Anda di halaman 1dari 31

2018

BUKU PANDUAN
BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)
Untuk Masyarakat di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

1
IDENTIFIKASI KORBAN
Identifikasi korban, adalah tindakan
yang dilakukan penolong dalam
menentukan bentuk kejadian
kegawatdaruratan yang dialami,
menentukan tanda dan gejala, melakukan
penilaian awal, dan pemeriksaan fisik
sederhana yang perlu dilakukan untuk
mengidentifikasi masalah.
Identifikasi korban sangat penting
dilakukan, karena jika identifikasi penolong
tidak bisa atau tidak mengerti tentang
identifikasi korban akan terjadi salah
penanganan yang mengakibatkan
bertambah parahnya kondisi korban
tersebut. Dalam mengidentifikasi korban
prinsip yang pertama perlu diperhatikan
penolong adalah harus mengamankan diri
sendiri, lalu aman korban dan aman
lingkungan sekitar.
Setelah itu memperkenalkan diri
pada orang sekitar jika ada. selanjutnya
penolong juga perlu memeriksa pernapasan
korban, jika korban tidak sadarkan diri dan
bernapas secara abnormal (terengah-engah),
kedua Penolong harus dapat memastikan
korban tidak responsif dengan cara
memanggil korban dengan jelas, lalu
menepuk-nepuk korban atau
menggoyangkan bahu korban.
Kenapa pentingnya memeriksa/
mengidentifikasi korban dengan henti napas
dan henti jantung, karena kondisi demikian
disebut kegawatdaruratan dan mengancam
nyawa sehingga harus segera dilakukan
tindakan penyelamatan.
Disinilah prinsip Identifikasi korban
dalam kondisi sakit (henti napas dan henti
jantung), kondisi cedera (keracunan,
kemasukan benda asing, sumbatan jalan
nafas), dan kecelakaan (patah tulang, luka
bakar, perdarahan) dapat dilakukan.

2
POKOK BAHASAN 1 JENIS DAN FAKTOR RESIKO KEJADIAN SAKIT,
CEDERA, ATAU KECELAKAAN YANG SERING TERJADI DI MASYARAKAT
A. Kondisi Sakit
1. Henti Napas
Faktor resiko pada korban henti napas jika tidak diberikan pertolongan awal akan
mengakibatkan kematian.
2. Henti Jantung
Faktor resiko pada korban henti jantung jika tidak diberikan pertolongan awal akan
mengakibatkan kematian.
B. Kondisi Cedera
1. Keracunan
Faktor resiko pada korban keracunan dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan
reaksi tubuh yang tidak diinginkan, kejang bahkan dapat menimbulkan kematian.
2. Kemasukan Benda Asing
Faktor resiko yang terjadi pada korban jika tidak ditangani dengan cepat dapat
menyebabkan kematian.
C. Kondisi Kecelakaan
1. Luka Bakar
Faktor resiko yang terjadi pada korban luka bakar jika tidak ditangani dapat
mengakibatkan infeksi dan luka makin parah dan berat.
2. Patah Tulang
Faktor resiko yang terjadi pada korban patah tulang jika tidak ditangani dapat
mengakibatkan luka semakin parah, proses penyembuhan lama, infeksi, dan tidak
sempurna.
3. Perdarahan
Faktor resiko yang terjadi pada korban perdarahan adalah renjatan, kekurangan
darah, sampai tidak sadarkan diri, bahkan kematian.

3
POKOK BAHASAN 2 TANDA DAN GEJALA SETIAP JENIS KEJADIAN
SAKIT, CEDERA, ATAU KECELAKAAN YANG SERING TERJADI DI
MASYARAKAT
A. Kondisi sakit :
1. Henti Napas
a. Korban tidak sadar
b. Korban tidak bernafas
c. Korban tidak ada pengembangan dada
2. Henti Jantung
a. Korban tidak sadar
b. Korban terlihat seperti mati
c. Warna kulit pucat
d. Badan korban dingin
B. Kondisi Cidera
1. Keracunan
a. Keracunan melalui mulut
1) Mual, muntah.
2) Nyeri perut.
3) Diare.
4) Napas/mulut berbau.
5) Suara parau, nyeri di saluran cerna (mulut dan kerongkongan).
6) Luka bakar pada daerah mulut atau sisa racun di daerah mulut
7) Produksi liur berlebihan, mulut menjadi seperti berbusa
b. Keracunan melalui pernapasan
1) Gangguan pernapasan dan sesak napas.
2) Kulit kebiruan
3) Napas berbau.
4) Batuk, suara parau

4
c. Keracunan melalui kulit
1) Reaksi kulit : daerah kontak berwarna kemerahan, nyeri, melepuh dan
meluas.
2) Pucat
2. Kemasukan Benda Asing
a. Pada mata akan terasa nyeri, terlihat kemerahan, terganggunya fungsi
penglihatan pada mata, infeksi, peradangan, bahkan kebutaan.
b. Pada hidung terganggunya fungsi penciuman dan pernapasan/sesak napas.
c. Pada Telinga akan mengganggu fungsi pendengaran, infeksi pada telinga,
ketulian.
d. Pada mulut, terganggunya fungsi pernafasan atas, sesak nafas, henti napas.
C. Kondisi Kecelakaan
1. Luka bakar
Karakteristik luka bakar bergantung pada kedalamannya.
a. Luka Bakar Derajat 1:
1) Superfisial hanya meliputi jaringan kulit luar (misalnya tersengat matahari)
2) Gejala : Nyeri, kemerahan, tidak ada kerusakan jaringan atau saraf.
b. Luka Bakar Derajat 2 :
1) Mengenai sebagaian lapisan kulit dan berbagai ukuran dermis (misalnya
tersiram air panas)
2) Gejala : Nyeri, merah, kulit membengkak, timbul gelembung berisi cariran
pada kulit.
c. Luka Bakar Derajat 3 :
1) Meluas kelapisan dermis, meliputi jaringan adiposa subkutan, fasia otot dan
tulang (misalnya terbakar api)
2) Gejala : Tidak nyeri, Kaku dan putih/coklat, tidak pucat atau hitam dan kulit
membengkak.
d. Luka Bakar Derajat 4 :
1) Meluas ke seluruh lapisan kulit, dan ke dalam lapisan lemak, otot dan tulang
di bawahnya
2) Gejala : Tidak nyeri, Hitam hangus, kering, kaku.

5
2. Patah tulang
a. Adanya nyeri hebat pada daerah patah tulang
b. Pada daerah yg patah sulit di gerakan
c. Adanya bengkak pada daerah patah tulang
d. Adanya kelainan bentuk tulang
3. Perdarahan
a. Adanya luka terbuka
b. Keluar darah dari daerah luka
c. Adanya nyeri pada daerah luka
d. Kepala pusing akibat keluar darah yg banyak
e. Mulut terasa haus
f. Badan menggigil

6
POKOK BAHASAN 3 IDENTIFIKASI SETIAP JENIS KEJADIAN SAKIT,
CEDERA, ATAU KECELAKAAN YANG SERING TERJADI DI MASYARAKAT

I. PENILAIAN AWAL KEJADIAN SAKIT, CEDERA, ATAU KECELAKAAN


YANG MEMBUTUHKAN PENANGANAN SEGERA
A. Kondisi Sakit
1. Henti Napas
a. Cek respon dengan cara menepuk /menggocangkan
bahu korban.
b. Cek jalan nafas, dengan cara
1) Melihat gerakan dinding dada
Gambar 1. Memeriksa
2) Mendengarkan suara napas
kesadaran korban
3) Adakah hembusan nafas
2. Henti Jantung
Cek respon dengan cara menepuk/ menggocangkan bahu korban
B. Kondisi Cedera
1. Keracunan
Identifikasi keracunan melalui
a. Mulut terlihat bengkak, merah, keluar darah, berbusa, berbau bahan beracun,
kejang.
b. Hidung terlihat merah, bengkak, korban mengeluh panas, keluar darah atau
cairan beracun, tercium bahan beracun dari hidung.
c. Mata terlihat merah, bengkak, berair, darah, korban menggaruk-garuk mata,
mengeluh perih dan pandangan menurun/kabur.
d. Kulit terlihat merah, bengkak, melepuh, korban mengeluh perih, gatal.
2. Kemasukan Benda Asing
a. Mata : terlihat ada benda asing, merah, korban tidak bisa melihat dan mengeluh
nyeri
b. Hidung : terlihat benda asing di hidung, korban biasanya akan tidak nyaman
karena mengganggu jalan nafas.
c. Telinga : terlihat ada benda asing di telinga, korban akan terlihat tidak nyaman
karena mengganggu pendengaran.

