Anda di halaman 1dari 8

TEORI PROBABILITAS (PROBABILITY THEORY)

A. Sejarah Probabilitas
Probabilitas dikenal dengan teori peluang. Teori peluang awalnya diinspirasi oleh
masalah perjudian. Awalnya dilakukan oleh matematikawan dan fisikawan Itali yang
bernama Girolamo Cardano (1501-1576). Cardano lahir pada tanggal 24 September
1501. Cardano merupakan seorang penjudi pada waktu itu. Walaupun judi berpengaruh
buruk terhadap keluarganya, namun judi juga memacunya untuk mempelajari peluang.
Dalam bukunya yang berjudul Liber de Ludo Aleae (Book on Games of Changes) pada
tahun 1565, Cardano banyak membahas konsep dasar dari peluang yang berisi tentang
masalah perjudian. Sayangnya tidak pernah dipublikasikan sampai 1663. Girolamo
merupakan salah seorang dari bapak probability. Pada tahun 1654, seorang penjudi
lainnya yang bernama Chevalier de Mere menemukan sistem perjudian.
Ketika Chevalier kalah dalam berjudi dia meminta temannya Blaise Pascal (1623- 1662)
untuk menganalisis sistim perjudiannya. Pascal menemukan bahwa sistem yang dipunyai
oleh Chevalier akan mengakibatkan peluang dia kalah 51 %. Pascal kemudian menjadi
tertarik dengan peluang, dan mulailah dia mempelajari masalah perjudian. Dia
mendiskusikannya dengan matematikawan terkenal yang lain yaitu Pierre de Fermat
(1601-1665). Mereka berdiskusi pada tahun 1654 antara bulan Juni dan Oktober melalui
7 buah surat yang ditulis oleh Blaise Pascal dan Pierre de Fermat yang membentuk asal
kejadian dari konsep peluang. Pascal bekerjasama dengan Fermat menyelesaikan soal-
soal yang diberikan oleh Chevalier de Mere.
Di awal tahun 1656, Christiaan Huygens menulis naskah Van Rekeningh in
Spelen van Geluck . Van Rekeningh in Spelen van Geluck adalah risalat singkat terdiri
dari 15 halaman, yang kemung kinan didasarkan atas apa yang dilihat Huygen selama dia
menetap di Paris pada tahun-tahun sebelumnya tentang surat menyurat antara Pascal dan
Fermat. Pada bentuk akhirnya, tulisan ini memuat 14 masalah (Voorstellen) dengan
solusi atau buktinya dan 5 masalah yang harus diselesaikan oleh pembaca. Lima masalah
terakhir adalah sebagian dari masalah Fermat dan Pascal. Masalah terakhir dari kelima
masalah tersebut pada akhirnya dikenal sebagai “Gambler’s ruin” dan bagian-bagian dari
surat menyurat Pascal dan Fermat yang di terbitkan pada tahun 1656.
Pada tahun 1709 Jaques (Jacob) Bernoulli me nulis buku Ars Conjectandi, yang terdiri 5
bagian, yaitu:
1. Menulis lagi Liber de Ludo Aleae (Book on Games of Chance) karya Cardano
2. Permutasi dan Kombinasi
3. Distribusi Binomial dan Multinomial
4. Teori Peluang

B. Konsep Probabilitas
Salah satu referensi dalam mencari kebenaran, manusia berpaling kepada ilmu.
Hal ini dikarenakan ciri-ciri dari ilmu tersebut yang dalam proses pembentukannya
sangat ketat dengan alatnya berupa metode ilmiah. Hanya saja terkadang kepercayaan
manusia akan sesuatu itu terlalu tinggi sehingga seolah-olah apa yang telah dinyatakan
oleh ilmu akan bersih dari kekeliruan atau kesalahan. Satu hal yang perlu disadari bahwa
“…ilmu tidak pernah ingin dan tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan
yang bersifat mutlak” (Jujun : 79). Oleh karena itu manusia yang mempercayai ilmu
tidak akan sepenuhnya menumpukan kepercayaannya terhadap apa yang dinyatakan oleh
ilmu tersebut. Seseorang yang mengenal dengan baik hakikat ilmu akan lebih
mempercayai pernyataan “ 80% anda akan sembuh jika meminum obat ini” daripada
pernyataan “yakinlah bahwa anda pasti sembuh setelah meminum obat ini”.
Hal ini menyadarkan kita bahwa suatu ilmu menawarkan kepada kita suatu
jawaban yang berupa peluang. Yang didalamnya selain terdapat kemungkin bernilai
benar juga mengandung kemungkinan yang bernilai salah. Nilai kebenarannya pun
tergantung dari prosentase kebenaran yang dikandung ilmu tersebut. Sehingga ini akan
menuntun kita kepada seberapa besar kepercayaan kita akan kita tumpukan pada jawaban
yang diberikan oleh ilmu tersebut.

C. Pengertian Probabilitas
Dalam KBBI, probabiltas adalah kemungkinan. Peluang atau kebolehjadian atau dikenal
sebagai probabilitas adalah cara untuk mengungkapkan pengetahuan atau kepercayaan
bahwa suatu kejadian akan berlaku atau telah terjadi. Secara umum, probabilitas dapat
dipahami sebagai suatu nilai dari 0 s/d 1 yang menunjukkan seberapa besar kemungkinan
terjadinya suatu peristiwa. Sedikitnya ada dua hal penting yag perlu diketahui yaitu
mengenai kemungkinan (peluang) dan pengertian tentang kejadian.
Suatu kejadian (event) adalah sekumpulan dari hasil-hasil pada suatu eksperimen.
Adapun hasil adalah sekumpulan data yang merupakan seluruh hasil eksperimen,
sedangkan eksperimen menjelaskan suatu proses yang dilakukan untuk mendapatkan
hasil yang dapat diamati lebih jauh. Contohnya, dalam pelemparan dadu untuk
mendapatkan hasil merupakan suatu eksperimen, sedangkan 1, 2, 3, 4, 5, 6 adalah
keseluruhan hasil yang mungkin terjadi. Kumpulan angka genap maupun ganjil adalah
kejadian. Membicarakan kemungkinan terjadinya sesuatu maka sama saja dengan
membicarakan hal yang belum terjadi. Dalam statistika, lingkup yang membicarakan
mengenai hal yang belum terjadi atau memperkirakan sesuatu yang besar (populasi)
berdasarkan informasi dari sebagian kecil yang diambil dari sesuatu yang besar tersebut
(sampel) adalah lingkup statistika inferensia.
Peluang semata-mata adalah suatu cara untuk menyatakan kesempatan terjadinya suatu
peristiwa. Secara kualitatif peluang dapat dinyatakan dalam bentuk kata sifat untuk
menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu keadaan seperti “baik”, “lemah”, “kuat”,
“miskin”, “sedikit” dan lain sebagainya. Secara kuantitatif, peluang dinyatakan sebagai
nilai-nilai numeris baik dalam bentuk pecahan maupun desimal antara 0 dan 1. Peluang
sama dengan 0 berarti sebuah peristiwa tidak bisa terjadi sedangkan peluang sama
dengan 1 berarti peristiwa tersebut pasti terjadi.
Berbicara mengenai peluang kita dihadapkan dalam suatu kondisi yang tidak pasti, akan
tetapi kita hanya diberikan suatu petunjuk atau gambaran seberapa besar keyakinan kita
bahwa suatu peristiwa bisa terjadi. Semakin besar nilai peluang yang dihasilkan dari
suatu perhitungan maka semakin besar keyakinan kita bahwa peristiwa itu akan terjadi.
Dewasa ini, perkiraan tentang akan terjadinya suatu gejala alam bukanlah sesuatu
pekerjaan sederhana akan tetapi telah melalui suatu proses perhitungan yang sangat
kompleks. Gejala sebuah peristiwa tidak hanya dikaji dari satu sisi saja, misalnya
pengaruh waktu, akan tetapi juga melibatkan banyak variabel yang terkait dengan
peristiwa tersebut. Olehkarena itu peluang yang didasarkan pada latar belakang ilmiah
bisa memberikan tingkat keyakinan yang lebih tinggi bagi orang yang memerlukannya.
Salah satu cara untuk menyatakan peluang dari suatu peristiwa adalah penggunaan
diagram Venn. Meski konvensional, tetapi cara ini ternyata lebih mudah dipahami oleh
masyarakat luas khususnya bagi orang-orang yang bukan berlatar belakang matematika.
Diagram Venn berbentuk persegi panjang untuk menyatakan semua peristiwa yang bisa
terjadi dan lingkaran untuk menggambarkan peluang terjadinya peristiwa tertentu.
Pengambaran diagram umumnya tidak menggunakan skala yang sesungguhnya

