Anda di halaman 1dari 194

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR

DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 4 CIBINONG
Jln. Karadenan No. 5 Cibinong Telp/Fax. ( 0251 ) 8654347 Bogor 16913
http://www.sman2cibinong.sch.id email: sman2cibinong@sman2cibinong.sch.id

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )
Satuan Pendidikan : SMA N 4 CIBINONG
Kelas/Semester : X/I
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Sebelum Mengenal Tulisan
Pertemuan : 1

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama,toleran,damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar
1.1. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.2. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
2.1. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada zaman
pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.3. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah
3.1. Memahami dan menerapkan konsep berpikir kronologis (diakronik), sinkronik, ruang dan waktu
dalam sejarah
3.2. Memahami corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara
4.2. Menyajikan hasil penalaran mengenai corak kehidupan masyarakat pada zaman
praaksara dalam bentuk tulisan.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Menunjukan sikap tanggung jawab terhadap peninggalan manusia masa pra aksara
2. Menunjukan sikap peduli terhadap peninggalan manusia masa pra aksara
3. Menunjukan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
4. Menunjukan sikap bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah
5. Menjelaskan pengertian pra aksara
6. Membandingkan pengertian praaksara dan prasejarah, sehingga menemukan alas an
buku ini menggunakan istilah praaksara
7. Menunjukan contoh konsep berpikir diakronis dan sinkronis dalam menulis sejarah

D. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati dan membaca referensi siswa dapat :
1. Menunjukan sikap tanggung jawab terhadap peninggalan manusia masa pra aksara
2. Menunjukan sikap peduli terhadap peninggalan manusia masa pra aksara
3. Menunjukan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
4. Menunjukan sikap bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah
5. Menjelaskan pengertian pra aksara
6. Membandingkan pengertian praaksara dan prasejarah, sehingga menemukan alasan
buku ini menggunakan istilah praaksara
7. Menunjukan contoh konsep berpikir diakronis dan sinkronis dalam menulis sejarah

E. Materi Ajar
1. Nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME berupa peninggalan hasil budaya pada masa
Paleolithicum dan Mesolithicum di Indonesia
2. Sikap tanggung jawab terhadap peninggalan manusia masa pra aksara
3. Sikap peduli terhadap peninggalan manusia masa pra aksara
4. Sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
5. Sikap bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
6. Pengertian masa pra aksara
7. Sebelum mengenal tulisan

F. Alokasi Waktu
2 X 45 Menit

G. Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran


a. Pendekatan : Scientific Approach
b. Strategi : Cooperative learning tipe CIRC
c. Metode : Ceramah, diskusi,Tanya Jawab, penugasan

H. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Alokasi


Waktu
 Memberikan Salam
 Melakukan Absensi ( menyakan kehadiran Siswa )
 Mempersilahkan salah satu siswa untuk memimpin doa 30
Pendahuluan  Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk KBM Menit
 Karena merupakan pertemuan pertama guru secara khusus
mengadakan sesi perkenalan, diusahakan masing-masing peserta
didik dapat tampil untuk memperkenalkan diri ( minimal sebut
nama, alamat, hobby dan cita-cita ), terakhir guru
memperkenalkan diri
 Guru menyampaikan motivasi dan bersyukur bisa bersekolah,
apalagi kalau dibandingkan dengan zaman pra aksara dulu
 Menyampaikan topic masa pra aksara Pembahasan dimulai
dengan mengajukan pernyataan dan pertanyaan sebagai
apersepsi.
 Guru menegaskan kembali tentang topic dan menyampaikan
kompetensi yang ingin dicapai

 Guru menunjukan gambar/ilustrasi tentang manusia purba


 Guru memulai sesi pelajaran dengan mengemukakan peneliti-
Inti peneliti peradaban awal mausia 40
 Peserta didik disajikan wacana tentang realitas suku pedalaman Menit
di Indonesia yang belum engenal tulisan, misalnya suku anak
dalam Jambi, siswa saling membacakan wacana tersebut
 Peserta didik diberikan gambaran bahwa masih ada masyarakat
di pedalaman Indonesia yang belum mengenal tulisan

o Peserta didik ditanya apakah sudah memahami materi tersebut


o Peserta didik diminta untuk mengerjakan soal Uji Kompetensi di
Penutup halaman 6 untuk mengukur sejauh mana dapat mengerti apa 20
yang dijelaskan guru Menit
o Melakukan refleksi , mengenai nilai-nilai apa saja yang dikandung
dari pelajaran hari ini
o Mengucapkan salam

I. Penilaian Hasil Belajar


a. Tes
- Uraian (Terlampir)
- Pilihan Ganda ( Terlampir )
b. Non Tes
- Lembar pengamatan Kerja Kelompok
- Lembar Pengamatan Presentasi
- Membuat Kliping minimal 8 lembar mengenai Hasil-hasil Teknologi manusia pada
masa Paleolithicum dan Mesolithicum

J. Alat dan Sumber Belajar


- Alat dan Bahan
 White Board
 LCD
 Spidol
 Power Point
- Sumber Belajar
 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,Buku Guru
Sejarah Indonesia kelas X, Jakarta, 2013
 Soekmono,R.1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1.Yogyakarta.
Kanisius
 Djoened Poesponegoro, Marwati, dan Nugroho Notosusanto.2009. Sejarah
Nasional Indonesia I. Jakarta. Balai Pustaka
Cibinong, Juli 2013
Mengetahui
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran

Dr,Bambang Supriadi, M.Pd Muhamad Yusup, S.Pd


NIP. 196911081995121001 NIP.
Lampiran

Lembar Pengamatan

LEMBAR PENGAMATAN SIKAP

Mata Pelajaran :..................................................................................................

Kelas/Semester:....................................................................................................

Tahun Ajaran :....................................................................................................

Waktu Pengamatan: ............................................................................................

Sikap yang diintegrasikan dan dikembangkan adalah perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan
santun.

Indikator perkembangan sikap perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan santun.

1. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas
2. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
3. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
4. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas secara terus-menerus dan ajeg/konsisten.
Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.

No. Nama Religius Jujur Tanggung jawab Santun


Siswa
BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

1.

2.

3.

4.

5.

..
Lembar Pengamatan

Rubrik kegiatan Diskusi


Aspek Pengamatan
Nama Meng- Menghargai Jumlah
No. Kerja Nilai Ket.
Siswa komunika Toleransi Keaktifan pendapat Skor
sama
sikan pendapat teman

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Rubrik Penilaian Presentasi


Aspek Penilaian
Nama Sistematika Jumlah
No. Komuni Wawa Keberani Gesture dan Nilai Ket.
Siswa penyam Antusias Skor
Kasi san an penampilan
Paian

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Format Penilaian Makalah

Struktur Makalah Indikator Nilai

Menunjukkan dengan tepat isi :


Pendahuluan  Latar belakang
 Rumusan masalah
 Tujuan penulisan.
 Ketepatan pemilihan gambar
 Orisinalitas makalah
 Mendeskripsikan mengenai Penelusuran
PeradabanAwal di Kepulauan Indonesia
Isi  Struktur/logikapenulisan disusun dengan jelas sesuai
metode yang dipakai
 Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan komunikatif
 Daftar pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan
(Ilmiah)
 Menghindari sumber (akun) yang belum dikaji secara
ilmiah
 Kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah
Penutup  Saran relevan dengan kajian, dan berisi pesan untuk
peningkatan kepedulian terhadap Peradaban Awal di
Kepulauan Indonesia
Jumlah

Kriteria Penilaian untuk masing-masing indikator:

Sangat sesuai 4
Sesuai 3
Cukup 2
Kurang 1

∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (48)
Lampiran

A. Ringkasan Materi

Menelusuri Peradaban Awal di Kepulauan Indonesia

Indonesia terletak di persimpangan tiga lempeng benua-ketiganya bertemu di sini-menciptakan


tekanan sangat besar pada lapisan kulit bumi. Akibatnya, lapisan kulit bumi di wilayah ini terdesak ke
atas,membentuk paparan-paparan yang luas dan beberapa pegunungan yang sangat tinggi. Seluruh
wilayah ini sangat rentan terhadap gempa bumi hebat dan letusan gunung berapi dahsyat yang kerap
mengakibatkan kerusakan parah. Hal ini terlihat dari beberapa catatan geologis. Gempa bumi dan
tsunami mengerikan yang
dialami Aceh belum lama ini hanyalah episode terakhir dari seluruh rangkaian peristiwa panjang
dalam masa prasejarah dan sejarah. (Arysio Santos, 2010)

Mengamati Lingkungan
Kutipan di atas menunjukkan bahwa keberadaan tanah air kita tidak dapat dilepaskan dari rangkaian
peristiwa alam yang sudah terjadi sejak zaman dahulu kala. Jadi, dinamika sejarah yang telah
bermula sejak manusia ada, jika dirunut hingga sekarang, kita akan
menemukan betapa kesinambungan sejarah tidak mudah terputus, betapapun segala macam
perubahan telah terjadi. Coba kamu renungkan, apakah yang terjadi ketika tawuran anak-anak
sekolah berlangsung? Bukankah sering kali mereka saling melempar batu?
Batu pula senjata yang paling awal digunakan umat manusia dalam mempertahankan hidupnya. Jadi
anak sekolah di zaman modern ini—zaman yang bahkan dikatakan “era globalisasi”, ketika tiada lagi
batas-batas yang menghambat hubungan kebudayaan—ternyata masih mempraktikkan tradisi
manusia purba pada masa praaksara. Untuk mengetahui apa, siapa, dan bagaimana kehidupan
manusia zaman praaksara kamu dapat mempelajari bacaan di bawah ini.Manusia purba tidak
mengenal tulisan dalam kebudayaannya. Periode kehidupan ini dikenal dengan zaman praaksara.
Masa praaksara berlangsung sangat lama jauh melebihi periode kehidupan manusia yang sudah
mengenal tulisan. Oleh karena itu, untuk dapat memahami perkembangan kehidupan manusia pada
zaman praaksara kita perlu mengenali tahapan-tahapannya.

Memahami Teks
Sebelum mengenali tahapan-tahapan atau pembabakan perkembangan kehidupan renungkan,
apakah yang terjadi ketika tawuran anak-anak sekolah berlangsung? Bukankah sering kali mereka
saling melempar batu? Batu pula senjata yang paling awal digunakan umat manusia dalam
mempertahankan hidupnya. Jadi anak sekolah di zaman modern
ini—zaman yang bahkan dikatakan “era globalisasi”, ketika tiada lagi batas-batas yang menghambat
hubungan kebudayaan—ternyata masih mempraktikkan tradisi manusia purba pada masa praaksara.
Untuk mengetahui apa, siapa, dan bagaimana kehidupan manusia
zaman praaksara kamu dapat mempelajari bacaan di bawah ini. Manusia purba tidak mengenal
tulisan dalam kebudayaannya. Periode kehidupan ini dikenal dengan zaman praaksara. Masa
praaksara berlangsung sangat lama jauh melebihi periode kehidupan
manusia yang sudah mengenal tulisan. Oleh karena itu, untuk dapat memahami perkembangan
kehidupan manusia pada zaman praaksara kita perlu mengenali tahapan-tahapannya.

Memahami Teks
Sebelum mengenali tahapan-tahapan atau pembabakan perkembangan kehidupan dan kebudayaan
zaman praaksara, perlu kamu ketahui lebih dalam apa yang dimaksud zaman
praaksara. Praaksara adalah istilah baru untuk menggantikan istilah prasejarah. enggunaan istilah
prasejarah untuk menggambarkan perkembangan kehidupan dan budaya manusia saat belum
mengenal tulisan adalah kurang tepat. Pra berarti sebelum dan sejarah adalah
sejarah sehingga prasejarah berarti sebelum ada sejarah. Sebelum ada sejarah berarti sebelum ada
aktivitas kehidupan manusia. Dalam kenyataannya sekalipun belum mengenal tulisan, makhluk yang
dinamakan manusia sudah memiliki sejarah dan sudah menghasilkan
kebudayaan. Oleh karena itu, para ahli mempopulerkan istilah praaksara untuk menggantikan istilah
prasejarah. Praaksara berasal dari dua kata, yakni pra yang berarti sebelum dan aksara yang berarti
tulisan. Dengan demikian zaman praaksara adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal
tulisan. Ada istilah yang mirip dengan istilah praaksara, yakni istilah nirleka. Nir berarti tanpa dan leka
berarti tulisan. Karena belum ada tulisan maka untuk mengetahui sejarah dan hasil-hasil kebudayaan
manusia adalah dengan melihat beberapa sisa peninggalan yang dapat kita temukan. Kapan waktu
dimulainya zaman praaksara? Kapan zaman praaksara itu berakhir? Zaman praaksara dimulai sudah
tentu sejak manusia ada, itulah titik dimulainya masa praaksara. Zaman praaksara
berakhir setelah manusianya mulai mengenal tulisan. Pertanyaan yang sulit untuk dijawab adalah
kapan tepatnya manusia itu mulai ada di bumi ini sebagai pertanda dimulainya aman praaksara.
Sampai sekarang para ahli belum dapat secara pasti menunjuk waktu kapan mulai ada manusia di
muka bumi ini. Tetapi yang jelas untuk menjawab pertanyaan itu kamu perlu memahami kronologi
perjalanan kehidupan di permukaan bumi yang rentang waktunya
sangat panjang. Bumi yang kita huni sekarang diperkirakan mulai terjadi sekitar 2.500 juta tahun yang
lalu. Bagaimana kalau kita ingin melakukan kajian tentang kehidupan zaman praaksara? Untuk
menyelidiki zaman praaksara, para sejarawan harus menggunakan metode penelitian ilmu arkeologi
dan sedikit banyak juga pada ilmu alam seperti geologi dan biologi. Ilmu arkeologi adalah bidang ilmu
yang mengkaji bukti-bukti atau jejak tinggalan fisik, seperti lempeng artefak, monumen, candi dan
sebagainya. Berikutnya menggunakan ilmu geologi dan percabangannya, terutama yang berkenaan
dengan pengkajian usia lapisan bumi dan biologi berkenaan dengan kajian tentang ragam hayati
(biodiversitas) makhluk hidup. Mengingat jauhnya jarak waktu masa praaksara dengan kita
sekarang, maka tidak jarang orang mempersoalkan apa perlunya kita belajar tentang zaman
praaksara yang sudah lama ditinggalkan oleh manusia modern. Tetapi pandangan seperti ini sungguh
menyesatkan, sebab tentu ada hubungannya dengan kekinian kita. Beberapa di antaranya akan
dikemukakan berikut ini. Data etnografi yang menggambarkan kehidupan masyarakat praaksara
ternyata masih berlangsung sampai sekarang. Entah itu pola hunian, pola pertanian subsistensi,
teknologi tradisional dan konsepsi kepercayaan tentang hubungan harmoni antara manusia dan alam,
bahkan kebiasaan memelihara hewan seperti anjing dan kucing di lingkungan manusia modern
perkotaan. Demikian pula kebiasaan bertani merambah hutan dengan motede ‘tebang lalu bakar’
(slash and burn) untuk memenuhi kebutuhan secukupnya masih ada hingga kini. Namun, kebiasaan
merambah hutan dan hidup berpindah-pindah pada masa lampau tidak menimbulkan malapetaka
asap yang mengganggu penerbangan domestik. Selain itu, juga mengganggu bandara negara tetangga
Singapura dan Malaysia seperti yang sering terjadi akhir-akhir ini. Teknologi manusia modernlah yang
mampu melakukan perambahan hutan secara besar-besaran, entah itu untuk perkebunan atau
pertambangan, dan permukiman real estate sehingga menimbulkan malapetaka kabut asap dan
kerusakan lingkungan. Arti penting dari pembelajaran tentang sejarah kehidupan zaman praaksara
Arti penting dari pembelajaran tentang sejarah kehidupan zaman praaksara pertama-tama adalah
kesadaran akan asal-usul manusia. Tumbuhan memiliki akar. Semakin tinggi tumbuhan itu, semakin
dalam pula akarnya menghunjam ke bumi hingga tidak mudah tumbang dari terpaan angin badai atau
bencana alam lainnya. Demikian pula halnya dengan manusia. Semakin berbudaya seseorang atau
kelompok masyarakat, semakin dalam pula kesadaran kolektifnya tentang asal usul dan penghargaan
terhadap tradisi. Jika tidak demikian, manusia yang melupakan budaya bangsanya akan mudah
terombang ambing oleh terpaan budaya asing yang
lebih kuat, sehingga dengan sendirinya kehilangan identitas diri.

Jadi bangsa yang gampang meninggalkan tradisi nenek moyangnya akan mudah didikte oleh budaya
dominan dari luar yang bukan miliknya. Kita bisa belajar banyak dari keberhasilan dan capaian
prestasi terbaik dari pendahulu kita. Sebaliknya kita juga belajar dari kegagalan mereka yang telah
menimbulkan malapetaka bagi dirinya atau bagi banyak orang. Untuk memetik pelajaran dari uraian
ini, dapat kita katakan bahwa nilai terpenting dalam pembelajaran sejarah tentang zaman praaksara,
dan sesudahnya ada dua yaitu
sebagai inspirasi untuk pengembangan nalar kehidupan dan sebagai peringatan. Selebihnya
kecerdasan dan pikiran-pikiran kritislah yang akan menerangi kehidupan masa kini dan masa depan.
Sekarang muncul pertanyaan, sejak kapan zaman praaksara
Sekarang muncul pertanyaan, sejak kapan zaman praaksara berakhir? Sudah barang tentu zaman
praaksara itu berakhir setelah kehidupan manusia mulai mengenal tulisan. Terkait dengan masa
berakhirnya zaman praaksara masing-masing tempat akan berbeda. Penduduk di Kepulauan
Indonesia baru memasuki masa aksara sekitar abad ke-4 dan ke-5 M. Hal ini jauh lebih terlambat bila
dibandingkan di tempat lain misalnya Mesir dan Mesopotamia yang sudah mengenal tulisan sejak
sekitar tahun 3000 S.M. Fakta-fakta
masa aksara di Kepulauan Indonesia dihubungkan dengan temuan prasasti peninggalan kerajaan tua
seperti Kerajaan Kutai di Muara Kaman, Kalimantan Timur.
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 4 CIBINONG
Jln. Karadenan No. 5 Cibinong Telp/Fax. ( 0251 ) 8654347 Bogor 16913
http://www.sman2cibinong.sch.id email: sman2cibinong@sman2cibinong.sch.id

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )
Satuan Pendidikan : SMA N 4 CIBINONG
Kelas/Semester : X/I
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Terbentuknya Kepulauan Indonesia
Pertemuan : 2

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama,toleran,damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar
1.1. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.2. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
2.1. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada zaman
pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.4. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah
1.3. Memahami corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara
4.2. Menyajikan hasil penalaran mengenai corak kehidupan masyarakat pada zaman
praaksara dalam bentuk tulisan.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Menunjukan sikap tanggung jawab terhadap Proses terjadinya kepulauan Indonesia
2. Menunjukan sikap peduli terhadap Proses terjadinya kepulauan Indonesia
3. Menunjukan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
4. Menunjukan sikap bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah
5. Menjelaskan Proses Terbentuknya Kepulauan Indonesia
6. Melaporkan Proses Terbentuknya Kepulauan Indonesia

D. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati dan membaca referensi siswa dapat :
1. Menunjukan sikap tanggung jawab terhadap Proses Terbentuknya Kepulauan Indonesia
2. Menunjukan sikap peduli terhadap Proses Terbentuknya Kepulauan Indonesia
3. Menunjukan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
4. Menunjukan sikap bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah
5. Menjelaskan Proses Terbentuknya Kepulauan Indonesia
6. Menganalis Pembabakan waktu zaman pra aksara
7. Mengambil hikmah tentang letak geografis kepulauan Indonesia
8. Meningkatkan Rasa syukur terhadap kekayaan alam di kepulauan Indonesia

E. Materi Ajar
1. Terbentuknya kepulauan Indonesia
2. Pembabakan zaman waktu Pra aksara
3. Mengambil hikmah tentang letak dan kondisi geologis kepulauan Indonesia
4. Rasa Syukur Terhadap kekayaan Alam Indonesia

F. Alokasi Waktu
2 X 45 Menit

G. Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran


a. Pendekatan : Scientific Approach
b. Strategi : Cooperative learning tipe Jigsaw
c. Metode : Ceramah, diskusi,Tanya Jawab, penugasan

H. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Alokasi


Waktu
Pendahuluan  Memberikan Salam
 Melakukan Absensi ( menyakan kehadiran Siswa )
 Mempersilahkan salah satu siswa untuk memimpin doa
 Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk KBM 10
 Menyampaikan topic tentang proses terjadinya kepulauan Menit
Indonesia. Pembahasan dimulai dengan mengajukan pernyataan
dan pertanyaan sebagai apersepsi.
 Guru menegaskan kembali tentang topic dan menyampaikan
kompetensi yang ingin dicapai
 Membagi kelompok menjadi 6

Inti  Peserta didik berkumpul di kelompok masing-masing


 Peserta didik ditugaskan : 60
a) Kelompok I dan II mendiskusikan dan membuat rumusan tentang Menit
proses terjadinya kepulauan Indonesia
b) Kelompok III dan IV mendiskusikan dan membuat rumusan tentang
pembabakan waktu zamanp raaksara
c) Kelompok V dan VI mendiskusikan dan merumuskan tentang hikmah
bagi penduduk yang hidup di lingkungan geografis dan geologis
kepulauan Indonesia yang rawan terjadinya gempa
 Setelah kira-kira 20 menit diskusi kelompok diakhiri, guru kemudian
meminta peserta didik mempresentasikan hasil rumusan masing-
masing sesuai masalah yang didiskusikan, mengingat waktu yang
terbatas dan ada dua kelompok yang mendiskusikan masalah yang
sama maka guru menunjuk hanya satukelompok untuk setiap
masalah. Guru menunjuk kelompok I, III dan VI
 Pada saat satu kelompok presentasi, kelompok yang lain dapat
mengajukanpertanyaan, member masukan dan begitu seterusnya.

Penutup o Klarifikasi/kesimpulan siswa dibantu oleh guru menyimpulkan


materi proses terjadinya kepulauan Indonesia Evaluasi untuk
mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran 20
o Siswa membuat tugas mencari gambar dari Media Massa atau Menit
Internet tentang proses terjadinya kepulauan Indonesia ( tugas
kelompok dikumpulkan 2 minggu yang akan datang )
o Mengucapkan salam

I. Penilaian Hasil Belajar


a. Tes
- Uraian (Terlampir)
- Pilihan Ganda ( Terlampir )
b. Non Tes
- Lembar pengamatan Kerja Kelompok
- Lembar Pengamatan Presentasi
- Membuat Kliping minimal 8 lembar mengenai Hasil-hasil Teknologi manusia pada
masa Paleolithicum dan Mesolithicum
J. Alat dan Sumber Belajar
- Alat dan Bahan
 White Board
 LCD
 Spidol
 Power Point
- Sumber Belajar
 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,Buku Guru
Sejarah Indonesia kelas X, Jakarta, 2013
 Soekmono,R.1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1.Yogyakarta.
Kanisius
 Djoened Poesponegoro, Marwati, dan Nugroho Notosusanto.2009. Sejarah
Nasional Indonesia I. Jakarta. Balai Pustaka

Cibinong, Juli 2013


Mengetahui
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran

Dr,Bambang Supriadi, M.Pd Muhamad Yusup, S.Pd


NIP. 196911081995121001 NIP.
LAMPIRAN : RINGKASAN MATERI

Terbentuknya Kepulauan Indonesia

Mengamati lingkungan

Bumi kita yang terhampar luas ini diciptakan Tuhan Yang Maha Pencipta untuk kehidupan dan
kepentingan hidup manusia. Di bumi ini hidup berbagai flora dan fauna serta tempat bersemainya
manusia dengan keturunannya. Di bumi ini kita bisa menyaksikan keindahan alam, kita bisa
beraktivitas dan berikhtiar memenuhi kebutuhan hidup kita. Namun harus dipahami bahwa bumi kita
juga sering menimbulkan bencana. Sebagai contoh munculnya aktivitas lempeng bumi yang
kemudian melahirkan gempa bumi baik tektonis maupun vulkanis, bahkan sampai menimbulkan
tsunami. Sebagai contoh tentu kamu masih ingat bagaimana gempa dan Tsunami yang terjadi di
Aceh, gempa bumi di Yogyakarta, di Papua dan beberapa di daerah lain, termasuk beberapa gunung
berapi meletus. Bencana tersebut telah mengakibatkan ribuan nyawa hilang dan harta benda
melayang.

Fenomena alam yang terjadi itu merupakan bagian tak terpisahkan dari aktivitas panjang bumi kita
sejak proses terjadinya alam semesta ratusan bahkan ribuan juta tahun yang lalu. Proses tersebut
secara geologis mengalami beberapa tahapan atau pembabakan waktu. Berikut ini kita mencoba
menelaah tentang pembabakan waktu alam secara geologis dan bagaimana Kepulauan Indonesia
terbentuk.

Memahami Teks

Ada banyak teori dan penjelasan tentang penciptaan bumi, mulai dari mitos sampai kepada
penjelasan agama dan ilmu pengetahuan. Kali ini kamu belajar sejarah sebagai cabang keilmuan,
pembahasannya adalah pendekatan ilmu pengetahuan, yakni asumsi-asumsi ilmiah, yang kiranya juga
tidak perlu bertentangan dengan ajaran agama. Salah satu di antara teori ilmiah tentang
terbentuknya bumi adalah Teori “Dentuman Besar” (Big Bang), seperti dikemukaan oleh sejumlah
ilmuwan dan yang mutakhir seperti ilmuwan besar Inggris, Stephen Hawking. Teori ini menyatakan
bahwa alam semesta mulanya berbentuk gumpalan gas yang mengisi seluruh ruang jagad raya. Jika
digunakan teleskop besar Mount Wilson untuk mengamatinya akan terlihat ruang jagad raya itu
luasnya mencapai radius 500.000.000 tahun cahaya. Gumpalan gas itu suatu saat meledak dengan
satu dentuman yang amat dahsyat. Setelah itu, materi yang terdapat di alam semesta mulai
berdesakan satu sama lain dalam kondisi suhu dan kepadatan yang sangat tinggi, sehingga hanya
tersisa energi berupa proton, neutron dan elektron, yang bertebaran ke seluruh arah.

Ledakan dahsyat itu menimbulkan gelembung-gelembung alam semesta yang menyebar dan
menggembung ke seluruh penjuru, sehingga membentuk galaksi-galaksi bintang-bintang, matahari,
planet-planet, bumi, bulan dan meteorit. Bumi kita hanyalah salah satu titik kecil saja di antara tata
surya yang mengisi jagad semesta. Di samping itu banyak planet lain termasuk bintang-bintang yang
menghiasi langit yang tak terhitung jumlahnya. Boleh jadi ukurannya jauh lebih besar dari planet
bumi. Bintang-bintang berkumpul dalam suatu gugusan, meskipun antarbintang berjauhan letaknya
di angkasa. Ada juga ilmuwan astronomi yang mengibaratkan galaksi bintang-bintang itu tak ubahnya
seperti sekumpulan anak ayam, yang tak mungkin dipisahkan dari induknya. Jadi di mana ada anak
ayam di situ pasti ada induknya. Seperti halnya dengan anak-anak ayam, bintang-bintang di angkasa
tak mungkin gemerlap sendirian tanpa disandingi dengan bintang lainnya. Sistem alam semesta
dengan semua benda langit sudah tersusun secara menakjubkan dan masing-masing beredar secara
teratur dan rapi pada sumbunya masing-masing.

Selanjutnya proses evolusi alam semesta itu memakan waktu kosmologis yang sangat lama sampai
beribu-ribu juta tahun. Terjadinya evolusi bumi sampai adanya kehidupan memakan waktu yang
sangat panjang. Ilmu palaentologi membaginya dalam enam tahap waktu geologis. Masing-masing
ditandai oleh peristiwa alam yang menonjol, seperti munculnya gunung-gunung, benua dan makhluk
hidup yang paling sederhana. Proses evolusi bumi dibagi menjadi beberapa periode sebagai berikut.

1. Azoicum (Yunani: a = tidak; zoon = hewan), yaitu zaman sebelum adanya kehidupan. Pada saat
ini bumi baru terbentuk dengan suhu yang relatif tinggi. Waktunya lebih dari satu milyar tahun
lalu.
2. Palaezoicum, yaitu zaman purba tertua. Pada masa ini sudah meninggalkan fosil flora dan fauna.
Berlangsung kira-kira 350.000.000 tahun.
3. Mesozoicum, yaitu zaman purba tengah. Pada masa ini hewan mamalia (menyusui), hewan
amfibi, burung dan tumbuhan berbunga mulai ada. Lamanya kira-kira 140.000.000 tahun.
4. Neozoicum, yaitu zaman purba baru, yang dimulai sejak 60.000.000 tahun yang lalu. Zaman ini
dapat dibagi lagi menjadi dua tahap (Tersier dan Quarter), zaman es mulai menyusut dan
makhluk-makhluk tingkat tinggi dan manusia mulai hidup.

Merujuk pada tarikh bumi di atas, sejarah di Kepulauan Indonesia terbentuk melalui proses yang
panjang dan rumit. Sebelum bumi didiami manusia, kepulauan ini hanya diisi tumbuhan flora dan
fauna yang masih sangat kecil dan sederhana. Alam juga harus menjalani evolusi terus menerus untuk
menemukan keseimbangan agar mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi alam dan
iklim, sehingga makhluk hidup dapat bertahan dan berkembang biak mengikuti seleksi alam.

Gugusan kepulauan ataupun wilayah maritim seperti yang kita temukan sekarang ini terletak di
antara dua benua dan dua samudera, antara Benua Asia di utara dan Australia di selatan, antara
Samudera Hindia di barat dan Samudera Pasifik di belahan timur. Faktor letak ini memainkan peran
strategis sejak zaman kuno sampai sekarang. Namun sebelum itu marilah kita sebentar berkenalan
dengan kondisi alamnya, terutama unsur-unsur geologi atau unsur- unsur geodinamika yang sangat
berperan dalam pembentukan Kepulauan Indonesia.

Menurut para ahli bumi, posisi pulau-pulau di Kepulauan Indonesia terletak di atas tungku api yang
bersumber dari magma dalam perut bumi. Inti perut bumi tersebut berupa lava cair bersuhu sangat
tinggi. Makin ke dalam tekanan dan suhunya semakin tinggi. Pada suhu yang tinggi itu material-
material akan meleleh sehingga material di bagian dalam bumi selalu berbentuk cairan panas. Suhu

tinggi ini terus menerus bergejolak mempertahankan cairan sejak jutaan tahun lalu. Ketika ada celah
lubang keluar, cairan tersebut keluar berbentuk lava cair. Ketika lava mencapai permukaan bumi,
suhu menjadi lebih dingin dari ribuan derajat menjadi hanya bersuhu normal sekitar 30 derajat. Pada
suhu ini cairan lava akan membeku membentuk batuan beku atau kerak. Keberadaan kerak benua
(daratan) dan kerak samudera selalu bergerak secara dinamis akibat tekanan magma dari perut bumi.
Pergerakan unsur-unsur geodinamika ini dikenal sebagai kegiatan tektonis.

Sebagian wilayah di Kepulauan Indonesia merupakan titik temu di antara tiga lempeng, yaitu lempeng
Indo-Australia di selatan, Lempeng Eurasia di utara dan Lempeng Pasifik di timur. Pergerakan
lempeng- lempeng tersebut dapat berupa subduksi (pergerakan lempeng ke atas), obduksi
(pergerakan lempeng ke bawah) dan kolisi (tumbukan lempeng). Pergerakan lain dapat berupa
pemisahan atau divergensi (tabrakan) lempeng- lempeng. Pergerakan mendatar berupa pergeseran
lempeng- lempeng tersebut masih terus berlangsung hingga sekarang. Perbenturan lempeng-
lempeng tersebut menimbulkan dampak yang berbeda-beda. Namun semuanya telah menyebabkan
wilayah Kepulauan Indonesia secara tektonis merupakan wilayah yang sangat aktif dan labil hingga
rawan gempa sepanjang waktu.

Sumber : J. Tuzo Wilson. 1994. “Lempeng Tektonik” dalam Tony S. Rahmadie (terj). Ilmu Pengetahuan
Populer. Jilid 2. Grolier International Gambar 1.2 Lapisan bumi, mulai dari bagian inti dalam sampai
bagian kerak bumi

Pada masa Paleozoikum (masa kehidupan tertua) keadaan geografis Kepulauan Indonesia belum
terbentuk seperti sekarang ini. Di kala itu wilayah ini masih merupakan bagian dari samudera yang
sangat luas, meliputi hampir seluruh bumi. Pada fase berikutnya, yaitu pada akhir masa Mesozoikum,
sekitar 65 juta tahun lalu, kegiatan tektonis itu menjadi sangat aktif menggerakkan lempeng- lempeng
Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Kegiatan ini dikenal sebagai fase tektonis (orogenesa laramy),
sehingga menyebabkan daratan terpecah-pecah. Benua Eurasia menjadi pulau-pulau yang terpisah
satu dengan lainnya. Sebagian di antaranya bergerak ke selatan membentuk pulau-pulau Sumatra,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi serta pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat dan Kepulauan Banda. Hal yang
sama juga terjadi pada Benua Australia. Sebagian pecahannya bergerak ke utara membentuk pulau-
pulau Timor, Kepulauan Nusa Tenggara Timur dan sebagian Maluku Tenggara. Pergerakan pulau-
pulau hasil pemisahan dari kedua benua tersebut telah mengakibatkan wilayah pertemuan keduanya
sangat labil. Kegiatan tektonis yang sangat aktif dan kuat telah membentuk rangkaian Kepulauan
Indonesia pada masa Tersier sekitar 65 juta tahun lalu.

Sebagian besar daratan Sumatra, Kalimantan dan Jawa telah tenggelam menjadi laut dangkal sebagai
akibat terjadinya proses kenaikan permukaan laut atau transgresi. Sulawesi pada masa itu sudah
mulai terbentuk, sementara Papua sudah mulai bergeser ke utara, meski masih didominasi oleh
cekungan sedimentasi laut dangkal berupa paparan dengan terbentuknya endapan batu gamping.
Pada kala Pliosen sekitar lima juta tahun lalu, terjadi pergerakan tektonis yang sangat kuat, yang
mengakibatkan terjadinya proses pengangkatan permukaan bumi dan kegiatan vulkanis. Ini pada
gilirannya menimbulkan tumbuhnya (atau mungkin lebih tepat terbentuk) rangkaian perbukitan
struktural seperti perbukitan besar (gunung), dan perbukitan lipatan serta rangkaian gunung api aktif
sepanjang gugusan perbukitan itu. Kegiatan

tektonis dan vulkanis terus aktif hingga awal masa Pleistosen, yang dikenal sebagai kegiatan tektonis
Plio-Pleistosen. Kegiatan tektonis ini berlangsung di seluruh Kepulauan Indonesia.

Gunung api aktif dan rangkaian perbukitan struktural tersebar di sepanjang bagian barat Pulau
Sumatra, berlanjut ke sepanjang Pulau Jawa ke arah timur hingga Kepulauan Nusa Tenggara serta
Kepulauan Banda. Kemudian terus membentang sepanjang Sulawesi Selatan dan Utara. Pembentukan
daratan yang semakin luas itu telah membentuk Kepulauan Indonesia pada kedudukan pulau-pulau
seperti sekarang ini. Hal itu telah berlangsung sejak kala Pliosen hingga awal Pleistosen (1,8 juta
tahun lalu). Jadi pulau-pulau di kawasan Kepulauan Indonesia ini masih terus bergerak secara
dinamis, sehingga tidak heran jika masih sering terjadi gempa, baik vulkanis maupun tektonis.

Gambar 1.3 Pada Kala Eosen (sekitar 55 juta tahun yang lalu) sebagian Kepulauan Indonesia (Sumatra,
Jawa, dan Kalimantan) masih berada dan menyatu dengan Benua Eurasia di utara, sedangkan
sebagian kepulauan lainnya (Papua) masih menyatu dengan Benua Australia di Selatan.
Sumber : Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah, Jilid I. Jakarta: PT
Ichtiar Baru van Hoeve.

Letak Kepulauan Indonesia yang berada pada deretan gunung api membuatnya menjadi daerah
dengan tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi. Kekayaan alam dan kondisi
geografis ini telah mendorong lahirnya penelitian dari bangsa- bangsa lain. Dari sekian banyak
penelitian terhadap flora dan fauna tersebut yang paling terkenal diantaranya adalah peneliti Alfred
Russel Wallace yang membagi Indonesia dalam dua wilayah yang berbeda berdasarkan ciri khusus
baik fauna maupun floranya. Pembagian itu adalah Paparan Sahul di sebelah timur, Paparan Sunda di
sebelah barat. Zona di antara paparan tersebut kemudian dikenal sebagai wilayah Wallacea yang
merupakan pembatas fauna yang membentang dari Selat Lombok hingga Selat Makassar ke
arah utara. Fauna-fauna yang berada di sebelah barat garis pembatas itu disebut dengan Indo-
Malayan region. Di sebelah timur disebut dengan Australia Malayan region. Garis itulah yang
kemudian kita kenal dengan Garis Wallacea.

Sumber : Storm (2001) diambil dari Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam Arus
Sejarah. jilid I. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve. Gambar 1.4 Peta Zoogeografi Kepulauan Indonesia

Untuk memperkaya pengetahuan tentang hal ini, kamu bisa membaca Alfred Russel Wallace.
Kepulauan Nusantara.

Uji Kompetensi

1. Kita wajib bersyukur karena Tuhan Yang Maha Pencipta yang telah menciptakan bumi kita ini
dengan arif dan bijaksana serta penuh kasih sayang kepada makhluk ciptaan-Nya. Coba beri
penjelasan, kamu dapat berdiskusi dengan anggota kelompokmu!
2. Menurut kamu nilai-nilai apa yang dapat dipetik dari proses terbentuknya pulau-pulau di
Kepulauan Indonesia?
3. Hikmah apa yang dapat kita peroleh dengan bertempat tinggal di wilayah yang sering terjadi
bencana alam?
4. Di setiap daerah tentu ada cerita rakyat ataupun dongeng yang berkaitan dengan gempa bumi
maupun gunung meletus, coba kamu cari dan tuliskan dalam bentuk cerita 3 – 4 halaman,
kemudian diskusikan.
5. Sebutkan gunung api yang pernah meletus di daerahmu dan di Indonesia!

