Anda di halaman 1dari 49

Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

PENGENDALIAN HAMA DENGAN


CARA FUMIGASI

I. Pendahuluan
Pengendalian hama gudang yang umum saat ini dilakukan adalah
pengendalian secara kimia dengan menggunakan pestisida. Pestisida selain
dapat membunuh hama juga sangat berbahaya bagi kehidupan manusia dan
dapat pula mencemari lingkungan. Oleh karena itu penggunaan pestisida dalam
pengendalian hama perlu dilaksanakan secara hati-hati.
Ada 2 cara pengendalian hama gudang dengan cara kimia :
1. Pengendalian hama bersifat preventif dengan cara spraying pada lantai,
atap, dinding bagian dalam dan luar. Pestisida yang digunakan adalah
pestisida racun kontak atau racun perut dan umumnya yang bersifat residual.
2. Pengendalian hama yang bersifat kuratif dengan cara fumigasi. Pestisida
yang digunakan adalah pestisida racun pernafasan. Oleh karenanya tidak
mempunyai residual effect sehingga setelah fumigasi selesai, komoditas akan
mudah terserang kembali oleh hama. Prinsip fumigasi adalah mematikan
hama yang ada pada waktu tersebut.

II. Pengertian Fumigasi


Fumigasi adalah pengendalian hama dengan jalan memasukkan atau
melepaskan fumigan (pestisida) ke dalam ruangan tertutup atau kedap udara
(gas tight) untuk beberapa waktu dalam dosis dan konsentrasi yang dapat
mematikan hama.
Berdasarkan pengertian tersebut, keberhasilan dari suatu fumigasi sangat
ditentukan oleh :

ANTIBUG 1
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

 Macam fumigasi
 Dosis dan konsentrasi fumigan
 Jenis hama
 Waktu dan lamanya fumigasi (exposure time)
 Kedapan ruangan fumigasi

III. Macam-macam Fumigasi


Pada prinsipnya fumigasi hanya dikenal 2 macam yaitu :
1. Fumigasi ruangan (space fumigation) dimana seluruh ruangan difumigasi,
contohnya fumigasi pada silo, kapal, container, dan sebagainya.
2. Fumigasi di bawah sungkup plastik (under plastic sheet fumigation)
dimana fumigasi hanya dilaksanakan pada sebagian ruangan atau terbatas
pada komoditas yang difumigasi.
Di dalam pelaksanaannya fumigasi berdasarkan :
1. Sistem penyimpanan :
 Sistem curah
 Sistem stapelan dimana komoditas dibungkus dan disusun
2. Tempat penyimpanan :
 Yang bergerak seoerti kapal, container, kereta api
 Yang tidak bergerak seperti gudang, silo dan tempat penyimpanan lain

IV. Sifat-sifat Fisika dan Kimia Fumigan


Fumigan adalah senyawa kimia yang pada temperatur dan tekanan
tertentu dapat berbentuk gas dan dalam konsentrasi tertentu dapat mematikan
hama. Dari pengertian tersebut maka fumigan termasuk juga di dalam golongan
pestisida sehingga pengendalian hama dengan menggunakan fumigan
digolongkan ke dalam pengendalian secara kimia.

ANTIBUG 2
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

Fumigan selain sangat beracun juga mempunyai daya penetrasi yang


kuat ke segala arah dan bahkan mampu menembus komoditas yang kompak
sekalipun. Dengan adanya kelebihan tersebut dibandingkan dengan pestisida
lainnya maka fumigan banyak digunakan manusia untuk keperluan fumigasi.
Fumigan tersebut antara lain adalah : Carbon isulfida (CS 2), Carbon Tetra
Chlorida (CC14), Ethylene Dibromida, Ethylene Dichlorida, Hidrocyanic Acid, Metil
Bromida, Phospin, dan Chloropicrin.
Dari ke-8 fumigan tersebut fumigan yang banyak dipakai di banyak negara
untuk menfumigasi biji-bijian adalah Metil Bromida dan Phospin.
Fumigan apabila diaplikasikan akan berubah menjadi gas. Cepat
lambatnya perubahan tersebut tergantung dari tinggi rendahnya titik didih (boiling
point) fumigan. Makin rendah titik didih fumigan maka akan semakin cepat
berubah menjadi gas. Berdasarkan tinggi rendahnya titik didih terhadap
temperatur kamar (20-25oC) maka fumigan dibagi ke dalam dua golongan yaitu :
1. Fumigan dengan titik didih rendah seperti Metil Bromida pada temperatur
kamar akan berbentuk gas, fumigan semacam ini disebut gaseous type
fumigant.
2. Fumigan dengan titik didih tinggi seperti Ethylene dibromida akan tetap
berbentuk cair pada temperatur kamar. Fumigan semacam ini disebut liquid
type fumigant.
Sebagai tambahan ada fumigan jenis ketiga yang disebut solid type
fumigant. Sebenarnya bukan fumigan tetapi suatu senyawa kimia seperti
aluminium phospida yang apabila bereaksi dengan uap air di dalam udara akan
menghasilkan fumigan Phospin.
Dengan adanya penggolongan tersebut maka di dalam pemakaiannya
menggunakan metode yang berlainan pula. Untuk gaseous type fumigant dapat
langsung disalurkan melalui slang distribusi, sedangkan untuk liquid type
fumigant harus ditempatkan terlebih dahulu dalam cawan yang lebar.

ANTIBUG 3
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

Sifat-sifat fisika dan kimia fumigan Metil Bromida


Nama kimia : Metil Bromida
Nama dagang : Metil Bromida Brom-o-gas, yang dikemas dalam cylinder
baja atau kaleng.
Rumus kimia : CH3Br
Berat molekul : 94.95
Titik didih : 3.6oC
Warna : Tidak berwarna
Bau : Tidak berbau pada konsentrasi rendah.
Berat jenis gas : 3.27 (udara = 1)
Kelarutan : Larut dalam Air, Ethyl alcohol, Ethyl ether, CCl4,
Chloroform, CS2 dan Benzene.
Kelarutan dalam air : 1.34 gr/ 100 ml H2O
Berat jenis : Dalam bentuk cair : 1,732 (pada temperatur 0oC)
Dalam bentuk gas : 3,27 (pada temperatur 0 oC dan
tekanan 760 mm Hg)
Sifat khusus :
 Tidak mudah terbakar
 Gas yang terbentuk bergerak dari atas ke bawah
 Tidak berwarna
 Berbau seperti chloroform atau ether
 Gas langsung terbentuk pada temperatur dan tekanan normal
 Formulasi berat CH3Br sama dengan gas yang terbentuk 3.5 kali lebih
berat dari udara.

Sifat kimia lain :


 Gas yang timbul tidak menimbulkan korosif pada logam
 Cairan bereaksi dengan aluminium, karet alam

ANTIBUG 4
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

 Meninggalkan residu pada bahan kandungan lemak dan protein tinggi

 Reaksi dengan aluminium dapat membentuk suatu bahan yang mudah


meledak dalam keadaan tidak ada oksigen.

Metil Bromida dengan titik didih rendah jelas lebih menguntungkan


daripada fumigan yang mempunyai titik didih yang lebih tinggi terutama apabila
perlakuan dilakukan pada temperatur rendah. Hal ini berkaitan dengan lamanya
waktu fumigasi (exposure time).
Selain itu Metil Bromida pada keadaan normal tidak berbau dan tidak
berwarna. Oleh karenanya perlu ditambahkan Chloropicrin (gas air mata)
sebagai warning agent. Kemudian karena berat jenis Metil Bromida lebih berat
dari udara maka di dalam aplikasinya perlu dialirkan dari bagian atas sehingga
pembagian gasnya akan lebih merata.
Selanjutnya sifat lain dari Metil Bromida adalah tidak mudah terbakar
sehingga pada waktu dulu digunakan sebagai gas pemadam kebakaran.

Sifat-sifat fisika dan kimia fumigan Phospin


Nama kimia : Hydrogen Phosphide
Nama dagang : Phostoxin, Magtoxin, Detia gas, Chelpos
Rumus kimia : PH3
Berat molekul : 34.04
Titik didih : -87.4oC
Bau : Berbau karbit atau bawang putih.
Berat jenis gas : 1.234 (udara = 1)
Kelarutan dalam air : Sangat kecil
Sifat fisik : berupa pellet, pil (kelereng), strip
Titik didih : 87.4oC
Titik beku : 133.5oC
Sifat khusus :

ANTIBUG 5
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

 Mudah terbakar dan meledak bila kontak dengan air pada konsentrasi
di atas 1.8% volume.
 Gas yang terbentuk bergerak dari bawah ke atas.
 Tidak berwarna
 Gas langsung terbentuk setelah 1-4 jam setelah berhubungan dengan
udara.
 Formulasi standar berat Phospin = 1/3 berat padatan
Misalnya : 3 gr tablet mengandung 1 gr Phospin.
0.6 gr pellet mengandung 0.2 gr Phospin.
33 gr plate mengandung 11 gr Phospin.
Sifat kimia lain :
 Gas yang timbul bereaksi dengan semua jenis metal (khususnya
perangkat listrik) emas dan perak.
 Tidak meninggalkan residu.
Karena gas Phospin sendiri terbentuk dari suatu senyawa Aluminium
Phosphide atau Magnesium Phosphide yang diformulasikan dalam bentuk tablet,
pellet atau powder dalam kantong kertas yang apabila bereaksi dengan uap air
yang ada dalam udara akan membentuk gas phospin.
Reaksi kimianya adalah sebagai berikut :

A1P + 3 H2O A1 (OH)3 + PH3


Mg3P2 + 6 H2O 3 Mg (OH)2 + 2 PH3

Sebagaimana Metil Bromida yang tidak berwarna dan tidak berbau maka
untuk keselamatan kerja ke dalam senyawa Aluminium phosphide tersebut
ditambahkan bahan-bahan seperti Ammonium carbamat, Ammonium bicarbonate
dan urea, sehingga gas phospin berbau karbit atau bawang putih. Selain itu

ANTIBUG 6
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

ditambahkan juga paraffin yang pellet maupun powder baru akan terurai menjadi
gas setelah 2-4 jam tergantung temperatur.

Dengan adanya reaksi tersebut, maka secara perlahan terjadi pula


perubahan bentuk menjadi powder dan perubahan warna dari abu-abu kehijauan
menjadi putih keabu-abuan. Timbulnya warna putih menunjukkan bahwa fumigan
telah terurai secara sempurna. Fumigan Phospin yang mempunyai titik didih
sangat rendah dan berat jenisnya yang hampir sama dengan udara, selain
sangat beracun memiliki kemampuan yang sangat baik untuk menembus ke
bagian dalam dari komoditas yang padat. Oleh karena itu fumigan Phospin
sangat baik untuk memfumigasi komoditas yang disimpan secara curah. Selain
itu karena berat jenisnya hampir sama dengan udara, di dalam aplikasinya cukup
diletakkan di bagian bawah dengan menggunakan tatakan atau bagi yang
dikemas dalam kantong dapat digantungkan di bagian samping komoditas.

ANTIBUG 7
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

Deskripsi Fumigan Metil Bromida dan Phospin

No Deskripsi Metil Bromida Phospin


1. Rumus Kimia CH3Br PH3
2. Bau Kuat menyengat (HC) Karbite
3. Titik Didih 3.6oC -87.4oC
4. Titik Lebur -93oC -133.5oC
5. Berat Molekul 94.94 34.04
6. Gravity Khusus
a. Gas 3.27 pada 0oC 1.214o
(Udara = 1) 1.732 pada 0oC 0.746-90
b. Liquid
(Air 4oC = 1)
7. Panas Penguapan 61.52 cal/g 102.6 cal/g
8. Titik Ledakan Nonflammable 1.79% udara
9. Kelarutan dalam Air 1.34 g/100 ml 25oC Sangat larut
10. Residu pada Bahan Pangan
a. Bijian Reaksi anorganic (Heywood, 0.046 ppm
1966)
b. Buah kering 9 ppm 0.017 ppm
c. Tepung 3-19 ppm 0.004 ppm
11. Rekomendasi WHO / FAO 1 ppm 0.1 ppm
12. Efek pada Produk Tanaman
a. Perubahan Vitamin Berpengaruh (Clegg, 1953) -
b. Sifat Pengembang Berpengaruh -
(Baking)
c. Warna Coklat Br menarik H2 (dehidrasi) -
(Browning) Ada Ada
d. Karamel Tidak baik bila berulang-ulang -
e. Germinasi
13. Efek pada Serangga Sistem Pernapasan Syaraf & Pernapasan
a. Telur Lambat Lambat
b. Larva Cepat Cepat
c. Dewasa Cepat Cepat
14. Efek Bahan Tambahan
a. Chloropicrin Phytotoxic -
b. Ammonium Carbamat - Tidak Ada
15. Efek pada Lingkungan Ozone Depleting Substance Tidak Ada
16. Exposure Time 2 x 24 jam 5 x 24 jam
17. Alat Bantu Aplikasi Perlu banyak Relatif tidak perlu

ANTIBUG 8
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

Reaksi Kimia

Phospin

AIP + 3 H2O PH3 + Al (OH)3

H2N – COO – NH4 CO2 + 2NH3


panas

O2 H2O+O2 O2 O2
PH3 P2H4 H3PO2 H3PO3 H3PO4

Reaksi Oksidasi

(1) 2PH3 + 1/2O2 P2H4 + H2O


(diphospin)

(2) P2H4 + H2O + 11/2 O2 2H3PO2


(hydrophospite)

(3) 2H3PO2 + O2 2H3PO3


(phosphite)

(4) 2H3PO3 + O2 2H3PO4


(ortho-phophate)

AL(OH)3 tidak berdampak negatif, reaksi yang sama terjadi pada


bahan soda kue berikut :

ANTIBUG 9
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

panas
NaAL2 (SO4)4 + H2O AL(OH)3 + Na2SO4 + H2SO4

H2 O

H2SO4 + NaHCO3 Na2SO4 + CO2 + H2O

Metil Bromida (dugaan reaksi)

CH3Br + H2O Br + CH3OH


Panas

Cl3CNO2 + H2O HCL + CO2 + HNO2

Pencoklatan karena penarikan air (dehidrasi)


H H H H H HC --- CH
| | | | | -H2O || || H
HOCH2 – C – C – C – C – C = O HOCH2 – C \ C–C=O
| | | | /
amadori OH OH OH OH O
Hidroksimetil furfural

CH3 CH3 CH3


| | |
melanoidin C=O C=O C=O
| | |
H-C=O CH2OH C=O
metil glikosal acetol |
CH2OH
Diacetil

V. Pengaruh Penggunaan Fumigan

1. Metil Bromida

ANTIBUG 10
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

Penyerapan fumigan Metil Bromida pada komoditas pertanian pada


umumnya sangat kecil kecuali pada komoditas yang banyak mengandung
minyak seperti kacang tanah, bungkil, kedelai atau lainnya. Fumigan tersebut
dengan peranginan akan mudah dilepaskan kecuali sebagian kecil yang bereaksi
secara kimia dan tetap tinggal sebagai residu inorganik bromide. Jumlah residu

pada biji-bijian yang masih diperkenankan dan tidak menimbulkan keracunan


terhadap manusia ditetapkan sebesar 50 ppm.
Selain menimbulkan residu pada bahan makanan, perlakuan Metil
Bromida akan menimbulkan pula :
 Menurunkan daya kecambah biji-bijian.
 Menimbulkan kerusakan pada tanaman hidup, benih kulit, plastik dan sutera
serta bahan lain yang mengandung sulfur.
 Menimbulkan bau pada bahan karet, wool, bulu, kulit, plastik dan sutera serta
bahan lainnya yang mengandung sulfur.
 Tidak menimbulkan korosif pada kebanyakan metal kecuali Aluminium.
Pengaruh langsung terhadap kesehatan manusia adalah apabila gas Metil
Bromida terhirup dalam konsentrasi rendah maka akan memperlihatkan gejala-
gejala seperti sakit kepala, pusing, penglihatan kabur dan gugup. Sedang
apabila terhirup pada konsentrasi tinggi maka mula-mula akan terasa sakit
kepala, pusing, mual, muntah, pingsan dan mati. Semua gejala tersebut akan
tampak setelah beberapa jam sampai 48 jam.
Pengobatan keracunan fumigan Metil Bromida dilakukan secara
sistematis karena itu tidak ada antidotnya.
Nilai ambang batas gas Metil Bromida di udara adalah 20 ppm. Selain
adanya pengaruh gas terhadap kesehatan manusia, Metil Bromida cair apabila
kontak langsung dengan kulit akan mengakibatkan luka baker.
Mengingat fumigan ini merupakan racun keras maka untuk mendeteksi
gas ini di udara tidak dianjurkan dengan cara penciuman. Cara yang terbaik dan
benar adalah dengan menggunakan lampu Detektor gas (Lampu Halide).

ANTIBUG 11
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

Dengan cara ini dapat ditetapkan konsentrasi gas secara kualitatif yaitu dengan
melihat perubahan warna api.

Warna api Konsentrasi

 Tidak ada perubahan warna 0 ppm


 Hijau muda 20 ppm
 Hijau 100 ppm
 Hijau tua kebiru-biruan 200 ppm
 Hijau campur biru 500 ppm
 Biru 1000 ppm

Selain menggunakan lampu halide, untuk menetapkan konsentrasi gas Metil


Bromida secara kuantitatif digunakan Gas Detektor Tube.

2. Phospin

Residu Phospin yang bereaksi secara kimia karena demikian kecil,


sehingga sukar dideteksi. Oleh karenanya residu Phospin menjadi tidak penting.
Namun demikian WHO telah menetapkan besarnya residu dalam komoditas
maksimal 0.1 ppm.
Dengan demikian penggunaan Phospin untuk memfumigasi biji-bijian
kering menjadi aman. Walau demikian gas Phospin dapat menyebabkan korosi
terhadap metal seperti tembaga, emas dan perak. Pada temperatur 100 oC
Phospin dapat terbakar dan dapat meledak di udara pada konsentrasi 26 gr/m3.
Nilai ambang batas bagi Phospin di udara adalah 0.3 ppm, tetapi untuk
waktu singkat masih diperkenankan sampai 0.9 ppm.

ANTIBUG 12
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

Pada konsentrasi tinggi gas Phospin yang terhirup dapat menyebabkan


mabuk, mual, diare, sesak nafas, lemas dan dapat menyebabkan kematian.
Sedang pada konsentrasi rendah memperlihatkan gejala pusing dan mabuk.
Untuk mendeteksi gas Phospin dapat dilakukan dengan menggunakan Gas
Detector Tube.

VI. Pelaksanaan Fumigasi


Sebagaimana telah kita ketahui bahwa fumigasi adalah pengendalian
hama secara kimia yang menggunakan fumigan yaitu racun pernapasan yang
sangat berbahaya bagi pelaksana dan manusia serta hewan di sekitarnya, maka
bagi para pelaksana (operator) fumigasi diperlukan syarat-syarat sebagai berikut
:
1. Telah mengikuti kursus/ penataran mengenai fumigasi untuk menjadi
operator.
2. Mempunyai pengetahuan tentang bahaya dan pengetahuan tentang cara
mengatasi kecelakaan dan keracunan fumigan.
3. Mempunyai pengalaman kerja di bidang fumigasi.
4. Menghayati pekerjaannya.
5. Mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi.
6. Memenuhi persyaratan lainnya sebagai operator pest control.

A. Bahan dan peralatan yang Dibutuhkan


1. Peralatan pelindung yang terdiri dari :
 Pakaian keselamatan kerja (wearpack, safety shoes, helm
pengaman dan sarung tangan katun)
 Alat pelindung pernafasan (masker, canister MB:AX)
 Kotak P3K.
 Tabung pemadam kebakaran kecil.
 SCBA

ANTIBUG 13
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

2. Peralatan untuk memonitor gas yang terdiri dari :


 Alat pendeteksi kebocoran gas.
 Alat pengukur konsentrasi gas.
 Selang kapiler (sampling tubes)

3. Alat aplikasi fumigasi yang terdiri dari :


 Gas Metil Bromida
 Selang gas fumigan (hoses)
 Connector (cylinder draw)
 T Pieces
 Nozzles
 Sheet fumigasi untuk sungkup (dengan ukuran sesuai kebutuhan
misalnya : 33.3 x 33.3 m2, 30 x 20 m2, 20 x 10 m2, dsb)
 Plastik sheet untuk menutupi lubang-lubang ventilasi.
 Sand / water snake
 Alat pemanas
 Kipas angin
 Perekat / lakban / seal tape
 Troli
 Alat ukur (thermometer, kalkulator, timbangan)
 Kunci-kunci (inggris, obeng dan sejenisnya, pisau, gunting)
 Tangga lipat
 Clamb
 Kuas besar
 Senter
 Tali
 Kain pel

ANTIBUG 14
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

4. Alat petunjuk bahaya yang terdiri dari :


 Tanda-tanda peringatan bahaya (stiker awas beracun)
 Tali / pita pembatas (hazard tape)

5. Dokumen-dokumen fumigasi yang terdiri dari :


 Sertifikat fumigasi

 Sertifikat bebas dari gas (Gas Clearance Certificate)


 Medical warning badge
 Personal log book (Buku catatan)
 Formulir pemberitahuan pelaksanaan fumigasi, dll.

B. Persiapan Fumigasi
Pelaksanaan fumigasi akan berhasil dengan baik apabila direncanakan
dengan baik pula. Ada banyak hal yang perlu dipersiapkan sebelum
melaksanakan fumigasi sbb :
1. Mintalah informasi selengkap-lengkapnya kepada pengguna jasa / client
tentang komoditi yang akan difumigasi. Informasi yang dibutuhkan meliputi :
 Jenis dan jumlah komoditi.
 Waktu pengapalan / pemuatan ke alat angkut.
 Apakah komoditi akan dikirim ke daerah lain atau komoditi impor
yang dimasukkan dari negara lain.
 Jenis bahan yang akan difumigasi dan jumlahnya.
 Bahan pembungkus / kemasan.
 Sistem penyimpanan (stapelan : ukuran, keadaan, bentuk)
 Kebersihan gudang.
 Kedapan gudang.

ANTIBUG 15
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

2. Buatlah rencana kerja yang jelas dan terperinci. Apabila dianggap perlu,
lakukan pembagian tugas.

3. Persiapkan semua peralatan dan bahan yang perlu dibawa dan pastikan
bahwa semua peralatan dalam keadaan baik/ berfungsi. Disarankan agar
selalu menyimpan peralatan/ bahan dalam keadaan “siap bawa” sehingga
pada saat diperlukan tidak harus lagi menyiapkannya satu persatu.

4. Lakukan pemberitahuan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.


Pemberitahuan sebaiknya dilakukan secara tertulis dengan menggunakan
formulir dan disampaikan setidaknya 24 jam sebelum fumigasi dilaksanakan.
Pihak-pihak yang perlu diberitahu adalah :
 Aparat keamanan (satpam)
 Pengelola / orang yang bertanggung jawab atas lokasi fumigasi
(penguasa pelabuhan/ bandara, manager gudang/ pabrik, dsb).
 Penghuni rumah/ kepala kantor di sekitar lokasi yang berdekatan dengan
lokasi fumigasi.
Jangan lupa mencatat alamat dokter/ rumah sakit terdekat untuk keperluan
bantuan medis bila terjadi kecelakaan.

5. Setibanya di lokasi fumigasi, amankan segera lokasi tersebut. Buatlah


batas pada area fumigasi dengan Hazard tape atau tambang. Tempelkan
tanda-tanda peringatan bahaya pada setiap pintu masuk ruangan fumigasi
atau pada lokasi lainnya yang dianggap perlu.

C. Pelaksanaan

1. Tempat/ Lokasi Fumigasi

ANTIBUG 16
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

Tempat fumigasi harus berada pada area yang berventilasi baik dan
ternaung. Tempat tersebut harus terlindung dari gangguan cuaca yang buruk
seperti hujan, panas, angin kencang dan temperatur yang rendah.
Tempat fumigasi harus bebas dari lalu lintas atau aktivitas manusia. Apabila
dengan terpaksa melakukan fumigasi di dekat ruangan yang terdapat aktivitas
manusia (ruang kantor misalnya), ruangan tersebut harus dikosongkan selama
proses fumigasi berjalan.

2. Ruang Fumigasi

Perlakuan fumigasi harus dilakukan pada ruang yang tertutup rapat. Jika
dapat dibuktikan bahwa ruang fumigasi sudah kedap gas (seperti pada peti
kemas), penggunaan lembaran penutup tidak diperlukan, namun apabila tidak
dapat dibuktikan maka harus menggunakan lembaran penutup (sheet
fumigation).
Lantai ruang fumigasi harus tidak dapat ditembus gas sehingga mampu
menjaga konsentrasi fumigan pada tingkat minimal selama masa perlakuan.
Apabila fumigasi dilakukan dengan menggunakan sheet fumigation, maka lantai
harus :
 Datar dan bebas dari batu atau benda tajam lainnya sehingga
penempatan lembaran penutup pada permukaan lantai dapat dilakukan
dengan baik untuk mencegah kebocoran gas.
 Bebas dari retakan-retakan dan saluran air atau celah lainnya yang dapat
mengurangi sifat kedap gas ruangan tersebut.
Beton atau aspal yang tidak bercelah baik untuk digunakan sebagai lantai
fumigasi. Permukaan tanah, pasir, kerikil atau paving blok tidak sesuai digunakan
sebagai lantai fumigasi. Untuk mendapatkan hasil fumigasi yang baik,
permukaan lantai seperti tersebut diatas harus ditutup rapat dengan lembaran
penutup kedap gas.

ANTIBUG 17
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

3. Temperatur Ruangan Fumigasi

Di negara yang beriklim tropis (hangat) seperti Indonesia, temperatur ruang


pada umumnya tidak menjadi persoalan yang serius dalam melaksanakan
fumigasi yang efektif. Namun demikian perlu diketahui bahwa beberapa komoditi
seperti bibit atau benih tanaman tertentu, bunga potong dan bawang sangat
sensitif terhadap fumigan dan biasanya akan rusak apabila difumigasi dengan
Methyl Bromida pada temperatur yang tinggi (di atas 30 oC).

Temperatur minimum untuk fumigasi Methyl Bromida untuk tujuan karantina


adalah 10oC. Apabila temperatur dibawah 10 oC, maka perlu pemanasan buatan.
Pada temperatur dibawah 10oC fumigan akan menurun efektivitasnya untuk
membunuh hama dan peningkatan kondensasi gas akan terjadi. Penyerapan
fumigan yang berlebih akan menimbulkan resiko keamanan karena fumigan
tersebut akan sulit untuk dihilangkan dari komoditi. Untuk perlakuan fumigasi
yang dilakukan lebih dari 24 jam agar menggunakan perkiraan temperatur rata-
rata minimum selama perlakuan.

4. Dosis/ Konsentrasi Fumigasi dan Exposure Time

Dosis fumigasi adalah jumlah fumigan yang digunakan pada volume tertentu
dan biasanya dinyatakan dalam berat fumigan per volume ruang fumigasi (berat/
volume, gr/m3) atau kadang-kadang dinyatakan dalam berat fumigan per berat
komoditas (berat/ berat, gr/ton). Sedangkan konsentrasi fumigan adalah jumlah
riil dari fumigan yang berada di dalam udara atau di dalam rongga-rongga di
antara komoditas di dalam ruang fumigasi.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam hal ini yang lebih penting adalah
besarnya konsentrasi yang mematikan hama. Dengan demikian untuk
menghasilkan konsentrasi yang sama maka dosis fumigasi pada ruangan yang

ANTIBUG 18
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

kedap akan lebih rendah daripada ruangan yang kurang kedap. Selain itu daya
serap komoditas juga akan mempengaruhi dosis.
Faktor lain yang mempengaruhi penetapan dosis adalah jenis hama, stadia
hama, tingkat serangan hama, temperatur dan exposure time. Kadang-kadang
untuk beberapa negara berlaku pula ketentuan tersendiri mengenai dosis
tersebut. Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi maka untuk
menetapkan dosis yang tepat adalah tidak mudah, walau demikian sebagai
patokan dapat menggunakan ketentuan dosis bagi setiap komoditas menurut
FAO.

Untuk memfumigasi suatu ruangan yang tidak penuh terisi komoditas, karena
dasar fumigasi adalah volume maka penetapan dosisnya selain dosis untuk
komoditas perlu ditambahkan dosis space (ruangan kosong).
Kemudian untuk memfumigasi komoditas pertanian yang berupa biji-bijian
apabila menggunakan Metil Bromida, exposure timenya memerlukan waktu yang
lebih lama lagi yaitu 3-5 hari. Hal ini erat sekali hubungannya dengan temperatur,
dalam hal ini penguraian secara keseluruhan dari bentuk tablet atau pellet
seperti yang dikemukakan dalam table dibawah ini :

Dosis CH3Br yang digunakan pada beberapa komoditas


 Beras : 21 gr/ton (1.47 m3)
 Gabah : 28 gr/ton (2.12 m3)
 Gandum/ terigu : 16-24 gr/m3
 Bulgur, dedak : 16-24 gr/m3
 Makanan ternak
o Cake : 16 gr/m3
o Pellet : 21 gr/m3
o Chips, campuran : 24 gr/m3

ANTIBUG 19
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

 Jagung butiran : 24 gr/m3 (1.56 m3) atau 36 gr/ton


 Jagung gelondong : 24 gr/m3 (1.56) atau 28 gr/ton
 Tapioka
o Tepung : 16 gr/m3 (1 ton = 1.79 m3)
o Chips : 24 gr/m3 (1 ton = 1.79)
 Kacang hijau : 16-24 gr/m3 ( 21
gr/ton)
 Bungkil kacang : 32 gr/m3
 Bungkil kelapa : 32 gr/m3

 Kopi : 21 gr/m3
 Kopra : 32 gr/m3
 Kayu manis : 21 gr/m3
 Pala, fuli : 21 gr/m3 (1 ton =
1.98 m3)
 Lada hitam/ putih : 24 gr/m3 (1 ton =
2.30 m3)
 Biji kakao : 24-32 gr/m3
 Wijen : 24-32 gr/m3
 Kacang mete : 24-32 gr/m3

Semakin rendah temperatur, semakin besar dosis fumigan yang dibutuhkan.


Oleh karenanya itu fumigator harus merubah dosis apabila temperatur di tempat
fumigasi berbeda dengan temperatur yang ditetapkan. Perubahan dosis hanya
dapat dilakukan untuk kisaran 11-21 oC. Oleh karena itu perubahan dosis tersebut
kecil sekali kemungkinannya untuk dilakukan di Indonesia. Kecuali apabila
fumigasi dilakukan dalam ruangan yang berpengatur temperatur (AC).

ANTIBUG 20
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

Rumus yang biasa digunakan adalah perubahan dosis fumigasi sebanyak 8


gr/m3 untuk setiap variasi 5 oC dalam temperatur antara 11oC- gr/m3, kecuali
ditentukan oleh negara tujuan.
Contoh :
 Temperatur 21oC/NAP, dosis standar 32 gr/m3
 Temperatur 16-20oC/NAP, menggunakan dosis 40 gr/m3
 Temperatur 11-15oC/NAP, menggunakan dosis 48 gr/m3
 Temperatur 10oC/NAP, menggunakan dosis standar 56 gr/m 3

Dosis PH3 yang dipergunakan pada beberapa komoditi/ produk


 Beras : 21 tablet/ ton (1.47 m3)
 Gabah : 2.6 tablet/ ton (2.12 m3)
 Gandum/ terigu : 1.5 tablet/ m3 (1 ton = 1.41 m3)

 Bulgur, dedak : 1.5 tablet/ m3 (1 ton = 2.21 m3)


 Makanan ternak
o Cake : 1.5 tablet/ m3 (1 ton = 2.10 m3)
o Pellet : 1.5 tablet/ m3 (1 ton = 2.10 m3)
o Chips, campuran : 1.5 tablet/ m3 (1 ton = 2.10 m3)
 Jagung butiran : 2.6 tablet/ ton (1.56 m3)
 Jagung gelondong : 2.6 tablet/ ton (1.56 m3)
 Tapioka
o Tepung : 1.5 tablet/ m3 (1 ton = 1.79 m3)
o Chips : 1.5 tablet/ m3 (1 ton = 1.79 m3)
o Pellet : 1.5 tablet/ m3 (1 ton = 1.64 m3)
 Kacang hijau : 1.5 tablet/ m3
 Kacang kedelai : 2.6 tablet/ ton (1.5
m3 )

ANTIBUG 21
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

 Bungkil kedelai : 2.6 tablet/ ton (1.5


m3 )
 Kacang tanah : 2 tablet/ m3 (1.84
m3 )
 Bungkil kacang : 2 tablet/ m3
 Bungkil kelapa : 2 tablet/ m3
 Kopi : 1.5 tablet/ m3 (1
ton = 1.96 m3)
 Kopra : 2 tablet/ m3 (1 ton
= 2.40 m3)
 Kayu manis : 1.5 tablet/ m3 (1
ton = 4.53 m3)
 Pala, fuli : 1.5 tablet/ m3 (1
ton = 1.98 m3)
 Lada hitam/ putih : 1.5 tablet/ m3 (1
ton = 2.30 m3)
 Biji kakao : 2 tablet/ m3 (1 ton
= 2.04 m3)
 Wijen : 2 tablet/ m3
 Kacang mete : 2 tablet/ m3 (1 ton
= 2.55 m3)
 Tembakau cigarette : 1 tablet/ m3 (1 ton
= 3.68 m3)
 Cerutu yang dibungkus dalam bal : 1
tablet/ m3 (1 ton = 3.40 m3)

Temperatur Tablet Pellet


10-15oC 5 hari 4 hari

ANTIBUG 22
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

16-25oC 4 hari 3 hari


> 25oC 3 hari (minimal) 3 hari (minimal)

Untuk mengetahui banyaknya fumigant yang diperlukan dalam suatu kegiatan


fumigasi, dapat menggunakan rumus :

Jumlah fumigan = Dosis x Volume Ruangan

Contoh :
Volume ruang fumigasi adalah 50 m3 dengan menggunakan dosis 32 g/ m3, maka
jumlah fumigan yang diperlukan sebanyak 50 x 32 = 1600 g.

5. Menghitung Volume Ruang Fumigasi

Volume ruang fumigasi adalah isi seluruh ruangan yang digunakan untuk
fumigasi. Volume ruang fumigasi dihitung dengan cara :

Volume (V) = Panjang (p) x Lebar (l) x Tinggi (t)

Berikut ini adalah panduan yang dapat digunakan untuk membantu mengukur
volume berbagai ruang fumigasi.
 Volume kamar berbentuk kotak/ kubus =pxlxt
 Volume atap ruangan = 0.5 x p x l x t
 Volume bunker = 1.6 x r x r x p
 Volume ruang berbentuk silinder = 3.2 x r x r x t
 Volume ruang berbentuk kerucut = 1.6 x r x r x t

p = panjang; l = lebar; t = tinggi; r = radius / jari-jari

ANTIBUG 23
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

Volume internal sebuah ruangan dapat dihitung dengan menjumlahkan volume


tiap-tiap bagiannya.

6. Kemasan dan Permukaan Komoditi yang Kedap Gas

Untuk menjamin keberhasilan fumigasi, kemasan atau lapisan yang kedap


gas seperti pembungkus plastik, permukaan yang dicat atau dipelitur, aluminium
foil, kertas yang berlapis lilin atau tir harus dibuka, dipotong atau dibuang
sebelum difumigasi. Hal ini perlu dilakukan untuk memungkinkan penetrasi gas
ke dalam komoditi serta pelepasannya kembali pada waktu aerasi.
Jika komoditi telah diperiksa dan bebas dari bahan kedap gas, pada sertifikat
fumigasi dapat dicantumkan pernyataan sbb :
“Sebelum difumigasi, barang kiriman ini telah dibuktikan bebas dari
permukaan/lapisan kedap gas yang mungkin berpengaruh terhadap penetrasi
fumigan”

7. Fumigasi Komoditi yang Mudah Rusak

Komoditi yang mudah rusak terdiri dari berbagai macam seperti tanaman
hidup, bunga potong, buah segar, sayuran dan beberapa jenis biji-bijian (benih).
Untuk fumigasi buah segar dan sayuran, fumigator harus menggunakan
temperatur daging buah untuk kalkulasi dosis, bukan temperatur ruangan seperti
pada fumigasi komoditi lainnya. Temperatur daging buah harus dicantumkan
dalam sertifikat fumigasi. Dalam melakukan pengukuran temperatur daging
buah, fumigator harus mengambil sample dari paling tidak satu tempat di setiap
bagian bawah, tengah, dan atas partai komoditi. Alat pengukur temperatur harus
dimasukkan ke tengah sebuah buah yang terletak di bagian tengah karton bila
memungkinkan.

ANTIBUG 24
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

8. Fumigasi Kayu dan Produk Kayu

Fumigasi kayu atau produk kayu hanya diperbolehkan bila :


 Ketebalan kayu tersebut kurang dari 200 mm (8 inci).
 Penumpukan (stacking) komoditi dilakukan sedemikian rupa
sehingga terpisah secara vertikal setiap 200 mm.
 Terdapat jarak yang cukup (paling tidak 50 mm) antara susunan
komoditi dengan bagian dasar dan atap ruangan fumigasi.
Ketentuan seperti diatas diperlukan karena konsentrasi Metil Bromida yang
efektif hanya akan menembus sejauh 100 mm (4 inci) dari permukaan ke bagian
dalam kayu selama masa fumigasi. Hal ini juga perlu untuk mempermudah
sirkulasi fumigan di sekitar komoditi.

9. Penyusunan (stacking) Komoditi

Volume tumpukan komoditi yang baik adalah tidak lebih 2/3 volume ruangan
fumigasi. Komoditi harus ditumpuk sedemikian rupa sehingga memungkinkan
sirkulasi gas secara baik pada bagian atas, samping, dan antara komoditi.
Sebagai pedoman secara umum, untuk fumigasi dengan lembaran penutup,
jarak antara lembar penutup dengan tumpukan komoditi yang disarankan pada
bagian atas adalah 60 cm, pada bagian sisi 30 cm, sedangkan jarak dengan
lantai minimum 5 cm. Tinggi, lebar dan panjang tumpukan dalam setiap palet
hendaknya tidak melebihi 2.5 meter. Untuk fumigasi kayu jaraknya tidak melebihi
2 meter.
Untuk fumigasi dalam peti kemas atau kamar, sebaiknya juga menggunakan
palet untuk penyusunan komoditi. Jarak antara tumpukan komoditi dengan
dinding peti kemas atau kamar pada bagian atas dan sisi tidak kurang dari 10
cm. Untuk rumput pakan ternak (baled hay), tumpukan dapat dimuat hingga
memenuhi seluruh ruangan tanpa ada jarak dengan dinding. Contoh penyusunan
komoditi dapat dilihat pada Lampiran 4.

ANTIBUG 25
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

10. Penggunaan Alat Pemanas

Dalam pelaksanaan fumigasi untuk keperluan karantina tumbuhan harus


selalu digunakan alat pemanas (vaporizer atau volatilizer). Meskipun cuaca yang
panas, fumigator tidak dapat mengandalkan temperatur di sekitar untuk
menguapkan Metil Bromida cair dengan cepat dan tepat selama proses
pelepasan gas.
Metil Bromida cair dapat menodai atau merusak produk tertentu seperti biji-
bijian (kehilangan daya tumbuh), aluminium (bereaksi), bahan makanan
(akumulasi residu). Metil Bromida cair dapat juga merubah kualitas hasil olahan
beberapa produk.
Penggunaan alat pemanas, akan menjamin bahwa fumigasi masuk sebagai
gas dan menyebar rata ke seluruh ruangan. Penguapan fumigan yang sempurna
menjamin distribusi dan penembusan fumigan secara efektif dan mengurangi
kemungkinan rusaknya produk dan hidupnya hama. Contoh alat penguap
sederhana dapat dilihat pada Lampiran 5.

11. Mendistribusikan Fumigan di dalam Ruang Fumigasi

Untuk mendistribusikan gas Methyl agar dapat merata, disyaratkan


menggunakan kipas angin. Untuk ruangan kecil seperti peti kemas,
menggunakan 1 kipas angin dengan kapasitas 70 m 3/ menit (2500 CFM). Untuk
ukuran ruangan yang lebih besar menggunakan 2 kipas angin dan dipasang
secara berlawanan. Kipas angin dihidupkan selama lebih kurang 15 menit.
Untuk memastikan bahwa gas telah tersebar secara merata, lakukan
pengecekan pada 20 menit setelah pelepasan gas. Konsentrasi gas pada semua
titik harus sama dan tidak boleh lebih dari 5%. Jika tidak tercapai, fumigasi harus
diulang.

ANTIBUG 26
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

12. Jalur Pasokan Gas dan Sampling

Jalur pasokan gas yang efektif adalah melalui bagian atas (headspace)
ruang fumigasi.

Jalur Pasokan Ganda


Penggunaan jalur pasokan ganda dapat membantu pendistribusian gas
secara merata pada ruang yang lebih besar. Apabila menggunakan lebih dari
satu jalur, jalur-jalur tersebut harus seimbang secara keseluruhan dan selang
yang digunakan sama panjang dan diameternya. Lihat Lampiran 6.

Penutupan Jalur Pasokan


Untuk mencegah kebocoran dan jalur pasokan, fumigator harus :
 Menutup sekeliling jalur pasokan/ selang dengan penutup yang kedap
gas.
 Menutup ujung-ujung selang pemasok setelah fumigan dimasukkan ke
dalam ruangan.

13. Jalur Sampling Fumigan

Spesifikasi Jalur Sampling Fumigan


Untuk fumigasi peti kemas dan ruang fumigasi kecil lainnya, harus
digunakan jalur sampling yang tahan hompitan (pipa hidrolik yang terbuat dari
nylon dengan diameter 2 mm dianggap ideal).
Untuk fumigasi yang memerlukan jalur fumigasi sampling panjang, dapat
menggunakan pipa plastik jenis lain. Harus berhati-hati untuk menjaga agar :
 Aliran gas dapat terjaga.
 Jalur-jalur samplingnya dibersihkan dengan baik sehingga konsentrasi
gas di dalam ruangan dapat diukur.

ANTIBUG 27
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

Penempatan Jalur-jalur Sampling


Penempatan jalur sampling biasanya melalui 3 jalur yaitu :
 Bagian depan dasar
 Bagian atas belakang
 Bagian tengah tumpukan komoditi
Perhatikan agar :
 Jalur-jalur sampling dapat dibedakan antara satu dengan yang lainnya
 Pipa-pipa masuk jalur sampling ditempatkan jauh dari jalur keluar

14. Fumigasi dengan Menggunakan Lembaran Penutup (Sheet Fumigation)

Sebelum melakukan fumigasi, periksa dengan teliti semua lembaran


penutup. Lembaran tersebut harus :
 Bebas dari segala cacat (mis : jahitan, sobekan maupun lubang)
 Memiliki kemampuan menyerap gas kurang dari 0.02 gr perhari/m 2
(dinyatakan dalam gram/m2 untuk Metil Bromida). Lembaran yang terbuat dari
anyaman nylon yang dilapisi PVC, polythene atau unsupported PVC cocok
untuk digunakan sebagai lembaran penutup. Lembaran yang terbuat dari
neoprene atau butyl rubber juga dapat digunakan. Lembaran penutup yang
umum digunakan memiliki ketebalan kurang lebih 150 mikron dengan berat
antara 300-500 gr/m3.
Sobekan, lubang dan abrasi merupakan faktor penyebab utama hilangnya
gas. Bahan-bahan berajut lebar dan berlapis tipis tidak sesuai jika digunakan
sebagai lembaran fumigasi. Pelapis kolam atau lembaran polypropylene yang
diproses dengan pemanasan dan pendinginan juga tidak sesuai digunakan
sebagai penutup karena dapat memindahkan Metil Bromida secara berlebihan.
Bila lantai tidak dapat dijamin kedap gas, maka perlu digunakan lembaran
penutup lantai untuk mencegah kebocoran gas.

ANTIBUG 28
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

Hal-hal yang harus diperhatikan oleh fumigator saat melakukan fumigasi


dengan menggunakan lembaran penutup :
 Ujung-ujung lembaran penutup yang terletak di lantai harus diberi
pemberat berisi pasir (sand snake) atau berisi air untuk mencegah kebocoran
gas.
 Sudut-sudut dan area dimana selang-selang atau jalur sampling muncul
dari antara atau dari bawah lembaran harus ditutup rapat.
 Lembaran lepas di sudut-sudut tumpukan harus diamankan untuk
mencegah tertiup angin.
 Lembaran penutup harus dijauhkan dari sudut atau benda tajam yang
bisa merobeknya. Hal ini bisa dibantu dengan menutup daerah yang tajam
atau lancip dengan bahan yang berfungsi sebagai bantal pelembut (misalnya
kain pel).
 Lembaran penutup harus disusun sedemikian rupa sehingga terdapat
paling tidak 500 mm lembaran yang tersisa yang melebihi batas tepi
tumpukan komoditi pada lantai.
 Rantai dan kayu tidak cocok digunakan sebagai pemberat lembaran
penutup. Contoh penempatan lembaran penutup dapat dilihat pada Lampiran
7.

15. Menggunakan Peti Kemas Kedap Gas sebagai Ruangan Fumigasi

Semua peti kemas harus difumigasi di bawah lembaran penutup kecuali peti
kemas yang telah memenuhi standar uji tekanan untuk kedap gas. Untuk
fumigasi peti kemas tanpa lembaran penutup, proses berikut harus selalu
dilakukan sebelum peti kemas difumigasi :
 Ukur tingkat kekedapan gas dengan menggunakan uji penurunan
tekanan (pressure decay test). Hal ini dapat dilakukan dengan melihat waktu
paruh tekanan (atau penurunan) dari 200 Pa ke 100 Pa.

ANTIBUG 29
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

 Peti kemas yang tidak dapat diberi tekanan sampai 250 Pa (tekanan
permulaan untuk ujian) dianggap tidak lulus uji dan harus dimasukkan ke
bawah lembaran kedap gas sebelum difumigasi.

Pemilihan Peti Kemas


Prosedur pemilihan peti kemas sebelum memasukkan kargo kedalamnya
sbb :
 Peti kemas harus diposisikan agar keempat sisinya dan atapnya dapat
diperiksa dengan mudah. Kontainer harus ditempatkan di permukaan yang
rata dan horizontal untuk menghindari kemiringan yang bisa menyebabkan
pintu-pintu tidak dapat ditutup rapat.
 Fumigator harus menentukan kekedapan gas (nilai penurunan tekanan)
peti kemas sebelum fumigasi dilakukan. Hasilnya dicatat dalam Sertifikat
Fumigasi.
 Semua peti kemas harus diperiksa sebelum pengujian tekanan. Peti
kemas dengan lubang-lubang, celah-celah atau yang berkarat di atap dan
dindingnya, atau jika pintu, segel karet sekeliling pintu, segel pintu dan
kuncinya tidak pas dan tidak berfungsi dengan baik, tidak boleh diuji tekanan.
 Bagian dalam dapat diperiksa dengan pintu dalam keadaan tertutup,
karena setiap celah atau lubang akan mudah terlihat karena ada cahaya yang
masuk ke dalam peti kemas.
 Peti kemas dengan lantai basah dan rusak tidak sesuai untuk pengujian
tekanan.
 Nomor identifikasi peti kemas harus dicatat dalam sertifikasi fumigasi.

Pengukuran Kekedapan Gas


Penutupan ventilasi
 Pastikan bahwa daerah sekitar ventilator kering dan bebas dari minyak,
lalu tutup dan segel semua ventilator untuk membuatnya kedap gas.

ANTIBUG 30
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

 Cara yang paling efektif untuk menutup ventilasi adalah dengan


menggunakan lembaran plastik polyethylene atau PVC yang dilekatkan
dengan pita perekat.

Pemberian tekanan pada peti kemas


Tekanan di dalam peti kemas yang tertutup harus dinaikkan sampai 250 Pa
menggunakan udara yang dimasukkan dengan tekanan tinggi dari kompresor
atau silinder gas. Alat yang digunakan yaitu finger manifold (alat kompresor
berbentuk jari). Alat ini biasanya ditempatkan di bagian bawah kerangka pintu
bagian depan, sehingga terjepit pintu sewaktu pintu tertutup.

Mengukur waktu paruh tekanan


 Ketika tekanan di dalam container mencapai 250 Pa, matikan pasokan
udara dari kompresor atau silinder gas.
 Biarkan tekanan menurun hingga 200 Pa.
 Mulailah menghitung waktu (dalam detik) ketika tekanan mencapai 200
Pa.
 Berhentilah menghitung waktu (dalam detik) ketika tekanan mencapai 100
Pa.
 Catatlah waktu penurunan tekanannya di sertifikat/ laporan fumigasi.
Karena alasan-alasan praktis, fumigasilah selalu peti kemas di bawah
lembaran penutup. Pengujian kekedapan gas terhadap peti kemas akan
memerlukan peralatan, waktu, tenaga dan biaya tersendiri. Lagipula sulit untuk
mendapatkan peti kemas yang benar-benar kedap gas.

16. Fumigasi Kamar (Chamber Fumigation)

Fumigasi kamar dilaksanakan dalam sebuah ruangan yang dirancang


khusus. Sebelum laksanakan fumigasi kamar, seorang fumigator harus :

ANTIBUG 31
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

 Memeriksa dengan teliti segel-segel pintu ruangan.


 Meyakinkan bahwa tidak ada kerusakan yang terjadi di ruangan.
 Melakukan uji tekanan pada ruangan untuk meyakinkan bahwa ruangan
kedap gas. Nilai penurunan tekanan dari 200-100 Pa harus paling tidak 10
detik.

17. Melepas Gas ke dalam Ruangan Fumigasi

Setelah ruangan fumigasi siap, lakukan pemeriksaan terakhir sebelum


melepas gas untuk memastikan bahwa :
 Tidak ada orang yang tidak berhak dan tidak memakai alat pelindung
masuk ke dalam area berbahaya.
 Ruangan fumigasi serta area berbahaya telah dikosongkan.
 Semua nyala api dan lampu di dalam ruangan fumigasi telah
dipadamkan.
 Semua cairan/ makanan yang mungkin tercemar oleh fumigan telah
dipindahkan dari dalam ruangan fumigasi.
 Semua lubang, celah dan pintu telah tertutup rapat.
 Kipas angin berada dalam posisi yang tepat dan berfungsi dengan
baik.
 Semua peralatan yang diperlukan telah terpasang/ tersedia di lokasi.
 Tanda-tanda peringatan bahaya telah terpasang pada tempatnya.
Pelepasan gas harus dilakukan secara hati-hati dengan mengikuti prosedur
sebagai berikut :
 Panaskanlah alat pemanas hingga airnya mendidih.
 Hidupkan kipas angin di dalam ruangan fumigasi.
 Gunakan masker/ alat pelindung pernafasan.

ANTIBUG 32
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

 Lepaskan gas secara perlahan-lahan selama kurang lebih 30 detik dan


tutup kembali.
 Selama proses pelepasan gas, lakukan pemeriksaan kebocoran gas di
sekitar outlet pada tabung fumigan dan sambungan selang gas dengan koil
tembaga dengan menggunakan alat pemeriksa kebocoran gas (lampu
halida).
 Bila tidak terjadi kebocoran, lepaskan kembali gas perlahan-lahan hingga
tercapai jumlah yang ditentukan.
 Periksa kebocoran di sekitar lembaran penutup/ ruangan fumigasi. Jika
terdapat kebocoran, lakukan segera pelapisan/ penutupan.

 Nyalakan terus kipas angin selama 15 menit setelah selesainya


pelepasan gas untuk mendistribusikan gas secara merata di dalam ruangan.
Setelah itu lakukan pemeriksaan dengan alat pengukur konsentrasi untuk
mengetahui apakah gas telah merata (ekuilibrum).

18. Mengukur dan Memantau Kadar/ Konsentrasi Fumigan

Spesifikasi peralatan pemantau


Peralatan yang digunakan dalam melakukan pemantauan kadar fumigan
adalah yang mampu mengukur konsentrasi Metil Bromida dalam ruangan
fumigan antara 2-100 g/ m3.

Beberapa pilihan untuk menjamin pemeliharaan konsentrasi fumigan dalam


ruangan fumigan

Durasi Pilihan 1 Pilihan 2 Pilihan 3


Fumigasi
Kurang dari Pengujian tekanan & Pemantauan awal &
12 jam aplikasi dosis yang titik akhir dengan ----------

ANTIBUG 33
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

benar pilihan penambahan


gas pada akhirnya
Lebih dari Pengujian tekanan & Pemantauan awal & Pemantauan terus
12 jam aplikasi dosis yang titik akhir dengan dengan pilihan
benar pilihan penambahan penambahan gas
gas pada akhirnya pada akhirnya

Pilihan 1
Pemantauan konsentrasi gas tidak perlu dilakukan asalkan :
 Fumigator telah melaksanakan suatu uji tekanan pada ruangan secara
benar.
 Nilai pengurangan tekanan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
 Jumlah fumigan yang tepat dimasukkan ke dalam ruangan.
Cat : keterangan-keterangan tersebut diatas dicatat dan dimasukkan ke dalam
sertifikat fumigasi.

Pilihan 2
Harus mengukur konsentrasi Metil Bromida dalam ruangan fumigasi pada
dua saat selama masa fumigasi seperti terlihat pada tabel di bawah ini :

Masa Perlakuan Waktu pemantauan awal Waktu pemantauan akhir


Sampai 6 jam 20-30 menit setelah mulai Akhir perlakuan
Lebih dari 6 jam 30-60 menit setelah mulai Akhir perlakuan

Cat : apabila fumigasi dengan metyl bromide dilaksanakan lebih dari 48 jam,
pengukuran tambahan harus dilakukan setelah 24 jam. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan kemungkinan dilakukannya tindakan perbaikan jika
diperlukan.
Pengukuran dari semua jalur sampling harus menunjukkan kadar/
konsentrasi fumigant yang sesuai atau kekurangannya tidak melebihi 15% dari
kadar yang ditentukan. Jika ini tidak tercapai pada pemantauan awal, maka
waktu fumigasi harus diperpanjang atau diambil tindakan lain untuk mengatasi
masalahnya.

ANTIBUG 34
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

Beberapa permasalahan yang umum terjadi dalam pengukuran konsentrasi


Metil Bromida adalah :
 Distribusi fumigant yang tidak merata.
 Adanya hambatan/ penyumbatan di jalur sampling.
 Adanya masalah dengan peralatan pemantau.
 Ruangan fumigasi tidak benar-benar kedap gas.
 Lembaran fumigasi bocor/ rusak.
 Penutupan ruang fumigasi tidak sempurna.
 Sirkulasi yang tidak baik.
Jika penyebabnya telah diketahui dan dapat diperbaiki tanpa mempengaruhi
ruangan fumigasi, maka fumigasi dapat diteruskan. Jika diperlukan penambahan
gas (topping), lakukan sebagaimana pilihan no. 3. Catatlah masalah yang terjadi
dan solusinya.

Jika penyebabnya tidak dapat diidentifikasi (terutama pada fumigasi ruang


yang kecil), fumigasi harus dihentikan dan fumigan dikeluarkan dari ruangan
(aerasi). Setelah area bebas dari fumigan, cari penyebabnya kemudian
diperbaiki. Bicarakan dengan klien untuk perlakuan ulang.

Konsentrasi standar yang disyaratkan pada waktu pemantauan

Waktu pemantauan Konsentrasi


0.5 jam 75% atau lebih
2 jam 60% atau lebih
4 jam 59% atau lebih
12 jam 35% atau lebih
24 jam 30% atau lebih
48 jam 25% atau lebih

Cat : Nilai tersebut dapat berbeda secara spesifik untuk setiap komoditi.

ANTIBUG 35
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

Daftar Konsentrasi Standar serta Nilai Batas Tertinggi dan Terendah untuk
Beberapa Dosis Metil Bromida

Dosis
Awal
Waktu 24g/m3 32g/m3 40g/m3 48g/m3 56g/m3 64g/m3 80g/m3 128 g/m3
Setelah
Fumigasi
23 29 35 41 47 56 68 104

18 24 30 36 42 48 60 96
0.5 jam
(75% atau lebih 13 19 25 31 37 40 52 88
dari dosis awal)

19.4 24.2 29 33.8 38.5 43.4 56 81.8

14.4 19.2 24 28.8 33.6 38.4 48 76.8


2 jam
(60% atau lebih 9.4 14.2 19 23.8 28.6 33.4 40 71.8
dari dosis awal)

ANTIBUG 36
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

17 24 25 29 33 40 48 72

12 16 20 24 28 32 40 64
4 jam
(50% atau lebih 7 11 15 19 23 24 32 56
dari dosis awal)

13.4 16.2 19 21.8 24.6 30.4 36 52.8

8.4 11.2 14 19.8 19.6 22.4 28 44.8


12 jam
(35% atau lebih 3.4 6.2 9 11.8 14.6 14.4 20 36.8
dari dosis awal)

12.2 14.6 17 19.4 21.8 27.2 32 46.4

7.2 9.6 12 14.4 16.8 19.2 24 68.4


24 jam
(30% atau lebih 3** 4.6 7 9.4 11.8 11.2 16 30.4
dari dosis awal)

11 13 15 17 19 24 28 40

6 8 10 12 14 16 20 32
48 jam
(25% atau lebih 3** 3 5 7 9 8 12 24
dari dosis awal)

Selisih batas terendah dan tertinggi dengan konsentrasi standar Metil


Bromida adalah 5 g/m3 untuk dosis awal lebih dari 60 g/m 3 dan 8 g/m3 untuk
fumigasi dosis awal 60 g/m3 atau lebih.
Jika konsentrasi fumigan yang tersisa pada pembacaan akhir berada pada
atau diatas standar maka fumigasi dianggap berhasil. Contoh : dosis awal 48
g/m3 dan waktu 24 jam. Konsentrasi minimal yang disyaratkan pada akhir 24 jam
adalah 14,4 g/m3. Bila pada pembacaan akhir konsentrasi gasnya ternyata 18
g/m3, maka fumigasi dianggap berhasil.

ANTIBUG 37
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

Jika pemantauan menunjukkan konsentrasi gas berada diantara standard an


batas rendah, konsentrasi fumigan dapat dinaikkan ke batas tertinggi (tidak boleh
lebih) dan lakukan penambahan waktu selama 4 jam. Contoh : dosis awal adalah
48 g/m3 selama 24 jam. Setelah 24 jam, konsentrasi gas menunjukkan 13 g/m 3.
Konsentrasi ini berada dibawah konsentrasi standar (14,4 g/m 3), tetapi masih
berada diatas konsentrasi terendah (9,4 g/m 3). Tindakan menaikkan ke
konsentrasi paling tinggi (19,4 g/m3) harus dilakukan.
Jumlah fumigan yang dapat ditambahkan adalah jumlah yang diperlukan
untuk menaikkan ke konsentrasi standar ditambah 5 g/m 3 yaitu :
(14.4 – 13.0 + 5) g/m3 = 6.4 g/m3.
Cat : Untuk fumigasi yang masanya kurang dari 12 jam, penambahan gas bukan
merupakan pilihan yang tepat.
Jika pemantauan akhir konsentrasi gas berada dibawah konsentrasi
terendah, fumigasi dianggap gagal dan harus diulang. Contoh : dosis awal
adalah 60 g/m3 selama 24 jam. Setelah 24 jam konsentrasi gas sebesar 10 g/m 3.
Konsentrasi ini berada dibawah konsentrasi terendah (11.2 g/m 3). Fumigasi
dianggap gagal dan harus diulang. Keluarkan gas dari ruang fumigasi, periksa
dan cari penyebabnya. Jika penyebabnya dapat diperbaiki, lakukan fumigasi
ulang.

Pilihan 3
Pemantauan terus menerus pada interval waktu tertentu. Bila terdapat
kekhawatiran tidak tercapainya konsentrasi standar pada akhir masa fumigasi,
maka sebaiknya melakukan pemantauan gas dengan interval waktu tertentu atau
setiap tidak lebih dari 6 jam. Hal ini perlu dilakukan bila fumigasi dilakukan pada
ruang yang lebih besar dan diperkirakan ada kebocoran atau ada komoditi yang
memiliki daya serap fumigan yang sangat tinggi.

ANTIBUG 38
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

Jika konsentrasi fumigan menurun dibawah konsentrasi standard an masih


berada diatas batas terendah, lakukan pengecekan untuk mengetahui penyebab,
setelah itu lakukan perbaikan dan penambahan fumigasi (topping). Perlakuan
penambahan sama dengan cara pada pilihan no. 2.

19. Pengeluaran Fumigan (Aerasi)

Setelah fumigasi selesai dilakukan, bebaskan gas dari ruang fumigasi


sampai konsentrasi gas berada dibawah 5 ppm v/v (Threshold Limit Value atau
Nilai Batas Minimum yang disingkat TLV) yang berlaku untuk Metil Bromida.
Sebelum membebaskan gas, pastikan daerah di sekitar lokasi fumigasi bebas
dari orang-orang yang tidak terlibat secara langsung. Personil yang melakukan
pembebasan gas harus menggunakan alat bantu pernafasan. Pintu-pintu dan
semua ventilasi atau sisi-sisi lembaran penutup angkat setinggi mungkin.
Gunakan kipas angin untuk mempercepat keluarnya gas dari ruangan fumigasi.
Setelah proses aerasi, periksa konsentrasi fumigan di dalam ruang fumigasi.
Apabila konsentrasi fumigan lebih kecil dari 5 ppm, maka ruangan dapat
dikatakan aman. Cabut semua tanda-tanda peringatan bahaya yang terpasang
jangan sampai ada yang tertinggal sebab dapat menyesatkan orang lain.

D. Kegiatan Setelah Pelaksanaan Fumigasi


1. Sertifikat

Fumigator harus mengeluarkan Sertifikat Bebas Gas (Gas Clearance


Certificate) setelah aerasi selesai dilakukan. Sertifikat Bebas Gas ini pada
hakekatnya merupakan suatu pernyataan dari penanggung jawab fumigasi
bahwa area di sekitar lokasi fumigasi, peti kemas atau komoditi yang difumigasi

ANTIBUG 39
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

telah bebas dari fumigan dalam tingkat yang dapat membahayakan. Sertifikat
Bebas Gas memuat hal-hal sebagai berikut :
 Kop surat dari perusahaan fumigator.
 Nomor dan tanggal penerbitan sertifikat.
 Nomor registrasi fumigator.
 Nama komoditi/ media pembawa yang difumigasi.
 Lokasi/ tempat fumigasi
 Fumigan yang digunakan
 Waktu dimulainya fumigasi
 Waktu selesainya fumigasi
 Pernyataan bahwa tempat, peti kemas dan komoditas/ media pembawa
yang difumigasi telah bebas dari gas.
 Tingkat konsentrasi gas setelah aerasi.
 Cap perusahaan fumigator
 Tanda tangan dan nama penanggungjawab fumigasi.
Contoh sertifikat fumigasi dapat dilihat pada Lampiran 8.
Selain Sertifikat Bebas Gas, setelah semua proses fumigasi selesai
dilaksanakan, fumigator juga harus menerbitkan Sertifikat Fumigasi (Fumigation
Certification) untuk menjelaskan bahwa komoditi yang bersangkutan telah
difumigasi sesuai dengan standar yang ditetapkan. Suatu sertifikat fumigasi
minimal harus memuat hal-hal sebagai berikut :
 Kop surat dari perusahaan fumigator
 Nomor dan tanggal penerbitan sertifikat

 Nomor registrasi fumigator


 Suatu pernyataan yang menyebutkan bahwa komoditi yang tercantum di
dalamnya telah difumigasi sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
 Nama, asal, jumlah dan tanda-tanda khusus dari komoditi.
 Nomor peti kemas (bila mungkin)
 Nama dan nomor alat angkut (bila mungkin)

ANTIBUG 40
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

 Negara/ area asal atau tujuan.


 Nama dan alamat eksportir/ pengirim.
 Nama dan alamat importir/ penerima
 Nama fumigan yang digunakan.
 Dosis yang digunakan, termasuk waktu fumigasi dan suhu ruangan/
daging buah (g/m3/jam/oC/NAP)
 Tanggal pelaksanaan fumigasi
 Nama dan tanda tangan fumigator serta cap perusahaan.
 Keterangan tambahan, khususnya mengenai :
o Apakah fumigasi dilakukan di ruangan/ lembaran tarpauline yang
kedap gas.
o Apakah telah dilakukan pemeriksaan terhadap bahan-bahan yang
kedap gas sebelum komoditi difumigasi.
Contoh sertifikat fumigasi dapat dilihat pada Lampiran 9.

2. Pemberitahuan Kepada Pihak-pihak yang Berkepentingan

Pihak-pihak yang diberi pemberitahuan pada saat fumigasi akan dilakukan


harus diberitahu kembali oleh fumigator bahwa fumigasi telah selesai
dilaksanakan. Pemberitahuan ini dapat dilakukan dengan menyampaikan salinan
Sertifikat Bebas Gas kepada pihak-pihak yang bersangkutan.

3. Pencegahan Re-infestasi Serangga

Fumigator pada dasarnya tidak bertanggung jawab atas terjadinya re-


infestasi serangga terhadap komoditi yang telah difumigasi. Akan tetapi seorang
fumigator professional pasti tidak menghendaki hasil pekerjaannya sia-sia akibat

ANTIBUG 41
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

terjadinya re-infestasi. Selain itu, re-infestasi serangga, khususnya terhadap


komoditi ekspor bisa mengakibatkan berkurangnya kepercayaan dari instansi di
negara tujuan atas Sertifikat Fumigasi yang diterbitkan oleh fumigator yang
bersangkutan.
Karena itu, setelah suatu kegiatan fumigasi selesai dilaksanakan, para
fumigator hendaknya memberikan saran (advice) kepada pemilik komoditi
(media pembawa) mengenai hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya re-infestasi serangga, dan dijelaskan juga akibat/ kerugian yang
mungkin ditimbulkannya. Kebiasaan memberikan saran tersebut hendaknya
dijadikan sebagai bagian dari praktek fumigasi yang baik.
Untuk komoditi ekspor yang dimuat dalam peti kemas :
 Peti kemas hendaknya tidak lagi dibuka setelah fumigasi (hingga
selesainya proses aerasi)
 Muatan peti kemas juga tidak boleh dicampur (ditambah) dengan muatan
lainnya yang belum difumigasi.
 Pemilik komoditi harus memastikan bahwa penanggung jawab alat angkut
memahami hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya re-
infestasi serangga terhadap komoditi yang telah difumigasi selama
pengangkutan serta akibat yang dapat ditimbulkannya. Bila perlu, cantumkan
hal ini dalam kontrak pengangkutan.
Untuk komoditi yang akan disimpan dalam waktu cukup lama dalam gudang :
 Beri saran kepada pemilik komoditi agar memperhatikan kondisi dan
sanitasi gudang dimana komoditi tersebut akan disimpan.
 Gudang harus selalu dalam keadaan bersih, kering dan sejuk.

 Sebelum digunakan gudang sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu dari


barang-barang atau kotoran yang dapat menjadi sumber infestasi baru.
 Lakukan penyemprotan dengan pestisida yang persisten terhadap seluruh
ruangan gedung untuk mengendalikan hama yang mungkin terdapat di
dalamnya serta mencegah re-infestasi.

ANTIBUG 42
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

 Sedapat mungkin jangan menempatkan komoditi yang belum difumigasi


dalam satu gudang yang sama dengan komoditi yang telah difumigasi karena
hal ini mempersulit pencegahan re-infestasi, khususnya jenis-jenis serangga
yang mobilitasnya tinggi. Bila hal ini sulit untuk dilakukan, upayakan ada jarak
yang cukup dan pembatas yang memadai untuk mengurangi terjadinya
kontaminasi silang (cross contamination) diantara komoditi-komoditi
tersebut.
 Pemeriksaan secara rutin harus selalu dilakukan terhadap komoditi yang
disimpan secara tercampur dalam satu gudang.

4. Pencatatan

Semua kegiatan yang telah dilaksanakan harus dicatat dengan baik untuk
keperluan pemeriksaan dan atau penelusuran kembali apabila diperlukan.
Salinan dari setiap dokumen yang diterbitkan harus dilampirkan pada catatan
tersebut. Semua catatan dan dokumen-dokumen tersebut harus disimpan paling
tidak selama 2 tahun oleh para fumigator. Contoh lembaran catatan fumigasi
dapat dilihat pada Lampiran 10 dan check list prosedur pelaksanaan fumigasi
dapat dilihat pada Lampiran 11.

5. Pengisian Personal Log Book


Setiap personil yang terlibat dalam fumigasi harus memiliki Personal Log
Book sendiri-sendiri. Personal Log Book penting untuk keperluan medis dalam

rangka monitoring kesehatan personil yang terlibat dalam kegiatan fumigasi.


Contoh personal log book dapat dilihat pada Lampiran 12.

E. Keselamatan Kerja dan Pertolongan Pertama


1. Keselamatan Kerja

ANTIBUG 43
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

Personil Fumigasi
Fumigasi ruangan sampai dengan 1.000 m 3 harus dilakukan oleh tim yang
beranggotakan paling sedikit 2 orang personil. Untuk setiap penambahan volume
sebesar 500 m3 diperkirakan diperlukan tambahan 1 orang personil.

Proteksi Pernafasan
Personil yang melaksanakan fumigasi harus diberi alat proteksi
pernafasan yang memadai, berupa masker dengan canister yang sesuai untuk
Metil Bromida atau tabung oksigen.
Batas maksimum canister untuk menyerap Metil Bromida dari udara yaitu
sebesar 0.5% volume udara (5.000 ppm). Canister dapat digunakan sampai 10
kali pemakaian asalkan selalu dilepas dari masker setiap habis digunakan dan
ditutup pada waktu tidak digunakan sepanjang masa berlakunya belum habis.
Sebelum dipakai masker harus diperiksa kekedapannya. Canister dan masker
tidak boleh ditukar pakaikan dengan personil lain. Penyimpanan canister harus
terpisah dari masker juga dari fumigan.

Pakaian Kerja
Personil fumigasi harus menggunakan wearpack berlengan panjang yang
terkancing sampai leher pada waktu melaksanakan fumigasi. Pakaian harus
berwarna terang dan sebaiknya diberi pita pendar (fluorescence) pada bagian
punggung dan dada. Pakaian harus seluruhnya terbuat dari kapas (cotton).
Perlengkapan pakaian kerja termasuk juga helmet, sepatu dan sarung
tangan. Sepatu harus terbuat dari kulit, berlaras panjang, dan memiliki pelindung

yang keras (biasanya terbuat dari logam) pada bagian depannya. Sebaiknya
gunakan sepatu tanpa tali pengikat sehingga mudah dilepas apabila tercemar.
Sarung tangan juga harus terbuat dari kulit atau kapas (cotton) yang kuat
sehingga tidak mudah robek.

ANTIBUG 44
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

Medical Warning Badge


Personil fumigasi harus menggunakan Medical Warning Badge (Tanda
Peringatan Medis) yang dikalungkan di leher dengan bentuk seperti contoh pada
Lampiran 13. Tanda ini dimaksudkan untuk memberi informasi kepada dokter
bahwa pasien adalah korban keracunan Metil Bromida sehingga dokter dapat
segera menentukan tindakan medis yang sesuai untuk menolong korban.

2. Gejala Keracunan Metil Bromida

Keracunan Metil Bromida dapat terjadi melalui saluran pernafasan atau kulit.
Gejala keracunan Metil Bromida dapat berupa :
 Iritasi pada mata
 Rasa sakit kepala
 Sakit perut/ diare
 Sempoyongan/ vertigo
 Kelainan sensasi pada kaki
 Rasa mual
 Sulit memfokuskan mata
 Pembicaraan tidak jelas (ngelantur)
 Menggigil/ gemetar
 Eksposa pada konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan korban
langsung tidak sadarkan diri.

 Kontak dengan cairan fumigan atau gas dalam konsentrasi tinggi


dapat mengakibatkan kulit melepuh. Lepuh biasanya besar, dikelilingi oleh
daerah yang merah dan membengkak.

ANTIBUG 45
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

Pertolongan pertama
Segera panggil bantuan medis apabila terjadi keracunan. Sambil
menunggu, pertolongan pertama yang dapat dilakukan terhadap korban adalah :
 Bawa korban ke tempat sejuk dan bersih udaranya, lalu baringkan.
Waspadai ada anggota badan yang patah atau terkilir.
 Longgarkan pakaian, lepas sepatu, jam tangan, sarung tangan dan
masker.
 Bila korban menggigil, selimuti dengan selimut.
 Bila nafas korban terhenti, beri pernafasan buatan.
 Bila denyut nadi terhenti, lakukan cardiac massage.

Bila terjadi kontaminasi pada kulit, lakukan hal-hal berikut :


 Lepaskan pakaian yang tercemar, termasuk sarung tangan dan jam
tangan.
 Basuh kulit yang tercemar dengan air yang mengalir (air ledeng) secara
terus menerus (paling tidak 15 menit).
 Bawa segera korban ke dokter terdekat.

Bila terjadi kontaminasi pada mata :


 Pegang selaput mata agar tetap terbuka dan basuh dengan air bersih
secara perlahan-lahan.
 Terus membasuh sampai datangnya bantuan medis.
 Jangan menggunakan bahan kimia karena dapat menambah luka/ iritasi
pada mata.

F. Penanganan Metil Bromida

ANTIBUG 46
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

1. Penyimpanan

Persediaan (stock) Metil Bromida harus disimpan di tempat yang kering,


berventilasi baik dan jauh dari tempat kerja. Gudang harus selalu dalam keadaan
terkunci dan kunci gudang dipegang oleh orang yang bertanggung jawab atas
penyimpanan stock.
Tutup (cap) tabung silinder Metil Bromida harus selalu berada dalam
posisinya dan dalam keadaan terkunci selama penyimpanan. Lakukan
pemeriksaan stock minimal sebulan sekali. Kaleng yang berkarat dan
menunjukkan tanda-tanda kebocoran harus segera dipindahkan dari gudang dan
isinya dianginkan di udara terbuka di suatu tempat yang aman.

2. Pengangkutan Metil Bromida

Lakukan pengangkutan dengan kendaraan berventilasi baik. Tempatkan Metil


Bromida terpisah dengan penumpang, sebaiknya gunakan mobil bak terbuka.
Tabung harus diikat untuk menahan guncangan. Untuk mengangkat/
memindahkan tabung, gunakan selalu troli.

G. Deaktifasi Fumigan Phospin


 Kumpulkan sisa-sisa fumigan/ debu ke dalam wadah yang
terbuka.
 Tebarkan debu tersebut di lapangan atau kebun.
 Atau masukkan debu tersebut ke dalam
air sedikit demi sedikit sambil diaduk.
 Apabila menggunakan AIP, campurkan detergen
ke dalam air sebelum mencampurkannya
dengan debu fumigan (cara kering).
 Tebarkan larutan tersebut pada lapangan rumput atau kebun.

ANTIBUG 47
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

ANTIBUG 48
Pengendalian Hama dengan Cara Fumigasi

ANTIBUG 49

Anda mungkin juga menyukai