Anda di halaman 1dari 36

DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

Masfufa *) , Nurlaela, Risman, St. Rahmawati

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA

Abstrak. Telah dilakukan pengukuran panjang, pengukuran massa, serta pengukuran waktu dan
suhu dengan tujuan dilaksanakannya experiement ini adalah mampu menggunakan alat-alat ukur
dasar dan menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang, serta mengerti atau
memahami penggunaan angka berarti. Sebelum melakukan pengukuran, terlebih dahulu harus
mengenal alat-alat yang akan digunakan yakni mengtahui prinsip dan fungsi alat dan
mempelajari cara menentukan NST masing-masing alat. Pada pengukuran panjang dilakukan
dengan menggunakan tiga alat yaitu mistar, jangka sorong, dan micrometer sekrup. Kemudian
objek yang digunakan adalah kubus dan bola untuk menentukan besar panjang, lebar, tinggi dan
diameter bola. Pengukuran massa dilakukan dengan menggunakan tiga macam neraca Ohauss,
yaitu Neraca Ohauss 2610 gram, Neraca Ohauss 311 gram dan Neraca Ohauss 310 gram. Adapun
objek yang digunakan adalah kubus dan bola untuk menentukan besar massa dari objek tersebut.
Pengukuran waktu dengan menggunakan stopwatch dan pengukuran suhu menggunakan
thermometer untuk mengukur suhu suatu zat dan waktu yang diperlukan. Dengan bantuan gelas
ukur, kaki tiga dan kasa, pembakar Bunsen serta air secukupnya maka dapat ditentukan besar
suhu dan waktu dengan mengambil acuan suhu mula-mula. Sebagai kesimpulan kegiatan
experiment ini untuk menganalisis data-data dengan menentukan ketidakpastian dengan
pengukuran tunggal dan berganda.

Kata kunci: Alat ukur, NST, pengukuran , teori ketidakpastian

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana cara menggunakan alat-alat ukur dasar?


2. Bagaimana menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang?
3. Bagaimana mengerti atau memahami penggunaan angka berarti ?

TUJUAN
1. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar
2. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang
3. Mengerti atau memahami penggunaan angka berarti.

1
Teori Singkat
Pengukuran adalah bagian dari Keterampilan Proses Sains yang merupakan
pengumpulan informasi baik secara kuatitatif maupun secara kualitatif. Dengan
melakukan pengukuran, dapat diperoleh besarnya atau nilai suatu besaran atau bukti
kualitatif. Dalam sains Fisika, tidak hanya menyampaikan kumpulan fakta-fakta saja tapi
seharusnya mengajarkan sains sebagai proses (menggunakan pendekatan proses). Oleh
karena itu, melakukan percobaan dalam laboratorium, berarti sengaja membangkitkan
gejala-gejala alam kemudian melakukan pengukuran.

Ketepatan dan Ketelitian Pengukuran


Ketepatan (keakuratan)
Jika suatu besaran diukur beberapa kali (pengukuran berganda) dan
menghasilkan harga-harga yang menyebar di sekitar harga yang sebenarnya
maka pengukuran dikatakan “ akurat “. Pada pengukuran ini, harga rata-ratanya
mendekati harga yang sebenarnya.
Ketelitian (kepresisian)
Jika hasil-hasil pengukuran terpusat di suatu daerah tertentu maka pengukuran
disebut presisi (harga tiap pengukuran tidak jauh berbeda).

Angka Penting atau Angka Berarti


1. Semua angka yang bukan nol adalah angka penting.
2. Angka nol yang terletak di antara angka bukan nol termasuk angka penting
contoh : 25,04 A mengandung 4 angka penting.
3. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol termasuk angka penting,
kecuali kalau ada penjelasan lain, misalnya berupa garis di bawah angka
terakhir yang masih dianggap penting. Contoh 22,30 m mengandung 4 angka
penting dan 22,30 m mengandung 3 angka penting.
4. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, baik di sebelah
kanan maupun di sebelah kiri koma desimal tidak termasuk angka penting.
Contoh: 0,47 cm mengandung 2 angka penting.

2
Analisis Ketidakpastian Pengukuran
Suatu pengukuran selalu disertai dengan ketidakpastian. Beberapa penyebab
ketidakpastian tersebut antara lain adalah Nilai Skala Terkecil ( NST ), kesalahan
kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, adanya gesekan, fluktuasi parameter
pengukuran dan lingkungan yang sulit mempengaruhi serta keterampilan pengamat.
Dengan demikian amat sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui
pengukuran. Beberapa panduan akan disajikan dalam modul ini, yaitu bagaimana cara
melaporkan ketidakpastian yang menyertainya.
 Ketidakpastian Pengukuran Tunggal.
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu kali saja.
Keterbatasan skala alat ukur dan keterbatasan kemampuan mengamati serta
banyak sumber kesalahan lain, mengakibatkan, Hasil Pengukuran Selalu
Dihinggapi Ketidakpastian.
Nilai x sampai goresan terakhir dapat diketahui dengan pasti, namun
bacaan selebihnya adalah terkaan atau dugaan belaka sehingga patut diragukan.
Inilah ketidakpastian yang dimaksud dan diberi lambang ∆𝑥. Lambang ∆𝑥
merupakan ketidakpastian mutlak. Untuk pengukuran tunggal diambil
kebijaksanaan:
∆𝑥 = ½ NST Alat ….(1)
Dimana ∆𝑥 adalah ketidakpastian pengukuran tunggal. Angka 2
mempunyai arti satu skala (nilai antara dua goresan terdekat) masih dapat dibagi
2 bagian secara jelas oleh mata. Nilai ∆𝑥 merupakan hasil pengukuran
dilaporkan dengan cara yang sudah dibakukan seperti berikut:
X =|𝑥 ± ∆𝑥|satuan ….(2)
Diamana:
X = symbol besaran yang diukur
∆𝑥 = hasil pengukuran beserta ketidakpastiannya.
[X] = Satuan besaran x (dalam satuan SI)

∆𝑥 atau ketidakpastian mutlak pada nilai {𝑥} dan memberi gambaran tentang
mutu alat ukur yang digunakan.

Semakin baik mutu alat ukur, semakin kecil ∆𝑥 yang diperoleh.

3
Dengan menggunakan alat ukur yang lebih bermutu, maka diharapkan
pula hasil yang diperoleh lebih tepat, oleh karena itu ketidakpastian mutlak
menyatakan ketepatan hasil pengukuran.

Semakin kecil ketidakpastian mutlak, semakin tepat hasilpengukuran.

Perbandingan antara ketidakpastian mutlak dengan hasil pengukuran


(∆𝑥 /𝑥) disebut ketidakpastian relative pada nilai {𝑥}, sering dinyatakan dalam
% (tentunya harus dikalikan dengan 100%). Ketidakpastian relative menyatakan
tingkat ketelitian hasil pengukuran.

