Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

INTERPRETASI CITRA SATELIT DAN RADAR CUACA


ANALISA HUBUNGAN SUHU PUNCAK AWAN DENGAN CURAH
HUJAN

ALEXANDER EGGY CHRISTIAN PANDIANGAN


21.13.0003
KLIMATOLOGI V

SEKOLAH TINGGI METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN


GEOFISIKA
2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karangploso merupakan sebuah kecamatan di kabupaten Malang, provinsi Jawa Timur,


Indonesia. Lokasinya terletak di sebelah barat laut kota Malang. BMKG memiliki salah satu UPT
di Karangploso yaitu Stasiun Klimatologi Karangploso, yang mana salah satu tupoksinya untuk
mengamati curah hujan.

Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar,
tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) milimeter artinya
dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu
milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. Intensitas hujan adalah banyaknya curah
hujan persatuan jangka waktu tertentu misalnya millimeter/jam. Hujan merupakan satu bentuk
presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan
hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang
terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena
sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut sebagai virga.

Satelit merupakan benda yang mengorbit benda lain dengan periode revolusi atau rotasi
tertentu, terdapat dua jenis satelit yaitu satelit alam dan buatan. Salah satu contoh satelit
buatan ialah satelit cuaca. Satelit cuaca adalah sejenis satelit buatan yang digunakan untuk
mengamati cuaca dan iklim bumi seperti mengidentifikasi jenis awan, arah dan kecepatan
angin, tracking siklon tropis, suhu permukaan laut, keadaan atmosfer, estimasi curah hujan, dan
lain-lain. Hasil pengamatan ini ditampilkan dalam bentuk citra. Citra satelit cuaca yang
diperoleh umumnya menggunakan kanal Infra Red (IR) dan Visible (VS). Citra IR memberikan
gambaran awan dari berdasarkan fluks pantulan radiasi inframerah dari suhu puncaknya
sedangankan citra VS memberikan gambaran berdasarkan tingkat reflektifitas albedonya. Citra
yang digunakan BMKG yaitu MTSAT dan HIMAWARI dalam pengamatan awannya.
Dalam pengamatan curah hujan umumnya menggunakan penakar hujan yang
konvensional namun penakar hujan ini tidak terdapat pada semua wilayah, sehingga akan sulit
untuk menentukan curah hujan di wilayah yang tidak ada stasiun pengamatannya. Untuk itu
dikembangkanlah estimasi curah hujan menggunakan citra satelit. Metode estimasi curah hujan
ini disebut metode Auto Estimator, yaitu mengestimasikan curah hujan menggunakan suhu
puncak awan yang diperoleh dari citra satelit Himawari-8 kanal IR-1. Menurut metode Auto
Estimator bahwa awan-awan dengan puncak awan bersuhu rendah akan menghasilkan curah
hujan yang lebih besar dibandingkan dengan awan-awan yang puncaknya bersuhu lebih hangat.
Oleh sebab itu pada praktik ini kita akan melihat hubungan antara suhu puncak awan dari citra
Himawari dengan curah aktual dari stasiun observasi, yaitu stasiun klimatologi Karangploso
Malang.

1.2 Tujuan

Tujuan dari Praktikum Interpretasi Citra Satelit dan Radar, analisis hubungan curah
hujan dan suhu puncak awan ini antara lain :

 Taruna mengetahui cara mendapatkan data suhu puncak awan dengan citra satelit
 Taruna mengetahui hubungan suhu puncak awan dengan curah hujan aktual

1.3 Manfaat

Terdapat beberapa manfaat dengan melakukan analisis hubungan curah hujan dengan
suhu puncak awan :

 Mengetahui apakah metode Auto Estimator nantinya akan dapat digunakan pada suatu
daerah dalam hal ini Karangploso dan sekitarnya
 Mengetahui hubungan suhu puncak awan dengan curah hujan aktual yang terjadi
BAB II

ALAT DAN BAHAN

Pada Praktikum Interpretasi Citra Satelit Dan Radar analisa hubungan curah hujan
dengan suhu puncak awan ini, terdapat beberapa alat dan bahan yang digunakan. Alat dan
Bahan ini diperlukan agar mempermudah dan mempercepat dalam prosesnya. Alat dan Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya :

 Alat
 Personal Computer (PC) atau Laptop : Toshiba Satellite L745-EZ1411D
 Sosftware spreadsheet : Ms. Excel
 Bahasa pemrograman : R
 Software FTP (File Transfer Protocol) Client : Filezilla
 Bahan
Data curah hujan aktual stasiun Klimatologi Karangploso tiap jam selama 24 jam pada
tanggal 26 Oktober 2016, 02 Desember 2016, 09 Desember 2016
Citra Satelit
 IR-1 Himawari berformat .nc tiap jam pada tanggal 26 Oktober 2016, 02 Desember 2016,
09 Desember 2016 masing-masing selama 24 jam
 IR-1 HMW-8 dan data Calibrasinya tiap jam pada tanggal 26 Oktober 2016, 02 Desember
2016, 09 Desember 2016 masing-masing selama 24 jam dari situs
http://weather.is.kochi-u.ac.jp/sat/GAME/2016/ untuk file pgmnya dan
http://weather.is.kochi-u.ac.jp/sat/CAL/2016/ untuk file calibrasinya.
Bahan citra IR-1 HMW-8 bersifat opsional artinya jika data citra IR-1 Himawari berformat
.nc sudah lengkap tiap jamnya maka data citra IR-1 HMW-8 tidak diperlukan.
BAB III

METODE

Untuk mendapatkan nilai suhu puncak awan dari citra satelit MTSAT ada beberapa
langkah yang digunakan. Selain itu jika data citra MTSAT tidak lengkap maka kita juga harus
membuat citra MTSAT sendiri dari data citra HMW-8. Dalam proses nya ada langkah-langkah
yang harus dilalui, berikut adalah langkah-langkahnya :

 Instal Bahasa pemrograman R di PC serta packgenya yaitu raster, rgdal, dan ncdf4.
Bahasa pemrograman R merupakan Bahasa pemrograman yang bersifat freeware, bisa
didownload di https://cran.r-project.org/ . Setelah diinstal pilih Packages >> Install
package (s) (pastikan terhubung internet) >> HTTP mirrors >> pilih servernya terserah,
penulis memilih USA (CA 1) >> Lalu pilih packagenya : raster, rgdal, ncdf4.

 Download citra Himawari 8 berformat .nc tiap jam pada tanggal 26 Oktober 2016, 02
Desember 2016, 09 Desember 2016 selama 24 jam menggunakan software FTP Client
Filezilla. Portnya isikan: ftp://202.90.199.115 , user isikan: user_himawari_netcdf ,
password : cirrus. Download yang kanal IR-1.
 Jika ada data yang kosong misal pada tanggal 02 Desember 2016 jam 02.00 UTC maka
kita download datanya dari situs kochi http://weather.is.kochi-u.ac.jp/sat/GAME/2016/
untuk file pgmnya dan http://weather.is.kochi-u.ac.jp/sat/CAL/2016/ untuk file
calibrasinya. Lalu taruh di suatu folder dan di ekstrak. Lalu taruh di folder yang sama
data nc yang sudah ada (yang didownload dari filezilla), misal MTS_IR_201612020100.nc
sebagai sampelnya. Lalu kita buat data nc nya untuk yang jam 02.00 UTC dengan
menggunakan aplikasi R. Kita buat skripnya lalu kita ganti script pada alamat folder,
nama file nc sampel dan tanggal file nc baru yang akan kita buat.
 Untuk jalankan scriptnya tekan ctrl+a lalu ctrl+r. Buat semua data nc yang kosong
dengan cara di atas.

 Jika semua data nc sudah ada, maka kumpulkan data nc tiap tanggalnya (tiap jam
selama 24 jam) masing-masing dalam 1 folder misal folder 20161026 untuk tanggal 26
Oktober 2016, folder 20161202 untuk tanggal 02 Desember 2016 dan folder 20161209
untuk tanggal 09 Desember 2016.

 Lalu kita dapatkan data suhu puncak awannya dengan menggunakan aplikasi R untuk
koordinat stasiun Klimatologi Karangploso Malang, -7.901117, 112.597553. Buat
scriptnya lalu jalankan di aplikasi R. Nanti pada scriptnya kita ganti pada bagian
koordinat dan pada bagian alamat folder nya. Nanti hasilnya akan tampil pada tiap
foldernya dalam format .txt yang menyatakan suhu puncak (dalam Kelvin) awan tiap
jamnya pada koordinat yang diinginkan (stasiun Klimatologi Karangploso).

 Setelah data puncak awan dalam format .txt kita dapat, maka kita pindahkan ke Ms.
Excel untuk kita buat grafik antara suhu puncak awan dan data curah hujan tiap jam
aktual hasil observasi stasiun klimatologi Malang.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Suhu Puncak Awan dan Curah Hujan Karangploso tanggal 26 Oktober 2016

Pada tanggal 26 Oktober 2016 tidak terjadi hujan dapat dilihat dari hasil pengamatan
Stasiun Klimatologi Karangploso Malang yang tidak menunjukkan adanya curah hujan setiap
jam pengamatannya. Untuk Suhu Puncak Awan (SPA) terdapat 4 lokasi yang berjarak sekitar
0.02 derajat dari titik koordinat stasiun Klimatologi Karangploso (-7.901117, 112.597553), nilai
SPA nya adalah sebagai berikut
4.2 Suhu Puncak Awan dan Curah Hujan Karangploso tanggal 02 Desember 2016

Pada tanggal 02 Desember 2016 terjadi hujan pada pukul 08.00 UTC – 10.00 UTC dapat
dilihat dari hasil pengamatan Stasiun Klimatologi Karangploso Malang yang menunjukkan
adanya curah hujan pada jam-jam pengamatan itu. Untuk Suhu Puncak Awan (SPA) terdapat 4
lokasi yang berjarak sekitar 0.02 derajat dari titik koordinat stasiun klimatologi Karangploso (-
7.901117, 112.597553), nilai SPA nya adalah sebagai berikut

Untuk SPA pada waktu terjadinya hujan terjadi bukan pada SPA minimum namun tidak
berjarak terlalu jauh dari SPA minimum, nilai SPA pada jam-jam terjadinya hujan dapat dilihat
pada tabel berikut.
4.3 Suhu Puncak Awan dan Curah Hujan Karangploso tanggal 09 Desember 2016

Pada tanggal 09 Desember 2016 terjadi hujan pada pukul 05-06 UTC dan pada pukul
08.00 UTC – 20.00 UTC dapat dilihat dari hasil pengamatan Stasiun Klimatologi Karangploso
Malang yang menunjukkan adanya curah hujan pada jam-jam pengamatan itu. Untuk Suhu
Puncak Awan (SPA) terdapat 4 lokasi yang berjarak sekitar 0.02 derajat dari titik koordinat
stasiun klimatologi Karangploso (-7.901117, 112.597553), nilai SPA nya adalah sebagai berikut
Untuk SPA pada waktu terjadinya hujan terjadi bukan pada SPA minimum, nilai SPA
pada jam-jam terjadinya hujan dapat dilihat pada tabel berikut.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan Suhu Puncak Awan (SPA) yang diketahui dan data curah hujan Stasiun
Klimatologi Karangploso Malang, dapat dilihat bahwa pada tanggal 26 Oktober 2016 tidak
terjadi hujan meski SPA minimum berada pada 199 – 202 K, padahal untuk SPA yang lebih tinggi
dari itu pada dua tanggal lain yaitu 02 Desember 2016 dan 09 Desember 2016 terjadi hujan.

Pada tanggal 02 Desember 2016 untuk SPA minimum terjadi hujan namun hanya 0.2
mm pada pukul 09-10 UTC, sedangkan CH 4.5 mm terjadi justru bukan pada SPA minimum yaitu
pada pukul 08-09 UTC.

Pada tanggal 09 Desember 2016 untuk SPA minimum terjadi hujan 0.4 mm pada pukul
17-18 UTC, sedangkan untuk SPA maksimum justru curah hujannya lebih tinggi yaitu 6.7 mm
(11-12 UTC) dan 12.9 mm (09-10 UTC). Curah Hujan tertinggi terukur 15.5 mm pada pukul 12-
13 UTC.

Menurut metode Auto Estimator bahwa awan-awan dengan puncak awan bersuhu
rendah akan menghasilkan curah hujan yang lebih besar dibandingkan dengan awan-awan yang
puncaknya bersuhu lebih hangat. Namun dari hasil praktik di atas ternyata tidak persis
demikian. Ini mungkin terjadi karena beberapa faktor, seperti 4 lokasi titik SPA sekitar koordinat
stasiun klimatologi Karangploso yang berjarak sekitar 0.02 derajat dari koordinat stasiun
Karangploso yang mana jarak itu cukup jauh sehingga SPA aktual di lokasi koordinat stasiun
Klimatologi Karangploso Malang sudah cukup berbeda dengan ke-empat titik itu. Selain itu
faktor lain nya yakni bahwa SPA yang diukur itu tiap jam dan curah hujan yang diukur
merupakan akumulasi tiap 1 jam, padahal selama 1 jam itu ada menit-menit di mana curah
hujan jatuh sangat tinggi, sehingga SPA yang didapat ini tidak menunjukkan nilai SPA saat
menit-menit curah hujan sangat tinggi terjadi.
5.2 Saran

Untuk praktik analisa hubunga curah hujan dengan Suhu Puncak Awan (SPA) akan lebih
baik jika menggunakan data nc yang tiap 10 menitan dan dibandingkan dengan curah hujan dari
data penakar hujan hellman karena pada pias hellman tercatat data tiap 10 menit nya. Selain
itu jua 4 titik sekitar titik stasiun penakar mungkin dapat lebih dipersempit agar dapat mewakili
lokasi penakar sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai