....
Penyakit jantung dan pembuluh darah diawali dengan perubahan fraksi lipid dalam
plasma atau dislipidemia. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma . Kelainan fraksi lipid yang
utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, terutama LDL ( low density liporotein) dan
trigliserida darah, serta penurunan kadar kolesterol HDL (high density lipoprotein). Hal ini
merupakan faktor predisposisi terjadinya aterosklerosis atau penyakit jantung koroner.
Menurut densitas nya kolesterol terdiri dari :
1. VLDL ( very low density lipoprotein)
2. Trigliserida
3. LDL
4. HDL.
Pengelolaan faktor risiko meliputi pengendalian Lipid Darah dan lipoprotein,
kolesterol total, dan Trigliserida total. Kita mulai dari lipid darah dan lipoprotein,
karakteristik dan fungsi dari varian lipoprotein plasma dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.10 Karakteristik dan Fungsi Lipoprotein Plasma
TAG 90 60 40 10 5
Kolesterol 5 10 30 50 20
Fosfolipid 3 18 20 15 25
Protein 2 10 10 25 50
Sumber : Mahan,K.Stump,ES.2004.
Dari semua fraksi lipoprotein plasma diatas, LDL merupakan penyebab aterosklerosis
paling kuat yang merupakan awal penyakit jantung koroner, sehingga sering disebut sebagai
kolesterol jahat, sedangkan HDL tidak ada hubungannya dengan pembentukan aterosklerosis
sehingga sering disebut sebagai kolesterol baik. Dari hasil penelitian telah dibuktikan bahwa
terdapat korelasi langsung yang positif antara kadar serum kolesterol total dengan insiden
Penyakit Jantung Koroner ( PJK ). Orang-orang yang tinggi diet SFA’s (saturated fatty acid)
dalam makanan yang dimakan akan memiliki kadar kolesterol darahyang lebih dari normal.
Telah terbukti pula bahwa kadar kolesterol merupakan indikasi kuat dan positif terhadap
insiden kematian karena PJK ini.
Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap kadar kolesterol diantaranya adalah :
1. Usia
2. Diet tinggi lemak jenuh & kolesterol
3. Genetik, Hormon seks endogen (hormon ini tidak terdapat pada wanita
postmenopause sehingga meningkatkan risiko PJK)
4. Steroid eksogen
5. Obat-obatan (beta bloker; diuretik Thiazide)
6. Berat Badan
7. Toleransi Glukosa
8. Tingkat aktivitas fisik
9. dan Penyakit (DM, Tiroid, Liver).
Nilai lipoprotein yang dapat mengurangi risiko PJK adalah bila Total kolesterol: <200
mg/ dl, Kolesterol LDL: <130 mg / dl, Kolesterol HDL: > 40 mg / dl, dan Trigliserida : <150
mg/dl. Untuk pencegahan, pada usia >20 tahun : profil lipoprotein puasa harus dipantau
setiap 5 tahun sekali. Penyakit jantung koroner (PJK) terjadi bila ada timbunan (plak) yang
mengandung lipoprotein, kolesterol dan sisa-sisa jaringan, dan terbentuknya kalsium pada
intima, atau permukaan dalam bagian pembuluh darah. Plak ini menyebabkan intima menjadi
kasar, dan trombosis tertarik ke daerah yang kasar dan terbentuk gumpalan. Bila plak cukup
besar dapat menyebabkan penyumbatan aliran darah, jaringan akan kekurangan oksigen dan
zat gizi sehingga menimbulkan daerah infark. Pencegahan PJK dapat dilakukan dengan
mengkaji faktor risiko PJK. Apa sajakah faktor risiko tersebut?
Ada empat golongan faktor risiko
1. Faktor risiko kategori I adalah faktor risiko yang apabila diintervensi telah
terbukti menurunkan kejadian PJK
2. Faktor risiko kategori II adalah faktor risiko yang apabila di intervensi cenderung
untuk menurunkan resiko PJK
3. Faktor risiko kategori III adalah faktor risiko yang memerlukan bukti tambahan
untuk menentukan apakah intervensi dapat mengurangi risiko
4. Faktor risiko kategori IV dimana faktor risiko tidak dapat dimodifikasi.
Untuk pencegahan penyakit jantung koroner rekomendasi asupan dapat dilihat pada tabel
3.11 berikut ini.
Tabel 3.11. Rekomendasi Asupan untuk Pencegahan Penyakit Jantung Koroner
Bila ada disfagia, makanan diberikan secara bertahap, sebagai gabungan makanan
NPO, peroral, dan NGT sebagai berikut:
1. NPO
2. Bagian per oral (bentuk semi padat) dan bagian melalui NGT
3. Bagian per oral (bentuk semi padat) dam bagian melalui NGT
4. Diet per oral (bentuk semi padat dan semi cair) dan air melalui NGT
5. Diet lengkap per oral. Apabila makanan melalaui NGT bertahan selama 6 minggu,
perlu pertimbangkan kemungkinan pemberian makanan melalui gastrostomi atau
jejunostomi.
Bila ada tukak lambung akibat sekresi asam lambung dan gastrin meningkat (terutama
pada stroke hemoragik), makanan diberikan secara bertahap dengan syarat :
1. Bila tidak ada perdarahan lambung dan Cairan maag slang (CMS) < 200 ml dapat
diberikan makanan enteral
2. Bila ada perdarahan, untuk sementara diberikan makanan parenteral sampai
perdarahan berhenti dan CMS < 200 ml dalam 6 jam
3. Bila CMS sudah jernih, makanan parenteral dapat diubah menjadi makanan
enteral.
Sesuai dengan fase penyakit, dibedakan menjadi :
1. Diet Stroke I.
Diet Stroke I diberikan pada pasien dalam fase akut atau bila ada gangguan fungsi
menelan. Makanan diberikan dalam bentuk cair kental atau kombinasi cair jernih
dan cair kental yang diberikan secara oral atau NGT sesuai dengan keadaan
penyakit. Makanan yang diberikan dalam porsi kecil tiap 2-3 jam, lama pemberian
makanan disesuaikan dengan keadaan pasien.
Tabel 3.12. Bahan Makanan Sehari untuk Diet Stroke
Nilai Gizi yang terkandung dalam bahan makanan tersebut adalah sebagai berikut.
Selanjutnya adalah Diet Stroke II, diet ini diberikan sebagai perpindahan dari Diet Stroke
I atau kepada pasien pada fase pemulihan. Bentuk makanan merupakan kombinasi Cair
Jernih dan Cair Kental, Saring, Lunak, dan Biasa. Pemberian diet pada pasien stroke
disesuaikan dengan penyakit penyertanya.
Diet Stroke II dibagi dalam tiga tahap, yaitu :
1. Diet Stroke II A diberikan Makanan Cair ditambah bubur saring 1700 kkal
2. Diet Stroke II B diberikan Makanan Lunak 1900 kkal, dan 3) Diet Stroke II C
diberikan Makanan Biasa 2100 kkal.