Makin kecil ketidakpastian relative, makin tinggi ketelitian yang dicapai pada
pengukuran.
 Pengukuran Berulang ( Berganda )
Dengan mengadakan pengulangan, pengetahuan kita tentang nilai
sebenarnya menjadi semakin baik. Pengulangan seharusnya diadaka sesering
mungkin, makin sering makin baik, namun perlu dibedakan antara pengulangan
beberapa kali (2 kali atau 3 kali saja) dan pengulangan yang cukup sering (10
kali atau lebih). Pada modul ini, kita akan hanya membahas pengukuran yang
berualng 2 atau 3 kali saja. Jika pengukuran dilakukan sebanyak 3 kai, denga
hasil x1,x2,dan x3 atau 2 kali saja misalnya pada awal percobaan dan pada akhir
percobaan, maka {𝑥} dan ∆𝑥 dapat ditentukan sebagai berikut. Nilai pengukuran
dilaporkan sebagai {𝑥̅ } sedangkan deviasi ( penyimpangan ) terbesar atau deviasi
rata-rata dilaporkan sebagai ∆𝑥. Deviasi adalah selisih antara tiap hasil
pengukuran dari nilai rata-ratanya.Jadi :
{𝑥} = 𝑥̅ , rata-rata pengukuran
∆𝑥 = 𝛿 maximum
= 𝛿 rata-rata
Dengan :
𝑥1+𝑥2+𝑥3
𝑥̅ = dan,
3

4
Deviasi 𝛿1 = |𝑥1 − |𝑥̅ , 𝛿2 = |𝑥2 − 𝑥̅ |, dan 𝛿3 = |𝑥3 − 𝑥̅ |. ∆𝑥 adalah yang
terbesar di antara 𝛿1, 𝛿2, dan 𝛿3. Atau dapat juga diambil dari:

𝛿1+𝛿2+ 𝛿3
∆𝑥 = 3
…. (3)

Disarankan agar 𝛿𝑚𝑎𝑘𝑠 diambil sebagai ∆𝑥 oleh karena ketiga nilai x1, x2, dan
x3 akan tercakup dalam interval: (x - ∆𝑥) dan (x + ∆𝑥).
Yang menjadi persoalan sekarang adalah bagaimana cara menentukan
jumlah angka berarti yang harus digunakan dalam melaporkan hasil suatu
pengukuran. Jumlah ini harus tepat sesuai dengan ketepatan yang tercapai dalam
pengukurannya agar orang lain yang membaca laporan itu tidk mendapat kesan
yang keliru tentang ketelitian pengukuran itu.
Jumlah angka berarti ditentukan oleh ketidakpastian relatifnya. Dalam
hal ini orang sering menggunakan suatu aturan praktis sebagai berikut:
∆𝑥
 𝑥
sekitar 10%, menggunakan 2 angka berarti.
∆𝑥
 𝑥
sekitar 1%, menggunakan 3 angka berarti.
∆𝑥
 𝑥
sekitar 0,1%, menggunakan 4 angka berarti.

Selain cara di atas jumlah angka berarti yang dilaporkan dapat diperoleh dari
persamaan:
∆𝑥
Jumlah angka berarti (AB) = 1 − 𝑙𝑜𝑔 𝑥
…. (4)

Rambat Ralat Pengukuran Tunggal


Misalkan suatu fungsi y = f ( a, b, c, ……. ), y adalah hasil perhitungan dari
besaran terukur a, b, dan c, (pengukuran tunggal). Jika a berubah sebesar da, b berubah
sebesar db, dan c berubah sebesar dc, maka :
𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑦
dy = |𝜕𝑎| 𝑑𝑎 + |𝜕𝑏 | 𝑑𝑏 + | 𝜕𝑐 | 𝑑𝑐 ….(5)

analog di atas, dapat dituliskan menjadi :


𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑦
∆𝑦 = |𝜕𝑎| ∆𝑎 +|𝜕𝑏 | ∆𝑏 + | 𝜕𝑐 | ∆𝑐 ….(6)

∆𝑎, ∆𝑏, ∆𝑐…..diperoleh dari ½ NST alat ukur atau sesuai aturan yang telah dijelaskan
sebelumnya.

5
METODE EKSPERIMEN
Dalama pengukuran panjang digunakan 3 alat besaran diantaranya mistar, jangka
sorong serta mikrometr sekrup. Pada pengukuran massa digunakan pula 3 alat
diantaranya Neraca Ohauss 2610 gram, Neraca Ohauss 311 gram dan Neraca Ohaus 310
gram. Adapun bahan yang diukur adalah kubus dan bola pejal.
Pengukuran panjang dengan menggunakan mistar pertama-tama kita harus
mengetahui Nilai Skala Terkecil (NST) pada mistar tersebut. Adapun cara untuk mencari
atau menghitungnya yaitu hasil pembagian dari jumlah skala dengan banyaknya goresan
pada jumlah skala pada mistar tersebut. Setelah itu kita menghitung berapa nilai
ketidakpastian dari mistar. Dengan cara membagikan NST mistar dengan jumlah
goresan yang tidak bisa dihitung atau dibagi lagi (n). Kemudian dilanjutkan dengan
mengukur panjang, lebar, tinggi untuk benda kubus. Sedangkan pada bola pejal
mengukur panjang diameternya. Sama seperti halnya pada mistar, hanya saja pada
jangka sorong untuk menghitung NSTnya agak sedikit berbeda yaitu, melihat jumlah
skala pada skala Nonius (skala yang selalu digeser geser) jangka sorong yang berimpit
dengan jumlah skala tetap pada jangka sorong. Kemudian dilanjutkan dengan membagi
nilai yang didapat dari pengamatan tadi. Dilanjutkan dengan mengurangkan angka bulat
yang terdekat pada hasil dari pembagian skala Nonius dengan skala tetap pada jangka
sorong. Untuk menetahui nilai pergeseran tiap skala. Jika telah didapati itulah nilai dari
NST jangka sorong. Untuk nilai ketidakpastian jangka sorong sama dengan cara mistar.
Hanya saja, (n)nya itu berbeda dengan mistar. Alat ketiga adalah micrometer sekrup.
Untuk mencari NSTnya sama seperti mencari NST pada mistar serta (n) juga memiliki
nilai yang sama yang.
Rumus umum mencari nilai ketidakpastiannya:
𝑁𝑆𝑇 1
∆𝑥 = 𝑛
atau ∆𝑥 = 𝑛
NST ….(7)
Untuk pengukuran massa yang menggunakan 3 Neraca Ohauss dengan tingkat
ketelitian yang berbeda beda sama seperti ketiga alat tadi, hanya saja cara menggunakan
untuk pengukuran yang berbeda. Untuk Neraca Ohauss 2610 cara penggunaannya yaitu
pertama-tama kita harus menyeimbangkan alat tersebut, dengan cara memastikan
penunjukan arah panah dengan garis mendatar pada alat tersebut. Kemudian kembali kita
mencari NSTnya. Adapaun cara mencarinya sama seperti mistar. Karena Neraca Ohauss
2610 gram menggunakan 3 lengan skala, maka yang digunakan untuk menentukan NST
adalah lengan yang skalanya paling kecil. Kemudian untuk mencari tingka

6
ketidakpastiannya sama dengan alat ukur lainya. Dilanjutkan dengan Neraca Ohauss 311
gram sama seperti alat ukur Neraca Ohauss 2610 awal menggunakannya. Cara mencari
NST serta nilai ketidakpastiaannya sama seperti dengan Neraca Ohauss 2610 gram.
Hanya saja pada Neraca Ohauss 311 gram memiliki 4 lengan. Terakhir adalah Neraca
Ohauss 310 gram. Untuk Neraca ini agak seidikit berbeda dengan Neraca lainnya tapi
hamper mirip sistemnya dengan Jangka Sorong. Untuk mencari NSTnya, pertama tama
kita harus tetap melakukan penyeimbangan seperti halnya pada Neraca yang lain.
Kemudian bila telah didapati hasil dari pembagian batasa ukur dengan jumlah skala pada
Neraca tersebut dikalikan degan Nilai Penunjukan skala Putar yang berimpit dengan
Skala Noniusnya (skala diam). Setelah itu hasil dari perkalian tersebut kita lanjutkan
dengan dibaginya angka tersebut dengan penunjukan Skala Nonius atau umlah goresan
pada Skala Nonius. Apabila kembali telah didapati hasilnya angka bulat yang mendekati
dengan hasil yang tadi, itu dikurangkan. Maka didapatilah NSTnya. Untuk nilai
ketidakpastiannya sama halnya dengan alat ukur lainnya.

