Anda di halaman 1dari 7

METODE GWT DAN STP I

Pendahuluan
Pelaksanaan pekerjaan STP ini sangat serupa dengan pelaksanaan GWT yaitu dengan
memperhatikan hal-hal yang terjadi pada GWT maka diharapkan akan mendapatkan hasil maksimal.
Ada beberapa poin yang menjadi pertimbangan utama dalam pelaksanaan STP ini diantaranya
adalah sebagai berikut :

 Waktu
Segi waktu ini sangat menentukan karena kodisi cuaca yang sudah memasuki musim hujan
dan sudah ditunggu oleh pekerjaan mekanikal elektrikal ke depannya. Target penyelesaian
adalah 50 hari kalender dengan target awal akan mulai galian tanggal 5 September 2013.
Jadi dipilih pekerjaan yang membutuhkan waktu yang tersingkat
 Biaya
Akan diusahakan metode yang dipilih merupakan yang membutuhkan biaya termurah
dengan dengan tetap mengacu terhadap mutu pekerjaan
 Mutu
Selain dua hal di atas maka mutu akan menjadi perhatian utama. Selain mutu yang telah
ditetapkan oleh konsultan perencana sudah selayaknya sebagai bangunan sub ground harus
mampu menahan tekanan air maupun tanah, dan untuk atapnya harus mampu menahan
beban yang akan melintas di atasnya.
 Keamanan
Keamanan saat pelaksaan akan menjadi perhatian penting lainnya untuk menghindari resiko
fatal yang mungkin terjadi. Akan digunakan pendekatan keamanan dari HSE sebagai acuan
standar dan targetnya adalah tidak terjadi kecelakaan kerja.

Adapun setelah melakukan persiapan dengan melakukan pertimbangan terhadap empat hal di atas
maka dapat ditentukan langkah berikutnya. Langkah-langkah sebagai tahapan pekerjaan yang
diperlukan adalah sebagai berikut :

1. Pengukuran dan Pemasangan Patok batas galian


Galian harus memperhatikan posisi pasti STP terhadap bangunan, terhadap pagar, terhadap
arah depan maupun arah belakang bangunan. Hal ini diperlukan untuk menghindari
kesalahan karena akan digunakan untuk penempatan Bio Tank maupun pemasangan pipa-
pipa. Dengan menempatkan secara tepat maka akan meminimalkan resiko saat pemasangan
bio tank maupun pemipaannya. Dikhawatirkan apabila pekerjaan kurang memperhatikan hal
tersebut akan menimbulkan resiko pada pekerjaan bio tank dan pemipaan.
Selain itu juga harus memperhatikan elevasi terhadap bangunan karena akan bersinggungan
dengan instalasi pembuangan dari bangunan. Akan dibuat patok as galian dan akan
digunakan tali atau benang sebagai alat memantau kelurusan dan kedalaman hasil galian.
Untuk menentukan batas-batas yang akan menjadi acuan posisi STP maka akan dibuat tes pit
mencari posisi pancang terlebih dahulu.

2. Galian Tanah Tepi


Galian ini disiapkan untuk pemasangan dinding penahan tanah. Jadi penggalian dilakukan
disebelah luar dinding STP. Mengingat kondisi tanah yang sangat tidak menguntungkan
maka harus dilakukan secepat mungkin agar meminimalkan kemungkinan tanah runtuh yang
berakibat fatal terhadap Jalan Estika maupun pekerja yang berada di dalam galian ketika
memasang dinding batu kali. Galian akan dilakukan selebar bucket Excavator PC-40 yaitu ±50
cm dengan kemiringan sebesar 70º. Tanah hasil galian akan ditempatkan di arah belakang
area dengan puncaknya harus diratakan agar mengurangi resiko runtuh.
Sequence pelaksanaan galian adalah sebagai berikut :
 Sisi Jalan Estika
Hal ini dilakukan untuk sebagai antisipasi terhadap kondisi lahan yang terbatas
dengan arah mundur ke belakang sebagai penempatan tanah hasil galian sehingga
tidak mengganggu pekerjaan pemotongan dan pembengkokan besi yang berada di
arah depannya.
 Sisi arah depan bangunan
Sisi ini harus dilakukan segera agar member batas jelas terhadap batas pekerjaan
fabrikasi besi di depannya. Dan harus dilakukan secapatnya agar terhindar dari
resiko tanah runtuh akibat kondisinya sangat labil. Dan sebagai penguat dinding
penahan sisi jalan estika.
 Sisi arah belakang bangunan
Idem
 Sisi tepi bangunan
Sisi ini menjadi tahapan terakhir sebagai akibat dari keterbatasan lahan dan
memang merupakan sisi yang paling stabil dikarenakan sudah terdapat bangunan
sebagai penahan hempasan air hujan langsung ke permukaan tanah.

3. Pemasangan Dinding penahan tanah


Diperlukan kecepatan yang tinggi dalam pelaksanaan pemasangan dinding penahan tanah
ini dikarenakan kondsi lapisan tanah yang sangat labil. Dinding penahan tanah ini akan
dibuat selebar 40cm sisi bawahnya, 20 cm sisi atasnya dan tinggi cukup 2.00 m.
Diharapkan dengan ketinggian hanya 2.00 m pemasangan ini akan dapat dilakukan maksimal
2 hari setiap sisinya sehingga resiko yang mungkin terjadi sangat minim. Dinding penahan
tanah ini akan digunakan sebagai bekisting dinding sebelah luar sehingga harus dibuat rata
pada sisi bagian dalamnya dan dipasang rapih.
4. Galian Tengah
Galian ini dilakukan terakhir sebagai penyelesaian galian dan ketika lokasi sudah dikelilingi
oleh pasangan batu sebagai penahan tanahnya.

5. Perapihan
Perapihan dilakukan saat galian telah mencapai elevasi yang dibutuhkan sesuai desain untuk
kemudian akan dilakukan pengecoran lantai dasar

6. Lantai Dasar
Lantai dasar akan digelar di atas tanah yang telah selesai digali sesuai elevasi yang
disyaratkan pada gambar dengan perapihan galian terlebih dahulu. Ketebalan minimal
adalah 5 cm dan akan dilihat kemungkinan lainnya yaitu apabila kondisi tanah dasar sangat
buruk tidak menutup kemungkinan dilakukan penstabilan tanah dasar dengan penambahan
ketebalan semisal menjadi 10 cm

7. Pembesian
Pembesian dibagi menjadi dua tahapan utama yaitu fabrikasi dan instalasi.
Fabrikasi dapat dilakukan dilokasi proyek sehingga tidak diperlukan handling material yang
akan sangat menyita waktu. Juga pemilihan lokasi ini karena pembesian yang diperlukan
termasuk pembesian sederhana yang artinya proses pemasangannya akan dapat
dilaksanakan dengan cepat.
Instalasi dilakukan di atas lantai dasar sesuai batasan yang diberikan oleh pihak surveyor.
Instalasi diharapkan dapat dilaksanakan dengan cepat yaitu paling lambat 2 hari. Instalasi
besi beton akan dimulai pembesian slab dengan stek sambungan pembesian dinding sesuai
ketentuan yang berlaku.

8. Bekisting
Bekisting slab tidak diperlukan. Bekisting awal yang diperlukan adalah bekisting
tekukansebagai dasar dinding untuk menghindari pertemuan beton yang rawan terhadap
kebocoran sambungan slab dan dinding. Sebagai bekisiting dinding sebelah luar
menggunakan pasangan batu jadi hanya diperlukan vekisting dinding bagian dalam.

9. Pemasangan Waterstop
Pemasangan waterstop diletakkan pada posisi sambungan beton baik dinding maupun slab
yang berada pada elevasi di bawah permukaan air tanah. Untuk pekerjaan dinding
kemungkinan akan dilakukan 2 kali pengecoran dengan elevasi awal +0.20 m terhadap
permukaan atas beton slab lantai, kemudian dilanjutkan pada elevasi permukaan bawah slab
atas.

10. Pemasangan Angkur


Pemasangan angkur sesuai dengan posisi yang direncanakan pada gambar dan akan
digunakan sebagai pengikat Bio fill.

11. Pengecoran
Pengecoran dimualai dari pengecoran lantai kerja setebal 5 cm kemudian pengecoran slab
dengan tekukan dinding setinggi 20 cm yang berguna sebagai tempat pemasangan
waterstop dan untuk menghindari sambungan beton pada pertemuan beton slab dan
dinding sehingga menurangi resiko kebocoran pada dari arah bawah dengan asumsi beton
monolit akan sulit ditembus oleh air.

12. Aspek K3 (Job Safety Analysis – Analisa Keselamatan Terhadap Pekerjaan)


Pekerjaan ini termasuk pekerjaan berisiko dengan kategori Pekerjaan di kedalaman dan
dalam galian.
Adapun kemungkinan bahaya yang dihadapi adalah sebagai berikut :
1. Bahaya Tergaruk Alat atau tersambar atau terpukul Alat berat (PC-40)
2. Bahaya menggaruk utilitas eksisting saat penggalian
3. Bahaya terkena alat penggali manual (cangkul, sekop, dll)
4. Bahaya terperosok
5. Bahaya tertimbun longsoran
6. Bahaya tertimpa
7. Bahaya tertusuk

Untuk mengantisipasi segala bahaya tersebut maka harus dilakukan pencegahan atau
penanganan seperti hal nya berikut ini :
1. Untuk menghindari bahaya orang atau pekerja tergaruk atau tersambar atau terpukul
oleh alat berat maka perlu diperhatikan :
 Posisi orang terhadap alat berat
 Adanya pengkomando atau yang bertugas sebagai pemandu alat
 Dibuat batas-batas area kerja yang jelas
 Dipasang rambu-rambu tentang adanya alat berat yang bekerja dan orang dilarang
melintas didekatnya
 Kemahiran operator alat berat
 Pengecekan alat dapat beroperasi dengan baik atau dalam kondisi sehat
2. Untuk menghindari alat menggaruk utilitas
 Dilakukan tes pit manual dengan tenaga manusia berperalatan cangkul dan sekop
 Diperhatikan dan dipelajari secara hati-hati setiap proses lapis penggalian dengan
bantuan asisten operator atau pemberi aba-aba

3. Untuk menghindari terkena alat penggali manual


 Kemahiran pekerja dalam pemakaian alat
 Kondisi pekerja saat bekerja harus dalam kondisi fit
 Luasan cakupan ayunan maupun sisinya harus mencukupi
 Tempat berdiri yang stabil untuk menghindari pekerja mudah terjatuh

4. Bahaya Terperosok
 Area kerja dibatasi oleh Barricade Line
 Dipasang papan pengumuman sedang ada pekerjaan galian dilarang melintas
 Dipasang hand railing
 Dipasang papan jembatan untuk melintas galian seandainya dibutuhkan
 Dipasang penerangan yang cukup saat malam hari
METODE GWT DAN STP II
METODE KERJA STP-GWT
1. Pembersihan Lahan
Pembersihan lahan untuk area STP dan GWT dilakukan dengan tenaga manusia
serta bantuan alat berat. Penentuan lokasi STP-GWT sudah direncanakan oleh
perencana struktur.

2. Penentuan Elevasi
Pengukuran untuk menentukan garis senterlet / elevasi suatu bangunan berdasarkan
gambar yang telah dibuat. Pengukuran dilakukan oleh tim surveyor dengan
menggunakan alat-alat pengukuran tanah, seperti : Theodolit, Waterpass serta alat
pelengkap lainnya (tripod, baak ukur, waterpass tangan, meteran, sipatan dan unting-
unting).

3. Penggalian
Penggalian awal dilakukan sesuai arahan dari supervisor dengan bantuan alat berat
berupa Excavator. Jika daerah yang digali memiliki muka air yang tinggi maka harus
disiapkan pompa untuk menyedot air tanah keluar dari dalam galian. Selain itu di buat
juga saringan dari drum besi yang di lubangi agar batu dan lumpur tidak ikut tersedot,
sehingga pompa tidak cepat rusak.
Pada saat penggalian hal yang perlu diperhatikan adalah keamanan pekerja. Pekerja
galian wajib memakai alat pelindungdiri (APD) guna melindungi mereka dari
kecelakaan galian seperti helm, sepatu boot dan rompi.
Proses melakukan galian tentu saja beresiko akan terjadi longsor tanah bekas galian
dan air dari dalam tanah, sehingga dilakukan perkuatan pada dinding galian dengan
menancapkan kayu dolken, sebelum akhirnya digantikandenganbesidanbatu kali yang
lebihkuatuntukmencegahlongsor.Berikutiniadalahbeberapafaktor yang
menyebabkangalianlongsor:
1. Jenis Tanah
2. Letak muka air tanah
3. Getaran / Vibration
4. Beban tambahan / Surcharge
5. Lokasi galian lama
6. Pondasi bangunan yang sudah terpasang
7. Cuaca / Faktor Alam
Hal-hal yang harusdiperhatikanuntukmencegahlongsor:

1. Membuat terasering pada bibir galian


2. Tempatkan tanah galian sehingga air hujan tidak tergenang disekeliling lokasi
galian
3. Tempatkan tanah galian dengan jarak yang memadai dari lokasi galian, untuk
galian yang dalam tempatkan tanah galian lebih jauh.

Berdasarkanfaktor-faktordiatasmaka, tanahbekasgalian di keluarkanatau di


buangdarilokasiproyek menggunakan mobil truck. Mobil truck yang
membawatanahgalianmampumenampung sebanyak24 kubik ton per trucktanpatanah
yang dipadatkan.

4. Pembobokan Tiang Pancang


Pembobokan tiang pancang dilakukan sesuai dengan elevasi yang telah ditentukan,
setiap tiang pancang memiliki elevasipembobokanyang berbeda-
bedatergantungpadagambar yang telah dibuat. Teknik pembobokannya dengan cara
menghancurkan batu beton dan menyisahkan tulangan baja sesuai ketinggian yang
diperlukan. Pembobokan ini dilakukan oleh tenaga manusia dan menggunakan
bantuan alat seperti palu dan pasak.
5. Urugan
Urugan tanah kembali dilakukan untuk merapihkan galian tanah awal, sebagai
langkah persiapan pemasangan bekisting. Urugandilakukanuntuk mencapai elevasi
pemasangan bekisting yang telah ditentukan dengan menggunakan tanah bekas galian
dan pasir.Urugan dilakukan dengan tenaga manusia.

6. Screed Lantai
Screed lantai dibuat precast dengan ukuran 40 cm x 100 cm. Fungsi screed lantai
adalah untuk menghindari menyatunya tanah dengan balok (sebagai bekisting
balok)danuntuklantaikerjabagi para pekerja.

7. Pembesian Pilecap, Balok dan Plat


Setelah bekisting siap, dilakukan pembesian pilecap, balok dan plat.
Pengukurandanpembengkokanbesidilakukan di
fabrikasibesisementaraperakitanpembesian dilakukanolehpekerja di
lokasidenganmenggunakankawatbendratdanalatpotongkawat.

8. Ceklist Pembesian
Ceklist pembesian dilakukan untuk mendapatkan perijinan untuk pengecoran,
dilakukan oleh pelaksana dan konsultan yang ditunjuk oleh owner.
Ceklistpembesianbertujuanuntukmengetahuiapakahpembesiansudahsiapdanlayakuntu
k di corataubelum. Ceklistpembesianberdasarkan denganjumlahtulangan,
dimensitulangan, sertakesesuaianbentukgambarrencanadan di lapanganataulokasi.

9. Pengecoran
Setelah perijinan diperoleh, maka langkah selanjutnya dilakukan pengecoran dengan
material readymix yang disetujui oleh pihak owner/konsultan sesuai spesifikasi yang
diinginkan. Pengecoran dilakukan dengan cara bertahap menggunakan concrete
pumpatau concrete bucket dengan bantuan TC dan tenaga manusia.

10. Perawatan Beton


Setelah pengecoran selesai ± 6 jam, harus dilakukan perawatan beton untuk
menstabilkan fungsi beton. Perawatan dilakukan dengan menyiram beton dengan air.

Anda mungkin juga menyukai