini terdiri dari plat penghubung yang merupakan plat baja press.
b) Hanya terdiri atas 4 (empat) komponen, yaitu plat konektor, strud, sambungan (bolt) dan nut.
c) Batang-batang member merupakan potongan batang yang dibuat untuk fungsi lubang saluran dan
diikat oleh plat konektor dengan menggunakan sambungan tunggal pada masing-masing
ujungnya.
d) Bentangan maksimal untuk sistem ini sekitar 40 m dengan standar modul 1,2-1,5 m. Nama
moduspan juga merupakan sebutan untuk sistem ini.
3) Sistem Oktaplat
a) Memanfaatkan material bola baja hollow dan batang member silinder yang disambungkan dengan
sistem las. Titik sambung terbentuk dari hasil penyambungan las dua cangkang setengah bola
secara bersamaan yang terbuat dari plat baja baik melalui sistem press panas, maupun dingin.
b) Bola baja hollow mungkin diperkuat dengan semacam diafragma tahunan.
c) Bola hollow sudah pernah digunakan dengan diameter hingga 500 mm.
5) Sistem Triodetik
a) Terdiri dari sebuah pusat konektor aluminium yang dibentangkan dengan kunci penyambung
(hub) yang tajam. Tiap-tiap ujung member dipress dengan tujuan untuk membentuk suatu
pinggiran berbentuk koin yang cocok untuk dihubungkan dengan kunci penyambungnya.
b) Sambungan ini selesai ketika seluruh batang member sudah dimasukkan pada pusat konektor
(hub), washer diletakkan pada tiap-tiap ujung dari pusat konektor (hub), dan sebuah baut
ditancapkan pada pusat konektor (hub).
c) Murni menggunakan material aluminium dan diluruskan menggunakan tabung baja yang
digalvanisasikan dan penghubung aluminium (aluminium hub).
d) Sistem double layer grids yang menggunakan sambungan triodetik sudah pernah digunakan pada
bangunan dengan bentangan hingga 33 m. Modul dasarnya hampir dapat diterapkan hingga 2,7
m. Kedalaman permukaan umumnya 70% dari ukuran modul.
4. Hasil Pembahasan
Untuk mengetahui penerapan sistem struktur rangka ruang (space frame) yang tepat pada bangunan sport
centre, maka dilakukan kajian terhadap, serviceability, efisiensi, konstruksi, material pembentuk, sistem
struktur space frame, dan sistem sambungan struktur space frame.
a. Serviceability
Sistem struktur rangka adalah sistem struktur yang terdiri dari batang-batang yang panjangnya jauh
lebih besar dibandingkan dengan ukuran penampangnya. Struktur rangka batang adalah sistem struktur
yang elemen penyusunnya hanya dapat menerima gaya aksial saja (tarik atau tekan).
9
Jurnal SULAPA Universitas Bosowa
Kondisi sambungan antar batang pada sistem struktur rangka batang adalah sendi, sehingga tidak dapat
memikul beban. Pada sistem struktur rangka batang faktor gaya inersia diabaikan, sedangkan pada
rangka ruang (space frame) faktor gaya inersianya diperhitungkan.
Sebuah sistem struktur rangka ruang (space frame) memiliki kekakuan yang cukup tinggi meskipun
menggunakan material struktur yang ringan. Hal ini disebabkan oleh adanya elemen tiga dimensi
unsur-unsur penyusunnya yang bekerja secara penuh dalam menahan beban-beban terpusat simetris.
Semua elemen saling berkontribusi ketika adanya beban yang kemudian diteruskan ke bagian kolom
dan selanjutnya diteruskan menuju pondasi. Dengan menggunakan sistem struktur rangka ruang (space
frame) pembagian beban pada bangunan menjadi lebih merata. Sistem struktur rangka batang maupun
rangka ruang memiliki bentuk geometri yang teratur, sehingga memudahkan untuk dieksploitasi secara
arsitektural.
Gambar 4.1 : Pembagian Beban pada Struktur Rangka Ruang & Rangka Batang
Sumber : Schodek, 1998
b. Efisiensi
Penerapan sistem struktur rangka ruang (space frame) pada umumnya menggunakan material baja atau
alumunium. Baja dan Alumunium dipilih karena baja atau aluminium memiliki beban material yang
relatif ringan. Material yang digunakan untuk sistem struktur space frame juga cenderung lebih hemat.
Karena menggunakan material baja atau alumunium maka struktur space frame memiliki umur yang
relatif panjang dan awet. Namun dikarenakan material penyusun sistem struktur space frame harus
dibuat secara fabrikasi maka biaya penyediaan material yang diperlukan cukup besar.
