Anda di halaman 1dari 37

U P T.

M a t a K u l i a h U m u m

Kuliah II
Pengetahuan Kebencanaan dan Lingkungan (MKS 106)

Perubahan Paradigma, Siklus dan


Kelembagaan dalam
Penanggulangan Bencana

siapsiaga.or.id

UNIVERSITAS SYIAH KUALA


w w w. u s k. a c. id
K E M A M P UA N A K H I R YA N G D I H A R A P K A N

1. Mahasiswa mampu menjelaskan momentum perubahan


paradigma penanggulangan bencana dunia
2. Mahasiswa mampu menganalisis siklus penanggulangan
bencana dan penerapannya di Indonesia
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi lembaga dan
organisasi dalam manajemen bencana

U P T. M a t a K u l i a h U m u m Pengetahuan Kebencanaan dan Lingkungan (PKL)


O U T L I N E M AT E R I

1. Perubahan Paradigma dalam Penanggulangan Bencana


2. Perbedaan Paradigma Lama dan Baru dalam PB
3. Siklus PB
4. Dokumen Perencanaan di tiap fase dalam siklus PB
5. Bencana dan Pembangunan
6. Kelembagaan dalam PB

U P T. M a t a K u l i a h U m u m Pengetahuan Kebencanaan dan Lingkungan (PKL)


PENANGGULANGAN BENCANA DI DUNIA

• Penanggulangan bencana baru menjadi fokus dunia setelah Tahun


1960.
• Peristiwa gempa bumi di Iran Tahun 1962 yang menimbulkan korban
jiwa hingga 12 ribu jiwa mendorong Organisasi PBB mengeluarkan
Resolusi khusus terkait itu No. 1753.
• Tahun 1971, PBB memutuskan agar upaya penanggulangan bencana
lebih menjadi agenda dunia dengan sebuah badan PBB yang diberi
nama United Nations for Disaster Reliefs Office (UNDRO)
• Hingga Tahun 2002, dunia lebih berfokus pada upaya tanggap-darurat
dan pemulihan pasca bencana dalam melihat upaya penanggulangan
bencana.
PA R A D I G M A P E N A N G G U L A N G A N B E N C A N A

• Cara pandang/cara pikir dalam melihat bencana di


Indonesia mengalami perubahan yang drastis
setelah UU No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana
• Cara pandang (paradigma) akan mempengaruhi:
– Cara merencanakan;
– Cara menilai sebuah situasi
– Cara mengatasi sebuah bencana
– Cara mencegah sebuah bencana.
P R O S E S P E R U B A H A N PA R A D I G M A P B D I I N D O N E S I A

• Perubahan drastis penanggulangan bencana di Indonesia dipicu


oleh Peristiwa Gempa Bumi dan Tsunami di Aceh tahun 2004.
• Peristiwa tsunami di Aceh setidaknya mempengaruhi:
– Perubahan kelembagaan dan peraturan/perundang-undangan terkait
Penanggulangan Bencana;
– Penetapan siklus penetapan bencana;
– Penganggaran penanggulangan bencana yang tidak berfokus pada
respons;
– Upaya Pengurangan Risiko Bencana sebagai bagian dari investasi
pembangunan.
P E R U B A H A N PA R A D I G M A D I S E K T O R K E L E M B A G A A N

• Setelah Tahun 2007, Penanggulangan Bencana dianggap sebagai upaya yang harus
dilakukan secara struktural, terencana, dan permanen.
• Sebelum Tahun 2007, PB di Indonesia mengacu pada Keputusan Presiden
(Keppres) No. 109 tahun 1999 tentang Badan Koordinasi Penanggulangan
Bencana.
• Pada bentuk yang lama, Bakornas PB ditetapkan sebagai lembaga non-struktural. Aktivitasnya
berfokus pada respon dan berada di bawah unit departemen/dinas lain yang memiliki tugas
beragam dan tidak terfokus pada penanggulangan bencana.
• Sebelum Tahun 2007, Penanggulangan Bencana dilakukan oleh:
– BAKORNAS PB (Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana) di tingkat Nasional;
– SATKORLAK PB (Satuan Koordinasi PB di tingkat Provinsi; dan
– SATLAK PB (Satuan Pelaksana PB) di tingkat Kabupaten Kota.
S E J A R A H P E R U B A H A N PA R A D I G M A P B

Perubahan paradigma PB di Indonesia juga erat kaitannya dengan perubahan


paradigma dunia dalam melihat Penanggulangan Bencana.

• Dunia melihat bencana hanya karena proses


1960-1970: fisik ancaman dan akibat yang ditimbulkan

• Dunia mulai melihat bencana sebagai


proses yang juga dipengaruhi oleh situasi
1970-1990 pra-bencana

• Dunia melihat pentingnya upaya


pengurangan risiko bencana yang
2002-2015 sedianya dilaksanakan sebelum
kejadian bencana.

2015 • Dunia melihat upaya


(Sendai Frameworks for
penanggulangan bencana sebagai
Disaster Risk
bagian dari upaya pembangunan
Reduction/SFDRR)
yang berkelanjutan.
S E J A R A H L A H I R N YA F R A M E W O R K I N T E R N A S I O N A L D A L A M
P E N G U R A N G A N R I S I KO B E N C A N A ( P R B )
P E R B E D A A N PA R A D I G M A L A M A D A N B A R U D A L A M
PENANGGULANGAN BENCANA

Paradigma Lama Paradigma Baru


Berfokus pada Tanggap Darurat Manajemen Risiko
Perlindungan adalah Upaya yang Perlindungan merupakan bagian dari Hak
dilakukan Pemerintah Asasi Manusia
Penanganan bencana sebagai hal Penanggulangan bencana merupakan bagian
yang luar biasa dari aktifitas rutin keseharian dan bagian dari
upaya pembangunan
Penanggulangan bencana merupakan Kesempatan keterlibatan masyarakat, LSM,
wilayah kerja pemerintah dan sektor swasta dalam upaya
penanggulangan bencana
P E R B E D A A N PA R A D I G M A L A M A D A N B A R U D A L A M
PENANGGULANGAN BENCANA

Paradigma Lama Paradigma Baru


Masyarakat terkena bencana adalah Masyarakat terkena bencana adalah pelaku aktif untuk membangun
korban tak berdaya kembali kehidupannya
Korban adalah penerima pasif bantuan Kemampuan masyarakat dipakai dan dibangun melalui
dari luar keterlibatannya
Pengkajian kerusakan dan kebutuhan Pengkajian kerusakan, kebutuhan dan kemampuan dilakukan
segera dilakukan oleh pakar dari luar bersama masyarakat dengan menimbang gender, budaya & umur
Berpusat pada bantuan fisik dan material Bantuan meliputi bantuan material, aspek kelembagaan/organisasi
serta pemecahan teknis untuk mengatasi akar penyebab kerentanan
Memberikan bantuan adalah tanggung Penanggulangan bencana adalah tanggung jawab semua orang.
jawab lembaga kebencanaan Lembaga kebencanaan berperan sebagai pendukung.
Sasarannya untuk memenuhi kebutuhan Sasarannya untuk mengurangi kerentanan panjang dan
darurat dan memulihkan keadaan ke meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menangani bencana
keadaan semula lebih baik
PARADIGMA L A M A PENANGGULANGAN BENCANA

 Paradigma lama dalam penanggulangan bencana adalah


dengan menggunakan pendekatan manajemen krisis
 Manajemen krisis lebih menekankan penanganan pada saat
dan setelah terjadinya bencana (disaster responses)
 Disaster response (hanya) merupakan salah satu bagian dari
siklus pengurangan risiko bencana atau manajemen risiko
yang merupakan paradigma baru
PARADIGMA B A R U PENANGGULANGAN BENCANA

 Untuk mengurangi korban jiwa dan harta benda maka paradigma


lama perlu ditambah dengan penanganan sebelum bencana melalui
pendekatan manajemen risiko melalui upaya-upaya pencegahan,
mitigasi dan kesiapsiagaan.
 Pendekatan secara terpadu itu (manajemen risiko dan manajemen
krisis) pada hakikatnya adalah menangani bencana mulai dari
sebelum, sesaat, hingga sesudah terjadinya bencana
 Ibarat sebuah siklus, pengelolaan bencana dimulai dari
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan
(rehabilitasi dan rekonstruksi), serta pembangunan
P E R B E DA A N M A N A J E M E N K R I S I S DA N M A N A J E M E N R I S I KO

MANAJEMEN KRISIS M ANA J E MEN RI SI KO

• Sering mengalami perubahan • Informasi bersifat historis dan


dalam pelaksanaan terbarukan
menimbulkan potensi konflik di • Sumber informasi bersifat
lapangan terbuka
• Pelaksanaan di lapangan • Informasi dapat dimanfaatkan
INFORMASI DAN MANAJEMEN bersifat tertutup oleh masyarakat luas
• Diarahkan langsung pada • Sistem informasi bersifat
individual matriks
• Komunikasi berdasarkan • Alur informasi bersifat
informasi masyarakat horizontal
• Alur informasi bersifat vertikal
Berhubungan dengan keamanan Berhubungan dengan kepentingan
ASPEK SOSIAL DAN POLITIK dan kenyamanan publik publik, investasi dan keamanan
SIKLUS PENANGGULANGAN BENCANA

• Siklus penanggulangan bencana menjelaskan:


– Tahap-tahap penanggulangan bencana
– Objek yang harus dikerahkan/dimaksimalkan dalam tahapan tersebut
– Para pelaku setiap tahapan yang wajib dan diharapkan terlibat dalam proses tersebut.

• Pentingnya memahami siklus penanggulangan bencana adalah:


– Memberi arahan pada keutamaan aksi yang berbeda di setiap tahap;
– Menjelaskan peran setiap pelaku penanggulangan bencana;
– Efisiensi dan efektifitas upaya penanggulangan bencana;
– Menyeimbangkan proses pra dan pasca bencana.

• Siklus penanggulangan bencana yang diadopsi Indonesia saat ini sangat


dipengaruhi oleh perubahan paradigma bencana yang dijelaskan terdahulu.
SIKLUS
PENANGGULANGAN
BENCANA DI
INDONESIA
KEBERADAAN DOKUMEN PERENCANAAN
D A L A M S E T I A P TA H A P P B

Pada tahap Prabencana


Pada tahap Prabencana dalam
dalam situasi tidak
situasi terdapat potensi bencana
terjadi bencana,
dilakukan penyusunan Rencana
dilakukan penyusunan
Kesiapsiagaan untuk menghadapi
Rencana Penanggulangan
keadaan darurat yang didasarkan
Bencana (Disaster Plan),
atas skenario menghadapi bencana
yang merupakan rencana
tertentu (single hazard) maka
umum dan menyeluruh
disusun satu rencana yang disebut
yang meliputi seluruh
Rencana Kontinjensi (Contingency
tahapan / bidang kerja
Plan).
kebencanaan.

Sumber: PERKA BNPB No. 4/2008 Pada Tahap Pemulihan dilakukan


Penyusunan Rencana Pemulihan
Pada Saat Tangap Darurat dilakukan Rencana Operasi (Recovery Plan) yang meliputi
(Operational Plan) yang merupakan rencana rehabilitasi dan
operasionalisasi/aktivasi dari Rencana Kedaruratan atau rekonstruksi yang dilakukan pada
Rencana Kontinjensi yang telah disusun sebelumnya. pasca bencana.

17
P E R B E D A A N S I FAT R E N C A N A

TINJAUAN RPB RENCANA KONTINJENSI RENCANA OPERASI


Sebelum
Kapan di - rencanakan? Keadaan ”normal” Pada saat darurat
kedaruratan
CAKUPAN Perencanaan
Umum (Perkiraan) Cukup spesifik - Terukur Sangat spesifik – Persis/detail
dan SIFAT Rencana

PIHAK2 yang Terlibat? Semua pihak Yang akan terlibat Yang sungguh terlibat
Ancaman yang MANA? Segala ancaman Satu ancaman proyeksi Satu ancaman yg terjadi
Proyeksi WAKTU (Umur
Jangka panjang - Tahunan Waktu tertentu Jadwal operasi - Singkat
Perencanaan)
Tataran/’Level’
Semua tataran Manajer Pelaksana Lapangan
Pembuat Rencana

Jenis Perencanaan Inventarisasi Penyiapan Pengerahan

18
TA H A PA N P E N A N G G U L A N G A N B E N C A N A

• Pada dasarnya penyelenggaraan adalah tiga tahapan


yakni :
– Pra bencana yang meliputi:
• situasi tidak terjadi bencana
• situasi terdapat potensi bencana
– Saat Tanggap Darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi
bencana
– Pascabencana yang dilakukan dalam saat setelah terjadi
bencana
B E N T U K A LT E R N AT I F S I K LU S
PENANGGULANGAN BENCANA

Sumber: Alexander, 2002


P E R B E D A A N A N TA R A U PAYA P E N A N G G U L A N G A N
B E N C A N A YA N G B A I K D A N B U R U K

Sumber:ADRC, 2005
Jumlah Korban meninggal akibat bencana dari waktu ke waktu

Banjir di China

Tsunami Aceh
2004

Sumber:em-dat.net
PRB SEBAGAI FUNGSI PEMBANGUNAN

Pengurangan bencana merupakan isu pembangunan sebagai:


• Penyebab mendasar dari kemiskinan, pembangunan yang
tidak berkelanjutan & bencana saling terkait.
• Keduanya dapat menyebabkan atau meningkatkan kerentanan
• Bencana dapat membahayakan pembangunan
• Pembangunan dapat menyebabkan atau mengurangi risiko
bencana
P E N G H A M B AT P E M B A N G U N A N YA N G B E R K E L A N J U TA N

Sustainable Development

Negative Impact

Financial Crisis
Political or Social
Conflict Interaction

Interaction
D I S ADisaster
Natural STER
Interaction

Environmental
Disease Degradation
Interaction

24
B E N C A N A DA N P E M B A N G U N A N

PEMBANGUNAN
PEMBANGUNAN DAPAT PEMBANGUNAN DAPAT
MENINGKATKAN MENGURANGI
KERENTANAN KERENTANAN

- BENCANA DAPAT BENCANA DAPAT


+
MENGHILANGKAN MEMBERIKAN
HASIL-HASIL PELUANG
PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN
YANG LEBIH BAIK
BENCANA

25
Sejarah
kelembagaan • Pengelolaan kebencanaan di Indonesia terbentuk tidak
terlepas dari perkembangan penanggulangan bencana pada

pengelolaan masa kemerdekaan


• Gempa Bumi dan tsunami 2004 (dampak yang ditimbulkan)
manajemen • Perkembangan pengelolaan bencana sangat dipengaruhi
pada konteks situasi, cakupan dan paradigma
bencana penanggulangan bencana.
• Kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis
Indonesia mendorong Indonesia untuk membangun visi untuk
membangun ketangguhan bangsa dalam menghadapi
bencana.
PERKEMBANGAN LEMBAGA PENYELENGGARA
PENANGGULANGAN BENCANA INDONESIA

Sumber: diolah dari https://www.bnpb.go.id/sejarah-bnpb


F U N G S I D A N K E T E R L I B ATA N L E M B A G A / O R G A N I S A S I
P E M E R I N TA H , N O N - P E M E R I N TA H D A L A M
PENANGGULANGAN BENCANA
• Invensi dan inovasi
• Model bisnis
AKADEMISI • Teknologi terapan
(Universitas/ • Pemberdayaan
• Penyebaran informasi
• Jejaring komunikasi
Lembaga • Pendampingan P E N D E K ATA N
Keilmuan)
P E N TA H E L I X D A N
MASING-MASING
INDUSTRI PERAN
MEDIA (Pedagang,
(Cetak dan
UMKM,
Elektronik)
Perbankan, • Jaminan pasar
TINDAKAN Jasa, dsb) • Nilai tambah
PEMERINTAH • Akses kredit
(Dinas Terkait) • Distribusi

• Partisipasi/
keikutsertaan
• Memastikan MASYARAKAT LEMBAGA
implementasi • Pemberdayaan
(Terdampak MASYARAKAT
kebijakan • Pendampingan
kebijakan) (LSM, asosiasi,
• Evaluasi kebijakan dsb)
PER AN A N B ER B AG A I AK TO R D AL A M
PENGURANGAN RISIKO BENCANA (PRB)

Disaster Risk Reduction actors

Mitigation
Preparedness
Prevention
SIKLUS
Humanitarian
PENGURANGAN DISASTER
Reconstruction actors
RI SI KO BE NC ANA

Response
Recovery

Sustainable Development actors


Presiden

Kementriaan dan lembaga BNPB + Dewan Pengarah

Gubernur

Dinas Tingkat I BPBD + Dewan Pengarah ST R U K T U R


P E N G E LO L A A N
Bupati/Walikota BENCANA DI
I N D O N ES I A
Dinas Tingkat II BPBD + Dewan Pengarah

Camat

Kepala desa

Masyarakat
33 BPBD TINGKAT PROVINSI
Respons/
Kesiapsiagaan Tanggap
Darurat

Pemulihan
Mitigasi dan (Rekonstruksi
Pencegahan dan
Rehabilitasi)
P E N DA N A A N
• Alokasi anggaran penanggulangan bencana dalam bentuk:
• Dana rutin dan operasional melalui DIPA (APBN/APBD)
• Dana kontinjensi
• Dana siap pakai untuk tanggap darurat
• Dana pemulihan rehabilitasi dan rekonstruksi
• Dana bencana berpola hibah
• Build Back Better
• PRB
• Tools: DaLA dan PDNA
• Menggalang dan mengawasi pengumpulan dana yang berasal
dari masyarakat
KESIMPULAN

• Perubahan paradigma penanggulangan bencana di Indonesia sangat


terpengaruh oleh peristiwa tsunami di Aceh Tahun 2004.
• Saat ini, paradigma penanggulangan bencana di Indonesia berfokus pada
aspek pra- dan pasca-bencana.
• Siklus Penanggulangan Bencana di Indonesia mengadopsi empat
tahapan, yaitu tahap tanggap-darurat, tahap rehabilitasi dan
rekonstruksi, tahap mitigasi dan peningkatan kapasitas, dan tahap
kesiapsiagaan.
• Upaya penanggulangan bencana yang baik, akan membantu mendorong
upaya pembangunan yang baik dan berkelanjutan pula.
BAHAN BACAAN
• Aitsi-Selmi, A., Egawa, S., Sasaki, H., Wannous, C., & Murray, V. (2015). The Sendai Framework for Disaster Risk Reduction:
Renewing the Global Commitment to People’s Resilience, Health, and Well-being. International Journal of Disaster Risk
Science. https://doi.org/10.1007/s13753-015-0050-9
• BNPB. (2015). Indonesia: national progress report on the implementation of the Hyogo Framework for Action (2013–2015).
Jakarta.
• Das, A., & Luthfi, A. (2017). Disaster Risk Reduction in Post-Decentralisation Indonesia: Institutional Arrangements and
Changes. In Disaster Risk Reduction in Indonesia (pp. 85–125). Springer.
• Djalante, R., Garschagen, M., Thomalla, F., & Shaw, R. (2017). Introduction: Disaster Risk Reduction in Indonesia: Progress,
Challenges, and Issues (pp. 1–17). Springer, Cham. https://doi.org/10.1007/978-3-319-54466-3_1
• Guadagno, L. (2016). Human Mobility in the Sendai Framework for Disaster Risk Reduction. International Journal of Disaster
Risk Science. https://doi.org/10.1007/s13753-016-0077-6
• Poterie, A. T. de la, & Baudoin, M. A. (2015). From Yokohama to Sendai: Approaches to Participation in International Disaster
Risk Reduction Frameworks. International Journal of Disaster Risk Science. https://doi.org/10.1007/s13753-015-0053-6
• UNISDR. (2015). The Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015–2030. Retrieved from
http://www.preventionweb.net/files/43291_sendaiframeworkfordrren.pdf
4. Penyusunan SOP
CONTOH: PROTAP KEDARURATAN GEMPA & TSUNAMI
SMP Negeri 11 Banda Aceh
Prosedur Pendataan dan Penyampaian • Melakukan absen perkelas Sekretaris 2 menit
Informasi di Titik Kumpul Guru
Ketua Kelas
• Melaporkan jumlah siswa yang hadir, dan tidak hadir Sekretaris
• Melakukan pencatatan siswa yang tidak ada di titik kumpul (Berpotensi mengelami cedera atau Guru
tidak bisa melakukan evakuasi) Ketua Kelas

Prosedur Pencarian dan Penyelamatan • Melakukan pengecekkan siswa ke dalam ruang kelas Tim Evakuasi (Pak Herman, Ibu Rukayah & Wahdini) 10 menit
(Termasuk Dokumen Penting Sekolah) • Melakukan evakuasi siswa yang masih berada di dalam kelas Tim Evakuasi (Tim PMR & Pramuka = 8 Orang)

• Menyelamatkan berkas dan arsip penting Tim Arsip & Logistik


• Melakukan Pertolongan Pertama pada siswa yang mengalami cedera di Titik Kumpul Ema, Amelia, Irma
Tim Pertolongan Pertama
Tim PMR = 10 orang
Prosedur Evakuasi Ke TES • Koordinator Tim Menyampaikan informasi untuk melakukan evakuasi ke Titik Evakuasi Ketua Tim 3 menit
Sementara
• Mengarahkan warga sekolah menuju Titik Evakuasi Sementara sambil berdo’a dan berdzikir Ketua Tim
• Melakukan pemantauan sepanjang jalur evakuasi. Tim Pramuka (Evakuasi)
Ketua Kelas (Peringatan dini & Kemanan)
PROSEDUR PENANGANAN DARURAT DI • Mengintruksikan warga sekolah untuk berkumpul menurut kelas dan jenis kelamin (Jika Guru
TEMPAT EVAKUASI SEMENTARA Gempa terjadi saat jam belajar)
• Koordinator tim berkoordinasi dan melaporkan keadaan seluruh warga sekolah kepada Kepala Ketua Tim
Sekolah
• Melakukan pendataan jumlah siswa yang sudah berada di TES. Guru/Ketua Kelas/Sekretaris
• Melakukan pendataan jumlah korban cedera serta penangan yang sudah dilakukan dan
keperluan untuk tindakan medis lanjutan.
• Mendistribusikan logistic (makanan dan minuman) kepada seluruh warga sekolah
• Penangan korban cedera Tim Arsip & Logistik / Osis
• Update informasi dari BMKG, BPBA dan BPBD Kota Banda Aceh.
PMR

Pak Yoga
Prosedur Penyampaian Informasi ke orang • Memberikan informasi kepada komite oleh kepala sekolah Kepala Sekolah 2 menits
tua siswa

UPT. Mata Kuliah Umum Pengetahuan Kebencanaan dan Lingkungan (PKL)

Anda mungkin juga menyukai