HUJAN ( PRESIPITASI )
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa mampu menentukan distribusi hujan dari suatu daerah dan
mampu melengkapi data hujan yang hilang serta mampu meneliti
terhadap konsistensi data hujan
Contoh :
Tabel 3.1 memperlihatkan data hujan dari pos Y dan data hujan acuan
tahunan X yang merupakan rata-rata dari pos hujan A, B, C, D dan E.
Karena adanya penggatian alat di pos Y, maka perlu diadakan pengujian
terhadap konsistensi hujan di pos Y.
500
--------> HUjan pos Y (mm)
450
400
350
300 Y
250 X
200
150
100
50
0
0
0
10
15
40
------> Hujan rata-rata 5 pos (mm)
Dari grafik dapat dilihat, bahwa terjadi perubahan kemiringan garis lurus dari
kurva massa ganda yaitu tahun 1992. Sebelum tahun 1992 kemiringannya
sebesar b = 1,33 dan setelah tahun 1992 kemiringannya sebesar a = 0,80.
Maka factor koreksio sebesar (a/b) = (0,80/1,33) = 0,60. maka untuk
mengkoreksi data hujan pada pos Y sebelum tahun 1992 harus dikalikan
0,60. Hasilnya adalah sebagai berikut :
1 ⎡ Nx Nx Nx ⎤
Hx = ⎢⎣ Na L.Ha + Nb .Hb + Nc Hc ⎥⎦
3
dimana :
Na, Nb dan Nc : hujan normal tahunan di pos A, B dan C
Hx, Ha, Hb dan Hc : curah hujan di pos X, A, B dan C
Karena terjadinya penggantian alat yang rusak sehingga ada data hujan
yang tidak terukur, yaitu pada bulan Maret. Dengan menggunakan metode
aritmatik dan perbandingan normal, maka tentukanlah besarnya curah hujan
tersebut.
Penyelesaian :
Dengan metode aritmatik
Hx = 1/3 ( Ha + Hb + Hc )
= 1/3 (100 + 120 + 110 ) mm = 110 mm
Dengan netode perbandingan normal
Rata-rata curah hujan normal pos A, B, dan C adalah = 1/3 (2500 + 2700
+ 2600 ) = 2600 mm
Beda dengan curah hujan normal di X = (2600 – 2200)/2200 = 18,18 %
> 10 %, maka :
1 ⎡ Nx Nx Nx ⎤
Hx = ⎢ Na Ha + Nb Hb + Nc Hc ⎥
3 ⎣ ⎦
= 122,8 mm
Karena perbedaan hujan tahunan normal lebih dari 10 %, maka harga Hx
= 122,8 mm.
⎡ ⎛ Hi ⎞⎤
⎢∑ ⎜ ⎟⎥
Hx = ⎢ ⎝ Li 2 ⎠⎥
⎢ ⎛ 1 ⎞⎥
⎢∑ ⎜
⎝ Li 2
⎟⎥
⎠⎦
⎣
dimana :
Hx : besarnya curah hujan di pos X yang akan diperkirakan
Hi : Besar curah hujan di pos A, B, C dan D
Li : jarak pos hujan A, B, C dan terhadap pos hujan X
U
D
Ld
Lb B
X
T
La
Lc
Penyelesaian :
Kuadran Pos H (mm) L (km) L2 1/L H/L2
I B 100 5 25 0,04000 4,000
II C 90 10 100 0,01000 0,900
III A 110 8 64 0,01562 1,718
IV D 120 6 36 0,02777 3,333
Jumlah : 0,09339 9,9520
Hx = [Σ (Hi/Li2)/( Σ(1/Li2)]
= (9,9520)/0,09339
= 106,56 mm
Jika jumlah hujan datanya lebih dari 30 buah, maka untuk menguji nilai
rata-rata populasi dapat dilakukan dengan uji normal. Untuk menguji nilai
rata-rata dari pos A sebesar μ1 dan pos B sebesar μ2 perlu membuat
hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (H1) sebagai berikut :
Ho : μ1 = μ2 nilai rata-rata tidak berbeda
H1 : μ1 ≠ μ2 nilai rata-rata berbeda
Dalam hal ini dianggap :
- data pengukuran merupakan variable bebas (observation are
independent) artinya kejadian data di pos A tidak berpengaruh
terhadap data B
- mengikuti distribusi normal
- populasinya mempunyai nilai varian yang sama. Varian merupakan
nilai kuadrat dari deviasi standar.
Tahapan pengujiannya adalah sebagai berikut :
(1). Tentukan deviasi standar dari perbedaan nilai rata-rata hitung, dapat
dengan persamaan berikut :
1/ 2
⎡σ 2 σ 2 ⎤
σ 1− 2 = ⎢ 1 + 2 ⎥
⎣ N1 N2 ⎦
Keterangan :
σ 1-2 = deviasi standar dari perbedaan : μ1 - μ2
σ 12 = Varian sample pos A
σ 22 = Varian sample pos B
N1 = jumlah sample pos A
(3). Keputusan :
Bandingkan nilai t dengan nilai varian standar normal tc pada tabel
dibawah ini, dengan aturan :
- bila t ≤ tc, maka Ho diterima
- bila t ≥ tc, maka Ho ditolak dan menerima H1.
d k1 = N1 – 1
d k2 = N2 - 1
Contoh :
Diketahui data hujan pos Dago dan Malabar Tahun 1950 – 1981
Malabar Dago
Rata-rata X (mm/tahun) 2496 1977
Deviasi standar S (mm/tahun) 670 378
Jumlah Data N (tahun) 32 32
Dari data diatas, tentukan apakah nilai rata-rata hujan tahunannya untuk
kedua pos itu homogen pada tingkat kepercayaan 5 %.
Penyelesaian :
Langkah awal adalah membuat hipotesis.
Ho : μ1 = μ2 nilai rata-rata tidak berbeda
H1 : μ1 ≠ μ2 nilai rata-rata berbeda
dan
Ho : σ 12 = σ 22 nilai varian sama
H1 : σ 12 ≠ σ 22 nilai varian tidak sama
~ R + R + R +......+ Rn
R= 1 2 3
n
di mana :
~
R = Curah hujan rata - rata
R1 − Rn = Curah hujan pada masing - masing stasiun
n = Banyaknya stasiun curah hujan
~ A ⋅ R + A ⋅ R +........+ An ⋅ Rn
R= 1 1 2 2
At
di mana :
~
R = Curah hujan rata - rata (mm)
R1 − Rn = Curah hujan pada masing - masing stasiun (mm)
A1 − An = Luas yang dibatasi garis poligon (km 2 )
At = Luas total catchment area
~ ⎛A R +R ⎞ ⎛A R +R ⎞ ⎛ A R + Rn+1 ⎞
R = ⎜⎜ 1 ⋅ 1 2 ⎟⎟ + ⎜⎜ 2 ⋅ 2 3 ⎟⎟ + .........+ ⎜⎜ n ⋅ n ⎟
⎝ At 2 ⎠ ⎝ At 2 ⎠ ⎝ At 2 ⎟⎠
di mana :
~
R = Curah hujan rata - rata (mm)
R1 − Rn = Curah hujan yang sama pada setiap garis isohit (mm)
A1 − An = Luas yang dibatasi oleh garis isohit (km 2 )
At = Luas total dari catchment area (km 2 )
6 4
5 3
2
Penyelesaian :
Ra = 1/n ( R1 + R2 + R3 + R4 + R5 + R6 + R7)
= 50 mm
Rangkuman :
• Data hujan dari Suatu DPS kadangkala tidak konsisten, hal ini dapat
disebabkan oleh :
- penggantian jenis alat pencatat hujan
- perubahan lingkungan pos hujan
- pemindahan lokasi pos hujan
- perubahan alam.
Salah satu cara untuk mengecek konsistensi hujan yaitu dengan
kurva massa ganda
• Tiga cara yang umum digunakan untuk mengisi data hujan yang
kosong (hilang), yitu :
- metode aritmatik
- metode perbandingan normal
- metode kantor cuaca Amerika Serikat.
• Tebal (besar) hujan rata-rata di DPS sangat dipengaruhi oleh :
latitude, posisi dan luas daerah, jarak dari sumber lembab/ air, efek
geografis dan ketinggian (letak) DPS.
• Untuk mementukan besarnya curah hujan rata-rata di DPS dapat
dicari dengan metode :
- Rata-rata aritmatik
- Poligon Thiesen
- Isohiet.