NO Nama Gunung Jumlah korban jiwa atau rumah Tahun Meletus

1
2
3
4
5
6. Sebutkan bencana alam (tektonik)/ gempa bumi yang pernah terjadi di daerahmu dan di
Indonesia

NO Nama Gempa Jumlah korban jiwa atau rumah Tahun terjadinya

1
2
3
4
5

Lampiran
Penilaian Pengamatan Kerja Kelompok

No Nama Aspek Pengamatan Jumlah Nilai Ket


Siswa Kerjasama Mengkomu Tolerans Keaktifan Mengh Skor
kasikan i argai
Teman

Keterangan skor
Masin-masing kolom diisi dengan kriteria :

4 = baik sekali
3 = baik
2 = cukup
1 = kurang

 Skor Perolehan

Skor = X 100

Skor Maksimal (20)

Kretria Nilai

A= 0- 100 : baik Sekali


B = 70-79 : Baik
C = 60=69 : Cukup
D = < 60 : Kurang
B, Penialaian Presentasi

Nama Aspek Penilaian


Siswa Komunik sistematika wawasan Kebenaran Antusias Gesture Jumlah Nilai Ket
asi Penyampa dan Skor
ean Penampilan
N
o

Keterangan skor
Masing masing kolom diisi dengan kriteria :
4 = baik sekali
3 = baik
2 = cukup
1 = kurang

 Skor Perolehan

Skor = X 100

Skor Maksimal (20)

Kretria Nilai

A= 0- 100 : baik Sekali


B = 70-79 : Baik
C = 60=69 : Cukup
D = < 60 : Kurang

Format Penilaian Makalah

Struktur Makalah Indikator Nilai

Menunjukkan dengan tepat isi :


Pendahuluan  Latar belakang
 Rumusan masalah
 Tujuan penulisan.
 Ketepatan pemilihan gambar
 Orisinalitas makalah
 Mendeskripsikan mengenai Penelusuran
PeradabanAwal di Kepulauan Indonesia
Isi  Struktur/logikapenulisan disusun dengan jelas sesuai
metode yang dipakai
 Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan komunikatif
 Daftar pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan
(Ilmiah)
Struktur Makalah Indikator Nilai

 Menghindari sumber (akun) yang belum dikaji secara


ilmiah

 Kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah


Penutup  Saran relevan dengan kajian, dan berisi pesan untuk
peningkatan kepedulian terhadap Peradaban Awal di
Kepulauan Indonesia
Jumlah

Kriteria Penilaian untuk masing-masing indikator:

Sangat sesuai 4
Sesuai 3
Cukup 2
Kurang 1

∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (48)

Cibinong, Juli 2013


Mengetahui
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran

Dr,Bambang Supriadi, M.Pd Muhamad Yusup, S.Pd


NIP. 196911081995121001 NIP.
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 4 CIBINONG
Jln. Karadenan No. 5 Cibinong Telp/Fax. ( 0251 ) 8654347 Bogor 16913
http://www.sman2cibinong.sch.id email: sman2cibinong@sman2cibinong.sch.id

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )
Satuan Pendidikan : SMA N 4 CIBINONG
Kelas/Semester : X/I
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Mengenal Manusia Purba
Pertemuan : 3

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama,toleran,damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar
1.1. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.2. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
2.1. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada zaman
pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.2. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah
3.1. Memahami corak kehidupan masyarakat pada masa pra aksara
4.1. Memahami corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara
4.2. Menyajikan hasil penalaran mengenai corak kehidupan masyarakat pada zaman
praaksara dalam bentuk tulisan.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Menunjukan sikap tanggung jawab terhadap Mengenal Manusia Purba
2. Menunjukan sikap peduli terhadap Mengenal Manusia Purba
3. Menunjukan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
4. Menunjukan sikap bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah
5. Menganalisis Sangiran sebagai pusat perkembangan manusia purba
6. Menganalisis beberapa temuan fosil di Sangiran
7. Menganalisis beberapa temuan fosil di Trinil

D. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati dan membaca referensi siswa dapat :
1. Menunjukan sikap tanggung jawab terhadap Mengenal Manusia Purba
2. Menunjukan sikap peduli terhadap Mengenal Manusia Purba
3. Menunjukan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
4. Menunjukan sikap bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah
5. Menganalisis Sangiran sebagai pusat perkembangan manusia
6. Menganalisis beberapa penemuan fosil di Sangiran
7. Menganalisis beberapa penemuan fosil di Trinil
8. Melaporkan hasil diskusi mengenai manusia purba di Indonesia

E. Materi Ajar
1. Nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME berupa peninggalan hasil budaya pada masa
Paleolithicum dan Mesolithicum di Indonesia
2. sikap tanggung jawab terhadap Mengenal Manusia Purba
3. sikap peduli terhadap Mengenal Manusia Purba
4. sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
5. sikap bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
6. Pusat perkembangan manusia di Sangiran
7. Pusat perkembangan manusia di Trinil

F. Alokasi Waktu
2 X 45 Menit

G. Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran


a. Pendekatan : Scientific Approach
b. Strategi : Cooperative learning tipe Jigsaw
c. Metode : Ceramah, diskusi,Tanya Jawab, penugasan

H. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Alokasi


Waktu
 Memberikan Salam
 Melakukan Absensi ( menyakan kehadiran Siswa )
 Mempersilahkan salah satu siswa untuk memimpin doa
1. Kelas dipersiapkan agar lebih kondusif untuk proses belajar 10
Pendahuluan mengajar (kerapian dan kebersihan ruang kelas, presensi, Menit
menyiapkan media dan alat serta buku yang diperlukan).
2. Peserta didik ditanya tentang tugas minggu yang lalu
3. Guru menyampaikan topik tentang “Kegiatan penelitian manusia
purba” dan memberi motivasi pentingnya topik ini.
4. Guru menyampaikan tujuan dan kompetensi yang harus dikuasai
para peserta didik.
5. Peserta didik dibagi menjadi enam kelompok (kelompok I, II, III, IV,
V, dan VI).

1) Sebelum peserta didik ditugaskan untuk berdikusi kelompok,


peserta didik diberikan penjelasan tentang penemuan manusia
purba di Sangiran dan Trinil. Sangiran pertama kali ditemukan oleh
P.E.C. Schemulling tahun 1864, dengan laporan penemuan fosil
vertebrata dari Kalioso, bagian dari wilayah Sangiran. Semenjak
dilaporkan Schemulling situs itu seolah-olah terlupakan dalam
waktu yang lama. Pada 1934, G.H.R von Koenigswald menemukan
artefak litik di wilayah Ngebung yang terletak sekitar dua km di
barat laut kubah Sangiran. Artefak litik itulah yang kemudian 60
menjadi temuan penting bagi Situs Sangiran. Semenjak penemuan Menit
Inti von Koenigswald, Situs Sangiran menjadi sangat terkenal berkaitan
dengan penemuan-penemuan fosil Homo erectus secara sporadis
dan berkesinambungan. Homo erectus adalah takson paling penting
dalam sejarah manusia, sebelum masuk pada tahapan manusia
Homo sapiens, manusia modern. Situs itu ditetapkan secara resmi
sebagai Warisan Dunia pada 1996, yang tercantum dalam nomor
593 Daftar Warisan Dunia (World Heritage List) UNESCO. Perhatikan
gambar di buku teks pelajaran Sejarah Indonesia halaman 18.
Eugene Dubois adalah ahli anatomi dari Belanda yang melakukan
ekskavasi di Trinil dan menemukan sisa-sisa manusia purba yang
sangat berharga bagi dunia pengetahuan. Penggalian Dubois
dilakukan pada endapan alluvial Bengawan Solo. Dari lapisan ini
ditemukan atap tengkorak Pithecanthropus erectus, dan beberapa
buah tulang paha (utuh dan fragmen) yang menunjukkan pemiliknya
telah berjalan tegak. Trinil adalah sebuah desa di pinggiran
Bengawan Solo, masuk wilayah administrasi Kabupaten Ngawi, Jawa
Timur. Tinggalan purbakala telah lebih dulu ditemukan di daerah ini
jauh sebelum von Koenigswald menemukan Sangiran pada 1934.
2) Kemudian peserta didik diberikan informasi bahwa penelitian
mengenai peradaban awal tidak melulu dilakukan oleh peneliti
Barat, seperti dilakukan oleh seorang professor yang berasal dari
Indonesia yaitu Prof dr Sangkot Marzuki, MSc, PhD, DSc, Direktur
Lembaga Biologi Molekuler Eijkman di Jakarta. Ia menulis “Mapping
Human Genetic Diversity in Asia” dalam jurnal Sience dan
mengungkapkan bahwa upaya memahami asal-usul manusia
modern bisa dilakukan dengan membaca urutan sekuen DNA
(deoxyribonucleic acid) atau rantai panjang polimer nukleotida yang
mengandung informasi genetik untuk diturunkan. Selain informasi
genetik, DNA juga bisa menginformasikan riwayat kehidupan nenek
moyang kita. Di sinilah perubahan dalam tubuh terekam—seiring
dengan perubahan pola makan, lingkungan, ataupun aktivitasnya—
dan memberikan gambaran bagaimana sebenarnya pola kehidupan
yang mereka jalani. Hasil perbandingannya dengan DNA populasi di
berbagai tempat lain menggambarkan proses berlangsungnya
migrasi dan bagaimana hubungan kekerabatannya (Kompas,
12/10/11).
3) Kelompok I, III, dan V ditugaskan untuk melakukan kajian tentang
kegiatan penelitian manusia purba di Sangiran melalui buku-buku
yang tersedia termasuk ke perpustakaan. Kemudian kelompok II, IV
dan VI ditugaskan untuk melakukan kajian tentang kegiatan
penelitian di Trinil juga melalui buku-buku yang ada termasuk di
perpustakaan.
4) Setiap kelompok harus membuat laporan sesuai dengan masalah
yang dikaji. Hal yang perlu dilaporkan misalnya: siapa tokoh
penelitinya, tahun berapa dilakukan penelitian, temuan dan
kesimpulan yang diperoleh dari penelitian itu. Hasil kajian itu
sebaiknya didukung dengan gambar-gambar yang relevan.
5) Kelompok III ditunjuk oleh guru untuk mempresentasikan kajiannya
tentang kegiatan penelitian di Sangiran dan kelompok VI untuk
presentasi tentang kegiatan penelitian di Trinil. Kelompok lain yang
tidak presentasi dapat mengajukan pertanyaan.
6) Hasil diskusi kelompok kemudian dikumpulkan kepada guru.

1) Peserta didik diberikan ulasan singkat tentang materi yang baru saja
didiskusikan
2) Peserta didik dapat ditanyakan apakah sudah memahami materi
tersebut
3) Peserta didik diberikan pertanyaan lisan secara acak untuk 20
Penutup mendapatkan umpan balik atas pembelajaran minggu ini: misalnya, Menit
siapa Eugene Dubois?
4) Sebagai refleksi, guru memberikan kesimpulan tentang pelajaran
yang baru saja berlangsung serta menanyakan kepada peserta didik
apa manfaat yang dapat kita peroleh setelah belajar topik ini.
5) Mengucapkan salam

I. Penilaian Hasil Belajar


c. Tes
- Uraian (Terlampir)
- Pilihan Ganda ( Terlampir )
d. Non Tes
- Lembar pengamatan Kerja Kelompok
- Lembar Pengamatan Presentasi
- Membuat Kliping minimal 8 lembar mengenai Hasil-hasil Teknologi manusia pada
masa Paleolithicum dan Mesolithicum

J. Alat dan Sumber Belajar


- Alat dan Bahan
 White Board
 LCD
 Spidol
 Power Point
- Sumber Belajar
 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,Buku Guru
Sejarah Indonesia kelas X, Jakarta, 2013
 Soekmono,R.1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1.Yogyakarta.
Kanisius
 Djoened Poesponegoro, Marwati, dan Nugroho Notosusanto.2009. Sejarah
Nasional Indonesia I. Jakarta. Balai Pustaka
Cibinong, Juli 2013
Mengetahui
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran

Dr,Bambang Supriadi, M.Pd Muhamad Yusup, S.Pd


NIP. 196911081995121001 NIP.
Lampiran

Lembar Pengamatan

LEMBAR PENGAMATAN SIKAP

Mata Pelajaran :..................................................................................................

Kelas/Semester:....................................................................................................

Tahun Ajaran :....................................................................................................

Waktu Pengamatan: ............................................................................................

Sikap yang diintegrasikan dan dikembangkan adalah perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan
santun.

Indikator perkembangan sikap perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan santun.

5. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas
6. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
7. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
8. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas secara terus-menerus dan ajeg/konsisten.
Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.

No. Nama Religius Jujur Tanggung jawab Santun


Siswa
BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

1.

2.

3.

4.

5.

..
Lembar Pengamatan

Rubrik kegiatan Diskusi


Aspek Pengamatan
Nama Meng- Menghargai Jumlah
No. Kerja Nilai Ket.
Siswa komunika Toleransi Keaktifan pendapat Skor
sama
sikan pendapat teman

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Rubrik Penilaian Presentasi


Aspek Penilaian
Nama Sistematika Jumlah
No. Komuni Wawa Keberani Gesture dan Nilai Ket.
Siswa penyam Antusias Skor
Kasi san an penampilan
Paian

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Format Penilaian Makalah

Struktur Makalah Indikator Nilai

Menunjukkan dengan tepat isi :


Pendahuluan  Latar belakang
 Rumusan masalah 10 Menit
 Tujuan penulisan.
 Ketepatan pemilihan gambar
 Orisinalitas makalah
 Mendeskripsikan mengenai Perkembangan manusia
Purba di Indonesia
 Struktur/logikapenulisan disusun dengan jelas sesuai
metode yang dipakai 70 Menit
 Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan komunikatif
Isi  Daftar pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan
(Ilmiah)
 Menghindari sumber (akun) yang belum dikaji secara
ilmiah
 Kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah
 Saran relevan dengan kajian, dan berisi pesan untuk 15 Menit
Penutup peningkatan kepedulian terhadap Peradaban Awal di
Kepulauan Indonesia
Jumlah

Kriteria Penilaian untuk masing-masing indikator:


∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Sangat sesuai 4
Skor Maksimal (48)
Sesuai 3
Cukup 2
Kurang 1
Uji Kompetensi

1. Mengapa para ahli melakukan penelitian manusia purba banyak di bantaran sungai?
2. Jelaskan ciri dan mengapa hasil penelitian Dubois di Trinil disebut sebagai jenis
Pithecanthropus erectus (kera yang berjalan tegak)?
3. Menurut pendapat kamu, bagaimana manusia purba bisa menyebar ke dalam wilayah
Kepulauan Indonesia bahkan sampai ke luar wilayah Kepulauan Indonesia?
4. Coba buatlah karya ilmiah (2–3 halaman) dengan tajuk, Sangiran Laboratorium Manusia
Purba.
5. Coba kamu inventarisir berbagai situs dan tinggalan manusia purba di daerahmu masing-
masing.

NO NAMA SITUS FUNGSI PADA MASA FUNGSI PADA MASA LETAK


LALU SEKARANG (KECAMATAN
ATAU KABUPATEN)
1
2
3
4
5

Cibinong, Juli 2013


Mengetahui
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran

Dr,Bambang Supriadi, M.Pd Muhamad Yusup, S.Pd


NIP. 196911081995121001 NIP.
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 4 CIBINONG
Jln. Karadenan No. 5 Cibinong Telp/Fax. ( 0251 ) 8654347 Bogor 16913
http://www.sman2cibinong.sch.id email: sman2cibinong@sman2cibinong.sch.id

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )
Satuan Pendidikan : SMA N 4 CIBINONG
Kelas/Semester : X/I
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Klasifikasi Manusia Purba pada masa Pra Aksara
Pertemuan : 4

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama,toleran,damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. KOMPETENSI DASAR
1.1. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.2. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
2.4 Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah
3.1 Memahami corak kehidupan masyarakat pada masa praksara.
4.1. Menyajikan informasi mengenai keterkaitan antara konsep berpikir kronologis (
diakronik ), sinkronik, ruang dan waktu dalam sejarah

2. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

1. Menunjukkan nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME atas ditemukannya jenis
manusia purba jaman praaksara.
2. Menunjukkan sikap tanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah
3. Menganalisis jenis-jenis manusia purba yang pernah hidup pada jaman praaksara
4. Menganalisis penyebaran manusia purba di kepulauan Indonesia
5. Menganalisis jenis dan ciri-ciri manusia praaksara
6. Menjelaskan beberapa spesimen (penggolongan) manusia Homo Sapiens
.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

Melalui diskusi, mengamati dan membaca referensi siswa dapat:


1. Menunjukan sikap perduli terhadap penemuan manusia jaman praaksara
2. Menganalisis jenis dan ciri-ciri manusia jaman praaksara
3. Mengklasifikasi jenis manusia jaman praaksara
4. Menjelaskan beberapa spesimen (penggolongan) manusia Homo Sapiens
5. Menunjukan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
6. Menunjukan sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah

E . MATERI AJAR

1. Nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME atas adanya penemuan jenis-jenis manusia
praaksara
2. Sikap peduli atas ditemukannya jenis-jenis manusia praaksara
3. Sikap jujur dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah
4. Sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah
5. Menganalisis jenis dan ciri-ciri manusia praaksara
6. Penemuan manusia jaman praaksara di Trinil, Ngawi, Jawa Timur.
7. Beberapa spesimen (penggolongan) manusia Homo Sapiens

F. ALOKASI WAKTU
2 x 45 menit

G. Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran


Pendekatan: Saintifik
Strategi : Jigsaw
Metode: ceramah, diskusi, tanya jawab dan penugasan

H. KEGIATAN PEMBELAJARAN

JENIS KEGIATAN URAIAN DURASI/WAKTU


1) Memberikan salam
2) Kelas dipersiapkan agar lebih
kondusif untuk proses belajar
mengajar (Berdoa, kerapian dan
kebersihan ruang kelas,
Kegiatan awal
presensi, menyiapkan media dan 10 menit
alat serta buku yang diperlukan).
3) Peserta didik ditanyakan tentang
materi minggu lalu sebagai
apersepsi.
4) Guru menyampaikan topik
tentang “Jenis manusia zaman
praaksara”, dan guru memberi
motivasi pentingnya topik ini.
5) Guru menyampaikan tujuan dan
kompetensi yang harus dikuasai
para peserta didik. Guru
menekankan pemaknaan dan
kemampuan menerapkan bukan
hafalan.
6) Peserta didik dibagi menjadi
enam kelompok (kelompok I, II,
III, IV, V, dan VI).

1. Menayangkan gambar
manusia purba melalui
power poin serta melakukan
tanya jawab singkat.
2. Siswa mendapat penjelasan
tentang proses pelaksanaan
Kegiatan inti teknik jigsaw.
3. Membagi siswa menjadi 3
kelompok.
4. Setiap kelompok
mendapatkan tugas:
- Melakukan kajian
tentang jenis manusia
praaksara, bagaimana
karakter dan ciri masing-
masing jenis, kemudian
mengklasifikasikannya.
- Menganalisa gambar
ciri-ciri manusia purba 60 menit
jenis Meganthropus.
- Menganalisa gambar
ciri-ciri manusia purba
jenis Pithecanthropus.
- Menganalisa gambar
ciri-ciri manusia purba
jenis Homo.
5. Siswa diberikesempatan
untuk berdiskusi tentang
gambar yang mereka terima.
6. Membagi masing-masing
kelompok untuk menjadi
tuan rumah dan tamu untuk
berkunjung.
7. Para tamu dipersilahkan
menyunjungi kelompok
untuk menanyakan hasil
diskusi.
8. Siswa yang menjadi tuan
rumah siap menerima tamu
kelompok lain untuk
memberi penjelasan tentang
hasil diskusinya.
9. Setelah semua selesai
dengan tugasnya masing-
masing maka kembali ke
kelompok masing-masing.
10. Menyusun laporan hasil
diskusi dan hasil kunjungan
yang memuat ciri-ciri ke 3
jenis manusia purba.
11. Mempersentasikan laporan.
12. Kesimpulan klasikal
dilakukan oleh murid dan
guru.

1) Peserta didik diberikan ulasan


singkat tentang materi yang baru
saja didiskusikan
2) Peserta didik dapat ditanyakan
Kegiatan akhir apakah sudah memahami materi
tersebut. 20 menit
3) Peserta didik diberikan
pertanyaan lisan secara acak
untuk mendapatkan umpan balik
atas pembelajaran minggu ini
dan minggu sebelumnya dengan
mengacu pada pertanyaan uji
kompetensi pada halaman 24;
4) Sebagai refleksi guru
memberikan kesimpulan tentang
pelajaran yang baru saja
berlangsung serta menanyakan
kepada peserta didik apa
manfaat yang dapat kita peroleh
setelah belajar topik ini.
5) Mengucapkan salam

I. PENILAIAN HASIL BELAJAR

a. Tes
*Uraian selama Proses
1. Mengapa beberapa ahli melakukan penelitian manusia purba banyak dibantaran sungai?
2. Sebutkan beberapa jenis manusia yang pernah hidup dijaman praaksara?

1) Penilaian dilaksanakan selama proses dan setelah pembelajaran berlangsung, termasuk pada
saat peserta didik menjawab beberapa pertanyaan dari guru. Penilaian dapat dilakukan
dengan observasi. Dalam observasi ini misalnya dilihat aktivitas dan tingkat perhatian peserta
didik pada saat pembelajaran berlangsung, kemampuan menyampaikan pendapat, juga
2) aspek kerja sama, dan tentu ketepatan peserta didik pada saat menjawab pertanyaan dari
guru.
3) Peserta didik diajukan beberapa pertanyaan dan diminta untuk mengerjakan soal uji
kompetensi:
a) Mengapa beberapa ahli melakukan penelitian manusia purba banyak di bantaran
sungai?
b) Jelaskan ciri dan mengapa hasil penelitian Dubois di Trinil disebut sebagai jenis
Pithecanthropus erectus (kera yang berjalan tegak)?
c) Menurut pendapatmu, bagaimana manusia purba bisa menyebar ke dalam wilayah
Kepulauan Indonesia bahkan sampai ke luar wilayah Kepulauan Indonesia?
d) Buatlah karya ilmiah (dua sampai tiga halaman) dengan tajuk: Sangiran Laboratorium
Manusia Purba.
4) Hasil kerja peserta didik diberi nilai dan komentar

b. Non Tes
1. Lembar pengamatan kerja kelompok
Lampiran

Lembar Pengamatan

LEMBAR PENGAMATAN SIKAP

Mata Pelajaran :..................................................................................................

Kelas/Semester:....................................................................................................

Tahun Ajaran :....................................................................................................

Waktu Pengamatan: ............................................................................................

Sikap yang diintegrasikan dan dikembangkan adalah perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan
santun.

Indikator perkembangan sikap perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan santun.

9. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas
10. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
11. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
12. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas secara terus-menerus dan ajeg/konsisten.
Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.

No. Nama Religius Jujur Tanggung jawab Santun


Siswa
BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

1.

2.

3.

4.

5.

..
Lembar Pengamatan

Rubrik kegiatan Diskusi


Aspek Pengamatan
Nama Meng- Menghargai Jumlah
No. Kerja Nilai Ket.
Siswa komunika Toleransi Keaktifan pendapat Skor
sama
sikan pendapat teman

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Rubrik Penilaian Presentasi


Aspek Penilaian
Nama Sistematika Jumlah
No. Komuni Wawa Keberani Gesture dan Nilai Ket.
Siswa penyam Antusias Skor
Kasi san an penampilan
Paian

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
Format Penilaian Makalah

Struktur Makalah Indikator Nilai

Menunjukkan dengan tepat isi :


 Latar belakang
Pendahuluan  Rumusan masalah
 Tujuan penulisan.
 Ketepatan pemilihan gambar
 Orisinalitas makalah
 Mendeskripsikan mengenai Perkembangan manusia
Purba di Indonesia
Isi  Struktur/logikapenulisan disusun dengan jelas sesuai
metode yang dipakai
 Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan komunikatif
 Daftar pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan
(Ilmiah)
 Menghindari sumber (akun) yang belum dikaji secara
ilmiah
 Kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah
Penutup  Saran relevan dengan kajian, dan berisi pesan untuk
peningkatan kepedulian terhadap Peradaban Awal di
Kepulauan Indonesia
Jumlah

Kriteria Penilaian untuk masing-masing indikator:


∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Sangat sesuai 4
Skor Maksimal (48)
Sesuai 3
Cukup 2
Kurang 1

J. SUMBER BELAJAR
- Indonesia. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.Sejarah Indonesia. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013.
- Power point
- LCD
- Internet

Cibinong, Juli 2013


Mengetahui
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran

Dr,Bambang Supriadi, M.Pd Muhamad Yusup, S.Pd


NIP. 196911081995121001 NIP.
Lampiran : RINGKASAN MATERI PERTEMUAN 3 DAN 4

Mengenal Manusia Purba


Mengamati lingkungan

Pernahkah kamu mendengar tentang Situs Manusia Purba Sangiran? Kini Situs Manusia Purba
Sangiran telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia, tentu ini sangat
membanggakan bangsa Indonesia. Pengakuan tersebut tentu didasari berbagai pertimbangan yang
kompleks. Satu di antaranya karena di wilayah tersebut tersimpan ribuan peninggalan manusia purba
yang menunjukkan proses kehidupan manusia dari masa lalu. Sangiran telah menjadi sentra
kehidupan manusia purba. Berbagai penelitian dari para ahli juga dilakukan di sekitar Sangiran.
Beberapa temuan fosil di Sangiran telah mendorong para ahli untuk terus melakukan penelitian
termasuk di luar Sangiran.

Dari Sangiran kita mengenal beberapa jenis manusia purba di Indonesia. Setelah ditetapkan sebagai
warisan dunia, Situs Manusia Purba Sangiran dikembangkan sebagai pusat penelitian dalam negeri
dan luar negeri, serta sebagai tempat wisata. Selain itu Sangiran juga memberi manfaat kepada
masyarakat di sekitarnya, karena pariwisata di daerah tersebut.

Untuk memahami jenis dan ciri-ciri manusia purba di Indonesia mari kita telaah bacaan berikut ini.

1. Sangiran
2 . Sambungmacan
3 . Sonde
4 . Trinil
5 . Ngandong
7 . Kedung Brubus
8 . Kalibeng
9 . Kabuh
10 . Pucangan
11 . Mojokerto (Jetis-Perning)
Memahami Teks

Peninggalan manusia purba untuk sementara ini yang paling banyak ditemukan berada di Pulau Jawa.
Meskipun di daerah lain tentu juga ada, tetapi para peneliti belum berhasil menemukan tinggalan
tersebut atau masih sedikit yang berhasil ditemukan, misalnya di Flores. Di bawah ini akan dipaparkan
beberapa penemuan penting fosil manusia di beberapa tempat.

1. Sangiran
Perjalanan kisah perkembangan manusia di dunia tidak dapat kita lepaskan dari keberadaan
bentangan luas perbukitan tandus yang berada diperbatasan Kabupaten Sragen dan
Kabupaten Karanganyar. Lahan itu dikenal dengan nama Situs Sangiran. Di dalam buku Harry
Widianto dan Truman Simanjuntak, Sangiran Menjawab Dunia diterangkan bahwa Sangiran
merupakan sebuah kompleks situs manusia purba dari Kala Pleistosen yang paling lengkap
dan paling penting di Indonesia, dan bahkan di Asia. Lokasi tersebut merupakan pusat
perkembangan manusia dunia, yang memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia
sejak 150.000 tahun yang lalu. Situs Sangiran itu mempunyai luas delapan kilometer pada
arah utara-selatan dan tujuh kilometer arah timur-barat. Situs Sangiran merupakan suatu
kubah raksasa yang berupa cekungan besar di pusat kubah akibat adanya erosi di bagian
puncaknya. Kubah raksasa itu diwarnai dengan perbukitan yang bergelombang. Kondisi
deformasi geologis itu menyebabkan tersingkapnya berbagai lapisan batuan yang
mengandung fosil-fosil manusia purba dan binatang, termasuk artefak. Berdasarkan materi
tanahnya, Situs Sangiran berupa endapan lempung hitam dan pasir fluvio- volkanik, tanahnya
tidak subur dan terkesan gersang pada musim kemarau.

Gambar 1.6 Von Koeningswald.

Sumber : Phillip V. Tobias, Paläontologische Zeitschrift, December


1983, Volume 57.

Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C. Schemulling tahun 1864,


dengan laporan penemuan fosil vertebrata dari Kalioso, bagian dari
wilayah Sangiran. Semenjak dilaporkan Schemulling situs itu seolah-
olah terlupakan dalam waktu yang lama. Eugene Dubois juga pernah
datang ke Sangiran, akan tetapi ia kurang tertarik dengan temuan-
temuan di wilayah Sangiran. Pada 1934, G.H.R von Koenigswald
menemukan artefak litik di wilayah Ngebung yang terletak sekitar dua
km di barat laut kubah Sangiran. Artefak litik itulah yang kemudian menjadi temuan penting bagi Situs
Sangiran. Semenjak penemuan von Koenigswald, Situs Sangiran menjadi sangat terkenal berkaitan
dengan penemuan-penemuan fosil Homo erectus secara sporadis dan berkesinambungan. Homo
erectus adalah takson paling penting dalam sejarah manusia, sebelum masuk pada tahapan manusia
Homo sapiens, manusia modern.

Situs Sangiran tidak hanya memberikan gambaran tentang evolusi fisik manusia saja, akan tetapi juga
memberikan gambaran nyata tentang evolusi budaya, binatang, dan juga lingkungan. Beberapa fosil
yang ditemukan dalam seri geologis-stratigrafis yang diendapkan tanpa terputus selama lebih dari
dua juta tahun, menunjukan tentang hal itu. Situs Sangiran telah diakui sebagai salah satu pusat
evolusi manusia di dunia. Situs itu ditetapkan secara resmi sebagai Warisan Dunia pada 1996, yang
tercantum dalam nomor 593 Daftar Warisan Dunia (World Heritage List) UNESCO.

Perhatikan baik-baik gambar fosil manusia purba di samping, fosil itu juga disebut sebagai Sangiran 17
sesuai dengan nomor seri penemuannya. Fosil itu merupakan fosil Homo erectus yang terbaik di
Sangiran. Ia ditemukan di endapan pasir fluvio-volkanik di Pucang, bagian wilayah Sangiran. Fosil itu
merupakan dua di antara Homo erectus di dunia yang masih lengkap dengan mukanya. Satu
ditemukan di Sangiran dan satu lagi di Afrika.

Gambar 1.7 Fosil Manusia Purba yang ditemukan di Sangiran

Sumber : Dok. Harry WIdianto Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Saingiran.

2. Trinil, Ngawi, Jawa Timur


Trinil adalah sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, masuk wilayah administrasi
Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Tinggalan purbakala telah lebih dulu ditemukan di daerah ini
jauh sebelum von Koenigswald menemukan Sangiran pada 1934. Ekskavasi yang dilakukan
oleh Eugene Dubois di Trinil telah membawa penemuan sisa-sisa manusia purba yang
sangat berharga bagi dunia pengetahuan. Penggalian Dubois dilakukan pada endapan alluvial
Bengawan Solo. Dari lapisan ini ditemukan atap tengkorak Pithecanthropus erectus, dan
beberapa buah tulang paha (utuh dan fragmen) yang menunjukkan pemiliknya telah berjalan
tegak. Tengkorak Pithecanthropus erectus dari Trinil sangat pendek tetapi memanjang ke
belakang. Volume otaknya sekitar 900 cc, di antara otak kera (600 cc) dan otak manusia
modern (1.200-1.400 cc). Tulang kening sangat menonjol dan di bagian belakang mata,
terdapat penyempitan yang sangat jelas, menandakan otak yang belum berkembang. Pada
bagian belakang kepala terlihat bentuk yang meruncing yang diduga pemiliknya merupakan
perempuan. Berdasarkan kaburnya sambungan perekatan antar tulang kepala, ditafsirkan
inividu ini telah mencapai usia dewasa. Selain tempat- tempat di atas, peninggalan manusia
purba tipe ini juga ditemukan di Perning, Mojokerto, Jawa Timur; Ngandong, Blora, Jawa
Tengah; Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah.

Gambar 1.8 Eugene Dubois yang dalam hidupnya banyak diabdikan untuk menggali fosil manusia
purba

Sumber : Harry Widianto dan Truman Simanjuntak. 2011. Sangiran Menjawab Dunia (Edisi Khusus).
Jawa Tengah: Balai Pelastarian Situs Manusia Purba Sangiran
Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli, dapatlah direkonstruksi beberapa
jenis manusia purba yang pernah hidup di zaman praaksara.

1. Jenis Meganthropus

Jenis manusia purba ini terutama berdasarkan penelitian von Koenigswald di Sangiran tahun
1936 dan 1941 yang menemukan fosil rahang manusia yang berukuran besar. Dari hasil
rekonstruksi ini kemudian para ahli menamakan jenis manusia ini dengan sebutan
Meganthropus paleojavanicus, artinya manusia raksasa dari Jawa. Jenis manusia purba ini
memiliki ciri rahang yang kuat dan badannya tegap. Diperkirakan makanan jenis manusia ini
adalah tumbuh- tumbuhan. Masa hidupnya diperkirakan pada zaman Pleistosen Awal.
2. Jenis Pithecanthropus

Jenis manusia ini didasarkan pada penelitian Eugene Dubois tahun 1890 di dekat Trinil,
sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, di wilayah Ngawi. Setelah direkonstruksi terbentuk
kerangka manusia, tetapi masih terlihat tanda-tanda kera. Oleh karena itu jenis ini dinamakan
Pithecanthropus erectus, artinya manusia kera yang berjalan tegak. Jenis ini juga ditemukan
di Mojokerto, sehingga disebut Pithecanthropus mojokertensis. Jenis manusia purba yang
juga terkenal sebagai rumpun Homo erectus ini paling banyak ditemukan di Indonesia.
Diperkirakan jenis manusia purba ini hidup dan berkembang sekitar zaman Pleistosen Tengah.
Gambar 1.9 Tengkorak Pithecanthropus erectus yang ditemukan di Trinil Sumber : Taufik
Abdullah dan A.B Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah. jilid 1. Jakarta: PT Ichtiar
Baru van Hoeve.
3. Jenis Homo

Fosil jenis Homo ini pertama diteliti oleh von Reitschoten di Wajak. Penelitian dilanjutkan
oleh Eugene Dubois bersama kawan-kawan dan menyimpulkan sebagai jenis Homo. Ciri-ciri
jenis manusia Homo ini muka lebar, hidung dan mulutnya menonjol. Dahi juga masih
menonjol, sekalipun tidak semenonjol jenis Pithecanthropus. Bentuk fisiknya tidak jauh
berbeda dengan manusia sekarang. Hidup dan perkembangan jenis manusia ini sekitar 40.000
– 25.000 tahun yang lalu. Tempat-tempat penyebarannya tidak hanya di Kepulauan Indonesia
tetapi juga di Filipina dan Cina Selatan.

Homo sapiens artinya ‘manusia sempurna’ baik dari segi fisik, volume otak maupun postur badannya
yang secara umum tidak jauh berbeda dengan manusia modern. Kadang-kadang Homo sapiens juga
diartikan dengan ‘manusia bijak’ karena telah lebih maju dalam berfikir dan menyiasati tantangan
alam. Bagaimanakah mereka muncul ke bumi pertama kali dan kemudian menyebar dengan cepat ke
berbagai penjuru dunia hingga saat ini? Para ahli paleoanthropologi dapat melukiskan perbedaan
morfologis antara Homo sapiens dengan pendahulunya, Homo erectus. Rangka Homo sapiens kurang
kekar posturnya dibandingkan Homo erectus. Salah satu alasannya karena tulang belulangnya tidak
setebal dan sekompak Homo erectus.

Gambar 1.10 Homo erectus, Homonid yang lebih maju

Sumber : Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah. jilid I. Jakarta: PT
Ichtiar Baru van Hoeve.
Uraian mengenai jenis-jenis manusia ini selengkapnya dapat juga dibaca pada buku Harry Widianto
dan Truman Simanjuntak, Sangiran Menjawab Dunia

Hal ini mengindikasikan bahwa secara fisik Homo sapiens jauh lebih lemah dibanding sang pendahulu
tersebut. Di lain pihak, ciri-ciri morfologis maupun biometriks Homo sapiens menunjukkan karakter
yang lebih berevolusi dan lebih modern dibandingkan dengan Homo erectus. Sebagai misal, karakter
evolutif yang paling signifikan adalah bertambahnya kapasitas otak. Homo sapiens mempunyai
kapasitas otak yang jauh lebih besar (rata-rata 1.400 cc), dengan atap tengkorak yang jauh lebih
bundar dan lebih tinggi dibandingkan dengan Homo erectus yang mempunyai tengkorak panjang dan
rendah, dengan kapasitas otak 1.000 cc.

Segi-segi morfologis dan tingkatan kepurbaannya menunjukkan ada perbedaan yang sangat nyata
antara kedua spesies dalam genus Homo tersebut. Homo sapiens akhirnya tampil sebagai spesies
yang sangat tangguh dalam beradaptasi dengan lingkungannya, dan dengan cepat menghuni berbagai
permukaan dunia ini.

Berdasarkan bukti-bukti penemuan, sejauh ini manusia modern awal di Kepulauan Indonesia dan Asia
Tenggara paling tidak telah hadir sejak 45.000 tahun yang lalu. Dalam perkembangannya, kehidupan
manusia modern ini dapat dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu (i) kehidupan manusia modern
awal yang kehadirannya hingga akhir zaman es (sekitar 12.000 tahun lalu), kemudian dilanjutkan oleh
(ii) kehidupan manusia modern yang lebih belakangan, dan berdasarkan karakter fisiknya dikenal
sebagai ras Austromelanesoid. (iii) mulai di sekitar 4000 tahun lalu muncul penghuni baru di
Kepulauan Indonesia yang dikenal sebagai penutur bahasa Austronesia. Berdasarkan karakter
fisiknya, makhluk manusia ini tergolong dalam ras Mongolid. Ras inilah yang kemudian berkembang
hingga menjadi bangsa Indonesia sekarang.

Beberapa spesimen (penggolongan) manusia Homo sapiens dapat dikelompokkan sebagai berikut,

a. Manusia Wajak Manusia Wajak (Homo wajakensis) merupakan satu- satunya temuan di Indonesia
yang untuk sementara dapat disejajarkan perkembangannya dengan manusia modern awal dari akhir
Kala Pleistosen. Pada tahun 1889, manusia Wajak ditemukan oleh B.D. van Rietschoten di sebuah
ceruk di lereng pegunungan karst di barat laut Campurdarat, dekat Tulungagung, Jawa Timur.

b. Manusia Liang Bua


Pengumuman tentang penemuan manusia Homo floresiensis tahun 2004 menggemparkan dunia ilmu
pengetahuan. Sisa-sisa manusia ditemukan di sebuah gua Liang Bua oleh tim peneliti gabungan
Indonesia dan Australia. Sebuah gua permukiman prasejarah di Flores. Liang Bua bila diartikan secara
harfiah merupakan sebuah gua yang dingin. Sebuah gua yang sangat lebar dan tinggi dengan
permukaan tanah yang datar, merupakan tempat bermukim yang nyaman bagi manusia pada masa
praaksara. Hal itu bisa dilihat dari kondisi lingkungan sekitar gua yang sangat indah,

Sumber : Direktorat Geografi Sejarah. 2009. Atlas Prasejarah Indonesia Masa Islam, Jakarta:
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Gambar 1.11 Fosil Tengkorak Manusia Purba Flores

Sumber : Direktorat Geografi Sejarah. 2009. Atlas Prasejarah Indonesia Masa Islam, Jakarta:
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

yang berada di sekitar bukit dengan kondisi tanah yang datar di depannya. Liang Bua merupakan
sebuah temuan manusia modern awal dari akhir masa Pleistosen di Indonesia yang menakjubkan
yang diharapkan dapat menyibak asal usul manusia di Kepulauan Indonesia.
Manusia Liang Bua ditemukan oleh Peter Brown dan Mike J. Morwood pada bulan September 2003
lalu. Temuan itu dianggap sebagai penemuan spesies baru yang kemudian diberi nama Homo
floresiensis, sesuai dengan tempat ditemukannya fosil manusia Liang Bua.

Pada tahun 1950-an, Th. Verhoeven lebih dahulu menemukan beberapa fragmen tulang manusia di
Liang Bua. Saat itu ia menemukan tulang iga yang berasosiasi dengan berbagai alat serpih dan
gerabah. Tahun 1965, ditemukan tujuh buah rangka manusia beserta beberapa bekal kubur yang
antara lain berupa beliung dan barang-barang gerabah. Diperkirakan Liang Bua merupakan sebuah
situs neolitik dan paleometalik. Manusia Liang Bua mempunyai ciri tengkorak yang panjang dan
rendah, berukuran kecil, dengan volume otak 380 cc. Kapasitas kranial tersebut berada jauh di bawah
Homo erectus (1.000 cc), manusia modern Homo sapiens (1.400 cc), dan bahkan berada di bawah
volume otak simpanse (450 cc). Untuk memahami lebih lanjut, kamu juga dapat membaca buku
Taufik Abdullah dan Adrian B. Lapian (ed), Indonesia Dalam Arus Sejarah, Jilid I, dan buku Harry
Widianto dan Truman Simanjuntak, Jejak Langkah Setelah Sangiran (Edisi Khusus).
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 4 CIBINONG
Jln. Karadenan No. 5 Cibinong Telp/Fax. ( 0251 ) 8654347 Bogor 16913
http://www.sman2cibinong.sch.id email: sman2cibinong@sman2cibinong.sch.id

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )
Satuan Pendidikan : SMA N 4 CIBINONG
Kelas/Semester : X/I
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Perkembangan Teknologi Bebatuan sampai Zaman
Mesolithicum
Pertemuan : 5

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama,toleran,damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar
2.1. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada zaman
pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.5. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah
3.4. Menganalisis berdasarkan tipologi hasil budaya Praaksara Indonesia termasuk yang
berada di lingkungan terdekat.
4.2. Menyajikan hasil penalaran mengenai corak kehidupan masyarakat pada zaman
praaksara dalam bentuk tulisan.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Menunjukan sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil Pra Aksara di Indonesia
2. Menunjukan sikap peduli terhadap peninggalan hasil Pra Aksara di Indonesia
3. Menunjukan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
4. Menunjukan sikap bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah
5. Mendeskripsikan hasil-hasil kebudayaan Pacitan
6. Mendeskripsikan hasil-hasil kebudayaan Ngandong
7. Menganalisis kehidupan masa mesolithicum dengan kebudayaan Kjokkenmondinger
8. Menganalisis hasil kebudayaan Abris Souche Roche
9. Melaporkan perkembangan hasil teknologi pada masa Paleolithicum dan Neolithicum

D. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati dan membaca referensi siswa dapat :
1. Menunjukan sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil Pra Aksara di Indonesia
2. Menunjukan sikap peduli terhadap peninggalan hasil Pra Aksara di Indonesia
3. Menunjukan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
4. Menunjukan sikap bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah
5. Menganalisis pembabakan waktu zaman teknologi bebatuan
6. Menganalisis hasil-hasil kebudayaan zaman Paleolithicum
7. Menganalisis perkembangan teknologi bebatuan zaman mesolithicum

E. Materi Ajar
1. Nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME berupa peninggalan hasil budaya pada masa
Paleolithicum dan Mesolithicum di Indonesia
2. sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil Pra Aksara di Indonesia
3. sikap peduli terhadap peninggalan hasil Pra Aksara di Indonesia
4. sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
5. sikap bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
6. kebudayaan Pacitan
7. Kebudayaan Ngandong
8. Kebudayaan Kjokken Moddinger
9. Kebudayaan Abris Souche Roche

F. Alokasi Waktu
2 X 45 Menit

G. Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran


a. Pendekatan : Scientific Approach
b. Strategi : Cooperative learning tipe Jigsaw
c. Metode : Ceramah, diskusi,Tanya Jawab, penugasan

H. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Alokasi


Waktu
 Memberikan Salam
 Menyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk belajar (
Pendahuluan menciptakan suasana kondusif ) 10
 Melakukan Absensi ( menyakan kehadiran Siswa ) Menit
 Mempersilahkan salah satu siswa untuk memimpin doa
 Guru menunjukan gambar peralatan dari Batu
 Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus
dikuasai peserta didik, serta menekankan pelajaran ini lebih pada
pemaknaan dan penerapan, bukan bersifat hafalan
 Memberikan informasi peserta didik akan dibagi menjadi 4
kelompok
 Menayangkan gambar hasil-hasil kebudayaan pada masa
Paleolithicum dan Mesolithicum
 penjelasan singkat mengenai pembabakan waktu zaman teknologi
bebatuan
 siswa mendapatkan penjelasan tentang proses pelaksanaan tekhnik
Jigsaw
 siswa dibagi menjadi 4 kelompok ( kelompok awal/kelompok kecil )
 Setiap kelompok mendapatkan tugas :
 Kelompok I , hasil – hasil budaya beserta ciri-cirinya dari 60
Inti kebudayaan Pacitan Menit
 Kelompok II , hasil – hasil budaya beserta ciri-cirinya dari
kebudayaan Ngandong
 Kelompok III , hasil – hasil budaya beserta ciri-cirinya dari
kebudayaan Kjokkenmoddinger
 Kelompok I , hasil – hasil budaya beserta ciri-cirinya dari
kebudayaan Abris Souche Roche
 Masing-masing siswa yang memiliki wacana / tugas yang sama
berkumpul dalam satu kelompok ( kelompok besar / kelompok ahli )
 Setiap siswa mencatat hasil diskusinya dan kembali ke kelompok
awal
 Dalam kelompok awal dilaporkan hasil diskusi kelompok ahli dan
semua anggota kelompok mencatat hasil kelompok ahli
 Laporan hasil kerja kelompok, dengan cara guru secara acak untuk
melaporkan hasil diskusi kelompok ,sampai semua masalah selesai
dibahas
 Siswa yang lain menanggapi

o Klarifikasi/kesimpulan siswa dibantu oleh guru menyimpulkan


materi Perkembangan Teknologi pada masa paleolithicum dan
Mesolithicum
o Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran 20
Penutup o Siswa membuat tugas mencari gambar dari Media Massa atau Menit
Internet tentang hasil-hasil budaya dan teknologi pada masa
paleolithicum dan Mesolithicum ( tugas kelompok dikumpulkan 2
minggu yang akan dating )
o Mengucapkan salam

I. Penilaian Hasil Belajar


a. Tes
- Uraian (Terlampir)
- Pilihan Ganda ( Terlampir )
b. Non Tes
- Lembar pengamatan Kerja Kelompok
- Lembar Pengamatan Presentasi
- Membuat Kliping minimal 8 lembar mengenai Hasil-hasil Teknologi manusia pada
masa Paleolithicum dan Mesolithicum

J. Alat dan Sumber Belajar


- Alat dan Bahan
 White Board
 LCD
 Spidol
 Power Point
- Sumber Belajar
 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,Buku Guru Sejarah
Indonesia kelas X, Jakarta, 2013
 Soekmono,R.1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1.Yogyakarta.
Kanisius
 Djoened Poesponegoro, Marwati, dan Nugroho Notosusanto.2009. Sejarah
Nasional Indonesia I. Jakarta. Balai Pustaka

Cibinong, Juli 2013


Mengetahui
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran

Dr,Bambang Supriadi, M.Pd Muhamad Yusup, S.Pd


NIP. 196911081995121001 NIP.
Lampiran

Lembar Pengamatan

LEMBAR PENGAMATAN SIKAP

Mata Pelajaran :..................................................................................................

Kelas/Semester:....................................................................................................

Tahun Ajaran :....................................................................................................

Waktu Pengamatan: ............................................................................................

Sikap yang diintegrasikan dan dikembangkan adalah perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan
santun.

Indikator perkembangan sikap perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan santun.

13. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas
14. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
15. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
16. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas secara terus-menerus dan ajeg/konsisten.
Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.

No. Nama Religius Jujur Tanggung jawab Santun


Siswa
BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

1.

2.

3.

4.

5.

..
Lembar Pengamatan

Rubrik kegiatan Diskusi


Aspek Pengamatan
Nama Meng- Menghargai Jumlah
No. Kerja Nilai Ket.
Siswa komunika Toleransi Keaktifan pendapat Skor
sama
sikan pendapat teman

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Rubrik Penilaian Presentasi


Aspek Penilaian
Nama Sistematika Jumlah
No. Komuni Wawa Keberani Gesture dan Nilai Ket.
Siswa penyam Antusias Skor
Kasi san an penampilan
Paian

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Format Penilaian Makalah

Struktur Makalah Indikator Nilai

Menunjukkan dengan tepat isi :


 Latar belakang
Pendahuluan  Rumusan masalah
 Tujuan penulisan.
 Ketepatan pemilihan gambar
 Orisinalitas makalah
 Mendeskripsikan mengenai Perkembangan manusia
Purba di Indonesia
Isi  Struktur/logikapenulisan disusun dengan jelas sesuai
metode yang dipakai
 Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan komunikatif
 Daftar pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan
(Ilmiah)
 Menghindari sumber (akun) yang belum dikaji secara
ilmiah
 Kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah
 Saran relevan dengan kajian, dan berisi pesan untuk
Penutup peningkatan kepedulian terhadap Peradaban Awal di
Kepulauan Indonesia
Jumlah

Kriteria Penilaian untuk masing-masing indikator:


∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Sangat sesuai 4
Skor Maksimal (48)
Sesuai 3
Cukup 2
Kurang 1
Lampiran : Ringkasan Materi

Perkembangan Teknologi

Mengamati Lingkungan

Coba amati gambar di dibawah ini. Gambar apa dan untuk apa kira-kira? Gambar itu merupakan
gambar peralatan rumah tangga yang sudah sangat lama dikenal di lingkungan ibu rumah tangga di
Indonesia, apalagi di Jawa. Yang jelas peralatan itu terbuat dari batu yang merupakan warisan nenek
moyang. Peralatan dari batu ini sampai sekarang masih digunakan oleh masyarakat kita

Gambar 1.13 Cobek, peralatan dari batu yang masih digunakan sampai sekarang

Sumber : Florentina Lenny Kristiani dalam http://klubnova.tabloidnova.com/KlubNova/


Artikel/Aneka-Tips/Tips-Rumah/Cara-pilih-cobek- batu diunduh tanggal 19 Mei 2013, pukul 10:09

Berikut ini kita akan membahas tentang teknologi bebatuan yang telah dikembangkan sejak
kehidupan manusia purba.

Memahami Teks

Perlu kamu ketahui bahwa sekalipun belum mengenal tulisan manusia purba sudah mengembangkan
kebudayaan dan teknologi. Teknologi waktu itu bermula dari teknologi bebatuan yang digunakan
sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan. Dalam praktiknya peralatan atau teknologi bebatuan
tersebut dapat berfungsi serba guna. Pada tahap paling awal alat yang digunakan masih bersifat
kebetulan dan seadanya serta bersifat trial and eror. Mula-mula mereka hanya menggunakan benda-
benda dari alam terutama batu. Teknologi bebatuan pada zaman ini berkembang dalam kurun waktu
yang begitu panjang. Oleh karena itu, para ahli kemudian membagi kebudayaan zaman batu di era
praaksara ini menjadi beberapa zaman atau tahap perkembangan. Dalam buku R. Soekmono,
Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I, dijelaskan bahwa kebudayaan zaman batu ini dibagi
menjadi tiga yaitu, Paleolitikum, Mesolitikum dan Neolitikum.

1. Antara Batu dan Tulang

Peralatan pertama yang digunakan oleh manusia purba adalah alat-alat dari batu yang seadanya dan
juga dari tulang. Peralatan ini berkembang pada zaman paleolitikum atau zaman batu tua. Zaman
batu tua ini bertepatan dengan zaman neozoikum terutama pada akhir zaman Tersier dan awal
zaman Quartair. Zaman ini berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Zaman ini merupakan zaman
yang sangat penting karena terkait dengan munculnya kehidupan baru, yakni munculnya jenis
manusia purba. Zaman ini dikatakan zaman batu tua karena hasil kebudayaan terbuat dari batu yang
relatif masih sederhana dan kasar. Kebudayaan zaman Paleolitikum ini secara umum ini terbagi
menjadi Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong.

a. Kebudayaan Pacitan

Gambar 1.15 Pahat genggam (hand adze): Alat batu inti yang dicirikan oleh bentuk alat yang persegi
atau bujur sangkar dengan tajaman yang tegak lurus pada sumbu alat. Selain itu dikenal pula Kapak
genggam awal (proto-hand axe), Kapak genggam (hand axe).

Sumber: Direktorat Geografi Sejarah. 2009. Atlas Prasejarah Indonesia. Jakarta: Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata.

Sumber: Direktorat Geografi Sejarah. 2009. Atlas Prasejarah Indonesia. Jakarta: Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata.

Gambar 1.14 Kapak perimbas (chopper): Alat batu inti atau serpih yang dicirikan oleh tajaman
monofasial yang membulat, lonjong, atau lurus, dihasilkan melalui pangkasan pada satu bidang dari
sisi ujung (distal) ke arah pangkal (proksimal). Ciri yang membedakan kapak perimbas dengan serut
adalah ukuran dimana serut yang kasar dan masif digolongkan sebagai kapak perimbas, sementara
yang halus dan kecil digolongkan serut.

Sumber : Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah. jilid I. Jakarta: PT
Ichtiar Baru van Hoeve. Jakarta
Sumber: Harry Widianto dan Truman Simanjuntak. 2011. Sangiran Menjawab Dunia (Edisi Khusus).
Jawa Tengah: Balai Pelastarian Situs Manusia Purba Sangiran Gambar 1.16 Artefak dari tulang Gambar
1.17 Artefak jenis flakke

Kebudayaan ini berkembang di daerah Pacitan, Jawa Timur. Beberapa alat dari batu ditemukan di
daerah ini. Seorang ahli, von Koenigwald dalam penelitiannya pada tahun 1935 telah menemukan
beberapa hasil teknologi bebatuan atau alat-alat dari batu di daerah Punung. Alat batu itu masih
kasar, dan bentuk ujungnya agak runcing, tergantung kegunaannya. Alat batu ini sering disebut
dengan kapak genggam atau kapak perimbas. Kapak ini digunakan untuk menusuk binatang atau
menggali tanah saat mencari umbi-umbian. Di samping kapak perimbas, di Pacitan juga ditemukan
alat batu yang disebut dengan chopper sebagai alat penetak. Di Pacitan juga ditemukan alat-alat
serpih.

b. Kebudayaan Ngandong

Kebudayaan Ngandong berkembang di daerah Ngandong dan juga Sidorejo, dekat Ngawi. Di daerah
ini banyak ditemukan alat-alat dari batu dan juga alat-alat dari tulang. Alat-alat dari tulang ini berasal
dari tulang binatang dan tanduk rusa yang diperkirakan digunakan sebagai penusuk atau belati. Selain
itu, ditemukan juga alat-alat seperti tombak yang bergerigi. Di Sangiran juga ditemukan

alat-alat dari batu, bentuknya indah seperti kalsedon. Alat- alat ini sering disebut dengan flakke.
Sebaran artefak dan peralatan paleolitik cukup luas sejak dari daerah-daerah di Sumatra,
Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Halmahera.

2. Antara Pantai dan Gua

Zaman batu terus berkembang memasuki zaman batu madya atau batu tengah yang dikenal zaman
mesolitikum. Hasil kebudayaan batu madya ini sudah lebih maju apabila dibandingkan hasil
kebudayaan zaman paleolitikum. Sekalipun demikian bentuk dan hasil-hasil kebudayaan zaman
paleolitikum (batu tua) tidak serta merta punah tetapi mengalami penyempurnaan. Bentuk

Sumber: Direktorat Geografi Sejarah. 2009. Atlas Prasejarah Indonesia. Jakarta: Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata.

Gambar 1.18 Artefak yang ditemukan di situs Ngebung

Sumber: Direktorat Geografi Sejarah. 2009. Atlas Prasejarah Indonesia. Jakarta: Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata.

flakke dan alat-alat dari tulang terus mengalami perkembangan. Secara garis besar kebudayaan
mesolitikum ini terbagi menjadi dua kelompok besar yang ditandai lingkungan tempat tinggal, yakni
di pantai dan di gua.

a. Kebudayaan Kjokkenmoddinger.
Kjokkenmoddinger istilah dari bahasa Denmark, kjokken berarti dapur dan modding dapat
diartikan sampah (kjokkenmoddinger = sampah dapur). Dalam kaitannya dengan budaya
manusia, kjokkenmoddinger merupakan tumpukan timbunan kulit siput dan kerang yang
menggunung di sepanjang pantai Sumatra Timur antara Langsa di Aceh sampai Medan. Dengan
kjokkenmoddinger ini dapat memberi informasi bahwa manusia purba zaman mesolitikum
umumnya
Gambar 1.19 Kjokkenmoddinger yang terdapat di Pulau Bintan, Kep. Riau

Gambar 1.20 Kapak Genggam

Sumber : Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah. jilid I. Jakarta. PT
Ichtiar Baru van Hoeve

bertempat tinggal di tepi pantai. Pada tahun 1925 Von Stein Callenfals melakukan penelitian di bukit
kerang itu dan menemukan jenis kapak genggam (chopper) yang berbeda dari chopper yang ada di
zaman paleolitikum. Kapak genggam yang ditemukan di bukit kerang di pantai Sumatra Timur ini
diberi nama pebble atau lebih dikenal dengan Kapak Sumatra. Kapak jenis pebble ini terbuat dari batu
kali yang pecah, sisi luarnya dibiarkan begitu saja dan sisi bagian dalam dikerjakan sesuai dengan
keperluannya. Di samping kapak jenis pebble juga ditemukan jenis kapak pendek dan jenis batu
pipisan (batu-batu alat penggiling). Di Jawa batu pipisan ini umumnya untuk menumbuk dan
menghaluskan jamu.

c. Kebudayaan Abris Sous Roche

Kebudayaan abris sous roche merupakan hasil kebudayaan yang ditemukan di gua-gua. Hal ini
mengindikasikan bahwa manusia purba pendukung kebudayaan ini tinggal di gua-gua.
Kebudayaan ini pertama kali dilakukan penelitian oleh Von Stein Callenfels di Gua Lawa dekat
Sampung, Ponorogo. Penelitian dilakukan tahun 1928 sampai 1931. Beberapa hasil teknologi
bebatuan yang ditemukan misalnya ujung panah, flakke, batu penggilingan. Juga ditemukan alat-
alat dari tulang dan tanduk rusa. Kebudayaan abris sous roche ini banyak ditemukan misalnya di
Besuki, Bojonegoro, juga di daerah Sulawesi Selatan seperti di Lamoncong.
Gambar 1.21 Batu Pipihan

Sumber : Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah. jilid I. Jakarta: PT
Ichtiar Baru van Hoeve. Jakarta

Untuk mengetahui lebih dalam tentang Kebudayaan Kjokkenmoddinger dan Kebudayaan Abris Sous
Roche ini kamu dapat membaca buku R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia

B.EVALUASI HASIL
SOAL URAIAN

1. Mengapa manusia Purba membuat peralatan dari Bebatuan, kayu dan Tulang ?
2. Peralatan yang dibuat oleh manusia purba dari batu dapat digunakan sebagai alat serba guna,
coba jelaskan dan beri contoh !
3. Bagaimanakah sikap anda sebagai seorang pelajar apabila ada peningalan masayarakat pada
masa pra aksara yang tidak terpelihara ?
4. Adakah perbedaan antara hasil teknologi kebudayaan pacitan dan hasil teknologi dari
kebudayaan Ngandong?
5. Mengapa manusia purba pada masa mesolithicum lebih banyak yang menjadikan gua sebagai
tempat tinggal mereka ???
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 4 CIBINONG
Jln. Karadenan No. 5 Cibinong Telp/Fax. ( 0251 ) 8654347 Bogor 16913
http://www.sman2cibinong.sch.id email: sman2cibinong@sman2cibinong.sch.id

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )
Satuan Pendidikan : SMA N 4 CIBINONG
Kelas/Semesters : X/I
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Revolusi Kebudayaan Zaman Neolithicum
Pertemuan : 6

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama,toleran,damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar
1.1 Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya.
1.2 Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
2.1 Menunjukkan sikaptanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada zaman
pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.3 Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah
3.4 Menganalisis berdasarkan tipologi hasil budaya Praaksara Indonesia termasuk yang
berada di lingkungan terdekat.
4.4 Menalar informasi mengenai hasil budaya Praaksara Indonesia termasuk yang berada di
lingkungan terdekat danmenyajikannya dalam bentuk tertulis.
C. Indikator pencapaian kompetensi
1. Menunjukkan nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME berupa peninggalan hasil
budaya masapraaksara di Indonesia
2. Menunjukkannilai-nilaitoleransiantarumatberagamadengansaling
menghargaipeninggalanhasil budaya masa praaksara di Indonesia
3. Menunjukkansikaptanggungjawabterhadappeninggalanhasilbudaya masa Praaksara
diIndonesia
4. Menunjukkan sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya masa praaksara di
Indonesia
5. Menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
6. Menunjukkan sikap tanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah
7. Menganalisis perkembangan perkembangan kebudayaan zaman neolitikum
8. Menganalisis makna revolusi kebudayaan zaman neolitikum
9. Menganalisis manusia pendukung kebudayaan neolitikum
10. Melaporkan jenis-jenis peninggalan budaya masa praaksara secara tertulis

D. Tujuan pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati dan membaca referensi siswa dapat :
1. Menunjukkansikaptanggungjawabterhadap peninggalan hasil budaya masa praaksara
diIndonesia
2. Menunjukkan sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya masa praaksara di Indonesia
3. Menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
4. Menunjukan sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah
5. Menganalisis perkembangan perkembangan kebudayaan zaman neolitikum
6. Menganalisis makna revolusi kebudayaan zaman neolitikum
7. Menganalisis manusia pendukung kebudayaan neolitikum
8. Melaporkan jenis-jenis peninggalan budaya masa praaksara secara tertulis

E. Materi ajar
1. Nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME berupa peninggalan hasil budaya masa praaksara
di Indonesia
2. Sikaptanggungjawabterhadap peninggalan hasil budaya masa praaksara di Indonesia
3. Sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya masa praaksara di Indonesia
4. Sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
5. Sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
6. Perkembangan perkembangan kebudayaan zaman neolitikum
7. Makna revolusi kebudayaan zaman neolitikum
8. Jenis-jenis manusia pendukung kebudayaan neolitikum
F. Alokasi Waktu
2 x 45 menit

G. Pendekatan, Strategi dan Metode pembelajaran


Pendekatan : Saintifik
Strategi : Cooperative learning Tife Jigsaw
Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan

H. Kegiatan Pembelajaran
ALOKASI
KEGIATAN DESKRIPSI
WAKTU
1) Kelas dipersiapkan agar lebih kondusif untuk proses belajar
mengajar (kerapian dan,kebersihan ruang kelas,presensi,
Pendahuluan menyiapkan media dan alat serta buku yang diperlukan). 15’
2) Sebagaia persepsi peserta didik diajukan pertanyaan terkait
pelajaran minggu ke-5 oleh guru:coba sebutkan beberapa contoh
kebudayaan zaman mesolitikum?
3) Guru menyampaikan topik tentang “Sebuah Revolusi” dan guru
memberi motivasi pentingnya topik ini.
4) Peserta didik dapat disampaikan contoh produk dari sebuah
revolusi kebudayaan yang ada pada saat ini. Contohnya dalam
teknologi komunikasi ada surat elektronik atau email. Manusia
tidaklagi harus berkirim surat dalam waktu lama. Guru dapat
mencontohkan produk revolusi kebudayaan lainnya.
5) Guru menyampaikan tujuan dan kompetensi yang harus dikuasai
para peserta didik. Guru menekankan pelajaran ini lebih pada
pemaknaan dan penerapan, bukan hafalan.
6) Peserta didik dibagi menjadi enam kelompok (kelompok I, II, III, IV,
V, VI

1) Peserta didik dijelaskan secara singkat tentang perkembangan


kebudayaan pada zaman neolitikum dan manusia pendukungnya.
2) Peserta didik diberikan tugas untuk bekerja di kelompok masing-
masing. Guru meminta kelompok I dan III mendiskusikan dan
Inti merumuskan tentang pekembangan hasil-hasil kebudayaan zaman
neolitikum.Kelompok II dan IV mendiskusikan dan merumuskan 60
tentang makna revolusi kebudayaan zaman neolitikum dengan
menunjukkan bukti-buktinya.Kelompok V dan VI mendiskusikan
tentang manusia pendukung kebudayaan neolitikum. Waktu
diskusi kelompok 30 menit.
3) KelompokI dan III diperintahkan untuk mempresentasi hasil diskusi
masing-masing tentang perkembangan kebudayaan zaman
neolitikum. Kelompok II dan IV mempresentasikan tentang makna
revolusi kebudayaan zaman neolitikum. Kelompok V dan VI
mempresentasikan hasil rumusan diskusinya tentang manusia
pendukung kebudayaan neolitikum
1) Peserta didik diberikan ulasan singkat tentang materi yang baru
saja didiskusikan
2) Peserta didik dapat ditanya apakah sudah memahami materi
Penutup tersebut. 15’
3) Peserta didik diberikan pertanyaan lisan secara acak untuk
mendapatkan umpan balik dari peserta didik,apa hasil kebudayaan
yang terkenal zaman neolitikum?
4) Sebagai releksi guru memberikan kesimpulan tentang pelajaran
yang baru saja berlangsung serta menanyakan kepada peserta
didik apa manfaat yang dapat diperoleh setelah belajar topik ini
I. Penilaian Hasil Belajar
1. Tes
Soal Uraian
1) Coba kamu diskusikan mengapa manusia purba membuat peralatan dari bebatuan,
kayu, dan tulang?
2) Peralatan yang dibuat oleh manusia purba dari batu dapat digunakan sebagai alat
serba guna, coba jelaskan dan beri contoh.
3) Coba kamu inventarisir alat-alat manusia purba pada pada zaman batu dan masukkan ke
dalam tabel di bawah ini

Daerah
NO Nama Alat Kegunaan Gambar/Lukiskan
Temuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

4) Setelah selesai mengisi tabel di atas kamu lukiskan dalam bentuk peta persebaran
peralatan manusia purba

2. Non tes
1) Lembar pengamatan kerja kelompok
2) Lembar pengamatan presentasi

Cibinong, Juli 2013


Mengetahui
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran

Dr,Bambang Supriadi, M.Pd Muhamad Yusup, S.Pd


NIP. 196911081995121001 NIP.
Lampiran

Lembar Pengamatan

LEMBAR PENGAMATAN SIKAP

Mata Pelajaran :..................................................................................................

Kelas/Semester:....................................................................................................

Tahun Ajaran :....................................................................................................

Waktu Pengamatan: ............................................................................................

Sikap yang diintegrasikan dan dikembangkan adalah perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan
santun.

Indikator perkembangan sikap perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan santun.

1. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas
2. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
3. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
4. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas secara terus-menerus dan ajeg/konsisten.
Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.

No. Nama Religius Jujur Tanggung jawab Santun


Siswa
BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

1.

2.

3.

4.

5.

..
Lembar Pengamatan

Rubrik kegiatan Diskusi


Aspek Pengamatan
Nama Meng- Menghargai Jumlah
No. Kerja Nilai Ket.
Siswa komunika Toleransi Keaktifan pendapat Skor
sama
sikan pendapat teman

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Rubrik Penilaian Presentasi


Aspek Penilaian
Nama Sistematika Jumlah
No. Komuni Wawa Keberani Gesture dan Nilai Ket.
Siswa penyam Antusias Skor
Kasi san an penampilan
Paian

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Format Penilaian Makalah

Struktur Makalah Indikator Nilai

Menunjukkan dengan tepat isi :


 Latar belakang
Pendahuluan  Rumusan masalah
 Tujuan penulisan.
 Ketepatan pemilihan gambar
 Orisinalitas makalah
 Mendeskripsikan mengenai Perkembangan manusia
Purba di Indonesia
Isi  Struktur/logikapenulisan disusun dengan jelas sesuai
metode yang dipakai
 Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan komunikatif
 Daftar pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan
(Ilmiah)
 Menghindari sumber (akun) yang belum dikaji secara
ilmiah
 Kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah
Penutup  Saran relevan dengan kajian, dan berisi pesan untuk
peningkatan kepedulian terhadap Peradaban Awal di
Kepulauan Indonesia
Jumlah

Kriteria Penilaian untuk masing-masing indikator:


∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Sangat sesuai 4
Skor Maksimal (48)
Sesuai 3
Cukup 2
Kurang 1
RINGKASAN MATERI

Sebuah Revolusi

Perkembangan zaman batu yang dapat dikatakan paling penting dalam kehidupan manusia adalah
zaman batu baru atau neolitikum. Pada zaman neolitikum yang juga dapat dikatakan sebagai zaman
batu muda. Pada zaman ini telah terjadi “revolusi kebudayaan”, yaitu terjadinya perubahan pola
hidup manusia. Pola hidup food gathering digantikan dengan pola food producing. Hal ini seiring
dengan terjadinya perubahan jenis pendukung kebudayaanya. Pada zaman ini telah hidup jenis Homo
sapiens sebagai pendukung kebudayaan zaman batu baru. Mereka mulai mengenal bercocok tanam
dan beternak sebagai proses untuk menghasilkan atau memproduksi bahan makanan. Hidup
bermasyarakat dengan bergotong royong mulai dikembangkan. Hasil kebudayaan yang terkenal di
zaman neolitikum ini secara garis besar dibagi menjadi dua tahap perkembangan.

a. Kebudayaan kapak persegi


Nama kapak persegi berasal dari penyebutan oleh von Heine Gelderen. Penamaan ini dikaitkan
dengan bentuk alat tersebut. Kapak persegi ini berbentuk persegi panjang dan ada juga yang
berbentuk trapesium. Ukuran alat ini juga bermacam-macam. Kapak persegi yang besar sering
disebut dengan beliung atau pacul (cangkul), bahkan sudah ada yang diberi tangkai sehingga
persis seperti cangkul zaman sekarang. Sementara yang berukuran kecil dinamakan tarah atau
tatah Penyebaran alat-alat ini terutama di Kepulauan Indonesia bagian barat, seperti Sumatra,
Jawa dan Bali. Diperkirakan sentra- sentra teknologi kapak persegi ini ada di Lahat (Palembang),
Bogor, Sukabumi, Tasikmalaya (Jawa Barat), kemudian Pacitan-Madiun, dan di Lereng Gunung
Ijen (Jawa Timur). Yang menarik, di Desa Pasirkuda dekat Bogor juga ditemukan batu asahan.
Kapak persegi ini cocok sebagai alat pertanian

Gambar 1.22 Kapak persegi

Gambar Kapak persegi Sumber : Direktorat Geografi Sejarah. Atlas Prasejarah. Jakarta: Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata. 2009

b. Kebudayaan kapak lonjong


Nama kapak lonjong ini disesuaikan dengan bentuk penampang alat ini yang berbentuk lonjong.
Bentuk keseluruhan alat ini lonjong seperti bulat telur. Pada ujung yang lancip ditempatkan
tangkai dan pada bagian ujung yang lain diasah sehingga tajam. Kapak yang ukuran besar sering
disebut walzenbeil dan yang kecil dinamakan kleinbeil. Penyebaran jenis kapak lonjong ini
terutama di Kepulauan Indonesia bagian timur, misalnya di daerah Papua, Seram, dan Minahasa.
Pada zaman neolitikum, di samping berkembangnya jenis kapak batu juga ditemukan barang-
barang perhiasan, seperti gelang dari batu, juga alat-alat gerabah atau tembikar.

Gambar 1.23. Gambar Kapak Lonjong

Perlu kamu ketahui bahwa manusia purba waktu itu sudah memiliki pengetahuan tentang
kualitas bebatuan untuk peralatan. Penemuan dari berbagai situs menunjukkan bahan yang
paling sering dipergunakan adalah jenis batuan kersikan (silicified stones), seperti gamping
kersikan, tufa kersikan, kalsedon, dan jasper. Jenis-jenis batuan ini di samping keras, sifatnya
yang retas dengan pecahan yang cenderung tajam dan tipis, sehingga memudahkan pengerjaan.
Di beberapa situs yang mengandung fosil-fosil kayu, seperti di Kali Baksoka (Jawa Timur) dan Kali
Ogan (Sumatra Selatan) tampak ada upaya pemanfaatan fosil untuk bahan peralatan. Pada saat
lingkungan tidak menyediakan bahan yang baik, ada kecenderungan untuk memanfaatkan
batuan yang tersedia di sekitar hunian, walaupun kualitasnya kurang baik. Contoh semacam ini
dapat diamati pada situs Kedunggamping di sebelah timur Pacitan, Cibaganjing di Cilacap, dan
Kali Kering di Sumba yang pada umumnya menggunakan bahan andesit untuk peralatan.

Gambar 1.25 Gerabah

Sumber: Direktorat Permuseuman. 1997. Untaian Manik-Manik Nusantara. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.
Gambar 1.26 Perhiasan Batu

Sumber: Direktorat Geografi Sejarah. 2009. Atlas Prasejarah Indonesia. Jakarta: Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata.

c. Perkembangan zaman logam


Mengakhiri zaman batu di masa neolitikum mulailah zaman logam. Sebagai bentuk masa
perundagian. Zaman logam di Kepulauan Indonesia ini agak berbeda bila dibandingkan dengan
yang ada di Eropa. Di Eropa zaman logam ini mengalami tiga fase, zaman tembaga, perunggu dan
besi. Di Kepulauan Indonesia hanya mengalami zaman perunggu dan besi. Zaman perunggu
merupakan fase yang sangat penting dalam sejarah. Beberapa contoh benda-benda kebudayaan
perunggu itu antara lain: kapak corong, nekara, moko, berbagai barang perhiasan. Beberapa
benda hasil kebudayaan zaman logam ini juga terkait dengan praktik keagamaan misalnya
nekara.

Gambar 1.27 Nekara Sumber : Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam Arus
Sejarah. jilid I. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve

Gambar 1.28 Moko Sumber : Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam Arus
Sejarah. jilid I. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 4 CIBINONG
Jln. Karadenan No. 5 Cibinong Telp/Fax. ( 0251 ) 8654347 Bogor 16913
http://www.sman2cibinong.sch.id email: sman2cibinong@sman2cibinong.sch.id

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )
Satuan Pendidikan : SMA N 4 CIBINONG
Kelas/Semester : X/I
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Pola Hunian Manusia Masa Praaksara
Pertemuan : 7

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama,toleran,damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar
2.1 Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya.
2.2 Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
2.2 Berlaku jujur dan bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran
sejarah
3.2 Memahami corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara
3.4 Menganalisis berdasarkan tipologi hasil budaya praaksara Indonesia termasuk yang
berada dilingkungan terdekat
4.2 Menyajikan hasil penalaran mengenai corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara
dalam bentuk tulisan
4.4 Menalar informasi mengenai hasil budaya praaksara Indonesia termasuk yang berada
dilingkungan terdekat dan menyajikannya dalam bentuk tertulis.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Menunjukkan nilai – nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME dengan membandingkan pola
hunian zaman praaksara dengan pola hunian sekarang
2. Mendeskripsikan pola hunian manusia praaksara
3. Mendeskripsikan keterkaitan antara pola hunian dengan mata pencaharian manusia
praaksara

D. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi , mengamati, dan membaca referensi siswa dapat :
1. Mendeskripsikan pola hunian manusia praaksara
2. Menganalisis keterkaitan antara pola hunian dengan mata pencaharian manusia
praaksara

E. Materi Ajar
1. Nilai – nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME dengan membandingkan pola hunian manusia
praaksara
2. Sikap jujur dalam mengerjakan tugas – tugas dari pembelajaran sejarah
3. Sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugas – tugas dari pembelajaran sejarah
4. Pola hunian manusia praaksara
5. keterkaitan antara pola hunian dengan mata pencaharian manusia praaksara

F. Alokasi Waktu
2 X 45 menit

G. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran


Pendekatan : Saintifik
Strategi : Cooperative Jigsaw
Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, dan Penugasan

H. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
Pendahuluan 1. Kelas dipersiapkan agar lebih kondusif untuk proses
belajar mengajar (kerapian dan kebersihan ruang
kelas, presensi, menyiapkan media dan alat serta buku
yang diperlukan).
2. Peserta didik ditanya tugas minggu lalu tentang 10
persebaran kapak lonjong dan kapak persegi yang juga menit
ada kaitannya dengan mata pencaharian manusia
praaksara.
3. Guru menyampaikan topik tentang “Pola hunian
manusia praaksara” dan memberi motivasi pentingnya
topik ini.
4. Guru menyampaikan tujuan dan kompetensi yang
harus dikuasai para peserta didik. Guru perlu
menekankan bahwa pembelajaran ini lebih pada
pemaknaan bukan hafalan.

1. Peserta didik dijelaskan tentang pola hunian manusia


zaman praaksara. Pada mulanya mereka tinggal di
tempat terbuka umumnya di tepi sungai. Peserta didik
juga dijelaskan mengapa mereka banyak tinggal di tepi 60
Inti sungai. Kaitannya di tempat terbuka ini juga ada yang menit
tinggal di tepi pantai. Peserta didik diminta guru untuk
menunjukkan buktinya. Dalam perkembangannya ada
yang tinggal di gua-gua. Fase ini merupakan masa
transisi sebelum mereka bertempat tinggal tetap.
Selain itu peserta didik juga dijelaskan kaitan antara
pola hunian dengan mata pencaharian manusia
praaksara ini.
2. Peserta didik kemudian diberikan lembar/kartu kuis.
3. Peserta didik diminta secara individual untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan soal uji kompetensi
yang terdapat pada buku teks pelajaran Sejarah
Indonesia halaman 37.
4. Peserta didik diberikan nilai oleh guru.

1. Peserta didik diberikan ulasan singkat tentang


kegiatan pembelajaran dan hasil belajarnya.
Penutup 2. Peserta didik dapat ditanya apakah sudah memahami 20
materi tersebut. menit
3. Sebagai refleksi guru memberikan kesimpulan tentang
pelajaran yang baru saja berlangsung serta
menanyakan kepada peserta didik apa manfaat yang
dapat kita peroleh setelah belajar topik ini.

I. Penilaian hasil belajar


a.Tes
1.uraian
2.tes lisan
b. Non tes
1.lembar pengamatan kerja kelompok (terlampir)
2.lembar pengamatan presentasi(terlampir)
J. Sumber Belajar
1. Buku sumber Sejarah SMA X
- Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto, 1993. Sejarah Nasional Indonesia I,
Jakarta : Balai Pustaka
- Soekmono, R. 2012. Pengantar Sejarah kebudayaan Indonesia I, Yogyakarta : Kanisius.
2. White board/ papan panel
3. Power point
4. LCD
5. Internet
6. Kartu pembelajaran
7. Peta sejarah

Cibinong, Juli 2013


Mengetahui
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran

Dr,Bambang Supriadi, M.Pd Muhamad Yusup, S.Pd


NIP. 196911081995121001 NIP.
Lampiran :
A. Ringkasan Materi
Pola hunian manusia purba mempunyai karakter :
1. Kedekatan dengan sumber air
2. Kehidupan dialam terbuka
Pola hunian manusia purba dapat dilihat dari letak geografis situs – situs serta kondisi
lingkungannya.

 Manusia purba pada mulanya tinggal ditempat terbuka umumnya ditepi sungai, hal
ini dikarenakan air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Keberadaan air pada
suatu lingkangan mengundang hadirnya berbagai binatang untuk hidup
disekitarnya, air juga memberikan kesuburan tanaman. Jadi dengan kata lain
keberadaan air dapat dimanfaatkan manusia sebagai sarana penghubung dalam
memenuhi kebutuhan hidup.

 Manusia purba juga memanfaatkan berbagai sumberdaya lingkungan yang tersedia


termasuk gua – gua. Keberadaan gua yang dekat dengan sumber air dan sumber
bahan makanan mungkin saja dimanfaatkan sebagai tempat persinggahan
sementara
 Manusia purba diperkirakan sudah hidup menjelajah ( nomaden ) dalam jangka
waktu yang lama, mereka mengumpulkan bahan makan dalam lingkup wilayah
tertentu dan berpindah – pindah. Lama hunian disuatu lingkungan eksploitasi
dipengaruhi oleh ketersediaan bahan makanan . manakala lingkungan tersebut
sudah tidak menjanjikan makanan, maka mereka berpindah di lingkungan yang
baru, kemudian berkembanglah pola hunian bertempat tinggal sementara,
misalnya, di goa-goa. Inilah masa transisi sebelum manusia itu bertempat tinggal
tetap.

Lampiran 2

Evaluasi Hasil

Soal uraian :
1. Mengapa manusia purba banyak tinggal di tepi sungai ?
2. Jelaskan pola kehidupan nomaden manusia purba ?

Jawaban :

1. Karena sungai merupakan sumber air, air merupakan sumber kehidupan. Di tepi sungai juga
tempat berkumpulnya hewan – hewan yang bisa diburu oleh manusia purba, selain itu juga
air memberikan kesuburan bagi tanaman sehingga banyak umbi – umbian dan buah –
buahan yang bisa mereka makan.
2. Manusia purba diperkirakan sudah hidup menjelajah ( nomaden ) dalam jangka waktu yang
lama, mereka mengumpulkan bahan makan dalam lingkup wilayah tertentu dan berpindah –
pindah. Lama hunian disuatu lingkungan eksploitasi dipengaruhi oleh ketersediaan bahan
makanan . manakala lingkungan tersebut sudah tidak menjanjikan makanan, maka mereka
berpindah di lingkungan yang baru, kemudian berkembanglah pola hunian bertempat
tinggal sementara, misalnya, di goa-goa.
Lampiran Lembar Pengamatan

LEMBAR PENGAMATAN SIKAP

Mata Pelajaran :..................................................................................................

Kelas/Semester:....................................................................................................

Tahun Ajaran :....................................................................................................

Waktu Pengamatan: ............................................................................................

Sikap yang diintegrasikan dan dikembangkan adalah perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan
santun.

Indikator perkembangan sikap perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan santun.

5. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas
6. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
7. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
8. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas
secara terus-menerus dan ajeg/konsisten.
Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.

No. Nama Religius Jujur Tanggung jawab Santun


Siswa
BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

1.

2.

3.

4.

5.

..
Lembar Pengamatan

Rubrik kegiatan Diskusi


Aspek Pengamatan
Nama Meng- Menghargai Jumlah
No. Kerja Nilai Ket.
Siswa komunika Toleransi Keaktifan pendapat Skor
sama
sikan pendapat teman

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Rubrik Penilaian Presentasi


Aspek Penilaian
Nama Sistematika Jumlah
No. Komuni Wawa Keberani Gesture dan Nilai Ket.
Siswa penyam Antusias Skor
Kasi san an penampilan
Paian

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Format Penilaian Makalah

Struktur Makalah Indikator Nilai

Pendahuluan Menunjukkan dengan tepat isi :


 Latar belakang
 Rumusan masalah
 Tujuan penulisan.
Isi  Ketepatan pemilihan gambar
 Orisinalitas makalah
 Mendeskripsikan mengenai Perkembangan manusia
Purba di Indonesia
 Struktur/logikapenulisan disusun dengan jelas sesuai
metode yang dipakai
 Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan komunikatif
 Daftar pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan
(Ilmiah)
 Menghindari sumber (akun) yang belum dikaji secara
ilmiah
Penutup  Kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah
 Saran relevan dengan kajian, dan berisi pesan untuk
peningkatan kepedulian terhadap Peradaban Awal di
Kepulauan Indonesia
Jumlah

Kriteria Penilaian untuk masing-masing indikator:


∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Sangat sesuai 4
Skor Maksimal (48)
Sesuai 3
Cukup 2
Kurang 1
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 4 CIBINONG
Jln. Karadenan No. 5 Cibinong Telp/Fax. ( 0251 ) 8654347 Bogor 16913
http://www.sman2cibinong.sch.id email: sman2cibinong@sman2cibinong.sch.id

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )
Satuan Pendidikan : SMA N 4 CIBINONG
Kelas/Semester : X/I
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Mengenal Api
Pertemuan : 8

A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan aaran agama yang dianutnya
2. Mengembangkan perilaku ( jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan,
gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif, dan proaktif ) dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar
1.1 Menghayati keteladanan para pemimpin dalam ajaran agamanya
2.3 Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan proaktif yang ditunjukkan oleh tokoh
sejarah dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungannya
2.4 Berlaku jujur dan bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah
3.1. Memahami corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara
3.4. Menganalisis berdasarkan tipologi hasil budaya praaksara Indonesia termasuk yang berada
dilingkungan terdekat
4.2. Menyajikan hasil penalaran mengenai corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara
dalam bentuk tulisan

C. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menunjukkan nilai – nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME berupa terciptanya api
2. Mendeskripsikan proses penemuan api olh manusia praaksara
3. Menjelaskan berbagai manfaat api bagi manusia zaman praaksara
4. Menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah
5. Menunjukkan sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugas – tugas dari pembelajaran
sejarah
D. Tujuan Pembelajaran

Melalui diskusi , mengamati, dan membaca referensi siswa dapat :

3. Mendeskripsikan proses penemuan api oleh manusia praaksara


4. Menjelaskan manfaat api bagi manusia
5. Menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah
6. Menunjukkan sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugas – tugas dari pembelajaran
sejarah

E. Materi Ajar
1. Nilai – nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME dengan terciptanya api
2. Sikap jujur dalam mengerjakan tugas – tugas dari pembelajaran sejarah
3. Sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugas – tugas dari pembelajaran sejarah
4. Proses penemuan api oleh manusia praaksara
5. Berbagai manfaat api bagi manusia zaman praaksara

F. Alokasi Waktu
2 X 45 menit

G. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran


Pendekatan : Saintifik
Strategi : Cooperative Jigsaw
Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, dan Penugasan

H. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
 Memberi salam
 Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk
belajar 10
Pendahuluan  Mempersilahkan salah satu siswa memimpin do’a menit
 Menanyakan kehadiran siswa
 Memperlihatkan gambar pada buku teks pelajaran halaman 36
 Menyampaikan tujuan pembelajaran
 Memperlihatkan alat peraga berupa korek api
 Peserta didik di jelaskan secara singkat tentang api dan maknanya
bagi manusia.bagaimana dengan manusia zaman praaksara?
 Siswa di bagi menjadi 6 kelompok;
Inti  Kelompok I,II dan III di minta untuk mendiskusikan dan
merumuskan tentang proses penemuan bagi manusia zaman pra
aksara .kelompok I V,V danVI di minta untuk mendiskusikan dan
merumuskan tentang manfaat api bagi manusia zaman
praaksara.waktu diskusi kelompok 35 menit.
 Kelompok II diperintahkan untuk mempresentasikan hasil diskusi
tentang proses penemuan api.kelompok lain mengajukan
pertanyaan dan komentar.kemudian kelompok V di tunjuk untuk
mempresentasikan hasil diskusinya tentang manfaat api bagi
manusia zaman praaksara.kelompok lain mengajukan pertanyaan
dan komentar.
 Peserta didik diberikan ulasan singkat tentang materi yang di
diskusikan.
 Peserta didik dapat ditanyakan apakah sudah memahami materi
tersebut.
Penutup  Peserta didik diberikan pertanyaan lisan secara acak untuk
mendapatkan umpan balik bagi peserta didik.
 Sebagai refleksi guru memberikan kesimpulan tentang pelajaran
yang baru saja berlangsung.

I. Penilaian Hasil Belajar


a.Tes
1.urian
2.tes lisan

b. Non tes
1.lembar pengamatan kerja kelompok (terlampir)
2.lembar pengamatan presentasi(terlampir)

J. Sumber belajar

-kementrian pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia.2013.sejarah Indonesia

-white board

-power point

-alat peraga berupa korek api

Cibinong, Juli 2013


Mengetahui
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran

Dr,Bambang Supriadi, M.Pd Muhamad Yusup, S.Pd


NIP. 196911081995121001 NIP.
Lampiran Lembar Pengamatan

LEMBAR PENGAMATAN SIKAP

Mata Pelajaran :..................................................................................................

Kelas/Semester:....................................................................................................

Tahun Ajaran :....................................................................................................

Waktu Pengamatan: ............................................................................................

Sikap yang diintegrasikan dan dikembangkan adalah perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan
santun.

Indikator perkembangan sikap perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan santun.

9. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas
10. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
11. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
12. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas
secara terus-menerus dan ajeg/konsisten.
Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.

No. Nama Religius Jujur Tanggung jawab Santun


Siswa
BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

1.

2.

3.

4.

5.

..
Lembar Pengamatan

Rubrik kegiatan Diskusi


Aspek Pengamatan
Nama Meng- Menghargai Jumlah
No. Kerja Nilai Ket.
Siswa komunika Toleransi Keaktifan pendapat Skor
sama
sikan pendapat teman

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Rubrik Penilaian Presentasi


Aspek Penilaian
Nama Sistematika Jumlah
No. Komuni Wawa Keberani Gesture dan Nilai Ket.
Siswa penyam Antusias Skor
Kasi san an penampilan
Paian

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Format Penilaian Makalah

Struktur Makalah Indikator Nilai

Pendahuluan Menunjukkan dengan tepat isi :


 Latar belakang
 Rumusan masalah
 Tujuan penulisan.
Isi  Ketepatan pemilihan gambar
 Orisinalitas makalah
 Mendeskripsikan mengenai mengenal api
 Struktur/logikapenulisan disusun dengan jelas sesuai
metode yang dipakai
 Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan komunikatif
 Daftar pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan
(Ilmiah)
 Menghindari sumber (akun) yang belum dikaji secara
ilmiah
Penutup  Kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah
 Saran relevan dengan kajian, dan berisi pesan untuk
peningkatan kepedulian terhadap Peradaban Awal di
Kepulauan Indonesia
Jumlah

Kriteria Penilaian untuk masing-masing indikator:


∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Sangat sesuai 4
Skor Maksimal (48)
Sesuai 3
Cukup 2
Kurang 1
LAMPIRAN RINGKASAN MATERI

Mengenal Api

A. „ Mengamati Lingkungan

Bagi manusia, api merupakan faktor penting dalam kehidupan. Sebelum ditemukan teknologi listrik
aktivitas manusia sehari-hari hampir dapat dipastikan tidak dapat terlepas dari api untuk memasak.
Pelajaran dan pengetahuan apa yang kamu peroleh melalui uraian tersebut.

B. „ Memahami Teks

Bagi manusia purba, proses penemuan api merupakan bentuk inovasi yang sangat penting. Berdasarkan
data arkeologi, penemuan api kira-kira terjadi pada 400.000 tahun yang lalu. Penemuan pada periode
manusia Homo erectus. Di samping untuk menghangatkan diri dari cuaca dingin, dengan api kehidupan
menjadi lebih bervariasi dan berbagai kemajuan akan dicapai. Teknologi api dapat dimanfaatkan
manusia untuk berbagai hal. Di samping itu penemuan api juga memperkenalkan manusia pada
teknologi memasak makanan, yaitu memasak dengan cara membakar dan menggunakan bumbu dengan
ramuan tertentu. Manusia juga menggunakan api sebagai senjata. Api pada saat itu digunakan manusia
untuk menghalau binatang buas yang menyerangnya. Api dapat juga dijadikan sumber penerangan.
Melalui pembakaran pula manusia dapat menaklukkan alam, seperti membuka lahan untuk garapan
dengan cara membakar hutan. Kebiasaan bertani dengan menebang lalu bakar (slash and burn) adalah
kebiasaan kuno yang tetap berkembang sampai sekarang. Pada awalnya pembuatan api dilakukan
dengan cara membenturkan dan menggosokkan benda halus yang mudah terbakar dengan benda padat
lain. Sebuah batu yang keras, misalnya batu api, jika dibenturkan ke batuan keras lainnya akan
menghasilkan percikan api. Percikan tersebut kemudian ditangkap dengan dedaunan kering, lumut atau
material lain yang kering hingga menimbulkan api. Pembuatan api juga dapat dilakukan dengan
menggosok suatu benda terhadap benda lainnya, baik secara berputar, berulang, atau bolak-balik.
Sepotong kayu keras misalnya, jika digosokkan pada kayu lainnya akan menghasilkan panas karena
gesekan itu kemudian menimbulkan api.

Zaman purba terjadi antara abad ke 15 – 7 Sebelum masehi. Usaha mula-mula di bidang keilmuan yang tercatat
dalam lembaran sejarah dilakukan oleh Bangsa Mesir. Banjir Sungai Nil yang terjadi tiap tahun ikut menyebabkan
berkembangnya sistem almanak, geometri dan kegiatan survey. Keberhasilan ini kemudian diikuti oleh Bangsa
Babilonia dan India yang memberikan sumbangan-sumbangan yang berharga meskipun tidak seintensif kegiatan
bangsa Mesir.
Pada dasarnya manusia di zaman purba hanyalah menerima semua peristiwa sebagai fakta. Sekalipun dilaksanakan
pengamatan, pengumpulan data dan sebagainya, namun mereka sekedar menerima pengumpulan saja. Fakta-fakta
hanya diolah sekedarnya, hanya untuk menemukan soal yang sama, yaitu common denominator; itu pun barangkali
tanpa sengaja, tanpa tujuan. Kalaupun ada penegasan atau keterangan, maka keterangan itu senantiasa
dihubungkan dengan dewadewa dan mistik. Oleh karena itulah pengamatan perbintangan menjelma menjadi
astrologi.
Pengamatan yang dilakukan oleh manusia pada zaman purba, yang menerima fakta sebagai brute facts atau on the
face value, menunjukkan bahwa manusia di zaman purba masih berada pada tingkatan sekedar menerima, baik
dalam sikap maupun dalam pemikiran (receptive attitude dan receptive mind) (Santoso, 1977: 27).
Perkembangan pengetahuan dan kebudayaan manusia pada zaman purba dapat dirunut jauh ke belakang, bahkan
sebelum abad ke-15 SM, terutama pada zaman batu. Pengetahuan pada masa itu diarahkan pada pengetahuan
yang bersifat praktis, yaitu pengetahuan yang member manfaat langsung kepada masyarakat. Kapan dimulainya
zaman batu tidak dapat ditentukan dengan pasti, namun para ahli berpendapat bahwa zaman batu berlangsung
selama jutaan tahun. Sesuai dengan namanya, zaman batu, pada masa itu manusia menggunakan batu sebagai
peralatan. Hal ini tampak dari temuan-temuan seperti kapak yang digunakan untuk memotong dan membelah. Selain
menggunakan alat-alat yang terbuat dari batu, manusia pada zaman itu juga menggunakan tulang binatang. Alat
yang terbuat dari tulang binatang antara lain digunakan menyerupai fungsi jarum untuk menjahit.
Ditemukannya benda-benda hasil peninggalan pada zaman batu merupakan suatu bukti bahwa manusia sebagai
makhluk berbudaya mampu berkreasi untuk mengatasi tantangan alam sekitarnya. Seiring dengan perkembangan
waktu, benda-benda yang dipergunakan pun mengalami kemajuan dan perbaikan. Penemuan dilakukan berdasarkan
pengamatan, dan mungkin dilanjutkan dengan percobaan-percobaan tanpa dasar, menuruti proses trial and error.
Akhirnya, dari proses trial and error, yang memakan waktu ratusan bahkan ribuan tahun inilah terjadi perkembangan
dan penyempurnaan pembuatan alat-alat yang digunakan, sehingga manusia menemukan bahan dasar pembuatan
alat yang baik dan kuat serta hasilnya pun menjadi lebih baik. Dengan demikian tersusunlah pengetahuan know how.
Dalam bentuk know how itulah penemuan-penemuan tersebut diwariskan kepada generasi-generasi selanjutnya.
Perkembangan kebudayaan terjadi lebih cepat setelah manusia menemukan dan menggunakan api dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan memanfaatkan api untuk menghangatkan tubuhnya, ketergantungan manusia akan
iklim menjadi berkurang. Api kemudian juga digunakan untuk memasak dan perlengkapan dalam berburu. Di zaman
yang lebih maju nantinya, arti api menjadi lebih penting. Pengetahuan tentang proses pemanasan dan peleburan
merintis jalan pada pembuatan alat dari tembaga, perunggu dan besi. Dalam catatan sejarah misalnya, peralatan
besi digunakan pertama kali di Irak abad ke-15 SM (Brouwer, 1982 : 6). Perkembangan pengetahuan secara lebih
cepat terjadi beberapa ribu tahun sebelum masehi. Peristiwa ini terjadi ketika manusia berada pada zaman batu
muda (neolithikum).
Pada masa ini mulailah revolusi besar dalam cara hidup manusia. Manusia mulai mengenal pertanian, mengenal
kehidupan bermukim (menetap), membangun rumah, mengawetkan makanan, memulai irigasi, dan mulai beternak
hewan. Pada masa itu juga telah muncul kemampuan menulis, membaca dan berhitung. Dengan adanya
kemampuan menulis, beberapa peristiwa penting dapat dicatat dan kemudian dapat dibaca oleh orang lain sehingga
akan lebih cepat disebarkan. Kemampuan berhitung juga sangat menunjang perkembangan pengetahuan karena
catatan tentang suatu peristiwa menjadi lebih lengkap dengan data yang relatif lebih teliti dan lebih jelas.
Menurut Anna Poedjiadi (1987 : 28-32) pada zaman purba perkembangan pengetahuan telah tampak pada beberapa
bangsa, seperti Mesir, Babylonia, Cina dan India. Ada keterakitan dan saling pengaruh antara perkembangan
pemikiran di satu wilayah dengan wilayah lainnya. Pembuatan alat-alat perunggu di Mesir abad ke-17 SM memberi
pengaruh terhadap perkembangan teknik yang diterapkan di Eropa. Bangsa Cina abad ke-15 SM juga telah
mengembangkan teknik peralatan perunggu di jaman Dinasti Shang, sedangkan peralatan besi sebagai
perangkat perang sudah dikenal pada abad ke-5 SM pada zaman Dinasti Chin. India memberikan sumbangsih yang
besar dalam perkembangan matematik dengan penemuan sistem bilangan desimal. Pemikiran Budhisme yang
diadopsi oleh raja Asoka, kaisar ketiga Dinasti Maurya, telah menyumbangkan sistem bilangan yang menjadi titik
tolak perkembangan sistem bilangan pada zaman modern. India bahkan sudah menemukan roda pemutar untuk
pembuatan tembikar pada abad ke-30 SM.
Sayangnya peradaban yang sudah maju itu mengalami kepunahan pada abad ke-20 SM, baik karena bencana alam
maupun peperangan. Secara umum dapat dinyatakan bahwa pengetahuan pada zaman purba ditandai dengan
adanya lima kemampuan, yaitu :
1. pengetahuan didasarkan pada pengalaman (empirical knowledge);
2. pengetahuan berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai fakta dengan sikapreceptive mind, dan kalau pun
ada keterangan tentang fakta tersebut, maka keterangan itu bersifat mistis, magis, dan religius;
3. kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakkan perkembangan pemikiran
manusia ke tingkat abstraksi;
4. kemampuanmenulis, berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas sintesaterhadap hasil abstraksi yang
dilakukan; dan
5. kemampuan meramalkan peristiwa-peristiwa fisis atas dasar peristiwa-peristiwa sebelumnya yang pernah
terjadi, misalnya gerhana bulan dan matahari.[ps]

Kemampuan manusia purba mengontrol api merupakan langkah paling penting dalam sejarah
peradaban. Ternyata, teknik itu dipahami lebih lambat dari perkiraan sebelumnya.

Kebiasaan memanfaatkan api dimulai antara 300 ribu hingga 400 ribu tahun yang lalu berdasarkan analis
141 situs arkeologi seluruh Eropa. Padahal sebelumnya, ilmuwan memperkirakan penggunaan api sudah
berlangsung di Eropa setidaknya satu juta tahun yang lalu. Kebanyakan arkeolog setuju penggunaan api
terkait kolonisasi di luar Afrika, terutama di Eropa saat suhu jatuh hingga di bawah titk beku.

Temuan yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of University of Colorado itu
mengungkapkan manusia purba dan kaum Neanderthal yang hidup di Eropa secara rutin menggunakan
api untuk kehangatan, memasak dan sumber cahaya.
“Pola yang muncul sama mengejutkan dengan kemampuan manusia kuno untuk bertahan di iklim dingin
Eropa,” tulis Wil Roebroeks dari Leiden University, Belanda. Alasan mengapa manusia lampau
‘terlambat’ menggunakan api diantaranya penyesuaian pola makan sehingga terbiasa dengan cuaca
dingin. Mereka mengkonsumsi daging mentah dan makanan laut.

Arkeolog Harvard University, Richard W. Wrangham mengklaim kemampuan memanfaatkan api untuk
memasak sehingga menciptakan gizi yang cukup bagi manusia merupakan salah satu titik utama dalam
evolusi manusia modern.
Read more: http://www.pustakasekolah.com/perkembangan-iptek-zaman-purba.html#ixzz2aaapMnnk
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 2 CIBINONG
Jln. Karadenan No. 5 Cibinong Telp/Fax. ( 0251 ) 8654347 Bogor 16913
http://www.sman2cibinong.sch.id email: sman2cibinong@sman2cibinong.sch.id

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )
Satuan Pendidikan : SMA N 2 CIBINONG
Kelas/Semester : X/I
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Pola Hunian Manusia Masa Praaksara
Pertemuan : 9

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama,toleran,damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar
1.1. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.2. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
2.1. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada masa
praaksara, Hindu-Budha dan Islam
2.3. Berlaku jujur dan bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
3.2. Memahami corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara
3.4. Menganalisis berdasarkan tipologi hasil budaya praaksara Indonesia termasuk yang berada di
lingkunngan terdekat
4.2. Menyajikan hasil penalaran mengenai corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara dalam
bentuk tulisan
1.4. Menalar informasi mengenai hasil budaya Praaksara Indonesia termasuk yang berada di
lingkungan terdekat dan menyajikannya dalam bentuk tertulis.
A. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menunjukkan nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berupa peninggalan hasil
budaya masa praaksara
2. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya masa praaksasa di
Indonesia
3. Menunjukkan sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya masa praaksasa di Indonesia
4. Menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
5. Menunjukkan sikap tanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah
6. Mendeskripsikan kehidupan masyarakat Indonesia pada masa berburu-meramu
7. Mendeskripsikan kehidupan masyarakat Indonesia pada masa bercocok tanam

B. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati dan membaca referensi, siswa dapat:
1. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya masa praaksasa di
Indonesia
2. Menunjukkan sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya masa praaksasa di Indonesia
3. Menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
4. Menunjukkan sikap tanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah
5. Mendeskripsikan kehidupan masyarakat Indonesia pada masa berburu-meramu, sampai
bercocok tanam
6. Melaporkan bentuk kehidupan masyarakat Indonesia pada masa berburu-meramu, sampai
bercocok tanam

C. Materi Ajar
1. Nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berupa peninggalan hasil budaya masa
praaksara
2. Sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya masa praaksasa di Indonesia
3. Sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya masa praaksasa di Indonesia
4. Sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
5. Sikap bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
6. Kehidupan masyarakat Indonesia pada masa berburu-meramu
7. Kehidupan masyarakat Indonesia pada masa bercocok tanam

D. Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran


Pendekatan : Saintifik
Strategi : Cooperative Learning
Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab dan penugasan

E. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Alokasi


Waktu

Pendahuluan 1. Memberi salam


2. Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk 10’
belajar
3. Menanyakan kehadiran siswa
4. Mempersilahkan salah satu siswa memimpin doa
5. Tanya jawab materi sebelumnya mengenai manfaat api bagi
manusia zaman praaksara
6. Menyampaikan tujuan melalui power point, guru
menekankan pelajaran ini lebih pada pemaknaan dan
penerapan, bukan hafalan

1. Menanyakan gambar aktifitas manusia purba pada masa


berburu dan meramu, gambar manusia purba masa berburu
dan meramu tingkat lanjut dan gambar aktifitas manusia
purba pada masa bercocok tanam melalui power point serta
melakukan tanya jawab singkat.
2. Siswa dibagi ke dalam 6 kelompok yang beranggotakan 5-6
orang
3. Setiap kelompok ditugaskan untuk berdiskusi dan
Inti merumuskan pola kehidupan manusia pra aksara. Kegiatan 60’
belajar di kelompok masing-masing. Kelompok I dan II,
mendiskusikan dan merumuskan tentang pola kehidupan
nomaden dengan kegiatan berburu, meramu dan
mengumpulkan makanan. Kelompok III dan IV,
mendiskusikan dan merumuskan tentang pola kehidupan
semi sedenter dengan kegiatan berburu, meramu dan
mengumpulkan makanan tingkat lanjut. Kelompok V dan VI
mendiskusikan dan merumuskan tentang pola kehidupan
bertempat tinggal dengan kegiatan bercocok tanam
4. Peserta didik ditunjuk secara acak untuk mempresentasikan
hasil kajiannya. Kelompok lain yang bukan kelompok penyaji
dapat mengajukan pertanyaan, saran atau masukan dan
sanggahan

1. Klarifikasi/kesimpulan dibantu oleh guru menyimpukan


materi tentang kehidupan manusia pada masa berburu-
meramu dan kehidupan manusia pada masa bercocok tanam
2. Peserta didik dapat ditanyakan apakah sudah memahami
Penutup 20’
materi tersebut
3. Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
4. Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran
5. Siswa ditugaskan untuk membuat makalah kelompok
tentang materi yang sudah dibahas ( tugas kelompok
dikumpulkan 2 minggu yang akan datang
6. Mengucapkan salam

F. Penilaian Hasil Belajar


a. Tes
1. Uraian (terlampir)
2. Pilihan ganda (terlampir)

b. Non Tes
1. Lembar pengamatan kerja kelompok (terlampir)
2. Lembar pengamatan presentasi (terlampir)
3. Membuat makalah tentang pola kehidupan nomaden dengan kegiatan berburu, meramu
dan mengumpulkan makanan atau tentang pola kehidupan bertempat tinggal dengan
kegiatan bercocok tanam. (Format penulisan makalah terlampir)

G. Sumber Belajar
1. Buku sumber Sejarah SMA X
- Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto, 1993. Sejarah Nasional
Indonesia I, Jakarta : Balai Pustaka
- Soekmono, R. 2012. Pengantar Sejarah kebudayaan Indonesia I, Yogyakarta : Kanisius.
2. White board/ papan panel
3. Power point
4. LCD
5. Internet
6. Kartu pembelajaran
7. Peta sejarah

Cibinong, Juli 2013


Mengetahui
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran

Dr,Bambang Supriadi, M.Pd Muhamad Yusup, S.Pd


NIP. 196911081995121001 NIP.
Lampiran 1

Ringkasan Materi :

MASA BERBURU & MENGUMPULKAN MAKANAN

Dalam perkembangan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat prasejarah melalui tahap-tahap
kehidupannya, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat lanjut, masa bercocok tanam dan masa perundagian.

Menurut Arnorld J Toynbee dalam teori nya Challenge and Response manusia menjawab tantangan
yang ada pada alam sekitarnya. Kebudayaan tumbuh dan berkembang sebagai upaya manusia
menjawab tantangan yang ada pada alam sekitarnya

Keadaan bumi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan masih labil, karena perubahan bentuk
permukaannya, sungai masih sering berpindah-pindah aliran, keadaan ini berlangsung selama kurang
lebih 600.000 tahun.
Perkembangan kebudayaan masa ini masih sangat lambat, ditambah lagi manusia yang hidup pada saat
ini termasuk manusia purba seperti Pithecantropus Erectus, Homo Soloensis dan Homo Wajakensis,
kehidupan mereka sangat bergantung kepada alam.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh manusia purba pada masa berburu dan mengumpulkan makanan
dalam mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya, antara lain dengan :
 Menciptakan alat dari batu dan tulang untuk membantu kekurangan fisik mereka
 Hidup berkelompok antara 10-15 orang
 Hidup berpindah-pindah tempat di daerah yang dekat dengan sumber air,seperti sungai atau
danau.
 Satu hal yang sangat membantu kehidupan manusia purba ketika mereka menemukan api

MASA BERBURU & MENGUMPULKAN MAKANAN TINGKAT LANJUT

Pada tahapan selanjutnya yaitu masa berburu dan meramu tingkat lanjut, mereka masih bergantung
kepada alam, selain berburu di hutan, mereka juga menangkap ikan, mengumpulkan makanan seperti
umbi-umbian, buah-buahan, biji-bijian dan daun-daunan

Alat kehidupan seperti flake dan alat-alat tulang masih dikembangkan. Di samping itu mulai muncul
gerabah yang kemungkinan besar digunakan sebagai wadah.

Mereka mulai lama tinggal di suatu tempat (semi sedenter) karena telah dapat mengumpulkan makanan
dan kemampuan mengawetkan daging buruan dengan cara menjemur. Bertempat tinggal di ceruk goa,
dengan tujuan untuk melindungi diri dari iklim dan binatang buas.

Di dalam goa ditemukan pula Kyokkenmoddinger, sampah dapur yang sudah membatu, yang berisi kulit
kerang dan beberapa alat hasil budaya seperti pebble dan flakes

Kehidupan semi sedenter membuat mereka mempunyai waktu luang yang mereka gunakan untuk
menghaluskan alat-alat dan membuat lukisan di dinding goa. Lukisan yang mereka buat berkaitan
dengan kepercayaan, penghormatan kepada nenek moyang, menggambarkan binatang buruan,
binatang yang mereka anggap suci dan upacara penguburan.
MASA BERCOCOK TANAM

Masa bercocok tanam adalah tahapan berikutnya,


merupakan masa penting bagi perkembangan
masyarakat dan peradaban. Beberapa penemuan
baru dalam rangka penguasaan sumber alam
berlangsung cepat. Selain bercocok tanam, mereka
pun mulai mengenal cara-cara berternak.
Alat-alat yang berkembang pada masa ini adalah
kapak persegi dan kapak lonjong. Dan manusia
pendukungnya dari ras Papua Melanesoide.

Pada masa ini juga ditemukan tanda-tanda


kehidupan menetap di suatu perkampungan. Di
tempat-tempat tandus dan berbatu telah mulai
kelompok-kelompok kerja yang menghasilkan alat-alat kerja seperti kapak persegi dan kapak lonjong.
Membangun rumah, menebang, membakar hutan, menanam, memanen, berburu, menangkap ikan
mereka lakukan secara bergotong royong.

Pada masa ini telah muncul perdagangan barter, barang yang dipertukarkan adalah hasil bercocok
tanam, hasil kerajinan dan ikan laut yang dikeringkan. Barang-barang tersebut diangkut melalui jalan
darat, laut dan sungai. Sehingga perahu dan rakit pada masa ini memegang peranan penting sebagai alat
transportasi
Lampiran 2

Evaluasi Hasil

Soal Uraian
1. Bagaimana proses kehidupan pada masa berburu-meramu dan mengumpulkan makanan ?
2. Bagaimana proses kehidupan pada masa berburu-meramu dan mengumpulkan makanan
tingkat lanjut?
3. Bagaimana proses kehidupan pada masa bercocok tanam ?
4. Mengapa terjadi perubahan cara kehidupan dari masa berburu-meramu ke masa bercocok
tanam ?
5. Bagaimana sikap anda sebagai seorang pelajar apabila menghadapi suatu perubahan ?
Kunci Jawaban
1. Keadaan bumi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan masih labil, karena perubahan
bentuk permukaannya, sungai masih sering berpindah-pindah aliran, keadaan ini berlangsung
selama kurang lebih 600.000 tahun.
Perkembangan kebudayaan masa ini masih sangat lambat, ditambah lagi manusia yang hidup
pada saat ini termasuk manusia purba seperti Pithecantropus Erectus, Homo Soloensis dan
Homo Wajakensis, kehidupan mereka sangat bergantung kepada alam
Upaya-upaya yang dilakukan oleh manusia purba pada masa berburu dan mengumpulkan
makanan dalam mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya, antara lain dengan :
a. Menciptakan alat dari batu dan tulang untuk membantu kekurangan fisik mereka
b. Hidup berkelompok antara 10-15 orang
c. Hidup berpindah-pindah tempat di daerah yang dekat dengan sumber air,seperti sungai
atau danau.
d. Satu hal yang sangat membantu kehidupan manusia purba ketika mereka menemukan api

2. Pada tahapan selanjutnya yaitu masa berburu dan meramu tingkat lanjut, mereka masih
bergantung kepada alam, selain berburu di hutan, mereka juga menangkap ikan, mengumpulkan
makanan seperti umbi-umbian, buah-buahan, biji-bijian dan daun-daunan
Alat kehidupan seperti flake dan alat-alat tulang masih dikembangkan. Di samping itu mulai
muncul gerabah yang kemungkinan besar digunakan sebagai wadah.
Mereka mulai lama tinggal di suatu tempat (semi sedenter) karena telah dapat mengumpulkan
makanan dan kemampuan mengawetkan daging buruan dengan cara menjemur. Bertempat
tinggal di ceruk goa, dengan tujuan untuk melindungi diri dari iklim dan binatang buas.
Di dalam goa ditemukan pula Kyokkenmoddinger, sampah dapur yang sudah membatu, yang
berisi kulit kerang dan beberapa alat hasil budaya seperti pebble dan flakes
Kehidupan semi sedenter membuat mereka mempunyai waktu luang yang mereka gunakan
untuk menghaluskan alat-alat dan membuat lukisan di dinding goa. Lukisan yang mereka buat
berkaitan dengan kepercayaan, penghormatan kepada nenek moyang, menggambarkan
binatang buruan, binatang yang mereka anggap suci dan upacara penguburan.

3. Masa bercocok tanam adalah tahapan berikutnya, merupakan masa penting bagi perkembangan
masyarakat dan peradaban. Beberapa penemuan baru dalam rangka penguasaan sumber alam
berlangsung cepat. Selain bercocok tanam, mereka pun mulai mengenal cara-cara berternak.
Alat-alat yang berkembang pada masa ini adalah kapak persegi dan kapak lonjong. Dan manusia
pendukungnya dari ras Papua Melanesoide.
Pada masa ini juga ditemukan tanda-tanda kehidupan menetap di suatu perkampungan. Di
tempat-tempat tandus dan berbatu telah mulai kelompok-kelompok kerja yang menghasilkan
alat-alat kerja seperti kapak persegi dan kapak lonjong. Membangun rumah, menebang,
membakar hutan, menanam, memanen, berburu, menangkap ikan mereka lakukan secara
bergotong royong.
Pada masa ini telah muncul perdagangan barter, barang yang dipertukarkan adalah hasil
bercocok tanam, hasil kerajinan dan ikan laut yang dikeringkan. Barang-barang tersebut
diangkut melalui jalan darat, laut dan sungai. Sehingga perahu dan rakit pada masa ini
memegang peranan penting sebagai alat transportasi.

4. Menurut Arnorld J Toynbee dalam teori nya Challenge and Response manusia menjawab
tantangan yang ada pada alam sekitarnya. Kebudayaan tumbuh dan berkembang sebagai upaya
manusia menjawab tantangan yang ada pada alam sekitarnya.
Semakin tinggi tantangan semakin manusia berusaha untuk menghadapinya dengan
menciptakan berbagai peralatan yang dapat lebih mempermudah kehidupannya, sehingga
terjadilah tahapan-tahapan perkembangan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya pada
masyarakat prasejarah yaitu tahap berburu-meramu, mengumpulkan makanan, tahap berburu-
meramu, mengumpulkan makanan tingkat lanjut dan tahap bercocok tanam.

5. Perubahan biasanya adalah upaya dari manusia untuk menciptakan sesuatu yang lebih baik, jadi
sikap seorang pelajar harus bisa berbesar hati dalam menghadapi perubahan namun juga harus
kritis agar perubahan yang terjadi benar-benar sesuai dengan harapan yang akan menjadikan
kehidupan menjadi lebih baik

Soal Pilihan Ganda

1. Berdasarkan sumber-sumber sejarah, kehidupan manusia pada masa prasejarah sangat sederhana
yakni ....
a. Berburu
b. Beternak
c. bertani dan bertani
d. berburu dan mengumpulkan makanan
e. mengumpulkan makanan dan bertani

2. Manusia purba hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain disebabkan ...
a. Manusia purba mencari daerah yang subur
b. Sering terjadi bencana alam
c. Sering terjadi peperangan antar kelompok
d. Keadaan alam yang tidak stabil
e. Manusia purba sangat bergantung pada alam

3. Alasan manusia purba hidup dekat sumber air pada Zaman Batu Tua adalah sebagai berikut,
kecuali…..
a. Daerah tersebut biasanya subur
b. Binatang-binatang buruan selalu berkumpul dekat sumber air
c. Sungai sebagai sarana transportasi
d. Banyak terdapat tumbuhan dan tanaman yang dapat dimakan
e. Mereka hidup tergantung pada ikan di sungai
4. Berikut ini adalah ciri kehidupan masa berburu dan meramu, kecuali…..
a. Berkembang tradisi lukisan gua
b. Masih bergantung pada alam
c. Nomaden
d. Membuat alat yang masih kasar
e. Tinggal di perkampungan

5. Masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan bersifat nomaden, karena…..
a. Jumlah kelompoknya sedikit
b. Hubungan antar anggota kelompok sangat erat
c. Untuk mencari daerah yang menyediakan kebutuhan hidupnya
d. Untuk mencari daerah subur agar dapat bercocok tanam
e. Keinginan sebagian anggota kelompoknya untuk pindah

6. Revolusi Neolitik adalah perubahan dari…..


a. Food gathering menjadi food producing
b. Nomaden menjadi semisedenter
c. Food gathering menjadi hunting
d. Food gathering menjadi meramu
e. Food producing menjadi menetap
7. Alat batu yang menjadi alat pandu dari zaman Neolithikum adalah ….
a. Kapak persegi dan kapak lonjong
b. Kapak bahu dan kapak persegi
c. Kapak genggam dan kapak perimbas
d. Kapak pendek dan kapak Sumatera
e. Kapak corong dan candrasa

8. Ciri-ciri utama kehidupan masyarakat pada masa bercocok tanam adalah ….


a. Memiliki tempat tinggal tetap di suatu perkampungan
b. Tinggal di gua-gua
c. Hidup berpindah-pindah
d. Belum mengenal kepercayaan
e. Mengenal perdagangan
9. Masa bercocok tanam disebut revolusi kebudayaan pra sejarah karena merupakan…..
a. Peralihan dari masa pra sejarah ke masa sejarah
b. Peralihan dari zaman batu ke zaman logam
c. Awal lahirnya kebudayaan Megalitik
d. Awal manusia mengenal cara mengolah logam
e. Peralihan dari food gathering ke food producing

10. Apabila di sekolah kamu terjadi perubahan peraturan dengan tujuan lebih mendisiplinkan siswa dan
teman-teman kamu berdemo menentangnya, maka tindakan yang kamu lakukan adalah ....
a. Ikut berdemonstrasi seperti yang lain
b. Membiarkan teman-teman yang lain berdemonstrasi
c. Menasehati teman-teman yang berdemonstrasi
d. Mengikuti aturan yang baru
e. Tidak masuk sekolah sebagai tanda protes
Kunci Jawaban
1. D
2. E
3. C
4. E
5. C
6. A
7. A
8. A
9. E
10. D

Lampiran 3

Evaluasi Pembelajaran (Proses)

1. Lembar Pengamatan
Rubrik kegiatan diskusi

Penilaian Pengamatan Kerja Kelompok

No Nama Aspek Pengamatan Jumlah Nilai Ket


Siswa Kerjasa Mengkomunik Tolerans Keaktif Menghargai Skor
ma asikan i an pendapatTem
pendapat an
1
2
3
4
5
6

Keterangan skor
Masin-sing kolom diisi dengan kriteria :

4 = baik sekali
3 = baik
2 = cukup
1 = kurang

 Skor Perolehan
Skor = X 100
Skor Maksimal (20)

Kretria Nilai

A= 0- 100 : baik Sekali


B = 70-79 : Baik
C = 60=69 : Cukup
D = < 60 : Kurang

Rubrik Penilaian presentasi

Nama Aspek Penilaian


Siswa Komuni Sistem Wawa Keberanian Antusias Gesture Jumlah Nilai Ket
kasi atika san dan Skor
Penya Penampilan
No mpaia
n
Keterangan skor :
Masin-sing kolom diisi dengan kriteria :

4 = baik sekali
3 = baik
2 = cukup
1 = kurang

 Skor Perolehan
Skor = X 100
Skor Maksimal (20)

Kretria Nilai

A= 0- 100 : baik Sekali


B = 70-79 : Baik
C = 60=69 : Cukup
D = < 60 : Kurang

2. Format Penilaian Makalah

Struktur Makalah Indikator Nilai


Menunjukkan dengan tepat isi :
Pendahuluan - Latar belakang masalah 10’
- Rumusan masalah
- Tujuan penulisan
- Ketepatan pemilihan gambar
- Orisinalitas makalah
- Mendeskripsikan kehidupan masyarakat prasejarah pada
Isi masa berburu-meramu dan mengumpulkan makan atau
mendeskripsikan kehidupan masyarakat prasejarah pada 60’
masa bercocok tanam
- Struktur/ logika penulisan disusun dengan jelas sesuai
metode yang dipakai
- Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan komunikatif
- Daftar pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan
(ilmiah)
- Menghindari (akun) yang belum dikaji secara ilmiah
-. Kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah
Penutup - Saran relevan dengan kajian, dan berisi pesan untuk 20’
peningkatan kepedulian terhadap perubahan yang terjadi di
kehidupan manusia di dunia
Jumlah
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 4 CIBINONG
Jln. Karadenan No. 5 Cibinong Telp/Fax. ( 0251 ) 8654347 Bogor 16913
http://www.sman2cibinong.sch.id email: sman2cibinong@sman2cibinong.sch.id

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )
Satuan Pendidikan : SMA N 4 CIBINONG
Kelas/Semester : X/I
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Pertemuan : 10

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama,toleran,damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar
1.1. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.2. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
2.1. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada masa
praaksara, Hindu-Budha dan Islam
2.3. Berlaku jujur dan bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah
3.2 menganalisis asal usul nenek moyang bangsa Indonesia ( Proto, Deutero melayu dan
melanosoid
4.3 Menyajikan kesimpulan-kesimpulan dari informasi mengenai asal usul nenek moyang
bangasa Indonesia ( Proto, deutero melayu dan Melanosoid dalam bentuk tulis
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. menjelaskan asal – usul daerah nenek moyang bangsa Indonesia
2. menganalisis keterkaitan antara rumpun bangsa Proto, Deutero Melayu dan melanesoid
dengan asal – usul nenek moyang Bangsa Indonesia
3. menyebutkan asal usul nenek moyang Bangsa Indonesia
4. menyebutkan banyaknya suku bangsa di Indonesia
5. menyebutkan ciri fisik suku bangsa Indonesia
6. menyebutkan budaya baru di Indonesia
7. menjelaskan perbedaan antara deutero dan proto melayu

D. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi , mengamati, dan membaca referensi siswa dapat :
1. Menunjukkan sikap syukur atas keragaman suku di Indonesia
2. menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas tugas dari pembelajaran sejarah
3. menunjukkan sikap saling menghormati antara sesama suku bangsa yang ada
4. menjelaskan asal usul nenek moyang Indonesia
5. menyebutkan banyaknya suku bangsa di Indonesia
6. menyebutkan suku – suku tertua di Indonesia
7. menyebutkan ciri – ciri fisik bangsa Indonesia
8. menjelaskan perbedaan Deutro dan Proto Melayu

E. Materi Ajar
1. Nilai – nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME atas keragaman suku di Indonesia
2. Sikap jujur dalam mengerjakan tugas – tugas dari pembelajaran sejarah
3. Sikap saling menghormati antara sesama suku bangsa
4. Asal usul nenek moyang bangsa Indonesia
5. Keragaman suku bangsa Indonesia
6. Suku – suku tertua di Indonesia
7. Ciri –ciri fisik bangsa Indonesia
8. Deutro dan proto melayu

F. Alokasi Waktu
2 X 45 menit

G. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran


Pendekatan : Saintifik
Strategi : Cooperative Jigsaw
Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, dan Penugasan

H. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
 Mengucapkan salam
 Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk
Pendahuluan belajar 10
 Mempersilahkan salah satu siswa memimpin do’a menit
 Menanyakan kehadiran siswa
 Kelas dipersiapkan agar lebih kondusif untuk proses belajar
mengajar
 Sebagai apersepsi peserta didik diminta untuk menyanyi atau
menunjukkan lirik lagu “ nenek moyang seorang pelaut “
 Guru menyampaikan topik tentang ‘KEDATANGAN DEUTRO dan
PROTO MELAYU “ guru memberi motivasi pentingnya topik ini
 Guru menyampaikan tujuan dan kompetensi yang harus dikuasai
para peserta didik
 Peserta didik dibagi menjadi enam kelompok
 Peserta didik dijelaskan secara singkat tentang kedatangan Deutro
dan Proto melayu di kepulauan – kepulauan Indonesia
 Peserta didik ditugaskan untuk bekera di kelompok masing –
masing
Inti  Kelompok I, II diminta untuk mendiskusikan asal usul nenek 60
moyang bangsa Indonesia dan perbedaan antara ras Deutro dan menit
Proto Melayu di Indonesia. Kelompok 3 dan 4 mendiskusikan dan
merumuskan keterkaitan antara migrasi ras asal usul nenek
moyang bangsa Indonesia dan keragaman suku bangsa Indonesia
 waktu diskusi kelompok 35 menit
 Kelompok 5 diperintahkan untuk mempresentasikan hasil diskusi
tentang keterkaitan antara ras Deutro dan Proto Melayu dengan
ras asal usul nenek moyang bangsa Indonesia. Kelompok lain
memberikan pertanyaan atau komentar
 Peserta didik diberikan ulasan singkat tentang materi yang baru
saat didiskusikan
 Peserta didik dapat ditanya apakah sudah memahami materi
tersebut
 Peserta didik diberikan tugas rumah mengerjakan soal uji 20
Penutup kompetensi di halaman 49-50. Tugas tersebut sebagai tugas akhir menit
untuk pembahasa materi pertama
 Sebagai refleksi guru memberikan kesimpulan tentang pelajaran
yang baru saja berlangsung serta menanyakan kepada peserta
didik apa manfaat yang dapat kita peroleh setelah belajar topik ini
 Mengucapkan salam

I. Penilaian Hasil Belajar


a. Tes
1. Uraian (terlampir)
2. Pilihan Ganda (terlampir)
b. Non Tes
1. Lembar pengamatan kerja kelompok (terlampir)
2. Lembar pengamatan presentasi (terlampir)

J. Sumber Belajar :
Buku sumber Sejarah SMA X
- Djoened Poesponegoro, Marwati, dan Nugroho Notosusanto. 2009. Sejarah Nasional Indonesia II.
Jakarta: Balai Pustaka.
- Mulyana, Slamet. 1979. Nagara Kretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara.
- Soekmono, R. 1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta: Kanisius.
- Yamin, Muhammad. 1966. Lukisan Sedjarah. Djakarta: Djambatan.
 White board/papan flanel
 Power point
 LCD
 Internet
 Peta Sejarah
Cibinong, Juli 2013
Mengetahui
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran

Dr,Bambang Supriadi, M.Pd Muhamad Yusup, S.Pd


NIP. 196911081995121001 NIP.
Lampiran

Lembar Pengamatan

LEMBAR PENGAMATAN SIKAP

Mata Pelajaran :..................................................................................................

Kelas/Semester:....................................................................................................

Tahun Ajaran :....................................................................................................

Waktu Pengamatan: ............................................................................................

Sikap yang diintegrasikan dan dikembangkan adalah perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan
santun.

Indikator perkembangan sikap perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan santun.

1. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas
2. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
3. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
4. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas
secara terus-menerus dan ajeg/konsisten.
Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.

No. Nama Religius Jujur Tanggung jawab Santun


Siswa
BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

1.

2.

3.

4.

5.

..
Lembar Pengamatan

Rubrik kegiatan Diskusi


Aspek Pengamatan
Nama Meng- Menghargai Jumlah
No. Kerja Nilai Ket.
Siswa komunika Toleransi Keaktifan pendapat Skor
sama
sikan pendapat teman

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Rubrik Penilaian Presentasi


Aspek Penilaian
Nama Sistematika Jumlah
No. Komuni Wawa Keberani Gesture dan Nilai Ket.
Siswa penyam Antusias Skor
Kasi san an penampilan
Paian

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Format Penilaian Makalah

Struktur Makalah Indikator Nilai

Menunjukkan dengan tepat isi :


Pendahuluan  Latar belakang
 Rumusan masalah
 Tujuan penulisan.
 Ketepatan pemilihan gambar
 Orisinalitas makalah
 Mendeskripsikan mengenai Perkembangan manusia
Purba di Indonesia
Isi  Struktur/logikapenulisan disusun dengan jelas sesuai
metode yang dipakai
 Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan komunikatif
 Daftar pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan
(Ilmiah)
 Menghindari sumber (akun) yang belum dikaji secara
ilmiah
 Kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah
 Saran relevan dengan kajian, dan berisi pesan untuk
Penutup peningkatan kepedulian terhadap Peradaban Awal di
Kepulauan Indonesia
Jumlah

Kriteria Penilaian untuk masing-masing indikator:


∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Sangat sesuai 4
Skor Maksimal (48)
Sesuai 3
Cukup 2
Kurang 1
LAMPIRAN : RINGKASAN MATERI

Kedatangan Deutro dan Protomelayu

Mengamati Lingkungan
Coba kamu cermati banyaknya suku-suku bangsa di Indonesia memunculkan keberagaman bahasa
daerah, dan kebudayaan yang berlaku dalam praktek-praktek kehidupan sehari-hari. Bayangkan saja ada
lebih dari 500 suku bangsa Indonesia, sungguh merupakan kekayaan bangsa yang tidak dimiliki oleh
negara lain. Namun demikian kekayaan ini akan menjadi masalah jika kita tidak pandai mengelola
perbedaan yang ada. Tentu ini berkaitan pula dengan asal mula kedatangan suku bangsa dan kapan
mereka datang? Oleh karena itu penting untuk mengetahui bagaimana proses dan dinamika nenek
moyang Indonesia sehingga terbentuk keragaman budayanya. Untuk itu kamu harus mempelajarinya,
agar kita bisa saling menghargai dan menghormati setiap perbedaan yang ada.

Memahami Teks
Menurut Sarasin bersaudara, penduduk asli Kepulauan Indonesia adalah ras berkulit gelap dan bertubuh
kecil. Mereka mulanya tinggal di Asia bagian tenggara. Ketika zaman es mencair dan air laut naik hingga
terbentuk Laut Cina Selatan dan Laut Jawa, sehingga memisahkan pegunungan vulkanik Kepulauan
Indonesia dari daratan utama. Beberapa penduduk asli Kepulauan Indonesia tersisa dan menetap di
daerah-daerah pedalaman, sedangkan daerah pantai dihuni oleh penduduk pendatang. Penduduk asli
itu disebut sebagai suku bangsa Vedda oleh Sarasin. Ras yang masuk dalam kelompok ini adalah suku
bangsa Hieng di Kamboja, Miao- tse, Yao-Jen di Cina, dan Senoi di Semenanjung Malaya.
47Sejarah Indonesia
Beberapa suku bangsa seperti Kubu, Lubu, Talang Mamak yang tinggal di Sumatra dan Toala di Sulawesi
merupakan penduduk tertua di Kepulauan Indonesia. Mereka mempunyai hubungan erat dengan nenek
moyang Melanesia masa kini dan orang Vedda yang saat ini masih terdapat di Afrika, Asia Selatan, dan
Oceania. Vedda itulah manusia pertama yang datang ke pulau-pulau yang sudah berpenghuni. Mereka
membawa budaya perkakas batu. Kedua ras Melanesia dan Vedda hidup dalam budaya mesolitik.
Pendatang berikutnya membawa budaya baru yaitu budaya neolitik. Para pendatang baru itu jumlahnya
jauh lebih banyak daripada penduduk asli. Mereka datang dalam dua tahap. Mereka itu oleh Sarasin
disebut sebagai Deutero dan Protomelayu. Kedatangan mereka terpisah diperkirakan lebih dari 2.000
tahun yang lalu. Protomelayu diyakini sebagai nenek moyang orang Melayu Polinesia yang tersebar dari
Madagaskar sampai pulau-pulau paling timur di Pasifik. Mereka diperkirakan datang dari Cina bagian
selatan. Dari Cina bagian selatan itu mereka bermigrasi ke Indocina dan Siam kemudian ke Kepulauan
Indonesia. Kedatangan para imigran baru itu kemudian mendesak keberadaan penduduk asli dan
pendatang sebelumnya. Mereka pun kemudian berpindah mencari tempat baru ke hutan-hutan sebagai
tempat hunian baru. Penduduk asli dan pendatang sebelumnya itu pun kemudian melebur.
Deutero Melayu merupakan ras yang datang dari Indocina bagian utara. Mereka membawa budaya baru
berupa perkakas dan senjata besi di Kepulauan Indonesia. Pada akhirnya Proto dan Deutero Melayu
membaur yang selanjutnya menjadi penduduk di Kepulauan Indonesia. Pada masa selanjutnya mereka
sulit untuk dibedakan. Proto Melayu meliputi penduduk di Gayo dan Alas di Sumatra bagian utara, serta
Toraja di Sulawesi. Sementara itu, semua penduduk di Kepulauan Indonesia, kecuali penduduk Papua
dan yang tinggal di sekitar pulau-pulau Papua adalah ras Deutero Melayu.
Periode migrasi itu berlangsung berabad-abad, kemungkinan mereka berasal dalam satu kelompok ras
yang sama dan dengan budaya yang sama pula. Mereka itulah nenek moyang orang Indonesia saat ini.
Budaya mereka berupa neolitik yang lebih maju dan belum mengenal perkakas dari logam. Budaya
logam baru mereka kenal pada masa awal tarikh Masehi.
Gambar 1.33 Peta persebaran Deutro dan Protomelayu
Sumber : Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah. jilid I. Jakarta: PT
Ichtiar Baru van Hoeve.

Sekitar 170 bahasa yang digunakan di Kepulauan Indonesia adalah bahasa Austronesia (Melayu-
Polinesia). Bahasa itu kemudian dikelompokan menjadi dua oleh Sarasin, yaitu Bahasa Aceh dan bahasa-
bahasa di pedalaman Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Kelompok kedua adalah bahasa Batak, Melayu
standar, Jawa, dan Bali. Kelompok bahasa kedua itu mempunyai hubungan dengan bahasa Malagi di
Madagaskar dan Tagalog di Luzon. Persebaran geografis kedua bahasa itu menunjukkan bahwa
penggunanya adalah pelaut-pelaut pada masa dahulu yang sudah mempunyai peradaban lebih maju.
Di samping bahasa-bahasa itu, juga terdapat bahasa Halmahera Utara dan Papua yang digunakan di
pedalaman Papua dan bagian utara Pulau Halmahera. Untuk lebih jelasnya kamu dapat membaca buku
Bernard H.M. Vlekke, Nusantara:Sejarah Indonesia.

Kesimpulan
Setelah membaca secara keseluruhan bab ini marilah kita sama-sama menyimpulkan nilai-nilai apa yang
dapat dipetik dari kehidupan masa lalu itu untuk kehidupan pada masa kini dan masa mendatang. Untuk
mempelajari sejarah awal ini ahli sejarah bergantung pada disiplin arkeologi, geologi dan biologi dan
cabang- cabang ilmu lainnya. Masa praaksara terbentang dari penemuan manusia pertama di planet
bumi ini hingga ditemukannya tulisan. Cerita sejarahnya mulai sejak sekitar 500.000 atau barangkali
sekitar 250.000 tahun lalu. Periode ini, karenanya, merupakan suatu tahapan sejarah paling tua dan
terpanjang dalam sejarah umat manusia, tidak terkecuali untuk sejarah Indonesia.
Pengetahuan tentang kehidupan manusia praaksara menyediakan jawaban tentang asal-usul manusia
dan kemanusiaan, serta keberadaan manusia di dunia dalam mencapai impiannya dan rintangan-
rintangan yang dihadapinya. Pertanyaan tentang asal usul dan eksistensi manusia selalu menggelitik
benak manusia sepanjang zaman, bahkan juga hari ini. Sebagai sebuah bangsa, pembelajaran mengenai
kehidupan manusia praaksara hendaknya menggugah kita untuk memperbarui pertanyaan klasik
seperti, dari manakah kita berasal dan bagaimana evolusi perjalanan hidup manusia di masa lalu hingga
mencapai suatu tahap sejarah ke tahap berikutnya?
51Sejarah Indonesia
Bagaimana mereka menemukan dirinya dan menjalani pengalaman kolektif dari masa ke masa? Semakin
sadar kita tentang asal usul dan evolusi yang dijalani nenek moyang di masa lampau, semakin ingat pula
kita hendaknya tentang tugas dan tanggung jawab kita sebagai seorang peserta didik yang akan
membangun bangsa hari ini dan ke depan.
Nenek moyang orang Indonesia di masa lampau telah menjalani sejarah yang amat panjang dan berat
dengan segala tantangan zaman yang dihadapi pada masanya. Mereka telah mengalami evolusi atau
transformasi sedemikian rupa yaitu, dari nomaden ke kehidupan menetap, dari hidup mengumpulkan
makanan dan berburu menjadi penghasil bahan makanan, dari ketergantungan total pada alam dan
teknologi bersahaja dalam bentuk manual kepada upaya menciptakan alat yang kian lama kian canggih,
dan dari hidup berkelompok berdasarkan sistem kepemimpinan primus interpares ke susunan
masyarakat yang lebih teratur. Semua itu berlangsung dengan cara yang tak mudah dan memakan
waktu yang lama, bahkan ribuan tahun.
Perubahan-perubahan itu tidak mengalir begitu saja, tetapi mulai dari refleksi berpikir, gagasan hasil
interaksi mereka dengan alam sekitar. Kondisi lingkungan yang berat mengajarkan bagaimana, misalnya,
membuat alat yang tepat untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Entah itu karena faktor alam
atau cuaca atau ancaman dari binatang buas. Dalam masyarakat manusia, seperti halnya dengan hewan,
generasi yang lebih tua meneruskan tradisi dan pengalaman kolektif lewat contoh kepada yang lebih
muda. Dengan akumulasi pengalaman kolektif itu mereka belajar meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan.
Pencapaian prestasi yang diraih manusia modern dewasa ini telah mengubah dunia dengan cara yang
mungkin tak terbayangkan oleh nenek moyang mereka di masa silam, tetapi energi yang telah
dihabiskan untuk menunjang kehidupan manusia pun semakin besar. Kehidupan modern yang kini
dinikmati manusia pun
sebenarnya telah dibayar dengan harga yang amat mahal dengan besarnya energi yang telah dikuras
oleh manusia, baik itu yang tidak terperbaharui (antara lain minyak bumi, gas, dan batubara) maupun
yang terperbaharui (kayu dan hutan). Karena itu, seorang ahli ilmu hayat Tim Flannery menyebut
manusia homo sapiens zaman modern berbeda dengan nenek moyang mereka, karena mereka tidak lain
adalah “pemangsa masa depan”. Julukan ini tidak salah apabila kita menghitung kembali kerusakan
lingkungan yang diakibatkan oleh eksploitasi manusia hingga saat ini. Bahkan, sumberdaya alami (antara
lain tambang mineral, bahan bakar fosil, keindahan alam, hutan tropis, sumber daya lautan) yang
seharusnya bukan menjadi hak manusia saat ini, tetapi warisan bagi anak-cucu di masa mendatang,
sudah mulai dimanfaatkan atau malah sudah dimakan habis.
Kekayaan sumber kearifan lokal zaman praaksara menyediakan inspirasi dan sekaligus peringatan bagi
generasi kita bagaimana hubungan harmoni antara manusia dan alam tidak perlu menimbulkan
malapetaka bagi manusia lain. Kekayaan alam pikir manusia praaksara jelas merupakan kearifan lokal
yang harus terus menerus digali lagi dan bukan diremehkan. Mitos- mitos tentang awal penciptaan
dunia dan asal-usul manusia dengan cerita yang berbeda-beda di berbagai suku bangsa, tidak hanya
mengandung nilai pelajaran di dalamnya, tetapi juga, kalau ditelusuri lebih jauh, membawa pesan-pesan
rasional yang sering disampaikan secara simbolik. Maka, di saat manusia modern hidup semakin
individualistik, semakin terasa pula kebutuhan untuk menegakkan nilai-nilai kearifan lokal. Entah itu
yang namanya berupa gotong royong, kekeluargaan dan kebersamaan. Itulah kebiasaan nenek moyang,
misalnya, dalam rangka membangun kampung, mendirikan bangunan-bangunan dari batu besar atau
megalitik. Kebiasaan semacam ini sampai sekarang masih dapat dirasakan di dalam kehidupan
masyarakat tradisional, seperti di Nias, Toraja, dan Ngada. Tidak jarang pula para pemimpin kelompok
53Sejarah Indonesia
sosial mengadakan pestajasa sebagai bukti bahwa mereka dapat memberikan kesejahteraan bag i
anggota masyarakatnya. Semua anggota masyarakat ikut terlibat dan secara bersama-sama
melaksanakan upacara-upacara. Masyarakat yang telah merasakan kesejahteraan yang diberikan
pemimpin akan membalas jasa itu dengan bergotong royong mengangkut dan mendirikan batu tegak
(prasasti) bagi pemimpinnya. Di masa lampau, sifat gotong royong itu, tidak saja terlihat dalam
mendirikan bangunan megalitik tetapi juga untuk pendirian rumah, upacara syukuran panen, serta
upacara kematian. Apa pun bentuknya, pengalaman kolektif manusia praaksara adalah akar tunggang
dari budaya Nusantara, yang tentunya dapat memperkuat budaya Indonesia modern dalam mengarungi
globalisasi abad ke-21 ini.
LAMPIRAN :

Uji Kompetensi

Coba kamu identifikasikan peninggalan sejarah berupa benda dan karya seni yang dapat dikategorikan
sebagai tinggalan masa proto sejarah. Adakah manfaat dari peninggalan tersebut bagi kehidupan
manusia sekarang?
Menurut pendapat kamu, bagaimana peninggalan sejarah tersebut bisa menyebar ke berbagai wilayah
di Indonesia bahkan sampai ke luar wilayah Indonesia?
Untuk mengerjakan soal di atas maka kamu dapat melakukan beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Identifikasi permasalahan yang menurut kamu menarik untuk diteliti, yaitu merumuskan masalah
apa yang akan kamu teliti (biasanya dalam bentuk kalimat pertanyaan), seperti dimanakah manusia
praaksara biasanya tinggal? Pada masa kapan mereka hidup di Indonesia? Bagaimana mereka bisa
mempertahankan kehidupannya dan bagaimana ciri-cirinya? Dan lain-lain sebagainya bisa
diskusikan dengan teman-temanmu.
2. Setelah itu carilah sumber-sumber yang menjelaskan tentang permasalahan yang akan diteliti.
Caranya dengan mencari sumber dari internet, buku-buku bacaan, kliping koran, foto- foto, ilustrasi
dan bisa juga wawancara dengan tokoh masyarakat yang kamu anggap mengetahui permasalahan.
3. Setelah kamu temukan sumber-sumber tersebut, kamu harus melakukan perbandingan antara
sumber yang satu dengan yang lain untuk mencari kebenaran. Jika dari bacaan yang kamu baca ada
dua atau lebih sumber yang menyatakan hal yang sama maka bisa saja kita anggap sumber tersebut
mendekati kebenaran.
4. Apabila di daerah tempat tinggal kamu terdapat peninggalan sejarah yang diduga tinggalan masa
praaksara, kamu bersama teman-temanmu dapat mengunjungi situs tersebut untuk meyakinkan
pendapat kamu.
5. Setelah itu barulah kamu rumuskan dalam bentuk tulisan yang runtut sekitar 3 – 5 lembar tulisan.
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 4 CIBINONG
Jln. Karadenan No. 5 Cibinong Telp/Fax. ( 0251 ) 8654347 Bogor 16913
http://www.sman2cibinong.sch.id email: sman2cibinong@sman2cibinong.sch.id

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )
Satuan Pendidikan : SMA N 4 CIBINONG
Kelas/Semester : X/I
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Lahirnya Agama Hindu dan Budha dan Budha
Pertemuan : 11

K. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama,toleran,damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.

L. Kompetensi Dasar
1.3. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.4. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
2.1. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada
zaman pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.6. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah
3.3. Memahami dan menerapkan konsep berpikir kronologis (diakronik), sinkronik, ruang dan waktu
dalam sejarah zaman praaksara ,perkembangan Hindu dan Islam
3.5. Menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangya agama
dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
4.5. Menalar informasi mengenai proses masuk dan berkembangnya kerajaan
Hindu_Buddha dengan menerapkan cara berpikir kronologis, dan pengaruhnya
pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini serta mengemukakannya
dalam bentuk tulisan.

M. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Menunjukkan nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME berupa peninggalan hasil budaya
masa Hindu-Buddha di Indonesia
2. Menunjukkan nilai-nilai toleransi antar umat beragama dengan saling menghargai
peninggalan hasil budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia
3. Menunjukkan sikap tanggungjawab terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Buddha di
Indonesia
4. Menunjukkan sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Buddha di Indonesia
5. Menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas
6. Menunjukkan sikap tanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah
7. Mengidentifikasi latarbelakang lahirnya agama Hindu dan Budha
8. Mengidentifikasi perkembangan agama Hindu dan Budha
9. Menganalisis kemunduran agama Hindu dan Budha di India
N. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati dan membaca referensi siswa dapat:
1. Menunjukkan sikap tanggungjawab terhadap peninggalan hasil budaya masa Hindu-Buddha
di Indonesia.
2. Menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
3. Menunjukkan sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah
4. Mengidentifikasi latarbelakang lahirnya agama Hindu dan Budha di India
5. Mengidentifikasi perkembangan agama Hindu dan Budha
6. Menganalisi kemunduran agama Hindu dan Budha di India

O. Materi Ajar
1. Nilai-nilai syukur pada Ciptaan Tuhan YME berupa peninggalan hasil budaya masa Hindu-
Buddha di Indonesia.
2. Sikap tanggungajawab terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Buddha di Indonesia
3. Sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Buddha di Indonesia
4. Sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
5. Sikap tanggungjawab dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah
6. Konsep latarbelakang lahirnya agama Hindu dan Budha di India
7. Konsep perkembangan agama Hindu dan Budha di India
8. Konsep kemuduran agama Hindu dan Budha di India
9. Konsep kehidupan masyrakat pada masa berkembangnya agama Hindu dan Budha di India

P. Alokasi Waktu
2 X 45 Menit
Q. Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran
a. Pendekatan : Scientifik
b. Strategi : Cooperative Jigsaw
c. Metode : Ceramah,diskusi, Tanya jawab dan penugasan

R. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Alokasi waktu


 Memberikan salam
 Menanyakan kepada siswa kesiapan dan
kenyamanan untuk belajar
 Menanyakan kehadiran siswa 10 Menit
Pendahuluan  Mempersilahkan salah satu siswa memimpin doa
 Tanya jawab materi tentang pengetahuan siswa
mengenai agama Hindu
 Menyampaikan tujuan pembelajaran melalui power
point
 Menanyangkan gambar hasil kebudayaan India
pada masa kuno
 Siswa mendapatkan penjelasan tentang proses
pelaksanan teknik Jigsaw
Inti  Siswa dibagi ke dalam 5 kelompok yang 60 Menit
beranggotakan 6 orang
 Setiap kelompok mendapatkan tugas diskusi
tentang:
- Latar belakang lahirnya kebudayaan dan agama
Hindu dan Budha
- Ajaran-ajaran Inti dalam agama Hindu dan
Budha
- Kitab suci agama Hindu dan Budha
- Konsep Dewa dalam Hindu
- Sistem kemasyarakatan dalam Hindu dan
Budha
- Faktor penyebab Kemunduran agama Hindu di
India
 Masing-masing siswa dalam kelompok awal
menggali informasi tentang salah satu topic yang
telah ditugaskan dan membuat catatan hasil
temuannya.
 Kemudian masing-masing siswa yang membahas
topic yang sama berkumpul untuk mendiskusikan
topic tersebut bersama-sama (disebut kelompok
ahli).
 Setelah itu siswa kembali ke kelompok awal dan
mendiskusikan hasil temuan dari topic yang
dibahasnya masing-masing.
 Hasil diskusi dibuat Laporan kelompok untuk
dipresentasikan di depan kelas.
 Siswa yang lain menanggapi
 Klarifikasi/kesimpulan siswa dibantu oleh guru
menyimpulkan materi latarbelakang lahirnya dan
Penutup perkembangan Hindu di India 20 Menit
 Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran
 Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan
pembelajaran
 Mengucapkan salam

S. Penilaian Hasil Belajar


c. Tes
- Uraian (Terlampir)
- Pilihan Ganda ( Terlampir )
d. Non Tes
- Lembar pengamatan Kerja Kelompok
- Lembar Pengamatan Presentasi

T. Alat dan Sumber Belajar


- Alat dan Bahan
 White Board
 LCD
 Spidol
 Power Point
- Sumber Belajar
 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,Buku Guru Sejarah
Indonesia kelas X, Jakarta, 2013
 Soekmono,R.1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1.Yogyakarta.
Kanisius
 Djoened Poesponegoro, Marwati, dan Nugroho Notosusanto.2009. Sejarah
Nasional Indonesia I. Jakarta. Balai Pustaka
Lampiran

Lembar Pengamatan

LEMBAR PENGAMATAN SIKAP

Mata Pelajaran :..................................................................................................

Kelas/Semester:....................................................................................................

Tahun Ajaran :....................................................................................................

Waktu Pengamatan: ............................................................................................

Sikap yang diintegrasikan dan dikembangkan adalah perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan
santun.

Indikator perkembangan sikap perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan santun.

17. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas
18. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
19. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
20. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas
secara terus-menerus dan ajeg/konsisten.
Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.

No. Nama Religius Jujur Tanggung jawab Santun


Siswa
BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

1.

2.

3.

4.

5.

..
Lembar Pengamatan

Rubrik kegiatan Diskusi


Aspek Pengamatan
Nama Meng- Menghargai Jumlah
No. Kerja Nilai Ket.
Siswa komunika Toleransi Keaktifan pendapat Skor
sama
sikan pendapat teman

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Rubrik Penilaian Presentasi


Aspek Penilaian
Nama Sistematika Jumlah
No. Komuni Wawa Keberani Gesture dan Nilai Ket.
Siswa penyam Antusias Skor
Kasi san an penampilan
Paian

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Format Penilaian Laporan


Indicator Nilai
Sistematika Laporan
Penggunaan Bahasa
Penulisan/ejaan
Jumlah

Kriteria Penilaian untuk masing-masing indikator:

Sangat sesuai 4
Sesuai 3
Cukup 2
Kurang 1

Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal
RINGKASAN MATERI

C. Dari Lembah Indus sampai Muarakaman

Mengamati Lingkungan

Tentu kamu pernah membaca atau bahkan datang untuk melihat kemegahan Candi Borobudur. Candi
yang terletak di Kota Magelang, Jawa Tengah. Dari bentuk arsitekturnya candi itu merupakan candi
Buddha. Candi yang megah itu merupakan satu di antara tujuh keajaiban dunia. Kamu tentu bangga
dengan tinggalan budaya itu dan harus dapat merawat peninggalan yang sangat berharga tersebut.
Tidak jauh dari Candi Borobudur, terdapat Candi Prambanan. Candi Hindu itu terletak di perbatasan
Kota Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Surakarta, Jawa Tengah. Kedua candi yang megah itu
merupakan bukti perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Tentu kamu
pernah membaca cerita rakyat tentang Lara Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Cerita yang
melatarbelakangi terjadinya Candi Prambanan itu. Benarkah itu suatu kejadian nyata ataukah hanya
sebuah mitos belaka? Kamu dapat mendiskusikannya bersama teman-teman.

Dua mahakarya itu merupakan bukti-bukti pencapaian yang luar biasa pada Dinasti Syailendra. Setelah
masa dinasti itu surut, pusat kebudayaan dan politik kerajaan pindah ke Jawa bagian timur. Di Jawa
bagian timur itu kemudian berdirilah kerajaan yang diperintah oleh keturunan Raja Mataram yang
bernama Mpu Sindok. Beberapa sumber sejarah yang berasal dari Cina menyebutkan tentang adanya
hubungan perkawinan antara raja Jawa dan Bali pada masa pemerintahannya.

Sementara itu, di Sumatra terdapat Kerajaan yang sangat terkenal, yaitu Sriwijaya. Kerajaan yang
handal menjalin hubungan dengan dunia internasional melalui jaringan perdagangan dan
kemaritimannya. Dalam masa itulah para pedagang datang dari

India, Cina dan Arab untuk meramaikan Sriwijaya. Saat Sumatra di bawah Dinasti Syailendra, kerajaan itu
dapat menguasai kerajaan- kerajaan lain di sepanjang Laut Malaka. Pada masa itu pula hubungan
dengan India dan Cina berkembang pesat. Bahkan hubungan itu sangat berpengaruh dalam
perkembangan budaya pada masa itu, bahkan hingga saat ini pengaruh kedua budaya itu masih dapat
kita temui. Kehebatan Sriwijaya juga ditunjukkan dengan adanya “dharma” (sumbangan) dari Raja
Sriwijaya untuk mendirikan asrama di Nalanda. Sriwijaya pun menjadi pusat belajar agama Buddha pada
masa itu. Sumber-sumber Tibet dan Nepal menyebutkan, seorang pendeta Buddha yang bernama Atisa,
belajar Agama Buddha di Sriwijaya selama 12 tahun, atas saran I-tsing, seorang musafir dari Cina yang
lebih dahulu pernah singgah di Sriwijaya.

Jika mengunjungi Candi Prambanan atau Candi Borobudur, kamu akan melihat kisah dalam dunia
wayang. Tentu kamu juga pernah mendengar tentang wayang, atau bahkan ada yang suka melihat
wayang. Wayang sudah dikenal oleh nenek moyang kita sejak masa Hindu-Buddha. Melalui wayang
kisah Mahabharata dipentaskan. Kisah yang hingga saat ini masih populer adalah Kisah Bharatayudha.
Kisah yang menceritakan tentang perang saudara antara Kurawa dan Pandawa, tentang kebaikan yang
mengalahkan kejahatan. Cerita itu merupakan saduran dari India. Seorang pujangga Jawa diperintahkan
oleh Jabajaya untuk menulis cerita itu dalam versi Jawa. Jayabaya adalah Raja Kediri yang kekuasaannya
tidak dapat ditentang oleh kerajaan- kerajaan lain. Raja ini pula Sumber :Bambang Budi Utomo. 2010.
Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu- Buddha). Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Gambar 2.2 Candi Prambanan

yang dikenal karena kehebatan ramalannya. Selain Mahabharata juga dikenal cerita tentang Ramayana.
Dari kisah Ramayana itulah disebutkan adanya Jawadwipa, pulau yang kaya dengan tambang emas dan
perak.

Nama Jawadwipa juga sudah dikenal oleh seorang ahli geografi Yunani, Ptolomeus, pada awal tarikh
Masehi dengan nama “Labadiu”. Jadi nama Kepulauan Indonesia sudah ditulis dan dikenal oleh penulis
Barat jauh pada masa awal Masehi. Ptolomeus menyebutkan bahwa Pulau Labadiu artinya Pulau Padi
atau dikenal pula dengan Jawadwipa.

Nah, bagaimanakah Agama Hindu dan Buddha dapat masuk di Kepulauan Indonesia? Banyak ahli yang
berpendapat tentang itu. Pada bab ini kita akan belajar tentang masuk dan berkembangnya pengaruh-
pengaruh India dan Cina, serta capaian-capaian yang dilakukan para penguasa pada masa saat itu dan
proses masuknya agama Hindu dan Buddha. Pada saat ini pula peranan pedagang, penguasa, dan
pujangga sangat terlihat dari bukti-bukti capaian budaya pada saat itu yang hingga saat ini masih dapat
kita jumpai.

Memahami Teks

1. Lahirnya Agama Hindu

Pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan Hindu di India berkaitan dengan sistem kepercayaan
bangsa Arya yang masuk ke India pada 1500 S.M. Kebudayaan Arya berkembang di Lembah Sungai Indus
India. Bangsa Arya mengembangkan sistem kepercayaan dan sistem kemasyarakatan yang sesuai
dengan tradisi yang dimilikinya. Sistem kepercayaan itu berupa penyembahan terhadap banyak dewa
yang dipimpin oleh golongan pendeta atau Brahmana. Keyakinan bangsa Arya terhadap kepemimpinan
kaum Brahmana dalam melakukan upacara ini melahirkan kepercayaan terhadap Brahmanisme.
Selanjutnya golongan ini juga menulis ajaran mereka dalam kitab-kitab suci yang menjadi standar
pelaksanaan upacara-upacara keagamaan. Kitab suci agama Hindu disebut Weda (Veda), artinya
pengetahuan tentang agama. Sanusi Pane dalam bukunya Sejarah Indonesia menjelaskan tentang Weda
terdiri dari 4 buah kitab, yaitu:

a. Rigweda Rigweda adalah kitab yang berisi tentang ajaran-ajaran Hindu. Rigweda merupakan kitab
yang tertua dan kemungkinan muncul pada waktu bangsa Arya masih berada di daerah Punjab.
b. Samaweda Samaweda adalah kitab yang berisi nyanyian-nyanyian pujaan yang wajib dilakukan
ketika upacara agama.
c. Yajurweda Yajurweda adalah kitab yang berisi dosa-doa yang dibacakan ketika diselenggarakan
upacara agama. Munculnya kitab ini diperkirakan ketika bangsa Arya mengusai daerah Gangga
Tengah.
d. Atharwaweda Atharwaweda adalah kitab yang berisi doa-doa untuk menyembuhkan penyakit, doa
untuk memerangi raksasa. Doa-doa atau mantera pada kitab ini muncul setelah bangsa Arya
berhasil menguasai daerah Gangga Hilir.

Untuk memperdalam kajian tentang hal ini kamu dapat membaca buku Vlekke, Nusantara: Sejarah
Indonesia.

Agama Hindu bersifat Politheisme, yaitu percaya terhadap banyak dewa yang masing-masing dewa
memiliki peranan dalam kehidupan masyarakat. Ada tiga dewa utama dalam agama Hindu yang disebut
Trimurti terdiri dari Dewa Brahma (dewa pencipta), Dewa Wisnu (dewa pelindung), dan Dewa Siwa
(dewa perusak).

Sistem kemasyarakatan yang dikembangkan oleh bangsa Arya adalah sistem kasta. Sistem kasta
mengatur hubungan sosial bangsa Arya dengan bangsa-bangsa yang ditaklukkannya. Sistem ini
membedakan masyarakat berdasarkan fungsinya. Golongan Brahmana (pendeta) menduduki golongan
pertama. Ksatria (bangsawan, prajurit) menduduki golongan kedua. Waisya (pedagang dan petani)
menduduki golongan ketiga, sedangkan Sudra (rakyat biasa) menduduki golongan terendah atau
golongan keempat. Sistem kepercayaan dan kasta menjadi dasar terbentuknya kepercayaan terhadap
Hinduisme. Penggolongan seperti inilah yang disebut caturwarna.

2. Lahirnya Agama Buddha

Agama Buddha lahir sekitar abad ke-5 S.M. Agama ini lahir sebagai reaksi terhadap agama Hindu
terutama karena keberadaan kasta. Pembawa agama Buddha adalah Sidharta Gautama (563-486 S.M),
seorang putra dari Raja Suddhodana dari Kerajaan Kosala di Kapilawastu. Untuk mencari pencerahan
hidup, ia meninggalkan Istana Kapilawastu dan menuju ke tengah hutan di Bodh Gaya. Ia bertapa di
bawah pohon (semacam pohon beringin) dan akhirnya mendapatkan bodhi, yaitu semacam penerangan
atau kesadaran yang sempurna. Pohon itu kemudian dikenal dengan pohon bodhi. Sejak saat itu,
Sidharta Gautama dikenal sebagai Sang Buddha, artinya yang disinari. Peristiwa ini terjadi pada tahun
531 SM. Usia Sidharta waktu itu kurang lebih 35 tahun. Wejangan yang pertama disampaikan di Taman
Rusa di Desa Sarnath.

Dalam ajaran Buddha manusia akan lahir berkali-kali (reinkarnasi). Hidup adalah samsara, menderita,
dan tidak menyenangkan. Menurut ajaran Buddha, hidup manusia adalah menderita, disebabkan karena
adanya tresna atau cinta, yaitu cinta (hasrat/nafsu) akan kehidupan. Penderitaan dapat dihentikan,
caranya adalah dengan menindas tresna melalui delapan jalan (astawida), yakni pemandangan (ajaran)
yang benar, niat atau sikap yang benar, perkataan yang benar, tingkah laku yang benar, penghidupan
(mata pencaharian) yang benar, usaha yang benar, perhatian yang benar, dan semadi yang benar.

3. Masuknya pengaruh Hindu-Buddha

Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha berkembang di Indonesia. Satu bukti adalah ditemukannya arca
Buddha terbuat dari perunggu di daerah Sempaga, Sulawesi Selatan. Menurut ciri-cirinya, arca Sempaga
memperlihatkan langgam seni arca Amarawati dari India Selatan. Arca sejenis juga ditemukan di daerah
Jember, Jawa Timur dan daerah Bukit Siguntang Sumatra Selatan. Di daerah Kota Bangun Kutai,
Kalimantan Timur, juga ditemukan arca Buddha. Arca Buddha itu memperlihatkan ciri seni area dari
India Utara. Kalau begitu kapan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha dari India itu masuk ke
Kepulauan Indonesia?

Proses masuknya Hindu-Buddha atau sering disebut Hindunisasi di Kepulauan Indonesia ini masih ada
berbagai pendapat. Sampai saat ini masih ada perbedaan pendapat mengenai cara dan jalur proses
masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha di Kepulauan Indonesia. Beberapa pendapat (teori)
tersebut dijelaskan pada uraian berikut.

Pertama, sering disebut dengan teori Ksatria.

Dalam kaitan ini R.C. Majundar berpendapat, bahwa munculnya kerajaan atau pengaruh Hindu di
Kepulauan Indonesia disebabkan oleh peranan kaum ksatria atau para prajurit India. Para prajurit diduga
melarikan diri dari India dan mendirikan kerajaan-kerajaan di Kepulauan Indonesia dan Asia Tenggara
pada umumnya. Namun, teori Ksatria yang dikemukakan oleh R.C. Majundar ini kurang disertai dengan
bukti-bukti yang mendukung. Selama ini belum ada ahli akelog yang dapat menemukan bukti-bukti yang
menunjukkan adanya ekspansi dari prajurit-prajurit India ke Kepulauan Indonesia. Kekuatan teori ini
terletak pada semangat untuk petualangan para kaum ksatria.

Untuk memperdalam masalah ini, kamu dapat membaca buku Sanusi Pane, Sejarah Indonesia.

Kedua, teori Waisya.

Teori ini terkait dengan pendapat N.J. Krom yang mengatakan bahwa kelompok yang berperan dalam
dalam penyebaran Hindu-Buddha di Asia Tenggara, termasuk Indonesia adalah kaum pedagang. Pada
mulanya para pedagang India berlayar untuk berdagang. Pada saat itu jalur perdagangan melalui lautan
yang tergantung dengan adanya musim angin yang menyebabkan mereka tergantung pada kondisi alam.
Bila musim angin tidak memungkinkan maka mereka akan menetap lebih lama untuk menunggu musim
baik. Para pedagang India pun melakukan perkawinan dengan penduduk pribumi dan melalui
perkawinan tersebut mereka mengembangkan kebudayaan India. Menurut G. Coedes, yang memotivasi
para pedagang India untuk datang ke Asia Tenggara adalah keinginan untuk memperoleh barang
tambang terutama emas dan hasil hutan.

Ketiga, teori Brahmana.

Teori sesuai dengan pendapat J.C. van Leur bahwa Hinduninasi di Indonesia disebabkan oleh peranan
kaum Brahmana. Pendapat van Leur didasarkan atas temuan- temuan prasati yang menggunakan
bahasa Sanskerta dan huruf pallawa. Bahasa dan huruf tersebut hanya dikuasai oleh kaum Brahmana.
Selain itu adanya kepentingan dari para penguasa untuk mengundang para Brahmana India. Mereka
diundang ke Asia Tenggara untuk keperluan upacara keagamaan. Seperti pelaksanaan upacara inisiasi
yang dilakukan oleh para kepala suku agar mereka menjadi golongan ksatria. Pandangan ini sejalan
dengan pendapat yang dikemukan oleh Paul Wheatly bahwa para penguasa lokal di Asia Tenggara
sangat berkepentingan dengan kebudayaan India guna mengangkat status sosial mereka.

Keempat, teori yang dinamakan teori Arus Balik.

Teori ini lebih menekankan pada peranan bangsa Indonesia sendiri dalam proses penyebaran
kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Artinya, orang-orang di Kepulauan Indonesia terutama para
tokoh-tokohnya yang pergi ke india. Di India mereka belajar hal ihwal agama dan kebudayaan Hindu-
Buddha. Setelah kembali ke Kepulauan Indonesia mereka mengajarkan dan menyebarkan ajaran agama
itu kepada masyarakatnya. Pandangan ini dapat dikaitkan dengan pandangan F.D.K. Bosch yang
menyatakan bahwa proses Indianisasi di Kepulauan Indonesia dilakukan oleh kelompok tertentu,
mereka itu terdiri dari kaum terpelajar yang mempunyai semangat untuk menyebarkan Buddha.
Kedatangan mereka disambut baik oleh tokoh masyarakat. Selanjutnya karena tertarik dengan ajaran
Hindu- Buddha mereka pergi ke India untuk memperdalam ajaran itu. Lebih lanjut Bosch
mengemukakan bahwa proses Indianisasi adalah suatu pengaruh yang kuat terhadap kebudayaan lokal.

Berdasarkan teori-teori yang dikemukan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa masyarakat di
Kepulauan Indonesia telah mencapai tingkatan tertentu sebelum munculnya kerajaan yang bersifat
Hindu-Buddha. Melalui proses akulturisasi, budaya yang dianggap sesuai dengan karateristik masyarakat
pada saat itu diterima dengan menyesuaikan pada budaya masyarakat setempat saat itu.

Nah, bagaimana selanjutnya dengan persebaran agama- agama itu? Beberapa bukti-bukti arkeologis
menunjukkan perkembangan masuknya agama Hindu-Buddha di Kepulauan Indonesia. Pengaruh Hindu
ditemukan berasal pada abad ke-4 - ke-5 Masehi. Prasasti yang ditemukan di Kutai dan Tarumanagara
yang menyebutkan sapi sebagai hewan persembahan menunjukkan bahwa agama Hindu berkembang di
daerah itu. Juga adanya penyebutan Dewa Trimurti yaitu, Brahma, Wisnu, dan Siwa

Untuk memahami lebih lanjut kamu dapat membaca buku Taufik Abdullah dan Adrian B. Lapian (ed)
Indonesia Dalam Arus Sejarah, jilid II.

Uji Kompetensi

1. Buatlah analisis teori mana yang paling kuat dari beberapa teori masuknya agama dan budaya
Hindu-Buddha!
2. Jelaskan kelemahan dan kelebihan masing-masing teori tersebut!
3. Mengapa rakyat Indonesia mudah menerima ajaran Hindu- Buddha?
4. Mengapa agama dan kebudayaan Hindu masih berkembang di Bali?

Tugas

Setelah kita memahami kehidupan masyarakat awal Hindu- Buddha, coba amati dan perhatikanlah
daerah di sekitar tempat tinggal kamu. Apakah masih ada pengaruh-pengaruh budaya masa Hindu-
Buddha yang masih dilakukan di tempat tinggal sekitar kamu. Buatlah kelompok dengan teman kamu
dan buatlah catatan atas permasalahan berikut ini:
1. Coba kamu identifikasi beberapa tinggalan budaya Hindu- Buddha dalam bentuk budaya
benda/fisik maupun budaya tak benda/non fisik di lingkungan sekitarmu!
2. Bagaimana kamu menyikapi perkembangan kebudayaan terdahulu yang berkembang di
lingkunganmu?
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 4 CIBINONG
Jln. Karadenan No. 5 Cibinong Telp/Fax. ( 0251 ) 8654347 Bogor 16913
http://www.sman2cibinong.sch.id email: sman2cibinong@sman2cibinong.sch.id

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )
Satuan Pendidikan : SMA N 4 CIBINONG
Kelas/Semester : X/I
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Pengaruh Masuknya Hindu dan Budha
Pertemuan : 12

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama,toleran,damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.

D. Kompetensi Dasar
1.1. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.2. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
2.1. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada zaman pra
aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.3 Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah
3.1. Memahami dan menerapkan konsep berpikir kronologis (diakronik), sinkronik, ruang dan waktu dalam
sejarah zaman praaksara ,perkembangan Hindu dan Islam
3.5. Menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangya agama dan kebudayaan
Hindu-Buddha di Indonesia
4.5. Menalar informasi mengenai proses masuk dan berkembangnya kerajaan Hindu_Buddha
dengan menerapkan cara berpikir kronologis, dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan.
C. IndikatorPencapaianKompetensi
1. menunjukan nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME berupa peninggalan hasil budaya masa
hindu-budhha dan Islam
2. menunjukan nilai-nilai toleransi antar umat beragama dengan saling menghargai peninggalan
hasil budaya masa hindu budha di Indonesia
3. menunjukan sikap tanggungjawab terhadap peninggalan hasil budaya hindu-buddha di Indonesia.
4. Menunjukan sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya hindu-buddha di Indonesia
5. Menunjukan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
6. Menunjukan sikap tanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajara sejarah
7. Menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan
hindu Buddha di Indonesia
8. Merumuskan pendapat tentang teori yang paling tepat dari beberapa teori yang ada tentang
prosesnya masuk dan berkembangnya hindu Buddha di Indonesia.
9. Melaporkan kehidupan masyarakat, pemerintah dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan
hindu-buddha di Indonesia

D. TujuanPembelajaran
Melalui diskusi, mengamati dan membaca referensi siswa dapat
1 Menunjukan sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya hindu-buddha di
Indonesia.
2 Menunjukan sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya hindu-buddha di Indonesia
3 Menunjukan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
4 Menunjukan sikap tanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajara sejarah
5 Menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan
hindu Buddha di Indonesia
6 Merumuskan pendapat tentang teori yang paling tepat dari beberapa teori yang ada tentang
prosesnya masuk dan berkembangnya hindu Buddha di Indonesia.
7 Melaporkan kehidupan masyarakat, pemerintah dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan
hindu-buddha di Indonesia
E. Materi Ajar
1. Nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME berupa peninggalan hasil budaya masa hindu-buddha
di Indonesia
2. Sikap tanggungjawab terhadap terhadap peningalan hasil budaya hindu-buddha di Indonesia
3. Sikap peduli terhadap peningalan hasil budaya hindu-buddha di Indonesia
4. Sikap jujur dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah
5. Sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah.
6. Menganalisa berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya hindu-buddha di
Indonesia
7. Merumuskan pendapat tentang teori yang paling tepat dari beberapa teori yang ada tentang
prosesnya masuk dan berkembangnya hindu Buddha di Indonesia

F. Alokasi waktu
1 x 45 menit.
G. Pendekatan strategis dan metode pembelajaran
Pendekatan : saintifik
Strategis : Learning Together
Metode : ceramah, diskusi, tanyajawab dan penugasan

H. KegiatanPembelajaran

Kegiatan Deskripsi Alokasi


waktu
 Memberikan salam
 Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk
Pendahuluan belajar
 Menanyakan kehadiran siswa 10 menit
 Mempersilahkan salah satu siswa memimpin doa
 Tanya jawab materi sebelumnya pengetahuan siswa mengenai
agama Hindu dan agama buddha
 Menyampaikan tujuan pembelajaran melalui power point

 Menanyangkan gambar masakank has india, arca, wayang dan


peta jalur pelayaran kuno melalui power point serta melakukan
Tanya Tanya jawab singkat
Inti  Siswa mendapatkan penjelasan tentang proses pelaksanakan 60 menit
teknik Learning Together
 Siswa dibagi kedalam 4 kelompok yang beranggota 6-7orang
(kelompok awal)
 Setiap kelompok mendapatkan tugas :
 Menganalisa teori brahmana
 Menganalisa teori kesatria
 Menganalisa teori waisya
 Menganalisa teori arus balik
 Masing-masing siswa dalam kelompok mencatat hasil diskusinya
untuk dipresentasikan di depan kelas
 Laporan hasil kerja kelompok dipresentasikan di depan kelas.
 Kelompok yang lain menanggapi

 Klarifikasi/kesimpulan siswa dibantu oleh guru menyimpulkan


materi masuknya pengaruh hindu-buddha 20 menit
Penutup  Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
 Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran
 Mengucapkan salam

I. Penilaian Proses hasil belajar


a. Tes
1. Uraian
2. Pilihan Ganda
b. Non Tes
1. lembar pengamatan kerja kelompok
2. Lembar pengamatan presentasi
J. Sumber Belajar :

 Buku sumber Sejarah SMA X


 Djoened Poesponegoro, Marwati dan Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia II.
Jakarta. Balai Pustaka.
 Peta Sejarah
 Power point
 LCD
 Internet
 Kartu Pembelajaran

Cibinong, Juli 2013


Mengetahui
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran

Dr,Bambang Supriadi, M.Pd Muhamad Yusup, S.Pd


NIP. 196911081995121001 NIP.
Lampiran Lembar Pengamatan

LEMBAR PENGAMATAN SIKAP

Mata Pelajaran :..................................................................................................

Kelas/Semester:....................................................................................................

Tahun Ajaran :....................................................................................................

Waktu Pengamatan: ............................................................................................

Sikap yang diintegrasikan dan dikembangkan adalah perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan
santun.

Indikator perkembangan sikap perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan santun.

21. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas
22. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
23. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
24. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas
secara terus-menerus dan ajeg/konsisten.
Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.

No. Nama Religius Jujur Tanggung jawab Santun


Siswa
BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

1.

2.

3.

4.

5.

..
Lembar Pengamatan

Rubrik kegiatan Diskusi


Aspek Pengamatan
Nama Meng- Menghargai Jumlah
No. Kerja Nilai Ket.
Siswa komunika Toleransi Keaktifan pendapat Skor
sama
sikan pendapat teman

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Rubrik Penilaian Presentasi


Aspek Penilaian
Nama Sistematika Jumlah
No. Komuni Wawa Keberani Gesture dan Nilai Ket.
Siswa penyam Antusias Skor
Kasi san an penampilan
Paian

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Format Penilaian Makalah

Struktur Makalah Indikator Nilai

Menunjukkan dengan tepat isi :


Pendahuluan  Latar belakang
 Rumusan masalah
 Tujuan penulisan.
 Ketepatan pemilihan gambar
 Orisinalitas makalah
 Mendeskripsikan mengenai Penelusuran
Isi PeradabanAwal di Kepulauan Indonesia
 Struktur/logikapenulisan disusun dengan jelas sesuai
metode yang dipakai
 Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan komunikatif
 Daftar pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan
(Ilmiah)
 Menghindari sumber (akun) yang belum dikaji secara
ilmiah
 Kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah
 Saran relevan dengan kajian, dan berisi pesan untuk
Penutup peningkatan kepedulian terhadap Peradaban Awal di
Kepulauan Indonesia
Jumlah

Kriteria Penilaian untuk masing-masing indikator:


Skor perolehan
Sangat sesuai 4
Nilai = X 100
Sesuai 3
Skor Maksimal (48)
Cukup 2
Kurang 1
RINGKASAN MATERI

Teori masuknya kebudayaan hindu-buddha di Indonesia

Memasuki abad Masehi, antara Indonesia dengan India sudah terjalin hubungan terutama dalam
perdagangan. Setelah jalur perdagangan India dengan Cina lewat laut (tidak lagi melewati jalan darat),
maka selat Malaka merupakan alternatif terdekat yang dilalui pedagang. Dalam hubungan tersebut
masuk dan berkembang pula agama dan budaya India di Indonesia.
Peristiwa masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada abad pertama Masehi
membawa pengaruh yang sangat penting. Peristiwa tersebut menandai berakhirnya jaman prasejarah
Indonesia dan memasuki jaman sejarah serta membawa perubahan dalam susunan masyarakat dan
kebudayaan yang berkembang di Indonesia.
Proses masuknya pengaruh budaya India ke Indonesia, sering disebut penghinduan. Pada dasarnya
istilah ini sebenarnya kurang tepat, karena disamping agama Hindu, masuk pula agama Budha. Proses ini
terjadi didahului adanya hubungan Indonesia dengan India, sebagai akibat perubahan jalur perdagangan
dari jalur tengah (sutera) berganti ke jalur pelayaran (rempah-rempah. Hal ini didasarkan bukti
peninggalan arca dan prasasti di Indonesia. Sedangkan di India terdapat karya sastra, diantaranya kitab
Jataka, Ramayana dan Raghuwamsa. Kitab Jataka berisi kisah perjalanan Budha yang menjumpai
Swarnabhumi. Kitab Ramayana terdapat istilah Jawadwipa dan Swarnabhumi. Kitab Raghuwamsa karya
Kalisada tentang perdagangan India yang menyebutkan Dwipantara sebagai asal bahan perdagangan
cengkih atau lavanka.
Masuknya kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia melalui proses yang panjang. Berbagai pendapat para
ahli meskipun masih berupa dugaan sementara, cukup berguna untuk memberikan pemahaman tentang
bagaimana proses masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.
Teori tentang masuknya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada dasarnya dapat dibagi dalam dua
pandangan. Pendapat pertama menekankan pada peran aktif dari orang-orang India dalam
menyebarkan Hindu-Budha (teori Waisya, teori Ksatria, dan teori Brahmana. Pendapat kedua
mengemukakan peran aktif orang-orang Indonesia dalam menyebarkan agama Hindu-Budha di
Indonesia (teori Arus Balik).

1. Teori Waisya
Teori Waisya dikemukakan oleh NJ. Krom yang menyatakan bahwa golongan Waisya (pedagang)
merupakan golongan terbesar yang berperan dalam menyebarkan agama dan kebudyaan Hindu-
Budha. Para pedagang yang sudah terlebih dahulu mengenal Hindu-Budha datang ke Indonesia
selain untuk berdagang mereka juga memperkenalkan Hindu-Budha kepada masyarakat Indonesia.
Karena pelayaran dan perdagangan waktu itu bergantung pada angin musim, maka dalam waktu
tertentu mereka menetap di Indonesia jika angin musim tidak memungkinkan untuk kembali.
Selama para pedagang India tersebut tinggal menetap, memungkinkan terjadinya perkawinan
dengan perempuan-perempuan pribumi. Dari sinilah pengaruh kebudayaan India menyebar dalam
kehidupan masyarakat Indonesia.
2. Teori Ksatria
Teori Ksatria berpendapat bahwa penyebaran kebudayaan Hindu-Budha yang dilakukan oleh
golongan ksatria. Pendukung teori Ksatria, yaitu:
a. C.C. Berg menjelaskan bahwa golongan ksatria turut menyebarkan kebudayaan Hindu-
Budha di Indonesia. Para ksatria India ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan
kekuasaan di Indonesia. Bantuan yang diberikan oleh para ksatria ini sedikit banyak membantu
kemenangan bagi salah satu kelompok atau suku di Indonesia yang bertikai. Sebagai hadiah atas
kemenangan itu, ada di antara mereka yang dinikahkan dengan salah satu putri dari kepala suku
atau kelompok yang dibantunya. Dari perkawinannya itu, para ksatria dengan mudah
menyebarkan tradisi Hindu-Budha kepada keluarga yang dinikahinya tadi. Selanjutnya
berkembanglah tradisi Hindu-Budha dalam kerajaan di Indonesia.
b. Mookerji mengatakan bahwa golongan ksatria dari Indialah yang membawa pengaruh
kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia. Para Ksatria ini selanjutnya membangun koloni-koloni
yang berkembang menjadi sebuah kerajaan.
c. J.L. Moens menjelaskan bahwa proses terbentuknya kerajaan-kerajaan di Indonesia
pada awal abad ke-5 ada kaitannya dengan situasi yang terjadi di India pada abad yang sama.
Sekitar abad ke-5, ada di antara para keluarga kerajaan di India Selatan melarikan diri ke
Indonesia sewaktu kerajaannya mengalami kehancuran. Mereka itu nantinya mendirikan
kerajaan di Indonesia.

3. Teori Brahmana

sumber gambar: http://dedicatedkaurs.blogspot.com/


Teori ini dikemukakan oleh Jc.Van Leur yang menyatakan bahwa agama dan kebudayaan Hindu-Budha
yang datang ke Indonesia dibawa oleh golongan Brahmana (golongan agama) yang sengaja diundang
oleh penguasa Indonesia. Pendapatnya didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan
kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia, terutama pada prasasti-prasasti yang
menggunakan Bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Di India bahasa itu hanya digunakan dalam kitab
suci dan upacara keagamaan dan hanya golongan Brahmana yang mengerti dan menguasai penggunaan
bahasa tersebut.
Teori ini mempertegas bahwa hanya kasta Brahmana yang memahami ajaran Hindu secara utuh dan
benar. Para Brahmanalah yang mempunyai hak dan mampu membaca kitab Weda (kitab suci agama
Hindu) sehingga penyebaran agama Hindu ke Indonesia hanya dapat dilakukan oleh golongan
Brahmana.
4. Teori Arus Balik
Teori ini dikemukakan oleh F.D.K Bosch yang menjelaskan peran aktif orang-orang Indonesia dalam
penyebaran kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Menurut Bosch, yang pertama kali datang ke
Indonesia adalah orang-orang India yang memiliki semangat untuk menyebarkan Hindu-Budha. Karena
pengaruhnya itu, ada di antara tokoh masyarakat yang tertarik untuk mengikuti ajarannya. Pada
perkembangan selanjutnya, banyak orang Indonesia sendiri yang pergi ke India untuk berziarah dan
belajar agama Hindu-Budha di India. Sekembalinya di Indonesia, merekalah yang mengajarkannya pada
masyarakat Indonesia yang lain.
Bukti adanya pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia sebagai berikut.

1. Adanya arca Buddha bergaya amarawati (gaya India Selatan) di Sempaga, Sulawesi Selatan, dan di
Jember. Arca di Sempaga merupakan yang tertua. Selain itu, ditemukan pula arca bergaya gandhara
(India Utara) di Bukit Siguntang (Sumatra Selatan) dan Kota Bangun, Kutai.
2. Adanya prasasti berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta di Kutai dan Tarumanegara.
3. Adanya penganut agama Hindu dan Buddha di Indonesia.
4. Berkembangnya seni patung di Indonesia.
5. Penggunaan istilah warman sebagai nama raja seperti di India.
6. Munculnya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha.
7. Penggunaan bahasa Sanskerta dan tulisan Pallawa dalam kehidupan masyarakat.
8. Adanya sistem kemaharajaan.
9. Adanya kitab-kitab sastra yang bercorak Hindu.

Penting Untuk Diketahui ;

Dalam perkembangannya, agama Hindu lebih banyak berpengaruh daripada agama Buddha. Bukti
bahwa agama Hindu lebih dahulu masuk ke Indonesia adalah diketahui bahwa kerajaan tertua di
Indonesia, Kutai, beragama Hindu. Kerajaan yang berdiri setelah itu pun, Tarumanegara, juga beragama
Hindu. Adapun bukti bahwa Hindu lebih berpengaruh adalah adanya keterangan seorang musafir Cina
bernama Fa Hsien yang mengatakan bahwa tidak banyak penganut Buddha di Ye-Po-Ti (Jawa). Musafir
Cina ini datang di Jawa pada tahun 414 M.

Candi Borobudur CandiPrambanan


SOAL PILIHAN GANDA
1. Agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang India. Pernyataan tersebut sesuai
dengan teori ….
A. Brahmana
B. Ksatria
C. Waisya
D. Sudra
E. Paria

2. Salah satu bagian dari kitab weda yang berisi syair puji-pujian kepada dewa yaitu ….
A. regweda
B. samaweda
C. yajurweda
D. atharwaweda
E. Upanishad

3. Berikut merupakan pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Budha bagai masyarakat Indonesia,
kecuali ….
A. berkembangnya teknologi pembuatan candi
B. dikenalnya sistem kasta pada masyarakat Hindu
C. mulai dikenalnya konsep raja dan kerajaan
D. dikenalnya sistem kasta pada masyarakat Budha
E. mulai dikenalnya aksara dan kesusastraan

4. Salah satu teori proses masuk dan berkembangnya agama serta kebudayaan hindu-buddha ke
Indonesia yang menempatkan peranan aktif bangsa Indonesia dalam proses tersebut adalah….
a. teori kesatria d. teori arus balik
b. teori waisya e. teori pendeta
c. teori brahmana

5. teori kesatria didukung oleh sarjana dari india bernama….


a. J.Nehru d. Aga Khan
b. M.Gandhi c. Jayawardhana
c. Mukerjee

KunciJawaban :
1. C
2. A
3. D
4. D
5. C
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 4 CIBINONG
Jln. Karadenan No. 5 Cibinong Telp/Fax. ( 0251 ) 8654347 Bogor 16913
http://www.sman2cibinong.sch.id email: sman2cibinong@sman2cibinong.sch.id

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )
Satuan Pendidikan : SMA N 4 CIBINONG
Kelas/Semester : X/I
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Pengaruh Masuknya Hindu dan Budha
Pertemuan : 13

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama,toleran,damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar
1.1. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.2. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
2.1. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada zaman pra
aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.2. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah
3.1. Memahami dan menerapkan konsep berpikir kronologis (diakronik), sinkronik, ruang dan waktu dalam
sejarah zaman praaksara ,perkembangan Hindu dan Islam
3.6. Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan kebudayaan pada masa
kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang
masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.
4.5. Menalar informasi mengenai proses masuk dan berkembangnya kerajaan Hindu_Buddha
dengan menerapkan cara berpikir kronologis, dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menunjukan nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME berupa peninggalan hasil budaya masa
Kerajaan Kutai dan Tarumanagara
2. Menunjukan nilai-nilai toleransi antar umat beragama dengan saling menghargai peninggalan
hasil budaya masa Kerajaan di Indonesia
3. Menunjukan sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya Kerajaan Kutai dan
Tarumanagara di Indonesia
4. Menunjukan sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya Kerajaan Kutai dan Tarumanagara
di indonesia
5. Menunjukan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
6. Menunjukan sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
7. Mendeskripsikan kehidupan masyarakat pada masa Kerajaan Kutai dan Tarumanagara
8. Melaporkan kehidupan masyarakat Kerajaan Kutai dan Tarumanagara di Indonesia, dan
peninggalan kebudayaan pada masa Kerajaan Kutai dan Tarumanagara di Indonesia

D. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati dan membaca referensi siwa dapat :
1. Menunjukan sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya masa Kerajaan Kutai dan
Tarumanagara di Indonesia
2. Menunjukan sikap perduli terhadap peninggalan hasil budaya masa Kerajaan Kutai dan
Tarumanagara di Indonesia
3. Menunjukan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
4. Menunjukan sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
5. Mendeskripsikan kehidupan masyarakat pada masa Kerajaan Kutai dan Tarumanagara
6. Melaporkan bentuk kehidupan masyarakat Kerajaan Kutai dan Tarumanagara di Indonesia dan
peninggalan kebudayaan pada masa Kerajaan Kutai dan Tarumanagara di Indonesia

E. Materi Ajar
1. Nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME berupa peninggalan hasil budaya masa Hindu-Budha
di Indonesia
2. Sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya kerajaan Kutai dan Tarumanagara di
Indonesia
3. Sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya Kerajaan Kutai dan Tarumanagara di Indonesia
4. Sikap jujur dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah
5. Sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugas dari pelajaran sejarah
6. Konsep kehidupan masyarakat pada masa kerajaan Kutai dan Tarumanagara di Indonesia
7. Peninggalan kebudayaan Kutai dan Tarumanagara di Indonesia

F. Alokasi Waktu
2 x 45 menit

G. Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran


Pendekatan : saintifik
Strategi : cooperative learning Together
Metode : ceramah, diskusi, tanya jawab dan penugasan
H. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Alokasi


Waktu
1) Kelas dipersiapkan agar lebih kondusif untuk proses belajar
mengajar; kerapian dan kebersihan ruang kelas, presensi
(absensi, kebersihan, kelas, menyiapkan media dan alat
serta buku yang diperlukan).
2) Guru menyampaikan topik tentang “Kerajaan-kerajaan
Hindu- Buddha”
Pendahuluan 3) Guru menegaskan kembali tentang topik dan
menyampaikan komptensi yang akan dicapai. Topik itu 10 menit
bahannya ada pada buku teks pelajaran Sejarah Indonesia
Bab II, sub-bab B bagian satu dan dua.
4) Peserta didik dibagi menjadi enam kelompok (kelompok I, II,
III, IV, V, dan VI).

1) Sebelum guru menyampaikan materi, peserta didik


diterangkan gambar yang terdapat pada buku teks
pelajaran Sejarah Indonesia di halaman 65. Mohammad
Yamin menyebut Kerajaan Majapahit itu sebagai Kerajaan
Nasional kedua. Bayangkan pula tokoh besar seperti Patih
Gajah Mada dan Raja Hayam Wuruk berhasil
mempersatukan Nusantara. Bahkan hingga saat ini
Inti kebesaran Patih Gajah Mada masih melekat dalam ingatan
kita, hingga makam Patih Gajah Mada oleh masyakarat 60 menit
Lombok Timur dipercaya berada di kompleks pemakaman
Raja Selaparang. Cerita kebesaran Patih Gajah Mada juga
terdapat di daerah lain.
2) Peserta didik diterangkan bahwa tidak hanya nama Gajah
Mada yang tersohor pada masa Hindu-Buddha. Terdapat
seorang raja yang sangat dermawan karena telah
memberikan sedekah emas dan 20.000 ekor sapi kepada
para brahmana di Kerajaan Kutai. Adalah Raja Mulawarman
yang telah membawa Kutai menuju masa keemasan. Selain
Mulawarman, raja dari Kerajaan Tarumanegara,
Purnawarman juga pernah melakukan dharma sejumlah
1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana. Tidak hanya
dermawan, ia juga termasuk raja yang tegas, jujur dan
bijaksana. Hal ini terbukti dengan prasasti tinggalan
Kerajaan Tarumanegara yang terlihat pada halaman 71
Gambar 2.6 adalah gambar Prasasti Tugu yang ditemukan di
Desa Tugu, Cilincing Jakarta. Prasasti ini menerangkan
tentang penggalian saluran Gomati dan Sungai
Candrabhaga. Mengenai nama Candrabhaga, Purbacaraka
mengartikan candra = bulan = sasi. Candrabhaga menjadi
sasibhaga dan kemudian menjadi Bhagasasi - bagasi,
akhirnya menjadi Bekasi. Gambar 2.7 dan gambar 2.9
adalah gambar Prasati Kebon Kopi yang ditemukan di
Kampung Muara Hilir, Kecamatan Cibung- bulang, Bogor.
Pada prasasti ini ada pahatan gambar tapak kaki gajah yang
disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata (gajah
kendaraan Dewa Wisnu). Gambar 2.8 adalah gambar
Prasasti Ciareteun yang ditemukan di tepi Sungai Citarum di
dekat muaranya yang mengalir ke Sungai Cisadane, di
daerah Bogor. Pada prasasti ini dipahatkan sepasang
telapak kaki Raja Purnawarman.
3) Peserta didik diminta untuk mengerjakan soal uji
kompetensi pada halaman 68 dan 73 secara berkelompok:
4) Uji Kompetensi halaman 68 Satu di antara yupa di Kerajaan
Kutai berisi keterangan yang artinya:“Sang Mulawarman,
raja yang mulia dan terkemuka, telah memberi sedekah
20.000 ekor sapi kepada para brahmana yang seperti api,
(bertempat) di dalam tanah yang sangat suci (bernama)
Waprakeswara”.
a. Bacalah dengan cermat keterangan di yupa itu. Bila isi
Yupa itu diartikan secara harfiah, Raja Mulawarman
memberikan hadiah sapi sebanyak 20.000 ekor kepada
para brahmana, artinya pada abad ke-5 telah ada suatu
peternakan yang sangat maju. Permasalahan yang
muncul adalah benarkah pada saat itu peternakan
sudah begitu majunya, sehingga dengan mudah
memberikan 20.000 ekor sapi?
b. Bila benar Kudungga adalah penduduk pribumi,
bagaimana agama Hindu dapat masuk di Kerajaan
Kutai? Hubungkanlah jawabanmu dengan teori tentang
proses masuk dan berkembangnya agama dan
kebudayaan Hindu di Nusantara
Uji Kompetensi halaman 73 Prasasti Jambu ( Pasir
koleangkak) terletak di sebuah bukit, di Desa Parakan
Muncang, Nanggung, Bogor. Prasasti ini ditulis dalam dua
baris tulisan dengan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta.
Isinya sebagainya berikut: “Gagah, mengagumkan dan jujur
terhadap tugasnya, adalah pemimpin manusia yang tiada
taranya, yang termasyhur Sri Purnawarman, yang sekali
waktu (memerintah) di Tarumanagara dan baju zirahnya
yang terkenal tiada dapat ditembus senjata musuh. Ini
adalah sepasang telapak kakinya yang senantiasa berhasil
menggempur musuh, hormat kepada para pangeran, tetapi
merupakan duri dalam daging musuh-musuhnya”.
Bagaimana pendapat kamu tentang isi teks di atas? Apakah
teks tersebut masih sesuai dengan pemimpin ideal saat ini?
5) Peserta didik diminta untuk menuliskan hasil diskusi dalam
kertas kerja dan mengumpulkan ketika jam pelajaran telah
selesai.
1) Guru menutup pembelajaran minggu ke-13 ini dengan
memberikan ringkasan tentang makna ketokohan
Penutup Mulawarman dan Purnawarman.
2) Peserta didik ditanya apakah sudah memahami materi
tersebut.
I. Penilaian Hasil Belajar
a. Tes
1. Penilaian proses Belajar Mengajar berbentuk Uraian
Peserta didik diberikan pertanyaan untuk melihat penguasaan materi yang dicapai.
a) Bagaimana gambaran masyarakat Kutai pada masa pemerintahan Mulawarman?
b) Bagaimana gambaran masyarakat Tarumanegara pada masa pemerintahan
Purnawarman?
c) Nilai apa yang dapat kamu ambil dari gambaran kepemimpinan sebagai generasi muda
2. Penilaian Hasil Belajar berbentuk pilihan ganda
b. Nontes
1. Lembar pengamatan kerja kelompok (terlampir)
2. Lembar pengamatan presentasi (terlampir)

J. Sumber Belajar
 Buku sumber Sejarah
1. Tim, Sejarah Indonesia Kelas X, Kemendikbud, 2003
 White board
 Power Point
 LCD
 Internet
 Kartu Pembelajaran

Cibinong, Juli 2013


Mengetahui
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran

Dr,Bambang Supriadi, M.Pd Muhamad Yusup, S.Pd


NIP. 196911081995121001 NIP.
Lampiran Lembar Pengamatan

LEMBAR PENGAMATAN SIKAP

Mata Pelajaran :..................................................................................................

Kelas/Semester:....................................................................................................

Tahun Ajaran :....................................................................................................

Waktu Pengamatan: ............................................................................................

Sikap yang diintegrasikan dan dikembangkan adalah perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan
santun.

Indikator perkembangan sikap perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan santun.

25. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas
26. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
27. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
28. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas
secara terus-menerus dan ajeg/konsisten.
Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.

No. Nama Religius Jujur Tanggung jawab Santun


Siswa
BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

1.

2.

3.

4.

5.

..
Lembar Pengamatan

Rubrik kegiatan Diskusi


Aspek Pengamatan
Nama Meng- Menghargai Jumlah
No. Kerja Nilai Ket.
Siswa komunika Toleransi Keaktifan pendapat Skor
sama
sikan pendapat teman

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Rubrik Penilaian Presentasi


Aspek Penilaian
Nama Sistematika Jumlah
No. Komuni Wawa Keberani Gesture dan Nilai Ket.
Siswa penyam Antusias Skor
Kasi san an penampilan
Paian

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Format Penilaian Makalah

Struktur Makalah Indikator Nilai

Menunjukkan dengan tepat isi :


Pendahuluan  Latar belakang
 Rumusan masalah
 Tujuan penulisan.
 Ketepatan pemilihan gambar
 Orisinalitas makalah
 Mendeskripsikan mengenai Penelusuran
Isi PeradabanAwal di Kepulauan Indonesia
 Struktur/logikapenulisan disusun dengan jelas sesuai
metode yang dipakai
 Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan komunikatif
 Daftar pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan
(Ilmiah)
 Menghindari sumber (akun) yang belum dikaji secara
ilmiah
 Kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah
 Saran relevan dengan kajian, dan berisi pesan untuk
Penutup peningkatan kepedulian terhadap Peradaban Awal di
Kepulauan Indonesia
Jumlah

Kriteria Penilaian untuk masing-masing indikator:


Skor perolehan
Sangat sesuai 4
Nilai = X 100
Sesuai 3
Skor Maksimal (48)
Cukup 2
Kurang 1
RINGKASAN MATERI

Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha dan Peninggalannya di Indonesia

Kerajaan Kutai dan Tarumanagara

Gambar 6.11 Yupa dari Kutai Sumber: www.e-dukasi.net

Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha yang berasal dari India menyebar ke Asia termasuk Indonesia. Di
Indonesia, pengaruh Hindu-Buddha sangat besar sehingga muncul kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-
Buddha. Banyak kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Indonesia. Kerajaan-kerajaan tersebut ialah Kutai,
Tarumanegara, Holing, Sriwijaya, Mataram Kuno, Kanjuruhan, Singosari, Kediri, Sunda, Bali, dan
Majapahit. Beberapa di antaranya akan dijelaskan berikut ini.

a. Kerajaan Kutai
Perhatikan peta pada Gambar 6.10. Di manakah letak Kerajaan Kutai? Kerajaan Kutai terletak di
Kalimantan Timur, daerah Muara Kaman di tepi Sungai Mahakam. Berdasarkan informasi yang
ditemukan pada tujuh prasasti berupa yupa yang ditulis dengan huruf Pallawa, dengan bahasa
Sanskerta, diketahui bahwa Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan yang dikenal
juga dengan sebutan Negeri Tujuh Yupa diperkirakan berdiri pada tahun 400 M. Dalam prasasti tersebut
terdapat informasi yang menyangkut kehidupan politik, pemerintahan, sosial, budaya, dan ekonomi
Kerajaan Kutai seperti berikut.
Raja pertama yang memerintah Kutai bernama Kudungga. Raja Kudungga memiliki putra bernama
Aswawarman. Aswawarman memiliki putra Mulawarman. Dilihat dari nama, Kudungga bukanlah nama
Hindu, tetapi nama Indonesia asli. Nama Aswawarman dan Mulawarman adalah nama-nama berbau
Hindu. warman berarti pakaian perang. Penambahan nama itu diberikan dalam upacara penobatan raja
secara agama Hindu. Keluarga Kudungga pernah melakukan upacara Vratyastoma, yaitu upacara Hindu
untuk penyucian diri sebagai syarat masuk pada kasta Ksatria. Berdasarkan nama dan gelar yang
disandangnya, Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu berawal dari pemerintahan Aswawarman. Setelah
Raja Aswawarman, Kutai diperintah oleh Mulawarman, putranya pada abad ke-4. Raja Mulawarman
disebutkan sebagai seorang raja besar yang sangat mulia dan baik budinya. Pada masa pemerintahan
Mulawarman, Kutai merupakan kerajaan yang kaya dan makmur. Sang Raja memberikan 20.000 ekor
sapi kepada para Brahmana.
b. Kerajaan Tarumanegara
Pada pertengahan abad ke-5 M, di daerah lembah Sungai Citarum, Jawa Barat terdapat kerajaan
bernama Tarumanegara (Kerajaan Taruma). Tarumanegara merupakan kerajaan tertua di Jawa. Jika
berita tentang Kutai kita peroleh dari yupa, berita tentang Tarumanegara kita peroleh dari prasasti dan
berita Cina. Ada tujuh prasasti yang memuat tentang Kerajaan Tarumanegara. Perhatikan tabel prasasti
berikut ini.

Tabel 6.1 Prasasti yang Menceritakan Keberadaan Kerajaan Tarumanegara


Dari catatan seorang musafir Cina, Fa-Hien, diperoleh keterangan bahwa pada tahun 414, terdapat
kerajaan bernama To-lo-mo. Fa-Hien yang sedang melakukan perjalanan menuju India dan singgah di
Ye-po-ti (Jawa) di To-lo-mo banyak terdapat orang Hindu, ada juga orang Buddha. Dikatakan juga bahwa
raja mempunyai kekuasaan sangat besar karena raja dianggap sebagai keturunan dewa.
Gambar 6.13 Prasasti Tugu ditemukan di Tanjung Priok, Jakarta dan huruf Pallawa Sumber:
www.picasaweb.google.com

Gambar 6.14 Prasasti Ciaruteun, salah satu peninggalan Kerajaan Tarumanagara


PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 4 CIBINONG
Jln. Karadenan No. 5 Cibinong Telp/Fax. ( 0251 ) 8654347 Bogor 16913
http://www.sman2cibinong.sch.id email: sman2cibinong@sman2cibinong.sch.id

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )
Satuan Pendidikan : SMA N 4 CIBINONG
Kelas/Semester : X/I
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Sriwijaya
Pertemuan : 14

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama,toleran,damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar
1.1. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.2. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
2.1. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada zaman pra
aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.2. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah
3.1. Memahami dan menerapkan konsep berpikir kronologis (diakronik), sinkronik, ruang dan waktu dalam
sejarah zaman praaksara ,perkembangan Hindu dan Islam
3.5. Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan kebudayaan pada masa
kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang
masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.
4.5. Menalar informasi mengenai proses masuk dan berkembangnya kerajaan Hindu_Buddha
dengan menerapkan cara berpikir kronologis, dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menunjukkan nilai nilai syukur pada ciptaan tuhan YME berupa peninggalan hasil budaya
kerajaan Kalingga
2. Menunjukkan nilai nilai toleransi antar umat beragama dengan saling menghargai peninggalan
hasil budaya kerajaan Kalingga dan Sriwijaya
3. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya di Indonesia
4. Menunjukkan sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya kerajaan Kalingga dan Sriwijaya
di Indonesia
5. Menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas tugas pembelajaran sejarah
6. Menunjukkan sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugas tugas dari pembelajaran
sejarah
7. Mendiskripsikan kehidupan masyarakat kerajaan Kalingga dan Sriwijaya
8. Mendeskripsikan kemunduran kerajaan Kalingga dan Sriwijaya
9. Melaporkan kehidupan masyarakat pemerintahan dan kebudayaan kerajaan Kalingga dan
Sriwijaya

D. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi,mengamati dan membaca referensi siswa dapat
1. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap peninggalan kerajaan Kalingga dan Sriwijaya di
Indonesia
2. Menunujukkan sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya kerajaan Kalingga dan
Sriwijaya
3. Menunjukkan sikap jujur dalaqm mengerjakan tugas tugas dari pembelajaran
4. Menunjukkan sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugas tugas dari pembelajaran
sejarah
5. memahami kehidupan masyarakat pada masa Kerajaan Kalingga;
6. memahami perkembangan Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim;
7. menjelaskan keteladanan para pemimpin agama dan raja di Kerajaan Kalingga dan Kerajaan
Sriwijaya.

E. Materi Ajar
1. Nilai-nilai syukur pada ciptaan tuhan YME berupa peninggalan hasil budaya kerajaan Kalingga
dan Sriwijaya
2. Sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya kerajaan Kalingga dan Sriwijaya
3. Sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya kerajaan Kalingga dan Sriwijaya
4. Sikap jujur dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah
5. Sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah
6. Kehidupan masyarakat di kerajaan Kalingga dan Sriwijaya
7. Kehidupan pemerintahan di kerajaan Kalingga dan Sriwijaya
8. Kemunduran kerajaan Kalingga dan Sriwijaya

F. Alokasi Waktu:
2 x 45’
G. Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran:
1. Pendekatan : Saintifik
2. Strategi : Cooprtaife Learning Tife STAD (Student Team Achievement Divisions)
3. Metode : Ceramah,diskusi, tanya jawab dan penugasan
H. Kegiatan Pembelajaran:

Kegiatan Deskripsi Alokasi


Waktu
1. Kelas dipersiapkan agar lebih kondusif untuk proses belajar
mengajar; kerapian dan kebersihan ruang kelas, presensi
(absensi, kebersihan, kelas, menyiapkan media dan alat
serta buku yang diperlukan).
Pendahuluan 2. Guru menyampaikan topik tentang “kerajaan-kerajaan pada 10’
masa Hindu-Buddha”
3. Guru menegaskan kembali tentang topik dan
menyampaikan komptensi yang akan dicapai.
4. Peserta didik dibagi menjadi enam kelompok (kelompok I,
II, III, IV, V, dan VI).
1. Peserta didik dijelaskan tentang kehidupan masyarakat di
Kerajaan Kaling, tempat Ratu Sima memerintah. Penjelasan
guru disertai dengan kisah ketegasan Ratu Sima terhadap
anggota keluarganya yang berbuat salah tetapi tetap
mendapatkan hukuman. Setelah itu guru juga menjelaskan
mengenai pasang surut Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan
maritim.
2. Peserta didik ditugaskan dalam setiap kelompok untuk 70’
Inti berdiskusi dan menjawab pertanyaan dalam uji kompetensi.
Waktu diskusi kelompok 30 menit. Bahan materi utama
buku teks pelajaran Sejarah Indonesia dan dapat ditambah
dengan buku lain yang tersedia. Kelompok I, III, dan V
menjawab soal uji kompetensi yang terdapat pada halaman
75:
a. Dari bacaan di atas, bagaimana pendapat kamu tentang
kepemimpinan seorang wanita?
b. Bagaimana pendapat kamu dengan hukuman yang
diterapkan oleh Ratu Sima pada putra mahkota? c)
Bagaimana pendapat kamu bila dikaitkan hal itu dengan
peranan wanita saat ini dalam pemerintahan?
c. Coba kamu buat peta letak kerajaan Holing atau Kalingga
berada saat itu?
3. Sedangkan kelompok II, IV dan VI menjawab soal uji
kompetensi pada halaman 86:
a. Mengapa kerajaan Sriwijaya disebut sebagai kerajaan
maritim?
b. Mengapa Selat Malaka mempunyai peranan penting
pada masa Kerajaan Sriwijaya?
c. Apa yang menyebabkan Kerajaan Sriwijaya mengalami
kemunduran?
d. Unsur-unsur apa saja yang harus dikuasai, agar sebuah
kerajaan mampu menjadi kerajaan maritim? e) Setujukah
kamu dengan sebutan Sriwijaya sebagai kerajaan
nasional pertama? Diskusikan dengan teman-teman!
e. Jika pada abad ke-7 Sriwijaya bisa menjadi kerajaan
maritim hebat, mengapa sekarang kita belum mampu
mengulang kejayaan di lautan saat ini, apa yang perlu
diperbaiki?
f. Buatlah peta daerah pengaruh kekuasaan Kerajaan
Sriwijaya.
4. Setelah diskusi kelompok selesai, setiap kelompok bergiliran
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
Kelompok yang tidak presentasi dapat bertanya dan atau
memberi masukan.
1. Guru menutup pembelajaran minggu ke-14 dengan
memberikan ringkasan tentang kehidupan masyarakat di
Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Sriwijaya.
2. Peserta didik dapat ditanyakan apakah sudah memahami
Penutup materi tersebut. 10’
3. Peserta didik diberikan pertanyaan lisan secara acak untuk
mendapatkan umpan balik atas pembelajaran minggu ini.
4. Sebelum mengakhiri pelajaran, peserta didik diminta untuk
menyerahkan kertas kerja dan melakukan penilaian

I. Penilaian Hasil Belajar:


a. Tes
1. Penilaian diberikan melalui pengamatan terutama tentang aktivitas dan kemampuan
peserta didik dalam menyampaikan pendapat dan kerja sama kelompok.
2. Peserta didik diberikan pertanyaan untuk melihat penguasaan materi yang dicapai.
a. Bagaimana gambaran masyarakat Kalingga pada masa pemerintahan Ratu
Sima?
b. Bagaimana pendapat kamu tentang kepemimpinan seorang wanita?
c. Mengapa Kerajaan Sriwijaya disebut sebagai kerajaan maritim?
d. ) Apa yang menyebabkan Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran?
3. Hasil kerja peserta didik diberi nilai dan komentar.
b. Nontes
1. Lembar pengamatan kerja kelompok (terlampir)
2. Lembar pengamatan presentasi (terlampir)

c. Sumber Belajar
 Buku sumber Sejarah
1. Tim, Sejarah Indonesia Kelas X, Kemendikbud, 2003
 White board
 Power Point
 LCD
 Internet
 Kartu Pembelajaran
Lampiran Lembar Pengamatan

LEMBAR PENGAMATAN SIKAP

Mata Pelajaran :..................................................................................................

Kelas/Semester:....................................................................................................

Tahun Ajaran :....................................................................................................

Waktu Pengamatan: ............................................................................................

Sikap yang diintegrasikan dan dikembangkan adalah perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan
santun.

Indikator perkembangan sikap perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan santun.

1. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas
2. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
3. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
4. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas
secara terus-menerus dan ajeg/konsisten.
Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.

No. Nama Religius Jujur Tanggung jawab Santun


Siswa
BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

1.

2.

3.

4.

5.

..
Lembar Pengamatan

Rubrik kegiatan Diskusi


Aspek Pengamatan
Nama Meng- Menghargai Jumlah
No. Kerja Nilai Ket.
Siswa komunika Toleransi Keaktifan pendapat Skor
sama
sikan pendapat teman

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
Rubrik Penilaian Presentasi
Aspek Penilaian
Nama Sistematika Jumlah
No. Komuni Wawa Keberani Gesture dan Nilai Ket.
Siswa penyam Antusias Skor
Kasi san an penampilan
Paian

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Format Penilaian Makalah

Struktur Makalah Indikator Nilai

Pendahuluan Menunjukkan dengan tepat isi :


 Latar belakang
 Rumusan masalah
 Tujuan penulisan.
Isi  Ketepatan pemilihan gambar
 Orisinalitas makalah
 Mendeskripsikan mengenai Penelusuran
PeradabanAwal di Kepulauan Indonesia
 Struktur/logikapenulisan disusun dengan jelas sesuai
metode yang dipakai
 Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan komunikatif
 Daftar pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan
(Ilmiah)
 Menghindari sumber (akun) yang belum dikaji secara
ilmiah
Penutup  Kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah
 Saran relevan dengan kajian, dan berisi pesan untuk
peningkatan kepedulian terhadap Peradaban Awal di
Kepulauan Indonesia
Jumlah

Kriteria Penilaian untuk masing-masing indikator:


∑ Skor perolehan
Sangat sesuai 4
Nilai = X 100
Sesuai 3
Skor Maksimal (48)
Cukup 2
Kurang 1
RINGKASAN MATERI

Kerajaan Kalingga / Ho-ling

Keberadaan kerajaan ini diketahui dari kitab sejarah Dinasti Tang (618-906). Diperkirakan Kerajaan Ho-
ling atau Kaling terletak di Jawa Tengah (Perhatikan Gambar 7.3). Nama ini diperkirakan berasal dari
nama sebuah kerajaan di India, Kalingga. Tidak ditemukan peninggalan yang berupa prasasti dari
kerajaan ini. Menurut Berita Cina, kotanya dikelilingi dengan pagar kayu, rajanya beristana di rumah
yang bertingkat, yang ditutup dengan atap; tempat duduk sang raja ialah peterana gading. Orang
orangnya sudah pandai tulis menulis dan mengenal ilmu perbintangan. Dalam Berita Cina disebut
adanya Ratu His-mo atau Sima, yang memerintah pada tahun 674. Beliau terkenal sebagai raja yang
tegas, jujur, dan bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas. Pada masa ini, agama Buddha
berkembang bersama agama Hindu. Hal ini dapat terlihat dengan datangnya pendeta Cina Hwi Ning di
Kaling dan tinggal selama tiga tahun. Dengan bantuan seorang pendeta setempat yang bernama
Jnanabhadra, Hwi Ning menterjemahkan kitab Hinayana dari bahasa Sanskerta ke bahasa Cina.

Kerajaan Sriwijaya

Kata sriwijaya berasal dari kata sri = mulia dan kata wijaya = kemenangan. Kemenangan yang dimaksud
di sini ialah kemenangan Dapunta Hyang dalam melakukan perjalanan suci (manalp siddhayatra).
Kerajaan ini berdiri pada abad ke-7 M. Pusat Kerajaan Sriwijaya berada di Palembang. Seperti halnya
Kutai dan Tarumanegara, keberadaan Sriwijaya juga diketahui dari prasasti dan Berita Cina. Dari tempat
ditemukannya prasasti yang menyebutkan tentang Sriwijaya, dapat diketahui bahwa Sriwijaya
merupakan kerajaan besar. Ada sembilan prasasti yang menceritakan tentang keberadaan Sriwijaya.
Tiga di antaranya ditemukan di luar negeri.

Gambar 6.14 Bandar Sriwijaya Sumber: www.budpar.go.id


Sriwijaya mencapai kemajuan di segala aspek kehidupan masyarakat ketika diperintah Raja
Balaputradewa. Balaputradewa bahkan sudah menjalin hubungan dengan Kerajaan Benggala dan
Kerajaan Chola di India. Pada masa Balaputradewa, Kerajaan Sriwijaya merupakan pusat perdagangan
dunia di Asia Tenggara dan menjadi pusat perkembangan agama Buddha. Ia mendirikan Universitas
Nalanda untuk mendidik para biksu dan bikhuni dengan murid berasal dari Jawa, Cina, Campa, Tanah
Genting Kra, bahkan India. Selain prasasti, informasi tentang Sriwijaya banyak diperoleh dari catatan
Dinasti Tang di Cina dan dari catatan I Tsing, seorang musafir Cina yang belajar paramasastra Sanskerta
di Sriwijaya. Dinasti Tang mencatat bahwa utusan Sriwijaya pernah datang ke Cina, yaitu tahun 971, 972,
975, 980, dan tahun 983. Itulah sebabnya ditemukan catatan tentang Sriwijaya dalam Prasasti Kanton.

Gambar 6.15 Prasasti Kedukan Bukit Sumber: www.melayuonline.com


Tabel 6.2 Prasasti yang menceritakan keberadaan Sriwijaya

Menurut catatan I Tsing, Sriwijaya berperan sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan agama
Buddha di Asia Tenggara. I Tsing belajar tata bahasa Sanskerta dan teologi Buddha di Sriwijaya. I Tsing
menerjemahkan kitab kitab suci agama Buddha ke dalam bahasa Cina. Sriwijaya juga terkenal sebagai
kerajaan maritim dan memiliki armada laut. Perhatikanlah Peta Kerajaan Sriwijaya. Sebagai kerajaan
maritim, Sriwijaya merupakan pusat perdagangan di Asia Tenggara karena menguasai dua selat besar
yang penting dalam perdagangan, Selat Malaka dan Selat Sunda. Sriwijaya mulai mengalami
kemunduran setelah mendapat serangan dari Dharmawangsa (992), Rajendra Coladewa dari Kerajaan
Colamandala (1023, 1030, dan tahun 1060), Kertanegara (1275), dan Gajah Mada (1377). Sriwijaya
akhirnya hancur ketika Majapahit mulai berkembang di Jawa.
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 4 CIBINONG
Jln. Karadenan No. 5 Cibinong Telp/Fax. ( 0251 ) 8654347 Bogor 16913
http://www.sman2cibinong.sch.id email: sman2cibinong@sman2cibinong.sch.id

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )
Satuan Pendidikan : SMA N 4 CIBINONG
Kelas/Semester : X/I
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Kerajaan Mataram Kuno
Pertemuan : 15

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama,toleran,damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar
1.1. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.2. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
2.1. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada zaman pra
aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.3. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah
3.1. Memahami dan menerapkan konsep berpikir kronologis (diakronik), sinkronik, ruang dan waktu dalam
sejarah zaman praaksara ,perkembangan Hindu dan Islam
3.5. Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan kebudayaan pada masa
kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang
masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.
4.5. Menalar informasi mengenai proses masuk dan berkembangnya kerajaan Hindu_Buddha
dengan menerapkan cara berpikir kronologis, dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Menunjukkan nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME berupa peninggalan hasil budaya masa
Hindu-Budha di Indonesia
2. Menunjukkan nilai-nilai toleransi anatr umat beragama dengan saling menghargai peninggalan
hasil budaya masa Hindu-Budha di Indonesia
3. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Budha di
Indonesia
4. Menunjukkan sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Budha di Indonesia
5. Menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
6. Menunjukkan sikap tanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
7. Mendeskripsikan kehidupan masyarakat di Kerajaan Mataram Kuno pada masa klasik (Hindu-
Budha)
8. Mendeskripsikan peninggalan budaya yang berasal dari masa Mataram Kuno

D. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati dan membaca referensi siswa dapat:
1. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya masa Hindu-Budha di
Indonesia
2. Menunjukkan sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Budha di Indonesia
3. Menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas –tugas dari pembelajaran sejarah
4. Menunjukkan sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
5. Menjelaskan kehidupan masyarakat di Kerajaan Mataram Kuno pada masa kalsik (Hindu-Budha)
6. Mengidentifikasikan peninggalan budaya yang bearasal dari masa Mataram Kuno
7. Melaporkan bentuk kehidupan masyarakat Mataram Kuno dan peninggalan budaya yang
berasal dari masa Mataram Kuno

E. Materi Ajar
1. Nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME berupa peninggalan hasil budaya masa Hindu-Budha
di Indonesia
2. Sikap tanggungjawab terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Budha di Indonesia
3. Sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Budha di Indonesia
4. Sikap jujur dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah
5. Sikap tanggungjawab dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah
6. Kehidupan masyarakat di Kerajaan Mataram Kuno pada masa kalsik (Hindu-Budha)
7. Peninggalan budaya yang berasal dari masa Mataram Kuno

F. Alokasi Waktu
2 x 45 menit
G. Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Strategi : Group Investigation (GI)
Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, dan Penugasan

H. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
1) Kelas dipersiapkan agar lebih kondusif untuk
proses belajar mengajar; kerapian dan
kebersihan ruang kelas, presensi (absensi,
kebersihan, kelas, menyiapkan media dan alat
serta buku yang diperlukan). 10 menit
Pendahuluan 2) Guru menyampaikan topik tentang “Kerajaan-
kerajaan Pada Masa Hindu-Buddha”.
3) Guru menegaskan kembali tentang topik dan
menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.
4) Peserta didik dibagi menjadi lima kelompok
peserta didik (kelompok I, II, III, IV, dan V).

1) Sebelum memulai materi, peserta didik ditanya


apakah ada diantara mereka yang pernah
mengunjungi Candi Borobudur dan Candi
Prambanan? Bagi peserta didik yang sudah
pernah mengunjungi atau sudah pernah
mendengar tentang candi- candi tersebut, guru
meminta mereka untuk menceritakan
Inti pengalaman atau pengetahuan mengenai candi
tersebut kepada teman- temannya. Guru 65 menit
menyajikan materi mengenai Kerajaan Mataran
Kuno dan menyinggung ketokohan Raja Sanjaya
yang bersikap arif, adil dalam memerintah, dan
memiliki pengetahuan luas. Sepeninggal
Sanjaya Mataram kuno diperintah oleh Rakai
Panangkaran. Prasasti Kalasan juga
menerangkan bahwa Raja Panangkaran disebut
dengan nama Syailendra Sri Maharaja Dyah
Pancapana Rakai Panangkaran. Dalam Prasasti
Kalasan yang berangka tahun 778 M, Raja
Panangkaran telah memberikan hadiah tanah
dan memerintahkan membangun sebuah candi
untuk Dewi Tara dan sebuah biara untuk para
pendeta agama Buddha. Tanah dan bangunan
tersebut terletak di Kalasan. Tinggalan dinasti
Syailendra masih dapat dilihat hingga saat ini
yaitu Candi Gedong Songo.
2) Kelompok I ditugaskan untuk mendikusikan dan
merumuskan sistem pemerintahan Kerajaan
Mataram Kuno, kelompok II mendiskusikan dan
merumuskan tentang ketokohan para
pemimpin Mataram Kuno, kelompok III
mendiskusikan dan merumuskan tentang
perkembangan Kerajaan Mataram Kuno,
kelompok IV mendiskusikan dan
mengidentifikasi peninggalan budaya Candi
Borobudur, dan kelompok V mendiskusikan dan
mengidentifikasi peninggalan budaya Candi
Prambanan. Diskusi berlangsung selama 30
menit. Bahan materi utama buku teks pelajaran
Sejarah Indonesia dan dapat ditambah dengan
buku- buku yang tersedia.
3) Setelah diskusi kelompok selesai, setiap
kelompok dari kelompok I sampai
dengan kelompok V mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas. Kelompok yang tidak
melakukan presentasi dapat bertanya dan atau
memberi masukan.

1) Guru menutup pembelajaran minggu ini dengan


memberikan ringkasan tentang kehidupan
Kerajaan Mataram Kuno.
2) Peserta didik dapat ditanya apakah sudah
memahami materi tersebut. 15 menit
3) Sebelum mengakhiri pelajaran, peserta didik
Penutup diberi tugas untuk mengerjakan tugas uji
kompetensi di rumah. Uji kompetensi terdapat
pada halaman 100
a) Carilah dari kliping koran atau juga dari
internet, peninggalan candi-candi pada
masa Sanjaya maupun Syailendra.
b) Nilai-nilai apa yang dapat diperoleh dari
kehidupan beragama pada masa Mataram
Kuno, diskusikan dan tunjukkan bukti- bukti
sejarahnya.

I. Penilaian Hasil Belajar

a. Tes
Uraian (terlampir)
b. Non Tes
1. Lembar pengamatan kerja kelompok (terlampir)
2. Lembar pengamatan presentasi (terlampir)
3. Membuat makalah tentang Kerajaan Mataram Kuno (kriteria penulisan terlampir)
J. Sumber Belajar
 Buku sumber Sejarah
1. Tim, Sejarah Indonesia Kelas X, Kemendikbud, 2003
 White board
 Power Point
 LCD
 Internet
 Kartu Pembelajaran

Cibinong, Juli 2013


Mengetahui
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran

Dr,Bambang Supriadi, M.Pd Muhamad Yusup, S.Pd


NIP. 196911081995121001 NIP.
Lampiran Lembar Pengamatan

LEMBAR PENGAMATAN SIKAP

Mata Pelajaran :..................................................................................................

Kelas/Semester:....................................................................................................

Tahun Ajaran :....................................................................................................

Waktu Pengamatan: ............................................................................................

Sikap yang diintegrasikan dan dikembangkan adalah perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan
santun.

Indikator perkembangan sikap perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan santun.

29. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas
30. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
31. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
32. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas
secara terus-menerus dan ajeg/konsisten.
Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.

No. Nama Religius Jujur Tanggung jawab Santun


Siswa
BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

1.

2.

3.

4.

5.

..
Lembar Pengamatan

Rubrik kegiatan Diskusi


Aspek Pengamatan
Nama Meng- Menghargai Jumlah
No. Kerja Nilai Ket.
Siswa komunika Toleransi Keaktifan pendapat Skor
sama
sikan pendapat teman

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Rubrik Penilaian Presentasi


Aspek Penilaian
Nama Sistematika Jumlah
No. Komuni Wawa Keberani Gesture dan Nilai Ket.
Siswa penyam Antusias Skor
Kasi san an penampilan
Paian

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Format Penilaian Makalah

Struktur Makalah Indikator Nilai

Pendahuluan Menunjukkan dengan tepat isi :


 Latar belakang
 Rumusan masalah
 Tujuan penulisan.
Isi  Ketepatan pemilihan gambar
 Orisinalitas makalah
 Mendeskripsikan mengenai Penelusuran
PeradabanAwal di Kepulauan Indonesia
 Struktur/logikapenulisan disusun dengan jelas sesuai
metode yang dipakai
 Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan komunikatif
 Daftar pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan
(Ilmiah)
 Menghindari sumber (akun) yang belum dikaji secara
ilmiah
Penutup  Kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah
 Saran relevan dengan kajian, dan berisi pesan untuk
peningkatan kepedulian terhadap Peradaban Awal di
Kepulauan Indonesia
Jumlah

Kriteria Penilaian untuk masing-masing indikator:


∑ Skor perolehan
Sangat sesuai 4
Nilai = X 100
Sesuai 3
Skor Maksimal (48)
Cukup 2
Kurang 1
RINGKASAN MATERI

Kerajaan Mataram Kuno dan Peninggalannya

Seperti keberadaan kerajaan-kerajaan sebelumnya, keberadaan Kerajaan Mataram Kuno ini pun kita
ketahui dari prasasti-prasasti yang ditemukan. Cukup banyak prasasti yang berisi informasi tentang
Mataram. Di samping prasasti, informasi tentang Mataram juga dapat diperoleh dari candi-candi, kitab
cerita Parahyangan (Sejarah Pasundan), dan Berita Cina. Kerajaan yang diperkirakan berdiri pada abad
ke-7 ini terletak di daerah pedalaman Jawa Tengah, kemungkinan besar di daerah Kedu sampai sekitar
Prambanan (berdasarkan letak prasasti yang ditemukan). Kerajaan yang terletak di antara pegunungan
dan sungai-sungai besar seperti Bengawan Solo ini mula-mula diperintah oleh Raja Sanna. Raja Sanna
kemudian digantikan oleh Raja Sanjaya. Sanjaya adalah seorang raja yang bijaksana. Pada masa
pemerintahannya, rakyatnya hidup makmur. Pada masa pemerintahan Sanjaya, ada dinasti lain yang
lebih besar, yaitu Dinasti Syailendra. Keluarga Sanjaya beragama Hindu dan keluarga Syailendra
beragama Buddha. Setelah Sanjaya, Mataram kemudian diperintah oleh Syailendra Sri Maharaja Dyah
Pancapana Rakai Panangkaran.
Dari namanya, raja ini berasal dari kedua keluarga tersebut. Setelah Panangkaran, Mataram terpecah
menjadi Mataram Hindu dan Mataram Buddha. Namun, pada tahun 850, Mataram kembali bersatu
dengan menikahnya Rakai Pikatan dan Pramodharwani, putri keluarga Syailendra. Setelah Pikatan,
Mataram diperintah oleh Balitung (898—910) yang bergelar Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung.
Balitung adalah raja terbesar Mataram. Wilayah kekuasaannya meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Pada masanyalah dibuat prasasti yang berisi nama-nama raja sebelumnya sampai dirinya. Setelah
Balitung, berturut-turut memerintah Daksa ( 910—919), Tulodong (919 —924), dan Wawa (824 —929).
Mataram kemudian diperintah oleh Sindhok (929 — 949) keponakan Wawa dari keluarga Ishana karena
Wawa tidak mempunyai anak. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Dinasti Sanjaya. Sindhok
kemudian memindahkan ibu kota kerajaan ke Jawa Timur karena (1) sering meletusnya Gunung Merapi,
dan (2) Mataram sering diserang oleh Sriwijaya. Kerajaan Mataram di Jawa Timur ini sering disebut
Kerajaan Medang. Mpu Sindhok merupakan penguasa baru di Jawa Timur dan mendirikan wangsa
Icyana. Keturunan Mpu Sindok sampai Airlangga tertulis di Prasasti Calcuta (1042) yang dikeluarkan oleh
Airlangga. Setelah Sindhok, Raja Dharmawangsa (991—1016) bermaksud menyerang Sriwijaya, tapi
belum berhasil. Pemerintahannya diakhiri dengan peristiwa pralaya, yaitu penyerangan raja Wora Wari.
Pengganti Dharmawangsa adalah Airlangga, menantunya, yang berhasil lolos dari peristiwa pralaya.
Airlangga berhasil membangun kembali kerajaan Medang di Jawa Timur. Airlangga terkenal sebagai raja
yang bijaksana, digambarkan sebagai Dewa Wisnu. Pada akhir pemerintahannya Airlangga membagi
kerajaannya menjadi Jenggala (Singosari) dan Panjalu (Kediri). Namun, kerajaan yang bertahan adalah
kerajaan Kediri. Airlangga wafat pada tahun 1049. Dengan demikian, berakhirlah Kerajaan Mataram
Kuno.

Kerajaan Mataram Kuno yang berpusat di Jawa Tengah terdiri dari dua wangsa(keluarga),
yaitu wangsa Sanjaya dan Sailendra. Kerajaan Mataram terletak di Jawa Tengah dengan daerah intinya
disebut Bhumi Mataram. Daerah tersebut dikelilingi oleh pegunungan dan gunung-gunung,seperti
Pegunungan Serayu, Gunung Prau, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Ungaran, Gunung
Merbabu, Gunung Merapi, Pegunungan Kendang, Gunung Lawu, Gunung Sewu, Gunung Kidul. Daerah
itu juga dialiri banyak sungai, diantaranya Sungai Bogowonto, sungai Progo, Sungai Elo, dan yang
terbesar adalah Sungai Bengawan Solo.

Dinasty Sanjaya
1. Sumber Sejarah
Bukti-bukti berdirinya Dinasti Sanjaya diketahui melalui Prasasti Canggal (daerah Kedu), Prasasti
Belitung, Kitab Carita Parahyangan.
· Prasasti Canggal (732 M)
Prasasti ini dibuat pada masa pemerintahan Raja Sanjaya yang berhubungan dengan pendirian
sebuah Lingga. Lingga tersebut adalah Lambang dari Dewa Siwa. Sehingga agama yang
dianutnya adalah agama Hindu beraliran Siwa.
· Prasasti Balitung (907 M)
Prasasti ini adalah prasasti tembaga yang dikeluarkan oleh Raja Diah Balitung. Dalam prasasti itu
disebutkan nama raja yang pernah memerintah pada Kerajaan Dinasti Sanjaya.
· Kitab Carita Parahyangan
Dalam hal ini diceritakan tentang hal ikhwal raja-raja Sanjaya.
2. Kehidupan Politik
Kerajaan Mataram diperintah oleh raja-raja keturunan dari Dinasti Sanjaya. Raja-raja yang
pernah berkuasa di kerajaan Mataram diantaranya:
Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
Menurut Prasasti Canggal (732 M), Raja Sanjaya adalah pendiri Kerajaan Mataram dari Dinasti
Sanjaya. Raja Sanjaya memerintah dengan sangat adil dan bijaksana sehingga kehidupan
rakyatnya terjamin aman dan tentram.
Raja Sanjaya meninggal kira-kira pertengahan abad ke-8 M. Ia digantikan oleh Rakai
Panangkaran. Berturut-turut penggantian Rakai Panangkaran adalah Rakai Warak dan Rakai
Garung.
Sri Maharaja Rakai Pikatan
Setelah Rakai Garung meninggal, Rakai Pikatan naik tahta. Untuk melaksanakan cita-citanya
menguasai seluruh wilayah Jawa Tengah, Rakai Pikatan harus berhadapan dengan Kerajaan
Syailendra yang pada masa itu diperintah oleh Raja Balaputra Dewa. Karena kekuatan Kerajaan
Syailendra melebihi kekuatan Kerajaan Mataram, maka jalan yang ditempuh Rakai Pikatan
adalah meminang Putri dari Kerajaan Syailendra yang bernama Pramodhawardani. Seharusnya
Pramodhawardani berkuasa atas Kerajaan Syailendra, tetapi ia menyerahkan tahtanya kepada
Balaputra Dewa.
Rakai Pikatan mendesak Pramodhawardani agar mau menarik tahtanya kembali dari Balaputra
Dewa, sehingga meletuslah perang saudara. Dalam perang itu, Raja Balaputra Dewa dapat
dikalahkan dan lari ke Kerajaan Sriwijaya. Dengan demikian, cita-cita Rakai Pikatan untuk
menguasai wilayah Jawa Tengah tercapai.
Dinasti Syailendra
Pada pertengahan abad ke-8 M di Jawa Tengah bagian selatan, yaitu di daerah Bagelan dan
Yogyakarta, memerintah seorang raja dari Dinasti Syailendra. Pada masa pemerintahan Raja
Balaputra Dewa, diketahui bahwa pusat kedudukan Kerajaan Syailendra terletak di daerah
pegunungan di sebelah selatan berdasarkan bukti ditemukannya peninggalan istana Ratu Boko.
1. Sumber Sejarah
Prasasti-prasasti yang berhasil ditemukan diantaranya sebagai berikut:
· Prasasti Kalasan (778 M)
Prasasti ini menyebutkan tentang seorang raja dari Dinasti Syailendra yang berhasil menunjuk
Rakai Panangkaran untuk mendirikan sebuah bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah Bihara
untuk para pendeta. Rakai Panangkaran akhirnya menghadiahkan desa Kalasan kepada Sanggha
Budha.
· Prasasti Kelurak (782 M) di daerah Prambanan
Prasasti ini menyebutkan tentang pembuatan arca Manjusri yang merupakan perwujudan Sang
Budha, Wisnu, dan Sanggha, yang dapat disamakan dengan Brahma, Wisnu, Siwa. Prasasti itu
juga menyebutkan nama raja yang memerintah saat itu yang bernama Raja Indra.
· Prasasti Ratu Boko (856 M)
Prasasti ini menyebutkan tentang kekalahan Raja Balaputra Dewa dalam perang saudara
melawan kakaknya Pramodhawardani dan selanjutnya melarikan diri ke Sriwijaya.
· Prasasti Nalanda (860 M)
Prasasti ini menyebutkan tentang asal-usul Raja Balaputra Dewa. Disebutkan bahwa Balaputra
Dewa adalah putra dari Raja Samarottungga dan cucu dari Raja Indra (Kerajaan Syailendra di
Jawa Tengah).
Di samping prasasti-prasasti tersebut di atas, juga terdapat peninggalan-peninggalan berupa
candi-candi Budha seperti Candi Borobudur, Mendut, Pawon, Kalasan, Sari, Sewu, dan candi-
candi lainnya yang lebih kecil.
2. Kehidupan Politik
Pada akhir abad ke-8 M Dinasti Sanjaya terdesak oleh dinasti lain, yaitu Dinasti Syailendra.
Peristiwa ini terjadi ketika Dinasti Sanjaya diperintah oleh Rakai Panangkaran. Hal itu dibuktikan
melalui Prasasti Kalasan yang meneybutkan bahwa Rakai Panangkaran mendapat perintah dari
Raja Wisnu untuk mendirikan Candi Kalasan (Candi Budha).
Walaupun kedudukan raja-raja dari Dinasti Sanjaya telah terdesak oleh Dinasti Syailendra, raja-
raja dari Dinasti sanjaya tetap diakui kedudukannya sebagai raja yang terhormat. Hanya harus
tunduk terhadap raja-raja Syailendra sebagai penguasa tertinggi atas seluruh Mataram.

Berdasarkan prasasti yang telah ditemukan dapat diketahui raja-raja yang pernah memerintah
Dinasti Syailendra, di antaranya:
Raja Indra
Dinasti Syailendra menjalankan politik ekspansi pada masa pemerintahan Raja Indra. Perluasan
wilayah ini dtujukan untuk menguasai daerah-daerah di sekitar Selat Malaka. Selanjutnya, yang
memperkokoh pengaruh kekuasaan Syailendra terhadap Sriwijaya adalah karena Raja Indra
menjalankan perkawinan politik. Raja Indra mengawinkan putranya yang bernama
Samarottungga dengan putri Raja Sriwijaya.
Raja Samarottungga
Pengganti Raja Indra bernama Samarottungga. Pada zaman kekuasaannya dibangun Candi
Borobudur. Namun sebelum pembangunan Candi Borobudur selesai, Raja Samarottungga
meninggal dan digantikan oleh putranya yang bernama Balaputra Dewa yang merupakan anak
dari selir.
3. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Syailendra, ditafsirkan sudah teratur. Hal ini dilihat melalui cara
pembuatan candi yang menggunakan tenaga rakyat secara bergotong-royong. Di samping itu,
pembuatan candi ini menunjukkan betapa rakyat taat dan mengkultuskan rajanya.
4. Kehidupan Budaya
Kerajaan Syailendra banyak meninggalkan bangunan-bangunan candi yang sangat megah dan
besar nilainya, baik dari segi kebudayaan, kehidupan masyarakat dan perkembangan kerajaan.
Candi-candi yang terkenal seperti telah disebutkan di atas adalah Candi Mendut, Pawon,
Borobudur, Kalasan, Sari, dan Sewu.
Nama Borobudur diperkirakan berasal dari nama Bhumi Sambharabudhara. Bhumi Sambhara
berarti bukit atau gunung dan Budhara berarti raja. Jadi arti dari nama tersebut adalah Raja
Gunung, yang sama artinya dengan Syailendra. Candi Borobudur memiliki suatu sistem yang
terbagi dalam tiga bagian yaitu Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu

PENINGGALAN KERAJAAN MATARAM


A. PENINGGALAN DINASTI SANJAYA
Dinasti Sanjaya bercorak Hindu berpusat di Jawa Tengah bagian utara. Berikut adalah peninggalan
bangunan dari dinasti ( Wangsa ) Sanjaya.
1. Candi Prambanan

Candi Prambanan atau Candi Rara Jonggrang adalah


kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang
dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini
dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu
yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai
dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah.
Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli
kompleks candi ini
adalah Siwagrha (bahasasansekerta yang bermakna:
'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha (ruang utama)
candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga
meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.
Candi ini terletak di desa Prambanan, pulau Jawa, kurang lebih 20 kilometer
timur Yogyakarta, 40 kilometer barat Surakarta dan 120 kilometer selatan Semarang, persis di
perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Rara Jonggrang
terletak di desa Prambanan yang wilayahnya dibagi antara kabupaten Sleman dan Klaten.
Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar di
Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur bangunan ini
berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur Hindu pada umumnya dengan candi Siwa
sebagai candi utama memiliki ketinggian mencapai 47 meter menjulang di tengah kompleks
gugusan candi-candi yang lebih kecil. Sebagai salah satu candi termegah di Asia Tenggara, candi
Prambanan menjadi daya tarik kunjungan wisatawan dari seluruh dunia
Menurut prasasti Siwagrha, candi ini mulai dibangun pada sekitar tahun 850 masehi
oleh Rakai Pikatan, dan terus dikembangkan dan diperluas oleh Balitung Maha Sambu, di
masa kerajaan Medang Mataram.
2. Candi Gedong Songo

Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek


bangunan candi peninggalan budaya Hindu yang terletak
di desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten
Semarang, Jawa Tengah, Indonesia tepatnya di
lereng Gunung Ungaran. Di kompleks candi ini terdapat
sembilan buah candi.
Candi ini diketemukan oleh Raffles pada
tahun 1804 dan merupakan peninggalan budaya Hindu
dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927
masehi).Candi ini memiliki persamaan dengan
kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi ini terletak
pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut
sehingga suhu udara disini cukup dingin (berkisar antara
19-27 °C)

3. Candi Dieng
Candi Dieng merupakan kumpulan candi yang terletak di kaki
pegunungan Dieng,Wonosobo, Jawa tengah. Kawasan Candi
Dieng menempati dataran pada ketinggian 2000 m di atas
permukaan laut, memanjang arah utara-selatan sekitar 1900 m
dengan lebar sepanjang 800 m.
Kumpulan candi Hindu beraliran Syiwa yang diperkirakan
dibangun antara akhir abad ke-8 sampai awal abad ke-9 ini
diduga merupakan candi tertua di Jawa. Sampai saat ini belum
ditemukan informasi tertulis tentang sejarah Candi Dieng,
namun para ahli memperkirakan bahwa kumpulan candi ini
dibangun atas perintah raja-raja dari Wangsa Sanjaya. Di
kawasan Dieng ini ditemukan sebuah prasasti berangka tahun
808 M, yang merupakan prasasti tertua bertuliskan huruf Jawa
kuno, yang masih masih ada hingga saat ini. Sebuah Arca Syiwa
yang ditemukan di kawasan ini sekarang tersimpan di Museum
Nasional di Jakarta. Pembangunan Candi Dieng diperkirakan
berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama yang
berlangsung antara akhir abad ke-7 sampai dengan perempat
pertama abad ke-8, meliputi pembangunan Candi Arjuna, Candi
Semar, Candi Srikandi dan Candi Gatutkaca. Tahap kedua merupakan kelanjutan dari tahap
pertama, yang berlangsung samapi sekitar tahun 780 M.
4. Candi Pringapus
Candi Pringapus dibangun pada tahun tahun
772 C atau 850 Masehi menurut prasasti yang
ditemukan di sekitar candi ketika diadakan
restorasi pada tahun 1932. Candi ini
merupakan Replika Mahameru, nama sebuah
gunung tempat tinggal para dewata. Hal ini
terbukti dengan adanya adanya hiasan Antefiq
dan Relief Hapsara-hapsari yang
menggambarkan makhluk setengah dewa.
Candi Pringapus bersifat Hindu Sekte Siwaistis.
Hal ini terlihat dari adanya arca-arca bersifat
Hindu yang erat kaitannya dengan Dewa Siwa.
Sebagaimana lazimnya candi-candi Hindu yang
memanifestasikan Siwa, posisi candi dan letak
arca-arcanya selalu menjadi ciri khas yang
memperhatikan penjuru mata angin. Pintu utama candi menghadap ke timur, dan dikanan-kirinya
dijaga Kala dan Nandi. Kala adalah anak Siwa yang lahir dari persatuan antara Siwa dengan kekuatan
alam yang dahsyat. Kala lahir sebagai raksasa sakti yang dapat mengalahkan semua dewa. Sedangkan
Nandi adalah lembu putih kendaraan Siwa, sehingga dalam satu perwujudannya Siwa disebut Nandi
Cwara.
Pada bagian lain terdapat Durga Mahesasuramardhini. Durga merupakan salah satu
perwujudan Uma sebagai dewi cantik dengan berbagai macam senjata anugerah dewa. Sebagai Durga,
Uma menurut legenda berhasil mengalahkan raksasa sakti berwujud kerbau yang mengganggu para
Brahmana. Di dalam candi juga terdapat Yoni yaitu salah satu perwujudan Uma (Istri Siwa) yang
berfungsi sebagai alas arca Siwa atau perwujudannya (biasanya Lingga) persatuan lingga dan Yoni
merupakan simbol penciptaan alam semesta sekaligus simbol kesuburan. Sebagai saksi kebesaran
sejarah masa silam, hal lain yang menarik dari Candi Pringapus adalah hiasa Kala berdagu seperti Kala
tipe Jawa Timur.

5. Candi Selogriyo
Candi Selogriyo berada di lereng Timur kumpulan tiga
bukit yakni Bukit Condong, Giyanti dan Malang di
Ds.Campur Rejo,Kec.Windusari, Kab.Magelang.
Candi Selogriyo adalah peninggalan masa Hindu
sekitar abad ke-9 yang antara lain ditandai arah
hadap pintu ke Timur, adanya arca Ganesha, Durga,
Agastya di candi tersebut.Candi ini ditemukan dalam
keadaan runtuh dan direkonstruksi menjadi bentuk
seperti sekarang ini. Candi ini pernah direkonstruksi
ulang setelah mengalami kerusakan parah akibat
longsor pada 31 Desember 1998.

B. PENINGGALAN DINASTI SYAILENDRA


Dinasti Syailendra yang bercorak Buddha mengembangkan berpusat di Jawa Tengah bagian
selatan. Berikut adalah Peninggalan Bangunan Dari Dinasti Syailendra
1. Candi Ngawen

Candi Ngawen adalah candi Buddha yang


berada kira-kira 5 km sebelum candi Mendut dari
arah Yogyakarta, yaitu di desa Ngawen, kecamatan
Muntilan, Kabupaten Magelang. Menurut perkiraan,
candi ini dibangun oleh wangsa Sailendra pada abad
ke-8 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno.
Menurut Soekmono keberadaan candi Ngawen ini
kemungkinan besar adalah bangunan suci yang
tersebut dalam prasasti Karang Tengah pada tahun 824
M, yaitu Venuvana (Sanskerta: 'Hutan Bambu').
Candi ini terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di
antaranya mempunyai bentuk yang berbeda dengan
dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya.
Sebuah patung Buddha dengan posisi duduk
Ratnasambawa yang sudah tidak ada kepalanya
nampak berada pada salah satu candi lainnya.
Beberapa relief pada sisi candi masih nampak cukup
jelas, di antaranya adalah ukiran Kinnara, Kinnari, dan
kala-makara.

2. Candi Mendut

Candi Mendut didirikan oleh Raja Indra,


raja pertama Sailendra. Candi ini ditengarai lebih
tua dibandingkan Candi Borobudur. Bentuknya
persegi empat. Candi yang memiliki pintu masuk
dan ruangan ini memiliki tiga buah arca. Tiga buah
arca yang berada di dalam ruangan candi ini diberi
nama Buddha Cakyamurti, Avalokiteswara Sang
Bodhisatva, dan Maitreya Sang Bodhisatva. Seperti
halnya Candi Borobudur, Candi Mendut juga
menjadi tempat spesial pada perayaan Hari Raya
Waisak.

3. Candi Pawon

Candi Pawon adalah nama sebuah candi.


Candi Pawon dipugar tahun 1903. Nama Candi
Pawon tidak dapat diketahui secara pasti asal-
usulnya. J.G. de Casparis menafsirkan bahwa
Pawon berasal dari bahasa Jawa Awu yang
berarti abu, mendapat awalan pa dan
akhiran an yang menunjukkan suatu tempat.
Dalam bahasa Jawa sehari-hari kata pawon
berarti dapur, akan tetapi De Casparis
mengartikan perabuan. Penduduk setempat juga
menyebutkan candi Pawon dengan nama
Bajranalan. Kata ini mungkin berasal dari kata bahasa Sanskerta vajra = "halilintar"
dananala yang berarti "api".
Di dalam bilik candi ini sudah tidak ditemukan lagi arca sehingga sulit untuk
mengidentifikasikannya lebih jauh. Suatu hal yang menarik dari Candi Pawon ini adalah ragam
hiasnya. Dinding-dinding luar candi dihias dengan relief pohon hayati (kalpataru) yang diapit
pundi-pundi dan kinara-kinari(mahluk setengah manusia setengah burung/berkepala manusia
berbadan burung). Letak Candi Pawon ini berada di antara candi Mendut dancandi Borobudur,
tepat berjarak 1750 meter dari candi Borobudur dan 1150 m dari Candi Mendut.

4. Candi Kalasan

Nama lain dari candi ini adalah


Kalabening. Estimasi pendiri candi ini adalah Raja
Panangkaran, penguasa kedua Kerajaan Mataram
Hindu. Menurut Prasasti Kalasan (angka tahun
778), guru sang raja berhasil membujuk Maharaja
Tejahpura Panangkarana yang merupakan
mustika keluarga Sailendra (Sailendra
Wamsatilaka) untuk mendirikan bangunan suci
bagi dewa Tara.

Mataram Kuno Dinasti Sanjaya dan Dinasti


Syailendra
Di Jawa Tengah pada abad ke-8 M telah berdiri sebuah kerajaan, yakni Mataram.
Mataram yang bercorak Hindu-Buddha ini diperintah oleh dua dinasti (wangsa) yang berbeda,
yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Ibukota Mataram adalah Medang atau Medang
Kamulan hingga tahun 925. Pada Prasasti Canggal terdapat kata-kata “Medang i bhumi
Mataram”. Namun, hingga sekarang letak pasti ibu kota ini belum diketahui (kecuali ada sebuah
desa bernama Mendang di Purwodadi, Semarang).
Berdasarkan Prasasti Canggal diketahui, Mataram Kuno mula-mula diperintah oleh Raja
Sanna. Sanna kemudian digantikan oleh keponakannya, Sanjaya. Sanjaya adalah anak Sanaha,
saudara perempuan Raja Sanna (Sanna tidak memiliki keturunan). Sanjaya memerintah dengan
bijaksana sehingga rakyat hidup makmur, aman, dan tenteram. Hal ini terlihat dari Prasasti
Canggal yang menyebutkan bahwa tanah Jawa kaya akan padi dan emas. Selain pada Prasasti
Canggal, nama Sanjaya juga tercantum pada Prasasti Balitung. Setelah Sanjaya, Mataram
diperintah oleh Panangkaran.
Dari Prasasti Balitung diketahui bahwa Panangkaran bergelar Syailendra Sri Maharaja
Dyah Pancapana Raka i Panangkaran. Hal ini menunjukkan bahwa Raka i Panangkaran berasal
dari keluarga Sanjaya dan juga keluarga Syailendra. Sepeninggal Panangkaran, Mataram Kuno
terpecah menjadi dua, Mataram bercorak Hindu dan Mataram bercorak Buddha.
Wilayah Mataram-Hindu meliputi Jawa Tengah bagian utara, diperintah oleh Dinasti
Sanjaya dengan raja-rajanya seperti Panunggalan, Warak, Garung, dan Pikatan. Sementara
wilayah Mataram-Buddha meliputi Jawa Tengah bagian selatan yang diperintah Dinasti
Syailendra dengan rajanya antara lain Raja Indra.
Perpecahan di Mataram ini tidak berlangsung lama. Pada tahun 850, Raka i Pikatan dari
Wangsa Sanjaya mengadakan perkawinan politik dengan Pramodhawardhani dari keluarga
Syailendra. Melaui perkawinan ini, Mataram dapat dipersatukan kembali. Pada masa
pemerintahan Pikatan-Pramodhawardani, wilayah Mataram berkembang luas, meliputi Jawa
Tengah dan Timur. Pikatan juga berhasil mendirikan Candi Plaosan.
Sepeninggal Pikatan, Mataram diperintah oleh Dyah Balitung (898 -910 M). Setelah
Balitung, pemerintahan dipegang berturut-turut oleh Daksa, Tulodong, dan Wawa. Raja Wawa
memerintah antara tahun 924-929 M. Ia kemudian digantikan oleh menantunya bernama Mpu
Sindhok. Pada masa pemerintahan Mpu Sindhok inilah, pusat pemerintahan Mataram
dipindahkan ke Jawa Timur. Hal ini disebabkan semakin besarnya pengaruh Sriwijaya yang
diperintah oleh Balaputradewa. Selama abad ke-7 hingga ke-9 terjadi serangan-serangan dari
Sriwijaya ke Mataram. Hal ini mengakibatkan Mataram semakin terdesak ke timur. Selain itu,
adanya bencana alam berupa letusan Gunung Merapi merupakan salah satu penyebab
kehancuran Mataram. Letusan gunung ini diyakini oleh masyarakat Mataram sebagai tanda
kehancuran dunia. Oleh karena itu, mereka menganggap letak kerajaan di Jawa Tengah sudah
tidak layak dan harus dipindahkan.

PERBEDAAN ANTARA PENINGGALAN DINASTI SANJAYA DAN DINASTI SYAILENDRA


Perbedaan letak antara dua dinasti ini terlihat dari perbedaan arsitektur candi-candi
yang ada di Jawa Tengah bagian selatan dan utara. Berdasarkan Prasasti Canggal (732 M)
diketahui, raja pertama Mataram dari Dinasti Sanjaya adalah Rakai Mataram Ratu Sanjaya yang
memerintah di ibukota Medang Kamulan. Berdasarkan isi Prasasti Mantyasih (Kedu) terdapat
beberapa dari Wangsa Sanjaya yang memerintah di kemudian hari.
Antara Wangsa Syailendra dengan Sanjaya terjadi persaingan, namun kedua wangsa
tersebut sempat menjalin hubungan baik. Pada abad ke-9 terjadi perkawinan antara Rakai
Pikatan dari Sanjaya dengan Pramodawardhani dari Syailendra. Perkawinan ini mendapat
tentangan dari Balaputeradewa, adik Pramodawardhani. Setelah bertikai dengan Rakai Pikatan
dan kalah, Balaputeradewa kemudian melarikan diri ke Sriwijaya, dan menjadi raja di sana,
karena Balaputeradewa mempunyai darah Sriwijaya dari ibunya, Dewi Tara, yang merupakan
keturunan Sriwijaya.
Sedangkan Rakai Pikatan yang berhasil menyingkirkan Balaputradewa mendirikan Candi
Roro Jonggrang (Prambanan) yang bercorak Siwa.
Rakai Pikatan dan Pramodawardhani yang berbeda agama ini banyak mendirikan
bangunan yang bercorak Hindu maupun Buddha. Rakai Pikatan mendirikan Candi Roro Jongrang,
sedangkan Pramodarwadhani sangat memperhatikan Candi Borobudur di Bumisambhara yang
dibangun oleh ayahnya, yaitu Samaratungga pada 842 M.
Susunan raja-raja yang memerintah di Mataram berdasarkan Prasasti Balitung
(Mantyasih) adalah: Rakai Mataram Ratu Sanjaya, Rakai Tejah Purnapana Panangkaran, Rakai
Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung Patapan, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, Rakai
Watukumalang, Watukura Dyah Balitung Dharmodaya Mahasambu, Daksa, Tulodhong, Wawa,
dan Sindhok.
Prasasti ini dibuat oleh Dyah Balitung yang memerintah dari 898 hingga 910. Setelah
Sindok menjadi raja (929), pusat-pusat pemerintahan Mataram dipindahkan dari Jawa Tengah
ke Jawa Timur. Pemindahan ini dikarenakan pusat kerajaan mengalami kehancuran akibat
letusan Gunung Merapi. Mpu Sindok kemudian mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Isana. Ia
memerintah hingga tahun 949. Pengganti Mpu Sindok yang terkenal
adalah Dharmawangsa yang memerintah 990-1016.
Dharmawangsa pernah berusaha untuk mengalihkan pusat perdagangan dari Sriwijaya
pada 990, akan tetapi mengalami kegagalan karena Sriwijaya gagal ditaklukkan. Pada tahun
1016 Dharmawangsa dan keluarganya mengalamipralaya (kehancuran) akibat serangan dari
Sriwijaya yang bekerja sama dengan kerajaan kecil di Jawa yang dipimpin Wurawari. Akibat
serangan ini kerajaan Dharnawangsa mengalami kehancuran. Menantu Dharmawangsa yang
bernama Airlangga kemudian membangun kembali kerajaan, dan pada tahun 1019 ia
dinobatkan menjadi raja. Keberhasilan Airlangga membangun kerajaan diabadikan dalam karya
sastra Mpu Kanwa yaitu Arjuna Wiwaha. Pada 1041 Airlangga membagi dua kerajaan menjadi
Janggala dan Panjalu.
A. Evaluasi Hasil

Soal Uraian
1. Bagaimana corak kehidupan politik pada masa Dinasty Sanjaya di kerajaan Mataram Kuno?
2. Jelaskan bagaimana Prasasti Nalanda membuktikan mengenai keberadaan Raja di Kerajaan
Mataram Kuno?

Kunci Jawaban
1. Pada akhir abad ke-8 M Dinasti Sanjaya terdesak oleh dinasti lain, yaitu Dinasti Syailendra.
Peristiwa ini terjadi ketika Dinasti Sanjaya diperintah oleh Rakai Panangkaran. Hal itu
dibuktikan melalui Prasasti Kalasan yang meneybutkan bahwa Rakai Panangkaran mendapat
perintah dari Raja Wisnu untuk mendirikan Candi Kalasan (Candi Budha).
2. Walaupun kedudukan raja-raja dari Dinasti Sanjaya telah terdesak oleh Dinasti Syailendra,
raja-raja dari Dinasti sanjaya tetap diakui kedudukannya sebagai raja yang terhormat. Hanya
harus tunduk terhadap raja-raja Syailendra sebagai penguasa tertinggi atas seluruh
Mataram
Prasasti ini menyebutkan tentang asal-usul Raja Balaputra Dewa. Disebutkan bahwa
Balaputra Dewa adalah putra dari Raja Samarottungga dan cucu dari Raja Indra (Kerajaan
Syailendra di Jawa Tengah).
Di samping prasasti-prasasti tersebut di atas, juga terdapat peninggalan-peninggalan berupa
candi-candi Budha seperti Candi Borobudur, Mendut, Pawon, Kalasan, Sari, Sewu, dan candi-
candi lainnya yang lebih kecil
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 4 CIBINONG
Jln. Karadenan No. 5 Cibinong Telp/Fax. ( 0251 ) 8654347 Bogor 16913
http://www.sman2cibinong.sch.id email: sman2cibinong@sman2cibinong.sch.id

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )
Satuan Pendidikan : SMA N 4 CIBINONG
Kelas/Semester : X/I
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Kerajaan Mataram Kuno masa Wangsa Isyana
Pertemuan : 15

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama,toleran,damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar
1.1. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.2. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
2.2. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada zaman pra
aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.4. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah
3.2. Memahami dan menerapkan konsep berpikir kronologis (diakronik), sinkronik, ruang dan waktu dalam
sejarah zaman praaksara ,perkembangan Hindu dan Islam
3.6. Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan kebudayaan pada masa
kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang
masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.
4.5. Menalar informasi mengenai proses masuk dan berkembangnya kerajaan Hindu_Buddha
dengan menerapkan cara berpikir kronologis, dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Menunjukkan nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME berupa peninggalan hasil budaya masa
Hindu-Budha di Indonesia
2. Menunjukkan nilai-nilai toleransi anatr umat beragama dengan saling menghargai peninggalan
hasil budaya masa Hindu-Budha di Indonesia
3. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Budha di
Indonesia
4. Menunjukkan sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Budha di Indonesia
5. Menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
6. Menunjukkan sikap tanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
7. menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat pada masa kekuasaan Dinasti Isyana;
8. menjelaskan peran Airlangga dalam Dinasti Isyana.

D. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati dan membaca referensi siswa dapat:
1. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya masa Hindu-Budha di
Indonesia
2. Menunjukkan sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Budha di Indonesia
3. Menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas –tugas dari pembelajaran sejarah
4. Menunjukkan sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
5. Menjelaskan kehidupan masyarakat di Kerajaan Mataram Kuno pada masa kalsik (Hindu-Budha)
6. Mengidentifikasikan perkembangan kehidupan masyarakat pada masa kekuasaan Dinasti
Isyana
7. Melaporkan peran Airlangga dalam Dinasti Isyana

E. Materi Ajar
1. Nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME berupa peninggalan hasil budaya masa Hindu-Budha
di Indonesia
2. Sikap tanggungjawab terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Budha di Indonesia
3. Sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Budha di Indonesia
4. Sikap jujur dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah
5. Sikap tanggungjawab dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah
6. perkembangan kehidupan masyarakat pada masa kekuasaan Dinasti Isyana
7. peran Airlangga dalam Dinasti Isyana
8.
F. Alokasi Waktu
2x 45 menit

G. Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran


Pendekatan : Saintifik
Strategi : Group Investigation (GI)
Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, dan Penugasan
H. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
Pendahuluan 1) Kelas dipersiapkan agar lebih kondusif untuk 10 menit
proses belajar mengajar; kerapian dan
kebersihan ruang kelas, presensi (absensi,
kebersihan, kelas, menyiapkan media dan alat
serta buku yang diperlukan).
2) Guru menyampaikan topik tentang “Kerajaan-
kerajaan pada masa Hindu-Buddha”
3) Peserta didik diberi motivasi tentang
pentingnya topik pembelajaran ini.
4) Guru menyampaikan tujuan dan kompetensi
yang harus dikuasai para peserta didik. Guru
memperingatkan kepada peserta didik bahwa
pembelajaran ini lebih ditekankan pemaknaan
dan pencapaian kompetensi

Inti 1) Peserta didik dijelaskan materi kekuasaan 65 menit


Dinasti Isyana. Pertentangan di antara keluarga
Mataram, menyebabkan Mpu Sindok
memindahkan ibukota kerajaan dari Medang ke
Daha (Jawa Timur) dan mendirikan dinasti baru
yaitu Dinasti
2) Isyanawangsa. Disamping karena pertentangan
keluarga, pemindahan pusat kerajaan juga
dikarenakan kerajaan mengalami kehancuran
akibat letusan Gunung Merapi.
3) Peserta didik ditugaskan untuk mengerjakan
soal latihan ulangan semester satu pada
halaman 101. 3) Setelah peserta didik
menyelesaikan tugasnya, guru meminta setiap
peserta didik untuk mengumpulkan kertas
kerjanya.

Penutup 1) Guru menutup pembelajaran minggu ke-16 15 menit


dengan memberikan ringkasan tentang
Kekuasaan Dinasti Isyana.
2) Peserta didik dapat ditanya apakah sudah
memahami materi tersebut.
3) Peserta didik diberikan pertanyaan lisan secara
acak untuk mendapatkan umpan balik atas
pembelajaran minggu ini.
I. Penilaian Hasil Belajar

a. Tes
1. Penilaian dilaksanakan melalui pengamatan terutama tentang aktivitas dan kemampuan
peserta didik dalam menyampaikan pendapat dan kerja sama kelompok.
2. Peserta didik diberikan pertanyaan untuk melihat penguasaan materi yang dicapai.
a) apa yang menyebabkan Mpu Sindok memindahkan ibukota kerajaan dari Medang ke
Daha?
b) mengapa Airlangga membagi kerajaannya menjadi dua, yaitu Kediri dan Janggala?
c) nilai apa yang dapat kamu ambil dari gambaran kepemimpinan Airlangga?
3. Hasil kerja peserta didik diberi nilai dan komentar.

b. Non Tes
1. Lembar pengamatan kerja kelompok (terlampir)
2. Lembar pengamatan presentasi (terlampir)
3. Membuat makalah tentang Kerajaan Mataram Kuno (kriteria penulisan terlampir)
J. Sumber Belajar
 Buku sumber Sejarah
1. Tim, Sejarah Indonesia Kelas X, Kemendikbud, 2003
 White board
 Power Point
 LCD
 Internet
 Kartu Pembelajaran

Cibinong, Juli 2013


Mengetahui
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran

Dr,Bambang Supriadi, M.Pd Muhamad Yusup, S.Pd


NIP. 196911081995121001 NIP.
Lampiran Lembar Pengamatan

LEMBAR PENGAMATAN SIKAP

Mata Pelajaran :..................................................................................................

Kelas/Semester:....................................................................................................

Tahun Ajaran :....................................................................................................

Waktu Pengamatan: ............................................................................................

Sikap yang diintegrasikan dan dikembangkan adalah perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan
santun.

Indikator perkembangan sikap perilaku religius, jujur, tanggung jawab, dan santun.

1. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas
2. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
3. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
4. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas secara terus-menerus dan ajeg/konsisten.
Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.

No. Nama Religius Jujur Tanggung jawab Santun


Siswa
BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

1.

2.

3.

4.

5.

..
Lembar Pengamatan

Rubrik kegiatan Diskusi


Aspek Pengamatan
Nama Meng- Menghargai Jumlah
No. Kerja Nilai Ket.
Siswa komunika Toleransi Keaktifan pendapat Skor
sama
sikan pendapat teman

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Rubrik Penilaian Presentasi


Aspek Penilaian
Nama Sistematika Jumlah
No. Komuni Wawa Keberani Gesture dan Nilai Ket.
Siswa penyam Antusias Skor
Kasi san an penampilan
Paian

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Format Penilaian Makalah

Struktur Makalah Indikator Nilai

Menunjukkan dengan tepat isi :


 Latar belakang
Pendahuluan  Rumusan masalah
 Tujuan penulisan.
 Ketepatan pemilihan gambar
 Orisinalitas makalah
 Mendeskripsikan mengenai Penelusuran
PeradabanAwal di Kepulauan Indonesia
Isi  Struktur/logikapenulisan disusun dengan jelas sesuai
metode yang dipakai
 Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan komunikatif
 Daftar pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan
(Ilmiah)
 Menghindari sumber (akun) yang belum dikaji secara
ilmiah
 Kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah
 Saran relevan dengan kajian, dan berisi pesan untuk
Penutup peningkatan kepedulian terhadap Peradaban Awal di
Kepulauan Indonesia
Jumlah

Kriteria Penilaian untuk masing-masing indikator:


∑ Skor perolehan
Sangat sesuai 4
Nilai = X 100
Sesuai 3
Skor Maksimal (48)
Cukup 2
Kurang 1
RINGKASAN MATERI

Kekuasaan Dinasti Isyana


Pertentangan di antara keluarga Mataram, nampaknya terus berlangsung hingga masa pemerintahan
Mpu Sindok pada tahun 929 M. Pertikaian yang tidak pernah berhenti itu menyebabkan Mpu Sindok
memindahkan ibukota kerajaan dari Medang ke Daha (Jawa Timur) dan mendirikan dinasti baru yaitu
Dinasti Isyanawangsa. Disamping karena pertentangan keluarga, pemindahan pusat kerajaan juga
dikarenakan kerajaan mengalami kehancuran akibat letusan Gunung Merapi. Berdasarkan prasasti,
pusat pemerintahan Keluarga Isyana terletak di Tamwlang. Letak Tamwlang diperkirakan dekat
Jombang, sebab di Jombang masih ada desa yang namanya mirip, yakni desa Tambelang. Daerah
kekuasaannya meliputi Jawa bagian timur, Jawa bagian tengah, dan Bali.
Setelah Mpu Sindok meninggal, ia digantikan oleh anak perempuannya bernama Sri
Isyanatunggawijaya. Ia naik tahta dan kawin dengan Sri Lokapala. Dari perkawinan ini lahirlah putra yang
bernama Makutawangsawardana. Makutawangsawardana naik tahta menggantikan ibunya. Kemudian
pemerintahan dilanjutkan oleh Dharmawangsa. Dharmawangsa Tguh yang memeluk agama Hindu
aliran Waisya. Pada masa pemerintahannya, Dharmawangsa Tguh memerintahkan untuk menyadur
kitab Mahabarata dalam bahasa Jawa Kuno. Setelah Dharmawangsa Tguh turun tahtah ia digantikan
oleh Raja Airlangga, yang saat itu usianya masih 16 tahun. Hancurnya kerajaan Dharmawangsa
menyebabkan Airlangga berkelana ke hutan. Selama di hutan ia hidup bersama pendeta sambil
mendalami agama. Airlangga kemudian dinobatkan oleh pendeta agama Hindu dan Buddha sebagai raja.
Begitulah kehidupan agama pada masa Mataram Kuno. Meskipun mereka berbeda aliran dan keyakinan,
penduduk Mataram Kuno tetap menghargai perbedaan yang ada.
Setelah dinobatkan sebagai raja, Airlangga segera mengadakan pemulihan hubungan baik dengan
Sriwijaya, bahkan membantu Sriwijaya ketika diserang Raja Colamandala dari India Selatan. Pada tahun
1037 M, Airlangga berhasil mempersatukan kembali daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh
Dharmawangsa, meliputi seluruh Jawa Timur. Airlangga kemudian memindahkan ibukota kerajaannya
dari Daha ke Kahuripan.
Pada tahun 1042, Airlangga mengundurkan diri dari tahta kerajaan, lalu hidup sebagai pertapa dengan
nama Resi Gentayu (Djatinindra). Menjelang akhir pemerintahannya Airlangga menyerahkan
kekuasaanya pada putrinya Sangrama Wijaya Tungga-Dewi. Namun, putrinya itu menolak dan memilih
untuk menjadi seorang petapa dengan nama Ratu Giriputri.
Airlangga memerintahkan Mpu Bharada untuk membagi dua kerajaan. Kerajaan itu adalah Kediri dan
Janggala. Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya perang saudara di antara kedua putranya yang
lahir dari selir. Kerajaan Janggala di sebelah timur diberikan kepada putra sulungnya yang bernama
Garasakan (Jayengrana), dengan ibukota di Kahuripan (Jiwana). Wilayahnya meliputi daerah sekitar
Surabaya sampai Pasuruan, dan Kerajaan Panjalu (Kediri). Kerajaan Kediri di sebelah barat diberikan
kepada putra bungsunya yang bernama Samarawijaya (Jayawarsa) dengan ibukota di Kediri (Daha),
meliputi daerah sekitar Kediri dan Madiun.
Kerajaan Kediri adalah kerajaan pertama yang mempunyai sistem administrasi kewilayahan negara
berjenjang. Hierarki kewilayahan dibagi atas tiga jenjang. Struktur paling bawah dikenal dengan thani
(desa). Desa ini terbagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi yang dipimpin oleh seorang duwan.
Setingkat lebih tinggi di atasnya disebut wisaya, yaitu sekumpulan dari desa-desa. Tingkatan paling tinggi
yaitu negara atau kerajaan yang disebut dengan bhumi.
Uji Kompetensi

1. Berdasarkan bacaan di atas nilai-nilai apa yang dapat kamu petik dari kepemimpinan Airlangga?
2. Setujukah kamu dengan cara Airlangga membagi kerajaan seperti disebutkan di atas? Uraikan
alasan pendapat kamu

Tugas
Sebutkan nama, letak dan fungsi candi yang kamu ketahui. Carilah dari buku atau sumber internet.

No Nama Candi Letak Fungsi


1
2
3
4
5
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 4 CIBINONG
Jln. Karadenan No. 5 Cibinong Telp/Fax. ( 0251 ) 8654347 Bogor 16913
http://www.sman2cibinong.sch.id email: sman2cibinong@sman2cibinong.sch.id

ULANGAN AKHIR SEMESTER 1

A. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut 3. Manusia purba hidup berpindah-pindah


ini dengan memberikan tanda (x) pada dari satu tempat ke tempat lain,
huruf a, b, c, d, dan e di depan jawaban disebabkan oleh ….
yang paling tepat. a. Faktor makanan bergantung pada alam
1. Untuk menggambarkan masa kehidupan b. Manusia purba mencari daerah yang
manusia purba, lebih tepat menggunakan subur untuk bercocok tanam
istilah praaksara dibandingkan prasejarah. c. Mengikuti perubahan musim yang
Mengapa demikian? berlalu
a. Manusia purba tidak mempunyai d. Keadaan alam yang tidak stabil
sejarah e. Sering terjadi bencana alam
b. Manusia purba tidak mengenal tulisan
c. Manusia purba tidak mempunyai 4. Pada tahun 2004 terjadi hal
kehidupan menggemparkan dunia ilmu pengetahuan
d. Manusia purba tidak mempunyai dengan ditemukannya manusia purba di
peradaban Flores. Mengapa demikian?
e. Manusia purba hidup berpindah-pindah a. B. D. van Rietschoten telah menemukan
manusia Wajak
2. Mengapa Sangiran disebut sebagai b. von Koeningswald menemukan manusia
laboratorium situs manusia purba di Asia? berukuran kerdil dari Liang Bua
a. G.H.R von Koeningswald menemukan c. Peneliti dari Indonesia dan Australia
artefak litik di wilayah Ngebung menemukan Homo florensiensis
b. Mendapat pengakuan sebagai Warisan d. Telah ditemukan Homo floresiensi di
Dunia pada 1996 oleh UNESCO pegunungan karst di barat laut
c. Ditemukannya fosil Homo erectus, dan Campurdarat
Pithecanthropus erectus e. Th. Vervohen menemukan beberapa
d. Sangiran merupakan suatu kompleks fragmen tulang manusia pada 1965 di
situs manusia purba yang terlengkap Liang Bua
e. Situs Sangiran merupakan suatu kubah
raksasa yang berupa cekungan besar 5. Diperkirakan pendukung Kebudayaan
Pacitan adalah Pithecanthropus erectus.
Kesimpulan tersebut didasarkan pada….
a. alat-alat bantu dari Pacitan ditemukan c. Mulawarman menghadiahkan 20.000
bersama-sama Pithecanthropus erectus ekor lembu kepada para brahmana
b. kapak genggam banyak ditemukan d. Mulawarman adalah keturunan dari
bersama-sama Pithecanthropus erectus penguasa lokal yang terkena pengaruh
c. Pithecanthropus erectus banyak Hindu-Buddha
ditemukan di daerah pacitan. e. Mulawarman adalah raja yang
d. Pithecanthropus erectus merupakan membawa Kutai pada puncak zaman
manusia purba terbanyak ditemukan di keemasan.
Indonesia
e. Pithecanthropus erectus merupakan 9. Dalam catatan perjalanan I-tsing, Kerajaan
manusia purba tertua di Indonesia Sriwijaya dikatakan menjadi pusat
6. Teori yang menyebutkan tentang peranan pembelajaran agama Buddha Mahayana di
para pedegang Indonesia dalam seluruh wilayah Asia Tenggara dan telah
penyebaran agama Hindu di Indonesia, membangun jaringan pembelajaran agama
yaitu teori.… Buddha hingga India. Bukti dari catatan I-
a. Brahmana tsing yang masih terlihat hingga saat ini
b. Ksatria adalah ….
c. Waisya a. adanya prasasti Nalanda di Universitas
d. Arus Balik Nawa Nalanda di India
e. Sudra b. pernyataan Mohammad Yamin yang
menyebut Sriwijaya sebagai negara
7. Menurut G. Coedes, yang memotivasi para nasional pertama
pedagang India untuk datang ke Asia c. dibangunnya sebuah pangkalan di
Tenggara adalah keinginan untuk daerah Ligor
memperoleh barang tambang terutama d. Prasasti Kedukan Bukit yang
emas dan hasil hutan. Teori yang yang menerangkan bahwa Dapunta Hyang
sejalan dengan pendapat G. Coedes adalah telah mengadakan perjalanan suci e.
…. pembangunan sebuah taman yang
a. Teori Ksatria yang dikemukakan oleh disebut Sriksetra
R.C Majundar
b. Teori Brahmana yang dikemukakan 10. Airlangga memerintahkan Mpu Bharada
oleh N.J. Krom untuk membagi dua kerajaan, yaitu Kediri
c. Teori Arus Baik yang dikemukakan dan Janggala. Alasan Airlangga membagi
oleh F.D.K. Bosch kerajaan adalah….
d. Teori Brahmanna yang dikemukakan a. adanya pertentangan di antara
oleh J. C. van Leur keluarga Mataram Kuno
e. Teori Waisya yang dikemukakan oleh b. kerajaan mengalami kehancuran
N.J. Krom akibat letusan Gunung Merapi
8. Mulawarman adalah raja termasyur dari c. mencegah terjadinya perang saudara
Kerajaan Kutai yang kepemimpinannya diantara kedua putranya yang lahir
patut diteladani hingga saat ini. Mengapa dari selir
demikian? d. Airlangga ingin mengundurkan diri
a. Mulawarman adalah raja yang tegas dari tahta kerajaan
dan taat terhadap peraturan e. putrinya menolak menjadi raja dan
b. Mulawarman mengeluarkan tugu memilih untuk menjadi seorang
peringatan (yupa) dari upacara kurban pertapa
11. Berdasarkan sumber-sumber sejarah,
kehidupan manusia pada masa prasejarah 16. Revolusi Neolitik adalah perubahan dari…..
sangat sederhana yakni .... a. Food gathering menjadi food producing
a. Berburu b. Nomaden menjadi semisedenter
b. Beternak c. Food gathering menjadi hunting
c. bertani dan bertani d. Food gathering menjadi meramu
d. berburu dan mengumpulkan makanan
e. mengumpulkan makanan dan bertani 17. Kerajaan Tarumanegara runtuh pada akhir
abad VII diduga akibat…..
12. Manusia purba hidup berpindah-pindah a. Bencana alam
dari satu tempat ke tempat lain disebabkan b. Perang saudara
... c. Serangan dari Kerajaan Mataram
f. Manusia purba mencari daerah yang d. Serangan dari Kerajaan Pasundan
subur e. Serangan dari Kerajaan Sriwijaya
g. Sering terjadi bencana alam
h. Sering terjadi peperangan antar 18. Upacara Asmawedha yang dilakukan di
kelompok Kerajaan Kutai bertujuan untuk….
i. Keadaan alam yang tidak stabil a. Melaksanakan upacara kurban
j. Manusia purba sangat bergantung pada b. Memperluas wilayah kerajaan
alam c. Menentukan batas wilayah kerajaan
d. Meningkatkan kesejahteraan hidup
13. Alasan manusia purba hidup dekat sumber rakyatnya
air pada Zaman Batu Tua adalah sebagai e. Menobatkan putra mahkota menjadi
berikut, kecuali….. raja
a. Daerah tersebut biasanya subur
b. Binatang-binatang buruan selalu 19. Dalam system irigasi oleh masyarakat
berkumpul dekat sumber air Kerajaan Tarumanegara dibuktikan dengan
c. Sungai sebagai sarana transportasi adanya Prasasti Tugu yang berisi tentang….
d. Banyak terdapat tumbuhan dan a. Kesaktian dan kegagahan Raja
tanaman yang dapat dimakan Purnawarman sebagai jelmaan Dewa
e. Mereka hidup tergantung pada ikan di Wisnu
sungai b. Pembangunan tanggul dan waduk
14. Berikut ini adalah ciri kehidupan masa disekitar Cibungbulan, kab. Bogor
berburu dan meramu, kecuali….. c. Penggalian Sungai Gomati dan
a. Berkembang tradisi lukisan gua Candrabhaga
b. Masih bergantung pada alam d. Pemberian hadiah seribu ekor sapi
c. Nomaden kepada para Brahman.
d. Membuat alat yang masih kasar e. Pembuatan saluran di daerah Cimanuk
e. Tinggal di perkampungan

15. Masyarakat pada masa berburu dan 20. Sumber sejarah yang menyatakan
mengumpulkan makanan bersifat keberadaan Kerajaan Holing/ Kalingga
nomaden, karena….. berasal dari pendeta Budha
a. Jumlah kelompoknya sedikit yang bernama….
b. Hubungan antar anggota kelompok
a. Ma Huan
sangat erat
c. Untuk mencari daerah yang b. Fa Hien
menyediakan kebutuhan hidupnya c. Cheng Ho
d. Untuk mencari daerah subur agar dapat d. I Tsing
bercocok tanam e. Tang
e. Keinginan sebagian anggota
kelompoknya untuk pindah
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!

1. Uraikan kembali periode proses evolusi bumi!


2. Jelaskan hubungan antara manusia yang sudah bertempat tinggal dengan adanya sistem
kepercayaan!
3. Jelaskan teori-teori mengenai masuknya Hindu-Buddha di Kepulauan Indonesia!
4. Mengapa Ratu Sima dari Kerajaan Kalingga dikenal sebagai pemimpin wanita yang tegas?
5. Muhammad Yamin menyebutkan Kerajaan Sriwijaya sebagai negara nasional pertama. Jelaskan
mengapa demikian!

Kunci Jawaban

Pilihan Ganda: 1. b, 2. d, 3. a, 4. c, 5. b, 6. c, 7. e, 8. c, 9. a, 10. c

Essay

1. Azoicum, Paleozoicum, Mesozoicum dan Neozoicum. Uraian mengenai hal ini dapat dilihat dalam
buku teks pelajaran Sejarah Indonesia halaman 8-9.
2. Manusia mulai mengenal sistem kepercayaan ketika manusia mengenal penguburan mayat pada
masa neolitikum. Masa neolitikum adalah periode dimana manusia sudah bertempat tinggal tetap.
Mereka mengadakan upacara penguburan dengan mendirikan bangunan suci misalnya sarkofagus,
menhir, dolmen dan lain-lain. Uraian mengenai hal ini dapat dilihat dalam buku teks pelajaran
Sejarah Indonesia halaman 43-45.
3. Teori Ksatria, teori Waisya, teori Brahmana, teori Arus Balik. Penjelasan mengenai teori masuknya
Hindu-Buddha dapat dilihat pada halaman 61-63.
4. Ratu Sima dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan taat terhadap peraturan di Kerajaan Kalingga.
Hal tersebut dapat dilihat dalam buku teks pelajaran Sejarah Indonesia halaman 74-75.
5. Sriwijaya mempunyai wilayah kekuasaan yang cukup luas. Uraian mengenai wilayah kekuasaan
Sriwijaya dapat dilihat dalam buku teks pelajaran Sejarah Indonesia halaman 82.
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 4 CIBINONG
Jln. Karadenan No. 5 Cibinong Telp/Fax. ( 0251 ) 8654347 Bogor 16913
http://www.sman2cibinong.sch.id email: sman2cibinong@sman2cibinong.sch.id

ULANGAN AKHIR SEMESTER 1


TAHUN PELAJARAN 2013 – 2014

Mata Pelajaran : Sejarah


Kelas / Program : X MIIA / IIS ( Wajib )
Hari / Tanggal : Senin 02 Desember 2013

Pililah salah satu jawaban yang paling tepat !


1. Untuk menggambarkan masa kehidupan d. Telah ditemukan Homo floresiensi di
manusia purba, lebih tepat menggunakan pegunungan karst di barat laut
istilah praaksara dibandingkan prasejarah. Campurdarat
Mengapa demikian? e. Th. Vervohen menemukan beberapa
a. Manusia purba tidak mempunyai fragmen tulang manusia pada 1965 di
sejarah Liang Bua
b. Manusia purba tidak mengenal tulisan
c. Manusia purba tidak mempunyai 5 Diperkirakan pendukung Kebudayaan
kehidupan Pacitan adalah Pithecanthropus erectus.
d. Manusia purba tidak mempunyai Kesimpulan tersebut didasarkan pada….
peradaban a. alat-alat bantu dari Pacitan ditemukan
e. Manusia purba hidup berpindah-pindah bersama-sama Pithecanthropus erectus
b. kapak genggam banyak ditemukan
2 Mengapa Sangiran disebut sebagai bersama-sama Pithecanthropus erectus
laboratorium situs manusia purba di Asia? c. Pithecanthropus erectus banyak
a. G.H.R von Koeningswald menemukan ditemukan di daerah pacitan.
artefak litik di wilayah Ngebung d. Pithecanthropus erectus merupakan
b. Mendapat pengakuan sebagai Warisan manusia purba terbanyak ditemukan di
Dunia pada 1996 oleh UNESCO Indonesia
c. Ditemukannya fosil Homo erectus, dan e. Pithecanthropus erectus merupakan
Pithecanthropus erectus manusia purba tertua di Indonesia
d. Sangiran merupakan suatu kompleks
situs manusia purba yang terlengkap 6. Teori yang menyebutkan tentang peranan
e. Situs Sangiran merupakan suatu kubah para pedegang Indonesia dalam
raksasa yang berupa cekungan besar penyebaran agama Hindu di Indonesia,
yaitu teori.…
3 Manusia purba hidup berpindah-pindah a. Brahmana
dari satu tempat ke tempat lain, b. Ksatria
disebabkan oleh …. c. Waisya
a. Faktor makanan bergantung pada alam d. Arus Balik
b. Manusia purba mencari daerah yang e. Sudra
subur untuk bercocok tanam
c. Mengikuti perubahan musim yang 7. Menurut G. Coedes, yang memotivasi para
berlalu pedagang India untuk datang ke Asia
d. Keadaan alam yang tidak stabil Tenggara adalah keinginan untuk
e. Sering terjadi bencana alam memperoleh barang tambang terutama
emas dan hasil hutan. Teori yang yang
4 Pada tahun 2004 terjadi hal sejalan dengan pendapat G. Coedes adalah
menggemparkan dunia ilmu pengetahuan ….
dengan ditemukannya manusia purba di a. Teori Ksatria yang dikemukakan oleh
Flores. Mengapa demikian? R.C Majundar
a. B. D. van Rietschoten telah menemukan b. Teori Brahmana yang dikemukakan
manusia Wajak oleh N.J. Krom
b. von Koeningswald menemukan manusia c. Teori Arus Baik yang dikemukakan oleh
berukuran kerdil dari Liang Bua F.D.K. Bosch
c. Peneliti dari Indonesia dan Australia d. Teori Brahmanna yang dikemukakan
menemukan Homo florensiensis oleh J. C. van Leur
e. Teori Waisya yang dikemukakan oleh 11. Berdasarkan sumber-sumber sejarah,
N.J. Krom kehidupan manusia pada masa prasejarah
sangat sederhana yakni ....
a. Berburu
8. Mulawarman adalah raja termasyur dari
b. Beternak
Kerajaan Kutai yang kepemimpinannya c. bertani dan bertani
patut diteladani hingga saat ini. Mengapa d. berburu dan mengumpulkan makanan
demikian? e. mengumpulkan makanan dan bertani
a. Mulawarman adalah raja yang tegas
dan taat terhadap peraturan 12. Manusia purba hidup berpindah-pindah
b. Mulawarman mengeluarkan tugu dari satu tempat ke tempat lain
disebabkan ...
peringatan (yupa) dari upacara kurban
a. Manusia purba mencari daerah yang
c. Mulawarman menghadiahkan 20.000 subur
ekor lembu kepada para brahmana b. Sering terjadi bencana alam
d. Mulawarman adalah keturunan dari c. Sering terjadi peperangan antar
penguasa lokal yang terkena pengaruh kelompok
Hindu-Buddha d. Keadaan alam yang tidak stabil
e. Mulawarman adalah raja yang e. Manusia purba sangat bergantung pada
alam
membawa Kutai pada puncak zaman
keemasan. 13. Alasan manusia purba hidup dekat sumber
air pada Zaman Batu Tua adalah sebagai
9. Dalam catatan perjalanan I-tsing, Kerajaan berikut, kecuali…..
Sriwijaya dikatakan menjadi pusat a. Daerah tersebut biasanya subur
pembelajaran agama Buddha Mahayana di b. Binatang-binatang buruan selalu
berkumpul dekat sumber air
seluruh wilayah Asia Tenggara dan telah
c. Sungai sebagai sarana transportasi
membangun jaringan pembelajaran agama d. Banyak terdapat tumbuhan dan
Buddha hingga India. Bukti dari catatan I- tanaman yang dapat dimakan
tsing yang masih terlihat hingga saat ini e. Mereka hidup tergantung pada ikan di
adalah …. sungai
a. adanya prasasti Nalanda di Universitas
Nawa Nalanda di India 14. Berikut ini adalah ciri kehidupan masa
berburu dan meramu, kecuali…..
b. pernyataan Mohammad Yamin yang
a. Berkembang tradisi lukisan gua
menyebut Sriwijaya sebagai negara b. Masih bergantung pada alam
nasional pertama c. Nomaden
c. dibangunnya sebuah pangkalan di d. Membuat alat yang masih kasar
daerah Ligor e. Tinggal di perkampungan
d. Prasasti Kedukan Bukit yang
menerangkan bahwa Dapunta Hyang 15. Masyarakat pada masa berburu dan
mengumpulkan makanan bersifat
telah mengadakan perjalanan suci
nomaden, karena…..
e. e. pembangunan sebuah taman yang a. Jumlah kelompoknya sedikit
disebut Sriksetra b. Hubungan antar anggota kelompok
sangat erat
10. Airlangga memerintahkan Mpu Bharada c. Untuk mencari daerah yang
untuk membagi dua kerajaan, yaitu Kediri menyediakan kebutuhan hidupnya
d. Untuk mencari daerah subur agar dapat
dan Janggala. Alasan Airlangga membagi
bercocok tanam
kerajaan adalah…. e. Keinginan sebagian anggota
a. adanya pertentangan di antara kelompoknya untuk pindah
keluarga Mataram Kuno
b. kerajaan mengalami kehancuran akibat 16. Revolusi Neolitik adalah perubahan dari…..
letusan Gunung Merapi a. Food gathering menjadi food producing
c. mencegah terjadinya perang saudara b. Nomaden menjadi semisedenter
c. Food gathering menjadi hunting
diantara kedua putranya yang lahir dari
d. Food gathering menjadi meramu
selir e. Semisedenter menjadi nomaden
d. Airlangga ingin mengundurkan diri dari
tahta kerajaan 17. Kerajaan Tarumanegara runtuh pada akhir
e. putrinya menolak menjadi raja dan abad VII diduga akibat…..
memilih untuk menjadi seorang a. Bencana alam
pertapa b. Perang saudara
c. Serangan dari Kerajaan Mataram
d. Serangan dari Kerajaan Pasundan
e. Serangan dari Kerajaan Sriwijaya
18. Upacara Asmawedha yang dilakukan di c. Penggalian Sungai Gomati dan
Kerajaan Kutai bertujuan untuk…. Candrabhaga
a. Melaksanakan upacara kurban d. Pemberian hadiah seribu ekor sapi
b. Memperluas wilayah kerajaan kepada para Brahman.
c. Menentukan batas wilayah kerajaan e. Pembuatan saluran di daerah Cimanuk
d. Meningkatkan kesejahteraan hidup
rakyatnya 20. Sumber sejarah yang menyatakan
e. Menobatkan putra mahkota menjadi keberadaan Kerajaan Holing/ Kalingga
raja berasal dari pendeta Budha yang
bernama….
19. Dalam system irigasi oleh masyarakat
Kerajaan Tarumanegara dibuktikan dengan a. Ma Huan
adanya Prasasti Tugu yang berisi tentang…. b. Fa Hien
a. Kesaktian dan kegagahan Raja c. Cheng Ho
Purnawarman sebagai jelmaan Dewa d. I Tsing
Wisnu e. Tang
b. Pembangunan tanggul dan waduk
disekitar Cibungbulan, kab. Bogor

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!

1. Uraikan kembali periode proses evolusi bumi!


2. Jelaskan hubungan antara manusia yang sudah bertempat tinggal dengan adanya sistem
kepercayaan!
3. Jelaskan teori-teori mengenai masuknya Hindu-Buddha di Kepulauan Indonesia!
4. Mengapa Ratu Sima dari Kerajaan Kalingga dikenal sebagai pemimpin wanita yang tegas?
5. Muhammad Yamin menyebutkan Kerajaan Sriwijaya sebagai negara nasional pertama. Jelaskan
mengapa demikian!

Anda mungkin juga menyukai