MUSKULOSKELETAL
“Muscular Dystrophy dan Low Back Pain (Akut dan Kronik)”
Oleh :
KELOMPOK 6
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Askep Klien
dengan Gangguan Muskuloskletal : Muscular Distrophy dan Low Back Pain” dengan sebaik-
baiknya.
Makalah ini berisi pembahasan tentang gangguan pada sistem muskuloskletal yaitu
muscular distrophy dan low back pain, mulai dari definisi, etiologi, patofisiologi, tanda dan
gejala, serta askep dari gangguan tersebut. Kami juga menyadari bahwa tugas makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan dalam pembuatan suatu makalah atau karya ilmiah. Untuk itu
kami mengharapkan kritik, saran dan solusinya agar kami dapat menyempurnakan tugas
makalah ini di masa yang akan datang.
Dengan demikian, kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi semuanya dan dapat dijadikan pengetahuan dan sumber referensi
bagi pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit distrofi otot merupakan penyakit kongenital terkait kromosom X yang
disebabkan adanya mutasi pada gen distrofin. Distrofi otot yang paling umum ialah distrofi
otot Duchenne dan distrofi otot Breck. Penyakit ini ditandai dengan kelemahan otot yang
progresif sejak balita. Individu yang terkena, sering kehilangan kemampuan berjalannya
sebelum usia 12 tahun. Sebelum dekade ketiga, pasien sering meninggal karena gagal nafas
atau gagal jantung. Pada Distrofi otot duchenne, tidak adanya produksi distrofin akan
menginduksi terjadinya kelemahan otot yang berkelanjutan, yang pada akhirnya menimbulkan
kematian prematur dari individu dengan mutasi pada gen distrofi.
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung belakang adalah suatu sindroma nyeri yang
terjadi pada regio punggung bagian bawah yang merupakan akibat dari berbagai sebab
(kelainan tulang punggung/spine sejak lahir, trauma, perubahan jaringan, pengaruh gaya berat).
LBP merupakan keluhan yang sering kita dengar dari orang usia lanjut, namun tidak tertutup
kemungkinan dialami oleh orang usia muda. Gangguan ini paling banyak ditemukan di tempat
kerja, terutama pada mereka yang beraktivitas dengan postur tubuh yang salah. LBP
merupakan salah satu gangguan musculoskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang
kurang baik. Hampir semua orang pernah menderita sakit ini. Pada kebanyakan kasus, sakit ini
hanya berlangsung sebentar tapi sering kali muncul lagi. Penyebab timbulnya nyeri punggung
tidak selalu bisa ditentukan, tapi tempat munculnya rasa sakit dan lamanya rasa sakit
berlansung bdapat digunakan untuk menunjukkan penyebab rasa nyeri
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a) Apa yang dimaksud dengan distrofi otot, low back pain akut dan kronik?
b) Apakah etiologi dari distrofi otot, low back pain akut dan kronik?
c) Bagaimanakah tanda dan gejala dari distrofi otot, low back pain akut dan kronik?
d) Bagaimanakah penyimpangan KDM dari distrofi otot, low back pain akut dan kronik?
e) Apa saja pemeriksaan penunjang pada klien dengan distrofi otot, low back pain akut dan
kronik?
f) Bagaimana penatalaksanaan dari distrofi otot, low back pain akut dan kronik?
g) Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada distrofi otot, low back pain akut
dan kronik?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a) Tujuan Umum :
Untuk mempelajari bagaimana asuhan keperawatan dari gangguan muskuloskletal dalam
hal ini gangguannya yaitu distrofi otot dan low back pain (akut dan kronik).
b) Tujuan Khusus :
Untuk mengetahui definisi, etiologi, tanda dan gejala, penyimpangan KDM, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
distrofi otot, low back pain (akut dan kronik).
BAB II
PEMBAHASAN
DISTROFI OTOT
A. Pengertian
Distrofi muskular atau distrofi otot adalah kelompok gangguan otot kronik
dikarakteristikkan oleh kelemahan dan pelisutan skelet progresif atau otot volunter.
