Anda di halaman 1dari 27

UNIVERSITAS SILIWANGI

FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL

Morfologi Sungai

Rekasaya Sungai
Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu


wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-
anak sungainya yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal
dari curah hujan ke danau atau laut secara
alami, yang batas di darat merupakan
pemisah topografis dan batas di laut sampai
dengan daerah pengairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan. (UU No 7/2004
Ps 1)
Pemanfaatan Daerah Aliran Sungai

 Hulu (Area konservasi)


 Tengah (peralihan)
 Hilir (discharge)
Morfologi Sungai

ilmu yang mempelajari tentang geometri


(bentuk dan ukuran), jenis, sifat dan perilaku
sungai dengan segala aspek perubahannya
dalam ruang dan waktu. Didalamnya juga
membahas tentang hidraulika sungai dan
angkutan sedimen sungai.
Morfologi Sungai

Morfologi sungai sangat dipengaruhi


 kondisi aliran

 proses angkutan sedimen


Proses geomorfologi utama yang terjadi di sungai
 kondisi lingkungan
adalah erosi, longsor tebing, dan sedimentasi
 serta aktivitas manusia di sekitarnya
Orde Sungai

 posisi percabangan alur sungai di dalam urutannya


terhadap induk sungai di dalam suatu DAS.
 Dengan demikian makin banyak jumlah orde sungai
akan semakin luas pula DAS nya dan akan semakin
panjang pula alur sungainya.
 Tingkat percabangan sungai (bufurcation ratio) adalah
angka atau indeks yang ditentukan berdasarkan
jumlah alur sungai untuk suatu orde.
Tipe Sungai (Amri, 2014)

Tipe sungai:
 Tipe sungai Aa+
 Tipe sungai kecil A
 Tipe sungai kecil B
 Tipe sungai kecil C
 Tipe sungai kecil D
 Tipe sungai kecil DA (branastomosis)
 Tipe sungai E
 Tipe sungai F
 Tipe sungai G
Sungai Tipe Aa+

 Tipe sungai Aa+ memiliki kemiringan yang sangat curam (>10%)


 memiliki rasio lebar/kedalaman (W/D ratio) yang rendah dan sepenuhnya dibatasi
oleh saluran kecil.
 Bentuk dasarnya merupakan cekungan luncur atau aliran terjun ( super kritis), Tipe
sungai Aa+ banyak dijumpai pada dataran dengan timbunan agregat, zona
pengendapan seperti aliran sungai bersalju,
 secara struktural dipengaruhi oleh patahan, dan zona pengedapan yang berbatasan
dengan tanah residu.
 Arus sungai umumnya beraliran deras atau terjun (super kritis), Tipe sungai Aa+
disebut sebagai sistem suplai sedimen di sebabkan lereng saluran yang curam dan
potongan melintang yang sempit serta dalam.
Sungai Tipe A

 Tipe sungai A hampir sama


dengan tipe sungai Aa+ yang
telah dijelaskan sebelumnya,
yang membedakan adalah
kemiringan lereng saluran
mencapai 4% sampai 10% dan
 Arus sungai umumnya meupakan
cekungan dengan air kantung
(scourpool).
Sungai Tipe B

 Tipe sungai B umumnya terdapat pada tanah dengan kemiringan yang curam dan sedikit miring.
 Dengan bentukan lahan utama sebagai kolom belerang yang sempit, banyak sungai tipe B adalah
hasil dari zona struktural, patahan, sambungan, dan bagian lereng lembah yang terkontrol secara
struktural menjadi lemah yang sempit yang membatasi pengembangan dataran banjir.
 Tipe sungai B mempunyai saluran berparit rasio lebar per kedalaman (W/D ratio) (<2), sinousitas
saluran rendah dan didominasi oleh saluran deras (super kritis).
 Morfologi bentuk dasar yang dipengaruhi runtuhan dan perbatasan lokal, Umumnya
menghasilkan air kantung (scour pool) dan aliran deras serta tingkat erosi pinggir sungai yang
relatif rendah.
Sungai Tipe C

 Tipe sungai C terdapat pada lembah yang relatif sempit sampai lembah yang lebar berasan dari
endapan alluvial.
 Saluran tipe C memiliki dataran banjir yang berkembang dengan baik, kemiringan saluran < 2%
dan morfologi dasar yang mengindikasikan konfigurasi cekungan.
 Potongan dan bentuk dari tipe sungai C dipengaruhi oleh rasio lebar perkedalaman (W/D ratio)
yang umumnya (<12) dan sinusitas > 1,4.
 Bentuk morfologi utama dari tipe sungai C adalah saluran dengan relief rendah, kemiringan
rendah, sinusitas sedang, saluran berparit rendah, rasio perkedalaman tinggi, serta dataran
banjir yang berkembang baik
Sungai Tipe D

 Tipe sungai C terdapat pada lembah yang relatif sempit sampai lembah yang lebar berasan dari
endapan alluvial.
 Saluran tipe C memiliki dataran banjir yang berkembang dengan baik, kemiringan saluran < 2%
dan morfologi dasar yang mengindikasikan konfigurasi cekungan.
 Potongan dan bentuk dari tipe sungai C dipengaruhi oleh rasio lebar perkedalaman (W/D ratio)
yang umumnya (<12) dan sinusitas > 1,4.
 Bentuk morfologi utama dari tipe sungai C adalah saluran dengan relief rendah, kemiringan
rendah, sinusitas sedang, saluran berparit rendah, rasio perkedalaman tinggi, serta dataran
banjir yang berkembang baik
Sungai Tipe DA (branastomosis)

