Disusun oleh:
2.1 PENGANTAR
Risiko mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia ; hidup kita beriringan dengan
risiko setiap harinya dan kita mempelajari untuk mengatur pengaruh risiko dalam
kehidupan kita.
Bab ini menjelaskan konsep dari dasar risiko dan ketidakpastian dan memberikan
sejumlah definisi tentang risiko. Dalam bab ini juga mendiskusikan dimensi risiko dan
persepsi dari organisasi. Berbagai sumber dan jenis risiko juga akan dibahas.
Ketidakpastian dari
suatu peristiwa
Distribusi probabilitas
nilai akibat
2.5 KETIDAKPASTIAN
Istilah risiko dan ketidakpastian dapat digunakan secara bergantian tetapi memiliki
beberapa makna yang berbeda, dimana risiko mengacu pada kejadian yang dapat
diprediksi secara statistic dan ketidakpastian untuk suatu variabilitas tidak dapat diprediksi
yang tidak diketahui secara umum.
Hetland (2003) percaya bahwa pernyataan berikut menjelaskan ketidakpastian :
Risiko adalah implikasi dari fenomena yang tidak pasti
Implikasi dari fenomena yang tidak pasti bisa saja diinginkan atau tidak
diinginkan
Ketidakpastian dan implikasinya butuh dipahami supaya dikelola dengan
baik.
Smith et al (2006) membagi risiko kedalam 3 kategori :
1. Known risks mencakup variasi kecil dalam produktivitas dan perubahan dalam biaya
bahan dan hal yang tidak bisa terelakkan dari dalam proyek konstruksi dan
manufaktur.
2. Known unknowns merupakan peristiwa risiko yang kejadiannya bisa diprediksi atau
diduga baik dengan probabilitas kejadiannya atau kemungkinan efek yang
diketahui.
3. Unknown unknowns merupakan probabilitas peristiwa yang kejadian dan efek tidak
dapat diduga meskipun dari praktisi yang berpengalaman.
Situasi ketidakpastian sering terjadi selama tahap awal suatu proyek disebut epistemic.
Fenomena ketidakpastian epistemic dapat ditimbulkan oleh sejumlah faktor, seperti :
Kurangnya kejelasan dalam merancang permasalahan
Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi solusi alternative dalam permasalahan
Jumlah dan kualitas informasi yang tersedia
Sifat pengambilan keputusan yang futuristic
Tujuan yang harus dipenuhi dalam pengambilan keputusan
Tingkat kepercayaan mengenai tahap implementasi pasca-keputusan
Jumlah waktu yang tersedia
Kualitas dari pembuat keputusan
RISK UNCERTAINTY
Quantifiable Non-quantifiable
Tabel 2.2 Tipikal sumber risiko dalam project bisnis menurut Merna dan Smith 1996
Kesalahan,ketidakmampuan,pengacuhan,kelelahan, kemampuan
Human
komunikasi, budaya, lembur.
2.7.18. Heuristics
Apapun industrinya, tipe suatu organisasi atau cara manajemen, kontrol dari
suatu resiko yang memiliki hubungan terhadap faktor manusia akan mengakibatkan
kesuksesan dari suatu proyek maupun portofolio.Faktor manusia memiliki konstribusi
pada suatu kesuksesan proyek, ataupun kegagalan, dicerminkan dalam segala
tindakan yang dilakukan pada tahap perencanaan, desain dan pelaksanaan dari
masing-masing proyek.Terdapat beberapa penelitian yang sudah dilakukan untuk
mengidentifikasi keuntungan-keuntungan yang diekspektasikan oleh partisipan yang
melaksanakan pendekatan terstruktur pada manajemen resiko (Newland
1997).Termasuk di dalamnya adalah keuntungan secara langsung maupun tidak
langsung. Keuntungan secara langsung meliputi hal-hal sebagai berikut, yaitu:
- Rencana proyek yang terbentuk lebih baik dan dapat dicapai, jadwal dan anggaran
- Meningkatnya kemungkinan bagi suatu proyek untuk memenuhi target
- Alokasi rencana yang tepat
- Alokasi yang lebih baik bagi rencana cadangan untuk mengatasi resiko
- Kemampuan untuk menghindari pengambilan proyek yang tidak layak
- Identifikasi resiko terbaik bagi owner
Keuntungan secara tidak langsung melingkupi hal-hal sebagai berikut, yaitu:
- Komunikasi yang membaik
- Pengembangan pemahaman yang sama mengenai tujuan dari suatu proyek
- Meningkatnya semangat tim
- Memfokuskan perhatian manajemen pada ancaman yang nyata
- Memfasilitasi pengambilan resiko yang tepat
- Mendemonstrasikan pendekatan profesional kepada kustomer/pelanggan.
Para manajer harus fokus pada individu atau kelompok yang dapat menghambat
mereka menghasilkan kesuksesan dalam proyek. Ini menunjukkan kepentingan para
pemangku kepentingan tidak harus selalu positif.
KESIMPULAN
Risiko adalah ciri manusia yang keberadaan tidak dapat dihindari dan seiring waktu
manusia telah mengembangkan cara untuk bertahan hidup dalam lingkungan yang
terus berubah. Filosofi yang sama terlihat membentuk praktik manajemen risiko
modern.
Salah satu alasan pengembangan manajemen risiko adalah kegagalan proyek untuk
memenuhi anggaran mereka, tanggal penyelesaian, kualitas dan kinerja atau
pendapatan yang cukup untuk melakukan pembayaran pokok dan bunga. Pelajaran
yang dapat dipetik dari setiap proyek yang gagal berfungsi sebagai pengantar yang
berguna untuk kebutuhan kinerja yang lebih baik dalam manajemen risiko.
Jelas semua risiko perlu dinilai di semua tingkatan. Risiko perusahaan dapat
memengaruhi perusahaan dalam hal reputasi atau kemampuan untuk meningkatkan
keuangan, SBU perlu mempertimbangkan risiko yang terkait dengan portofolio
proyek. Manajer proyek harus yakin tentang mengelola risiko yang terkait dengan
proyek dan bahwa risiko di luar kewenangannya telah dinilai di tingkat perusahaan
dan SBU. Manajemen di semua tingkatan harus menyadari bahwa risiko dapat
memberikan manfaat dan tidak boleh dianggap murni secara negatif.
STUDI KASUS
Resiko Decommisioning
Bagi perusahaan pertambangan yang ada di Indonesia, risiko ini harus menjadi
komitmen dalam pelaksanaan operasional kegiataannya,seperti yang tercantum dalam
Peraturan Menteri ESDM No.26 Th.2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan
yang baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara. Dimana perusahaan
dituntut untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi
lokal di seluruh wilayah pertambangan baik setelah akhir sebagian atau seluruh
kegiatan pertambangan.
Contoh :
PT. Bukit Asam
Perusahaan ini salah satu contoh perusahaan penambangan yang memperhatikan
risiko decommisioning. Dalam perencanaan kegiatannya, perusahaan ini sejak awal
telah memperhitungkan kelestarian lingkungan melalui kegiatan reklamasi, revegetasi
dan paska tambang. Misal ;
Pada area yang sudah tidak memiliki prospek dalam jangka panjang maka dilakukan
kegiatan pasca tambang seperti pada tambang Ombilin
Pada area yang masih memiliki prospek dalam jangka panjang, maka perusahaan
melakukan revegetasi rutin yang berupa menanami areal dimaksud dengan tanaman
perintis dan penutup untuk mempertahankan kesuburan.
Pada area lahan bekas tambang yang telah benar-benar selesai dari kegiatan
penambangan, maka perusahaan melakukan reklamasi sebagai bentuk pemanfaatan
lahan bekas tambang. Seperti Hutan Raya Enim
Berdasarkan laporan tahunan alokasi dana untuk bina lingkungan pada tahun 2017
sebesar 79 Miliar, dengan profit 5.9 Triliun, yang berarti ada sebesar 1.3% dana yang
dihabiskan untuk menaggulangi risiko decommisioning .