7
d. Mulut/tenggorokan : Terlihat ada benda asing di mulut, pasien biasanya terlihat
sesak dan memegang tenggorokannya jika benda asing mengganggu jalan napas.
C. Kondisi Kecelakaan:
1. Luka bakar
Terlihat kulit kemerahan, melepuh, menghitam, berdarah, bengkak, cairan keluar
dari kulit, diketahui ada penyebab kebakaran.
2. Patah tulang
Patah tulang biasanya terlihat tangan dan kaki yang patah tidak bisa digerakan,
nyeri, bengkak, kadang berdarah sampai terlihat tulang dan perdarahan.
3. Perdarahan
Korban perdarahan diidentifikasi tempat keluar darah dan perkirakan banyaknya.
Apabila lebih dua gelas maka telah terjadi perdarahan hebat. Atau perdarahan yang
sangat lama berlangsung. Perlu ditanyakan kepada korban kalau sadar tentang
penyebab, waktu, dan banyaknya jumlah darah yang keluar.
II. PEMERIKSAAN FISIK SEDERHANA
A. Kondisi Sakit
1. Henti Napas
Di sini penolong memeriksa apakah korban masih bernapas atau tidak. Bila tidak
bernapas akibat adanya sumbatan maka penolong harus membersihkan jalan napas
ini agar menjadi terbuka.
a. Korban dibaringkan terlentang.
b. Penolong berlutut di samping kanan korban pada posisi sejajar dengan
bahu.
c. Letakkan tangan kiri penolong di atas dahi korban dan tekan ke arah bawah
dan tangan kanan penolong mengangkat dagu korban ke atas. Tindakan ini
akan membuat lidah tertarik ke depan dan jalan napas terbuka serta akan
membentuk satu garis lurus sehingga oksigen mudah masuk.
Dekatkan wajah Anda ke wajah korban, dengar serta rasakan hembusan
napas korban sambil melihat ke arah dada korban apakah ada gerakan dada
atau tidak. Bila korban masih bernapas maka
1. Baringkan korban di tempat yang aman dan nyaman
2. Jangan dikerumuni
3. Berikan posisi berbaring yang senyaman mungkin bagi korban

8
2. Henti Jantung
Penolong melihat korban tidak sadar dan tidak bergerak.
B. Kondisi Cedera
1. Keracunan
a. Mulut terlihat bengkak, merah, keluar darah, berbusa, berbau bahan beracun,
kejang.
b. Hidung terlihat merah, bengkak, korban mengeluh panas, keluar darah atau
cairan beracun, tercium bahan beracun dari hidung.
c. Mata terlihat merah, bengkak, berair, darah, korban menggaruk-garuk mata,
mengeluh perih dan pandangan menurun/kabur.
d. Kulit terlihat merah, bengkak, melepuh, korban mengeluh perih, gatal.
2. Kemasukan Benda Asing
a. Benda asing yang masuk mata, biasanya kecil dan ringan. Istilah umumnya adalah
“kelilipan”.
b. Benda asing masuk hidung, biasanya terjadi pada anak-anak yang memasukkan
biji-bijian atau manik-manik ke dalam lubang hidungnya.
c. Benda asing masuk telinga, lihat jenis benda yang masuk.
C. Kondisi Kecelakaan
1. Luka Bakar
Perhatikan kulit terlihat kemerahan, melepuh, menghitam, berdarah, bengkak,
cairan keluar dari kulit, diketahui ada penyebab kebakaran.
2. Patah Tulang
Patah tulang biasanya terlihat tangan dan kaki yang patah tidak bisa digerakan,
nyeri, bengkak, kadang berdarah sampai terlihat tulang dan perdarahan.
3. Perdarahan
Berdasarkan pembuluh darah yang mengalami gangguan, perdarahan luar ini dibagi
menjadi tiga bagian:
a. Perdarahan nadi (arteri), ditandai dengan darah yang keluar menyembur
sesuai dengan denyutan nadi dan berwarna merah terang karena kaya dengan
oksigen. Perdarahan ini sulit untuk dihentikan, sehingga harus terus dilakukan
pemantauan dan pengendalian perdarahan hingga diperoleh bantuan medis.

9
b. Perdarahan Balik (Vena), darah yang keluar berwarna merah gelap, walaupun
terlihat luas dan banyak namun umumnya perdarahan vena ini mudah
dikendalikan. Namun perdarahan vena ini juga berbahaya bila terjadi pada
perdarahan vena yang besar masuk kotoran atau udara yang tersedot ke dalam
pembuluh darah melalui luka yang terbuka.
c. Perdarahan Rambut (Kapiler), berasal dari pembuluh kapiler, darah yang
keluar merembes perlahan. Ini karena pembuluh kapiler adalah pembuluh
darah terkecil dan hampir tidak memiliki tekanan. Jika terjadi perdarahan,
biasanya akan membeku sendiri. Darah yang keluar biasanya berwarna merah
terang seperti darah arteri atau bisa juga gelap seperti darah vena.

10
TEKNIK BANTUAN HIDUP DASAR
Tindakan Bantuan Hidup Dasar atau
disingkat dengan BHD, merupakan penanganan
awal yang dilakukan terhadap korban yang
mengalami kondisi mengancam jiwa, sampai
korban tersebut mendapatkan bantuan hidup lanjut
oleh tenaga kesehatan. Kondisi mengacam jiwa ini
dapat berupa sakit, cedera dan kecelakaan yang
terjadi secara tiba-tiba dan memerlukan penanganan
segera. Jika korban tidak segera mendapatkan
penanganan, maka korban dapat mengalami
kematian.
Berdasarkan data American Heart
Association (AHA) menunjukkan terdapat sebanyak
45-75% korban henti napas dan henti jantung terjadi
di luar rumah sakit, dan 95% pasien meninggal
sebelum tiba di Rumah Sakit. Sedangkan Data
Statistik Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013)
menunjukkan bahwa 47% cedera terjadi di jalan
raya, 40% di rumah, 7% di area pertanian dan 6% di
sekolah. Dengan kondisi ini, masyarakat diharapkan
mampu memberikan bantuan hidup dasar di luar
rumah sakit selama menunggu penanganan lanjut
oleh tenaga kesehatan, sehingga semakin banyak
masyarakat yang mampu melakukan bantuan hidup
dasar maka semakin banyak kematian yang dapat
dihindarkan.
Modul ini menguraikan materi tentang
teknik bantuan hidup dasar yang difokuskan pada
penangangan korban yang mengalami kondisi sakit
(henti napas dan henti jantung), kondisi cedera
(keracunan, kemasukan benda asing, sumbatan
jalan napas) dan kondisi kecelakaan (patah tulang,
perdarahan dan luka bakar). Tingkat keberhasilan
bantuan hidup dasar ini sangat tergantung pada
kecepatan dalam bertindak dan ketepatan
melakukan tindakan. Dengan semakin seringnya
teknik-teknik tindakan ini dilatihkan dan
dipraktikkan maka akan semakin meningkatkan
kemampuan penolong dalam melakukan bantuan
hidup dasar.

11
POKOK BAHASAN 1 JENIS-JENIS TEKNIK BANTUAN HIDUP DASAR
A. Teknik Bantuan Hidup Dasar pada Kondisi Sakit
Kondisi sakit terdiri dari henti napas dan henti jantung. Teknik bantuan hidup dasar
untuk henti napas dan henti jantung yaitu pijat jantung luar atau disebut juga
resusitasi jantung paru, disingkat dengan RJP.
B. Teknik Bantuan Hidup Dasar pada Kondisi Cedera
Kondisi sakit terdiri dari keracunan, kemasukan benda asing, dan sumbatan jalan
napas. Teknik bantuan hidup dasaryang dilakukan, yaitu
1. Keracunan
2. Rangsang muntah
3. Pembilasan dengan air mengalir
4. Sumbatan jalan napas dan kemasukan benda asing (tersedak)
5. Tengadah kepala dan angkat dagu (head tilt – chin lift)
6. Sapuan jari (finger sweep)
7. Hentakan perut (abdominal thrust) atau disebut juga manuver Heimlich
8. Tepukan punggung (back blow)
9. Hentakan dada (chest thrust)
C. Teknik Bantuan Hidup Dasar pada Kondisi Kecelakaan
Kondisi kecelakaan terdiri dari perdarahan, patah tulang dan luka bakar. Teknik
bantuan hidup dasaryang dilakukan, yaitu
1. Perdarahan
a. Balut tekan
b. Peninggian daerah yang luka
2. Patah Tulang
a. Balut bidai
3. Luka bakar
a. Penyiraman dengan air mengalir
b. Penutupan luka

12
POKOK BAHASAN 2 TEKNIK BANTUAN HIDUP DASAR BERDASARKAN
KONDISI
A. Teknik Bantuan Hidup Dasar pada Kondisi Sakit
Teknik bantuan hidup dasar pada kondisi sakit (henti napas dan henti jantung)
dilakukan penanganan dengan teknik pijat jantung luar, dengan langkah-langkah
sebagai berikut

- Mengamankan diri sendiri dan lingkungan sekitar serta


memperkanalkan diri kepada orang sekitar. “Saya (sebutkan nama),
saya dapat melakukan bantuan hidup dasar”.
- Memastikan pasien tidak sadar
dengan berteriak “Buka
matanya Pak/Bu!” lalu
menepuk-nepuk bahu korban
dan memastikan pasien tidak
bernapas (tidak tampak
pengembangan dada).
- Segera berteriak meminta
tolong dengan berteriak
“Tolong, ada korban tidak
sadar” atau meminta orang
sekitar menelepon ambulans.
Penelepon harus siap
memberikan jawaban tentang
lokasi korban ditemukan,
jumlah korban, kondisi yang
dialami korban dan bantuan
yang diperlukan.