Distrofi otot merupakan adalah suatu penyakit otot herediter yang disebabkan oleh
mutasi genetik pada gen dystropin yang diturunkan secara x-linked resesif
mengakibatkan kemerosotan dan hilangnya kekuatan otot secara progresif.
B. Etiologi
Etiologi dari distrofi otot berhubungan dengan abnormalitas kode genetik
khusus pada protein otot. Distrofi otot secara genetik diklasifikasikan menjadi sex-
linked,resesif otosomal, dan dominan otosomal. Sex-linked terbagi menjadi Duchenne,
Becker, Emery-Dreifuss. Resesif otosomal terbagi Facioscapulahumeral, Distal,
Okular, Okulofaringeal, terakhir dominan otosomal. Distrofi otot duchenne dan becker
sama-sama disebabkan adanya mutasi pada gen distrofin. Gen distrofin merupakan
salah satu gen terbesar dalam genom manusia dengan ukuran lebih dari 3 Mb pada
kromosom X, memilki 79 ekson serta mengkode 14 kb mRNA. Kurang dari 1% dari
total gen akan ditranskripsi menjadi RNA matur melalui proses splicing yang sangat
banyak sehingga berkontribusi besar terhadap kejadian mutasi pada gen ini.
C. Manifestasi Klinik
Pada distrofi otot Duchene, didapatkan tiga tanda mayor, yaitu kelemahan pada
otot saat mulai berjalan, hilangnya kemampuan untuk ambulasi, dan kelemahan otot
pada saat akan meninggal dunia. Secara umum klinis motorik normal, walaupun
didapatkan keterlambatan perkembangan otot. Tanda klinis penting adalah gaya
berjalan Gait disertai hiperlordosis dari lumbal saat berjalan, manifestasi umum yang
sering didapatkan adalah : Bahu dan lengan atas mengarah ke belakang pada saat
berjalan, pendorongan perut akibat lemahnya otot abdominal, punggung lordosis pada
saat berjalan, otot bokong lemah, pengecilan dan lemahnya otot paha , lutut tertekuk ke
belakang untuk menerima berat badan, keseimbangan sangat kurang dan pasien
mempunyai riwayat sering jatuh, pengecilan otot tungkai, kontraktur sendi pergelangan
kaki, kelemahan otot betis. Pada Distrofi Muscular Duchene, tidak adanya produksi
distrofin akan menginduksi terjadinya kelemahan otot yang berkelanjutan, yang pada
akhirnya menimbulkan kematian prematur dari individu dengan mutasi pada gen
distrofin. Pada Backer Muscular Distrofi, distrofin yang fungsional sebagian masih
terproduksi sehingga memberikan manifestasi fenotip yang lebih ringan dibandingkan
DMD, dengan angka harapan hidup yang lebih tinggi (Syarif & Widiasteti, 2009)
D. Pathway Mutasi Gen
Disfagositosis
Distrofi Otot
Kekakuan otot
B1 B2 Kontraktilitas B3 B4 B5 B6
pernafasan
jantung
menurun
Kelemahan Kelemahan Kelemahan Kelemahan sel Kelemahan
Kolaps paru Kelemahan
otot otot otot otot otot otot
Preload,
Co2 meningkat, Bradikardi, afterload Penurunan Kelemahan otot Disfungsi otot
Dusfungsi terganggu Pergerakan
hipoksia hipotensi kesadaran polos untuk polos
diafragma lambat,
mengalirkan
urine ke ureter perubahan
Penurunan Suplai O2 ke Hipoksia,
Dispnea Gangguan saat berjalan
Gang. curah jantung jaringan hipoksemia
menurun Gastrointestinal
Pertukaran Gas
Kekurangan
Inkotinensia nutrisi kurang
urin dari kebutuhan
tubuh
Gangguan
Eliminasi
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan pada sistem muskular.
2. Elektromiografi (EMG)
Pemeriksaan EMG dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pada otot.
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Suportif
Penatalaksanaan suportif ditujukan untuk mempertahankan klien seaktif mungkin
dan berfungsi senormal mungkin, serta meminimalkan penyimpangan fungsional.
Program latihan terapeutik ditujukan untuk klien individual untuk mencegah
ketegangan otot, kontraktur, dan atrofi disuse. Bebat malam dan latihan peregangan
digunakan untuk menunda kontraktur sendi, khususnya pergelangan kaki, lutut, dan
panggul, Brace dapat mengompensasi kelemahan otot.
2. Intervensi Bedah
Bedah ortopedi perbaikan dilakukan untuk memperbaiki deformitas. Berbagai
intervensi seperti tenotomi pada kontraktur sendi hip dan lutut untuk menurunkan
progresivitas, dekompresi, dan stabilisasi fusi spina dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan pada fungsi paru.
G. Asuhan Keperawatan Distrofi Otot
LOW BACK PAIN
A. Pengertian
Nyeri yang akut biasanya datang dengan tiba-tiba, dan bisa sangat parah hingga
anda tidak mampu bergerak atau berdiri tegak selama beberapa waktu. Rasa nyeri yang
menyerang tiba-tiba, rentang waktunya hanya sebentar antara beberapa hari sampai
beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Kejadiaan tersebut selain
dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamendan tendon. Pada kecelakaan
yang lebih serius, fraktrur tulang pada daerah lumbal dan spinal masih dapat sembuh
sendiri.
Sedangkan low back pain kronik adalah Rasa nyeri yang menyerang lebih dari
3 bulan atau rasa nyeri yang berulang-ulang atau kambuh kemballi. Chronic Low Back
Pain dapat terjadi karena osteoarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan
tumor. Masalah punggung akut bisa menjadi kronik jika tidak ditangani dengan tepat,
atau jika penyebabnya tidak ditasi dan masalah punggung kronis bisa menyebabkan
terjadinya serangan akut. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh
pada waktu yang lama.
B. Etiologi
Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh dua factor, yaitu factor
mekanik dan factor nonmekanik.
1. Faktor mekanik
Beberapa factor mekanik yang berhubungan dengan kondisi LBP, misalnya sebagai
berikut :
a. Degenerasi segmen diskus, misalnya osteoarthritis tulang belakang atau
stenosis tulan belakang.
b. Nyeri diskogenik tanpa gejala radicular
c. Radikulopati structural
d. Fraktur vertebra segmen atau osesus.
e. Spondilosis, disertai atau tanpa adanya stenosis kanal spinal
f. Makro dan mikro ketidakstabilan spinal atau ketidakstabilan ligament
lumbosacral dan kelemahan otot.
g. Ketidaksamaan panjang tungkai
h. Lansia (perubahan struktur tulang belakang)
2. Faktor nonmekanik
a. Sindrom neurologis :
1) Mielopati atau mielitis struktural
2) Pleksopati lumosakral (regangang) lumbosacral akut
3) Miopati
4) Spinal segmental atau dystonia umum
b. Gangguan sistemik
1) Primer atau neoplasma metastasis
2) Infeksi oseus, diskus atau epidural
3) Penyakit metabolik tulang, termasuk osteoporosis
c. Nyeri Kiriman (referred pain)
1) Gangguan ginjal, gangguan gastrointestinal, masalah pelvis, tumor
retroperineal, aneurisma abdominal.
2) Masalah psikosomatik
Kebanyakan nyeri punggung bawah terjadi akibat gangguan musculoskeletal dan
diperberat oleh aktivitas, sedangkan nyeri akibat keadaan lainnya tidak
dipengaruhi oleh aktivitas. Obesitas, stress dan terkadang deprersi juga
dapat mengakibatkan LBP. Pasien dengan LBP kronik biasanya
mengalami ketergantungan terhadap beberapa jenis analgesic.
C. Manifestasi Klinik
Pasien biasanya mengeluh nyeri punggung yang tersamar pada tulang belakang
bagian bawah dan berlangsung selama beberapa tahun. Nyeri terutama dirasakan
sehabis istirahat dari aktivitas. Pada tingkat selanjutnya terjadi spasme otot
paravertebralis (peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang berlebihan)
disertai hilangnya lengkungan lordotik lumbal.
1. Pasien mengeluh nyeri dan keletihan baik nyeri punggung akut atau nyeri
punggung kronik.
2. Low back pain akut berlangsung Selma beberapa hari sampai beberapa minggu.
Sedangkan low back pain kronis berkembng secara bertahap, biasanya memburuk
dari waktu ke waktu dan berlangsung selama lebih dari tiga bulan.
3. Nyeri menjalar sepanjang radiks saraf (skiatika) meningkat dengan gerakan
4. Nyeri berkaitan dengan meluruskan tungkai (iritasi radiks spinal)
5. Spasme otot paravertebral (sangat meningkat tonus otot punggung postural)
dengan kehilangan sejumlah kurva lordotik lumbar dan kemungkinan deformitas
spinal
6. Radikulopati (masalah radiks saraf) atau nyeri punggung kronis.
7. Gerakan menjadi terbatas, dengan fleksibilitas yang terbatas. Low back pain
berhubungan dengan nyeri, mati rasa atau kesemutan dari kaki, seringkali sampai
bawah lutut.
D. Pathway
Gg. Muskuloskeletal,
Usia Lansia
trauma, factor mekanik
dan nonmekanik
Fibrokartilago
Kontraksi
menjadi padat tidak
punggung
teratur
Otot abdominal/
toraks, melemah
Terdesak otot
Stress mekanis
vetebrata
diskus lumbal
Mobilitas fisik bawah
terganggu Tulang belakang menyerap
goncangan vertical
Perubahan
degenerasi berat
Hambatan Terjadi perubahan struktur
mobilitas fisik dengan diskus susunan atas
fibri fertilago & matrik Herniasi nucleus
gelatinus purposus
REM menurun
Nyeri berlangsung Nyeri Akut
lama > 3 bulan serta
nyeri berulang
Klien terjaga
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan nyeri punggung bawah diberikan untuk meredakan gejala akut
dan mengatasi etiologi. Pada kasus HNP, terapi dibagi berdasarkan terapi konservatif
dan terapi bedah.
1. Konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi
fisik pasien, serta melindungi dan meningkatkan fungsi tulang punggung secara
keseluruhan. Terapi konservatif yang dilakukan antara lain sebagai berikut.
1) Istirahat
Tujuannya untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal, lama yang
dianjurkan adalah 2-4 hari. Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan
menyandarkan punggung, lutut, dan punggung bawah pada posisi sedikit fleksi.
Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan memisahkan permukaan sendi dan
memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.
2) Manajemen nyeri nonfarmakologis
Dilakukan dengan memberikan pendidikan pada pasien tentang cara
menurunkan keluhan nyeri tanpa penggunaan obat yaitu dengan teknik seperti :
Relaksasi napas dalam
Teknik distraksi (alih fokus perhatian)
Masase atau pijat pada beberapa area otot untuk meningkatkan sirkulasi
jaringan
3) Terapi obat
Analgetik dam NSAID
Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot
Opioid: tidak terbukti lebih efektif dari analgetik biasa. Pemakaian jangka
panjang dapat menyebabkan ketergantungan
Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun dapat
dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi
Analgetik ajuvan: dipakai pafa HNP kronis
4) Terapi fisik
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal pada punggung
seperti jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Dengan latihan dapat terjadi
pemanjangan otot, ligamen, dan tendon sehingga aliran darah semakin
meningkat. Beberapa latihan diantaranya sebagai beikut.
Latihan kelenturan: dengan membuat posisi meringkuk seperti bayi dari
posisi telentang, tungkai digunakan sebagai tumpuan tarikan. Untuk
menghasilkan posisi knee-chest, panggul diangkat dari lantai sehingga
punggung teregang, dilakukan fleksi bertahap punggung bawah bersamaan
dengan fleksi leher dan membawa dagu ke dada. Latihan ini dilakukan
sebanyak 3 kali gerakan, 2 kali sehari.
Latihan penguatan: latihan pergelangan kaki yaitu dengan menggerakkan
pergelangan kaki ke depan dan belakang dari posisi berbaring
Latihan menggerakkan tumit: dari posisi berbaring lutut ditekuk dan
kembali diluruskan dngan tumit tetap menempel pada lantai (menggeser
tumit)
Latihan mengangkat panggul: pasien dalam posisi telentang, dengan lutut
dan punggung fleksi, kaki bertumpu di lantai, kemudian punggung
ditekankan pada lantai dan panggul diangkat pelan-pelan dari lantai dibantu
dengan tangan yang bertumpu pada lantai. Latihan ini untuk meningkatkan
lordosis vertebra lumbal.
Latihan berdiri: berdiri membelakangi dinding dengan jarak 10-20 cm,
kemudian punggung menekan dinding dan panggul direnggangkan dari
dinding sehingga punggung menekan dinding. Latihan ini untuk
memperkuat muskulus kuadriseps.
Latihan peregangan otot hamstring: dilakukan dari posisi duduk, kaki lurus
ke depan, dan badan dibungkukkan untuk berusaha menyentuh ujung kaki.
Latihan berjinjit: dilakukan dengan berdiri seimbang pada 2 kaki, kemudian
berjinjit dan kembali seperti semula, gerakan ini dilakukan 10 kali.
Latihan mengangkat kaki: dilakukan dengan menekuk satu lutut,
meluruskan kaki yang lain dan mengangkatnya dalam posisi lurus 10-20 cm
dan tahan selama 1-5 detik. Turunkan kaki secara perlahan. Latihan ini
diulang 10 kali.
5) Pendidikan postural
Melatih postur untuk perlindungan dan pertahanan, posisi, serta
mekanika tubuh akan menghasilkan penguatan alamiah punggung dan
mengurangi kekambuhan dari nyeri punggung bawah. Beberapa pendidikan
postural, meliputi hal-hal sebagai berikut.
Berdiri. Hindari berdiri dan berjalan lama. Bila harus berdiri lama,
istirahatkan salah satu kaki pijakan kecil atau kotak untuk mengurangi
lordosis pinggang. Hindari posisi kerja membungkuk.
Duduk. Stres pada punggung akan lebih besar pada posisi duduk daripada
berdiri. Hindari duduk terlalu lama. Duduk dengan punggung tegak dan
dukungan pada punggung yang memadai.
Berbaring. Istirahat diutamakan karena kelelahan menyebabkan spasme
otot punggung. Letakkan papan keras di bawah kasur dan hindari tidur
dengan posisi telungkup. Ketika tidur telentang gunakan sebuah bantal di
bawah lutut untuk mengurangi lordosis.
Mengangkat. Saat mengangkat barang, jaga agar punggung tetap lurus dan
angkat beban sedekat mungkin dengan tubuh.
6) Traksi pelvis
Traksi pelvis tidak terbukti bermanfaat untuk menurunkan nyeri
punggung bawah, terutama pada kondisi nyeri dengan penyempitan struktural.
7) Diatermi/kompres panas/dingin
Mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot. Pada
keadaan akut biasanya digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat
edema. Untuk nyeri kronik digunakan kompres panas maupun dingin.
8) Korset lumbal
Dapat digunakan untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut / nyeri
pada nyeri punggung bawah kronis.
2. Terapi bedah
Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi pada saraf
sehingga nyeri dan gangguan fungsi yang hilang. Jenis prosedur disesuaikan dengan
faktor etiologi yang mendasari.
G. Asuhan Keperawatan Low Back Pain (LBP)
Syarif, I., & Widiasteti. (2009). DISTROFI MUSCULAR DUCHENE. Majalah Kedokteran
Andalas, 33.