Anda di halaman 1dari 32

Case Report Session

Glaukoma Juvenil

Oleh :
Aa Noval Ubaedillah 1210312072
Chaliq Akbar 1210312011
Chintya Dwi Putri 1110312017

Preseptor
dr. Fitratul Ilahi, Sp.M

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR.M. DJAMIL PADANG
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Report Session yang

berjudul “Glaukoma Juvenil”. Referat ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr. M.

Djamil Padang.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Fitratul Ilahi, Sp.M

sebagai preseptor atas bimbingannya. Penulis menyadari bahwa referat ini masih

banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari

semua pihak yang membaca demi kesempurnaan makalah ini. Penulis juga

berharap makalah ini dapat memberikan dan meningkatkan pengetahuan serta

pemahaman tentang “Glaukoma Juvenil” terutama bagi penulis dan bagi rekan-

rekan sejawat lainnya.

Padang, April 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ i

Daftar isi ..................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 2

BAB 3 ILUSTRASI KASUS .................................................................... 24

BAB 4 DISKUSI ....................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 29

3
BAB I
PENDAHULUAN

Glaukoma adalah sekelompok gejala yang memiliki karakteristik berupa


neuropati optik yang berhubungan kehilangan lapangan pandang. Peningkatan
tekanan intraokuler adalah faktor risiko utama untuk glaukoma. Glaukoma
juvenile adalah bentuk glaukoma sudut terbuka primer dengan peningkatan
tekanan intraokular yang terjadi pada usia 4-35 tahun. 1

Glaukoma sudut terbuka onset juvenil (glaukoma juvenile) suatu


glaukoma sudut terbuka primer familial dengan onset dini, sekitar 5% dari seluruh
kasus glaukoma sudut terbuka familial, dan sekitar 3% kasus glaukoma sudut
terbuka primer non familial disebabkan oleh mutasi gen myocilin.2

Glaukoma juvenile terjadi kira-kira 1:50.000 orang. Tidak ada catatan


mengenai mortalitas glaukoma juvenile ini, namun morbiditas dapat terjadi berupa
hilangnya penglihatan apabila terlambat didiagnosis dan ditatalaksana. Frekuensi
terjadinya dan keparahan glaukoma juvenile pada laki-laki dan perempuan hampir
sama, namun ada kecenderugan secara frekuensi lebih banyak terjadi pada laki-
laki. Glaukoma juvenile dapat terjadi mulai umur 4 sampai 35 tahun, namun onset
peningkatan tekanan intraokluer rata-rata terjaid pada umur 5-10 tahun. Glaukoma
juvenile sering terdiagnosis saat masa remaja atau selama masa dewasa awal pada
kasus sporadik.2

Secara umum glaukoma merupakan penyebab kedua kebutaan di dunia. Di


Amerika, penyakit ini merupakan penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah.
Glaukoma sudut terbuka merupakan bentuk tersering pada ras kulit hitam dan
putih. Ras kulit hitam memiliki risiko yang lebih besar mengalami onset dini,
keterlambatan diagnosis dan penurunan penglihatan yang berat dibandingkan ras
kulit putih. 2

Pemahaman glaukoma juvenil sangat penting bagi dokter layanan primer


agak dapat menegakkan diagnosis dan deteksi dini sehingga pasien dapat segera
ditatalaksana dan mendapatkan prognosis yang lebih baik.

4
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Glaukoma Juvenil

Glaukoma adalah penyakit yang ditandai oleh adanya neuropati optik yang
berhubungan dengan defek lapangan pandang, dengan peningkatan tekanan
intraokuler sebagai salah satu faktor resiko utama. Glaukoma juvenile adalah
bentuk glaukoma sudut terbuka primer dengan peningkatan tekanan intraokular
yang terjadi pada usia 4 tahun hingga 35 tahun. 1

2.2 Epidemiologi

Glaukoma sudut terbuka onset juvenil (glaukoma juvenile) suatu


glaukoma sudut terbuka primer familial dengan onset dini, sekitar 5% dari seluruh
kasus glaukoma sudut terbuka familial, dan sekitar 3% kasus glaukoma sudut
terbuka primer non familial disebabkan oleh mutasi gen myocilin.2

Glaukoma juvenile terjadi kira-kira 1:50.000 orang. Tidak ada catatan


mengenai mortalitas glaukoma juvenile ini, namun morbiditas dapat terjadi berupa
hilangnya penglihatan apabila terlambat didiagnosis dan ditatalaksana. Frekuensi
terjadinya dan keparahan glaukoma juvenile pada laki-laki dan perempuan hampir
sama, namun ada kecenderugan secara frekuensi lebih banyak terjadi pada laki-
laki. Glaukoma juvenile dapat terjadi mulai umur 4 sampai 35 tahun, namun onset
peningkatan tekanan intraokluer rata-rata terjaid pada umur 5-10 tahun. Glaukoma
juvenile sering terdiagnosis saat masa remaja atau selama masa dewasa awal pada
kasus sporadik.3

