Anda di halaman 1dari 13

Cara menghitung volume jalan cor beton

Pembuatan jalan dengan lapisan perkerasan menggunakan bahan beton sekarang


ini sudah menjadi pilihan favorit dalam pembangunan jalan. Khususnya untuk
jalan dengan skala yang kecil seperti jalan lingkungan atau gang dan juga jalan
akses menuju lahan pertanian atau perkebunan, seperti yang banyak terdapat di
daerah daerah pedesaan atau pinggiran kota. Hal ini disebabkan, pembuatan jalan
cor beton merupakan konstruksi sederhana yang dapat dikerjakan oleh banyak
orang meskipun tidak mempunyai keahlian khusus dalam bidang pertukangan.

Selain itu alat yang digunakan juga relatif sederhana. Pada pembangunan jalan
beton sederhana atau dengan skala yang kecil proses pencampuran material
pembuat beton dapat dilakukan dengan menggunakan alat concrete mixer (mesin
molen) atau secara manual menggunakan alat bantu seperti cangkul dan sekop.
Sedangkan pada pekerjaan jalan beton dengan skala yang besar sebaiknya
menggunakan beton readymix karena kwalitasnya yang lebih baik dan juga dapat
menghemat waktu pelaksanaan. Selain dapat menghemat waktu dan kwalitasnya
yang lebih baik, masih ada lagi keuntungan lainnya dalam penggunaan beton
readymix. Anda dapat mengetahuinya pada artikel kumpulengineer lainnya
mengenai keuntungan membeli beton readymix.

Sebelum anda memutuskan untuk mencampur sendiri bahan campuran beton


atau memutuskan untuk membeli beton dari penyedia jasa readymix, akan lebih
baik jika anda terlebih dahulu telah mengetahui berapa volume beton yang
diperlukan. Dengan begitu anda dapat menentukan berapa kebutuhan bahan
yang perlu anda sediakan atau berapa volume beton yang akan anda pesan pada
penyedia jasa readymix.

Berikut ini kumpulengineer bagikan bagaimana cara untuk menghitung volume


beton untuk pekerjaan pengecoran jalan sederhana.
Dari gambar diatas dapat kita ketahui lebar jalan adalah 2 m sedangkan rencana tebal perkerasan beton
adalah 15 Cm. Sedangkan untuk panjang jalan sebagai contoh kita asumsikan 100 m.
Sehingga volume pekerjaan beton untuk jalan tersebut adalah:

Volume Beton = Panjang x Lebar x Tebal


Volume Beton = 100 m x 2 m x 0,15 m
Volume Beton = 30 m3

Dari hasil perhitungan tersebut maka didapat volume beton keseluruhan adalah 30 meter kubik.

Cara Menghitung Volume Jalan Makadam


Definisi/arti kata 'makadam' di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pengerasan jalan
dengan cara memberi dua macam lapisan batu-batuan, kasar dan halus.
Bagi Anda yang ingin menghitung volume jalan sirtu, berikut cara untuk menghitung volumenya:

Volume per M' dengan asumsi lebar jalan 3 meter.

Sirtu
=3 m x 1 m = 3 m2
Telford 10/15
=3 m x 1 m = 3 m2
Urugan sirtu bahu
((0,15 + 0,10)/2) x 2 m x 1 m' = 0,25 m3

Anda bisa melihat gambar dan cara perhitungan volume jalan makadam pada gambar di atas

Konstruksi Lapis Penetrasi Makadam


Konstruksi LAPEN

Pencipta / penemu perkerasan jalan telford adalah Thomas Telford (1757-1834) adalah seorang insinyur
Skotlandia yang ahli dalam pembuatan jembatan lengkung dari batu, menciptakan konstruksi
perkerasan jalan yang prinsipnya seperti jembatan lengkung.
Prinsip tersebut yaitu menyusun batu-batu belah yang dipasang berdiri secara berdesakan, dan
pemasangannya menggunakan tangan. Konstruksi ini sangat berhasil dan kemudian disebut Sistem
Telford.
Sistem telford banyak dimanfaatkan di Indonesia, khususnya pada jalan-jalan pedesaan.

Konstruksi perkerasan dengan telpord menggunakan Konstruksi Telford yaitu susunan batu pecah
berukuran besar (10/15 dan 15/20) disusun berdiri dengan batu pecah yang lebih kecil mengisi rongga
diatasnya sehingga rata, kemudian dipadatkan/digilas dengan mesin gilas, selanjutnya ditabur sirtu
diseluruh permukaan untuk dibabar basah.

Pada umumnya mempunyai ketentuan sbb. :

Lebar minimal lebih dari 2,5 m - 3,0 m


Untuk tanah keras dipakai tebal konstruksi 15 cm batu tepi ukuran 15 – 20 cm
batu kunci 3 – 5 cm

Untuk tanah sedang dipakai tebal konstruksi 20 cm batu tepi ukuran 20 – 30 cm


batu kunci 5 – 7 cm
Setelah pekerjaan pasangan batu pengunci selesai, dipadatkan dengan mesin gilas
Lapis pengisi menggunakan sirtu dengan diameter maksimum 2 cm
Pemberian lapis pengisi dengan cara menghamparkan sirtu tebal 3 cm, dimasukkan kedalam
sela-sela/rongga batu pokok dan batu pengunci dengan kayu/bambu. Setelah seluruh rongga
terisi, dipadatkan lagi dengan mesin gilas

Pada bahu jalan perlu dibuat sub drainase untuk membuang air dibawah perkerasan dengan
ukuran 20 x 30 cm setiap jarak 3 m

Saluran drainase dibuat bentuk trapesium dengan ukuran atas 50 cm, dalam 50 cm dan dasar 30
cm. Saluran air tidak perlu dibuat, jika kemiringan tanah diluar bahu jalan lebih dari 1% yang
akan mengarahkan air keluar dari daerah jalan.

Spesifikasi Teknis Jalan Konstruksi Lapisan Penetrasi

B. SYARAT TEKNIS KHUSUS Pekerjaan Jalan Lingkungan (Konstruksi Lapen) 1.1 Umum
2.1.1 Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah : Pembangunan Jalan Lingkungan (Lapen).
Pekerjaan yang harus dilaksanakan meliputi : a. Pekerjaan persiapan, antara lain − Pembuatan
papan nama proyek − Pembuatan bedeng kerja dan Gudang bahan / alat − Photo/Dokumentasi
proyek − Pengukuran/pematokan pada lokasi proyek a. Pekerjaan Konstruksi Jalan Lingkungan
− Penyiapan Badan Jalan − Hamparan batu 5/7 + 3/5 dengan pemadatan − Lapisan aspal [prime
coat] − Hamparan batu 2/3 dengan pemadatan − Lapisan aspal − Hamparan abu batu c.
Pekerjaan penyelesaian, antara lain : − Pembersihan Sisa Pekerjaan − Angkutan sisa pekerjaan
1.2 Uraian Pekerjaan 1.2.1. Pekerjaan Persiapan a. Pembuatan Papan Nama Proyek − Bentuk
ukuran, isi dan warna papan nama proyek harus dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Pemda Banten dan penempatannya harus mendapatkan persetujuan Direksi. Papan nama proyek
tersebut harus sudah di cabut setelah Serah Terima Pekerjaan ke II, − Jenis dan mutu bahan yang
dipakai yakni papan, kaso yang bermutu baik dan permukaan licin (diserut) serta dicat. b.
Bedeng Kerja dan Gudang Bahan/Alat Segera setelah lokasi kerja diserahkan pada Kontraktor,
kontraktor diwajibkan menyediakan Bedeng Kerja dan Gudang Bahan/Alat. Penempatan Bedeng
Kerja dan Gudang Bahan/Alat dilokasi harus mendapat persetujuan Direksi. c. Dokumentasi
Proyek (Photo awal, pelaksanaan dan finishing) − Pemborong diwajibkan membuat photo
proyek sesuai dengan kemajuan pekerjaan (pada saat 0 %, 50 % dan 100 %) pada titik dan arah
yang sama, disusun di dalam album serta dibuat 3 (tiga) rangkap dan diserahkan kepada Direksi.
− Photo proyek berwarna, di cetak yang jelas dan bersih ukuran postcard. − Photo proyek dibuat
rangkap 3 (tiga) dan di masukan ke dalam album serta diserahkan pada Direksi. d. Penentuan
Titik nol, Ukuran – ukuran dan Bouwplank − Sebelum pekerjaan di mulai, terlebih dahulu
Direksi menentukan titik nol atau Peil bangunan yang disesuaikan dengan kondisi lapangan, −
Titik tetap harus ditempatkan pada suatu tempat yang tidak akan terganggu selama pelaksanaan
pekerjaan berlangsung, 1

Spesifikasi Teknis Jalan Konstruksi Lapisan Penetrasi − Ukuran patok dapat dilihat pada gambar
Konstruksi, sedangkan ukuran lain yang tidak tercantum dalam gambar atau kurang jelas, akan
ditentukan oleh Direksi, − Apabila terdapat perbedaan antara gambar dan persyaratan teknis ini,
maka yang lebih mengikat adalah gambar, − Ukuran dalam gambar detail lebih mengikat dari
pada gambar lainnya, − Dalam pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan membuat gambar
kerja yang dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Direksi, − Tiang profil kayu kasau
5/7 cm dan reng kayu 3/5 cm dari kayu kelas II, dipasang sesuai dengan kebutuhan dan harus
mendapat persetujuan Direksi. 1.2.3 Uraian Pekerjaan Konstruksi Jalan Lingkungan a. Penyiapan
Badan Jalan Segala jenis benda yang menghalangi kelancaran pelaksanaan pekerjaan dibongkar /
dibersihkan terlebih dahulu, seperti : − Pasangan batu bata yang tersisa, − Plat beton inrit, −
Pagar halaman, − Sampah – sampah yang ada di badan jalan, − Bangunan yang berada di badan
jalan, − Dan lain – lain. Bangunan yang dibongkar, diganti atau dibangun kembali oleh
Kontraktor dalam keadaan semula ke daerah yang disepakati oleh kedua belah pihak. (antara
Masyarakat dengan Kontraktor). b. Hamparan Batu Pecah 3/5 dan 5/7, tebal 5 cm dengan
pemadatan − Untuk pekerjaan Penghamparan batu pecah 3/5 dan 5/7, batu pecah yang dipakai
harus yang bersih dari segala kotoran, − Untuk daerah yang ada hubungannya dengan pekerjaan
selanjutnya, penimbunan tersebut harus dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga tidak
mengganggu jalannya pekerjaan, − Pemadatan hamparan batu pecah tersebut pada badan jalan
dilaksanakan pada keadaan dimana tanah dasar mempunyai kadar air yang minimum, dan
dipadatkan dengan mesin gilas dengan kapasitas kemampuan pemadatan minimal 3 ton. Hasil
kepadatan yang dicapai harus mencapai kepadatan di lapangan γ 90 % AASHTO (Standar). c.
Pekerjaan Penyiraman aspal curah Manual (1 Kg/M2) Setelah didapatkan lapisan batu pecah 3/5
dan 5/7, di siram dengan aspal dengan kapasitas 1 kg/m2. d. Penetrasi, tebal 3 cm : − Setelah
Prime Coat dilakukan dengan menggunakan aspal panas sebanyak 2,5 kg/m2 untuk penetrasi
tebal 3 cm padat. − Aspal harus cukup cair (160 °C) supaya dapat masuk ke lubang – lubang di
antara batu – batu. Tempat pemasakan aspal jaraknya tidak boleh lebih dari 20 meter dari tempat
gelaran. − Dalam penetrasi padat digelar batu pecah diameter 2 – 3 cm, harus rata dan tidak
boleh ada bagian – bagian yang lebih berisi dari bagian – bagian yang lain. Hamparan Batu
Pecah 2/3 tebal 3 cm , Lapisan ini adalah 2

Spesifikasi Teknis Jalan Konstruksi Lapisan Penetrasi dengan menghamparan Batu Pecah
berukuran 2/3 untuk menutup Lapisan Penutup dibawahnya agar rata dan semakin padat. Lapisan
ini mempunyai ketebalan 3 cm. Lalu dipadatkan kembali dengan mesin gilas dengan kapasitas
kemampuan pemadatan minimal 3 ton. − Setelah sosotan rata, lapisan tersebut ditutup / ditaburi
dengan abu batu sebanyak 0,015 m3/m2, kemudian dipadatkan hingga rata betul dengan mesin
gilas seberat 3 – 5 ton. e. Pekerjaan penyelesaian Pemborong bertanggung jawab untuk
perbaikan kembali untuk bangunan yang dibongkar seperti keadaan konstruksi semula dengan
kualitas minimal sama, yaitu untuk konstruksi atau bangunan lainnya yang rusak oleh
Pemborong akibat pelaksanaan pekerjaan ini antara lain : − Pagar halaman, − Inrit untuk fasilitas
umum, − Dan lain-lain. Pembersihan sisa pekerjaan dan Angkutan sisa pekerjaan : Tanah bekas
galian dan bekas bongkaran yang sudah tidak terpakai lagi dibersihkan dan diangkut ke luar
Proyek, sehingga pada waktu serah terima pekerjaan tampak bersih dan rapih. 1.1.4 Pembuatan
As Built Drawing : Apabila pekerjaan telah diselesaikan seluruhnya (100 %) dan diterima baik
oleh Direksi, Pemborong mempunyal kewajiban membuat as built drawing (gambar yang sesuai
dengan pelaksanaan di lapangan) dan disahkan oleh Kepala Satker SNVT/Pejabat Pembuat
Komitmen di Wilayahnya.

C. HAL - HAL KHUSUS Untuk hal – hal yang belum diatur dalam RKS ini, sebagai pedoman
dalam pelaksanaan pekerjaan proyek ini digunakan : 15.1 Undang – undang yang terkait dengan
sub bidang pekerjaan ini. 15.2 Ketentuan – ketentuan peraturan yang dikeluarkan oleh
Departemen / Instansi yang bersangkutan. 15.3 Peraturan Daerah. 15.4 Peraturan Pelaksanaan
Pembangunan Jalan Raya yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga No. 01
/ST/BM/1972. 15.6 Peraturan Pelaksanaan Pembangunan Jembatan yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Marga. 3

McAdam (1756 - 1836). Makadam lahir berkat semangat untuk membangun lebih banyak jalan.
Maka, perlu cara membuat jalan secara cepat dengan biaya tidak terlalu tinggi. Makadam diakui
sebagai pembuka jalan kemajuan konstruksi jalan.

Di akhir abad XIX seiring dengan makin banyaknya pemakai sepeda, jalan yang mulus semakin
dituntut. Tahun 1824 untuk pertama kali jalan beraspal dibuat, cuma dengan menaruh blok-blok
aspal. Jalan bersejarah itu di Champ-Elysees, Paris.

Selanjutnya, hadir jalan beton semen portland di Skotlandia pada 1865. Meski lebih kuat, jalan
beton mudah retak. Sedangkan aspal punya kelebihan sebagai pengikat yang tahan air dan plastis
alias memiliki kemampuan "kembang-susut" yang baik terhadap perubahan cuaca.

Aspal telah dipakai sejak masa sangat awal. Peninggalan dari sekitar milenium 3 SM di
Mohenjo-daro, Pakistan, berupa penampung air dari batu bata yang bertambalkan aspal adalah
buktinya.

Aspal jalan modern adalah hasil karya imigran Belgia Edward de Smedt di Columbia University,
New York. Tahun 1872, ia sukses merekayasa aspal modern dengan kepadatan maksimum.
Aspal itu pertama kali dipakai di Battery Park dan Fifth Avenue, New York, tahun 1872 dan
Pennsylvania Avenue, Washington, D.C. tahun 1877. Kini, sedikitnya 90% jalan utama di
perkotaan selalu memanfaatkan aspal.

Jangan bandingkan kondisi itu dengan keadaan jalan pertama, yang muncul sekitar tahun 3000
SM. Jalan itu masih berupa jalan setapak, dengan konstruksi sesuai kendaraan beroda masa itu.
Letaknya diduga antara Pegunungan Kaukasus dan Teluk Persia.
Lalu dibangunlah jalan yang menghubungkan Mesopotamia - Mesir, selain sebagai fasilitas
perdagangan, juga pertukaran budaya. Jalan utama pertama adalah Jalan Bangsawan Persia, yang
terentang dari Teluk Persia hingga Laut Aegea sepanjang 2.857 km. Jalan ini bertahan dari tahun
3500-300 SM.

"Jalur Kuning" adalah jalan tertua di Eropa yang berawal di Yunani dan Tuscany hingga Laut
Baltik. Di Asia Timur bangsa Cina membangun jalan yang menghubungkan kota-kota utamanya,
bila digabung panjangnya mencapai 3.200 km.

Jalan memegang peran penting atas kelangsungan suatu bangsa, itu diakui Bangsa Romawi kuno.
Tak heran mereka banyak membangun jalan. Di puncak kejayaannya Romawi telah membangun
jalan sepanjang 85.000 km! Itu terbentang mulai Inggris di utara hingga Afrika Selatan, dan dari
pantai Samudera Atlantik di Peninsula Iberian di barat hingga Teluk Persia di timur.

Teknik membangun jalan pun amat beragam. Di Eropa Utara yang repot dengan tanah basah
serupa "bubur", dipilih jalan kayu. Gelondong kayu dipasang di atas lapisan ranting, lalu di
atasnya disusun kayu secara melintang berpotongan untuk melalui ranjau "bubur" itu.
Di Kepulauan Malta ada bagian jalan yang ditatah agar kendaraan tak meluncur turun.
Sedangkan masyarakat di Lembah Indus sudah membangun jalan dari bata yang disemen dengan
bituna (bahan aspal) agar tetap kering.

Namun, bangsa Romawilah penemu konstruksi jalan secara ilmiah. Jalan-jalan yang berciri khas
lurus-lurus itu terdiri atas empat lapis. Yang pertama adalah hamparan pasir atau adukan semen,
lalu lapisan batu besar datar, disusul lapisan kerikil dicampur kapur, terakhir lapisan tipis
permukaan dari lava yang seperti batu api. Ketebalan jalan itu 0,9 - 1,5 m. Rancangan mereka
termasuk yang tercanggih sebelum muncul teknologi pembuatan jalan modern di akhir abad
XVIII atau awal abad XIX. Sayangnya, jalan itu rusak saat Romawi mulai runtuh.

Cara Menghitung Volume Oprit Jembatan

Menghitung volume merupakan salah satu dari keseluruhan perencanaan

suatu pekerjaan, seperti dalam bangunan konstruksi misalnya ketika akan

melakukan perkerasan jalan dengan aspal harus dihitung volume aspal, dan

juga ketika merencanakan pembebanan maka volume beton dan lainya


harus dihitung. Ketika kita berbicara volume berarti kita bicara tentang

kapasitas atau berapa banyak ruang yang bisa ditempati, entah itu untu

bangunan persegi, persegi panjang, balok, kerucut dan bangunan lainya.

Postingan ini menjelaskan bagaimana cara menghitung volume oprit

jembatan.