13
- Mengatur posisi korban
telentang di atas permukaan
yang keras dan rata,
sedangkan posisi penolong
berlutut di samping korban.
- Melakukan penekanan dada
dengan meletakkan pangkal
tangan di pertengahan dada
korban dan meletakkan tangan
yang lain di atas tangan yang
pertama dengan jari-jari
mengunci dan lengan tetap
lulus.
- Melakukan penekanan dada
dengan kedalaman 5-6 cm dan
kecepatan 100-120 kali/menit.
Dada korban harus
mengembang kembali seperti
semula sebelum melakukan
penekanan dada berikutnya.
- Teknik ini dilakukan hingga
penolong tenaga kesehatan
datang atau pasien kembali
sadar atau bergerak
- Jika pasien sadar,
berikan posisi
miring.

14
B. Teknik Bantuan Hidup Dasar pada Kondisi Cedera
Kondisi sakit terdiri dari keracunan, kemasukan benda asing, dan sumbatan jalan
napas. Teknik bantuan hidup dasaryang dilakukan, yaitu:
1. Keracunan
a. Rangsang Muntah
Rangsang muntah dilakukan pada korban yang menelan racun atau bahan
kimia yang tidak korosif, dengan langkah-langkah sebagai berikut
 Buka mulut korban. Pastikan posisi kepala pasien mengarah ke bawah
untuk mencegah pasien tersedak
 Masukkan jari telunjuk dan jari tengah ke dalam mulut korban
 Tekan pangkal lidah ke arah bawah untuk merangsang muntah
 Tampung muntahan korban dengan kantong plastik atau ember (jika
memungkinkan dilakukan).
 Cuci tangan jika terkena muntahan korban
b. Pembilasan dengan Air Mengalir
Pembilasan pada korban yang terpapar bahan kimia pada kulit dan mata
dilakukandengan langkah-langkah sebagai berikut:
Pembilasan pada Kulit
- Pakai sarung tangan atau plastik
yang dapat melindungi tangan
penolong
- Lepas pakaian yang terkena.
- Bilas seluruh bagian tubuh yang
terpapar bahan kimia dengan air
mengalir hingga tampak bersih dan
tidak tercium bau bahan kimia.
Pembilasan pada Mata
- Pakai sarung tangan atau plastik
yang dapat melindungi tangan
penolong.
- Posisikan mata yang terkena bahan
kimia lebih rendah dari sumber air

15
- Bilasmata yang terpapar bahan
kimia satu per satu dengan air
mengalir hingga tampak bersih dan
tidak tercium bau bahan kimia.
- Pembilasan dilakukan pada mata yg
posisinya dibawah untuk
menghindari kontaminasi pada
mata lainnya jika pembilasan
dilakukan pada mata yang
posisinya di atas.
Sumber gambar: http://oakwood.adam.com/graphics/images/en/19602.jpg

2. Sumbatan Jalan Napas dan Kemasukan Benda Asing (Tersedak)


a. Tengadah Kepala dan Angkat Dagu (Head Tilt – Chin Lift)
Tengadah kepala (Head tilt)
- Letakkan salah satu telapak
tangan pada dahi.
- Dorong dahi ke arah bawah.
Angkat dagu (Chin lift)
- Letakkan jari telunjuk dan jari
tengah pada dagu
- Angkat dagu ke arah atas

16
b. Sapuan Jari (Finger Sweep)
Tindakan sapuan jari dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Buka mulut korban dengan salah
satu tangan penolong dengan
menggunakan jari telunjuk dan
tengah.

- Angkat rahang sambil menahan


lidah dengan ibu jari.

- Temukan objek yang


menyumbat jalan napas.

- Masukkan jari telunjuk tangan


lainnya ke dalam mulut korban.

- Lakukan sapuan jari dan kait


objek yang menyumbat jalan
napas.

- Angkat objek yang menyumbat


jalan napas.

