Anda di halaman 1dari 220

PENDAHULUAN TENTANG AG EN roorganisme juga berespons serupa terhadap tekanan

antibiotik. Konsekuensi yang tidak dapat dihindari dari


ANTIMIKROBA
penggunaan antirnikroba adalah adanya seleksi mikro-
Agen antimikroba merupakan salah satu contoh kemajuan organisme yang resisten; hal ini mungkin merupakan
dalam dunia pengobatan modern yang paling dramatis. contoh evolusi yang paling nyata. Penggunaan antibiotik
Banyak penyakit infeksi yang dahulu dianggap tidak yang berlebihan dan tidak tepat-guna sangat meningkat-
dapat diobati dan mematikan saat ini dapat diobati hanya kan prevalensi patogen yang resisten terhadap beberapa
dengan menggunakan beberapa pil. Aktivitas obat anti- obat sehingga beberapa orang berspekulasi bahwa kita
mikroba yang sangat kuat dan spesifik timbul akibat sedang mendekati akhir era antibiotik. Sayangnya, seiring
selektivitasnya terhadap sasaran kerjanya, baik yang unik meningkatnya kebutuhan akan antibiotik dalam beberapa
untuk mikroorganisme maupun yang jauh lebih banyak/ tahun terakhir ini, laju perkembangan obat baru mulai
lebih penting berada di mikroorganisme daripada di tubuh melambat. Sasaran molekular obat antimikroba yang
manusia. Beberapa sasaran antimikroba antara lain enzim paling rentan telah berhasil dikenali, dan pada beberapa
penyintesis dinding sel pada jamur dan bakteri (lihat Bab kasus, telah berhasil dikristalisasi dan dikarakterisasi.
43 dan 48), ribosom bakteri (lihat Bab M dan 45), enzim Sampai ditemukannya sasaran obat dan senyawa yang
yang diperlukan untuk sintesis nukleotida dan replikasi baru, tampaknya pada dekade berikutnya, kita hanya akan
DNA (lihat Bab 46), dan mekanisme replikasi virus (lihat dapat mengandalkan kelompok-kelompok obat yang saat
Bab 49). Kelompok obat khusus yang digunakan pada ini tersedia. Ketika berurusan dengan resistensi obat yang
infeksi mikobakteri dibahas dalam Bab 47. Antiseptik dan semakin berkembang, kita perlu berupaya keras untuk
disinfektan yang lebih tua dan kurang selektif dibahas mempertahankan efektivitas kelompok-kelompok obat
dalam Bab 50. Penggunaan klinis semua agen ini disajikan tersebut.
dalam Bab 51.
Mikroorganisme dapat beradaptasi terhadap tekanan
lingkungan melalui berbagai cara yang efektif, dan mik-

747
i,h:,yahg'Aktif, di'
Membrdnrsel
Henry F. Chambers, MD

i.tif.'-ji;i"*:i:;;ii:ri. j.':f..'i lii':::.r-'...'


yang tidak menghasilkan B-laktamase. Akan tetapi, jenis
a..: SENYAWA BETA.LAKTAM ini hanya sedikit efektif terhadap batang gram-negatif, dan
rentan dihidrolisis oleh B-laktamase.
PENISILIN 2. Penisilin antistafilokokus (misalnya, nafsilin)-Jenis
penisilin ini resisten terhadap B-laktarnase stafilokokus.
Golongan penisilin mernpunyai persamaan sifat kinriawi,
Jenis ini efektif terhadap stafilokokus clan streptokokus
mekanisme kerja, farmakologi, dan karakteristik imuno-
tapi tidak efektif terhadap enterokokus, bakteri anaerob,
logis dengan sefalosporin, monobaktam, karbapenem, dan
dan kokus serta batang grarn-negatif.
penghambat p-laktamase. Semua obat tersebut merupa-
kan senyawa B-laktam yang dinarnakan demikiar-r karena
3. Penisilin berspektrum-luas (ampisilin dan penisilin
antipseudomonas)
mempunyai cincin laktam beranggota-ernpat yang unik. -Jenis penisilin ini tetap merniliki spek-
trum antibakteri seperli penisilir-r tetapi efektivitasnya me_
ningkat terl-radap organisme grarn-negatif. Namun, seperti
Kimiawi
penisilin, jenis ini renban dilridrolisis oleh B-laktamase.
Semua penisilin mempunyai struktur dasar yang disajikan
pada Gambar 43-1. Suatu cincin tiazolidin (A) melekat pada B. PenaarNruKAN DAN Urult Perursluru
cincin B-laktam (B) yang membawa suatu gugus amino Pada awalnya, aktivitas penisilin G dinyatakan dalam
sekunder (RNH-). Substituen (R; contoh disajikan pada unit. Penisilin G kristalin natrium mengandung sekitar
Gambar 43-2) dapat dilekatkan pada gugus anrino terse- 1600 unit per mg (1 unit = 0,6 mcg; 1 juta unit penisilin
but. Integritas struktur inti asarn 6-aminopenisilinat pen- = 0,6 g). Kebanyakan penisilin semisintetis diresepkan
ting untuk aktivitas biologis senyawa ini. Hidrolisis cirrcin berdasarkan beratnya daripada unihrya. Konsentrasi in-
p-laktam oleh B-laktamase milik bakteri menghasilkan hibitoris minimurn (ninh t uurt irtlibitoty concentr at iot r,
asam penisiloat yang tidak mempunyai aktivitas anti- MIC) penisilin (atau antimikroba lainnl'a) biasanya cli-
bakteri. nyatakan dalarn mcg/mL. Kebanyakar-r penisilirr diberikar-r
dalarn bentuk garam natrium atau kalium dari asam bebas.
A. Kusrnxnsr
Penisilin G kalium ruengandung sekitar 7,7 nEq K* per
Substituen gugus asanl 6-aminopenisilanat menentukan juta unit penisilin (2,8 nEq/ g). Nafsilin mengandung Na*,
sifat farmakologis dan antibakteri utama rnolekul yang 2,8 mEq/g. Garam prokain dan garam benzatin menjadi
dihasilkan.' Penisilin dapat digolongkan ke dalar.n salah bentuk penisilin G depot urrtuk penyuntikan intrarnus-
satu dari tiga kelompok (bawah). Senyan'a-senyawa da- kular, Pada bentuk kristalin kering, gararrr penisilin stabil
larn tiap kelompok tersebut relabif stabil terhadap asarn selanra bertal-run-tahun dalam suhu 4oC. penisilin dalam
lambung dan dapat diberikan per oral, misalnya, penisilin benfuk larutan kehilangan efek antibakterinva dengan
V, dikloksasilin, dan arnoksisilin. Rantai samping beberapa cepat (misalnya, 24 jant pada suhu 200C) sehingga harus
obat perwakilan kelompok tersebut disajikarr pada Gam- segera diberikan sesudah penisilin kering dilarutkan.
bar 43-2, dengan beberapa ciri khas pembeda.
1. Penisilin (misalnya, penisilin G)-Jenis penisilin ini Mekanisme Kerja
memiliki aktivitas terkuat terhadap organisme gram- Penisilin, seperti semua antibiotik p-laktam, menghambat
positif, kokus gram-negatif, dan mikroorganisme anaerob pertumbuhan bakteri dengan ntengganggu reaksi trans-

748
-
ANTIBIOTIK BETA.LAKTAM & ANTIBIOTIK LAIN YANG AKTIF DI DINDING DAN MEMBRAN SEL I 749
Rmioase-f T T N-asetilglukosamin dan asam N-asetilmurarnat (Gambar
^
Rlil 43-4). Suatu peptida yang rnengandung lima asam amino
-l-i,,'o\""cHs
iti A i)fiHt PENrcrLrN dikaitkan dengan gula asarn N-asetilmuramat. Peptida ini
/c-N-c' \COOH berakhir di D-alanil-D-alanin. Penicillitt-hinding protein (PBP,
O-/ 1\Lactamase
suatu enzim) memotong alanin terminal tersebut pada
Subsitusl oleh asam 6-aminoponisllanat proses pembentukan suatu ikatan-silang dengan peptida
di dekatnya. Ikatan-silang tersebut membuat struktur din-
OH H H ding sel menjadi kaku. Antibiotik B-laktam/ yang secara
ll I i i-s.--C:/H
R._C_N_C-Cz
struktural merupakan analog substrat PBP yaitu, D-Ala-D-
' ls I A l-H alamiah, berikatan secara kovalen dengan tempat aktif di
cEpHALospoRrN
PBP. Ikatan ini menghambat reaksi transpeptidase (Gam-
Or.C-r.r /a-arr_*,
I
bar 43-5), menghentikan sintesis peptidoglikan sehingga
cooH sel akan mati. Mekanisrne pasti kematian sel tidak sepe-
Substitusi oleh asam 7-aminosefalosporanat nuhnya dimengerti, tetapi autolisin dan gangguan morfo-
genesis dinding sel tampaknya ikut terlibat. Penisilin dan
OH H H sefalosporin mernbunuh sel bakteri hanya jika sel bakteri
ilti
R-c-N-l-i-cH3 i tersebut aktil bertumbuh dan menyintesis dinding sel.
MONOBACTAM
Resistensi
o--t-*-r0,,-, Resistensi terhadap penisilin dan B-laktam lairurya di-
Substltusi oleh asam 3-amino-4-metilmonobaktamat sebabkan oleh salah satu dari empat mekanisrne umum
(aztreonam)
berikut: (1) inaktivasi antibiotik oleh B-laktamase, (2) mo-
difikasi PBP target, (3) gangguan penetrasi obat untuk
HOHH
-l l-i-r _R
mencapai PBP sasaran, dan (4) efluks. Produksi p-lakta-
mase merupakan mekanisme resistensi yang paling
umum dijurnpai. Beratus-ratus BJaktamase yang berbeda
";,11-trL"; CARBAPENEM telah diidentifikasi. $eberapa B-laktamase, seperti yang
diproduksi oleh Sttrphylococcus cwreus, Haemophilus sp,
dan Escheicltia coli, memiliki spesifisitas terhadap substrat
ii- yang relatif sempit sehingga lebih menginaktivasi penisilin
R:-CH2-CH2- NH-CH
ketimbang sefalosporin. p-laktamase lainnya, seperti
Substitusi oleh asam 3-hidroksietilkarbapenemat
(imipenem) p-laktarnase AmpC yang dihasilkan oleh Pseudontonas aeru-
ginosa dan Enterobacter sp, dan BJaktamase berspektrum-
Gambar 43-1. Struktur inti empat keluarga antibiotik
luas (ex tended-spectrum p-Iactamase, ESBL), menghidrolisis
B-laktam. Cincin yang ditandai dengan huruf B pada
tiap struktur adalah cincin B-laktam. Penisilin rentan sefalosporin dan penisilin. Karbapenem sangat resisten ter-
dimetabolisme oleh bakteri dan diinaktivasi oleh amidase hadap hidrolisis oleh penisilinase dan sefalosporinase tapi
dan laktamase pada titik-titik yang disajikan. Perhatikan
dihidrolisis oleh metallo-B-laktamase dan karbapenemase.
bahwa karbapenem memiliki konfigurasi stereokimiawi yang
berbeda pada cincin laktam, yang tampaknya mendasari Perubahan PBP target merupakan dasar resistensi ter-
resistensi terhadap p-laktamase. Substituen untuk keluarga hadap melisilin pada stafilokokus dan dasar resistensi
penisilin dan sefalosporin masing-masing disajikan pada terhadap penisilin pada pneumokokus dan enterokokus.
Gambar 43:2 dan 43-6. Organisme yang resisten tersebut menghasilkan PBP yang
berafinitas rendah terhadap peningkatan dengan antibiotik
B-laktam sehingga organisme tersebut tidak dihambat,
peptidasi dalam sintesis dinding sel bakteri. Dinding kecuali pada konsentrasi obat yang relatif tinggi, yang
sel adalah suatu lapisan luar yang kaku dan khas untuk sering kali tidak tercapai dapat secara klinis.
spesies bakteri, dan sepenuhnya membungkus rnembran Resistensi karena gangguan penetrasi unfuk mencapai
sitoplasma (Gambar 43-3), mempertahankan bentuk dan PBP sasaran hanya terjadi pada spesies gram-negatif ka-
integritas sel, dan mencegah lisis sel akibat tekanan osmo- rena spesies ini memiliki membran dinding sel luar yang
tik tinggi. Dinding sel tersusun dari suatu polimer polisa- impermeabel, sedangkan bakteri gram-positif tidak memi-
karida dan polipeptida berikatan-silang yang kompleks, Iiki membran ini. Antibiotik p-laktam melintasi rnembran
yakni peptidoglikan (murein, mukopeptida). Polisakarida luar dan memasuki organisme gram-negatif via kanal
ini mengandung gula amirro yang berselang-seling, yakni protein membran luar (porin). Ketiadaanatau berkurangnya
750 I BAB 43

Temparkerjaamidasr)
T ,_s\ -cHg
R-N_CH_CH C:
O c-N-cH-cooH
l@l @ l-cH'
ilt\Tempatkerjapenisilinase
O
(mem6cah cincin p-laktam)

Asam 6-amlnopenisilanat

Masing-masing struKur berikul dapat disubstitusi pada R untuk menghasilkan penisilin baru

o
il
cH- c-
I

Penicilin G (benrylpenicilin): 0xacillin (tidakada atom Cl); cloxacillin (satu Cl pada stuktur); dicloxacillin
AKivitas tinggi terhadap baKeri gnm-positif. Aktivitas rendah terhadap (2 Cl pada struhur); flucloxacillin (satu Gl dan satu F pada struKur)
baKeri gram-negatif. Bersifat labil terhadap asam. Dihancurkan oleh p- (penicillin isoxazolyl):
lahamase. 60% terikat protein. Serupa dengan metisilin dalam resistensi plaKamase, tetapi stabil terhadap
asam. Dapal digunakan per oral. Sangat terikat pada protein (95-98%).

o"
(itro- cH-c-
I
o
il

-oc2H5 NHz

Nalclllin (ethorynaphlhamidopenicilin): Ampicillln (alpha-aminobenrylpenicillin):


Serupa dengan p€nisilin isoksazolil. Kurang kuat terikat pada protein (90%). Serupa dengan Penisilin G (dihancurkan oleh plaKamase) tapi stabil terhadap
Resisten terhadap plahamase stalilokokus, asam dan lebih aKifterhadap bakteri gram-negatif. Kabenisilin memilki gugus
-COONa menggantikan NHr.

0
il
mCH-C-
ll\./ ll 1"",, "-Oi:,!-
Ticarcillln: Am9xicillin:
Serupa dengan karbenisilin tetapi kadamya dalam darah lebih tinggi. Serupa dengan ampicillin tapi lebih mudah diabsorpsi sehingga kadamya lebih
Piperasilin, azlosilin, dan mezlosilin menyerupai tikarsilin dalam kerjanya tinggi dalam darah.
terhadap baKeri aerob gram-negatif.

Gambar 43-2. Rantai samping beberapa penisilin (gugus R pada Gambar 43-1).

iumlah kanal tersebut dapat sangat mengganggu masuknya dapat menghasilkan pompa efluks; pompa ini terdiri atas
obat ke dalam sel. Penetrasi yang buruk saja biasanya tidak komponen protein sitoplasmik dan periplasmik yang se-
cukup menimbulkan resistensi, karena pada akhimya, cara efisien mentranspor beberapa antibiotik B-laktam dari
jumlah antibiotik yang masuk ke dalam sel akan cukup periplasma kembali melintasi membran luar.
untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Akan tetapi,
halangan ini sangat penting dengan adanya BJaktamase, Farmakokinetik
bahkan yang relatif kurang aktif sekalipun, asalkan laju Absorpsi obat per oral dapat sangat berbeda untuk tiap
hidrolisis obat oleh p-laktamase lebih cepat daripada laju penisilin, dan sebagian bergantung pada kestabilan terhadap
masuknya obat ke dalam sel. Organisme gram-negatif juga asam dan ikatan proteinnya. Absorpsi nafsilin di saluran
ANTIBIOTIK BETA.LAKTAM & ANTIBIOTIK LAIN YANG AKTIF DI DINDING DAN MEMBRAN SEL I 751
Porin

Dinding
sel
Peptidoglikan

CO
ji:?{.;;:,}is' fi Membran
sitoplasmik

fiftrll,fr
.dlJJJdd
ff$
"S***S

Gambar 43-3. Diagram sederhana selubung sel bakteri gram-negatif. Membran luar, yakni suatu
lapisan lipid ganda, dijumpai pada organisme gram-negatif tapi tidak gram-positif. Membran ini
ditembus oleh porin, protein yang membentuk kanal yang menjadi akses hidrofilik ke membran
sitoplasmik. Lapisan peptidoglikan bersifat unik pada bakteri dan lebih tebal pada organisme
gram-positif ketimbang pada organisme gram-negatif. Membran luar bersama dengan lapisan
peptidoglikan membentuk dinding sel. Penicilllin-binding protein (PBP) adalah protein membran
yang membentuk ikatan-silang peptidoglikan. B-laktamase, jika ada, terdapat di ruang periplasmik
atau pada permukaan luar membran sitoplasmik; di tempat ini, B-laktamase dapat menghancurkan
antibiotik B-laktam yang menembus membran luar.

cema bersifat erotik sehingga tidak cocok diberikan per bentuk obat bebas; konsentrasi obat ditentukan oleh ikatan
oral. Dikloksasilin, ampisilin, dan amoksisilin relatif stabil obat dengan protein. Penisilin yang sangat terikat pada
terhadap asam dan diabsorpsi dengan baik, menghasilkan protein (misalnya, nafsilin) umumnya mencapai konsen-
konsentrasinya dalam serum sekitar 4-8 rncg/ml pada trasi obat bebas yang lebih rendah dalam serum ketim-
dosis oral 500 m$. Absorpsi sebagian besar penisilin oral bang penisilin yang kurang terikat pada protein (misal-
(kecuali amoksisilin) terganggu oleh makanan sehingga nya, penisilin G, ampisilin). Ikatan dengan protein menjadi
obat tersebut harus diberikan setidakny a L-2 jam sebelum relevan secara klinis jika persentase obat yang terikat
atau sesudah makan. pada protein mencapai sekitar 95% atau lebih. Penisilin
Setelah pemberian parenteral, absorpsi kebanyakan terdistribusi secara luas dalam cairan tubuh dan jaringan,
penisilin terjadi secara utuh dan cepat. Pemberian melalui dengan beberapa pengecualian. Penisilin merupakan mo-
jalur intravena lebih disukai daripada jalur intramusku- lekul yang polar sehingga konsentrasi penisilin intrasel
lar karena injeksi dosis besar intramuskular menimbulkan jauh lebih sedikit daripada konsentrasi penisilin dalam
iritasi dan nyeri setempat. Konsentrasi dalam serum 30 cairan ekstrasel.
menit pascainjeksi intravena 1 g penisilin (setara dengan Penisilin benzatin dan prokain dibuat untuk menunda
sekitar 1.,6 juta unit penisilin G) adalah 20-50 mcg/mL. absorpsi sehingga konsentrasi penisilin lebih lama berada
Hanya sedikit dari total obat dalarn serum dijumpai dalam dalam darah dan jaringan. Injeksi intramuskular tunggal
752 / BAB 43

1.,2 juta unit penisilin benzatin rnempertahankan kadar


serumdi atas 0,02 mcg/ml selama 10 hari, yang cukup
untuk menangani infeksi streptokokus B-hemolitikus.
Setelah 3 minggu, kadarnya masih melebihi 0,003 mcg/
l-Ala
mL, yang cukup untuk mencegah infeksi streptokokus
B-hemolitikus. Dosis penisilin prokain sebesar 600.000 unit
I

R
l-Ala
menghasilkan konsentrasi puncak sebesar 1.-2 mcg/ mL
dan secara klinis berrnanfaat selama '12-24 jam pascainjeksi
I

R
intramuskular tunggal.
Konsentrasi penisilin dalam sebagian besar jaringan
serupa dengan konsentrasinya dalam serum. Penisilin ju-
ga diekskresikan dalam sputurn dan susu dengan kadar
L-Ala sebesar 3-15% kadamya dalam serurn. Penetrasinya ke
jaringan mata, prostat, dan susunan saraf pusat buruk.
l-Ala +
o-Glu
I

Akan tetapi, pada radang meningen yang aktif, seperti


I
pada meningitis bakterialis, konsentrasi penisilin sebesar
I
1-5 mcg/mL dapat dicapai dengan dosis parenteral harian
r--Lys lGly]s
- sebesar 18-24 juta unit. Konsentrasi ini cukup untuk

rj: I
* membunuh galur pneumokokus dan rneningokokus yang

lt lGlyls* o-Ala
rentan.
I
Penisilin cepat diekskresi oleh ginjal; sejumlah kecil
o-Ala
diekskresi melalui jalur,lain. Sekitar 10% ekskresi ginjal
terjadi melalui filtrasi glomerulus dan 90% oleh sekresi
L ,i. di tubulus ginjal. Waktu-paruh normal penisilin G adalah
t_ sekitar 30 n'renif pada gagal ginyal, dapat mencapai 10 jam.
|
r'""p.pta"*
| Ampisilin dan penisilin berspektrum-luas disekresi lebih
*t
|

lambat ketimbang penisilin G dan n'rempunyai waktu-


paruh selan'ra 1jam. Untuk penisilin yang dibersihkan oleh

o,^.
ginjal, dosisnya harus disesuaikan menurut fungsi ginjal;
pernberian sekitar seperempat hingga sepertiga dosis
M normal dilakukan jika bersihan kreatinin ginjal sebesar 10

AR mL/menit atau kurang (Tabel 43-1).

V
L-Ala
Nafsilin terutama dibersihkan melalui ekskresi empedu.
I

R
Oksasilin, dikloksasilin, dan kloksasilin dieliminasi oleh
G ekskresi ginjal dan empedu; penyesuaian dosis obat-obat
ini tidak diperlukan pada gagal ginjal. Karena bersih-
an penisilin kurang efisien pada neonatus, dosis yang

M o,^.
r-Ala

A"i" Gambar 43-4. Reaksitranspeptidasi pada Staphylococcus

Yt
aureus yang dihambat oleh antibiotik B-laktam. Dinding sel
I
bakteri gram-positif terbuat dari rantai polimer peptidoglikan
o-Glu panjang yang tersusun dari aminoheksosa N-asetilglukosamin
G (G) dan asam N-asetilmuramat (M) yang berselang-seling
I
dengan rantai samping pentapeptida, yang dihubungkan
(pada 5. aureus) oleh jembatan pentaglisin. Komposisi
- lclyls-
r-Lys o-Ala L-Lys [Gly]5
- - pasti rantai samping bervariasi antar spesies. Diagram ini
I
mengilustrasikan segmen kecil dua rantai polimer dan rantai
o-Ala samping asam aminonya. Polimer linear ini harus berikatan-
silang melalui transpeptidasi rantai samping pada titik yang
I

I ditandai oleh tanda bintang untuk mencapai kekuatan yang


o-Ala + D-Ala diperlukan bagi viabilitas sel.
-w
ANTIBIOTIK BETA-LAKTAM & ANTIBIOTIK LAIN YANG AKTIF DI DINDING DAN MEMBRAN SEL I 753

\
PP-MG
l+
.',,:'n.r,.:,,6 ii
I

:.i,-:i..,
tji !il $
PP-MG-MG-MG- (t PP-MG-MG-MG-MG- pp

T-PP uurp \t\ rl(9


l-Ala
I
o-Glu \op- ur

I
L-L.ys
I

L-au

I
I

o-btu
o-Ala I
I L-lvs
rAla l'
' uDp_M ,'ti'
,DP-M fo
o-Ala

/ T
| / "\,
o-Ata
,-ir, / o-Ala

{- uDp-M-f--+
T*T*".[- ( *^
o r-Ala D-clu r--Lys
.-lV,
\ o-Ata-o-Ala ' t

Gambar 43-5. Biosintesis peptidoglikan dinding sel, menunjukkan berbagai tempat kerja lima antibiotik
(kotakyangdiwarnai;1=fosfomisin,2=sikloserin,3=basitrasin,4=vankomisin,5=antibiotikp-laktam)
Baktoprenol (BP) adalah karier membran lipid yang mentranspor unsur pembangun melintasi membran
sitoplasmik; M = asam N-asetilmuramat; Glc = glukosa, NacGlc atau G = N-asetilglukosamin.

hanya disesuaikan menurut berat badan menghasilkan A. Perurslr-u'r


konsentrasi sistemi! yang lebih tinggi untuk waktu yang
Penisilin G merupakan obat pilihan untuk infeksi yang
lebih lama ketimbang pada orang dewasa.
disebabkan oleh streptokokus, meningokokus, enteroko-
kus, pneumokokus yang rentan-penisilin, stafilokokus
Kegunaan Klinis yang tidak menghasilkan pJaktamase, Treponema palli-
Kecuali amoksisilin oral, semua penisilin harus diberikan dunt dan banyak spiroketa lainnya, spesies klostridium,
1-2 jam sebelum atau setelah makan; penisilin sebaiknya aktinomises, dan batang gram-positif serta organisme
tidak ditelan bersama makanan untuk meminimalkan ikat- anaerob gram-negatif yang tidak inenghasilkan p-lakta-
an dengan protein makanan dan inaktivasi oleh asam. Kadar mase. Bergantung pada organisme, tempat, dan derajat ke-
semua penisilin dalam darah dapat ditingkatkan dengan parahan infeksi, dosis efektif berkisar antara 4 sampai 24
pemberian probenesid secara simultan, Q5 g (10 mg/kg pada juta unit per hari yang diberikan intravena dalam empat
anak) setiap 6 jam per oral, yang menghambat sekresi asam atau enam dosis terbagi. Penisilin G dosis-tinggi dapat
lemah, seperti senyawa BJaktam, oleh tubulus ginjal. juga diberikan sebagai infus intravena secara kontinu.
754 I BAB43

Tabel 43-1. Panduan penentuan dosis beberapa penisilin yang lazim digunakan.

Penicillin
Penicillin G (lV) 1-4 mU q4-5h 25.000-400.000 un iVkg/ 75.000-150.000 uniU 50-75o/o
hari dalam 4-6 dosis kg/hari dalam 2 atau
3 dosis
Penicillin VK (PO) 0,25-0,5 g qid 25-50 mg/kg/hari dalam Tidak ada Tidak ada
4 dosis
Penicillin antistafilokokus
Cloxacillin, 0,25-0,5 g qid 25-50 mg/kg/hari dalam 100% 100o/o
dicloxacillin (PO) 4 dosis
Nafcillin (lV) 1-2 g q4-6h 50-100 mg/kg/hari 50-75 mg/kg/hari 100o/o 100%
dalam 4-5 dosis dalam2atau3dosis
Oxacillin (lV) 1-2 g q4-6h 50-100 mg/kg/hari 50-75 mg/kg/hari 100o/o 100o/o
dalam 4-5 dosis dalam2atau3dosis
Penicillin berspektrum-luas
Amoxicillin (PO) 0,25-05 g t.i.d. 20-40 mg/kg/hari dalam 66o/o 33o/o
3 dosis
Amoxicillin/kalium 500/125t.i.d.- 20-40 mg/kg/hari dalam 56o/o 330/o
clavulanate (PO) 8751125 mg b.i.d. 4-6 dosis
Piperacillin (lV) 3-4 g q4-5h 300 mg/kg/hari dalam 150 mg/kg/hari dalam 50-75% 25-33o/o
3 dosis 2 dosis
Ticarcillin (lV) 3 g q4-6h 200-300 mg/kg/hari 150-200 mg/kg/hari 50-75o/o 25-33o/o
dalam 4-5 dosis dalam2atau3dosis
lDosis total tidak boleh meiebihi dosis dewasa.
yang disajikan di sini adalah selama minggu pertama kehidupan. Dosis harian harus ditingkatkan sekitar 33-50% setelah minggu pertama
':Dosis
kehidupan. Kisaran dosis yang lebih rendah harus digunakan pada neonatus yang memiliki berat badan kurang dari 2 kg. Setelah bulan pertama
kehidupan, dosis anak dapat digunakan.

Penisilin V, suatu bentuk penisilin oral, hanya diindi- gonorea, saat ini jarang digunakan karena banyak galur
kasikan pada infeksi ringan karena bioavailabilitasnya re- yang resisten terhadap penisilin.
latif rendah, dosisnya perlu diberikan empat kali sehari,
B. Perursn-rrrt vANG REsrsrEN TERHADAp Bera-Lnxrnrtrnsg
dan spektrum,antibakterinya sempit. Amoksisilin (lihat
bawah) lebih sering digunakan sebagai pengganti.
Sranlororus (Mensruru, Nnrsruru, DAN PENrsrLrN
lsorsnzouu)
Penisilin benzatin dan penisilin G prokain untuk
suntikan intramuskular menghasilkan kadar obat yang Penisilin semisintetis ini diindikasikan untuk infeksi sta-
rendah tetapi bertahan lama. Suntikan tunggal penisilin filokokus yang menghasilkan BJaktamase, walaupun galur
benzatin sebanyak L,2 lfta unit secara intramuskular, streptokokus dan pneumokokus yang rentan terhadap
efektif sebagai terapi faringitis streptokokus p-hemolitikus; penisilin juga sensitif terhadap penisilin ini. Listeria, ente-
penisilin benzatin intramuskular yang diberikan setiap 3-4 rokokus, dan galur stafilokokus yang resisten terhadap
minggu sekali mencegah reinfeksi. Penisilin G benzatin metisilin resisten terhadap antibiotik jenis ini.
sebanyak 2,4 juta unit secara intramuskular sekali se- Penisilin isoksazolil, seperti oksasilin, kloksasilin, atau
minggu selama 1-3 minggu, efektif untuk terapi sifilis. dikloksasilin, sebanyak 0,25-0,5 g per oral tiap 4-6 jam
Penisilin G prokain, yang dulu merupakan andalan dalam (15-25 rng/kg/hari untuk anak), cocok digunakan sebagai
terapi pneumonia pneumokokus tanpa penyulit atau terapi infeksi stafilokokus setempat berderajat ringan
ANTIBIOTIK BETA-LAKTAM & ANTIBIOTIK LAIN YANG AKTIF DI DINDING DAN MEMBRAN sEL I 755
hingga sedang. Penisilin isoksazolil relatif stabil terhadap altematif lain yang lebih aktif dan ditoleransi lebih baik.
asam dan bioavailabilitasnya cukup baik. Akan tetapi, ma- Suatu karboksipenisilin yang memiliki aktivitas seruPa
kanan mengganggu absorpsinya sehingga obat harus di- dengan karbenisilin adalah tikarsilin. Tikarsilin tidak se-
berikan l jam sebelum atau setelah makan. aktif ampisilin dalam melawan enterokokus. Golongan
Untuk infeksi stafilokokus sistemik yang berat, oksa- ureidopenisihn, yakni piperasilin, mezlosilirL dan azlosi-
silin atau nafsilin sebany ak 8-12 g/hari diberikan melalui lin, juga aktif terhadap beberapa basil gram-negatif ter-
infus intravena intermiten sebesar 1-2 g setiap 4-6 jam (50- pilih, seperti Klebsiella pneumoniae. Walaupun tidak ada
100 nglkg/hari untuk anak). data klinis yang mendukung keunggulan terapi kombinasi
di atas terapi obat tunggal, karena kecenderungan P.aeru-
C. Perurstt-rt't BensperrRuu-Luns (Analr,roPENlslLlN'
glnosa untuk menjadi resisten, penisilin antipseudomonas
KnneoxsrpeNtsrlrN, DAN Unetoorerulsturu)
sering digunakan dalam kombinasi dengan aminogliko-
Obat-obat ini memiliki aktivitas yang lebih besar daripada sida atau fluorokuinolon untuk infeksi pseudomonas di
penisilin G terhadap bakteri gram-negatif karena kemam- luar saluran kemih.
puannya menembus membran luar organisme gram-ne- Ampisilin, amoksisilin, tikarsilin, dan piperasilin juga
gatif lebih besar. Seperti penisilin G, obat ini diinakti{kan tersedia dalam kombinasi dengan salah satu dari bebera-
oleh p-laktamase. pa penghambat B-laktamase: asam klavulanat, sulbaktam,
Aminopenisilin, yaitu ampisilin dan amoksisilin, atau tazobaktam. Penambahan penghambat B-laktamase
mempunyai spektrum dan aktivitas yang sama, tetapi meningkatkan aktivitas penisilin ini sehingga mencakup
amoksisilin lebih mudah diabsorpsi per oral. Amoksisi- galur S. aureus ya g menghasilkan p Jaktamase serta be-
lin dengan dosis 250-500 mg 3 kali sehari, setara dengan berapa bakteri gram-negatif yang menghasilkan pJakta-
ampisilin dalam dosis yang sama 4 kali sehari. Obat- mase (lihat bawah),
obat ini diberikan secara oral untuk mengobati infeksi
saluran kemih, sinusifis, otitis, dan infeksi saluran napas Reaksi Simpang
bawah. Ampisilin dan amoksisilin adalah antibiotik
oral pJaktam yang paling aktif terhadap pneumokokus Penisilin secara umu tidak bersifat toksik. Kebanyakan
reaksi simpangnya terjadi karena hipersensitivitas. Semua
yang resisten terhadap penisilin dan menjadi antibiotik
penisilin bereaksi dan bersensitisasi secara silang (cross-
BJaktam yang dianjurkan untuk mengobati infeksi yang
dicurigai disebabkan oleh bakteri resisten tersebut. Ampi- sensitizing I uoss-reacting). Yang menjadi determinan
silin (tapi tidak amoksisilin) efektif pada shigelosis. Peng- antigenik adalah produk degradasi penisilin, khususnya
gunaannya untuk mengobati gastroenteritis akibat salmo- asam penisiloat dan produk hidrolisis alkali yang
nella tanpa komplikasi masih kontroversial karena dapat terikat pada protein pejamu. Riwayat adanya reaksi ter-
memperpanjang status karier (pembawa). hadap penisilin tidak dapat diandalkan; sekitar 5-8%
Ampisilin, pada dosis 4-12 g/hari intravena, berman- orang mengaku memiliki riwayat tersebut, tapi hanya
faat mengobati infeksi berat yang disebabkan oleh orga- sedikit dari mereka yang akan mengalami reaksi alergik
nisme yang rentan-penisilin, termasuk organisme anaerob, ketika diberikan penisilin. Kurang dari 1'% orang yang
enterokokus, Listeia monocytogenes, dan galur kokus dan sebelumnya diberikan penisilin tanpa mengalami reaksi,
basil gram-negatif yang tidak menghasilkan p-laktamase, akan mengalami reaksi alergik ketika diberikan penisilin.
seperti E. coli, dan spesies salmonella. Galtt H.influenzae Akan tetapi, karena berpotensi menimbulkan anafilaksis,
yang tidak menghasilkan p-laktamase umumnya rentarl penisilin harus diberikan secara hati-hati atau diberikan
tapi saat ini mulai muncul galur resisten karena adanya obat pengganti jika terdapat riwayat alergi penisilin.
perubahan PBP. Banyak spesies gram-negatif menghasil- Kejadian reaksi alergik pada anak kecil sangatlah kecil.
kan BJaktamase dan bersifat resisten sehingga mengha- Reaksi alergik yang timbul dapat berupa syok ana-
langi penggunaan ampisilin sebagai terapi empiris untuk filaktik (sangat jaran 9-0,05% resipien); serum sickness-type
infeksi saluran kemih, meningitis, dan demam tifoid. reaction (sekarang jarang - berupa urtikaria, demam, pem-
Ampisilin tidak aktif terhadap klebsiella, enterobakter, bengkakan sendi, edema angioneurotik, prurutis hebaf
Pseudomonas aeruginosa,sitrobakter, seratia, spesies proteus dan gangguan pemapasan yang terjadi 7-12 hati setelah
positif-indol, dan bakteri aerob gram-negatif lain yang pajanan); dan berbagai ruam kulit. Lesi mulut, demam,
umum dijumpai pada infeksi nosokomial. nefritis interstisial (suatu reaksi autoimun terhadap kom-
Karbenisilin, yakni karboksipenisilin antipseudomo- pleks penisilin-protein), eosinofilia, anemia hemolitik dan
nas yang pertama kali ditemukan, sudah tidak digunakan gangguan hematologis lain, serta vaskulitis juga dapat
lagi. Turunannya, karbenisilin indanil natrium, dapat di- terjadi. Kebanyakan pasien yang alergi terhadap penisilin
berikan per oral untuk infeksi saluran kemih. Terdapat dapat ditangani dengan menggunakan obat altematif'
756 / BAB 43

Akan tetapi, jika perlu (misalnya, terapi endokarditis ente- kokus, peptostreptokokus) biasanya sensitif, tetapi Bac-
rokokus atau neurosifilis pada pasien yang sangat alergi teroides fragilis tidak demikian.
terhadap penisilin), d.esensitisasi dapat dicapai dengan
meningkatkan dosis penisilin secara perlahan. Farmakokinetik & Dosis
Pada pasien gagal ginjal, penisilin dalam dosis tinggi A. Onel
dapat menyebabkan kejang. Nafsilin dapat menimbulkan
Absorpsi sefaleksin, sefradin, dan sefadroksil dalam usus
neutropenia; oksasilin dapat menimbulkan hepatitis;
bervariasi. Setelah pernberian dosis oral 500 mg, kadarnya
dan metisilin menyebabkan nefritis interstisial (sehingga
dalam serum adalah 75-20 mcg/nL. Konsentrasi dalarn
tidak lagi digunakan karena alasan ini). Penisilin dalam
urine biasanya sangat tinggi, tetapi pada sebagian besar
dosis besar per oral dapat menyebabkan keluhan saluran
jaringan, konsentrasinya bervariasi dan biasanya lebih
cerna, khususnya mual, muntah, dan diare. Ampisilin me-
rendah daripada di dalam serum. Sefaleksin dan sefradin
nyebabkan kolitis pseudomembranosa. Infeksi sekunder,
diberikan per oral pada dosis 0,25-0,5 g 4 kali sehari (15-
seperti kandidiasis vaginalis juga dapat terjadi. Ampisilin
30 mg/kg/hari) dan sefadroksil pada dosis 0,5-1 g 2 kali
dan amoksisilin dapat menyebabkan ruam kulit yang
sehari. Ekskresinya terutama melalui filtrasi glomerulus
tidak disebabkan oleh reaksi alergi.
dan sekresi tubulus ke dalam urine. Obat penyekat sekresi
tubulus, misalnya probenesid, dapat sangat meningkatkan
i.sffi kadar serum. Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal,
K SEFALOSPORIN & SEFAMISIN dosis obelt-obat tersebut harus dikurangi (Tabel 43-2).

B. PnnerureRnl
Sefalosporin serupa dengan penisilin, tetapi lebih stabil
Sefazolin adalah satu-safunya sefalosporin generasi-per-
terhadap banyak p-laktamase bakteri sehingga merniliki
tama parenteral yang masih digunakan secara luas. Se-
aktivitas spektrum yang lebih luas. Akan tetapi, galur E. coli
telah infus intravena sebesar 1 g, kadar puncak sefazolin
dan spesies Klebsiella yang mengekspresikan BJaktamase
menjadi sebesar 90-120 mcg/ mL. Dosis sefazolin intravena
berspektrum luas, yang dapat menghidrolisis sebagian
biasa untuk orang dewasa adalah 0,5-2 g secara intravena
besar sefalosporin, saat ini menjadi masalah. Sefalosporin
sehiap 8 jarn. Sefazolin juga dapat diberikan lewat jalur
tidak aktif terhadap enterokokus dan L. nonocytogenes.
intramuskular. Ekskresi obat ini terjadi melalui ginjal se-
hingga penyesuaian dosis harus dilakukan untuk pasien
Kimiawi dengan gangguan fungsi ginjal.
Inti sefalosporiry asam 7-aminosefalosporanat (Gambar
43-6), sangat menyerupai asam Gaminopenisilanat (Gam- Penggunaan Ktinis
bar 43-1). Aktivitas antimikroba intrinsik sefalosporin ala- Walaupun sefalosporin generasi-pertama mempunyai
miah rendalr, tetapi pelekatan berbagai gugus R' dan R" aktivitas spektrum yang luas dan relatif tidak toksik, obat
telah menghasilkan ratusan senyawa poten dengan tok- ini jarang digunakan sebagai obat pilil-ran untuk infeksi
sisitas yang rendah (Gambar 43-6). Sefalosporin dapat apapun. Obat oral dapat digunakan untuk terapi infeksi
dikelompokkan menjadi empat kelompok atau generasi saluran kernifu infeksi stafilokokus, atau infeksi strep-
utama, yang terutama bergantung pada spektrum aktivi- tokokus, seperti selulitis atau abses jaringan lunak. Akan
tas antimikroba. tetapi, sefalosporin oral hendaknya tidak diandalkan pada
infeksi sistemik yang serius.
Sefazolin dapat menembus sebagian besar jaringan
SEFALOSPORI N GENERAS I.PERTAMA
dengan baik. Obat ini merupakan obat pilihan untuk pro-
Sefalosporin generasi-pertama melipubi sefadroksil, se- filaksis bedah. Sefazolin dapat digunakan sebagai obat
fazolin, sefaleksin, sefalotin, sefapirin, dan sefradin. pilihan pada infeksi jika merupakan obat.yang paling
Obat-obat ini sangat aktif terhadap kokus gram positif, tidak toksik pada infeksi tersebut (misalnya, K. pneu-
seperti pneumokokus, streptokokus dan stafilokokus. Se- moniae) dan pada penderita infeksi akibat stafilokokus
falosporin tidak aktif terhadap galur stafilokokus yang atau streptokokus yang memiliki riwayat alergi penisilin
resisten terhadap metisilin. E. coli, K. pneumoniae, dan Pro- selain hipersensitivitas akut. Sefazolin tidak menembus
teus mirabilis seringkali sensitif terhadap obat ini, tetapi susunan saraf pusat sehingga tidak dapat digunakan
aktivitasnya terhadap P. aeruginosa, proteus indol-positif, untuk mengobati meningitis. Sefazolin adalah altematif
enterobakter, Serratia marcescens, sitrobakter, dan asine- penisilin antistafilokokus untuk pasien yang alergi terha-
tobakter sangat kecil. Kokus anaerob (misalnya, pepto- dap penisilin.
ANTIBIOTIK BETA-LAKTAM & ANTIBIOTIK L.AIN YANG AKTIF DI DINDING DAN MEMBRAN SEL I 757
o
' i,-[-rr-'---y't\
I B I A, I

o*NY2-cHr-R2
c00H

lnli asam 7-aminos€falosporanat. Tiap struktur borikut dapat distrbtitusi


pada Rr dan R2 untuk menghasilkan lurunan sesual namanya.

R, R2

'Ganarasl+altama"
o
il
Cophalothln
-o-c -cH3

Cophaloxln _H

Cafazolln

Wr- NHz
Caphr.dlns _H

0
F\
N\\: Cephaplrln
il
-0-c -cH3

'rGanora!l-kodua"
^s-cH2-
OH

otrl,- Csfamandolo

fl ocHs
.r,r-[-rrfr
o**t
c00H
Coforltln (suatu caphamycln)
"GonoroFkellga"
0 'o
,Ril il
-oXo
H.C.-N ' N-C- NH_CH-C-NH N.::;=lN

rAo orr-s{l)ri ll;.,,i':: .ll

V)
T
I
cHr

OH

Cofoporrzono
0
lt
c-c- NH o
il I
*\o cH2-0-c-cH3
0- CH3

Cafotarlma

c{nzNs--o
,-a-rr-----/$\
Ir "t;? .r-,i(r.Lo*"
0CH3 C00Na
Coftriarono

Gambar 43-6. Struktur beberapa R, dan R, sefalosporin adalah substituen inti asam 7-aminosefalosporanat yang digambarkan
di atas. Struktur lain (sefoksitin dan di bawahnya) merupakan struktur yang utuh.
758 / BAB 43

Panduan penetapan dosis beberapa sefalosporin dan antibiotik penghambat dinding sel lainnya
yang
Tabel 43-2.
sering digunakan.

?iii
Fr-Sekitar r::i
tmUmenii
iii:L;:-:".--i.:';.:j.

Sefalosporin generasi-Peltama
Cefadroxil (PO) 0,5-1 g q.d.-b.i.d. 30 mg/kg/hari dalam 500/o 25o/o

2 dosis

Cefazolin (lV) 0,5-2 g q8h 25-100 mg/kg/hari 50o/o 25o/o

dalam3atau4dosis
Sefalosporin generasi-kedua
Cefoxitin (lV) 1-2 g q5-8h 75-150 mg/kg/hari 5O-750/o 250/o

dalam3atau4dosis
Cefotetan (lV) 1-2 g q12h 500/o 25o/o

50-100 mg/kg/hari 56o/o 25-33o/o


Cefuroxime (lV) 0,75-1,5 g q8h
dalam3atau4dosis
--Ai;;;;il;;;;;i"- d;rs{;ill; -." 6;14-6;e;;J:"'-' - 1oo% 25o/o

(PO)

Sefalosporin generasi-ketiga dan -keempat


Cefotaxime. (lV) 1-2 g q6-12h 50-200 mg/kg/hari 100 mg/kg/hari dalam 50o/o 25o/o

dalam 4-6 dosis 2 dosis

Ceftazidime (lV) 1-2 g q8-12h 75-1 50 mg/kg/hari 100-150mg/kg/hari 500/o 250/o

dalam 3 dosis dalam2atau3dosis


Ceftriaxone (lV) 1-4 g q24h 50-100 mg/kg/hari 50 mg/kg/hari sekali Tidak ada Tidak ada
dalam I atau 2 dosis sehari

dalam2atau3dosis
..- -..lg'b"gj
Karbapenem
Ertapenem (lM atau 1g 100o/o3 50%

.... !?!t:. ..-....?9!l:


Meropenem (lV) 1 g q8h (2 g q8h 60-120 mglkgl 660/o 50o/o

' untuk meningitis) hari dalam 3 dosis


.....!nl[:illr.?.9.99.!.......-.
Glikopeptida
Vancomycin (lV) 30 mg/kg/hari 40 mg/kg/hari dalam 3 15 mg/kg bolus, 40o/o 10o/o

dalam 2-3 dosis atau 4 dosis kemudian 2O mglkgl


hari dalam 2 dosis
rDosis total tidak boleh melebihi dosis dewasa'
,Dosisyang diperlihatkan di sini adalah selama minggu pertama kehidupan. Dosis harian harus ditingkatkan sekitar 33-50% setelah minggu pertama
pertama
kehidupari. Kisaran dosis yang lebih rendah harusl'igunakan pada neonatus yang memiliki berat badan kurang dari 2 kg. Setelah bulan
kehidupan, dosis anak dapat digunakan.
350% dosis untuk Clcr<30 mUmenit.
ANTIBIOTIK BETA-LAKTAM & ANTIBIOTIK LAIN YANG AKTIF DI DINDING DAN MEMBRAN SEL I 759
SEFALOSPORIN G ENERASI.KEDUA ini dibersihkan oleh ginjal sehingga membutuhkan pe-
nyesuaian dosis pada gagal ginjal.
Anggota sefalosporin generasi-kedua meliputi sefaklor,
sefamandol, sefonisid, sefuroksim, sefprozil, lorakarbef,
Penggunaan Klinis
dan seforanid serta sefamisin yang terkait secara struk-
tural, seperti sefoksitin, sefmetazol, dan sefotetan, yang Sefalosporin generasi-kedua oral aktif terhadap H. influen-
memiliki aktivitas terhadap bakteri anaerob. Kelompok zae atau Moraxella catarrhalis yang menghasilkan B-lakta-
obat ini tersusun atas berbagai obat (heterogen) yang mase dan terutama digunakan untuk mengobati sinusitis,
memiliki perbedaan nyata dalam hal aktivitas, farmakoki- otitis, atau infeksi saluran napas bawah yang disebabkan
netik, dan toksisitas pada setiap individu. Pada umum- oleh organisme di atas. Karena aktivitasnya terhadap bak-
nya, obat ini aktif terhadap organisme yang dihambat teri anaerob (termasuk B. f'ragilis), sefoksitin, sefotetary
oleh obat generasi-pertama, tetapi selain itu, obat ini me- atau sefmetazol dapat digunakan untuk mengobati infeksi
miliki cakupan gram-negatif yang lebih luas. Klebsiellae bakteri anaerob campurary seperti peritonitis atau diverti-
(termasuk yang resisten terhadap sefalotin) biasanya sen- kulitis. Sefuroksim digunakan untuk mengobati commu-

sitif. Sefamandol, sefuroksim, sefonisid, seforanid, dan nity-acquired pneumonia karena aktif terhadap H. influenzae

sefaklor aktif terhadap H.influenzae tetapi tidak terhadap atau K. pneumoniae, yang menghasilkan p-laktamase, dan
serratia atau B. fragilis. Sebaliknya, sefoksitin, sefmetazol, pneumokokus yang resisten terhadap penisilin. Meskipun
dan sefotetan aktif terhadap B. fragilis dan beberapa galur meliniasi sawar darah-otak, sefuroksiin tidak seefektif
serratia tetapi kurang aktif terhadap H. inJluenzae. Seperti seftriakson atau sefotaksim dalam terapi meningitis dan
pada agen generasi-pertama, tidak ada sefalosporin gene- sebaiknya tidak digunakan.
rasikedua yang aktif terhadap enterokokus atau P. aeru-
ginosa. Sefalosporin generasi-kedua dapat memperlihatkan
SEFATOSPORI N G ENERASI.KETIGA
aktivitas in vitro terhadap spesies enterobakter, tetapi Obat generasi-ketiga termasuk sefoperazon, sefotaksim,
muian resisten yang secara konstitutif mengekspresikan seftazidim, seftizoksim, seftriaksory sefiksim, sefpodok-
p-laktamase kromosomal yang menghidrolisis senyawa- sim proksetil, sefdinir, sefditoren pivoksil, seftibutery
senyawa ini (dan sefalosporin generasi-ketiga) muncul se- dan moksalaktam.
cara cepat sehingga sefalosporin generasi-kedua sebaiknya
tidak digunakan untuk mengobati infeksi enterobakter' Aktivitas Antimikroba
Dibandingkan dengan agen generasi-kedua, obat ini me-
Farmakokinetik & Dosis miliki cakupan gram-negatif yang lebih luas, dan bebe-
A. Onm rapa obat mampu melintasi sawar darah-otak. Obat gene-
rasi-ketiga aktif terhadap sitrobakter, S.marcescens, dan
Sefaklor, sefuroksim aksetil, sefprozll, dan lorakarbef
providensia (walaupun resistensi dapat timbul selama
dapat diberikan per oral. Dosis untuk orang dewasa bia-
terapi infeksi yang ditimbulkan oleh berbagai spesies ini
sanya 10-15 mg/kg/hari, yang diberikan dalam dua
akibat mutan-mutan tertentu yang secara konstifutif mem-
sampai empat dosis terbagi; anak-anak harus diberikan
20-40 mg/kg/hari hingga mencapai dosis maksimum 1
produksi sefalosporinase). Sefalosporin generasi-ketiga
juga efektif terhadap galur hemofilus dan neisseria yang
g/hari. Kecuali untuk sefuroksim aksetil, obat-obat ini
menghasilkan p-laktamase. P. aeruginosa hanya dapat di-
diperkirakan tidak aktif terhadap pneumokokus yang re-
atasi oleh seftazidim dan sefoperazon. Seperti obat gene-
sisten-penisilin dan harus digunakan secara hati-hati, jika
rasi-kedua, sefalosporin generasi-ketiga dapat dihidrolisis
memang harus digunakan, untuk mengobati infeksi pneu-
oleh AmpC B-laktamase yang diproduksi secara konstan
mokokus baik yahg sudah pasti maupun yang masih be-
dan juga tidak dapat diandalkan untuk mengatasi spesies
rupa kecurigaan. Sefaklor lebih rentan terhadap hidrolisis
enterobakter. Serratia, providensia, dan sitrobakter juga
BJaktamase daripada agen lain, dan manfaatnya perlahan
menghasilkan sefalosporinase yang disandi oleh kro-
menghilang.
mosom; jika kromosom ini terekspresi secara konstitutif,
B. Pnnerurenn- dapat timbul resistensi terhadap sefalosporin generasi-
Setelah infus intravena sebanyak 1 g, kadar serum biasa- ketiga. Seftizoksim dan moksalaktam aktif terhadap B.
nya 75-1?5 mcg/ml untuk sebagian besar sefalosporin fragitis. Sefiksim, sefdinir, seftibuten, dan sefpodoksim
generasi-kedua. Pemberian intramuskular menimbulkan proksetil adalah agen-agen oral yang memiliki aktivitas
nyeri sehingga harus dihindari. Dosis dan interval pem- yang serupa, kecuali bahwa sefiksim dan seftibuten jauh
berian dosis bervariasi untuk setiap agen (Tabel 43-2). lebih tidak aktif terhadap pneumokokus (dan sama sekali
Terdapat perbedaan nyata antaragen dalam hal waktu- tidak aktif terhadap galur yang resisten terhadap penisilin)
paruh, ikatan protein, dan interval antar dosis. Semua obat serta kurang efektif mengatasi S. aureus'
760 i BAB 43

Farmakokinetik & Dosis mcg/ml-) mungkin tidak berespons bahkan terhadap


agen-agen tersebut sehingga penambahan vankomisin di-
Infus intravena 1 g sefalosporin parenteral menghasilkan
anjurkan pada keadaan ini. Indikasi potensial penggunaan
kadar serum sebesar 60-140 mcg/ mL. Sefalosporin dapat
sefalosporin generasi-ketiga lainnya adalah terapi empiris
mempenetrasi cairan dan jaringan tubuh dengan baik
untuk sepsis yang tidak diketahui penyebabnya baik pacla
dan-kecuali sefoperazon dan semua sefalosporin oral-
pasien yang immunocompetent uraupun yang inmuno-
mencapai kadar dalam cairan serebrospinal yang cukup
compromised dan terapi infeksi jika pada infeksi ini, sefa-
untuk menghambat kebanyakan patogen, termasuk batang
losporin merupakan obat yang paling tidak toksik. pada
gram-negatif, kecuali pseudomonas.
pasien immunocompromised yang mengalami demam dan
Waktu-paruh dan interval pemberian obat sangat ber- neutropenik, sefalosporin generasi-ketiga sering diguna-
variasi: Sefhiakson (waktu paruh Z-8 jam) dapat disun- kan dalam kombinasi dengan aminoglikosida.
tikkan sekali tiap 24 jam pada dosis 15-50 mg/kg/hari.
Dosis tunggal sebesar 1 g per hari cukup diberikan untuk SEFALOSPORIN GENERASI.KEEMPAT
kebanyakan infeksi berat, tetapi pada terapi meningitis,
Sefepim merupakan salah satu contoh obat sefalosporin
yang dianjurkan adalah'closis tunggal 4 g perhari. Sefo-
generasi-keempat. Obat ini lebih resisten terhadap hidro-
perazon (waktu-paruh 2 jam) dapat disuntikkan setiap
Iisis oleh p-laktamase kromosomal (yang diproduksi
8-12 jam dalam dosis 25-100 mglkg/hari. Obar lainnya
oleh enterobakter). Sefepim cukup efektif mengatasi p.
dalam kelompok ini (waktu-paruh 1,-1.,2 jam) dapat di-
aeru gino s a, Enterobacteriaceae, S. aur eus, dan S. pneum o niae.
suntikkan setiap 6-8 jam dalam dosis antara 2 dan12 g/
Sefepim sangat efektif terhadap hemofilus dan naiseria
hari, bergantung pada derajat keparahan infeksi. Sefiksim
serta cukup mempenetrasi cairan serebrospinal. Obat ini
dapat diberikan per oral (200 mg dua kali sehari atau 400
dibersihkan oleh ginjal dan memiliki waktu-paruh 2 jam,
mg sekali sehari) untuk infeksi saluran napas atau kemih.
dan farmakokinetiknya serupa dengan seftazidim. Akan
Dosis sefpodoksim proksetil atau sefditoren pivoksil untuk
tetapi, tidak seperti seftazidim, sefepim cukup efektif
orang dewasa adalah 200-400 mg dua kali sehari; untuk
terhadap kebanyakan galur streptokokus yang resisten
seftibuten, 400 mg sekali sehari; dan untuk sefdinir, 300
terhadap penisilin dan mungkin saja bermanfaat dalam
mg/12jam. Ekskresi sefoperazon dan seftriakson terutama
terapi infeksi enterobakter. Di luar itu, peran klinisnya
dilakukan melalui haktus biliaris sehingga penyesuaian
serupa dengan sefalosporin generasi-ketiga.
dosis pada insufisiensi ginjat tidak perlu dilakukan. Obat
lairurya diekskresi oleh ginjal sehingga memerlukan
EFEK SIMPANG SEFATOSPORIN
penyesuaian dosis pada insufisiensi ginjal.
Alergi
Sefalosporin menyebabkan sensitisasi dan dapat menim-
Penggunaan Klinis
bulkan berbagai reaksi hipersensitivitas seperti yang di-
Sefalosporin generasi-ketiga digunakan untuk mengobati timbulkan oleh penisilin, seperti anafilaksis, demam, ruam
berbagai macam infeksi berat yang disebabkan oleh orga- kdlit, nefritis, granulositopenia, dan anemia hemolitik.
nisme yang resisten terhadap kebanyakan obat lain. Akan Akan tetapi, inti kimiawi sefalosporin cukup berbeda dari
tetapi, galur yang mengekspresikan p-laktamase berspek- inti kimiawi penisilin sehingga beberapa individu dengan
trum luas tidak mempan terhadap obat ini. Sefalosporin riwayat alergi penisilin dapat menoleransi sefalosporin.
generasi-ketiga harus dihindari penggunaannya pada in- Frekuensi alergenisitas-silang di antara dua kelompok
feksi enterobakter - bahkan jika pada percobaan in vitro, obat ini tidak diketahui pasti tetapi mungkin sekitar 5-10%.
isolat klinis bakteri ini tampak rentan terhadap obat ini- Walaupun demikian, pasien dengan riwayat anafilaksis
karena timbulnya resistensi. Seftriakson dan sefotaksim pada penisilin tidak boleh menggunakan sefalosporin.
disetujui penggunaannya untuk terapi meningitis, terma-
suk meningitis yang disebabkan oleh pneumokokus, meni- Toksisitas
ngokokus, H.influenzae, dan batang gram-negatif enterik Iritasi lokal dapat menimbulkan nyeri hebat pascainjeksi
yang rentan, tetapi bukan oleh L. ntonocytogenes. .Seftriak- intramuskular dan tromboflebitis pascainjeksi intravena.
son dan sefotaksim adalah sefalosporin yang paling aktif Toksisitas ginjal, termasuk nefritis interstisial dan bahkan
terhadap galur pneumokokus yang resisten terhadap peni- nekrosis tubulus, telah terbukti terjadi dan menyebabkan
silin dan direkomendasikan untuk terapi empiris infeksi ditariknya sefaloridin dari pasaran.
berat yang mungkin disebabkan oleh galur tersebut. Me- Sefalosporin yang mengandung gugus metiltiotetrazol
ningitis akibat galur pneumokokus yang sangat resisten (misalnya, sefamandol, sefmetazol, sefotetary sefoperazon)
terhadap penisilin (yang hanya rentan terhadap pdnisilin sering menyebabkan hipoprotrombinemia dan kelainan
dengan minimal inhibitory concentrationfMlC sebesar >1 perdarahan. Pemberian vitamin K,, 10 mg 2 kali seminggu,
ANTIBIOTIK BETA-LAKTAM & ANTIBIOTIK LAIN YANG AKTIF DI DINDING DAN MEMBRAN SEL I 761
dapat mencegah hal ini. Obat yang memiliki cincin hambat p-laktamase kelas C, yang biasanya diproduksi
metiltiotetrazol juga dapat menimbulkan reaksi seperti- bila diinduksi dan disandi kromosom, yang dihasilkan
disulfiram bera! akibatnya, alkohol dan obat-obatan yang oleh enterobakter, sitrobakter, serratia, dan pseudomonas.
mengandung alkohol tidak boleh digunakan, Akan tetapi, obat ini menghambat BJaktamase kromosom
dimilik bakteroides dan branhamella.
r Ketiga penghambat B-laktamase tersebut sedikit ber-
beda dalam hal farmakologi, stabilitas, potensi, dan akti-
ffi OBAT BETA.LAKTAM LAINNYA
vitas, tetapi perbedaan ini biasanya hanya sedikit memiliki
makna terapeutik. Penghambat BJaktamase hanya tersedia
MONOBAKTAM dalam bentuk kombinasi tetap dengan penisilin yang
Monobaktam adalah obat yang memiliki cincin p-laktam ini ditentukan
spesifik. Spektrum antibakteri kombinasi
monosiklik (Gambar 43-1). Obat ini relatif resisten terha- oleh penisilin yang menjadi pasangan penghambat
dap p-laktamase dan aktif terhadap batang gram-negatif pJaktamase, bukan oleh penghambat BJaktamase.
(termasuk pseudomonas dan serratia), tetapi obat ini tidak (Kombinasi tetap yang tersedia di AS disajikan dalam
aktif terhadap bakteri gram-positif atau anaerob. Aztreo- bagian Preparat yang Tersedia.) Suatu penghambat
nam adalah satu-satunya monobaktam yang tersedia di BJaktamase dapat memperluas spektrum penisilin jika
AS. Obat ini menyerupai golongan aminoglikosida (Bab inaktivitas penisilin disebabkan oleh destruksinya oleh
45) dalam hal spektrum aktivitasnya. Aztreonam diberi- BJaktamase dan jika penghambat bekerya aktif terhadap
kan secara intravena tiap 8 jam dalam dosis 1-2 g, mengha- pJaktamase yang bersangkutan. Oleh sebab itu, ampisilin-
silkan kadar serum puncak sebesar 100 mcg/ml-. Waktu- sulbaktam aktif terhadap S. aureus dan H. influenzae yang
paruhnya 1,-2 jam dan sangat memanjang pada gagal memproduksi p-laktamase tetapi tidak terhadap serratia,
ginjal. yang memproduksi pJaktamase yang tidak dihambat
Pasien yang alergi-penisilin dapat menoleransi aztreo- oleh sulbaktam. Serupa dengan hal ini, jika suatu galur
nam tanpa reaksi. Ruam kulit dan peningkatan serum P. aeruginosa resisten terhadap piperasilin, galur tersebut
aminotransferase kadang-kadang terjadi selama pemberian juga resisten terhadap piperasilin-tazobaktam, karena
aztreonam, tetapi toksisitas yang bermakna belum pemah tazobaktam tidak menghambat B-laktamase kromosomal'
dilaporkan. Kegunaan klinis aztreonam belum sepenuh- Indikasi penggunaan kombinasi penisilinaenghambat
nya ditenhrkan. pJaktamase adalah sebagai terapi empiris untuk infeksi
yang disebabkan oleh berbagai patogen potensial baik
PENGHAMBAT BETA.LAKTAMASE pada pasien immunocompromised mattpun immunocompe-
(ASAM KLAVUTANAT, SULBAKTAM, & tent dan sebagai terapi infeksi campuran bakteri aerob dan
TAZOBAKTAM) anaerob, seperti infeksi intra-abdominal. Dosisnya sempa
dengan yang digunakan pada agen tunggal, kecuali bahwa
Ketiga zat ini menyerupai molekul p-laktam (Gambar 43-7)
dosis piperasilin yang direkomendasikan dalam kornbi-
tetapi mempunyai efek antibakteri yang sangat lemah.
nasi piperasilin-tazobaktam adalah 3 g setiap 6 jarn' Penye-
Ketiganya merupakan penghambat poten berbagai (tapi
suaian pada insufisiensi ginjal didasarkan pada komponen
tidak semua) p-laktamase yang dihasilkan bakteri dan
penisilin.
mampu melindungi penisilin yang dapat terhidrolisis
dari inaktivasi oleh p-laktamase ini. Penghambat p-lakta-
rnase paling aktif terhadap p-laktamase kelas A Ambler
KARBAPENEM
(khususnya p-laktamase transposable element [TEM] yang Struktur karbapenem berkaitan dengan antibiotik B-laktam
disandi oleh plasmid), seperti yang dihasilkan oleh stafilo- (Gambar 43-1). Ertapenem, imipenem, dan rneroPenem
kokus, H. influenzae, N. gonorrhoeae, salmonella, shigella, E. disetujui penggunaannya di AS. Imipenem n'remiliki
coli, dan K. pneumoniae. Obat golongan ini kurang meng- spektrum yang luas dengan aktivitas yang baik terhadap

ti=i'
o..r-^t{t\ar_.rro,
i "'-'l>'t':l:--
ozc-N*ao* n=
ta
-Na ZN
cooH R=H N

Gambar 43-7. Penghambat B-laktamase. Asam klavulanat Sulbactam Tazobactam


762 I BAB43
banyak batang gram-negatif, termasuk p. aeruginosa, orga- lebih jarang menimbulkan kejang daripada imipenem.
nisme gram-positif, dan anaerob. Imipenem resisten ter- Pasien yang alergi terhadap penisilin rnungkin juga alergi
hadap kebanyakan p-laktamase tetapi tidak terhadap terhadap karbapenem.
metallo-BJaktamase. Enterococans faecium, galur-galur
stafilokokus yang resisten terhadap metisiliry Clostridium :liiiii$.ijlili:1i..i:3,1:.rl:ii.iJr.ii;i;ii:ii!:::::r,,,:;!jti::::,;l;f :.i...11:*:,:;r;i..t iir'*:it:rit::::
dfficile, Burkholdeia cepacia, dan Stenotrophomonas malto- *liAGEN YANG AKTIF DI
philia resisten terhadap irnipenem. Obat ini dinonaktifkan
oleh dehidropeptidase dalam tubulus ginjal sehingga me, MEMBRAN ATAU DINDING SEL
nurunkan konsentrasinya dalam urine. Akibatnya, imi- LAINNYA
penem diberikan bersama dengan penghambat dehidro-
peptidase ginjal, yakni cilastatin, untuk penggunaan klinis.
VANKOMISIN
Meropenem serupa dengan imipenem tapi sedikit lebih
Vankomisin adalah antibiotik yang dihasilk an olel-t Strep-
aktif terhadap bakteri aerob gram-negatif dan sedikit
tococcus orientalis. Kecuali flavobakterium, vankomisin
kurang aktif terhadap bakteri gram-positif. Meropenem
kurang didegradasi oleh dehidropeptidase ginjal sehing- hanya aktif terhadap bakteri gram-positil, khususnya sta-
ga tidak membutuhkan penghambat dehidropeptidase filokokus. Vankomisin adalah suatu glikopeptida yang
tersebut. Ertapenem tidak seaktif meropenem atau imi- memiliki berat molekul sebesar 1500. Obat ini dapat larut
penem terhadap P. aeruginosa dan spesies asinetobakter. dalam air dan cukup stabil.
Ertapenem tidak didegradasi oleh dehidropeptidase
ginjal.
Mekanisme Kerja dan Dasar Timbulnya
Penetrasi imipenem ke cairan dan jaringan tubuh,
Resistensi
termasuk cairan serebrospinalis, cukup baik. Imipenem Vankomisin menghambat sintesis dinding sel dengan
dibersihkan sepenuhnya oleh ginjal sehingga dosisnya berikatan secara kuat pada ujung D-Ala-D-Ala pada pen-
harus diturunkan pada pasien insufisiensi ginjal. Dosis tapeptida peptidoglikan yang baru terbentuk (Gambar
imipenem biasanya 0,25-0,5 g yang diberikan secara intra- 43-5). Hal ini menghambat transglikosilase, yang men-
vena setiap G8 jam (waktu-paruh l jam). Dosis meropenem cegah elongasi peptidoglikan lebih lanjut serta ikatan-
unfuk orang dewasa adalah 1 g secara intravena tiap 8 jam. silang. Peptidoglikan tersebut kemudian melernah, dan
Ertapenem mempunyai waktu-paruh yang terpanjang (4 sel rentan mengalami lisis. Efek antibakterial vankomisin
jam) dan diberikan dalam dosis tunggal 1 g tiap harinya juga terjadi akibat perusakarurya pada membran sel.
secara intravena atau intramuskular. Ertapenem intramus- Resistensi enterokokus terhadap vankornisin timbul
kular bersifat iritatif sehingga obat dibuat dalam sediaan akibat modifikasi ternpat ikatan D-Ala-D-Ala pada pepti-
bersama dengan lidokain 1% untuk pemberian intravena. doglikan; pada keadaan ini, ujung D-Ala digantikan oleh
Karbapenem diindikasikan untuk infeksi yang dise- D-laktat. Hal ini menyebabkan hilangnya ikatan hidrogen
babkan oleh organisme yang rentan terhad apnya, seperti yang sangat penting untuk memfasilitasi tingginya afini-
P. aeruginosa, yang resisten terhadap obat lain, serta untuk tas ikatan vankomisin dengan targetnya sehingga aktivitas
infeksi campuran bakteri aerob dan anaerob. Karbapenem vankomisin menghilang. Mekanisme ini juga dijumpai
bekerja aktif terhadap kebanyakan galur pneumokokus pada galur S, aureus yang resisten terhadap vankomisin
yang sangat resisten terhadap penisilin. Karbapenem me- (MIC > 32 mcg/mL), ya g telah memperoleh faktor pe-
rupakan antibiotik BJaktam yang menjadi terapi pilihan nenfu resistensi enterokokus. Mekanisme menurunnya
dalam infeksi enterobakter karena resisten terhadap des- kerentanan galur intermedia-vankornisin terhadap vanko-
truksi p-laktarnase yang dihasilkan oleh enterobakter; kar- misin (MIC = 8-16 n-rcg/mL) tidak diketahui.
bapenem juga merupakan terapi pilihan yang disebabkan
oleh bakteri gram-negatif yang menghasilkan ESBL. Ertape- Aktivitas Antibakteri
nem tidak cukup efektif terhadap P. aeruginosa sehingga Vankomisin bersifat bakterisidal untuk bakteri grarn-po-
sebaiknya tidak digunakan untuk mengobati infeksi akibat sitif pada konsentrasi 0,5-10 mcg/mL. Kebanyakan stafi-
organisme tersebut. Imipenem atau meropenem dengan lokokus patogenik, termasuk yang menghasilkan B-lakta-
atau tanpa aminoglikosida mungkin merupakan terapi mase dan yang resisten terhadap nafsilin dan metisilin,
efektif pada pasien neutropenik yang mengalami demarn. dimatikan pada dosis 2mcg/ mL atau kurang. Vankomisin
Efek simpang karbapenem yang paling sering terjadi- relabif lambat mematikan stafilokokus dan hanya mema-
dan lebih sering terjadi pada imipenem-adalah mual, tikan jika sel stafilokokus aktif membelah diri; laju anti-
muntah, diare, ruam kulit, dan reaksi pada tempat infus. stafilokokus vankomisin lebih lambat daripada laju pe-
Kadar imipenem yang berlebihan pada pasien gagal ginjal nisilin baik in vitro maupun in vivo. In vitro, vankomisin
dapat menimbulkan kejang. Meropenem dan ertapenem bersifat sinergistik dengan gentarnisin dan sheptomisin
ANTIBIOTIK BETA-LAKTAM & ANTIBIOTIK LAIN YANG AKTIF DI DINDING DAN MEMBRAN sEL I 763
terhadap galur Enterococcus faecium dan Enterococcus fae- terhadap vankomisin dan pemberian vankomisin oral
calis yang tidak menunjukkan resistensi tinggi terhadap dapat menyebabkan seleksi organisme yang resisten ini,
aminoglikosida. metronidazol sangat dianjurkan sebagai terapi awal dan
vankomisin harus digunakan hanya untuk kasus-kasus
Farmakokinetik yang refrakter.
Vankomisin kurang diabsorpsi di saluran cerna dan di-
berikan per oral hanya untuk terapi enterokolitis akibat Reaksi Simpang
C. dfficile yang disebabkan oleh penggunaan antibiotik Reaksi simpang dijumpai pada sekitar 10% kasus. Sebagian
berlebihan. Dosis parenteral harus diberikan secara intra- besar rekasi bersifat minor. Vankomisin mengiritasi jaring-
vena. Infus intravena selama 1-jam dalam dosis 1 g meng- an, yang menimbulkan flebitis pada tempat penyuntikan.
hasilkan kadar dalam darah sebesar 15-30 mcg/ml selama Dapat timbul rasa menggigil serta demam. Sediaan obat
1.-2 jam. Obat ini didistribusikan secara luas dalam tubuh. tersebut saat ini jarang menimbulkan ototoksisitas dan
Kadar dalam cairan serebrospinal sebesar 7-30% kadar nefrotoksisitas. Akan tetapi, pemberian bersamaan obat
dalam serum dicapai jika terdapat inflamasi meninges. ototoksik dan nefrotoksik, seperti aminoglikosida, me-
Sembilan puluh persen obat ini diekskresikan melalui ningkatkan risiko toksisitas ini. Ototoksisitas dapat di-
filtrasi glomerulus. Pada keadaan insufisiensi ginjal, dapat minimalisasi dengan mempertahankan kadar puncak da-
terjadi penumpukan vankomisin yang nyata (Tabel 43-2). lam serum di bawah 60 mcg/mL. Salah satu reaksi yang
Pada pasien yang tidak mempunyai ginjal yang fungsional cukup lazim terjadi adalah sindrom "rcd man" atau "red
(anefrik fungsional), waktu-paruh vankomisin mencapai neck" . Kemerahan yang terjadi akibat infus ini disebabkan
6-10 hari. Obat ini tidak dibersihkan oleh hemodialisis. oleh pembebasan histamin. Sindrom ini biasanya dapat
dicegah dengan memperpanjang masa pemberian infus
Penggunaan Klinis hingga 1.-2 jam atau memperlama interval pemberian obat.
Indikasi utama vankomisin parenteral adalah sepsis atau
endokarditis yang disebabkan oleh stafilokokus yang re- TEIKOPLANIN
sisten terhadap metisilin. Akan tetapi, vankomisin tidak
Teikoplanin adalah antibiotik glikopeptida yang meka-
seefektif penisilin antistafilokokus dalam terapi infeksi
nisme kerja dan spektrum antibakterinya serupa dengan
berat, seperti endokarditis yang disebabkan oleh galur vankomisin. Tidak seperti vankomisin, teikoplanin dapat
yang rentan terhadap metisilin. Kombinasi vankomisin- diberikan secara intramuskular dan intravena. Teikopla-
gentamisin merupakan regimen altematif untuk terapi nin memiliki waktu-paruh yang lama (45-70 jam) sehingga
endokarditis akibat enterokokus pada pasien yang alergi
dapat diberikan dalam dosis tunggal. Obat ini tersedia di
berat terhadap penisilin. Vankomisin (dalam kombinasi
Eropa tapi belum disetujui penggunaannya di Amerika
dengan sefotaksim, seftriakson, atau rifampisin) juga dire-
Serikat.
komendasikan dalam terapi meningitis yang dicurigai atau
dipastikan timbul akibat galur pneumokokus yang sangat
resisten terhadap penisilin (yakni, MIC >1 mcg/ml).
DAPTOMISIN
Dosis yang dianjurkan adalah 30 mg/kg/hari dalam dua Daptomisin adalah hasil fermentasi lipopeptida siklik oleh
atau tiga dosis terbagi. Regimen pemberian dosis untuk Streptomyces roseosporus (Gambar 43-8). Spektrum aktivi-
kebanyakan infeksi pada orang dewasa dengan fungsi tasnya serupa dengan spektrum vankomisin kecuali bahwa
ginjal yang normal adalah 1 g tiap 12 jarr.. Dosis anak ada- dankomisin lebih cepat bersifat bakterisidal in vitro dan
lah 40 mg/kg/hari dalam tiga atau emPat dosis terbagi. aktif terhadap galur enterokokus yang resisten terhadap
Bersihan vankomisin sebanding dengan bersihan kreatinin vankornisin dan galur S. aureus yang resisten dan memiliki
sehingga dosisnya diturunkan menurut bersihan kreati- sensitifitas intermedia terhadap vankomisin. Mekanisme
nin pada pasien insufisiensi ginjal. Pada pasien yang tidak kerjanya yang pasti belum diketahui, tetapi tampaknya
mempunyai ginjal yang berfungsi, dosis 1 g yang diberikan dankomisin berikatan dengan dan mendepolarisasi mem-
sekali seminggu biasanya sudah cukup. Pasien yang men- bran sel bakteri sehingga menimbulkan efluks kalium
dapatkan terapi jangka-panjang harus diperiksa kadar dan kematian sel yang cepat. Daftomisin dibersihkan se-
serumnya. Kadar puncak dalam serum yang dianjurkan penuhnya oleh ginjal. Dosis yang dianjurkan adalah4mg/
adalah 20-50 mcg/mL, dan konsentrasi terendahnya (trough .kg, untuk terapi infeksi kulit dan jaringan lunak, dan 6 mg/
concentration) adalah 10-15 mcg/ mL. kg, untuk terapi bakteremia dan endokarditis, sekali sehari
Vankomisin oral, sebanyak 0,L25-0,8 g tiap 6 jam, pada pasien dengan fungsi ginjal normal dan selang sehari
digunakan untuk mengobati enterokolitis akibat C. dfficile pada pasien dengan bersihan ginjal'kurang dari 30 mL/
yang disebabkan oleh penggunaan antibiotik berlebihan. menit. Pada uji klinis yang didasarkan pada noninferioritas,
Akan tetapi, karena munculnya enterokokus yang resisten efektivitas daptomisin ternyata setara dengan vankomisin.
764 / BAB 43

prekursor asam N-asetilmuramat, yang hanya ditemukan


D-Ata GIY di dinding sel bakteri. Fosfomisin ditranspor ke dalam sel
bakteri oleh sistern transpor gliserofosfat atau glukosa-6-
fosfat. Resistensi disebabkan oleh transpor fosfornisin ke
D-Ser
dalam sel yang tidak adekuat.
L-Asp
Fosfomisin aktif terhadap organisme bakteri gram-
\
positif dan gram-negatif pada kadar < 125 mcg/ml. Uji
3-MeGlu (L-theo)
( kerentanan harus dilakukan pada media perturnbuhan
I yang sudah ditambah glukosa-6-fosfat unluk memper-
L-Orn I kecil indikasi adanya resistensi yang positif-palsu. Siner-
L-Kyn
gisme in vitro terjadi jika fosfomisin dikornbinasikan
dengan antibiotik p-laktam, golongan aminoglikosida,
Gry atau golongan fl uorokuinolon.
,/o"o
\L-Thr -----o' Fosfomisin trometamol tersedia dalam bentuk sediaan
oral dan parenteral, walaupun hanya sediaan oral yang
I disetujui di AS. Bioavailabilitas oral fosfomisin adalah
L-Asp
sekitar 40%. Konsentrasi puncaknya dalam serun'r adalah
I
10 mcg/ml dan 30 mcg/mL, masing-masing untuk
L-Asn dosis oral 2 g dan 4 g. Waktu-paruhnya adalah sekitar 4
jam. Bentuknya yang aktif diekskresi oleh ginjal, dengan
I

L-Trp
konsentrasi dalam urine yang melebihi MIC untuk sebagian
besar patogen saluran kemih.
I
Fosfomisin disetujui penggunaannya dalam dosis tung-
NH
gal sebesar 3 g untuk terapi in-feksi saluran kemih bawah
I
tanpa komplikasi pada perempuan. Fosfomisin tampaknya
aman digunakan dalam kehamilan.
Asam dekanoat

Gambar 43-8. Struktur daptomisin. BASITRASIN


Basitrasin adalah campuran peptida siklik yang pertama
kali diperoleh dari Bacillus subtilis galur Tracy pada tahun
Daptomisin dapat menyebabkan miopati sehingga kadar 1943. Basitrasin aktif terhadap mikroorganisme gram-
kreatin fosfokinase harus dipantau. Surfaktan paru meng- positif. Basitrasin menghambat pembentukan dinding sel
antagonis daptomisin sehingga dabtomisin tidak boleh dengan mengganggu defosforilasi dalam siklus karier lipid
digunakan untuk mengobati pneumonia. Berbagai kasus yang memindahkan subunit peptidoglikan ke dinding sel
kegagalan pengobatan dikaitkan dengan peningkatan MIC yang sedang bertumbuh (Gambar 43-5). Tidak terdapat
daptomisin pada sampel klinis yang diperoleh sewaktu resistensi-silang antara basitrasin dan obat antimikroba
terapi. Hubungan antara peningkatan MIC daptomisin lainnya.
dengan kegagalan terapi masih belum jelas hingga saat ini. Basitrasin bersifat sangat nefrotoksik jika diberikan
Daptomisin merupakan alternatif vankomisin yang efektif, secara sistemik sehingga digunakan secara topikal (Bab
dan perannya yang besar masih terus ditemukan. 62). Absorpsi basitrasin buruk. Pemberian topikal meng-
hasilkan aktivitas antibakteri lokal tanpa aktivitas siste-
FOSFOMISIN rnis. Basitrasin, 500 unit/g dalam vehikulum salep (sering
Fosfomisin trometamol, yakni suatu garam fosfomisin digabung dengan polimiksin atau neomisin), diindikasi-
yang stabil (fosfonomisin), menghambat sintesis dinding kan untuk menekan flora bakteri campuran pada lesi per-
bakteri pada tahap yang sangat dini (Gambar 43-5). Se- mukaan kulit, pada luka, atau pada membran mukosa.
bagai analog fosfoenolpiruvat, struktur fosfomisin tidak Larutan basitrasin yang mengandung 100-200 unit/ml
berkaitan dengan agen antimikroba lainnya. Fosfomisin dalam saline dapat digunakan untuk irigasi sendi, lukai
menghambat enzim sitoplasmik enolpiruvat transferase atau rongga pleura.
dengan berikatan secara kovalen pada residu sistein di
tempat aktifnya dan mencegah penambahan fosfoenolpi- SIKLOSERIN
ruvat ke UDP-N-asetilglukosamin. Reaksi ini merupakan Sikloserin adalah anlibiotik yang dihasilkan oleh Sfrep-
tahap pertama pembenfu kan asam UDP-N-asetilmuramat, tontyces orchidaceus. Sikloserin larut dalam air dan sangat
ANTIBIOTIK BETA.LAKTAM & ANTIBIOTIK LAIN YANG AKTIF DI DINDING DAN MEMBRAN SEL I 765
tidak stabil pada pH asam. Obat ini menghambat banyak 20-30 mcg/ml-cukup untuk menghambat berbagai
organisme gram-positif dan gram-negatif, tapi hampir galur mikobakteria dan bakteri gram-negatif. Obat ini
secara . eksklusif digunakan untuk mengobati tuber- didistribusikan secara luas di jaringan dan kebanyakan
kulosis yang disebabkan oleh berbagai galur Mycobac- diekskresikan dalam bentuk aktif ke dalam urine. Dobis
terium tuberculosls yang resisten terhadap agen lini- untuk mengobati tuberkulosis adalah 0,5 hingga 1 g/hari
,pertama. Sikloserin adalah analog struktur D-alanin dan dalam dua atau tiga dosis terbagi.
menghambat penggabungan D-alanin ke dalam penta- Bergantung dosisnya, sikloserin menyebabkan toksi-
peptida peptidoglikan dengan menghambat alanin rase- sitas berat pada susunan saraf pusat, berupa nyeri kepala,
mase, yang mengubah L-alanin menjadi D-alanin, dan tremor, psikosis akut, dan kejang. Jika dosis oral diper-
D-alanil-D-alanin ligase (Gambar 43-5). Pascaingesti siklo- tahankan di bawah 0,75 g/hari, efek simpang ini biasanya
serin sebanyak 0,25 g, kadarnya dalam darah mencapai dapat dihindari.

PrHrsr.ru Oxacillin (generik)


Amoxicillin (generik, Amoxil, lainnya) Oral: kapsul 250, 500 mg; bubuk yang
Oral: tablet kunyah 125,2O0,250, 400 mg; dilarutkan dalam larutan 250 mg/5 mL
tablet 500, 875 mg; kapsul 250, 500 mg; Parenteral: bubuk yang dilarutkan dalam
bubuk yang dilarutkan dalam larutan 50, suntikan (0,5; 1; 2; 10 g per vial)
125,200,250,400 mg/mL Penicillin G (generik, Pentids, Pfizerpen)
Amoxicillin/kalium clavulanate (generik, Oral: tablet 0,2; 0,25; 0,4;0,5;0,8 juta unit;
Augmentin)1 bubuk yang dilarutkan dalam suspensi
Oral: tablet 250, 500, 875 mg; tablet kunyah 400000 uniV5 mL
125, 200,250, 400 mg; bubuk tablet lepas- Parenteral: bubuk yang dilarutkan untuk
lambat sebanyak 1000 mg yang dilarutkan suntikan (1, 2,3, 10, 20 juta unit)
dalam suspensi 125,200,250 mg/5 mL Penicillin G benzathine (Permapen, Bicillin)
Ampicillin (generik) Parenteral: 0,6; 1,2; 2,4 juta unit per dosis
Oral: kapsul 250,500 mg; bubuk yang dilarutkan Penicillin G procaine (generik)
dalam suspensi 125, 250 mg Parenteral: 0,6; 1,2 juta uniVmL untuk suntikan
Parenteral: bubuk yang dilarutkan untuk lM saja
suntikan (125,250,500 mg, 1 g, 2 g Per Penicillin V (generik, V-Cillin, Pen-Vee K, lainnya)
vial) Oral: tablet 250, 500 mg; bubuk yang dilarutkan
Ampicillin/sulbactam natrium (generik, Unasyn)2 untuk larutan 125. 250 mg/5 mL
Parenteral: bubuk ampicillin 1 9,2 gyang Piperacillin (Pipraci l)
dilarutkan untuk suntikan lV atau lM Parenteral: bubuk yang dilarutkan untuk
Carbenicillin (Geocil lin) suntikan (2, 3, 4 g per vial)
Oral: tablet 382 mg Piperacillin dan tazobactam natrium (Zosyn)3
Dicloxacillin (generik) Parenteral: bubuk 2,3, 4 g yang dilarutkan
Oral: kapsul 250, 500 mg untuk suntikan lV
Mezlocillin (Mezlin) Ticarcillin (Ticar)
Parenteral: bubuk yang dilarutkan untuk Parenteral: bubuk yang dilarutkan untuk
suntikan (dalam vial 1, 2, 3,q g) suntikan (1, 3, 6 g per vial)
Nafcillin (generik) Ticarcilli n/clavulanate kal ium (Timenti n)a
Oral: kapsul 250 mg Parenteral: bubuk yang dilarutkan untuk
Parenteral: unil piggyback lV 1,2 g suntikan 3 g

(berlanjut)
rKandungan clavulanate bervariasi menurut sediaan; lihat kete-
rangan pada bungkus obat. 3Kandungan tazobactam adalah 12,5% kandungan piperacillin.
2Kandungan sulbactam adalah separuh kandungan ampicilllin. aKandungan clavulanate sebesar 0,1 g.
766 / BAB 43

Serarosponrn & Oenr Ben-Llrnu Lntnnvn Cefuroxime (generik, Ceftin, Kefurox, Zinacef)
Sefalosporin Berspektrum-Sempit (Generasi oral: tablet 125, 250, 500 mg; suspensi 125,
Pertama) 250 mg/5 mL
Cefadroxil (generik, Duricef) Parenteral: bubuk yang dilarutkan untuk
Oral: kapsul 500 mg;tablet 1 g; suspensi 125, suntikan (0,75; 1,5;7,5 g per vial atau pak
250, 500 mg/5 mL infus)
Cefazolin (generik, Ancef, Kefzol) Loracarbef (Lorabid)
Parenteral: bubuk yang dilarutkan untuk Oral: kapsul 200, 400 mg; bubuk untuk
suntikan (0,25; 0,5; 1 g per vial atau unit suspensi 100, 200 mg/5 mL
piggyback tV) Sefalosporin Berspektrum-Luas (Generasi Ketiga
Cephalexin (generik, Keflex, lainnya) & Keempat)
Oral: kapsul dan tablet 250, 500 mg; tablet 1 g; Cefdinir (Omnicef)
suspensi 125,250 mg/5 mL Oral: kapsul 300 mg; sqspensi 125 mg/5 mL
Cephalothin (generik, Keflin)s Cefditoren (Spectracef)
Parenteral: bubuk yang dilarutkan untuk oral: tablet 200 mg
suntikan dan larutan untuk suntikan (1 g Cefepime (Maxipime)
per vial atau pak infus) Parenteral: bubuk untuk suntikan 0,5; 1;2 g
Cephapirin (Cefadyl) Cefixime (Suprax)
Parenteral: bubuk yang dilarutkan untuk Oral: tablet 200, 400 mg; bubuk untuk suspensi
suntikan (1 g per vial atau unit piggyback oral, 100 mg/5 mL
tv) Cefoperazone (Cefobid)
Cephradine (generik, Velosef) Parenteral: bubuk yang dilarutkan untuk
Oral: kapsul 250, 500 mg; suspensi 125,250 suntikan (1, 2 g per vial, 10 g bulk)
mg/5 mL Cefotaxime (Claforan)
Parenteral: bubuk yang dilarutkan untuk Parenteral: bubuk yang dilarutkan untuk
suntikan (0,25; 0,5; 1; 2 g per vial) suntikan (0,5; 1; 2 g per vial)
Cefpodoxime proxetil (Va nti n)
Sefalospori n Berspektrum-lntermedia (Generasi
Oral:tablet 100, 200 mg; granul untuk
Kedua)
suspensi 50, 100 mg dalam 5 mL
Cefaclor (generik, Ceclor)
Ceftazidime (generik, Fortaz, Tazidime)
Oral: kapsul 250, 500 mg; tablet lepas-lambat Parenteral: bubuk yang dilarutkan untuk
375, 500 mg; bubuk yang dilarutkan untuk
suntikan (0,5; 1; 2 g per vial)
suspensi 125,187,25O,375 mg/5 mL
Ceftibuten (Cedax)
Cefamandole (Mandol)
Parenteral: 1, 2 g (dalam vial) untuk suntikan Oral: kapsul 400 mg; bubuk untuk suspensi
IM,IV oral90, 180 mg/5 mL
Cefmetazole (Zefazone) Ceftizoxime (Cefizox)
Parenteral: bubuk untuk suntikan lV 1, 2 g Parenteral: bubuk yang dilarutkan untuk
Cefonicid (Monocid) suntikan dan larutan untuk suntikan (0,5;
Parenteral: bubuk yang dilarutkan untuk 1;2gpervial)
suntikan (1, 10 g per vial) Ceftriaxone (Rocephin)
Cefotetan (Cefotan) Parenteral: bubuk yang dilarutkan untuk
Parenteral: bubuk yang dilarutkan untuk suntikan (0,25; 0,5; 1, 2, 10 9 per vial)
suntikan (1, 2, 10 g per vial) Karbapenem & Monobaktam
Cefoxitin (Mefoxin) Aztreonam (Azactam)
Parenteral: bubuk yang dilarutkan untuk
Parenteral: bubuk yang dilarutkan untuk
suntikan (1, 2, 10 g per vial)
suntikan (0,5; 1;2 g)
Cefprozil (Cefzil)
Oral: tablet 250, 500 mg; bubuk yang Ertapenem (lnvanz)
dilarutkan untuk suspensi 125, 250 mg/5 Parenteral: bubuk 1 g yang dilarutkan untuk
,ML suntikan intravena (pelarutnya NaCl 0,9%)

sTidak tersedia di AS. (berlanjut)


ANTIBIOTIK BETA-LAKTAM & ANTIBIOTIK LAIN YANG AKTIF DI DINDING DAN MEMBRAN SEL I 767

atau suntikan intramuskular (pelarutnya Daptomycin (Cubicin)


lidocaine 1%) Parenteral: bubuk terliofi lisasi yang dilarutkan
lmipenem/cilastatin (Pri maxi n) untuk suntikan lV 0,25 atau 0,5 g
Parenteral: bubuk yang dilarutkan untuk Fosfomycin (Monurol)
suntikan (250, 500, 750 mg imipenem per Oral: paket 3 g
vial) Vancomycin (generik, Vancocin, Vancoled)
Meropenem (Merrem lV) Oral: pulveres 125, 250 mg; bubuk yang
Parenteral: bubuk untuk suntikan (0,5; 1 g per dilarutkan untuk larutan 250 mg/5 mL, 500
vial) mg/6 mL
Parenteral: bubuk yang dilarutkan untuk
Osrr-Oenr Llrru Ynruc Dlennns Pnon Bns lNt suntikan lV 0,5; 1; 5; '10 g
Cycloserine (Seromycin Pulvules)
Oral: kapsul 250 mg

Hiramatsu K et al: Methicillin resistant Staphylococcrts oureus cE'


REFERENSI
nical shain with reduced vancomycin susceptibility. J Anti-
Balbisi EA: Cefditorery a new aminothiazolyl cephalosporin.
microb Chemo frier 1997 ;40:135.
Jacoby GA, Munoz-Price l5: The new beta-lactamases. N Engl j
Pharmacolo gy 2002;22:1'27 8.
Carpentei CF, Chambers HF: Daptomycin: Another novel agent Med 2005;352:380.
for heating infections due to drug-resistant gram-positive Keating GM, Perry CM: Ertapenem: A review of its use in the
pathogens. Clin Infect Dis 2004;38:994. treahnent of bacterial infections. Drugs 2005;65:2151'.
Centers for Disease Conhol and Prevention: Vancomycin Park MA, Li JT: Diagnosis and management of penicillin alergy.
resistant Staphylococctts aureus -Pervrsylvania, 2002. JAMA Mayo Clin Proc 2005;80:405.
2002;288:211,6. Perry CM, Scott LJ: Cefdinir: A review of its use in the management
Chow JW et al: Enterobacfer bacteremia: Clinical features and of mild-to-moderate bacterial infections. Drugs 2004;64:1433.
emergence of antibiohc resistance during therapy. Ann Intem Wexler HM. In viho activity of ertapenem: Review of recent
Med 1991;115:585. s tudies. Antimicrob Chemother 2004;53(Suppl 2);ii1 1.
Fowler VG et al: Daptomycin versus standard therapy for bac-
teremia and endocarditis caused by Staphylococctts cttretts. N
Engl J Med 2006;355:653.
Henry F. Chambers, MD

Obat-obat yang dibahas dalam bab ini bekerja mengham-


f(cnr; N(CH3)2
bat sintesis protein bakteri dengan mengikat dan meng-
ganggu ribosom.
-/\ OH

I
:\ -z :-\
ffiffifffi J:'"i-,r.n
"cHlH OHOOH
Sg TETRASIKLIN Tigecycline

Semua tetrasiklin memiliki struktur dasar seperti di bawah aktif terhadap banyak bakteri gram-positif dan gram-
ini: negatif, termasuk bakteri anaerob, riketsia, klamidia, mi-
koplasma, dan bentuk L; dan terhadap beberapa protozoa,
OH
misalnya ameba. Kebanyakan untuk mikroba golongan
OH tetrasiklin memiliki aktivitas antibakteri yang sama, kecuali
Vro\ -/11\ Vrz\ ,,-1\ /-o bahwa galur yang resisten terhadap tetrasiklin mungkin
- tt, sensitif terhadap doksisiklin, minosikliry dan tigesiklin;
;l
\- \ t./ OH
ketiganya merupakan substrat yang buruk untuk pompa
-0H
i. ff H N(CH3)2 efluks yang memperantarai resistensi. Terdapat perbedaan
Renal yang tipis dalam efektivitas klinis terhadap organisme yang

Cholortelracycline
Rz R6 R5 i.l,,.ififfi rentary dan hal ini terutama disebabkan oleh perbedaan sifat
-Cl -CH3 -H 35 absorpsi, distribusi, dan ekskresi masing-masing obat.
Oxytetracycline
Tebacycline -H -CH; -OH 90
Tehasiklin sebagian memasuki mikroorganisme me-
Demeclocycline
-H -CHl- -H 65
-Cl -H -H 35 lalui difusi pasil dan sebagian melalui proses transpor aktif
Melharycline -H :CHz
Dorycycline -H -OH 31
yang bergantung pada energi. Sel yang rentan terhadap
Minocydine -N(CH3)2 -CH; - -OH 16

-H -H 10 tetrasiklin mengonsentrasikan obat tersebut di dalam sel.


ada--OH
'Tidak pada posisi 6 dalam methacycline dan dorycycline.
Setelah berada di dalam sel, tetrasiklin berikatan secara
reversibel pada subunit 30S ribosom bakteri, mencegah
Tehasiklin 'bebas merupakan zat amfoterik kristalin ikatan aminoasil-tRNA pada lokasi akseptor di kompleks
dengan kelarutan yang rendah. Obat ini tersedia sebagai mRNA-ribosom (Gambar 44-1). Hal ini mencegah penam-
hidroklorida, yang Iebih larut. Larutan obat ini bersifat bahan asam amino ke peptida yang sedang terbentuk.
asam dan, kecuali klortetrasiklin, cukup stabil. Tetrasiklin
mernbentuk kelat dengan ion logam divalery yang dapat Resistensi
mengganggu penyerapan dan aktivitas ion-ion tersebut. Ana-
Terdapat tiga mekanisme resistensi terhadap analog tetra-
Iog tetrasiklin yang baru disetujui, yakni tigesiklin, merupa-
siklin: (1) gangguan inlluks atau peningkatan efluks oleh
kan suatu glisilsiklin dan turunan semisintetik minosiklin.
pompa protein transpor aktif; (2) proteksi ribosom akibat
produksi protein yang mengganggu ikatan tetrasiklin
Aktivitas Antimikroba dengan ribosom; dan (3) inaktivasi enzimatik. Mekanisme
Tetrasiklin adalah antibiotik bakteriostatis berspektrum- yang terpenting dari ketiganya adalah produksi pompa
luas yang menghambat sintesis protein. Tetrasiklin bekerja efluks dan proteksi ribosomal. Spesies gram negatif yang

764
TETRASIKLIN, MAKROLIDA, KLINDAMISIN, KLORAMFENIKOL, & STREPTOGRAMIN I 769
Farmakokinetik
Asam Tetrasiklin berbeda terutarna dalam hal absorpsinya se-
amino telah pemberian per oral dan elirninasinya. Penyerapan
tetrasiklin setelah pemberian per.oral. adalah sekitar 30%
untuk klortetrasiklin; 60-70% untuk tetrasiklin, oksitetra-
tRNA yang
bermuatan siklin, demeklosiklin, dan metasiklin; dan 95-100% untuk
Lokasi
doksisiklin dan minosiklin. Tigesiklin oral diabsorpsi de-
donor akseptor, A
peptidil, P ngan buruk sehingga harus diberikan secara intravena. Se-
bagian tetrasiklin yang diberikan per oral tetap tertinggal
di lumen usus, rnengubah flora usus, dan diekskresi dalarn
MRNA
feses. Penyerapan terjadi terutarna di usus halus bagian
atas dan terl-rambat oleh makanan (kecuali doksisiklin dan
rninosiklin); oleh kation divalen (Ca2-,Mg"", Fe2.) atau Al3.;
IRNA yang oleh produk susu dan antasid, yang mengandung kation
tidak bermuatan multivalen; dan oleh pH alkali. Larutan tetrasiklin yang
Gamhar /M-1. Langkah-langkah sintesis protein bakterial didapar secara khusus dibuat untuk pemberian intravena.
dan sasaran beberapa antibiotik. Asam amino disajikan dalam Sebesar 40-80% tetrasiklin terikat pada protein serum.
bentuk lingkaran bernomor. Kompleks mRNA ribosomal 705 Tetrasiklin hidroklorida atau oksitetrasiklin oral dalam dosis
disajikan dengan subunit 50S dan 30S-nya. Pada langkah
500 mg tiap 6 jam menghasilkan kadar puncak dalam darah
1, unit tRNA bermuatan yang membawa asam amino 8
berikatan dengan lokasi akseptor A pada ribosom 70S. sebesar 4-6 mcg/ nL. Tetrasiklin yarrg disuntikkan secara
Peptidil tRNA pada lokasi donor, dengan asam amino 1 sampai intravena memberikan kadar yang lebih tinggi, tetapi hanya
7, kemudian mengikatkan rantai asam amino yang sedang sesaat. Kadar puncak 2-4 mcg/ nL dicapai oleh doksisiklin
terbentuk dengan asam amino 8 (transpeptidasi, langkah
atau rninosiklin dalam dosis 200 mg. Kadarpuncak tigesiklin
2). IRNA tak-bermuatan yang tertinggal pada lokasi donor
kemudian dilepaskan (langkah 3), dan rantai asam amino pada keadaan stabil dalam serum adalah sebesar 0,6rncg/
8 yang baru dengan tRNA-nya bergeser ke lokasi peptidil rnl- pada dosis biasa. Tetrasiklin terdistribusi secara luas
(translokasi, langkah 4). Lokasi ikatarr antibiotik disajikan ke jaringan dan cairan bubuh kecuali cairan serebrospinal
secara skematis dalam bentuk segitiga. Kloramfenikol (C)
dan makrolida (M) terikat pada subunit 50S dan menyekat )'ang memiliki konsentrasi sebesar L0-25% kadar dalarn
transpeptidasi (langkah 2). Tetrasiklin (T) terikat pada serum. Kadar minosiklin sangat tinggi dalarn air mata
subunit 305 dan mencegah pengikatan unit IRNA bermuatan dan saliva sehingga membuatnya bermarrfaat uutuk
berikutnya (langkah 1).
eradikasi status karier meningokokus. Tetrasiklin melin-
tasi plasenta untuk mencapai janir-r dan juga diekskresi
dalam susu. Akibat pengikatan dengan kalsium, tetrasiklin
juga terikat pada-dan merusak-tulang dan gigi yang
mengekspresikan suatu pompa efluks Tet(AE) bersifat sedang bertumbuh. Ingesti karbamazepin, fenitoin, barbi-
resisten terhadap tetrasiklin, doksisiklin, dan rninosiklin turat, dan alkohol kronik dapat memperpendek waktu-
terdahulu. Akan tetapi, spesies tersebut rentan terhadap paruh doksisiklin sebesar 50% melalui induksi enzirn he-
tigesiklin, yang bukan merupakan substrat pompa efluks patik yang rnernetabolisrne doksisiklin.
Te(AE). Serupa dengan hal ini, pompa efluks Tet(K) pada Tetrasiklin terutarra diekskresi di empedu dan urine.
stafilokokus memunculkan resistensi terfradap tetrasiklin, Kadarnya dalam empedu melebihi kadarnya dalatn serum
tetapi tidak terhadap doksisiklin, minosiklin, atau tigesi- sebesar 10 kali lipat. Sejumlah tetrasiklin yang diekskresi
klin, yang kesemuanya bukan merupakan substrat pompa dalarn empedu direabsorpsi dari usus (sirkulasi entero-
tersebut. Protein proteksi ribosomal Tet(M) yang dieks- hepatik) sel-rir-rgga mungkin berperan mempertahankan
presi oleh bakteri gram-positif menimbulkan resistensi ter- kadarnya dalam serum. Sepuluh hingga 50 persen berbagai
hadap tetrasiklin, doksisiklin, dan minosiklin, tetapi tidak jenis tetrasiklin dieksresi ke dalam urine, terutama rnelalui
terhadap tigesiklin, karena substituen f-butilglisilamido- filtrasi glomerulus. Sepuluh hingga 40 persen obat dieksre-
nya yang besar memiliki efek sterik yang mencegah si dalam feses. Berbeda dengan tetrasiklin Iain, doksisiklin
pengikatan Tet(M) pada ribosom. Tigesiklin merupakan dan tigesiklin dieliminasi oleh mekanisme nonginjal dan
substrat pompa efluks obat-multipel yang disandi secara tidak terakumulasi secara bermakna sehingga tidak mem-
kromosomal mllik Proteus sp, dan Pseudomonas acruginosn, butuhkan penyesuaian dosis pada gagal ginjal.
yang menimbulkan resistensi intrinsik terhadap semua te- Tetrasiklin digolongkan menjadi kerja-pendek
trasiklin, termasuk tigesiklin. (klortetrasiklin, tetrasiklin, oksitetrasiklin), kerja-sedang
77O I BAB44
(demeklosiklin dan metasiklin), atau kerja-lama (doksi- hadap tigesiklin. Spektrumnya sangatlah luas, meliputi
siklin dan minosiklin) berdasarkan waktu-paruhnya da- stafilokokus koagulase-negatif dan StaplryIococcus Aureus,
lam serum, yang masing-masing sebesar 6-8 jam, '1-.2 jam, termasuk galur yang resisten terhadap metisilin, agak
dan 1G18 jam. Tigesiklin memiliki waktu-paruh sebesar resisten terhadap vankomisin, dan resisten terhadap van-
36 jam. Absorpsi doksisiklin dan minosiklin yang hampir komisin; streptokokus, baik yang rentan maupun resisten
sempurna dan ekskresi mereka yang lambat membuat terhadap penisilin; enterokokus, termasuk galur yang re-
keduanya dapat diberikan dalam dosis sekali sehari. sisten terhadap vankomisin; batang gram-positif; Entero-
bacteriaceae; galur Acinetobacter sp yang resisten terhadap
Penggunaan Klinis berbagai oba! bakteri anaerob, baik gram-positif maupun
Tetrasiklin merupakan obat pilihan untuk infeksi Mycoplas- gram-negatif; agen atipikal, riketsia, klamidia, dan legio-
ma pneumoniae, klamidia, riketsia, dan beberapa spirokaeta. nella; dan mikobakteria yang bertumbuh dengan cepat.
Tetrasiklin digunakan dalam regimen kombinasi untuk Akan tetapi, Proteus dan P. aeruginosa resisten secara
mengobati ulkus lambung dan duodenum akibat Helico- intrinsik.
bacter pylori. Obat ini dapat pula digunakan dalam berba- Tigesiklin, yang hanya diformulasikan untuk pembe-
gai infeksi gram-positif dan gram-negatif, termasuk infeksi rian intravena, diberikan dalam dosis inisial 100 mg; kemu-
vibrio, asalkan organisme tersebut tidak resisten. Pada dian sebesar 50 mg setiap 12 jam. Seperli semua tetrasiklin,
kolera, tetrasiklin cepat menghentikan pengeluaran vibrio, penetrasinya ke jaringan dan intrasel sangat baik; akibat-
tetapi tampaknya timbul resistensi terhadap tetrasiklin nya, volume distribusinya cukup besar dan kadar pun-
selama terjadinya epidemi. Tetrasiklin tetap efektif pada caknya dalam serum menjadi agak rendah. Eliminasinya
sebagian besar infeksi klamidia, termasuk penyakit me- terutama melalui ernpedu sehingga penyesuaian dosis
nular seksual. Tetrasiklin tidak lagi direkomendasikan tidak diperlukan pada pasien insufisiensi ginjal. Selain
untuk terapi penyakit gonokokus karena adanya resisten- efek golongan tetrasiklin. efek simpang utama tigesiklin
si. Suatu tetrasiklin-biasanya dalam kombinasi dengan adalah mual, yang dialami hampir sepertiga pasien, dan
aminoglikosida-diindikasikan untuk pes, tularemia, dan kadang timbul muntah. Mual dan muntah ini biasanya
bruselosis. Tetrasiklin kadang digunakan dalam terapi tidak memerlukan penghentian pemberian obat.
infeksi protozoa.,misalnya, akibat Entamoeba histoly tica atau Tigesiklin disebujui penggunaannya oleh FDA untuk
Plasmodium falciparum (lihat Bab 53). Penggunaan lainnya terapi infeksi pada kulit dan struktur kulit serta infeksi
meliputi terapi akne, eksaserbasi bronkitis, pneumonia intra-abdomen. Karena kadar obat aktif dalam urine re-
yang didapat dari masyarakat, penyakit Lyme, demam latif rendah, tigesiklin mungkin tidak efektif untuk in-
relaps, Ieptospirosis, dan beberapa infeksi mikobakterial feksi saluran kemih dan tidak mempurryai indikasi untuk
nontuberkulosa (misalnya, My cob ac te ium nt arinum). T etr a- penggunaan ini. Karena aktif terhadap beragam patogen
siklin dahulu digunakan untuk berbagai infeksi, terrnasuk nosokomial yang resisten terhadap berbagai obat (misal-
gastroenteritis bakterial, pneumonia (selain pneumonia nya, S aureusyang resisten terhadap metisilin, bakteri gram-
mikoplasmal atau klamidial), dan infeksi saluran kemih. negatif penghasil p-laktamase dengan spektrum diperluas,
Akan tetapi, banyak galur bakteri yang menyebabkan in- dan acinetobacter sp.), tigesiklin merupakan tambahan
feksi tersebut sekarang menjadi resisten sehingga obat lain yang berharga dalam kelompok obat antimikroba.
telah banyak menggantikan peran tetrasiklin.
Minosiklin, sebanyak 200 mg per oral tiap hari selama
A. Dosrs Onnl
5 hari, dapat mengeradikasi status karier rneningokokus, Dosis oral untuk tetrasiklin yang cepat diekskresi, ekuivalen
tetapi karena efek sampingnya dan resistensi berbagai dengan tetrasiklin hidroklorida, adalah 0,25-0,5 g empat
galur meningokokus, rifampin lebih dianjurkan. Demeklo- kali sehari untuk orang dewasa dan 20-40 mg/kg/hari
siklin menghambat efek ADH pada tubulus ginjal dan untuk anak (usia 8 tahun atau lebih tua). Untuk infeksi sis-
telah digunakan dalam terapi sekresi ADH (atau peptida temik berat, dosis yang lebih besar diperlukan, setidaknya
serupa) yang tidak sesuai akibat tumor tertentu (lihat Bab untuk beberapa hari pertama. Dosis hariannya adalah 600
15), mg untuk demeklosiklin atau metasiklin, 100 mg sekali
Tigesiklin, glisilsiklin pertama yang digunakan secara atau dua kali sehari untuk doksisiklin, dan 100 mg dua kali
klinis, memiliki beberapa sifat unik yang membuatnya sehari untuk minosiklin. Doksisiklin merupakan tetrasik-
dipertimbangkan secara terpisah dari tetrasiklin terda- Iin oral pilihan karena dapat diberikan sebagai dosis ha-
hulu. Banyak galur yang resisten terhadap tetrasiklin rian tunggal dan absorpsinya tidak terlalu dipengaruhi
bersifat rentan terhadap tigesiklin karena mekanisme oleh makanan. Sernria tetrasiklin berikatan dengan logam
resistensi yang umumnya timbul tidak berpengaruh ter- sehingga tidak boleh diberikan dengan susu, antasid, atau
TETRASIKLIN, MAKROLIDA, KLINDAMISIN, KLORAMFENIKOL, & STREPTOGRAMIN I 771

fero sulfat. Untuk menghindari penumpukannya dalam D. Torsrsrns Dr GTNJAL


tulang atau gigr yang sedang bertumbufu penggunaan Asidosis tubular ginjal dan cedera ginjal lainnya akibat
tetrasiklin harus dihindari pada ibu hamil dan anak di retensi nitrogen telah dikaitkan dengan pemberian sedia-
bawah usia 8 tahun. an tetrasiklin yang kadaluarsa. Tetrasiklin yang diberi-
B. Dosts PenerureRnl kan bersama dengan diuretik dapat menimbulkan retensi
nitrogen. Tetrasiklin selain doksisiklin dapat terkumpul
Beberapa tetrasiklin tersedia untuk suntikan intravena
hingga mencapai kadar toksik pada penderita gangguan
dalam dosis 0,1-0,5 g settap 6-'l2jam (serupa dengan dosis
fungsi ginjal.
oral) tetapi doksisiklin merupakan agen yang biasanya
dianjurkan, pada dosis sebesar 100 mg setiap 12-24 jam. E. Toxsrsrrns Dr JARINGAN Serempnr
Suntikan intramuskular tidak dianjurkan karena rne- Suntikan intravena dapat rnenyebabkan trombosis vena.
nimbulkan nyeri dan peradangan pada lokasi penyun- Suntikan intramuskular menimbulkan iritasi lokal yang
tikan. nyeri sehingga harus dihindari.

Reaksi Simpang F. Forosensrnsnsr

Reaksi hipersensitivitas (demam obat, ruam kulit) terha- Tetrasiklin, khususnya demeklosiklin, yang diberikan se-
dap tetrasiklin jarang dijumpai. Kebanyakan efek simpang cara sistemik dapat memicu sensitivitas terhadap cahaya
diakibatkan oleh toksisitas langsung obat atau perubahan matahari atau sinar ultraviolet, khususnya pada orang
flora mikroba. berkulit terang.

A. Erex Sruplluc pADA SALURAN CERNA G. Rmrsr VesngulAn


Mual, muntah, dan diare merupakan berbagai alasan Timbul rasa pusing, vertigo, mual, dan muntah, khusus-
utama penghentian terapi tetrasiklin. Efek ini disebab- nya pada doksisiklin dalam dosis di atas 100 mg. Pada
kan oleh iritasi lokal langsung di saluran cerna. Mual, pemberian minosiklin dengan dosis 200-400 rng/hari, 35-
anoreksia, dari diare biasanya dapat ditangani dengan 70% pasien akan mengalami reaksi tersebut.
memberikan obat bersama makanan atau karboksimetil-
selulosa, menurunkan dosis obat, atau menghentikan
,:
r. .,. -..'i. _.:ii.:r_,r.:...:..i.:".. .;,i. I:.r;:.r,-i:...

pemberian obat. :.i'J MAKROLIDA


Tetrasiklin mengubah flora nortnal dengan menekan
organisme koliformis yang rentan dan menyebabkan per- Makrolida adalah sekelompok senyawa yang saling ter-
tumbuhan yang berlebihan pada pseudomonas, proteus, kait erat dan rnemiliki ciri khas adanya cincin lakton mak-
stafilokokus, koliform yang resisten, klostridia, dan kan- rosiklik (biasanya mengandung 'l-4 atau 16 atom) tempat
dida. Hal ini dapat menimbulkan gangguan fungsi salur- melekatnya gula deoksi. Obat prototipe golongan ini, erit-
an cema, pruritus ani, kandidiasis vaginal atau oral, atau romisin, yang tersusun dari 2 gugus gula yang melekat
enterokolitis disertai syok atau kematian. pada cincin lakton 14-atorn, ditemukan tahun 1952 dari
B. Srnuxrun BeRruleruc DAN Grcr
Tetrasiklin mudah terikat pada kalsium yang menumpuk
pada tulang atau gigi anak kecil yang baru terbentuk. Jika
diberikan selama kehamilan, tetrasiklin dapat rnenumpuk
pada gigi janin, yang menyebabkan fluoresensi, perubah-
an warna, dan displasia email; tebrasiklin juga dapat me-
numpuk dalam tulang, yang menirnbulkan deformitas
atau hambatan pertumbuhan. Jika obat diberikan untuk
waktu yang lama pada anak di bawah usia 8 tahury Desosamine
perubahan serupa dapat tirnbul.

C. Torsrsrrns u HATI
Tetrasiklin mungkin dapat mengganggu fungsi hati, ter-
utama selama kehamilan, pada penderita insufisiensi hati
dan ketika dosis tinggi diberikan secara intravena, Nek-
rosis hati telah dilaporkan pada penggunaan dosis harian Erythromycin (R1 = CH3' Rr= H}

sebesar 4 g atau lebih secara intravena. Clarithoromycin (P1'Rz = CHs)


772 I BAB44
Streptomyces erytlveus. Klaritromisin dan azitromisin me- buruk, galur yang mengekspresi metilase yang aktif bila
rupakan turunan semisintetis eritromisin. terinduksi akan tampak rentan in vitro. Akan tetapi, mutan
konstitutif yang resisten dapat diidentifikasi secara invitro
ERITROMISIN dan dapat muncul selama terapi dengan klindamisin.
Kimiawi
Struktur umum eritromisin disajikan di atas dengan Farmakokinetik
cincin makrolida dan gula desosamin dan kladinosa. Erit_ Eritromisin basa dihancurkan oleh asam lambung sehing-
romisin sukar larut dalam air (0,1%) tetapi mudah terdi- ga harus diberikan dalam bentuk salut enterik. Makanan
solusi dalam pelarut organik. Larutan cukup stabil pada menghambat absorpsinya. Stearat dan ester cukup resis_
suhu 4oC tetapi kehilangan aktivitasnya dengan cepat pada ten terhadap asam sehingga diabsorpsi lebih baik. Garam
20"C dan pada pH asam. Eritromisin biasanya dikemas laurii dari ester propionil eritromisin (eritromisin estolat)
dalam bentuk berbagai ester dan garant. merupakan sediaan oral yang diabsorpsi paling baik. Dosis
oral sebesar 2 g/hari memberikan konsentrasi basa dan
Aktivitas antimikroba ester eritromisin dalam serum sebesar 2mcg/ mL. Akan te_
Eritromisin efektif terhadap organisme gram-positif, ter- tapi, hanya bentuk basalah yang aktif secara mikrobiologis,
utama pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, dan dan konsentrasinya cenderung sama apa pun formulasi-
korinebakteria, dalam kadar plasma sebesar 0,02-2 mcg/ nya. Dosis eritromisin laktobionat intravena sebesar 500
mL. Mikoplasma, legionella, Atlantydia trachontatis, C psit- mg menghasilkan kadar dalam serum sebesar 10 mcg/ml
taci, C pneuntoniae, helikobakter, listeria, dan beberapa l jam setelah pernberian obat. Waktu-paruh dalam serum
mikobakteria (My cob acterium kans asii, M s crofula ceunl juga normalnya sekitar 1,5 jam dan 5 jam pada penderita anuria.
rentan. Organisme gram-negatif seperti Neisseria sp, Bor_ Penyesuaian dosis tidak diperlukan pada gagal ginjal.
detella pertussis, Bartonella lrcnselae, dan B quintana (penye- Eritromisin tidak dibersihkan oleh dialisis. Sejumlah
bab pada penyakit cakaran kucingf cat-scratch disease d,an besar eritromisin yang diberikan diekskresi clalam empe-
angiomatosis basiler), beberapa riketsia sp, Treponema pal- du dan hilang dalam feses, dan hanya 5% yang diekskresi
lidum, dan kampilobakter sp rentan terhadap eritromisin. dalam urine. Obat yang diabsorpsi didistribusikan secara
Akan tetapi, Haemopltilus influenzae kurang rentan. luas kecuali ke otak dan cairan serebrospinal. Eritromisin
Efek antibakterial eritromisin dapat bersifat inhibito- diambil oleh leukosit polimorfonuklear dan makrofag.
ris atau bakterisidal, khususnya pada konsentrasi tinggi, Obat ini melintasi plasenta dan mencapai janin.
untuk organisme yang rentan. Aktivitasnya meningkat
pada pH basa. Inhibisi sintesis protein terjadi melalui Penggunaan Klinis
ikatan dengan RNA ribosom 50S, yang mencegah reaksi Eritromisin merupakan obat pilihan pada infeksi korine-
translokasi aminoasil dan pembentukan komoleks inisiasi bakterium (difteri, sepsis korinebakterial, erihasma); pada
(Gambar 44-1). infeksi pernapasan, neonafus, mata, dan klamidia genital;
dan pada terapi pneumonia yang didapat dari masya-
Resistensi rakat karena spektrum aktivitasnya meliputi pneumo-
Resistensi terhadap eritromisin biasanya dikode dalarn kokus, mikoplasma, dan legionella. Eritromisin juga ber-
plasmid. Telah diketahui adanya tiga mekanisme: (1) pe- manfaat sebagai pengganti penisilin pada individu yang
nurunan permeabilitas rnembran sel atau efluks aktif; (2) alergi terhadap penisilin dengan infeksi stafilokokus
produksi (oleh Enterobacteriaceae) esterase yang meng- (dengan beranggapan bahwa stafilokokus yang diisolasi
hidrolisis makrolida; dan (3) modifikasi lokasi pengikatan rentan), streptokokus, atau pneumokokus. Munculnya re-
ribosomal (proteksi ribosornal) rnelalui mutasi krornosom sistensi eritrornisin pada galur streptokokus grup A dan
atau melalui metilase konstitutif atau terinduksi-rnakro- pneumokokus (khususnya pneumokokus yang resisten-
lida. Efluks dan produksi metilase merupakan mekanisrne penisilin) membuat makrolida kurang disukai sebagai
resistensi terpenting pada organisme gram-positif. Eritro- agen lini-pertama dalam terapi faringitis, infeksi kulit dan
misin dan makrolida lain memiliki resistensi-silang yang jaringan lunak, dan pneumonia. Eritrornisin dianjurkan se-
komplet. Produksi mefilase konstitutif juga menimbulkan bagai profilaksis terhadap endokarditis selama prosedur
resistensi terhadap senyawa yang secara struktural tidak gigi pada penderita penyakit katup jantung, meskipun
terkait tetapi secara mekanik serupa, seperti klindamisin klindamisin yang ditoleransi lebih baik relah banyak
dan streptogramin B (disebut resistensi makrolicla-linko- menggantikannya. Meskipun eritromisin estolat merupa-
samid-streptogramin, atau resistensi MLS-tipe B), yang kan garam yang paling baik diserap, obat ini paling be-
memiliki lokasi pengikatan ribosomal yang sama. Karena risiko menimbulkan reaksi simpang. Oleh sebab itu, garam
nonmakrolida merupakan penginduksi metilase yang stearat atau suksinat rnungkin lebih dipilih.
TETRASIKLIN, MAKROLIDA, KLINDAMISIN, KLORAMFENIKOL, & STREPTOGRAMIN I 773
Dosis eritromisin basa, stearat, atau estolat oral, adalah cukup baik, dengan kadar jaringan yang serupa atau
0,25-0,5 g setiap 6 jam (untuk anak, 40 rr.g/kg/hari). Dosis melebihi kadar dalam serum.
eritromisin etilsuksinat adalah 0,4-0,6 g setiap 6 jam. Erit- Klarikomisin dimetabolisme dalam hati. Metabolit
romisin basa oral (1 g) kadang dikombinasikan dengan utamanya adalah 14-hidroksiklaritromisin, yang juga
neomisin atau kanamisin oral unfuk persiapan praopera- mempunyai aktivitas antibakterial. Sejumlah obat aktif
tif kolon. Dosis eritromisin gluseptat atau laktobionat in- dan metabolit utama ini dieliminasi dalarn urine, dan pe-
travena adalah 0,5-1,0 g setiap 6 jam untuk orang dewasa nurunan dosis (rnisalnya, dosis awal sebanyak 500 mg
dan 20-40 mg/kg/hari untuk anak. Penggunaan eritromi- kemudian 250 rng sekali atau dua kali sehari) dianjurkan
sin dalam dosis yang lebih tinggi dianjurkan untuk meng- pada pasien dengan bersihan kreatinin yang kurang dari
obati pneumonia akibat Legionella sp. 30 mL/menit. Klaritromisin merniliki interaksi obat yang
serupa dengan interaksi obat yang dijelaskan untuk eritro-
Reaksi Simpang misin.
A. Erex PADA SALURAN CERNA Keuntungan klaritromisin jika dibandingkan dengan
eritrornisin adalah insidens intoleransi saluran cernanya
Anoreksia, mual, muntah, dan diare terkadang timbul
lebih sedikit dan frekuensi pemberiannya lebih sedikit.
pada pemberian oral. Intoleransi saluran cerna, yang tim-
Kecuali untuk organisme spesifik yang dijelaskan di atas,
bul akibat perangsangan langsung terhadap motilitas usus,
kedua obat tersebut secara terapeutik sangat mirip sehing-
merupakan alasan tersering penghentian eritromisin dan
ga pilihan antara keduanya lebih didasarkan pada biaya
penggantiannya dengan antibiotik lain.
dan tolerabilitasnya.
B. Toxssrns Dr HATI

Eritromisin, khususnya estolat, dapat rnenghasilkan he- AZITROMISIN


patitis kolestatik akut (demam, ikterus, gangguan fungsi Azitromisin, suatu senyawa cincin makrolida lakton 15-
hati), kemungkinan akibat reaksi hipersensitivitas. Keba- atorn, diturunkan dari eritromisin melalui penarnbahan
nyakan pasien akan sembuh dari keadaan ini, tetapi hepa- nitrogen termetilasi ke dalam cir-rcin lakton. Spektrum ak-
titis akan kembali timbul jika obat diberikan lagi. Reaksi tivitas dan penggunaan klinisnya hampir identik dengan
alergi lain meliputi demam, eosinofilia, dan ruam. klarihonrisin. Azitrornisin efektif terhadap M aaium kom-
pleks dan T gottdii. Azitromisin sedikit kurang aktif dari-
C. lNrennx$ Oenr
pada eritrornisil-r dan klariLromisin terhadap stafilokokus
Metabolit eritromisin dapat menghambat enzim sitokrotu dan streptokokus serta sedikit lebih aktif terhadap H
P450 sehingga meningkatkan konsentrasi berbagai obat influenzne. Azitrornisin sangat aktif terhadap klarnidia.
dalam serum, seperti teofilin, antikoagulan oral, siklos- Azitromisin berbeda dari eritromisin dan klaritrornisin
poriry dan metilprednisolon. Eritromisin meningkatkan terutama dalarn l'ral sifat farmakokinetiknya. Dosis azitro-
konsentrasi digoksin oral dalam serum dengan mening- misin sebesar 500 mg menghasilkan kaclar clalarn serurn
katkan bioavailabilitasnya. yang relatif rendah sekitar 0,4 rncg/mL. Akan tetapi, azi-
tromisin berpenetrasi dengan sangat baik ke dalam se-
KLARITROMISIN bagian besar jaringan (kecuali cairan serebrospinal) dan
Klaritromisin diturunkan dari eritromisin melalui penam- sel fagositik, dengan kadar dalam jaringan melebihi kadar
bahan satu gugus metil dan memiliki stabilitas asam serum sebesar 10 hingga 100 kali lipat. Obat ini dilepaskan
serta absorpsi oral yang lebih baik daripada eritromisin. secara lambat dari jaringan (waktu-paruh dalam jaringan
Mekanisme kerjanya sama dengan eritromisin. Klaritro- adalalr sebesar 2-4 hari), dan mengl-rasilkan waktu-paruh
misin dan eritromisin hampir identik dalam hal aktivitas eliminasi yang mendekati 3 hari. Sifatnya yang unik
antibakteri kecuali bahwa klaritromisin lebih aktif terha- ini mernungkinkan pemberian dosis sekali sehari dan
dap Mycobacterium aaium kompleks (lihat Bab 4f . Klaritro- pernendekan lama terapi pada banyak kasus. Contohnya,
misin juga memiliki aktivitas terhadap M leprae dan Toxo- dosis tunggal azitromisin sebesar 1 g sama efektifnya
plasma gondii. Streptokokus dan stafilokokus yang resisten dengan terapi doksisiklin selarna 7 hari untuk servisitis
terhadap eritromisin juga resisten terhadap klaritromisin. dan uretritis akibat klarnidia. Pneumonia yang didapat
Klarihomisin dosis 500 mg menghasilkan kadar dalam dari masyarakat dapat diobati dengan azitromisin yang
serum sebesar 2-3 mcg/ mL. Waktu-paruh klaritromisin diberikan dalarn dosis awal sebesar 500 mg, yang diikuti
yang lebih panjang (6 jam) daripada eritromisin memung- dengan dosis tunggal sebesar 250 mg per hari selama 4
kinkan pemberian dosis sebanyak dua kali sehari. Dosis hari ke depan.
yang dianjurkan adalah 250-500 mg dua kali sehari atau Azitromisin cepat diserap dan ditoleransi dengan baik
1000 mg untuk sediaan lepas-lambat sebanyak sekali se- per oral. Obat ini sebaiknya diberikan 1 jarn sebelurn atau
hari. Penetrasi klaritromisin pada kebanyakan jaringan 2 jam setelah tnakau. Antasid aluminium dan rnagnesium
774 I 8A844
"tidak *".tgubah bioavailabilitasnya tetapi menunda ab- Aktivitas Antibakteri
sorpsi dan menurunkan kadar puncaknya dalam serum.
Streptokokus, stafilokokus, dan pneumokokus dihambat
Karena memiliki cincin lakton beranggotakan 15 (bukan
oleh klindamisin,0,5-5 mcg/ml. Walaupun rentan terhadap
14), azitromisin tidak menonaktifkan enzim sitokrom P450
eritrornisin, enterokokus dan organisme aerob gram-negafif
sehingga tidak terdapat interaksi obat yang terjadi pada
resisten terhadap klindamisin. Bacteroides sp dan bakteri
eritromisin dan klaritromisin.
anaerob lainnya, baik gram-positif maupun gram-negatif,
biasanya rentan. Klindamisin, seperti eritromisin, meng-
KETOLIDA harnbat sintesis protein dengan mengganggu pembentuk-
Ketolida merupakan makrolida semisintetis berbentuk an kompleks inisiasi serta reaksi hanslokasi aminoasil.
cincin beranggotakan 14 atom, yang berbeda dengan erit- Lokasi ikatan klindamisin pada subunit 50S ribosom bakteri
romisin karena adanya substifusi gugus 3-keto unfuk gula identik dengan lokasi ikatan eriLromisin. Resistensi terha-
nehal l-kladinosa. Telitromisin disetujui untuk pengguna- dap klindamisin, yang umumnya memunculkan resistensi-
an klinis. Obat ini aktif secara in vitro terhadap Streptococ- silang terhadap makrolida, teryadi akibat (1) mutasi lokasi
cus pyogenes, S pneumoniae, S aureus, H influenzae, Moraxella reseptor ribosomal; (2) modifikasi reseptor oleh metilase
catanhalis, mikoplasma, Legionella sp , Chlamydia sp, H pyloi, yang diekspresikan secara konstitutif (lihat bagian resis-
N gononhoeae, B fragilis, T gondii, dan mikobakteria nontu- tensi eritromisin, di atas); dan (3) inaktivasi enzimatik oleh
berkulosis. Banyak galur yang resisten terhadap makrolida klindamisin. Spesies aerob gram-negatif secara intrinsik
rentan terhadap ketolida karena modifikasi struktur pada resisten karena permeabilitas membran luar yang buruk.
senyawa ini menjadikannya substrat yang buruk untuk
resistensi yang diperantarai pompa efluks, dan ketolida Farmakokinetik
berikatan pada ribosom beberapa spesies bakteri dengan
Dosis klindamisin oral sebesar 0,15-0,3 g tiap 8 jam (10-
afinitas yang lebih tinggi daripada makrolida.
20 mg/kg/hari untuk anak), menghasilkan kadar serum
Bioavailabilitas oral telitromisin adalah S7%, dan pe-
sebesar 2-3 mcg/ mL. Ketika diberikan secara inhavena,
netrasinya pada jaringan dan intrasel umumnya baik. 600 mg klindarnisin setiap 8 jam menghasilkan kadar
Telitromisin dimetabolisme dalam hati dan dieliminasi sebesar 5-15 rncg/mL. Sembilan puluh persen obat ini ter-
oleh kombinasi jalur ekskresi empedu dan urine. Obat ini
ikat pada protein. Klindamisin berpenetrasi dengan baik
diberikan dalam dosis sekali sehari sebesar 800 mg, dan ke dalam sebagian besar jaringan, kecuali ke otak dan
memunculkan kadar puncak dalam serum sekitar 2 mcg/
cairan serebrospinal. Obat ini berpenetrasi dengan baik ke
mL. Telitromisin diindikasikan untuk terapi infeksi saluran
dalam abses dan secara aktif diambil dan terkonsentrasi
napas, termasuk pneumonia bakterial yang didapat dari
di sel fagositik. Klindamisin dimetabolisme oleh hati, dan
masyarakat eksaserbasi akut bronkitis kronik, sinusitis, bentuk aktif obat ini serta metabolitnya yang juga aktif
dan faringitis akibat streptokokus. Telitromisin merupa-
diekskresi dalam empedu dan urine. Waktu-paruhnya 2,5
kan penghambat sistem enzim CYP3A4 yang reversibel jam pada individu normal, dan meningkat hingga 6 jam
dan dapat sedikit memperpanjang interval QT.. Kasus pada penderita anuria. Penyesuaian dosis tidak diperlukan
hepatitis dan gagal hati yang langka telah dilaporkan.
untuk gagal ginjal.

Wryj:rf ,rffi.E+{.$*]I;:*!ffi;i.j:{ Penggunaan Klinis


ffi KLINDAMISIN Klindamisin diindikasikan untuk terapi infeksi anaerob
yang disebabkan oleh bakteroides dan anaerob lain yang
Klindamisin merupakan furunan linkomisin yang ter- sering berperan dalam infeksi campuran. Klindamisin,
substitusi-kloriry suafu antibiotik yang dihasilkan oleh kadang dikombinasi dengan aminoglikosida atau sefalos-
S tr ep tomy ce s lin colne n s i s. porin, digunakan untuk mengobati luka penetrans pada
cH, perut dan usus; infeksi yang berasal dari saluran genitalia
l" cHs perenpuan/ rnisalnya, aborsi septik dan abses panggul;
-N- |
./ \ cr-cH dan pneumonia aspirasi. Klindamisin saat ini lebih dian-
\," l-rr-i, jurkan ketimbang eritromisin sebagai profilaksis endo-
r-8 ol-o. karditis pada pasien dengan penyakit katup jantungyang
menjalani prosedur tertentu pada gigi mereka. Klinda-
(o,. ) misin plus primakuin merupakan alternatif trimetoprim-
\___rs-cH3 sulfometoksazol yang efektif untuk pneumonia akibat
OH Pneumocystis jirooeci berderajat sedang hingga sedang-
Clindamycin berat pada pasien AIDS. Klindamisin juga dikombinasi
TETRASIKLIN, MAKROLIDA, KLINDAMISIN, KLORAMFENIKOL, & STREPTOGRAMIN I 775
dengan pirirnetamin untuk toksoplasmosis otak akibat diserap secara sempuma. Dosis oral sebesar 1 g meng-
AIDS. hasilkan kadar dalam darah antara 10 dan 15 rncg/rnl.
Kloramfenikol palmitat merupakan prekursor obat yang
Efek Simpang dihidrolisis dalam usus untuk menghasilkan kloramfeni-
Efek simpang yang umum terjadi meliputi diare, rnual, dan kol bebas. Bentuk sediaan parenteralnya juga merupakan
ruam pada kulit. Gangguan fungsi hati (dengan atau tanpa suatu prekursor obat (prodrug), yakni kloramfenikol
ikterus) dan neutropenia sesekali timbul. Diare berat dan suksinat, yang terhidrolisis untuk menghasilkan kloram-
enterokolitis juga dapat menyertai pemberian klindamisin. fenikol bebas dan menghasilkan kadar dalam darah yang
Pemberian klindamisin merupakan faktor risiko terjadinya lebih rendah daripada kadar yang dicapai oleh pemberian
diare dan kolitis akibat Clostridium dfficile. per oral obat tersebut. Kloramfenikol didistribusikan
secara luas ke hampir semua jaringan dan cairan tubuh,
;'..j.:!ii:r::l..i,.-f':'j.']'i.'' termasuk sistem saraf pusat dan cairan serebrospinal
sehingga kadarnya dalam jaringan otak dapat setara
3-Sl9lAMFENlSot dengan kadarnya dalam serum. Obat ini mudah menem-
Kloramfenikol kristalin adalah senyawa stabil dan nebral bus membran sel.
Sebagian besar obat ini diinaktivasi oleh konjugasi
dengan struktur sebagai berikut:
dengan asam glukuronat (terutama di hati) atau oleh re-
duksi rnenjadi aril arnin yang tidak aktif. Kloramfenikol
Noz
?tit'ot fr aktif (sekitar 10% dari dosis keseluruhan yang diberikan)
?-i- f
-c -cHc,,
dan produk degradasinya yang tidak aktif (sekitar 90%
HHH
dari keseluruhan) dielirninasi dalam urine. Sejumlah kecil
Chloramphenicol
obat aktif diekskresi ke dalam ernpedu dan feses. Dosis sis-
Kloramfenikol larut dalarn alkohol tetapi kurang temik kloramfenikol tidak perlu diubah pada insufisiensi
larut dalam air. Kloramfenikol suksinat, yang digunakan ginjal, tapi harus diturunkan secara bernakna pada gagal
untuk pemberian parenteral, sangat larut dalam air. Obat hati. Neonatus yang berusia kurang dari satu rninggu
ini dihidrolisis in vivo disertai pelepasan kloramfenikol serta bayi prernatur juga kurang dapat n"rembersihkan klo-
bebas. rarnfenikol sehingga dosisnl'a harus diturunkan hingga 25
nrg/ kgl hari.
Aktivitas Antimikroba
Kloramfenikol merupakan penghambat sintesis protein Penggunaan Klinis
mikroba yang poten. Senyawa ini berikatan secara rever-
Karena potensi toksisitas, resistensi bakteri, dan keterse-
sibel pada subunit 50S ribosom bakteri (Garnbar 44-1) dan
diaan banyak obat alternatif lainnya, klorarnfenikol jarang
menghambat tahapan peptidil transferase dalarn sintesis
digunakan. Obat ini dapat dipertimbangkan untuk terapi
proJein. Kloramfenikol adalah antibiotik bakteriostatis ber-
infeksi riketsia berat, seperti tifus dan demam bintik
spektrum-luas yang aktif terhadap bakteri gram-negatif
Rocky Mountain. Kloramfenikol menjadi altematif anti-
dan bakteri gram positif, baik aerob maupun anaerob,
biotik BJaktam pada terapi meningitis meningokokal
serta juga aktif terhadap riketsia tetapi tidak terhadap
yang diderita pasien yang memiliki riwayat reaksi l-riper-
klamidia. Kebanyakn bakteri gram-positif dihambat pada
sensitivitas berat terhadap penisilin atau meningitis bak-
kadar sebesar 1-10 rncg/mL, darr banyak bakteri grarn-
terial yang disebabkan oleh galur pneumokokus yang
negatif dihambat pada kadar sebesar 0,2-5 mcg/mL. H
resisten terhadap penisilin. Dosisnya sebesar 50-100 mg/
ittflitenzae, N meningitidis, dan beberapa galur bakteroides
kg/hari dalam ernpat dosis terbagi.
sangat rentan pada kloramfenikol, dan pada spesies-spes-
Kloramfenikol digunakan secara topikal pada terapi
ies ini, kloramfenikol bersifat bakterisidal.
infeksi mata karena spektrun'rnya luas dan penetrasinya
Resistensi kloramfenikol tir, gkat-rendah dapat muncul
pada jaringan mata dan aqueous hurnor. Obat ini tidak
dari banyak sel yang rentan terhadap kloramfenikol akibat
efektif untuk infeksi klarnidia.
seleksi mutan yang kurang perrneabel terhadap obat ini.
Resistensi yang bermakna secara klinis disebabkan oleh
Reaksi Simpang
produksi kloramfenikol asetiltrarrsferase, suatu enzim yang
disandi oleh plasmid dan mengirraktivasi obat tersebut. A. GeruccuaN PADA Sllunnru CenNa
Orang dewasa sesekali rnerasakan mual, muntah, dan
Farmakokinetik diare. Kejadian ini jarang dialami anak. Kandidiasis oral
Dosis kloramfenikol biasa adalah 50-100 rr,g/kg/hari. dan vaginal dapat terjadi akibat perubahan flora mikroba
Setelah pemberian per oral, kloramfenikol kristalin cepat normal.
776 I BAB44

B. GnruccueN pADA Sunnsurra Tuutc dalanr serum setelah diinfus sebanyak 7,5 ng/kg selama
Bergantung dosisny,a, klorarnfenikol sering menyebabkan 60 menit adalah sebesar 3 rncg/rnl- untuk quir-rupristin
supresi reversibel procluksi sel darah merah pada dosis dan 7 mcg/mL untuk dalfopristin. Quinupristin dan
yang melebihi 50 rng/kg/hari setelah l-2 minggu. Anernia dalfopristin cepat dimetabolisme, dengan waktu paruh
aplastik, suatu konsekuensi jarang (1 dalar-n 24.000 hingga nrasing-rnasing 0,85 dan 0,7 jam. Eliminasinya terutama
40.000 rangkaian terapi) akibat pernberian kloramfenikol melalui jalur fekal. Penyesuaian dosis tidak diperlukan
melalui jalur apa pun, adalah reaksi idiosinkratik 1'a1g pada gagal girrjal, dialisis peritoneal, atau her.nodialisis.
tidak bergantung pada dosis, rneskipun terjadi lebih sering Namun, penderita insufisiensi hati mungkin tidak meno-
pada penggunaan yang lama. Kejadian ini cenderung leransi obat ini pada dosis biasa karena bertarnbahnya area
ireversibel dan dapat berakibat fatal. di bawah kurva konsentrasi obat induk dan metabolit.
Pada keadaau irri, penurunan dosis mungkin perlu dila-
C. Toxsrsrrns PADA NEoNATus kukan lringga 7,5 mg/kg tiap "l2jarn atau 5 rng/kg tiap 8
Neonatus tidak rnemiliki mekanisme konjugasi asam glu- jarn. Quinupristir-r dan dalfopristirr secara bermakna rneng-
kuronat yang efektif unhrk degraclasi dan detoksifikasi har-r'rbat CYP3A4, yang rnemetabolisme warfarin, diaze-
kloramfenikol. Akibahrva, jika ba1,i diberi kloramterrikal parn, astemizol, terfenadirr, cisaprid, penghambat reocrse
dengan dosis di atas 50 ntg/kg/hari, obat tersebut dapat trnttscripttrsc nonnukleosida, dan siklosporin. Peuurunan
terakurnulasi dan menimbulkan sindrom bayi kelabu ftrny dosis siklosl.rorin mungkin perlu dilakukan.
baby syndronre), dengan gejala muntah, flaksicl, hipotermia, Quinupristin-dalfopristin disetujui untuk terapi infeksi
warna kelabu, syok, clan kolaps. Untuk menghindari efek akibat stafilokokus atau galur E faccium yang resisten ter-
tbksik ini, kloran'rfenikol harus digrruakan secara hati-l'rati lradap varrkomisin, tetapi tidak E fttecttlis, 1,3119 resisten se-
pada bayi dan dosisrrya dibatasi hingga 50 mg/kg/hari cara intrinsik akibat (kemungkinan) mekanisrne resisten
atau kurang (selarna rninggu pertama kehidupan) pada tipe efluks. Toksisitas utamanya terkait dengan pemberi-
bayi aterrn yang berusia lebih dari 1 rninggu dan 25 mg/ an infus, seperti n\/eri pada tenlpat penlasangan infus, dan
kg/hari pada bayi prematur. sirrdrorl a rtralgia-rrr ialgia.
D. lrursnnrsr DENGAN Oenr LnrN
Kloramfenikol menghambat enzirn mikrosomal hati yang
mernetabolisme beberapa obat. Waktu-paruhnya llteman-
OKSAZOLIDINON
jang, dan kadar fenitoin, tolbutamid, klorproparnid, dan
warfarin dalam serum rneningkat. Seperti pengharnbat Linezolid adalah anggota oksazolidinon, suatu golor-rgan
sintesis protein rnikroba lain antin'rikroba sintetis baru. Obat ini aktif terhadap organis-
1,6y1g bersifat bakteriostatis,
klorarnfenikol dapat metlgantagonis obat-obat bakteri- me grar11-positif ternlasuk stafilokokus, streptokokus, ente-
sidal, seperti penisilin atau aminoglikosida. rokokus, kokus anaerob gram-positif, dan batang gram-
positif seperti korinebakteria dan Listeritt nrottocytogenes.
Obat ini terutama merupakan agerr bakteriostatis kecuali
::. untuk streptokokus; bagi streptokokus, linezolid bersifat
STREPTOGRAMIN bakterisidal. Linezolid aktif secara in vitro terhadap Myco-
bttctcriwn tubc r':rilosis.
Quinupristin-dalfopristin merupakan kombinasi dua Linezolicl merrghanrbat sintesis protein dengarr men-
sheptogramin-quinupristin, suatu stre;.rtogys11lrr B, c-lan cegah perr[]gntukan kor.r'rpleks ribosom yatrg mengawali
dalfopristin,, suatu streptogramin A - dalam perban- sintesis protein. Lokasi ikatam-rya yang unik, yaitu pada
dingan 30:70. Obat ir-ri bersifat bakterisidal dan lrekerja RNA riboson'ral 23S pada subunit 50S, menyebabkannya
cepat pada kebanyakan organisme kecuali Ertcrococt:us tidak rnemiliki resistensi silang dengan obat golongan
faecium, yang dibunuFurya secara perlahan. Quinupristin- lainnya. Resister-rsi disebabkan oleh mutasi pada lokasi
dalfopristin aktif terhadap kokus gram-positif, termasuk ikatan lir-rezolid pada RNA ribosomal 23S.
galur streptokokus yang resisten terhadap berbagai obat, Toksisitas utarna linezolid bersifat hematologis rever-
-
galur S pneuntoniae yarrg resisten terhadap penisilirr, galur sibel dan umumllya ringan. Trornbositopenia merupakan
stafilokokus yang rentan dan resisten terl-radap rnetisilin, mar-rifestasi yar-rg paling sering muncul (terlihat pada seki-
dan E faecium (tetapi tidak E fttecnlis). Resistensi terjadi aki- tar 3% rangkaian terapi), khususnya ketika obat diberikan
bat modifikasi tempat ikatan quinupristin (tipe NILS-B), lebih lama daripada 2 minggu. Neutropenia juga dapat ter-
inaktivasi enzimatik dalfopristin, atau efl uks. jadi, paling sering pada pasien dengan predisposisi untuk
Quinupristin-dalfopristin diberikan secara intravena atau menderita supresi sul-nsun-r tulang. Bioavailabilitas
pada dosis 7,5 mg/kg setiap 8-12 jarn. Kadar puncaknya Iinezolicl setelah pemberian per oral adalah 100%, dan
TETRASIKLIN, MAKROLIDA, KLINDAMISIN. KLORAMFENIKOL, & STREPTOGRAMIN / .777

waktu-parulxlya 4-6 jam. Obat ini dirnetabolisme rnelalui Linezolid disetujui untuk infeksi E faet:ium yang resisten
metabolisme oksidatif, yang menghasilkan dua metabolit terhadap vankomisin; pneumonia nosokornial; pneumonia
inaktif. Linezolid bukanlah penginduksi atau pengharnbat yang didapat dari masyarakat; dan infeksi kulit, dengan
enzim sitokrom P450. Kadar puncaknya dalam serum rata- atau tanpa kornplikasi. Obat ini harus dicadangkan untuk
rata 18 mcg/mL setelah pemberian per oral sebesar 600 mg. terapi infeksi yang disebabkan oleh bakteri granr-positif
Dosis yang dianjurkan untuk kebanyakan indikasi adalah yang resisten terhadap banyak obat.
600 rng dua kali sehari, baik per oral maupuu intravena.

CgtonnmpxrHtcot Clarithromycin (Biaxin)


Oral: tablet 250, 500 mg, tablet lepas-lambat
Chloramphenicol (generik, Chloromycetin)
500 mg; granula untuk membuat suspensi
Oral: kapsul 250 mg
oral 125, 250 mg/5 mL
Parenteral: bubuk 100 mg yang dilarutkan
Erythromycin (generik, lainnya)
untuk suntikan
Oral (basa): tablet salut-enterik 250, 333, 500
m9
TernncvcuHr
Oral (basa) lepas tunda: kapsul 250 mg, tablet
Demeclocycline (Declomycin) 500 mg
Oral: tablet 150, 300 mg; kapsul 150 mg Oral (estolate): suspensi 125,250 mg/5 mL
Doxycycline (generik, Vi bramycin, lai n-lain) Oral (ethylsuccinate): tablet 400 mg; suspensi
Oral: tablet dan kapsul 50,75, 100, mg; bubuk 200,400 mg/5 mL
untuk dibuat suspensi 25 mgl5 mL; sirup 50 Oral (stearate): tablet salut-film 250, 500 mg
mg/5 mL Parenteral: lactobionate, bubuk 0,5; 1 g untuk
Parenteral: bubuk 100. 200 mg untuk dilarutkan untuk suntikan lV
dilarutkan untuk suntikan
Methacycline (Rondomycin) Kerolro
Oral: kapsul 150, 300 mg Telithromyci n (Keteck)
Minocycline (Minocin) Oral: tablet 400 mg
Oral: tablet dan kapsul 50, 75, 100 mg; suspensi
Lrr'rcowtycrH
50 mg/5 mL
Parenteral: bubuk 100 mg untuk dilarutkan Clindamycin (generik, Cleocin)
untuk suntikan Oral: kapsul 75, 150,300 mg; granul yang
Oxytetracycline (Terra myci n) dilarutkan untuk membuat larutan 75 mgl5
Parenteral: 50, 125 mg/mL untuk suntikan lM mL
Tetracycline (generik. lain-lai n) Parenteral: 150 mg/mL dalam vial 2, 4, 6, 60 mL
Oral: kapsul 250, 500 mg; suspensi 125 mg/5 mL untuk suntikan
Tigecycline (Tygacil) SrngptocnnurH
Parenteral: bubuk 50 mg untuk dilarutkan
untu,k pemberian lV
Quinupristin dan dalfopristin (Synercid)
Parenteral: formulasi 30:70 dalam vial 500 mg
untuk dilarutkan untuk suntikan lV
Mnxnolron
Azithromycin (Zithromax) OxnzouorHorue
Oral: kapsul 250, 500, 500 mg; bubuk untuk Linezolid (Zyvox)
membuat suspensi oral 100, 200 mg/5 mL Oral:tablet 400, 600 mg; bubuk 100 mg untuk
Parenteral: bubuk 500 mg untuk suntikan membuat suspensi 5 mL
Parenteral: 2 mglmL untuk infus lV
778 I BAB44

REFERENSI Noskin GA: Tigecydine: A new glycylrydine for treatment of


serious infections. Clin InIect Dis 2005;41(Suppl 5):5303.
Anonymous:.Tigecydine (tygacil). Med Lett Drugs Ther Schlossberg D: Azithromycin and clarithromicin. Med Clin
?i05;47:73.
North Am 1995;79:803.
Fortun J et al: Linezolid for the treabnent of multidrug-resistant
Speer BS, Shoemaker MB, Salyers AA: Bacterial resistance to
tuberculosis. J Antimicrob Chemother 2005;56:180.
Gee T et al Pharmacokinetics and tissue penehation of linezolid
tetrarydine: Mechanism, transfer, and dinical significance.
following multiple oral doses. Antimicrob Agents Chemother Clin Microbiol Rev 1992;5:387.
2001.;45:'1.843.
Zranel GG et al: The ketolides: A critical review. Drugs
2002;62:1771..
Hancock RE: Mechanisms of action of newer antibiotics for gram-
positive pathogens. Lancet Infect Dis 2005;5:209. Zuckerman JM: Macrolides and ketolides: Azithromycin,
Livermore DM. Tigecydine:What is it, and where should it be Ds Clin No-th Am
clarithromycin, telithronrycin. Infect
2004;1,8:64.
used? J Antimicrob Chemother 2005;56:611.
6sid-a$SpektinomiSin
Henry F. Chambers, MD

Obat-obat yang dibahas dalam bab ini merupakan inhibi- yang rendah dan suasana anaerob rneughambat proses
tor bakterisidal sintesis protein, yang mengganggu fungsi transpor dengan mengurangi gradien tersebut. Proses
ribosom. Obat-obat tersebut berguna terutama daian'r me- transpor dapat dipermudah olel-r obat-obat yang aktif
lawan mikroorganisme gram-negatif aerob. bekerja pada dinding sel bakteri seperti per-risilin atau
vankomisin; ken'rudahan transpor tersebut mungkin
Effi?gl3**3.S1!!Pii.i1{}'i]}:i;.j4.::.-: , ,ili:i-i.:':r;'::j:rii:,:.'r.:'.: ,: -: merupakan dasar terjadinya siuergisme antibiotik tersebut
dengan aminoglikosida.
SJ AMINOGLIKOSIDA Di dalam sel bakteri, arninoglikosida berikatan dengan
reseptor pada subunit 30S protein ribosom bakteri (S12
Aminoglikosida tnencakup streptomisin, neomisin, kana-
pada streptomisin). Sintesis protein ribosorn diharnbat
misin, amikasin, gentamisin, tobramisin, sisomisin, ne-
oleh aminoglikosida setidaknya melalui tiga cara (Carn-
tilmisin, dan lain-lain. Aminoglikosida digunakan secara
bar 45-3): (1) nrengganggu kornpleks inisiasi pemben-
luas terhadap bakteri enterik gram-negatif terutama pada
tukan peptida; (2) menyetrabkan kesalahan pernbacaan
bakteremia dan sepsis, yang dikombinasikan der-igan van-
(nisrcttding) mRNA, yang menyebabkan penggabungan
komisin atau penisilin untuk menangani endokarditis, dan
asant arnino yang salah ke dalam peptida; dan (3) rneng-
untuk menangani tuberkulosis.
uraikan polisorn menjadi rronosom yang tak berfungsi.
Aktivitas-aktivitas tersebut kurang lebih terjadi secara
Sifat-sifat Umum Aminogl ikosida
bersar-naan, dan efek keseluruhan-nya bersifat ireversibel
A. Srrrr-strnr Ftstr onnt Ktrrnln dan letal bagi sel bakteri.
Aminoglikosida memiliki sebuah cincin heksosa, berupa
C. MexnrursvrE REstsrENsl
streptidin (pada streptomisin) atau 2-deoksistreptamin
(aminoglikosida lain) tempat rnelekatnya berbagai gula Tiga mekanisme utarna telah diketahui: (1) produksi sualu
amino melalui ikatan glikosida (Garnbar 45-1 & 45-2). Ami- enzim transferase atau enzim yang menginaktifkan amino-
noglikosida dapat larut dalam air, stabil dalanr bentuk glikosida rnelalui adenililasi, aseLilasi, atau fosforilasi. Hal
larutan, dan lebih aktif pada pH alkali ketirnbang pada pH ini merupakan jenis resistensi yang utaura dan diternukan
asam.

B. Mernrutsvtr KeRrl
Cara kerja streptornisin telah ditelaah lebih rrendalam il"
ketimbang cara kerja arninoglikosida lainr-rya, namun
Ho NH
?=tn 9Hs
sernua aminoglikosida mungkin bekerja dengan cara A -cro cH2oH
NH\,/
yang serupa satu sama lain. Aminoglikosida merupakan
inhibitor ireversibel sintesis protein, nanun mekanisme
ll ?-
H2N-c-NH{ )-0-0-{
/-\ Yil ,o-(-
ro
yang pasti untuk aklivitas bakterisidnya belurn diketahui.
Proses awal aktivitas tersebut adalah difusi pasif melalui
HH
Ho oH oH
ft
kanal pori pada membran luar bakteri. Obat ini selanjuhrya CH:
\_____a___-J
ditranspor secara aktil melalui membran sel bakteri ke
Skeptidin Streptosa tt/-metil-L-
dalam sitoplasrna melalui suatu proses yar-rg bergantung
pada oksigen. Gradien elektrokimiawi transmernbran rl1e- + glukosamin

Streptobiosamin
nyuplai energi untuk proses tersebut, dan transpor aktif
dirangkaikarr derrgan suhtu pornpa prbton. pH ekstrasel Gambar 45-1. Struktur streptomisin.

779
780 / BAB 4s

secara klinis. (Enzim transferase spesifik dibahas kernu-


dian.) (2) Terdapat gangguan transpor aminoglikosida ke
dalam sel. Hal ini dapat bersifat genotipik, yaitu terjadi
akibat mutasi atau delesi suatu protein pori atau protein NH_R
yang terlibat dalam transpor dan pemeliharaan gradien
elektrokirniawi; atau bersifat fenotipik, contohnya terjadi
akibat kondisi perturnbuhan ketika proses transpor ami- HO OH HO
noglikosida yang bergantung pada oksigen rnenjacli tidak
berfungsi. (3) Protein reseptor pada subunit 30S ribosom
@@
dapat mengalami delesi atau perubahan akibat suatu HO NHI
mutasi.
@
D. FenunroKtNEnK DAN PEMBERIIh Sexnu-Sexenr
Aminoglikosida diabsorpsi dalam jumlah yang sangat Kanamisln R=H
sedikit dari saluran cerna yang utuh; hampir seluruh jumlah 00H
obat yang masuk per oral diekskresikan ke clalam feses.
Amikasin
ilt
R=C-CH-CH2-CH2-NH2
Akan tetapi, aminoglikosida dapat diserap jika terclapat
ulserasi. Setelah suntikan intramuskular, aminoglikosicla
diabsorpsi dengan baik, dan rnencapai kadar puncak di
dalam darah dalam waktu 30-90 menit. Aminoglikosida
biasanya diberikan secara intravena dalam infus selama 30 NHr
sampai 60 meni! setelah fase distribusi singkat terlampaui,
aminoglikosida tersebut akan mencapai kadar dalam serum /t\ ruH_n,
01 ilY
yang mendekati kadar arninoglikosida serurn yang clicapai
pada pemberian intramuskular. L_/
,/\o_
H0
Secara konvensional, aminoglikosida diberikan dua 0/ \ox
atau tiga kali dengan dosis yang terbagi rata per hari un- \ilX
tuk pasien dengan fungsi ginjal yang nonnal. Akan tetapi, VJ
/\
cHs

pemberian aminoglikosida dengan dosis sekali sehari lebih H0 NH _ CH3


disukai padi keadaan-keadaan tertentu. Aminoglikosicla Gentamisin, netilmisin
memiliki daya bunuh yang bergantung pada dosis; yaitu,
kadar obat yang semakin besar akan membunuh lebih
banyak bakteri dan terjadi pada kecepatan yang Jebih
Cincin Cincin ll
finggi. Aminoglikosida juga memilik i p o stantibiotic effect I

(efek pasca-ar-rtibiotik) yang bermakna sehingga aktivitas lkatan

antibakteri menetap di luar wakhr ketika kadar obat tersebut R1 R2 c4-c5 R3

Gentamisin C1 cHs cHs


masih dapat terukur. Efek pasca-antibiotik arninoglikosicla Tunggal H
Gentamisin C" cHs H Tunggal H
tersebut dapat berlangsung selama beberapa jam. Karena Gentamisin Ci" H H Tunggal H
sifat-sifat tersebut, efektivitas sejuurlah aminoglikosida Netilmisin H H Ganda czHs
mungkin lebih baik jika diberikan sekali derrgan c{osis
besar ketimbang'diberikan berulang dengan dosis yang
lebih kecil.
H2C.- NH2 N.Hz
l-o \-
Gambar 45-2. Struktur sejumlah antibiotik aminoglikosida
yang penting. Cincin ll adalah 2-deoksistreptamin. Kemiripan
Ho/ ,\.1;\'*
antara kanamisin dan amikasin dan antara gentamisin,
netilmisin, dan tobramisin dapat dilihat. Angka yang
V NHz H0
H o-1"'-o'
dilingkari pada molekul kanamisin menunjukkan tempat kerja
enzim transferase bakteri yang diperantarai plasmid yang
dapat menonaktifkan obat ini. (1), (2), dan (3), asetiltranife_
\
rase; (4), fosfotransferase; (5), adenililtransferase. Amikasin
NHz
resisten terhadap modifikasi di posisi (2), (3), (4), dan (5).
Tobramisin
AMINOGLIKOSIDA&SPEKTINOMISIN I 781
Sel bakteri normal

Kodon Subunit 50S Rantai peptida nascenl


inisiasi

Gambar 45-3, Perkiraan mekanisme kerja


aminoglikosida. Sintesis protein yang normal
diperlihatkan pada gambar sebelah atas. Subunit 30S
Sedikitnya tiga efek aminoglikosida telah
dikemukakan, seperti yang tampak pada gambar
sebelah bawah: hambatan pembentukan kompleks
Sel bakteri yang diberikan aminoglikosida
inisiasi, pengodean yang keliru (mrscoding)
pada asam amino di rantai peptida yang Obat (menghambat Obat (rantai peptida yang dikode secara keliru)
sedang terbentuk akibat kesalahan pembacaan kompleks inisiasi)
(misreading) mRNA; dan hambatan translokasi
pada mRNA. Hambatan pergerakan ribosom dapat
terjadi setelah pembentukan suatu kompleks
inisiasi tunggal, dan menghasilkan suatu rantai
mRNA dengan satu ribosom saja yang -berada
padanya, yakni suatu monosom. (Diproduksi ulang
atas izin dari Trevor Al Katzung Bg, Masters 58:
Pharmacology: Examination & Board Review 6th
ed. McGraw-Hill, 2002.)

Toksisitas aminoglikosida bergantung pada waktu Akan tetapi, pemberian sekali sehari tidak menying-
dan kadar. Toksisitas agaknya tidak te4adi sampai suatu kirkan perlunya pemantauan secara ketat dan penye-
ambang kadar tertentu dicapai, namun begitu kadar ter- suaian dosis unfuk rnernir-rimalkan toksisitas. Pemilihan
sebut dicapai, periode terlampauinya an'rbang ini menjadi dosis yang tepat terutama penting jika fungsi ginjal ter-
sangatpenting. Nilai ambang ini tidak pasti, narnun kadar di ganggu. Aminoglikosida dibersihkan oleh ginjal dan eks-
atag 2 mcg/mL memungkinkan terjadinya toksisitas. Pada kresinya berl'rubungan langsung dengan bersihan kreati-
dosis yang relevan secara klinis, periode terlampauinya nin. Perubahart cepat pada fungsi ginjal, yang dapat terjadi
ambang tersebut akan lebih lama dengan pemberian pada gagal ginjal akut pada pasien dengan syok sepsis,
berulang dengan dosis yang lebih kecil ketimbang pada harus diantisipasi unbuk menghindari terjadinya kelebih-
pemberian dengan dosis tunggal dan besar. an dosis. Jika hal-hal buruk tersebut dihindari, pemberian
Sejumlah besar penelitian menunjukkan bahwa pem- aminoglikosida sekali sehari akan arnan dan efektif. Jika
berian aminoglikosida harian dalam dosis tunggal sama bersihan kreatinin sebesar 100 rnl-/rnenit, gentarnisin di-
efektifnya dan tidak lebih (seringkali kurang) toksik ketim- berikan dengan dosis sebesar 5 mg/kg (15 mg/kg untuk
bang pemberian dengan dosis kecil berulang. Oleh sebab arnikasin) selarna 30-60 rnenit. Jika bersihan kreatinin
itu, banyak institusi kini menganjurkan pemberian harian sebesar 80ml/rnenit, dosisnya rnenjadi 4 ng/kg (12 mgl
aminoglikosida dengan dosis tunggal pada sejumlah besar kg untuk amikasin); jika bersihan kreatinin sebesar 50
keadaan klinis. Efektivitas pemberian aminoglikosida de- ml/menit, dosisnya menjadi 3 rng/kg (9 rng/kg untuk
ngan dosis tunggal sebagai terapi kombinasi pada endo- amikasin). Jika bersihan kreatinin kurang dari 50 mL/
karditis akibat stafilokokus, streptokokus, dan enteroko- menit, gentamisin dengan dosis inisial sebesar 2 mg/kg
kus masih harus dipastikan, dan dosis rendah standar diberikan dan dosis berikutnya disesuaikan seperti yang
yang diberikan tiga kali sehari masih dianjurkan. Manfaat biasa dilakukan. Kadar aminoglikosida dalam serum
pemberian aminoglikosida dengan dosis tunggal per hari tidak perlu dipantau secara rutin sampai hari ke-2 atau
pada kehamilan dan neonatus masih belum ditentukan. ke-3 terapi bergantung pada stabilitas fungsi ginjal dan
Pemberian sekali sehari memiliki keuntungan praktis antisipasi lama terapi. Kadar puncak mungkin tidak perlu
poteruial. Contohnya, penentuan kadar serum mungkin diperiksa karena kadar tersebut akan sangat tinggi. Tujuan
tidak diperlukan kecuali aminoglikosida diberikan selama sebenamya adalah rnemberikan obat agar tercapai nilai
lebih dari 3 hari. Sebuah obat yang diberikan sekali sehari kadar yang kurang dari 1 rncg/nll- antara L8 dan 24 jam
ketimbang tiga kali sehari akan menghemat waktu dan setelah dilerikan. Hal tersebut rnemberikan cukup waktu
pemberian sekali sehari itu sendiri juga menguntungkan untuk te4adinya pembersihan obat tersebut sebelum dosis
proses terapi rawat-jalan. berikutnya diberikan. Hal ini paling mudah diketahui
782 / BAB 4s

baik dengan mengukur kadar serum dalam sampel yang aminoglikosida adalah memperkirakan nilai bersihan
diperoleh 2 jam dan 1.2 jam setelah obat diberikan dan kreatinin dengan menggunakan rumus Cockcroft-Gault
kemudian menyesuaikan dosis obat tersebut berdasarkan yang dijabarkan di Bab 61.
nilai aktual bersihan oba! maupun dengan mengukur Dosis harian aminoglikosida dihitung dengan me-
kadar obat tersebut dalam suatir sampel yang diperoleh 8 ngalikan dosis harian maksimum dengan rasio nilai per-
jam setelah diberikan. Jika kadar obat setelah 8 jam berada kiraan bersihan keratinin terhadap nilai normal bersihan
antara 1,5 mcg dan 6 mcg/mL, target nilai terendah kadar kreatinin, yaitu 120 ml/menit, yang merupakan nilai
obat akan tercapai dalam 18 jam. yang umum diperoleh oleh pria dewasa muda dengan
Aminoglikosida merupakan persenyawaan yang sangat berat badan 70 kg. Untuk wanita berumur 60 tahun
polar dan tidak mudah memasuki sel. Obat ini sangat sulit dengan berat badan 60 kg dan nilai kreatinin serum sebesar
memasuki susunan saraf pusat dan mata. Akan tetapi, 3mg/ dL, dosis koreksi gentamisin menjadi sekitar 50 mg/
pada keadaan peradangan yang aktif, kadarnya dalam hari, yaitu setengah dosis yang dihitung dengan rumus
cairanserebrospinal mencapai20% kadar plasma, dan pada yang paling sederhana tadi. Terdapat variasi individual
meningitis neonatus, kadar tersebut dapat lebih tinggi. yang cukup bermakna pada kadar aminoglikosida dalam
Suntikan intratekal atau intraventrikel dibutuhkan untuk serum di antara pasien-pasien dengan nilai perkiraan
mencapai kadar yang tinggi dalam cairan serebrospinal. bersihan kreatinin yang serupa satu sama lain. Oleh sebab
Bahkan dengan pemberian suntikan parenteral, kadar itu, kadar aminoglikosida dalam serum perlu diukur untuk
aminoglikosida di kebanyakan jaringan tidak tinggi ke- menghindari terjadinya toksisitas berat, terutama ketika
cuali di korteks ginjal. Kadarnya dalam cairan sekresijuga sejumlah besar dosis digunakan selama beberapa hari
tidak banyak; di dalam empedu, kadar tersebut dapat atau ketika fungsi ginjal cepat berubah. Untuk pemberian
mencapai 30% kadamya dalam darah. Pada terapi jangka regimen obat dua atau tiga kali sehari, kadar puncak obat
panjang, difusi obat ke dalam cairan pleura atau cairan dalam serum harus ditentukan dari sampel darah yang
sinovial dapat mencapai kadar sebesar 5O-gO% kaclarnya diperoleh 30-60 menit setelah obat diberikan dan kadar
dalam plasma. terendah obat dari sampel yang diperoleh sesaat sebelum
Waktu paruh normal untuk aminoglikosida dalam dosis berikutnya diberikan.
serum adalah 2-3 jam, yang meningkat sampai 24-48 jam
pada pasien dengan gangguan ginjal yang cukup berat. E. Epex Srupetc
Aminoglikosida hanya sebagian dan secara tak terafur Semua aminoglikosida bersifat ototoksik dan nefrotoksik.
disingkirkan dengan hemodialisis-misalnya 40-60% untuk Ototoksisitas dan nefrotoksisitas lebih mungkin dijumpai
gentamisin-dan bahkan lebih tidak efektif lagr dengan bila terapi dilanjutkan selama lebih dari 5 hari, pada dosis
dialisis peritoneal. yang lebih tinggi, pada lansi4 dan pada keadaan iruufisien-
Pada individu dengan gangguan fungsi ginjal, penye- si ginjal. Penggunaan aminoglikosida secara bersamaan
suaian dosis harus dilakukan untuk menghindari akumu- dengan diuretik kuat (misalnya, furosemid, asam etakrinat)
lasi obat dan toksisitas. Oleh sebab itu, perlu dipilih apakah atau antimikroba lainnya yang bersifat nefrotoksik (misal-
dosis obat dipertahankan konstan dan interval waktu pem- nya, vankomisin, atau amfoterisin) dapat memperparah
berian obat diperpanjang, atau interval waktu pemberian nefrotoksisitas dan harus dihindari bila memungkinkan.
obat dibuat konstan dan dosisnya dikurangi. Nomogram Ototoksisitas dapat bermanifestasi sendiri baik berupa
dan rumus-rumus telah dibuat, yang menghubungkan ka- kehilangan pendengaran, yang awalnya menimbulkan
dar kreatinin serum dengan penyesuaian regimen terapi. tinitus dan kehilangan pendengaran untuk frekuensi
Rumus yang paling sederhana membagi dosis (yang di- tinggi, atau berupa kerusakan vestibular yang ditandai
hitung berdashrkan fungsi ginjal yang normal) dengan dengan vertigo, ataksia, dan hilangnya keseimbangan.
nilai kreatinin serum (mg/dL). ]adi, pasien dengan berat Nefrotoksisitas menyebabkan peningkatan kadar kreatinin
badan 60 kg dan fungsi ginjal normal dapat menerima 300 dalam serum atau penurunan bersihan kreatinin meskipun
mg/hari gentamisin (dosis maksimum harian sebesar 5 indikasi paling 6q,'61 terjadinya toksisitas seringkali berupa
mg/kg), sedangkan seorang pasien dengan berat badan peningkatan kadar terendah (trough) aminoglikosida se-
60 kg dengan nilai kreatinin serum sebesar 3 mg/dL akan rum. Neomisiry kanamisin, dan amikasin adalah obat-obat
menerima 100 mg/hari. Akan tetapi, pendekatan tersebut yang paling bersifat ototoksik. Streptomisin dan gentami-
tidak mempertimbangkan umur dan jenis kelamin pasien, sin paling bersifat vestibulotoksik. Neomisin, tobramisin,
padahal kedua faktor tersebut sangat memengaruhi nilai dan gentamisin paling bersifat nefrotoksik.
bersihan kreatinin tanpa harus tercermin sebagai per- Pada dosis yang sangat tinggi, aminoglikosida dapat
ubahan nilai kreatinin serum. Karena bersihan aminogli- menimbulkan efek yang mirip-kurare dengan blokade
kosida berhubungan langsung dengan bersihan kreatinin, neuromuskular yang menimbulkan paralisis pemapasan;
suatu metode yang lebih baik untuk menentukan dosis Paralisis tersebut biasanya bersifat reversibel dengan pem-
AMINOGLIKOSIDA&sPEKTINOMISIN I 783
berian kalsium glukonat (diberikan segera) atau neostig- enterokokus karena sekitar 15% bakteri yang resisten ter-
min. Hipersensitivitas tidak sering terjadi. hadap gentamisin (dan karena itu terhadap netilmisin,
tobramisin, dan amikasin) akan peka terhadap strepto-
F. PewccunmN KuNts
misin.
Aminoglikosida paling banyak digunakan terhadap bak-
t
teri enterik gram- negatif, terutama bila bakteri tersebut Reaksi Simpang
mungkin bersifat resisten terhadap obat lain dan bila ter- Demam, ruam kulit, dan manifestasi alergi lainnya dapat
dapat kecurigaan akan terjadinya sepsis. Aminoglikosida
terjadi akibat hipersensitivitas terhadap streptomisin. HaI
hampir selalu digunakan sebagai kombinasi dengan suatu
ini paling sering terjadi akibat paparan yang lama dengan
antibiotik F-laktam untuk mencakup patogen gram-positif
obat ini, baik pada pasien yang menjalani pengobatan
yang mungkin ada dan untuk memperoleh keuntungan
dalam jangka panjang (misalnya, untuk tuberkulosis)
sinergisme kedua golongan obat tersebut. Kombinasi pe-
maupun pada petugas medis yang bertugas menangani
nisilin-aminoglikosida juga digunakan untuk mencapai
obat ini. Desensitisasi kadang-kadang berhasil.
aktivitas bakterisid pada pengobatan endokarditis entero-
Rasa nyeri di tempat suntikan biasa terjadi tetapi tidak
kokal dan memperpendek lama pengobatan endokarditis
hebat. Efek toksik yang paling serius pada penggunaan
akibat stafilokokus dan streptokokus viridans. Jenis be-
streptomisin adalah gangguan fungsi vestibular, berupa
serta dosis aminoglikosida yang digunakan bergantung
vertigo dan hilangnya keseimbangan. Frekuensi dan ke-
pada infeksi yang sedang ditangani dan kepekaan rnikroba
parahan gangguan ini berhubungan langsung dengan
penyebab infeksi tersebut.
umur pasien, kadar obat dalam darah, dan lama pem-
berian. Disfungsi vestibular dapat terjadi setelah bebe-
STREPTOMISIN
rapa minggu dengan kadar obat yang sangat tinggi dalam
Streptomisin (Gambar 45-1) diisolasi dari suatu galur darah (misalnya, pada individu dengan gangguan fungsi
Streptomyces griseus. Aktivitas antimikroba streptomisin ginjal) atau berbulan-bulan dengan kadar obat yang rela-
khas seperti aktivitas aminoglikosida lain, begitu juga tif rendah dalam darah. Toksisitas vestibular cenderung
dengan mekanisme resistensinya. Resistensi telah mening- bersifat ireversibel. Streptomisin yang diberikan selama
kat pada kebanyakan spesies sehingga sangat membatasi kehamilan dapat menyebabkan ketulian pada neonatus
penggunaan streptomisin pada saat ini, dengan penge- sehingga penggunaannya pada kasus ini relatif dikontra-
cualian yang akan dibahas berikut ini. Resistensi ribosom indikasikan.
terhadap streptomisin mudah terjadi sehingga akan mem-
batasi kegunaannya bila diberikan sendiri. GENTAMISIN
Penggunaan Klinis Gentamisin merupakan suatu aminoglikosida (Gambar
45-2) yang diisolasi dari Micromonospora purpurea. Obat
A. lnrexsr MrxoeAkrenta ini efektif terhadap organisme gram-positif dan gram-
Streptomisin terutama digunakan sebagai terapi lini kedua negatif, serta banyak sifat-sifahrya yang menyerupai ami-
pada penanganan fuberkulosis. Dosisnya adalah 0,5-1 8/ noglikosida lain. Sisomisin sangat mirip dengan kompo-
hari(7,5-'1,5 mg/kg/hari untuk anak-anak), yang diberi- nen C,u pada gentamisin:
kan secara intravena atau intramuskular. Streptomisin
harus digunakan secara kombinasi dengan obat lain Aktivitas Antimikroba
untuk mencegah timbulnya resistensi. Lihat Bab 47 untuk Gentamisin sulfat dengan kadar 2-10 mcg/ml mengham-
memperoleh inforr,nasi tambahan mengenai penggunaan bat banyak galur stafilokokus, koliform, dan bakteri gram-
streptomisin pada infeksi mikobakteria. negatif lainnya in vitro. Obat ini aktif bila digunakan sen-
B. lrurersr NoN-ruesnxurosrs diri tetapi juga memiliki efek sinergistik dengan antibiotik
p-laktam terhadap P seudomonas, P ro teus, Enterobacter, Kleb-
Pada pes, tularemia, dan kadang-kadang bruselosis, strep-
siella, senatra, stenotrophomonas dan bakteri batang gram-
tomisin sebanyak I g/hari, (15 mg/kg/hari untuk anak-
negatif lainnya yang resisten terhadap berbagai antibiotik
anak) diberikan secara intramuskular sebagai kombinasi
lain. Seperti semua aminoglikosida, gentamisin tidak me-
dengan tehasiklin oral.
Penisilin plus streptomisin efektif pada pengobatan miliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri anaerob.
endokarditis enterokokal dan pengobatan endokarditis
(selama 2 minggu) akibat streptokokus viridans. Genta- Resistensi
misin kini banyak menggantikan streptomisin untuk indi- Streptokokus clan enterokokus relatif resisten terhadap
kasi tersebut. Akan tetapi, streptomisin tetap merupakan gentamisin akibat kegagalan penetrasi obat ini ke dalam
suatu obat yang berguna untuk mengobali infeksi akibat sel bakterr. Akan tetapi, kombinasi gentamisin dengan
784 / BAB 4s

vankomisin atau penisilin menirnbulkan efek bakterisid B. PerragennN ToptKAL


yang poten, yang sebagian terjadi akibat peningkatan Kriln, salep, atau larutan yang mengandung 0,1,-0,3%
ambilan obat karena inhibisi sintesis dinding sel. Resis-
gentamisin sulfat digunakan pada luka bakar, luka, atau
tensi terhadap gentamisin cepat timbul pada stafilokokus
lesi kulit yang terinfeksi dan sebagai pencegahan infeksi
akibat terseleksinya rnutan permeabilitas. Resistensi ri- pada pemasangan kateter intravena. Gentarnisin topikal
bosomal jarang terjadi. Di antara bakteri gram-negatif,
sebagian diinaktifkan oleh eksudat yang purulen. Sepuluh
resistensi paling sering terjadi akibat enzim pemodifikasi-
rniligram gentamisin dapat disuntikkan secara subkon-
aminoglikosida yang dikode oleh plasmid. Bakteri grarn- jungtiva untuk mengobati infeksi rnata.
negatif yang resisten terhadap gentamisin biasanya ren-
tan terhadap arnikasin, yang jauh lebih resisten terhadap C. PrnaeenlnN INTRATEKAL
aktivitas enzim pemodifikasi. Enzim enterokokus yang Meningitis yang disebabkan oleh bakteri gram-negatif di-
n'remodifikasi gentarnisin adalah suatu enzirn bifungsional
obati dengan suntikan intratekal gentamisin sulfat sebanyak
yang juga menginaktifkan amikasin, netihnisin, dan tobra-
1-10 mg/hari. Akan tetapi, baik pemberian gentamisin seca-
misin, tetapi tidak streptomisin; streptomisin din'rodifikasi ra intratekal maupun intraventrikel tidak bermanfaat untuk
oleh suatu enzim yang berbeda. Oleh sebab itu, beberapa meningitis pada neonatus, dan gentamisin intraventrikel ber-
enterokokus yang resisten terhadap gentamisin rentan sifat toksik sehingga memunculkan pertanyaan mengenai
terhadap streptomisin. kegunaan terapi dengan cara tersebut. Selain ifu, ketersediaan
sefalosporin generasi ketiga unhrk mengobati meningitis aki-
Penggunaan Klinis bat bakteri gram-negatif menyebabkan terapi aminoglikosida
A. PerileentnN INTRAMUsKULAR ATAU lrurnlvprun intratekal tidak berguna pada sebagan besar kasus.
Gentamisin digunakan terutama pada infeksi berat (mi-
Reaksi Simpang
salnya, sepsis dan pneumonia) yang disebabkan oleh bak-
teri grarn-negatif yang mungkin telah resister-r terhadap Nefrotoksisitas biasanya reversibel dan ringan. Nefro-
obat-obat lairy terutama Pseudonrctns, Enterobttctcr, Scn'ntiLt, toksisitas terjadi pada 5-25% pasien yang menerirna
Proteus, Achrctobacter, dan Klebsiclla. Gentar.nisin biasanya gentar.nisin selama lebih dari 3-5 hari. Toksisitas demikian
digrrnakan sebagai kombinasi dengan suatu obat lini kedua seLidaknt'a memerlukan penyesuaian dosis regimen dan
karena arninoglikosida yang digunakan secara tersendiri pertin.rbangan ulang mengenai kebutuhan unfuk menggu-
mungkin tidak efektif ur-rtuk infeksi di luar saluran kemil-r. nakan obat tersebut terutama jika terdapat obat alternatif
Contohnya, gentan'risin sebaiknya tidak digunakan se- yang kurang toksik. Pengukuran kadar gentarnisin dalam
bagai agen tunggal untuk mengobati infeksi stafilokokus serum sangat penting. Ototoksisitas yang cenderung ber-
karena resistensi akan cepat timbul. Aminoglikosida se- sifat ireversibel terutama bermanifestasi sebagai disfungsi
baiknya tidak digunakan sebagai terapi tunggal untuk vestibular. Kehilangan pendengaran juga dapat terjadi.
pneumonia karena penetrasi obat ke dalam paru-paru yang Insidens ototoksisitas ditentukan sebagian oleh faktor ge-
terinfeksi sangat buruk, dan kondisi pH setempat yang netik, yang terkail dengan mutasi titik di DNA mitokon-
rendah dan tekanarr oksigen yang rendah ikut berperatr dria, dan terjadi pada 1-5% untuk pasien yang rnenerima
mengurangi aktivitas antimikroba arninoglikosida. Genta- gentarnisin selama lebih dari 5 hari. Reaksi hipersensitivi-
rnisin sebanyak 5-6 mg/kg/hari biasanya diberikan secara tas terhadap gentamisin jarang dijumpai.
intravena dengan tiga kali pemberian dalam jurnlah setara
tetapi pernberian sekali sehari sarna efektifnya untuk be- TOBRAMISIN
berapa organisme'dan bersifat kurang toksik. Aminoglikosida ini (Gambar 45-2) mernpunyai spektrurn
Kadar gentamisin dalam serum dan fungsi ginjal harus ar-rtibakteri yang serupa dengan spektrurn gentarnisin.
dipantau jika gentamisin diberikan selarna lebih dari be- Walaupun terdapat resistensi-silang di antara gentamisin
berapa hari atau jika fungsi ginjal mengalarni perubahan dan tobramisin, resistensi-silang ini tidak dapat diprediksi
(misalnya, pada sepsis, yang seringkali diperparah gagal untuk sebiap galur mikroba. Oleh sebab itu, tes kepekaan
ginjal akut). Unhrk pasien yang menerima dosis obat se- secara terpisah di laboratorium perlu dilakukan.
tiap 8 jam, target kadar puncaknya adalah 5-10 mcg/mL Sifat-sifat farmakokinetik tobramisin harnpir identik
dan kadar terendah seharusnya kurang dari1.-2 rncg/rnl. dengan sifat farmakokinetik gentamisin. Dosis harian to-
Nilai kadar terendah di atas 2 ncgf nL mengindikasikar-r brarnisin adalail 5-6 mg/kg/hari secara intrarnuskular
akumulasi obat dan berkaitan dengan toksisitas; pada atau intravena, dan biasanya dibagi dalam tiga dosis yang
kasus ini, dosis obat tersebut harus dikurangi atau rnem- setara, serta diberikan setiap 8 jam. Pemantauan kadar
perlama interval pemberian uutuk mencapai kisaran nilai obat ini dalam darah diperlukan pada keadaan insufisiensi
target kadar obat ini. ginjal untuk menentukan dosis pernberian yang tepat.
AMINOGLIKOSIDA&SPEKTINOMISIN I 785
Tobramisin memiliki spektrum antibakteri yang ham- Seperti semua aminoglikosida, amikasin bersifat nefro-
pir sama seperti spektrum gentamisin dengan beberapa toksik dan ototoksik (terutama bagian pendengaran nervus
pengecualian, Gentamisin sedikit lebih aktif terhadap kranialis ke-8). Kadamya dalam serum harus dipantau.
serratia sedangkan tobramisin sedikit lebih aktif terhadap Target kadar puncaknya dalam serum untuk pemberian
pseudomonas; Enterococcas faecalis peka terhadap gentami- setiap 12 jam adalah 20-40 mcg/mL, dankadar terendahnya
sin dan tobramisin, tetapi E faecium resisten terhadap to- harus dipertahankan kurang dari 2 mcg/ml.
bramisin. Selain hal-hal yang tadi disebutkan penggunaan
gentamisin dan tobramisin dapat saling menggantikan NETILMISIN
secara klinis. Akan tetapi, gentamisin jauh lebih murah Netilmisin memiliki banyak karakteristik yar€ sama
sehingga lebih disukai. dengan gentamisin dan tobramisin. Akan tetapi, penam-
Seperti aminoglikosida lain, tobramisin bersifat oto- bahan suatu gugus etil pada posisi 1-amino di cincin
toksik dan nefrotoksik. Nefrotoksisitas tobramisin mung- 2-deoksistreptamin (cincin II, Gambar 45-2) secara sterik
kin sedikit lebih kecil ketimbang nefrotoksisitas gentamisin melindungi molekul netilmisin dari degradasi enzimatik
tetapi perbedaan toksisitas tersebut tidak menimbulkan pada posisi 3-amino (cincin II) dan 2-hidroksil (cincin III).
efek yang berarti secara klinis. Akibatnya, netilmisin dapat bekerja aktif terhadap sejum-
Tobramisin juga terdapat dalam sediaan larutan inha- lah bakteri yang resisten terhadap tobramisin dan genta-
lasi (300 mg dalam 5 mL) untuk mengobati infeksi saluran misin.
napas bawah akibat Pseudomonas aeruginosa yang menjadi Dosis (5-7 mg/kg/hari) dan rute pemberian netilmisin
komplikasi fibrosis kistik. Pemberian obat ini dianjurkan sama dengan gentamisin. Penggunaan netilmisin dapat
dengan dosis sebesar 300 mg tanpa mempertimbangkan usia saling menggantikan sepenuhnya dengan gentamisin atau
atau berat badan pasien, dan diberikan dua kali sehari da- tobramisin dan memiliki toksisitas yang serupa.
lam siklus berulang selama 28 hari masa terapi yang diikuti
28 hari masa bebas-terapi. Kadar tobramisin rerata dalam
NEOMISIN & KANAMISIN
serum 1 jam setelah inhalasi adalah 1 mcg/ml; hasilnya,
Neomisin dan kanamisin berhubungan erat. Paromomi-
nefrotoksisitas dan ototoksisitas jarang timbul. Perhatian
sin juga merupakan anggota golongan obat ini. Semua
khusus harus diberikan ketika kita memberikan tobramisin
memiliki sifat yang sempa.
kepada pasien dengan gangguan pendengaran, vestibular,
dan gangguan ginjal yang sudah ada sebelumnya.
Aktivitas Antimikroba dan Resistensi
AMIKASIN Obat-obat golongan neomisin aktif bekerja terhadap bak-
teri gram-positif dan gram-negatif serta beberapa miko-
Amikasin adalah suafu derivat semisintetik kanamisin
bakteria. Pseudomonas dan streptokokus umumnya re-
yang kurang toksik ketimbang molekul kanamisin aslinya
sisten. Mekanisme kerja antibakteri dan resistensi sama
(Gambar 45-2). Amikasin resisten terhadap sejumlah besar
seperti pada aminoglikosida lainnya. Penggunaan obat-
enzim yang menginaktifkan gentamisin dan tobramisin
obat ini secara membabi buta sebagai persiapan pembe-
sehingga dapat digunakan untuk beberapa organisme
dahan usus elektif menyebabkan terbentuknya organisme
yang resisten terhadap kedua obat tersebut. Banyak
yang resisten dan mewabahnya enterokolitis di rumah
bakteri enterik gram-negatif, yang mencakup sejumlah
sakit. Resistensi-silang antara kanamisin dan neomisin
besar galur proteus, pseudomonas, enterobactet, dan serratia,
bersifat komplit.
dihambat oleh 1-20 mcg/ml amikasin in vitro. Setelah
amikasin sebanyak 500 mg disuntikkan setiap 12 jam (15
Farmakokinetik
mg/kg/hari) secara intramuskular, kadar puncaknya
dalam plasma mencapai 10-30 mcg/mL. Obat-obat dalam golongan neomisin sangat sedikit diserap
Galw Mycobacterium tuberculosis yang resisten terha- dari saluran cerna. Setelah pemberian per oral, flora usus
dap berbagai obat (MDR), termasuk galur yang resisten menjadi terhambat atau berubah, dan obat-obat ini dieks-
terhadap sterptomisiry biasanya rentan terhadap amikasin. kresikan ke dalam tinja. Ekskresi obat-obat tersebut ter-
Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat mengalami utama melalui filtrasi glomerulus ke dalam urin.
resistensi-silang terhadap amikasin. Dosis amikasin untuk
mengobati tuberkulosis adalah 7,5--15 mg/kg/hari dan
Penggunaan Klinis
disuntikkan sekali sehari atau dua sampai tiga kali setiap Pemberian kanamisin dan neomisin kini dibatasi pada
minggu serta selalu dikombinasi dengan obat lain yang penggunaan secara topikal dan oral. Neomisin terlalu
efektif pada mikroba tersebut (masih sensitif). toksik untuk penggunaan secara parenteral. Dengan
786 / BAB 4s

munculnya aminoglikosida yang lebih poten dan kurang Absorpsi mendadak kanamisin yang diteteskan setelah
toksik, pemberian kanamisin secara parenteral juga sudah operasi di dalam rongga peritoneum (3-5 g) menimbulkan
banyak ditinggalkan. blokade-neuromuskular-seperti-kurare dan henti napas.
Kalsium glukonat dan neostigrnin dapat berlaku sebagai
A. PeMeenrnN ToptKAL
antidotum.
Larutan yang mengandung 1-5 mg/mL digunakan pada Walaupun hipersensitivitas tidak sering dijumpai,
permukaan tubuh yang terinfeksi atau disuntikkan ke namun pemberian salep yang mengandung neomisin
dalam sendi-sendi, rongga pleura, rongga jaringan, atau pada kulit dan mata dalam waktu lama dapat menyebab-
kavitas abses tempat infeksi berada. Jumlah obat yang kan reaksi alergi yang berat.
diberikan dengan cara ini harus dibatasi sampai 15 mg/
kg/hari karena pada dosis yang cukup tinggi, obat ini r.{.lJ;iiEfiii,$iii,*:,ir:.ai*ii}S*S.Mti*.ixi{S. .};qi*Sr:sJ,.:r:.*;!:{il' :l$l :
dapat diserap dan menimbulkan toksisitas sistemik. Apa-
kah penambahan terapi topikal pada terapi sistemik yang
',* SPEKTINOMISIN
sudah sesuai untuk infeksi aktif ada manfaatnya? Hal ini
masih dipertanyakan. Salep yang seringkali tersedia se- Spektinomisin adalah suatu antibiotik aminosiklitol yang
bagai kombinasi neomisin-polimiksin-basitrasin dapat berhubungan secara struktural dengan aminoglikosida.
dioleskan pada lesi kulit yeing terinfeksi atau ke dalam Struktur kimia obat ini tidak mengandung gula amino dan
rongga hidung untuk menekan stafilokokus tetapi salep ikatan glikosidik.
tersebut seringkali tidak efektif. cH.
t"
B. PeMeennN PER ORAL HN

Untuk persiapan pembedahan usus elektil I g neomisin


diberikan per oral setiap 6-8 jam selama L-2 hari, yang HO
sering dikombinasikan dengan 1 g eritromisin basa. Hal NHO
ini akan mengurangi jumlah flora usus aerob usus dengan I

cHe
sedikit efek terhadap bakteri anaerob. P_ada koma hepati-
kum, flora koliform dapat ditekan dengan memberikan 1 Spectinomycin

g neomisin setiap 6-8 jam, bersama dengan pengurangan Spektinomisin in vitro bekerja aktif terhadap banyak
asupan protein sehingga mengurangi intoksikasi amonia. organisme grar.n-positif dan gram-negatit namun peng-
Penggunaan neomisin untuk korna hepatikum hampir se- gunaan spektinomisin hampir dikhususkan sebagai tera-
penuhnya digantikan oleh laktulosa, yang sangat kurang pi alternatif pada pasien gonorea yang resisten terhadap
bersifat toksik. Paromomisin, sebanyak 1 g setiap 6 jam per obat atau pasien gonorea yang alergi terhadap penisilin.
oral selama 2 minggu, efektif dalam mengobati amebiasis Kebanyakan saat gonokokus dihambat oleh spektinomisin
usus (lihat Bab 53). sebanyak 6 mcg/ mL. Galur-galur gonokokus dapat resis-
ten terhadap spektinomisin narnun tidak te4adi resistensi-
Reaksi Simpang silang dengan obat-obat Iain yang digunakan pada gono-
Semua anggota golongan neomisin memiliki efek nefro- rea. Spektinomisin cepat diserap setelah disuntikkan se-
toksik dan ototoksik yang bernlakna. Fungsi pendengaran cara intramuskular. Dosis tunggal sebanyak 40 mg/kg
lebih banyak terkena ketimbang fungsi vestibular. Ketuli- sampai dosis maksimum sebanyak 2 g dapat diberikan,
an terjadi terutama pada orang dewasa dengan gangguan Terdapat nyeri di tempat suntikan dan terkadang tirnbul
fungsi ginjal dan'peningkatan kadar obat dalam waktu demam dan mual. Nefrotoksisitas dan anemia jarang ter-
lama. jadi.
AMINOGLIKOSIDA&SPEKTINOMISIN I 787

Amikasin (generik, Amikin) Paromomisin (Humatin)


Parenteral: 50, 250 mg (dalam vial) untuk Oral: kapsul 250 mg
suntikan lM, lV Spektinomisin (Trobicin)
Gentamisin (generik, Garamycin) Parenteral: bubuk 2 g untuk dilarutkan dengan
Parenteral: 10, 40 mg/mL vial untuk suntikan konsentrasi 400 mg/mL untuk suntikan lM
IM, IV Streptomisin (generi k)
Kanamisin (Kantrex) Parenteral: 400 mg/mL untuk suntikan lM
Oral:kapsul 500 mg Tobramisin (generik, Nebcin) .
Parenteral: 500, 1000 mg untuk suntikan lM, lV Parenteral: 10,40 mg/mL untuk suntikan lM, lV
75 mg untuk suntikan anak-anak bubuk untuk dilarutkan untuk suntikan
Neomisin (generik, Mycif radin) Larutan untuk inhalasi (TOBI): 300 mg dalam 5
Oral:tablet 500 mg; larutan 125 mg/5 mL mL larutan natrium klorida
Netilmisin (Netromycin)
Parenteral: 100 mg/ml untuk suntikan lM, lV

REFERENSI Le T, Bayer AS: Combination antibiotic therapy for infective


Busse H-J, Wdstmann C, Bakker EP: The bactericidal action of endocarditis. Clin Infect Dis 2003;36:615.
streptomycin: Membrane permeabilization caused by the in- Olsen KM et al: Effect of once-daily dosing vs. multiple daily
sertion of mishanslated Proteins into the cytoplasmic mem- dosing of tobramycin on enzyme markers of nephrotoxicity.
brane of Escherichia coli and subsequent caging of the antibiotic Crit Care Med 2004;32:167 8.
inside the cells due to degradation of these proteins. J Gen Pappas G et al: Bruceliosis. N Engl J Med2005;352:'23'8.
Microbiol 1.992; 138:551. Paul M et al: Beta lactam monotheraPy versus beta lactam-amiu
Cheer SM, Waugh J, Noble S: Inhaled tobramycin (TOBI): A review
noglycoside combination therapy for sepsis in immuno-
of its use in the management of Pseudomonas aenrginosa in- competent patients: Systematic review and meta-analysis of
fections in patients with cystic fibrosis. Drugs 2003;63:2501 randomised hials. BMJ 20M;328:668,
Contopoulos-Ioannidis DG et al: Extended-interval aminoglyco- Paul M, Soares-Weiser K, Leibovici L: Beta lactam monotherapy
side administration for children: A meta-analysis. Pediatrics versus beta lactam-aminoglycoside combination therapy for
20M;11.4:117. fever with neutropenia: Systematic review and meta-analysis.
Kaye D: Current use for old antibacterial agents: Polymyxins, BMJ 2003;326:1111.
rifampur, and aminoglycosides. Infect Dis Clin North Am Poole K: Aminoglycoside resistance in Pseudononas nerugirtosa'
20M;18:669. Antimicrob Agents Chemolher 2005;49:479.
Henry F. Chambers, MD

hitggu bergantung pada folat eksogen; dengan demikian,


I I. OBAT ANTIFOTAT mereka tidak rentan terhadap sulfonamida. Resistensi ter-
hadap sulfonamida mungkin terjadi akibat mutasi yang
SUTFONAMIDA (a) menyebabkan produksi berlebih PABA, (b) menyebab-
kan produksi enzim penyintesis asam folat yang memiliki
Kimiawi
afinitas rendah terhadap sulfonamida, atau (c) menggang-
Formula dasar sulfonamida dan kemiripan strukfurnya gu permeabilitas terhadap sulfonamida. Dihidropteroat
dengan asam p-aminobenzoat (PABA) disajikan dalam sintase dengan afinitas sulfonamida yang rendah sering
Gambar 46-1. Sulfonamida dengan berbagai sifat fisis, dikode dalam plasmid yang dapat ditransmisikan dan ter-
kimiawi, farmakologis, dan ahtibakterial dihasilkan dengan diseminasi dengan cepat dan luas. Mutan dihidropteroat
melekatkan substituen pada gugus amido (-SOr-NH-R) sintase resisten-sulfonamida dapat juga muncul akibat te-
atau gugus amino (-NH) inti sulfanilamida. Sulfonamida kanan selektif.
cenderung lebih larut pada pH basa ketimbang pada pH
asam. Kebanyakan dapat dibuat sebagai garam natrium, Farmakokinetik
yang digunakan untuk pemberian intravena.
Sulfonamida dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama:
(1) oral, dapat diserap; (2) onl, tidak dapat diserap; dan
Aktivitas Antimikroba (3) topikal. Sulfonamida oral yang dapat diserap terbagi
Tidak seperti mamalia, organisme yang rentan terhadap menjadi kerja-singka! kerja-sedang, dan kerja-lama menu-
sulfonamida tidak dapat menggunakan folat eksogen te- rut waktu-paruh obat tersebut (Tabel 46-1). Sulfonamida
tapi harus menyintesisnya dari PABA (Gambar 46-2).De- ini diserap dari lambung dan usus halus serta didistribu-
ngan demikian jalur ini penting untuk produksi purin dan sikan secara luas ke jaringan dan cairan tubuh (termasuk
sintesis asam nukleat. Karena merupakan analog struk- sistem saraf pusat dan cairan serebrospinal), plasenta, dan
tural PABA, sulfonamida menghambat dihidropteroat sin- janin. Ikatan protein bervariasi dari 20% hingga melebihi
tase dan produksi folat. Sulfonamida menghambat bakteri 90%. Kadar terapeutiknya berada dalam kisaran 40-100
gram-negatif dan gram-positif, nokardi a, Chlamydia tracho- mcg/ml dalam darah. Kadamya dalam darah biasanya
matis, dan beberapa protozoa. Beberapa bakteri enterik, memuncak 2-6 jam setelah pemberian per oral.
seperti E coll, klebsiella, salmonella, shigella, dan entero- Sebagian obat yang diabsorpsi terasetilasi atau terglu-
bakter, juga turut dihambat. Hal yang menarik adalah kuronidasi di hati. Sulfonamida dan metabolit yang tidak
bahwa rickettsiae hdak dihambat oleh sulfonamida tetapi aktif kemudian diekskresi dalam urine, terutama melalui
malah merangsang pertumbuhannya. Aktivitasnya terha- filtrasi glomerulus. Pada gagal ginjal yang bermakna,
dap bakteri anaerob buruk. dosis sulfonamida harus diturunkan.
Kombinasi sulfonamida'dan penghambat dihidrofo-
lat reduktase (trimetoprim atau pirimetamin) menghasil- Penggunaan Klinis
kan aktivitas sinergistis karena penghambatan sekuensial Sulfonamida jarang digunakan sebagai suatu agen tung-
terhadap sintesis folat (Gambar 46-2).
gal. Banyak galur spesies yang dulunya rentan, termasuk
meningokokus, pneumokokus, streptokokus, stafilokokus,
Resistensi
dan gonokokus, kini menjadi resisten. Kombinasi tetap tri-
Sel mamalia (dan beberapa bakteria) tidak memiliki enzim metoprim-sulfometoksazol adalah obat pilihan untuk in-
yang diperlukan untuk menyintesis folat dari pABA se- feksi seperti pneumonia oleh Pneumocystis jiroaeci (dahulu

788
SULFONAMIDA, TRIMETOPRIM, & KUINOLON I 789

h
s02NH2 cooH Sulfadoksin adalah satu-satunya sulfonamida kerja-
lama yang saat ini tersedia di Amerika Serikat dan hanya
,\
lrl terdapat dalam bentuk kombinasi dengan pirimetamin

Y NHz

Sulfanilamide
Y NHz

Asam p-aminobonzoat (PABA)


(Fansidar), yakni agen lini kedua dalam terapi malaria
(lihat Bab 53).

B. Acer Onlr veruc Tlonx Dnplr Dlsenlp


Sulfasalazin (salisilazosulfapiridin) digunakan secara luas
pada kolitis ulseratif, enteritis, dan penyakit inflamasi usus
lainnya (lihat Bab 63).

AU
Y AYr
ior*rn,,.

Y
cHs cHs
C. Aceru Toplxnl
Larutan atau salep oftalmik natrium sulfasetamid meru-
pakan terapi efektif untuk konjungtivitis bakterialis dan
sebagai terapi tambahan pada trakoma. Sulfonamida
NHr NHz

Sulfadlazlne Sulflsoxazole
lainnya, yakni mafenida asetat, digunakan secara topikal
tetapi dapat diserap dari lokasi luka bakar. Obat ini dan
metabolit utamanya menghambat karbonik anhidrase

\,7.,,OF
dan dapat menyebabkan asidosis metabolik, suatu efek
samping yang membatasi manfaatnya. Sulfadiazin perak
adalah sulfonamida topikal yang jauh kurang toksik dan

-'*o
lebih dianjurkan ketimbang mafenida untuk pencegahan
infeksi luka bakar.

Reaksi Simpang
Semua sulfonamida, termasuk antirnikroba sulfa, diuretik,
Sulfamethoxazole Sulfathalidine diazoksid, dan agen hipoglikemik sulfonilurea, dianggap
(phthalylsulfathiazole)
bersifat alergenik-silang secara parsial. Akan tetapi, bukti
Gamhar 46-1. Struktur beberapa sulfonamida dan asam mengenai hal ini tidak banyak. ditemui. Efek simpang
p-aminobenzoat.
terseringnya adalah demam, ruam kulit, dermatitis eksfo-
Iiatif, fotosensitivitas, urtikaria, mual, muntah, diare, dan

P carinii), toksoplasmosis, nokardiosis, dan terkadang


infeksi bakteri lainnya. Asam p-aminobenzoat

A. Aceru Onel ynruc Dnprr Dlsenlp


o'n:1:"d::'""' --
*-O- Sulfonamida
Sulfisoksazol dan sulfametoksazol adalah agen kerja-
singkat hingga kerja-sedang yang hampir hanya digunakan I l-o- G,;;i"s
dengan PABA)

untuk mengobati infeksi saluran kemih. Dosis normal pada


orang dewasa adalah 1 g sulfisoksazol empat kali sehari
atau 1 g sulfametoksazol dua hingga tiga kali sehari.
---J Asam dihidrofolat

Sulfadiazin dalam bentuk kombinasi dengan pirime- I

tamin merupakan terapi lini-pertama untuk terapi tokso-


plasmosis akut. Kombinasi sulfadiazin-pirimetamin, suatu
I zlrg:':' l*e- Trimetoprim

penghambat kuat dihidrofolat reduktase, bersifat sinergis-


tis karena obat ini menyekat berbagai tahapan sekuensial
:
Asam tehahidrofolat
dalam blokade jalur sintesis folat (Gambar 46-2). Dosis I

sulfadiazin adalah 1 g empat kali sehari, dengan pirime- Y


Purin
tamin yang diberikan dalam dosis inisial sebesar 75 mg
I
kemudian diikuti dengan dosis 25 mg sekali sehari. Asam V
folinat, sebanyak 10 mg oral per hari, juga harus diberikan DNA
unfuk mengurangi supresi sumsum tulang. Gambar 46-2. Kerja sulfonamida dan trimetoprim.
790 / BAB 46

Tabel 46-1. Sifat farmakokinetik beberapa TRIMETOPRIM & CAMPURAN


sulfonamida dan trimetoprim. TRIMETOPRIM.SULFAMETOKSAZOL
Trimetoprim, suafu trimetoksibenzilpirimidirl secara se-
lektif menghambat asam dihidrofolat reduktase bakteri,
Sulfonamide
Sulfacytine Pendek Segera (kadar yang mengubah asam dihidrofolat menjadi asam tetrahi-
puncak dalam drofolat, suatu tahap menuju sintesis purin dan pada

Sulf isoxazole
-.
.--.----:.------------ -..
Pendek (6 jam)
l:-4-i-?rl.-.----.--.-.-----
Segera
akhimya sintesis DNA (Gambar 46-2). Trimetoprim kira-
kira 50.000 kali lebih tidak efisien dalam menghambat
-
il;;;ffi;;i; ;;;J;kiil;;j."i;;;;; asam dihidrofolat reduktase mamalia. Pirimetamin, suafu
benzilpirimidin lain, secara selektif menghambat asam di-
Sulfadiazine Sedang (10-17 Perlahan (kadar
jam) puncak pada hidrofolat reduktase pada protozoa dibandingkan dengan
4-8 jam) sel mamalia. Seperti uraian sebelumnya, trimetoprim
Sulfamethoxazole Sedang(10-12 Perlahan atau pirimetamin dalam kombinasi dengan sulfonamida
jam) menyekat tahapan sekuensial dalam sintesis folat, dan
menghasilkan peningkatan bermakna (sinergisme) aktivitas
:vllep_vri9_,r"...........:.9.9.919.111.i:.C....1:.rr-l-l-r-.--------------- kedua obat. Kombinasi ini seringkali bersifat bakterisidal,
Sulfadoxine Lama (7-9 hari) Sedang dibandingkan dengan aktivitas bakteriostatis sulfonamida
Pyrimidine saja.
Trimethoprim Sedang (1 1 jam) Segera
NHz

,rr{}a,,
masalah pada saluran kemih (lihat di bawah). Meskipun
relatif jarang (kurang dari 1,% rangkaian terapi), sindrom
Stevens-Johnson merupakan suatu bentuk erupsi kulit dan
Trlmethoprim
membran mukosa yang sangat berat dan berpotensi me-
matikan akibat penggunaan sulfonamida. Efek lain yang
tidak diinginkan meliputi stomatitis, konjungtivitis, artri-
tis, gangguan hematopoietik (lihat bawah), hepatitis, dan N

yang lebihjarang, poliarteritis nodosa serta psikosis. ,^*1/


A. GnncculN PADA Selunnn Krnnru N

Sulfonamida dapat terpresipitasi dalam urine, khususnya czHs

pada pH netral atau asam, yang menyebabkan kristalu- Pyrlmelhamlne

ria, hematuria, atau bahkan obstruksi. Masalah ini jarang


timbul pada sulfonamida yang lebih larut (misalnya, sul- Resistensi
fisoksazol). Sulfadiazin dalam dosis besar, khususnya jika
Resisterui terhadap trimetoprim dapat disebabkan oleh
asupan cairan rendah, dapat menyebabkan kristaluria. penurunan permeabilitas sel, produksi berlebih dihidrofo-
Kristaluria diobati dengan pemberian natrium bikarbonat lat reduktase, atau produksi reduktase yang telah diubah
untuk mengalkalinisasi urine dan cairan unfuk memper- sehingga menyebabkan penurunan ikatan obat. Resistensi
tahankan hidrasi yang adekuat. Sulfonamida juga diper- dapat timbul oleh mutasi, meskipun lebih sering disebab-
kirakan berperan dalam berbagai tipe nefrosis dan nefritis
kan oleh dihidrofolat reduktase resisten-trimetoprim yang
alergik.
dikode oleh plasmid. Enzim yang resisten ini dapat dikode
B. Gnrcculr HEMAToPoTETTK dalam transposon pada plasmid konjugatif yang memiliki
Sulfonamida dapat menyebabkan anemia hemolitik atau kisaran pejamu yang luas sehingga ikut menyebabkan
aplastik, granulositopenia, trombositopenia, atau reaksi penyebaran resistensi trimetoprim yang cepat dan luas
leukemoid. Sulfonamida dapat memicu reaksi hemolititk antar berbagai spesies bakteri.
pada penderita defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase.
Sulfonamida yang digunakan mendekati akhir kehamilan
Farmakokinetik
meningkatkan risiko terjadinya kernikterus pada neo- Trimetoprim biasanya diberikan per oral, sendiri atau
nafus. dalam kombinasi dengan sulfametoksazol, keduanya
SULFONAMIDA, TRIMETOPRIM, & KUINOLON I 791
mempunyai waktu-paruh yang serupa. Trimetoprim- galur shigella dan salmonella yang rentan. Dosis untuk
sulfametoksazol juga dapat diberikan secara intravena. anak yang diobati karena shigellosis, infeksi saluran kemih,
Trimetoprim diserap dengan baik dari usus dan didistri- atau otitis media adalah trimetoprim 8 mg/kg dan sulfa-
busikan secara luas dalam cairan dan jaringan tubuh, metoksazol 40 mg/kgsetiap 12 jam.
termasuk cairan.serebrospinal. Karena trimetoprim lebih Infeksi P jiroaeci dan beberapa patogen lain dapat di-
larut dalam lipid daripada sulfametoksazol, trimetoprim obati per oral dengan kombinasi dosis tinggi (dosis diatur
memiliki volume distribusi yang lebih besar ketimbang berdasarkan komponen trimetoprim sebanyak '15-20 mg/
sulfometoksazol. Oleh sebab itu, ketika 1 bagian trime- kg) atau dapat dicegah pada pasien luluh-imun dengan
toprim diberikan dengan 5 bagian sulfometoksazol (rasio satu tablet forte setiap hari atau tiga kali seminggu.
formulasi), kadar puncak dalam plasmanya berada dalam
C. TRrlrneropnrM-SuLFAMEToKsAzoL I rurRnvrrun
rasio 1:20, yang optimal bagi efek gabungan kedua obat ini
Larutan campuran yang mengandung trimetoprim 80 mg
in vitro. Sekitar 30-50% sulfonamida dan 50-60% trimeto-
prim (atau masing-masing metabolitnya) diekskresi di plus sulfametoksazol 400 mg tiap 5 mL yang diencerkan
dengan 125 mL dekstrosa 5% dalam air dapat diberikan
urine dalam waktu 24 jam. Dosis ini harus diturunkan se-
banyak separuhnya pada pasien dengan bersihan kreatinin
melalui infus intravena selama 60-90 menit. Obat ini me-
sebesar 15-30 mL/menit.
rupakan agen pilihan untuk pneumonia pneumosistis
sedang-berat hingga berat dan dapat digunakan untuk sep-
Trimetoprim terkonsentrasi dalam cairan prostatik
sis bakterial gram-negatif, termasuk sepsis yang disebabkan
dan cairan vagina, yang lebih asam daripada plasma. Oleh
sebab itu, trimetoprim memiliki aktivitas antibakteri yang
oleh spesies yang resisten terhadap berbagai obat seperti
lebih besar dalam cairan prostafik dan vagina daripada enterobakter dan serratia; shigellosis; demam tifoid; atau
obat antimikroba lainnya.
infeksi saluran kemih akibat organisme yang rentan jika
pasien fidak mampu mengonsumsi obat per oral. Dosisnya
Penggunaan Klinis 10-20 rng/ kg / hari untuk komponen trimetoprim.
A. TnrroeropnrM ORAI D. PrnruernurN DENGAN Sulrorunrvrol ORel
Trimetoprim dapat diberikan sendiri (100 mg dua kali Pirimetamin dan sulfadiazin telah digunakan untuk terapi
sehari) pada infeksi saluran kemih akut. Kebanyakan orga- leishmaniasis dan toksoplasmosis. Pada malaria falsipa-
nisme yang didapat dari masyarakat cenderung rentan rum, kombinasi pirimetamin dengan sulfadoksin (Fansi
terhadap obat ini dalam kadar tinggi di urine (200-600 dar) telah digunakan (lihat Bab 53).
mcg/mL).
Efek Simpang
B. TnrurropnlM-SuLFoMEroKsAzoL Onru (TMP-SMZ)
Trimetoprim menghasilkan efek simpang yang dapat di-
Kombinasi trimetoprim-sulfometoksazol menjadi terapi perkirakan untuk obat antifolag terutama anemia megalo-
efektif untuk berbagai infeksi, meliputi pneumonia akibat blastik, leukopenia, dan granulositopenia. Kombinasi trime-
P jiroueci, shigelosis, infeksi salmonella sistemik, infeksi toprim-sulfametoksazol dapat menimbulkan semua reaksi
saluran kemih, prostatitis, dan beberapa infeksi miko- merugikan akibat sulfonamida. Mual dan muntah, demam
bakterium nontuberkulosis. Obat ini aktif terhadap keba- obat vaskulitis, kerusakan ginjal, dan gangguan sistem
nyakan galur S aureus, baik yang rentan maupun resisten saraf pusat terkadang juga terjadi. Pasien AIDS dan pneu-
terhadap metisilin, dan terhadap patogen saluran napas monia pneumosistis khususnya frekuensi tinggi teryadinya
seperti pneumokokus, spesies Haemophilus, Moraxella catar- reaksi merugikan terhadap trimetoprim-sulfametoksazol,
rhalis, dan Klebsiella pneumoniae (tetapi tidak Mycoplasma terutama demam, ruam, leukopenia, diare, peningkatan
pneumoniae). Akan tetapi, meningkatnya prevalensi galur E aminotransferase hati, hiperkalemia, dan hiponatremia.
coli (hingga 30% ke atas) dan pneumokokus yang resisten
terhadap trimetoprim-sulfometoksazol harus dipertim- *tii:::;ri:l;i**j#ifs*;.*l$:j;ffiW
bangkan sebelum menggunakan kombinasi ini untuk te-
rapi empiris infeksi saluran kemih atas atau pneumonia.
* II. PENGHAMBAT DNA GIRASE
Satu tablet forte (setiap tablet mengandung trimetoprim
160 mg plus sulfametoksazol 800 mg) yang diberikan tiap FLUOROKUINOLON
12 jam merupakan terapi yang efektif untuk infeksi salur- Kuinolon yang penting adalah analog terfluorinasi sin-
an kemih dan prostatitis. Satu setengah tablet biasa (bukan tetik asam nalidiksat (Gambar 46-3). Obat ini aktif ter-
forte) yang diberikan sebanyak tiga kali seminggu selama hadap berbagai macam bakteri gram-positif dan gram-
beberapa bulan menjadi profilaksis infeksi saluran kemih negatif. Kuinolon menyekat sintesis DNA bakteri dengan
berulang pada beberapa perempuan. Satu tablet forte se- menghambat topoisomerase II (DNA girase) dan topoi-
tiap 1.2 jam merupakan terapi efektif pada infeksi akibat somerase IV bakteri. Inhibisi DNA girase mencegah
792 / BAB 46

o o

N-
I

czHs
-oJo+""' czHs

Asam nalidiksat Norfloxacln

,,'..-.-(#" cH3_N N N

A f-l.r,
Ciprofloxacin

'-Z>A
-:e#...'
'i/.,ri
cHs
a
Gatlfloxacin
#e? Moxifloxacln

CH,O c02H

***
HzNJ
\J
Gambar 46-3. Struktur asam nalidiksat dan beberapa
Gemifloxacin fluorokuinolon.

relaksasi DNA supercoiled posittf yang diperlukan untuk spesies gram-negatif versus gram-positif bermanfaat
transkripsi dan replikasi normal. Inhibisi topoisomerase IV unfuk mengelompokkan agen-agen ini. Norfloksasin me-
mengganggu pemisahan kromosom DNA pascareplikasi rupakan fluorokuinolon yang aktivitasnya paling lemah
ke dalam masing-masing sel anak selama pembelahan sel. terhadap organisme gram-positif dan gram-neganf, de-
Kuinolon terdahulu seperti asam nalidiksat tidak ngan konsentrasi inhibitoris minimum (MIC) sebesar
mencapai kadar antibakterial sistemik dan dahulu hanya empat hingga delapan kali lipat lebih tinggi daripada MIC
bermanfaat untuk terapi infeksi saluran kemih bawah. siprofloksasin. Siprofloksasin, enoksasin, lomefloksasin,
Turunan terfluorinasi (siprofloksasin, levofloksasin, dan levofloksasin, ofloksasin, dan pefloksasin merupakan
lainnya; Gambar 46-3 dan Tabel 46-2) memiliki aktivitas fluorokuinolon golongan kedua yang memiliki aktivitas
antibakteri yang sangat meningkat dibandingkan dengan yang sangat baik terhadap bakteri gram-negatif dan ber-
asam nalidiksat dan mencapai kadar bakterisidal dalam aktivitas-sedang hingga -baik terhadap bakteri gram-
darah dan jaringan. positif. MIC-nya untuk kokus dan basil gram-negatif,
termasuk Enterobacteriaceae, pseudomonas, neisseria,
Aktivitas Antibakteri haemophilus, dan campylobacter, adalah 1-2 mcg/mL dan
Fluorokuinolon awalnya dibuat karena aktivitasnya yang seringkali kurang dari nilai tersebut. Galur S nureus ya^g
sangat baik terhadap bakteri aerob gram-negatif; aktivi- rentan-metisilin biasanya juga rentan terhadap fluorokui-
tasnya terbatas terhadap organisme gram-positif. Aktivi- nolon ini, tetapi galur stafilokokus yang resisten-metisilin
tas beberapa agen fluorokuinolon yang terbaru meningkat seringkali resisten terhadap fluorokinolon. Streptokokus
terhadap kokus gram-positif. Aktivitas relatifnya terhadap dan enterokokus cenderung kurang rentan ketimbang
SULFONAMIDA, TRIMETOPRIM, & KUINOLON I 793
Tabel 46-2. Sifat farmakokinetik fluorokuinolon.

Ciprofloxacin 3-5 70 2,4 500 Ginjal

Gemifloxacin 1,6 Ginjal & bukan ginjal


Levofloxacin 5-7 95 5,7
-G.rEl
Lomefloxacin I 95 2,8 Ginjal
Moxifloxacin 9-1 0 >85 3,1 Bukan ginjal
Norfloxacin 3,5-5 1,5 Ginjal
Ofloxacin 5-7 95 2,9 Ginjal

stafilokokus, dan efektivitas mereka pada infeksi akibat ikatan kuinolon di enzim yang.menjadi sasaran atau akibat
organisme ini terbatas. Siprofloksasin merupakan agen perubahan permeabilitas organisme. Resistensi terhadap
dalam kelompok ini yang paling aktif terhadap gram- satu fluorokuinolon, khususnya resistensi tingkat-tinggi,
negatif, khususnya P aeruginosa. Levofloksasiry bentuk umumnya memunculkan resistensi-silang untuk anggota
L-isomer ofloksasin, memiliki aktivitas yang sangat baik lain dalam golongan obat tetsebut.
terhadap organisme gram-positif, termasuk S pneumoniae.
Gatifloksasin, gemifloksasin, dan moksifloksasin ter- Farmakokinetik
masuk dalam fluorokuinolon golongan ketiga dengan ak- Setelah pemberian oral, fluorokuinolon diserap dengan
tivitas yang meningkat terhadap organisme gram-positif, baik (bioavailabilitasnya 80-95%) dan terdistribusi secara
khususnya S pneumoniae dan beberapa stafilokokus. Ge- luas dalam cairan tubuh dan jaringan (Tabel 46-2). Waktu-
mifloksasin aktif secara in vitro terhadap galur S pneumo' paruhnya dalam serum berkisar dari 3 jam sampai 10 jam,
niae yang resisten-siprofloksasin, tetapi efikasinya secara Waktu-paruh levofloksasin, gemifloksasin gatifloksasin,
in vivo belum terbukti. Meskipun MIC agen-agen tersebut dan moksifloksasin yang relatif lama memungkinkan
terhadap stafilokokus lebih rendah daripada MIC sipro- agen-agen ini diberikan dalam dosis sekali sehari. Penye-
floksasin (dan senyawa lain yang disebutkan di atas) dan rapan oralnya diganggu oleh kation divalen, termasuk ka-
dapat berada dalam kisaran nilai yang membuat kuman tionyang terkandung dalam antasid. Kadar serum obatyang
tersebut rentan, belum diketahui apakah peningkatan akti- diberikan intravena serupa dengan kadar serum obat yang
vitas obat tersebut cukup untuk membuatnya digunakan diberikan per oral. Kebanyakan fluorokuinolon dielimi-
dalam terapi infeksi yang disebabkan oleh galur yang nasi melalui ginjal, baik melalui sekresi tubulus maupun
resisten-siprofloksasin. Pada umumnya, tidak terdapat filtrasi glomerulus (Tabel 4G2). Penyesuaian dosisnya di-
agen dalam golongan ini yang seefektif siprofloksasin perlukan pada pasien dengan bersihan kreatinin kurang
terhadap organisme gram-negatif. Fluorokuinolon juga dari 50 ml/meni! penyesuaian yang tepat bergantung
aktif terhadap penyebab pneumonia atipik (misalnya, mi- pada derajat gangguan ginjal dan fluorokuinolon spesifik
koplasma dan klamidia) dan terhadap patogen intrasel yang digunakan. Penyesuaian dosis pada gagal ginjal
seperti spesies Legionella dan beberapa mikobakteria, ter- tidak diperlukan untuk moksifloksasin. Fluorokuinolon
masuk Mycobacteium tuberculosis dan M aaium kompleks. yang dibersihkan di luar ginjal relatif dikontraindikasikan
Moksifloksasin juga memiliki aktivitas yang baik terhadap pada pasien gagal hati.
bakteri anaerob, Karena toksisitasnya, gatifloksasin tidak
lagi tersedia di AS. Penggunaan Klinis
Fluorokuinolon (selain moksifloksaslrt yang kadarnya
Resistensi relatif rendah dalam urine) efektif pada infeksi saluran
Selama terapi dengan fluorokuinolon, organisme yang kemih bahkan ketika infeksi tersebut disebabkan oleh
resisten bermunculan sekitar sekali dalam 707-Lff, khusus- bakteri yang resisten terhadap berbagai obaf misalnya,
nya dari stafilokokus, pseudomonas, dan serratia. Resis- pseudomonas. Agen ini juga efektif untuk diare bakterial
tensi terjadi akibat satu atau lebih mutasi titik pada daerah yang dise-labkan oleh shigella, salmonella, E coli toksigenik,
794 I BAB46
dan campylobacter. Fluorokuinolon (kecuali r-rorfloksasin, kulit, dan uji fungsi l-rah yang abnormal. Fotoser.rsitivitas
yang kadar sistemikrrya tidak adekuat) telah digunakan dilaporkan terjadi akibat penggunaan lomefloksasin clan
pada infeksi jaringan lunak, tulang, dan sendi serta infeksi pefloksasin. Pernanjangan QT. dapat terjadi pacla penggu-
saluran napas dan intraabdominal, termasuk infeksi yang naan gatifloksasin, Ievofloksasin, gemifloksasin, dan moksi-
disebabkan oleh organisme yang resisten terhadap berbagai floksasin. Idealnya, agen-agen ini harus dihindari atau
obat, seperbi pseudornonas dan enterobakter. Siprofloksasin digunakan clengan hafi-hafi pada pasien dengan peman-
merupakan obat pilihan untuk profilaksis dan terapi anthrax, jangarr interval QT. atau hipokalemia tak terkoreksi; pada
meskipun fluorokuinolon yang terbaru aktif terhadap penderita yang rnendapat agen arrtiaritr-nia golongan IA
anthrax secara in vitro dan kemungkiuan juga in vivo. (misalnya, kuinidin atau prokainamid) atau kelas III (sotalol,
Siprofloksasin dan levofloksasin efektif untuk infeksi ibutilid, arniodaron); dan pada pasien yang rnenggunakan
gonokokus, termasuk penyakit diserninata dan uretritis obat lain yang diketahui meningkatkar-r interval eTc (misal-
atau servisitis klamidial. Siprofloksasin, levofloksasin, n1'a, eritromisin, antidepresan trisiklik). Gatifloksasin telah
atau moksifloksasin sesekali digunakan dalarn terapi dikaitkan dengan hiperglikernia pada pasien diabetik dan
tuberkulosis dan infeksi ntikobakterium atipik. Obat- dengan hipoglikerniapada pasien yang juga r-nenclapat agsn
obat ini mungkin sesuai unfuk eradikasi meningokokus hipoglikernik oral. Karerra efek-efek berat ini (termasuk
dari karier atau untuk profilaksis infeksi pada pasien beberapa kematian), gatifloksasin ditarik dari pasaran cli AS
neutropenik. pada 2006; obat ini mungkirr rnasih tersedia di tenrpat lain,
Levofloksasin, gatifloksasin, gernifloksasin, dan mok- Fluorokuinolon dapat rnelukai kartilago yang se-
sifloksasin, kelompok obat yang disebut fluorokuinolon dang bertumbuh dan rnenyebabkarr artropati. Jadi, obat
respiratorik, dengan aktivitas gram-p.rositifnya yang tinggi ini biasanya tidak dianjurkan pada penderita berusia di
dan aktivitasnya terhadap agen penyebab pneurnonia bawah 18 tahun. Akan tetapi, artropati irri bersifat reversi-
atipik (misalnya, klarnidia, mikoplasma, dan legionella), bel, dan terdapat konsensus yang sedatrg berkembang
efektif dan semakin banyak digunakan untuk terapi infeksi yang menyatakarr bahw,a fluorokuinolon dapat diguna-
saluran napas atas dan bawah. karr pada anak clalam beberapa kasus (rnisainya, untuk
terapi irrfeksi pseudor.nonas pada penderita fibrosis kistik).
Efek Simpang Terrc-lirritis, suatu komplikasi langka yarrg dilaporkarr ter-
jadi pada orarrg de.n'asa, berpoterrsi lebih berat karena
Fluorokuinolon ditoleransi derrgan sangat baik. Efek yang adany'a risiko ruptnl tenc-lor-t. Perrggunaau obat ini harus
paling sering murrcul adalah mual, muntah, clan diare. clil'rindari dalam keharnilan selarna tidak terdapat data
Sesekali, timbul nyeri kepala, pusing, insomnia, ruaru spesifik yarrg merrunju kkan keatnaltallnya.

PREPARAT YANG TERSEDIA

Sulrouamlon uNTUK TuJUAN UMUM Sulfacetamide natrium (generi k)


Sulfadiazine (generik) Mata: larutan 1, 10, 15,30%; salep 10%
Oral: tablet 500 mg
Sulfamethizole (Th iosulf i I Forte) TRtuenropnlrr
Oral: tablet 500 mg Trimethoprim (generik, proloprim, Trimpex)
Sulfamethoxazole (generik, Gantanol) Oral:tablet 100, 200 mg
Oral: tablet 500 mg Trimethopri m-sulfamethoxazole [co-tri moxazole,
Sulfanilamide (AVC) TMP-SMZI (generik, Bactrim, Septra, lainnya)
Krim vagina: 15% Oral: tablet 80 mg trimethoprim + 400 mg
Sulfisoxazole (generik) sulfamethoxazole; tablet forte 160 mg
Oral: tablet 500 mg; sirup 500 mg/5 mL trimethoprim + 800 mg sulfamethoxazole;
Mata: larutan 4% suspensi 40 mg trimethoprim + 200 mg
sulfamethoxazole tiap 5 mL
Sulroruarulon uNTuK TuJuAN KHusus Parenteral: 80 mg trimethoprim + 400 mg
Mafenide (Sulfamylon) sulfamethoxazole per 5 mL infus (dalam
Topikal: krim 85 mg/g, larutan 5% ampul 5 mL dan vial 5, 10, 20 mL)
Silver sulfadiazine (generik, Silvadene)
Topikal: krim 10 mg/g
(berlanjut)
SULFONAMIDA, TRIMETOPRIM, & KUINOLON I 795
& FluonoeutNoLoNE Parenteral: 5, 25 mg/mL untuk suntikan lV
QurHor-orue
Ciprofloxacin (generik, Cipro, Cipro l.V.) Mata (Quixin): larutan 5 mg/ml
oral: tablet 100, 250, 500, 750 mg;tablet lepas- Lomefloxacin (Maxaqui n)
lambat 500 mg; suspensi50, 100 mg/mL Oral: tablet 400 mg
Parenteral: 10 mg/mL untuk infus lV
Moxifloxacin (Avelox, Avelox l.V)
Oral: tablet 400 mg
Mata (Ciloxan): larutan 3 mg/mL; salep 3,3
m9/g Parenteral: 400 mg dalam kantong lV
Enoxacin (Penetrex)
Norfloxacin (Noroxin)
Oral: tablet 400 mg
Oral: tablet 200, 400 mg
Gatifloxacin (Tequin) (ditarik dari pasaran diAS) Ofloxacin (Floxin)
Oral: tablet 200, 300,400 mg
Oral: tablet 200, 400 mg; suspensi oral 200
Parenteral: 200 mg dalam 50 mL DA|/ 5%
mg/5 mL
Parenteral: 200, 400 mg untuk suntikan lV
untuk pemberian lV; 20, 40 mg/mL untuk
Gemifloxacin (Factive)
suntikan lV
Mata (Ocuflox): larutan 3 mg/mL
Oral: tablet 320 mg
Telinga (Floxin Otic): larutan 0,3%
Levof loxacin (Levaqui n)
oral: tablet 250, 500, 750 mg; larutan
25 mg/mL

REFERENSI Keahng GM, Scott LJ: Moxifloxacin: A review of its use in the
management of bacterial infections. Drtgs 2004;64:2347.
Davidson R et al: Resistance to levofloxacin and failure of heatment
of pneumococcal pneumonia. N Engl J Med2002;346:747. Mandell LA et al: Update of practice guidelines for the manage-
ment of community-acquired pneumonia in immunocom-
Ferrero L, Cameron B, Crouzet J: Analysis of gyrA and lA mu-
petent adults. Clin Infect Dis 2003;37:1405.
tations in stepwise-selected ciprofloxacin-resistant mutants
of Staplrylococcus atffeus. Antimicrob Agents Chemother Scheld WM: Maintaining fluoroquinolone class efficacy: Review oI
"1995;39:1,554. irrlluencing factors. Emerg Infect Dis 2003;9:1.
Frothingham R: Rates of torsades de pointes associated with Yoo BK et al: Gemifloxacin: A new fluoroquinolone approved
ciprofloxacin, ofloxacin, levofloxacin, gatifloxacin, and moxi- for treatment of respiratory infections. Ann Pharmacother
fl oxacin. Pharmacotherapy 2001;21':7168. 20M;38:1.226.
Henry F. Chambers, MD

Mikobakterium secara intrinsik resisten terhadap keba- sampai kerentanan isolat mikobakterium klinis telah
nyakan antibiotik. Karena mikobakterium tumbuh lebih ditentukan. Baik etambutol maupun streptomisin tidak
lambat daripada bakteri lain, antibiotik yang sangat aktif menambah aktivitas regimen secara keseluruhan (arti-
terhadap sel yang sedang berturnbuh relatif tidak efektif. nya, durasi terapi tidak dapat dikurangi meskipun salah
Sel mikobakterium juga dapat menjadi dorman sehingga satu dari kedua obat tersebut digunakan), tetapi obat ter-
sepenuhnya resisten terhadap banyak obat atau hanya ter- sebut memberikan perlindungan tambahan jika isolat
bunuh dengan sangat lambat. Dinding sel mikobakterium mikobakteri terbukti resisten terhadap isoniazid, rifampin,
yang kaya akan lipid tidak permeabel bagi banyak obat. atau keduanya. Prevalensi resistensi isoniazid di antara
Spesies mikobakterium merupakan patogen intrasel, dan isolat klinis di AS adatah sekitar 10%. Prevalensi resistensi
organisme yang berdiam dalam makrofag tidak dapat isoniazid dan rifampin (resistensi obat multipel) adalah
dicapai oleh obat yang penetrasinya buruk terhadap mak- sekitar 3%.
rofag. Akhirnya, mikobakterium sangat berbahaya ka-
rena mampu membentuk resistensi. Kombinasi dua obat rsoNtAztD (tNH)
atau lebih diperlukan unfuk mengatasi permasalahan ini
Isoniazid merupakan obat yang paling aktif dalam terapi
dan unfuk mencegah munculnya resistensi selama terapi
tuberkulosis yang disebabkan oleh galur yang rentan.
berlangsung. Infeksi mikobakterium lambat berespons
Bentuknya kecil (BM "137) dan larut dengan bebas dalam
terhadap kemoterapi sehingga terapi harus diberikan se-
air. Kemiripan strukturalnya dengan piridoksin disajikan
lama bulanan hingga tahunan, bergantung pada obat
di bawah ini.
yang digunakan. Berbagai obat yang digunakan untuk
mengobati tuberkulosis, infeksi mikobakterium atipik, dan
lepra dibahas dalam bab ini.

wffi ffi, t3si*sxli j*sfr &sffi ffi;;iitt*:lyt:t#rri


ffi OBAT YANG DIGUNAKAN
PADA TUBERKULOSIS
a CONHNH2

lsoniazid

Isoniazid (INH), rifampin (atau rifamisin lain), pirazi- a-*\.,-.r,


namid, etambutol, dan streptomisin merupakan lima ill
agen lini-pertama untuk terapi tuberkulosis (Tabel 4Z-1). HoH2c\z-oH
Isoniazid dan rifampin merupakan dua obat yang paling
cH2oH
aktif. Kombinasi isoniazid-rifampin yang diberikan selama
9 bulan akan menyembuhkan 95-98% kasus tuberkulosis Pyrldoxine

yang disebabkan oleh galur yang rentan. Penarnbahan pi- In vitro, isoniazid menghambat kebanyakan basil tu-
razinamid pada kombinasi isoniazid-rilampin selarna 2 bu- berkel pada konsentrasi sebesar 0,2 mcg/mL atau kurang
lan pertama membuat durasi total terapi dapat dipersing- dan bersifat bakterisidal untuk basil tuberkel yang aktif
kat hingga 6 bulan tanpa terjadinya penumnan efektivitas bertumbuh. Isoniazid kurang efektif terhadap spesies mi-
Sabel 47-2). Pada praktiknya, terapi dimulai dengan kobakterium alipik. Isoniazid dapat mempenetrasi mak-
menggunakan regimen empat obat, yakni isoniazid, rofag sehingga aktif terhadap organisme inlrasel dan
rifampin, pirazinarnid, dan etambutol atau streptornisin, ekstrasel.

796
OBAT ANTIMIKOBAKTERIUM I 797
Tabel 47-l . Antimikroba yang digunakan dalam dengan mudah akan tersekleksi (bertahan hidup) ketika
terapi tuberkulosis. isoniazid atau obat lain digunakan sebagai obat tunggal.
Penggunaan dua obat yang bekerja secara independen
dalam kombinasi akan jauh lebih efektif. Probabilitas satu
Agen lini-pertama (berdasarkan urutan preferensi) basil yang resisten terhadap kedua obat adalah sebesar
lsoniazid 300 mg/hari 1 dalam 106 x 106, atau 1 dalam 1012, beberapa tingkat
Rifampin 600 mg/hari lebih besar daripada jumlah organisme penginfeksi. Jadi,
Pyrazinamide 25 mg/kg/hari setidaknya dua agen aktif (atau lebih pada beberapa kasus)
Ethambutol 15-25 mg/kg/hari harus digunakan dalarn pengobatan tuberkulosis aklif
untuk mencegah timbulnya resistensi selama terapi.
Streptomycin 15 mg/kg/hari

Agen lini-kedua Farmakokinetik


Amikacin 15 mg/kg/hari
Isoniazid cepat diserap dari saluran cerna. Dosis oralnya
Asam aminosalisilat 8-12 glhari
sebesar 300 rng (5 mg/kg pada anak) mencapai kadar
Capreomycin 15 mg/kg/hari puncak dalam plasma sebesar 3-5 rncg/mL dalarn 1-2 jarn.
Ciprof loxacin 1500 mg/hari, terbagi Isoniazid mudah berdifusi ke daian'r semua cairan fubuh
Clofazimine 200 mgihari dan jaringan. Kadarnya dalarn sistem saraf pusat dan cair-
Cycloserine terbagi an serebrospinal berkisar antara20% dan 100% dari kadar
serum yang diukur bersarnaan.
Ethionamide 500-750 mg/hari
Metabolisme isoniazid-terutalra asetilasi oleh N-ase-
Levofloxacin 500 mg/hari
tiltransferase hati-ditentukan secara genetik (lihat Bab 4).
Rif abutin 300 mgihari2 Kadar isorriazid plasma rerata pada asetilator cepat ada-
Rifepentine 600 mg sekali atau.dua kali per minggu lah sekitar seperliga hingga separuh kadar tersebut pada
rFungsi ginjal dianggap normal. asetilator lambat; waktu-paruh rerata pada keduanya
']1 50 mg/hari
jika digunakan bersamaan dengan penghambat protease. masing-tnasing sebesar kurang dari 1 jam dam 3 jarn.
Bersihan isorriazid 1'ang lebih cepat oleh asetilator cepat
biasanya tidak berdampak pada terapi jika dosis ydng se-
Mekanisme Keria dan Dasar Terjadinya suai diberikarr setiap hari, tetapi kadarnya bisa saja tidak
Resistensi mencukupi untuk terapi (subterapeutik) jika obat diberikan
Isoniazid menghambat sintesis asam mikolat, yang meru- sekali serninggu atau jika terjadi malabsorpsi.
pakan komponen penting dalam dinding sel mikobakte- Metabolit isoniazid dan sejumlah kecil isoniazid yang
rium. Isoniazid merupakan prekursor obat yang diaktifkan tidak mengalami perubahan diekskresi terutama rnelalui
oleh KatG, suatu katalase-peroksidase milik mikobakte- urine. Dosisnya tidak perlu disesuaikan pada gagal ginjal.
rium. Bentuk aktif isoniazid membentuk kompleks kova- Penentuan penyesuaian dosis ini tidak terlalu jelas pada
len dengan protein pembawa-asil (AcpM) dan KasA, suatu pasien yang sebelumnl'6 telah rnenderita insufisiensi
sintetase protein pembawa beta-ketoasil, yang menyekat' hati berat (isoniazid dikonLraindikasikan jika merupakan
sintesis asam mikolat dan membunuh sel. Resistensi ter- penyebab hepatitis) darr harus dipandu oleh kadarnya
hadap isoniazid disebabkan mutasi yang mengakibatkan dalam serur.n jika penurunan dosis obat harus dilakukan.
ekspresi berlebih inhA, yang mengode reduktase untuk
protein pembawa asil yang dependen-NADH; mutasi
atau delesi genkatG; mutasi promotor vang meuyebabkan Tabel 47-2. Durasi terapi yang dianjurkan untuk
ekspresi berlebih ahpC, suatu gen virulens putatif yang tuberkulosis.
terlibat dalam perlindungan sel mikobakterium terhadap -.rt.';" Durasi dalam
stres oksidatif; dan mutasi kasA. Produksi berlebih irlrA
menimbulkan resistensi isoniazid tingkat-rendah dan
Regimen (dalam Urutan Preferensi) Bulan. ' : .,

resistensi-silang terhadap etionamida. Mutan kafC menim- lsoniazid, rifampin, pyrazinamide

bulkan resistensi isoniazid tingkat-tinggi dan seringkali


tidak menimbulkan resistensi-silang dengan etionarnida.
.!:gli*t.9:-lrlrPil . .
Rifampin,ethambutol,pyrazinamide
?
6
Mutan yang resisten-obat biasanya dijurnpai dalarn , ethambutol 12
populasi mikobakterium yang rentan kira-kira sebanyak
.Iilqnr.ir
lsoniazid, ethambutol 18
1 basil dalam 106. Karena lesi tuberkulosa seringkali me-
Lainnya >24
ngandung basil tuberkel lebih dari 108, mutan yang resisten
798 I BAB47

Penggunaan Klinis mia. Neuropati terjadi akibat defisiensi relatif piridoksin.


Dosis isoniazid biasanya sebesar 5 mg/kg/hari; dosis Isoniazid meningkatkan ekskresi piridoksin, dan toksisitas
dewasa umumnya 300 mg yang diberikan sekali sehari. ini cepat dipulihkan melalui pemberian piridoksin dengan
Pada keadaan infeksi berat atau malabsorpsi, dosis obat dosis serendah 10 mg/hari. Toksisitas sistem saraf pusat,
tersebut dapat diberikan hingga 10 mg/kg/hari. Dosis 15 yang lebih jarang ditemui, meliputi hilangnya daya ingat,
mg/kg/hari, atau 900 mg, dapat dig;unakan pada regimen psikosis, dan kejang. Kesemuanya ini juga berespons ter-
obat yang diberikan dua kali seminggu dalam kombinasi hadap piridoksin.
dengan agen antituberkulosis kedua (misalnya, rifampin Berbagai reaksi lain meliputi kelainan hematologis,
600 mg). Piridoksin, 25-50 mg/hari, dianjurkan bagi pen- tercetusnya anemia defisiensi piridoksin, tinitus, dan ke-
derita dengan keadaan yang dapat menjadi predisposisi luhan saluran cerna. Isoniazid dapat menurunkan meta-
timbulnya neuropati, suatu efek simpang isoniazid. Iso- bolisme fenitoin sehingga rneningkatkan toksisitas dan
niazid biasa diberikan per oral tapi juga dapat diberikan kadarnya dalam darah.
secara parenteral dalam dosis yang sama.
Isoniazid sebagai suatu agen tunggal juga diindikasi- RIFAMPIN
kan dalam terapi tuberkulosis laten. Dosisnya sebesar 300 Rifampin merupakan Lurunan semisintetik rifarnisin, suatu
mg/hari (5 mg/kg/hari) atau 900 mg dua kali seminggu antibiotik yang dihasilkan oleh Streptomyces nrcditerranei.
selama 9 bulan. Obat ini aktif secara in vitro terhadap kokus gram-positif
dan gram-negatif, beberapa bakteri enterik, mikobakte-
Efek Simpang rium, dan klamidia. Organisme yang rentan dihambat pada
Insidens dan derajat keparahan reaksi isoniazid yang me- konsentrasi kurang dari 1 mcg/ml. Mutan yang resisten
rugikan berkaitan dengan dosis dan lama pemberiannya. dijumpai di semua populasi mikroba pada frekuensi se-
kitar 1 dalam 1ff dan cepat muncul jika rifampin digu-
A. Remsr luuror-ocrs
nakan sebagai obat tunggal, terutama jika terdapat infeksi
Demam dan ruam pada kulit sesekali dijumpai. Telah di- aktif. Tidak terdapat resistensi-silang dengan golongan
laporkan terjadinya lupus eritematosus sistemis yang di- obat antimikroba lainnya, tetapi terdapat resistensi-silang
picu oleh obat. dengan turunan rifamisin lainnya, yakni, rifabutin dan
B. Toxsrsms Lencsurrrc rifapentin.
Hepatitis yang terinduksi-isoniazid merupakan efek toksik
utama yang paling sering terjadi. Hal ini berbeda dengan Aktivitas, Resistensi, & Farmakokinetik
sedikit peningkatan pada aminotransferase hati (hingga Antimikobakterial
tiga atau empat kali nilai normal), yang tidak membutuh- Rifampin berikatan dengan subunit P RNA polimerase
kan penghentian obat dan dijumpai pada 10-20'/. pasien, dependen-DNA milik bakteri sehingga menghambat sin-
yang biasanya asimtomatik. Hepatitis klinis yang disertai tesis RNA. Resistensi timbul akibat salah satu dari bebe-
hilangnya nafsu makan, mual, munta[ ikterus, dan nyeri rapa kernungkinan mutasi titik pada 1poB, gen untuk
kuadran kanan atas terjadi pada 1% resipien isoniazid dan subunit p RNA polimerase. Mutasi ini menyebabkan ber-
dapat mematikan, terutama jika obat tersebut tidak segera kurangnya ikatan rifampin pada RNA polimerase. RNA
dihentikan. Terdapat bukti histologis terjadinya kerusak- polimerase manusia tidak mengikat rifampin dan tidak
an dan nekrosis hepatoselular. Risiko hepatitis bergantung dihambat olehnya. Rifampin bersifat bakterisidal terhadap
pada usia, dan jarang terjadi pada usia di bawah 20 tahun, mikobakterium. Obat ini cepat mempenetrasi sebagian
sebesar 0,3o/o phda pasien berusia 21.-35 tahun, 1.,2o/o pada besar jaringan dan ke dalam sel fagositik. Rifampin da-
pasien berusia 36-50 tahun, dan 2,3% pada pasien berusia pat membunuh organisme yang sulit dijangkau oleh obat
50 tahun atau lebih. Risiko hepatitis lebih besar pada pe- lainnya, seperti organisme intrasel dan organisme yang
candu alkohol dan kemungkinan selama kehamilan serta tersekuestrasi dalam abses dan jaringan paru.
pada masa pascapersalinan. Timbulnya hepatitis akibat Rifampin diabsorpsi dengan baik setelah pemberian
isoniazid menjadi kontraindikasi bagi pelanjutan pem- per oral dan diekskresi terutama melalui hati ke dalam
berian obat tersebut. empedu. Rifampin kemudian mengalami resirkulasi ente-
Neuropati perifer diamati pada 1U20% pasien yang rohepatik; sejumlah besar rifampin diekskresi sebagai
mendapat dosis lebih besar dari 5 mg/kg/hari tetapi metabolit terdeasetilasi dalam tinja dan sejumlah kecil
jarang dijumpai pada pemberian dosis dewasa standar melalui urine. Dosis biasa menghasilkan kadar obat dalam
sebesar 300 mg. Keadaan ini lebih sering dijurnpai pada serum sebesar 5-7 rncg/mL. Rifampin terdistribusi secara
asetilator lambat dan pasien dengan kondisi predisposisi, luas ke seluruh cairan dan jaringan tubuh. Rifampin re-
seperti malnutrisi, alkoholisme, diabetes, AIDS, dan ure- latif sangat terikat protein, dan kadarnya yang adekuat
OBATANTIMIKOBAKTERIUM I 799
dalam cairan serebrospinal hanya tercapai pada inflamasi ETAMBUTOL
meningeal. Etambutol merupakan suatu senyawa sintetik, larut da-
lam air, stabil terhadap panas, dekstro-isomer strukturnya
Penggunaan Klinis ditunjukkan di bawah ini, dan dipasarkan sebagai garam
A. lrurerst Mrrognxrcntll dihidroklorida.
Rifampin, biasanya 600 mg/hari ('10 mg/kg/hari) per oral, cH2oH czHs
harus diberikan bersama isoniazid atau obat antituberku-
H
I-lNH NH H
losis lain pada penderita tuberkulosis aktif untuk men- -C-ll -(CH2)2 - -C -
cegah tin'rbulnya mikobakterium yang resisten terhadap czHs cHzoH

obat. Pada beberapa terapi jangka pendek, 600 rng rifampin Ethambutol

diberikan dua kali serninggu. Rifampin sebanyak 600 mg


Berbagai galur Mycobacteriunt tuherculosis dan miko-
tiap hari atau dua kali seminggu selama 6 bulan juga efektif
bakterium lain yang rentan dihambat secara in vitro oleh
dalarn kombinasi dengan agen lain pada beberapa infeksi
etambutol pada konsentrasi sebesar 1-5 rncg/ mL. Etambutol
mikobakterium atipik dan lepra. Rifampin, sebanyak 600
menghambat arabinosil transferase rnikobakterium, yang
mg tiap hari selama 4 bulan sebagai suatu obat tunggal,
dikode oleh operon enfuCAB. Arabinosil transferase terlibat
menjadi altematif profilaksis isoniazicl pada penderita
dalarn reaksi polimerisasi arabinoglikan, suafu komponen
tuberkulosis laten yang tidak dapat menggunakan iso-
esensial dinding sel mikobakterium. Resistensi terhadap
niazid atau pernah terpajan suatu kasus tuberkulosis aktif
etambutol terjadi akibat mutasi yang menyebabkan eks-
yang disebabkan oleh galur yang resisten-isoniazid tetapi
presi berlebih produk gen emb atau dalam gen struktural
rentan-rifampin.
enfuB.
B. lrrrorxmr Lnru Etambutoldiabsorpsi dengan baik dari usus. Setelah
Rifampin memiliki kegunaan lain. Dosisnya sebesar 600 ingesti etambutol sebanyak 25 mg/kg, tercapai kadar pun-
mg per oral dua kali sehari selarna 2 hari dapat membu- cak obat dalam darah sebesar 2-5 mcg/mL dalam waktu
nuh meningokokus pada karier. Rifarnpin, sebanyak 20 2-4 jan. Sekitar 20% obat ini diekskresi di tinja dan 507o
mg/kg/hari selama 4hari, digunakan sebagai profilaksis di urine dalam bentuk utuh. Etambutol menurnpuk pada
saat terpajan pada anak yang rnenderita penyakit akibat keadaan gagal ginjal sehingga dosisnya harus diturunkan
Haenrophilus influenzae tipe b. Kombinasi rifar.npin dengan hingga separuh jika bersihan kreatinin berada di bawah 10
agen kedua digunakan untuk mengeradikasi stafilokokus mL/menit. Etambutol melintasi sawar darah otak hanya
pada karier. Terapi kon'rbinasi rifampin juga diindikasi- jika meninges rnengalami radang. Kadamya dalarn cairan
kan untuk terapi infeksi stafilokokus berat, seperti osteo- serebrospinal sangat bervariasi, berkisar dari 4o/" hingga
rnielitis dan endokarditis katup prostetik. 64% kadarnya dalam serum pada keadaan inflamasi
meninges.
Reaksi Simpang Seperti semua obat antifuberkulosis, resistensi terha-
dap etambutol segera timbul jika obat ini digunakan se-
Rifampin memunculkan warna jingga yang tidak ber-
cara tunggal. Oleh sebab itu, etambutol selalu diberikan
bahaya pada urine, keringat, air mata, dan lensa kontak
dalam bentuk kombinasi dengan obat antihrberkulosis
(lensa yang lunak dapat terwarnai secara permanen). Efek
lain.
simpang yang sesekali rnuncul meliputi ruarn, trombosito-
penia, dan nefritis. Rifarnpin dapat menimbulkan ikterus
Penggunaan Klinis
kolestatik dan sesekaii hepatitis. Rifampin sering menye-
babkan proteinuria rantalringan. Jika diberikan kurang Etambutol hidroklorida, sebanyak t5-25 ng/kg, biasanya
dari dua kali seminggu, rifampin menyebabkan sindrom diberikan sebagai dosis tunggal harian dalam kombinasi
seperti flu yang ditandai dengan demam, menggigil, mial- dengan isoniazid atau rifampin. Dosisnya yang lebih
gia, anemia, dan trombositopenia, dan terkadang terkait tinggi dianjurkan untuk terapi meningitis tuberkulosis.
dengan nekrosis tubular akut. Rifampin sangat mengin- Jika dijadwalkan untuk diberikan dua kali seminggu, dosis
duksi kebanyakan isoform sitokrom P450 (CYP 1,A2,2C9, etambutol yang digunakan adalah sebesar 50 mg/kg'
2C19, 2D6, dan 3A4), yang meningkatkan eliminasi ber-
bagai obat lain seperti metadon, antikoagulan, siklosporin,
Reaksi Simpang
beberapa antikonvulsan, penghan'rbat protease, beberapa Hipersensitivitas terhadap etambutol jarang terjadi. Efek
penghan'rbat reaerse transcriptase nonnukleosida, konh'a- simpang yang paling sering terjadi adalah neuritis retro-
sepsi, dan obat lain. Pernberian rifampin menurunkan bulbar, yang menyebabkan penurunan ketajaman peng-
kadar semua obat tersebut dalam serum. lihatan dan buta warna merah-hijau. Efek samping yang
800 I BAB 47

terkait-dosis ini lebih sering terjadi pada dosis 25 mg/kg/ razinamid, tetapi tidak terdapat resistensi-silang dengan
hari yang diberikan selama beberapa bulan. Pada dosis 15 isoniazid atau obat antimikobakterium lainnya.
mg/kg/hari atau kurang, gangguan penglihatan sangat
jarang terjadi. Pemeriksaan ketajaman visual secara tera- Reaksi Simpang
tur sebaiknya dilakukan jika dosis sebesar 25 mg/kg/hari Efek samping utama pirazinamid meliputi hepatotoksisitas
digunakan. Etambutol relatif dikontraindikasikan pada (pada 1-5% penderita), mual, muntah, demam karena obat,
anak yang terlalu muda untuk dapat diperiksa ketajaman dan hiperurisemia. Hiperurisemia dialami oleh semua
penglihatan dan diskriminasi warna merah-hijaunya. penggunanya dan tidak menjadi alasan penghentian te-
rapi. Hiperurisemia dapat mencetuskan artritis pirai akut.
PIRAZINAMID
Pirazinamid (PZA) merupakan kerabat nikotinamid, stabil, STREPTOMISIN
dan sedikit larut dalam air. Obat ini tidak aktif pada pH Mekanisme kerja dan gambaran farmakologis streptom!
netral, tetapi pada pH 5,5 obat ini menghambat basil tu- sin lainnya telah dibicarakan pada Bab 45. Dosis dewasa
berkel dan beberapa mikobakterium lain pada kadar seki- normal adalah 1 g/hari (75 mg/kg/hari). Jika bersihan
tar 20 mcg/ml. Pirazinamid diambil oleh makrofag dan kreatinin kurang dari 30 ml/menit atau pasien menjalani
memunculkan aktivitasnya terhadap mikobakterium yang hemodialisis, dosisnya menjadi 15 mg/kg dua atau tiga
tinggal dalam lingkungan lisosom yang bersifat asam. kali seminggu. Kebanyakan basil tuberkel dihambat oleh
Pirazinamid diubah menjadi asam pirazinoat- bentuk streptomisin dengan kadar sebesar 1-10 mcg/ml in vitro.
aktif obat ini-oleh pirazinamidase mikobakterium, yang Spesies mikobakterium nontuberkulosis selain Mycobac-
dikode oleh pncA. Target dan mekanisme kerja obat ter- terium aoiutfl kompleks (MAC) dan Mycobacterium kansasii
sebut tidak diketahui. Resistensi dapat disebabkan oleh bersifat resisten. Semua populasi besar basil tuberkel me-
gangguan ambilan pirazinamid atau mutasi pada pncA ngandung beberapa mutan yang resisten terhadap shep-
yang mengganggu konversi pirazinamid menjadi bentuk tomisin. Rata-rata, 1 dalam 108 basil tuberkel diperkirakan
aktifnya. menjadi resisten terhadap streptomisin pada kadar 10-100
0 mcg,/mL. Resistensi teryadi akibat mutasi titik pada gen
il rpsL yang mengode gen protein ribosomal S12 atau gen
c-NH2
rss yang mengode rRNA ribosomal 165, yang mengubah
(: lokasi pengikatan ribosomal.
Penetrasi streptomisin ke dalam sel buruk, dan obat ini
Pyrazlnamide (PZA)
aktif terutama pada basil tuberkel ekstrasel. Streptomisin
melintasi sawar darah-otak dan mencapai kadar terapeutik
bila meninges meradang.
Penggunaan Klinis
Kadar serum sebesar 30-50 mcg/ml dalam waktu 1-2 lam Penggunaan Klinis pada Tuberkulosis
setelah pemberian per oral dicapai dengan dosis sebesar Streptomisin sulfat digunakan jika obat perlu diberikan
25 mg/kg/hari. Pirazinamid diabsorpsi dengan baik dari dalam bentuk injeksi, khususnya pada penderita tuber-
saluran cerna dan didistribusikan secara luas ke seluruh kulosis berat yang mengancam nyawa, seperti meningitis
jaringan tubutr, termasuk meninges yang meradang. dan penyakit diseminata, dan terapi infeksi yang resisten
Waktu-paruhnya 8-11 jam. Senyawa induknya dimeta- terhadap obat lain. Dosis biasanya sebesar 15 mg/kg/hari
bolisme oleh hati, tetapi metabolitnya dibersihkan oleh intramuskular atau intravena harian unfuk orang dewasa
ginjal; oleh sebab itu, pirazinamid harus diberikan pada Q0-a0 mg/kg/hari, dan jangan melebihi 1-1,5 g untuk
dosis.25-35 mg/kg tiga kali seminggu (tidak setiap hari) anak) selama beberapa minggu, diikuti dengan dosis se-
pada pasien hemodialisis dan pada pasien yang memiliki besar 1-1,5 g sebanyak dua atau tiga kali seminggu selama
bersihan kreatinin kurang dari 30 ml/menit. Pada pasien beberapa bulan. Kadarnya dalam serum sekitar 40 mcg/
dengan fungsi ginjal normal, dosis sebesar 40-50 mg/kg mL dicapai dalam waktu 30-60 menit setelah suntikan 15
digunakan dalam regimen terapi tiga kali atau dua kali mg/kg intramuskular. Obat-obat lain selalu diberikan
seminggu. Pirazinamid merupakan obat lini-pertama dalam kombinasi untuk mencegah timbulnya resistensi.
penting yang digunakan bersama dengan isonidzid dan
rifampin padh regimen terapi jangka-pendek (yakni, 6 Reaksi Simpang
bulan) sebagai agen "sterilisasi" yang aktif terhadap orga- Streptomisin bersifat ototoksik dan nefrotoksik. Vertigo
nisme intrasel residual yang dapat menimbulkan relaps. dan tuli merupakan efek samping yang paling sering ter-
Basil tuberkel cukup cepat menjadi resisten terhadap pi- jadi dan dapat bersifat permanen. Toksisitasnya bergan-
OBAT ANTIMIKOBAKTERIUM I 8O1

tung pada dosis, dan risikonya meningkat pada usia lanjut. Kapreomisin
Seperti semua aminoglikosida, dosisnya harus disesuaikan Kapreomisin adalah suatu antibiotika penghambat sintesis
menurut fungsi ginjal (lihat Bab 45). Toksisitasnya dapat protein peptida yang didapal dari Streptomyces capreolus.
dikurangi dengan membatasi terapi hingga tidak melebihi Injeksi kapreomisin'1, g/ hari intramuskular menghasilkan
6 bulan jika memungkinkan. kadar obat dalam darah sebesar 10 mcg/mL atau lebih.
Kadar tersebut secara in vitro menghambat banyak mi-
OBAT TINI.KEDUA ATTERNATIF UNTUK kobakterium, termasuk galw M tuberculosis yang resisten
TERAPI TUBERKUTOSIS terhadap berbagai obat.
Obat-obatalternatif di bawah inibiasanya dipertimbangkan Kapreornisin (15 mg/kg/hari) adalah obat suntik yang
hanya (1) pada kasus resistensi terhadap obat lini-pertama; penting dalam terapi tuberkulosis yang resisten-obat.
(2) pada kasus tidak adanya respons klinis terhadap terapi Galur M tuberanlosis yang resisten terhadap streptomisin
konvensional; (3) pada kasus timbulnya reaksi simpang atau amikasin (misalnya, galur W yang resisten terhadap
obat berat yang membatasi terapi; dan ( ) jika tersedia berbagai obat) biasanya rentan terhadap kapreomisin.
panduan dari ahli untuk mengatasi efek toksik. Untuk Resistensi terhadap kapreomisiry kalau timbul, disebabkan
banyak obat lini-kedua yang disajikan di bawah ini, dosis, oleh mutasi rrs.
munculnya resistensi, dan toksisitas jangka-panjangnya Kapreomisin bersifat nefrotoksik dan ototoksik. Tini-
belum diketahui dengan pasti. tus, tuli, dan gangguan vestibular dapat terjadi. Injeksinya
menyebabkan rasa sakit setempat, dan dapat timbul abses
Etionamid steril.
Etionamid secara kimiawi terkait dengan isoniazid dan Dosis kapreomisin sama dengan dosis streptomisin.
juga menyekat sintesis asam mikolat. Etionamid sulit larut Toksisitasnya berkurang jika diberikan dosis sebesar 1 g
dalam air dan hanya tersedia dalam bentuk oral. Obat ini dua atau tiga kali seminggu setelah respons awal dicapai
dimetabolisme oleh hati. dengan pemberian dosis harian.

Hsc,.-rlN\ Sikloserin
ilt
ill Sikloserin merupakan penghambat sintesis dinding sel dan
dibahas pada Bab 43. Kadarnya sebesar 15-20 mcg/ml
\/ I menghambat banyak galur M tuberculosis. Dosis sikloserin
szc-HH, pada tuberkulosis adalah sebesar 0,5-1 g/hari dalam dua
dosis terbagi. Sikloserin dibersihkan melalui ginjal, dan
Ethionamlde
dosisnya harus diturunkan sebesar separuh jika bersihan
Kebanyakan basil tuberkel dihambat secara in vitro kreatininnya kurang dari 50 mL/menit.
oleh etionamid pada koruentrasi 2,5 mcg/ mL atau kurang. Efek toksik yang paling berat adalah neuropati perifer
Beberapa spesies mikobakterium lain juga dihambat oleh dan disfungsi sistem saraf pusaf termasuk depresi dan
'etionamid, 10 mcg/ml. Kadar serum dalam plasma dan reaksi psikotik. Piridoksin sebesar 150 mg/hari harus di-
jaringan sebesar 20 mcg/mL dicapai pada dosis 1, g/hari. berikan dengan sikloserin karena piridoksin mengurangi
Kadamya dalam cairan serebrospinai serupa dengan ka- toksisitas neurologis. Efek simpang sikloserin, yang pa-
damya dalam serum. ling sering terjadi selama 2 minggu pertama terapi, terjadi
Etionamid diberikan pada dosis awal sebesar 250 mg pada 25% pasien atau lebih, terutama pada dosis yang le-
sekali sehari, yang tlap kali ditingkatkan sebesar 250 mg bih tinggi. Efek sampingnya dapat diminimalkan melalui
hingga dosis yang dianjurkan sebesar 1 g/hari (atau 15 mg/ pemantauan kadar puncak dalam serum. Kadar puncaknya
kg/hari), jika memungkinkan. Meskipun secara teoretis ber- tercapai dalam 2-4 jarn setelah pemberian obat. Rentang
manfaat, dosis sebesar'I g/harr ditoleransi dengan buruk kadar puncak yang dianjurkan adalah 20-40 mcg/mL.
karena sering menimbulkan iritasi lambung yang hebat
dan gejala neurologis sehingga kita harus menetapkan Asam Aminosalisilat (PAS)
dosis harian total sebesar 500-750 mg. Etionamid juga ber- Asam aminosalisilat adalah antagonis sintesis folat yang
sifat hepatotoksik. Gejala neurologis diperingan dengan hampir hanya aktif terhadap M tuberailosls. Struktur
piridoksin. PAS mirip dengan asam p-aminobenzoat (PABA) dan
Resistensi terhadap etionamid sebagai suatu agen sulfonamid (lihat Bab 46).
tunggal berkembang secara cepat in vitro dan in vivo. Re- Basil tuberkel biasanya dihambat in vitro oleh asam
sistensi-silang dalam tingkat rendah dapat terjadi antara aminosalisilat pada kadar 1-5 mcg/ml. Asam aminosali-
isoniazid dan etionamid. silat cepat diserap dari saluran cema. Kadar serumnya 50
802 t BAB 47

Amikasin harus digunakan dalam kombinasi dengan se-


tidaknya satu atau, Iebih baik lagi, dua atau tiga obat
yang masih efektif terhadap isolat (sensitif) pada terapi

o.' NHz

Aminosalicylic acid (PAS)


tuberkulosis yang resisten terhadap obat. Dosis yang
dianjurkan serupa dengan dosis streptomisin.

Fluorokuinolon
mcg/ml atau lebih setelah pernberian dosis oral sebesar Selain aktivitasnya terhadap banyak bakteri gram-positif
4 g. Dosisnya 8-1,2 g per oral untuk dewasa dan 300 mg/ dan gram-negatif (dibahas di Bab 46), siprofloksasin, levo-
kg/hari untuk anak. Obat ini didistribusi secara luas floksasin, gatifloksasin, dan rnoksifloksasin mengharnbat
dalam berbagai jaringan dan cairan tubuh kecuali cairan galur M tuberculosis pada kadar kurang dari 2 mcg/ml.
serebrospinal. Asam aminosalisilat cepat diekskresi dalam Obat ini juga aktif terhadap mikobakterium atipik. Mok-
urine, sebagian dalam bentuk asam aminosalisilat aktif sifloksasin paling aktif terhadap M tubuatlosis in vitro.
dan sebagian lagi dalam bentuk senyawa terasetilasi dan Levofloksasin cenderung sedikit lebih aktif ketimbang si-
produk metabolik lainnya. Kadar asam aminosalisilat yang profl oksasin terhadap M tuber culosis, sedangkan siproflok-
sangat linggi dicapai dalam urine, yang dapatmenimbulkan sasin sedikit lebih aktif terhadap mikobakterium atipik.
kristaluria. Fluorokuinolon rnerupakan tarnbahan penting bagi
Asam aminosalisilat sekarang jarang digunakan ka- obat-obat tuberkulosis yang tersedia, terutarna untuk
rena obat oral lain ditoleransi lebih baik. Gejala saluran galur yang resisten terhadap agen lini-pertama. Resisten-
cerna sering ditemui dan dapat diredakan dengan mem- si, yang dapat disebabkarr oleh satu dari beberapa rnutasi
berikan obat tersebut bersama makanan dan antasid. titik tunggal pada subunit girase A, cepat timbul jika fluo-
Ulkus peptikum dan perdarahan dapat terjadi. Reaksi rokuinolon digunakan sebagai agen tunggal; jadi, obat
hiperseruitivitas yang menimbulkan gejala demanr, nveri ini harus dikombinasi dengan dua agen aktif atau lebih.
sendi, ruam kulit, hepatosplenomegali, hepatitis, adeno- Dosis standar siprofloksasin adalah 750 mg per oral dua
pati, dan granulositopenia sering timbul setelah rnenjalani kali sehari. Dosis levofloksasin standar adalah 500-750 mg
terapi dengan asam aminosalisilat selarna 3-8 minggu se- sekali sehari. Dosis moksifloksasin adalah 400 rng sekali
hingga membuatnya perlu dihentikan untuk sementara sehari.
atau permanen.
Linezolid
Kanamisin & Amikasin Linezolid (dibahas di Bab 44) mengharnbat galur
M tu-
Antibiotik aminoglikosida dibahas dalam Bab 45. Kana- buculosis in vitro pada kadar 4-8 mcg/ml. Obat ini
misin telah digunakan dalam terapi tuberkulosis yang mencapai kadar intrasel yang cukup tinggi, darr linezolid
disebabkan oleh galur resisten-streptomisin, tetapi terse- aktif terhadap tuberkulosis pada model murin (hewan
dianya obat lain yang tidak lebih toksik (kapreomisin dan pengerat). Linezolid di gunakan clalan'r kombinasi den gan
amikasin) mernbuahrya tidak digunakan lagi. obat lini-kedua atau lini-ketiga Iainnya untuk mengobati
Peran amikasin dalam terapi tuberkulosis telah me, penderita tuberkulosis yang disebabkan olel"r galur yang
ningkat seiring meningkatnya insidens dan prevalensi tu- resisten terhadap berbagai obat. Konversi biakan sputum
berkulosis yang resisten terhadap berbagai obat. Preva- merladi negatif terjadi karena penggunaan linezolid pada
lensi galur yang resisten. terhadap amikasin rendal-r kasus ini, dan beberapa penderita dapat sembuh. Berbagai
(kurang dari 5%), dan kebanyakan galur yang resisten efek simpang yang berrnakna dan kadang rnembatasi
terhadap berbagai obat tetap rentan terhadap amikasin. terapi, yang n-reliputi supresi sunlsunl tulang serta neu-
M tuberculosis dihambat pada kadar sebesar 1 mcg/ml ropati optik dan perifer ireversibel, telah dilaporkan
atau kurang. Amikasin juga aktif terhadap rnikobakte- dengan pemanjangan durasi terapi yang diperlukan dalam
rium atipik. Resistensi-silang tidak terjadi antara strepto- terapi tuberkulosis. Dosis sebesar 600 mg (dewasa) yang
misin dan amikasin, tetapi resistensi kanamisin seringkali diberikan sekali sehari (separuh dosis yang digunakan
menandakan adanya resistensi terhadap amikasin. Kadar dalam terapi infeksi bakteri lain) tampaknya memadai
dalam serum sebesar 30-50 mcg/ml dicapai 30-60 menit dan dapat membatasi timbulnya efek simpang tersebut.
setelah pemberian infus sebanyak 15 rng/kg. Amikasin Meskipun linezolid rnungkin akl-rirnya terbukti merupakan
diindikasikan untuk terapi tuberkulosis yang dicurigai agen penting baru dalam terapi tuberkulosis, pada saat
atau diketahui disebabkan oleh galur yang resisten ter- ini, linezolid harus dianggap sebagai obat terakhir untuk
hadap streptomisin atau resisten terhadap berbagai obat. infeksi yang disebabkan oleh galur yang resisten terhadap
OBAT ANTIMIKOBAKTERIUM / 803

berbagai obat, yang juga resisten terhadap beberapa agen untuk mengobati pasien yang terinfeksi-HlV karena
lini-pertama dan lini-kedua lainnya. tingginya angka relaps pada organisme yang resisten
terhadap rifampin.
Rifabutin (Ansamisin)
Rifabutin merupakan turunan rifamisin dan berkaitan ,$
dengan rifampin. Obat ini mempunyai aktivitas yang OBAT YANG AKTIF TERHADAP
bermakna terhadap M tuberculosis, M aaiunt-intracellulare MIKOBAKTERIUM ATIPIK
dan M fortuitum (lihat bawah). Aktivitasnya serupa de-
ngan aktivitas rifampin, dan resistensi-silangnya dengan Sekitar 10% infeksi mikobakterium yang tarnpak dalam
rifampin terjadi hampir lengkap. Beberapa galur yang praktik klinis di AS tidak disebabkan oleh M tr.fuera'Llosis
resisten terhadap rifampin tampaknya rentan terhadap atau organisme M tttberculosls kompleks, tetapi oleh mi-
rifabutin in vitro, tetapi kemungkinan timbulnya respons kobakterium "atipik". Organisrne ini mempunyai ciri la-
klinis sangat kecil karena dasar rnolekular resistensinya boratorik yang berbeda, terdapat di lingkungan, dan tidak
sama, yakni terjadi mutasi rpoB. Rifabutin berperan baik menular dari satu individu ke individu lain. Hukumnya
sebagai substrat maupurl penginduksi enzim sitokrorn adalah bahwa spesies rnikobakterium ini kurang rentan
P450. Karena merupakan penginduksi yang kurang poten, terhadap obat antituberkulosis ketitnbang M tuberculosis.
rifabutin lebih diindikasikan ketimbang rifarnpin dalarn Di lain pihak, agen-agen seperti eritrornisin, sulfonarnida,
terapi tuberkulosis pada pasien yang terinfeksi-HlV yang atau tetrasiklin, yang ridak aktif terhadap M tuherculosis,
mendapat terapi antiretroviral berupa penghambat pro- mungkirr efektif terhadap infeksi yang disebabkan oleh
tease atau penghamba t r ezt e r se tr an s crip t as e nonnukleosida galur atipik. Muncul-nya resistensi selama terapi juga
(misalnya, efavirenz) - obat-obat yang juga merupakan menjadi masalah pada spesies mikobakterium ini, dan
subshat sitokrom P450. infeksi yang aktif harus diobati dengan kombinasi obat. M
Dosis rifabutin biasanya sebesar 300 rng/hari kecuali kansasii rentan terhadap rifampin dan etarnbutol, sebagian
jika pasien Inendapat penghambat protease; pada keadaan resisten terhadap isoniazic{, dan sepenuhnya resisten
ini, dosis harus diturunkan hingga 150 rng/hari. Jika efa- terhadap pirazir.ramid. Kombinasi tiga-obat isoniazid,
virenz (uga merupakan penginduksi P450) digunakar-r, rifarnpin, dan etarnbutol merupakan terapi konvensional
dosis rifabutin yang dianjurkan menjadi 450 rng/hari. pada infeksi M kansasii. Beberapa patogen atipik, beserta
Rilabutin efektif dalam mencegah clan mengobati in- rnanifestasi klinis serta obat yang ampuh terhadapnya,
feksi mikobakterium atipik pada pasien AIDS dengan disajikan pada Tabel 47-3.
hitung CD4 di bawah 50/pL. Obat ini juga efektif sebagai M attiutrt kompleks, yang rneliputi baik M auium mat-
terapi pencegahan tuberkulosis, baik secara tunggal pada pun M intracellulare, sering kali menjadi penyebab penting
regimen 3-4 bulan atau bersama pirazinarnid pada regimen timbulnya penyakit diseminata pada AIDS tahap lanjut
2 bulan. (hitung CD4 < 50/pL). M auiwtr kompleks jauh kurang
rentan daripada M tuberculosls terhadap kebanyakan obat
Rifapentin antifuberkulosis. Kornbinasi obat diperlukan untuk me-
Rifapentin rnerupakan suatu analog rifampin. Obat ini nekan penyakit. Azitromisin, 500 rng sekali sehari, atau
aktif terhadap M tuberculosis dan M aztiunt. Seperti semua klaritromisin, 500 mg dua kali sehari, plus etambutol,
rifamisin, rifapentin merupakan suatu pengharnbat RNA "15-25 mg/kg/hari, merupakan regimen yang efektif dan

polimerase bakterial, dan resistensi-silang antara rifampin ditoleransi dengan baik untuk terapi berbagai penyakit
dan rifapentin teryadi secara lengkap. Seperti rifampin, diseminata. Beberapa pihak menganjurkan penggunaan
rifapenlin merupakan penginduksi enzim sitokrom P450 obat ketiga, seperti siprofloksasin sebanyak 750 mg dua
yang kuat, dan obat ini memiliki profil interaksi obat yang kali sehari atau rifabutin sebanyak 300 rng sekali sehari.
serupa. Toksisitasnya serupa dengan toksisitas rifampin' Agen lain yang bertnanfaat disajikan pada Tabel 47-3. Ri-
Rifapentin dan metabolitnya yang aktif secara mikrobio- fabutin dalam dosis tunggal 300 rng terbukti menurunkan
logis, yakni 2S-desasetilrifapentin, memiliki waktu-paruh insidens bakterernia oleh M aaium kompleks pada pasien
eliminasi selama 13 jam. Rifapentin sebanyak 600 mg (10 AIDS dengan CD4 kurang dari 100/pL. Klaritromisin juga
mg/kg) sekali seminggu diindikasikan pada terapi tuber- efektif mencegah bakterernia MAC pada pasien AIDS, te-
kulosis yang disebabkan oleh galur yang rentan terhadap tapi jika terjadi bakter emia breaktrough, isolatnya seringkali
rifampin hanya pada fase lanjutan (setelah terapi 2 bulan resisten terhadap klaritromisin dan azitromisin sehingga
pertama dan idealnya setelah konversi biakan sputum menghalangi penggunaan obat yang paling efektif dalam
menjadi negatif). Rifapentin seharusnya tidak digunakan terapi.
804 I BAB47

Tabel 4,7'3. Gambaran klinis dan pilihan terapi untuk infeksi mikobakterium atipik.

M kansasii Menyerupai tuberkulosis Ciprofloxacin, clarithromycin, ethambutol, isoniazid, rifampin,


.-..... . ..-...t1'.T.91_f gg.,.T::ylLT eth oxa zot e
M marinum Penyakit kutaneus Amikacin, clarithromycin:;ilil;il;il;;il:;;;;.y.ti;;;;fi1;;
-------___--gL?lulomatosa- trimethoprim-sulfamethoxazole
"--"
M scrorutaceum Ad";iii;;;;;;'k;iil;';;;i ;;ri ;;i;;;;iil;il;;i;l;;;;il;;l;;;i;;ffi;;;i;;i;;;;;;'
M avium kompleks Penyakit paru pada Amikacin, azithromycin,;l;;;il;;;il;;il-.J;;r;;';ilamu;iil
penderita penyakit paru rifabutin
kronik; infeksi diseminata
...........P*.e.11?:.... .....
M chelonae Abses, traktus sinus, ulkus; Amikacin, doxycycline, imipenem, makrolida, tobramycin
";;i;;;;;;;' - infeksi tulang. sendi, tendon
il;i;;ki;;';i;;;;iil;; ;;;i;;;i;:;;iliti;;;il;;ii;;;;;il;;;il;;;;n"";.;;;til;G;;;r.."
"---""--':----'-'--
infeksi tulang, sendi, tendon sulfamethoxazole
M ulcerans Ulkus kulit lsoniazid, streptomycin, rifampin, minocycline (Eksisi bedah mungkin
efektif .)

Sulfon diabsorpsi dengan baik dari usus serta didistri-


W OBAT YANG DIGUNAKAN busi secara luas melalui cairan tubuh dan jaringan. Wakfu-
PADA LEPRA paruh dapson adalah 1,-2 hari, dan obat ini cenderung
menumpuk di kulit, otot, hati, dan ginjal. Kulit yang
Mycobacteium leprae behm pemah dibiakkan in vitro, sangat terinfeksi oleh M leprae dapat mengandung obat
tetapi model binatang, seperti yang tumbuh pada telapak beberapa kali lebih banyak ketimbang kulit normal. Sulfon
kaki tikus yang disuntik dengan bakteri ini, memungkin- diekskresi ke dalam empedu dan direabsorpsi di usus.
kan obat ini dievaluasi di laboratorium. Obat-obat yang Ekskresinya ke clalam urine bervariasi, dan kebanyakan
akan dijelaskan di sini hanyalah obat yang banyak diguna- obat yang diekskresi telah mengalami asetilasi. Dosis Iazim
kan secara klinis. Karena meningkatnya resistensi dapson, dapson untuk orang dewasa pada lepra adalah 100 mg
terapi lepra dengan kombinasi obat-obat di bawah ini sehari. Untuk anak, dosisnya lebih kecil, dan disesuaikan
sekarang dianjurkan. dengan berat badan.
Dapson biasanya ditoleransi dengan baik. Sejumlah
DAPSON DAN SUTFON LAINNYA besar pasien mengalami hemolisis, khususnya jika me-
Beberapa obat yang berkaitan erat dengan sulfonamid reka menderita defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase,
telah digunakan secara efektif pada terapi lepra dalam Methemoglobinemia sering ditemui, tetapi biasanya tidak
jangka-panjang. Obat yang paling banyak digunakan ada- menimbulkan masalah secara klinis. Intoleransi gastro-
lah dapson (diaminodifenilsulfon). Seperti sulfonamida, intestinal, demam, prurifus, dan beragam ruam dapat
dapson menghambat sintesis folat. Resistensi dapat timbul timbul. Selama terapi lepra lepromatosa dengan dapson,
pada populasi besar M leprae, misalnya pada lepra lepro- eritema nodosum leprosum sering timbul. Reaksi terha-
matosa, jika dosis yang sangat rendah diberikan. Oleh dap dapson kadangkala sulit dibedakan dari manifestasi
sebab itu, kombinasi dapson, rifampiry dan klofazimin penyakit yang mendasari. Eritema nodusum leprosum
dianjurkan untuk terapi inisial. Dapson dapat juga digu- dapat ditekan dengan kortikosteroid atau talidomid.
nakan untuk mancegah dan mengobati pneumonia Pneu-
mocystis jiroaeci pada penderita AIDS. RIFAMPIN
0
lt
Rifampin (lihat pembahasan sebelumnya) pada dosis 600
s mg tiap hari sangat efektif pada lepra lepromatosa. Karena
il
0 terdapat risiko timbulnya M leprae yang resisten terhadap
Daprono rifampin, obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi
OBAT ANTIMIKOBAKTERIUM / 805

dengan dapson atau obat antilepra lainnya. Dosis tunggal secara luas dalam jaringan retikuloendotel dan kuliq kris-
600 mg tiap bulan dapat memberikan manfaat pada terapi talnya terlihat berada di dalam sel retikuloendotel fago-
kombinasi. sitik, Obat ini dilepaskan secara lambat dari depotnya se-
hingga waktu-paruhnya dalam serum dapat mencapai 2
KLOFAZIMIN bulan.
Klofazimin adalah suatu pewarna fenazin yang dapat Klofazimin diberikan pada lepra yang resisten terha-
digunakan sebagai obat alternatif dapson. Mekanisme dap sulfon atau bila penderita tidak dapat menoleransi
kerjanya belum diketahui tetapi mungkin melibatkan sulfon. Dosis obat ini biasanya 100 mg/hari per oral. Efek
pengikatan DNA. merugikan yang paling mencolok adalah perubahan warna
Absorpsi klofazimin dari usus bervariasi, dan sejumlah kulit, mulai dari warna coklat-merah hingga kehitaman.
besar obat diekskresi dalam tinja. Klofazimin disimpan Intoleransi saluran cema sesekali teryadi.

Oslr Turenrurosrs Rifabutin (Mycobutin)


Aminosaliclyate natrium (Paser) Oral: kapsul 150 mg
Oral: granula lepas-lambat 4 g Rifampin (generik, Rifadin, Rimactane)
Capreomycin (Capastat Su lf ate) Oral: kapsul 150, 300 mg
Parenteral: bubuk 1 g untuk suntikan Parenteral: bubuk 600 mg untuk suntikan lV
Cycloserine (Seromycin Pu lvules)
Rifapentine (Priftin)
Oral: tablet 150 mg
Oral: kapsul 250 mg
Ethambutol (Myambutol) Streptomycin (generi k)
oral: tablet 100,400 mg Parenteral: 1 g terliofilisasi untuk suntikan lM
Ethionamide (Trecator-5C)
Oalr Lepnn
Oral: tablet 250 mg
lsoniazid (generik) Clofazimine (Lamprene)
Oral: kapsul 50 mg
Oral: tablet 100, 300 mg; sirup 50 mg/5 mL
Parenteral: 100 mg/mL untuk suntikan Dapsone (generik)
Pyrazinamide (generik) Oral: tablet 25, 100 mg
Oral:tablet 500 mg

REFERENSI Jasmer RM, Nahid P, Hopewell PC: Latent tuberculosis infection.


N Engl J Med 2002;347 :1860.
Anonymous: Update: Adverse event data and revised American Kinzig-Schippers M et al: Should we use N-acetylhansferase type 2
Thoracic Society/CDC recommendations against the use of genotyping to personalize isoniazid doses? Antimicrob Agents
rifampin and pyrazinamide for treatment of latent tubercu- Chemother 2005;49 :1733.
Iosis infection-United States,2003. MMWR Morb Mortal Wkly Sulochana S, Rahman F, Paramasivan CN: In viho activity of fluo-
Rep. 2003;52:735. roquinolones agarnst Mycobacterimn tube rutlosis. J Chemother
Anonymous: Diagnosis and heatment of disease caused by 2005;77:1,69.
nontuberculous mycobacteria. Am J Respir Crit Care Med von der Lippe B, Sandven P, Brubakk O: Efficacy and safety of
't 997 ;756 (2 P t t 2) :S't.
linezolid in multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB)-a
Anonymous: Targeted tuberculin testing and treatment of latent report of ten cases. Jlnfiect2006;52:92.
tuberculosis infection. Am J Respir Crit Care Med 2000;161(4
Parl2):5221,.
Gillespie SH et al: Early bactericidal activity of a moxifloxacin and
isoniazid combinahon.in smear-positive pulmonary tubercu-
losis. J Antimicrob Chemother 2005;56:1169.
ll::'ili:'!: jl:':.r' J
:

': ':..
:'!i.id;i;r':
Lir.:.::,):::.;i

rObat
:,].it..
l: llr;

l Antijamur
:: .i

,t .t.' '

:.:i:-:

Don Sheppard, MD,& Harry W. Lampiris, MD

Insidens dan keparahan iufeksi jamur pada manusia Kimiawi


nreningkat sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir
Arnfoterisin B adalah makrolida polien amfoterik (polien
ini akibat kemajuan dalam ilmu bedah, terapi kanker,
= mengandung banyak ikatan rangkap; rnakrolida = me-
dan perawatan kritis serta peningkatan penggunaan anti-
ngandung cincin lakton besar yang terdiri atas 12 atom
rnikroba berspektrurn-luas dan epiderni HIV. Berbagai
atau lebih). Amfoterisin B hampir tidak larut dalam air
perubahan ini rnenyebabkan penir-rgkatar-r jurnlah pasien
sehingga dibuat dalarn bentuk suspensi koloidal amfoteri-
yang berisiko rnenderita infeksi jamur.
sin B dan natrium desoksikolat untuk suntikan intravena.
Farmakoterapi penyakit jarnur mengalami revolusi me-
Beberapa fonnulasi baru telah dikembangkan; amfoterisin
lalui pengenalan obat azol oral yang relatif tidak toksik B dikemas dalam sistern pengangkutan obat terkait-lipid
serta ekinokandin. Terapi kombinasi mulai dipikirkan, dar-r
(Tabel 48-1 dan Kotak: Amfoterisin B Liposomal).
formulasi baru berbagai agen lama rnulai tersedia. Sayang-
nya, munculnya organisme yang resisten terhadap azol Farmakokinetik
dan peningkatan jumlah pasien yang berisiko menderita Amfoterisin B sukar diserap dari saluran cerna. Oleh
infeksi jamur, menciptakan tantangan baru. sebab iru, arnfoterisin B oral hanya efektif untuk jarnur
Obat antijamur 12619 saat ili tersedia dibagi dalam dalam lurnerr salurarr cema dan tidak dapat digunakan
beberapa kelompok: obat sisternis (oral atar-r parenteral) unluk terapi Per"rvakit sister.nis. Suntikan an"rfoterisir-r B in-
untuk infeksi sistemis, obat oral untuk infeksi n'rukokutan, travena 0,6 rng/kglhari n'renghasilkan kadar rerata dalam
dan obat topikal untuk in-feksi mukokutan. daralr sebesar 0,3-7 ncg/ mL; lebih dari 90% amfoterisin
B terikat pada protein serum. Meskipun sebagian besar
-:l::.:1..,:rt';1.:, dimetabolisme, sebagian arnfoterisir-r B diekskresi secara
ai:..:r-'r":-"'' ..'.::tt. . j.::., ,...,.' .,.". -:.',,-:.: r. ... .,..:
... OBAT ANTIJAMUR SISTEMIS perlahan dalam urine selama beberapa hari. Nilai f,r, am-
foterisin B dalam serutn adalah sekitar 15 hari. Gangguan
UNTUK INFEKSI SISTEMIS hati, ginjal, dan dialisis hanya berdampak sedikit pada
konsentrasi obat sehingga tidak memerlukan penyesuaian
AMFOTERISIN B closis. Obat ini didistribusi secara luas dalarn sebagian
besar jaringary tetapi hanya 2-3% dari kadar amfoterisin
Amfoterisin A dan B merupakan antibiotika antijamur B dalam darah yang mencapai cairan serebrospinal. Aki-
yang dihasilkan oleh Streptonryces nodosus. Amfoterisin A
bahlya, terapi intratekal untuk meningihs akibat jamur
tidak digunakan secara klinis.
kadang-kadang perlu diberikan.

0oH0H0H0Ho

Amphotsricin B

806
OBAT ANTIJAMUR I 8O7

AMFOTERISIN B TIPOSOMAL

Terapi amfoterin B sering dibatasi oleh toksisitasnya, dalam dosis yang lebih besar. Selain itu, beberapa jamur
terutama gangguan ginjal yang dicetuskan obat. Toksisitas mengandung lipase yang dapat melepaskan amfoterisin B
ini membuat diciptakannya formulasi obat lipid, dengan bebas secara langsung di lokasi infeksi.
anggapan bahwa obat bersalut lipid tidak akan terlalu cepat Saat ini, tersedia tiga formulasi seperti demikian yang
berikatan dengan membran mamalia, sehingga obat dapat memiliki perbedaan sifat farmakologis seperti dirangkum
digunakan dalam dosis yang efektif dengan toksisitas yang dalam Tabel 48-1. Meskipun uji klinis telah menunjukkan
lebih rendah. Sediaan amfoterisin liposomal mengemas adanya perbedaan antara formulasi ini dan bentuk
bentuk aktif obat ini dalam vehikulum lipid, berbeda amfoterisin B biasa dalam hal toksisitas ginjal dan toksisitas
dengan suspensi koloidal, yang merupakan bentuk sediaan terkait-infus, belum ada uji yang membandingkan satu
lama obat ini. Amfoterisin berikatan dengan lipid dalam formulasi dengan formulasi yang lain. Beberapa studi ter-
vehikulum lipid tersebut dengan afinitas yang berkisar batas menunjukkan hasil terbaik adalah peningkatan se-
antara a{initasnya terhadap ergosterol jamur dan terhadap dang dalam hal efikasi klinis dari sediaan lipid dibanding-
kolesterol manusia. Vehikulum lipid kemudian berperan kan dengan amfoterisin B konvensional. Karena sediaan
sebagai reservoir amfoterisin, yang mengurangi ikatan lipid jauh lebih mahal, penggunaannya biasanya dibatasi
nonspesifik pada membran sel manusia. Kecenderungan pada pasien yang tidak toleran, atau tidak berespons,
ikatan ini memungkinkan terjadinya penurunan toksisitas terhadap terapi amfoterisin konvensional.
tanpa mengorbankan efikasi, dan obat dapat diberikan

Mekanisme Kerja kebocoran ion intrasel clan makrornolekul, yang berujung


pada kematian sel. Sesekali obat ini berikatan dengan sterol
Efek fungisida amfoterisin B bersifat selektif karena efek
nrembran manusia; r.nungkir-r hal inilah yang rnenimbulkan
ini mempergunakan perbedaan kor.np-rosisi lipid pada
toksisitas obat 1'ang mencolok.
membran sel jamur dan rnamalia. Ergosterol, suatu sterol
Resistensi terhadap amfoterisin B terjadi jika ikatan
pada rnembran sel, dijumpai dalar-r-r sel urenrbratt jarnur,
ergosterol terganggu, baik melalui perlurunan kadar ergo-
sernentara sterol yang clominan pada bakteri dan sel
sterol pada membran naupun modifikasi molekul target
manusia adalah kolesterol. Amfoterisin B berikatarr de-
sterol unLuk rrrenurunkarr afinitasnya terhadap obat.
ngan ergosterol darr mengubah perrneabilitas sel dengan
uembenfuk pori-pori terkait-amfoterisin B pacla mernbran
sel. Seperti terlihat pada sifat kimiawinva, amfoterisin B
Aktivitas Antijamur
berkombinAsi erat dengan lipid (ergosterol) di separrjang Arnfoterisirr B tetap merupakan agen antijamur dengan
sisi strukturnya yang kaya akan ikatan rangkap dan berga- spektrum kerja yang paling luas. Obat ini bekerja ter-
bung dengan molekul air pada sisi vang kava olutl t-t'- hadap ragi-ragian 1ra1g bermakna secara klinis, seperti
clroksil. Ciri amfipatik iui rnemuclahkan peml.reutukan psli Cmtdidtt albicnns dan Cryptococarc ncoforntnns; organistne
oleh banyak molekul amfoterisin, dengan bagian yang li- yang nrenyebabkan mikosis endemik, seperti Histoplasnta
c ttp s ul n t un q B tt s t on ty ce s de r m n t i t i tli s, dan Co c ci di oi de s inuni'
pofilik terletak di sekitar bagian luar pori d.rn bagian yang I

hidrofitik di bagiarr dalarr-r. Adanva pori irri rrtenvebabkan tls; dan kopong patogenik, seperti Aspergillus funigtttus

Tabel 48-1 . Sifat amfoterisin B konvensional dan beberapa formulasi lipid.l

Dosis (mg/ Nefro- Toksisitas


Obat Bentuk Fisik kglhari) c Bersihan toksisitas lnfusional Biaya Harian
Formulasi konvensional
Fungizone Misel 24

IertF:i1149
AmBisome Sferis 3-5 '1300

Amphotec Cakram 1 (?) 660


Abelcet Pita J (?) 570

'Perubahan pada C."u, (kadar plasma puncak), bersihan, nefrotoksisitas, dan toksisitas infuslonal relatif terhadap am{oterisin B konvensional.
808 / BAB 48

dan mukor. Beberapa organisme jamur seperti Candida A. Toxsrsrns AKIBAT PeMsenreN lNrus
lusitaniae dan Pseudallescheria boydii menunjukkan resis- Reaksi akibat pemberian infus ini hampir selalu terjadi dan
tensi amfoterisin B intrinsik. meliputi demam, menggigil, spasme otot, munta[ nyeri
kepala, dan hipotensi. Kesemuanya ini dapat dikurangi
Penggunaan Klinik dengan mengurangi kecepatan infus atau menurunkan
Akibat spektrum aktivitas dan kerja fungisidalnya yang dosis harian. Premedikasi dengan menggunakan antipi-
luas, amfoterisin B tetap merupakan agen yang berguna retik, antihistamin, meperidin, atau kortikosteroid dapat
untuk hampir semua infeksi mikotik yang mengancam bermanfaat. Ketika memulai terapi, banyak klinisi mem-
jiwa, meskipun agen baru yang kurang toksik mulai meng- berikan dosis percobaan sebesar 1 mg secara intravena
gantikan amfoterisin B untuk berbagai penyakit. Obat ini untuk mengukur derajat keparahan reaksi. Hal ini dapat
sering digunakan sebagai regimen induksi inisial untuk digunakan untuk memandu regimen dosis inisial dan
infeksi jamur berat dan kemudian diganti dengan salah strategi premedikasi.
satu obat azol yang lebih baru (dijelaskan di bawah) un-
B. Toxsrsnns Kuuuranr
tuk terapi jangka-panjang atau pencegahan relaps. Terapi
induksi seperti demikian terutama penting pada pasien Kerusakan ginjal merupakan reaksi toksik yang paling
luluh-imun dan penderita pneumonia berat akibat jamur, penting, Gangguan ginjal terjadi pada hampir semua pa-
meningitis kriptokokal dengan perubahan status mental, sien yang diobati dengan dosis amfoterisin yang bermakna
atau sindrom sepsis akibat infeksi jamur. Setelah terlihat secara klinis. Derajat azotemia bervariasi dan sering men-
respons klinis, pasien kemudian sering diberikan terapi jadi stabil selama terapi, tetapi dapat menjadi cukup berat
rumatan dengan azol; terapi mungkin dilakukan seumur sehingga memerlukan dialisis. Toksisitas yang reversibel
hidup pada pasien yang berisiko tinggi mengalami relaps. terkait dengan penurunan perfusi ginjal dan mewakili ben-
Amfoterisin juga telah digunakan sebagai terapi empiris fuk gagal ginjal prarenal. Toksisitas yang ireversibel terjadi
untuk beberapa pasien yang risikonya tinggi jika infeksi akibat kerusakan tubulus ginjal dan kemudian disfungsi
jamur sistemis dalam dirinya tidak ditatalaksana. Pasien ginjal. Bentuk nefrotoksisitas amfoterisin yang ireversibel
jenis ini paling sering berasal dari pasien kanker dengan biasanya terjadi pada keadaan pemberian jangka-panjang
neutropenia yang tetap demam meskipun telah mendapat (>4 g dosis kumulatif). Toksisitas ginjal umumnya ber-
antibiotik berspektrum-luas. manifestasi sebagai asidosis tubulus ginjal dan pem-
Untuk terapi penyakit jamur sistemis, amfoterisin B buangan kaliunl serta magnesium secara berlebihan. Ter-
diberikan dengan infus intravena secara perlahan pada dapat beberapa bukti bahwa toksisitas komponen prarenal
dosis 0,5-1 mg/kg/hari, yang kemudian dilanjutkan de- tadi dapat dikurangi dengan pemberian natrium, dan
ngan dosis total tetap (misalnya, 1-2 g), ketimbang rentang pemberian infus saline normal dengan amfoterisin B dosis
waktu tetap, seperti pada obat antimikroba lainnya. harian merupakan praktik yang umum dilakukan.
Terapi intratekal untuk meningitis jamur ditoleransi Adanya kelainan pada pemeriksan fungsi hati sesekali
dengan buruk dan diliputi oleh berbagai kesulitan dalam djiumpai, begiru juga dengan berbagai ragam anemia
mempertahankan akses cairan serebrospinal. Oleh sebab akibat penurunan produksi eritropoietin oleh sel tubulus
itu, terapi intratekal dengan amfoterisin B mulai banyak ginjal yang rusak. Setelah terapi intratekal dengan am-
diganti dengan terapi lain tetapi tetap menjadi pilihan foterisiry kejang dan araknoiditis kimiawi dapat timbul,
pada kasus infeksi jamur pada sistem saraf pusat yang yang sering disertai dengan sekuelae neurologis berat.
fidak berespons terhadap agen lain.
Pemberian amfoterisin B setempat telah membawa FLUSITOSIN
keberhasilan. Ulkus kornea dan keratitis mikotik dapat Flusitosin (5-FC) ditemukan pada tahun 1957 dalam pen-
diobati dengan obat tetes topikal serta injeksi subkonjung- carian akan agen antineoplastik baru. Meskipun tidak
tiva. Artritis jamur telah diobati dengan suntikan tambah- memiliki sifat-sifat antikanker, flusitosin ternyata meru-
an setempat langsung ke dalam persendian. Kandiduria pakan agen antijamur yang kuat. Flusitosin merupakan
berespons terhadap irigasi kandung kemih dengan am- analog pirimidin larut-air yang terkait dengan agen ke-
foterisin B, dan rute ini terbukbi tidak menimbulkan tok- H

sisitas sistemis. I

Efek Simpang
Toksisitas amfoterisin B dapat dibagi menjadi dua kelom-
pok besar: reaksi akut, yang terkait dengan pemberian
,ry" NHr
.

infus obat, dan reaksi yang terjadi lebih perlahan. Flucytoslno


OBAT ANTIJAMUR / 809
moterapeutik fl uorourasil (s-FU). Spektrum kerjanya lebih Efek Simpang
sempit daripada spektrum kerja amfoterisin B. Efek simpang flusitosin terjadi akibat metabolismenya
(kemungkinan oleh flora usus) menjadi senyawa antineo-
Farmakokinetik plastik toksik, fluorourasil. Toksisitas sumsum tulang di-
Flusitosin saat ini tersedia hanya di Amerika Utara dalam sertai anemia, leukopenia, dan trombositopenia merupa-
bentuk sediaan oral. Dosisnya 100-150 mg/kg/hari pada kan efek simpang yang paling sering terjadi; kekacauan
pasien dengan fungsi ginjal yang normal. Absorpsinya enzim hati lebih jarang terjadi. Suatu bentuk enterokoli-
baik (>90%), dengan kadar serum mencapai puncak dalam tis toksik dapat terjadi. Jendela terapeutik (therapeutic
waktu 1-2 jam setelah pemberian dosis oral. Ikatamya windou) obat ini tampaknya sempit; pada dosis obat
buruk terhadap protein, dan penetrasinya baik pada semua yang lebih tinggi, terjadi peningkatan risiko toksisitas,
kompartemen cairan tubuh, termasuk cairan serebrospinal. sedangkan pada kadar subterapeutik, resistensi timbul
Obat ini dieliminasi melalui filtrasi glomerulus dengan dengan cepat. Pengukuran kadar obat mur"rgkin berman-
waktu-paruh 3-4 jam dan dapat dibersihkan dengan faat untuk mengurar-rgi insidens reaksi toksik, terutama
hemodialisis. Kadarnya meningkat pesat pada keadaan keLika flusitosin dikombinasi dengan agen nefrotoksik,
gangguan ginjal dan dapat menyebabkan timbulnya tok- seperti amfoterisin B.
sisitas. Toksisitasnya lebih mungkin terjadi pada pasien
AIDS dan pasien insufisiensi ginjal. Kadar puncaknya AZOL
dalam serum harus diukur secara periodik pada pasien Azol adalah senyawa sintetik yang dapat digolongkan se-
insufisiensi ginjal dan dipertahankan pada kadar antara bagai imidazol atau triazol menurut jumlah atom nitrogen
50 dan 100 mcg/mL.
dalam cincin azol beranggotakan lima, seperti disajikan di
bawah ini. Imidazol terdiri atas ketokonazol, mikonazol,
Mekanisme Keria dan klotrimazol (Gambar 48-1). Dua obat terakhir saat ini
Flusitosin diambil oleh sel jamur melalui enzim sitosin digunakan hanya untuk terapi topikal. Triazol meliputi
permease. Obat ini diubah di dalam sel, pertama menjadi itrakonazol, flukonazol, dan vorikonazol.
5-FU kemudian menjadi S-fluorodeoksiuridin monofosfat
(FdUMP) dan fluorouridin trifosfat (FUTP), yang masing-
R
masing menghambat sintesis DNA dan RNA. Sel rnanusia I

tidak mampu mengubah obat induk menjadi metabolit


--*-, X=c.imidazore
aktifnya. X=N'tiazote
Sinerginya dengan amfoterisin B telah dibuktikan in ll--l
vivo dan in vitro. Sinergi ini mungkin terjadi karena me- lnti azole
ningkatkan penetrasi flusitosin menembus membran sel
jamur yang telah dirusak oleh amfoterisin. Sinergi in vitro
Farmakologi
dengan obat azol juga telah terbukti, meskipun mekanis-
menya tidak jelas. Farmakologi setiap azol unik dan menimbulkan beberapa
Resistensinya diperkirakan terjadi melalui perubahan variasi dalarn penggunaan klinis. Tabel 48-2 menyajikan
metabolisme flusitosin, dan, meskipun jarang dijumpai perbedaan antar keempat azol.
pada isolat primer, resistensi berkembang cepat pada mo-
noterapi dengan flusitosin. Mekanisme Kerja
Aktivitas antijarnur obat azol terjadi akibat penurunan
Penggunaan Klinis sintesis ergosterol rnelalui inhibisi enzim sitokrom P450
Spektrum aktivitas flusitosin terbatas pada Cryptococcus jamur. Spesifisitas obat azol ditimbulkan oleh afinitasnya
'neoformans, beberapa spesies
kandida, dan kadang dematia- yang lebih besar untuk enzim sitokrom P450 jamur ke-
seosa yang menyebabkan kromoblastornikosis. Flusitosin timbang pada manusia. lmidazol memiliki spesifisitas
tidak digunakan sebagai agen tunggal karena menunjuk- yang lebih rendah ketimbang triazol sehingga insidens in-
kan sinergi dengan agen lain dan untuk mencegah tim- teraksi obat dan efek sampingnya lebih tinggi.
bulnya resistensi sekunder. Penggunaan klinisnya saat ini Resistensi terhadap azol terjadi melalui berbagai
hanya untuk terapi kombinasi, baik dengan amfoterisin B mekanisme. Meskipun dulu jarang dijumpai, galur yang
untuk meningitis kriptokokal maupun dengan itrakonazol resisten dilaporkan mulai meningkat jumlahnya, yang
untuk kromoblastomikosis. menandakan bahwa peningkatan penggunaan obat ini
810 /

p
#
BAB 48

lH
4t^
. \_/

Clotrimazole Miconazole Voriconazole

[-ri
t-r/

Q ''',-
'>_L).
II.,,-.-O'O .t
il
N-C-CH3

Ketoconazole Fluconazole
Gambar 48-1. Formula struktur beberapa azol antijamur.

sebagai profilaksis dan terapi dalam kondisi tertentu me- keluhan gastrointestinal yang relatif ringan. Semua azol
nimbulkan resistensi obat secara klinis. dilaporkan menyebabkan kelainan pada enzim hati dan,
sangat jarang, hepatitis klinis. Efek simpang yang spesifik
Penggunaan ,Klinis untuk setiap agen dibahas di bawah ini.
Spektrum kerja terapi azol sangatlah luas, berkisar dari
infeksi oleh banyak spesies kandida, Cryptococcus neofor- lnteraksi Obat
m ans, mikosis endemik (blastomikosis, koksidioidomikosis, Semua obat azol memengaruhi sistem enzim sitokrom
histoplasmosis), dermatofita, dan, pada kasus itrakonazol P450 mamalia hingga tingkatan tertentu, dan akibatnya,
dan vorikonazol, bahkan aspergillus. Azol ju.ga bermanfaat rentan terhadap interaksi obat. Reaksi yang paling signi-
dalam penatalaksanaan organisme yang resisten terha- fikan dijelaskan di bawah ini.
dap amfoterisin B secara intrinsik, seperti Pseudallescheria
boydii. 1. Ketokonazol
Ketokonazol merupakan azol pertama yang digunakan
Efek Simpang secara klinis. Ketokonazol berbeda dengan triazol karena
Sebagai suatu kelornpok, golongan azol relatif tidak kecenderungannya untuk menghambat enzim sitokrom
toksik. Reaksi simpang yang paling sering terjadi adalah P450 mamalia lebih besar; jadi, ketokonazol kurang se-
OBAT ANTIJAMUR / 811

Tabel 48-2. Sifat farmakologis keempat obat azol sistemis'

Kelarutan .'_t- Rasio Konsentrasi


dahm Air Absorpsi LCS:5erum (Jam) Eliminasi 5ediaan

Beragam <0,1 7 -10 Hati Oral


Rendah
Rendah Beragam <0,01 24-42 Hati Oral, lV
Itraconazole
Tinggi Tinggr >0,1 22-31 G inja I Oral, IV
Fl uconazole
Tinggi Tinggi Hati Oral, lV
Voriconazole

lektif untuk P450 jamur ketirnbang azol yang lebih baru' terlernah dari semua azol. Karena interaksinya pada
Akibatnya, ketokonazol sistemis tidak lagi digunakan enzim hepatik lebih sedikit dan toleransinya pada salur-
secara klinis di AS dan tidak dibahas secara terperinci di an cerna lebih baik, flukor-razol memiliki indeks terapeutik
sini. Penggunaan dermatologiknya dibahas padaBab 62' yang paling lebar dari sernua azol sehingga pemberian
closisnya dapat dilakukan secara lebih agresif untuk ber-
2. ltrakonazol bagai macam infeksi jan'rur. Obat ini tersedia dalam sedia-
an oral dan intravena serta digunakan pada dosis 100-800
Itrakonazol tersedia dalam bentuk oral dan intravena,
mg/hari.
dan digunakan pada dosis L00-400 mg/hari. Absorpsinya
Flukonazol rnerupakan azol pilihan dalam terapi dan
meningkat dengan makanan dan pH lambung yang
profilaksis sekunder untuk meningitis kriptokokus. Flu-
rendah. Seperti azol lain vang larut-lipid, itrakonazol ber-
konazol intravena terbukti setara dengan arnfoterisin B
interaksi dengan enzim mikrosomal hati, rneskipun dera-
clalam terapi kandidemia pada pasien ICU dengan hitung
jahrya lebih rendah daripada ketokonazol. Suatu interaksi
sel darah putih yang normal. Flukor-razol merupakan agen
obat yang penting adalah berupa Penurunan bioavailabi-
yang paling sering digurrakan untuk terapi kandidiasis
litas itrakonazol ketika digunakan bersama dengan riftr-
mukokutan. Akbivitasnya terhadap jamur dimorfik ter-
misin (rifarnpin, rifabutin, rifapentin). Itrakorrazol trdak
batas pada penvakit koksidioiclal, dan khususnva untuk
memengaruhi sintesis steroid rnamalia, clan efeknl'a pada
merringitis, ketika flukonazol dalam dosis tinggi sering
metabolisme obat lain yang dibersil-rkarr oleh hati lebih
menghindarkan penggut-laan amfoterisin B intratekal. Flu-
kecil daripada efek yang ditimbulkan oleh ketokoriazol
konazol tidak menunjukkan aktivitas terhadap aspergillus
Meskipun itrakonazol memperlihatkan aktivitas antijamur
atau jamur filan'rentosa lain.
yang kuat, efektivitasnya dapat dibatasi oleh rendahnya
Penggunaan flukonazol sebagai profilaksis terbukti
bioavailabilitasnya. Formulasi yang terbaru, termasuk
menurunkan penyakit jamur pada resipien transplan
sediaan cairan oral dan intravena, menggunakan siklo-
sumsum tulang dan pasierr AIDS, tetapi munculnya jamur
dekstran sebagai molekul karier untuk meningkatkan
yang resisten terhadap flukonazol metnunculkan kekha-
kelarutan dan bioavailabilitasnya. Seperti ketokonazol, pe-
watiran terhadap indikasi ini.
netrasi itrakonazol ke dalam cairan serebrospinal berjalan
dengan buruk. Itrakonazoi merupakan azol pilihan untuk
terapi penyakit akibat jarnur dimorfik histoplasrna, blasto-
4. Vorikonazol
n'rises, dan sporotriks. Itrakonazol rnemiliki aktivitas ter- Vorikonazol t-uerupakan triazol terbaru yallg mendapat
hadap spesies aspergillus, tctapi obat ini telah diganhkan izin di AS. Vorikonazol tersedia dalar.n bentuk intravena
oleh vorikonazol sebagai azol pilihan untuk aspergilosis' dan oral. Dosis ,vang direkomerrclasikan adalah 400 mg/
Itrakonazol digunakan secara luas dalam terapi dermato- hari. Obat ini diserap dengan baik per oral, dengan bio-
fitosis dan onikomikosis. availabilitas n'relebihi 90%, dan vorikonazol rnenunjuk-
kan lebih sedikit terikat protein ketimbang itrakonazol.
3. Flukonazol Metabolisr.neuva terutama terjadi di hati, tetapi kecende-
Flukonazol sangat larut dalam air dan sangat baik dalam rungannya untuk r.nenghambat P450 mamalia tampaknya
melakukan penetrasi ke cairan serebrospinal' Tidak se- rendah. Toksisitas yang diamati rneliputi ruam dan pening-
perti ketokonazol dan itrakonazol, bioavailabilitas oralnya katan kadar enzirn hati. Gangguan penglihatan seringkali
tinggi. Interaksi obat juga lebih jarang terjadi karena efek dijumpai, yang terjadi pada hingga 30% pasien yang
flukonazol terhadap enzim rnikrosomal hati adalah yang menggunakan vorikonazol, dan mencakup penglihatan
812 / BAB 48

kabur dan perubahan dalam penglihatan warna atau kece- Anidulafungin tarnpaknya tidak merniliki interaksi obat
rahan. Perubahan visual ini biasanya terjadi segera setelah yang bermakna, tetapi pembebasan histamin dapat terjadi
pemberian vorikonazol dan mereda setelah 30 menit. selama pemberian infus IV.
Spektrum kerja vorikonazol serupa dengan itrako-
nazol; aktivitasnya sangat baik terhadap spesies kandida Penggunaan Klinis
(termasuk spesies yang resisten terhadap flukonazol, se-
Caspofungin saat ini mendapatkan lisensi untuk diguna-
perti C krusei) dan jamur dimorfik. Vorikonazol kurang kan pada infeksi kandida mukokutan dan diseminata,
toksik daripada amfoterisin B dan kemungkinan lebih juga untuk terapi antijamur empiris pada neutropenia
efektif dalam terapi aspergilosis yang invasif.
febril. Perhatikan bahwa caspofungin mendapatkan lisensi
untuk digunakan pada aspergilosis yang invasif hanya
EKINOKANDIN sebagai terapi terakhir pada pasien yang gagal berespons
Ekinokandin merupakan kelas agerr antijamur terbaru terhadap amfoterisin B, dan bukan sebagai terapi primer.
yang akan dikembangkan. Obat ini rnerupakan peptida Micafungin hanya mendapatkan lisensi untuk kanclicliasis
siklik besar yang terhubung dengan asam lemak rantai- mukokutan dan profilaksis infeksi kandida pada pasien
panjang. Caspofungin, micafungiry dan anidulafungin transplan sumsum tulang. Penggunaan anidulafungin di-
merupakan agen-agen yang mendapatkan lisensi unfuk setujui untuk kandidiasis esofagus dan kandidiasis invasif,
kategori antijamur ini, meskipun obat lain masih aktif dise- termasuk septikernia.
lidiki. Agen-agen ini aktif terhadap kandida dan asper-
gillus, tetapi tidak terhadap Cryptococans neofornnns. &rt{{,Y;t:,*il{:1..:ili!i.iilsi;:,i:ri,i::.,::r.*r:i.tli*..ilij.t;ii.:li.ii:r.ij: .r,.}iti.iiXri}j:ta,l;..:^.ri:::;r,:,:iti'.;

Farmakologi
iiirr oBAT ANTTJAMUR S|STEMIS
Ekinokandin hanya tersedia dalam bentuk intravena. Cas-
PADA INFEKSI MUKOKUTAN
pofungin diberikan dalam closis inisial tunggal sebesar Z0
mg, diikuti dengan dosis harian 50 mg. Caspofungin larut GRISEOFULVIN
dalam air dan sangat terikat pada protein. lVaktu paruh- Criseofulvin merupakan obat fungistatik yang sangat
nya 9-11 jam, dan rnetabolihrya diekskresi oleh ginjal dan tidak larut dan berasal dari spesies penisilium. Obat ini
saluran cerna. Penyesuaian dosis hanl'a diperlukan pacla hanya digunakan pada terapi sistemis dermatofitosis (lihat
keadaan insufisiensi hati berat. lr4icafungin n.renunjuk- Bab 62). Griseofulvin diberikan dalam bentuk mikrokris-
kan sifat yang serupa, dengan waktu-paruh 11-15 jarn dan talin pada dosis 1 g/har| Absorpsinya meningkat ketika
digunakan pada dosis 150 mg/hari untuk terapi dan 50 diberikan bersama dengan makanan berlemak. Meka-
rng/hari untuk profilaksis infeksi jarnur. Anidulafungin nisme kerja griseofulvin pada tingkat selular tidak jelas,
rnerniliki waktu-paruh 24-48 jam. Pada kandidiasis eso- tetapi griseofulvin tertumpuk dalam kulit yang baru ter-
fagus, anidulafungin diberikan secara intravena sebesar bentuk, tempat obat tersebut berikatan dengan keratin,
100 mg pada hari pertama dan 50 mg/hari setelahnya se- yang akan melindungi kulit dari infeksi baru. Karena
lama 14 l-rari. Pada kandidemia sistemis, pemberian dosis fungsinya adalah mencegah infeksi pada struktur kulit
inisial sebesar 200 mg dianjurkan, l'ang dilanjutkan dengan yang baru terbentuk ini, griseofulvin harus diberikan
100 mg/hari setelahnya selama setidaknya 14 hari setelah selama 2-6 minggu untuk infeksi kulit dan rambut untuk
biakan darah positif terakhir kali. memungkinkan penggantian keratin yang terinfeksi de-
ngan struktur baru yang resisten. Terapi infeksi kuku me-
Mekanisme Kerja merlukan waktu hingga bularran untuk memberi waktu
Ekinokandin bekerja pada tingkat dinding sel jarnur de- kuku baru yang terlindung untuk tumbuh, dan infeksi
ngan menghambat sintesis B (1-3) glukan, sehingga rne- ini sering juga diikuti dengan relaps. Efek sirnpangnya
nimbulkan disrupsi dinding sel jamur dan kematian sel. nreliputi sindrom alergik seperhi serum sickne^ss, hepa-
titis, dan interaksi obat dengan wafarin dan fenobarbital.
Efek Simpang Criseofulvin telah banyak digantikan oleh antijarnur yang
Agen ekinokandin sangat baik ditoleransi; terkadang di- lebih baru seperti itrakonazol dan terbinafin.
laporkan terjadi efek samping pada saluran cerna dan
Jluslting yang ringan. Peningkatan kadar enzirn hati cti- TERBINAFIN
amati terjadi pada beberapa pasierr yang rnendapat cas- Terbinafin merupakan alilarnin sintetik yang tersedia
pofungin dalam kornbinasi dengan siklosporin sehingga dalam bentuk sediaan oral dan digunakan pada dosis 250
kombinasi ini harus dihindari. Micafungin terbukti me- mg/har| Obat ini digunakan dalam terapi dermatofito-
ningkatkan kadar nifedipin, siklosporin, dan sirolimus. sis, terutama onikomikosis (lihat Bab 62). Seperti griseo-
OBAT ANTIJAMUR I 813
fulvin, terbinafin adalah obat keratofilik, tetapi berbeda Nistatin aktif terhadap sebagian besar spesies kan-
dengan griseofulvin, terbinafin bersifat fungisidal. Seperti dida dan paling sering digunakan untuk rnenekan infeksi
obat azol, terbinafin mengganggu biosintesis ergosterol, kandida seternpat. Beberapa indikasi umum meliputi
tetapi alih-alih berinteraksi dengan sistern P450, terbinafin tluush di orofaring, kandidiasis vagina, dan ir-rfeksi kan-
menghambat enzim skualen epoksidase pada jamur. Hal dida intertriginosis.
ini rnenyebabkan akumulasi sterol skualen, yang bersifat
toksik terhadap organisme. Satu tablet yang diberikan AZOI TOPIKAL
tiap hari untuk 12 minggu mencapai angka penyembuhan Dua azol yang paling sering digunakan secara topikal
hingga 90% untuk onikomikosis dan lebih efektif daripada meliputi klotrirnazol dan mikonazol; tersedia azol topikal
griseofulvin atau itrakonazol. Efek simpangnya jarang di- lainnya (lil-rat Preparat yang Tersedia). Keduanya tersedia
jurnpai, yang terdiri atas keluhan saluran cerna dan nyeri sebagai obat bebas dan sering digunakan untuk kandidiasis
kepala. Terbinafin tampaknya tidak memengaruhi sistern vulvovagina. Tablet hisap klotrinrazol oral tersedia untuk
P450 dan terbukti tidak menunjukkan interaksi obat terapi ornl tluuslt dan merupakan alternatif nistatin dengar-r
hingga saat ir-ri. rasa yang enak. Pada bentuk krim, kedua agen digunakar-r
untuk irrfeksi dernratofita, ten.nasuk tinea korporis, tirrea
t1j:.,ii;:;.'Jiji j:iliiri:;:il:a.::t ;:i:,r11it,l:.::rlr i.:l,;_ii:j_ :i: j. r:r ' ii.:, . ,i:::'
). l: . " .
:r 1: .r r: ,
pedis, dan tir.rea kruris. Penl,erapannya sedikit sekali
AN rJ uR ro P r KAI sehingga jarang menir.r'rbulkan efek simpang.
:{ I_E_RAP 1 f llvl Ketokonazol dalanr bentuk topikal dan sarnpo juga
NISTATIN tersedia dan bermanfaat dalam teraprl dg1113titis seboroik
dan pitiriasis versikolor. Beberapa azol lainnya tersedia
Seperti amfoterisin B, nistatin merupakan rnakrolida
untuk perrggunaan topikal (lihat Preparat yang Tersedia).
polien. Obat ini terlalu toksik untuk diberikan secara pa-
renteral sehingga hanya diberikan secara topikal. Nistatin
saat ini tersedia dalarn bentuk krim, salep, supositoria, dan
ALILAMIN TOPIKAL
bentuk lain untuk digunakan pada kulit dan membran Terbinafin dan rraftifin adalah alilamin yang tersedia
mukosa. Penyerapannya dari kulit, mernbran mukosa, dan dalam bentuk krirn topixal (lihat Bab 62). Keduanya efek-
saluran cerna tidaklah bermakna. Akibalnl'a, toksisitas tif untuk terapi tinea kruris dan tinea korporis. Di AS
nistatin kecil, rneskipurl penggunaan oralul,a seringkali keduanva merupakan obat 1'ang hanya dapat diperoleh
dibatasi oleh rasanya yang tidak enak. bila diresepkan.

