Anda di halaman 1dari 28

GAMETOGENESIS

OOGENESIS
SPERMATOGENESIS

DR. IR. I KETUT SUKADA,M.Si

LABORATORIUM REPRODUKSI
FAKULTAS PETERNAKKAN
UNIVERSITAS UDAYANA
KATA PENGANTARA

Diktat ajar ini merupakan ilmupengetahuan reproduksi mengenai pristiwa gameto genesis
yaitu spermatogenesisi dan oogenesis, yang merupakan bahan kuliah yang diambil dan disusun
dari bebarapa literature tentang reproduksi pada hewan atau ternak

Hasil dari tinjauan kepustakaan ini juga disajikan atau dibuat dalam bentuk power point,
guna untk menyederhanakan dan mempersingkat secara cepat pemahaman mahasiswa Faultas
Peternakan Universitas Udayana tentang ilmu pengetahuan ini.

Penulisan diktat ini tentu hanyalah secuil bagian dari ilmureproduksi ternak yang sangat
luas. Namun pemahaman mahasiswa akan menjadi lebih luas dan komprehensip setelah beberapa
diktat reproduksi yang lainya dirangkum semuanya menjadi satu sesuai dengan satuan kredit
semester yang diperlukan oleh mahasiswa.

Pembuatan bahan ajar ini sudah tentu masih memerlukan penyempurnaan dari waktu
kewaktu mengingat perkembangan ilmu pengetahuan selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat.

Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih bagi para pembaca, semoga karya yang
sederhana ini yang diambil dari beberapa tulisan para akhli yang membidangi ilmu reproduksi
dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.

Dr. Ir. I Ketut Sukada.M.Si


DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

KATA PENGANTAR……………………………………………………. …. i

DAFTAR ISI………………………………………………………………… ii

BAB.I GAMETOGENESIS………………………………………………… 2

1.1 Gametogenesis………………………………………………….. 1

1.1.1 Spermatogenesis……………………………………… 2

1.1.2 Oogenesis……………………………………………... 3

1.2 Perbedaan spermatogenesis dengan oogenesis…………………. 4

1.2.1 Proses Spermtogenesisi………………………….......... 4

1.2.2 Proses Oogenesis…………………………………....... 4

1.2.1 Kualitas Sperma………………………………………... 5

BAB.II SPERMA………………………………………………………….... 5

2.1 Sperma…………………………………………………………... 5

2.1.1 Struktur Sperma………………………………………. 5

2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Sperma…………………. 7

2.2 Hormon Yang Berperan Dalam Pembentukan Sperma.. 7

2.2.1 LH…………………………………………………….. 7

2.2.2 FSH…………………………………………………… 8

2.3.3 Testosteron…………………………………………. … 9
BAB. II GAMETOGENESIS

2.1 Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin.

Sel gamet terdiri dari gamet jantan (spermatozoa) yang dihasilkan di testis dan gamet
betina (ovum) yang dihasilkan di ovarium. Terdapat dua jenis proses pembelahan sel yaitu
mitosis dan meiosis. Mitosis yaitu pembelahan sel dari induk menjadi 2 anakan tetapi tidak
terjadi reduksi kromosom contoh apabila ada sel tubuh kita yang rusak maka akan terjadi proses
penggantian dengan sel baru melalui proses pembelahan mitosis, sedangkan pembelahan meiosis
yaitu pembelahan sel dari induk menjadi 2 anakan dengan adanya reduksi kromosom, contohnya
pembelahan sel kelamin atau gamet sebagai agen utama dalam proses reproduksi manusia. Pada
pembelahan mitosis menghasilkan sel baru yang jumlah kromosomnya sama persis dengan sel
induk yang bersifat diploid (2n) yaitu 23 pasang/ 46 kromosom, sedangkan pada meiosis jumlah
kromosom pada sel baru hanya bersifat haploid (n) yaitu 23 kromosom. Gametogenesis terdiri 4
tahap : perbanyakan, pertumbuhan, pematangan dan perubahan bentuk. Gametogenesis ada dua
yaitu spermatogenesis dan oogenesis.

2.1.1 Spermatogenesis

Tingginya kadar FSH dan LH akan menghambat sekresi hormon GnRH oleh hipothalamus.
Sedangkan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dapat menstimulasi (positif feedback,
pada fase folikuler) maupun menghambat (inhibitory/negatif feedback, pada saat fase luteal)
sekresi FSH dan LH di hipofisis atau GnRH di hipothalamus. .
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa (tunggal : spermatozoon)
yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan yaitu testis tepatnya di tubulus seminiferus. Sel
spermatozoa, disingkat sperma yang bersifat haploid (n) dibentuk di dalam testis melewati
sebuah proses kompleks. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan
melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus
yang kemudian disimpan dalam epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel
germinal yang disebut spermatogonia (jamak). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapis
luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap
perkembangan tertentu untuk membentuk sperma. Pada proses spermatogenesis terjadi proses-
proses dalam istilah sebagai berikut :
Spermatositogenesis (spermatocytogenesis) adalah tahap awal dari spermatogenesis
yaitu peristiwa pembelahan spermatogonium menjadi spermatosit primer (mitosis), selanjutnya
spermatosit melanjutkan pembelahan secara meiosis menjadi spermatosit sekunder dan
spermatid. Istilah ini biasa disingkat proses pembelahan sel dari spermatogonium menjadi
spermatid.

Spermiogenesis (spermiogensis) adalah peristiwa perubahan spermatid menjadi sperma


yang dewasa. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2
hari. Terbagi menjadi tahap 1) Pembentukan golgi, axonema dan kondensasi DNA, 2)
Pembentukan cap akrosom, 3) pembentukan bagian ekor, 4) Maturasi, reduksi sitoplasma
difagosit oleh sel Sertoli.

Spermiasi (Spermiation) adalah peristiwa pelepasan sperma matur dari sel sertoli ke
lumen tubulus seminiferus selanjutnya ke epididimidis. Sperma belum memiliki kemampuan
bergerak sendiri (non-motil). Sperma non motil ini ditranspor dalam cairan testicular hasil
sekresi sel Sertoli dan bergerak menuju epididimis karena kontraksi otot peritubuler. Sperma
baru mampu bergerak dalam saluran epidimis namun pergerakan sperma dalam saluran
reproduksi pria bukan karena motilitas sperma sendiri melainkan karena kontraksi peristaltik otot
saluran.

Hormon - Hormon Yang Berperan Dalam proses Spermatogenesis

Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon, diantaranya:


a. Kelenjer hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle Stimulating Hormon /
FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormon / LH).

b. LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas,
androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.

c. FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan
memacu spermatogonium untuk memulai spermatogenesis.

d. Hormon pertumbuhan, secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.

2.1.2 Oogenesis

Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis
dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal: oogonium).
Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari
fetus perempuan. Pada akhir bulan ketiga usia fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah
selesai dibentuk dan siap memasuki tahap pembelahan. Semula oogonia membelah secara
mitosis menghasilkan oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit primer
membelah secara miosis, tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan miosis tersebut berhenti
hingga bayi perempuan dilahirkan, ovariumnya mampu menghasilkan sekitar 2 juta oosit primer
mengalami kematian setiap hari sampai masa pubertas. Memasuki masa pubertas, oosit
melanjutkan pembelahan miosis I. hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu sel
yang besar disebut oosit sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer.
Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan mengalami pembelahan
miosis II. Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel, yaitu satu sel berukuran
normal disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan polar sekunder. Badan
kutub tersebut bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari
pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder. Ootid mengalami
perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan ketiga badan kutub mengalami
degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada oogenesis hanya
menghasilkan satu ovum.
Hormon - Hormon Yang Berperan Dalam proses Oogenesis
Proses pembentukan oogenesis dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon, diantaranya:
Pada wanita usia reproduksi terjadi siklus menstruasi oleh aktifnya aksis hipothalamus -hipofisis
- ovarium. Hipothalamus menghasilkan hormon GnRH (gonadotropin releasing hormone) yang
menstimulasi hipofisis mensekresi hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH
(lutinuezing hormone). FSH dan LH menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga
terjadi sekresi hormon estrogen dan progesteron. LH merangsang korpus luteum untuk
menghasilkan hormon progesteron dan meransang ovulasi. Pada masa pubertas, progesteron
memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder. FSH merangsang ovulasi dan meransang folikel
untuk membentuk estrogen, memacu perkembangan folikel. Hormon prolaktin merangsang
produksi susu.
Mekanisme umpan balik positif dan negatif aksis hipothalamus hipofisis ovarium

Perbedaan Spermatogenesis dengan oogenesisi

Spermatogenesis adalah proses pembentukan sperma yang terjadi pada tubuh pria. Sedangkan
pengertian Oogenesis adalah proses pembentukan ovum atau sel telur yang terjadi pada wanita.

Pembahasan Spermatogenesis dan Oogenesis


Gametogenesis adalah proses sel kelamin jantan dan betina (gamet) dimana sperma dan ovum
terbentuk, yang setiap dalam gonad pria dan wanita (testis dan ovarium). Gametogenesis terdiri
dari dua jenis yaitu Spermatogenesis dan Oogenesis. Berikut pembahasan Spermatogenesis dan
Oogenesis...

a. Pembahasan Spermatogenesis
Spermatogenesis dalam arti luas adalah proses pembentukan dan pematangan sel benih pria atau
spermatozoa. Sehingga tujuan utama dari spermatogenesis adalah pembentukan sel benih yang
jumlahnya 4 sperma fungsional.

Pembentukan Spermatogenesis dimulai dari tubulus seminiferus, yang sesuai dari jenis mereka
yang bentuknya mirip dengan mie kecil, lurus atau bengkok pada testis. Di bagian dalam
tubuhlus seminiferus dlapisi dengan sel Sertoli dan Spermatogonia. Sel-sel Sertoli disebut
dengan "sel perawat" karena mereka membantu dalam pengembangan sperma dengan memakan
bahan limbah dari spermatogenesis dan mengalahkan sel-sel melalui kanal-kanal tubulus.

b. Pembahasan Oogenesis
Pada dasarnya, Oogenesis adalah proses pembentukan ovum atau sel telur yang terjadi pada
tubuh wanita. Tujuan utama dari Oogenesis adalah membentuk ovum dalam proses pembuahan
atau reproduksi. Proses yang berlangsung di organ reproduksi wanita, yakni ovarium, dengan
fungsi utama menghasilkan sel telur atau ovum. Pada prosesnya menghasilkan 1 ovum
fungsional.

Oogenesis terjadi pada spesies dengan reproduksi seksual, dan keseluruhan tahap belum matang
sel telur. Untuk matang, sel telur melewati lima tahap pada mamalia. Oogonium, Oosit primer,
Oosit sekunder, Ootid, dan Ovum
Umumnya spesies yang mengalami reproduksi seksual, sel telur mengandung setengah materi
genetik dari individu dewasa. Reproduksi yang terjadi disaat sel telur dibuahi oleh gamet jantan,
atau sperma. Sperma berisi setengah bahan genetik dari individu yang matang, sehingga embrio
yang dibentuk oleh fertilisasi berisi set lengkap materi genenik, setengah sel telur dan setengah
dari sperma.

2.1.3 Perbedaan Spermatogenesis dan Oogenesis

 Spermatogenesis adalah produksi sel sperma laki-laki, sedangkan Oogenesis adalah


produksi ovum wanita
 Pada vertebrata, Spermatogenesis terjadi di testis pria, sedangkan Oogenesis terjadi pada
ovarium perempuan.
 Spermatogenesis dimulai di spermatosit primer, sedangkan Oogenesis dimulai dari Oosit
Primer
 Spermatogenesis menghasilkan empat spermatozoa fungsional dari spermatosit primer.
Sedangkan Oogenesis menghasilkan ovum tunggal dari 3 badan polar Oosit primer.
 Pada Spermatogenesis, hasil sitokinesis dalam dua sel berukuran sama, sedangkan, pada
Oogenesis, menghasilkan dua sel yang sangat tidak setara.
 Sel sperma tidak mengandung makanan, misalnya ovum (sel telur)
 Sel-sel sperma jauh lebih kecil dari sel telur
 Sel-sel sperma yang motil, sedangkan pada ovum adalah immotile
 Spermatogenesis selesai sementara di testis. Sedangkan devisi pematangan sekunder
Oogenesis terjadi di luar Ovarium atau saluran telur.
 Spermatogenesis dimulai di masa pubertas, sedangkan pada Oogenesis dimulai dari
sebelum kelahiran, pada tahap perkembangan embrio
 Spermatogenesis menghasilkan sel spermapada satu waktu, sedangkan pada hasil
Oogenesis hanya satu ovum per bulan.
 Spermatogenesis melibatkan fase pertumbuhan pendek, sedangkan Oogenesis melibatkan
fase yang panjang.
 Spermatogenesis terjadi secara terus menerus setelah pubertas, sedangkan pada
Oogenesis terjadi dalam pola siklik


