Anda di halaman 1dari 14

Jurnal SULAPA Universitas Bosowa

PENERAPAN STRUKTUR SPACE FRAME


PADA PERENCANAAN SPORT CENTRE
(REDESAIN GOR SUDIANG)

Budi Elya Barrung 1), M. Awaluddin Hamdy 2), Syam Fitriani Asnur 3)

ABSTRAK
Gedung Olahraga merupakan tempat atau sarana untuk mewadahi kegiatan olagraga. Perencanaan Redesain
Gedung Olahraga Sudiang dan perencanaan gedung Aquatic Centre diikuti dengan banyaknya event kegiatan
olahraga futsal, bola basket dan renang yang membutuhkan bangunan pusat olahraga terpadu (sport centre)
di Kota Makassar, sehingga dapat mewadahi beberapa kegiatan-kegiatan olahraga yang akan diselenggarakan
di Kota Makassar. Gedung Sport Centre membutuhkan ruang yang luas dan bebas kolom, sehingga
memerlukan struktur atap yang bisa mewadahi dan kuat/kokoh secara struktural, salah satunya yaitu
menggunakan struktur atap space frame. Tujuan kajian perancangan ini adalah menghasilkan rancangan
Gedung Sport Centre dengan menerapkan struktur atap space fame untuk mewadahi fungsi ruang yang
membutuhkan ruang yang luas dan bebas kolom. Metode yang digunakan dalam perancangan bangunan ini
adalah metode programatik, yaitu metode pembahasan secara sistematis, rasional, dan analitik dengan
menggambarkan, mendiagramkan, serta memvisualisasikan tentang objek kajian berdasarkan literatur dan
standar yang ada. Metode ini dilakukan dalam analisa fisik bangunan, besaran ruang, struktur dan analisis-
analisis lain yang berkaitan dengan standar perancangan sport centre, termasuk isu-isu dan permasalahan
dalam perancangan struktur atap pada Sport Centre. Dari hasil perancangan dapat disimpulkan bahwa gedung
sport centre membutuhkan ruang luas yang bebas kolom, sehingga menggunakan struktur space frame sebagai
atap bangunan. Selain itu juga sebagai wujud perencanaan Kota Makassar untuk membangun gedung pusat
olahraga terpadu (sport centre).

Kata kunci: aquatic centre, gedung olahraga, space frame, sport centre, struktur atap

1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Kota Makassar merupakan ibu kota dari provinsi Sulawesi Selatan dan memiliki 1.469.601 jiwa
penduduk. 40% dari jumlah penduduk kota makassar adalah pemuda. Dinas kepemudaan Olahraga kota
Makassar mengambil peran untuk membina para pemuda di kota makassar untuk melakukan hal positif,
salah satunya adalah meningkatkan antusiasme pemuda terhadap kegiatan olahraga yang dapat
meningkatkan kesehatan bagi jasmani. Tingginya antusiasme masyarakat kota Makassar terhadap
olahraga tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas maupun kuantitas fasilitas dan sarana olahraga
di kota Makassar, khususnya di GOR Sudiang yang kurang terawat dan terbenahi. Sehingga mengalami
bebarapa kerusakan pada gedung. Dampak dari kerusakan itu mengakibatkan GOR Sudiang jarang
digunakan dalam ajang Kejuaraan Nasional.
Gedung Olahraga Sudiang merupakan satu-satunya sarana olahraga di Kota Makassar yang memiliki
lokasi dengan luas ± 20 ha. Sesuai dengan observasi langsung Gedung Olahraga Sudiang masih
memiliki berbagai kekurangan dan kendala dalam fasilitas sehingga perlu di lakukan perencanaan ulang
Gedung Olahraga Sudiang / Redesain. Beberapa faktor perlunya dilakukan Redesain pada Gedung
Olahraga Sudiang, yaitu:
1) Adanya keterbatasan jumlah ruang untuk para atlet, wasit dan pengelola gedung.
2) Ukuran Lapangan di dalam gedung belum memenuhi Standart Nasional Indonesia
(SNI) untuk kompetisi tingkat Nasional.
3) Kurangnya lapangan sebagai sarana latihan para atlet.
4) Belum ada fasilitas bangku untuk penonton.
5) Tidak ada sarana rekreasi olahraga untuk masyarakat.
6) Minimnya fasilitas untuk para atlet.
1
Prodi Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Bosowa Makassar
email: elyabarrung20@gmail.com
2
Prodi Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Bosowa Makassar
email: syamfitriani.asnur@universitasbosowa.ac.id
3
Prodi Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Bosowa Makassar
email: awal45_hamdy@yahoo.com
1
Jurnal SULAPA Universitas Bosowa

7) Penerapan utilitas yang belum maksimal.