D. Ciri-ciri Probabilitas
Secara umum Probabilitas dapat dipahami sebagai suatu nilai dari 0 s/d 1 yang
menunjukkan seberapa besar kemungkinan terjadinya suatu peristiwa.
Sedikitnya terdapat dua hal penting yang perlu digarisbawahi dari pengertian di atas
yaitu mengenai kemungkinan (peluang) dan pengertian tentang kejadian. Suatu kejadian
(event), adalah sekumpulan atau lebih dari hasil-hasil yang mungkin pada suatu
eksperimen.Adapun hasil (outcome) adalah sekumpulan data yang merupakan seluruh
hasil dari eksperimen. Sedangkan eksperimen (experiment) sendiri menjelaskan suatu
proses yang dilakukan untuk mendapatkan hasil-hasil yang dapat diamati lebih jauh.
Contoh Kasus Probabilitas
Sejenis kanker ditemukan pada tiga dari 1000 orang Indonesia. Untuk
mendeteksinya, telah dikembangkan sebuah screening test yang memiliki probabilitas
error sebagai berikut: Diantara orang yang sehat, terdapat 5% salah deteksi (A+)
sehingga 5% dari orang-orang yang sehat tersebut akan dinyatakan sakit. Diantara orang
yang sakit kanker, terdapat 2% salah deteksi (A-) sehingga 2% dari orang-orang yang
sakit tersebut akan dinyatakan sehat. Jika test ini dilakukan untuk umum, maka yang
terkena deteksi A+ akan dioperasi untuk diperiksa lebih lanjut. Berapa kemungkinannya
dari orang-orang yang telah terdeteksi a+ ini benar-benar terkena kanker?