2.3 Etiologi

Glaukoma juvenile merupakan penyakit keturunan autosomal resesif akibat


mutasi pada gen myocilin. Gen ini juga dikenal sebagai trabekular meshwork-
inducible glucocorticoid response (TIGR). Peneliti menemukan bahwa mutasi

5
pada TIGR ini dapat meningkatkan TIO. Masih dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai bagaimana peran gen myocilin ini dalam menyebabkan glaukoma.4

2.4 Anatomi dan fisiologi

Aplikasi Anatomi dan Fisiologi

Korpus siliaris secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang,


membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris (sekitar 6mm).
Korpus siliaris terdiri dari suatu zona anterior yang berombak-ombak, pars plana
dan zona datar, pars plikata. Prosesus siliaris berasal dari kapiler-kapiler dan vena
yang bermuara ke vena-vena korteks.Prosesus siliaris dan epitel siliaris berfungsi
sebagai pembentuk aqueous humor.2

Gambar 1. Struktur segmen anterior.

6
Gambar 2. Iris dan corpus ciliaris

Komposisi Humor Aqueous

Humor Aqueous adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior
dan posterior mata. Volumnya sekitar 250 µL dan kecepatan pembentukannya
sekitar 2,5µL/menit. Tekanan osmotiknya sedikit lebih tinggi dari plasma.
Komposisi serupa dengan plasma tetapi cairan ini memiliki komposisi
askorbat,piruvat, dan laktat yang lebih tinggi dan protein,urea, dan glukosa yang
lebih rendah.2

Pembentukan Aqueous Humor

Aqueous humor diproduksi oleh korpus siliare. Ultrafitrat plasma yang


dihasilkan di stroma prosesus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan prosesus
sekretorius epitel siliaris. Setelah masuk ke kamera anterior ke jalinan trabekular
di sudut kamera anterior. Selama periode ini terjadi pertukaran diferensial
komponen-komponen dengan darah dari iris. Peradangan atau trauma intraokuler
menyebabkan peningkatan konsentrasi protein (humor aqueous plasmoid) dan
sangat mirip serum darah.2

7
Gambar 3. Proses pembentukan aqueous humor oleh epitel siliaris

Aliran Keluar Aqueous Humor

Organ yang berperan pada outflow aqueous pada sudut COA disebut
trabekulum (trabecular meshwork). Struktur seperti ayakan Terdiri dari tiga
bagian yakni: uveal meshwork, korneoskleral meshwork, dan endothelial
meshwork (juxta canalicullar).5

Jalinan trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastis


yang dibungkus oleh sel-sel trabekular yang membentuk suatu saringan dengan
ukuran pori-pori semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis schlemm.
Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam jalinan trabekula memperbesar
ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan drainase humor aqueous
juga meningkat. Aliran aqueous humor ke dalam canal Schlemm bergantung
kepada pembentukan saluran-saluran transeluler siklik di lapisan endotel. Saluran
eferen dari kanal Schlemm (sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena aqueous)
menyalurkan carian ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil humor aqueous keluar
dari mata antara berkas otot siliaris dan lewat sela-sela sklera (aliran uvoskleral).2

8
Gambar 4. Sirkulasi dan drainase Humor Aqueous

Glaukoma akan terjadi apabila cairan mata di dalam bola mata alirannya
tidak seimbang antara produksi aqueous dan aliran aqueous keluar bola mata
(outflow).

Gambar 5. Aliran Humor aqueous abnormal

2.5 Patogenesis

Gambaran patologik utama pada glaukoma sudut terbuka primer adalah


adanya proses degeneratif anyaman trabekula, termasuk pengendapan materi
ekstrasel di dalam anyaman dan di bawah lapisa endotel kanal Schlemm. Hal ini
berbeda dari proses penuaan normal. Akibatnya adalah penurunan drainase
aqueous humor yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokular.2

9
Peningkatan tekanan intraokular mendahului kelainan diskus optikus dan
lapangan pandang selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Walaupun
terdapat hubungan yang jelas antara besarnya tekanan intraokular dan keparahan
penurunan penglihatan, efek yang ditimbulkan pengingkatan tekanan pada nervis
opticus sangant bervariasi antar-individu.2

Adanya riwayat keluarga yang mengalami glaukoma sangat berkaitan


dengan terjadinya glaukoma juvenile ini. Pada gonioscopy ditemukan anyaman
trabekula yang menebal, iris dengan insersi letak tinggi, dan prosesus iris
menonjol. Hal ini sangat menunjukkan adanya kelainan perkembangan dari sudut
bilik mata yang merupakan dasar patofisiologi dari mekanisme juvenile open-
angle glaucoma. Penelitian yang dilakukan Tawara dan Inomata menunjukkan
adanya kemungkinan perkembangan trabekula meshwork yang tersusun sangat
rapat secara histopatologi pada pasien JOAG (juvenile open-angle
glaucoma).trabekula meshwork yang sangat rapat tersebut memiliki prosesus dan
akumulasi bahan ekstraseluler yang abnormal di ruang trabekula tersebut.
Penelitian ini menyimpulkan bahwan jaringan trabekula meshwork yang terbentuk
adalah jaringan yang perkembangannya belum matang sehingga mengganggu
sistem drainase aqueous humor dan meningkatkan resistensi terhadap aliran
aqueous humor. Kelainan trabekula meshwork menyebabkan penurunan outflow
dari aqueous humor, hal ini yang merupakan penyebab terpenting dari terjadinya
JOAG (juvenile open-angle glaucoma).6

10
Gambar 6. Iris dengan insersi letak tinggi pada gonioscopy

2.6 Manifestasi Klinis

Asimptomatik pada awal penyakit dan kemudian kehilangan tajam penglihatan


seiring progresifnya penyakit. Ada beberapa ciri-ciri anak yang menderita
glaukoma, diantaranya :
- Menahun, sukar untuk menemui gtejala dini karena perjalanan penyakit yg
perlahan-lahan dan progresif
- Hampir semua penderita dating dengan keadaan yang sudah berat
- Sifat glaucoma ini adalah bilateral, tetapi biasanya pada satu mata terlebih
dahulu.
- Mata berair (Epiphora)
- Pembengkakan kornea (Edema cornea)
- Mata merah (Conjunctival injection)
- Kekeruhan kornea
- Cekungan syaraf optik pada retina
- Mata menjadi minus (Myopia)
- Mata menjadi juling (Strabismus)
- Mata malas / lazy eye (Amblyopia)
Pemeriksaan mata ditemukan, yaitu:

11
1. Tonometri dengan digital atau palpasi. Pemeriksaan ini subjektif namun

merupakan pemeriksaan paling mudah dan murah karena tidak

memerlukan alat. Caranya dengan menyuruh penderita melihat ke bawah,

pada kelopak mata atas diberikan tekanan dengan jari telunjuk kedua

tangan bergantaian. Nilai daya tahan bola mata terhadap tekanan jari. Pada

glaukoma juvenil TIO meningkat pada kedua mata

2. Miopia

3. Lapangan pandang
Tes konfrontasi merupakan pemeriksaan paling sederhana. Melihat
gangguan lapangan pandang pasien, dengan dasar membandingkan
lapangan pandang pasien dengan pemeriksa. Pada glaukoma juvenil
terdapat kehilangan lapangan pandang
4. Pemeriksaan slit lamp: normal

Konjungtiva : tidak hiperemis

Kornea : tidak edema

COA : Kesan dalam

Sudut Iridocornealis: terbuka


6. Gonioskopi: melihat sudut COA apakah terbuka atau tertutup dengan

goniolens. Selain itu juga bisa menilai apakah terdapat sinekia, pembuluh

darah atau robekan di akar iris. Selain untuk diagnosis, berguna juga untuk

menilai jenis operasi apa yang akan dilakukan. Pada glaukoma juvenil,

didapatkan hasil yang normal dengan sudut terbuka.3

2.7 Diagnosis

Anamnesis

12
Pada pasien JOAG (juvenile open-angle glaucoma) memperlihatkan tekanan
intra okuler yang normal. Saat pertama kali di periksa sebaliknya pada pasien
yang terjadi peningkatan intra okuler tidak semata-mata berarti bahwa pasien
mengidap galukoma primer sudut terbuka, karena untuk menegakkan diagnosis
perlu adanya bukti-bukti lain berupa adanya diskus optikus atau kelainan lapangan
pandang. Umumnya pasein dengan JOAG datang dengan keluhan:

 Gangguang penglihatan (visus menurun)

 Adanya keluhan pasien melihat halo (pelangi disekitar lampu) ataupun


silau ketika melihat lampu menyala

 Lapangan pandang menurun

 Mata tidak nyeri

 Mata tidak merah

 Tidak ada mual dan muntah

Terkadang tidak disadari oleh penderita sampai akhirnya berlanjut dengan


kebutaan karena perjalanan klinisnya yang lambat dan progresif . 7

Pemeriksaan fisik

1. Pemeriksaan visus : terkadang adanya penurunan visus.

2. Funduskopi : papil atrofi, CDR > 0,6 atau lebih, medialisasi, penipisan
neuroretinal rim, dan excavatio glaucomatous.

3. Slit lamp: konjungtiva tidak hiperemis, kornea tidak edem, COA kesan
dalam, sudut iridocornealis terbuka.

4. Tonometri: dengan digital (palpasi) tonometri

Dasar:

Merupakan pengukuran tekanan bola mata dengan jari pemeriksa.

Alat:

13
Jari telunjuk kedua tangan

Teknik:

 Mata ditutup
 Pandangan kedua mata menghadap kebawah
 Jari-jari lainnya bersandar pada dahi dan pipi pasien
 Kedua jari telunjuk menekan bola mata pada bagian belakang kornea
bergantian
 Satu telunjuk menyeimbangi tekanan saat telunjuk lainnya menekan
bola mata
Nilai:

Didapat kesan berapa ringannya bola mata dapat ditekan. Penilaian


dilakukan dengan pengalaman sebelumnya yang dapat dicatat, N : normal,
N+1 : tekanan bola mata agak tinggi, N-1 tekanan bola mata agak rendah.

Sangat baik bila tonometer tidak dapat dipakai atau sulit dinilai, seperti
pada sikatrik kornea, kornea ireguler dan infeksi kornea. Tetapi
pemeriksaan ini memerlukan pengalaman pemeriksa karena terdapat faktor
subjektif.

5. Lapagan pandang : tes konfrontasi

Tujuan

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat gangguan lapangan pandangan


pasien.

Dasar

Membandingkan lapangan pandangan pasien dengan pemeriksa.

Teknik

 Pasien dan pemeriksa duduk dengan berhadapan muka dengan jarak


kira-kira 1 meter
 Mata kiri pemeriksa ditutup dan mata kanan pemeriksa ditutup

14
 Mata kanan pemeriksa dan mata kiri pasien saling berpandangan,
sebuah benda diletakkan antara pasien dengan pemeriksa pada jarak
yang sama
 Benda mulai digerakkan dari perifer ke arah sentral sehingga mulai
terlihat oleh pemeriksa.
 Bila pemeriksa sudah melihat benda maka ditanya apakah benda
sudah terlihat oleh pasien, hal ini dilakukan untuk semua arah.
 Percobaan dilakukan pada mata yang satunya baik pada pemeriksa
maupun pada pasien.
Nilai

Jika benda yang dilihat pemeriksa sama dengan pasien berarti lapangan
pandangan sama. Bila pasien melihat terlambat, berarti lapangan pandang
pasien lebih sempit daripada pemeriksa.

Pemeriksaan penunjang rutin glaukoma

1. Gonioskpi

Tujuan

Melihat langsung keadaan patologik sudut bilik mata, dan untuk melihat
hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata seperti benda asing.

Dasar

Dengan sistem prisma dan penerangan yang cukup sudut bilik mata dapat
dilihat

Gambar 7. Pemeriksaan Gonioskopy

15
Teknik

 Pemeriksaan dilakukan di kamar gelap


 Mata yang akan diperiksa diberikan tetes anastesi topikal
 Pasien duduk menaruh dagu didepan slitlamp
 Goniolens diletakkan di permukaan kornea
 Disatukan sinar pada prisma goniolens degan pandangan
 Yang dilihat pada prisma goniolens:
o Garis Schwalbe
o Trabekulum
o Saluran Schlemm
o Skleral spur
o Badan siliar
Nilai

 Derajat 0, bila terlihat struktur sudut dan terdapat kontak kornea


dengan iris (sudut tertutup)
 Derajat 1, bila tidak terlihat ½ bagian jalinan trabekulum sebelah
belakang dan garis Schwalbe terlihat disebut sudut sangat sempit
 Derajat 2, bila sebagian kanal Schlem terlihat
 Derajat 3, belakang kanal Schlemm dan skleral spur masih terlihat
 Derajat 4, badan siliar terlihat (sudut terbuka)

2. Tonometri

Tujuan pemeriksaan dengan tonometri adalah untuk mengetahui tekanan


bola mata seseorang(tekanan intra okuler). Rentang tekanan intra okuler
normal adalah 10-21 mmHG. Yang paling sering digunakan adalah
tonometer aplanasi Goldman.

a. Tonometri Schiotz

Dasar:

16
Tonometer Schiotz merupakan tonometer indentasi atau menekan
permukaan kornea dengan beban yang dapat bergerak bebas pada
sumbunya. Benda yang ditaruh pada kornea akan menekan bola mata
kedalam dan mendapat perlawanan tekanan dari dalam melalui kornea.
Keseimbangan tekanan tergantung pada beban tonometer.

Tujuan:

Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer.

Alat:

 Obat tetes anestesi lokal (tetrakain atau pantokain)


 Tonometer Schiotz

Gambar 8. Alat Tonometer Schiotz

Teknik:

 Pasien diminta melonggarkan pakaian termasuk dasi yang dipakai


 Pasien diminta tidur telentang ditempat tidur
 Mata ditetes dengan tetrakain/pantokain
 Ditunggu sampai pasien tidak merasa perih
 Kelopak mata pasien dibuka dengan telunjuk dan ibu jari (jangan
tertekan bola mata pasien)
 Pasien diminta meletakkan ibu jari tangannya di depan matanya atau
pasien melihat kelangit-langit ruangan pemeriksaan

17
 Telapak tonometer Schiotz diletakkan pada permukaan kornea
 Setelah telapak tonometer menunjukkan angka yang tetap, dibaca
nilai tekanan pada skala busur Schiotz.
Nilai:

Pembacaan skala dikonfersi pada tabel untuk mengetahui bola


mata dalam mmHg. Tekanan bola mata normal 15-20 mmHg. Tonometer
Schiotz tidak dapat dipercaya pada miopia dan penyakit tiroid karena
terdapat pengaruh kekakuan sklera pada pemeriksaan.

b. Tonometri Aplanasi

Tujuan:

Pemeriksaan ini untuk mendapatkan tekanan intra okuler dengan


menghilangkan pengaruh kekakuan sklera dengan mendatarkan
permukaan kornea.

