Anda di halaman 1dari 45

Kuliah Interaktif

Manajemen bencana
Pendekatan Indonesia

Dr. Yogi Prabowo, SpOT(K), SpEM

Modul Pengelolaan Bencana


Rumpun Ilmu Kesehatan – Universitas Indonesia
Nama : Dr. Yogi Prabowo, SpOT (K), SpEM
Lahir : Jakarta, 8 September 1973

Pendidikan & Keprofesian :


• Ilmu Kedokteran FKUI 1992-1998
• Dokter Spesialis Ilmu Orthopedi & Traumatologi FKUI 2003-2009
• Konsultan Onkologi Ortopedi (Kolegium Orthopedi & Traumatologi) 2018
• Dokter Spesialis Emergensi Medisin (Kolegium Emergensi Medisin) 2020
• Disaster Management Course, National Institute of Public Health (NIPH) Saitama-Japan, Agustus
s/d September 2009
• Emergency Surgery (in Disaster) Course , Davos Switzerland, Dec 2011
• Trauma Fellowship, Medizinische Hochschule Hannover (MHH) , Germany May-June 2012
Tugas & Pengalaman :
• Staf Pengajar Orthopedi & Traumatologi FKUI-RSCM
• Kepala IGD RSCM
• Satgas Covid-19 RSCM
• Tim Bencana RSCM
• Pendiri Medical Emergency Rescue Committee 1999
Latar belakang

• Indonesia rawan bencana berdasarkan kondisi geografi, geologi, hidrologi,


dan demografinya.
• Beberapa bencana yang melanda wilayah Indonesia termasuk tsunami Aceh
tahun 2004 telah mengubah pendekatan pemerintah Indonesia dalam
penanggulangan bencana.
• Pada tahun 2007, pemerintah membentuk Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BBPB
• Pandemi CoVID-19 yang sedang melanda dunia termasuk Indonesia
menuntut setiap orang dibekali pengetahuan tentang penanggulangan
bencana.
definisi
• Strategi Internasional untuk Pengurangan Bencana PBB (UNISDR): bencana
adalah "peristiwa yang menyebabkan gangguan dari suatu komunitas,
menimbulkan kerugian materi, ekonomi atau lingkungan dan dampaknya
melebihi kemampuan komunitas untuk mengatasinya"

• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang


Penanggulangan Bencana: “peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan mata pencaharian
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan / atau non alam,
atau faktor manusia yang mengakibatkan kematian manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. "
definisi
• Peristiwa korban massal (Mass Casualties Incident)diartikan sebagai
peristiwa atau kejadian yang menimbulkan korban cedera atau korban
jiwa yang melebihi kemampuan sumber daya setempat dalam hal
fasilitas kesehatan untuk menanggulanginya.
• Hal ini didasarkan pada jumlah korban luka dan beratnya luka
tersebut, misalnya 20 luka ringan tidak memerlukan perawatan medis
lanjutan, namun 5 korban luka berat akan membutuhkan perawatan
medis lanjutan yang mungkin tidak dimiliki oleh rumah sakit
setempat.
Pandemi & Epidemi
• Pandemi adalah penyebaran penyakit baru ke seluruh dunia. Pandemi
influenza terjadi ketika virus influenza baru muncul dan menyebar ke
seluruh dunia, dan kebanyakan orang tidak memiliki kekebalan. Virus
yang menyebabkan pandemi di masa lalu biasanya berasal dari virus
influenza hewan.
• Penyakit epidemik adalah penyakit yang “menyerang banyak orang
pada waktu yang sama, dan menyebar dari orang ke orang di tempat
yang tidak mewabah secara permanen”. WHO lebih lanjut menetapkan
epidemi sebagai yang terjadi di tingkat wilayah atau komunitas.
Krisis kesehatan (health crisis)
• Bencana merupakan rangkaian kejadian yang berdampak luas pada banyak aspek, salah satunya
aspek kesehatan yang disebut juga dengan krisis kesehatan.
• Krisis kesehatan adalah peristiwa yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa, cedera atau sakit,
evakuasi, dan / atau potensi bahaya yang berdampak pada kesehatan masyarakat yang
memerlukan respon cepat di luar kebiasaan normal dan kapasitas kesehatan yang tidak memadai.
• Berbeda dengan bencana pada umumnya, krisis kesehatan lebih menitikberatkan pada
penanggulangan bencana dari segi kesehatan. Penanganan krisis kesehatan menjadi prioritas
dalam penanggulangan bencana karena dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas bagi
korban bencana. Oleh karena itu, petugas kesehatan menjadi garda terdepan dalam melakukan
penanggulangan dan pertolongan bencana.
Klasifikasi bencana
• Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, bencana dibedakan berdasarkan
penyebabnya, yaitu bencana alam, non alam, dan sosial.
• Bencana alam adalah bencana yang disebabkan oleh kejadian alam
seperti gunung meletus, angin topan, tanah longsor, gempa bumi
• Bencana non alam adalah bencana yang disebabkan oleh kejadian
non alam seperti kegagalan modernisasi, epidemi, wabah penyakit,
atau kegagalan teknologi.
• Bencana sosial, yaitu bencana yang disebabkan oleh manusia seperti
konflik sosial antar kelompok dan teror
Klasifikasi bencana
Ada beberapa divisi atau pengelompokan jenis bencana.
• Berdasarkan penyebab bencana dibedakan menjadi
• bencana karena faktor alam (bencana alam),
• bencana karena faktor manusia (bencana buatan manusia) dan
• bencana karena kombinasi faktor alam dan manusia.

• Bencana akibat faktor manusia dapat dikelompokkan menjadi


• bencana karena kegagalan pembangunan fisik dan teknis,
• bencana akibat gagalnya pembangunan tatanan sosial masyarakat atau biasa
disebut bencana sosial.
Klasifikasi bencana
• bencana karena faktor alam atau bencana alam adalah; gempa aceh dan tsunami 2004, gempa yogyakarta
2006, topan nargis di myanmar 2008 dan wabah malaria.
• bencana yang disebabkan oleh kegagalan pembangunan fisik dan teknis termasuk kebocoran pembangkit
listrik tenaga nuklir chernobyl tahun 1986, tragedi bhopal, kebocoran gas di pabrik pestisida di Bhopal, India.
• bencana akibat gagalnya pembangunan tatanan sosial masyarakat adalah; perang iran-iraq 1999, perang Iran-
Irak 1980-1988 akibat konflik perbatasan, agresi militer dan kejahatan terorisme.
• bencana yang disebabkan oleh kombinasi faktor alam dan manusia seperti kebakaran hutan di Riau, banjir di
Jakarta akibat curah hujan yang tinggi dan proses pembangunan yang mengurangi daerah tangkapan air,
tanah longsor akibat hujan dan penggundulan hutan serta wabah kolera merupakan dampak dari manifestasi
kebersihan yang buruk.
• Beberapa bencana menimbulkan kontroversi dalam pengelompokannya, seperti pnademi covid-19 pada
tahun 2020, bisa menjadi bencana karena faktor alam akibat mutasi virus baru atau karena senjata biologis
yang dibuat oleh manusia.
Skala bencana
• Bencana dibedakan berdasarkan skala atau luasnya dampak bencana,
antara lain; bencana lokal, bencana nasional dan bencana internasional.
• Bencana lokal adalah jika dampak bencana masih bisa diatasi dengan
sumber daya tingkat provinsi.
• Bencana nasional yang merupakan dampak bencana belum dapat diatasi
oleh sumber daya daerah di tingkat provinsi.
• Bencana internasional atau global adalah jika dampak suatu bencana
melibatkan lebih dari satu negara atau tidak dapat ditangani oleh sumber
daya negara tersebut dan memerlukan bantuan negara lain untuk
mengatasi krisis kesehatan dan kemanusiaan yang muncul.
Skala bencana
• Menentukan skala bencana ini akan menentukan level organisasi yang terlibat dan
konsekuensi penganggaran.
• Bencana daerah, tingkat koordinasi organisasinya berada di bawah Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan akan menggunakan APBD (provinsi):
banjir jakarta
• Bencana Nasional, tingkat koordinasi organisasi akan ditangani oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan akan menggunakan APBN: Tsunami
Aceh 2004, Gempa Palu 2018
• Bencana internasional atau global akan melibatkan anak-anak dari organisasi di
bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) seperti Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) dan Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) serta organisasi non-
pemerintah lainnya: Pandemi CoVID-19
Siklus/fase manajemen bencana
Penanggulangan bencana adalah
rangkaian kegiatan yang dilakukan
berdasarkan waktu dan jenis
kegiatan untuk menghadapi
bencana.
Kesiapsiagaan
Mitigasi
Tanggap
Pemulihan
Bencana
Secara garis besar dapat dibedakan
menjadi beberapa tahapan
penanggulangan bencana yang
disusun berdasarkan waktu dan
membentuk siklus bencana
Siklus/fase bencana
• Tahapan mitigasi dan kesiapsiagaan pada umumnya dilakukan sebelum
bencana terjadi, namun secara konsep upaya mitigasi dapat dilakukan pada
tahapan lain.
• Sedangkan dua tahap lainnya yaitu tahap tanggap bencana dan tahap
pemulihan dilakukan setelah terjadinya bencana.
• Fase pemulihan akan berlanjut kembali ke fase mitigasi sehingga membentuk
sebuah siklus.
• Pembagian tahapan ini penting dilakukan agar perencanaan dan
penanggulangan bencana dapat lebih terarah, karena setiap tahapan
memiliki karakteristiknya masing-masing.
Fase mitigasi
• Mitigasi adalah upaya untuk mengurangi dampak bencana atau menghilangkan kerentanan
masyarakat terhadap bencana.
• Mitigasi memiliki 5 tujuan utama:
1. mengurangi risiko kemungkinan bencana,
2. mengurangi konsekuensi yang dapat ditimbulkan oleh bencana,
3. menghindari risiko bencana,
4. menerima kemungkinan dampak akibat bencana dengan pertimbangan yang cermat, dan
5. mengalihkan dampak bencana.
• Contoh upaya mitigasi adalah penyusunan rencana penanggulangan bencana di fasilitas
kesehatan, melakukan penutupan suatu kawasan secara menyeluruh untuk menghindari
penyebaran penyakit dan penerapan sistem jaminan kesehatan bagi korban bencana sebagai
upaya untuk mengalihkan dampak bencana.
Fase kesiapsiagaan
• Kesiapsiagaan merupakan derajat kewaspadaan dan kesiapan suatu masyarakat dalam
menghadapi bencana.
• Tahap kesiapsiagaan merupakan tahap penanggulangan bencana yang dilakukan di daerah rawan
bencana atau yang sulit terhindar dari bencana.
• Fase ini dapat diterapkan beberapa hari atau beberapa saat sebelum bencana terjadi setelah
peringatan dibuat.
• Tahap kesiapsiagaan membutuhkan perencanaan dan kegiatan yang sebenarnya merupakan
upaya mitigasi bencana. Kegiatan tersebut berupa latihan penanggulangan bencana kepada
masyarakat, jalur evakuasi, pemasangan dan penggunaan sinyal bahaya bencana
• Contoh upaya kesiapsiagaan adalah praktik keselamatan saat gempa dan evakuasi setelah gempa
terjadi.
Fase tanggap bencana / respon
• Fase respon atau fase tanggap bencana merupakan yang tersulit karena
terjadi pada kondisi stres dan keterbatasan, baik sumber daya, akses,
informasi, maupun waktu.
• Menurut definisi, tahap tanggap darurat adalah semua upaya yang
dilakukan sesaat sebelum, saat, atau setelah bencana yang bertujuan
untuk menyelamatkan nyawa, dan mengurangi dampak kerugian.
• Penanggulangan bencana pada fase tanggap harus dilakukan dalam 72 jam
pertama dan dapat berlangsung dalam kurun waktu beberapa jam, setiap
hari hingga 1 hingga 2 minggu, tergantung dari jenis dan skala bencana.
Fase tanggap bencana/respon
• Lamanya waktu tahap tanggap bencana didasarkan pada waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan pertolongan bencana mulai dari tindakan evakuasi hingga pertolongan medis di
rumah sakit.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi durasi fase respon meliputi;
• jumlah korban yang perlu ditolong,
• tingkat kesulitan evakuasi,
• sistem manajemen bencana dilakukan dan
• sumber daya yang terbatas.
• Upaya dimulai dengan melakukan penilaian awal (Rapid Health Assessment), pencarian dan
penyelamatan (SAR), dan triase bencana yang dilakukan pada awal 24-48 jam pasca bencana.
Kegiatan penting lainnya adalah penanganan identifikasi korban bencana/ disaster victim
identification (DVI) dan pemulangan jenazah .
Fase pemulihan
• Fase pemulihan terdiri dari pemulihan kesehatan dan pemulihan
infrastruktur.
• Fase pemulihan kesehatan meliputi:
• Program rehabilitasi kesehatan, pemulihan korban bencana yang telah ditangani
kepada kegiatan dan pekerjaan semula.
• Rehabilitasi kesehatan jiwa bagi korban bencana yang mengalami trauma
psikologis yang perlu ditangani.
• Kegiatan pemulihan infrastruktur meliputi
• pembangunan rumah sementara atau permanen,
• pemulihan sumber listrik dan sumber air bersih,
• pembangunan jalan dan gedung fasilitas pemerintah yang rusak
DISASTER MANAGEMENT
Rapid Health
Assessment (RHA) Field Hospital

Extra Hospital
Disaster Triage
Management Volunteer Management

Referral System (SPGDT)


Logistic Management

Ambulance System

Intra Hospital Emergency Room System


Human Resourch
Management
Management
Hospital Triage System Logistic Management
Dampak bencana

• Lap Bappenas 2004 : estimasi kerugian material


Tsunami Aceh 2004 = Rp 41,4 triliun
• Lap Bappenas juni 2006 : estimasi kerugian materi
akibat gempa Yogyakarta 2006 = Rp 29,1 triliun .
Dampak bencana
• Kematian (mortalitas)
• Cedera atau kesakitan (morbiditas)
• Kecacatan
• Penghancuran struktural
• Kemiskinan
• Kemerosotan sosial
• Kelemahan pertahanan nasional
• IDP (Internal Displace People) & pengungsi
Hak azasi manusia yg terancam
• kesulitan Layanan Kesehatan
• Kurangnya keamanan
• Kekurangan air
• Kekurangan makanan
• Kurangnya kebutuhan pribadi
• Kurangnya kebutuhan sosial dan agama
Partisipasi manajemen bencana

Preparedness Emergency Recovery Empowerment


Response Rehabilitation Mitigation

PROFESSIONAL DISASTER RISK MANAGEMENT


By professional workers

PARTICIPATORY COMMUNITY DISASTER RISK MANAGEMENT


By volunteers
Organisasi kebencanaan

BNPB NASIONAL

BPBD PROVINSI
KOORDINASI BNPB & KEMKES

BNPB

KEMKES

Pusat Penanggulangan Krisis (PPK)


International Disaster Management Organization

ICRC
UNHCR
WHO
NGO’s
Fase tanggap bencana / fase respon

Penilaian Awal (Initial Assesment)/ Rapid Health Assesment (RHA)


• What ? Kind of Disaster • Jumlah korban mati
• When? Disaster happenned • Jumlah korban cedera
• Where? Accurate location • Kerusakan fasilitas kesehatan
• Who? Are victims • Ketersediaan tenaga kesehatan
• Why? Etiology of disaster • Ketersediaan logistic medis
• How? To help • Sistem rujukan
Bencana Sekunder

• Gempa susulan & tanah longsor


• Kualitas air dan sanitasi yang buruk
• Wabah penyakit menular : Cholera, disentri, malaria
Search & Rescue (SAR) –
Evakuasi Korban
SAR, InaSAR, militer

InaSAR RSCM
Search & Rescue (SAR) – Evakuasi Korban

Gempa Padang 2009


Search & Rescue (SAR) – Evakuasi Korban
- Manajemen korban mati
- Disaster Victim Identification (DVI)

Tsunami Aceh 2004


Disaster triage– case finding

Case finding Gempa Tsunami Banten 2018


Fase tanggap bencana / fase respon

Bantuan Medis

• Dokter, ahli bedah, orthopedi,


perawat, kesehatan lingkungan,
ahli farmasi
• Obat obatan & peralatan operasi
• RS lapangan, kamar operasi mobile
• Tindakan Damage Controle &
Resusitasi
Triase bencana/Disaster triage

• Petugas medis lapangan / SAR / Emergency Medical Team (EMT) -


Triase : evakuasi ke tempat yang aman dan stabilisasi korban (damage
controle/resusitasi)
• RS lokal : kirim korban ke RS utk pengobatan definitif/tindakan
pembedahan
• RS Rujukan : untuk korban dengan cedera atau penyakit komplikasi
Sistem manajemen bencana rumah sakit

• Manajemen SDM
• Manajemen logistic obat obatan &
peralatan
• Manajemen alur pasien , kapasitas
ruang rawat dan ruang tindakan
• Manajemen sistem informasi bencana
• Manajemen pembiayaan bencana
RSCM STRATEGY ON NEW NORMAL pandemic covid-19

NEW NORMAL
DISASTER 1. DIAGNOSTIK STRATEGY
PANDEMI COVID-19 • Strengthen (PCR LAB) NORMAL
2. FACILITIES STRATEGY
1. Lack of PPE • Infection Zonation Room 1. Health Services
2. Unclear Zonation • Stock of PPE (APD) Recovery
3. Patient Overload 3. HUMAN RESOURCES STRATEGY 2. Disaster Management
4. Lack of PCR test • Routinely Medical Check up Capability
5. Unclear Treatment 3. Finance Development
4. SYSTEM STRATEGY
6. Collapse of Health 4. Confirmed Covid-19
Services
• Develop Hospital Disaster Plan
treatment
7. Finance • Referral System (SPGDT)
Threatening • Disaster Triage
5. INNOVATION
• Telemedicine
What is Your Focus ?
Which is First ? FINANCE
SAFETY

HEALTH
HOSPITAL
PATIENT SAFETY WORKER
SAFETY
SAFETY

DISASTER
COMMUNITY MITIGATION
SAFETY
Fase tanggap bencana / fase
respon
Dukungan Manajemen

• Keuangan yang cair


• Ambulance
• Logistik
• Sumber listrik
• Sumber air
Kesukarelawanan/Volunteerism

• Sukarelawan/ Volunteer : tidak digaji, partisipasi mandiri


• Pekerja Sosial/Social Worker : digaji, bekerja dibidang sosial

• True Humanitarian Aid


• Lipstick Humanitarian Aid
Manajemen sukarelawan

• Persiapan Sukarelawan (volunteer)


– Rekruitment, registrasi
– Pelatihan : ketrampilan medis, daya survival
• Lama bertugas (Duration of mission )
– Dokter, ahli bedah, perawat bedah: dgn beban jumlah pasien yang banyak
dan berkelanjutan (spartan) tidak lebih dari 2-3 minggu  bergantian tim
– Misi Kemanusiaan
• Terpapar tingkat stress yang tinggi (peperangan, konflik) : tidak lebih dari 3 bulan
• Tingkat stress rendah : tidak lebih dari 6
Etika Kebencanaan
Sepuluh prinsip utama dalam memberikan bantuan kemanusiaan berdasarkan Code of
conduct International Federation of Red Cross (IFRC) : 12

1. Memprioritaskan masalah kemanusiaan

2. Tidak membedakan ras, suku, agama atau bangsa dalam memberikan bantuan
kemanusiaan

3. Tidak mengikutkan agenda politik atau keagamaan dalam bantuan kemanusiaan

4. Tidak bertindak sebagai instrumen atau alat kebijakan politik luar negeri suatu negara

5. Menghormati adat dan budaya lokal

6. Membangun respon bencana pada kapasitas lokal

7. Melibatkan pihak penerima bantuan dalam pengelolaan bantuan bencana

12. Code of conduct International Federation of Red Cross (IFRC)


Etika Kebencanaan
8. Memenuhi kebutuhan dasar dan berupaya mengurangi kerentanan dalam menghadapi bencana di masa
yang akan datang

9. Pertanggungjawaban dan akuntabilitas terhadap pemberi donasi atau bantuan dan korban yang
menerima bantuan

10.Tidak mengekplorasi korban bencana sebagai obyek publikasi atau periklanan, perlakukan korban
bencana sebagai manusia yang bermartabat

• Realitasnya banyak terjadi pelanggaran pelanggaran etika dalam memberikan bantuan kemanusiaan,
misalnya ; bantuan kemanusiaan yang dilatarbelakangi kepentingan partai politik, atau misi keagamaan
tertentu.
• Kemudian banyak mengeksplorasi penderitaan korban bencana untuk menghimpun dana.
• Beberapa bantuan kemanusiaan sifatnya hanya publikasi saja tanpa jelas penyaluran bantuan yang
diberikan, sehingga akuntabilitas bantuan tersebut tidak jelas.
• Begitu pula bagi penerima bantuan , ada yang mengambil kesempatan dalam kesempitan, seolah menjadi
korban , padahal tidak termasuk kategori korban penerima bantuan.
Etika Kebencanaan
• Kondisi bencana menyebabkan perubahan standar pelayanan kesehatan
untuk korban bencana yang berakibat pada banyak permasalahan etika
dalam penatalaksanaan korban bencana. 4
• Indonesia memiliki standar pelayanan (termasuk pelayanan kesehatan)
dalam kondisi kebencanaan, yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI 7937-
2013) – Layanan Kemanusiaan dalam Bencana.11
• Standar pelayanan kesehatan pada saat bencana berbeda dengan kondisi
tanpa bencana.
• Perbedaan ini terjadi karena adanya keterbatasan sumber daya seperti
jumlah tenaga medis dan obat obatan.

4. Ciottone GR, editor. Ciottone’s Disaster Medicine. 2nd ed. Philadelphia: Elsevier; 2016.
11. Badan Standardisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia 7937:2013 - layanan kemanusiaan dalam bencana. Badan Standardisasi Nasional; 2013.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai