Pembahasan
Fumigasi merupakan salah satu usaha pelestarian bahan pustaka yang dilakukan dengan
tindakan pengasapan yang bertujuan mencegah dan mengobati dan melestarikan bahan pustaka
dengan menggunakan fumigan, Razak (1992). Fumigasi merupakan suatu tindakan pengasapan
yang bertujuan mencegah, mengobati dan mensterilkan bahan pustaka. Mencegah dimaksudkan
tindakan yang dilakukan supaya kerusakan lebih lanjut dapat dihindari. Mengobati artinya
mematikan atau membunuh serangga, kuman dan sejenisnya yang telah menyerang dan merusak
bahan pustaka, dan mensterilkan diartikan menetralisasi keadaan seperti menghilangkan bau busuk
dan timbul dari bahan pustaka, menyegarkan udara atau bisa menimbulkan gangguan atau
penyakit. Faktor yang bisa mengakibatkan kerusakan koleksi langka antara lain serangga yang
meliputi silver fish, kecoa, kutu buku, rayap, ngegat dan sejenisnya. Bila dibiarkan bahan pustaka
mengalami kerusakan yang cukup parah, bahkan mungkin tidak bisa diperbaiki kembali, sehingga
1. Fumigasi perawatan dokumen, arsip dan benda purbakala (benda berharga yang perlu
dilestarikan) bertujuan agar produk dapat bertahan dalam jangka waktu panjang sehingga
nilai produk tersebut relative stabil dan meningkat seiring berjalannya waktu, dikarenakan
produk tersebut memiliki arti yang sangat penting. Biasanya fumigan yang digunakan
adalah fumigan terdaftar yang aman bagi aplikator dan lingkungan. Bahan fumigan untuk
jenis fumigasi ini biasanya menggunakan Phospin, Methyl Bromide, Sulphur Flouride,
2. Fumigasi hasil pertanian adalah fumigasi untuk perawatan hasil pertanian seperti palawija
dan jenis lainnya agar produk tersebut dapat bertahan dalam waktu panjang, sehingga nilai
produk tersebut relative stabil dan meningkat seiring berjalannya waktu dan dari segi
jumlah atau volume akan tetap karena hama pengganggu telah di eliminasi, dengan
demikian dapat meningkatkan nilai jual produk pertanian tersebut. Bahan fumigan untuk
jenis fumigasi ini biasanya menggunakan Phospin, Methyl Bromide, Sulphur Flouride,
3. Fumigasi kendaraan darat, laut dan udara, ditujukan untuk kendaraan pembawa produk
agar tetap dalam keadaan steril dari hama dan menjaga performa dari kendaraan tersebut,
yang dibawa selalu dalam keadaan baik. Bahan fumigan untuk jenis fumigasi ini biasanya
menggunakan Phospin, Methyl Bromide, Sulphur Flouride, Ethyl Formate dengan dosis
4. Fumigasi Pra Pengapalan, Eksport dan Import, fumigasi yang ditujukan untuk tempat
sementara pendistribusian logistik seperti container, palka kapal laut dan pesawat,
bertujuan untuk melindungi produk yang dibawa ke tempat pendistribusian agar kondisi
produk tetap aman dan baik dan sebagai perlakuan standar BARANTAN agar penyebaran
penyakit pada tanaman dapat ditekan. Bahan fumigan untuk jenis fumigasi ini biasanya
menggunakan Phospin, Methyl Bromide, Sulphur Flouride, Ethyl Formate dengan dosis
A. Ruangan Fumigasi
1. Dapat berbentuk permanen atau bila tidak memungkinkan bisa juga dalam bentuk darurat,
2. Untuk ruangan yang permanen dapat dilengkapi dengan instalasi pipa gas, dua buah
blower, di mana satu buah berfungsi memasukkan udara bersih, dan satu buah sisanya
untuk membantu mengeluarkan sia-sisa gas yang terdapat dalam ruangan, blower tersebut
berbentuk lemari ataupun kotak, sebagai contoh ukuran sederhana; panjang 1,20 cm, lebar
4. Ruangan tidak tembus uadara (kedap udara), agar upaya tidak terjadi kebocoran gas pada
waktu pelaksanaan fumigasi, oleh karena itu sebelum fumigan dimasukan maka semua
3. Masker gas, usahakan yang lengkap dengan tabung zat asam atau bisa tabung anti gas
beracun.
4. Lampu halida atau gas detektor, untuk mengetahui atau cek kembali apakah di bagian luar
ruang fumigasi ada kebocoran gas yang keluar, terutama pada sambungan antara tabung
gas dengan pipa, celah-celah pintu, lubang kunci, dinding-dinding pembatas, dan
sabagainya.
C. Bahan-bahan kimia
Penggunaan bahan kimia dapat disesuaikan dengan jenis ruangan yang dimiliki
1. Persiapan Fumigasi Persiapan yang perlu dilakukan adalah mengatur bahan pustaka yang
akan difumigasi bahan kimianya. Sebaiknya buku-buku diatur sedemikian rupa dalam
posisi berdiri dan terbuka, dengan demikian setiap lembar dari buku-buku tersebut dapat
dicapai oleh gas pembasmi hama secara merata, sebaliknya kalau buku dibiarkan ditaruh
begitu saja maka bagian yang tertutup/terlipat akan sulit dicapai oleh gas pembasmi,
yang sudah disesuaikan dengan kondisi ruangan dan memperhatikan kemampuan petugas
1) Bila menggunakan CS2 dan CCl4 dengan komposisi 1:1, dari setiap liter bahan
yang dapat dituangkan ke dalam nampan, dapat dipergunakan untuk ruangan lebih
2) Bila mempergunakan CH3Br dimanabahan dalam bentuk gas dengan alat bantu
tabung gas, instalasi pipa, timbangan dan sebagainya, maka setiap 1 M3 ruangan
hari. 5. Bila mempergunakan phospine (PH3), memerlukan 1-2 tablet per M3, dan
Sesudah berlangsung pelaksanaan fumigasi sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan,
maka satu buah blower pembuang gas dapat dinyalakan terlebih dahulu dan beberapa saat
kemudian menyusul blower penyerap udara bersih, dan biarkan beberapa saat lamanya sampai
dirasa aman dan udara bersih (bila perlu 24 jam), untuk kemudian barulah bahan pustaka buku
Usahakan tempat atau rak yang tersedia untuk menempatkan buku-buku sehabis difumigasi
hendaklah disemprot dan dibersihkan dengan insektisida, agar tempat tersebut menjamin buku-
konsentrasi yang cukup untuk mematikan jamur/serangga ke dalam ruangan yang tertutup, dalam
waktu tertentu. Untuk itu keberhasilan fumigasi akan tergantung dari jenis fumigant, konsentrasi
gas dalam ruangan tertutup dan lamanya proses fumigasi berlangsung. Fumigant adalah bahan
kimia yang pada temperatur dan tekanan tertentu akan berubah menjadi gas yang dapat mematikan
jamur atau serangga, sifat fumigant antara lain berupa gas, sangat beracun sebagai racun
Setelah gas dilepaskan sebagian ke dalam ruangan fumigasi, untuk mengetahui ada atau
tidaknya kebocoran gas, perlu dideteksi dengan gas detektor atau bisa juga dengan lampu halida
di bagian luar ruang fumigasi terutama sambungan antara tabung dengan pipa, celah pintu, lubang
kunci, dan lain sebagainya. Kemudian setelah diketahui tidak ada kebocoran, maka proses
pengisian pelepasan gas diteruskan sampai mencapai dosis atau konsentrasi yang ditentukan di
mana dosis untuk fumigasi arsip atau kertas berkisar antara 16-32 gram per M3.Akhirnya pintu
diberi tanda peringatan “Awas proses fumigasi sedang berlangsung” atau bisa juga dengan gambar
Dengan demikian, setiap petugas fumigasi harus betul-betul sudah terlatih dan
berpengalaman mengetahui sifat fisik maupun bahan kimianya, serta mengetahui cara-cara
mengatasinya bila timbul bahaya. Oleh karena itu, kalau dirasa tidak mengenal betul, terutama
tentang sifat bahan kimia yang akan dipergunakan, sebaiknya tugas-tugas tersebut dapat
diserahkan kepada instansi yang berwenang atau kepada pihak perusahaan yang bergerak dibidang
itu dan bila tidak memiliki ruang khusus untuk fumigasi maka fumigasi dapat dilaksanakan dalam
ruang penyimpanan buku, dengan fumigasi secara frontal atau menyeluruh, tentu saja pihak
Perusahaan yang profesional di dalam mengurus dan melakukan kegiatan fumigasi atau
pembasmian hama atau serangga adalah perusahaan yang tergabung dalam Ikatan Perusahaan
Pengendalian Hama Indonesia (Indonesian Pest Control Association) yang disingkat IPPHAMI,
3.6.1 Penetasan
jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya serta dapat menghasilkan DOC yang
berkualitas baik.Penetasan dapat dilakukan baik secara alami maupun buatan.Tingkat keberhasilan
antara penetasan alami dan penetasan buatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, jika faktor yang
berpengaruh pada daya tetastelur penetasan buatan kurang diperhatikan tidak memungkinkan daya
tetas pada penetasan buatan yang diharapkan dapat lebih baik maka bisa justru lebih buruk dari
penetasan alami. Keberhasilan penetasan buatan tergantung banyak faktor antara lain telur tetas,
mesin tetas dan tata laksana penetasan (Suprijatna et al., 2010). Proses penetasan telur secara alami
yaitu telur dierami oleh induknya untuk ditetaskan dengan melakukan berbagai persiapan dan
perlakuan yang nantinya dibutuhkan oleh telur itu sendiri. Persiapan dan perhatian yang diperlukan
untuk penetasan alami adalah sarang pengeraman. Bentuk sarang pengeraman mempengaruhi daya
Telur tetas merupakan telur yang dapat ditetaskan untuk digunakan sebagai bibit yang baik
dalam bidang perunggasan, karena telur tetas termasuk peranan yang penting dalam alur
peternakan unggas juga sebagai awal yang menentukan kualitas DOC. Telur tetas adalah telur yang
dihasilkan oleh induk ayam yang telah dikawini oleh pejantannya, hal ini memiliki daya tetas yang
cukup tinggi (Sudradjad, 1995). Telur yang baik berbentuk oval,bentuk telur dipengaruhi oleh
faktor genetis, setiap induk telur berturutan dengan bentuk yang sama, memiliki bentuk yaitu bulat,
panjang, dan lonjong. Namun beberapa induk secara kontiniu bertelur dengan bentuk tidak
sempurna, yaitu berbentuk benjol-benjol, ceper, bulat pada ujungnya dan sebagainya.
Ketidaksempurnaan bentuk yang sama akan ditemukan pada setiap telur yang dihasilkan induk,
beberapa diantaranya bersifat genetis dan yang lainya karena ketidaknormalan oviduk (Suprijatna
et al., 2010).
Fumigasi mesin tetas merupakan suatu langkah awal yang penting pada proses penetasan
telur untuk mencegah timbulnya penyakit menular melalui penetasan. Fumigasi juga salah satu
faktor yang sangat mempengaruhi daya tetas telur, oleh karena itu agar proses penetasan berjalan
dengan baik perlu perlakuan fumigasi yang tepat. Daya tetas telur yang mendapat perlakuan
Namun jika jenis desinfektan atau dosisnya terlalu tinggi akan menyebabkan kematian
pada embrio, maka dari itu perlu dilakukan pencampuran desinfektan yang sesuai kebutuhan.
Bahan yang tepat dipergunakan untuk fumigasi adalah formalin yang dicampur dengan KMnO4,
dengan dosis pemakaian 40ml formalin + 20gram KMnO4 digunakan untuk ruangan bervolume
Fumigasi dilakukan satu hari sebelum mesin tetas dipakai meskipun mesin tersebut baru
dibeli. Selama fumigasi berlangsung, sebaiknya mesin tetas dalam kondisi tertutup agar gas yang
dapat membunuh mikroba tidak langsung menguap. Saat fumigasi berlangsung mesin tetas
dihidupkan, hal tersebut bertujuan agar kondisi mesin tetas dapat diupayakan seoptimal mungkin
sehingga dapat menyerupai kondisi alamnya. Mesin tetas dihidupkan selama 2 x 24 jam dengan
suhu antara 37°C sampai 39°C untuk penyesuaian dan stabilitas suhu di dalam ruang penetasan.
Fumigasi pada telur tetas juga langkah yang penting agar telur terhindar dari bakteri yang
bisa mengganggu perkembangan embrio pada proses penetasan. Fumigasi telur sangat penting
karena kerabang telur mengandung banyak bakteri maupun parasit karena pada proses penetasan,
baik temperatur maupun kelembaban sangat sesuai dengan kebutuhan bakteri dan kapang,
sehingga bakteri dan kapang yang hidup pada proses penetasan akan berkembang biak dengan
Fumigasi dilakukan pada saat telur akan diletakan di dalam mesin tetas dengan teknik dan
dosis fumigasi yang sesuai, fumigasi telur tetas yang tidak tepat dapat merusak kutikula telur,
sehingga penguapan telur dengan densifektan (KMnO4 sebanyak 17,5 gram dan formalin 40%
sebanyak 35 ml) merupakan salah satu cara mengurangi kerusakan kutikula (Srigandono, 1997).
Fumigasi yang tidak sesuai juga dapat mempengaruhi pertumbuhan embrio, sehingga perlu
pelaksanaan fumigasi telur yang tepat. Diantara penyebab embrio mengalami mati dini yaitu
karena penyimpanan telur yang kurang baik, terlalu lama dan dosis fumigasi yang terlalu tinggi
(Nuryati, 2002).
Cara Fumigasi
4. Secepatnya tutup ruangan tempat fumigasi (mesin tetas) karena campuran formalin dan
https://spartanindo.com/pengertian-fumigasi-mengapa-fumigasi-dan-jenis-fumigan/. [Diakses
Cahyono, B. dan Samadi, B. 2007. Cara Mudah Beternak Ayam Hibrida dan Crossbred untuk
Kartasudjana, R dan E. Suprijatna. 2010. Manajemen Ternak Unggas. Jakarta : Penebar Swadaya.
Mahfudz, L.D. 1998. Manajemen Penetasan Telur Unggas. Semarang : Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro.
Nuryati, T., Sutarto, M. Khamin, dan P.S. Hardjosworo. 2002. Sukses Menetaskan Telur. Edisi ke-
Razak, Muhammadin. 1992. Pelestarian Bahan Pustaka Dan Arsip. Jakarta : Program Pelestarian
Siregar, A.P., M.H. Togatorop dan Sumarni . 1975 . Pengaruh beberapa tingkat Konsentrasi
kalium permanganat dan formalin 40% untuk penghapus hamakan telur tetas . Bulletin LPP, No.
14 : 34 - 38.
Srigandono, B. 1997. Ilmu Unggas Air Cetakan ke tiga. Gadjah Mada University press :
Yogyakarta.
Sudradjad. 1995. Beternak Ayam Cemani. Penebar Swadaya, Jakarta.
Maret 2019]