Sumber gambar: Diunduh dari http://www.medtrng.net/efmb/tasks/081-831-1042.htm

17
c. Tepukan Punggung (Back Blow) dan Hentakan Perut (Abdominal Thrust)
Atau Disebut Juga Manuver Heimlich
Jika menemukan korban tersedak, maka dilakukan tepukan punggung 5 kali
diikuti dengan hentakan perut 5 kali. Langkah-langkah tepukan punggung dan
hentakan perut dilakukan sebagai berikut
Tepukan Punggung
- Berdiri di belakang korban den sedikit
bergeser kesamping
- Miringkan korban sedikit ke depan dan
sangga dada korban dengan salah satu
tangan
- Berikan lima kali tepukan di punggung
bagian atas di antara tulang belikat
menggunakan tangan bagian bawah.
Hentakan Perut
- Condongkan badan korban ke depan
dan berdiri di belakang korban dan
letakkan salah satu kaki di sela kedua
kaki korban.
- Buat kepalan pada satu tangan dengan
tangan lain menggenggam kepalan
tangan tersebut. Lingkarkan kedua
lengan pada badan pasien.
- Letakkan kepalan tangan pada garis
tengah tubuh korban tepat di bawah
tulang dada atau di ulu hati.
- Lakukan hentakan ke arah dalam dan
ke atas secara cepat dan kuat untuk
membantu korban membatukkan benda
yang menyumbat saluran napas.
- Manuver ini dilakukan lima kali
berturut-turut.

18
Terus lakukan 5 kali tepukan punggung diikuti 5 kali hentakan perut hingga
benda asing keluar. Jika korban menjadi tidak sadar dan tidak bernapas,
segera lakukan pijat jantung luar.
Sumber gambar: American Red Cross (2014). First Aid/CPR/AED Participant
Manual. USA: StayWell Health & Safety Solutions. Diunduh dari
http://www.redcross.org/images/MEDIA_CustomProductCatalog/m55540601_FA-
CPR-AED-Part-Manual.pdf

d. Hentakan Dada (Chest Thrust)


Hentakan dada dilakukan jika pada korban tidak memungkinkan dilakukan
hentakan perut, seperti pada korban hamil dan korban yang berbadan besar.
Langkah-langkah hentakan dada dilakukan sebagai berikut
- Condongkan badan
korban ke depan dan
berdiri di belakang
korban dan letakkan salah
satu kaki di sela kedua
kaki korban.
- Buat kepalan pada satu
tangan dengan tangan lain
menggenggam kepalan
tangan tersebut.
Lingkarkan kedua lengan
pada badan pasien.
- Letakkan kepalan tangan pada dada korban.
- Lakukan hentakan ke arah dalam dan ke atas secara cepat dan kuat untuk
membantu korban membatukkan benda yang menyumbat saluran napas.
- Manuver ini dilakukan lima kali berturut-turut.
Sumber gambar: American Red Cross (2014). First Aid/CPR/AED Participant
Manual. USA: StayWell Health & Safety Solutions. Diunduh dari
http://www.redcross.org/images/MEDIA_CustomProductCatalog/m55540601_FA-
CPR-AED-Part-Manual.pdf

19
C. Teknik Bantuan Hidup Dasar pada Kondisi Kecelakaan
Kondisi kecelakaan terdiri dari perdarahan, patah tulang dan luka bakar. Teknik
bantuan hidup dasaryang dilakukan, yaitu:
1. Perdarahan
a. Balut Tekan
Langkah-langkah melakukan balut tekan dilakukan sebagai berikut
a. Pasang sarung tangan (jika
tersedia)
b. Lakukan penenakan
dengan telunjuk pada area
keluarnya darah dan
pasang kasa dibawahnya
untuk menampung tetesan
darah.
c. Tutup luka dengan kasa
steril
d. Lakukan penekanan pada
area luka hingga
perdarahan berhenti.

e. Tumpukkan kasa di atas


kasa sebelumnya jika
perdarahan belum berhenti.
Jangan angkat kasa
sebelumnya saat akan
memberikan tambahan
kasa.

20
f. Tutup kasa dengan
melingkarkan perban
dimulai dari daerah yang
paling jauh ke area
mendekati tubuh.
g. Berikan plester pada ujung
kasa untuk merekatkan
atau buat ikatan dengan
menggunakan ujung
perban.

b. Peninggian Organ yang Luka


Pada cedera otot dilakukan prosedur peninggian organ yang luka yang dikenal
dengan prosedur RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation) dengan langkah-
langkah sebagai berikut
a. Rest: Istirahatkan
bagian yang cedera
b. Ice: Lakukan kompres
es
c. Compression: bebat
dengan balutan elastis
d. Elevation: Tinggikan
bagian yang cedera

21
c. Patah Tulang
Pada korban yang mengalami patah tulang dilakukan balut bidai dengan
langkah-langkah sebagai berikut
a. Mengatur posisi korban
senyaman mungkin
b. Membuka pakaian yang
menutupi daerah patah
tulang
c. Jika terdapat perdarahan,
maka lakukan
penghentian perdarahan
terlebih dahulu.

d. Memeriksa ujung bagian


yang cedera: 1) Jari-jari
dapat digerakkan atau
tidak, 2) Terasa hangat
atau tidak, 3) Terasa atau
tidak dengan sentuhan,
sebelum memasang bidai
e. Mengukur dan memilih
ukuran bidai yang sesuai.
Bidai harus melewati dua
persendian pada tulang
yang patah

f. Memasang bidai pada


tempat yang tepat
g. Memberikan bantalan
yang cukup lunak pada
bidai

22
h. Mengikatbidai dengan
tidak terlalu kencang dan
tidak terlalu longgar

i. Memeriksa kembali
ujung bagian yang
cedera: 1) Jari-jari dapat
digerakkan atau tidak, 2)
Terasa hangat atau tidak,
3) Terasa atau tidak
dengan sentuhan

Sumber gambar: American Red Cross (2014). First Aid/CPR/AED Participant


Manual. USA: StayWell Health & Safety Solutions. Diunduh dari
http://www.redcross.org/images/MEDIA_CustomProductCatalog/m55540601_FA-
CPR-AED-Part-Manual.pdf

23
d. Luka Bakar
Tindakan untuk pertolongan pada korban yang mengalami luka bakar dilakukan
dengan 3C (Cool, Clear, Cover) atau mendinginkan, membersihkan dan
menutup luka dengan langkah-langkah sebagai berikut
Dinginkan Luka(Cool)
a. Alirkan air selama 20 menit.
Jika luka bakar akibat bahan
kimia, dialirkan air sampai 1
jam.
b. Jangan mengoleskan pasta
gigi, putih telur, kecap,
mentega, dan lain-lain.
Bersihkan Luka(Clear)
c. Singkirkan apapun yang
dapat membakar (yang tidak
menempel).
d. Lepas perhiasan (jika ada)
e. Lepaskan pakaian yg
terkontaminasi bahan kimia
Tutup Luka(Cover)
f. Tutup luka dengan balutan
yang tidak lengket dengan
luka
g. Jangan pecahkan lepuhan

24
TEKNIK STABILISASI,
EVAKUASI, DAN
MOBILISASI PADA KORBAN
Menjelaskan secara singkat
tentang teknik stabilisasi dan transportasi
bagi masyarakat awam saat memberikan
pertolongan pada korban dalam kondisi
gawat darurat sakit, cedera, dan
kecelakaan. Dalam The Sendai
Framework for Disaster Risk Reduction
2015-2030 terdapat 4 prioritas dalam
menurunkan resiko bencana, prioritas
pertama adalah meningkatkan
pengetahuan masyarakat dalam
menangani korban saat bencana (United
Nations, 2015).
Gawat darurat adalah kejadian
yang membahayakan nyaman dan
kecacatan dan membutuhkan pertolongan
segera (WHO, 2007).Kecelakaan atau
kejadian yang tidak diinginkan dapat
terjadi dimana saja dan kapan
saja.Kejadian ini dapat berupa suatu
insiden kecil atau suatu bencana yang
melibatkan penderita dalam jumlah besar.
Dalam suatu peristiwa yang
membutuhkan penangangan medis
biasanya orang pertama yang akan
memberikan pertolongan adalah mereka
yang berada ditempat kejadian atau
anggota keluarga penderita tersebut.
Mereka yang berupaya memberikan
pertolongan ini memiliki berbagai tingkat
pengetahuan mulai dari tidak terlatih
sampai mereka yang mungkin sudah
terlatih.Ada waktu antara pertolongan
dilapangan sampai korban dapat
memperoleh pertolongan oleh tenaga
medis di fasilitas kesehatan.

25
POKOK BAHASAN 1 TEKNIK STABILISASI PADA SETIAP KEJADIAN

Stabilisasi korban adalah upaya membuat korban stabil pada pertolongan awal
mencegah kondisi korban lebih buruk.
Prinsip setiap memberikan pertolongan adalah 3A (aman penolong, aman korban,
aman lingkungan) dan minta bantuan segera.
A. Korban Keracunan

Cara stabilisasi
1. Jauhkan dari sumber racun.
2. Tempatkan korban ditempat yang lapang dan udara segar.
3. Longgarkan pakaian korban.
4. Perhatikan kesadaran korban

B. Korban Sumbatan Jalan Nafas

Stabilisasi korban sumbatan jalan napas adalah


1. Perhatikan kesadaran korban
2. Pastikan jalan napas tetap bersih dan bebas sumbatan.

C. Korban Masuk Benda Asing

Stabilisasi korban masuk benda asing adalah


1. Perhatikan tempat masuk benda asing : mata, telinga, hidung, dan mulut.
2. Pastikan saluran napas bersih dan bebas sumbatan.

