Anda di halaman 1dari 8

Bell’s Palsy 361,364, 376, 400,402

Anatomi
Segmen jalan N. VII :
1. Supranuklear
2. Batang otak
3. Meatal : 13-15 mm
4. Labyrinthine (fundus kanalis - hiatus
fasialis) : 3-4 mm
5. Tympani : 8-11mm
6. Mastoid : 10-14 mm
7. Ekstraremporal : 15-20 mm

Saraf fasialis (N.VII) mengandung sekitar 10.000


serabut saraf yang terdiri dari 7.000 serabut saraf
motorik untuk otot-otot dan 3.000 serabut saraf
lainnya membentuk saraf intermedius (Nerve of
Wrisberg) yang berisikan serabut sensorik dan
serabut parasimpatik.

Keluar dari batas pons dan M.O. Saraf wajah


menempuh jalur intraosseous melalui kanal auditorial
internal kemudian melewati foramen stylomastoid di
tengkorak dan serabut motorik berakhir ke cabang
zygomatic, bukal, mandibular, dan cervical. Saraf ini
menggerakan otot ekspresi wajah. Semua otot yang
diinervasi oleh saraf wajah berasal dari lengkung
cabang kedua.

Catatan :
Jaras Motoris

Serabut somatomotoris
sebagai radix N. VII
Visceromotor (di
nukleus salivatorius
Somatomotoriis
superior di formatio
retikularis)
Jalan ke dorsomedial
melingkari N. VI

Cortex precentralis efek parasimpatis


bag. lateral preganglioner
Keluar dari batang otak di
batas Pons dan M.O jalan
dekan N. VIII

ganglion
sphenopalatinum
Corona radiata Masuk meatus akustikus
(berdampingan interna (bag. meatal)
dengan N VIII bergabung debfan N.
Koklearis dan N.
Intermedius

Caosula interna Cavum timpani


Masuk intratemporal

Mempersarafi
Mesencephalon kelenjar: lakrimalis, Segmen labyrithi (segmen
timpani : kanalis fascialis)
submaksilaris, linguali

N. VII di pons bag


segmen mastoid
dorsal dekat
lemniskus lateralis

Keluar dari tengkorak mell.


Cabang N. stapedius
for. stylomastoideus
Inti atas Inti bawah

Cabang temporalis m. stapedius

Cabang zygomaticum
Jaras Viscerosensoris

Nukleus di thalamus

M.O

Traktus solitarius
bersama dgn
lemniskus medialis

Nukleus solitarius di
atas MO dekat N.VII
dan IX

N. intermedius
Wrisbergi

Ganglion genikuli
(os petrosum)

Keluar dr meatus
akustikus interna

Chorda timpani

Jalan sesuai N.
Lingualis

Aferen

Inpuls pengecap 2/3


ant lidah
Histologi

Definisi
 Kelumpuhan nervus fasialis perifer unilateral akut yang penyebabnya tidak diketahui
(idopatik) tanpa disertai adanya penyakit neurologis lainnya.

Epidemio
 19,5% dari seluruh kasus neuropati (di 4RS di Indo)
 40-70% dari semua kelumpuhan saraf fasialis perifer akut.
 Prevalensi rata-rata berkisar antara 10–30 pasien per 100.000 populasi per tahun
 Meningkat sesuai pertambahan umur, penderita diabetes, dan wanita hamil.

F.R
 Diabetes
Hubungan penyakit mirkovaskular pada diabetes terhadap neuropati dan mononeuropati
pada khususnya telah dilaporkan dan berhubungan dengan iskemia saraf pada infark
 pregnant women - especially during the third trimester

Etiologi
 Sekian lama dianggap idiopatik : paparan dingin (misalnya, angin, pendingin udara, atau
mengemudi dengan jendela mobil terbuka) dianggap sebagai satu-satunya pemicu
 Herpes simplex virus
 Agen infeksius lainnya: syphilis, the Epstein-Barr virus (causes glandular fever),
cytomegalovirus, adenovirus, Coxsackievirus, mumps, and rubella
 Kemungkinan autosom dominan, namun faktor predisposisi diturunkan tidak jelas.

Patofisiologi
Teori : proses inflamasi pada nervus fasialis → ↑ diameter nervus fasialis → kompresi saraf pada saat
melalui tulang temporal. (Nervus fasialis berjalan keluar dari tulang temporal melalui kanalis fasialis
yang mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada pintu keluar sebagai foramen
stylomastoid→ jika ada inflamasi, demyelinisasi atau iskemik → gangguan konduksi.)

Berdasarkan beberapa penelitian penyebab utama Bell’s palsy adalah reaktivasi virus herpes (HSV
tipe 1 dan virus herpes zoster) yang menyerang saraf kranialis. Setelah menyebabkan infeksi primer
pada bibir, virus tersebut menyerang akson saraf sensorik dan berada di ganglion geniculatum. Pada
saat stres, virus diaktifkan kembali dan menyebabkan kerusakan lokal pada mielin. Inflamasi di
ganglion genikulatum dapat menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN.

Bagian pertama kanal wajah, segmen labirin, adalah yang paling sempit; Foramen meatal di segmen
ini memiliki diameter hanya sekitar 0,66 mm. Inilah lokasi yang dianggap sebagai tempat kompresi
paling umum pada saraf wajah di Bell palsy.

 Lesi di pons yang terletak di daerah sekitar inti nervus abdusens dan fasikulus longitudinalis
medialis. Karena itu paralisis fasialis LMN tersebut akan disertai kelumpuhan muskulus
rektus lateralis atau gerakan melirik ke arah lesi, bergandengan dengan hiperakusis ipsilateral
dan ageusia.
 Lesi proksimal ganglion geniculate, kelumpuhan motor disertai kelainan gustatory dan
autonomic.
 Lesi antara ganglion geniculate dan chorda tympani menghasilkan efek yang sama dengan
proksimal ganglion geniculate, kecuali gangguan lakrimasi.
 Jika lesi berada pada foramen stylomastoid, hal itu bisa menyebabkan kelumpuhan wajah
saja.

Proses inflam:

Gejala Klinis
Perasaan nyeri, pegal, dan rasa tidak enak pada telinga atau sekitar nya sering merupakan gejala awal
yang segera diikuti oleh gejala kelumpuhan otot wajah berupa:
1. Dahi tidak dapat dikerutkan atau lipat dahi hanya terlihat pada sisi yang sehat.
2. Kelopak mata tidak dapat menutupi bola mata pada sisi yang lumpuh (lagoftalmus).
3. Gerakan bola mata pada sisi yang lumpuh lambat, disertai bola mata berputar ke atas bila
memejamkan mata (elevasi) : Bell’s phenomenon.
4. Sudut mulut tidak dapat diangkat, lipat nasolabialis mendatar pada sisi yang lumpuh dan
mencong ke sisi yang sehat.
5. Dapat juga ditemukan gejala lain yang menyertai antara lain: gangguan fungsi pengecap,
hiperakusis dan gangguan lakrimasi (berkurang). Karena lagoftalmos, maka air mata tidak bisa
disalurkan secara wajar sehingga tertimbun di situ.→ sesuai lokasi lesi
6. Penderita tidak dapat bersiul atau meniup, atau bila berkumur, air akan keluar melalui sisi mulut
yang lumpuh.

Penegakan Diagnosis
1. Anamnesa (sesuai gejala)
2. Pemeriksaan motoris
Pemeriksaan sistematik dengan mengamati kelainan asimetri yang timbul pada wajah akibat
kelumpuhan satu sisi otot wajah. (istirahat, dahi, mata, mulut)
3. Pemeriksaan sensoris
4. PP : Untuk menyingkirkan DD :
- Serologi - Lyme, herpes dan zoster
- Periksa tekanan darah pada anak-anak dengan Bell's palsy
- Tes berikut jarang dilakukan namun jika dikombinasikan dengan pemahaman neuroanatomi
yang baik, dapat menentukan daerah tingkat kelumpuhan:
o Tes air mata Schirmer
o Refleks stapedial
o Studi elektrodiagnostik (umumnya untuk penelitian) tidak ada perubahan pada otot
wajah yang terlibat selama tiga hari pertama namun penurunan aktivitas listrik yang
stabil sering terjadi.

Derajat kelumpuhan saraf fasialis dapat dinilai secara subjektif dengan menggunakan sistem House-
Brackmann :
• Derajat 1 : Fungsional normal
• Derajat 2 : Angkat alis baik, menutup mata komplit, mulut sedikit asimetris.
• Derajat 3 : Angkat alis sedikit, menutup mata komplit dengan usaha, mulut bergerak sedikit lemah
dengan usaha maksimal.
• Derajat 4 : Tidak dapat mengangkat alis, menutup mata inkomplit dengan usaha, mulut bergerak
asimetris dengan usaha maksimal.
• Derajat 5 : Tidak dapat mengangkat alis, menutup mata inkomplit dengan usaha, mulut sedikit gerak
• Derajat 6 : Tidak bergerak sama sekali

Diagnosa Neurologis
Diagnosa Klinis : Ipsiparese nervus VII sinistra/dextra
Diagnosa Etiologi : susp. Bells palsy
Diagnosa Topis : nervus VII

DD
Kelumpuhan saraf perifer
 Lesi struktural di telinga atau kelenjar parotid (kolesteatoma, tumor saliva) : kompresi saraf
wajah dan kelumpuhan.
 Trauma : fraktur os temporalis pars petrosus, basis kranii, atau terdapat riwayat trauma.
 Lyme Disease : riwayat eksposur tick, ruam, atau artralgia.
 OMA dan OMK : onset yang lebih bertahap, disertai nyeri telinga dan demam.
 Sindrom Ramsay Hunt : prodrome rasa sakit dan sering mengalami erupsi vesikular di saluran
telinga dan faring.
 Polineuropati (Sindrom Guillain-Barré, sarkoidosis) : lebih sering menyerang bilateral.
Sarkoidosis ditemukan tanda-tanda febris, perembesan kelenjar limfe hilus, uveitis, parotitis,
eritema nodosa, dan kadang hiperkalsemia.
 Tumor : gejala yang lebih berat dan perlahan selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Tumor serebello-pontin (tersering) apabila disertai kelainan nervus kranialis V dan VIII
 Miastenia gravis : terdapat tanda patognomonik berupa gangguan gerak mata kompleks dan
kelemahan otot orbikularis okuli bilateral
 Sklerosis multiple : disertai kelainan neurologis lain: hemiparesis atau neuritis optika
 Stroke : Lesi supranuklear tidak akan melumpuhkan dahi pada sisi yang sakit. Seringkali,
setidaknya akan ada sedikit kelemahan ekstremitas pada sisi yang terkena dampak juga
T.L
Tujuan : mempercepat penyembuhan, mencegah kelumpuhan parsial menjadi kelumpuhan komplit,
meningkatkan angka penyembuhan komplit, menurunkan dan mencegah sequele.
1. Istirahat
2. Medikamentosa
a. Kortikosteroid (Prednison : 1 mg/kg PO or 60 mg/day for 5d, tapering off 5d, for a total of
10d) mulai dalam 72 jam setelah onset
b. Obat antivirus : Acyclovir (HSV : 400 mg 5 dd 1 selama 10 hari, VZV : 800 mg PO 5 times
daily for 10d) kombinasi dengan prednison.
c. Perawatan mata: Air mata buatan untuk menggantikan lakrimasi yang hilang,
3. Fisioterapi
Tujuan: mempertahankan tonus otot. Cara yang sering digunakan yaitu : mengurut/massage.

Komplikasi
 Kelemahan wajah
Sekitar dua hingga tiga dari sepuluh orang penderita Bell’s palsy akan mengalami kelemahan wajah
permanen. Beberapa anak terlahir dengan lumpuh wajah dan sebagian lainnya menderita kelemahan
wajah setelah mengalami cedera pada saraf wajah.
 Gangguan bicara
Kondisi ini muncul sebagai akibat dari kerusakan pada otot-otot wajah penderita Bell’s palsy.
 Mata kering dan ulkus kornea
Ulkus kornea bisa muncul karena kelopak mata terlalu lemah untuk bisa menutup sepenuhnya.
Akibatnya, lapisan pelindung mata menjadi tidak berfungsi dengan baik. Kondisi ini bisa
menyebabkan kebutaan dan infeksi mata.

Prognosis
Faktor risiko yang diduga terkait dengan prognosis buruk pada pasien Bell palsy meliputi:
(1) usia lebih dari 60 tahun
(2) kelumpuhan yang lengkap
(3) penurunan rasa kecap atau aliran saliva pada sisi kelumpuhan (biasanya 10- 25% dibandingkan
dengan sisi normal pasien), nyeri di daerah aurikular posterior dan penurunan lakrimasi.

Bell palsy kambuh pada 4-14% pasien. Kekambuhan biasanya dikaitkan dengan riwayat keluarga
berulang Bell palsy. Penderita kelumpuhan wajah ipsilateral rekuren harus menjalani pemindaian
MRI atau CT untuk mengesampingkan sklerosis neoplastik atau inflamasi yang menyebabkan
kekambuhan. Penyakit rekuren atau bilateral harus pertimbangkan myasthenia gravis.

Ad vitam :
Ad functionam :
Ad sanantionam :

Sequelae
Sebagian besar pasien dengan Bell palsy sembuh tanpa cacat. Sekitar 30% pasien, mengalami gejala
jangka panjang, dan sekitar 5% sekuele berat.

Semakin cepat pemulihan, semakin kecil kemungkinan bahwa sequelae akan berkembang:
• Jika beberapa pemulihan fungsi dalam 3 minggu, maka pemulihan kemungkinan besar akan selesai
• Jika pemulihan dimulai antara 3 minggu dan 2 bulan, maka hasil akhirnya biasanya memuaskan
• Jika pemulihan tidak dimulai sampai 2-4 bulan sejak awitan, kemungkinan sekuele permanen lebih
tinggi : regenerasi inkomplit dan synkinesis,
• Jika tidak ada pemulihan yang terjadi pada 4 bulan, maka pasien lebih mungkin memiliki gejala sisa :
synkinesis, crocodile tears syndrome.

Keterangan sequele:
 Incomplete motor regeneration
Regenerasi suboptimal bagian ini menghasilkan paresis pada semua atau beberapa otot wajah
bermanifestasi sebagai (1) ketidakmampuan oral, (2) epiphora (pengeluaran air mata
berlebihan), dan (3) obstruksi nasal.
 Incomplete sensory regeneration
Disgeusia atau ageusia (penurunan atau kehilangan rasa) dapat terjadi dengan regenerasi
chorda tympani yang tidak lengkap. Regenerasi cabang aferen yang tidak sempurna dapat
menyebabkan disestesi (penurunan sensasi atau sensasi yang tidak menyenangkan pada
rangsangan normal).
 Aberrant reinnervation of the facial nerve (Synkinesis)
Gerakan wajah yang terkait atau tidak diinginkan/gerakan wajah tidak disengaja selama
gerakan volunter dari kelompok otot wajah yang berbeda. Selama regenerasi dan perbaikan
saraf wajah, beberapa serat saraf mungkin mengikuti jalur yang tidak biasa dan terhubung ke
serat otot lain. Sambungan ini menghasilkan jalur neurologis yang tidak biasa. Ketika gerakan
volunter diinisiasi, gerakan-gerakan tersebut disertai gerakan involunter. contoh: mata
menyempit saat seseorang tersenyum, pipi terangkat saat seseorang menutup matanya. otot
leher mengencang saat bersiul.
 Crocodile tears syndrome
Misdireksi regenerasi serat gustatory yang ditujukan untuk kelenjar ludah menjadi serat
sekretori ke kelenjar lakrimal dan menyebabkan keluarnya air mata homolateral sementara
pasien sedang makan

Anda mungkin juga menyukai