Alat dan Bahan

Alat :
1. Penggaris/mistar = 1 buah
2. Jangka Sorong = 1 buah
3. Mikrometer Sekrup = 1 buah
4. Stopwatch = 1 buah
5. Termometer = 1 buah
6. Neraca Ohauss = 1 buah
7. Galas Ukur = 1 buah
8. Kaki Tiga dan Kasa = 1 buah
9. Pembakar Bunsen = 1 buah

Bahan:
1. Balok Besi = 1 buah
2. Bola bola kecil = 1 buah
3. Air secukupnya

Identifikasi Variabel
Kegiatan 1
1. Panjang, lebar, tinggi dan diameter
2. Balok besi dan bola bola kecil
3. Hasil Pengamatan

7
Kegiatan 2
1. Massa
2. Balok besi dan bola kecil
3. Hasil Pengamatan
Kegiatan 3
1. Suhu dan waktu
2. Air
3. Hasil Pengamatan

Definisi Operasional Variabel


Kegiatan 1 Pengukuran Panjang
1. Balok besi dan bola bola kecil adalah benda dengan struktur bahannya dari
besi.
2. Panjang balok kubus adalah ukuran panjang dari salah satu rusuk balok
kubus yang dijadikan sebagai “panjang” balok kubus yang ditetapkan
sebagai suatu garis vertikal di bagian sisi depan balok kubus.
3. Lebar balok kubus adalah ukuran panjang dari salah satu rusuk balok kubus
yang dijadikan sebagai “Lebar” balok kubus yang ditetapkan sebagai suatu
garis horizontal di bagian sisi depan balok kubus.
4. Tinggir balok kubus adalah ukuran panjang dari salah satu rusuk balok
kubus yang dijadikan sebagai “Tinggi” balok kubus yang ditetapkan sebagai
suatu garis horizontal di bagian sisi samping balok kubus.
5. Diameter bola bola kecil adalah ukuran panjang darigaris tengah kelereng
yang ditetapkan sebagai sebuah garis lurus yang melalui titik tengah
kelereng yang membagi sama panjang/lebar bagian atas dan bawah kelereng.

Kegiatan 2
1. Massa adalah ukuran banyaknya materi yang terkandung pada balok kubus
dan kelerengdengan satuan gram (g)
2. Balok besi dan bola bola kecil adalah benda dengan struktur bahannya dari
besi.
Kegitan 3
1. Suhu adalah ukuran dari perubahan temperatur air dengan satuan derajat
celsius (°C) yang dikur dengan menggunakan thermometer.
2. Waktu adalah ukuran dari lamanya jarum berputar pada alat yang digunakan
yakni stopwatch dengan satuan second (s).

8
3. Air adalah suatu senyawa kimia H2O yang sangat istimewa, yang dalam
kandungannya terdiri dari senyawa Hidrogen(H2), dan senyawa Oksigen
(O2).

Prosedur Kerja
Kegiatan 1
Pelaksanaan pengukuran besaran panjang
Pertama-tama ambil mistar, jangka sorong dan micrometer sekrup untuk
menentukan NST. Kemudian mengukur masing-masing sebanyak 3 kali
untuk panjang, lebar dan tinggi balok besi berbentuk kubus yang
disediakan dengan menggunakan ketiga alat ukur tersebut. Setelah
melakukan pengukuran catat hasil pengukuran pada tabel hasil
pengamatan dengan disertai ketidakpastiannya. Sama halnya seperti
balok besi, kita juga mengukur masing-masing sebanyak 3 kali untuk
diameter bola (mengukur di tempat berbeda) yang disediakan dengan
menggunakan ketiga lata ukur tersebut. Kemudian kembali mencatat
hasil pengukuran pada tabel hasil pengamatan dengan disertai
ketidakpastiannya.

Kegiatan 2
Pelaksanaan pengukuran besaran massa
Seperti dengan kegiatn pertama, pertama-tama tentukan trerlebih dahulu
masing-masing NST neraca. Kemudian ukur massa balok besi dan bola
(yang digunakan pada pengukuran panjang) sebanyak 3 kali secara
berulang. Dan selanjutnya mencatat hasil pengukuran yang dilengkapi
dengan ketidakpastian pengukuran.

Kegiatan 3
Pelaksanaan pengukuran besaran suhu dan waktu
Pertama-tama siapkan gelas ukur, Bunsen pembakar lengkap dengan
kaki tiga dan lapisan asbesnya dan sebuah termometer. Dilanjutkan
dengan mengisi gelas ukur dengan air ½ bagian dan meletakkan di atas
kaki tiga tanpa ada pembakar. Kemudian mengukur temperaturnya
sebagai temperature mula-mula. Selanjutnya menyalakan Bunsen
pembakar dan menunggu beberapa saat hingga nyalanya terlihat normal.
Letakkan Bunsen pembakar tadi tepat di bawah gelas kimia bersamaan
dengan menjalankan alat pengukur waktu. Terakhir adalah mencatat
perubahan temperature yang terbaca pada termometer tiap selang waktu
1 menit sampai diperoleh 6 data.

9
Hasil Eksperimen dan Analisis Data

Hasil Eksperimen

A. Pengukuran Panjang
Mistar
NST Mistar : 1 mm
Jangka Sorong
NST Skala Utama : 1 mm
NST Jangka Sorong : 0,05 mm
Mikrometer Sekrup
NST Skala Utama : 0,5 mm
NST Skala Ukur : 0,01 mm

Table 1. Hasil Pengukuran Panjang


Benda Besaran Hasil Pengukuran (mm)
NO yang yang Mistar Jangka Mikrosekrup
diukur diukur Sorong
1 Balok 1. |18,5± 0,5| |19,00± 0,05| |18,890±0,005|
Panjang 2. |18,5± 0,5| |18,40±0,05| |18,870±0,005|
3. |18,5± 0,5| |19,40±0,05| |18,860±0,005|
1. |18,5 ± 0,5| |19,40±0,05| |18,835±0,005|
Lebar 2. |18,5 ± 0,5| |18,45±0,05| |18,910±0,005|
3. |18,5 ± 0,5| |19,00±0,05| |18,900±0,005|
1. |17,0 ± 0,5| |17,10±0,05| |16,940±0,005|
Tinggi 2. |17,0 ± 0,5| |17,10±0,05| |16,940±0,005|
3. |17,0 ± 0,5| |17,15±0,05| |16,845±0,005|
2 Bola 1. |23,0 ± 0,5| |24,30±0,05| |25,240±0,005|
Diameter 2. |23,5 ± 0,5| |25,50±0,05| |25,270±0,005|
3. |23,5 ± 0,5| |25,40±0,05| |25,295±0,005|

B. Pengukuran Massa

a) Neraca Ohauss 2610 gram


Nilai skala lengan 1 : 100 gram
Nilai skala lengan 2 : 10 gram
Nilai skala lengan 3 : 0,1 gram
Massa beban gantung :

10
Tabel 2. Hasil pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 2610 gram
Penun. Penun. Penun. Beban
Benda Massa benda (g)
Lengan 1 Lengan 2 Lengan 3 gantung
Balok 1. 0 1. 50 1. 1,2 1. |51,20 ± 0,05|
Kubus 2. 0 2. 50 2. 1,2 2. |52,20 ± 0,05|
3. 0 3. 50 3. 1,4 3. |51,40 ± 0,05|
Bola 1. 0 1. 60 1. 6,7 1. |66,70 ± 0,05|
2. 0 2. 60 2. 6,7 2. |66,70 ± 0,05|
3. 0 3. 60 3. 6,7 3. |66,70 ± 0,05|

b) Neraca Ohauss 311 gram


Nilai skala lengan 1 : 100 gram
Nilai skala lengan 2 : 10 gram
Nilai skala lengan 3 : 1 gram
Nilai skala lengan 4 : 0,01 gram

Tabel 3. Hasil pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 311 gram


Penun. Penun. Penun. Penun.
Benda Massa benda (g)
Lengan 1 Lengan 2 Lengan 3 Lengan 4
Balok 1. 0 1. 50 1. 1 1. 0,4 1. |51,400 ± 0,005|
Kubus 2. 0 2. 50 2. 1 2. 0,605 2. |51,605 ± 0,005|
3. 0 3. 50 3. 1 3. 0,305 3. |51,305 ± 0,005|
Bola 1. 0 1. 60 1. 6 1. 0,74 1. |66,740 ± 0,005|
2. 0 2. 60 2. 6 2. 0,72 2. |66,720 ± 0,005|
3. 0 3. 60 3. 6 3. 0,725 3. |66,725 ± 0,005|

c) Neraca Ohauss 310 gram


Nilai skala lengan 1 : 100 gram
Nilai skala lengan 2 : 10 gram
Nilai skala lengan 3 : 0,1 gram
Jumlah skala Nonius : 10

Tabel 4. Hasil pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 311 gram


Penun.
Penun. Penun. Penun.
Benda Skala Massa benda (g)
Lengan 1 Lengan 2 Lengan 3
Nonius
Balok 1. 0 1. 50 1. 1,2 1. 0,07 1. |51,27 ± 0,01|
Kubus 2. 0 2. 50 2. 1,3 2. 0 2. |51,30 ± 0,01|
3. 0 3. 50 3. 1,3 3. 0 3. |51,30 ± 0,01|
Bola 1. 0 1. 60 1. 6,6 1. 0,05 1. |66,65 ± 0,01|
2. 0 2. 60 2. 6,6 2. 0,05 2. |66,65 ± 0,01|
3. 0 3. 60 3. 6,6 3. 0,05 3. |66,65 ± 0,01|

11
C. Pengukuran Waktu dan Suhu
NST Termometer :1 NST Stopwatch : 0,1
Temperatur mula mula (T0) : 340C

Tabel 5. Hasil pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 311 gram


No Waktu (s) Temperatur (0) Perubahan Temperatur (C0)
1 |60,0 ± 0,1| |37,0 ± 0,5| |3 ± 1|
2 |120,0 ± 0,1| |41,0 ± 0,5| |7 ± 1|
3 |180,0 ± 0,1| |45,0 ± 0,5| |11± 1|
4 |240,0 ± 0,1| |49,0 ± 0,5| |15± 1|
5 |300,0 ± 0,1| |53,0 ± 0,5| |19± 1|
6 |360,0 ± 0,1| |56,0 ± 0,5| |22± 1|

Analisis Data

A. Pengukuran Panjang

a. Mistar

1) Kubus
Benda Panjang (mm) Lebar (mm) Tinggi (mm)
1. |18,5 ± 0,5| 1. |18,5 ± 0,5| 1. |17,5 ± 0,5|
Kubus 2. |18,5 ± 0,5| 2. |18,5 ± 0,5| 2. |17,0 ± 0,5|
3. |18,5 ± 0,5| 3. |18,5 ± 0,5| 3. |17,0 ± 0,5|

a. Panjang

( 18,5 + 18,5 + 18,5 )mm


p
̅̅̅= = 18,5 mm
3

∂1 = |p1 - p̅ | = |18,5 – 18,5 | = 0 mm

∂2 = |p2 - p̅ | = |18,5 – 18,5 | = 0 mm

∂3 = |p3 - p̅ | = |18,5 – 18,5 | = 0 mm

∂ma x = ∆p = 0

∆p = 0,5 (Ketidakpastian mutlak alat)

12
Kesalahan Relatif :
∆p 0,5
KR = × 100 % = × 100 % = 2,7 % = 3 Angka Berarti
p
̅̅̅ 18,5

Hasil Pengukuran :

PF = |̅̅̅
p ± ∆p | = |18,5 ± 0,5| mm

b. Lebar

( 18,5 + 18,5 + 18,5 )mm


̅l = = 18,5 mm
3

∂1 = |l1 - l|̅ = |18,5 – 18,5 | = 0 mm

∂2 = |l2 - l|̅ = |18,5 – 18,5 | = 0 mm

∂3 = |l3 - l|̅ = |18,5 – 18,5 | = 0 mm

∂ma x = ∆l = 0

∆p = 0,5 (ketidakpastian mutlak alat)

Kesalahan Relatif :
∆l 0,5
KR = × 100 % = × 100 % = 2,7 % = 3 Angka Berarti
̅l 18,5

Hasil Pengukuran :

PF = | ̅l ± ∆l | = |18,5 ± 0,5| mm

c. Tinggi

( 17,5 + 17,0 + 17,0 ) mm


̅t = = 17,7 mm
3

∂1 = |t1 - t|̅ = |17,5 – 17,7| = 0,2 mm

∂2 = |l2 - t|̅ = |17,0 – 17,7| = 0,7 mm

∂3 = |l3 - t|̅ = |17,0 – 17,7 | = 0,7 mm

∆t = ∂maks = 0,7 mm

13
Kesalahan Relatif :

∆t 0,5
KR = × 100 % = × 100 % = 2,7 % = 3 Angka Berarti
̅t 18,5

Hasil Pengukuran:

PF = | ̅t ± ∆t | = |18,5 ± 0,5| mm

d. Volume

V = p̅× l̅ × t̅
V = (18,5 × 18,5 × 17,7) mm3 = 6057,825 mm3 ≈ 6058 mm3

Kesalahan Relatif Volume


V = p × l × t = p̅× l ̅ × t ̅
dV ∂V ∂V ∂V
V
= | ∂p | dp+ | ∂l | dl+ | ∂t | dt

dV ∂(p × l × t) ∂(p × l × t) ∂(p × l × t)


=| | dp+ | ∂l | dl+ | ∂t | dt
V ∂p

∆V
V
=|l × t| ∆p+|p × t| ∆l+| p × l | ∆t

∆V (l × t) (p × t) ∂(p × l × t)
=| | ∆p+ |(p × l × t)| ∆l+ | (p × l × t) | ∆t
V (p × l × t)