 Tipe sungai DA (branastomosis)


adalah suatu sistem saluran berjalin
dengan gradien yang sangat rendah
dan lebar aliran setiap saluran
bervariasi
 Tipe sungai DA merupakan suatu
sistem sungai stabil dan memiliki
banyak saluran dan rasio lebar per
saluran serta sinousitas bervariasi
dari sangat rendah sampe sangat
tinggi.
Sungai Tipe E

 Tipe sungai E merupakan perkembangan tie sungai F, yaitu mulai saluran yang lebar, berparit,
dan berkelok mengikuti perkembangan daerah banjir dan pemulihan vegetasi dari bekas saluran
F
 Tipe sungai kecil E agak berparit, yang menunjukan rasio lebar per kedalaman (W/D ratio)
tertinggi dari semua tipe sungai
 Tipe sungai E adalah suatu cekungan konsisten yang menghasilkan jumlah cekungan dari setiap
unit jarak saluran, sistem sungai E umumnyan terjadi di lebah aluvial yang mempunyai elevasi
rendah.
Sungai Tipe F

 Tipe sungai F adalah saluran


berkelok yang berparit klasik,
mempunyai elevasi yang relatif
rendah yang berisis batuan yang
sangat lapuk atau mudah terkena
erosi
 Karakteristik sungai F adalah
mempunyai rasio lebar per
kedalaman saluran (W/D ratio)
yang sangat tinggi dan bentuk
dasar sebagai cekungan
sederhana.
Sungai Tipe G

 Tipe sungai G adalah saluran bertingkat, berparit, sempit dan dalam dengan sinusitas tinggi
sampai sederhana
 Kemiringan saluran umumnya >0,02, meskipun saluran dapat mempunyai lereng yang ladai
dimana sebagai lereng yang di potong ke bawah
 Tipe sungai G laju erosi tepi yang sangat besar, suplai sedimen yang tinggi, lereng saluran yang
sederhana sampai curam, rasio lebar per kedalaman (W/D ratio) yang rendah, bebn dasar tinggi
dan laju transport sedimen terlarut sangat tinggi.
Planform Sungai

 Brice (1983)
 Sinuous ( berbentuk sinus atau gelombang)

 Sinuous Canal Form


Kemiringan yang landai, lebar relatif sama, tidak beranyam, saluran sempit dan dalam
 Sinuous Point Bar
Kemiringan lebih curam, bagian yang lurus stabil, sedangkan bagian di tikungan lebih
lebar.
 Sinuous Braided
kemiringan sangat curam, alur sungai berpindah-pindah arah radial, muatan dasar (bed
load) sungai cukup besar
 Non Sinuous

Sungai beranyam, dan anak sungai mempunyai pertemuan yang berpindah pindah
Pola Alur Sungai

 Leopold dan Walman (1957)


 Lurus (straight/sinuous), jika kelokannya ≤ 1,5

 Berkelok (meandering), jika kelokannya > 1,5

 Beranyam (braided)
Kelokan Sungai

 perbandingan antara panjang lembah (valley slope) terhadap panjang sungai (channel slope)
Meandering

Ket :
1.01
  10.9  B B = lebar sungai
a  2.7  B1.1 Rc = jari-jari menader
  4.7  Rc 0.98 a = amplitudo meander
 = panjang gelombang meander
Regime Sungai

 Regime Sungai adalah kondisi stabil sungai secara alamiah


 Geometri Sungai (Kemiringan memanjang sungai)
 Hac (1957)
0.6
d
S  18  
 A
Ket :
S = kemiringan memanjang sungai (kaki/mil)
d = ukuran rata-rata butiran (mm)
A = luas DAS (mil2)

Catatan : luas DAS 0.12 – 370 mil2 dan material dasar diameter 5 – 600 mm
Regime Sungai

 Geometri Sungai (Kemiringan memanjang sungai)


 Leopold dan Wolman (1957) S  0.0125  Q0.44

 Henderson (1961) S  0.0002d 1.15  Q0.46

 Lane (1957) S  0.0007  Q 0.25

Ket :
Q = debit aliran sungai (m3/det)
d = diameter rata-rata butiran dasar (mm)
Regime Sungai

 Geometri Sungai (Kemiringan memanjang sungai)


 Leopold dan Wolman (1957)

B  Ca  Q0.26
D  Cb  Q 0.4
U  Cc  Q0.34
Ca  Cb  Cc  1
Kecepatan di Tikungan

 Geometri Sungai (Kemiringan memanjang sungai)


 Leopold dan Wolman (1957)
Kecepatan di Tikungan

 Pada daerah tikungan peningkatan


kecepatan sekunder/melintang (V)
cukup besar dibandingkan pada daerah
lurus
 Pada daerah tikungan bekerja dua
kecepatan yaitu :
 Kecepatan utama (memanjang), U

 Kecepatan sekunder (melintang), V

 Kecepatan Sekunder Maksimum


(Vmaks) Ket :
X = konstanta von karman (gunakan 0.4)
Vmax D  10 5 0.5  f = faktor kekasaran
    0.5 f  
U XRc  3 9 x  RC = jari-jari tikungan
Bagaimana Membangun Sebuah Project Sungai?

 Data geometri sungai


 Data debit sungai
 Data sedimen
 Data debit sesaat saat pengukuran sedimen layang
 Data pengukuran groundsill
 Data lain (aktivitas di sungai)

How
problem in the river
Data selunder Methodology..?
Research research purposes
dan primer Wahat tools
how teory
used..?
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai