Anemia Hemolitik Autoimun
Anemia Hemolitik Autoimun
PENDAHULUAN
Anemia hemolitik autoimun ditandai adanya produksi antibodi terhadap sel darah
merah. Antigen ini menginisiasi penghancuran sel darah merah melalui sistem
Puncak insiden AIHA anak adalah pada usia 4 tahun pertama kehidupan.
Angka kejadian AIHA pada pria dan wanita hampir sama yaitu dengan
perbandingan 1:1, dan tidak berhubungan dengan ras, namun terkait dengan
keturunan.2 Insiden yang tepat dari penyakit ini tidak diketahui, namun
dengan tingkat tertinggi terlihat pada usia pra-sekolah.3 AIHA pada bayi dan
anak-anak terjadi 0,2 per 100.000 per tahun, dimana 37% kasus merupakan
AIHA primer dan 53% kasus terkait kelainan imun. Angka kematian lebih
rendah pada anak-anak (4%), tapi meningkat hingga 10% jika anemia hemolitik
AIHA dipicu oleh infeksi virus atau vaksinasi, lebih sering terjadi pada
lain penyakit kolagen vaskuler biasanya menjadi penyebab yang sering AIHA
1
sekunder pada anak. Selain itu, beberapa kelainan yang langka seperti giant cell
anemia = WAIHA) dan tipe dingin (Cold agglutinin disease = CAD) berdasarkan
AIHA. Sementara itu, autoantibodi tipe dingin merupakan 16-32% kasus dari
hemolitik dan bukti serologis dari antibodi anti-eritrosit, yang dideteksi dengan
Referat ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
suatu anemia yg timbul karena terbentuknya autoantibodi terhadap self antigen pada
autoantibodi ini akan menimbulkan anemia, akibat masa edar eritrosit dalam sirkulasi
2.2 Epidemiologi
Umumnya anemia di Indonesia adalah jenis anemia akibat kekurangan zat gizi
tertentu seperti anemia defisiensi besi, anemia defisiensi asam folat, dll. Angka
kejadian jarang di Indonesia, maka AIHA juga tidak terlalu diperhatikan di Indonesia.
Hal ini dapat dibuktikan dengan sedikitnya penelitian di Indonesia tentang AIHA,
padahal AIHA merupakan penyakit yang jika terjadi dan mengenai pada pasien
Amerika Serikat yaitu 2,6 per 100,000 tiap tahunnya, dengan rata-rata insidensi 3400
orang terkena AIHA di Amerika10. Insiden AIHA di Rumah Sakit Sanglah Denpasar
pada tahun 2005 ditemukan sebanyak 5 orang (2,3%). Perbandingan AIHA pada pria
3
2.3 Etiologi
AIHA terjadi akibat hilangnya toleransi tubuh terhadap self antigen sehingga
menimbulkan respon imun terhadap self antigen. Antibodi yang bereaksi terhadap
1. Idiopatik
2. Sekunder
a. Infeksi
4
c. Kelainan darah: leukemia, limfoma, sindrom limfoproliferatif,
2.4 Klasifikasi
2.5 Patogenesis
keduanya12.
5
a. Aktivasi Sistem Komplemen
klasik adalah IgM, IgG1, IgG2, IgG3. IgM disebut sebagai aglutinin tipe dingin
sebab antibodi ini berikatan dengan antigen polisakarida pada permukaan sel
darah merah dibawah suhu tubuh. Antibodi IgG disebut aglutinin hangat karena
recognition unit. C1 akan berikatan dengan kompleks imun antigen antibodi dan
darah berlabel antibodi). C3 juga akan membelah menjadi C3d,g dan C3c,C3d,
dan C3g akan tetap berikatan pada membran sel darah merah dan merupakan
produk final aktivasi C3. C3b akan membentuk kompleks C4b,2b menjadi
6
C4b2b3b (C5-convertase). C5-convertase akan memecah C5 menjadi C5a
beberapa molekul C9. Kompleks ini akan menyisip ke dalam membran sel
akan terganggu. Air dan ion akan masuk ke dalam sel sehingga sel membengkak
dan ruptur12,13.
Aktivator jalur alternatif akan mengaktifkan C3, dan C3b yang terjadi
akan berikatan dengan membran sel darah merah. Faktor B kemudian akan
melekat pada C3b, dan oleh D faktor B dipecah menjadi Ba dan Bb. Bb
merupakan suatu protease serin dan tetap melekat pada C3b. Ikatan C3bBb
selanjutnya akan memecah molekul C3 lagi menjadi C3a dan C3b. C5 akan
berikatan dengan C3b dan oleh Bb dipecah menjadi C5a dan C5b. selanjutnya
Jika sel darah disensitisasi dengan IgG yang tidak berikatan dengan
aktivasi komplemen lebih lanjut, maka sel darah merah tersebut akan
dihancurkan oleh sel-sel retikulo endothelial. Proses immune adheren ini sangat
7
penting bagi perusakan sel eritrosit yang diperantarai sel. Imuno adherens
terjadinya anemia, juga kebutuhan oksigen penderita. Gejala akan lebih ringan
pada anemia yang terjadi perlahan-lahan, karena ada kesempatan bagi mekanisme
perdarahan akut dan masif). Pasokan oksigen dapat dipertahankan pada keadaan
jantung dan curah jantung pada kadar Hb mencapai 5 g% (Ht 15%). Gejala timbul
khas anemia yang berkembang secara tersembunyi, meliputi lemah, pusing, lelah,
dan dispnea saat beraktifitas atau gejala lainnya yang kurang khas yaitu demam,
perdarahan, batuk, nyeri perut dan penurunan berat badan. Pada pasien dengan
hemolisis hebat, dapat terjadi ikterik, pucat, edema, urin berwarna gelap
mengiringi anemia. Pada kasus yang lebih akut, dapat mengancam nyawa, hal ini
8
Anemia hemolitik autoimun tipe dingin, pasien biasanya mempunyai
gejala anemia hemolitik kronis berupa pucat dan lemah. Keadaan lingkungan
yang dingin dapat mencetuskan serangan, oleh karena itu episode hemolisis akut
Darah lebih mudah terpengaruh suhu pada ekstremitas, sehingga pasien lebih
sering mengalami akrosianosis (warna kebiru-biruan tanpa rasa sakit pada kedua
serologi.19
dari normal sampai sangat rendah. Kadar hemoglobin pada AIHA tipe dingin
Sferositosis dapat terjadi pada proses hemolitik pada anemia hemolitik sedang
sampai berat.12
9
C. Pemeriksaan bilirubin, haptoglobin, urobilinogen, dan Laktat dehidrogenase
(LDH)
menjadi heme dan globin oleh lisosom. Globin dihidrolisis menjadi asam
amino. Heme kemudian menjadi besi dan protoporfirin yang terdiri dari
urobilinogen urin.8
bilirubin.8
10
D. Pemeriksaan serologi
yang menggunakan Ig G dan C3d. Sel eritrosit pasien AIHA dengan reagen
aglutinasi. Hal ini menandakan adanya Ig G dan C3d pada permukaan eritrosit
pasien.22
yang terbagi atas 2 tipe yaitu didapat dan herediter. Tipe didapat terbagi
penyakit ini dapat dengan cara obati penyakit yang mendasarinya, hentikan
11
Mikroangiopati diperantarai adanya mekaninsme gangguan eritrosit di
penyakit ini dengan cara obati penyakit dasarnya. Sementara itu, infeksi
dibutuhkan antara lain kultur darah, apusan darah tepi dan serologi.
defisiensi G6PD. Hal ini dapat dipicu oleh adanya infeksi dan pengaruh obat-
Penyakit ini dapat diobati dengan hentikan obat-obatan dan obati penyakit
DAT negatif. Pengobatan penyakit ini dapat berupa splenektomi pada kasus
penyakit sickle cell. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain dengan
2.9 Tatalaksana
diperantarai oleh antibodi IgG disebut sebagai AIHA tipe hangat yang
12
oleh antibodi IgM yang berikatan maksimal pada temperatur dibawah 320C.4
Alur pengobatan terhadap AIHA berbeda tergantung pada tipe AIHA nya.
untuk mengatasi anemia berat sampai terlihat efek dari pengobatan yang lain.6
Pasien biasanya ditransfusi dengan menggunakan packed red cell jika Hb < 7
g/dL.2
3 dosis selama 2-4 minggu kemudian dilakukan tappering off dalam 2-6
beberapa pasien dengan hemolisis yang berat maka dosis prednison dapat
relaps terjadi, maka diberikan dosis awal kembali.6 Pasien dikatakan respon
13
hemoglobin atau hemoglobin yang stabil serta penurunan kadar retikulosit
kortikosteroid atau anemia hemolitik yang memerlukan dosis obat yang tinggi
diberikan sebagai pengobatan lini kedua pada pasien yang tidak memberi
pada pasien AIHA kronik. AIHA dikatakan kronik jika gejala dan hasil
laboratorium yang abnormal tetap ditemukan selama > 6 bulan, akan tetapi
pada anak yang berumur < 2 tahun.2 Persiapan yang dilakukan sebelum
14
paparan terhadap udara dingin yang dapat memicu terjadinya hemolisis dan
2.10 Komplikasi
2.10.1 Tromboemboli
paling sering adalah emboli paru (4 dari 47 pasien). Semua pasien ini
Penelitian yang dilakukan Kokori dkk pada pasien AIHA dengan sistemik
lipat.24
pasien AIHA memiliki risiko tromboemboli yang cukup tinggi. Dia meneliti
15
pada 23 pasien dengan AIHA tipe hangat, didapatkan 6 pasien mengalami
AIHA. Begitu juga sebaliknya, pada pasien AIHA terjadi peningkatan risiko
limfoma, serta ditemukan juga peningkatan sel B limfoma non Hodgkin 2-3
2.11 Prognosis
tinggi untuk menderita penyakit yang lebih parah dan kronis dengan mortalitas
yang lebih tinggi. Pasien anemia hemolitik autoimun tipe dingin lebih sering
bersifat akut, self-limited (<3 bulan). Anemia hemolitik autoimun tipe dingin
16
hampir selalu berhubungan dengan infeksi (misalnya, infeksi Mycoplasma,
CMV, dan EBV)5. Lebih dari 80% anak dengan anemia hemolitik autoimun
sembuh spontan4.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
anemia yang timbul akibat terbentuknya autoantibodi terhadap self antigen pada
infeksi virus lainnya), akibat suatu penyakit autoimun kronis (lupus eritematosus
Anemia hemolitik autoimun terdiri dari dua tipe yaitu anemia hemolitik
autoimun tipe hangat ( warm antibody AIHA) yang lebih aktif pada suhu 370C dan
ditemukan peningkatan kadar IgG dan anemia hemolitik autoimun tipe dingin ( cold
antibody AIHA) yang lebih aktif pada suhu dingin (320 C).
Anemia hemolitik autoimun (AIHA) ini terjadi akibat destruksi eritrosit yang
melibatkan proses hemolisis ekstravaskuler dan pada AIHA tipe dingin melibatkan
18
Pada AIHA tipe hangat, eritrosit yang diselimuti IgG atau komplemen
difagosit oleh makrofag dalam lien dan hati sehingga terjadi hemolisis ekstravaskuler.
retikuloendothelial (RES) terutama pada lien,hepar dan sumsum tulang karena sel ini
mengandung enzim heme oxygenase. Lisis ini terjadi karena kerusakan membran
(akibat reaksi antigen antibodi). Eritrosit yang pecah akan menghasilkan globulin
dan besi.
Pada AIHA tipe dingin autoantibodi IgM mengikat antigen membran eritrosit
terjadi kerusakan membran yang hebat akan terjadi hemolisis intravaskuler. Jika
kerusakan minimal terjadi pagositosis oleh makrofag dalam RES sehingga terjadi
hemolisis ekstravaskuler.
Gejala dan tanda anemia bergantung pada derajat dan kecepatan terjadinya
anemia, juga kebutuhan oksigen penderita. Gejala akan lebih ringan pada anemia
pemeriksaan hitung darah lengkap, morfologi darah tepi, pemeriksaan bilirubin, laktat
19
Pengobatan terhadap AIHA berbeda tergantung pada tipe AIHA nya. Secara
sementara tapi mungkin diperlukan diawal sebagai upaya untuk mengatasi anemia
berat sampai terlihat efek dari pengobatan yang lain. Pasien biasanya ditransfusi
dengan menggunakan packed red cell jika Hb < 7 g/dL. Kortikosteroid dosis tinggi
merupakan obat pilihan utama untuk AIHA tipe panas. Penggunaan kortikosteroid
pada AIHA tipe dingin kurang efektif dibandingkan pada AIHA tipe panas. Penderita
dianjurkan untuk menghindari paparan terhadap udara dingin yang dapat memicu
terjadinya hemolisis dan jika penyebab mendasari dapat diidentifikai, maka penyebab
tersebut harus diatasi. Pada beberapa pasien dengan hemolisis berat, pengobatan
3.2 Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
2. Sarper Nazan, Suar Caki Kilic, Emine Zengin, Sema Aylan Gelen.2011.
4. Robert J. Arceci, Ian M. Hann, Owen. 2006. Pediatric hematology 3rd ed.
9. Made IB., 2006. Hematologi Klinik Dasar. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
10. Noel R. Rose, Ian R. Mackay. 2000. The Autoimmune Diseases Third Edition
21
11. Bagus Mudita Ida. 2007. Pola Penyakit Dan Karakteristik Pasien Hemato-
12. Parjono elias, Kartika widyanti. 2006. Anemia Hemolitik Autoimun; dalam
15. Sills, RH. 2003. Practical Algorithms in Pediatric Hematology and Oncology.
Switzerland: S.Karger AG
16. Sari,TT dan Ismi CI. 2009. Sferositosis Herediter: Laporan Kasus. Sari
medicine.
20. Hilman RS, ZAult KA, Rinder HHM, 2005, Hemolytic Anemias in
22
21. Kelton JG, Chan H, Heddle N, Whittaker S, 2011, Acquired hemolytic anemia
22. Permono, Bambang, dkk. 2006. Cetakan kedua. Buku Ajar Hematologi
Onkologi Anak. BAB 2 Anemia, Sub bab Anemia Hemolitik. Jakarta : badan
24. Dave, Krishna, Diwan. 2012. Evan’s Syndrome Revisited. Journal Association
23