Penanggulangan Bencana
Syamsidik
Penanggulangan Bencana di Dunia
• Penanggulangan bencana baru menjadi fokus dunia setelah
Tahun 1960.
• Peristiwa gempabumi di Iran Tahun 1962 yang
menimbulkan korban jiwa hingga 12 ribu jiwa mendorong
Organisasi PBB mengeluarkan Resolusi khusus terkait itu
No. 1753.
• Tahun 1971, PBB memutuskan agar upaya penanggulangan
bencana lebih menjadi agenda dunia dengan sebuah badan
PBB yang diberinama United Nations for Disaster Reliefs
Office (UNDRO)
• Hingga Tahun 2002, dunia lebih berfokus pada upaya
tanggap-darurat dan pemulihan pasca bencana dalam
melihat upaya penanggulangan bencana.
Paradigma Penanggulangan Bencana
• Cara pandang/cara pikir dalam melihat bencana
di Indonesia mengalami perubahan yang drastis
setelah UU No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana
• Cara pandang (paradigma) akan mempengaruhi:
– Cara merencanakan;
– Cara menilai sebuah situasi
– Cara mengatasi sebuah bencana
– Cara mencegah sebuah bencana.
Proses Perubahan Paradigma PB di
Indonesia
• Perubahan drastis penanggulangan bencana di
Indonesia dipicu oleh Peristiwa Gempabumi dan
Tsunami di Aceh tahun 2004.
• Peristiwa tsunami di Aceh setidaknya mempengaruhi:
– Perubahan kelembagaan dan peraturan/perundang-
undangan terkait Penanggulangan Bencana;
– Penetapan siklus penetapan bencana;
– Penganggaran penanggulangan bencana yang tidak
berfokus pada respons;
– Upaya Pengurangan Risiko Bencana sebagai bagian dari
investasi pembangunan.
Perubahan Paradigma di Sektor
Kelembagaan
• Setelah Tahun 2007, Penanggulangan Bencana dianggap sebagai
upaya yang harus dilakukan secara struktural, terencana, dan
permanen.
• Sebelum Tahun 2007, PB di Indonesia mengacu pada Keputusan
Presiden (Kepres ) No. 109 tahun 1999 tentang Badan Koordinasi
Penanggulangan Bencana.
• Dunia melihat
upaya
2015 (Sendai penanggulangan
Frameworks for Disaster bencana sebagai
Risk Reduction/SFDRR) bagian dari upaya
pembangunan
yang
berkelanjutan.
Perbedaan Paradigma Lama dan Baru
dalam Penanggulangan Bencana
Tanggap
Kesiapsiagaan
darurat/response
Mitigasi dan
Rehabilitasi dan
Peningkatan
Rekonstruksi
Kapasitas
Tahapan Penanggulangan Bencana
• Pada dasarnya penyelenggaraan adalah tiga
tahapan yakni :
– Pra bencana yang meliputi:
• - situasi tidak terjadi bencana
• - situasi terdapat potensi bencana
– Saat Tanggap Darurat yang dilakukan dalam situasi
terjadi bencana
– Pascabencana yang dilakukan dalam saat setelah
terjadi bencana
Bentuk alternativ Siklus
Penanggulangan Bencana
Sumber:ADRC, 2005
Keberadaan Dokumen Perencanaan
dalam setiap Tahap PB
Pra- Bencana
• Pada tahap Prabencana dalam situasi tidak terjadi
bencana, dilakukan penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana (Disaster Management Plan),
yang merupakan rencana umum dan menyeluruh yang
meliputi seluruh tahapan / bidang kerja kebencanaan
• Pada tahap Prabencana dalam situasi terdapat potensi
bencana dilakukan penyusunan Rencana Kesiapsiagaan
untuk menghadapi keadaan darurat yang didasarkan
atas skenario menghadapi bencana tertentu (single
hazard) maka disusun satu rencana yang disebut
Rencana Kontinjensi (Contingency Plan).
Mitigasi Mitigasi
Pasif Aktif
1. Penyusunan peraturan perundang-undangan
1. Pembuatan dan penempatan tanda-tanda
2. Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan
peringatan, bahaya, larangan memasuki daerah
masalah.
rawan bencana dsb.
3. Pembuatan pedoman/standar/prosedur
2. Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai
4. Pembuatan brosur/leaflet/poster
peraturan tentang penataan ruang, ijin mendirikan
5. Penelitian / pengkajian karakteristik bencana
bangunan (IMB), dan peraturan lain yang berkaitan
6. Pengkajian / analisis risiko bencana
dengan pencegahan bencana.
7. Internalisasi PB dalam muatan lokal pendidikan
3. Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan
8. Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas
masyarakat.
bencana
4. Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan
9. Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat, seperti
bencana ke daerah yang lebih aman.
forum
5. Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan
10. Pengarus-utamaan PB dalam perencanaan
masyarakat.
pembangunan
6. Perencanaan daerah penampungan sementara dan
jalur-jalur evakuasi jika terjadi bencana.
7. Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk
mencegah, mengamankan dan mengurangi dampak
yang ditimbulkan oleh bencana, seperti: tanggul,
dam, penahan erosi pantai, bangunan tahan gempa
dan sejenisnya.
Contoh Kegiatan Kesiapsiagaan
• Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur
pendukungnya.
• Pelatihan siaga / simulasi / gladi / teknis bagi setiap sektor
Penanggulangan bencana (SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan
pekerjaan umum).
• Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan
• Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.
• Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu
guna mendukung tugas kebencanaan.
• Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini (early
warning)
• Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan)
• Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/sarana peralatan)
Tsunami Aceh
2004
Sumber:em-dat.net
Kesimpulan
• Perubahan paradigma penanggulangan bencana di
Indonesia sangat terpengaruh oleh peristiwa tsunami di
Aceh Tahun 2004.
• Saat ini, paradigma penanggulangan bencana di Indonesia
berfokus pada aspek pra- dan pasca-bencana.
• Siklus Penanggulangan Bencana di Indonesia mengadopsi
empat tahapan, yaitu tahap tanggap-darurat, tahap
rehabilitasi dan rekonstruksi, tahap mitigasi dan
peningkatan kapasitas, dan tahap kesiapsiagaan.
• Upaya penanggulangan bencana yang baik, akan
membantu mendorong upaya pembangunan yang baik dan
berkelanjutan pula.