Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)

PENGARUH PENGANGGURAN DAN PENDAPATAN


PERKAPITA DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :

1. BENI SUWARDANI 165090063


2. RIAN GILANG SAPUTRA 165090019
3. M RAKA PRATAMA 165090012

PROGRAM STUDI MANAJEMEN (S1)

FAKULTAS BISNIS

UNIVERSITAS MITRA INDONESIA

BANDAR LAMPUNG

2019
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : PENGARUH PENGANGGURAN DAN

PENDAPATAN PERKAPITA DI INDONESIA

Nama : 1. Beni Suwardani (165090063)

2.Rian Gilang Saputra (165090019)

3. M Raka Pratama (165090012)

Program Studi : Manajemen (S1)

Fakultas : Bisnis Universitas Mitra Indonesia

Bandar Lampung , Maret 2019

Menyetujui

Pembimbing, Penguji,

Susi Indriyani, S.E., M.Si


NPP 2222 238 NPP 2222
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : PENGARUH PENGANGGURAN DAN

PENDAPATAN PERKAPITA DI INDONESIA

Nama : 1. Beni Suwardani (165090063)

2. Rian Gilang Saputra (165090019)

3.M Raka Pratama (165090012)

Program Studi : Manajemen (S1)

Fakultas : Bisnis Universitas Mitra Indonesia

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA LAPANGAN (KKL) INI

TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI

Bandar Lampung , Maret 2019

Mengesahkan,

Ketua Program Studi

Ir. Desmon, M. Si
NPP.2222
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobilalamin, segala Puji Bagi Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan

Laporan Kunjungan Kerja Lapangan (KKL) kami dengan baik. Sebagaimana

diketahui bahwa Kunjungan Kerja Lapangan (KKL) tercantum dalam kurikulum

pendidikan Universitas Mitra Indonesia, sehingga kegiatan tersebut terlaksana

sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan

dalam bidang ilmu manajemen. Kunjungan Kerja Lapangan (KKL) merupakan

kegiatan keilmuan dalam rangka mengumpulkan data dilapangan , dan salah satu

untuk memperoleh data yang dapat dipertanggung jawabkan melalui kegiatan

Kunjungan Kerja Lapangan (KKL), maka kami membuat sebuah laporan yang

didalamnya tercatat hasil pengamatan saya di lapangan.

Tersusunnya laporan ini tentunya mendapat dukungan dari berbagai pihak

sehingga kami mengucapkan terimakasih kepada.

1. Bapak Dr.H. Andi Surya selaku Ketua Yayasan Universitas Mitra Indonesia.

2. Ibu Dr. Hj. Armalia Reny WA, MM Selaku Rektor Universitas Mitra Indonesia.

3. Bapak Ir. Desmon, M. Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas

Mitra Indonesia.

4. Bapak Andri Eka Yunindra,S.E., MM Selaku ketua KKL Universitas Mitra

Indonesia.

5. Ibu Susi Indriyani, S.E.,MM selaku Pembimbing Laporan Kunjungan Kerja

Lapangan (KKL)
6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar dan Staf Tata Usaha STIE yang telah membantu

dan membimbing penulis didalam menyelesaikan perkuliahan ini.

7. Kepada Orang Tua tercinta serta keluarga yang selama ini telah banyak berkorban

baik materi maupun spiritual selama masa perkuliahan hingga selesainya Laporan

KKL ini.

Laporan ini di harapkan dapat bermanfaat bagi kelompok kami sebagai

penyusun khususnya dan pembaca umumnya. Kami menyadari bahwa dalam

penyusunan Laporan ini masih mempunyai kekurangan, oleh karena itu dengan

lapang dada serta tangan dan hati terbuka kami mengharapkan saran dan kritik

yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan Laporan di kesempatan

berikutnya.

Bandar Lampung, Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v


DAFTAR ISI......................................................................................................vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................
1.2 Tujuan dan Manfaat KKL ............................................................................
1.3 Tempatdan Waktu KKL ................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III GAMBARANUMUM


3.1 Sejarah Kementrian Keuangan Republik Indonesia ....................................
3.2 Struktur Organisasi .....................................................................................
3.3 Kegiatan Umum ...........................................................................................

BAB IVPEMBAHASAN

BABV PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................................
5.2 Saran ............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................


DAFTAR TABEL

1.1 Tingkat pengangguran . ................................................................................

1.3.1 Jadwal dan Waktu KKL. ............................................................................


DAFTAR GAMBAR

3.2.1 Stuktur Organisasi . .....................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit

untuk dihindari oleh suatu negara,baik di negara berkembang atau negara maju,

namun tingkat pengangguran lebih cenderung tinggi di negara

berkembang,khususnya Indonesia . Pengangguran merupakan keadaan dimana

seseorang tidak memiliki pekerjan , bekerja kurang dari waktu kerja , sedang

mencari pekerjaan. Tingginya angka pengangguran mempunyai dampak buruk

yang dapat menimbulkan masalah social seperti tindakan kriminalitas dan

menurunkan kemakmuran dan juga akan menimbulkan kemiskinan.

Stober mengatakan bahwa tidak ada negara tanpa pengangguran dan tingkat

pengangguran merupakan salah satu alat dasar untuk mengukur kinerja ekonomi

suatu negara. Tingkat pengangguran juga merupakan indikator bagi investor asing

dalam menganalisis baik atau tidaknya perekonomian suatu negara yang dapat

mempengaruhi keputusan untuk berinvestasi pada negara tersebut.

Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk

yang sangat besar, yang berarti memiliki modal tenaga kerja yang melimpah

namun juga memberikan tingkat kesempatan penduduk untuk menganggur

menjadi tinggi jika tidak diiringi dengan terciptanya lapangan pekerjaan. Pada 10

tahun terakhir tingkat pengangguran di Indonesia mengalami penuruan.


Tabel 1.1
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia, pada tahun 2009 - 2018
Tahun Persentase
2009 8,14
2010 7,41
2011 6,96
2012 6,37
2013 5,88
2014 5,70
2015 5,81
2016 5,50
2017 5,33
2018 5,13

Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan tingkat pengangguran di Indonesia yang

mengalami fluktuasi dari tahun-ketahun , namun secara keseluruhan tingkat

pengangguran mengalami penurunan. Dijelaskan dengan tabel dari tahun2009

sebesar 8,14% sampai pada tahun 2014 sebesar 5,70%, namun pada tahun 2015

mengalami kenaikan menjadi 5,81% , Akan tetapi untuk 4tahun terakhir

mengalami penurunan dan pada tahun 2018 menjadi sebesar 5,13%. Menurut

Sumitro Djojohadikusumo (1994), masalah pengangguran secara terbuka maupun

terselubung,menjadi pokok permasalahan dalam pembangunan ekonomi negara-

negara berkembang. Berhasil atau tidaknya suatu usaha untuk menanggulangi

masalah besar ini akan mempengaruhi kestabilan sosial politik dalam kehidupan

masyarakat dan kontinuitas dalam pembangunan ekonomi jangka panjang.

Apabila pengangguran tersebut tidak segera diatasi maka dapat menimbulkan

kerawanan sosial dan berpotensi mengakibatkan kemiskinan (BPS, 2007)

Permasalahan pengangguran memang sangat kompleks untuk dibahas dan

merupakan isu penting, karena dapat dikaitkan dengan beberapa indikator-


indikator. Indikator-indikator ekonomi yang mempunyai hubungan tingkat

pengangguran antara lain jumlah penduduk,laju pertumbuhan PDRB, tingkat

inflasi, serta upah minimum kabupaten / kota yang berlaku.Apabila di suatu

negara pertumbuhan ekonominya mengalami kenaikan, diharapkan akan

berhubungan pada penurunan tingkat pengangguran, hal ini diikuti dengan tingkat

upah. Jika tingkat upah naik akan berhubungan pada penurunan tingkat

pengangguran pula. Tingkat pendapatan masih menjadi faktor utama tingkat

kesejahteraan hidup suatu masyarakat.Perkembangan tingkat pendapatan

masyarakat dapat dilihat dari tingkat pendapatan perkapita atau pendapatan rata-

rata per penduduk.Tingkat pendapatan dapat dilihat dari meningkatnya PDRB di

daerah tersebut, dengan meningkatnya tingkat pendapatan maka pemerintah patut

bangga karena pembangunan ekonomi berjalan lancar.Berdasarkan uraian diatas ,

dalam laporan ini akan menjelaskan tentang “Pengaruh pengangguran dan

Pendapatan per kapita di Indonesia”

1.2 Tujuan dan Manfaat Kunjungan Kerja Lapangan (KKL)


Tujuan dan Manfaat Kunjungan Kerja Lapangan (KKL) menunjukkan

pada apa yang dilakukan pada kegiatan Kunjungan Kerja Lapangan (KKL) antara

lain :

1) Mempelajari bagaimana instansi pemerintah /swasta atau

perusahaan menjalankan usahanya.

2) Melakukan praktek kerja sesuai dengan latar belakang

pendidikannya.

3) Memperoleh wawasan tentang suatu bidang pekerjaan.


4) Memperoleh pengalaman dari pekerjaan nyata yang sesuai dengan

teori yang diperoleh di bangku kuliah yang dalam hal ini yaitu

mengenai pengaruh pengangguran dan pendapatan per kapita di

indonesia.

1.3 Tempat dan Waktu Kunjungan Kerja Lapangan (KKL)


Sesuai dengan agenda kunjungan kerja lapangan (KKL) ada beberapa

tempat instansi pemerintah dan perusahaan BUMN yang dikunjungi dimana salah

satunya di Kementerian Keuangan Republik Indonesia, yang beralamatkan di Gd.

Djuanda I. jalan DR. Wahidin No.1, Pasar Baru , Sawah Besar, Kota Jakarta

Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10710, Telp.(021)3449230 Fax.

(021)3500842
1.3.1 Jadwal dan Waktu KKL
Jadwal Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan Periode Maret Tahun 2019
Hari/Tanggal Waktu Kegiatan

Minggu , 18.30-19.30 Bersiap-siap diUniversitas Mitra Indonesia


03Maret 2019 20.00 Memulai perjalanan menuju Jakarta
23.30 Tiba di Pelabuhan Bakauheni, kemudian
menuju Pelabuhan Merak

Senin, 05.00-07.30 ISOMA di Masjid Istiqlal


04 Maret 2019 08.30-11.30 Mengunjungi Dirjen Pajak (KPPGambir 3)
12.30 – 15.00 ISOMA Kemudian mengunjungi PPATK
16.30-21.00 Mengikuti acara OVJ
21.30 Check-In di Hotel 88 Mangga Besar

Selasa, 05.00-08.00 Breakfast, kemudian Check-Out Hotel


05 Maret 2019 08.30-11.30 Mengunjungi Kementrian Keuangan RI
12.00 ISOMA
13.00 Perjalanan menuju Bandung
18.30 Check –In Hotel VIO Bandung

Rabu, 05.00-08.00 Breakfast, Check-Out Hotel


06 Maret 2019 09.00-11.30 Mengunjungi C59
12.30-15.00 ISOMA, Kemudian mengunjungi PT.
Primarindo Asia Infrastructur, Tbk
18.00 Kembali ke Hotel, kemudian acara Galla
Dinner

Kamis, 05.00-08.00 Breakfast & Check out hotel


07 Maret 2019 09.00 -12.00 Mengunjungi Orchid Forest Cikole Makan
12.00-13.00 Siang dilocal Resto
13.00 Perjalanan menuju Lampung
Jumat, 02.00 Tiba di Bandar Lampung
08 Maret 2019
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Pengangguran

pengangguran dalam arti luas adalah penduduk yang tidak berkerja tetapi

sedang mencari perkerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau

penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja tetapti

mulai bekerja . Jadi tidaklah mengejutkan jika pengangguran menjadi topik

yang sering dibicarakan dalam perdebatan politik dan para politis sering

mengklaim bahwa kebijakan yang mereka tawarkan akan membantu

menciptakan lapangan kerja (Mankiw, 2006)

Secara umum, pengangguran didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana

seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja (labor force) tidak

memiliki pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan (Nanga,

2001). Seseorang yang tidak bekerja tetapi secara aktif mencari pekerjaan

tidak dapat digolongkan sebagai penganggur.

Selain itu pengangguran diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang

yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan belum

dapat memperolehnya (Sukirno, 2000). U

ntuk mengetahui besar kecilnya tingkat pengangguran dapat diamat

melalui dua pendekatan antara lain sebagai berikut :

a. Pendekatan Angkatan Kerja (Labor force apprpach)

Besar kecilnya tingkat pengangguran dihitung berdasarkan presentase dari


perbandingan jumlah antara orang yang menganggur dan jumlah angkatan

kerja.

b. Pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (Labor utilization approach)

Untuk menentukan besar kecilnya tingkat pengangguran yang

didasarkan pada pendekatan pemanfaatan tenaga kerja antara lain:

1) Bekerja penuh (employed) yaitu orang-orang yang bekerja penuh

atau jam kerjanya mencapai 35 jam per minggu.

2) Setengah menganggur (underemployed) yaitu mereka yang bekerja,

tetapi belum dimanfaatkan secara penuh, artinya jam kerja mereka

dalam seminggu kurang dari 35 jam (Murni, 2006).

2.1.2 Jenis-Jenis Pengangguran

Menurut case (2004) dalam bukunya prinsip-prinsip ekonomi

makro,pengangguran dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis yaitu

sebagai berikut:

a. Pengangguran Friksional (frictional unemployment)

Pengangguran Friksional adalah bagian pengangguran yang

disebabkan oleh kerja normalnya pasar tenaga kerja. Istilah itu

merujuk pada pencocokan pekerjaan atau keterampilan jangka

pendek. Jenis pengangguran ini dapat pula terjadi karena

berpindahnya orang-orang dari satu daerah ke daerah lain, atau dari

satu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibanya harus mempunyai


tenggang waktu dan berstatus sebagai penganggur sebelum

mendapatkan pekerjaan yang lain.

b. Pengangguran musiman (seasonal unemployment)

Pengangguran ini berkaitan erat dengan fluktuasi kegiatan ekonomi

Jangka pendek, terutama terjadi di sektor pertanian. Yang dimaksud

dengan pengangguran musiman yaitu pengangguran yang terjadi

pada waktu-waktu tertentu didalam satu tahun. Biasanya

pengangguran seperti ini berlaku pada waktu dimana kegiatan

bercocok tanam sedang menurun kesibukannya. Dengan demikian,

jenis pengangguran ini terjadi untuk sementara waktu saja.

c. Pengangguran siklis (cyclical unemployment)

Pengangguran siklis atau pengangguran konjungtur adalah

Pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam

tingkat kegiatan perekonomian. Pada waktu kegiatan ekonomi

mengalami kemunduran, perusahaan-perusahaan harus mengurangi

kegiatan memproduksinya. Dalam pelaksanaannya berarti jam kerja

dikurangi, Sebagian mesin produksi tidak digunakan, dan sebagian

tenaga kerjadi berhentikan. Dengan demikian, kemunduran

ekonomi akan menaikkan jumlah dan tingkat pengangguran.

d. Pengangguran stuktural (struktural unemployment)


Dikatakan pengangguran stuktural karena sifatnya yang mendasar.

Pencari kerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan

untuk lowongan pekerjaan yang tersedia. Hal ini terjadi dalam

perekonomian yang berkembang pesat. Makin tinggi dan rumitnya

proses produksi atau teknologi produksi yang digunakan, menuntut

persyaratan tenaga kerja yang juga makin tinggi. Dilihat dari

sifatnya, pengangguran struktural lebih sulit diatasi dibanding

pengangguran friksional. Selain membutuhkan pendanaan yang

besar, juga waktu yang lama. Ada dua kemungkinan yang

Menyebabkan pengangguran struktural yaitu sebagai akibat dari

kemerosotan permintaan atau sebagai akibat dari semakin

canggihnya teknik memproduksi. Faktor yang kedua

memungkinkan suatu perusahaan menaikkan produksi dan pada

waktu yang sama mengurangi pekerja.

2.2 Definisi Pendapatan Perkapita

Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara

(Untoro, 2010: 13). Pendapatan perkapita menunjukan tingkat pendapatan

masyarakat dalam suatu negara. Variable yang digunakan untuk menghitung

pendapatan per kapita adalah produk nasional bruto dan jumlah penduduk.

Secara matematis, rumus perhitungan pendapatan per kapita adalah sebagai

berikut: Pendapatan per kapita = Produk Nasional Bruto (GNP) / Jumlah

Penduduk.
Pendapatan per kapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan

tingkat pembangunan sebuah negara; semakin besar pendapatan per kapitanya,

maka semakin besar juga kemungkinan negara itu memiliki tingkat

pembangunan dan pendapatan rata-rata penduduk yang tinggi, banyak faktor

yang mempengaruhi penurunan/peningkatan pendapatan tersebut seperti

keadaan alam yang tidak dapat diperkirakan keadaannya, kondisi alam ini

dapat berubah sewaktu-waktu yang dapat menimbulkan bencana alam yang

akan membuat pendapatan suatu negara akan mengalami penurunan. Hal ini

berlaku bagi seluruh negara di belahan dunia tidak terkecuali di negara

Indonesia.

2.2.1 Manfaat Perhitungan Pendapatan Perkapita

Manfaat perhitungan pendapatan perkapita sebagai indikator ekonomi

yang mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu negara, pendapatan

per kapita dihitung secara berkala , biasanya 1 tahun.

Manfaat dari perhitungan pendapatan per kapita antara lain sebagai

berikut (Alam, 2007: 50) :

a. Untuk melihat tingkat perbandingan kesejahteraan masyarakat

suatu negara dari tahun ke tahun.

b. Sebagai data perbandingan tingkat kesehjateraan suatu negara

dengan negara lain.

c. Sebagai perbandingan tingkat standar hidup suatu negara

dengan negara lainnya.


d. Sebagai data untuk mengambil kebijakan di bidang ekonomi.

Pendapatan per kapita dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan untuk mengambil lahan pertimbangan untuk

mengambil langkah di bidang ekonomi.


BAB III
GAMBARAN UMUM

3.1 Sejarah Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Sebelum Kemerdekaan Pengusiran Portugis oleh Belanda menjadikan

Belanda mempunyai tempat untuk menancapkan kukunya di Hindia Belanda,

dengan melimpahkan wewenang kepada VOC (Vereenigde Oost-Indische

Compagnie). VOC yang pada saat itu dipimpin oleh Gubernur Jenderal Jan

Pieterzoon Coen (1619-1623 dan 1627-1629), diberi hak octrooi yang salah

satunya adalah mencetak uang dan melakukan kebijakan perekonomian. Sejak

tahun 1600-an, VOC mengeluarkan kebijakan untuk menambah isi kas negara

dengan menetapkan peraturan verplichte leverentie (kewajiban menyerahkan hasil

bumi pada VOC), contingenten (pajak hasil bumi, pembatasan jumlah tanaman

rempah-rempah agar harganya tinggi, dan preangerstelsel (kewajiban menanam

pohon kopi). Pada bulan maret 1809, setelah menjual tanah weltevreden,

pemerintahan Daendels memutuskan membangun sebuah istana yang berhadapan

dengan lapangan parade Waterlooplein. Istana ini rencananya digunakan sebagai

pusat pemerintahan dan dipakai untuk kepentingan gubernur jenderal, dalam

rangka pemberian kebijakan. Selain itu, gedung ini juga difungsikan sebagai

tempat tahanan.

Sebagai pengganti Daendels, Gubernur Jansen kurang menaruh perhatian pada

pembangunan gedung, sehingga selama masa jabatannya pembangunan gedung

itu telantar.
Kemudian, pembangunan istana ini dilanjutkan oleh Letnan Kolonel J.C

Schultze, perwira yang berpengalaman membangun gedung Societet Harmonie di

Batavia. Namun, pembangunan istana sempat terhenti karena Hindia Belanda

beralih kekuasan ke Inggris.Pemerintahan Inggris melalui Thomas Stamford

Raffles (1811-1816) mengeluarkan kebijakan baru dengan nama Landrent (pajak

tanah), dengan mengubah pola pajak bumi yang diterapkan Belanda sebelumnya.

Harapan Raffles mengeluarkan kebijakan tersebut, agar masyarakat Hindia

Belanda memiliki uang untuk membeli produk Inggris. Pada intinya adalah

memperluas pasar bagi produk yang dihasilkan dan menyerap hasil produksi oleh

penduduk. Kebijakan yang dilakukan Raffles mengalami kegagalan karena tidak

adanya dukungan dari raja dan bangsawan setempat, dan penduduk kurang

mengerti mengenai uang dan perhitungan pajak.

Hindia Belanda kemudian dikuasai kembali oleh Belanda setelah melalui

kesepakatan Inggris-Belanda. Pada periode ini, perbaikan perekonomian mulai

dilaksanakan. Jenderal Du Bus (1826), sebagai Gubernur Jenderal pada masa itu,

melanjutkan pembangunan istana tersebut dengan bantuan Ir. Tromp, yang selesai

pada 1828. Bangunan tersebut digunakan sebagai kantor pemerintahan Hindia

Belanda, yang diresmikan sendiri oleh Gubernur Du Bus. Di tahun yang sama, Du

Bus juga mendirikan De Javasche Bank dengan kondisi keuangan di Hindia

Belanda dianggap memerlukan penertiban dan pengaturan pembayaran.

Pada tahun 1836, atas inisiatifnya, van Den Bosch mulai memberlakukan

culturstelsel (sistem tanam paksa) yang bertujuan untuk memproduksi berbagai

komoditi yang memiliki permintaan di pasar dunia. Sistem ini merupakan


pengganti sistem landrent dalam rangka mengenalkan penggunaan uang di

masyarakat Hindia Belanda. Cultuurstelsel dan kerja rodi (kerja paksa) mampu

mengenalkan ekonomi uang pada masyarakat pedesaan. Hal ini dilihat dengan

meningkatnya jumlah penduduk yang melakukan kegiatan ekonomi. Reformasi

keuangan sudah berkali-kali dilakukan, tetapi belum menghasilkan keuangan yang

sehat. Kebijakan selanjutnya yang dilakukan pemeritahan Belanda di Hindia

Belanda adalah Laissez faire laissez passer, yaitu perekonomian diserahkan pada

pihak swasta (kaum kapitalis). Kebijakan ini dilakukan atas desakan kaum

Humanis Belanda yang menginginkan perubahan nasib warga agar lebih baik.

Peraturan baru ini bukannya mengubah menjadi lebih baik melainkan

menimbulkan penderitaan yang tidak layak. Pada masa ini Departement van

Financien dibentuk dan bertempat di istana Daendels karena pusat pemerintahan

berpindah ke tempat lain. Gedung ini dijadikan sebagai tempat pengkoordinasian

pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasif keuangan

ke tempat lain.

Kekurangan tenaga ahli keuangan membuat pemerintah Belanda

menyelenggarakan berbagai kursus bagi orang Belanda dan orang Pribumi yang

dipandang mampu. Kursus yang diikuti adalah kursus ajun kontrolir dan

treasury(perbendaharaan). Terpusatnya tempat pengelolaan keuangan

dimaksudkan untuk memudahkan pengontrolan pemasukan dan pengeluaran.

Terjadinya keadaan ekonomi yang memprihatinkan adalah utama dibentuknya

Departement of Financien.
Pecahnya perang dunia II di Eropa yang terus menjalar hingga ke wilayah

Asia Pasifik, membuat kedudukan Indonesia sebagai jajahan Belanda sangat sulit,

ditambah dengan terjepitnya pemerintah Belanda akibat serbuan Jepang.

Menjelang kedatangan Jepang di Pulau jawa, Presiden DJB, Dr. G.G. van

Buttingha Wichers berhasil memindahkan semua cadangan emas ke Australia dan

Afrika Selatan melalui pelabuhan Cilacap.

Selama menduduki Indonesia, Jepang menjadikan kota Jakarta sebagai

pusat pemerintahan. Gedung Departement of Finance dijadikan tempat untuk

melakukan aktivitas keuangan sehari-hari. Gedung ini dijadikan sebagai tempat

pengolahan keuangan dan pemutusan kebijakan ekonomi oleh Jepang. Pada 7

Maret 1943, patung Jan Pieterzoon Coen yang berada di depan gedung

Department of Financien dihancurkan Jepang karena dianggap sebagai penguasa

Batavia.

Banyak dari tenaga ahli keuangan Belanda ditawan oleh Jepang, dan

beberapa orang yang ahli dan berpengalaman dijadikan sebagai tenaga pengajar

keuangan pada putra-putri Indonesia. Kekurangan tenaga keuangan menjadikan

Jepang mendidik rakyat Hindia Belanda untuk mengikuti pendidikan keuangan.

Selama 1942-1945, Jepang menerapkan beberapa kebijakan seperti, memaksa

penyerahan seluruh bank, melakukan ordonansi berupa perintah likuidasi untuk

seluruh Bank Belanda, Inggris, dan Cina. Selain itu, Jepang juga melakukan

invasion money senilai 2,4 milyar gulden di pulau Jawa hingga 8 milyar gulden

(pada tahun 1946). Tujuan invasion money yang dilakukan oleh Jepang adalah
menghancurkan nilai mata uang Belanda yang sudah telanjur beredar di Hindia

Belanda.

Fokus pendudukan Jepang di Hindia Belanda terhadap perang pasifik

menyebabkan Jepang melakukan kebijakan yang membuat terjadinya krisis

keuangan. Jepang melakukan perombakan besar-besaran dalam struktur ekonomi

masyarakat. Kesejahteraan rakyat merosot tajam dan terjadi bencana kekurangan

pangan karena produksi minyak jarak. Jepang melakukan pengurasan kekayaan

alam dan hasil bumi, dan menjadikan para tenaga produktif sebagai romusha.

Hiperinflasi yang terjadi pasa masa ini menyebabkan pengeluaran bertambah

besar, sedangkan pemasukan pajak dan bea masuk turun . Kebijakan ala tentara

Dai Nippon merugikan penduduk Indonesia.

Masa Kemerdekaan Setelah Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945,

Indonesia segera memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17

Agustus 1945. Kota Jakarta dijadikan pusat pemerintahan. Pada masa ini, Gedung

Department of Financien masih berfungsi sebagai pusat kegiatan pengolahan

keuangan sehari-hari.

Dalam wacana mencari dana, terpetik berita mengenai Dr,Samsi , seorang

ekonom dan tokoh pergerakan cukup terkenal di Surabaya. Pada presidensial

pertama RI 19 Agustus 1945, Soekarno mengangkat Dr. Samsi sebagai Menteri

Keuangan. Dr. Samsi memiliki peranan besar dalam usaha mencari dana guna

membiayai perjuangan RI. Ia mendapatkan informasi bahwa di dalam Bank

Escompto Surabaya tersimpan uang peninggalan pemerintahan Hindia Belanda

yang dikuasai Jepang. Kedekatannya dengan pemerintah Jepang memudahkannya


untuk melakukan upaya pencairan dana, sehingga dapat digunakan untuk

perjuangan. Pada 26 September 1945 Dr. Samsi mengundurkan diri dan

digantikan oleh A.A. Maramis. Pada 24 Oktober 1945, Menteri Keuangan A.A

Maramis menginstruksikan tim serikat buruh G. Kolff selaku tim pencari data

untuk menemukan tempat percetakan uang dengan teknologi yang relatif modern.

Hasilnya, percetakan G. Kolff Jakarta dan Nederlands Indische Mataaalwaren en

Emballage Fabrieken (NIMEF) Malang dianggap memenuhi persyaratan. Menteri

pun melakukan penetapan pembentukan Panitia Penyelenggaraan Percetakan

Uang Kertas Republik Indonesia yang diketuai oleh TBR Sabarudin. Akhirnya,

uang ORI (Oeang Republik Indonesia) pertama berhasil dicetak. Upaya

percetakan ORI ini ditangani oleh RAS Winarno dan Joenet Ramli.

Pada 14 November 1945 pada masa kabinet Sjahrir I, Menteri keuangan

dijabat oleh Mr. Sunarjo Kolopaking. Mr. Sunarjo mengikuti konferensi Ekonomi

Februari 1946 yang bertujuan untuk memperoleh kesepakatan yang bulat, dalam

rangka menanggulangi masalah produksi dan distribusi makanan, sandang serta

status dan administrasi perkebunan-perkebunan. Pada 6 Maret 1946, panglima

AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies) mengumumkan berlakunya

uang NICA di daerah yang dikuasai sekutu. Hal ini menyebabkan kabinet Sjahrir

berupaya untuk menindaklanjuti pengumuman NICA tersebut untuk mengedarkan

ORI. Hanya saja, peredaran ORI tersebut membutuhkan dana. Langkah awal

kabinet Sjahrir adalah menggantikan Menteri Keuangan oleh Ir. Surachman

Tjokroadisurjo. Upaya utama yang dilakukan oleh Ir. Surachman untuk mengatasi

kesulitan ekonomi adalah, melakukan Program Pinjaman Nasional dengan


persetujuan BP-KNIP pada Juli 1946. Selain itu, ia juga melakukan penembusan

blokade dengan diplomasi beras ke India dan mengadakan kontrak dengan

perusahaan swasta Amerika yang dirintis oleh para pengusaha Amerika Serikat

yang dirintis oleh badan semi pemerintah bernama Banking and Trading

Coorporations dibawah pimpinan Soemitro Djojohadikusumo. Ia juga menembus

blokade Sumatra dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia, dengan membuka

perwakilan dagang resmi yang bernama Indonesia Office (Indoff).

Pada 2 Oktober 1946, Menteri keuangan digantikan oleh Mr. Sjafruddin

Prawiranegara. Akhirnya, usaha penerbitan uang sendiri memperlihatkan hasilnya

dengan diterbitkannya EMISI PERTAMA uang kertas ORI pada tanggal 30

Oktober 1946. Pemerintah Indonesia menyatakan tanggal tersebut sebagai tanggal

beredarnya Oeang Republik Indonesia (ORI) dimana uang Jepang, uang NICA,

dan uang Javasche Bank tidak berlaku lagi. ORI pun diterima dengan perasaan

bangga oleh seluruh rakyat Indonesia. Mata uang yang dicetak itu ditandatangani

oleh Alexander Andries Maramis (15 mata uang periode 1945-1947).

30 Oktober disahkan sebagai Hari Keuangan Republik Indonesia oleh

presiden berdasarkan lahirnya uang emisi pertama Republik Indonesia, yang

membanggakan seluruh rakyat Indone Indonesia.


Perubahan Nomenklatur Kementerian Menindaklanjuti Undang-Undang

Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara juncto Peraturan Presiden

Nomor 47 tahun 2009 tentang pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara,

serta merujuk pada surat edaran Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan

Nomor SE-11 MK.1/2010 tentang perubahan Nomenklatur Departemen Keuangan

menjadi Kementerian keuangan, maka sejak 2009 Departemen Keuangan resmi

berubah nama menjadi Kementerian Keuangan.

3.1.1 Visi:

Penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia yang inklusif di abad ke-21

3.1.2 Misi:

Untuk mewujudkan visi tersebut, Kementerian Keuangan mempunyai 5 (lima)

misi yang tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 36/KMK.01/2014

tentang Cetak Biru Program Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan

Tahun 2014-2025, yaitu:

a. Mencapai tingkat kepatuhan pajak, bea dan cukai yang tinggi melalui

pelayanan prima dan penegakan super yang ketat;

b. Menerapkan kebijakan fiskal yang prudent;

c. Mengelola neraca keuangan pusat dengan risiko minimum;

d. Memastikan dana pendapatan didistribusikan secara efsien dan efektif;

e. Menarik dan mempertahankan talent terbaik di kelasnya dengan

menawarkan proposisi nilai pegawai yang kompetitif.

3.1.3 Prestasi – Prestasi yang dicapai oleh Kementerian Keuangan


Menteri Keuangan menerima penghargaan pada kegiatan peringatan Hari Anti

Korupsi Sedunia (HARKODIA) yang diselenggarakan Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) di Hotel Bidakara, Jakarta dengan mengangkat tema “Bergerak

Bersama Memberantas Korupsi Untuk Mewujudkan Masyarakat Yang Sejahtera”.

Kemenkeu melalui Sekretariat Jenderal-nya juga mendapatkan 2 (dua)

penghargaan dari KPK yang diberikan untuk 15 K/L/BUMN/D/PEMDA.Kedua

penghargaan ini adalah dinobatkan sebagai :

a. Instansi dengan implementasi e-LHKPN terbaik

b. Instansi dengan Tingkat Kepatuhan pelaporan LHKPN terbaik.

Sementara Inspektorat Jenderal Kemenkeu turut berperan bagi Kemenkeu dalam

mendapatkan penghargaan sebagai:

a. Instansi dengan Sistem Pengendalian Gratifikasi Terbaik


3.2 Struktur Organisasi

3.2.1 Struktur Organisasi Kementrian Keuangan Republik Indonesia

3.2.2 Tugas Pokok Masing-masing dalam struktur Organisasi

a. Menteri Keuangan adalah menyelenggarakan urusan di bidang keuangan

dan kekayaan Negara dalam pemerintahan yaitu menyusun APBN,

menyusun kebijakan fiskal serta menjaga stabilitas keuangan negara.

Menteri keuangan ibarat bendahara suatu Negara yang mengelola semua

urusan keuangan di Negara

b. Wakil Menteri Keuangan adalah membantu menteri dalam kepemimpinan

urusan kementerian.
c. Sekretariat jendral atau di singkat sekjen kemenkeu merupakan unsur

pembantu pimpinan kementrian keuangan yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada menteri keuangan RI.

d. Inspektorat Jendral adalah unsur pelaksana tugas kementrian atau lembaga

negara yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan

dan standardisasi teknis di bidangnya.

e. 8 Staff Ahli Menteri Keuangan

Staf Ahli Bidang Peraturan dan Penegakan Hukum Pajak mempunyai

tugas memberikan rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada Menteri

Keuangan di bidang peraturan dan penegakan hukum penerimaan pajak.

Staf Ahli Bidang Kepatuhan Pajak mempunyai tugas memberikan

rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada Menteri di bidang kepatuhan

penerimaan pajak.

Staf Ahli Bidang Pengawasan Pajak mempunyai tugas memberikan

rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada Menteri di bidang pengawasan

penerimaan pajak.

Staf Ahli Bidang Kebijakan Penerimaan Negara mempunyai tugas

memberikan rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada Menteri di bidang

kebijakan penerimaan negara.

Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara mempunyai tugas memberikan

rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada Menteri di bidang pengeluaran

negara.
Staf Ahli Bidang Makro Ekonomi dan Keuangan Internasional mempunyai

tugas memberikan rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada Menteri di

bidang makro ekonomi dan keuangan internasional.

Staf Ahli Bidang Kebijakan dan Regulasi Jasa Keuangan dan Pasar Modal

mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada

Menteri di bidang kebijakan dan regulasi jasa keuangan dan pasar modal.

Staf Ahli Bidang Organisasi, Birokrasi, dan Teknologi Informasi

mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada

Menteri di bidang organisasi, birokrasi, dan teknologi informasi.

f. Direktorat Jenderal Anggaran(DJA) adalah unit eselon I di bawah

Kementerian Keuangan, memiliki peran penting dalam penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraIndonesia. DJA memiliki tugas

merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di

bidang penganggaran.

g. Direktorat Jenderal Pajak(DJP) adalah salah satu direktorat jenderal di

bawah Kementerian Keuangan Indonesia yang mempunyai tugas

merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di

bidang perpajakan.

h. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai(DJBC atau bea cukai) adalah nama dari

sebuah instansi pemerintah yang melayani masyarakat di bidang kepabeanan

dan cukai , yang terkait dengan lalu lintas barang yang masuk atau keluar

daerah pabean dan pemungutan bea masuk dan cukai serta pungutan Negara

terkait berlaku.
i. Direktorat Jenderal Perbendaharaan(Ditjen PBN atau DJPBN) adalah unit

eselon I di bawah Kementerian Keuangan. Direktorat Jenderal

Perbendaharaan memiliki tugas dan fungsi:

 Penyiapan perumusan kebijakan di bidang perbendaharaan Negara

 Pelaksanaan kebijakan di bidang perbendaharaan 32ystem sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

j. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara(DJKN) adalah salah satu eselon satu

di Kementerian Keuangan mempunyai tugas merumuskan serta

melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kekayaan negara,

piutang negaradan lelangsesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh

Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

k. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan(DJPK) adalah sebuah eselon I

di bawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang mempunyai

tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di

bidang perimbangan keuangan. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat

Jenderal Perimbangan Keuangan menyelenggarakan fungsi merumuskan

dan melaksanakan kebijakan di bidang anggaran dan alokasi serta

pengelolaan dana perimbangan dan transfer ke daerah lain, dan pajak daerah

dan restribusi daerah.

l. Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko(DJPPR) adalah

salah satu eselon satu di Kementerian Keuangan Indonesia. mempunyai

tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di


bidang pengelolaan pembiayaan dan risiko serta menyelenggarakan fungsi

Merumuskan dan melaksanakan kebijakan dibidang pengelolaan

pembiayaan dan resiko.

m. Badan Kebijakan Fiskal(BKF) adalah penunjang di Kementerian Keuangan

Republik Indonesia yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan,

penetapan, dan pemberian rekomendasi kebijakan fiskal dan sektor

keuangan sesuai ketentuan.

n. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan(BPPK) adalah penunjang di

Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang mempunyai tugas

melaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidang keuangan serta sertifikasi

kompetensi di bidang keuangan negara.

o. Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan Mengoordinasikan dan

melaksanakan penyusunan rencana strategis dan kebijakan teknologi

informasi dan komunikasi (TIK), pengembangan sistem informasi,

manajemen layanan TIK, operasional TIK, keamanan informasi dan

kelangsungan TIK, manajemen layanan data, dan pengelolaan Jabatan

Fungsional Pranata Komputer.

p. Pusat Pembinaan Profesi Keuangan mengoordinasikan dan melaksanakan

penyiapan rumusan kebijakan, pembinaan, pengembangan dan pengawasan

dan pelayanan informasi atas profesi keuangan yaitu Akuntan , Akuntan

Publik, Teknisi Akuntansi, Penilai, Penilai Publik, Aktuaris, dan profesi

keuangan lainnya.
q. Pusat Analisis Dan Harmonisasi Kebijakan melaksanakan analisis,

harmonisasi dan sinergi kebijakan atas pelaksanaan program dan kegiatan

Menteri Keuangan, pengelolaan program dan kegiatan Menteri Keuangan.

3.3 Kegiatan Umum Kementerian Keuangan

3.3.1 Tugas

Menyelenggarakan urusan di bidang keuangan negara dan kekayaan dalam

pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan

negara.

3.3.2 Fungsi

a. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang keuangan dan

kekayaan negara;

b. Pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara yang menjadi tanggung

jawab Kementerian Keuangan;

c. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Keuangan;

d. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervise atas pelaksanaan urusan

Kementerian Keuangan di daerah;

e. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional; dan

f. Pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengangguran

Semasa pemerintahan Orde Baru, pembangunan ekonomi mampu

menambahkan banyak pekerjaan baru di Indonesia, yang dengan demikian

mampu mengurangi angka pengangguran nasional. Sektor-sektor yang terutama

mengalami peningkatan tenaga kerja (sebagai pangsa dari jumlah total tenaga

kerja di Indonesia) adalah sektor industri dan jasa sementara sektor pertanian

berkurang. Namun, Krisis Keuangan Asia (Krismon) yang terjadi pada akhir

tahun 1990-an merusak pembangunan ekonomi Indonesia (untuk sementara) dan

menyebabkan angka pengangguran di Indonesia meningkat menjadi lebih dari 20

persen dan angka tenaga kerja yang harus bekerja di bawah level kemampuannya

(underemployment) juga meningkat, sementara banyak yang ingin mempunyai

pekerjaan full-time, hanya bisa mendapatkan pekerjaan part-time.

4.1.1 Faktor Adanya Pengangguran

Pada dasarnya siapapun orangnya akan selalu menghindari predikat

menganggur, namun pada kenyataannya di negara berkembang khususnya negara

Indonesia pengangguran selalu ada dan jumlahnya cenderung meningkat dari

waktu ke waktu. Ada banyak sekali faktor penyebab terjadinya pengangguran.

Berikut ini adalah penjelasan mengenai penyebab terjadinya pengangguran

tersebut :
a. Adanya ketidakseimbangan antara lapangan kerja dengan jumlah

tenaga kerja:

b. Kurangnya pendidikan dan keterampilan;

c. Kemiskinan;

d. Domisili yang jauh dari tempat yang banyak membuka lapangan

kerja;

e. Terjadinya PHK;

f. Tingginya Tingkat Kemajuan Teknologi dan Informasi ;

g. Menurunnya permintaan tenaga kerja ;

h. Adanya kelemahan dalam pasar tenaga kerja;

i. Kurangnya informasi tentang lowongan pekerjaan;

4.1.2Cara Mengatasi Pengangguran di Indonesia

Pengangguran sangat erat kaitannya dengan persoalan ekonomi. Tentu saja

Banyaknya pengangguran dapat menimbulkan menaikkan tingkat

kemiskinan. Untuk itu, sangat dibutuhkan cara mengatasi pengangguran

agar tidak merebak dan kesejahteraan ekonominya bisa tercapai. Dalam

hal ini, inilah peran aktif pemerintah dalam mengatasi pengangguran :

a. Memberikan Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan dan pelatihan untuk

menghasilkan generasi emas yang potensial merupakan hal yang sangat

penting dan harus diperhatikan oleh pemerintah dalam rangka mengatasi


pengangguran. Banyaknya masyarakat usia produktif merupakan suatu

potensi yang baik. Hal ini harus dimanfaatkan dengan pemberian

pendidikan yang berkualitas hingga tingkat perguruan tinggi.Selain itu,

program pelatihan juga diperlukan untuk mengimbangi pihak yang ingin

mengembangkan keterampilan atau hobinya. Hal ini merupakan peluang

untuk mencetak SDM yang memadai, baik dari segi kuantitas, maupun

kualitas. Pemerintah juga harus mengarahkan mereka untuk

berwiraswasta atau membuka lapangan pekerjaan.

b. Memberikan Informasi Mengenai Lowongan Pekerjaan

Informasi mengenai lowongan pekerjaan juga sangat penting bagi para

pencari kerja. Saat ini, sudah banyak berita atau kabar pemberitahuan

mengenai lowongan pekerjaan di media massa, baik media cetak,

maupun media elektronik.Pemberitahuan juga harus lengkap beserta

persyaratannya. Sebaiknya lowongan pekerjaan ini juga dilakukan secara

transparan.

c. Menyelenggarakan Bursa Tenaga Kerja merupakan tempat yang

mempertemukan antara pemberi kerja dengan pencari kerja. Melalui cara

ini, para pencari kerja tidak akan kesulitan lagi dalam mendapatkan

informasi lowongan pekerjaan yang sesuai dengan potensinya.

d. Memberikan Sosialisasi Pembiayaan Sosialisasi. Pemerintah sebagai

pihak yang diberi amanah untuk menyejahterakan kehidupan rakyat

harus mengupayakan yang terbaik. salah satu caranya adalah

memberikan sosialisasi kewirausahaan kepada masyarakat yang sudah


terdidik atau terlatih yang produktif untuk membuka suatu usaha. Hal ini

merupakan suatu cara mengatasi pengangguran yang sebenarnya

berpotensi, hanya saja mereka terhalang oleh lowongan pekerjaan yang

terbatas. Untuk itu, dalam sosialisasi dijelaskan juga bahwa ada program

pembiayaan usaha yang bisa diperoleh dari lembaga keuangan, sehingga

bisa membantu untuk memberikan sejumlah modal usaha.

e. Mendirikan Industri Padat Karya Industri padat karya merupakan suatu

program pemerintah yang sengaja dibentuk untuk memberikan pekerjaan

kepada para tenaga kerja yang menganggur agar mendapatkan pekerjaan

dan penghasilan selama proyek berjalan. Proyek pemerintah tersebut

berskala cukup besar, sehingga membutuhkan banyak pekerja untuk

menyelesaikannya.Dalam hal ini, pemerintah melibatkan para

pengangguran untuk menyelesaikan proyeknya, sehingga bisa menjadi

alternatif sementara dalam mengatasi pengangguran. Dalam

pelaksanaannya, pemerintah juga perlu memantau jalannya proyek dan

mengevaluasi pekerjaan yang dihasilkan melalui pihak terkait yang

profesional di bidangnya.

f. Mendirikan Desa Wisata Istilah desa wisata pasti sudah dikenal,

terutama pada akhir-akhir ini. desa wisata merupakan salah satu cara

efektif untuk mengatasi pengangguran. Setiap daerah pasti mempunyai

potensi dan masyarakat di dalamnya bisa diberdayakan untuk

memanfaatkan potensi tersebut. Setiap warga desa bisa berlatih untuk

mengolah potensi daerah untuk memperoleh pendapatan.Sebagai contoh,


desa tersebut punya lahan yang subur, maka dapat ditanami beragam

tanaman hias, tanaman buah, bahan makanan, hingga tanaman obat.

Dengan demikian, bisa menjadi desa wisata hijau. Selain itu,

keterampilan warga juga bisa diberdayakan, misalnya dengan

pemanfataan barang bekas atau bahan alami untuk kerajinan.

4.2 Pendapatan Perkapita

PDB per kapita merupakan pendapatan rata-rata penduduk yang diperoleh

dari hasil pembagian pendapatan nasional dibagi dengan jumlah penduduk.

PDB per kapita merupakan salah satu indikator untuk mengukur kemakmuran

suatu wilayah. Semakin besar pendapatan perkapita mengindikasikan bahwa

wilayah tersebut semakin makmur. Begitupun sebaliknya.

PDB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit

usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan

jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. BPS juga mencatat

pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2018 tercatat sebesar 5,17%. Sektor

konsumsi masih menjadi motor utama penggerak ekonomi Indonesia dengan

persentase 56,01%.

4.2.1 Faktor Naik Turunnya Pendapatan Perkapita

Gross domestik bruto (GDP) atau sering disebut pendapatan negara

adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam

periode waktu satu tahun. Penyebab Gdp bisa naik karena

perusahaan/orang bekerja sehingga menghasilkan barang dan jasa yang


lebih banyak. Gdp bisa turun karena perusahaan/orang bekerja

menghasilkan lebih sedikit barang dan jasa.

Lalu apa yang mempengaruhi perusahaan/orang menghasilkan lebih

banyak atau lebih sedikit barang dan jasa? Yang mempengaruhi adalah

permintaan.Kalau permintaannaik maka perusahaan/orang menghasilkan

barang dan jasa yang banyak, begitu juga sebaliknya. Lalu apa yang

mempengaruhi permintaan? Yang mempengaruhi permintaan adalah

harga, bila harga naik maka transaksi tentu membutuhkan jumlah uang

yang lebih banyak, tetapi jumlah supply uang tetap. Karena jumlah

supply uang tetap, maka jumlah barang dan jasa yang dihasilkan lebih

sedikit.

Contoh; M= jumlah uang beredar P= harga Y= donat (gdp)

Uang beredar 20000, y= 20 donat berarti harga 1 bh donat = 1000

Kalau harga 1 bh donat naik menjadi 2000 (karena harga tepung naik,

katakanlah tepung di indonesia gagal panen, hingga membeli tepung dari

luar negeri yang lebih mahal) maka jumlah donat yang dapat dibeli

adalah 10 bh (kenaikan harga ini disebut supply shock, karena output

menurun). Gak cukup uang untuk bikin 10 donat lagi. Artinya dengan

jumlah uang yang tetap kalau harga tetap maka jumlah donat yang bisa

dibeli adalah hanya 10 donat. Artinya transaksi ini harusnya

membutuhkan lebih banyak uang.


Lalu mengapa harga naik, donatnya mesti berkurang? Ya memang dalam

jangka pendek, harga menentukan output, sementara dalam jangka

panjang, harga gak berpengaruh apa2 dalam produksi. dalam jangka

panjang harga dipengaruhi oleh jumlah uang beredar dan gdp. Tapi

dalam jangka pendek hargalah yang mempengaruhi gdp.

 Faktor yang mempengaruhi pendapatan perkapita :

a. Tergantung pada modal suatu usaha yang ia miliki.

b. Faktor konsumen.

c. Naik nya standar perkembangan ekonomi suatu daerah.

d. politik ekonomi yang tidak sehat.

e. faktor luar negeri misal nya rusak nya stabilitasi

perdagangan dan banyak beban hutang..


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kuliah kerja lapangan (KKL) bertujuan untuk memberikan wawasan

yang sesungguhnya kepada mahasiswa dengan membandingkan mata

kuliah yang di dapatkan di kelas dengan kerja nyata yang sesungguhnya.

Berdasarkan pada rangkaian kunjungan kuliah kerja lapangan yang di

lakukan penyusun di Kementrian Keuangan Republik Indonesia dan telah

di bahas pada pokok pembahasan bab-bab sebelumnya maka kami

menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembangunan ekonomi mampu menambahkan banyak

pekerjaan baru di Indonesia, yang dengan demikian mampu

mengurangi angka pengangguran nasional. Sektor-sektor yang

terutama mengalami peningkatan tenaga kerja (sebagai pangsa

dari jumlah total tenaga kerja di Indonesia) adalah sektor

industri dan jasa sementara sektor pertanian berkurang.

2. Presentase tingkat pengangguran menurun dari tahun 2009

sampai 2018.Tingkat pengangguran Indonesia menunjukkan

tren penurunan meskipun angkatan kerja dalam waktu yang

sama mengalami peningkatan.Meningkatnya angkatan kerja

yang dibarengi turunnya tingkat pengangguran

mengindikasikan bahwa jumlah lapangan kerja mampu


menampung kenaikan jumlah angkatan kerja. Program

pembangunan yang dilakukan oleh pemerinah serta penciptaan

lapangan kerja baru sektor swasta mampu menekan angka

pengangguran nasional.

5.2 Saran

Sebelum penulis menutup laporan ini, ijinkan penulis memberikan sedikit

saran. adapun beberapa saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai

berikut:

1. Diharapkan kedepannya kementerian keuangan dapat selalu

menerima mahasiswa yang mengajukan Kuliah Kerja Lapangan

dengan tujuan untuk dapat membantu program pemerintah

untuk meningkatkan Pendidikan dan sumber daya manusia di

Indonesia.

2. Kepada Yayasan Universitas Mitra Indonesia khususnya

Fakultas Bisnis, Hendaknya lembaga khususnya program

jurusan dapat memfasilitasi kegiatan KKL lebih baik lagi

kedepannya dan memberikan waktu yang lebih panjang, semoga

untuk kegiatan KKL pada waktu yang berikutnya waktu lebih

ditambah supaya penjelasannya yang kami terima menjadi lebih

jelas dan terarah.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/900/900/1/1, Pengangguran

www.republika.com, Pengamat: Tiga Faktor Mendasar Penyebab Masih

Tingginya Pengangguran di Indonesia, 2006-07-05

www.republika.com, Agro Industri Dapat Tekan Jumlah Pengangguran di

Indonesia

www.republika.com, Jurus Mengikis Pengangguran

www.nakertrans.go.id, Galang Sinergi Tuntaskan Pengangguran

Badan Pusat Statistik(2009-2018), Indonesia Dalam Angka , Indonesia

Zulhanafi, Hasdi Aimon, Efrizal Syofyan. (2013). “Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas dan tingkat pengangguran di Indonesia “. Jurnal

Kajian Ekonomi Vol.2. No.3.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Keuangan_Indonesia

https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ini-strategi-fiskal-untuk-tahun-2019/

https://id.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Keuangan_Indonesia

http://www.setjen.kemenkeu.go.id/content/produk-investasi.html

http://databoks.katadata.co.id

Kabar Bappenas, 2011. Tentang pertumbuhan ekonomi. Diakses dari situs

www.bappenas.go.id

Anda mungkin juga menyukai