Anda di halaman 1dari 5

Meski Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam menganjurkan para pria

untuk lebih mengutamakan perawan untuk dinikahi, bukan berarti


beliau melarang seorang pria menikahi janda. Bukankah sebagian besar
istri beliau juga janda?
Bagi seorang pria, menikahi janda juga bisa dijadikan pilihan. Apalagi
jika ia berniat untuk menyantuni seorang wanita yang tidak lagi
bersuami dan anak yatim yang kehilangan kasih sayang seorang ayah.
Jika dilakukan dengan ikhlas, semua itu insyaallah akan membuahkan
pahala yang besar.

Memang harus diakui, gadis perawan tentu memiliki banyak kelebihan


dibandingkan seorang janda. Akan tetapi, janda pun punya satu
kelebihan dari perawan, yaitu ia lebih berpengalaman ! Ya, karena ia
sudah pernah berumah tangga. Dengan begitu, diharapkan dia bisa
mengurus rumah tangganya dengan lebih baik.

Jika dulu ia pernah gagal membina keluarga bersama suami


pertamanya, maka diharapkan ia bisa belajar dari pengalamannya itu
untuk kemudian lebih introspeksi dan memperbaiki diri. Sehingga jika
kemudian ia menikah lagi, ia akan berusaha menjaga keutuhan rumah
tangganya, agar tidak karam sebagaimana yang pertama.

Pilih yang Shalihah

Jika ingin menikahi janda, seorang lelaki tetap harus memperhatikan


rambu-rambu yang telah diberikan Rasululah shalallahu ‘alaihi
wassalam untuk memilih calon istri.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

‫ت الندنيلن تكلربكنت يككداكك‬ ‫ للكماَللكهاَ كوللكح ك‬:‫ساَحء للكنربككعةة‬


‫ كفاَنظفكنر بلكذا ل‬،َ‫سبلكهاَ كوللكجكمللكهاَ كولللدنينلكها‬ ‫تحننككحح النن ك‬

, “Wanita itu dinikahi karena empat hal. Karena hartanya,


keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah agamanya,
(kalau tidak) engkau akan celaka.”

(Riwayat Bukhari dan Muslim)

Dalam Syarah Muslim, Imam Nawawi menjelaskan bahwa barangsiapa


yang memilih karena pertimbangan agama, maka akan mendapatkan
kebaikan dan barakah serta terlindung dari berbagai mafsadat. Ini buah
dari mulianya akhlak dan kebaikan wanita pilihannya.

Adapun mengenai gambaran akhlaq wanita shalihah, adalah yang selalu


menyenangkan hati suaminya bila dipandang, selalu taat pada suaminya,
tidak pernah melanggar perintahnya serta tidak berkhianat dalam
mengelola harta suaminya. Wanita seperti inilah sebaik-baik perhiasan
dunia, yang layak dimiliki oleh lelaki yang shalih.

Untuk Para Janda

Untuk para saudariku yang saat ini sudah menjanda, jangan biarkan hati
kalian terus-menerus dalam kesedihan.

Sungguh, meski sudah tidak punya suami, tetapi kalian masih punya
Allah l yang Maha Hidup. Tetaplah menjaga kecintaan dan ketaqwaan
kepada Allah l,

karena Allah ta’ala berfirman,

‫ستككقاَحموُا تكتكنكنزحل كعلكنيلهحم انلكملَئلككةح كألَ تككخاَحفوُا كولَ تكنحكزحنوُا كوأكنب ل‬


‫شحروا لباَنلكجننلة النلتيِ حكننتحنم حتوُكعحدوكن‬ ‫اح ثحنم ا ن‬
‫إلنن النلذيكن كقاَحلوُا كرببكناَ ن‬

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Rabb kami ialah Allah’,


kemudian mereka bersikap istiqamah, maka akan turun malaikat
kepada mereka (dengan mengatakan), ‘Janganlah kamu merasa takut
dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan
surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’”(Fushshilat:30)

Berusahalah untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, dan


jagalah akhlak kalian baik di dalam maupun di luar rumah. Sebisa
mungkin, kurangilah aktivitas di luar rumah.

Jika terpaksa harus keluar rumah, jangan lupa untuk senantiasa


menutup tubuhmu dengan pakaian yang syar’i. Jika mungkin, mintalah
salah seorang mahrammu untuk menemanimu.

Ingatlah bahwa keanggunan dan kesendirianmu bisa menjadi fitnah bagi


lelaki. Karena itu, berhati-hatilah dan jangan lupa berdoa dalam
memulai setiap langkahmu.

Jika kamu merindukan kasih sayang seorang suami sebagaimana dulu


pernah engkau miliki, maka berdoalah kepada Allah agar memberikan
yang terbaik untukmu. Sungguh Allah telah berjanji untuk mengabulkan
doa hamba-Nya, akan tetapi engkau pun harus bersabar. Yang
terpenting, jangan pernah berputus asa dari rahmat Allahu ta’ala.
Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan.

Tambahan faedah : ( tambahan faedah ini merupakan tulisan dari Ukht


Ummu Rumaisha)

Janda adalah status semata yang sama halnya dengan “menikah”, “tidak
menikah”, “duda”, “perjaka”, “perawan” dan kata sandang lainnya yang
beredar di masyarakat.
Terkadang dalam hidup seseorang harus berhadapan dengan pilihan
yang sulit bila masalah akhirnya menyebabkan pernikahannya kandas.
Atau ketika kuasa Tuhan bicara lain dari rencana sepasang manusia, dan
membuat yang ditinggalkan harus menjalani hidup sendiri.

Kalau dalam ajaran agama Islam posisi janda ini diletakkan sedemikian
rupa yang harus kita hormati, rasanya tidak adil menempatkan mereka
dalam kenegatifan. Dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam pun
beristrikan para janda yang ditinggal suaminya meninggal di medan
perang, karena beliau ingin menjaga kehormatan para wanita tersebut
dan menjamin masa depan anak-anaknya. Sedangkan dalam mayarakat
beberapa dari kita menempatkan seorang janda layaknya obyek tabloid
gosip. Rasanya ganjil kalau kita timpang sebelah memberikan cap yang
kurang baik pada seorang janda, sedangkan bagi seorang duda,
sepertinya hal yang biasa saja.

Ketika kita memutuskan untuk memberikan cap tertentu pada sebuah


status, tengoklah kembali siapa diri kita sebenarnya ini.

Kenapa kita tidak bisa melihat seseorang karena dia adalah pribadi yang
menarik, welas-asih, baik hati atau periang?

Kenapa kita tidak bisa mengukur seseorang karena kepandaiannya


memasak, merangkai bunga, ilmu dan agamanya?

Apa perlu kita mencampur adukkan status seseorang dengan


kemampuannya dalam masyarakat dan memberikan nilai rendah hanya
karena dia berbeda?

Status, apapun itu, apalagi seorang janda, mestinya membuat kita


berpikir keras. Berpikir bagaimana si wanita itu menghidupi
keluarganya, kalau dia memiliki anak . Berpikir bagaimana bisa berlaku
profesional di kantor, bukannya menyulut gosip-gosip iseng tentang
kawan kerja yang seorang janda. Semestinya kita terus belajar dengan
berkaca pada orang lain, karena di beberapa hal bisa jadi kita ini lebih
beruntung.

Terlepas dari semua itu, semua janda-muda harus memikul beban yang
tidak mudah, apalagi bila mereka sudah dikaruniai keturunan. Selain
harus menghidupi dirinya sendiri, sang janda muda juga harus bisa
berdiri tegar untuk menghidupi anak-anaknya.

Sedangkan untuk urusan asmara, janda-muda suka dihadapkan oleh


kendala penolakan dari keluarga laki-laki.

Saya sendiri suka menemukan kisah-kisah di mana para janda-muda


harus rela patah hati karena keluarga pihak laki-laki menolak kehadiran
mereka.
Dari berbagai alasan yang disampaikan, penolakan keluarga laki-laki
atas kehadiran seorang janda-muda sedikit banyak dipengaruhi oleh
bagaimana masyarakat melihat sosok janda-muda itu sendiri.

Sosok seorang janda muda mau tidak mau sering dikaitkan dengan
persepsi “bekas” atau “second hand“. Akibatnya, janda-muda seperti
mengalami penurunan kualitas sebagai calon pasangan hidup. Terlebih
lagi bila jandanya disebabkan oleh perceraian.

Saya pribadi menolak pandangan seperti ini. Karena seorang janda


muda hanyalah seseorang yang memang punya jalan hidup seperti itu,
terlepas dari ditinggal mati ataupun karena bercerai.

Ketika seorang wanita muda menjanda, tidak serta merta dia jadi turun
kualitasnya, dan bukan pula berarti dia jadi kurang cocok untuk jadi
pasangan hidup dibanding dengan wanita-wanita yang masih lajang.

Memutuskan untuk meminang seorang janda muda memang punya


kendalanya sendiri. Selain penolakan, kita juga harus mau berbesar hati
menerima anak-anaknya, dan mungkin suatu saat harus berhadapan
dengan mantan suami juga. Hal-hal seperti inilah yang mungkin
dipandang sebagai excess baggage nya janda-muda.
Bagi seorang laki-laki, kondisi tersebut tentunya akan berdampak pada
ketahanan psikologis, fisik dan ketahanan ekonominya.
Namun semua kembali pada pilihan.

Bila sang janda-muda memang bisa memberikan yang selama ini kita
cari dan bisa memberikan kedamaian hati, sudah selayaknyalah kita
memperjuangkan dirinya untuk dijadikan pasangan yang akan
menemani kita sampai hari tua nanti.

bersabarlah dengan kesabaran yang tinggi……wahai ukhti Muslimah


yang mengharapkan wajah NYA ta’ala
Ingatlah firman Allah ta’ala , berikut ini :

‫صاَبلحروكن أكنجكرحهنم بلكغنيلر‬


‫سكعةة إلننكماَ يحكوُنفىَّ ال ن‬ ‫سنكةة كوأكنر ح‬
‫ض ن‬
‫ال كوا ل‬ ‫قحنل كياَ لعكباَلد النلذيكن آكمحنوُا اتنحقوُا كربنحكنم لللنلذيكن أكنح ك‬
‫سحنوُا لفيِ كهلذله البدننكياَ كح ك‬
‫ب‬
‫ساَ ة‬ ‫لح ك‬

.” Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah


kepada Tuhanmu.” Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini
memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka
tanpa batas. “(QS.AZ ZUMAR :10)

bersabar dan bertaqwalah dengan sebenar benar taqwa, yakinlah Allahu


ta’ala akan memberikan yang terbaik wahai ukhti muslimah
‫صبلنر للححنكلم كربنكك فكإ لننكك بلأ كنعيحنلكناَ كو ك‬
‫سبننح بلكحنملد كربنكك لحيكن تكحقوُحم‬ ‫كوا ن‬

Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka


sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah
dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri, (QS Ath Thuur :
48)

Anda mungkin juga menyukai