Menghitung Volume Oprit Jembatan

Oprit Jembatan
Jalan menuju jembatan berupa timbunan tanah adalah oprit, tepatnya di

belakang bangunan abutment. Untuk beberapa kasus ketika pelaksanaan

pekerjaan jembatan, tinggi abutment kadang berbeda dengan oprit,

abutment jembatan lebih tinggi maka dari itu tanah dibelakang abutment

harus ditimbun dengan urugan tanah kemudian dipadatkan agar elevasi

oprit dengan abutment sejajar.

Dilakukan penimbunan urugan tanah bertujuan untuk instalasi girder

terutama untuk pemasangan bailey (alat peluncur yang terbuat dari baja

yang dilengkapi rel), proses stressing dan launching. Lantas bagaimana kita

menghitung volume oprit yang dibutuhkan, berapa banyak ruang yang harus

ditimbun, berapa kubik tanah yang diperlukan?

Contoh:

Jika lebar jalan 9 meter, tinggi abutment 3,5 meter dan area yang akan

dijadikan oprit 100 meter.

Maka menggunakan rumus:

PxLxT

100 x 9 x 3,5 = 3150 m3

Perlu diketahui menghitung volume oprit rumus yang digunakan adalah

rumus volume persegi panjang, jika panjang oprit yang akan dihitung 50

meter, lebar 6 meter dan tinggi 1 meter maka rumus yang digunakan:

PxLT
50 x 6 x 1 = 300 m3

Karena objek yang akan dihitung menyerupai persegi panjang maka

menggunkan rumus volume persegi panjang. Ketika akan menghitung

volume harus dikenali dulu ruang bangunan tersebut seperti apa, terutama

pada pelaksanaan pekerjaan oprit, jika kondisi jalan menanjak atau

menurun sepanjang 100 meter tentu akan berbeda menghitung volumenya.

Mencari volume oprit dilakukan ketika kondisi tanah dibelakang abutment

lebih rendah atau tidak sejajar, untuk mengetahui berapa kubik tanah yang

dibutuhkan maka volume harus dicari, berapa ruang harus di isi, jika objek

nya persegi panjang maka yang digunkan adalah rumus yang diatas.

Untuk panjang oprit tergantung berapa banyak atau berapa segmen girder

tersebut yang akan di launching. Misalkan 1 segmen girder memiliki panjang

5 meter, jarak span dari abutment ke pilar 14 meter, maka dibutuhkan 3

segmen girder, dan ketiga segmen girder tersebut harus di susun di oprit

kemudian di stressing dan di launching.

Misalkan untuk 3 segmen girder membutuhkan oprit 25-30 meter juga

cukup, tetapi oprit harus diberi ruang kosong yang memungkinkan

beberapa alat berat dan peralatan ketika instalasi girder dilaksanakan.

Setelah kita mengetahui volume ruang yang dibutuhkan hal selanjutnya

adalah memesan tanah urug atau jika ada memanfaatkan tanah dari hasil

galian pekerjaan sebelumnya.


Dalam hal pemesanan dan pembelian tanah urug ini perlu di pertimbangkan

saat pemesanan diantaranya adalah jarak pengangkutan truk sampai

dengan lokasi proyek, apakah jalan akses ke proyek harus memutar, apakah

jalan akses ke proyek dapat di lalui truk besar, dan berapa jumlah truk atau

berapa balik truk yang dibutuhkan untuk mengangkut tanah urug yang

dipesan. Kemudian untuk ketersediaal alat berat untuk pemadatan dan

operator-nya juga harus benar-benar dikondisikan.

Dengan mempertimbangkan semua itu bertujuan untuk meminimalisir

pengeluaran biaya yang tak terduga atau membengkak. Hal yang harus di

utamakan dalam pekerjaan proyek selain keselamatan adalah bagaimana

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dapat dilakukan dengan harga

yang relatif murah, kokoh dan mudah dikerjakan.

Anda mungkin juga menyukai