Anda di halaman 1dari 3

Keanekaragaman Fosil Mollusca di Sungai Rindam, Kecamatan

Tembalang, Kota Semarang


Fathia Nabila Azzahra1
1
Teknik Geologi, Universitas Diponegoro
Fathia.nabila2000@gmail.com
Abstrak
Mollusca merupakan hewan lunak dengan kelimpahan spesies hidup yang melimpah hingga
sekarang. Menurut Campbell et al (2003), anggota filum mollusca lebih dari 150.000 spesies yang telah
diketahui. Sebagian besar mollusca hidup di laut dangkal, tetapi sebagian ada yang ditemukan di air
tawar dan daratan. Pada waktu ini filum mollusca merupakan filum hewan yang sangat penting.
Mollusca memperlihatkan keanekaragaman yang luas dalam pola struktur tubuhnya. Penelitian ini
dilakukan menggunakan data primer dengan mengamati dan mendeskripsikan secara langsung fosil
mollusca di lapangan. Persebaran keanekaragaman fosil mollusca pada Sungai Rindam ditemukan
dengan kelas pelecypoda dan gastropoda. Fosil yang ditemukan dalam keadaan belum mengalami
kerusakan yang signifikan, namun hanya sebelah pasang cangkang. Diindikasikan daerah tersebut
merupakan laut dangkal pada zaman dahulu.
Kata kunci : Mollusca, Gastropoda, Pelecypoda

I. Pendahuluan keanekaragaman jenis filum Mollusca yang


Mollusca merupakan hewan lunak hidup pada sungai tersebut.
dengan kelimpahan spesies hidup yang
melimpah hingga sekarang. Menurut II. Geologi Regional
Campbell et al (2003), anggota filum mollusca STRATIGRAFI
lebih dari 150.000 spesies yang telah Stratigrafi daerah Ungaran dapat
diketahui. Sebagian besar mollusca hidup di dikelompokkan menjadi beberapa formasi
laut dangkal, tetapi sebagian ada yang yang secara umum termasuk kelompok batuan
ditemukan di air tawar dan daratan. Pada vulkanik dan batuan sedimen. Formasi yang
waktu ini filum mollusca merupakan filum ada yaitu :
hewan yang sangat penting. Mollusca 1. Formasi Kerek ( Tmk)
memperlihatkan keanekaragaman yang luas Litologi batu lempung berwarna abu-abu
dalam pola struktur tubuhnya. muda – tua, gampingan sebagian
Pada sungai yang terdapat di Rindam, bersisipan dengan batu lanau, batupasir
Tembalang, ditemukan beberapa fosil hewan mengandung fosil moluska dan koloni
yang tersebar pada batuan-batuan di tepi koral. Tersingkap di Banyumanik, sebelh
sungai. Fosil-fosil hewan tersebut sebagian timur Ungaran, Lembah terdiri dari
besar termasuk dalam filum Mollusca. perselingan batu lempung napal, batu pasir
Keberadaan filum Mollusca pada suatu tempat tufan, konglomerat, breksi vulkanik dan
dapat menjelaskan proses yang telah terjadi batu gamping Kali Kripik, Kali Kreo, dan
pada daerah tersebut, karena fosil Mollusca Kali Garang serta di sekitar Jabungan.
merupakan salah satu fosil indeks. Hal 2. Formasi Kaligetas
tersebut dikarenakan Mollusca memiliki Batuannya terdiri dari breksi dan
bagian tubuh yang keras yang tidak mudah lahar dengan sisipan lava dan tuf halus
hancur dan persebaran Mollusca sangat luas. sampai kasar, setempat di bagian
Pada penelitian ini, dilakukan bawahnya ditemukan batu lempung
pengamatan secara langsung dan menganalisis mengandung moluska dan batu pasir
fosil-fosil Mollusca yang berada di Sungai tufaan. Breksi dan lahar berwarna coklat
Rindam. Jenis filum Mollusca yang berada di kehitaman, dengan komponen berupa
Sungai Rindam, Kecamatan Tembalang belum andesit, basalt, batuapung dengan masa
banyak diketahui spesiesnya. Oleh karena itu, dasar tufa,komponen umumnya menyudut
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui - menyudut tanggung, porositas sedang
hingga tinggi, breksi bersifat keras dan
kompak, sedangkan lahar agak rapuh. III. Metode Penelitian
Lava berwarna hitam kelabu, keras Penelitian ini dilakukan menggunakan
dan kompak. Tufa berwarna data primer, dengan mengamati dan
kuning keputihan, halus- kasar, porositas mendeskripsikan secara langsung fosil
tinggi, getas. Batu lempung, berwarna mollusca di lapangan, dan melalui data
hijau, porositas rendah,agak keras dalam sekunder, berdasarkan studi pustaka.
keadaan kering dan mudah hancur dalam
keadaan basah. Batu pasir tufaan, coklat IV. Hasil dan Pembahasan
kekuningan, halus - sedang, porositas Pada proses pengamatan secara
sedang, agak keras. langsung, ditemukan fosil-fosil Mollusca
yang tersebar di tepi sungai. Fosil tersebut
terletak menempel pada sebuah litologi
batuan, sebagian ada yang sudah hancur, ada
juga yang berbentuk lepasan.
Pada bagian sungai yang terletak
sedikit keatas, ditemukan beberapa fosil
Mollusca, ada yang masih berbentuk utuh
maupun sudah hancur. Fosil yang
diidentifikasi pada daerah ini berjumlah 2
fosil dari berbagai macam fosil yang
ditemukan. Terdapat fosil Gastropoda dan
Pelecypoda. Fosil tersebut dalam keadaan
terkubur pada batulempung dan sedikit
hancur. Pada fosil Pelecypoda hanya
terdapat setengah pasang cangkang.
Diintepretasikan bahwa fosil tersebut
terpisah dari cangkang pasangannya pada
saat tertransportasi. Bodi kedua fosil
tersebut sedikit hancur diinterpretasikan
akibat pada saat tertransportasi terbentur
material-material lain dan mengalami abrasi,
karena disekitarnya terdapat batuan dengan
fragmen besar seperti bongkah. Kerusakan
MORFOLOGI bodi fosil juga dapat diakibatkan oleh
a. Daerah Bergelombang terjadinya hujan sehingga fosil tersebut
Satuan morfologi ini umumnya korosi. Di sekitar fosil yang diidentifikasi
merupakan punggungan, kaki bukit dan tersebut masih terdapat fosil yang
lembah sungai, mempunyai bentuk terendapan di dalam batulempung, namun
permukaan bergelombang halus dengan bodinya tidak utuh dan sangat rapuh.
kemiringan lereng medan 5 - 10% (3-9%), Diinterpretasian bahwa fosil tersebut telah
ketinggian tempat antara 25 - 200 m dpl. ada lebih dahulu daripada fosil utuh yang
Luas penyebarannya sekitar 68,09 km2. diidentifikasi tersebut, karena bentuknya
(17,36%) dari seluruh daerah Semarang. yang lebih rapuh dan tidak utuh lagi.
b. Dataran Tinggi
Merupakan bagian Satuan Wilayah
Sungai Kali Garang yang berhulu di Kaki
Gunung Ungaran. Anak sungai berpola
meranting, dan masih terus mengikis
tegaklurus kebawah kearah hulu dengan
kuat, membentuk daerah yang mempunyai
derajaterosi yang tinggi dan luas.
Gambar 2. Fosil Pelecypoda dan Gastropoda
Pada bagian sungai yang ke bawah,
ditemukan beberapa fosil Mollusca yang
meneel pada litologi batupasir dan
batulempung. Fosil Mollusca yang
ditemukan termasuk kelas Pelecypoda
dengan ukuran yang kecil. Fosil tersebut
dengan keadaan bodi yang cukup utuh
namun hanya sebelah pasang cangkangnya
saja. Pada batulempung juga terdapat fosil Gambar 3. Fosil pada batulempung
cast atau hasil cetakan dari tubuh fosil Dari fosil yang ditemukan, dapat
tersebut. Cast tersebut dalam keadaan belum diinterpretasikan bahwa keanekaragaman
terlitifikasi sempurna, sehingga fosil filum Mollusca yang terdapat pada
diinterpretasikan bahwa proses terbentuknya Sungai Rindam berupa Gelecypoda dan
belum lama terjadi. Cast dapat terbentuk gastropoda. Fosil tersebut tertransportasi
akibat adanya pembebanan kepada fosil dari bagian atas dan kemudian mengendap
terhadap batulempung tersebut. pada lingkungan pengendapan. Keberadaan
Diinterpretasikan bahwa pembebanan fosil Mollusca diinterpretasikan bahwa
tersebut berasal dari air sungai yang naik daerah tersebut merupakan laut dangkal
sehingga fosil tersebut terbebani, ataupun pada zaman dahulu. Hal tersebut dapat
dari longsoran yang menimpa fosil tersebut didukung dari litologi batuan yang
yang kemudian tersingkap. Tidak jauh dari mengandung karbonatan. Karena material di
cast tersebut, ditemukan fosil Mollusca sekitar fosil yang mengendap berukuran
dengan kelas Pelecypoda. Fosil tersebut halus membuat fosil tersebut memiliki
memiliki bentuk yang serupa dengan cast, bentuk cangkang yang tidak mengalami
sehingga dapat diinterpretasikan bahwa fosil banyak kerusakan, karena tidak banyak
tersebut yang membentuk cetakan atau cast. bergesekan dengan material yang kasar.
Terlihat juga bahwa lebih banyak ditemukan
fosil pada batulempung. Hal tersebut
diinterpretasikan karena material lempung
memiliki daya kohesi yang kuat sehingga
fosil-fosil tersebut banya yang terendapkan
pada batulempung

V. Kesimpulan
Persebaran keanekaragaman fosil
mollusca pada Sungai Rindam ditemukan
dengan kelas pelecypoda dan gastropoda.
Fosil yang ditemukan dalam keadaan belum
mengalami kerusakan yang signifikan, namun
hanya sebelah pasang cangkang.
Keadaan fosil Mollusca yang terdapat pada Diindikasikan daerah tersebut merupakan laut
batulempung dan batupasir tidak banyak dangkal pada zaman dahulu.
kerusakan. Hal tersebut dintepretasikan pada
saat tertranportasi, material di sekelilingnya
REFERENSI
berukuran halus, sehingga tidak banyak [1] Campbell, N A., J. B. Reece, n L. G. Mitchel.
membentur tubuh fosil tersebut dan tingkat 2003. Biologi Jilid 2 edisi ke-5. Jakarta:
abrasinya rendah. Hujan yang turun di Erlangga.
daerah tersebut membuat fosil tersebut [2] Yayasan Studi Kurikulum Biologi. 1992. Biologi
mengalami korosi, namun tidak terlalu Umum. Jakarta: Gramedia.
intent, sehingga fosil tersebut tidak terlalu
mengalami kerusakan.

Anda mungkin juga menyukai