Dasar:

Tekanan sama besar dengan tenaga dibagi dengan luas yang


ditekan (P=F/A). Untuk mengukur tekanan mata harus diketahui luas
penampang yang ditekan alat sampai kornea rata dan jumlah tenaga yang
diberikan. Pada tonometer aplanasi Goldmann jumlah tekanan dibagi
penampang dikali sepuluh dikonfirmasi langsung kedalam mmHg
tekanan bola mata.

Dengan tonometer aplanasi tidak diperhatikan kekakuan sklera


(scleral rigidity) karena pad atonometer aplanasi pengembangan mata
dalam 0,5 mm3 sehingga tidak terjadi pengembangan sklera yang berarti.

Alat:

1. Slitlamp dengan sinar biru.

2. Tonometer aplanasi

18
3. Flouresein strip/tetes

4. Obat tetes anestesi lokal (tetrakai/pantokain)

Gambar 9. Tonometri aplanasi Goldmann

Teknik:

 Mata yang akan diperiksa diberi anestesi topikal

 Pada mata tersebut ditempelkan kertas fluoresein. Sinar oblik warna


biru dari slitlamp disinarkan pada dasar telapak prisma tonometer
aplanasi Goldmann

 Pasien diminta duduk dan meletakkan dagunya pada slitlamp dan


dahi tepat pada penyangganya.

 Pada skala tonometer aplanasi dipasang tombol tekanan 10 mm

 Telapak prisma aplanasi di dekatkan pada kornea perlahan-lahan

 Tekanan ditambah sehingga gambar kedua setengah lingkaran pada


kornea yang sudah diberi fluoresein terlihat berimpit antara bagian
luar dengan bagian dalam.

 Dibaca tekanan pada tombol putaran tonometer. Tekanan tersebut


merupakan tekanan intra okuler dalam mmHg.

Nilai:

19
Dengan tonometer aplanasi tekanan bola mata lebih dari 21 mmHg
dianggap menderita glaukoma.

c. Tonometri Non Kontak

Tonometri non kontak tidak seteliti tonometer aplanasi.


Dihembuskan sedikit udara pada kornea. Udara terpantul dari permukaan
kornea mengenai membran penerima tekanan pada alat ini.metoda ini
tidak memerlukan anastesi, karena tidak ada bagian alat yang mengenai
mata. Jadi dengan mudah di pakai oleh teknisi dan berguna dalam
program penyaringan.

Gambar 10. Pemeriksaan dengan Tonometri Non Kontak

3. Perimetri

Perimetri Goldman

Tujuan

Perimetri dilakukan untuk mencari batas luar persepsi sinar perifer


dan melihat kemampuan penglihatan daerah yang sama dan dengan
demikian dapat dilakukan pemeriksaan defek lapangan pandangan.

Dasar

Saraf yang mempunyai fungsi sama akan mempunyai kemampuan


melihat yang sama. Bila ada rangsangan sinar pada retina maka retina akan
melihat rangsangan tersebut.

20
Teknik

 Pemeriksa menerangkan terlebih dahulu tentang perlunya kerjasama


pada pemeriksaan, perlunya fiksasi terus menerus dan diminta untuk
bereaksi cepat bila sudah melihat sinar yang datang dari perifer.
 Pasien diminta duduk didepan perimetri Goldman dengan dagu
terletak pada bantalan dagu.
 Sebelah mata ditutup.
 Mata yang tidak ditutup diberi koreksi untuk jauh disertai kacamata
adisi dan diminta fiksasi pada target yang terletak 33 cm
didepanmata pasien.
 Objek bercahaya digeser dari perifer (tak terlihat) kearah sentral (
daerah terlihat) daerah fiksasi
 Pasien harus segera memberitahu bila melihat cahaya, yang dicatat
pada kartu kampus. Bila ditemukan defek lapang pandangan maka
pemeriksaan diulang paling sedikit dua kali.
 Hal ini dilakukan pada 18-20 meridian.
 Selama pemeriksaan pemeriksa dapat melihat kemampuan fiksasi
melalui lobang pengintip.
Nilai

 Dilihat defek lapang pandangan yang tergambar pada kartu kampus,


dan berdasarkan susunan anatomik diketahui letak gangguan serat
saraf.
 Dapat ditemukan kelainan retina, saraf, glaukoma, dan saraf optik.

Makin kecil objek, makin besar kemungkinan ditemukannya


skotoma, karena makin cepat pasien sukar melihat sehinggga akan
memberikan reaksi yang lebih cepat untuk menyatakan benda yang tidak
terlihat.

21
Gambar 11. Pemeriksaan perimetri Goldman

Gambar 12. Diagram Perimetri dan Computerized Perimetry

4. Funduskopi

a. Pemeriksaan ophtalmoskop langsung

Tujuan

Untuk menilai kelainan dan keadaan pada fundus okuli.

Dasar

Cahaya yang dimasukkan kedalam fundus akan menghasilkan


reflek fundus. Gambaran fundus mata akan terlihat bila fundus diberi sinar
. Funduskopi dilihat dikamar gelap.

Nilai

22
Pada papil saraf optik dapat terlihat apakah ada papil edema,
hilangnya pulsasi vena, saraf optik, ekskavasi papil pada glaukoma dan
atrofi saraf optik. Pada retina dapat dinilai kelainan seperti perdarahan
subhialoid, perdarahan intraretina, lidah api, dots, blots, edema retina dan
edema makula. Pembuluh darah retina dapat dilihat perbandingan atau
ratio arteri vena, perdarahan arteri dan vena dan adanya mikroaneurisma
dari vena.

Pada glaukoma dapat terlihat:

- kelainan papil saraf optik (papil glaukomatous) pembesaran cup


yang konsententrik, saraf optik pucat atau atropi, saraf optik
tergaung
- kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atropi akan berwarna
hijau
- tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar

Gambar 12. Funduskopi direk (a) funduskopi normal (b) funduskopi


glaukoma

b. Ophtalmoskop Tidak Langsung

Alat ini digunakan untuk melengkapi pemeriksaan ophtalmoskopi


langsung. Ophtalmoskop tidak langsung dipasang dikepala pemeriksa dan
memungkinkan pandangan binokular melalui sepasang lensa dengan
kekuatan lengkap. Pasien diminta melihat kearah kuadran yang diteliti.
Sebuah lensa cembung dipegang beberapa inchi dari mata pasien dengan
arah yang tepat sehingga serentak memfokuskan cahaya pada retina. Alat

23
ini memberikan lapangan pandang yang jauh lebih lebar dengan
pembesaran yang lebih lemah

Gambar 13. Pemeriksaan Ophtalmoskop tidak langsung

2.8 Tatalaksana

2.8.1 Medikamentosa:

Obat glaukoma dapat sementara waktu mengontrol TIO. Seringkali TIO


meningkat setelah 1–3 tahun yang mungkin menyebabkan resisten terhadap
semua obat dan dibutuhkan operasi mata. Obat-obat yang dapat diberikan, yaitu:

1.Beta blokers (timolol ophthalmic)


Dapat menurunkan TIO, dengan atau tanpa glaukoma dengan
menghambat aliran. Digunakan sebesar 0,25% atau 0,5% larutan dan
dioleskan ke mata 1-2 kali per hari.
2.Prostaglandin agonis (Latanoprost atau Xalatan)
Untuk menurunkan TIO pada pasien intoleran terhadap obat penurun
TIO yang lain.
3.Anti glaukoma
Pengobatan kombinasi dapat menurunkan sekresi aqueous humor, dan
lebih baik dari monoterapi, serta dapat meningkatkan kepatuhan dalam
pemakaian obat. Kombinasi ini dapat diberikan pada anak usia 2 tahun
atau lebih. Obat anti glaukoma yang termasuk yaitu:
 Brinzolamide/brimonidine (Simbrinza)

24
Diindikasikan untuk penurunan TIO pada pasien dengan
glaukoma sudut terbuka primer.
 Timolol/brimonidine (Combigan)
Setiap agen ini menurunkan TIO, apakah terkait atau tidak
dengan glaukoma.
 Timolol/dorzolamide (Cosopt)
Dorzolamide adalah inhibitor karbonat anhidrase yang
menurunkan sekresi aqueous humor, yang menyebabkan
penurunan TIO. Agen ini mungkin memperlambat pembentukan
ion bikarbonat dengan pengurangan berikutnya di sodium dan
transportasi cairan. Timolol adalah blocker reseptor beta-
adrenergik nonselektif yang menurunkan TIO dengan
mengurangi sekresi aqueous humor.3

2.8.2 Non Medikamentosa:

Indikasi dilakukannya operasi, yaitu:

1. Target penurunan tekanan intraokular tidak tercapai dengan obat.


2. Kerusakan jaringan saraf dan penurunan fungsi penglihatan yang
progresif meski telah diberi dosis maksimal obat yang bisa ditoleransi
ataupun telah dilakukan laser terapi.
3. Adanya variasi tekanan diurnal yang signifikan pada pasien dengan
kerusakan diskus yang berat.

Jenis operasi yang dapar dilakukan dalam penatalaksaan glaukoma sudut terbuka
adalah :

1. Laser trabekuloplasti

Laser trabekuloplasti (LTP) adalah teknik yang menggunakan energi laser


yang dijatuhkan pada anyaman trabekula pada titik yang berbeda, biasanya
salah satu dari pinggir anyaman trabekula (1800). Ada berbagai cara yang
tersedia, diantaranya argon laser trabekuloplasti (ALT), diodor laser
trabeculoplasty dan selektif laser trabeculoplasty (SLT).

25
LTP diindikasikan pada pasien glaukoma yang telah mendapat dosis
maksimal obat yang bisa ditoleransi dimana dengan gonioskopi merupakan
glaukoma sudut terbuka dan menuntut penurunan TIO. Selain efektif pada
pasien dengan glaukoma sudut terbuka, LTP juga efektif pada pasien
dengan pigmentasi glaukoma. LTP tidak efektif untuk mengobati glaukoma
tekanan rendah dan glaukoma sekunder seperti uveitis galukoma. LTP dapat
menurunkan sekitar 20-25% TIO awal pasien.

2. Trabekulektomi

Trabekulektomi merupakan teknik bedah untuk mengalirkan cairan melalui


saluran yang ada dan sering dilakukan pada glaukoma sudut terbuka. Pada
trabekulektomi ini, cairan mata tetap terbentuk normal akan tetapi
pengaliran keluarnya dipercepat atau salurannya diperluas. Tujuannnya agar
cairan mata bisa melewati anyaman trabekula menuju ruang subkonjungtiva
dimana pada saat bersamaan tekanan intraokuler optimal tetap
dipertahankan (tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah) sebagaimana
mempertahankan bentuk bulat mata (mencegah pendangkalan bilik mata
depan).8

2.9 Komplikasi

Komplikasi yang dapat muncul terutama setelah prosedur trabekulektomi


adalah adanya kecenderungan infeksi pada anak karena perilaku menggosok mata
yang dilakukannya.9

2.10 Prognosis

Prognosis sangat tergantung pada penemuan dan pengobatan dini. Walaupun


telah ada teknik pembedahan, namun tidak menjamin kesembuhan mata. Dengan
demikian tetap diperlukan kontrol teratur. Pada penderita memerlukan
pemeriksaan papil saraf optik (funduskopi) dan lapangan pandang 6 bulan sekali.
Bila terdapat riwayat keluarga glaukoma, buta, myopia tinggi, anemia, hipertensi,
diabetes mellitus, maka harus dilakukan kontrol lebih sering. 8

26
BAB III
ILUSTRASI KASUS

Identitas Pasien

-Nama : Tn. FO

-Jenis Kelamin : Laki-Laki

-Usia : 15 tahun

-Pekerjaan : Pelajar

-Agama : Islam

-Alamat : Rawang Timur Padang Selatan

Anamnesa

Seorang pasien laki-laki berusia 15 tahun dirawat dibangsal Mata RSUP


M.Djamil padang pada tanggal 10 April 2016

Keluhan Utama

Pasien direncanakan untuk trabekulektomi OD + MMC

Riwayat Penyakit Sekarang

- Pasien telah dikenal dengan diagnosa glaukoma juvenile sejak awal tahun 2015.

- Mata sebelah kiri pasien telah menjalani operasi trabekulektomi OS + MMC


sejak 6 bulan yang lalu

- Sebelum operasi dan pengobatan tekanan bolamata pasien mencapai 50 mmHg

- Sekarang pasien sedang mengkonsumsi oba timol ed 0,5% 2X100mg dan


glupen ed 1X100mg

- Awalnya pasien mengeluhkan mata merah sejak 5 tahun yang lalu, kemudian di
bawa ke beberapa rumah sakit dan awal tahun 2015 ditegakkan pasien
menderita glaukoma juvenile

27
- Keluhan mata gatal (-), berair (-), silau (+)

- Riwayat Penggunaan kacamata (-)

- Keluhan sakit kepala (-)

Riwayat Penyakit Dahulu

- Tidak Ada

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama.

Pemeriksaan Fisik

Keadan Umum : sakit sedang

Kesadaran : CMC

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Frekuensi Nadi : 84 x/menit

Frekuensi Napas : 22x/menit

Status Generalisata : dalam batas normal

Status oftalmikus :

28
Status oftalmikus :

SO OD OS

Visus tanpa koreksi


5/6 5/6
Visus dengan koreksi

Refleks fundus + +

Silia/supersilia madarosis (-), trkikhiasis (-) madarosis (-), trkikhiasis (-)

Palpebra superior Udem (-) Udem (-)


Palpebra inferior Udem (-) Udem (-)

Margo palpebra Hordeolum (-), khalazion (-) Hordeolum (-), khalazion (-)

Aparat lakrimalis Lakrimasi N Lakrimasi N

Konjungtiva tarsalis
Konjungtiva fornicis Hiperemis (+) Hiperemis (+)
Konjungtiva bulbi

