Anda di halaman 1dari 14

Nama : Luthfi Qowy Zhafrani

NIM : 111.160.015
Eksplorasi Batubara Kelas A

CIRI KEGIATAN EKSPLORASI

1. Berbeda dengan menambang


Dalam kegiatan pertambangan hal yang pertama kali dilakukan adalah kegiatan
eksplorasi. Dimana dalam kegiatan eksplorasi ini dimaksudkan untuk memetakan dimana
sumberdaya itu erdapat dan pada akhirnya berapa dari sumberdaya tersebut yang akan
menjadi cadangan. Kegiatan eksplorasi ini juga menentukan apakah daerah yang akan
dilakukan kegiatan penambangan itu layak atau tidak untuk di eksploitasi.
Sedangkan kegiatan penambangan terdiri dari tahap eksplorasi, perencanaan
penambanagan, pengolahan, pengangkutan, penumpukan, pemasaran, pemanfaatan hasil
tambang. Kegiatan ekplorasi memiliki resiko yang tinggi namun memiliki pengeluaran biaya
yang kecil, dan akan berbanding terbalik sejalan dengan tahapan berikutnya menuju kegiatan
penambangan yang lebih lanjut. Dapat dinyatakan dalam kurva sebagai berikut :
2. Dilakukan secara bertahap (strategi)

Berikut tahapan dalam kegiatan eksplorasi :


Survei Tinjau (Reconnaissance) adalah tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi
daerah-daerah yang berpotensi bagi keterdapatan bahan tambang pada skala regional
terutama berdasarkan hasil studi geologi regional, di antaranya pemetaan geologi regional,
pemotretan udara dan metoda tidak langsung lainnya, dan inspeksi lapangan pendahuluan
yang penarikan kesimpulannya berdasarkan ekstrapolasi. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi daerah-daerah anomali atau mineralisasi yang prospektif untuk diselidiki
lebih lanjut. Perkiraan kuantitas sebaiknya hanya dilakukan apabila datanya cukup tersedia
atau ada kemiripan dengan endapan lain yang mempunyai kondisi geologi yang sama.
Prospeksi (Prospecting) adalah tahap eksplorasi dengan jalan mempersempit daerah
yang mengandung endapan mineral yang potensial. Metode yang digunakan adalah pemetaan
geologi untuk mengidentifikasi singkapan, dan metoda yang tidak langsung seperti studi
geokimia dan geofisika. Paritan yang terbatas, pemboran dan pencontohan mungkin juga
dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi suatu endapan mineral yang akan
menjadi target eksplorasi selanjutnya. Estimasi kuantitas dihitung berdasarkan interpretasi
data geologi, geokimia dan geofisika.
Eksplorasi Umum (General Exploration) adalah tahap eksplorasi yang merupakan
deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi. Metoda yang digunakan termasuk
pemetaan geologi, pencontohan dengan jarak yang lebar, membuat paritan dan pemboran
untuk evaluasi pendahuluan kuantitas dan kualitas dari suatu endapan. Interpolasi bisa
dilakukan secara terbatas berdasarkan metoda penyeledikan tak langsung. Tujuannya adalah
untuk menentukan gambaran geologi suatu endapan mineral berdasarkan indikasi sebaran,
perkiraan awal mengenai ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya. Tingkat
ketelitian sebaiknya dapat digunakan untuk menentukan apakah studi kelayakan tambang dan
eksplorasi rinci diperlukan.
Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration) adalah tahap eksplorasi untuk mendeliniasi
secara rinci dalam 3-dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari
pencontohan singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan. Jarak pencontohan
sedemikian rapat sehingga ukuran, bentuk, sebaran , kuantitas dan kualitas dan ciri-ciri yang
lain dari endapan mineral tersebut dapat ditentukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Uji
pengolahan dari pencontohan ruah (bulk sampling) mungkin di perlukan.
Laporan Eksplorasi (Exploration Report) adalah dokumentasi mutakhir dari setiap
tahap eksplorasi yang menggambarkan ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas bahan
galian. Laporan tersebut memberikan status mutakhir mengenai sumber daya mineral yang
dapat digunakan untuk menentukan tahap eksplorasi berikutnya atau studi kelayakan
tambang.

3. Penciutan Daerah Prospek


Salah satu tahapan eksplorasi adalah Tahapan eksplorasi rinci. tahapan ini berguna untuk
lebih memfokuskan kegiatan eksplorasi dalam lingkup yang lebih rinci, dan daerah yang
dilakukan tahap ini adalah daerah yang dinilai paling prospek dari serangkaian tahap
sebelumnya. Tahapan ini terdiri dari 3 tahap, yakni :
 Penyelidikan Permukaan Rinci (Detail Surface Investigation). Tahap ini berupa
penciutan daerah prospek dengan peta skala 1:5000 – 1:1000. Kegiatan pada tahap ini
antara lain berupa pemetaan geologi rinci , surve geokimia rinci, pembuatan paritan
dan sumur uji dan survei geofisika rinci dan pengambilan beberapa contoh batuan
hasil pemboran.
 Selanjutnya akan diteruskan Penyelidikan Bawah permukaan Rinci (Detail
Subsurface Investigation). Pada tahap ini berupa pembuatan terowongan eksplorasi,
pengeboran core – logging yang lebih rapat, pengukuran geophysical logging,
penentuan cadangan pendahuluan dan pengambilan contoh secara sistematis.
 Kemudian diakhiri dengan Penemuan / Bukan Penemuan (Discovery / Nondiscovery).
Pada tahap ini faktor – faktor teknik penambangan, teknik ekstraksi metalurgi,
kebutuhan energi dalam penambangan serta penilaian ekonomis (feasibility studies)
dilakukan agar dapat diketahui suatu prospek dapat ditambang atau tidak.
4. Dilakukan Dengan Banyak Metode

Metoda dalam eksplorasi dapat digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu :

1. Metoda langsung, terdiri dari :

a. Metoda langsung di permukaan

b. Metoda langsung di bawah permukaan

2. Metoda tidak langsung, terdiri dari :

a. Metoda tidak langsung cara geokimia yang mencakup antara lain mengenai bed rock,
soil, air, vegetasi dan stream deposit.

b. Metoda tidak langsung cara geofisika yang mencakup beberapa cara yaitu cara
magnetik (sudah jarang digunakan), gravitasi (sudah jarang digunakan), cara seismik yang
terdiri dari cara reflaksi dan refleksi, cara listrik (resistifity), dua cara yang terakhir yaitu cara
radiokatif yang masih jarang digunakan, hal ini disebabkan karena cara ini relatif lebih mahal
dan lebih rumit dari cara-cara sebelumnya.

Metoda Langsung

A. Metoda Langsung Permukaan

Metoda ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu :

a. Penyelidikan singkapan (out crop)

Singkapan segar umumnya dijumpai pada :

1. Lembah-lembah sungai, hal ini dapat terjadi karena pada lembah sungai terjadi
pengikisan oleh air sungai sehingga lapisan yang menutupi tubuh batuan tertransportasi yang
menyebabkan tubuh batuan nampak sebagai singkapan segar
2. Bentuk-bentuk menonjol pada permukaan bumi, hal ini terjadi secara alami yang
umumnya disebabkan oleh pengaruh gaya yang berasal dari dalam bumi yang disebut gaya
endogen misalnya adanya letusan gunung berapi yang memuntahkan material ke permukaan
bumi dan dapat juga dilihat dari adanya gempa bumi akibat adanya gesekan antara kerak
bumi yang dapat mengakibatkan terjadinya patahan atau timbulnya singkapan ke permukaan
bumi yang dapat dijadikan petunjuk letak tubuh batuan.

b. Tracing Float (penjejakan)

Float adalah fragmen-fragmen atau potongan-potongan biji yang berasal dari penghancuran
singkapan yang umumnya disebabkan oleh erosi, kemudian tertransportasi yang biasanya
dilakukan oleh air, dan dalam melakukan tracing kita harus berjalan berlawanan arah dengan
arah aliran sungai sampai float dari bijih yang kita cari tidak ditemukan lagi, kemudian kita
mulai melakukan pengecekan pada daerah antara float yang terakhir dengan float yang
sebelumnya dengan cara membuat parit yang arahnya tegak lurus dengan arah aliran sungai,
tetapi jika pada pembuatan parit ini dirasa kurang dapat memberikan data yang diinginkan
maka kita dapat membuat sumur uji sepanjang parit untuk mendata tubuh batuan yang
terletak jauh dibawah over burden.

c. Tracing dengan Panning (mendulang)

Caranya sama seperti tracing float, tetapi bedanya terdapat pada ukuran butiran mineral yang
dicara biasanya cara ini digunakan untuk mencari jejak mineral yang ukurannya halus dan
memiliki masa jenis yang relatif besar. Persamaan dari cara tracing yaitu pada kegiatan
lanjutan yaitu trencing atau test pitting.

Cara-cara tracing, baik tracing float maupun tracing dengan panning akan dilanjutkan dengan
cara trenching atau test pitting.

- Trenching (pembuatan parit)

Pembuatan parit memiliki keterbatasan yaitu hanya bisa dilakukan pada overburden yang
tipis, karena pada pembuatan parit kedalaman yang efektif dan ekonomis yang dapat dibuat
hanya sedalam 2 - 2,5 meter, selebih dari itu pembuatan parit dinilai tidak efektif dan
ekonomis. Pembuatan parit ini dilakukan dengan arah tegak lurus ore body dan jika
pembuatan parit ini dilakukan di tepi sungai maka pembuatan parit harus tegak lurus dengan
arah arus sungai.
Paritan dibangun dengan tujuan untuk mengetahui tebal lapisan permukaan, kemiringan
perlapisan, struktur tanah dan lain-lain.

- Test Pitting (pembuatan sumur uji)

Jika dengan trenching tidak dapat memberikan data yang akurat maka sebaiknya dilakukan
test pitting untuk menyelidiki tubuh batuan yang letaknya relatif dalam. Kita harus ingat
bahwa pada test pitting kita harus memilih daerah yang terbebas dari bongkahan-bongkahan
maka hal ini akan menyulitkan kita pada waktu pembuatan sumur uji dan juga daerah yang
hendak kita buat sumur uji harus bebas dari air, karena dengan adanya air dapat menyulitkan
kita pada waktu melakukan penyelidikan struktur batuan yang terdapat pada sumur uji yang
kita buat. Pada pembuatan sumur uji ini kita juga harus mempertimbangkan faktor keamanan,
kita harus dapat membuat sumur dengan penyangga sesedikit mungkin tetapi tidak mudah
runtuh. Hal ini juga akan mempengaruhi kenyamanan pada waktu melakukan penelitian.
Kedalaman sumur uji yang kita buat bisa mencapai kedalaman sampai 30 meter.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dari penggalian sumur adalah gejala longsoran, keluarnya
gas beracun, bahaya akan banjir dan lain-lain.

B. Metoda Langsung Bawah Permukaan

Eksplorasi langsung bawah permukaan dilakukan bila tidak ada singkapan di permukaan atau
pada eksplorasi permukaan tidak dapat memberikan informasi yang baik, karena pada
eksplorasi langsung permukaan, kedalaman maksimum yang dapat dicapai + 30 meter.
Eksplorasi langsung bawah permukaan juga dapat dilakukan apabila keadaan permukaan
memungkinkan untuk diadakan eksplorasi bawah permukaan, sebab apabila permukaan tidak
memungkinkan, misalnya permukaan itu tergenang air atau tertutup bongkah batu yang tidak
stabil, maka hal ini akan memberikan resiko yang besar jika dilakukan eksplorasi permukaan.

Dalam eksplorasi bawah permukaan ada hal-hal yang harus diperhatikan misalnya, pekerjaan
harus berlangsung tetap didalam badan bijih, hal ini untuk memudahkan diadakan
pengamatan dan proses sampling pekerjaan juga diusahakan dimulai dari daerah-daerah yang
memiliki singkapan yang baik, karena dengan singkapan yang baik dapat memudahkan kita
untuk menentukan strike atau dipnya, yang tidak kalah pentingnya yang harus diperhatikan
adalah masalah biaya, dimana dalam pekerjaan eksplorasi ini biaya tidak boleh terlalu besar,
hal ini bertujuan untuk menghindari adanya dana yang terbuang percuma jika nantinya
eksplorasi yang dilakukan hasilnya mengecewakan.

Eksplorasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan membuat Tunel, Shaft, Drift, Winse
dan lain-lain.

Tunnel = suatu lubang bukaan mendatar atau hampir mendatar yang menembus kedua kaki
bukit.

Shaft = suatu lubang bukaan yang menghubungkan tambang bawah tanah dengan
permukaan bumi dan berfungsi sebagai jalan pengangkutan karyawan serta alat-alat
kebutuhan tambang, ventilasi dan penirisan.

Drift = suatu bukaan mendatar yang dibuat dekat atau pada endapan bijih yang arahnya
sejajar dengan jurus atau dimensi terpanjang dari endapan bijihnya (dalam pengeboran).

Winze = lubang bukaan vertikal atau arah miring yang dari “level” ke arah “level” yang
dibawahnya.

Eksplorasi bawah tanah juga dapat dilakukan dengan pengeboran inti. Pengeboran sumur
minyak yang pertama dilakukan oleh Kol. Drake pada tahun 1959 dengan menggunakan bor
(RIG) permanen (tidak dapat dipindah-pindah) dan pada pengeborannya menggunakan sistem
perkusif (tumbuk), pada pengeboran ini kedalaman maximum yang dapat dicapai adalah 60 ft
(+ 20 m) dengan bor lurus (vertical drilling).

Saat ini pengeboran dilakukan dengan teknik bor putar (rotary drilling) dengan menara bor
yang dapat dipindah-pindah (portablering) dan dilakukan dengan beberapa cara pengeboran
yaitu dengan cara perkusif, rotasi atau dengan perkusif-rotasi. Pemboran dapat dilakukan di
darat maupun di laut (on shore atau off shore). Pemboran tidak terbatas pada pemboran
decara vertikal saja tetapi dapat dilakukan secara miring (kemiringan dapat mencapai 90 o),
apabila saat pengeboran kita menemukan batuan yang keras dan susah ditembus oleh mata
bor, maka dengan teknologi sekarang, pipa yang berada jauh di dalam tanah dapat dirubah
arahnya (dibelokkan) untuk menghidari batuan yang keras tersebut.

Pengeboran yang dilakukan pada eksplorasi bertujuan untuk mengambil contoh (sampling)
untuk diamati, pengeboran juga bisa bertujuan untuk produksi atau konstruksi (misalnya air
tanah, minyak bumi) dan pemboran dapat juga untuk memudahkan proses peledakan (pada
kegiatan penambangan material keras). Dari data pengeboran dan sampling kita dapat
membuat peta stratigrafi daerah pengeboran. Dari peta ini kita dapat mengetahui susunan
batuan dan ketebalan cadangan dan akhirnya kita dapat memperkirakan besar cadangan
secara keseluruhan.

Metoda Tidak Langsung

A. Metoda tidak langsung cara geofisika

Geofisika merupakan disiplin ilmu atau metoda untuk memperkirakan lokasi akumulasi
bahan/tambang dengan cara pengukuran besaran-besaran fisik batuan bawah permukaan
bumi. Metoda yang dapat dilakukan eksplorasi geofisika diantaranya :

a. Metoda Gravitasi

Metoda ini berdasarkan hukum gaya tarik antara dua benda di alam. Bumi sebagai salah satu
benda di alam juga menarik benda-benda lain di sekitarnya. Kalau sebuah bandul digantung
dengan sebuah pegas, maka pegas tersebut akan merengganng akibat bandulnya mengalami
gravitasi, di tempat yang gravitasinya rendah maka regangan tadi kecil dan di tempat yang
gravitasinya besar maka regangan tadi juga lebih besar. Dengan demikian dapat diperkirakan
bentuk struktur bawah tanah dari melihat besarnya nilai gravitasi dari bermacam-macam
lokasi dari suatu daerah penyelidikan.

Di lapangan besarnya gravitasi ini diukur dengan alat yang disebut gravimeter, yaitu suatu
alat yang sangat sensitif dan presisi. Gravimeter bekerja atas dasar “torsion balance”, maupun
bantuk atau pendulum, dan dapat mengukur perbedaan yang kecil dalam gravitasi bumi di
berbagai lokasi pada suatu daerah penyelidikan. Gaya gravitasi bumi dipengaruhi oleh
besarnya ukuran batuan, distribusi atau penyebaran batuan, dan kerapatan (density) dari
batuan. Jadi kalau ada anomali gravitasi pada suatu tempat, mungkin di situ terdapat struktur
tertentu, seperti lipatan, tubuh intrusi dangkal, dan sebagainya. Juga jalur suatu patahan besar,
meskipun tertutup oleh endapan aluvial, sering dapat diketahui karena adanya anomali
gravitasi.
b. Metoda Magnetik

Bumi adalah suatu planet yang bersifat magnetik, dimana seolah-olah ada suatu barang
magnet raksasa yang membujur sejajar dengan poros bumi. Teori modern saat ini
mengatakan bahwa medan magnet tadi disebabkan oleh arus listrik yang mengalir pada inti
bumi. Setiap batang magnet yang digantung secara bebas di muka bumi. Di setiap titik
permukaan bumi medan magnet ini memiliki dua sifat utama yang penting di dalam
eksplorasi, yaitu arah dan intensitas.

Arah dari medan magnet dinyatakan dalam cara-cara yang sudah lazim, sedang intensitas
dinyatakan dalam apa yang disebut gamma. Medan magnet bumi secara normal memiliki
intensitas 35.000 sampai 70.000 gamma jika diukur pada permukaan bumi. Bijih yang
mengandung mineral magnetik akan menimbulkan efek langsung pada peralatan, sehingga
dengan segera dapat diketahui.

Metoda eksplorasi dengan magneti sangat berguna dalam pencarian sasaran eksplorasi
sebagai berikut :

- Mencari endapan placer magnetik pada endapan sungai

- Mencari deposit bijih besi magnetik di bawah permukaan

- Mencari bijih sulfida yang kebetulan mengandung mineral magnetit sebagai mineral
ikutan

- Intrusi batuan basa dapat diketahui kalau kebetulan mengandung magnetit dalam
jumlah cukup

- Untuk dapat mengetahui ketebalan lapisan penutup pada suatu batuan beku yang
mengandung mineral magnetik.

c. Metoda Seismik

Metoda ini jarang dipergunakan dalam penyelidikan pertambangan bijih tetapi banyak
dipergunakan dalam penyelidikan minyak bumi. Suatu gempa atau getaran buatan dibuat
dengan cara meledakan dinamit pada kedalaman sekitar 3 meter dari permukaan bumi dan
kecepatan merambatnya getaran yang terjadi diukur. Untuk mengetahui kecepatan rambatan
getaran tersebut pada perlapisan-perlapisan batuan, disekitar titik ledakan dipasang alat
penerima getaran yang disebut geofon (seismometer). Geofon-geofon yang dipasang secara
teratur di sekitar lobang ledakan tadi akan terbias atau refraksi. Dengan mengetahui waktu
ledakan dan waktu kedatangan gelombang-gelombang tadi, maka dapat diketahui kecepatan
rambatan waktu getaran melalui perlapisan-perlapisan batuan. Dengan demikian konfigurasi
struktur bahwa permukaan dapat diketahui. Gelombang akan merambat dengan kecepatan
yang berbeda pada batuan yang berbeda-beda. Geophone merupakan alat penerima
gelombang yang dipantulkan kepermukaan, hidrophone untuk gelombang di dasar laut.

Cepat rambat gelombang seismik pada batuan tergantung pada :

1. Jenis batuan

2. Derajat pelapukan

3. Derajat pergerakan

4. Tekanan

5. Porositas (kadar air)

6. Umur (diagenesa, konsolidasi, dll)

H. Mooney (1977) mengatakan bahwa harga cepat rambat gelombang akan lebih besar
(dibandingkan) :

1. Batuan beku basa : batuan beku asam

2. Batuan beku : batuan sedimen

3. Sedimen terkonsolidasi : sedimen un-konsolidasi

4. Sedimen unkonsolidasi : sedimen un-konsolidasi

5. Soil basah : soil kering

6. B. sedimen karbonat : batupasir

7. Batuan utuh : batuan terkekarkan

8. Batuan segar : batuan lapuk


9. Batuan berat : batuan ringan

10. Batuan berumur tua : batuan berumur muda

d. Metoda Geolistrik

Dalam metoda ini yang diukur adalah tahanan jenis (resistivity) dari batuan. Yang dimaksud
dengan tahanan jenis batuan adalah tahanan yang diberikan oleh masa batuan sepanjang satu
meter dengan luas penampang satu meter persegi kalau dialiri listrik dari ujung ke ujung,
satuannya adalah Ohm-m2/m atau disingkat Ohm-meter.

Dalam cara pengukuran tahanan jenis batuan di dalam bumi biasanya dipakai sistem empat
elektrode yang dikontakan dengan baik pada bumi. dua elektrode dipakai untuk memasukan
arus listrik ke dalam bumi, disebut elektrode arus (current electrode) disingkat C, dan dua
elektrode lainnya dipakai untuk mengukur voltage yang timbul karena arus tadi, elektrode ini
disebut elektrode potensial atau “potential electode” disingkat P. ada beberapa cara dalam
penyusun ke empat elektode tersebut, dua diantaranya banyak yang dipakai adalah cara
Wenner dan cara Shlumberger.

B. Metoda tidak langsung cara geokimia

Pengukuran sistimatika terhadap satu atau lebih unsur jejak (trace elements) pada batuan,
tanah, stream, air atau gas.

Tujuannya untuk mencari anomali geokimia berupa konsentrasi unsur-unsur yang kontras
terhadap lingkungannya atau background geokimia.

Anomali dihasilkan dari mobilitas dan dispresi unsur-unsur yang terkonsentrasi pada zona
mineralisasi. Anomali merupakan perbedaan-perbedaan yang mencolok antara satu titik atau
batuan dengan titik lainnya.

Pada dasarnya eksplorasi jenis ini lebih cenderung untuk menentukan perbedaan mendasar
(anomali) unsur-unsur yang terdapat pada tanah atau sampel yang kita cari. Proses untuk
membedakan unsur ini dilakukan dengan beberapa reaksi kimia.
C. Gabungan keduanya

Yaitu eksplorasi cara langsung dan eksplorasi tidak langsung.

Setelah mengetahui metodanya kita memasuki pemilihan alat dan pemilihan anggota serta
apa-apa yang mesti dipersiapkan, misalkan sbb :

a. Pemilihan anggota tim atau tenaga ahli

1. Geologist

2. Geophysist

3. Exploration Geologist

4. Geochemist

5. Operator Alat, dll

b. Rencana biaya

c. Pemilahan waktu yang tepat

d. Penyiapan peralatan atau perbekalan

- Peta dasar

- Alat surveying, ukur atau GPS

- Alat kerja :

1. Palu 5. Alat geofisika

2. Kompas 6. Alat sampling

3. Meteran 7. Altimeter

4. Kantong sampel 8. Alat bor dll

- Alat tulis

- Alat komunikasi

- Keperluan sehari-hari
- Obat-obatan atau P3K

e. Sesampai di lapangan :

1. Membuat base camp (perkemahan)

2. Mencek peralatan atau perbekalan

3. Melakukan quick survey di daerah penelitian untuk menentukan langkah-langkah lebih


lanjut

4. Menentukan evaluasi rencana dan perubahan-perubahan sesuai dengan keadaan


sebenatnya (bila perlu)

5. MENGURANGI RISIKO INVESTASI

Berupa risiko-risiko geologi, teknologi, politik dan hukum, sosial serta


pemasaran.

a. Risiko Geologi
Pengaruh yang berasal dari kondisi geologi obyek eksplorasi: minyak bumi,
panas bumi, batubara, endapan mineral logam dan non logam, bahan galian industri,
air tanah.
Kondisi geologi akan berpengaruh terhadap metode, peralatan, kualitas, dan
sumberdaya serta pengaruh terhadap masalah lingkungan yang ditimbulkan.
b. Risiko Teknologi
Agar mampu mengantisipasi masalah-masalah teknis di lapangan yang akan
timbul selama kegiatan eksplorasi berlangsung.
 Ketidakmampuan alat.
 Kurang sempurnanya alat.
 Kesalahan pada teknik yang digunakan untuk menentukan variable.

c. Risiko Politik dan Hukum

Kegoncangan akibat pengaruh yang berasal dari: Politik, Hukum, Pendanaan,


Ekonomi, Pemasaran, Sosial.

6. DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN KECIL


Tahapan eksplorasi memiliki dampak yang kecil terhadap lingkungan jika
dibandingkan dengan tahapan penambangan yang lain. Tahap – tahap. Meskipun
demikian, eksplorasi juga perlu mencermati aspek sosial, karena sesungguhnya
explorationist is the man in the field.

Anda mungkin juga menyukai