8) Landscape Gedung yang tidak difungsikan dengan baik.
Dari beberapa pokok permasalahan tersebut maka perlunya dilakukan Redesain Gedung Olahraga
Sudiang, dengan dasar pertimbangan untuk menambah dan memperbaiki fasilitas olahraga yang ada di
GOR Sudiang. Solusi daripada Redesain Gedung Olahraga Sudiang, perlu suatu perancangan yang
dapat mewadahi beberapa jenis kegiatan olahraga dan wadah untuk sarana rekreasi masyarakat di kota
Makassar. Fasilitas yang mewadahi kegiatan olahraga dan rekreasi yang terpusat atau disebut “Sport
Centre”. Dimana Sport Centre ini nantinya dapat digunakan untuk berbagai kalangan masyarakat yang
dilengkapi dengan ruang terbuka untuk rekreasi dan sarana olahraga lainnya. Selain itu beragamnya
fasilitas yang terdapat ditempat ini nantinya akan memberikan banyak alternatif olahraga bagi
masyarakat yang akan berimbas pada meningkatnya aktivitas olahraga di Kota Makassar.
Dalam perancangan sebuah Sport Centre harus memperhatikan struktur apa yang akan digunakan. Kita
tahu bahwa sebuah Sport Centre memiliki banyak fungsi ruang dan salah satunya memerlukan ruang
yang luas dan bebas kolom. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem struktur yang dapat mendukung
fungsi tersebut, yaitu dengan menggunakan struktur bentang panjang. Salah satu jenis struktur bentang
panjang adalah dengan menggunakan struktur space frame. Keunggulan menggunakan struktur ini
adalah struktur yang ringan karena bahan materialnya terbuat dari baja. Diproduksi secara massal dan
fabrikasi sehingga mudah untuk didapatkan dan efisien dalam pemasangan. Selain itu sifatnya fleksibel
sehingga dapat mengakomodasi bentuk yang diinginkan (http://atapkubah.com/struktur-rangka-space-
frame).

b. Maksud & Tujuan


Maksud dan tujuan dari perencanaan sport center ini yaitu:
1) Untuk menunjang kegiatan olahraga bagi masyarakat umum.
2) Sebagai tempat pelaksanaan berbagai kegiatan atau pertandingan olahraga.
3) Menyediakan sarana olahraga dan hiburan bagi masyarakat Makassar melalui fasilitas
Sudiang Sport Centre.
4) Menambah fasilitas olahraga serta hiburan di kota Makassar.
5) Terciptanya sebuah desain Sudiang Sport Centre yang baik ditinjau dari segi konstruksi.

c. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai adalah mendapatkan suatu program perencanaan dan perancangan sport
center yang ideal, sehingga pada akhirnya akan difungsikan secara optimal. Hal ini dengan
pertimbangan:
1) Menyediakan sarana olahraga dan hiburan bagi masyarakat kota Makassar melalui fasilitas Sport
Center.
2) Menambah fasilitas olahraga serta hiburan yang dibutuhkan masyarakat kota Makassar.

d. Lingkup Pembahasan
Pembahasan dilakukan dalam lingkup:
1) Penjelasan tentang struktur space frame dan elemen-elemen pembentuknya.
2) Prinsip – prinsip dan standart perencanaan struktur space frame pada atap gedung Sport Centre.
3) Penerapan konsep struktur space frame pada bangunan.

2. Tinjauan Pustaka
a. Pengertian Sport Centre
Judul dari objek rancangan ini adalah “Makassar Sport Centre”. Pengertian objek rancangan menurut
penjabaran kata yaitu:
1) Sport (Olahraga)
Secara umum, olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud untuk
memelihara kesehatan dan memperkuat otot – otot tubuh. Kegiatan ini dalam perkembangannya
dapat dilakukan sebagai kegiatan yang menghibur, menyenangkan atau juga dilakukan dengan
tujuan untuk meningkatkan prestasi.
2) Centre
Defini centre yaitu, Pusat atau berada di tengah-tengah, atau bagian yang berada di tengah suatu
tempat, menunjukan satu titik benda atau tempat tertentu.

2
Jurnal SULAPA Universitas Bosowa

Secara keseluruhan definisi sport center adalah bangunan dimana orang bisa datang dan bermain
beberapa olahraga berbeda, indoor maupun outdoor. Dalam hal ini fasilitas olahraga yang
ditawarkan di sport center ini
lebih banyak, Jadi secara umum dapat disimpulkan bahwa pengertian dari Sport Centre adalah suatu
tempat berupa gedung yang menjadi pusat kegiatan olahraga yang dilengkapi dengan fasilitas
penunjang lainnya.

b. Struktur Rangka Ruang (Space Frame)


Bangunan bentang lebar merupakan bangunan yang memungkinkan penggunaan ruang bebas kolom
yang selebar dan sepanjang mungkin. Bangunan bentang lebar biasanya digolongkan secara umum
menjadi dua yaitu bentang lebar sederhana dan bentang lebar kompleks. Bentang lebar sederhana berarti
bahwa konstruksi bentang lebar yang ada dipergunakan langsung pada bangunan berdasarkan teori
dasar dan tidak dilakukan modifikasi pada bentuk yang ada. Sistem struktur rangka adalah sistem
struktur yang terdiri dari batang-batang yang panjangnya jauh lebih besar dibandingkan dengan ukuran
penampangnya. Kontruksi rangka yang modern adalah hasil penggunaan baja dan beton secara rasional
dalam bangunan. Kerangka ini terdiri atas komposisi dari kolom-kolom dan balok-balok. Unsur vertikal
berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya menuju tanah, sedangkan balok yang termasuk unsur
horizontal berfungsi sebagai pemegang dan media pembagian lentur. Kemudian kebutuhan-kebutuhan
terhadap lantai, dinding, dan sebagainya dapat diletakkan dan ditempelkan pada kedua elemen rangka
bangunan tersebut.
Sistem rangka ruang (space frame) dikembangkan dari sistem struktur rangka batang dengan
penambahan rangka batang kearah tiga dimensinya. Struktur rangka ruang merupakan komposisi dari
batang-batang yang masing-masing berdiri sendiri memikul gaya tekan yang sentris dan dikaitkan satu
sama lain dengan sistem dalam tiga dimensi atau ruang. Bentuk rangka ruang dikembangkan dari pola
grid dua lapis (double-layer grids), dengan batang-batang yang menghubungkan titik-titik grid secara
tiga dimensional. Sistem konstruksi rangka ruang (space frame) menggunakan sistem sambungan antara
batang/member satu sama lain yang menggunakan bola/ball joint sebagai sendi penyambungan dalam
bentuk modul-modul segitiga. Struktur ini dapat digunakan untuk konstruksi yang berbentang besar
dengan mendukung beberapa interior seperti pabrik, arena olahraga, gedung pertunjukan, dan lain
sebagainya. Dengan menggunakan sistem.
Struktur rangka ruang (space frame) ini akan meminimalisir penggunaan kolom. Sistem struktur ini
digunakan sebagai atap bangunan yang menumpu pada bagian dinding bangunan, kolom bangunan, dan
dapat disusun juga sebagai kolom yang juga merangkap sebagai balok.
Pada dasarnya, struktur rangka ruang mempunyai kelebihan, antara lain:
1) Ringan, struktur ini dibangun dengan bahan baja atau aluminium, yang merupakan bahan relatif
ringan.
2) Menggunakan sistem modular.
3) Hemat tenaga kerja dan material struktur.
4) Memiliki nilai estetika tersendiri.
5) Umur relatif panjang (50-100 tahun).
6) Pembagian beban yang merata. Sebuah struktur rangka ruang memiliki kekakuan yang cukup
meskipun memiliki struktur yang ringan.
7) Kemudahan dalam pemasangan utilitas.
8) Sistem stuktur rangka ruang adalah sistem struktur yang memiliki ketahanan tinggi.
9) Bentuk geometri yang teratur, sehingga dapat dikesploitasi secara arsitektural untuk menghadirkan
beberapa efek dalam penerapannya.
Selain kelebihan yang dimiliki, sistem struktur rangka ruang juga memiliki kekurangan, diantaranya
adalah:
1) Mahal, dikarenakan elemen-elemenya dipesan dari pabrik.
2) Tidak tahan api karena berbahan dasar logam, sehingga tidak tahan panas dan dapat leleh akibat
panas.
3) Tenaga ahli yang masih terbatas.
Material yang umum digunakan untuk sistem struktur space frame adalah baja. Material baja digunakan
pada bagian-bagian adai struktur space frame yaitu sambungan, bola, pipa, baut, konektor dan plat
suport. Selain penggunaan material baja untuk struktur space frame, material lain juga memungkinkan
untuk digunakan seperti halnya kayu, besi maupun alumunium. Sedangkan untuk material penutup atap

3
Jurnal SULAPA Universitas Bosowa

pada atap dengan struktur space frame, dapat digunakan material penutup atap berupa Enamel Steel
Panel , Zincalume Panel, Fiber Reinforced Plastic (FRP) dan Bitumen Shingle.