E. Lingkup Kajian
Peluang Logis, Empiris Dan Subjektif
1. Peluang Logis
Peluang logis dari sebuah peristiwa adalah rasio antara jumlah peristiwa yangbisa terjadi
dengan jumlah semua hasil yang bisa terjadi, dimana hasil ini dapat diturunkan dari sebuah
eksperimen.
Peluang logis sebenarnya didasarnya pada pertimbangan logika semata, bukan berdasarkan
hasil percobaan. Tetapi hasil ini bisa diuji melalui suatu percobaan. Pelemparan dua buah
dadu yang merupakan salah satu upaya keras tertua dalam pengembangan teori peluang, bisa
diambil sebagai contoh dari penurunan peluang logis ini. Pada pelemparan dua buah dadu
kita tahu bahwa jumlah angka dari kedua dadu yang bisa muncul adalah 2, 3, 4, 5, …, 12 atau
ada 11 peristiwa yang berbeda.
2. Peluang Empiris
Peluang empiris atau ada pula yang menyebutnya sebagai peluang objektif, hanya bisa
diperoleh melalui percobaan atau eksperimen yang dilakukan secara berulang-ulang, dalam
kondisi yang sama dan diharapkan dalam jumlah yang besar. Dari eksperimen ini akan
dihasilkan informasi berupa frekuensi relatif yang sangat berguna khususnya untuk keperluan
perbaikan sebuah sistem.
Misalnya saja dalam proses pengemasan susu ingin diketahui berapa persen kemasan yang
berisikan lebih dari 150 ml. Dari proses pengisian yang cukup lama, maka bisa dibuat
distribusi frekuensi volume susu yang terisi kedalam kotak atau susu yang tercecer pada
setiap pengisian. Dari sini maka akan akan diperoleh informasi yang sangat berguna untuk
melakukan penyesuaian terhadap sistem kerja mesin pengisi susu tersebut.
3. Peluang Subjektif
Peluang subjektif adalah sebuah bilangan antara 0 dan 1 yang digunakan seseorang untuk
menyatakan perasaan ketidakpastian tentang terjadinya peristiwa tertentu. Peluang 0 berarti
seseorang merasa bahwa peristiwa tersebut tidak mungkin terjadi, sedangkan peluang 1
berarti bahwa seseorang yakin bahwa peristiwa tersebut pasti terjadi.Definisi ini jelas
merupakan pandangan subjektif atau pribadi tentang peluang.Peluang subjektif muncul ketika
seorang pengambil keputusan dihadapkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa
dijawab berdasarkan peluang empiris atau frekuensi empiris.
Sebagai contoh “Berapa peluang penjualan barang X bulan depan akan melebihi 50.000 unit
jika dilakukan perubahan kemasan?”. Sudah barang tentu eksperimen tentang pengaruh
perubahan kemasan terhadap volume penjualan dengan pengulangan yang sangat besar jarang
dilakukan bahkan tidak pernah dilakukan. Meski menggunakan data penjualan bulanan bukan
sesuatu yang musthail, akan tetapi tidaklah efisien jika perusahaan selalu merubah kemasan
setiap bulannya hanya untuk meningkatkan volume penjualan. Olehkarena itu, biasanya
seorang manajer menggunakan intuisi atau perasaannya dalam menentukan nilai peluang ini.
Jadi tidaklah heran jika seorang manajer menyatakan “peluang terjualnya barang X melebihi
50.000 unit pada bulan depan adalah 0,40”.
Meski peluang subjektif tidak didasarkan pada suatu eksperimen ilmiah, namun
penggunaannya tetap bisa dipertanggungjawabkan. Dalam menentukan nilai peluang ini,
seorang pengambil keputusan tetap menggunakan prinsip-prinsip logis yang didasarkan pada
pengalaman yang diperolehnya. Seorang pengambil keputusan sudah mengetahui secara
nyata apa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusannya sehingga dia bisa memprediksi apa
kira-kira yang bakal terjadi dari keputusan yang diambilnya.Sampai saat ini pengambilan
keputusan berdasarkan peluang subjektif masih dibilang sebagai salah satu tehnik manajerial
yang terbaik.

F. Kegunaan Probabilitas
Manfaat probabilitas yaitu membantu kita dalam mengambil suatu keputusan
yang lebih tepat. Dalam pengambilan keputusan dimaksudkan bahwa tidak ada
keputusan yang sudah pasti karena kehidupan mendatang tidak kita ketahui kepastiannya
dari sekarang, karena informasi yang didapat tidaklah sempurna. Mampu menarik
kesimpulan secara tepat atas hipotesis yang terkait dengan hal yang dibahas, meramalkan
kejadian yang akan datang berdasarkan hipotesis-hipotesis yang telah kita buat.
Mengukur derajat ketidakpastian dari analisis.