Sklera Putih Putih

Kornea Jernih Jernih

Kamera Okuli
VH3 VH3
Anterior

Iris Coklat Coklat

Pupil Bulat, Ǿ 3 mm Bulat, Ǿ 3 mm

Lensa Bening Bening

Korpus Vitreum Jernih Jernih

Fundus
Papila N. Optikus Bulat, batas tegas,c/d 0,4- Bulat, batas tegas,c/d 0,8-0,9
Retina 0,5 Perdarahan (-), eksudat (-)
Makula Perdarahan (-), eksudat (-) Refleks fundus (+)
aa/vv Retina Refleks fundus (+) 2/3
Media 2/3 Bening
Bening

29
Tekanan bulbus okuli 6/5,5 ~ 14,6 mmHg 7/5,5 ~ 12,2

Gerakan bulbus okuli Bebas kesegala arah Bebas kesegala arah

Posisi bulbus okuli ortho ortho

Gambaran klinis :

Diagnosis Kerja : Glaukoma Juvenile

Anjuran Terapi : Trabekulektomi OD + MMC

30
BAB IV.
DISKUSI KASUS

Seorang pasien, laki-laki, umur 15 tahun dengan keluhan utama Pasien


direncanakan untuk trabekulektomi OD + MMC. Pasien ini kami diagnosis
dengan Glaukoma Juvenil. Pasien ini direncanakan trabekulektomi OD dan
diberikan terapi medikamentosa berupa timol dan glupen.

Pasien ini didiagnosis dengan glaukoma juvenile berdasarkan gejala mata


merah sejak 5 tahun yang lalu dan silau ketika melihat lampu. Pada pemeriksaan
oftalmologi didapatkan konjungtiva hiperemis, kamera okuli VH grade 3, Adapun
penyebab pada pasien ini diduga adalah kasus primer. Glaukoma juvenile adalah
bentuk glaukoma sudut terbuka primer dengan peningkatan tekanan intraokular
yang terjadi pada usia 4 tahun hingga 35 tahun.

Gambaran patologik utama pada glaukoma sudut terbuka primer adalah


adanya proses degeneratif anyaman trabekula, termasuk pengendapan materi
ekstrasel di dalam anyaman dan di bawah lapisa endotel kanal Schlemm. Hal ini
berbeda dari proses penuaan normal. Akibatnya adalah penurunan drainase
aqueous humor yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokular.

Terapi yang dianjurkan pada pasien ini adalah trabekulektomi OD +


MMC. Trabekulektomi merupakan teknik bedah untuk mengalirkan cairan
melalui saluran yang ada dan sering dilakukan pada glaukoma sudut terbuka. Pada
trabekulektomi ini, cairan mata tetap terbentuk normal akan tetapi pengaliran
keluarnya dipercepat atau salurannya diperluas. Tujuannnya agar cairan mata bisa
melewati anyaman trabekula menuju ruang subkonjungtiva dimana pada saat
bersamaan tekanan intraokuler optimal tetap dipertahankan (tidak terlalu tinggi
dan tidak terlalu rendah) sebagaimana mempertahankan bentuk bulat mata
(mencegah pendangkalan bilik mata depan).

Anjuran dilakukan trabekulektomi, kemungkinan dengan dasar bahwa


blok pupil belum terjadi sehingga pengaliran langsung akueus humor dari kamera
okuli anterior ke subkonjungtiva dapat menurunkan tekanan intraokular.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophtalmology. Basic and Clinical Science Course


Section 10: Glaucoma. 2014-2015.
2. Vaughan, DG. Asbury, T. Glaukoma dalam Oftalmologi Umun edisi 17.
Widya Medika : Jakarta. 2010.
3. Walton DS. Juvenile Glaucoma Clinical Presentation. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1207051-clinical#b4 diakses tanggal
23 April 2016.
4. Roy FH, Fraunfelder FW, Fraundfelder TW. Roy and Fraunfelder’s Current
Ocular Therapy. Elsavier. China, 2014.
5. American Academy of Opthalmology. Fundamentals and Principles of
Opthalmology, Section 2. The Foundation of AAO. San Francisco. 2014-
2015.
6. Goldenfeld M, Melamed S. Albert & Jakoibec’s Principles & Practice of
Opthalmology, chapter 199. Elsevier. Philadelphia. 2008.
7. Ilyas, sidarta.et al. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. FKUI. Edisi ketiga.
Jakarta :Gaya Baru. 2003.
8. Skuta GL, Cantor LB, 2011. Clinical Evaluation. Dalam: BCSC Glaucoma,
Section 10, 2011-2012. American Academy of Ophthalmology. 2011.
9. Parul S, Yogesh K, Manoj T, Krishna K, Parmeshwari DS. Childhood
Glaucoma: An Overview. Open Journal of Ophthalmology, 2012.

32

Anda mungkin juga menyukai