D. Korban Perdarahan

1. Stabilisasi korban perdarahan adalah lakukan pemantauan lokasi luka dan


daerah terjauh apakah pucat, kebas, dan dingin.
2. Tinggikan bagian yang terlukaa
3. Pada korban luka tusuk karena pisau. Pastikan pisau tidak dicabut dan tidak
bergerak.

26
E. Korban Luka Bakar

Prinsip teknik stabilisasi pada korban luka bakar adalah:


1. Tutup area luka bakar dengan kain basah dan bersih.
2. Perhatikan daerah kulit yang terbakar tidak dikelupas.

F. Korban Patah Tulang

Patah tulang digolongkan menjadi 2 macam, yaitu tertutup dan terbuka.Pada patah
tulang tertutup, tulang yang patah tidak sampai keluar melewati kulit.Sedangkan
pada patah tulang terbuka, sebagian atau keseluruhan tulang yang patah terlihat
menembus kulit. Stabilisasi korban patah tulang adalah
1. Pastikan bidai yang terpasang pada daerah yang patah stabil.
2. Pantau daerah terjauh dari patah apakah pucat, kebas, atau dingin.

27
POKOK BAHASAN 2 TEKNIK EVAKUASI PADA SETIAP KEJADIAN
Evakuasi adalah memindahkan korban dari tempat yang membahayakan atau tempat
kejadian ke tempat yang aman (Oxford Dictionary, 2016)
Korban yang perlu dievakuasi adalah dari lokasi kejadian ke tempat yang aman, yaitu
korban keracunan dan luka bakar.

A. Korban Keracunan
Korban keracunan yang perlu evakuasi adalah karena keracunan akibat terhirup
udara yang mengandung racun, seperti: pestisida, udara yang mengandung bahan
kimia beracun, maka korban harus dipindahkan secepatnya dengan memindahkan
ke arah atasangin. Apabila keracunan dalam air sungai, sumur, atau laut, maka
korban secepatnya diangkat dari air.
Gambar 1 : Cara Evakuasi Korban dengan Satu Penolong

28
Gambar 2 : Cara Evakuasi Korban dengan Dua Penolong

B. Korban Luka Bakar


Korban luka bakar yang perlu dievakuasi dari area kebakaran rumah,
gedung.Korban harus dievakuasi secepatnya dengan memindahkan ke arah
atas angin.
Gambar 3 : Cara Menolong Korban Kebakaran dengan Satu Penolong

29
POKOK BAHASAN 3 TEKNIK MOBILISASI PADA SETIAP KEJADIAN
A. Korban Keracunan.
Mobilisasi Korban Keracunan :
 Perhatikan kesadaran korban selama perjalanan
B. Korban Sumbatan Jalan Napas.
Mobilisasi korban sumbatan jalan napas.
 Bawa segera korban ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan lebih
lanjut.
C. Korban Kemasukan Benda Asing,
Mobilisasi korban kemasukan benda asing adalah
 Segera bawa korban ke rumah sakit.
D. Korban Perdarahan,
Mobilisasi korban perdarahan pada korban dalam jumlah perdarahan selama
mobilisasi dengan memperkirakan banyaknya darah yang keluar.
E. Korban Luka Bakar,
Mobilisasi pada korban luka bakar untuk membawa ke rumah sakit perhatikan
jalan napas dan bunyi napas.
F. Korban Patah Tulang.
Mobilisasi korban patah tulang adalah mempertahankan posisi tubuh dalam
posisi datar dan lurus saat mengangkat dan memindahkan.Gunakan tempat yang
datar dan keras sebagai alas punggung.Leher tidak boleh digerakkan, harus dalam
kondisi diganjal dengan benda keras pada belakang dan samping kanan dan kiri
leher.
Setelah ditangani di lokasi kejadian, untuk memindahkan korban, maka
dilakukan:
1. Mengangkat dan memindahkan dalam posisi tubuh korban tetap lurus dengan
bantuan 3 (tiga) atau 4 (empat) orang penolong secara bersama.
2. Pakai alas yang keras dan datar sebagai tandu untuk memindahkan
korban,seperti : papan, pintu, dll.
3. Daerah yang patah dipertahankan dalam posisi sudah dibidai dengan
menahan dua sendi. Bidai sebaiknya digunakan benda yang lurus keras

30
sebanyak 3 buah untuk diletakkan bagian bawah, sisi kiri, dan kanan kaki
yang patah.
Gambar 4 : Cara mobilisasi korban patah tulang

31

Anda mungkin juga menyukai