Anda di halaman 1dari 4



    


 
        
   
    
Dewan hakim yang arif dan bijaksana, hadirin sebangsa dan setanah air yang saya banggakan!

Allah swt. Telah memberi nama salah satu surah dalam Al Quran dengan sebutan an Naml (semut).
Kenyataan ini tentu menantang instink pengetahuan kita, apa gerangan keistimewaan makhluk kecil ini
sehingga Allah SWT sang pencipta alam semesta menempatkan nama semut ini sebagai nama surah dalam
al-Qur’an?. Beberapa fakta menunjukkan bahwa semut adalah makhluk social yang memiliki sifat gotong
royong dan persatuan yang kuat, yang mempraktekkan prinsip ringan sama dijinjing dan berat sama
dipikul, teknologi arsitekturnya dalam pembuatan sarang ramah lingkungan banyak menginspirasi ilmuwan
dunia dalam merancang bangunan dan penataan kota. dan yang terpenting lagi, semut ternyata memiliki
etos kerja luar biasa. Tidak banyak yang mengetahui bahwa semut adalah makhluk terkuat didunia. Seekor
semut bisa mengangkat beban 3x lebih besar dari ukuran tubuhnya lebih kuat dari gajah yang hanya bisa
mengangkat 2x dari berat tubuhnya. Pelajaran yang bisa kita ambil, bahwa makhluk kecil seperti semut
adalah makhluk yang penuh tanggung jawab dan dan memiliki karakter pekerja keras pantang menyerah .
Pertanyaan kita, jika semut kecil saja memiliki etos kerja dalam dunia mereka, lalu bagaimana pula dengan
manusia sebagai khalifah di muka bumi? Untuk menjawab pertanyaan ini, perkenankan kami para
pengembara ilmu untuk membagikan setetes pengetahuan kami melalui momen musabaqah syarhil qur’an
yang indah ini dengan tema
Membangun Etos Kerja dalam Memajukan Bangsa
Sebagai landasan hukum, mari kita simak firman Allah swt dalam al-Qur’an surat at-Taubah ayat 105 yang
berbunyi:

   


  
    
  
  
105. Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan.
Hadirin,
Menurut imam Ali Ash-Shabuni dalam Shafwa at-Tafasir, kalimt “I’malu” secara semantic merupakan sighat amar (kalimat

perintah), sedangkan kaidah usul fikhi mengatakan: “ pada dasarnya perintah itu menyatakan suatu kewajiban”. Dengan demikian,

wajib hukumnya bagi kita semua untuk bekerja dan berusaha sesuai denga kemampuannya masing-masing. Demikian pula

ditegaskan Allah kepada kita agar mau giat bekerja, berusaha, dan berkarya seperti yang diisyaratkan dalam kalimat I’malu maa

syi’tum bekerjalah kamu sesuai dengan skill dan profesi masing-masing.

Senada dengan hal itu, Prof. Dr. Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah menjelaskan, secara eksplisit ayat tersebut mengandung
3 perintah Allah kepada kita. Pertama kita harus memiliki mental baja, tidak mudah menyerah dalaam berusaha, sebab hasil kerja
kita akan dilihat oleh Allah , rasul dan orang-orang beriman, dan kelak akan mendapat balasan berupa kebahagiaan baik di dunia

maupun di akhirat, karena bekerja merupakan ibadah. Bahkan , Abu A’la Al-Maududi dalam bukunya Toward Understanding of

Islam mengatakan “All man activitiy and man entire life are ibadat if they in accordant with the law of the good is Allah (Segala

aktivitas dan kreativitas manusia apabila disandarkan karena Allah dan sesuai dengan aturan Allah, maka itu termasuk ibadah)”

Kedua, kita harus mampu memanfaatkan waktu kita sebaik-baiknya, sebab kelalaian memanfaatkan waktu sedetik saja akan

mengakibatkan kegagalan di masa depan. Ketiga, dalam bekerja kita jangan lupa berdo’a kepada Allah, sebab manusia hanya

wajib berusaha, Allah lah yang menentukan hasilnya.

Dewan hakim yang arif dan bijaksana, hadirin sebangsa dan setanah air yang saya banggakan!

Penjelasan di atas, mengisyaratkan pentingnya membangun etos kerja dalam setiap aktivitas, bukan hanya
sekedar menyelesaikan pekerjaan dengan prinsip ABS Asal Bapak Senang. Sejarah telah membuktikan,
bahwa etos kerja yang tinggi telah melahirkan orang-orang besar yang mampu merubah dunia, dengan etos
kerja yang tinggi muncullah karya-karya produktif dan inovatif. Banyak orang besar yang mengawali
karirnya dengan berdagang keliling. Bukan pedagang kelilingnya yang harus kita tiru, tetapi etos kerjanya
yang harus kita teladani. Karena itu, pantas kiranya jika bapak reformis dunia baginda Rasulullah saw
menasehati kaumnya dalam beberapa hadist yang artinya “Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di
bawah, Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari pada mukmin
yang lemah. Allah menyukai mukmin yang kuat bekerja.”
Hadisirn, Islam tidak mengajarkan kemalasan, Islam mengajarkan pentingnya keseimbangan dalam
bekerja untuk dunia dan bekerja untuk akhirat. Hal ini ditegaskan Allah swt. dalam firman-Nya surat al-
Jumu’ah ayat 10 yang berbunyi:
  
  
   
   
 
10. Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung.
Hadirin sebangsa dan setanah air yang kami hormati

Khalid Abdurrahman Al-Aki dalam Shafwa Al-Bayan Lima’ani Al-Qur’an, menjelaskan maksud ayat ini;,
“Jika kamu telah menunaikan sholat maka berpencarlah untuk bekerja memenuhi kebutuhan kamu.”
Inilah karakter muslim sejati yang menyeimbangkan antara ibadah ritual dan social. Rasulullah
bahkan mengilustrasikan kepribadian orang seperti ini dalam sebuah kalimat yang indah penuh makna
“Jika malam mereka bagaikan rahib-rahib rajin beribadah, namun jika sang fajar menyingsing mereka
laksana srigala bersimbah peluh, berkuah keringat, mencurahkan segenap potensi untuk berkarya dan
berkarya.”
Dengan konsep inilah, Islam berhasil membangkitkan energisitas umat-umat terdahulu hingga
menguasai peradaban dunia. Lalu bagaimanakah kondisi umat Islam sekarang? Dr. Ismail Sabri Abdalla,
seorang pengamat dunia ketiga melaporkan, umat Islam saat ini, termasuk bangsa Indonesia adalah umat
terbelakang, umat terlemah, jauh tertinggal oleh bangsa-bangsa lain. Kita jauh tertinggal oleh Amerika yang
kapitalis, kita jauh tertinggal oleh Rusia yang sosialis, kita jauh tertinggal oleh Korea yang Konfusionis
Tois, bahkan kita jauh tertinggal oleh Jepang dan China yang Budhis Tois. Mengapa mereka bisa maju
sementara kita umat Islam tertinggal? Jawabannya, karena mereka memiliki etos kerja yang tinggi
sedangkan kita masih dihimpit oleh mental-mental apatis, statis, pesimis, bahkan mental –mental pengemis.
Astagfirullahal adziim.

Karena itu, melalui momen syarhil Qur’an yang indah ini, saya mengajak kita semua,”wahai umat
Islam, wahai para pemuda-pemudi Islam, bangkit dan songsonglah masa depanmu dengan karya nyata,
Ingatlah, Allah tidak akan pernah merubah nasib suatu kaum yang hanya duduk termenung menumpuk
khayalan, menghabiskan waktu tanpa bekerja atau belajar.Dengan etos kerja yang dimiliki, kita akan
mampu merasakan manisnya kesuksesan, sehingga kehidupan yang baik dan bahagia dapat dinikmati oleh
masyarakat. Hal ini sesuai dengan janji Allah dalam surah an-Nahl ayat 97 yang berbunyi:

      


   
   
    

97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka
Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan.

Dewan hakim yang arif dan bijaksana, hadirin sebangsa dan setanah air yang kami banggakan.

Dari urain di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut;

Pertama, sekecil apapun pekerjaan yang diamanahkan mari senantiasa kita kerjakan dengan niat ibadah kepada Allah swt.
kedua, apapun profesi kita dan seberat apapun tanggung jawab yang kita emban, hendaknya kita menjalaninya dengan
kesunggahan, kecermatan dan kesabaran. Untuk itu etos kerja yang tinggi mutlak harus kita miliki. Semoga dengan etos kerja

tinggi, kita dapat menuju baldatun tayyibatun warabbun gafur. Amin ya Robbal ‘alamin

Anda mungkin juga menyukai