c. Fasilitas dan Kebutuhan Ruang Sport Centre


Sport Centre merupakan sebuah wadah atau tempat yang memberikan pelayanan jasa didalamnya
terdapat berbagai fasilitas-fasilitas olahraga maupun hiburan/rekreasi dalam satu atap manajerial yang
bertujuan untuk memulihkan kondisi jasmani dan rohani serta meningkatkan kualitas hidup dan
kesehatan masyarakat. (http://en.wikipedia.org/wiki/Sport_center: 2015).
Berikut dibawah ini dijabarkan kebutuhan ruang Sport Centre, yaitu:
Tabel 1. Kebutuhan Ruang Sport Center
No Fungsi / Kelompok Nama Ruang
1 Sport Hall 1. Entrance Hall
2. Toilet
3. Lapangan Rangkap
4. Ruang Pemain pria
5. Ruang Pemain Wanita
6. Ruang Pemanasan
7. Ruang Medis
8. Ruang Test Dopping
9. Ruang Pelatih
10. Ruang Wasit
11. Ruang Latihan Beban
12. Ruang Massage
13. Ruang Ibadah
14. Ruang Satpam
2 Aquatic Centre 1. Parkiran Basement
2. Entrance Hall
3. Toilet
4. Kolam Renang Utama
5. Kolam Loncat Indah
6. Kolam Renang Umum
7. Ruang Atlet Pria
8. Ruang Atlet Wanita
9. Ruang Medis
10. Ruang Test Dopping
11. Ruang Pelatih
12. Ruang Wasit
13. Ruang Latihan Beban
14. Ruang Massage
15. Ruang Ibadah
16. Ruang Satpam
3 Penonton Sport Hall 1. Loket Tiket
2. Hall Penonton
3. Cafetaria
4. Sport Shop
5. Ruang Penonton VIP
6. Ruang Penonton Umum
7. Ruang Penonton Difabel
8. Toilet
4 Penonton Aquatic Centre 1. Loket Tiket
2. Hall Penonton
3. Cafetaria
4. Sport Shop
5. Ruang Penonton VIP
6. Ruang Penonton Umum
7. Toilet
5 Pengelola Sport Hall 1. Hall Penerima
2. Receptionis
3. Toilet
4. Ruang General Manager
5. Ruang Sekretariat
4
Jurnal SULAPA Universitas Bosowa

6. Ruang Staff
7. Ruang Tata Usaha
8. Ruang Panitia
9. Ruang Supervisor
10. Ruang Rapat
11. Ruang Cleaning Service
12. Ruang Satpam
13. Mushollah
14. Gudang
15. Ruang Control
16. Ruang Mekanikal Elektrik
6 Pengelola Aquatic Centre 1. Hall Penerima
2. Receptionis
3. Toilet
4. Ruang General Manager
5. Ruang Sekretariat
6. Ruang Staff
7. Ruang Tata Usaha
8. Ruang Panitia
9. Ruang Supervisor
10. Ruang Rapat
11. Ruang Cleaning Service
12. Ruang Satpam
13. Mushollah
14. Gudang
15. Ruang Control
16. Ruang Mekanikal Elektrik
7 Wartawan / Pers 1. Ruang Kerja Media
2. Ruang Konferensi Pers
3. Toilet
4. Lounge
Sumber: Barrung, 2018

3. Metode Perancangan
Metode yang digunakan pada kajian ini adalah metode programatik. Metode programatik yaitu metode
pembahasan secara sistematis, rasional, dan analitik dengan menggambarkan, mendiagramkan, serta
memvisualisasikan tentang objek kajian berdasarkan literatur dan standar yang ada. Metode ini dilakukan
dalam analisa fisik bangunan, besaran ruang, struktur dan analisis-analisis lain yang berkaitan dengan
standar perancangan sport centre.
Berikut ini hasil analisa yang akan dibahas dalam penerapan struktur rangka ruang (space frame) pada
perencanaan sport centre (redesain GOR).
a. Elemen – Elemen Penyusun Space Frame
Bentuk space frame ini dikembangkan dari pola grid dua lapis ( double-layer grids), dengan batang-
batang yang menghubungkan titik-titik grid secara tiga dimensional. Elemen dasar pembentuk struktur
rangka ini adalah :
1) Rangka batang bidang.
2) Piramid dengan dasar segiempat membentuk octahedron.
3) Piramid dengan dasar segitiga membentuk tetrahedron.

Gambar 3.1: Elemen pembentuk struktur rangka ruang


Sumber: Schodek, 1999

5
Jurnal SULAPA Universitas Bosowa

b. Jenis Model Struktur Space Frame


Modul space frame yaitu rangkaian dari pipa atau batang dan node yang dirangkai menjadi satu.
Modul yang dirangkai sehingga membuat bidang yang digunakan sebagai atap atau selubung
bangunan. Terdapat beberapa bentuk modul space frame yaitu:
Tabel 2. Macam-Macam Bentuk Modul Space Frame
No Nama Gambar No Nama Gambar
1 Square grid 3 Hexagon grid

2 Tetrahedron grid 4 Octagon grid

Sumber: http://eu.lib.kmutt.ac.th/elearning/Courseware/ARC261/chapter6,5.html

Ada juga jenis model struktur space frame berdasarkan kelengkungan, sebagai berikut:
1) Flat Cover
Hasil gubahan dari struktur planar. Bidangnya disusun melalui batang horizontal dan gaya lateralnya
disokong oleh batang diagonal.

Gambar 3.2: Flat double layer grid


Sumber: www.setareh.arch.vt.edu

2) Barrel Vaults
Jenis space-frame yang memiliki potongan diagonal dari suatu lengkungan sederhana. Sehingga,
tidak membutuhkan modul tetrahedral atau piramid sebagai bagian pendukungnya. Elemen dasar
pembentuk strukturnya, rangka batang bidang.

Gambar 3.3: Barrel Vaults


Sumber: www.setareh.arch.vt.edu

6
Jurnal SULAPA Universitas Bosowa

3) Spherical Domes
Bentuk kubah ini membutuhkan modul tetrhedron atau piramid disertai dukungan tambahan dari
struktur membran (kulit).

Gambar 3.4: Spherical Domes


Sumber: www.setareh.arch.vt.edu

4) Freefoam
Jenis model space frame ini memiliki potongan diagonal yang sama dengan model barrel valuts,
membentuk lengkungan tetapi non-simetris atau tidak beraturan dan memiliki titik sumbu yang unik.
Bentuk freefoam tersusun dari elemen pembentuk struktur rangka piramid dengan dasar segitiga.

Gambar 3.5: Freefoam double layer


Sumber: www.setareh.arch.vt.edu

c. Jenis Sambungan Space Frame


Ada beberapa jenis sambungan yang menghubungkan antara node dengan pipa atau batang dalam
rangkaian space frame. Penggunaan jenis sambungan disesuaikan dengan beban yang akan diterima,
lebar bentang space frame dan kebutuhan estetika pada bangunan. Ada 5 jenis macam sambungan
sesuai dengan pemasangannya. Berikut adalah penjelasan sistem sambungan struktur rangka ruang
(space frame).

1) Sistem Mero
a) Sistem sambungan terdiri dari sebuah benda yang berfungsi sebagai titik sambung dari baja press
(hot pressed steel) ditempa dengan permukaan-permukaan gosok dan lubang- lubang tepuk.
Batang-batang (member) merupakan potongan baja hollow dengan baja tempaan berbentuk
kerucut yang dilas pada pada pinggirannya yang dibuat sambungan (bolt) pasang yang dapat
dilepas. Sambungan (bolt) dirapatkan menggunakan pin pengunci (dowel pin) yang sudah ditata
secara rapi.
b) Hingga 18 batang member yang dapat disambungkan melalui sistem sambungan ini secara
seragam.
c) Pabrik dapat menghasilkan sambungan ini dengan kisaran diameter dari 46,5 - 350 mm,
kemungkinan bentangan berkisar antara M12-M64 dengan batas penanganan gaya maksimum
1413 kN.

7
Jurnal SULAPA Universitas Bosowa

Gambar 3.6: Sistem Sambungan Mero


Sumber: Schodek, 1999

2) Sistem Unistrud
a) Sistem sambungan ini terdiri dari plat penghubung yang merupakan plat baja press.
b) Hanya terdiri atas 4 (empat) komponen, yaitu plat konektor, strud, sambungan (bolt) dan nut.
c) Batang-batang member merupakan potongan batang yang dibuat untuk fungsi lubang saluran dan
diikat oleh plat konektor dengan menggunakan sambungan tunggal pada masing-masing
ujungnya.
d) Bentangan maksimal untuk sistem ini sekitar 40 m dengan standar modul 1,2-1,5 m. Nama
moduspan juga merupakan sebutan untuk sistem ini.

Gambar 3.7: Sistem Sambungan Unistrud


Sumber: Schodek, 1999

3) Sistem Oktaplat
a) Memanfaatkan material bola baja hollow dan batang member silinder yang disambungkan dengan
sistem las. Titik sambung terbentuk dari hasil penyambungan las dua cangkang setengah bola
secara bersamaan yang terbuat dari plat baja baik melalui sistem press panas, maupun dingin.
b) Bola baja hollow mungkin diperkuat dengan semacam diafragma tahunan.
c) Bola hollow sudah pernah digunakan dengan diameter hingga 500 mm.

Gambar 3.8: Sistem Sambungan Oktaplat


Sumber: Schodek, 1999
8
Jurnal SULAPA Universitas Bosowa

4) Sistem Space Deck


a) Empat diagonalnya dibuat dari tiang tangkai atau batang yang dihubungkan (dengan sistem las)
pada pojok-pojok dari sudut rangkanya dan dihubungkan pada suatu pada bagian yang
menempati puncak strukturnya. Hal ini didasarkan pada unit limas segiempat.
b) Sistem space deck umumnya digunakan untuk bentangan yang lebih kurang dari 40 m dengan
suatu standar modul dan kedalaman 1,2 m. sebuah kedalaman structural minimum pada 0.75 m
juga diterapkan.
c) Untuk pembebanan desain yang lebih tinggi dan bentangan yang lebih besar, modul alternatif
produksi berkisar antara 1,5 m dan 2,0 m dengan kedalaman yang sama dengan modul.

Gambar 3.9 : Sistem Sambungan Space Deck


Sumber: Schodek, 1999

5) Sistem Triodetik
a) Terdiri dari sebuah pusat konektor aluminium yang dibentangkan dengan kunci penyambung
(hub) yang tajam. Tiap-tiap ujung member dipress dengan tujuan untuk membentuk suatu
pinggiran berbentuk koin yang cocok untuk dihubungkan dengan kunci penyambungnya.
b) Sambungan ini selesai ketika seluruh batang member sudah dimasukkan pada pusat konektor
(hub), washer diletakkan pada tiap-tiap ujung dari pusat konektor (hub), dan sebuah baut
ditancapkan pada pusat konektor (hub).
c) Murni menggunakan material aluminium dan diluruskan menggunakan tabung baja yang
digalvanisasikan dan penghubung aluminium (aluminium hub).
d) Sistem double layer grids yang menggunakan sambungan triodetik sudah pernah digunakan pada
bangunan dengan bentangan hingga 33 m. Modul dasarnya hampir dapat diterapkan hingga 2,7
m. Kedalaman permukaan umumnya 70% dari ukuran modul.

Gambar 3.10 : Sistem Sambungan Triodetik


Sumber: Schodek, 1999

4. Hasil Pembahasan
Untuk mengetahui penerapan sistem struktur rangka ruang (space frame) yang tepat pada bangunan sport
centre, maka dilakukan kajian terhadap, serviceability, efisiensi, konstruksi, material pembentuk, sistem
struktur space frame, dan sistem sambungan struktur space frame.
a. Serviceability
Sistem struktur rangka adalah sistem struktur yang terdiri dari batang-batang yang panjangnya jauh
lebih besar dibandingkan dengan ukuran penampangnya. Struktur rangka batang adalah sistem struktur
yang elemen penyusunnya hanya dapat menerima gaya aksial saja (tarik atau tekan).
9
Jurnal SULAPA Universitas Bosowa

Kondisi sambungan antar batang pada sistem struktur rangka batang adalah sendi, sehingga tidak dapat
memikul beban. Pada sistem struktur rangka batang faktor gaya inersia diabaikan, sedangkan pada
rangka ruang (space frame) faktor gaya inersianya diperhitungkan.
Sebuah sistem struktur rangka ruang (space frame) memiliki kekakuan yang cukup tinggi meskipun
menggunakan material struktur yang ringan. Hal ini disebabkan oleh adanya elemen tiga dimensi
unsur-unsur penyusunnya yang bekerja secara penuh dalam menahan beban-beban terpusat simetris.
Semua elemen saling berkontribusi ketika adanya beban yang kemudian diteruskan ke bagian kolom
dan selanjutnya diteruskan menuju pondasi. Dengan menggunakan sistem struktur rangka ruang (space
frame) pembagian beban pada bangunan menjadi lebih merata. Sistem struktur rangka batang maupun
rangka ruang memiliki bentuk geometri yang teratur, sehingga memudahkan untuk dieksploitasi secara
arsitektural.

Gambar 4.1 : Pembagian Beban pada Struktur Rangka Ruang & Rangka Batang
Sumber : Schodek, 1998
b. Efisiensi
Penerapan sistem struktur rangka ruang (space frame) pada umumnya menggunakan material baja atau
alumunium. Baja dan Alumunium dipilih karena baja atau aluminium memiliki beban material yang
relatif ringan. Material yang digunakan untuk sistem struktur space frame juga cenderung lebih hemat.
Karena menggunakan material baja atau alumunium maka struktur space frame memiliki umur yang
relatif panjang dan awet. Namun dikarenakan material penyusun sistem struktur space frame harus
dibuat secara fabrikasi maka biaya penyediaan material yang diperlukan cukup besar.
Dari segi ketenagakerjaan, penggunaan sistem struktur rangka ruang (space frame) menghemat tenaga
kerja. Karena material semua telah dibuat secara fabrikasi, maka pada saat di lapangan hanya
diperlukan tenaga untuk pemasangan saja. Sistem struktur rangka ruang (space frame) mudah dipasang
dan dibongkar sehingga tidak membutuhkan terlalu banyak tenaga untuk pengerjaannya, hal tersebut
tentunya merupakan efisiensi pada biaya tenaga pengerjaan. Waktu pemasangan yang dibutuhkan pada
sistem struktur rangka ruang (space frame) relatif cepat dan tenaga ahli yang dibutuhkan juga mudah
untuk ditemukan.

c. Konstruksi
Sistem struktur rangka ruang (space frame) merupakan sistem struktur modular yang dapat dirakit
perbagian serta merupakan suatu sistem struktur fabrikasi. Rangka ruang dapat diproduksi secara
sederhana melalui prefabrikasi unit, sesuai dengan ukuran dan bentuk standar yang sering digunakan
serta memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Dengan menggunakan sistem struktur rangka batang
maupun rangka ruang, pemasangan sistem utilitas menjadi lebih mudah karena dapat diletakkan pada
bagian simpul-simpul struktur.

d. Material
Terdapat dua material yang dapat diterapkan pada sistem struktur rangka ruang, yaitu baja dan
alumunium Diantara dua material yang dapat digunakan pada sistem struktur rangka ruang, maka
dilakukan komparasi untuk selanjutnya dapat dipilih material apa yang lebih aman dan kuat untuk
digunakan pada bangunan sport centre sudiang di kota Makassar.
1) Baja
Kelebihan:
a) Memiliki kekuatan tinggi, dibandingkan dengan material lainnya.
b) Mudah untuk dipasang, karena telah memiliki bentuk standar, sehingga waktu pengerjaan juga
lebih cepat.
c) Keseragaman, dimana sifat baja tidak berubah oleh waktu.

10
Jurnal SULAPA Universitas Bosowa

d) Mudah didapatkan.
e) Memiliki elastisitas tinggi.
f) Memiliki umur yang panjang dan tahan lama.
g) Perawatannya mudah.
h) Memiliki ketahan terhadap api.
i) Adaptif terhadap prefabrikasi.
j) Dapat digunakan kembali setelah dilakukan pembongkaran
Kekurangan:
a) Rentan terhadap korosi, terutama bila sering terjadi kontak dengan air.
b) Meskipun memiliki ketahan dari api, namun baja adalah konduktor api yang baik sehingga
dapat memicu kebakan pada bagian bangunan lain, dan kekuatannya akan menurun setelah
terkena api.
c) Biaya pemeliharaan yang tinggi untuk mencegah terjadinya korosi.
d) Kekuatan baja akan menurun jika mendapat beban siklis.
e) Pada kondisi tertentu baja akan kehilangan daktilitasnya dan keruntuhan getas dapat terjadi
pada tempat dengan konsentrasi tegangan tinggi.
f) Tidak fleksibel
2) Alumunium
Kelebihan:
a) Tahan terhadap serangga dan cuaca.
b) Memiliki berat yang relatif ringan.
c) Pemasangan yang cepat dan mudah.
d) Material mudah didapatkan.
e) Tahan terhadap panas.
f) Fleksibel dan adaptif terhadap prefabrikasi.
Kekurangan:
a) Karena massanya yang ringan maka alumunium tidak kuat menahan beban yang terlalu besar.
b) Perawatan yang rumit.
c) Rawan terhadap kebocoran, jika instalasinya tidak rapi.
d) Tidak tahan korosi.
e) Biaya pemeliharaan yang tinggi untuk mencegah terjadinya korosi.
Setelah dilakukan komparasi, maka matetrial baja terpilih sebagai material penyusun sistem struktur
rangka ruang (space frame). Melihat dari kelebihan dan kekurangan material baja tersebut, maka
dapat diketahui bahwa sistem struktur rangka ruang adalah sistem struktur yang dapat diterapkan
pada perancangan Sport Centre Sudiang di kota Makassar. Dari kajian ini maka dapat diusulkan
sebuah desain bangunan sport centre yang mewadahi kegiatan olahraga menggunakan sistem
struktur rangka ruang (space frame).

e. Sistem Struktur
1) Sistem Struktur Sport Hall (GOR)
Sistem struktur pada atap bangunan sport hall menggunakan struktur rangka ruang (space frame).
Struktur space frame ini dikembangkan dari pola grid dua lapis (double layer grids), dengan batang-
batang baja yang menghubungkan titik-titik grid secara tiga dimensional. Elemen pembentuk
strukturnya dari rangka batang bidang.
Model struktur space frame sport hall membentuk dome (diameter 110 m), yaitu semua rangka
utama dipasang melingkar sepanjang balok tumpuan dan mengarah kepusat dome. Rangka ruang ini
terdiri dari 2 layer yaitu layer atas dan layer bawah dengan Rangka utama adalah rangka bidang
(plane frame) sebanyak 96 buah dengan panjang yang ber beda-beda yaitu :
a) Rangka yang panjang hanya 65% dari radius dome sebanyak 48 buah,
b) Rangka yang panjangnya kurang 3 m dari radius dome sebanyak 24 buah,
c) Rangka yang panjangnya full ke pusat dome sebanyak 24 buah.
Bentuk rangka utama sebagaimana terlihat pada gambar berupa rangka V, yang kesemuanya
dihubungkan satu sama lain dengan batang cross (X) pada layer atas dan layer bawah. Untuk
memperkuat hubungan layer atas dan bawah digunakan batang (element) diagonal vertical (bentuk
V) yang menghubungkan joint atas pada rangka satu dan joint bawah pada rangka lainnya.

11
Jurnal SULAPA Universitas Bosowa

b
Gambar 4.3 : Model Struktur Space Frame Sport Hall
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2018

2) Sistem Struktur Aquatic Centre


Sistem struktur pada atap aquatic centre mengunakan model struktur space frame membentuk gerakan
fluida air, model struktur ini disebut free foam, yaitu tersusun dari elemen pembentuk struktur rangka
batang dengan dasar segitiga, yang membentuk lengkungan mengikuti model gelombang air. Rangka
ruang (space frame) aquatic centre terdiri dari 2 layer yaitu layer atas dan layer bawah yang keduanya
berbentuk bidang lengkung parabolic-hyperbolic dengan ukuran 120 x 190 m dan ujung tepi bidangnya
membentuk elips (tampak atas). Bentuk lengkung pada layer atas berupa parabolic yang simetris pada
arah melintang dan non-simetris pada arah memenjang, sedang bentuk lengkung parabolic-hyperbolic
yang juga simetris pada arah melintang dan non simetris pada arah memanjang. Sistem strukturnya
terbentuk dari rangka utama yang berupa rangka bidang (plane frame) vertical yang dipasang pada 2
arah saling tegak lurus membentuk grid (kotak-kotak) dengan jarak 5 m. Susunan grid rangka utama ini
difungsi untuk saling mendukung memikul beban rangka untuk dialihkan ke titik tumpuan yaitu 4 titik
tumpuan. Jarak antara titik tumpuan adalah 110m pada arah memanjang dan 50m pada arah melintang.
Struktur rangka utama terdiri dari batang (eleman) atas dan batang (elemen) bawah yang bentuk
rangkaiannya mengikuti lintasan lengkung (mendekati garis lengkung parabolic-hyperbolic) dimana
rangka tersebut ditempatkan. Selain batang atas dan bawah digunakan batang vertical dan penguatnya
batang diagonal (V), dan khusus pada area yang berdekatan dengan tumpuan menggunkan penguat
batang cross (X).

12
Jurnal SULAPA Universitas Bosowa

b
Gambar 4.4 : Model Struktur Space Frame Aquatic Centre
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2018
f. Sistem Sambungan Struktur
1) Sistem Sambungan Space Frmae Sport Hall (GOR)
Sistem sambungan antara elemen batang rangka menggunkan sistem mero (joint ball) sebagaimana
terlihat pada gambar. Untuk tumpuan joint diperkuat dengan plat landasan dan plat cross vertical.
Pada titik tengah dome yaitu pertemuan ujung rangka menggunakan joint selinder plat. Diameter
pipa silinder 20 cm pada batang melintang, 12,5 cm pada batang cross (X). Hubungan rangka utama
dengan joint ball menggunakan sambungan las.

Gambar 4.5 : Sistem Sambungan Space Frame Sport Hall


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2018

2) Sistem Sambungan Space Frame Aquatic Centre


Sistem sambungan antara elemen batang rangka menggunkan sambungan space deck. Empat
diagonalnya dibuat dari tianp tangkai atau batang yang dihubungkan (dengan sistem las) pada pojok-
pojok dari sudut rangkanya dan dihubungkan pada suatu pada bagian yang menempati puncak
strukturnya. Hal ini didasarkan pada bentuk limas segiempat. Pipa selinder yang didesain
berdiameter 20 cm. Batang(elemen) rangka yang digunakan adalah baja pipa dengan diameter yang
bervariasi dari diameter 20 cm s/d 30 cm. Struktur tumpuan sebanyak 4 buah berfungsi sebagai
pemikul struktur rangka 2 layer tersebut, yang juga berupa konstruksi rangka yang terdiri dari 1 tiang
tengah pipa baja berdiameter 120 cm yang dikelilingi 8 buah tiang pipa baja berdiameter 60 cm.
Sebagaimana terlihat pada gabar.

Gambar 4.6 : Sistem Sambungan Space Frame Aquatic Centre


Sumber: Dokumen Penulis, 2018

13
Jurnal SULAPA Universitas Bosowa

5. Kesimpulan
Sistem struktur rangka ruang (space frame) dapat diterapkan untuk bangunan Sport Centre Sudiang di kota
Makassar. Dengan mempertimbangkan serviceability, efisiensi, konstruksi material,sistem struktur dan
sistem sambungan struktur. Sistem struktur rangka ruang (space frame) terbentuk dari elemen rangka
batang yang berfungsi sebagai kolom dan balok. Sistem struktur rangka ruang cocok untuk diterapkan pada
bangunan sport centre dimana sebuah sistem struktur rangka ruang mampu memikul atap dengan
bentangan panjang tanpa kolom, memiliki kekakuan yang cukup tinggi meskipun menggunakan material
struktur yang ringan. Pada penerapannya sistem struktur rangka ruang memiliki efisiensi yang baik, dimana
menggunakan material yang mudah ditemukan dan sudah terfabrikasi, sehingga pengerjaannya tidak
membutuhkan waktu lama. Tenaga kerja yang dibutuhkan juga tidak terlalu banyak. Meskipun harganya
sedikit lebih mahal dikarenakan material penyusunnya dibuat di pabrik (fabrikasi). Sistem struktur rangka
ruang merupakan sistem struktur modular yang dapat dirakit perbagian serta merupakan suatu sistem
struktur fabrikasi.

6. Referensi
Weliam. 2016. Maguwoharjo Sport Centre Di Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta
Frick, Heinz dkk. 2007. Sistem Bentuk Struktur Bangunan. Yogyakarta: Kansius
Tanggoro, Dwi dkk. 2006. Struktur Tinggi dan Bentang Lebar. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Satwiko, Prasasto. 2008. Fisika Bangunan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Tanggoro, Dwi dkk. 2006. Struktur Tinggi dan Bentang Lebar. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Schodeck, Daniel L. 1998. Struktur. Bandung: Penerbit PT Refika Aditama.
Weliam. 2016. Maguwoharjo Sport Centre Di Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta
http://eu.lib.kmutt.ac.th/elearning/Courseware/ARC261/chapter6,5.html// di akses tanggal 15 agustus
2018.
www.setareh.arch.vt.edu di akses tanggal 20 agustus 2018.

14

Anda mungkin juga menyukai