Dari segi ketenagakerjaan, penggunaan sistem struktur rangka ruang (space frame) menghemat tenaga
kerja. Karena material semua telah dibuat secara fabrikasi, maka pada saat di lapangan hanya
diperlukan tenaga untuk pemasangan saja. Sistem struktur rangka ruang (space frame) mudah dipasang
dan dibongkar sehingga tidak membutuhkan terlalu banyak tenaga untuk pengerjaannya, hal tersebut
tentunya merupakan efisiensi pada biaya tenaga pengerjaan. Waktu pemasangan yang dibutuhkan pada
sistem struktur rangka ruang (space frame) relatif cepat dan tenaga ahli yang dibutuhkan juga mudah
untuk ditemukan.
c. Konstruksi
Sistem struktur rangka ruang (space frame) merupakan sistem struktur modular yang dapat dirakit
perbagian serta merupakan suatu sistem struktur fabrikasi. Rangka ruang dapat diproduksi secara
sederhana melalui prefabrikasi unit, sesuai dengan ukuran dan bentuk standar yang sering digunakan
serta memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Dengan menggunakan sistem struktur rangka batang
maupun rangka ruang, pemasangan sistem utilitas menjadi lebih mudah karena dapat diletakkan pada
bagian simpul-simpul struktur.
d. Material
Terdapat dua material yang dapat diterapkan pada sistem struktur rangka ruang, yaitu baja dan
alumunium Diantara dua material yang dapat digunakan pada sistem struktur rangka ruang, maka
dilakukan komparasi untuk selanjutnya dapat dipilih material apa yang lebih aman dan kuat untuk
digunakan pada bangunan sport centre sudiang di kota Makassar.
1) Baja
Kelebihan:
a) Memiliki kekuatan tinggi, dibandingkan dengan material lainnya.
b) Mudah untuk dipasang, karena telah memiliki bentuk standar, sehingga waktu pengerjaan juga
lebih cepat.
c) Keseragaman, dimana sifat baja tidak berubah oleh waktu.
10
Jurnal SULAPA Universitas Bosowa
d) Mudah didapatkan.
e) Memiliki elastisitas tinggi.
f) Memiliki umur yang panjang dan tahan lama.
g) Perawatannya mudah.
h) Memiliki ketahan terhadap api.
i) Adaptif terhadap prefabrikasi.
j) Dapat digunakan kembali setelah dilakukan pembongkaran
Kekurangan:
a) Rentan terhadap korosi, terutama bila sering terjadi kontak dengan air.
b) Meskipun memiliki ketahan dari api, namun baja adalah konduktor api yang baik sehingga
dapat memicu kebakan pada bagian bangunan lain, dan kekuatannya akan menurun setelah
terkena api.
c) Biaya pemeliharaan yang tinggi untuk mencegah terjadinya korosi.
d) Kekuatan baja akan menurun jika mendapat beban siklis.
e) Pada kondisi tertentu baja akan kehilangan daktilitasnya dan keruntuhan getas dapat terjadi
pada tempat dengan konsentrasi tegangan tinggi.
f) Tidak fleksibel
2) Alumunium
Kelebihan:
a) Tahan terhadap serangga dan cuaca.
b) Memiliki berat yang relatif ringan.
c) Pemasangan yang cepat dan mudah.
d) Material mudah didapatkan.
e) Tahan terhadap panas.
f) Fleksibel dan adaptif terhadap prefabrikasi.
Kekurangan:
a) Karena massanya yang ringan maka alumunium tidak kuat menahan beban yang terlalu besar.
b) Perawatan yang rumit.
c) Rawan terhadap kebocoran, jika instalasinya tidak rapi.
d) Tidak tahan korosi.
e) Biaya pemeliharaan yang tinggi untuk mencegah terjadinya korosi.
Setelah dilakukan komparasi, maka matetrial baja terpilih sebagai material penyusun sistem struktur
rangka ruang (space frame). Melihat dari kelebihan dan kekurangan material baja tersebut, maka
dapat diketahui bahwa sistem struktur rangka ruang adalah sistem struktur yang dapat diterapkan
pada perancangan Sport Centre Sudiang di kota Makassar. Dari kajian ini maka dapat diusulkan
sebuah desain bangunan sport centre yang mewadahi kegiatan olahraga menggunakan sistem
struktur rangka ruang (space frame).
e. Sistem Struktur
1) Sistem Struktur Sport Hall (GOR)
Sistem struktur pada atap bangunan sport hall menggunakan struktur rangka ruang (space frame).