∆V ∆p ∆l ∆t
V
=| p |+| l |+| t |

∆p ∆l ∆t
∆V= | p + l
+ t |V

0,5 0,5 0,7


∆V = |18,5 + 18,5 + 17,7| V

∆V= (0,03 + 0,03 + 0,04) V

∆V = (0,1 × 6058) mm3

∆V = 605,8 mm3

14
Kesalahan Relatif:

∆V
KR = V
×100%
605,8 mm3
KR = 6058
×100%

KR = 0,1 →4 Angka Berarti


Hasil pengukuran:
PF = | ̅v ± ∆v | =|60,58 ± 0,658|102 mm

2) Bola Pejal
a. Diameter

Benda Diameter
1. |23,0 ± 0,5|
Bola Pejal 2. |24,0 ± 0,5|
3. |23,0 ± 0,5|

Diameter rata-rata :

( 23,0 + 24,0 + 23,0 )mm


d̅ = = 23,3 mm
3
∂1 = |d1 - ̅d|=|23,0 - 23,3|= 0,3 mm
∂2 = |d2 - ̅d|=|24,0 - 23,3|= 0,7 mm
∂3 = |d3 - ̅d|=|23,0 - 23,3|= 0,3 mm
Maka :
∆d = ∂maks = 0,7 mm
Kesalahan Relatif :
∆d 0,7
KR = × 100 % = × 100 % = 0,03 % = 4 Angka Berarti
̅d 23,3
Hasil Pengukuran :
PF= | ̅d ± ∆d | =|23,30 ± 0,70| mm

b. Volume
1 3
V= πd
6

15
1
V= (3,14)(23,3)3 = 6619,82mm3
6

Rambat ralat volume:


1
dV = π|d3 |dd
6
1
∆V = | π∙3d2 | ∆d
6
1
∆V = | πd2 | ∆d
2
12
∆V 2 πd
= |1 3 | ∆d
V πd
6

3∆d
∆V = | | ∙V
d
3(0,7)
∆V = .6619,82 = (0,09)(6619,82)
23,3
∆V =596,6361 mm3 ≈ 596,64 mm3

Kesalahan Relativ Volume


∆V
KR = ×100%
V
596,64 mm3
KR = ×100%
6619,82
KR = 9,01 →2 AB
Hasil Pengukuran:
PF = | ̅v ± ∆v | =|6,6 ± 0,5| 103 mm

b. Jangka Sorong

1) Kubus
Benda Panjang (mm) Lebar (mm) Tinggi (mm)
1. |19,00 ± 0,05| 1. |19,40 ± 0,05| 1. |17,10 ± 0,05|
Kubus 2. |18,40 ± 0,05| 2. |18,45 ± 0,05| 2. |17,10 ± 0,05|
3. |19,40 ± 0,05| 3. |19,00 ± 0,05| 3. |17,15 ± 0,05|

16
a. Panjang
Panjang rata-rata :

( 19,00+ 18,40+ 19,40 )mm


̅p = = 18,93 mm
3

Ketidakpastian Mutlak Panjang :

∂1 = |p1 - p̅ |= |19,00 – 18,93| =0,07 mm


∂2 = |p2 - ̅|=
p |18,40 – 18,93| =0,53 mm
∂3 = |p3 - ̅|=
p |19,40-18,93| = 0,47 mm
Maka :
∆p =∂maks =∂2 = 0,53 mm
Kesalahan Relatif :
∆p 0,53
KR = × 100 % = × 100 % = 2.79% = 3 AB
p 18,93
Pelaporan Fisika :
PF = | ̅p ± ∆p | =|18,93 ± 0,53| mm

b. Lebar
Lebar rata-rata :
(19,40 + 18,45 + 19,00 )mm
l̅ = = 18,95 mm
3
Ketidakpastian Mutlak Lebar :
∂1 = |l1 - l|̅ = |19,40 -18,95| = 0,45 mm
∂2 = |l2 -̅l| = |18,45 – 18,95| =0,50 mm
∂3 = |l3 - l|̅ = |19,00 – 18,95| = 0,05 mm
Maka :
∆l = ∂maks =∂1 =0.45 mm
Kesalahan Relatif :
∆l 0,45
KR = × 100 % = × 100 % = 2,37% = 3 AB
l 18,95
Pelaporan Fisika :
PF = |l ̅ ± ∆l | =|18, 95 ± 0,45| mm

17
c. Tinggi
Tinggi rata-rata :
( 17,10+17,10+17,15 )mm
t̅ = = 17,11mm
3
Ketidakpastian Mutlak Tinggi :
∂1 = |t1 - ̅t|=|17,10-17,11 |= 0,01 mm
∂2 =|t2 - ̅t|=|17,10-17,11 |=0,01 mm
∂3 =|t3 - t|̅ =|17,15-17,11 |= 0.04 mm
Maka :
∆t = ∂maks = ∂3 = 0,04 mm

Kesalahan Relatif :
∆t 0,04
KR = × 100 % = × 100 % = 0,23 % = 4 AB
t 17,11
Hasil Pengukuran :
PF = |t ̅ ± ∆t | =|17,11 ± 0,04| mm

d. Volume
V=p×l×t
V = (17,10 x 17,10 x 17,15) mm3
= 5,01 mm3
Kesalahan Relatif Volume
Karena volume yang dihitung tetap balok kubus yang sama maka:
∆p ∆l ∆t
∆V = | + + |V
p l t

0,53 0,04 0,45


∆V= | + + |V
18,93 18,95 17,11

∆V= (0,027+0,002+0,026) V

∆V= (0,027 + 0,002 + 0,026)5,01 mm3

∆V= 0,275 mm3

Maka, kesalahan relatif (KR) volume :


∆V 0,275
KR = V
×100 %= 5,01
×100% =5,489 =3 AB

18
Pelaporan Fisika
PF=|V ± ∆V|mm3 =|5,01 ± 0,275|mm3

2) Bola Pejal

Benda Diameter

1. 24,30
2. 25,50
Bola
3. 25,40

Diameter rata rata :

( 24,30 + 25,50 + 25,40)mm


d̅ = = 25,06 mm
3
∂1 = |d1 - ̅d|=|24,30 – 25,06|= 0,76 mm
∂2 = |d2 - ̅d|=|25,50 – 25,06|= 0,44 mm
∂3 = |d3 - ̅d|=|25,40 – 25,06|= 0,34 mm
Maka :
∆d = ∂maks =∂2 = 0,44 mm
Kesalahan Relatif :
∆d 0,44
KR = ̅d × 100 % = 25,06
× 100 % = 1,75 % = 3 AB

Hasil Pengukuran :
PF = | ̅d ± ∆d | =|25,06 ± 0,44| mm

a) Volume

1
V= πd3
6
1
V= (3,14)(25,06)3 =8,235 mm3
6

Kesalahan Relatif Volume


Karena volume yang dihitung sama maka:
3∆d
∆V= | d
|V

19
3(0,44)
∆V= 25,06
∙8,235=0,428
∆V
KR= v
×100%

0,428
KR= 8,235 ×100%

KR=5,197 x 100%=519,7%=4 AB

Hasil Pengukuran :

PF = | ̅v ± ∆v | =|8,235 ± 0,428| mm

c. Mikrometer sekrup

1) Kubus

Benda Panjang (mm) Lebar (mm) Tinggi (mm)


1. |18,890 ± 0,005| 1.|18,835 ± 0,005| 1. |16,940 ± 0,005|
Kubus 2. |18,870 ± 0,005| 2.|18,910 ± 0,005| 2. |16,940 ± 0,005|
3. |18,860 ± 0,005| 3.|18,900 ± 0,005| 3. |16,845 ± 0,005|

a) Panjang

𝑝1+𝑝2+𝑝3
𝑝̅ =
3
(18,890 + 18,870 + 18,860) mm
=
3
= 18,873 mm

δ1 = | p1 − 𝑝̅|
= | 18,873 – 18,890 | mm
= 0,017 mm
δ2 = | p2 − ̅𝑝 |
= | 18,873 – 18,870 | mm
= 0,003 mm
δ3 = | p3 − ̅𝑝 |
= | 18,873 – 18,860 | mm
= 0,013 mm

20
δmax = Δp
= 0, 017 mm

𝛥𝑝
KR = x 100 %
𝑝̅
0,017
= 18,873 x 100 %

= 0,0009 x 100 %
= 0,09 % (4 AB)
PF = | 𝑝̅ ± ∆p |
= | 18,873 ± 0,017 | mm

b) Lebar

𝑙1+𝑙2+ 𝑙3
𝑙̅ =
3
(18,835 +18,910+18,900) 𝑚𝑚
=
3
= 18,881 mm

δ1 = | 𝑙 1 − 𝑙|̅
= | 18,881 – 18,835 | mm
= 0,046 mm
δ2 = | 𝑙 2 − 𝑙 ̅ |
= | 18,881 – 18,910 | mm
= 0,029 mm
δ3 = | 𝑙 3−𝑙 ̅ |
= | 18,881 – 18,900 | mm
= 0,019 mm

δmax = Δ𝑙
= 0, 046 mm

𝛥𝑙
KR = x 100 %
𝑙̅
0,046
= 18,881 x 100 %

21
= 0,002 x 100 %
= 0,2 % (4 AB)
PF = | 𝑙 ̅ ± ∆𝑙 |
= | 18,881 ± 0,046 | mm

c) Tinggi
𝑡1+𝑡2+𝑡3
𝑡̅ =
3
(16,940 +16,940+16,845) 𝑚𝑚
=
3
= 16,908 mm

δ1 = | 𝑡1− 𝑡̅ |
= | 16,908 – 16,940 | mm
= 0,032 mm
δ2 = | 𝑡2 − 𝑡̅|
= | 16,908 – 18,940 | mm
= 0,032 mm
δ3 = | 𝑡3 − 𝑡̅ |
= | 16,908 – 16,845 | mm
= 0,063 mm

δmax = Δ𝑡
= 0, 063 mm

𝛥𝑡
KR = x 100 %
𝑡̅
0,063
= 16,908 x 100 %

= 0,003 x 100 %
= 0,3 % (4 AB)

PF = | 𝑡̅ ± ∆𝑡 |
= | 16,908 ± 0,063 | mm

22
d) Volume

∆p = 0,0107 mm; ∆l =0,046 mm; ∆t = 0,063 mm


p̅ = 18,873 mm l ̅ = 18,881 mm t̅ = 16,908 mm

V = 𝑝̅ x 𝑙 ̅ x 𝑡̅

= (18,873 x 18,881 x 16,908) mm

= 6025,0155 mm3
∆p ∆l ∆t
∆V = | + + |V
𝑝 𝑙 𝑡
0,017 0,046 0,063
∆V = | 18,873 + + | 6025,0155 mm3
18,881 16,908

∆V = | 0,0009 + 0,002 + 0,003 | 6025,0155 mm3

∆V = 0,0059 x 6025,0155 mm3

∆V = 35,547 mm3

∆V
KR = x 100 %
V

34,547
= 6025,0155 x 100 %

= 0,00589 x 100 %

KR = 0,589 →4 Angka Berarti

PF =|V ± ∆V|mm3 =|60,25 ± 3,5|102 mm3

2) Bola Pejal
a. Diameter

Benda Diameter
1. | 25,240 ± 0,005 |
Bola 2. | 25,270 ± 0,005 |
3. | 25,295 ± 0,005 |

23
Diameter rata-rata :
( 25,240+ 25,270 + 25,295 )mm
d̅ =
3
d̅ = 25,268 mm

δ1 = | d1− 𝑑̅ |
= | 25, 240 – 25,268 | mm
= 0,028 mm
δ2 = | d2− 𝑑̅ |
= | 25,270 – 25,268 | mm
= 0,002 mm
δ3 = | d3− 𝑑̅ |
= | 25,295 – 25,268 | mm
= 0,027 mm

δmax = Δd
= 0, 028 mm

𝛥𝑑
KR = x 100 %
𝑑̅
0,028
= 25,265 x 100 %

= 0,001 x 100 %
= 0,1 % (4 AB)

PF = | 𝑑̅ ± ∆d |
= | 25,268 ± 0,028 | mm

c. Volume
1
V = 6 πd3
1
V= (3,14)(25,268)3 = 8442,8874mm3
6

Kesalahan Relatif Volume


Karena volume yang diamati sama, maka:

24
3∆d
∆V = | | ∙V
d
3(0,028)
∆V = .8442,8874 = (0,003)(8442,8874)
25,268
∆V =25,328 mm3 ≈ 25,33 mm3

Kesalahan Relatif:
∆V
KR = ×100%
V
25,328 mm3
KR = ×100%
8442,8874
KR = 2,99 → 3 AB
Hasil Pengukuran
PF = | ̅v ± ∆v | =|25,328 ± 0,028| mm

B. Pengukuran Massa

a) Neraca Ohauss 2610 gram

1) Kubus

Penun. Penun. Penun. Beban


Benda Lengan 1 Lengan 2 Lengan 3 Gantung Massa benda (g)

1. 0 1. 50 1. 1,2 1. |51,20 ± 0.05|


Balok 2. 0 2. 50 2. 1,2 2. |51,20 ± 0.05|
Kubus 3. 0 3. 50 3. 1,4 3. |51,40 ± 0.05|

Massa rata-rata :
( 51,20 + 51,20 + 51,40)gram
m
̅̅̅= = 51,2667 gram ≈ 51,27 gram
3

Ketidakpastian Mutlak Massa :

∂1 = |m1 - m
̅ |=|51,20 - 51,27|= 0,07 gram

∂2 = |m2 - m|=|51,20 - 51,27|= 0,07 gram

∂3 = |m3 -̅̅̅|=|51,40
m - 51,27|= 0,13 gram

25
Maka :

∆m= ∂maks = ∂3 = 0,13 gram

Kesalahan Relatif :

∆m 0,13
KR = × 100 % = × 100 % = 0,25 % = 4 AB
m 51,27

Hasil Pengukuran :

PF = |̅̅̅
m ± ∆m | =|51,27 ± 0,13| g

2) Bola

Benda Penun. Penun. Penun. Beban


Massa benda (g)
Lengan 1 Lengan 2 Lengan 3 Gantung
1. 0 1. 60 1. 6,7 1. |66,70 ± 0.05 |
Bola 2. 0 2. 60 2. 6,7 2. |66,70 ± 0.05|
3. 0 3. 60 3. 6,7 3. |66,70 ± 0.05

Massa rata-rata :

( 66,70 + 66,70 + 66,70)gram


m
̅̅̅̅̅=
3
= 66,70 gram

Ketidakpastian Mutlak Massa :

∂1 = |m1 - m
̅ |=|66,70 - 66,70|= 0 gram

∂2 = |m2 - m|=|66,70 - 66,70|= 0 gram

∂3 = |m3 -̅̅̅|=|66,70
m - 66,70|= 0 gram

Maka :

∆m= ∂maks = ∂3 = 0 gram

Catatan : karena nilai defiasi (∂) adalah nol, maka kembali pada
kesalahan alatnya (∆x)
1
(∆x) = NST
2

26
1
= 0,1
2

= 0,05

Kesalahan Relatif :

∆m 0,05
KR = × 100 % = × 100 % = 0,07 % = 4 AB
m 66,70

Hasil Pengukuran :

PF= |m
̅ ± ∆m | =|66,70 ± 0,05| g

b) Neraca Ohauss 311 gram

1) Kubus

Benda Penun. Penun. Penun. Penun. Massa benda (g)


Lengan 1 Lengan 2 Lengan 3 Lengan 4
1. 0 1. 50 1. 1 1. 0,405 1. |51,405± 0.005|
Balok 2. 0 2. 50 2. 1 2. 0,605 2. |51,605 ± 0.005|
Kubus 3. 0 3. 50 3. 1 3. 0,305 3. |51,305 ± 0.005|

Massa rata-rata :

( 51,405+ 51,605+ 51,305)gram


m
̅= = 51,4383 gram ≈ 51,438 gram
3
Ketidakpastian Mutlak Massa :

∂1 = |m1 - m
̅ |=|51,405 - 51,438|= 0,033 gram

∂2 = |m2 - m|=|51,605 - 51,438|= 0,167 gram

∂3 = |m3 -̅̅̅
m|=|51,305 - 51,438|= 0,133 gram

Maka :

∆m= ∂maks = ∂2 = 0,167 gram

27
Kesalahan Relatif :

∆m 0,167
KR = × 100 % = × 100 % = 0,32 % = 4 AB
m 51,438

Hasil Pengukuran :

PF = |m
̅ ± ∆m | =|51,438 ± 0,167| g

2) Bola

Benda Penun. Penun. Penun. Penun. Massa benda (g)


Lengan 1 Lengan 2 Lengan 3 Lengan 4
1. 0 1. 60 1. 6 1. 0,74 1. |66,740 ± 0.005|
Bola 2. 0 2. 60 2. 6 2. 0,72 2. |66,720 ± 0.005|
3. 0 3. 60 3. 6 3. 0,725 3. |66,725 ± 0.005|

Massa rata-rata :
( 66,740 + 66,720 + 66,725)gram
m
̅= = 66,728333 gram ≈ 66,728 gram
3

Ketidakpastian Mutlak Massa :

∂1 = |m1 - m
̅ |=|66,740 - 66,728|= 0,012 gram

∂2 = |m2 - m|=|66,720 - 66,728|= 0,008 gram

∂3 = |m3 -̅̅̅|=|66,725
m - 66,728|= 0,003 gram

Maka :

∆m= ∂maks = ∂1 = 0,012 gram

Kesalahan Relatif :
∆m 0,012
KR = × 100 % = × 100 % = 0,02 % = 4 AB
m 66,728

Hasil Pengukuran :

PF = |m
̅ ± ∆m | =|66,728 ± 0,012| g

28
c) Neraca Ohauss 310 gram

1) Kubus

Penun. Penun. Penun. Penun.


Benda Lengan 1 Lengan 2 Skala Skala Massa benda (g)
Putar Nonius
1. 0 1. 50 1. 1,2 1. 0,07 1. |51,27 ± 0.05|
Balok 2. 0 2. 50 2. 1,3 2. 0 2. |51,30 ± 0.05|
Kubus 3. 0 3. 50 3. 1,3 3. 0 3. |51,30 ± 0.05|

Massa rata-rata :

( 51,27+ 51,30+ 51,30)gram


m
̅= = 51,29 gram
3
Ketidakpastian Mutlak Massa :

∂1 = |m1 - m
̅ |=|51,27 - 51,29|= 0,02 gram

∂2 = |m2 - m|=|51,30 - 51,29|= 0,01 gram

∂3 = |m3 -̅̅̅|=|51,30
m - 51,29|= 0,01 gram

Maka :

∆m= ∂maks = ∂1 = 0,02 gram

Kesalahan Relatif :

∆m 0,02
KR = × 100 % = × 100 % = 0,04 % = 4 AB
m 51,29

Hasil Pengukuran :

PF = |m
̅ ± ∆m | =|51,29 ± 0,02| g

29
2) Bola

Penun. Penun.
Benda Penun. Penun. Massa benda (g)
Skala Skala
Lengan 1 Lengan 2
Putar Nonius
1. 0 1. 60 1. 6,6 1. 0,05 1. |66,65± 0.05 |
Bola 2. 0 2. 60 2. 6,6 2. 0,05 2. |66,65 ± 0.05|
3. 0 3. 60 3. 6,6 3. 0,04 3. |66,64 ± 0.05|

Massa rata-rata :

( 66,65+ 66,65+ 66,64)gram


m
̅= = 66,646667 gram ≈ 66,65 gram
3
Ketidakpastian Mutlak Massa :

∂1 = |m1 - m
̅ |=|66,65 - 66,65|= 0 gram

∂2 = |m2 - m|=|66,65 - 66,65|= 0 gram

∂3 = |m3 -̅̅̅|=|66,65
m - 66,64|= 0,01 gram

Maka :

∆m= ∂maks = ∂3 = 0,01 gram

Kesalahan Relatif :

∆m 0,01
KR = × 100 % = × 100 % = 0,015 % = 4 AB
m 66,65

Hasil Pengukuran :

PF = |m
̅ ± ∆m | =|66,65 ± 0,01| g

C. Perhitungan Massa Jenis


a. Kubus
1) Volume dari hasil pengukuran Mistar
Massa dari hasil pengukuran Neraca Ohaus 310 g

m 51,29 g
ρ =V= = 0,008 g/mm3
6058 mm3

30
Kesalahan Relatif Massa Jenis:
m
ρ = = mV−1
V
∂ρ ∂ρ
dρ = | | dm+ | | dV
∂m ∂V

∂(m ×V−1 ) ∂(m ×V−1 )


dρ = | | dm+ | | dV
∂m ∂V

dρ =|V−1 | dm +|m × V−2 | dV

∆ρ =|V−1 | ∆m +|m × V−2 | ∆V

∆ρ V−1 m × V−2
=| | ∆m + | | ∆V
ρ ρ ρ

∆ρ V−1 m × V−2
=| | ∆m + | | ∆V
ρ mV−1 mV−1

∆m ∆V
∆ρ = | + |ρ
m V

0,01 0,7×103
∆ρ = | + |ρ
24,48 7,1×103

∆ρ = (0,0004 + 0,1) ρ

∆ρ = (0,1004 × 0,008) g/mm3

∆ρ = 0,0008 g/mm3

Kesalahan Relatif:
∆ρ 0,0008
KR = ×100 % = ×100% = 0,1% = 4 Angka Berarti
ρ 0,008
Pelaporan Fisika:

PF = |ρ ± ∆ρ| g/mm3 =|0,8 ± 0,08| 102 g/mm3

2) Volume dari hasil pengukuran Jangka Sorong


Massa dari hasil pengukuran Neraca Ohaus 310 g

m 51,29 g
ρ =V= = 0,008 g/mm3
6137,76 mm3

31
Kesalahan Relatif Massa Jenis:
Karena persamaan Massa Jenis yang dihitung tetap sama maka
∆m ∆V
∆ρ = | + |ρ
m V
0,02 343,714
∆ρ = | + |ρ
51,29 6137,76

∆ρ = (0,0004 + 0,055) ρ

∆ρ = (0,1554 × 0,008) g/mm3

∆ρ = 0,0012 g/mm3

Kesalahan Relatif:
∆ρ 0,0012
KR = ×100 % = ×100% = 0,15% = 4 Angka Berarti
ρ 0,008
Pelaporan Fisika:

PF =|ρ ± ∆ρ| g/mm3 =|0,008 ± 0,0012| g/mm3

3) Volume dari hasil pengukuran Mikrometer Sekrup


Massa dari hasil pengukuran Neraca Ohaus 310 g
m 51,29 g
ρ =V= = 0,0085 g/mm3
6025,0155 mm3

Kesalahan Relatif Massa Jenis:


Karena persamaan Massa Jenis yang dihitung tetap sama maka
∆m ∆V
∆ρ = | + |ρ
m V
0,02 34,547
∆ρ = | + |ρ
51,29 6025,0155

∆ρ = (0,0004 + 0,0059) ρ

∆ρ = ( 0,0063 × 0,0085) g/mm3

∆ρ = 0,00005 g/mm3

∆ρ 0,00005
KR = ×100 % = ×100% = 0,0059% = 4 Angka Berarti
ρ 0,0085
Pelaporan Fisika:

PF =|ρ ± ∆ρ| g/mm3 =|8,5 ± 0,05| 103 g/mm3

32
b. Bola Pejal

1) Volume dari hasil pengukuran Mistar


Massa dari hasil pengukuran Neraca Ohaus 310 g
m 66,65 g
ρ= = = 0,01 g/mm3
V 6619,82mm3

Kesalahan Relatif Massa Jenis:


∆m ∆V
∆ρ = | m + |ρ
V

0,01 596,64
∆ρ = |66,65 + 6619,82| ρ

∆ρ = (0,0001 + 0,09) ρ

∆ρ = (0,0901 x 0,01 ) g/mm3 = 0,0009 g/mm3


∆ρ 0,0009
KR= ×100% = ×100% = 0,09 × 100%= 9% → 2Angka Berarti
ρ 0,01

Pelaporan Fisika:
PF = |ρ̅±∆ρ| g/mm3 = |0,1 ± 0,009|10 g/mm3

2) Volume dari hasil pengukuran Jangka Sorong


Massa dari hasil pengukuran Neraca Ohaus 310 g
m 66,65 g
ρ= = = 0,008 g/mm3
V 8245,96 mm3
Kesalahan Relatif Massa Jenis:
∆m ∆V
∆ρ = | m + |ρ
V

0,01 759,8
∆ρ = |66,65 + 8245,96| ρ

∆ρ = (0,0001 + 0,0921) ρ

∆ρ = (0,092 × 0,008) g/mm3

∆ρ = 0,0073 g/mm3

∆ρ 0,0073
KR = ×100 %= ×100% = 0,912 % = 4Aangka Berarti
ρ 0,008
Pelaporan Fisika:
PF = |ρ ± ∆ρ| g/mm3 =|0,008 ± 0,0073| g/mm3

33
3) Volume dari hasil pengukuran Mikrometer Sekrup
Massa dari hasil pengukuran Neraca Ohaus 310 g
m 66,65 g
ρ= = = 0,011 g/mm3
V 6025,0155 mm3
Kesalahan Relatif Massa Jenis:
∆m ∆V
∆ρ = | m + |ρ
V

0,01 34,547
∆ρ = |66,65 + 6025,0155| ρ

∆ρ = (0,0001 + 0,0057) ρ

∆ρ = (0,0058 × 0,011) g/mm3

∆ρ = 0,00006 g/mm3

Kesalahan relatif
∆ρ 0,00006
KR = ×100 %= ×100% = 0,0054 % = 4 Aangka Berarti
ρ 0,011
Pelaporan Fisika:
PF = |ρ ± ∆ρ| g/mm3 = |0,011 ± 0,00006| g/mm3

PEMBAHASAN
1. Pengukuran panjang
Pada pengukuran panjang telah ditemukan setiap besaran yang
akan diukur pada kubus, yaitu panjang, lebar dan tinggi dan pada bola
besaran yang diukur adalah diameter. Kami telah menggunakan 3 alat
ukur yaitu mistar, jangka sorong dan micrometer sekrup. Pada ketiga alat
ukur tersebut memiliki NST yang berbeda-beda .sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa semakin baik mutu alat yang digunakan, semakin
kecil ∆𝑥 yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur yang
paling tinggi ketelitiannya adalah micrometer sekrup karena memiliki ∆𝑥
yang lebih kecil yaitu 0,005. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil
pengamatan dengan teori yang mengatakan bahwa makin kecil
ketidakpastian relatif, makin tinggi ketelitian yang dicapai pada
pengukuran.Hal tersebut ditunjukkan oleh micrometer sekrup yang

34
memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi karena memiliki
ketidakpastian relatif kecil.
2. Pengukuran massa
Begitu halnya dengan pengukuran massa kami menggunakan 3
alat ukur yaitu neraca ohauss 2610, 311dan 310 (gram). Yang paling
tinggi tingkat ketelitiannya adalah neraca 311 gram. Karena pada hasil
analisis pengamatan dengan mengunakan neraca 311 grams maka
diperoleh ketidakpastian relative 0,005. Hal tersebut menunjukkan bahwa
hasil pengamatan dengan teori yang mengatakan bahwa makin kecil
ketidakpastian relatif, makin tinggi ketelitian yang dicapai pada
pengukuran.Hal tersebut ditunjukkan oleh neraca Ohauss 311 grams yang
memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi karena memiliki
ketidakpastian relatif kecil.
3. Pengukuran waktu dan suhu
Pada pengukuran ini, kami telah menggunakan termometer untuk
suhu dan stopwatch untuk waktu. Pada pengukuran ini ditentukan suhu
mula-mula untuk mengetahui tingkat kenaikan suhu selama beberapa
waktu yang diperlukan.

SIMPULAN
1. Cara menggunakan alat-alat ukur dasar adalah dengan mengetahui
terlebih dahulu mengetahui fungsi dari alat-alat tersebut kemudian
menentukan NST alat masing-masing. Secara sederhana, cara menentukan
dari NST adalah batas ukur dibagi dengan jumlah skala. Pada setiap alat
ukur memiliki NST yang berbeda-beda.
2. Cara menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang
1
yaitu dengan membagi NST dengan pelaporan fisikanya adalah
𝑛

|𝑥 ± ∆𝑥| dan deviasi maximum dari suatu pengukuran. Dimana n adalah


nilai goresan yang tidak bisa dibagi lagi.
3. Cara mengerti atau memahami penggunaan angka berarti yaitu dengan
menentukan kesalahan relatifnya yang dinyatakan dalam persen.

35
DAFTAR RUJUKAN

Penuntun Praktikum. FISIKA DASAR 1. Unit Laboratorium Fisika Dasar:


UNUVERSITAS NEGERI MAKASSAR

36

Anda mungkin juga menyukai