Anda di halaman 1dari 14

KEGAWATDARURATAN MATA

Kegawatdaruratan (emergency) di bidang oftalmologi (penyakit mata) diklasifikasikan menjadi


tiga macam, yaitu:
1. Sangat gawat,
2. gawat, dan
3. semi gawat.
Berikut ini akan kami uraikan secara singkat dan padat.
1. Sangat Gawat
Yang dimaksud dengan keadaan "sangat gawat" adalah keadaan atau kondisi pasien
memerlukan tindakan yang harus sudah diberikan dalam waktu beberapa menit. Terlambat
sebentar saja dapat mengakibatkan kebutaan.
Adapun keadaan atau kondisi pasien yang termasuk di dalam kategori ini adalah: luka bakar
kimia (luka bakar kerena alkali/basa dan luka bakar asam)
2. Gawat
Yang dimaksud dengan keadaan "gawat" adalah keadaan atau kondisi pasien memerlukan
penegakan diagnosis dan pengobatan yang harus sudah diberikan dalam waktu satu atau
beberapa jam.
Adapun keadaan atau kondisi pasien yang termasuk di dalam kategori ini adalah:
1. Laserasi kelopak mata
2. Konjungtivitis gonorhoe
3. Erosi kornea
4. Laserasi kornea
5. Benda asing di kornea
6. Descemetokel
7. Tukak kornea
Tukak atau ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian
jaringan kornea.
8. Hifema atau timbunan darah di dalam bilik mata depan. Terjadi akibat trauma tumpul yang
merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.
9. Skleritis (peradangan pada sklera)
Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata. Sklera bersama
dengan jaringan uvea dan retina berfungsi sebagai pembungkus dan pelindung bola mata.
10. Iridosiklitis akut
11. Endoftalmitis merupakan infeksi intraokular yang umumnya melibatkan seluruh jaringan
segmen anterior dan posterior mata. Umumnya didahului oleh trauma tembus pada bola mata,
ulkus kornea perforasi, riwayat operasi intraokuler (misalnya: ekstraksi katarak, operasi filtrasi,
vitrektomi). Gejala klinis endoftalmitis adalah penurunan tajam penglihatan (visus menurun),
mata merah, bengkak, nyeri.
12. Glaukoma kongestif
13. Glaukoma sekunder
14. Ablasi retina (retinal detachment) suatu keadaan terpisahnya (separasi) sel kerucut dan
batang atau lapisan sensorik retina dengan sel epitel pigmen (retinal pigment epithelium atau
RPE).
15. Selulitis orbita
16. Trauma tembus mata
17. Trauma radiasi
3. Semi Gawat
Yang dimaksud dengan keadaan "semi gawat" adalah keadaan atau kondisi pasien
memerlukan pengobatan yang harus sudah diberikan dalam waktu beberapa hari atau minggu.
Adapun keadaan atau kondisi pasien yang termasuk di dalam kategori ini adalah:
1. Defisiensi (kekurangan) vitamin A.
Sinonim (nama lain) untuk kondisi ini adalah: vitaminosis A, hypovitaminosis A.
2. Trakoma yang disertai dengan entropion.
Entropion adalah keadaan kelopak mata yang terbalik atau membalik ke dalam tepi jaringan,
terutama tepi kelopak bawah. Namun pada trakoma, entropion terdapat pada kelopak atas.
3. Oftalmia simpatika
Yaitu peradangan granulomatosa yang khas pada jaringan uvea, bersifat bilateral, dan
didahului oleh trauma tembus mata yang biasanya mengenai badan siliar, bagian uvea lainnya,
atau akibat adanya benda asing dalam mata.
4. Katarak kongenital : kekeruhan lensa mata yang timbul sejak lahir, dan merupakan salah satu
penyebab kebutaan pada anak yang cukup sering dijumpai. Gejalanya: leukokoria (bercak putih),
fotofobia (silau, dapat disertai atau tanpa rasa sakit), strabismus (juling), nystagmus (pergerakan
bola mata yang involunter. Involunter maksudnya: tanpa sengaja, diluar kemauan; dapat teratur,
bolak-balik, dan tidak terkendali).
5. Glaukoma kongenital
6. Glaukoma simpleks
7. Perdarahan badan kaca
8. Retinoblastoma (tumor ganas retina)
Yaitu jenis tumor ganas mata yang berasal dari neuroretina (sel kerucut dan batang).
9. Neuritis optika / papilitis
10. Eksoftalmus (bola mata menonjol keluar) atau lagoftalmus
(kelopak mata tidak dapat menutup sempurna).
11. Tumor intraorbita
12. Perdarahan retrobulbar

1. Definisi
Kedaruratan mata adalah sikap keadaan yang mengancam tajam penglihatan seseorang berupa
penurunan tajam penglihatan sampai terjadinya kebutaan.
(Roper- hall, 1990, FI UI 1982, perhimpunan indonesia 1994).

2. Klasifikasi
Berdasarkan konsep penanganan masalah gawat darurat maka kedaruratan mata dapat dikelompokkan
menjadi beberapa keadaan :
1) Sight threatening condition. Dalam situasi ini mata akan mengalami kebutaan atau cacat
yang menetap dengan penurunan penglihatan yang berat dalam waktu beberapa detik sampai
beberapa menit saja bila tidak segera mendapatkan pertolongan yang tepat. Cedera mata
akibat bahan kimia basa (alkali) termasuk dalam keadaan ini. Oklusi arteria sentralis retina
merupakan keadaan bukan trauma yang termasuk dalam kelompok ini.
2) Mayor condition. Dalam situasi ini pertolongan harus diberikan tetapi dengan batasan waktu
yang lebih longgar, dapat beberapa jam sampai beberapa hari. Bila pertolongan tidak
diberikan maka penderita akan mengalami hal yang sama seperti disebutkan pada sight
threatening condition.
3) Monitor condition. Situasi ini tidak akan menimbulkan kebutaan meskipun mungkin
menimbulkan suatu penderitaan subyektif pada pasien bila terabaikan pasien mungkin dapat
masuk kedalam keadaan ”mayor condition”. (Sidarta Ilyas, ed.3 2008)

3. Etiologi
Kedaruratan mata dapat terjadi karena dua hal :
1) Tidak ada hubungannya denga trauma mata, misalnya :
• glaukoma akuta
• oklusi arteria sentralis retina
2) Disebabkan trauma
Ada 2 macam trauma yang dapat mempengaruhi mata, yaitu:
• trauma langsung terhadap mata
• trauma tidak langsung, dengan akibat pada mata, misalnya
- trauma kepala dengan kebutaan mendadak
- trauma dada dengan akibat kelainan pada retina
Pembagian sebab-sebab trauma langsung terhadap mata adalah sbb:
1) Trauma mekanik
o Trauma tajam
Biasanya mengenai struktur diluar bola mata (tulang orbita dan kelopak mata) dan mengenai bola mata
(ruptura konjungtifa, ruptura kornea)
o Trauma tumpul
Fraktura dasar orbita ditandai enoftalmus. Dapat terjadi kebutaan pasca trauma tumpul pada orbita.
Hematoma palpebra biasanya dibatasi oleh rima orbita, selalu dipikirkan cedera pada sinus paranasal.
o Trauma ledakan/ tembakan
Ada 3 hal yang terjadi, yaitu :
- Tekanan udara yang berubah
- Korpus alineum yang dilontarkan kearah mata yang dapat bersifat mekanik maupun zat kimia
tertentu
- Perubahan suhu/ termis
2) Trauma non mekanik
o Trauma kimiaDibedakan menjadi 2, trauma oleh zat yang bersifat asam dan trauma yang bersifat
basa.
o Trauma termik
Trauma ini disebabkan seperti panas, umpamanya percikan besi cair, diperlukan sama seperti trauma
kimia
o Trauma radiasi
Trauma radiasi disebabkan oleh inframerah dan ultraviolet.
(Sidarta Ilyas, ed.3 2008)

4. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinisnya adalah sebagai berikut:
 Lebam
 Edema
 Nyeri
 Lakrimasi
 Adanya benda asing
 Pupil bergeser (T10 meningkat)
 Adanya zat kimia
 Perubahan visus
(Sidarta Ilyas, ed.3 2008)
5. Tatalaksana
1. Trauma oftalmik
 Bila ada kecurigaan adanya laserasi, cedera tembus, ruptur bola mata, jangan lakukan penekanan
 Penekanan dapat diakibatkan ekstrusi isi intraokule dan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki
 Robekan kelopak mata , letakkan ibu jari dan jari telunjuk pada atas dan bawah orbita
2. Cedera bola mata
 Hindari manipulasi mata sampai saat perdarahan
 Pasang balutan ringan (tanpa tekanan) dan perisai logam yang bersandar pada tulang orbita diplester
kedahi dan pipi
 Pembalutan bilateral, jaga jarak bola mata minimal
 Kolaborasi, antibiotik, analgesik, anti tetanus dll
 Bila ruptur bola mata sudah teratasi periksakan struktur lain dapat dilakukan
 Laserasi kelopak mata, penjahitan
3. Benda asing
 Benda asing tidak menembus dibawah kelopak mata atas
 Angkat kelopak mata atas keatas kelopak mata bawah, sehingga memungkinkan kelopak mata
bawah menyapu benda asing untuk keluar
 Lakukan irigasi, hati-hati jangan sentuh kornea
 Jika benda asing gagal keluar, tutup mata, rujuk
 Benda asing supervisial kornea , irigasi
 Benda asing tertanam, pembedahan
 Ambil benda asing, alat berujung tumpul hindari gunakan aplikator beraujung kapas karena dapat
bergesek epitel terlalu banyak
4. Abrasi kornea
 Beri balut tekan mata, mengimobilisasi kelopak mata
 Kolaborasi pemberian antibiotik, anastesi, dll
 Monitor efeki anastesi, terlambat penyembuhan
 Pembalutan sebelah (24 jam) untuk abrasi ekstensif berlapisan bagian bawah tidak terkena,
penyembuhan tanpa jaringan parut (24 s/d 48 jam)
 Monitor epitelisasi dan penyembuhan
5. Luka bakar kimia
 Irigasi segera dengan air bersih atau larutan NaCl
 Cuci mata dibawah aliran air keran
 Memasukkan mata kedalam air  mengejap-ngejapkan mata
 Bilas terus selama 20 mnt atau sampai bersih
 Lain-lain, kolaborasi
 Balut mata bilateral
6. Trauma tumpul
 Kontusio orbita  kompres es, istirahatkan
 Hifema posisi tegak, dan isrirahatkan mata. Kolaborasikan, bedah kamera
anterior
 Waspadai anemia sel sabit dan penggunaan obat anti koagulan & penurunan dosis
(Sidarta Ilyas, ed.3 2008)

Kegawatdaruratan mata :
1. Glaucoma akut
Biasanya terjadi pada usia diatas 40 tahun.
Keluhan :
o Kemunduran penglihatan yang berlangsung cepat.
o Nyeri dimata dan sekitarnya
o Mual dan muntah
Pada mata terlihat :
o Injeksi siliar
o Edema kornea
o Bilik mata depan dangkal
o Pupil lebar dan refleksnya menghilang
o Lensa keruh dan kehijauan.
o Tekanan intraokuler tinggi.

Penatalaksanan : segera berikan :


 Asetazolamid 500mg oral, kemudian 250 mg/4 jam.
 Pilokarpin HCL 2-6% 1 tetes/jam selama penserita bangun. Mata tidak usahditutup.
 Dapat diberikan pula (bila tidak dikontraindikasikan) morfin 10 mg im dan deksametason 0.5 mg
im. Jangan diberi diazepam.
24 jam kemudian :
- Bila tekanan intraocular telah normal, segera lakukan iridektomi perifer.
- Bila tekanan intraocular tetap tinggi, berikan infuse :
o Larutan manitol 20% 60 tetes/ menit selama 3 jam atau
o Larutan ureum 30% 30 tetes/menit selama 3 jam atau
o Larutan gliserin dalam air 50% 150-200 ml oral. Setelah tekanan intraokular
berhasil diturunkan segera lakukan filtering.
- Selama operasi belum mungkin, pengobatan diteruskan dengan cara yang samasetiap harinya.

2. Ulkus kornea
Ulkus kornea yang cepat menimbulkan perforasi ialah ulkus sentra. Pennyebab utamanya adalah
pseudomonas pyocyaneus, pneumococcus.
Keluhan :
o Penglihatan mundur, silau dan mata berair terus menerus.
o Nyeri sekitar mata dan seisi kepala.
o Biasanya didahului trauma ringan pada mata.
Pada mata terlihat :
o Injeksi siliar dan dapat disertai pula dengan injeksi konjungtiva.
o Kornea keruh, keputihan dengan permukaan mencekung, bila disebabkan jamur,permukaannya
dapat menonjol karena timbunan jaringan nekrotik.

Penatalaksanaan :
 Beri tetes mata larutan atropine sulfat 1% 3-4 kali/hari
 Antibiotik, bila dalam bentuk tetes mata, berikan 2 tetes/jam atau dalam bentuk salep mata 3-
5 kali/hari. Bila ada gunakan antibiotik yang efektif untuk pseudomonas seperti terramycin
dengan polymixin B sulfate, garamycin. Berikan juga secara sistemik antibiotik yang
berspektrum luas dengan dosis tinggi.
 Vitamin A, sekurang-kurangnya 100.000 U
 Mata ditutup dengan kasa steril.
Bila keadaan tidak membaik atau memberat, mungkin penyebabnya adalah jamur. Maka dilakukan :
 Debridement sampai bersih, lalu bilas dengan larutan garam faal steril.
 Setelah itu diberi salep antijamur tiap jam misalnya: preparat amfoterisin B, preparat nistatin.
 Sebaiknya usahakan pengiriman ke spesialis mata agar dapat segera diambil tindakan bila terjadi
perforasi.
3. Uveitis anterior
Penyakit ini cenderung kronik, tetapi tindakan dini yang tepat dapat menyelamatkan mata dari
kebutaan.
Keluhan :
o Penglihatan mundur, silau dan pegal disekitar dan dalam mata.
o Tidak ada sekret ataupun lakrimasi.
Pada mata terlihat:
o Injeksi siliar
o Kornea jernih atau berbercak-bercak coklat di bagian dalam.
o Bilik mata depan suram, kadang-kadang ada hipopion.
o Iris pucat, lipatannya berkurang atau menghilang.
o Pupil kecil, kadang-kadang tepinya tidak rata.

Penatalaksanaan :
 Beri tetes mata larutan atropine sulfat 1% 3 kali/hari
 Beri tetes mata mengandung kortikosteroid dengan atau tanpa campuran antibiotik setiap 2 jam.
Bila berbentuk salep, berikan 3-5 kali/hari
 Mata sebaiknya ditutup dengan kasa steril.
 Sebaiknya dikirimkan ke spesialis mata karena dapat menimbulkan komplikasi yang menetap.

4. Trauma mata
Trauma pada mata menimbulkan rasa takut dan kegelisahan yang besar, oleh karena itu kita harus
bertindak cepat dan tepat.

Macam-macam trauma mata :


1.Trauma tajam mata/trauma perforatum
Biasanya mudah didiagnosis bila luka luas karena akan selalu ada jaringan intraokuler yang
prolaps.
Penatalaksanaan :
Konservatif :
 Berikan salep mata antibiotik 3-5 kali/hari, lalu tutup dengan kasa steril.
 Berikan antibiotic sistemik dengan dosis tinggi.
 ATS 1500 U im, pada anak 750 U im.
Bila terjadi perforasi kecil < 4 mm dapat diharapkan sembuh dengan cara diatas. Tetapi bila luas > 4mm
harus disertai dengan tindakan operatif yang sebaiknya dilakukan di spesialis mata.

2. Trauma tumpul mata


Hematoma Kelopak
Hematoma palpebra yang merupakan
pembengkakan atau penimbunan darah di bawah kulit
kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra.
Hemat oma kelopak merupakan kelainan yang sering
terlihat pada trauma tumpul kelopak. Trauma dapat
akibat pukula tinju, ataupun benda-benda keras lainnya.
Keadaan ini memberikan bentuk yang menakutkan pada
pasien, dapat tidak berbahaya ataupun sangat berbahaya
karena mungkin ada kelainan lain di belakangnya.
Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan berbentuk
kaca mata hitam yang sedang dipakai, maka keadaan ini diseut sebagai hematoma kaca mata.
Hematoma kaca mata merupakan keadaan sangat gawat. Hematoma kaca mata terjadi akibat
pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis kranii. Pada pecahnya a.oftalmika
maka darah masuk ke dalam kedua rongga orbita melalui fisura orbita. Akibat darah tidak dapat
menjalar lanjut karena dibatasi septum orbita kelopak maka akan berbentuk gambaran hitam
pada kelopak seperti seseorang memakai kaca mata.
Pada hematoma kelopak yang dini dapat diberikan kompres dingin untuk
menghentikan perdarahan dan menghilangkan rasa sakit. Bila telah lama, untuk memudahkan
absorpsi darah dapat dilakukan kompres hangat pada kelopak mata.

Trauma Tumpul Konjungtiva


Edema konjungtiva
Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir
dapat menjadi kemotik pada setiap kelainannya, demikian
pula akibat trauma tumpul. Bila ke lopak terpajan ke dunia
luar dan konjungtiva secara langsung kena angin tanpa
dapat mengedip, maka keadaan ini telah dapat
mengakibatkan edema pada konjungtiva.
Kemotik konjungtiva yang berat dapat
mengakibatkan palpebra tidak menutup sehingga
bertambah rangsangan terhadap konjugtiva. Pada edema konjungtiva dapat diberikan
dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan di dalam selaput lendir konjungtiva. Pada
kemotik konjungtiva berat dapat dilakukan insisi sehingga cairan konjungtiva kemotik keluar
melali insisi tersebut.
Hematoma subkonjungtiva
Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat
pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau di bawah
konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera.
Pecahnya pembuluh darah ini dapat akibat batuk rejan,
trauma tumpul basis kranii (hematoma kaca mata), atau
pada keadaan pembuluh darah yang rentan dan mudah
pecah. Pembuluh darah akan rentan dan mudah pecah pada
usia lanjut, hipertensi, arteriosklerose, konjungtiva
meradang (konjungtivitis), anemia, dan obat-obat tertentu.
Bila perdarahan ini terjadi akiba trauma tumpul maka perlu dipastikan bahwa tidak
terdapat robekan di bawah jaringan konjungtiva atau sklera. Kadang-kadang hematoma
subkonjungtiva menutupi keadaan mata yang lebih buruk seperti perforasi bola mata.
Pemeriksaan funduskopi adalah perlu pada setiap penderita dengan perdarahan subkonjungtiva
akibat trauma. Bila tekanan bola mata rendah dengan pupil lonjong disertai tajam penglihatan
menurun dan hematoma subkonjungtiva maka sebaiknya dilakukan eksplorasi bola mata untuk
mencari kemungkinan adanya ruptur bulbus okuli.
Pengobatan dini pada hematoma subkonjungtiva ialah dengan kompres hangat.
Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 1-2 minggu tanpa diobati.
Trauma tumpul pada kornea
Edema kornea
Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat
mengakibatkan edema kornea malahan ruptur membran
descemet. Edema kornea akan memberikan keluhan penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi
sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat keruh, deng an uji
plasido yang positif.
Edema kornea yang berat dapat mengakibatkan masuknya serbukan sel radang dan
neovaskularisasi ke dalam jaringan stroma kornea. Pengobatan yang diberikan adalah larutan
hipertonik seperti NaCl 5% atau larutan garam hipertonik 2-8%, glukose 40% dan larutan
albumin.
Bila terdapat peninggian tekanan bola mata maka diberikan asetazolamida. Pengobatan
untuk menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki tajam penglihatan dengan lensa kontak lembek
dan mungkin akibat kerjanya menekan kornea terjadi pengurangan edema kornea. Penyulit
trauma kornea yang berat berupa terjadinya kerusakan M.descemet yang lama sehingga
mengakibatkan keratopati bulosa yang akan memberikan keluhan rasa sakit dan menurunkan
tajam penglihatan akibat astigmatisme iregular.

Erosi kornea
Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasya epitel kornea yang dapat
diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa cedera pada
membran basal. Dalam waktu yang pendek epitel sekitarnya dapat bermigrasi dengan cepat dan
menutupi defek epitel tersebut. Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak
ornea yang mempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair, dengan blefarospasme,
lakrimasi, fotofobia, dan penglihatan akan terganggu oleh media kornea yang keruh.
Pada kornea akan terlihat suatu defek epitel kornea yang bila diberi pewarnaan
fluoresein akan berwarna hijau. Pada erosi kornea perlu diperhatikan adalah adanya infeksi yang
timbul kemudian.
Anestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan dan
menghilangkan rasa sakit yang sangat. Hati-hati bila memakai obat anestetik topikal untuk
menghilangkan rasa sakit pada pemeriksaan karena dapat menambah kerusakan epitel.
Epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk
mencegah infeksi bakteri diberikan antibiotika seperti antibiotika spektrum luas neosporin,
kloramfenikol, dan sulfasetamid tetes mata. Akibat rangsangan yang mengakibatkan spasme
siliar maka diberikan sikloplegik aksi-pendek seperti tropikamida. Pasien akan merasa lebih
tertutup bila dibebat tekan selama 24 jam. Erosi yang kecil biasanya akan tertutup kembali
setelah 48 jam.

Erosi kornea rekuren


Erosi rekuren biasanya terjadi akibat
cedera yang merusak membran basal atau tukak
metaherpetik. Epitel yang menutup kornea akan mud ah lepas
kembali di waktu bangun pagi. Terjadinya erosi kornea
berulang akibat epitel tidak dapat bertahan pada defek
epitel kornea. Sukarnya epitel menutupi kornea
diakibatkan oleh terjadinya pelepasan membran basal
epitel kornea tempat duduknya sel basal epitel kornea.
Biasanya membran basal yang rusak akan kembali normal
setelah 6 minggu.
Pengobatan terutama bertujuan melumas permukaan kornea sehingga regenerasi
tidak cepat terlepas untuk membentuk membran basal kornea. Pengobatan biasanya dengan
memberikan sikloplegik untuk menghilangkan rasa sakit ataupun untuk mengurangkan gejala
radang uvea yang mungkin timbul. Antibiotik diberikan dalam bentuk tetes dan mata ditutup
untuk mempercepat tumbuh epitel baru dan mencegah infeksi sekunder. Biasanya bila tidak
terjadi infeksi sekunder erosi kornea yang mengenai seluruh permukaan kornea akan sembuh
dalam 3 hari. Pada erosi kornea tidak diberi antibiotik dengan kombinasi steroid.
Pemakaian lensa kontak lembek pada pasien dengan erosi rekuren sangat
bermanfaat, karena dapat mempertahankan epitel berada di tempat dan tidak dipengaruhi kedipan
kelopak mata.

Trauma tumpul uvea


Iridoplegia
Trauma tumpul padda uvea dapat mengakibatkan kelumpuhan otot sfingter pupil atau
iridoplegia sehingga pupil menjadi lebar atau midriasis.
Pasien akan sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi, silau akibat
gangguan pengaturan masuknya sinar pada pupil.
Pupil terlihat tidak sama besar atau anisokoria dan bentuk pupil dapat menjadi
iregular. Pupil ini tidak bereaksi terhadap sinar. Iridoplegia akibat trauma akan berlangsung
beberapa hari sampai beberapa minggu. Pada pasien dengan iridoplegia sebaiknya diberi istirahat
untuk mencegah terjadinya kelelahan sfingter dan pemberian roboransia.

Iridodialisis
Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk
pupil menjadi berubah. Pasien akan melihat ganda dengan satu matanya.
Pada iridodialisis akan terlihat pupil lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi bersama-sama dengan
terbentuknya hifema. Bila keluhan demikian maka pada pasien sebaiknya dilakukan pembedahan
dengan melakukan reposisi pangkal iris yang terlepas.

Iridosiklitis
Pada trauma tumpul dapat terjadi reaksi jaringan uvea sehingga menimbulkan
iridosiklitis atau radang uvea anterior. Pada mata akan terlihat mata merah, akibat adanya darah
di dalam bilik mata depan maka akan terdapat suar dan pupil yang mengecil dengan tajam
penglihatan menurun.
Pada uveitis anterior diberikan tetes mata midriatik dan steroid topikal. Bila
terlihat tanda radang berat maka dapat diberikan steroid sistemik.
Sebaiknya pada mata ini diukur tekanan bola mata untuk persiapan memeriksa fundus dengan
midriatika.

Trauma tumpul pada lensa


Dislokasi lensa
Trauma tumpul lensa dapat mengakibatkan
dislokasi lensa. Dislokasi lensa terjadi pada putusnya zonula Zinn
yang akan mengakibatkan kedudukan lensa terganggu.
Subluksasi lensa
Subluksasi lensa terjadi akibat putusnya sebagian zonula Zinn sehingga lensa
berpindah tempat. Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan
akibat pasien menderita kelainan pada zonula Zinn yang rapuh
(sindrom Marphan). Pasien pasca trauma akan mengeluh
penglihatan berkurang. Subluksasi lenssa akan memberikan
gambaran pada iris berupa iridodonesis.
Akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada maka
lensa yang elastis akan menjdai cembung, dan mata akan menjadi lebih miopik. Lensa yg
menjadi sangat cembung mendorong iris ke depa sehingga bilik mata tertutup. Bila sudut bilik
mata menjadi sempit pada mata ini mudah terjadi glaukoma sekunder.
Subluksasi dapat mengakibatkan glaukoma sekunder dimana terjadi penutupan sudut
bilik mata oleh lensa yang mencembung. Bila tidak terjadi penyulit subluksasi lensa seperti
glaukoma atau uveitis maka tidak dilakukan pengeluaran lensa dan diberi kaca mata koreksi
yang sesuai.

Luksasi lensa anterior


Bila seluruh zonula Zinn di sekitar
ekuator putus akibat trauma maka lensa dapat masuk ke
dalam bilik mata depan. Akibat lensa terletak di dalam
bilik mata depan ini maka akan terjadi gangguan
pengaliran keluar cairan bilik mata sehingga akan
timbul glaukoma kongestif akut dengan gejala-
gejalanya.
Pasien akan mengeluh penglihatan
menurun mendadak, disertai rasa sakit yang sangat,
muntah, mata merah dengan blefarospasme. Terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea,
lensa di dalam bilik mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar. Tekanan
bola mata sangat tinggi.
Pada luksasi lensa anterior sebaiknya pasien secepatnya dikirim pada dokter mata
untuk dikeluarkan lensanya dengan terlebih dahulu diberikan asetazolamida untuk menurunkan
tekanan bola matanya.

Luksasi lensa posterior


Pada trauma tumpul yang keras pada mata dapat terjadi luksasi lensa posterior
akibat putusnya zonula Zinn di seluruh lingkaran ekuator lensa sehingga lensa jatuh ke dalam
badan kaca dan tenggelam di dataran bawah polus posterior fundus okuli. Pasien akan mengeluh
adanya skotoma pada lapang pandangnya akibat lensa mengganggu kampus.
Mata ini akan menunjukkan gejala mata tanpa lensa atau afakia. Pasien akan
melihat normal dengan lensa +12.0 dioptri untuk jauh, bilik mata depan dalam dan iris
tremulans. Lensa yang terlalu lama berada pada polus posterior dapat menimbulkan penyulit
akibat degenerasi lensa, berupa glaukoma fakolitik ataupun uveitis fakotoksik. Bila luksasi lensa
telah menimbulkan penyulit sebaiknya secepatnya dilakukan ekstraksi lensa.

Katarak trauma
Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi ataupun tumpul
terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun. Pada trauma tumpul akan terlihat katarak
subkapsular anterior ataupun posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang, dan
dapat pula dalam bentuk katarak tercetak (imprinting) yang disebut cincin Vossius.
Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan
menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga bentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma
tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat disertai dengan
terdapatnya masa lensa di dalam bilik mata depan.
Pada keadaan ini akan terlihat secara histopatologik masa lensa yang akan
bercampur makrofag dengan cepatnya, yang dapat memberikan bentuk endoftalmitis
fakoanafilaktik. Lensa dengan kapsul anterior saja yang pecah akan menjerat korteks lensa
sehingga akan mengakibatkan apa yang disebut sebagai cincin Soemering atau bilaepitel lensa
berproliferasi aktif akan terlihat mutiara Elsching.
Pengobatan katarak traumatik tergantung pada saat terjadinya. Bila terjadi pada anak
sebaiknya dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya ambliopia. Untuk mencegah ambliopia
pada anak dapat di pasang lensa intra okuler primer atau sekunder.
Pada katarak trauma apabila tidak terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampai
mata menjadi tenang. Bila terjadi peyulit seperti glaukoma, uveitis dan lain sebagainya maka
segera dilakukan ekstraksi lensa. Penyulit uveitis dan glaukoma sering dijumpai pada orang usia
tua. Pada beberapa pasien dapat terbentuk cincin Soemmering pada pupil sehingga dapat
mengurangi tajam penglihatan. Keadaan ini dapat disertai perdarahan, ablasi retina, uveitis atau
salah letak lensa.

Cincin Vossius
Pada trauma lensa dapat terlihat apa yang
disebut sebagai cincin Vossius yang merupakan cincin
berpigmen yang terletak tepat di belakang pupil yang dapat
terjadi segera setelah trauma, yang merupakan deposit
pigmen iris pada dataran depan lensa sesudah sesuatu trauma,
seperti suatu stempel jari. Cincin hanya menunjukkan tanda
bahwa mata tersebut telah mengalami suatu trauma tumpul.

Trauma tumpul retina dan koroid


Edema retina dan koroid
Trauma tumpul pada retina dapat mengakibatkan edema retina, penglihatan akan sangat
menurun. Edema retina akan memberikan warna retina yang lebih abu-abu akibat sukarnya
melihat jaringan koroid melalui retina yang sembab. Berbeda dengan oklusi arteri retina sentral
dimana terdapat edema retina kecuali daerah makula, sehingga pada keadaan ini akan terlihat
cherry red spot yang berwarna merah. Edema retina akibat trauma tumpul juga mengakibatkan
edema makula sehingga tidak terdapat cherry red spot.
Pada trauma tumpul yang paling ditakutkan adalah terjadi edema makula atau
edema Berlin. Pada keadaan ini akan terjadi edema yang luas sehingga seluruh polus posterior
fundus okuli berwarna abu-abu.
Umumnya penglihatan akan normal kembali setelah beberapa waktu, akan tetapi
dapat juga penglihatan berkurang akibat tertimbunnya daerah makula oleh sel pigmen epitel.
Ablasi retina
Trauma diduga merupakan pencetus untuk
terlapasnya retina dari koroid pada penderita ablasi retina.
Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya
ablasi retina ini seperti retina tipis akibat retinitis semata,
miopia, dan proses degenerasi retina lainnya. Pada pasien akan
terdapat keluhan seperti adanya selaput yang seperti tabir
mengganggu lapang pandangnya. Bila terkena atau
tertutup daerah makula maka tajam penglihatn akan
menurun.
Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang berwarna abu-abu dengan
pembuluh darah yang terlihat terangkat dan berkelok-kelok. Kadang-kadang terlihat pembuluh
darah seperti yang terputus-putus. Pada pasien dengan ablasi retina maka secepatnya dirawat
untuk dilakukan pembedahan oleh dokter mata.

Trauma Koroid
Ruptur Koroid
Pada trauma keras dapat terjadi perdarahan subretina yang dapat merupakan akibat
ruptur koroid. Ruptur ini biasanya terletak di polus posterior bola mata dan melingkar konsentris
di sekitar papil saraf optik.
Bila ruptur koroid ini terletak atau mengenai daerah makula lutea maka tajam
penglihatan akan turun dengan sangat. Ruptur ini bila tertutup oleh perdarahan subretina agak
sukar dilihat akan tetapi bila darah tersebut telah diabsorpsi maka akan terlihat bagian ruptur
berwarna putih karena sklera dapat dilihat langsung tanpa tertutup koroid.

Trauma tumpul saraf optik


Avulsi papil saraf optik
Pada trauma tumpul dapat terjadi saraf optik terlepas dari pangkalnya di dalam
bola mata yang disebut sebagai avulsi papil saraf optik. Keadaan ini akan mengakibatkan
turunnya tajam penglihatan yang berat dan sering berakhir dengan kebutaan. Penderita ini perlu
dirujuk untuk dinilai kelainan fungsi retina dan saraf optiknya.

Optik neuropati traumatik


Trauma tumpul dapat mengakibatkan kompresi pada saraf optik, demikian pula
perdarahan dan edema sekitar saraf optik. Penglihatan akan berkurang setelah cedera mata.
Terdapat reaksi defek aferen pupil tanpa adanya kelainan nyata pada retina. Tanda lain yang
dapat ditemukan adalah gangguan penglihatan warna dan lapangan pandang. Papil saraf optik
dapat normal beberapa minggu sebelum menjadi pucat.
Diagnosis banding penglihatan turun setelah sebuah cidera mata adalah trauma retina,
perdarahan badan kaca, trauma yang mengakibatkan kerusakan pada kiasam optik. Pengobatan
adalah dengan merawat pasien pada waktu akut dengan membei steroid. Bila penglihatan
memburuk setelah steroid maka perlu dipertimbangkan untuk pembedahan.

3. Trauma kimia
o Trauma asam, bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi pengendapan
ataupun penggumpalan protein permukaan sehingga bila konsentrasi
tidak tinggi maka kerusakannya hanya pada bagian superficial saja. Pengobatan dapat
dilakukan dengan irigasi jaringan yang terkena secepatnya dan selama mungkin untuk
menghilangkan dan melarutkan bahan.
o Trauma basa, alkali akan menembus dengan cepat ke kornea, bilik mata depan, dan sampai ke
jaringan retina. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan
kimia alkali bersifat koagulasi sel dan terjadi proses penyabunan disertai dengan dehidrasi.

Menurut klasifikasi Thoft maka trauma basa dapat dibedakan:


 Derajat 1: Hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitispungtata.
 Derajat 2: Hiperemi konjungtiva disertai dengan hilang epitel kornea.
 Derajat 3: Hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel kornea.
 Derajat 4 : Konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%.
Tindakan yang dilakukan adalah secepatnya melakukan irigasi dengan garam fisiologik.
Sebaiknya irigasi dilakukan selama mungkin. Penderita diberi sikloplegia, antibiotik, EDTA untuk
mengikat basa.

4.Trauma radiasi, yang sering ditemukan adalah radiasi sinar inframerah, sinar ultraviolet, sinar X
dan sinar terionisasi. Sinar ionisasi dibedakan dalam bentuk:
 Sinar alfa yang dapat diabaikan
 Sinar beta yang dapat menembus 1cm jaringan
 Sinar gamma dan
 Sinar-x
Sinar ionisasi dan sinar-x dapat menyebabkan katarak dan rusaknya retina. Dosis katarak togenik
bervariasi sesuai dengan energi dan tipe sinar, lensa yang lebih mudah dan lebih peka. Akibat
dari sinar ini pada lensa, terjadi pemecahan diri sel epitel secara tidak normal. Sedangkan sel
baru yang berasal dar sel germinatif lensa tidak menjadi jarang.
Sinar-x merusak retina dengan gambaran seperti kerusakan yang diakibatkan
diabetes melitus berupa dilatasi kapilar, perdarahan, mikroaneuris mata , dan eksudat.
Luka bakar akibat sinar-x dapat merusak kornea, yang mengakibatkan kerusakan permanen yang
sukar diamati. Biasanya akan terlihat sebagai keratitis dengan iridosiklitis ringan. Pada keadaan
yang berat akan mengakibatkan parut konjungtiva atrofi sel goblet yang akan menggangu fungsi
air mata. Pengobatan yang diberikan adalah antibiotik topikal dengan steroid 3 kali sehari dan
sikloplegik 1 kali sehari. Bila terjadi simblefaron pada konjungtifa dilakukan tindakan
pembedahan

KOMPLIKASI
Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya trauma, dan jenis trauma yang terjadi.
Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa pada mata antara lain :
1. Simblefaron
2. Kornea keruh, edema, neovaskuler
3. Katarak traumatik, merupakan katarak yang muncul sebagai akibat cedera pada mata yang dapat
merupakan trauma perforasi ataupun tumpul yang terlihat sesudah beberapa hari ataupun
beberapa tahun. Katarak traumatik ini dapat muncul akut, subakut, atau pun gejala sisa dari
trauma mata. Trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak, selain
menyebabkan kerusakan kornea, konjungtiva, dan iris. Komponen basa yang masuk mengenai
mata menyebabkan peningkatan PH cairan akuos dan menurunkan kadar glukosa dan askorbat.
Hal ini dapat terjadi secara akut ataupun perlahan-lahan. Trauma kimia dapat juga disebabkan
oleh zat asam, namun karena trauma asam sukar masuk ke bagian dalam mata dibandingkan basa
maka jarang
4. Phtisis bulbi
PROGNOSIS
Trauma kimia pada mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan berat jangka panjang dan rasa tidak
enak pada mata. Prognosinya ditentukan oleh anestesi kornea dan bahan alkali penyebab trauma tersebut.
Terdapat 2 klasifikasi trauma basa pada mata untuk menganalisis kerusakan dan beratnya kerusakan.

Anda mungkin juga menyukai