Struktur space frame ini dikembangkan dari pola grid dua lapis (double layer grids), dengan batang-
batang baja yang menghubungkan titik-titik grid secara tiga dimensional. Elemen pembentuk
strukturnya dari rangka batang bidang.
Model struktur space frame sport hall membentuk dome (diameter 110 m), yaitu semua rangka
utama dipasang melingkar sepanjang balok tumpuan dan mengarah kepusat dome. Rangka ruang ini
terdiri dari 2 layer yaitu layer atas dan layer bawah dengan Rangka utama adalah rangka bidang
(plane frame) sebanyak 96 buah dengan panjang yang ber beda-beda yaitu :
a) Rangka yang panjang hanya 65% dari radius dome sebanyak 48 buah,
b) Rangka yang panjangnya kurang 3 m dari radius dome sebanyak 24 buah,
c) Rangka yang panjangnya full ke pusat dome sebanyak 24 buah.
Bentuk rangka utama sebagaimana terlihat pada gambar berupa rangka V, yang kesemuanya
dihubungkan satu sama lain dengan batang cross (X) pada layer atas dan layer bawah. Untuk
memperkuat hubungan layer atas dan bawah digunakan batang (element) diagonal vertical (bentuk
V) yang menghubungkan joint atas pada rangka satu dan joint bawah pada rangka lainnya.
11
Jurnal SULAPA Universitas Bosowa
b
Gambar 4.3 : Model Struktur Space Frame Sport Hall
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2018
12
Jurnal SULAPA Universitas Bosowa
b
Gambar 4.4 : Model Struktur Space Frame Aquatic Centre
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2018
f. Sistem Sambungan Struktur
1) Sistem Sambungan Space Frmae Sport Hall (GOR)
Sistem sambungan antara elemen batang rangka menggunkan sistem mero (joint ball) sebagaimana
terlihat pada gambar. Untuk tumpuan joint diperkuat dengan plat landasan dan plat cross vertical.
Pada titik tengah dome yaitu pertemuan ujung rangka menggunakan joint selinder plat. Diameter
pipa silinder 20 cm pada batang melintang, 12,5 cm pada batang cross (X). Hubungan rangka utama
dengan joint ball menggunakan sambungan las.
13
Jurnal SULAPA Universitas Bosowa
5. Kesimpulan
Sistem struktur rangka ruang (space frame) dapat diterapkan untuk bangunan Sport Centre Sudiang di kota
Makassar. Dengan mempertimbangkan serviceability, efisiensi, konstruksi material,sistem struktur dan
sistem sambungan struktur. Sistem struktur rangka ruang (space frame) terbentuk dari elemen rangka
batang yang berfungsi sebagai kolom dan balok. Sistem struktur rangka ruang cocok untuk diterapkan pada
bangunan sport centre dimana sebuah sistem struktur rangka ruang mampu memikul atap dengan
bentangan panjang tanpa kolom, memiliki kekakuan yang cukup tinggi meskipun menggunakan material
struktur yang ringan. Pada penerapannya sistem struktur rangka ruang memiliki efisiensi yang baik, dimana
menggunakan material yang mudah ditemukan dan sudah terfabrikasi, sehingga pengerjaannya tidak
membutuhkan waktu lama. Tenaga kerja yang dibutuhkan juga tidak terlalu banyak. Meskipun harganya
sedikit lebih mahal dikarenakan material penyusunnya dibuat di pabrik (fabrikasi). Sistem struktur rangka
ruang merupakan sistem struktur modular yang dapat dirakit perbagian serta merupakan suatu sistem
struktur fabrikasi.
6. Referensi
Weliam. 2016. Maguwoharjo Sport Centre Di Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta
Frick, Heinz dkk. 2007. Sistem Bentuk Struktur Bangunan. Yogyakarta: Kansius
Tanggoro, Dwi dkk. 2006. Struktur Tinggi dan Bentang Lebar. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Satwiko, Prasasto. 2008. Fisika Bangunan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Tanggoro, Dwi dkk. 2006. Struktur Tinggi dan Bentang Lebar. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Schodeck, Daniel L. 1998. Struktur. Bandung: Penerbit PT Refika Aditama.
Weliam. 2016. Maguwoharjo Sport Centre Di Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta
http://eu.lib.kmutt.ac.th/elearning/Courseware/ARC261/chapter6,5.html// di akses tanggal 15 agustus
2018.
www.setareh.arch.vt.edu di akses tanggal 20 agustus 2018.
14