G. Macam-macam Probabilitas
Ada dua macam probabilitas, yaitu :
1. Probabilitas apriori, merupakan probabilitas yang disusun berdasarkan perhitungan
akal, bukan atas dasar pengalaman. Misalnya, dalam menentukan kemungkinan mata
dadu yang akan keluar, maka ada kemungkinan 1/6, karena sebuah mata dadu
memiliki 6 bagian.
2. Probabilitas Relatif Frekuensi, merpakan probabilitas yang disusun berdasarkan
statistik atas fakta-fakta empiris, misalnya probabilitas tentang gagalnya tembakan
pistol adalah 5, maksudnya bahwa setiap 100 kali peluru ditembakkan maka paling
tidak ada 5 kali macet. Hal ini disusun atas dasar pengamatan atas peristiwa.

DAFTAR BACAAN
Susriasumantri, Jujun S.1987. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Baktiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Bambang S. Soedibjo. 2007. Statistik. Universitas Komputer Indonesia.
Dalam menentukan suatu asumsi dalam perspektif filsafat, permasalahan utamanya
adalah mempertanyakan pada pada diri sendiri (peneliti) apakah sebenarnya yang ingin
dipelajari dari ilmu. Terdapat kecenderungan, sekiranya menyangkut hukum kejadian yang
berlaku bagi seluruh manusia, maka harus bertitik tolak pada paham deterministik. Sekiranya
yang dipilih adalah hukum kejadian yang bersifat khas bagi tiap individu manusia maka akan
digunakan asumsi pilihan bebas. Di antara kutub deterministik dan pilihan bebas, penafsiran
probabilistik merupakan jalan tengahnya.
Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar pengambilan keputusan di mana
didasarkan pada penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif. Dasar teori keilmuan di
dunia ini tidak akan pernah terdapat hal yang pasti mengenai satu kejadian, hanya kesimpulan
yang probabilistik.
Salah satu referensi dalam mencari kebenaran, manusia berpaling kepada ilmu. Hal
ini dikarenakan ciri-ciri dari ilmu tersebut yang dalam proses pembentukannya sangat ketat
dengan alatnya berupa metode ilmiah. Hanya saja terkadang kepercayaan manusia akan
sesuatu itu terlalu tinggi sehingga seolah-olah apa yang telah dinyatakan oleh ilmu akan
bersih dari kekeliruan atau kesalahan. Satu hal yang perlu disadari bahwa “…ilmu tidak
pernah ingin dan tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat
mutlak” (Suriasumantri, 1990). Oleh karena itu manusia yang mempercayai ilmu tidak akan
sepenuhnya menumpukan kepercayaannya terhadap apa yang dinyatakan oleh ilmu tersebut.
Seseorang yang mengenal dengan baik hakikat ilmu akan lebih mempercayai pernyataan “
80% anda akan sembuh jika meminum obat ini” daripada pernyataan “yakinlah bahwa anda
pasti sembuh setelah meminum obat ini”.
Hal ini menyadarkan kita bahwa suatu ilmu menawarkan kepada kita suatu jawaban
yang berupa peluang. Yang didalamnya selain terdapat kemungkin bernilai benar juga
mengandung kemungkinan yang bernilai salah. Nilai kebenarannya pun tergantung dari
prosentase kebenaran yang dikandung ilmu tersebut. Sehingga ini akan menuntun kita kepada
seberapa besar kepercayaan kita akan kita tumpukan pada jawaban yang diberikan oleh ilmu
tersebut.
Sebagaimana telah disampaikan terdahulu, bahwa Determinisme dalam pengertian
ilmu mempunyai konotasi yang bersifat peluang (probabilistik). Statistika merupakan metode
yang menyatakan hubungan probabilistik antara gejala-gejala dalam penelaahan keilmuan.
Sesuai dengan peranannya dalam kegiatan ilmu, maka dasar statistika adalah teori peluang.
Statistika mempunyai peranan yang menentukan dalam persyaratan-persyaratan keilmuan
sesuai dengan asumsi ilmu tentang alam. Tanpa statistika hakikat ilmu akan sangat berlainan.

Anda mungkin juga menyukai