Oogenesis terjadi di dalam ovarium. Ovarium mengandung banyak sel induk telur
(oogonium)yang bersifat diploid (2n). Oogonium tersebut akan membelah secara mitosis
menjadi oosit primer. Oosit primer akan membelah secara meiosis menjadi satu oosit
sekunder dan satu badan polar primer. Kemudian, oosit sekunder membelah secara meiosis
menjadi satu ootid dan satu badan polar sekunder. Ootid akan mengalami pematangan
menjadi sel telur (ovum), sedangkan badan polar sekunder akan luruh (degenerasi). Sel telur
yang telah matang akan dilepaskan oleh ovarium. Pelepasan sel telur oleh ovarium disebut
ovulasi. Untuk lebih jelasnya silahkan lihat gambar dibawah ini. Di dalam ovarium terdapat
banyak folikel yang merupakan pelindung dan pemberi nutrisi bagi sel telur yang sedang
dibentuk. Pada proses ovulasi, folikel akan mengeluarkan sel telur. Folikel yang telah
mengeluarkan sel telurnya disebut corpus luteum. Corpus luteum menyekresikan hormon
estrogen dan progesteron. Proses oogenesis itu dimana ovum terbentuk dan berkembang. Ini
terjadi dlm 2 tahap,

yaitu tahap multiplikasi, yaitu tahap Oogania berproliferasi dari germ sel (primordia)
menghasilkan beberapa generasi sel yang identik. Oogonia memasuki profase pada pembelahan
meiosis I setelah menjadi oosit primer. Oosit primer berhenti pada profase sampai dewasa
kelamin terjadi. Pembelahan meiosis I menyebabkan terjadinya perubahan oosit primer ke oosit
sekunder. Pada umumnya terjadi sebelum ovulasi, kecuali pada kuda dan anjing pembentukan
oosit sekunder terjadi pasca ovulasi.
Dan tahap ke 2 ovulasi, yaitu tahap terlepasnya sel ovum dari ovarium sebagai akibat pecahnya
folikel yang telah masak. Waktu yang dibutuhkan oleh seluruh proses ovulasi tergantung pada
lokasi sel telur dalam folikel. Waktu ovulasi akan singkat apabila sel telur berada di dasar folikel
dan akan lama apabila sel telur berada dekat pada stigma yang menonjol dipermukaan ovarium.

2.2 PROSES SPERMATOGENESIS

Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis.


Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel
epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk
membentuk sperma fungsional.

2.2.1 Proses Spermatogenesis :

Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :

1. Spermatocytogenesis

Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi


spermatosit primer. Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi
(membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan
berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau
mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang
disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi
spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi
spermatosit primer yang masih bersifat diploid Spermatosit primer mengandung kromosom
diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua
sel anak, yaitu spermatosit sekunder.

2. Tahapan Meiois

Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera
mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n kromosom (haploid).
Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk empat buah
spermatid yang haploid juga. Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih
yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler bridge).
Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.

3. Tahapan Spermiogenesis

Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase
golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa
(sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-
sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk
yang terdiri dari kepala dan ekor.

2.2.2 Proses Oogenesis

1. Sel-Sel Kelamin Primordial


Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm embrional dari saccus
vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium germinativum kira-kira pada minggu ke 6
kehidupan intrauteri (dalam kandungan). Masing-masing sel kelamin primordial (oogonium)
dikelilingi oleh sel-sel pregranulosa yang melindungi dan memberi nutrien oogonium dan secara
bersama-sama membentuk folikel primordial.

2. Folikel Primordial

Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium dan folikel ini dihasilkan
sebanyak 200.000 buah. Sejumlah folikel primordial berupaya berkembang selama kehidupan
intrauteri dan selama masa kanak-kanak, tetapi tidak satupun mencapai pemasakan. Pada waktu
pubertas satu folikel dapat menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de Graaf
dimana didalamnya terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer.

3. Oosit Primer

Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n). Satu pasang
kromosom merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin, dan disebut kromosom XX.
Kromosom-kromosom yang lain disebut autosom. Satu kromosom terdiri dari dua kromatin.
Kromatin membawa gen-gen yang disebut DNA.

4. Pembelahan Meiosis Pertama

Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami pemasakan dan
selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah sehingga kromosom terpisah dan
terbentuk dua set yang masing-masing mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih besar
dibanding yang lain karena mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit sekunder. Sel
yang lebih kecil disebut badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar primer ini dapat
membelah diri dan secara normal akan mengalami degenerasi.

Pembelahan meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid pada oosit sekunder
dan badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid dan bahan genetiknya.

5. Oosit Sekunder

Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala spermatozoa


menembus zona pellucida oosit. Oosit sekunder membelah membentuk ootid yang akan
berdiferensiasi menjadi ovum dan satu badan polar lagi, sehingga terbentuk tiga badan polar
dan satu ovum masak, semua mengandung bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan polar
tersebut secara normal mengalami degenerasi. Ovum yang masak yang telah mengalami
fertilisasi mulai mengalami perkembangan embrional.

PERBEDAAN SPERMATOGENESIS DAN OOGENESIS

No Spermatogenesis Oogenesis
1. Pembelahan meiosisnya terjadi secara Pembelahan meiosinya terjadi secara
simetris asimetris

2. Spermatogenesis terjadi tanpa henti Oogenesisnya mempunyai periode


istirahat yang penjang

3. Menghasilkan 4 sel sperma fungsional Menghasilkan satu sel telur fungsional


dan 2 sel polosit

4. Sel-sel asal sperma berkembang terus Ovariumnya mengandung semua sel


dan membelah sepanjang hidup laki- yang akan berkembang menjadi sel
lak, sehingga jumlahnya akan selalu telur, sehingga jumlahna akan selalu
bertambah berkurang

PERSAMAAN SPERMATOGENESIS DAN OOGENESIS

spermatogenesis adalah pembentukn gamet jantan. oogenesis pembentukan gamet betina.


scara umum prosesnya sama yaitu melalui mitosis dan miosis.

A. PENGERTIAN SPERMATOGENESIS

Spermatogenesis adalah proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa.


Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif
membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang
berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur
oleh hormone gonadtotropin dan testosterone.

Spermatogenesis terjadi di testis. Didalam testis terdapat tublus seminiferus. Dinding


tubulus seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan jaringan ikat, pada jaringan epithelium
terdapat sel – sel spermatogonia dan sel sertoli yang berfungsi member nutrisi pada spermatozoa.
Selain itu pada tubulus seminiferus terdapat pula sel leydig yang mengsekresikan hormone
testosterone yang berperan pada proses spermatogenesis.

Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan


dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi
di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus
tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang
berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam
ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis.
Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang
disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga
lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk
memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap
perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.

Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel
Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa sedangkan sel
Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.

PROSES SPERMATOGENESIS

Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis.


Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel
epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk
membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian
disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan
epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis.
Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu
testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah
besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium =
tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus
seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari
spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk
sperma.

Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel Sertoli,
dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang
terdapat di antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.

Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan
kelenjar hipofisis yaitu:
 LH (Luteinizing Hormone) merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon
testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin
sekunder.
 FSH (Folicle Stimulating Hormone) merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP
(Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai proses
spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut
spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu
selama 2 hari.

Proses Spermatogenesis :
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :

1. Spermatocytogenesis

Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit
primer.

Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan
cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi
spermatosit primer. Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom
berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A.
Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian,
setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih
bersifat diploid

Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami
meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.

2. Tahapan Meiois

Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami
meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n kromosom (haploid). Spermatosit
sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk empat buah spermatid yang
haploid juga.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi
masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan
spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.

3. Tahapan Spermiogenesis

Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi,
fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa (sperma)
masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel.
Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri
dari kepala dan ekor. Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen
Binding Protein Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon
inhibin untuk memberi umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.
Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang dihasilkan oleh
kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper. Spermatozoa bersama cairan
dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi,
seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa.

B. TAHAP – TAHAP SPERMATOGENESIS

Pada testis, spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Berikut adalah skema tahapan
spermatogenesis :

Penjelasan skema tahap spermatogenesis :

Pada dinding tubulus seminiferus telah ada calon sperma


(spermatogonium/spermatogonia) yang berjumlah ribuan.
Setiap spermatogonia melakukan pembelahan mitosis kemudian mengakhiri sel
somatisnya membentuk spermatosit primer yang siap miosis.
Spermatosit primer (2n) melakukan pembelahan meiosis pertama membentuk 2
spermatosit sekunder (n)
Tiap spermatosit sekunder melakukan pembelahan meiosis kedua, menghasilkan 2
spermatid yang bersifat haploid. (n)
Keempat spermatid ini berkembang menjadi sperma matang yang bersifat haploid yang
semua fungsional , yang berbeda dengan oogenesis yang hanya 1 yang fungsional.
Sperma yang matang akan menuju epididimis , kemudian ke vas deferens- vesicula
seminalis - urethra dan berakhir dengan ejakulasi.
BAB.III. SPERMA

3.1 SPERMA

3.1.1 STUKTUR SPERMA MATANG

Struktur sperma matang terdiri dari:

1. kepala
Pada bagian ini sperma mengandung suau lapisan tipis sitoplasma dan sebuah inti berbentuk
lonjong dan dan hampi mengisi seluruh bagian dari kepala sperma. Bagian depan
disebut acrosom( memiliki enzim hydrolytic yang terdiri dariacrosin dan hyaluronidase yang
dibutuhkan saat fertilisasi ) dan bagian belakang dinamakan sentriol. Serta bagian ini juga
mempuyai inti sel yang mempuyai arati pentin dalam masalah reproduksi

2. Leher
Daerah ini merupakan bagian yang genting dan mengndung sentriol depan dan bagian depan
filament poros.

3. Badan
Bagian badan dari sperma mengandung filament poros mitochondria dan sentriol belakang
berbentuk cincin, sehingga sering disebut bagian badan ini sebagai tenaga pusat sperma karena
mitokondria memiliki enzim yang menggerakkan asam trikakboksilat dan transport electron serta
fosfolirasi oksidatif, yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP.

4. Ekor
Ekor sperma memeiliki 2 bagian : bagian utama dan bagian ujung. Ekor ini mengandung
banyak sekali filament poros / flagellum tetapi sedikit mengandung sitoplasma.terdapat 2 sentriol
terletak di bagian tengah dari. Fibril-fibril yang seperti cilia tersebar dalam ekor dan dikelilingi
oleh cincin yang terdiri dari 9 pasangan fibril perifer. Fibril ini berfungsi menimbulkan gerakan
ekor sperma.
Berikut adalah penjelasan mengenai jalur sperma yang telah matang : Dari testis kiri dan
kanan, sperma bergerak ke dalam epididimis (suatu saluran berbentuk gulungan yang terletak di
puncak testis menuju ke testis belakang bagian bawah) dan disimpan di dalam epididimis sampai
saat terjadinya ejakulasi .Jadi epididimis ini agar sperma menjadi matang / mature sehingga siap
bergerak ke vas deferens .Dari epididimis, sperma bergerak ke vas deferens dan duktus
ejakulatorius. Di dalam duktus ejakulatorius, cairan yang dihasilkan oleh vesikula seminalis ,
kelenjar prostata dan bulbo uretra ditambahkan pada sperma sehinngga sperma dinamai dengan
semen ( benih), yang kemudian mengalir menuju ke uretra dan dikeluarkan ketika ejakulasi.

3.1.2 FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SPERMATOGENESIS

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi spermatogenesis sehingga bisa terjadi kemandulan:

1. Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan atau akibat panas yang
berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sperma, berkurangnya pergerakan sperma
dan meningkatkan jumlah sperma yang abnormal di dalam semen.Pembentukan sperma yang
paling efsisien adalah pada suhu 33,5° (lebih rendah dari suhu tubuh). Testis bisa tetap berada
pada suhu tersebut karena terletak di dalam skrotum (kantung zakar) yang berada diluar rongga
tubuh.
2. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah sperma adalah pemakaian marijuana atau obat-
obatan (misalnya simetidin, spironolakton dan nitrofurantoin).
3. Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya vas deferens (kiri dan
kanan) bisa menyebabkan azospermia (tidak terbentuk sperma sama sekali.
4. Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering ditemukan pada kemandulan
pria. Varikokel adalah varises (pelebaran vena) di dalam skrotum.Varikokel bisa menghalangi
pengaliran darah dari testis dan mengurangi laju pembentukan sperma.

3.2 HORMON YANG BERPERAN DALAM PROSES PEMBENTUKAN


SPERMATOZOA

Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang


dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu:

3.2.1 LH (Luteinizing Hormone)


LH (Luteinizing Hormone) merupakan hormon yang merangsang sel Leydig untuk menghasilkan
hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen / testosteron memacu tumbuhnya sifat
kelamin sekunder.

3.2.2 FSH (Folicle Stimulating Hormone)


FSH (Folicle Stimulating Hormone) merupakan hormon merangsang sel Sertoli untuk
menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk
memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut
spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2
hari.

3.2.3 Hormon Testosteron


Hormon testosteron (androgen) merupakan hormon yang dihasilkan oleh testis Hormon ini
berfungsi merangsang perkembangan organ Seks primer pada saat embrio dan mendorong
spermatogenesis. Selain itu, mempengaruhi perkembangan alat reproduksi danciri kelamin
sekunder, seperti tumbuh bulu dan kumis, dan dada menjadi bidang.

3.1.3 KESIMPULAN

1. Spermatogenesis adalah Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa.


Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus.
2. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan
diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional.
3. Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
a. Spermatocytogenesis
b. Tahapan Meiois
c. Tahapan Spermiogenesis
4. Tahap – tahap spermatogenesis.
a. Pada dinding tubulus seminiferus telah ada calon sperma (spermatogonium/spermatogonia)
yang berjumlah ribuan.
b. Setiap spermatogonia melakukan pembelahan mitosis kemudian mengakhiri sel somatisnya
membentuk spermatosit primer yang siap miosis.
c. Spermatosit primer (2n) melakukan pembelahan meiosis pertama membentuk 2
spermatosit sekunder (n)
d. Tiap spermatosit sekunder melakukan pembelahan meiosis kedua, menghasilkan 2
spermatid yang bersifat haploid. (n)
e. Keempat spermatid ini berkembang menjadi sperma matang yang bersifat haploid yang
semua fungsional , yang berbeda dengan oogenesis yang hanya 1 yang fungsional.
5. Struktur sperma matang terdiri dari : kepala , leher , badan, dan ekor
6. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi spermatogenesis sehingga bisa terjadi
kemandulan:
a. Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan atau akibat panas yang
berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sperma, berkurangnya pergerakan sperma
dan meningkatkan jumlah sperma yang abnormal di dalam semen.
b. Pemakaian marijuana atau obat-obatan (misalnya simetidin, spironolakton dan
nitrofurantoin).
c. Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya vas deferens (kiri dan
kanan) bisa menyebabkan azospermia (tidak terbentuk sperma sama sekali.
d. Varikokel adalah varises (pelebaran vena) di dalam skrotum.Varikokel bisa menghalangi
pengaliran darah dari testis dan mengurangi laju pembentukan sperma.
7. Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan
kelenjar hipofisis yaitu:
a. LH (Luteinizing Hormone)
b. FSH (Folicle Stimulating Hormone)
c. Hormon Testosteron.
8. Kecacatan pada spermatogenesis
Nondisjunction
Sperma berkepala dua
Sperma tanpa akrosom
Oligospermia
Azoospermia
9. Ejakulasi (ejaculation) adalah proses pengeluaran air mani (biasanya membawa sperma)

dari saluran reproduksi pria dan biasanya disertai dengan orgasme. Ini biasanya (secara
alamiah) merupakan tahapan akhir atau puncak rangsangan seksual, dan merupakan

sebuah komponen penting dari konsepsi alam. Pada kasus yang jarang, ejakulasi terjadi

karena penyakit prostat. Ejakulasi juga terjadi secara spontan selama tidur (“mimpi

basah”). Anejaculation adalah kondisi tidak bisa ejakulasi.

10. Ada banyak faktor penyebab yang memicu sperma pria menjadi encer, diantaranya:

a. Faktor Suhu
b. Sering melakukan masturbasi atau onani secara berlebihan
c. Suka Mengenakan celana jeans atau celana dalam yang ketat
d. Mengalami gangguan hormon seperti hormon testosteron dan kurangnya hormon FSH
(Folicel Stimulating Hormone ) dan berlebihnya hormon prolaktin
e. Faktor psikologis
f. Kurangnya konsumsi nutrisi dan segala jenis vitamin yang banyak mengandung
g. Keadaan lingkungan
h. Keadaan lingkunganGaya hidup yang tidak sehat dan kebiasaan buruk atau berlebihan
i. Riwayat penyakit
j. Faktor usia
3.1.4 Cara untuk meningkatkan sperma dan cara mengobati apabila sperma seorang pria
dikatakan

encer, diantaranya adalah :

a. Berhenti Merokok dan Minum Khamr


b. Minuman alkohol
c. Terapkan dalam diri untuk hidup yang sehat
d. Menghindari pemakaian celana ketat
e. Hindari Mandi Sauna berlama-lama
f. Kurangi hubungan intim dan masturbasi
g. Mencoba suplemen herbal alami
12. Diabetes merupakan salah satu penyakit yang sering kali menimbulkan gangguan fungsi
seksual, berupa disfungsi ereksi dan retrograde ejaculation. Disfungsi ereksi adalah

ketidak mampuan mengalami atau mempertahankan ereksi untuk melakukan hubungan

seksual dengan memuaskan. Disfungsi ereksi terjadi akibat gangguan pembuluh darah

yang disebut angiopati.

3.2 EVALUASI KUALITAS SPERMA

3.2.1 EVALUASI SEMEN


Evaluasi atau pemeriksaan semen merupakan suatu tindakan yang perlu
dilakukan untuk melihat kuantitas (jumlah) dan kualitas semen. Pemeriksaan semen dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu pemeriksaan secara makroskopik dan pemerik-saan mikroskopik.
Pemeriksaan makroskopik yaitu pemeriksaan semen secara garis besar tanpa memerlukan alat
bantu yang rumit, sedangkan pemeriksaan mikroskopik bertujuan melihat kondisi semen lebih
dalam lagi serta memerlukan alat bantu yang cukup lengkap.

1. Evaluasi makroskopik meliputi : volume semen, warna semen, bau semen,


kekentalan semen, dan pH semen. Adapun pemeriksaan mikrokopik meliputi motilitas (gerakan
massa sperma, gerakan individu sperma), konsentrasi sperma dalam tiap mililiter semen,
konsentrasi sperma hidup dalam setiap mililiter semen, persentase spermatozoa hidup, dan
persentase abnormalitas (ketidak-normalan bentuk) sperma.

a. Volume

Amati volume semen melalui skala yang tertera pada dinding tabung penampung. Setiap kali
ejakulasi sapi jantan umumnya menghasilkan 5 – 8 ml, domba 0,8 – 1,2 ml, kambing 0,5 – 1,5
ml, babi 150 – 200 ml, kuda 60 – 100 ml, dan ayam 0,2 – 0,5 ml.

Perbedaan volume semen dipengaruhi oleh : perbedaan individu, umur , bangsa ternak, nutrisi,
frekwensi ejakulat, libido dan kondisi ternak itu sendiri

b. Warna
Warna semen dapat diamati langsung karena tabung penampung semen terbuat dari gelas atau
plastik tembus pandang. Semen sapi umumnya berwarna putih sedikit krem, semen domba putih
krem krem (lebih tua dari warna semen sapi), semen babi dan kuda menyerupai larutan kanji
(abu-abu encer), sedangkan semen ayam berwarna putih seperti air susu. Warna kemerahan
merupakan
tanda bahwa semen terkontaminasi oleh darah segar, sedang apabila warnanya mendekati coklat
dapat merupakan tanda bahwa darah yang mengkontaminasi semen sudah mengalami
dekomposisi. Warna kehijauan merupakan tanda adanaya bakteri pembusuk.
c. Bau
Pegang tabung semen pada posisi tegak lurus. Dekatkan tabung ke bagian muka pemeriksa dan
lewatkan mulut tabung tersebut di bawah lubang hidung. Pada saat tabung melewati lubang
hidung, tarik nafas perlahan sampai bau semen tercium.
Semen yang normal, pada umumnya, memiliki bau amis khas disertai dengan bau dari hewan itu
sendiri. Bau busuk bias terjadi apabila semen mengandung nanah yang disebabkan oleh adanya
infeksi organ atau saluran reproduksi hewan jantan.

d. Kekentalan
Kekentalan atau konsistensi atau viskositas merupakan salah satu sifat semen yang memiliki
kaitan dengan kepadatan/konsentrasi sperma di dalamnya. Semakin kental semen dapat diartikan
bahwa semakin tinggi konsentrasi spermanya.

Posisikan tabung semen sejajar dengan mata kita dengan jarak kurang lebih 30 cm. Miringkan
tabung tersebut ke arah kiri atau kanan sebesar 45o. Amati gerakan cairan semen di dalam
tabung. Perpindahan cairan yang lambat menandakan bahwa semen tersebut cukup kental.
Sebaliknya, apabila perpindahan cairan berjalan cepat merupakan petunjuk bahwa semen
tersebut encer.
Ulangi pengamatan dengan mengembalikan posisi tabung ke posisi tegak. Semen ayam, domba
dan sapi umumnya merupakan semen yang sangat kental sampai kental (secara berurutan),
sedangkan kuda dan babi memiliki semen yang encer.

Pada umumnya konsentrasi sejalan dengan perkembangan seksual dan kedewasaan, kualitas
makanan yang diberikan, pengaruh kesehatan reproduksinya dan besar testis. Selain itu juga
dipengaruhi oleh umur pejantan, perbedaan musim dalam tahun, perbedaan tempat geografis

e. pH (Keasaman)
Keasaman atau pH semen perlu diukur untuk memastikan bahwa cairan semen hasil
penampungan memiliki karakteristik yang normal. Pemeriksaan keasaman semen dapat
dilakukan menggunakan kertas indikator pH (buatan Merck atau Sigma) dengan skala ketelitian
yang cukup sempit, misalnya antara 6 – 8 dengan rentang ketelitian 0,1. Semen pada umumnya
memiliki kisaran pH netral.
Penggunaan pH-meter dapat dilakukan dan memberikan hasil pengukuran yang lebih teliti. Akan
tetapi mengingat ukuran batang detektor (probe) pH-meter yang cukup besar dan volume semen
yang relatif kecil, terutama pada semen ayam dan domba, maka akan menyebabkan banyak
semen yang terbuang karena menempel pada batang detektor pH-meter. Penggunaan pH meter
akan efektif
untuk mengukur pH semen kuda atau babi.

Siapkan satu lembar kertas indikator pH. Pegang pangkalnya dan jangan sekali-sekali menyentuh
bagian ujung yang mengandung bahan indikator.
Hisap sedikit semen menggunakan pipet hisap. Lalu teteskan semen tersebut pada ujung kertas
indikator pH.
Amati perubahan warna pada kertas indikator pH kemudian cocokkan dengan skala yang tertera
pada kemasan kertas indikator.
Catatan : Jangan melakukan pemeriksaan pH dengan jalan mencelupkan kertas indikator pada
seluruh contoh semen dalam tabung karena bahan kimia pada ujung kertas indikator dapat
meracuni sperma di dalamnya.

Semen sapi normal memiliki pH 6,4 – 7,8; domba 5,9 – 7,3; babi 7,3 – 7,8; kuda 7,2 – 7,8; dan
ayam 7,2 – 7,6 (Garner dan Hafez, 2000).

Perbedaan nilai pH kemungkinan disebabkan oleh perbedaan ras, perbedaan complex buffer
system yang terdapat pada plasma semen

2. EVALUASI MIKROSKOPIK

1. Motilitas
Pemeriksaan motilitas merupakan cara pemeriksaan visual dengan bantuan mikroskop yang
dinyatakan secara komparatif, sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan dan perbedaan
penafsiran setiap dilakukan pemeriksaan. Semen segar yang baru dikoleksi dan belum
diencerkan dilakukan pemeriksaan motilitas massa dan individu.

Gerakan massa sperma merupakan petunjuk derajat keaktifan bergerak sperma (sebagai indikator
tingkat atau persentase sperma hidup dan aktif) dalam semen.

Siapkan satu buah gelas objek yang besih. Hangatkan sampai mencapai suhu 37o C. Lebih baik
lagi apabila mikroskop yang kita gunakan memiliki meja objek yang dilengkapi dengan pemanas
yang suhunya dapat diatur.
Teteskan satu tetes (kira-kira sebesar biji kacang hijau) semen ke permukaan gelas objek.
Tempatkan gelas objek tersebut pada meja objek mikroskop.
Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran lensa 10 x 10. Semen yang bagus, pada
pengamatan di bawah mikroskop, akan memberikan tampilan kumpulan sperma bergerak
bergerombol dalam jumlah besar sehingga membentuk gelombang atau awan yang bergerak.
Hasil pengamatan ini akan memberikan gambaran kualitas semen dalam 6 (enam) kategori
(Evans dan Maxwell, 1987) seperti yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Sistem penilaian gerakan massa sperma menggunakan skore

Skore Kelas Keterangan


5 Sangat Padat, gelombang yang terbentuk besarbesar dan bergerak sangat cepat.
bagus Tidak tampak sperma se-cara individual.
Contoh semen tersebut mengandung 90 % atau lebih sperma aktif.
4 bagus Gelombang yang terbentuk hampir sama dengan semen yang memiliki skor
5 tetapi gerakannya sedikit lebih lambat.
Contoh semen tersebut mengandung 70 – 85 % sperma yang aktif.
3 Cukup Gelombang yang terbentuk berukuran kecil-kecil yang bergerak/ berpindah
tempat dengan lambat. Sperma aktif dalam contoh semen tersebut berkisar
antara 45 – 65 %
2 Buruk Tidak ditemukan adanya gelombang tetapi terlihat gerakan sperma secara
individual. Semen tersebut diperkirakan mengandung 20 – 40 % sperma
hidup.
1 Sangat Hanya sedikit (kira-kira 10 %) sel sperma yang memperlihatkan tanda-tanda
Buruk hidup yang bergerak sangat lamban.
0 Mati Seluruh sperma mati, tidak terlihat adanya sel sperma yang bergerak

Ada pula yang menilai gerakan massa dengan menggunakan derajat gerakan. kriterianya adalah
sebagai berikut:
a. +++ : sangat baik; terlihat gelombang-gelombang besar, banyak,
gelap, tebal, dan aktif bagaikan gumpalan awan hitam dekat
waktu hujan yang bergerak cepat berpindah-pindah tempat;
b. ++ : baik; bila terlihat gelombang-gelombang kecil, jarang, tipis,
kurang jelas, dan bergerak lamban;
c. + : sedang, tidak terlihat gelombang melainkan hanya gerakan-
gerakan individual aktif progresif;
d. 0/N : buruk; necrospermia; bila hanya sedikit atau tidak ada gerakan
individu.

