Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
Anggota:
Vino Deltayana_121160055
Restu Apriani Zul'aina_121410069
Regina Desva Nawawi _121410068
Ahmad Fauzi_121160058
Tri Anjelly Silalahi_121160057
M. Nadimsyah Alfandi_121410066
Leny Permatasari_121160056
Aprinita Dwi Lestari_121410097
Daftar Isi
BAB I: PENDAHULUAN.................................................................................................2
1.1 Gambaran Umum Wilayah........................................................................................2
1.2 Gambaran Umum Masyarakat...................................................................................3
1.2.1 Sejarah Kepulauan Riau......................................................................................3
1.2.2 Suku dan Budaya lokal........................................................................................3
1.2.3 Musik dan Tarian Adat Kepulauan Riau.............................................................4
1.2.4 Lagu Daerah dan Senjata Tradisional.................................................................4
1.2.5 Rumah Adat.........................................................................................................4
1.2.6 Agama.................................................................................................................5
1.2.7 Bahasa.................................................................................................................5
1.2.8 Angka Kemiskinan..............................................................................................5
1.2.10 Kondisi Kesehatan.............................................................................................6
1.2.11 Kerusakan Lingkungan......................................................................................7
1.3 Kondisi Lingkungan Hidup Alami.............................................................................7
BAB II: IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS PERMASALAHAN................9
2.1 Tabel Analisis Fishbone.............................................................................................9
2.2 Fishbone...................................................................................................................10
2.3 Hasil Analisis Faktor Potensial:...............................................................................10
BAB III: USULAN SOLUSI............................................................................................11
3.1 Analisis SWOT........................................................................................................11
3.2 Solusi........................................................................................................................12
BAB IV: KESIMPULAN..................................................................................................13
4.1 Potensi di Provinsi Kepulauan Riau.........................................................................13
4.2 Permasalahan di Provinsi Kepulauan Riau..............................................................13
4.3 Langkah Solutif........................................................................................................13
4.4 Harapan....................................................................................................................14
Daftar Pustaka....................................................................................................................15
Lampiran: Pertanyaan dan Tanggapan saat Presentasi......................................................16
1
BAB I
PENDAHULUAN
Wilayah Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari gugusan pulau-pulau besar dan
kecil yang letak satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh perairan/laut. Beberapa
pulau yang relatif besar, diantaranya adalah Pulau Bintan dimana Ibukota Provinsi
(Tanjungpinang) dan Kabupaten Bintan berlokasi; Pulau Batam yang merupakan Pusat
Pengembangan Industri dan Perdagangan; Pulau Rempang; dan Pulau Galang yang
merupakan kawasan perluasan wilayah industri Batam; Pulau Karimun, Pulau Kundur di
Karimun, Pulau Lingga, Pulau Singkep di Lingga, Pulau Bunguran di Natuna, serta
Gugusan Pulau Anambas (di Kepulauan Anambas). Selain itu Provinsi Kepulauan Riau
memiliki pulau-pulau kecil yang hampir tersebar di seluruh kabupaten/kota yang ada,
termasuk diantaranya pulau-pulau kecil yang terletak di wilayah perbatasan Negara
Indonesia. Keberadaan pulau-pulau terluar ini perlu mendapat perhatian khusus
mengingat memiliki kerentanan terhadap masalah keamanan, kesejahteraan masyarakat,
dan kelestarian lingkungan hidup.
2
1.2 Gambaran Umum Masyarakat
Sebagai provinsi baru, berbagai permasalahan telah muncul yaitu permasalahan
ketimpangan baik ketimpangan demografi, ketimpangan ekonomi dan ketimpangan
sosial. Kota Batam sebagai maskot sekaligus juga magnit Kepulauan Riau, mempunyai
persoalan jumlah penduduk yang cukup besar yang indikasinya dapat dilihat dari
banyaknya rumah bermasalah, tingkat kriminalitas, tingkat pengangguran dan tingkat
kesejahteraan sosial yang timpang.
Melihat data kependudukan pada tahun 2016 (BPS Provinsi Kepulauan Riau,
2017) dapat kita lihat bahwa penduduk Provinsi Kepulauan Riau berjumlah 2,028,169
jiwa. Kota Batam merupakan tempat penduduk terbesar yaitu 1.236.399 Jiwa (61,0 %),
Kabupaten Karimun 227.277 jiwa (11,2 %), Kab. Bintan 154.584 (7,6 %), Kota Tanjung
Pinang 204.735 jiwa (10,1 %), Kab. Natuna 75,282 jiwa (3,7 %) dan Kab. Lingga 88.971
Jiwa (4,4 %).
3
(Aceh, Arab, India, Nias, Madura, Karo, Bajau, Melayu Jambi, Melayu Palembang,
Melayu Bengkulu, juga suku Melayu lainnya, dan suku lain-lain yang bukan penduduk
asli/lokal (setempat) di provinsi Kepulauan Riau melainkan pendatang/perantau dari
daerah lain (luar Kepri/luar pulau).
4
c) Bendul, yaitu batas ruang rumah atau batas lantai.
d) Lantai, biasanya terbuat dari jerai dan kayu.
e) Pintu, terbuat dari kayu dan biasanya dihiasi ornamen ukiran.
1.2.6 Agama
Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2020 mencatat bahwa
mayoritas penduduk Kepulauan Riau menganut agama Islam. Adapun persentase agama
penduduk di provinsi Kepulauan Riau adalah Islam 78,25%, kemudian Kristen Protestan
11,91%, Buddha 7,15%, Katolik 2,47%, Konghucu 0,16%, Hindu 0,05% dan
Kepercayaan 0,01%
1.2.7 Bahasa
Bahasa yang dipakai adalah bahasa resmi yaitu Bahasa Indonesia dan ada juga
yang menggunakan bahasa Melayu. Bahasa Melayu Riau mempunyai sejarah yang cukup
panjang, karena pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada
zaman Kerajaan Sriwijaya, Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa internasional Lingua
franca di kepulauan Nusantara, atau sekurang-kurangnya sebagai bahasa perdagangan di
Kepulauan Nusantara. Bahasa Melayu, semenjak pusat kerajaan berada di Malaka
kemudian pindah ke Johor, akhirnya pindah ke Riau mendapat predikat pula sesuai
dengan nama pusat kerajaan Melayu itu. Karena itu bahasa Melayu zaman Melaka
terkenal dengan Melayu Melaka, bahasa Melayu zaman Johor terkenal dengan Melayu
Johor, dan bahasa Melayu zaman Riau terkenal dengan bahasa Melayu Riau.
5
orang dibanding September 2018.periode Maret 2020-Maret 2021, jumlah penduduk
miskin di daerah perkotaan bertambah dari 108.859 orang menjadi 124.896 orang,
sedangkan daerah perdesaan berkurang dari 23.107 orang menjadi 19.566 orang.
6
masyarakat sulit menjangkau lokasi tempat tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan.
Jika pun ada yang menyediakan transportasi, biayanya mahal dan waktu untuk mencapai
ke fasilitas layanan kesehatan juga lama.
7
Luas kawasan hutan produksi di Provinsi Kepulauan Riau adalah 49.441 Ha,
Kawasan Hutan Produksi Terbatas seluas 164.209 Ha dan Kawasan Hutan Produksi
Konversi seluas 265.806 Ha yangtersebar di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Provinsi
Kepulauan Riau. Luas kawasan hutan yang ditetapkan sebagai hutan lindung, 106.798 ha,
tersebar di Kabupaten Bintan [33.289 ha), Kabupaten Karimun (9.685 ha), Kabupaten
Lingga (32.929 ha), Kabupaten Anambas (3.748), Kabupaten Natuna (11.945 ha), Kota
Batam (14.846 ha), Kota Tanjungpinang (356 ha).
8
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS PERMASALAHAN
Permasalahan yang kami angkat untuk dianalisis adalah maraknya kegiatan penambangan
pasir yang terjadi di provinsi Kepulauan Riau yang menimbulkan dampak besar terhadap
lingkungan. Analisis yang dilakukan adalah analisis fishbone (tulang ikan) yaitu suatu
pendekatan tersetruktur yang memumngkinkan dilakukan suatu analasisi lebih terperinci dalam
menemukan penyebab-penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian, dan kesenjangann yang ada.
9
2.2 Fishbone
10
BAB III
USULAN SOLUSI
Dari banyaknya permasalahan yang timbul di provinsi Kepulauan Riau, dapat dilihat
bahwa permasalahan yang banyak menyebabkan kerusakan lingkungan adalah aksi
penambangan liar oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung-jawab. Maka dari itu kami
mengangkat permasalahan penambangan liar terutama penambangan pasir untuk dianalisis
dengan menggunakan metode analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat).
b) Weakness:
Hal-hal yang ditakutkan jika penambangan pasir ini terus-menerus dilakukan
adalah terjadinya abrasi dan erosi pantai, terjadinya erosi tanah, menurunnya kualitas
lingkunggan perairan laud an peisir pantai, meningkatnya pencemaran pantai dan udara,
menimbulkan turbulensi, dan terjadinya longsor pada tebing-tebing bekas galian.
c) Opportunity:
Peluang-peluang yang didapat dari kegiatan penambangan pasir ini adalah
mengurangi angka pengangguran karena terciptannya lapangan pekerjaan baru bagi
masyarakat. Banyaknya permintaan pasar akan pasir dapat meningkatkkan sector
industry, meningkatkan devisa Negara, dan juga peluang meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
d) Threat:
Ancaman yang ditimbulkan jika kegiatan penambangan pasir ini dilakukan tanpa
melakukan penyegaran lahan tambang adalah pulau-pulau kecil terancam hilang
keberadaannya, berubahnya struktur permukaan lahan dapat membuat sumur warga
menjadi terasa payau, peningkatan kadar padatan tersuspensi di daasar perairan, dan juga
dapat menimbulkan konflik social antara masyarakat pro-lingkungan dan penambang
pasir.
11
3.2 Solusi
Dapat dilihat dari analisis tersebut kegiatan penambangan pasir ini sangat tumpang
tindih yang mana ia menguntungkan namun juga berbahaya terhadap lingkungan. Maka dari
itu kami menyusun strategi-strategi agar penambangan pasir yang sangat menguntungkan di
bidang ekonomi ini terus berjalan namun kerusakan lingkungan yang ditimbulkan tidak
terlalu besar. Strategi-strateginya adalah sebagai berikut:
1. Pembatasan eksploitasi baik dari segi pembatasan produksi pasir laut maupun
pembatasan hak (limited term right) pemanfaatan pasir laut, sehingga pihak pemanfaat
pasir laut tidak terus menerus melakukan ekstraksi jangka panjang, (dapat dilakukan
dengan system kuota).
2. Memberikan alokasi ruang khusus zona yang memang terdapat potensi sebaran deposit
pasir laut agardapat dilakukan penambangan, sedangkan pada zona memang berpotensi
perikanan dan lainnya agar tegas dilarang untuk penambangan.
3. Meningkatkan program penanaman pohon bakau atau mangrove; Sosialisasi manfaat
hutan bakau atau mangrove untuk menjaga ekosistem pesisir dan laut; Melakukan patroli
oleh pihak yang berwenang dalam mengawasi penambangan yang telah memiliki ijin.
Kami juga menyarankan untuk mengupayakan alternatif sektor ekonomi lain dalam
meningkatkan kesejahteraan dan kehidupan masyarakat di sekitar pesisir maupun daratan,
seperti pembudidayaan rajungan, perikanan air payau, pembudidayaan udang galah, dan lain
sebagainya.
12
BAB IV
KESIMPULAN
13
Pemerintah menegakkan pemberian sanksi hukum seperti kurungan penjara maksimal
sepuluh tahun dan denda maksimal sepuluh miliar rupiah (sesuai UU Pertambangan
Minerba).
5. Penyuluhan dan Sosialisasi Dampak Tambang Ilegal
Secara berkala, pemerintah melakukan penyuluhan dan sosialisasi dampak tambang
ilegal. Sebab, banyak oknum pelaku kegiatan tambang ilegal tidak memahami akan
bahaya yang bisa muncul dari kegiatan tersebut. Untuk itulah, perlu diadakan penyuluhan
atau sosialisasi terutama mengenai dampak aktivitas Peti bagi lingkungan sekitar.
6. Menyediakan Lapangan Kerja
Pemerintah telah berupaya menyediakan lapangan pekejaan lain bagi masyarakat agar
tidak melakukan kegiatan penambangan ilegal dengan memberi fasilitas pelatihan kerja
melalui Pemerintah Daerah.Aktivitas tambang ilegal menjadi salah satu dari sekian
banyak pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan pemerintah. Penyelesaiannya
memang tidak mudah dan harus bertahap, namun apabila tidak segera diatasi, dampak
lingkungan dan kerugian bagi negara akan semakin bertambah.
4.4 Harapan
Dengan besarnya potensi sumber daya alam yang ada di kepulauan riau, kami berharap solusi
yang kami berikan sedikit bisa menekan jauh jumlah kerusakan lahan akibat penambangan liar,
serta kesetimbangan ekonomi negara segera membaik karena berkurangnya kegiatan
penambangan liar ini.
14
Daftar Pustaka
Norini dan Afrizal. (2017). PERAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KEPULAUAN RIAU
DALAM PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP TERHADAP
LIMBAH B3 DI KOTA BATAM. Kemudi: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Vol. 1 No. 2.
Taufiqur Rohman, “Danau Biru Bintan oase Indah di Gurun Pasir Kepulauan Riau”,
https://phinemo.com/danau-biru-bintan-oase-indah-di-gurun-pasir-kepulauan-riau/
Muhammad Fauzi, Elberizon, Feliatra, Deni Efizon dan T.Efrizal. “Studi Potensi Sumberdaya Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil di KepulauanRiau dalam mengantisipasi Kegiatan Penambangan Pasir Laut”.
https://www.academia.edu/32094773/Studi_Potensi_Sumberdaya_Pesisir_dan_Pulau_pulau_Kec
il_di_Kepulauan_Riau_dalam_mengantisipasi_Kegiatan_Penambangan_Pasir_Laut
Kidhot Kasjuaji, 2018. “Dampak Penambangan Pasir Laut (Positif dan Negatif).
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/laut/dampak-penambangan-pasir-laut
https://repository.unri.ac.id/
https://www.kepriprov.go.id/
15
Lampiran
Pertanyaan dan Tanggapan saat Presentasi
Pertanyaan 1
Vivi : Dimana ada penambangan liar?
Tanggapan
Restu: Ada 3 wilayah yang menjadi tempat penambangan liar terjadi yaitu di kabupaten
karimun, kabupaten bintan, dan maraknya itu ada di kota batam.
Pertanyaan 2
Sariati: Apa penambangan ilegal yang sering terjadi dan apakah pemerintah melarang hal
itu?
Tanggapan:
Aprinita: Aktivitas penambangan liar pasir, pemerintah jelas melarang karena itu
perbuatan illegal.
Pertanyaan 3
Reni: dampak terbesar dari penambangan liar di kepulauan riua?
Tanggapan
M. Nadim: Dampak terhadap lingkungan, yaitu penurunan kualitas lingkungan itu
sendiri, pencemaran lingkungan, menyebabkan longsor dan banjir, berkurang nya
populasi dan habitat satwa.
16