Nilai +++ dan ++ dapat digunakan untuk proses pembekuan.

Penilaian gerakan individu yang nampak pada pengamatan menggunakan mikroskop adalah :
0 : sperma tidak bergerak
1 : gerakan berputar di tempat; 0 – 30% bergerak progresif
2 : gerakan berayun atau melingkar; 30 – 50% bergerak progresif
3 : 50 – 80% bergerak progresif
4 : 80 – 90% bergerak progresif
5 : 100% bergerak sagat progresif

2. Konsentrasi sperma total


Konsentrasi sperma atau kandungan sperma dalam setiap mililiter semen merupakan salah satu
parameter kualitas semen yang sangat berguna untuk menentukan jumlah betina yang dapat
diinseminasi menggunakan semen tersebut. Penentuan konsentrasi sperma dapat dilakukan
melalui beberapa cara, yaitu pendugaan melalui warna dan kekentalan semen, jarak antar kepala
sperma, serta penghitugan menggunakan haemacytometer dan kamar hitung
Neubauer, spektrofotometer dan perhitungan secara elektrik

a. Pendugaan berdasarkan warna dan kekentalan semen


Pendugaan berdasarkan warna dan kekentalan semen lebih ditekankan penerapannya pada semen
domba dan kambing. Metode ini menghasilkan 5 (lima) kriteria tingkat konsentrasi sperma
dalam satu contoh semen. Tabel 3. Konsentrasi sperma berdasarkan warna dan kekentalan semen

Konsentrasi sperma
Warna dan Kekentalan (x 109 sel) per ml
Skore
Semen
Rata-rata Kisaran
5 Krem kental 5,00 4,50 – 6,00
4 Krem 4,00 3,50 – 4,50
3 Krem encer 3,00 2,50 – 3,50
2 Putih susu 2,00 1,00 – 2,50
1 Keruh 0,70 0,30 – 1,00
0 Bening encer Tidak nyata

b. Pendugaan berdasarkan jarak anta kepala sperma.


Siapkan satu buah gelas objek yang bersih. Teteskan ke atas permukaan gelas objek satu tetes
kecil semen, kemudian tutup dengan cover glass sehingga terbentuk preparat yang terdiri dari
satu lapisan tipis cairan semen.
Amati preparat di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 40.
Tentukan konsentrasi sperma berdasarkan kriteria pada table berikut :

Tabel 4. Konsentrasi spermaa berdasarkan jarak antar kepala sperma

Konsentrasi sperma
Kriteria Keterangan
(x 106 sel) per ml
Jarak rata-rata antara satu kepala sperma dengan
Densum kepala sperma yang lain kurang dari panjang satu 1000 – 2000
kepala sperma
Jarak rata-rata antara satu kepala sperma dengan
Semi Densum kepala sperma yang lain sama dengan panjang satu 500 – 1000
kepala sperma
Jarak rata-rata antara satu kepala sperma dengan
kepala sperma yang lain mencapai satu setengah
Rarum 200 – 500
pan-jang kepala sampai satu panjang sperma
keseluruhan
Jarak rata-rata antara satu kepala sperma dengan
Oligospermia kepala sperma yang lain lebih dari panjang satu sel < 200
sperma keseluruhan
Necrospermia Tidak ditemukan adanya sperma 0

c. Penghitungan konsentrasi sperma menggunakan pipet haemacytometer


dan kamar hitung Neubauer

Kandungan sperma dalam satu contoh semen dapat dihitung secara lebih akurat penggunakan
pipet haemacytometer (pipet untuk menghitung jumlah sel darah merah) dan kamar hitung
Neubauer.

Siapkan satu set pipet haemacytometer (pipet berbatu merah) dan kamar hitung Neubauer
bersih, lengkap dengan kaca penutupnya.
Teteskan satu tetes kecil semen (kira-kira sebesar biji kacang hijau) pada permukaan gelas
objek bersih.
Hisap semen tersebut ke dalam pipet haemacytometer sampai mencapai angka 0.5. Kemudian
encerkan dengan larutan NaCl 3 % sampai mencapai angka 101. Keringkan bagian ujung luar
pipet dari cairan dengan kertas tissue.
Kocok larutan semen tersebut dengan gerakan angka delapan ( 8 ) supaya sperma dalam pipet
tercampur secara merata tetapi sel-selnya tidak rusak karena pengocokan yang dilakukan tidak
menimbulkan benturan antara sel dengan dinding pipet. Pengocokan dilakukan selama kurang
lebih dua menit.
Buang satu tetes cairan dalam pipet, lalu lanjutkan pengocokan selama satu menit.
Siapkan kamar hitung Neubauer yang sudah diberi kaca penutup dan diletakkan di atas meja
pada posisi mendatar. Alirkan larutan semen melalui celah di pinggir kiri atau kanan kamar
hitung. Biarkan cairan mengalir dan menyeberang ke bidang hitung di seberangnya.
Hisap cairan yang terdapat dalam celah-celah kamar hitung menggunakan kertas hisap atau
kertas tissue sampai habis. Cairan yang tersisa hanyalah pada bidang hitung yang ditutupi kaca
penutup. Secara hati-hati hisap pula kelebihan cairan yang terdapat di bawah kaca penutup
sampai ketebalan cairan optimal. Tempatkan kamar hitung Neubauer di bawah mikroskop dan
amati dengan pembesaran awal 10 x 10. Temukan bidang hitung yang berupa areal yang dibatasi
oleh garis-garis
Bidang hitung pada memiliki 25 kotak kecil yang masing-masing dibatasi oleh tiga buah
garis di keempat sisinya (kiri, kanan, atas, dan bawah). Di dalam setiap kotak yang dibatasi tiga
garis tersebut terdapat 16 kotak yang lebih kecil lagi
Setelah bidang hitung tampak dengan jelas, ubahlah pembesaran lensa mikroskop menjadi 10
x 45 dengan jalan memutar lensa objektif dari 10 kali menjadi 45 kali.
Pilih lima buah kotak, yaitu kotak yang berada di setiap sudut (kiri atas, kanan atas, kiri
bawah, kanan bawah, dan tengah).
Hitung sperma yang menyebar dalam setiap kotak dengan arah
sperti yang ditunjukkan pada. Jumlahkan sperma yang terdapat dalam kelima kotak di atas.
Apabila dari kelima kotak yang dimaksud di atas terdapat X sel sperma, itu berarti dalam
setiap mililiter semen yang diperiksa terdapat X x 107 sel sperma.

3. Persentase Sperma Hidup


Semen yang berkualitas baik adalah semen yang memiliki kandungan sperma hidup dan bergerak
maju ke depan dalam jumlah yang banyak.
Penentuan persentase sperma hidup semen dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu melalui
penghitungan menggunakan pipet haemacytometer dan kamar hitung Neubauer, atau
menggunakan metode pewarnaan diferensial yaitu suatu metode pewarnaan yang memberi
kemungkinan pada kita untuk
membedakan sperma yang hidup dan sperma yang mati.

a. Penghitungan Motilitas menggunakan pipet haemacytometer dan kamar hitung


Neubauer.
Penentuan konsentrasi sperma hidup dalam semen dilakukan dengan prosedur yang sama dengan
pada penentuan konsentrasi sperma total. Perbedaannya terletak pada cairan pengencer yang
digunakan. Pada penentuan konsentrasi
sperma hidup digunakan larutan NaCl Fisiologis, bukan NaCl 3%. Dengan menggunakan larutan
NaCl Fisiologis sebagai pengencer, maka sperma yang masih hidup akan tetap hidup dan terus
bergerak, sedangkan sperma yang mati akan diam. Metode ini menggolongkan sperma yang
bergeraak di tempat,
bergerak mundur, bergerak melingkar, dan sperma yang tidak bergerak sama sekali, sebagai
sperma yang mati. Sperma-sperma yang mati dan berada dalam bidang hitung kamar Neubauer
dihitung. Misalnya dari lima kotak terdapat Y sel
sperma mati, dan itu berarti bahwa dalam setiap mililiter contoh
semen tersebut terdapat Y x 107 sel sperma yang mati.
Dengan diketahuinya konsentrasi sperma total sebesar X x 107
sel/ml semen dan konsentrasi sperma mati sebanyak Y x 107
sel/ml semen, maka persentase sperma hidup dalam setiap
mililiter contoh semen dapat diketahui, yaitu : ( X – Y ) x 107 sel.

b. Penentuan motilitas sperma berdasarkan Pewarnaan Diferensial


Sperma hidup dan sperma mati dalam satu contoh semen dapat
dibedakan melalui pewarnaan diferensial.

Siapkan dua buah gelas objek bersih


Teteskan satu tetes larutan Eosin 2 % pada permukaan salah satu gelas objek. Kemudian
tambahkan satu tetes kecil semen ke dalam larutan Eosin tersebut.
Aduk pelan-pelan campuran tersebut dengan menggunakan gelas objek yang lain sampai rata.
Dorong gelas objek yang terakhir ke salah satu ujung gelas objek yang pertama sehingga
terbentuk satu lapisan tipis (film) cairan semen pada permukaan gelas gelas objek pertama.
Tempatkan gelas objek yang pertama di atas nyala api lampu spirtus sambil digerak-gerakan
sampai lapisan film mengering.
Amati preparat tersebut di bawah mikroskop dengan pembesaran lensa 10 x 40. Sperma yang
pada saat preparat dibuat masih dalam keadaan hidup akan berwarna putih karena tidak
menyerap warna (terutama bagian kepalanya), sedangkan sperma yang mati akan berwarna
merah karena menyerap warna Eosin.
Hitung kurang lebih 200 sel sperma. Dari sejumlah sel sperma yang dihitung tersebut, berapa
banyak sperma yang berwarna putih, dan berapa banyak sperma yang berwarna merah. Misalkan
sperma yang berwarna putih sebanyak p sel dan sperma yang berwarna merah sebanyak q sel.
Maka
motilitas sperma dapat dihitung berdasarkan rumus :

sperma hidup (%) =

Atau dengan rumus lain : Sperma hidup (%) =

X : jumlah sel sperma keseluruhan


Y : jumlah sel spermatozoa yang mati

Semen yang memiliki motilitas sperma kurang dari 60 % tidak dianjurkan untuk digunakan
dalam program inseminasi buatan.

4. Abnormalitas Sperma
Ketidaknormalan bentuk sperma dalam satu contoh semen perlu diketahui karena tingkat
ketidaknormalan tersebut akan berkaitan dengan kesuburan (fertilitas) dari pejantan yang
ditampung semennya. Tingkat abnormalitas sperma dapat diketahui melalui preparat
pewarnaan diferensial yang sudah diuraikan pada bagian persentase sperma hidup.

Abnormalitas sperma terdiri dari dua kelompok, yaitu abnormalitas primer dan abnormalitas
sekunder. Abnormalitas primer terjadi selama proses pembentukan sperma di dalam testes,
sedangkan abnormalitas sekunder terjadi setelah proses pembentukan sperma, setelah keluar dari
tubuh ternak jantan, serta akibat pengolahan semen.

Bentuk-bentuk abnormalitas primer adalah :


a. Ukuran kepala lebih besar (macrocephalic) atau lebih kecil
b. (microcephalic) dari ukuran normal.
c. Kepala ganda atau ekor ganda
d. Bentuk kepala tidak normal (penyok, benjol, pipih atau tidak beraturan)

Bentuk-bentuk abnormalitas sekunder adalah :


a. Kepala pecah
b. Ekor putus (pada bagian leher atau tengah-tengah)
c. Ekor melipat, terpilin, atau tertekuk

Tempatkan preparat hasil pewarnaan diferensial pada meja objek mikroskop dan amati
menggunakan pembesaran lensa 10 x 40. Apabila kurang jelas dapat menggunakan pembesaran
10 x 100.
Amati sebanyak kurang lebih 200 sel sperma. Hitung berapa jumlah sperma yang bentuklnya
normal dan berapa yang tidak normal. Misalkan sperma yang normal sebanyak A sel dan yang
abnormal B sel, maka tingkat abnor-malitas sperma dalam sampel semen yang kita periksa dapat
diketahui melalui rumus :

Persentase Abnormalitas sperma =

Semen sapi umumnya mengandung sperma abnormal antara 5 – 35 %, domba 5 – 20 %, babi 10


– 30 %, kuda 10 – 40 %, daan ayam 5 – 15 % (Garner dan Hafez, 2000). Semen untuk keperluan
inseminasi buatan sebaiknya tidak mengandung sperma abnormal lebih dari 20 %.

Anda mungkin juga menyukai