Anidulaf ungin (Eraxis) Caspofungin (Cancidas)


Parenteral: bubuk 50 mg untuk suntikan Parenteral: bubuk 50, 70 mg untuk suntikan
Amphotericin B Clotrimazole (generik, Lotrimin)
Parenteral: Topikal: krim, larutan, losion 1%; supositoria
Formulasi konvensional (Amphotericin B, vagina 100, 200 mg
Fungizone): bubuk 50 mg untuk suntikan Econazole (generik, Spectazole)
Formulasi lipid: Topikal: krim 1%
(Abelcet): suspensi 100 mg/20 mL untuk Fluconazole (Dif lucan)
suntikan Oral: tablet 50, 100, 150, 200 mg; bubuk untuk
(AmBisome): bubuk 50 mg untuk suntikan suspensi 'l 0, 40 mg/mL
(Amphotec): bubuk 50, 100 mg untuk suntikan Parenteral: 2 mg/mL dalam 100 dan 200 mL
Topikal: krim, losion, salep 3% Flucytosine (Ancobon)
Butaconazole (Gynazole-1, Mycelex-3) Oral: kapsul 250, 500 mg
Topikal: krim vagina 2%
Butenafine (Lotrimin Ultra, Mentax)
Topikal: krim 1% (berlanjut)
814 / BAB 48

Griseofulvin (Grifulvin, Grisactin, Fulvicin P/G) Nystatin (generik, Mycostatin)


Oral ukuran mikro: tablet 125,250 mg; kapsul Oral: tablet 500.000 unit
250 mg, suspensi 125 mg/5 mL Topikal: krim, salep, bubuk 100.000 uniVg;
Oral ukuran ultramikro:* tablet 125, 165, 250, tablet vagina 100.000 unit
330 mg Oxiconazole (Oxistat)
Itraconazole (Sporanox) Topikal: krim, losion 1%
Oral: kapsul 100 mg; larutan 10 mg/mL Sulconazole (Exeldem)
Parenteral: 10 mg/mL untuk infus lV Topikal: krim, larutan 1%
Ketoconazole (generik, Nizoral) Terbinafine (Lamisil)
Oral: tablet 200 mg Oral: tablet 250 mg
Topikal: krim, sampo 2% Topikal: krim, jel 1%
Miconazole (generik, M icatin) Terconazole (Terazol 3, Terazol 7)
Topikal: krim, bubuk, semprotan 2%; Topikal: krim vaginal 0,4%, 0,8%; supositoria
supositoria vaginal 100, 200 mg vaginal 80 mg
Micafungin (Mycamine) Tioconazole (Vagistat-1, Monistat 1 )
Parenteral: bubuk 50 mg untuk suntikan Topikal: salep vagina 5,5%
Naftitine (Naftin) Tolnaftate (generi k, Aftate, Ti nacti n)
Topikal: krim, jel 1% Topikal: krim, jel, larutan, bubuk aerosol 1%
Natamycin (Natacyn) Voriconazole (Vfend)
Topikal: suspensi mata 5% Oral: tablet 50. 200 mg; suspensi oral 40 mg/
*Sediaan berukuran ultramikro dari griseofulvin sekitar 1,5 kali
mL
lebih poten, miligram per miligram, ketimbang sediaan berukuran Parenteral: vial 200 mg, yang dilarutkan untuk
mikro. membuat larutan 5 mg/mL

REFERENSI Herbrecht R et al: Voriconazole versus amphotericin B for primary


therapy of invasive aspergillosis. N Engl J Med2002;347:408.
Diekerna DJ et al: Activities of caspofungin, ihaconazole, Sheehan DJ, Hitchcock CA, Sibley CM: Current and emerging
posaconazole, ravuconazole, voriconazole, and amphotericin
azole antifungal agents. Clin Microbiol Rev 1999;72:40.
B against 448 recent clinical isolates of filamentous fungi. J Clin
Wiederhold NP, Lewis RE: The echinocandin antifungals: An
Microbiol 2003;41:3623.
overview of the pharmacology, spectrum and clinical efficacy.
Groll A, Piscitelli SC, Walsh TJ: Clinical pharmacology of systemic
Expert Opin Investig Drugs 2003;12:1313.
antifungal agents: A comprehensive review of agents in
Wong-Beringer A, Jacobs RA, Guglielmo BJ: Lipid formulations of
clinical use, current investigational compounds, and putative
arnphotericin B. Clinical efficacy and toxicities. Clin Infect Dis
targets for antifungal drug developrnent. Adv Pharmacol
1998;27:603.
1,998;M:343.
O'bat'Antiviius,,''.
Sharon Saf rin, MD

Virus merupakan parasit obligat intrasel; replikasinya menghambat sintesis DNA virus. Dua anhivirus generasi
bergantung terutatna pada proses sintesis di sel pejarnu. pertama, S-iododeoksiuridin dan trifluorotimiditr, me-
Dengan demikian, agar efektif, agen antivirus harus rnen- miliki spesifisitas yang buruk (kedua obat tersebut meng-
cegah rnasuknya virus ke atau keluaruya virus dari sel hambat DNA sel pejamu dan DNA virus) sehingga terlalu
atau harus aktif di dalarn sel pejan'ru. Akibahrya, inhibisi toksik untuk digunakan secara sistemis. Akan tetapi, ke-
replikasi virus yang tidak selektif dapat menggallggu dua agen tersebut efektif ketika digunakan secara topikal
fungsi sel pejamu dan menimbulkan toksisitas. pada terapi keratitis herpes.
Kernajuan dalam kemoterapi antivirus terjadi pada Penelitian terbaru berpusat pada penernuan agen
awal tahun 1950-an, ketika pencarian obat antikanker baru dengan spesifisitas dan stabilitas in vivo yang lebih
menghasilkan beberapa senyawa baru yang mampu besar, dan toksisitas yang kecil. Telah tersedia agen antiret-
roviral selektif yang nrenghambat enzim HIV-1, seperti
ret,crse trsfiscriptLtse atau protease I'ang diperlukan untuk
"lrengemasan" terakhir partikel virus. Akan tetapi, karena
replikasi virus pada banvak infeksi virus berpuncak pada,
AKRONIM & NAMA LAIN
atau sebelum timbulnya manifestasi gejala klinis, kemo-
3TC Lamivudine
profilaksis atau terapi diui sangat penting dilakukan. Pada
AZr Zidovudine (dahulu azidothymidine)
penyakit kronik, seperti hepatitis virus atau infeksi HIV,
CMV Sitomegalovirus
Sitokrom P450 inhibisi kuat terhadap replikasi virus sangat penting ur-rtuk
CYP
d4T Stavudine n'rembatasi perluasan kerusakan sistemis.
ddc Zalcitabine Replikasi virus terdiri atas beberapa langkah (Garnbar
ddr Didanosine 9-1): (1) pelekatan virus pada sel pejamu; (2) rnasuknya
EBV Virus Epstein-Barr virus melalui membran sel peiamu; (3) pengeluaran asam
FTC E mtricita bine rrukleat virus (uncoating); e) sintesis protein pengatur dini,
HAART Highly active a nti retroviral therapy yakni polirnerase asam nukleat; (5) sintesis RNA atau
HBV Virus hepatitis B DNA; (6) sintesis protein struktural lanjut; (7) perakitan
HCV Virus hepatitis C (rnaturasi) partikel virus; dan (8) pelepasannya dari sel.
HHV-6 Herpesvirus-6 manusia
Agen antivirus berpotensi untuk bekerja pada setiap
HIV Virus imunodefisiensi manusia
langkah tersebut.
HPV Papilomavirus manusia
HSV Virus'herpes simpleks
IFN I nte rfe ro n
KSHV Ka p os i's sa rco m a -a sso ci ate d I. AGEN PADA TERAPI INFEKSI
NNRTI
herpesvi rus
No n nu cl eosi d e reve rse tra nscri ptase
vrRus HERPES SIMPLEKS (HSV)
inhibitor & VIRUS VARISELA.ZOSTER
NRTI N u cl e osi d
inhibitor
e reve rse tra n scr i pta se (vzv)
PI Penghambat protease
R5V Respiratory syncytia I vi rus Terdapat tiga analog nukleosida yang terdaftar untuk terapi
5VR Susta i ned a ntivi ra I response ir-rfeksi HSV dan VZV per oral, yakni asiklovir, valasiklovir,
vzv Virus varisela-zoster dan farnsiklovir. Ketiganya memiliki mekanisme kerja dan
indikasi penggunaan klinis yarrg serupa; sernua ditoleransi

815
815 I BAB 4e

Disekat oleh
enfuvirtide (HlV);
docosanol (HSV),
palivizumab (RSV)

Pelekatan dan
masuknya \) Uncoating
vtrus
T
V
Sintesis protein
tahap dini
n
ttV Disekat oleh NRTI
(Hrv), NNRT| (HtV),
acyclovir (HSV),
foscarnet (CMV),
Disekat oleh JI entecavir (HBV)
penghambat V
neuraminidase 7,.-A Sintesis protein
(influenza) 'Pengemasan"< tahap lanjutdan
dan perakitan Pengolahan Disekat oleh
Pembebasan penghambat protease

emd (Hlv)

Gambar49-1. Lokasi utama kerji obat antiviral. Catatan: lnterferon alfa diperkirakan
memiliki berbagai tempat kerja. (Dimodifikasi dan diproduksi ulang, atas izin, dari
TrevorAf,, Katzung BG, Masters SM: Pharmacology: Examination & Board Revlew,6rh ed.
McGraw-Hill, 2002.)

dengan baik. Asiklovir merupakan obat yang paling metabolit aktifnl'a hanva berkurnpul dalam sel yang ter-
banyak diteliti; asiklovir juga merupakan yang pertama kali infeksi. Asiklovir trifosfat mengharnbat sintesis DNA virus
terdaftar dan satu-satunya dari ketiga analog nukleosida melalui dua rnekanisme: kompetisi dengan deoksiGTp
yang tersedia untuk penggunaan intravena di Arnerika untuk rnendapatkan DNA polimerase virus sehingga
Serikat. Uji perbandingan telah menunjukkan bahwa berikatan dengan cetakan DNA sebagai suatu kompleks
efikasi ketiga agen ini serupa pada terapi HSV, tetapi pada yang ireversibel; dan terminasi rantai setelah bergabung
terapi herpes zoster, famsiklovir dan valasiklovir sedikit dengan DNA virus.
lebih baik daripada asiklovir. Baik valasiklovir maupun Bioavailabilitas asiklovir oral adalah "15-20% dan tidak
farnsiklovir belum sepenuhnya diteliti pada pasien anak; dipengaruhi oleh rnakanan. Tersedia juga sediaan asiklovir
karena itu, keduanya tidak diindikasikan pada terapi intravena. Sediaan topikal memberikan kadar obat yang
inJeksi varisela. tinggi pada lesi herpetik, tetapi kadar sistemisnya tidak
terdeteksi bila asiklovir diberikan melalui rute ir.ri.
ASIKLOVIR Pembersihan asiklovir terutama terjadi rnelalui filtrasi
Asiklovir (Gambar 49-2) adalah suatu turunan guanosin glornerulus clan sekresi tubulus. Waktu-paruhnya sekitar
asiklik dengan aktivitas klinis terhadap HSV-1, HSV-2, 3 jarn pada pasien dengan fungsi ginjal r-rormal dan 20 jam
dan VZV. Asiklovir memiliki aktivitas in vitro terhadap pada pasien anuria. Asiklovir cepat dibersihkan melalui
virus Epstein-Barr (EBV), sitomegalovirus (CMV), dan her- hemodialisis tetapi tidak rnelalui dialisis peritoneal. Asi-
pervirus-6 manusia (HHV-6), tetapi lebih lemah. klovir cepat berdifusi ke dalarn sebagian besar jaringan dan
Asiklovir membutuhkan tiga tahap fosforilasi agar cairan tubuh. Kadarnya dalam cairan serebrospinal adalah
menjadi aktif. Asiklovir diubah pertama kali menjadi sebesar 50% kadarnya dalam serum.
turunan monofosfat oleh tirnidin kinase yang spesifik Asiklovir oral rnen-riliki berbagai kegunaan. Pada epi-
untuk virus, dan kemudian menjadi senyawa di- dan sode pertama herpes genital, asiklovir oral mengurangi
trifosfat oleh enzim sel pejarnu (Gambar 49-3). Karena lanra gejala sekitar 2 hari, waktu penyembuhan lesi selarna
membutuhkan kinase virus untuk memulai fosforilasi 4 hari, dan larna peluruhan virus hingga 7 hari. Pada her-
awalnya, asiklovir diaktifkan secara selektif sehingga pes genital rekuren, durasinya dikurangi selama 1-2 hari.
OBAT ANTIVIRUS I 817
A, Agen antiherpes

H.\ (fl.,' ,,,t">"iil," H.r


>"{
(**,'

,otl\(o
o
il

>'--l 0
)
oH
rcll
"o
Acyclovir Valacyclovir (prekursor obat) Ganclclovlr Fo36met

Y* (*."
*-1')a"! H.,
(*.,'

Y)-'-l
(:*...
OH

),^'J I

) ') ro-fi-o
o
I

u",n"n"ll,orn tor"kursor obat) Panclclovlr


Y'
o Famclclovlr (prekursorobal)
HO

Cldofovlr

B. Agen NRTI anti-HlV

d.
Ho. L,,1.
)--o-l
\--r'
rN3

Zldovudlne (AZT)
Ho

e *,

Stavudlno (d4T) Zalcltablns(ddo)


"i)
<v
Lamlvudine(3TC)
zoH

\* NH.

1-f,=r
t'
''Y'Y
(*' (4-_,, o fl tn-{ny'
'*-L,)^*
AoAo^".i'.-o)I
€/ i-.i..i-l
lll o
Didanosino (ddl) Abacavil Tenofovlr dlsoprortt Emtrlclteblne

G. Agen anti-HBV
NH.
t'

-d
\\
ifi)
\NH

A^,,
,o.l-'J
, Adefovlr Entocavll

Gambar 49-2. Struktur kimiawi beberapa nukleosida antiviral dan analog nukleotida.

Terapi herpes genital episode pertama tidak mengubah bermanfaat pada herpes labialis rekuren. Obat ini secara
frekuensi atau keparahan rekurensi. Supresi herpes ge- signifikan mengurangi jumlah lesi, durasi gejala, dan pe-
nital jangka-panjang dengan asiklovir oral pada pasien luruhan virus pada pasien varisela fika dimulai dalam
yang sering mengalami rekurensi mengurangi frekuensi waktu 24 jam setelah awitan ruam) atau zoster kutan (jika
rekurensi simtomatik dan peluruhan virus asimtomatik se- dimulai dalam waktu 72 jam). Akan tetapi, karena VZV
hingga menurunkan angka transmisi seksual. Akan tetapi, kurang rentan terhadap asiklovir ketimbang HSV, dosis
penyakit dapat muncul kembali jika pemberian asiklovir asiklovir yang lebih tinggi diperlukan (Tabel 49-1). Sebagai
yang supresif dihentikan. Asiklovir oral hanya sedikit profilaksis pada pasien yang menjalani transplantasi
818 I BAB 4s

Enzim terspesifikasi tidak terlalu cepat. Asiklovir dalam dosis tinggi menye-
virus
babkan kerusakan krornosom dan atrofi testis pada tikus,
(misalnya, tetapi ticlak ada bukti teratogenisitas, penurunan procluk-
thymidine kinase,
si sperma, atau perubahan sitogenetik limfosit darah peri-
uL e7)
fer pada penderita yang mendapat terapi supresi harian

-> j,,* jangka-panjang untuk herpes ger-rital selama lebih dari 10


tahun.

VATASIKTOVIR
F''".----] Valasiklovir adalah L-valil ester dari asiklovir (Garnbar
49-2). Valasiklovir cepat diubah menjadi asiklovir setelah
I pemberian oral melalui saluran cerna dan metabolisme
lintas-pertama di l-rati sehingga kadarnya dalarn serum
r.
..----....- ]--r','**--] lebih besar tiga hingga lima kali daripada kadar yang di-
: capai dengan asiklovir oral dan hampir menyamai kadar
I
Y V serurn pada pemberian asiklovir intravena. Bioavailabi-
Penggabungan lnhibisi kompetitif DNA litas oralnya adalah 54%, dan kadarnya dalarn cairan
dengan DNA virus 'polimerase virus
serebrospinal adalah 50% kadarnya dalarn serum. Waktu-
I

Y
I I paruh eliminasinya 2,5-3,3 jam.
Y
Terminasi lnhibisi sintesis Penggunaan valasiklovir disetujui untuk terapi herpes
rantai DNA virus genitalia, baik episode pertama maupun berulang, supresi
Gambar 49-3. Mekanisme kerja agen antiherpes. herpes genitalia yang sering berulang, dan sebagai terapi 1
hari pada herpes orolabia (Tabel 49-1). Dosis valasiklovir
sekali sehari (500 mg) untuk supresi jangka-panjang pada
organ, asiklovir oral (200 rng tiap 8 jam atau 800 mg tiap penc-lerita herpes genitalia rekuren terbukti sangat menu-
"12 jam) atau asiklovir intravena (5 mg/kg Liap 8 jam) runkan risiko transnrisi seksual. Pada uji perbandingan
mencegah reaktivasi infeksi HSV. dengan asiklovir pada terapi penderita zoster, angka pe-
Asiklovir inlravena menjadi terapi pilihan pada ense- n1'embuhan lesi pada kulit menunjukkan hasil yang se-
falitis herpes simpleks, infeksi HSV neonatus, dan infeksi rupa, tetapi valasiklovir rnengurangi durasi nyeri akibat
HSV atau YZY berat (Tabel 49-1). Pada pasien luluh-imun zoster. Valasiklovir juga terbukti efektif mencegal-r penya-
yang menderita infeksi VZV, asiklovir intravena menu- kit sitomegalovirus pascatransplantasi organ jika diban-
runkan insidens penyebaran infeksi ke kulit dan visera. dir-rgkar-r dengan plasebo.

Asiklovir topikal kurang efektif ketimbang terapi Valasiklovir umumnya ditolerar-rsi dengan baik, mes-
oral pada inJeksi HSV primer. Asiklovir topikal tidak kipun mual, rnuntah, atau ruam sesekali muncul. Agitasi,
bermanfaat pada terapi herpes genital rekuren. pusing, nyeri kepala, peningkatan kadar enzim hati, ane-
Resistensi terhadap asiklovir dapat terjadi pada HSV mia, dan neutropenia jarang timbul. Pada dosis tinggi,
atau YZY melalui perubahan tirnidin kinase atau DNA tirnbul kebingungarl, halusinasi, dan kejang. Penderita
polimerase virus; infeksi yang resisten secara klinis ter- AIES yang rnendapat valasiklovir jangka-panjang dengan
dapat pada pejamu yang menderita luluh-imun. Keba- dosis-tinggi (rnisalnya, 8 g/hari) mengalami peningkatan
nyakan isolat klinis menjadi resisten akibat defisiensi ak- insidens intoleransi gastrointestinal serta mikroangiopati
tivitas timidin kinase sehingga memiliki resistensi-silang trombotik (purpura trombositopenik trombotik dan sin-
terhadap valasiklovir, famsiklovir, dan gansiklovir. Agen- drorn hemolitik-uremik).
agen seperti foskarnet, sidofovir, dar-r trifluridin tidak
perlu diaktifkan oleh timidin kinase virus sehingga tetap FAMSIKLOVIR
aktif terhadap galur resisten asiklovir yang paling banyak Famsiklovir merupakan prekursor obat diasetil ester
ditemukan (Gambar 49-3). dari 6-deoksipensiklovir, suatu analog guanosin asiklik
Asiklovir umumnya ditoleransi dengan baik. Mual, (Gambar 49-2). Pascapemberian oral, famsiklovir cepat
diare, dan nyeri kepala sesekali terjadi. Infus intravena diubah oleh metabolisme lintas-pertama rnenjadi pensi-
dapat menyebabkan disfungsi ginjal reversibel (akibat klovir. Obat ini aktif in vitro terhadap HSV-I, HSV-2,
nefropati kristalin) atau toksisitas neurologis (misalnya, VZV , EBV , dan HBV. Seperli asiklovir, aktivasinya melalui
hemor, delirium, kejang). Akan tetapi, kesemuanya jarang fosforilasi dikatalisis oleh timidin kinase yang spesifik-
terjadi dengan hidrasi yang adekuat dan laju infus yang virus dalarn sel yang terinfeksi, dan diikuti oleh inhibisi
OBAT ANTIVIRUS / 819
Tabel 49-1. Agen yang digunakan untuk mengobati atau mencegah infeksi virus herpes simpleks (HSV) dan virus
varisela-zoster (VZV).

Dianjurkan untuk

Herpes genitalia rekuren 400 mg tid atau 200 mg 5 kali sehari atau 800 mg
bid x 3-5 hari
Supresi herpes genitalia 400 mg bid
Proktitis herpes 400 mg 5 kali sehari sampai sembuh
Herpes orolabia 400 mg 5 kali sehari x 5 hari
Herpes mukokutan pada pejamu 400 mg 5 kali sehari x 7-10 hari
yang luluh-imun
Varisela 20 mgikg (maksimum 800 mg) qid x 5 hari
Zoster 800 mg 5 kali sehari x 7-10 hari
lntravena lnfeksi HSV berat 5 mg/kg q8h x 7-10 hari
Herpes mukokutan pada pejamu 10 mg/kg q8h x 7-14 hari
yang luluh-imun
10-15 mg/kg q8h x 14-21 hari
lr:..IiLiIi: l-"rP.":
lnfeksi H5V neonatus 10-20 mg/kg q8h x 14-21 hari
Varisela atau zoster pada pejamu 10 mg/kg q8h x 7 hari
yang luluh-imun
Topikal Herpes labialis Film tipis yang melapisi lesi 5 kali sehari x 4 hari
Famciclovirt Oral Herpes genitalia episode pertama 250 mg tid x 7-10 hari
Herpes genitalia rekuren 125 mg bid x 3-5 hari atau 1000 mg bid x 2 dosis
Supresi herpes genitalia 250 mg bid
Herpes orolabia 500 mg bid x 7 hari
Herpes orolabia atau genitalia pada 500 mg bid x 7-10 hari
pejamu yang luluh-imun
Zoster 500 mg tid x 7 hari
Valacyclovirt Oral
"L:lr.::_q:lil"qli1-:ri:.:.9.q-p--"-1913--.-.-.-1.e.-g-9.r.1-:l-9-I-qri
Herpes genitalia rekuren 500 mg bid x 3 hari

Supresi herpes genitalia 500-1000 mg tiap hari


Herpes orolabia 2gbidx2dosis
Herpes orolabia atau genitalia pada 1 g bid x 7-10 hari
pejamu yang luluh-imun

Foscarnetr lntravena lnfeksi HSV dan VZV yang resisten 40 mg/kg q8h hingga sembuh
terhadap asiklovir
Docosanol Topikal Herpes labialis Film tipis yang melapisi lesi 5 kali sehari sampai
sembuh
Penciclovir Topikal Herpes labialis rekuren Film tipis yang melapisi lesi tiap 2 jam x 4 hari
Trif luridine Topikal Keratitis herpes 1 tetes tiap 2 jam .'.
il;il.iiil ;;;; ;;;;*#;;;;;'' ;ih', il;il;il ;;l;;i;i'i;;i ;I;il;;;;;;i
asiklovir sembuh
lDosis harus diturunkan pada penderlta insufisiensi ginjal.
820 I BAB 4e

kornpetitif DNA polirnerase virus untuk menyekat sintesis buhan hingga sekitar 0,7 hari jika dibandingkan dengan
DNA. Akan tetapi, berbeda dengan asiklovir, pensiklovir plasebo. Efek sampingnya jarang dijumpai.
tidak menyebabkan terminasi rantai. Pensiklovir trifosfat
memiliki afinitas yang lebih rendah terhadap DNA poli- DOKOSANOL
merase virus ketimbang asiklovir trifosfat, tetapi obat ini
Dokosanol rnerupakan alkohol alifatik 22-karbon jenuh
rnencapai kadar intrasel yang lebih tinggi sehingga rne-
yang rnenghambat fusi antara mernbran plasma dan
miliki efek intrasel yang lebih larna pada sistem ekspe-
kapsul HSV sehingga mencegah masuknya virus ke dalam
rirnental. Mutan klinis HSV yang paling sering dijurnpai
sel dan replikasi virus. Krir.n dokosanol topikal 10% clapat
adalah mutarl yang tidak n'remiliki tirnidin kinase; rnutan
dibeli tanpa resep. Jika terapi dirnulai dalam waktu 12 jam
ini rnemiliki resistensi-silang terhadap asiklovir dan farn-
setelah munculnya gejala prodromal dan diberikan lima
siklovir.
kali sehari, waktu penyembuharurya berkurang sekitar 1g
Bioavailabilitas pensikloviryangberasal dari farnsiklovir
jam jika dibandingkan dengan plasebo pada herpes oro-
oral adalah 70%. Perrsiklovir trifosfat memiliki waktu-
labia rekuren.
paruh intrasel selama 10 jam pada sel yang terinfeksi olel-r
HSV-I, 20 jarn pada sel yang terinfeksi HSV-2, dan 7 jam
TRIFLURIDIN
pada sel yang terinfeksiYZY in vitro. Pensiklovir terutama
diekskresi dalarn urine. Trifluridin (trifluorotimidin) adalah nukleosida pirimidin
Farnsiklovir oral efektif pada terapi irerpes genitalia, terfluorinasi yang menghambat sintesis DNA virus pacla
baik episode pertama maupull rekuren, untuk supresi HSV-1, HSV-2, vaksinia, dan beberapa adenovirus. Triflu-
harian herpes genitalia jangka-panjang, dan untuk terapi ridin terfosforilasi di dalarn sel rnenjadi bentuk aktifirya
zoster akut (Tabel 49-1). Penggunaan famsiklovir selama oleh enzirn sel pejarnu, dan ken"rudiar-r berkompetisi de-
satu hari (1000 mg dua kali sehari) secara signifikan mern- ngan tin'ridin trifosfat untuk bergabung dengan DNA po-
percepat waktu penyembuhan herprg5 genitalia rekuren linrerase virus (Garnbar 49-3). Penggabungan trifluridin
sekitar 2 hari dibandingkan dengan plasebo. Famsiklovir h'ifosfat ke dalam DNA virus sekaligus DNA pejamu
dengan dosis tunggal 1500 rng atau clua dosis 750 mg ureucegah penggunaalxt)'a secara sistemis. Pemberian la-
(BID) mempercepat waktu penvembuhan herpes labialis. rutarr 19i, efektif mengobati keratokonjungtivitis dan kera-
Pembandingan famsiklovir dengair valasiklovir dalam titis epitelial rekuren akibat HSV-1 darr HSV-2. pemberian
terapi herpes zoster pada pasiell dengan tanggap inrr_rrr larutan h'ifluridin secara topikal, sendiri rnaupun clalam
baik rnenunjukkan angka penyembuhan lesi pada kulit kombinasi dengan interferon alfa, berhasil digunakan
dan peredaan nyeri yang serupa, meskipun kedua agen dalam terapi infeksi HSV yang resisten terhadap asiklovir.
ini sarna-sama lnengurangi durasi nyeri akibat zoster jika
dibandingkan dengan asikiovir.
Famsiklovir oral umumnya ditoleransi dengan baik, .;., II. AGEN PADA TERAPI INFEKSI
meskipun dapat timbul nyeri kepala, diare, dan rnual. STToMEGALOV|RUS (CMV)
Seperti asiklovir, famsiklovir terbukti toksik pada testis
binatang yang berulang kali mendapat famsiklovir. Akan
Infeksi CMV terjadi terutama pacla keadaan luluh-irnun
tetapi, laki-laki yang rnendapat famsiklovir harian (250
tahap lanjut dan biasanya disebabkan oleh reaktivasi in-
mg tiap 12 jam) selama 18 minggu tidak mengalarni per-
feksi laten. Penvebaran infeksi menimbulkan penyakit
ubahan morfologi maupurl rnotilitas sperma. Insiderrs ade-
pada organ-akhir, tenlasuk retinitis, kolitis, esofagitis,
nokarsinoma payudara rneningkat pada tikus betina yang
penyakit sistem saraf pusat, dar-r pneumonitis. Meskipun
mendapat famsiklovir selama 2 tahun.
insidensnya pada pasien yang terinfeksi HIV telah sangat
menurun dengan lahimya terapi antiretroviral yang poten,
PENSIKLOVIR reaktivasi infeksi CNIV pascatransplantasi organ masih
Analog guanosin pensiklovir, yang nlerupakan metabolit sering dijumpai secara klinis.
aktif famsiklovir, juga tersedia unbuk penggunaan topi- Ketersediaan valgansiklovir oral dan implar-r gansiklo-
kal. Krim pensiklovir efektif untuk terapi herpes labialis vir intraokular telah rnenurunkan penggunaan gansiklovir
rekuren pada penderita dewasa dengan sitem imun baik intravena, foskarnet intravena, dan sidofovir intraveua
(Tabel 49-1). Ketika terapi dimulai dalam wakfu 1 jam se- untuk terapi penyakit CMV organ-akhir (Tabel 49-2).Yal-
telah awitan tanda atau gejala dan dilanjutkan tiap 2 jam gansiklovir oral telah banyak menggantikan gansiklovir
pada waktu terjaga selama 4 hari, terapi pensiklovir topi- oral karena jurnlah pil yang harus diminurn lebil-r sedikit.
kal menyebabkan pemendekan waktu rnedian penyern- Pilihan terapi pacla penderita retinitis CMV juga harus
OBAT ANTIVIRUS / 821
Tabel 49-2. Agen pada terapi infeksi sitomegalovirus (CMV).

Dosis yang Direkomendasikan untuk Orang


.-19-91 :,--..'-r,-::.,,--
Jalur Pemberian Kegunaan Dewasal
Valganciclovir Oral Terapi retinitis CMV lnduksi: 900 mg bid
Rumatan: 900 mg tiap hari
Oral Profilaksis CMV (pada pasien transplan) 900 mg tiap hari
Ga nciclovir lntravena Terapi retinitis CMV lnduksi: 5 mg/kg q12h
Rumatan: 5 mg/kg/hari atau 6 mg/kg lima
kali per minggu
Oral Profilaksis CMV lgtid
Terapi retinitis CMV l gtid
lmplan intraokular Terapi retinitis CMV 4,5 mg setiap 5-8 bulan
Fosca rn et I ntrave n a Terapi retinitis CMV lnduksi: 60 mg/kg qBh atau 90 mg/kg q12h
Rumatan: 90-1 20 mg/kg/hari
Cidofovir I ntravena Terapi retinitis CMV lnduksi: 5 mg/kg tiap 7 hari
Rumatan: 5 mg/kg tiap 14 hari
lDosis harus diturunkan pada penderita insufisiensi ginjal

mempertimbangkan lokasi lesi dan derajat keparahan satu obat diberikan secara tersendiri (lihat Foskarnet), mes-
gangguan atau ancaman pada penglihatan. kipun efek sampingnya menjadi bertumpuk. Gansiklovir
intravena juga digunakan untuk mengobati kolitis dan
GANSIKLOVIR esofagitis CMV. Risiko tirrrbuh.rva sarkonra Kaposi me-
Gansiklovir adalah suatu analog guanosin asiklik (Gar.nbar ntirun pada penderita AIDS 1'ang merrdapat gansiklovir
49-2) yang perlu diaktifkan melalui trifosforilasi sebelum dalam jarrgka-;ranjang. Cansiklovir ir-rtravena, yang di-
dapat menghambat DNA polimerase vilus. Fosforilasi ikuti dengan garrsiklovir oral atau asiklovir oral closis-
awalnya dikatalisis oleh protein kinase fosfotransferase tinggi, urenururrkan risiko irrfeksi CN4V pada pasien yarrg
UL97 yang spesifik-virus pada sel yang terinfeksi oleh r-nendapat transplarr. Gansiklovir intravena mungkiu ber-
CMV. Senyawayang teraktivasi tersebut secara kompeti- manfaat untuk pneumonitis CMV pada pasien luiuh-imun,
tif menghambat DNA polirnerase virus dan menyebab- khususnya dalarn kon-rbinasi dengan imunoglobulin sito-
kan terminasi elougasi DNA virus (Gambar 49-3). Gansi- megalovirus intravena. Gansiklovir oral diinclikasikan
klovir rnemiliki aktivitas in vitro terhadap CMV, HSV, untuk mencegah penyakit CMV organ-akhir pada pende-
VZV , EBV , HHV-6, dan KSHV (Kaposi's sarconn-associated rita AIDS dan sebagai terapi runratan pada retinibis CMV
Iterpesairus). Aktivitasnya terhadap CMV 100 kali lebih pascair"rduksi. Meskipun tidak seefektif gansiklovir intra-
besar daripada aktivitas asiklovir. veua, pemberian gansiklovir per oral r-rreniadakan risiko
Gansiklovir dapat diberikan secara intravena, oral, mielosupresi clan kornplikasi akibat perllasangan kateter.
atau melalui irnplan intraokular. Kadarnya dalam cairan Gansiklovir juga dapat diberikan secara intraokular
serebrospinal adalah sekitar 50% kadarnya dalam serun"r. untuk mengobati rehirritis CN.IV, baik melalui pemberian
Waktu-paruh eliminasinya 4 jan-r jika fungsi ginjal normal, langsung intravitreal llaupull via intPlan irrtraokular.
dan waktu-paruh intraselnya 18 jam. Bersihan obat ini h.nplan ini, I'ang r.nenrbuat tercapainl,a kadar gansiklovir
merniliki hubungan linear dengan bersihan kreatinin. yang tinggi dan bertahan lama intraokular, terbukti lebih
Gansiklovir cepat dibersihkan melalui hemodialisis. Bio- nrenrperla nrba t pellru rukarr retini tis daripada terapi garrsi-
availabilitas gansiklovir oral buruk. Pada pasien dengan klovir sistemis. Implan ini perlu diganti rnelalui pernbe-
implan intraokular, gansiklovir dilepaskan ke dalanr dahan setiap 5-B bulan. Pemberiannya bersama dengan
rongga vitreus dengan kecepatan '1,4 ncg/ jan. agen anti-CNIV sistenris dianjurkan untuk terapi.
Gansiklovir intravena terbukti mernperlarnbat per- Resistensi terhadap gansiklovir meningkat dengan clu-
burukan retinitis CMV pada penderita AIDS, jika diban- rasi perlggur-raan. Mutasi yang lebih sering ter-jadi adalah
dingkan dengan tanpa terapi. Terapi ganda dengan meng- padaUL97, yang n'renyebabkan penlrrunan kadar benfuk
gunakan foskarnet dan garrsiklovir terbukti lebih efektif trifosforilasi (aktiQ gansiklovir. Mutasi UL54 pada DNA
memperlambat perburukan retinitis ketirnbang bila salah polirnerase yang lebih jararrg terjacli rnenvebabkan resistensi
822 / BAB 49

berderajat lebih tinggi dan berpotensi menimbulkan re- FOSKARNET


sistensi-silang dengan sidofovir dan foskarnet. Peme- Foskarnet (asam fosfonoformat) adalah senyawa pirofos-
riksaan kerentanan terhadap antiviral dianjurkan pada fat anorganik (Gambar 49-2) yang rnenghambat DNA po-
pasien yang dicurigai resisten secara klinis, begitu juga linrerase, RNA polimerase, dan reoerse transcriptase HIY
dengan substitusi menggunakan terapi alternatif dan pe- secara langsung tanpa perlu diaktifkan oleh fosforilasi.
nurunan terapi imunosupresif secara bersamaan, jika rne- Foskarnet rnemiliki aktivitas in vitro terhadap HSV, VZV,
rnungkinkan. Penambahan globulin hiperimun CMV juga CMV, EBV, HHV-6, KSHV, danHIV-1.
dapat dipertimbangkan. Foskarnet hanya tersedia dalarn bentuk sediaan intra-
Efek simpang terapi gansiklovir sistemis yang paling vena; bioavailabilitas oralnya yang buruk serta adanya in-
sering timbul, khususnya setelah pemberian intravena, toleransi saluran cerna membuatnya tidak dapat diberikan
adalah mielosupresi (penekanan sumsum tulang). Mielo- melalui oral. Kadamya dalam cairan serebrospinal sebesar
supresi dapat bersifat ganda (aditif) pada pasien yang 43-67"/" kadar serum dalarn keadaan stabil. Meskipun waktu-
mendapat zidovudin, azatioprin, atau mikofenolat rnofetil
paruh reratanya dalam plasma sebesar 3-6,8 jan, foskarnet
secara bersamaan. Efek simpang lainnya yang mungkin
yang terturnpuk dalam tulang dapat mencapai 30%, dengan
terjadi meliputi mual, diare, demam, ruarn, nyeri kepala, waktu-paruh selama beberapa bulan. Efek klinis hal ini
insomnia, dan neuropati perifer, serta ablasio retina pada
masih belurn diketahui. Pernbersihan foskarnet terutama
pasien retinitis CMV. Timbulnya toksisitas sistem saraf
terjadi melalui ginjal dan secara langsung proporsional
pusat (kebingungan/ kejang, gangguan psikiatrik) dan derlgan bersihan kreatinin. Kadar obat dalam serum me-
hepatotoksisitas kadang dilaporkan. Gansiklovir bersifat
nurun sekitar 50% oleh hernodialisis.
mitogenik pada sel mamalia dan karsinogenik serta em-
Sebagai terapi yang efektif untuk retinitis CMV, efikasi
briotoksik dalam dosis tinggi pada binatang dan rnenye- foskarnet serupa dengan gansiklovir. Foskarnet juga digu-
babkan aspermatogenesis; makna klinis data praklinis ini
nakan dalam terapi kolitis CMV, esofagitis CMV, infeksi
tidaklah jelas. HSV 1'ang resisten terhadap asiklovir, dan infeksi VZV
Kadar gansiklovir dapat meningkat pada pasien yang
vang resisten terhadap asiklovir. Dosis foskarnet harus di-
menggunakan probenesid atau Lrimetoprirn secara ber- titrasi menurut perhitungan bersihan kreatinir-r pasien se-
samaan. Penggunaan gansiklovir bersama dengarr dida- belum setiap pemberian infus. Penggunaan pompa infus
nosin dapat meningkatkan kadar didanosin. untuk mengendalikan laju infus penting untuk menghin-
dari toksisitas, dan cairan yang relatif banyak diperlukan
VATGANCICLOVIR karena kelarutan obat yang buruk. In vitro, kombinasi
Valgansiklovir adalah prekursor obat L-valil ester dari gansiklovir dan foskarnet bersifat sinergis terhadap CMV
gansiklovir yang merupakan campuran dua diastereomer dan terbukti lebih efektif daripada pemberian tiap obat
(Gambar 49-2). Setelah pemberian oral, kedua diastereoi- secara tersendiri untuk memperlambat perburukan reti-
somer cepat dihidrolisis menjadi gansiklovir oleh esterase nitis; narnun, toksisitasnya juga meningkat ketika kedua
dalam usus dan hati. agen digunakan secara bersamaan. Seperti gansiklovir,
Valgansiklovir diserap dengan baik dan cepat dimeta- penurunan insidens sarkorna Kaposi telah diarnati pada
bolisme di dinding usus dan hati menjadi gansiklovir; pasien yang mendapat foskarnet dalam jangka-panjang.
tidak ditemukan metabolit lain. Bioavailabilitas absolut Foskarnet diberikan secara intravitreal untuk terapi
valgansiklovir oral adalah 60%; sebaiknya obat ini ditelan retinitis CMV pada penderita AIDS, tetapi data tnengenai
bersama makanan. AUC (area under curae)o_z+;un, volgansi- efikasi dan keamanannya belum mencukupi.
klovir (900 mg sekali sehari) serupa dengan gansiklovir Resistensi terhadap foskarnet pada isolat HSV dan
intravena 5 mg/kg sekali sehari, dan sekitar 1,65 kali CMV terjadi akibat mutasi titik pada gen DNA polimerase
gansiklovir oral. Ikatannya pada protein plasma lebih dan biasanya terkait dengan pajanan terhadap obat yang
kecil dari 2%. Jalw eliminasi utarnanya melalui ginjal- terlalu lama atau berulang. Mutasi pada gen reaerse trans-
melalui filtrasi glomerulus dan sekresi aktif tubulus. Ka. criptase HIV-1 juga dilaporkan teryadi. Meskipun isolat
dar valgansiklovir dalam plasma menurun sekitar 50% CMV yang resisten terhadap foskarnet biasanya memiliki
melalui hemodialisis. resistensi-silang terhadap gansiklovir, aktivitas foskarnet
Valgansiklovir diindikasikan untuk terapi retinitis terhadap isolat CMV yang resisten terhadap gansiklovir
CMV pada penderita AIDS dan untuk mencegah penyakit dan sidofovir biasanya tetap terjaga.
CMV pada pasien berisiko tinggi yang mendapat trans- Efek sirnpang potensial foskarnet meliputi gangguan
plan ginjal, jantung, dan ginjal-pankreas. Efek simpang, ginjal, hipo- atau hiperkalsemia, hipo- atau hiperfosfate-
interaksi obat, dan pola resistensinya serupa dengan gan- mia, hipokalemia, dan hipomagnesemia. Selain preloading
siklovir. saline, penghindaran pernberian foskarnet bersama dengan
OBAT ANTIVIRUS I 823
obat yang berpotensi nefrotoksik (rnisalnya, amfoterisin B, langsung tidak dianjurkan karena adanya toksisitas oku-
pentapidin, aminoglikosida) juga membantu mencegah lar.
terjadinya nefrotoksisitas. Risiko hipokalsemia berat rne- Efek simpang utama sidofovir intravena adalah nefro-
ningkat dengan pen'rberian pentamidin secara bersamaan. toksisitas yang terjadi bergantung dosis, yang dapat dibu-
Ulkus penis yang terkait dengan terapi foskamet dapat runkan dengan prahidrasi menggunakan saline normal.
disebabkan oleh kadar foskarnet terionisasi yang tinggi Pemberiannya bersama agen nefrotoksik lainnya (misal-
dalam urine. Mual, muntah, anemia, peningkatan kadar nya, amfoterisin B, aminoglikosida, obat antiinflamasi non-
enzirn hati, dan kelelahan dilaporkan terjadi; risiko ane- steroid, pentarnidin, foskarnet) harus dihindari. Foskarnet
mia dapat terjadi pada pasien yang juga mendapatkan yang telah diberikan terlebih dahulu dapat meningkatkan
zidovudin. Toksisitas terhadap sistem saraf pusat meliputi risiko nefrotoksisitas. Efek samping potensial lainrlya
nyeri kepala, halusinasi, dan kejang; kejang dapat rnening- meliputi uveitis, hipotoni okular, neutropenia (15%), dan
kat akibat pernberian bersama irnipenem. Pada studi pra. asidosis metabolik. Intoleransi gastrointestinal, dernam,
klinis, foskarnet rnenyebabkan kerusakan kromosom. dan ruam akibat probenesid dapat terjadi. Siclofovir me-
nyebabkan adenokarsinoma payudara pada tikus dan
stDoFovtR bersifat embriotoksik.
Sidofovir (Gambar 49-2) merupakan analog nukleotida
sitosin dengan aktivitas in vitro terhadap CMV, HSV-1,
HSV-2, VZV,EBV, HHV-6, KSHV, adenovirus, poxvirus, AGEN ANrrRErRovtRAL
poliornavirus, dan papilornavirus manusia. Berbeda de- :u 11!,
ngan gansiklovir, fosforilasi sidofovir menjadi difosfat Berbagai kernajuan O"*"1 *tun ,"n"Ot t,erapi anti-
aktif tidak rnernbutuhkan enzim virus (Gambar 49-3). ""t"* pertama,
retroviral sejak zidovudin, agen antiretroviral
Pascafosforilasi, sidofovir bekerja sebagai penghambat diperkenalkan pada "1987, dan sekarang banyak tersedia
kuat dan substrat alternatif bagi DNA polimerase virus, agen antiretroviral (Tabel 49-3). Selain itu, bertambahnya
yang secara kompetitif menghambat sintesis DNA dan pengetahuan tentang dinamika virus melalui pengguna-
tergabung dengan rantai DNA virus. Isolat yang resisten an airal load dan pemeriksaan resistensi telah memper-
terhadap sidofovir telal"r diseleksi in vitro; isolat ini jelas bahwa terapi kornbinasi dengan agen yang memiliki
cenderung rnemiliki resistensi-silang terhadap gansiklovir efikasi maksirnal dan poten akan menurunkan replikasi
tetapi tetap rentan terhadap foskarnet. Resistensi klinis virus hingga ke tingkat yang paling rendah dan menurun-
terhadap sidofovir hingga saat ini belur.r'r dilaporkan terjadi kan kemungkinan munculnya resistensi. Dengan demi-
pada pasien. kian, pernberian terapi antiretroviral yang sangat aktif
Meskipun waktu-paruh terminal sidofovir adalah se- (HAART), yang biasanya terdiri atas kombinasi 3-4 agen
kitar 2,6 jam, metabolit aktifnya, yakni sidofovir difosfat, antiretroviral, telah rnenjadi standar peiayanan. Regirnen
memiliki waktu-paruh intrasel yang panjang, yakni se- seperti irri tersusun dari penghambat reaerse transcriptase
lama'17-65 jam sehingga jeda pernberiannya dapat lama. nukleosida, pengl'rambat reuerse transcrlplnse nonnukleo-
Metabolit lainnya, yakni sidofovir fosfokolin, rnemiliki sida, penghambat protease, dan pengharnbat fusi (lihat
waktu-paruh setidaknya 87 jan dan dapat berperan se- bawah). Kerentanan virus terhadap agen tertentu berva-
bagai depot obat aklif dalarn sel. Penetrasinya pada cairan riasi di antara pasien dan clapat berubah seiring waktu
serebrospinal buruk. Elirninasinya terjadi melalui sekresi akibat tirnbulnya resistensi. Oleh sebab ifu, kombinasi ini
aktif di tubulus ginjal. Hemodialisis beraliran-tinggi ter- harus ditentukan dengan cermat dan disesuaikan untuk
bukti rnenurunkan kadar sidofovir dalarn serum sekitar setiap individu, begitu juga dengan perubahan regimen.
75%. Selain potensi dan kerentanannya, faktor-faktor penting
Sidofovir intravena efektif untuk mengobati retinitis dalam pemilihan agen untuk seLiap pasien rneliputi tole-
CMV dan digunakan secara eksperirnental untuk meng- rabilitas, kenyamanan, dan optimalisasi kepatuharr rninum
obati infeksi adenovirus. Siclofovir intravena harus dibe- obat (lihat Kotak: Terapi Penderita HIV: Pentingnya Penge-
rikan dengan probenesid (2 g,3 jam sebelum pernberian tahuan akan Farrnakoknredk).
infus, dan 1, g,2 dan 8 jam setelahnya), yarlg menyekat se- Tersedia empat golongan agen antiretroviral: peng-
kresi tubulus aktif sel"ringga menurunkan nefrotoksisitas. Irambat rel)erse transcriptase nukleosida/nukleotida
Dosis sidofovir harus disesuaikan menurut perubahan (NRTD, pengharnbat reucrse transcriptttse nonnukleosida
pada hitungan bersihan kreatinin atau adanya protein (NNRTI), penghambat protease (PI), dan pengl-rambat
dalam urine sebelum setiap pemberian infus dilakukan, fusi. Seiring munculnya agen-agen baru, beberapa agen
dan l'ridrasi tambahan yang agresif diperlukan. Terapi si- yang lama tidak lagi digunakan, entah karena profil ke-
dofovir dikontraindikasikan pada pasien yang telah men- arnanannya yang tidak optimal atau potensi antivirusnya
derita insufisiensi ginjal. Pemberian sidofovir intravitreal yang lemah.
824 / BAB49

Tabel 49-3. Agen antiretroviral yang tersedia saat ini.

Abacavir 300 mg bid atau 500 Ruam, reaksi Hindari alkohol


mg tiap hari hipersensitivitas,
mual
Amprenavir Pl'z 1400 mg bid (larutan Selangi pemberian Mual, muntah, Lihat catatan kaki
oral).3 Sesuaikan dosis dari ddl atau diare, ruam, nyeri 4 untuk obat yang
pada insufisiensi hati; antasid Eelama kepala, parestesi dikontraindikasikan. Jangan
jangan digunakan 1jam. Hindari oral, 1 kadar gunakan juga cimetidine,
pada insufisiensi hati makanan tinggi- enzim hati disulfiram, lopinavir,
berat. lemak. metronidazole, vitamin E,
larutan oral ritonavir, dan
alkohol.
Atazanavir Pl2 400 mg tiap hari Telan bersama Mual, muntah, Lihat catatan kaki
atau 300 mg tiap makanan. Selang diare, nyeri perut, 4 untuk obat yang
hari dengan ritonavir pemberian dari nyeri kepala, dikontraindikasikan. Hindari
100 mg tiap hari. cimetidine dan neuropati perifer, juga indinavir, irinotecan,
Sesuaikan dosis pada agen penurun asam ruam kulit, dan omeprazole.
insufisiensi hati; lainnya selama 12 hiperbilirubi-
jangan gunakan pada jam. nemia indirek,
insufisiensi hati berat. pemanjangan
interval PR dan/
atau QT.
Darunavir Pl2 600 mg bid dengan Telan bersama Diare, nyeri Jangan gunakan pada
ritonavir 100 mg bid makanan kepala, pasien yang alergi terhadap
mual, ruam. sulfa. Lihat catatan
hiperlipidemia, 1 kaki 4 untuk obat yang
kadar enzim hati, d i kontraindikasi kan.
f kadar amilase
serum
Delavirdine NNRTI 400 mg tid Selangi pemberian Ruam, I kadar Lihat catatan kaki 4
dari ddl atau enzim hati, nyeri untuk medikasi yang
antasid selama 1 kepala dikontraindikasikan; Jangan
jam. gunakan juga amprenavir,
fosamprenavir, dan rifabutin
Bersifat teratogenik pada
tikus.
Didanosine NRTIt Kapsul: 250-400 mg 30 menit sebelum Neuropati perifet Jangan berikan bersama
(ddt) tiap hari, bergantung atau 2 jam setelah pankreatitis, dengan obat neuropatik
pada berat badan. makan. diare, mual, (misalnya, stavudine,
Tablet atau bubuk: hiperurisemia zalcitabine, ison iazid),
125-250 mg bid, ribavirin, dan alkohol.
bergantung pada
berat badan.
Sesuaikan dosis pada
insufisiensi ginjal.
Efavirenz NNRTI 600 mg tiap hari Telan saat lambung Efek pada sistem Jangan gunakan bersama
kosong. Pemberian saraf pusat, ruam, dengan astemizole,
awal dianjurkan 1 kadar enzim carbamazepine, turunan
saat akan tidur hati ergot, i ndinavir, itraconazole,
untuk memperkecil ketoconazole, methadone,
efek samping pada phenobarbital, phenytoin,
sistem saraf pusat. triazolam, voriconazole.
Bersifat teratogenik pada
primata.
(berlanju.t)
OBAT ANTIVIRUS I 825
Tabel 49-3. Agen antiretroviral yang tersedia saat ini. (lanjutan)

Emtricita- NRTIl 200 mg tiap hari Larutan oral harus Nyeri kepala, Jangan berikan bersama
bine Sesuaikan dosis pada ditempatkan pada diare, mual, dengan lamivudine.
insuf isiensi ginjal. lemari pendingin. asten ia, Jangan berikan disulfiram
hiperpigmentasi dan metronidazole dengan
ku lit larutan oral.
Enfuvirtide Penghambat 90 mg subkutan bid Simpan pada suhu Reaksi setempat
fusi kamar sebagai bubuk; pada tempat
taruh dalam lemari penyuntikan;
pendingin setelah reaksi
dilarutkan. hipersensitivitas
Fosampren- P12 1400 mg bid atau Selangi pemberian Lihatamprenavir. Lihatamprenavir.
avir 700 mg bid dengan dari antasid selama
ritonavir 100 bid atau 2 jam.
1400 mg tiap hari
dengan ritonavir 200
mg tiap hari
Sesuaikan dosis pada
insufisiensi hati;
jangan gunakan pada
insufisiensi hati berat.
lndinavir Pl2 800 mg tid atau Telan saat lambung Nefrolitiasis, mual, Lihat catatan kaki
800 mg bid dengan kosong. Minum cairan hiperbilirubinemia 4 untuk obat yang
ritonavir 100 mg bid sekitar 48 oz tiap hari. indirek, nyeri dikontraindikasikan.
Sesuaikan dosis pada Selangi pemberian kepala, astenia, Jangan gunakan juga
insufisiensi hati dari ddl selama 1 penglihatan kabur efavirenz.
jam. Simpan pada
wadah aslinya, yang
berisi desikan (zat
pengering).
Lamivudine NRTI' 150 mg bid atau Mual, nyeri kepala,
300 mg tiap hari, kelelahan
bergantung pada
berat badan
Sesuaikan dosis pada
insufisiensi ginjal.
Lopinavir/ PI/PI' 400 mg/l00 mg bid Telan bersama Diare, nyeri perut, Lihat catatan kaki 4
ritonavir Mungkin makanan. Selang mual, nyeri kepala, untuk medikasi yang
memerlukan pemberian dari t kadar enzim hati d ikontra ind ikasikan.
penyesuaian dosis ddl selama 1 jam. Jangan gunakan juga
pada insufisiensi hati Simpan kapsul dan amprenavi r, f osamprenavir.
larutan dalam lemari Jangan gunakan disulfiram
pendingin. dan metronidazole dengan
larutan oral.
Nelfinavir Pl2 750 mg tid atau Telan bersama Diare, mual, Lihat catatan kaki 4
1250 mg bid makanan. f latu lens untuk medikasi yang
d ikontraind ikasikan.
(berlanjut)
826 I BAB49
Tabel 49-3. Agen antiretroviral yang tersedia saat ini. (lanjutan)

Nevirapine N NRTI 200 mg bid Tingkatkan dosis mulai dari Ruam, hepatitis Jangan gunakan
Sesuaikan dosis pada 200 mg per hari selama 14 (sesekali fulminan), rifampin,
insufisiensi hati. hari untuk menurunkan mual, nyeri kepala ketoconazole, dan
frekuensi ruam. St.John's wort.
Ritonavir Pl2 500 m9 bid Telan bersama makanan. Mual, diare, Lihat catatan kaki
Selang pemberian dari ddl parestesi, hepatitis 4 untuk obat yang
selama 2 jam. Tingkatkan dikontraindikasikan.
dosis selama 5 hari untuk
men ingkatkan toleransi.
Simpan kapsul, tetapi tidak
larutdn oral, dalam lemari
pendingin
Saquinavir Pl2 Tablet dan kapsul jel Telan dalam 2 jam setelah Mual, diare, Lihat catatan kaki
keras: 600 mg tid atau makan berat. Sebaiknya rinitis, nyeri perut, 4 untuk obat yang
1000 mg bid dengan simpan dalam lemari dispepsia, ruam. dlkontraind ikasikan.
ritonavir 100 mg bid pendingin. Gunakan tabir
Kapsul jel lunak: 1200 surya karena
mg tid atau 1800 mg terjadi peningkatan
bid atau 1000 mg bid fotosensitivitas.
dengan ritonavir 100
mg bid
Stavudine NRTIt Lepas-segera: 30-40 Neuropati perifer, Jangan gunakan
mg bid, bergantung lipodistrofi, bersama dengan
pada berat badan hiperlipidemia, zidovudine dan obat
Lepas-lambat: 75- kelemahan neuropatik (misalnya,
100 mg tiap hari, neuromuskul ar ddl, zalcitabine,
bergantung pada asendens yang ison iazid).
berat badan cepat memburuk
Sesuaikan dosis pada (jarang),
insufisiensi ginjal. pankreatitis
Tenofovir NRTII 300 mg qd Telan bersama makanan. Astenia, nyeri Jangan gunakan
Sesuaikan dosis pada kepala, diare, mual, bersama dengan
insufisiensi ginjal. muntah, flatulens, atazanavir. probenecid.
insufisiensi ginjal
Tipranavir Pl2 Harus digunakan Telan bersama makanan. Diare, mual, Jangan gunakan
bersama dengan Selang pemberian obat muntah, nyeri bersama dengan
ritonavir untuk dengan ddl selama perut, ruam, t amprenavir,
mencapai kadar yang setidaknya 2 jam. Jangan kadar enzim hati, fosamprenavir,
efektif; tipranavir 500 gunakan antasid. Jangan hiperkoleste- saqu rnavrr.
mg bid / ritonavir 200 gunakan pada pasien yang rolemia,
mg bid. alergiterhadapsulfa. Harus hipertrigliseridemia
Jangan gunakan pdda disimpan dalam lemari
insufisiensi hati. pendingin.
Zalcitabine NRTI' 0.75 mg tid Berikan 1 jam sebelum atau Neuropati perifer; Jangan gunakan
Sesuaikan dosis pada 2jam setelah pemberian ulkus oral, bersama dengan
insufisiensi ginjal. antasid. pankreatitis cimetidine; obat
neuropatik (misalnya,
ddl, zalcitabine,
ison iazid).

(berlanjut)
OBAT ANTIVIRUS / 827
Tabel 49-3. Agen antiretroviral yang tersedia saat ini. (lanjutan)

Zidovudine NRTIr 200 mg tid atau 300 Anemia makrositik, Jangan gunakan
mg bid neutropen ia, bersama dengan
Sesuaikan dosis pada mual, nyeri kepala, stavudine dan
insufisiensi ginjal. insomnia,astenia obatmielosupresif
(misal nya, ganciclovir,
ri bavi rin).

NRTI, penghambat reyeffe transcriptase nukleosida; NNRTI, penghambat reverse transcriptase nonnukleosida; Pl, penghambat protease; RTl,
penghambat reverse tra nscr i pta5e.
'Semua agen NRTI, serta tenofovir, berisiko menimbulkan asidosis laktat dengan steatosis hepatik sebagai efek simpang potensial.
'?Semua agen Pl, kecuali amprenavir, berisiko menimbulkan hiperlipidemia, maldistribusi lemak, hiperglikemia, dan resistensi insulin sebagai potensi
efek simpang potensial.
3Kapsul tidak lagi tersedia dan telah digantikan oleh fosamprenavir.
aKarena perubahan pajanan sistemis, obat yang dikontraindikasikan untuk digunakan bersama secara umum meliputi anti-aritmia (flecainide,
propafenone), antihistamin (astemizole, terfenadlne), sedatif-hipnotik (alprazolam, diazepam, flurazepam, midazolam, triazolam, trazodone,
clorazepate), neuroleptik (pimozide), turunan alkaloid ergot, penghambat HMG KoA reduktase (atorvastatin, simvastatin, lovastatin), antikonvulsan
(phenobarbital, phenytoin), kontrasepsi oral (ethinyl estradiol/norethindrone acetate), cisapride, rifampin, rifapentine, dan tanaman St,John (51,
)ohn's wort). Obat yang harus digunakan secara hati-hati karena kadarnya yang dapat mengalami perubahan, meliputi amiodarone, bepridil,
quinidine, Iidocaine, nifedipine, nicardipine, sildenafil, vardenafil, warfarin, levodopa, tacrolimus, cyclosporine, rapamycin, voriconazole,
itraconazole, ketoconazole, carbamazepine, desipramine, bupropion, dofetilide, atovaquone, dapsone, dexamethasone, methadone, omeprazole,
dan lansoprazole. Dosis rifabutin dan clarithromycin harus diturunkan jika diberikan secara bersamaan.

Resistensi tingkat-tirrggi ter'hadap abakavir tampak-


PENGHAMBAT REVERSE nya memerlukan setidaknya dua atau tiga mutasi vang
TRANSCRIPTASE NUKLEOSI DA & ada pada saat yang bersamaan (rnisalnva, M184y, L74V,
NUKLEOTIDA p671t) sehingga cenderung tirlbul
l.rerlahan. Mutasi K65R
menurunkan kerentarran terhadap lamivudin, abakavir,
NRTI bekerja melalui inhibisi kornpetitif ret)etse trans- tenofovir, darr enrtrisitahirr.
criptase HIV-1 dan juga dapat tergabung dengan rantai Reaksi hipersensitivitas, vang kadarrg fatal, clilaporkan
DNA virus yang sedang berturnbuh untuk menyebabkan terjadi pada sekitar 5% pasien vang mendapat abakavir'.
terminasinya (Gambar 49-4). Setiap NRTI membutuhkan Gejalanya, yang biasanya terjadi clalarn 6 minggu pertarna
aklivasi intrasitoplasn-rik melalui fosforilasi oleh enzim terapi, meliputi demarn, malaise, mual, muntah, diare, darr
sel untuk menjadi benruk hifosfatnya. Kebanyakan aktif anoreksia. Gejala pernapasan seperti dispnea, faringitis,
terhadap HIV-2 serta HIV-1. dan batuk juga dapat timbul, dan ruam di kulit muncul
Analog nukleosida bersifat toksik terhadap mitokon- pada sekitar 50% pasien. Kelainan nilai laboratorium se-
dria; sifat ini mungkin diakibatkan oleh inhibisinya ter- perti peningkatan ringan kadar aminotransferase atau
hadap DNA polimerase gamma mitokondria. Selain itu, kreaLin kinase dalarn serum dapat timbul tetapi tidak
obat ini dapat meningkatkan risiko timbulnya asidosis spesifik untuk reaksi hipersensitivitas. Meskipun sinclror.n
laktat disertai steatosis hepatik, yang dapat bersifat fatal, ini cenderung cepat membaik dengarr penghentian terapi,
seperti halnya gangguan metabolisme lipid. Terapi NRTI pemberian kembali abakavir akarr menirnbulkan gejala
tidak boleh diberikan pada keadaan meningkahlya kadar dalam hitungan jarn dan dapat bersifat fatal. Kemurrgkinaur
aminotransferase dengan cepat, hepatornegali progresif, efek simpang lainnya meliputi ruatn,'-deutaut, urual,
atau asidosis metabolik yang tidak diketahui penyebab- muntah, diare, nyeri kepala, dispnea, kelelahan, clan
nya. pankreatitis (arang).

ABAKAVIR DIDANOSIN
Abakavir merupakan analog guanosirl (Gambar 49-2) Didanosin (ddl) adalal-r analog sintetik deoksiadenosin
yang diabsorpsi dengan baik pada pemberian oral (83%) (Gambar 49-2). Bioavailabilitas oralnl,a 30-40%; obat irri
dan tidak dipengaruhi oleh makanan. Waktu-paruh eli- harus diberikan ketika larnburrg kosong. Kadarnl,a daltrttr
minasinya 1,5 jam, dan waktu-paruh intraselnya berkisar cairan serebrospinal adalah sebesar 20% kadar serullrn)r?r.
antara 12 sampai 26 jam. Kadarnya dalam cairan serebro- Waktu-paruh eliminasinya 1,5 jam, tetapi waktu-paruh
spinal adalah sekitar sepertiga kadar dalam plasma. intrasel senyawa yang aktif adaiah 20-21 jan. Obat ini
828 / BAB 49

Banyak terapi perlu diberikan secara bersamaan pada ke- berikan bersama ritonavir, peningkatan kadar rifabutin
banyakan penderita HlV. Terapi ini meliputi kombinasi (terkait uveitis) atau trazodon (menyebabkan hipotensi,
antiretroviral, profilaksis atau terapi infeksi oportunistik, sinkop) dapat secara nyata meningkatkan toksisitasnya.
antiemetik, obat neuropsikiatrik, dan analgesik opioid. Po- Jika diberikan bersama indinavir, ritonavir, dan atazanavir,
lifarmasi yang ekstrem ini memerlukan pengawasan dalam peningkatan kadar klaritromisin yang digunakan sebagai
hal interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik. terapi atau profilaksis infeksi Mycobacterium avium atau
Mungkin komplikasi farmakokinetik yang paling pen- sebagai agen antibakteri dapat meningkatkan potensi tim-
ting disebabkan oleh metabolisme agen NNRTI dan Pl oleh bulnya pemanjangan interval QT. Sebaliknya, penurunan
sistem enzim CYP450, khususnya isoform 3A4. Karena ba- kadar klaritromisin akibat efavirenz dapat mengurangi
nyak obat tersebut merupakan penginduksi, penghambat, efikasi antibakteri. Baru-baru ini, jenis interaksi ini telah
atau substrat CYP344, interaksi antarobat mungkin memi- dimanfaatkan dalam bentuk regimen penghambat pro-
liki dampak klinis yang nyata. Namun, efek yang beragam tease ganda (boosted regimen) berdasarkan efek yang
pada berbagai isoform CYP450 yang berbeda dapat mem- ditimbulkannya, yakni peningkatan kadar substrat dalam
buat interaksi menjadi tidak terduga. Contohnya, pada plasma (misalnya, lopinavil sakuinavir) ketika diberikan
terapi tuberkulosis, penggunaan rifampin, agen antimiko- bersama dengan suatu penginduksi (paling sering ritona-
bakterium standar yang juga menjadi salah satu pengin- vir). Meningkatnya daya pajan obat dan potensi antivirus,
duksi 3A4 terkuat, dapat menurunkan efikasi (atazanavir, pemberian dosis yang lebih nyaman, dan peningkatan tole-
lopinavir) atau meningkatkan toksisitas (sakuinavir) agen rabilitas akan tercipta sehingga meningkatkan kepatuhan
antiretroviral yang digunakan bersamaan akibat terjadi- pasien.
nya perubahan kadar antiretroviral dalam serum. Jika di-

dieliminasi melalui filh'asi glomerulus dan sekresi tuLrulus. Lrabkar-r parlkreatitis, termasu k zalsitabin clan stavuclin,
Dengan dernikian, penururlan dosisnva diperh"rkan pada harus clil.rirrclari (Tabel -19-3). Efek simparrg Iain meliputi
keadaan bersiharr kreatinin varrg rendah dan berat bac.lan neurop;'rfi pe rifer distal vang rrr.eri, diare (khususr.rya pada
yang rendah (Tabel 49-3). tablet clan bubuk), hepatitis, utkus esofagus, kardiomio-
Bubuk terdapar untuk larutan oral dan tablet kurrvah prati, darr toksisrtas sistem sar"rf pusat (nirsli kepala, irita-
digunakan dua kali sehari; kapsul salut enterik dapat Lrilitas, insorrrnia). Hiperurisemia asirnton.ratik dapat me-
digunakan sekali sehari karerra bioavailabilitasnya yang micu serangan gout pada indivic{u yang rentan. Laporan
lebih besar. Dapar dalam tablet dan bubuk nengganggu adanya perubahan pada retina dar-r neuritis optik pada
absorpsi indinavir, delavirdin, dapson, dan itrakonazol; pasien yang rnenggunakan didanosin, khususnya pada
karena itu, pernberian bersama dengan obat-obat ini orang dewasa 1'arrg mendapat dosis tinggi darr pada anak,
harus dihindari. Karena tablet didanosin n'rengandung fe- mengharuskarr dilakukanrl)ra pemeriksaan retina secara
nilalanin (36,5 mg) dan natriun'r (1380 mg), prasien dengarr berkala.
fenilketonuria dan pasien )/ang menjalankan diet ketat na- Fluorokuinolorr darr tetrasiklin harus diberikarr seti-
trium harus berhati-hati ketika nrenggunakan obat ini. daknya 2 jarn sebelum atau setelah pemberian didanosin
Resistensi terhadap didanosin biasanl'2 disebabkan oleh unhrk rnencegah penurullan kadar antibiotik dalam
rnutasi L74V, meskipun penurunan kerentanan juga dapat piasma akibat kelasi (perrgikatan). Kadar cliclanosin clalam
disebabkan oleh'rnutasi K65R dan mutasi analog timidin serum rneningkat jika diberikan bersama dengan terrofovir
[tAM) multipel. Mutasi ini dapat secara parsial mengertr- cian gansiklovir sehingga meningkatkarr risiko toksisitas;
balikan kerentanan terhadap zidovudirr tetapi dapat merrim- kadarnya nlenul'ur-l oleh atazanavir, delavirdin, ritonavir,
bulkan resistensi-silang terhadap abakavir, zalsitabirr, dan tipranavir, c-lan metadon (Tabel 49-4).
lamivudin. Mutasi M184V banl,aft dijurnpai dalam isolat
yang bertahan hidup pada pemberian clidanosin dan clapat EMTRISITABIN
rnenimbulkan resistensi terhaciap lamivudirr. Er.ntrisitabin (dulu disebut FTC) adalah analog larrrivudin
Toksisitas klinis utama akibat perrggunaan terapi dida- terfluorinasi derrgan r.l'aktu-Paruh intrasel yarrg parrjang
nosin adalah pankreatitis yang berkaitan dengan dosis. (>39 jam) sehingga dapat diberikan sekali sehari (Cambar
Faktor risiko lain terjaclinya pankreatitis (alkoholisme, hi- 49-2). Bioavailabilitas oral dalarn bentuk kapsul adalah
pertrigliseridemia) merupakan kontraindikasi relatif pem- 93% dan ticlak dipengaruhi oleh makanan, tetapi penetra-
berian didanosin, dan obat lain yang berpoterrsi nrenve- sirrva ke dalam cairan serebrospinal rendah. Elinrirrasinya
OBAT ANTIVIRU5 I 829

Membran sel pejamu

Reseptor kemokin

Fusi dan
uncoating
33J3I:*?:$t..i"N
|al
\,

I Perakitan
I virion

) araainsaan
Pematangan
\-,

^11 -
9.r€
O/,'\\P
^
C tgl F.
c/.. v,rlo
-
dE-b
Gambar 49'4. Siklus hidup HlV. Pengikatan glikoprotein virus pada sel pejamu CD4 dan reseptor kemokin
mendahului fusi dan masuknya virus ke dalam sel. Setelah uncoating, transkripsi terbalik menyalin genom RNA HIV
untai-tunggal menjadi DNA untai-ganda, yang akan tergabung dengan genom sel pejamu. Trinskripsi gen oleh
enzim sel p€jamu menghasilkan RNA perantara, yang ditranslasikan menjadi protein yang terakit menjadi virion
imatur noninfeksius yang bertunas pada membran sel pejamu. Pematangannya menlidi uirion yang sepenuhnya
infeksius terjadi melalui pemecahan proteolitik.

terjadi melalui filtrasi glomerulus dan sekresi aktif pada terhadap HBV, pasien yang sekaligus terinfeksi HIV dan
tubulus. Waktu-paruh rerata eliminasinya dalanr plasma HBV harus dipantau ketat jika terapi erntrisitabin akan
adalah 8-9 jam. diinterupsi atau dihenhikan, karena kemungkinan mun-
Larutan oralnya, yang mengandung propilen glikol, culny a fLtr e hepatitis.
dikontraindikasikan pada anak usia rnuda, ibu hamil, pen- Seperti lamivudin, rnutasi Ill&4V/I paling sering di-
derita gagal ginjal atau hati, dan pengguna metronidazol kaitkan dengan penggunaan emtrisitabin, dan mutasi ini
atau disulfiram. Selain itu, karena aktivitas in vitionva dapat muncul clengan cepat pacla pasien yang menclapat
830 I BAB4e

Tabel 49-4. Potensi interaksi antarobat pada kombinasi dua antiretroviral.

Abacavi r Tipranavir
Amprenavir/fos- Abacavir, atazanavir, delavirdine, indinavir, lopinavi r, Didanosine. efavirenz, nevirapine. saquinavir
amprenavir ritonavir,tipranavir,zidovudine
Atazanavir Ritonavir Amprenavir, didanosine, efavirenz, stavudine,
tenofovir

Delavirdine Amprenavir, didanosine, lopinavir, nelfinavir,


ritonavir
Didanosine Tenofovir, guanciclovir Atazanavir, delavirdine, ritonavir, ti pranavir

Enf uvirtide Ritonavir


lndinavir Delavirdine, nelfinavir, ritonavir, zidovudine, Amprenavir, didanosine, efavirenz, nevirapine
darunavir
Lamivudine Nelfinavir Abacavi r, tenofovir, tipranavir
Lopinavir Delavird i ne, ind inavi r, ritonavir, darunavir Amprenavir, ef avirenz, nelf inavir, nevirapine,
tenofovir
Nelf inavir Amprenavi r, delavi rd ine, efavirenz, indinavir,
ritonavir, saquinavir
Nevirapine Amprenavir, lopinavir Tipranavir
Ritonavir Amprenavir, delavird ine, efavirenz, indinavir Didanosine, tenofovir, zidovudine
Saqu inavir Atazanavir, delavi rd ine, indi navir; lopi navi r, nelf inavi r, Efavirenz, nevirapine
tenofovir, tipranavir
Stavudine lnd inavir Tipranavir
Tenofovir Atazanavir, lopinavir, ritonavir Tipranavir
Tipranavir Didanosine. efavirenz
Zidovudine Amprenavir, indinavir, lamivudine Didanosine, nelfinavir. ritonavic tipranavir

regimen HAART yang tidak sepenuhnya supresif. Timbul masuk zidovudin dan stavudin-terhadap galur HIV-1
resistensi-silang teriradap lamivudine tetapi tidak terhadap yang sensitif rnaupun resisten terhadap zidovudin. Akti-
agen NRTI lainnya. Isolat dengan mutasi K65R menjadi vitasnya terhadap HBV dijelaskan di bawah ini.
kurang rentan terhadap erntrisitabin. Karena mekanisme Bioavailabilitas oralnya melebihi 80% dan tidak ber-
kerja dan profil resistensinya serupa, kombinasi lamivudin gantung pada makanan. Pada anak, rerata rasio lamivudin
dan emtrisitabin tidak dianjurkan. dalam cairan serebrospinal dibanding plasma adalah
Efek simpang tersering pada pasien yang rnendapat 0,2. Waktu paruh eliminasi reratanya adalah 2,5 jam, se-
emtrisitabin adalah nyeri kepala, diare, mual, dan astenia. dangkan waktu-paruh intrasel metabolit s'-trifosfatnya
Selain itu, terjadi hiperpigmentasi telapak tangan dan/ yang aktif dalam turunan sel yang terinfeksi HIV-1 adalah
atau telapak kaki (-3%), terutama pada orang berkulit 10,5-15,5 jam. Sebagian besar lamivudin dieliminasi tanpa
hitam (hingga 13%). Belum dilaporkan adanya interaksi mengalami perubahan dalam urine sehingga dosisnya
antarobat hingga saat ini. harus dikurangi pada pasien dengan insufisiensi ginjal
atau berat badan rendah (Tabel 49-3).
LAMIVUDIN Terapi lamivudin dengan cepat menyeleksi mutasi
Lamivudin (3TC) adalah analog sitosin (Gambar 49-2) M184V pada regimen yang tidak sepenuhnya supresif;
dengan aktivitas in vitro terhadap HIV-1 yang sinergistik mutasi ini menimbulkan resistensi tingkat-tinggi serta pe-
dengan berbagai antiretrovirus analog nukleosida-ter- nurunan kerentanan terhadap abakavir, didanosin, dan
OBAT ANTIVIRUS I 831
zalsitabin. Sebaliknya, mutasi M184V dapat mengembali- TENOFOVIR
kan kerentanan fenotipik terhadap zidovudin, yang me-
Tenofovir adalah analog nukleosida fosfonat asiklik (nu-
nandakan bahwa regimen kombinasi kedua obat ini da-
kleotida) dari adenosin (Gambar 49-2). Seperti analog nu-
pat bermanfaat. Akan tetapi, galur HIV-1 yang resisten
kleosida, tenofovir secara kompetitif menghambat reoerse
terhadap lamivudin dan zidovudin telah ditemukan. Mu-
transuiptase HIV dan menyebabkan terminasi rantai se-
tasi K65R menurunkan kerentanan t6rhadap lamivudin,
telah tergabung dengan DNA.
abakavir, tenofovir, dan emtrisitabin.
Tenofovir disopoksilfumarat merupakan calon-obat
Efek simpang yang mungkin timbul meliputi nyeri kepala,
tenofovir aktif yang larut dalam air. Bioavailabilitas oral-
insomnia, kelelahan, dan keluhan saluran cema, meskipun
nya pada pasien yang berpuasa adalah sekitar 25o/o dan
semuanya relatif ringan. Bioavailabilitas lamivudin mening-
meningkat hingga 39% setelah makan diet tinggi-lemak.
kat jika diberikan bersama dengan trimetoprim-sulfametok-
Waktu-paruhnya dalam serum 17 jam dan waktu-paruh
sazol. Lamivudin dan zalsitabin dapat saling menghambat
intraselnya memanjang lebih dari 60 jam. Eliminasinya
fosforilasi intrasel masing-masing secara in vitro sehingga
terjadi melalui kombinasi filtrasi glomerulus dan sekresi
menurunkan poteruinya; karena itu, hindari penggunaannya
tubulus aktif, dan dosisnya harus disesuaikan pada pen-
secara bersamaan jika memungkinkan.
derita insufisiensi ginjal.
Mutasi utama yang menimbulkan resistensi terhadap
STAVUDIN
tenofovir adalah K65& meskipun penurunan kerentanan
Stavudin, suatu analog timidin (d ! (Gambar 49-2), me- terhadap tenofovir dalam berbagai tingkatan yang berbeda
miliki bioavailabilitas oral yang tinggi (86%) yang tidak dapat pula disebabkan oleh mutasi terkait-zidovudin (Ma1l
bergantung pada makanan. Waktu-paruh plasmanya 1,2 L210W), sesuai dengan jumlah mutasi spesifik yang ada.
jam, waktu-paruh intraselnya sekitar 3,5 jam, dan kadar Keluhan saluran cerna (mual, diare, muntah, flatu-
reratanya dalam cairan serebrospinal adalah sebesar 55% lens) merupakan efek samping yang paling sering timbul,
kadamya dalam plasma. Ekskresinya terjadi melalui se- tetapi hal ini jarang memerlukan penghentian terapi.
kresi aktif di tubulus dan filtrasi glomerulus. Dosis sta- Potensi efek samping lainnya meliputi nyeri kepala dan
vudin harus dikurangi pada penderita insufisiensi ginjal astenia. Studi praklinis pada beberapa spesies binatang
dan berat badan rendah (tabel 49-3). membuktikan terjadinya toksisitas pada tulang (misalnya,
Terdapat berbagai mutasi yang menurunkan kerentan- osteomalasia); namun, hingga saat ini belum terbukti
an terhadap stavudin; mutasi yang banyak terjadi adalah te4adi toksisitas tulang pada manusia. Berbagai gangguan
M41L, D67N, K70R, L210W,T215Y /F, dan K219O. ginjal, termasuk gagal ginjal akut dan sindrom Fanconi,
Toksisitas utama yang membatasi pemberiannya ada- terjadi pada pasien yang mendapat tenofovir. Tenofovir
lah neuropati sensorik perifer yang terkait-dosis. Insidens dapat berkompetisi dengan obat lain yang aktif disekresi
neuropati dapat meningkat jika stavudin diberikan bersama oleh ginjal, seperti sidofovir, asiklovir, dan gansiklovir.
obat penginduksi neuropati lainnya seperti didanosin dan Kombinasi tenofovir dengah didanosin menyebabkan pe-
zalsitabin. Gejala ini biasanya mereda seluruhnya ketika nurunan efikasi virologis dan peningkatan toksisitasnya
pemberian stavudin dihentikan; pada kasus seperfi ini, (akibat peningkatan kadar didanosin) sehingga harus di-
dosis yang sudah dikurangi dapat mulai dicoba diberikan hindari.
kembali dengan hati-hati. Potensi efek simpang lainnya
meliputi pankreatitis, aftralgia, dan peningkatan amino-
ZALSITABIN
transferase serum. Asidosis laktat disertai steatosis hati,
begitu juga dengan atrofi lemak, tampaknya lebih sering Zalsitabin (ddC) adalah analog sitosin dengan bioavai-
terjadi pada pasien yang mendapat stavudin daripada labilitas oral yang tinggi (>80%) dan wakfu-paruh intrasel
yang mendapat agen NRTI lainnya. Selain itu, karena yang relatif lama (10 jam) meskipun waktu-paruh elimi-
pemberian stavudin bersama didanosin meningkatkan nasinya 1.-2 jam (Gambar 49-2). Akan tetapi, kadar plasma-
insidens asidosis laktat dan pankreatitis, penggunaannya nya menurun 25-39% ketika obat diberikan bersama ma-
secara bersamaan harus dihindari jika mernungkinkan. kanan atau antasid. Kadarnya dalam cairan serebrospinal'
Kombinasi ini diperkirakan menjadi penyebab kematian adalah sekitar 20% kadar plasmanya.
pada beberapa ibu hamil penderita HIV. Efek sampingnya Meskipun berbagai macam mutasi yang menyebab-
yang jarang timbul adalah kelemahan neuromuskular kan resistensi in vitro terhadap zalsitabin telah berhasil
asendens yang berkembang dengan cepat. Karena zido- diketahui (misalnya, T69D, K65R, M184V, L74y), resisterui
vudin menurunkan fosforilasi stavudin, kedua obat ini fenotipik tampaknya jarang timbul, khususnya pada
umumnya jangan digunakan secara bersamaan. regimen kombinasi.
832 I BAB 49

Terapi zalsitabin rnenimbulkan neuropati perifer ber- Tabel 49-5. Penggunaan agen antiretroviral pada
gantung-dosis yang dapat rnembatasi terapi pada 1O-20o/" kehamilan.
pasien tetapi tampaknya larnbat pulih jika pemberian obat
dihentikan secara rnendadak. Potensi neuropati perifer-
nya menyebabkan obat ini relatif dikontraindikasikan Penghambat reverse tra nscri ptase nukleosida/nukleotida
untuk digunakan bersama obat lain yang juga dapat me- (NRTt)

nimbulkan toksisitas ini, termasuk stavudin, didanosin, Zidovudine, lamivudine Didanosine, emtricitabine,
stavudine, abacavir
dan isoniazid. Penurunan bersihan ginjal yang disebabkan
oleh amfoterisin B, foskarnet, dan aminoglikosida dapat Penghambat reverse transcri ptase nonnukleosida
Nevirapine
meningkatkan risiko neuropati zalsitabin. Toksisitas uta-
ma lain yang sering dilaporkan adalah ulkus oral dan Penghambat protease (Pl)
Nelfinavir. saquinavir-S lndinavir; lopinavir/ritonavir;
esofagus. Pankreatitis lebih jarang timbul jika dibanding-
ritonavir
kan dengan pemberian didanosin, tetapi pemberiannya
bersama dengan obat lain yang rnenimbulkan pankreati-
tis dapat rneningkatkan frekuensi efek simpang ini. Nyeri
kepala, mual, ruam, dan artralgia dapat timbul tetapi
Seperti agen NRTI lain, resistensi terhadap zidovudin
cenderung bersifat ringan atau membaik selama terapi.
rnembatasi efikasi klinisnya. Resistensi Lingkat-tinggi ter-
Kardiomiopati jarang terjadi. Zalsitabin menyebabkar-r
hadap zidovudin umumnya terlihat pada galur derrgan
limfoma timus pada hewan pengerat, tetapi tidak terdapat
tiga mutasi atau lebih dari lirna mutasi yang paling sering
korelasi klinis yang diamati pada manusia.
terjadi: M41L, D67N, K70R, T2I5F, dan K219Q. Akan
AUC zalsitabirr r.neningkat jika diberikan bersama pro-
tetapi, munculnya mutasi tertentu yang menurunkan ke-
benesid atau sirnetidin, dan bioavailabilitasnya menurun
rentanan terhadap satu obat (misalnya, L74V untuk dida-
dengan pemberian bersama antasid atau metoklopramid.
nosin dan M184V untuk lamivudin) tarnpaknya mening-
Lamivudin menghambat fosforilasi zalsitabin in vitro se-
katkan kerentanan terhadap zidovudin pada galur yang
hingga berpotensi rnengllambat efikasinl,a,
sebelumnva resisten terhadap zidovudin. Penghentian
pemberian zidovudin dapat menyebabkan pemulihan
ZIDOVUDIN isolat HIV-1 1'ang resisten terhadap zidovudir-r menjadi
Zidovudin (azidotirnidin; AZT) merupakan analog deok- fenotip jenis-liar 1'6ng rentan.
sitimidin (Gambar 49-2) yang diabsorpsi dengan baik Efek sinlpang zidovudin yang paling sering tirnbul
dari usus dan didistribusi ke sebagian besar jaringan dan adalah mielosupresi, yar.g menyebabkan anernia makro-
cairan tubuh, termasuk cairan serebrospinal; di dalam sitik (1-4%) atau neutropenia (2-8%). Intoleransi saluran
cairan ini, kadanrya n'rencapai 60-65% kadar serurn. cerna, nyeri kepala, dan insomnia dapat timbul, tetapi
Waktu-paruh reratanya dalarn serum adalah 1 jarn, dan kesemuanya cenderung rnembaik selama terapi berjalan.
wakh.r-paruh intrasel senyawa terfosforilasinya adalah Toksisitas yang lebih jarang meliputi trornbositopenia, hi-
3-7 jan. Zidovuclir-r dieliminasi terutama melalui ekskresi perpigmentasi kuku, dan miopati. Dosis zidovudin yarrg
ginjal setelah diglukuronidasi di hati. Bersihan zidovudin sangat tinggi dapat rnenimbulkan kecernasan, kebingung-
menurun sekitar 50% pada pasien uremik, dan toksisitas- an, dan tremor. Zidovudin menyebabkan neoplasma vagi-
nya meningkat pada penderita insufisiensi hali tahap na pada mencit; namun, hingga saat ini belum dilaporkan
lanjut. adanya neoplasrna genital pada manusia.
Zidovudin rnerupakan agen antiretroviral pertama Peningkatan kadar zidovudin dalarn serum dapat ter-
yang disetujui dan telah diteliti dengan baik. Obat ini ter- jadi akibat pemberian bersama dengan probenesid, feni-
bukti rnengurangi laju perburukan penyakit klinis dan toin, metadon, flukonazol, atovakuon, asam valproaf dan
memperpanjang kesintasan (suruiual) pasien yang terin- lamivudin, baik melalui inhibisi metabolisrne lintas-per-
feksi-HlV. Efikasinya juga telah terbukti dalam terapi tama atau melalui penurunan bersihan. Ziclovudin dapat
den'rensia terkait-Hlv dan trornbositopenia. Dalam keha- menurunkan kadar fenitoin sehingga pemantauan kadar
milan (Tabel 49-5), regimen zidovudin oral yang dimulai fenitoin serum harus dilakukan pada pasien epileptik yang
antara minggu ke-14 dan ke-34 kehamilan (100 mg lnna menggunakan kedua obat ini. Toksisitas hematologisnya
kali sehari), zidovudin intravena selama persalinan (2^g/ dapat meningkat pada pemberian bersama obat mielo-
kg selama 1 jam, kernudian 1 rng/kg/jam dengan infus supresif lainnya, seperti gansiklovir, ribavirin, dan agen
kontinu), dan sirup zidovudin untuk neonatus sejak lahir sitotoksik. Regimen kombinasi yang lnengandur"rg zidovu-
lringga usia 6 rninggu (2 mg/kg tiap 6 jam) terbukti me- din dan stavudin harus dihindari; antagonismenya telah
n gu rangi laju transmisi vertikal (ibu-ke-janin) hingga 23 ok . dibuktikan in vitro.
OBAT ANTIVIRUS / 833
juga menghamtrat CYP3A4 dan2C9. Jadi, terdapat banyak
PENGHAMBAT REVERSE interaksi antarobat yang harus dipertimbangkan (Tabel
TRAruSCRIPTASE 49-3 dan 49-4). Akan tetapi, akibat efek ini, pemberian
NONNUKLEOSIDA bersama delavirdin rnungkin rnembuat indinavir atau
sakuinavir dapat diberikan dalarn dosis dua kali sehari
NNRTI berikatan langsung dengan reaerse transcriptase
ketimbang tiga kali sehari. Penggunaan delavirdin ber-
HIV-1 (Gambar 49-4) dan menyebabkan blokade DNA
sama amprenavir/fosamprenavir serta rifabutin tidak di-
polimerase yang bergantung-RNA dan -DNA. Tempat
anjurkan karena terjadi penurunan kadar delavirdin.
ikatan NNRTI berada dekat dengan tempat ikatan NRTI,
tetapi tetap berbeda. Tidak seperti agen NRTI, NNRTI
EFAVIRENZ
tidak berkompetisi dengan nukleosida trifosfat atau rnem-
butuhkan fosforilasi agar menjadi aktif. Resistensi NNRTI Efavirenz dapat diberikan sekali sehari karena waktu-
cepat timbul pada monoterapi dan dapat disebabkan oleh parulurya panjang (40-55 jam). Absorpsinya cukup baik
mutasi tunggal (misalnya, K103N). Mutasi K103N dan pada pernberian oral (45%). Karena toksisitasnya dapat
Y181C menimbulkan resistensi pada seluruh golongan meningkat akibat peningkatan bioavailabilitasnya setelah
NNRTI, sedangkan L1001, Y188C, dan G190A menimbul- diet tinggi-lemak, efavirenz harus dirninum dalarn keada-
kan resistensi terhadap nevirapin dan efavirenz. an lambung kosong. Kadar puncaknlra 4ulutrr plasrna ter-
Sebagai suatu golongan, agen NNRTI cenderung me- capai dalam 3-5 jam setelah pemberian dosis harian; kadar
nimbulkan keluhan saluran cerna dan ruam kulit dalam stabilnya dalam plasma tercapai dalam 6-10 hari. Efavi-
berbagai tingkatan. Sesekali, tirnbul ruam kulit yang sifat- renz pada prinsipnya dimetabolisme oleh CYP3A4 dan
nya berat (seperti sindrom Stevens-Johnson). Hal lain yang CYP2B6 menjadi metabolit terhidroksilasinya yang bidak
membatasi penggunaan agen NNRTI sebagai komponen aktif; sisanya dieliminasi melalui feses sebagai obat yang
HAART adalah metabolismenya oleh sistem CYP450, tidak mengalarni perubahan. Efavirenz sangat terikat pada
yang menimbulkan potensi interaksi antarobat yang albumin (-99%), dan kadarnya dalam cairan serebrospinal
sangat banyak (Tabel 49-3 dan 49-4). Semua agen NNRTI berkisar dar|O,3% hingga L,2% kadarnya dalam plasrna.
merupakan substrat CYP3A4 dan dapat berperan sebagai Efek simpang utatna efafirenz rnelibatkan sistem saraf
penginduksi (nevirapin), penghambat (delavirdin), atau pusat (pusing, mengantuk, insornnia, rryeri kepala, kebi-
campuran penginduksi-penghambat (efavirenz). Karena ngungan, amnesia, agitasi, delrsi, depresi, rnimpi buruk,
banyaknya obat non-HIV yang juga dimetabolisme rnelalui euforia); senuanva ir-ri dapat dialarni oleh (hnrgga) 50%
jalur ini (lihat Bab 4), diperkirakan akan terjadi interaksi pasien dan sifahrya dapat berat. Namun, keluhan ini
antarobat sehingga hal ini harus diwaspadai. cenderung membaik pada bulan pertama terapi. Ruam
kulit juga teryadi di awal terapi pada 28o/. pasien; derajat
DELAVIRDIN keparahannya biasanya ringan hingga sedang, dan biasa-
nya membaik meskipun obat diteruskan. Potensi efek
Delavirdin memiliki bioavailabilitas oral sekitar 85 o/o , tetapi
simpang lainnya melipuli mual, muntah, diare, kristaluria,
nilai ini menurun jika obat diberikan bersama antasid atau
peningkatan kadar enzirn hati, dan peningkatan kolesterol
penyekat Hr. Obat ini sangat terikat (-98'/.) pada protein
serum total sebesar 10-20%. Tingginya kelainan pada ja-
plasrna sehingga kadarr-rya rendah dalam cairan serebro-
nin dialami oleh ibu harnil yang terpajan efavirenz dalam
spinal.
dosis yang kira-kira setara dengan dosis manusia; beberapa
Ruam kulit dijumpai pada sekitar 18% penderita yang
kasus anomali kongenital dilaporkan terjadi pada ntanusia.
mendapat delavirdiru ruam kulit biasanya muncul pada 1-3
Oleh sebab itu, efavirenz tidak boleh diberikalr pada ibu
minggu pertama terapi dan tidak mencegah pernberian-
harnil, khususnya selanla trimester pertama.
nya kembali. Namun, rualn yang hebat seperti eritema
Efavirenz berfungsi sekaligus sebagai penginduksi
multiforme dan sindrom Stevens-Jolrnson jarang terjadi.
dan penghambat CYP3A4, sehingga menginduksi meta-
Efek simpang lain yang mungkin timbul meliputi nyeri
bolismenya sendiri dan berinteraksi dengan metabolisrne
kepala, kelelahan, mual, diare, dan peningkatan kadar
banyak obat (Tabel 49-3 dan49-4).
aminotransferase serum. Delavirdin terbukti teratogenik
pada tikus, yang menyebabkan defek sepbum ventrikel
dan malformasi lain pada dosis yang tampaknya tidak NEVIRAPIN
akan tercapai pada manusia. Oleh sebab itu, kehamilan Bioavailabilitas oral nevirapin sangat baik (-90%) dan
sebaiknya dihindari ketika menggunakan delavirdin. tidak bergantung pada makanan. Obat ini sangat lipofilik
Delavirdin dimetabolisme dalam jurnlah besar men- dan kadarnya dalam cairan serebrospinal mencapai 45%
jadi metabolit inaktif oleh enzim CYP3A dan CYP2D6 serta kadamya dalarn plasrna. Waktu-paruh serum adalah 25-
834 / BAB 4e

30 jam. Nevirapin dirnetabolisme dalam jumlah besar oleh Beberapa mutasi yang paling sering menirnbulkan resisten-
isoform CYP3A menjadi metabolit terhidroksilasi dan si terhadap sebagian besar, bahkan seluruh agen PI adalah
kemudian diekskresi, terutama melalui urine. Lt1I/R/v,M46t/L,I54v /M/L,vszA/F /T /5, dan I84V.
Selain kegunaannya sebagai komponen kombinasi Suatu sindrom redistribusi dan akumulasi lemak
regimen antiretroviral, nevirapin dosis tunggal (200 mg) tubuh yang menghasilkan obesitas sentral, penambahan
terbukti efektif mencegah penularan HIV dari ibu ke lemak dorsoservikal (buffalo hump), pelisutan (utasting) di
janin ketika diberikan pada ibu di awal persalinan, diikuti perifer dan wajah, pembesaran payudara, dan gambaran
dengan pemberian nevirapin oral 2 mg/kg kepada neo- cushingoid diamati pada pasien yang mendapatkan te-
natus dalam 3 hari pascapersalinan. Namury timbulnya re- rapi antiretrovirus. Kelainan ini rnungkin secara khusus
sistensi pascapemberian dosis tunggal telah dilaporkan. berkaitan dengan penggunaan PI, meskipun atazanavit
Ruam timbul pada sekitar 17% pasien, kebanyakan yang baru-baru ini mendapat lisensi tampaknya menjadi
dalarn 4-6 minggu pertama terapi, dan menyebabkan pem- pengecualian (lihat bawall). Peningkatan kadar higliserida
batasan dosis pada 7% pasien. Ketika memulai terapi, pe- dan LDL secara bersamaan, disertai intoleransi glukosa
ningkatan dosis secara bertahap selama 1.4hari dianjurkan dan resistensi insulin, juga dijumpai. Penyebabnya hingga
unfuk menurunkan insidens ruam. Perempuan mungkin saat ini belum diketahui.
memiliki kecenderungan lebih besar menderita ruam. Ruam Penghambat protease telah dikaitkan dengan pening-
kulit yang berat dan mengancam nyawa dilaporkan jarang katan perdarahan spontan pada pasien hemofilia A atau B.
terjadi, termasuk sindrom Stevens-Johnson dan nekrolisis Semua antiretrovirus PI merupakan substrat dan
epidermal toksik. Terapi nevirapin harus segera dihenti- penghambat CYP3A4; ritonavir merupakan obat dengan
kan pada penderita ruam hebat dan pada pasien dengan efek inhibitorik yang paling rnencolok dan sakuinavir de-
gejala konstitusional penyerta. Hepatotoksisitas terjadi ngan efek terkecil. Beberapa agen PI seperti amprenavir
pada sekitar 4% penderita dan tampaknya terjadi lebih dan ritonavir juga merupakan penginduksi beberapa iso-
sering pada penderita dengan hitung sel CD4 praterapi form CYP tertentu. Akibatnya, terdapat potensi interaksi
yang lebih tinggi (yakni, > 250 sel/rnm3 pada perempuan antarobat yang hebat dengan agen antiretrovirus lain
dan > 400 sel/mm3 pada laki-laki), pada perempuan, pada d-in obat lain 1'6ng biasa digunakan (Tabel 49-3 dan 49-4).
penderita ko-infeksi hepatitis B atau C. Hepatitis fuhninan Penting diperhatikan bahwa sifat ritonavir sebagai peng-
kadang terjadi, biasanya dalam 18 rninggu pertama terapi hambat CYP3A4 yang poten telah dimanfaatkan untuk
dan dapat berakibat fatal. Efek simpang lainnya terkait kepentingan klinis karena sifatnya "meningkatkan" kadar
terapi nevirapin meliputi demam, mual, nyeri kepala, dan agen PI lain ketika diberikan sebagai kombinasi.
somnolen.
Nevirapin merupakan penginduksi rhetabolisme AMPRENAVIR
CYP3A4 berderajat sedang dan menyebabkan penurunan Amprenavir cepat diserap dari saluran cerna dan dapat
kadar amprenavir, indinavir, lopinavir, sakuinavir, efavi- ditelan dengan atau tanpa makanan. Akan tetapi, ma-
renz, dan metadon jika diberikan bersarnaan (Tabel a9-\. kanan tinggilemak menurunkan penyerapannya sehing-
Obatyangmemicu sistem CYP3A, seperti tipranavir, rifam- ga harus dihindari. Waktu-paruturya dalarn plasma relatif
pirl rifabutin, dan tanaman St. John, dapat menurunkan lama (7-"10,6 jam). Amprenavir dimetabolisrne dalam hati
kadar nevirapin, sementara obat yang menghambat akti- oleh CYP3A4 dan harus digunakan dengan hahi-hati pada
vitas CYP3A, seperti flukonazol, ketokonazol, dan klari- insufisiensi hati.
tromisirL dapat meningkatkan kadar nevirapin. Mutasi penting yang memunculkan resistensi terhadap
amprenavir tampaknya adalah I50V. Ternuan yang ada
hingga saat ini menyatakan bahwa resistensi-silang dengan
PENGHAMBAT PROTEASE anggota lain dari golongan PI mungkin lebih jarang terjadi
Pada tahap akhir siklus pertumbuhan HIV, produk gen pada amprenavir ketimbang senyawa terdahulu.
Gag dan Gag-Pol ditranslasi menjadi poliprotein, yang se- Efek simpang amprenavir yang paling sering tirnbul
lanjutnya menjadi partikel imatur yang menonjol (budding). adalah mual, diare, muntah, parestesi perioral, depresi, dan
Protease bertanggung jawab membelah molekul prekursor ruam. Dari berbagai uji coba, sampai 3% pasien hingga saat
ini unfuk menghasilkan protein struktural akhir inti virion ini pernah menderita ruam (termasuk sindrom Stevens-
yang matang. Dengan mencegah pembelahan poliprotein Johnson) yang cukup berat sehingga obat tersebut harus
Gag-Pol, penghambat protease (PI) rnenghasilkan partikel dihentikan.
virus imatur yang tidak menular (Gambar 49-4). Sayang- Amprenavir sekaligus berperan sebagai penginduksi
nya, perubahan genotipik tertentu yang menghasilkan re- dan penghambat CYP3A4 dan dikontraindikasikan de-
sistensi fenotipik cukup sering dijumpai pada penggunaan ngan berbagai obat lainnya (Tabel 49-3 dan49-4). Larutan
agen-agen ini sehingga monoterapi menjadi kontraindikasi. oralnya, yang mengandung propilen glikol, dikontraindi-
OBAT ANTIVIRUS / 835

kasikan pada anak usia muda, ibu hamil, penderita gagal yang bergantung pada kadar obat mungkin juga dapat
ginjal atau hati, dan pada mereka yang mendapatkan terjadi pada pasien yang mendapat atazanavir pacla dosis
metronidazol atau disulfiram. Selain itu, larutan ampre- yang lebih besar dari 400 mg/hari atau jika digunakan
navir dan ritonavir oral tidak boleh diberikan secara ber- bersama penghambat CYP3A4, yakni klaritromisin.
samaan, karena propilen glikol yang terkandung dalam Sebagai penghambat CYP3A4 dan CYP2C9, penggu-
salah satu larutan dan etanol dalam larutan lainnya dapat naan atazanavir berpotensi besar menimbulkan interaksi
berkompetisi memperebutkan jalur metabolik yang sama, antarobat (lihat Tabel 49-3 dan 49-4). AUC atazanavit
dan menyebabkan akumulasi salah satunya. Karena larutan rata-rata menurun sebesar 76% iika dikombinasi dengan
oral juga mengandung vitamin E beberapa kali lebih besar omeprazol; karena itu, kombinasi ini harus dihindari.
daripada dosis harian yang dianjurkan, suplemen vitamin Selain itu, pemberian atazanavir bersama obat lain yang
E harus dihindari. Amprenavir dikontraindikasikan pada menghambat enzim glukuronidasi UGT1A1, seperti indi-
penderita dengan riwayat alergi sulfa karena amprenavir navir dan irinotekan, dikontraindikasikan karena merring-
itu sendiri adalah suatu sulfonamida. Lopinavir/ritonavir katkan toksisitasnya. Tenofovir dan efavirenz tidak boleh
tidak boleh diberikan bersama amprenavir karena terjadi diberikan bersama atazanavir kecuali ditambahkan rito-
penurunan pajanan amprenavir dan peningkatan pajanan navir untuk meningkatkan kadamya.
lopinavir. Dosis amprenavir sebaiknya ditingkatkan jika
diberikan bersama efavirenz (dengan atau tanpa Penam- FOSAMPRENAVIR
bahan ritonavir untuk meningkatkan kadarnya). Fosamprenavir merupakan prekursor obat arnprenavir
yang cepat dihidrolisis oleh enzim dalam epitel usus.
ATAZANAVIR Bentuk tabletnya dapat ditelan dengan atau tanpa ma-
kanan. Karena jumlah pil yang diminum tiap harinya
Atazanavir adalah azapeptida PI terbaru dengan sifat
lebih sedikit, tablet fosamprenavir telah menggantikan
farmakokinetik yang membuatnya dapat diberikan se-
kapsul amprenavir untuk orang dewasa. Semua sifat far-
kali-sehari. Bioavailabilitas oralnya sekitar 60-68%; obat
makokinetik dan farmakodinamiknya saina dengan am-
ini harus ditelan bersama makanan. Atazanavir me-
prenavir (lihat atas).
merlukan suasana asam unfuk pcnyerapannya dan me-
miliki kelarutan dalam air yang bergantung pH; karena
itu, obat ini sebaiknya diberikan secara terpisah dengan INDINAVIR
agen penurun asam setidaknya12iam. Atazanavir manlpu Indinavir harus di rninum pada keadaan lambung kosong
mempenetrasi cairan serebrospinal dan seminal. Wakru- agar penyerapannya maksirnal; nalnun, jika diberikan ber-
paruhnya dalam plasma adalah 6-7 jam, yang meningkat sama ritonavir, indinavir dapat digunakan tanpa memPer-
hingga sekitar 11 jam jika diberikan bersama dengan timbangkan pengaruh makanan. Bioavailabilitas oralnya
ritonavir. Jalur eliminasinya yang utama adalah melalui sekitar 65%, dan penetrasinya dalam cairan serebrospinal
empedu; atazanavir tidak boleh diberikan pada pasien tinggi (hingga76% kadar serurn). Waktu-paruhnya dalarn
insufisiensi hati berat. serum adalah 1,5-2 jarn. Ekskresinya terjadi terutana me-
Resistensi terhadap atazanavir terjadi akibat beberapa lalui fekal. Peningkatan AUC sebesar 60% dan peningkatan
mutasi PI termasuk substitusi I50L terbaru, yang menye- waktu-paruhnya hingga 2,8 jam pada keadaan insufisiensi
babkan peningkatan kerentanan terhadap PI lainnya' hati membuat dosisnya perlu ditumnkan.
Efek simpang tersering pada penderita yang mendapat Resistensinya mungkin diakibatkan oleh mutasi
atazanavir pada uji klinis meliputi mual, muntah, diare, multipel, khususnya pada posisi 46 dan 82, dan jumlah
nyeri abdomen, nyeri kepala, neuropaLi perifer, dan ruam perubal'ran kodonnya (khususnya substitusi) cenderung
kulit. Seperti indinavir, hiperbilirubinemia indirek dapat memperkirakan tingkat resistensi fenolipik. Resistensi ter-
muncul dengan ikterus hebat yang tampaknya disebab- hadap indinavir turut menyebabkan hilangnya kerentanan
kan oleh inhibisi enzim UGT1A1. Meskipun bilirubine- terhadap ritonavir.
mia tidak selalu dikaitkan dengan cedera hati, peningkatan Efek simpang indinavir yang paling sering adalah
kadar enzim hati juga telah diamati, biasanya pada pasien hiperbilirubinernia indirek dan nefrolitiasis akibat kris-
hepatitis B atau C. Berbeda dengan PI lainnya, atazanavr talisasi obat. Nefrolitiasis dapat timbul dalam hitungan
tampaknya tidak menyebabkan dislipidemia, redistribusi hari setelah terapi dimulai, dengan perkiraan insidens
lemak, atau sindrom metabolik. Atazanavir dapat menye- sebesar 10-20"k, dan nefrolitiasis dapat menyebabkan ga-
babkan pemanjangan interval PR elektrokardiografik, gal ginjal. Asupan air setidaknya 48 oz tiap hari penting
yang biasanya tidak berakibat apa-apa (inkonsekuensial) untuk menjaga hidrasi yang adekuat dan mencegah ne-
tetapi dapat dieksaserbasi oleh agen penyebab lainnya se- frolitiasis. Terjadinya trombositopenia, peningkatan kadar
perti penyekat kanal kalsium. Pemanjangan interval QT. aminotransferase serum, mual, diare, dan iritabilitas juga
836 I BAB 49

telah dilaporkan. Resistensi insulin mungkin lebih sering secara khusus dengan resistensi fenoLipik pada isolat yang
ditimbulkan oleh indinavir daripada agen PI lainnya, dan didapat dari uji klinis.
hal ini terjadi pada 3-5% pasien. Terdapat juga kasus ane- Efek simpang nelfinavir yang paling sering terjadi
mia hemolitik akut yang langka. Pada tikus, indirravir meliputi diare dan flatulens. Diare sering berespons ter-
dalam dosis tinggi menyebabkan adenoma tiroid. hadap antidiare tetapi dapat membatasi dosis pernberian
Karena indinavir merupakan penghambat CYP3A4, nelfinavir. Seperti PI lainnya, nelfinavir merupakan peng-
dapat terjadi banyak interaksi obat yang rumit (Tabel 49-3 hambat sistem CYP3A sehingga dapat menimbulkan
dan 49-4). Kombinasinya dengan ritonavir (penguatan) interaksi obat rnullipel (Tabel 49-3 dan 49-4). Dosis nelfi-
membuat obat ini dapat diberikan dengan dosis dua kali navir sebaiknya ditingkatkan jika diberikan bersarna rifa-
sehari ketimbang tiga kali sehari. Dengan kombinasi ini, butin (dosis rifabutin telah diturunkan), sedangkan dosis
restriksi makanan yang terkait dengan penggunaan indi- sakuinavir sebaiknya diturunkan jika diberikan bersama
navir tidak diperlukan lagi. Namun, potensi nefrolitiasis nelfinavir. Nelfinavir memiliki profil farrnakokinetik dan
akibat penggunaan kombinasi ini meningkat jika diban- keamanan yang lebih menguntungkan bagi ibu harnil
dingkan dengan penggunaan irrdinavir saja; jadi, asupan daripada PI lainnya (Tabel 49-5).
cairan yang banyak (1,5-2L/hari) dianjurkan.
RITONAVIR
LOPINAVIR/RITONAVIR
Ritonavir adalah penghambat protease HIV-1 darr HIV-2
Lopinavir 100/ritonavir 400 adalah kombinasi terdaftar dengan bioavailabilitas tinggi (sekitar 75%) yang rnening-
yang rnengandung ritonavir dalam dosis subterapeutik kat jika obat tersebut diberikan bersarna makanan. Meta-
untuk menghambat metabolisrne lopinavir yang diperan- bolismenya rnenjadi metabolit aktif terjadi rnelalui isoform
tarai-CYP3A sehingga rnenyebabkan peningkatan pajan- CYP3A dan CYP2D6; ekskresinya terutama melalui feses.
an lopinavir. Kadar palung (trough) lopinavir lebih besar Berhati-hatilal-r ketika memberikan obat ini kepada orang
daripada kadar inhibitorik 50% median HIY-1. zuild-type yang fungsi hatinya terganggu.
sehingga memiliki efek penekan virus yang kuat serta Resistensi disebabkan oleh mutasi pada posisi 84,82,
rnenjadi penghalang farmakologik terhadap munculnya 77,63, dan 46; dart semuanya ini, mutasi I84V tampaknya
resistensi. Oleh sebab itu, dalam kombinasi ini, ritonavir
adalah mutasi vang terpenting.
lebih berperan sebagai penguat fannakokinetik ketirn- Efek simpang ritonavir 1'ang tersering adalah gang-
bang agen antiretroviral. Selain meningkatkan kepatuhan guan gastrointersinal, parestesi (sirkumoral dar-r perifer),
pasien akibat menurunnya beban minum pil, lopinavir/ peningkatar-r kadar serum aminotransferase, perubahan
ritonavir umumnya ditoleransi dengan baik. rasa, dan hipertrigliseridemia. Mual, muntah, dan nyeri
Penyerapan lopinavir meningkat dengan makanan. abdomen biasanya terjadi pada rninggu pertama terapi.
Larutan oralnya mengandung alkohol. Lopinavir dimeta- Peningkatan dosis sebaiknya clilakukan secara perlahan
bolisme dalam jurnlah besar oleh isozim CYP3A sistern selama 4-5 hari untuk rnenurunkan efek sampingnya
sitokrom P450 hati, yang dihambat oleh ritonavir. Kadar yang membatasi dosis. Adenorna dan karsinoma hati telah
Iopinavir dalam serum dapat rneningkat pada pasien terinduksi pada tikus jantan yang mendapatkan ritonavir;
dengan gangguan hati.
efek yang sama tidak diternukan hingga saat ini pada
Efek simpang lopinavir yang paling umurn adalah tnanusia.
diare, nyeri abdomen, mual, muntall, dan astenia. Po- Ritonavir merupakan pengl"rambat kuat CYP3A4; oleh
tensi timbulnya interaksi antarobat sangatlal-r besar (lihat sebab itu, pemberiannya bersama agen yang dimetabo-
ritonavir dan Tabel 49-3 dan 49-4). Dosis lopinavir/ritona- lisme dalam jurnlah besar oleh CYP3A harus dilakukan
vir sebaiknya ditambah jika diberikan bersama efavirenz dengan hati-hati (Tabel 49-3 dan 49-4). Selain itu, kadar
atau nevirapin/ yang menginduksi rnetabolisrne lopinavir. terapeutik digoksin dan teofilin harus dipantau ketika
Lopinavir jangan diberikan bersama fosarnprenavir ka- diberikan bersanra ritonavir karena kadar kedua obat ter-
rena meningkatkan pajanan terhadap lopinavir dan rnenu-
sebut clapat meningkat. Akan tetapi, sifat ritorravir yang
runkan kadar amprerravir. rnenghanlbat CYP3A4 telah dimanfaatkan untuk mening-
katkan konsentrasi palung dan memperpanjang waktu-
NELFINAVIR paruh agen PI yang lebih kuat namun kurang toksik. Oleh
Absorpsi nelfinavir lebih baik ketika seseorang telah sebab itu, ritonavir dalarn dosis yang lebih rendah dari-
makan (meningkatkan AUC sebanyak dua atau tiga kali pada doses terapeutik sering diberikan dalam kornbinasi
lipat). Nelfinavir dimetabolisme oleh CYP3A dan dieks- dengan agen seperti lopinavir, indinavir, atau amprenavir
kresi terutarna di feses. Waktu-parulurya dalarn plasrna untuk menurunkan risiko resistensi dengan n'reningkat-
manusia 3,5-5 jam. Mutasi D30N tampaknya terkait erat kan waktu pajanan obat. Lebih lanjut, waktu-paruhnya
OBAT ANTIVIRUS I 837
yang lebih panjang membuat agen PI lain tersebut oleh sistem mikrosomal hati. Tipranavir harus digunakan
dapat diberikan lebih jarang sehingga meningkatkan dalam kombinasi dengan ritonavir untuk mencapai kadar
kepatuhan. serum yang efektii dan obat ini dikontraindikasikan pada
pasien insufisiensi hati. Tipranavir mengandung gugus
SAKUINAVIR sulfonamida dan tidak boleh diberikan pada pasien yang
Dalam bentuk aslinya sebagai kapsul gel keras (sakui- alergi terhadap sulfa.
navir-H; Invirase), bioavailabilitas sakuinavir oral buruk Efek simpangnya yang paling lazirn adalah diare,
(hanya sekitar 4% setelah makan). OIeh sebab itu, sakui- rnual, muntah, nyeri perut, dan ruami ruam lebih sering
navir banyak diganti dalam penggunaan klinis dengan dialami kaum perempuan. Toksisitas hati, termasuk de-
bentuk kapsul gel lunaknya (sakuinavir-S; Fortovase); kompensasi hati yang mernbahayakan jiwa, telah diarnati
pada bentuk lunaknya, absorpsi sakuinavir rneningkat dan lebih sering dijurnpai pada pasien hepatitis B atau C
sekitar tiga kali lipat. Narnun, reforrnulasi sakuinavir-H kronik. Pada 2006, ditambahkan peringatan dalam kotak
untuk pemberian sekali sehari dalan-r kornbinasi dengan hitam yang menerangkan kernungkinan peningkatan per-
ritonavir dosis-rendah (lihat bawah) rneningkatkan efi- darahan intrakranial pada pasien yang menggunakan ti-
kasi antiviralnya dan menurunkan efek samping saluran pranavir. Potensi efek sirnpang laimrya rneliputi depresi;
cema yang biasa timbul dengan sakuinavir-S. Lebih peningkatan kolesterol total, trigliserida, dan arnilase; dan
lanjut, pemberian bersama sakuinavir-H dengan ritonavir penurunan hitung sel darah putih.
rnenghasilkan kadar sakuinavir dalam darah yang serupa Tipranavir menghambat sekaligus menginduksi sistem
dengan kadar yang dicapai oleh sakuinavir-S sehingga CYP3A4. Ketika digunakan dalarn kombinasi dengan rito-
keuntungan didapat dari intbraksi farmakokinetik kedua navir, efek bersihnya berupa penghanrbatan. Tipranavir
agen tersebut, Para produsen obat mengumumkan rencana
juga menginduksi transporter P-glikoprotein sehingga
untuk menghentikan pembuatan sakuinavir-S pada awal dapat mengubah distribusi banyak obat lain (lihat Tabel
2006. 49-4). Pemberian tipranavir bersanra amprenavir atau
Mutasi penting yang paling sering rnenirnbulkan resis- sakuinavir harus dihindari karena menurunnya kadar
tensi adalah L90M dan G48V, yang rnenimbulkan penu- amprenavir atau sakuinavir dalam darah.
runan kerentanan terhadap sakuinavir sekitar 10 kali lipat.
Kedua bentuk sediaan sakuinavir sebaiknya diminum
dalam waktu 2 jam setelah makan makanan berlemak
PENGHAMBAT FUSI-
untuk meningkatkan penyerapannya. Sakuinavir memiliki ENFUVIRTID
volume distribusi yang besar, tetapi penetrasinya ke dalam Enfuvirtid (dulu dinarnakan T-20) merupakan wakil per-
cairan serebrospinal amat kecil. Waktu-paruh eliminasinya tama golongan antiretroviral terbaru: Enfuvirtid adalah
12 jam. Ekskresinya terutama terjadi di feses. Efek simpang penghambat fusi yang menyekat jalan masuk ke dalam
yang dilaporkan meliputi keluhan saluran cerna (r,rual, sel (Garnbar 49-4). Enfuvirtid, suatu peptida sintetik yang
diare, keluhan perut, dispepsia; semual'lya ini lebih sering terdiri atas 36 asam-amino, berikatan dengan subunit gp41
terjadi pada penggunaan sakuinavir-S) dan rinitis. glikoprotein kapsul virus, yang mencegah perubahan
Sakuinavir mengalami rnetabolisme lintas-pertama konformasi yang dibutuhkan untuk fusi virus dan mem-
yang eksbensif oleh CYP3A4, dan berfungsi sebagai bran sel. Enfuvirtid harus diberikan melalui suntikan
penghambat serta substrat CYP3A4; dengan demikian, subkutan. Metabolismenya tampaknya terjadi rnelalui
sakuinavir sebaiknya digunakan secara hati-l'rati dalam hidrolisis proteolitik tanpa keterlibatan sistem CYP450.
hal interaksi antarobatnya dengan Pl lainnya (Tabel 49- ). lVaktu-paruh eliminasinya adalah 3,8 jarn.
Pemberiannya bersama penghambat CYP3A4 ritonavir cli- Resistensi terhadap enfuvirbid dapat terjadi, dan fre-
manfaatkan oleh para klinisi karena kadar sakuinavir yang kuensi serta mekanisme terjadinya fenomena ini sedang
dicapai lebih tinggi-sehingga lebih efektif-sementara diteliti. Namun, enfuvirtid tidak memiliki resistensi-silang
dosis harian dan frekuensinya dapat diturunkan. Dosis terhadap golongan antiretroviral lain yang saat ini ter-
sakuinavir sebaiknya diturunkan jika diberikan bersama daftar.
nelfinavir. Uji fungsi hati harus dipantau jika sakuinavir Efek sirnpang terapi enfuvirtid yang paling sering ter-
diberikan bersama delavirdin atau rifampin. jadi adalah reaksi setempat pada lokasi penyuntikan.
Reaksi hipersensitivitas jarang terjadi, derajat keparah-
TIPRANAVIR annya bervariasi, dan dapat muncul kembali jika obat
Tipranavir merupakan PI lain yang lebih baru. Bioavai- diberikan. Eosinofilia juga pernah terjadi. Tidak dijumpai
labilitasnya buruk tetapi meningkat jika diberikan ber- adar-rya interaksi yang rnemerlukan pengubahan dosis obat
sama makanan tinggi-lemak. Obat ini dirnetabolisrne ar-rtiretroviral lain.
838 / BAB 49

AGEN ANTIRETROVIRAL YANG tubulus sedemikian rupa sehingga zat ini tidak terdeteksi
di sirkulasi sistemis. Metabolismenya di hati dan ekskresi-
SEDANG DITELITI nya di empedu dianggap merupakan jalur minor.
Saat ini, kita sedang mencari terapi baru yang menawar- Interferon alfa-2a pegylated dan interferon alfa-2b pegy-
kan pemberian dosis yang nyaman, insidens efek simpang Iated baru-baru ini diperkenalkan untuk terapi penderita
yang lebih kecil, target viral baru, dan aktif terhadap virus infeksi HBV dan HCV. Pembersihan agen-agen ini yang
yang resisten, Agen-agen yang sedang dievaluasi atau di- lebih lambat menghasilkan waktu-paruh terminal yang le-
reformulasi agar dapat diberikan sekali sehari meliputi bih lama secara signifikan dan konsentrasi obat yang lebih
stavudin dan nevirapin. Agen baru yang saat ini berada stabil sehingga dapat diberikan lebih jarang. Eliminasi di
dalam pengembangan klinis tahap lanjut meliputi agen ginjal berperan dalam 30% bersihan obat ini, dan bersihan
NRTI elvucitabine, agen NNRTI TMC-125 danTMC-278, berkurang sekitar separuh pada orang dengan gangguan
agen PI TMC-114* dan GSK-640385, penghambat ko- fungsi ginjal; karena itu, dosisnya harus disesuaikan.
reseptor kemokin untuk menyekat rnasuknya virus seperti Pada penderita infeksi HBV kronik, meta-analisis
maraviroc. Selain itu, golongan obat baru seperti peng- terhadapuji klinis terbaru menunjukkan bahwa terapi
hambat maturasi dan penghambat integrase masih berada dengan interferon alfa rnenyebabkan lebih tingginya insi-
dalam penelitian. dens serokonversi antigen e hepatitis (HBeAg) dar"r tidak
terdeteksinya kadar DNA HBV ketimbang plasebo. Pe-
#*,tli) nanrbahan gugus pegylated leblh lanjut menambah pro-
W IV. AGEN ANTIHEPATITIS porsi pasien yang mengalami serokonversi HBeAg (-30%)
dan penurunan sekitar 4 log copies/ mL (99,99y") pada DNA
HBV setelah 1 tahun. Uji coba interferon alfa pegylated
Saat ini, tersedia beberapa agen yang efektif terhadap
pada infeksi HCV kronik dibahas di bawah ini.
virus hepatitis B (HBV) dan virus hepatitis C (HCV) (Tabel
Efek samping interferon alfa yang sering timbul me-
49-6). Meskipun terapinya lebih bersifat supresif ketim-
liputi sindrom seperti flu (nyeri kepala, demam, meng-
bang kuratif, tingginya prevalensi infeksi ini di seluruh
gigil, mialgia, dan rnalaise) yang terjadi dalam 6 jam
dunia, bersama morbiditas dan mortalitasnya, mellcer-
setelah pemberiannya pada lebih dari 30% pasien selama
minkan perlunya perbaikan terapi.
minggu pertama terapi dan cenderung membaik setelah
pemberiannya berlanjut. Peningkatan transien kadar
INTERFERON ALFA enzirn hati dapat terjadi pada 8-'12 minggu pertama terapi
Interferon adalah sitokin pejamu yang memiliki efek anti- dan tampak lebih sering terjadi pada pasien yang beres-
virus, imunomodulator, dan antiproliferatif (lihat Bab 56). pons terhadapnya. Potensi efek simpang selama terapi
Interferon (IFN)-alfa tampaknya berfungsi menginduksi kronik meliputi neurotoksisitas (gangguan mood, depresi,
sinyal intrasel setelah berikatan dengan reseptor membran somnolen, kebingungan, kejang), mielosupresi, kelelahan
sel tertentu sehingga menghambat penetrasi, translasi, yang nyata, penurunan berat badan, ruam, batuk, mial-
transkripsi, pernrosesan protein, maturasi, dan pelepasan gia, alopesia, tinitus, tuli reversibel, retinopati, pneumo-
virus, serta meningkatkan ekspresi antigen kompleks his- nitis, dan kemungkinan kardiotoksisitas. Induksi auto-
tokompatibilitas mayo, meningkatkan aktivitas fagositik antibodi dapat terjadi, yang menyebabkan eksaserbasi
makrofag, dan augmentasi proliferasi dan kesintasan sel T atau unmasking penyakit autoimun atau tiroid. Molekul
sitotoksik. polietilen glikol adalah suatu polimer nontoksik yang cepat
Sediaan interferon alfa suntik tersedia untuk terapi diekskresi ke dalam urine.
infeksi virus HBV dan HCV (Tabel 49-6). Interferon alfa- Kontraindikasi terhadap terapi interferon alfa meli-
2a dan interferon alfa-2b dapat diberikan subkutan atau puti dekompensasi hati, penyakit autoimun, dan riwa-
intramuskular, sementara interferon alfacon-1 diberikan yat aritmia jantung. Pemberian obat ini sebaiknya di-
subkutan. Waktu-paruh eliminasinya adalah 2-5 jam un- lakukan secara hati-hati jika terdapat penyakit psikiatri,
tuk interferon alfa-2a dan -2b, bergantung pada jalur epilepsi, penyakit tiroid, penyakit jantung iskemik,
pemberiannya. Waktu-paruh interferon alfacon-1 pada insufisiensi ginjal berat, dan sitopenia. Interferon alfa
penderita hepatitis C kronik berkisar dari 6 jam hingga 10 merupakan abortifasien pada primata dan tidak boleh
jam. Interferon alfa disaring di glomeruli dan menjalani diberikan pada kehamilan. Potensi interaksi antarobat
degradasi proteolitik cepat sewaktu proses reabsorpsi di meliputi peningkatan kadar teofilin dan metadon. Terapi
kombinasi dengan agen NRTI dapat menyebabkan gagal
hati; khususnya, pemberiannya bersama didanosin tidak
TMC-114 terdaftar sebagai, darunavir di AS pada tahun 2006; obat ini
diberikan bersama ritonavir pada pasien yang telah banyak mendapat
dianjurkan. Pemberiannya bersama zidovudin dapat
terapi dan resisten terhadap PI lain (Tabel 49-3). mengeksaserbasi sitopenia.
OBAT ANTIVIRUS I 839

Tabel 49-6. Obat dalam terapi hepatitis virus.


Jalur Pemberian, :

Hepatitis B
Lamivudinel Hepatitis B kronik 100 mg sekali sehari Oral

Adefovirt Hepatitis B kronik 10 mg sekali sehari Oral

Entecavi r1 Hepatitis B kronik 0,5-1 mg sekali sehari Oral

lnterferon alfa-2b Hepatitis B kronik 5 juta unit sekali sehari atau 10 juta unit tiga kali Subkutan atau
intramuskular
:.9ri19_9.Y.
Hepatitis C
lnterferon alfa-2a Hepatitis C kronik 18 mcg sekali seminggu dengan ribavirin atau 180 Subkutan

lnterferon alfa-2b Hepatitis C kronik 1,5 mcg/kg sekali seminggu dengan ribavirin atau Subkutan

Ribavirin2 Hepatitis C kronik 800-1200 mg tiap hari, menurut berat badan Oral

lnterferon alfa-2b1 Hepatitis C akut 5juta unit sekali sehari selama 3-4 minggu, Subkutan atau
kemudian 5 juta unit tiga kali seminggu intramusku lar

lnterferon alfa-2a' Hepatitis C kronik 3 juta unit tiga kali seminggu 5ubkutan atau
i ntram usku lar

lnterferon alfa-2b1 Hepatitis C kronik 3 juta unit tiga kali seminggu Subkutan atau
i ntra m usku lar

lnterferon alfacon-1 Hepatitis C kronik 9-15 mcg tiga kali seminggu sebagai monoterapi Subkutan
rDosis harus diturunkan pada pasien insufisiensi ginjal.

'?Tidak dianjurkan sebagai monoterapi.

konsensus terkini untuk terapi pada pasien yang terinfeksi


TERAPI INFEKSI VIRUS HBV sekaligus HIV-1. Agen ar-rtiherpes famsiklovir juga
HEPATITIS B rnemiliki aktivitas antiHBV, tetapi aktivitas ini relatif le-
Titik sasaran dari efikasi obat dalam uji klinis infeksi virus mah dan memerlukan pernberian tiga kali sehari. Karena
hepatitis B adalah serokonversi HBeAg dari positif ke agen NRTI dapat digunakan pada pasien yang rnengalami
negatif dan supresi DNA HBV ke kadar yang tidak dapat koinfeksi hepatitis B dan HIV, perlu diingat bahwa dapat
terdeteksi. Titik akhir ini berkorelasi dengan perbaikan terjadi eksaserbasi akut hepatitis setelah pemberian obat
penyakit nekroinflamatorik, penurunan risiko karsinoma dihentikan.
hepatoselular dan sirosis, dan penurunan kebutuhan akan
transplantasi hafi. Akan tetapi, karena terapi saat ini lebih
LAMIVUDIN
menekan replikasi HBV ketimbang mengeradikasinya,
respons awalnya rnungkin tidak bertahan lama' DNA Farrnakokinetik lamivudin dijelaskan iebih awal dalarn
sirkular yang tertqtup secara kovalen (coualently closed bab ini (lihat hal 830). Waktu-paruh intrasel yang lebih
circular, ccc) banyak terdapat dalam bentuk stabilnya lama dalam Lurunan sel HBV (17-'19 iam) ketimbang
dalam sel, menjadi reservoir HBV di separlang rnasa hidup dalam turunan sel yang terinfeksi HIV (10,5-15,5 jarn)
sel dan menimbulkan kemampuan untuk melakukan re- memungkinkan pernberian dosis yang lebil-r rendah dan
aktivasi. Relaps lebih sering dialami pasien yang neng- pemberiarr yang lebih jarang. Larnivudin dapat dengan
alarni koinfeksi HBV dan virus hepatitis D. aman diberikan pada penderita dekompensasi hati.
Mulai 2006, terdapat tiga analog nukleosida/nukleo- Lamivudin menghambat DNA polimerase HBV dan
tida dan dua obat interferon suntik di Amerika Serikat rezterse transcriptase HIY rnelalui kompetisi dengan deok-
untuk terapi infeksi HBV kronik. Meskipun tiga antiret- sisitidin trifosfat untuk bergabung dengan DNA virus,
roviral NRTI terkini (emtrisitabin, lamivudin, dan teno- yang rnenyebabkan terminasi rantai. Lamivudin mengu-
fovir) memiliki aktivitas kuat terhadap HBV, hanva la- rangi replikasi virus sebesar 3-4 log pada kebanyakan
mivudin yang disetujui untuk terapi klinis. Meskipun pasien dan menekan DNA HBV ke tingkat yang tidak dapat
belurn disetujui FDA, tenofovir dianjurkan oleh panduan dideteksi pada sekitar 44% pasien. Serokotrversi HBeAg
840 / BAB 49

dari positif menjadi negatif terjadi pada sekitar 17% pasien Adefovir dipivoksil ditoleransi dengan baik. Nefrotok-
dan bertahan selama 3 tahun pada sekitar 70% responden. sisitas yang bergantung pada dosis diamati pada uji klinis
Terapi bersinambungan selama 4-8 bulan setelah sero- dan bermanifestasi sebagai peningkatan kreatinin serum
konversi dapat meningkatkan periode ketahanan respons. disertai penurunan fosfor serum dan lebih sering terjadi
Respons pada pasien dengan HBeAg-negatif awalnya pada pasien dengan dasar insufisiensi ginjal. Kemungkinan
tinggi tetapi jarang bertahan lama. efek simpang lainnya meliputi nyeri kepala, diare, astenia,
Terapi lamivudin jangka-panyang pada penderita he- dan nyeri perut. Seperti agen NRTI lain, asidosis laktat dan
patitis dapat sangat dibatasi dengan munculnya isolat steatosis hepatik dianggap sebagai risiko akibat disfungsi
HBV yang resistenJamivudin (misalnya, akibat mutasi mitokondria. Adefovir bersifat embriotoksik pada tikus.
YMDD). Resistensinya dikaitkan dengan rnunculnya flare
hepatitis dan penyakit hati progresif. Resistensi-silang ENTEKAVIR
autara lamivudin dan emtrisitabin atau entekavir dapat
terjadi; akan tetapi, resistensi-silang antara lamivudin dan Entekavir adalah analog nukleosida guanosin per oral
adefovir belum pernah dilaporkan. (Gambar 49-2) yang secara kompetitif menghambat ketiga
Pada dosis yang digunakan untuk infeksi HBV, lami- fungsi DNA polimerase HBV, termasuk base printing,
vudin memiliki profil keamanan yang sangat baik. Nyeri transkripsi terbalik untai negatif, dan sintesis untai positif
kepala, mual, dan pusing jarang terjadi. Koinfeksi dengan DNA HBV. Bioavailabilitas oralnya mencapai 100% tetapi
HIV dapat meningkatkan risiko pankreatitis. Tidak ada menurun oleh makanan; karena itu, entekavir harus di-
laporan mengenai temuan toksisitas mitokondrial. minum dalam keadaan lambung kosong. Waktu-paruh
senyawa terfosforilasi aktif dalarn sel adalah 15 jam.
ADEFOVIR DIPIVOKSIL Senyawa ini diekskresi melalui ginjal, setelah menjalani
filtrasi glomerulus dan sekresi tubulus.
Walaupun awalnya dikembangkan secara tidak sernpurna
Pembandingannya dengan lamivudin pada penderita
untuk terapi infeksi HIV, penggunaan adefovir dipivoksil
infeksi HBV kronik menunjukkan angka serokonversi
disetujui dalam dosis yang lebil, rendah dan kurang toksik
HBeAg vang serupa tetapi angka supresi DNA virus HBV
untuk terapi infeksi HBV. Adefovir dipivoksil adalah pre-
kursor obat diester dari adefovir, suatu analog nukleo- 1'ang lebih tirrggi pada penggunaan entekavir, normalisasi
kadar alanin aminolransferase dalam serum, dan perbaik-
tida adenin terfosfonasi asiklik (Gambar 49-2). Senyawa
an gambararr histologis dalam hati. Tidak terjadi resistensi
ini terfosforilasi oleh kinase sel rnenjadi metabolit difosfat
primer setelah penggunaan entekavir sampai 48 minggu.
aktif dan kemudian secara kompetitif rnenghambat DNA
Namun, tirnbul penurunan kerentanan terhadap enteka-
polimerase HBV, yang menyebabkan terminasi rantai se-
vir terkait resistensi lamivudin. Adefovir tetap memiliki
telah bergabung dengan DNA virus. Baru-baru ini, mutan
aktivitas terhadap galur yang resisten terhadap entekavir.
HBV yang terjadi secara alami (primer) dan resisten ter-
Entekavir ditoleransi dengan baik. Efek simpang yang
hadap adefovir telah ditemukan, yakni rt233.
dilaporkan paling sering terjadi adalah nyeri kepala, ke-
Bioavailabilitas oralnya sekitar 59"/o dan tidak dipeng-
lelahan, pusing, dan mual. Adenoma dan karsinoma paru
aruhi oleh makanan. Wakfu-paruh eliminasi terminalnya
pada tikus, adenoma dan karsinoma hati pada tikus dan
sekitar 7,5 jam. Adefovir diekskresi oleh kornbinasi fil-
mencit, tumor vaskular pada mencit, dan glioma otak
trasi glomerulus dan sekresi tubulus aktif sehingga dapat
dan fibroma kulit pada tikus telah diamati pada berbagai
diberikan pada penderita dekompensasi hati.
tingkat pajanan. Pemberian entekavir bersama obat yang
Uji plasebo terkontrol baru-baru ini menunjukkan rnenurunkan fungsi ginjal atau berkompetisi dengan sek-
bahwa adefovir,menyebabkan penurunan salinan DNA
resi tubulus aktif dapat meningkatkan kadar serum en-
HBV/mL rerata sebesar 3,5 log, normalisasi aspartat ami-
tekavir atau obat yang diberikan bersama tersebut.
notransferase pada 48%-72% pasiery dan perbaikar-r his-
tologi hati dan fibrosis hati pada 537"-64% pasien dalam
48 minggu. Terapi yang lebih Iarna lebih meningkatkan
AGEN YANG SEDANG DITELITI
angka respons, dengan serokonversi anti-HBeAg pada Senyawa yang sedang berada dalam tahap lanjut perkem-
23% dalam 72 minggu dan peningkatan inflarnasi dan fib- bangan klinis untuk terapi pasien infeksi HBV meliputi
rosis saat dilakukan biopsi hati dalam 5 tahun. Meskipun analog nukleosida/nukleotida clevudine, telbivudine, val-
jarang muncul, resistensi selama terapi (-4% setelah 3 tahun torcitabine, dan alamifovir, serta modulator imunologis
penggunaan), mutasi spesifik dikaitkan dengan rebound timosin alfa--|, agen yang rnernfasilitasi ambilan oleh hati
virus. Tidak terdapat resistensi-silang antara adefovir dan dengan menggunakan konjugasi terhadap ligan, dan se-
lamivudin. nyawa yang menghambat RNA.
OBAT ANTIVIRUS I 841
Bukti menunjukkan bahwa dosis ribavirin yang lebih
TERAPI INFEKSI HEPATITIS C tinggi (> 10,6 rng/kg) dan durasi terapinya yang lebih
Tujuan utama terapi pasien infeksi HCV adalah eradikasi lama, dalam bentuk kombinasi dengan salah satu interfe-
virus. Pada uji klinis, titik akhir efikasi yang utama biasanya ron alfa, dapat meningkatkan respolls. Hal tersebut diim-
adalah tercapainya respons virus yang bertahan lama bangi dengan kemungkinan toksisitasnya yang lebih
(sustained oiral response, SVR), yang didefinisikan sebagai tinggi. Anemia hemolitik yang bergantung-dosis terjadi
tidak terdeteksinya viremia selama 6 bulan setelah terapi pada 10-20% pasien. Potensi efek simpang lainnya meli-
selesai. SVR terkait dengan perbaikan histologi hati dan puti depresi, kelelal'ran, iritabilitas, ruam, batuk, insomnia,
penurunan risiko karsinoma hepatoselular dan terkadang mual, dan pruriLus. Kontraindikasi terhadap terapi ri-
juga dengan regresi sirosis. Relaps lanjut terjadi pada bavirin rneliputi anemia tak terkoreksi, gagal ginjal tahap-
kurang dari5% pasien yang mencapai SVR. akhir, penyakit vaskular iskemik, dan kehamilan. Ribavirin
Pada hepatitis C akut, laju bersihan virus tanpa terapi bersifat teratogenik dan ernbriotoksik pada binatang serta
diperkirakan mencapai "15-30%. Pada satu sludi (tak ter- bersifat mutagenik pada sel mamalia. Pasien yang terpajan
kontrol), terapi infeksi akut dengan interferon alfa-2b, dengan obat ini sebaiknya tidak memiliki anak setidaknya
dalam dosis yang lebih tinggi dari dosis yang digunakan 6 bulan setelal-rnya.
pada hepatitis C kronik $abel 49-6), menimbulkan laju
bersihan sebesar 95% yang bertahan lama selarna 6 bulan. AGEN YANG SEDANG DITELITI
Oleh sebab itu, jika pemeriksaan RNA HCV menunjukkan
Agen yang sedang diteliti untuk terapi infeksi HCV meli-
viremia yang persisten 12 minggu setelah serokonversi
awal, terapi antivirus sebaiknya diberikan.
puti pengharnbat RNA polimerase HCV seperti valopi-
Standar terapi terkini pada penderita infeksi HCV citabine, analog nukleosida isatoribine dan viramidine,
antibodi monoklonal terhadap glikoprotein, beberapa jenis
kronik adalah interferon alfa pegylated sekali seminggu
interferon baru, congener ribavirin, PI, dan irnunornodula-
yang dikombinasi dengan ribavirin oral harian. Interferon
tor timosin alfa-l.
alfa-Za dan -2b pegylated telah menggantikan interferon
alfa yang tidak diubah karena efikasinya yang lebih baik
.. .. ". ::.1:: . : '
dalam kombinasi dengan ribavirin, tanpa tnetnpertim-
bangkan genotipenya. Terapi kolnbinasi dengan ribavi- ]]] V. AGEN AhITI.INFLUENZA
rin oral juga secara nyata lebih efektif daripada monote-
rapi dengan interferon atau ribavirin saja. Oleh sebab Galur virus inlluenza dikelompokkan menurut protein
itu, monoterapi dengan interferon alfa pegylated hanya intinya (A, B, atau C), spesies asal (burung, babi), dan lokasi
dianjurkan pada pasien yang tidak dapat menoleransi ri- geografik isolasinya. hrfluenza A, satu-satunya galur yang
bavirin. Faktor yang menyebabkan baiknya respons ter- menyebabkan pandemi, dikelompokkan menjadi subtipe
hadap terapi meliputi HCV genotipe 2 atau 3, ketiadaan 16 H (hemagglutinin) dan 9 N (neuraminidase) yang di-
gambaran sirosis pada biopsi hati, dan rendahnya kadar kenal berdasarkan protein permukaan. Meskipun virus
RNA HCV praterapi. influenza B biasanya hanya menginfeksi manusia, virus
influenza A dapat menginfeksi beragam binatang pejamu.
RIBAVIRIN Subtipe influenza A terkini yang beredar di antara manusia
Ribavirin adalah analog guanosin yang difosforilasi dalarn di seluruh dunia meliputi H1N1, H1NZ dan H3N2. Lima
sel oleh enzim sel pejamu. Meskipun mekanisrne kerja- belas sublipe diketahui menginfeksi burung, yang men-
nya belum sepenuhnya jelas, ribavirin tampaknya meng- jadi reservoir yang tersebar luas. Meskipun subtipe avian
ganggu sintesis guanosin trifosfat, menghambat capping influenza biasanya sangat spesifik unhlk setiap spesies, pa-
RNA perantara virus, dan mengharnbat polimerase yang da kejadian yang langka, subtipe ini rnelintasi sawar spe-
bergantung-RNA pada virus tertentu. Ribavirin trifosfat sies untuk menginfeksi rnanusia dan kucing. Virus subtipe
menghambat replikasi sejumlah besar virus DNA dan H5 dan H7 (misalnya, HEN1, HZN7, dan HZN3) dapat
RNA, termasuk influenza A dan B, parainfluenza, respira- bermutasi dengan cepat dalam kurnpulan unggas temak
toty syncytial airus, paramiksovirus, HCV, dan HIV-1. dari bentuk patogenik berderajat-rendah menjadi-tinggi
Bioavailabilitas absolut ribavirin oral sekitar 64%, ne- dan baru-baru ini telah memperluas rentang pejarnunya
ningkat dengan makanan tinggi-lemak, dan rnenurun jika sehingga menyebabkan penyakit pada buruug dan manu-
diberikan bersama antasid. Eliminasi ribavirin terutatna sia. Perhatian khusus tertuju pada virus H5N1, yarrg awal-
terjadi melalui urine; dengan demikian, bersihannya me- nya menyebabkan infeksi pada mauusia (termasuk penyakit
nurun pada pasien dengan bersihan kreatinin kurang dari yang berat dan kematian) pada "1997 dan menjadi enderni
30 mL/menit. pada unggas ternak di Asia Tenggara sejak 2003. Virus ini
842 I BAB4e
ditakutkan akan dapat disebarkan dari manusia ke ma- pertama, dan dapat meningkat jika diberikan bersarna anti-
nusia ketimbang murni dari unggas ke manusia sehingga Iristamin, obat antikolinergik, hidroklorotiazid, dan trime-
berpotensi rnemicu wabah global (pandemi). toprim-sulfometoksazol. Reaksi neurotoksik berat, sese-
Walaupun kedua golongan antivirus yang tersedia kali fatal, dapat disebabkan oleh kadar amantadin yang
unfuk influenza rnen'riliki aktivitas terhadap influenza A, tinggi dalam plasma dan lebih sering muncul pada orang
banyak atau kebanyakan galur avian H5N1 yang bereclar, berusia lanjut atau pasien insufisiensi ginjal. Ederna perifer
serta galur H1 dan H3 yang menyebabkan influenza mu- menjadi efek sirnpang lainnya yang mungkin. Kedua agen
siman di Amerika Serikat resisten terhadap agen ada- bersifat teratogenik pada hewan pengerat, dan defek pada
rnantanamin. kelahiran dilaporkan terjadi akibat pajanannya selama
kehan'rilan.
AMANTADIN & RIMANTADIN
Amantadin (1-arninoadamantan hidroklorida) dan hrlun- ZANAMIVIR & OSETIAMIVIR
an -metilnya, rin'rantadin, adalah arnin siklik keluarga ada- Penghambat neuraminidase zanamivir dan oseltamivir,
mantin yang menyekat kanal ion proton M2 dari partikel yang merupakan analog asarn sialaf rnengganggu pele-
virus dan menghambat uncoating RNA virus dalarn sel pasan progeni virus influenza dari sel yang terinfeksi ke
pejamu yang terinfeksi, sehingga rnencegah replikasinya. sel pejamu baru sehingga menghentikan penyebaran in-
Kedua obat ini hanya aktif terhadap influenza A. Ri- feksi dalam saluran napas. Tidak seperti arnantadin dan
mantadin lebih aktif ernpat l-ringga lima kali ketimbang rimantadin, zanamivir dan oseltamivir merniliki aktivi-
arnantadin in vitro. Arnantadin diekskresi di urine tanpa tas terhadap virus influenza A dan influenza B. Pernbe-
mengalami perubahan, sernentara rimantadin menjalani riannya secara dini pentirlg karena replikasi virus influ-
metabolisme yang ekstensif melalui hidroksilasi, konjugasi, enza lnencapai puncaknya pada 24-72 jam setelah awitan
dan glukuronidasi sebelurn diekskresi rnelalui urine. Dosis penyakit. Ketika terapi untuk 5 hari dimulai 36-48 jam
kedua agen tersebut perlu difurunkan pada orang lanjut setelah munculnya gejala, durasi penyakit berkurang 1-2
usia dan pada pasien dengan insufisiensi hati yang nyata. hari jika dibandingkan dengan plasebo, keparahannya ber-
Jika tidak timbul resister-si, amantadirr dan rimanta- kurang, dan insidens komplikasi sekunder pada anak dan
din, pada dosis 100 u'rg dua kali sehari atau 200 mg sekali den'asa ntenurun. Pemberiarurl'a sebagai profilaksis sekali-
sehari, bersifat protektif sebesar 70-90% dalam mencegah sehari, 70-909,a efektif mencegah penyakit setelah pajan-
rnanifestasi klinis ketika diberikan sebelunl terjadi pajan- an. Oseltamir.ir disetujui oleh FDA untuk pasien berusia
an. Ketika dimulai dalam 1-2 hari setelah awitan penyakit, 1 tahun atau lelrih, sementara zanamivir disetujui untuk
durasi demam dan gejala sisternis berkurang selarna 1-2 pasien berusia 7 tahun atau lebih.
hari. Zanamivir diberikan langsung ke saluran napas via
Sasaran utaina kedua agen aclalah protein M2 dalam inhalasi. Sepuluh hingga duapulul-r persen senyawa aktif
membran virus, yang rnerryebabkan spesilisitas terhadap mencapai paru, dan sisanya tertumpuk dalarn orofarir-rg.
influenza A dan merupakan lokasi rentan-mutasi yang cepat Kadar zanamivir pada saluran napas diperkirakan lebih
menirnbulkan resistensi pada50% pasien yang diterapi. Isolat dari 1000 kali kadar inhibitorik 50% neuraminidase.
resisten dengan mutasi satu titik bersifat stabil secara gene- Lima hingga limabelas persen dari dosis total (10 mg dua
tik, tetap mempertahankan patogenisitas, dapat ditularkan kali sehari untuk terapi dan 10 mg sekali sehari untuk
melalui kontak erat, dan dapat disebarkan secara kronis oleh pencegahan) diserap dan diekskresi dalam urine dengan
pasien luluh-imun. Prevalensi resistensi terhadap kedua metabolisrne rninirnal. Poterrsi efek sarnpingnya meliputi
agen pada isolat,klinis di Amerika Serikat rneningkat dari batuk, bronkospasme (sesekali berat), penurunan fungsi
2o/. pada musirn influenza 2003-2004, menjadi "12% pada paru yang reversibel, dan keluhan hidung dan tenggorok
2004-2005, dan melonjak sangat tinggi n'renjadi 9'lok pada sesaat.
2W5-2006 (99% pada H3NZ 1% pada H1N1). Tidak te4adi Oseltamivir adalah prekursor obat oral yang diaktif-
resistensi-silang terhadap zanamivir dan oseltamivir. kan oleh esterase hali dan terdistribusi luas dalam tubuh.
Efek sirnpang yang paling sering timbul adalah ke- Dosisnya 75 mg dua kali sehari untuk terapi dan 75 mg
luhan saluran cerna (mual, anoreksia) dan sistem saraf sekali sehari unfuk pencegahan; dosisnya harus disesuai-
pusat (gelisah, sulit berkonsentrasi, insomnia, kepala terasa kan pada pasien insufisiensi ginjal. Waktu-paruh oselta-
ringan). Toksisitas sistem saraf pusat dapat disebabkan nrivir adalah 6-"10 jam, dan ekskresinya terutan"ra melalui
olelr perubahan neuro-transmisi dopar.nin (lihat Bab 28), urine. Potensi efek sampingnya n'reliputi rnual, rnuntah,
Iebih jarang terjadi pada rimantadin ketimbang amanta- dan nyeri abdomen, yang terjadi pada 5-10% pasien di
din; cenderung merrghilang setelah pellggunaan mirrggu awal terapi tetapi cenderung membaik dengan spontan.
OBAT ANTIVIRUS I 843
Penggunaan oseltamivir bersama rnakanan tidak meng- hal ini tidak rnencukupi. J\4anfaat klinis telal-r dilaporkan pa-
ganggu penyerapannya dan dapat rnengurangi rnual dan da kasus pneumonitis campak berat dan beberapa ensefali-
muntah. Nyeri kepala, kelelahan, dan diare telah dilapor- tis tertenfu, dan pemberian ribavirin infus secara kontinu
kan terjadi dan tampaknya lebih sering terjadi dengan menurunkan penyebaran virus pada beberapa penderita
penggunaan profilaktik. influenza saluran napas bagian bawah berat atau infeksi
Pada orang dewasa, jarang timbul resistetxi selaura parainfluenza. Pada keadaan stabil, kadarrrya dalam cairan
terapi tetapi jika timbul, dapat rnerryebabkan penyakit serebrospinal mencapai sekitar 70% kadar plasrna.
yang fatal. Belurn diketahui apakah mutan resisten tetap
merniliki patogenisitas atau menyebar di antara uranusia' PALIVIZUMAB
Resistensi yang tersebar di selurull dunia jarang terjadi Palivizurnab adalah antibodi monoklonal terhuurauisasi
dan belum pernah tercatat pada sernua isolat klinis dari yang rnemiliki sasaran suaLu epitop pada situs antigeu A
nrusim influenza 2005-2006 hingga saat ini di AS. Avian pada permukaan proteiu F RSV. Palivizumab terdaftar
inJluenza diharapkan tetap rentan terhadap penghan.rbat sebagai obat untuk mer-rcegah infeksi RSV pada bayi
neuraminidase. dan anak berisiko tinggi seperti bayi prematur datr anak
yang rnenderita penyakit displasia bronkopuhnoual atau
penyakit jarrtung kongenital. Uji terkontrol plasebo dengan
vr: AGEN ANTIV|RAL LAIN menggunakan suntikau intrarnuskular sekali-sebulan (15
mg/kg) selama 5 bulan yang dimulai pada awal musint
RSV mer"runjukkan penurunau risiko rawat inap akibat
INTERFERON RSV pada pasien yang diterapi sebesar 55%, serta terjadi
Interferon telah diteliti untuk berbagai indikasi klinis. Se- penurunall kebutuhan suplementasi oksigerr, skor derajat
lain infeksi HBV dan HCV (lihat IV. Agen Antihepatitis), keparahan penl,akit, dan kebutuhan akan layanau intensif.
injeksi intralesi interferon alfa-2b atau alfa-n3 dapat di- Meskipun galur yang resisten di laboratorium telah di-
gunakan untuk terapi kondilor.uata akun'rinata (lil'rat 4uga isolasi, belum dijumpai isolat klinis yang resisteu. Poterrsi
Bab 62). efek sirnpangnya meliputi infeksi saluran napas bagian
atas, dematn, rinitis, ruaur, diare, tnuutah, bafuk, otilis
RIBAVIRIN media, dan penir-rgkatan kadar aurinotransferase seru111.

Selain pemberian oral untuk infeksi hepatitis C dalam


kolrbinasi dengarr interferon alfa, ribavilin aerosol dibe-
rMtQutMoD
rikan nrelalui nebulizer (20 rng/rnl selama 12-18 jam per Imiquimod adalah l.rengubah respor"ts irnun yang terbukti
hari) untuk anak dan bayi yang menderita bronkiolitis efektif dalam terapi topikal kutil genitalia eksterna dan
atau pneurnonia berat akibat respiratory syrtcytial uirus perianal (kondilon'ra akuminaturn; lihat Bab 62). Meka-
(RSV) untuk rnenurunkan derajat keparahan dan durasi nisrne kerjanya terhadap lesi yang dipicu HPV ini belum
penyakit. Ribavirin aerosol juga telal'r digunakan untuk diketahui. Krim imiquimod 5% dioleskan tiga kali se-
rnengobati infeksi influenza A dan B tetapi sediaan ini rninggu dar-r dibersihkan 6-10 jarn setiap kali setelah di-
tidak banyak digunakan. Ribavirin aerosol urnumnya di- gunakan. Rekurensi penyakit tampakuya lebih jarang
toleransi dengan baik tetapi dapat menyebabkan iritasi timbul dengan terapi ini ketimbang dengan terapi ablatif.
konjungtiva atau bronkus. Pekerja layanan kesehatan Imiquimod juga efektif terhadap keratosis aktinik. Reaksi
harus dilindungi dari pajanan inhalasi jangka-panjang. kulit setempat merupakan efek samping yang paling sering
Ribavirin intravena menurunkan mortalitas pada pen- muncul; efek ini tnereda dalaur waktu mingguan setelah
derita dernarn Lassa dan detnam hemoragik virus lainnya terapi. Namun, perubahatr pigtnerr kulit dapat nlel-retap.
jika diberikan secara dini. Kadamya yang tinggi meng- Efek simparrg sistemis seperti kelelahan dan sindrom yang
hambat virus West Nile invitro, tetapi data klinis mengerrai mirip-influenza sesekali dilaporkan terjadi.
844 I BAB49

Abacavir Ganciclovir (Cytovene)


Oral (Ziagen): tablet 300 mg; larutan 20 mg/ml Oral: kapsul 250, 500 mg
Oral (Epzicom): 600 mg plus 300 mg lamivudine Parenteral: 500 mg/vial untuk suntikan lV
Oral (Trizivir): tablet 300 mg dalam kombinasi lmplan intraokular (Vitrasert): 4,5 mg
dengan 150 mg lamivudine dan 300 mg ganciclovir/implan
zidovudine ldoxuridine (Herplex)
Acyclovir (generik, Zovi rax) Mata: larutan 0,1%
Oral: kapsul 200 m9; tablet 400, 800 mg; lmiquimod (Aldera)
suspensi 200 mg/5 mL Topikal: krim 5%
Parenteral: 50 mg/ml, bubuk untuk membuat lndinavir (Crixivan)
larutan suntikan (500, 1000 mg vial) Oral: kapsul 100, 200, 333, 400 mg
Topikal: salep 5% lnterferon alfa-2a (Rof eron-A)
Adefovir (Hepsera) Parenteral: vial 3, 5, 9, 36 juta lU
Oral; tablet 10 mg lnterferon alfa-2b (lntron A)
Amantadine (generi k, Symmetrel) Parenteral: vial 3, 5, 10, 18, 25, dan 50 juta lU
Oral: kapsul, tablet 100 mg; sirup 50 mg/5 mL lnterferon alfa-2b (Rebetron)
Amprenavir (Agenerase) Parenteral: vial 3 juta lU (dipaketkan bersama
Oral: kapsul 50 mg; larutan 15 mg/ml ribavirin oral, kapsul 200 mg)
Atazanavir (Reyataz) lnterferon alfa-n3 (Alferon N)
Oral: kapsul 100, 150, 200 mg Parenteral: 5 juta lU/vial
Cidofovir (Vistide) lnterferon alfacon-1 (lnfergen)
Parenteral: 375 mg/vial (75 mg/mL) untuk Parenteral: vial 9 dan 15 mca
suntikan lV Lamivudine
Darunavir (Prezista) Oral (Epivir): tablet 150, 300 mg; larutan oral 10
Oral: tablet 300 mg (harus digunakan bersama mg/mL
ritonavir) Oral (Epivir-HBV): tablet 100 mg; larutan 5 mg/
Delavirdine (Rescri ptor) mL
Oral: tablet 100, 200 mg Oral (Combivir):tablet 150 mg dikombinasi
Didanosine (dideoxyinosine, ddl) dengan 300 mg zidovudine
Oral (Videx):tablet 25, 50, 100, 150, 200 mg; Oral (Trizivir): tablet '150 mg dikombinasi
bubuk 100, 167,250 mg untuk larutan oral; dengan 300 mg abacavir dan 300 mg
bubuk 2, 4 g untuk larutan pediatrik zidovudine
Oral (Videx-EC): kapsul lepas-lambat 125, 200, Lopinavir/ritonavir (Ka letra)
250,400 mg Oral: kapsul 133,3 mg/33,3 mg; larutan 80
Docosanol (Abreva) (obat bebas) mg/20 mg per mL
Topikal: krim 10% Nelfinavir (Viracept)
Efavirenz (Sustiva) Oral: tablet 250, 625 mg; bubuk 50 mg/g
Oral: kapsul 50, 100, 200 m9; tablet 600 mg Nevirapine (Viramune)
Emtricitabine Oral: tablet 200 mg; suspensi 50 mg/5 mL
Oral (Emtriva): tablet 200 mg Oseltamivir (Tamiflu)
Oral (TruVada): 200 mg plus 300 mg tablet Oral: kapsul 75 mg; bubuk untuk membuat
tenofovir suspensi (12 mg/mL)
Enfuvirtide (Fuzeon) Palivizumab (Synagis)
Parenteral: 90 mg/mL untuk suntikan Parenteral: vial 50, 100 mg
Entacavir (Baraclude) Peginterferon alfa-2a (pegylated interferon alfa-
Oral: tablet 0,5; 1 mg; larutan oral 0,05 mg/mL 2a, Pegasys)
Famciclovir (Famvir) Parenteral: 180 mcg/mL
oral: tablet 125, 250,500 mg Peginterferon alfa-2b (pegylated interferon alfa-
Fosamprenavir (Lexiva) 2b, PEG-lntron)
Oral: tablet 700 mg Parenteral: bubuk untuk membuat larutan
Fomivirsen (Vitravene) suntikan 100, 160, 240, 300 mcg/mL
Suntikan intraokular: 6,6 mg/mL Penciclovir (Denavir)
Foscarnet (Foscavir) ToPikal: krim 1%
Parenteral: 24 mglmL untuk suntikan lV (berranjut)
OBAT ANTIVIRU5 I 845
Ribavirin Tipranavir (Aptivus)
Aerosol (Virazole): bubuk untuk membuat Oral:kapsul 250 mg
larutan aerosol; vial 6 g/100 mL Trifluridine (Vi roptic)
Oral (Rebetol, generik): kapsul, tablet 200 mg; Topikal: larutan oftalmik 1%
larutan oral 40 mg/ml Valacyclovir (Va ltrex)
Oral (Rebetron): 200 mg dalam kombinasi Oral:tablet 500, 1000 mg
dengan 3 juta unit interferon alfa-2b Valganciclovir (Valcyte)
(lntron-A) Oral: kapsul450 mg
Rimantadine (Flumadi ne) Vidarabine (Vira-A)
Oral:tablet 100 mg; sirup 50 mg/5 mL Topikal: salep 3%
Ritonavir (Norvir) Zalcitabine (dideoxycytidi ne, ddC) (H ivid)
Oral: kapsul 100 mg; larutan oral 80 mg/mL Oral: tablet 0,375; 0,75 mg
Saquinavir Zanamivir (Relenza)
Oral (lnvirase): gel kapsul keras 200 mg, tablet lnhalasi: 5 mg/blister
500 mg Zidovudine (azidothymidine, AZT) (Retrovir)
Oral (Fortovase): gel kapsul lunak 200 mg Oral: kapsul 100 mg, tablet 300 mg, sirup 50
Stavudine mg/5 mL
Oral(Zerit): kapsul 15,20,30,40 mg; bubuk Oral (Combivir): tablet 300 mg dikombinasi
untuk larutan oral 1 mg/mL dengan 150 mg lamivudine
Oral lepas-lambat (Zerit XR): kapsul 37,5;50; Oral (Trizivir): tablet 300 mg dikombinasi
75; 100 mg dengan 150 mg lamivudine dan 300 mg
Tenofovir (Viread) zidovudine
Oral; tablet 300 m9 Parenteral: 10 mg/mL

REFERENSI Piscitelli SC Gallicano KD: Interactions arnong drugs for HIV and
opportunistic infections. N Engl J Mecl 2001;344:984.
Asmuth DM, Nguyen HH, Melcher GP et al: Treatments for Public Health Service Task Force. Recommendations for Use of
hepatitis B. Clinical Infect Dis 2004;39:1353. Antiretroviral Drugs in Pregnant HlV-l-lnfected Wornen for
Drugs for non-HIV viral infections. Med Lett Drugs Ther Materna-l Health and Interventions to Reduce Perinatal HIV-1
2005;23. Transmission in the United States. February 24, 2005. Available
Gnann JW, Whitley RJ: Herpes zoster. N Engl J Med at http: / / AIDSturfo.nih. gov
2002;347:340. Thio CL, Sulkowski MS, Thomas DL: Treahnent of chronic hepa-
Hammer SM et al: Treatnent for Adult HIV Infection, 2006. titis B in HlV-infected persons: Thinking outside the black box.
Recommendations of the Intemational AIDS Sociely-USA Clin Infect Dis 2005;41:1035.
Panel. J AMA 2006;29 6:827 .
Kimberlin DW, Rouse DJ: Genital herpes. N Engl J Med 20M;
350:1970.
SITUS INTERNET YANG RELEVAN
Moscona A: Neuraminidase inhibitors for influenza. N Engl J Med www.aidsinfo.nih.gov
2005;353:1363. www. hiv-druginteractions.org
HIV InJechon convened
Panel on Clinical Practices forTreatment of www.hivinsite.com
by the Deparhnent of Health and Human Services (DHFIS). http://hopkins-aids.edu [panduan saku terapi HIV/AIDS pada
Guidelines for the Use of Antiretroviral Agents in HIV-1- orang dewasa]
Infected Adults and Adolescents. Aprll 7,2005. Available at hltp:/ /www.iasusa.org [panduan terapi c-lan daftar mutasi
http :/ / AIDSinfo.nih. gov resistensi]
tlt.l^r:j,,

Obat Antimikroba Lain;


D isi nfekta n,' Antise pti k,
& Sterilan
Henry F. Chambers, MD

-i -...
::r..:: .-....i..;: L-!. - ,..i .-r . : .. ... ..:ri '.: I ,.. sis, dan arnebiasis. Tinidazol juga aktif terhadap bakteri
i,';, METRONIDAZOL, MUPIROSIN, anaerobik, tapi tidak disetujui FDA untuk terapi infeksi
anaerobik.
POLIMIKSIN, & ANTISEPTIK
SALURAN KEMIH MUPIROSIN
Mupirosin (asam pseudomonat) adalah suafu produk ala-
METRONID AZOL nrial-r yang dihasilkan oleh Pseudonrcnns fluorescerzs. Obat
Metronidazol adalah antiprotozoa nitroimidazol (lihat ini cepat diinaktifkan setelah diserap sehingga kadar siste-
Bab 53) yang juga r.nemiliki aktivitas antibakteri kuat miknya tidak terdeteksi. Nlupirosin tersedia dalam bentuk
terhadap anaerob, termasuk spesies bakteroides dan kios- salep unhrk penggullaan topikal.
tridiurn. Metronidazol diabsorpsi dengan baik setelah per.n- Mupirosirr aktif terhadap kokus gram-positif, tennasuk
berian oral, terdistribusi luas dalam jaringan, dan rnenca- galur S trtyl tylo cocilts dlr r'sr rs relltan-metisilin dan resisten-
pai kadar serunr sebesar 4-6 r.r.rcg/mL setelah pemberian metisilin. Ir4upirosir-r menghar.ubat isoleusil tRNA sintetase
dosis oral 250 mg. Metronidazol juga dapat diberikan lne- milik stafilokokus. Resistensi tirrgkat-rendah, diartikan
lalui intravena atau supositoria rektal. Penetrasinya baik sebagai kadar inhibitorik minimunt (nirinrunt inlibitory
ke cairan serebrospinal dan otak, mencapai kadar yang concentrrttiort, MIC) hingga 100 mcg/nll, terjadi akibat
setara dengan kadar dalarn serum. Metronidazol dimeta- urutasi titik di daiam gen enzim target. Resistensi tingkat-
bolisasi dalam hati dan dapat terakumulasi pada keadaan rendah diamati terjadi setelah penggunaan mupirosin
insufisiensi hati. jangka-panjarrg. Namun, kadar mupirosin setempat yang
Metronidazol diindikasikan untuk terapi infeksi anae- tercapai melalui pemberian topikal jauh melampaui MIC
robik atau intra-abdomen campuran, vaginitis (infeksi lri- sehingga tingkat resistensi ini tarnpaknya tidak nenye-
komonas, vaginosis bakterial), kolitis C dfficile, dan abses babkan kegagalan klinis. Resistensi tingkat-tinggi, dengan
otak. Dosis biasanya 500 mg tiga kali sehari per oral atau MIC melebihi 1000 rncg/rnl-, terjadi akibat adanya gen iso-
intravena (30 mg / kg/ hari). Vaginitis berespons terl'radap leusil tRNA sintetase kedua, 1'ang disandi dalarn plasmid.
dosis tunggal 2 g. Tersedia gel vaginal untuk penggunaan Resistensi tingkat-tinggi menirnbulkan hilangnya seluruh
topikal. aktivitas. Galur dengan resistensi tingkat-tinggi telah me-
Efek sirnpangnya meliputi mual, diare, stornatitis, dan nimbulkan wabah infeksi dan kolonisasi stafilokokus di
neuropati perifer pada penggunaan jangka-panjang. Me- rumah sakit (nosokomial). Meskipun angka resistensi yang
tronidazol memiliki efek seperti disulfirarn sehingga pa- lebih tinggi dijun-rpai pada penggunaan mupirosin yang
sien diminta untuk tidak menggunakan alkohol. Meskipun intensif, lebih dari 95% isolat stafilokokus masih rentan.
teratogenik bagi beberapa binatang, n'retronidazol belum Mupirosin diindikasikan untuk terapi topikal infeksi
pernah dikaitkan dengan efek ini pada manusia. Sifat me- kulit minor, seperti impetigo (lihat Bab 62). Pemberian
tronidazol yang lain dibahas dalarn Bab 53. topikal pada area terinJeksi 1,ang luas, seperti ulkus deku-
Agen yang secara struktural menyerupai metronida- bitus atau luka bedah terbuka, diketahui rnenjadi faktor
zol, yakni tinidazol, merupakan obat dosis sekali sehari penting yang nlenyebabkan munculnya galur yang re-
yang disetujui untuk terapi infeksi trikouronas, giardia- sisten terhadap mupirosin sehingga tidak dianjurkan.

846
OBAT ANTIMIKROBA LAIN; DISINFEKTAN, ANTISEPTIK, & STERILAN I 847

Mupirosin efektif menghilangkan S aureus yang terbawa urine tidak cukup untuk mernunculkan efek ar.rtibakteri,
di hidung pasien atau pekerja kesehatan (karier), tapi tapi kadarnya yang tinggi dalam darah dapat menitlbul-
hasilnya bervariasi dalam hal kemampuannya mencegah kan toksisitas. Nitrofurantoin dikontraindikasikan pada
infeksi stafilokokus berikutnya. penderita insufisiensi ginjal yang bermakna.
Dosis untuk infeksi saluran kemih pada orang de-
POLIMIKSIN wasa adalah 100 mg pef oral, empat kali sehari. Obat
Golongan polirniksin adalah sekelompok peptida dasar
ini sebaiknya tidak digunakarr untuk mengobati infeksi
yang aktif terhadap bakteri gram-negatif dan meliputi po- saluran kemih bagiar-r atas. Nitrofurantoin oral dapat
limiksin B dan polimiksin E (kolistin). Polimiksin bekerja diberikan selama berbulan-bulan untuk tnenekan infeksi
seperti deterjen kationik. Zat ini melekat pada rnembran saluran kemih kronik. pH urine sebaiknya dipertahankan
sel bakteri dan merusaknya. Polimiksin juga rnengikat di bawah 5,5 karena keadaan ini sangat rneningkatkan
dan menginaktifkan endotoksin. Organisme grarn-positif, aktivitas obat. Nitrofurantoin dosis sekali sehari, 100 mg,
proteus, dan neisseria resisten terhadap obat ini. dapat mencegah infeksi saluran kemih berulang pada
Karena toksisitas yang signifikan pada pemberian sis- beberapa perempuan.
ternik, polin-riksin umurnnya dibatasi untuk penggunaan Anoreksia, mual, dan rnuntah tlerupakan efek sam-
topikal. Salep yang mengandung polirniksin B, 0,5 mg/ g, ping utama nitrofurantoin. Neuropati dan anemia he-
dalam campuran dengan basitrasin atau neomisin (atau molitik terjadi pada keadaan defisiensi glukosa-6-fosfat
keduanya), biasanya dioleskan pada lesi kulit superfisial dehidrogenase. Nitrofurantoin mengantagonisasi kerja
yang terinfeksi. Munculnya galur Acinetobttcter baununii asam nalidiksat. Dilaporkan terjadi ruarn, infiltrasi dan
dan Pseudontonas aerugittosa yang resisten terhadap se- fibrosis paru, serta reaksi hipersensilivitas lain.
mua agen lain telah memperbarui ketertarikan terhadap
polirniksin, contohnya, kolistin sebagai agen parenteral 2. Metenamin Mandelat & Metenamin
untuk terapi lini terakhir bagi infeksi yang disebabkar-r Hipurat
oleh organisme ini. Metenamin n'randelat rnerupakan garam asaln rnandelat
dan metenamin yang memiliki sifat kedua antiseptik sa-
ANTISEPTIK SALURAN KEMIH Iurarr kemih ini. Nletenanrirr hipurat nrerupakan garartt
Antiseptik saluran kernih adalah agen oral yatrg tnetrti- asan iripurat dan metenarnin. Di lrawah pH 5,5, metena-
liki aktivitas antibakteri dalam urine tapi hanl'a sedikit min rnelepaskan forrnaldehid 1,6ng bersifat antibakteri.
atau sana sekali tidak rnerniliki efek ar-rtibakteri sistemik. Asam mandelat atau asam hipurat oral diekskresi dalarn
Manfaahrya terbatas pada infeksi saluran kemih bagiar-r urine tanpa diubah; dalarn urine, obat ini bersifat bakte-
bawal-r. Supresi bakteriuria jangka-panjang oleh antiseptik risidal bagi beberapa bakteri gram-negatif jika pH kurang
saluran kernih dapat digunakan pada infeksi saluran ke- dari 5,5.
mih kronik; pala keadaan ini, eradikasi infeksi oleh terapi Metenamin rnandelat, 1 g empat kali sehari, atau
sisternik jangka-pendek mungkin sulit tercapai. rnetenamin hipurat, 1 g dua kali sehari per oral (anak,
masing-masing50 ng/kg/hari atau 30 ::ng/kg/hari) digu-
nakan hanya sebagai antiseptik saluran kemih untuk me-
1. Nitrofurantoin
nekan, tidak rnenyen'rbuhkan, infeksi saluran kemih. Agen
Nitrofurantoin bersifat bakteriostatik dan bakterisidal bagr pengasam (asarn askorbat, 4-L2 g/hari) dapat diberikan
banyak bakteri grarn-positif dan gram-negatif, tapi P aeru- untuk menurunkan pH saluran kemih hingga di bawah
ginosa dan banyak galur proteus resisten terhadapnya. 5,5. Sulfonarnida sebaiknya tidak diberikan bersauraan de-
Tidak ada resistensilsilang antara nitrofurantoin dan agen ngan obat ini karena dapat membentuk senyawa tak larut
antirnikroba lainnya, dan resistensi terhadaprrya timbul per- bersarna formaldehid yang dilepaskan oleh metenamin.
lahan. Karena Esclteichia coli yang resisten terhadap trimeto-
Pengguna metenamin mandelat dapat rneirunjukkan pe-
prim-sulfametoksazol dan fluorokuinolon bertambah jum- ningkatan metabolit katekolan'rin yang sernu.
lahnya, nitrofurantoin menjadi agen oral altematif yang
penting untuk terapi infeksi saluran kemih tanpa komplikasi.
Nitrofurantoin diabsorpsi dengan baik setelah di-
ingesti. Obat ini dimetabolisasi dan diekskresi sebegitu
;;;,., P151lqFEKTI\N, ANTISEPTIK,
cepatnya sehingga tidak merniliki aktivitas sebagai anti- & STERfLAN
bakteri sistemik. Nitrofurantoin diekskresi ke dalam urine
melalui filhasi glomerulus dan sekresi tubulus. Dengan Disinfektan adalah agen kimiawi kuat yang menghanrbat
dosis rata-rata harian, kadamya dalarn urine mencapai atau membunuh mikroorganisrne (Tabel 50-1). Antiseptik
200 mcg/rnl. Pada keadaan gagal ginlal, kadarrrya dalam adalah agen disinfektan bertoksisitas rendah terhadap
848 / BAB s0

Tabel 50-1. Aktivitas disinfektan.

Aldehid SR R (lambat) RS
(g I utara ldehyde,
formaldehyde)
Chlorhexidine SR RS Res Res Res
g luconate

Natrium hypochlorite, SR SR R (pH 7,6) R (pada RS R5 (pada


chlorine dioxide konsentrasi konsentrasi
tinggi) tinggi)
Hexachlorophene R Res Res Res Res Res Res Res
(lambat)
Povidone, iodine 5R R (pada Res
konsentrasi
tinggi)
Phenol, senyawa 5R SR R5 Res Res
ambnium kuartener
Agen pengoksidasi RS Res Res Res Res Res
kuat, cresol hingga
Res

SR, sangat rentan; R, rentan; RS, rentan sedang; Res, resisten; V bervariasi; -, tidak ada data

spora pejarnu sehingga dapat langsung digunakan pada rnulut, hidung, atau usus, ke tempat yang berpotensi ter-
kulit, rnernbran mukosa, atau luka. Sterilan membunuh infeksi. Sabun dan air hangat rnengeradikasi bakteri secara
sel dan sel vegetatif sekaligus ketika digunakan pada per- efisien dan efektif. Disinfektan kulit, bersama deterjen dan
alatan pada waktu dan suhu yang sesuai. Beberapa istilah air, biasanya digunakan praoperatif sebagai serub bedah
yang digurlakan dalan konteks ini diterangkan pada Tabel untuk tangan ahli bedah dan insisi bedah pada pasien.
50-2. Evaluasi efektivitas antiseptik, disinfektan, dan steril-
Disinfeksi mencegah inJeksi dengan rnenurunkan an sangatlah rurnit rneskipun prinsipnya tampak seder-
jumlah organisme yang berpotensi infektif rnelalui eradi- hana. Faktor yang terlibat dalam evaluasi meliputi resis-
kasi, pemindahan atau pellgenceratl organisrne tersebut. tensi intrinsik mikroorganisme, jumlah mikroorganisme,
Disinfeksi dapat dicapai dengan memberikan agen kimia- calnpuran populasi organisme, jumlah rnateri organik
wi atau menggunakan agen fisik seperti radiasi pengion, yang dijumpai (misalnya, darah, feses, jaringan), kadar
pemanasar"r kering atau lernbab, atau uap yang sangat dan stabilitas disinfektan atau sterilan, waktu dan suhu
panas (otoklaf , "120C) untuk memburruh mikroorganisme. pajanan, pH, dan hidrasi serta pengikatan agen ke permu-
Sering kali, digunakan kombinasi agerr, misalnya, air dan kaan. Analisis aktivitas I'ang standar dan spesifik dilaku-
penanasan sedang yang lanla (pasteurisasi); etilen oksida kan pada tiap penggunaan. Toksisitas terhadap rnanusia
dan pemanasan lembap (sterilan); atau penambahan dis- juga lrarus dir-rilai. Tlrc Enttironrnerttttl Protection Agency
infektan ke deterjen. Pencegahan infeksi juga dapat dila- (EPA) rr-rengatur tentang disinfektan dan sterilan, dan tlu
kukan melalui pencucian, yang mengencerkan organisnre Food and DnLg Adninistratiott rnengatur tentang antiseptik.
yang berpotensi infeksius, atau dengan menciptakan suafu Pengguna antiseptik, disinfektan, dan sterilan perlu
sawar, seperti sarung tangan, kondorn, atau respirator, mempertirnbangkan toksisitas jangka-pendek serta jangka-
yang mencegah patogen masuk ke dalam pejamu. panjang agen tersebut karena ketiganya mungkin memi-
Cuci tangan adalah cara terpenting dalarn mencegah liki aktivitas biosidal urlum dan dapat terakumulasi di
penularan agen infeksius antarnanusia atau dari daerah Iingkungan, tubuh pasien, atau petugas kesehatan yang
yang rnemiliki kandungan mikroba tinggi, misalnya, rnenggunakal'r ager-r tersebut. Disinfektan dan antiseptik
OBAT ANTIMIKROBA LAIN; DISINFEKTAN, ANTISEPTIK, & STERILAN I 849
Tabel 50-2. lstilah yang sering digunakan terkait sidal optinral adalah 60-90% menurut volume air. Alkohol
dengan eradikasi mikroorganisme secara kimiawi l<emungkinan bekerja mendenaturasi protein. Alkohol
maupun fisik. tidak digunakan sebagai sterilan karena tidak bersifat spo-
risidal, tidak mernpenetrasi rnateri organik ),ang mengan-
Antiseisis Penggunaan suatu agen pada jaringan
dung protein, mungkin tidak aktif terhadap virus hidro-
hidup untuk mencegah infeksi
filik, dan tidak memiliki efek residual karena rnenguap
Dekontaminasi Penghancuran atau penurunan nyata
jumlah atau aktivitas mikroorganisme
seluruhnya. Alkol-rol bermanfaat pada keac{aan tidak ada-
nya wastafel dengan air yang mengalir untuk mencuci
Disinfeksi Terapi kimiawi atau fisik yang
dengan sabun dan air. Efek pengeringan kulit yang dimiliki
menghancurkan kebanyakan mikroba
atau virus vegetatif, tapi tidak alkohol dapat sedikit diperingan dengan menambahkan
menghancurkan spora, di dalam atau ernolien ke dalam sediaan. Penggunaan usap tangan ber-
pada permukaan tak bernyawa basis alkohol telah terbukti menurunkan penularan bakteri
Sanitasi Penurunan kandungan mikroba pada nosokomial patogen dan direkornenc{asikan oleh Centers
permukaan tak bernyawa ke tingkat yang for Disease Control nnd Pretention (CDC) sebagai metode
dinilai sesuai untuk tujuan kesehatan dekontaminasi tangan vang dianjurkan. Usap tangan
masyarakat
berbasis alkolrol tidak efektif terhadap spora Clostridiunt
Sterilisasi Proses yang
bertujuan untuk membunuh dfficile, dan cuci tangan yang cernrat nrenglunakan sabun
atau menghilangkan semua jenis disinfektan dan air rnasih diperlukan unfuk dekonLamirrasi
mikroorganisme, termasuk spora.
dan biasanya termasuk virus dengan setelah merawat pasien dengan infeksi akibat orgarrisme
kemungkinan hidup yang cukup rendah ini.
Pasteurisasi Proses untuk membunuh mikroorganisme Alkohol n'rudah terbakar dan harus disimpan dalam
yang tidak menghasilkan spora area yang sejuk clarr berventilasi baik. Alkohol harus cli-
menggunakan air panas atau uap pada biarkan menguap sebelurn kauterisasi, beclah elektro, atau
suhu 55-100'C bedah laser. Alkohol clapat nrencederai jika digunakan
langsung pada jaringan kornea. Oleh sebab itu, alat se-
perti tonometer yang telah didisinfeksi oleh alkohol harus
dibilas menggunakan air steril, atau alkohol harus dibiar-
juga dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme resisten- kan mengr-rap seLrelum digunakan.
spora, P aeruginosa, atau Serratitt nrarcesceils-sehingga da-
pat menularkan infeksi. Kebanyakan antiseptik topikal KLORHEKSIDIN
mengganggu penyembuhan luka pada berbagai tingkat- Klorheksidin adalah biguanid kationik dengan kelarutan
an. Pembersihan sederhana rnenggunakan sabun dan air dalam air yang sangat rendah. Klorheksidin diglukonat
lebih tidak mencederai luka daripada antiseptik. Antibiotik yang larut air digunakan dalam formulasi berbahan dasar
topikal dengan spektrum kerja sempit dan toksisitas ren- air sebagai antiseptik. Agen ini aktif terhadap bakteri dan
dah (rnisalnya, basitrasin dan mupirosin) dapat digunakan mikobakteria vegetatif dan rnemiliki aktivitas sedang ter-
sebagai kendali semental'a terhadap pertumbuhan bakteri hadap jarnur dan virus. Klorheksidin-sangat melekat ke
dan umumnya lebih danjurkan daripada antiseptik. Mete- membran bakteri, menyebabkan kebocoran molekul kecil
namin mandelat melepaskan formaldehid dalarn konsen- dan presipitasi protein sitoplasr.nik. Zat ini aktif pada
trasi antibakteri yang rendah pada pH asam dan dapat pH 5,5-7,0. Kerja klorheksidin glukonat lebih larnbat
rnenjadi antiseptik saluran kernih vang efektif untuk daripada alkohol, tapi karena daya tahannva, klorl'reksi-
mengendalikan infeksi saluran kemih jangka-panjang. din glukonat menliliki aktivitas residual jika digunakarr
Beberapa golongan kimiawi antiseptik, disinfeksi, dan berulang kali, sehingga menghasilkan efek bakterisiclal
sterilan dijelaskan secara singkat dalam teks berikut ini. yang setara dengan alkohol. Agen ini paling efektif ter-
Pembaca dirujuk ke kepustakaan umum untuk melihat hadap kokus gram-positif darr kurang aktif terhadap
deskripsi metode sterilisasi dan disinfeksi fisik. batang gram-positif dan gram-negatif. Germinasi spora
dihambat olel"r klorheksidin. Klorheksidin diglukonat re-
ALKOHOT sisten terhadap inhibisi oleh clarah darr materi organik.
Dua alkohol yang paling sering digunakan untuk anti- Namun, agen anionik dan nonionik dalam pelernbap,
sepsis dan disinfeksi adalah etanol dan isopropil alkohol sabun netral, dan surfaktan dapat rnenetralisasi kerjanya.
(isopropanol). Keduanya cepat aktif, membunuh bakteri Sediaan klorheksidin diglukonat dengan kadar 4% memi-
vegetatif - Mycobacteriunr tuberculosis - dan banyak jamur, liki aktivitas antibakteri yang sedikit lebih kuat daripada
serta menginaktivasi virus lipofilik. Konsentrasi bakteri- sediaan 2% yang lebih baru. Klorheksidin 0,5% dalam
850 / BAB s0

sediaan alkohol 70% terseclia c1i beberapa negara. Klor- pH 7,5-8,0 dapat dipertahankan selama beberapa bulan
heksidin rnemiliki kapasitas sensitisasi atau iritasi kulit jika disirnpan dalarn wadah opak 1,ang ditutup rapat.
yang sangat rendah. Toksisitas orahrya rendah karena Wadair vang sering clibuka dan dilutup sangat mengu-
diserap dengan buruk melalui saluran cerna. Klorheksiclin rar-rgiaktivitas zat tersebut
tidak boleh digurrakan pada pembedahan telinga tengah Karena klorin cliinaktifkarr oleh clarah, serunr, feses,
karena menyebabkan tuli sensorineural. Toksisitas serupa dan materi yang nlengandung protein, permukaan harus
terhadap saraf dapat dijumpai pacla bedah saraf. dibersihkan sebelum disinfektan klorin digunakan. Asam
hipoklorit (HOCI) tak terdisosiasi merupakan agen biosi-
HALOGEN dal yang aktif. Jika pH meningkat, terbentuk ion hipoklo-
1. lodin rit yang kurang aktif, yaitu OCI'. Ketika larutan hipoklorit
berkontak dengarr formaldehid, terbentuk karsinogen &ls-
Iodine dalam larutan 1:20.000 bersifat bakterisidai dalam
klororr.retil. Evolusi cepat gas klorin yang iritatif terjadi
waktu 1 rnenit dan membunuh spora dalarn waktu 15
jika larutan hipoklorit bercampur dengan asam dan urine.
menit. 'finktur iodin USP mengarrdung iodin 2o/o dan na-
Betrtuk larutan bersifat korosif terhadap aluminiur.n, perak,
triurn iodida 2,4% dalam alkohol. lodin merupakan anti-
clan baja arrti karat.
sephk paling aktif untuk kulit utuh. Iodin jarang diguna-
Senyawa lain yang melepaskan klorin meliputi klorin
kan karena dapat menimbulkar.r reaksi hipersensitivitas
dioksida dan kloramin T. Agen-agen ini rner.npertahankan
dan karena agen ini rnewarnai baju dan penutup luka.
klorin lebil-r lama dan memiliki efek bakterisidal 1,ang
panjang.
2. lodofor
Iodofor adalah kompleks iodin dengan agen yang aktif di
FENOLIK
permukaan, seperti polivinil pirolidon (PVP; povidon
iodin). Iodofor tetap menriiikj aktivitas seperti iodin. Agen Fenol sendiri (mr"rngkin antiseptik bedah tertua) tidak
ini membunuh bakteri vegetatif, rnikobakteriunr, jarnur, lagi cligunakan, bahkan sebagai disinfektan, karena efek
dan virus yang mengandung lipid. lodofor dapat lrersifat korosifnva pacla jaringan, toksisitasnya ketika diabsorpsi,
sporisidal pada penggunaan \/ang lama. Agen ini dapat dan el'ek karsinogerrrkrl\'a. Efek simpang ini dihilangkan
digunakan sebagai antiseptik atau c'lisinfektan; disinfektan derrgan memberrtuk furunan )/al1g atom hidrogen pada
mengandung lebih banvak iociin. Jumlah iodin [-rebasn)'a cirrcin aromatikrrya digantikan oleh suatu gugus fung-
kecil, tapi iodin bebas dilepaskan ketika larutarr diencer-kan. sional. Agen fenolik )'ang paling sering digunakan adalair
Suafu larutan iodofor harus cliencerkan menurut petunjuk o-fenilfenol, o-benzil-p-klorofenol, dan p-tersier amil-
pabrik pembuarnya untuk memperoleh aktivitas penuh. fenol. Campuran turunan fenolik juga sering digunakan.
Iodofor lebih tidak iritahif dan lebih. kecil kemung- Beberapa canlpuran ini dihasilkan dari penyulingan ter
kinannya rnenyebabkan hiperser-rsitivitas kulit daripada batubara, rnisalnya kresol dan xilenol. Turunan ini tetap
tinktur iodin. Agen ini beke{a secepat klorheksidin dan dapat diserap kulit dan menimbulkan iritasi sehingga
memiliki spektrum kerja yang lebih luas-tern'rasuk kerja penggunaarulya harus dilakukan dengan hati-l'rati. Deterjen
sporisidal-tapi tidak tahan lar.na seperti klorheksidin. sering kali ditambahkan ke sediaan untuk membersihkan
dan urengeluarkan materi orgauik yang dapat ntenurun-
3. Klorin kan aklivitas senyawa fenolat.
Klorin adalah agen pengoksidasi kuat dan disirrfektar.r Serryawa fenolat merusak clirrcling dan rnembran
universal yang paling sering tersedia sebagai larutan sel, mempresipitasi protein, c'lan menginaktivasi errzirn.
natrium hipoklbrit 5,25o/o, sediaaLl yarlg biasa digunakan Senyawa ini bersifat bakterisidal (termasuk mikobakteria)
urrtuk pemutih rumah tangga. Karena sediaannya bera- dan fungisidal serta lnanlpu rrrengirraktifkan virus lipofi-
gam, kadar pastinya harus dicarrturnkarr pada label. Pada lik. Agen ini tidak bersifat sporisidal. Anjuran pengenceran
pengerlceran pernutih rumah tangga sebesar'1:10, terdapat dan waktu pajanan dari pabrik pernbuat harus ditaati.
klorin sebesar 5000 ppm. CDC menganjurkan kadar irri Disinfektarr fenolat digunakan untuk dekontarninasi
untuk mendisinfeksi ceceran darah. Kadar klorin kurarrg permukaan keras di rumah sakit darr laboratoriurn, rni-
dari 5 ppm membunuh bakteri vegetatif, sedangkan salnya, lantai, tempat tidur, dan permukaan meja atau
untuk membunuh spora, diperlukarr kadar 5000 ppm. kursi. Agen ini hdak dianjurkan penggunaannya dalam
Kadar 1000-10000 ppm bersifat tuberkulosidal. Seratus pengasuhan anak, terutama pada buaian bayi, karena
ppm membunuh sel jamur vegetatif dalam l jam, tapi pellggunaanrlya berkaitan dengan l-riperbilirubinemia.
untuk rnembunuh spora jamur, diperlukan 500 ppm. Virus Penggunaan heksaklorofen sebagai disinfektan kulit telah
diinaktifkarr pada kadar 200-500 pprn. Aktivitas natrium rnenyebabkan edema otak dan kejang pada bavi prematur
hipoklorit 5,259./o yang diencerkan dalarr.r air kran dengan darr kadang-kadang pada orang dewasa.
OBAT ANTIMIKROBA LAIN; DISINFEKTAN, ANTISEPTIK, & STERILAN I 851

SENYAWA AMONIUM KUARTENER peralatan dan sekaligus menurunkan pajanan asap iritatif
ke operator.
Senyawa amonium kuartener (" quats") adalah deterjen
Formaldehid tersedia dalam bentuk larutan 40o/' w/v
kationik yang aktif di permukaan. Kation aktif ini me-
panjang yang
dalam air (formalin 100%). Larutan formaldehid 8%
miliki setidaknya satu rantai hidrokarbon
dalam air memiliki spektrum aktivitas yang luas terhadap
menolak air, menyebabkan molekul ini terkumpul sebagai
bakteri, jamur, dan virus. Aktivitas sporisidal mungkin
suatu lapisan teratur pada permukaan larutan dan par-
membutuhkan waktu sekitar 18 jam. Kecepatan kerja me-
tikel koloidal atau tersuspensi. Nitrogen bermuatan yang
ningkat pada larutan dalam isopropanolT0%. Larutan for-
merupakan bagian dari kation ini memiliki afinitas tinggi
maldehid digunakan untuk disinfeksi tingkat tinggi pada
terhadap air sehingga mencegah pemisahannya dari la-
mesin hemodialisis, persiapan vaksin, serta pengawetan
rutan. Efek bakterisidal senyawa kuartener menyebabkan
dan balsemisasi jaringan. Larutan formaldehid 4% (fov
inaktivasi enzim penghasil energi, denaturasi protein, dan
malin 10%) yang digunakan untuk fiksasi jaringan dan
disrupsi membran sel. Agen ini bersifat bakteriostatik, fu-
balsemisasi mungkin tidak bersifat mikobakterisidal.
ngistatik, dan sporistatik serta juga menghambat alga.
Glutaraldehid adalah suatu dialdehida (1,5-pentane-
Senyawa amonium kuartener bersifat bakterisidal untuk
dial). Larutan glutaraldehid 2% w/v merupakan larutan
bakteri gram-positif dan aktif sedang terhadap bakteri
yang paling sering digunakan. Larutan ini harus dialka-
gram-negatif. Virus lipofilik diinaktifkan. Agen ini tidak
Iinisasi hingga pH 7,48,5 agar menjadi aktif. Larutan
bersifat tuberkulosidal atau sporisidal, dan tidak meng-
aktifnya bersifat bakterisidal, sporisidal, fungisidal, dan
inaktifkan virus hidrofilik. Senyawa amonium kuartener
virusidal terhadap virus lipofilik dan hidrofilik. Glutaral-
berikatan dengan permukaan protein koloidal di darah,
dehid memiliki aktivitas sporisidal yang lebih besar
serum, dan susu serta pada serabut dalam kapas, saPu,
daripada formaldehid, tapi aktivitas tuberkulosidalnya
baju, dan handuk kertas yang digunakan untuk meng-
mungkin kurang. Efek letal terhadap mikobakterium
aplikasikan senyawa ini; ikatan ini dapat menyebabkan
dan spora memerlukan pajanan jangka-panjang. Sekali
inaktivasi agen dengan cara memisahkannya dari larutan.
diaktifkan, larutan ini memiliki masa simpan selama 14
Senyawa amonium kuartener diinaktivasi oleh deterjen
hari; setelah ilu polimerisasi menurunkan aktivitasnya.
anionik (sabun), oleh banyak deterjen nonionik, dan oleh
Cara aktivasi dan stabilisasi lain dapat memperpanjang
ion kalsium, magnesium, besi feri, dan aluminium.
masa simpannya. Karena larutan glutaraldehid sering kali
Senyawa kuartener digunakan unfuk sanitasi permu-
digunakan ulang, alasan tersering hilangnya aktivitas obat
kaan yang tidak penting (lantai, permukaan atas kursi,
ini adalah pengenceran dan pajanan pada materi organik.
dll.) Toksisitasnya yang rendah menyebabkan agen ini Strip uji untuk mengukur aktivitas residual dianjurkan
digunakan sebagai sanitizer pada fasilitas produksi ma- penggunaannya.
kanan. CDC menganjurkan bahwa senyawa amonium Formaldehid memiliki ciri khas bau yang tajam dan
kuartener, seperti benzalkonium klori d a, ti dak digunakan
sangat iritatif terhadap membran mukosa saluran napas
sebagai antiseptik karena beberapa wabah infeksi telah
serta mata pada kadar 2-5 ppm. OSHA menyatakan bahwa
terjadi akibat pertumbuhan pseudomonas dan bakteri formaldehid merupakan karsinogen potensial dan telah
gram-negatif lain dalam larutan antiseplik amonium kuar- menetapkan standar pajanan pekerja-yang membatasi
tener.
pajanan 8 jam kerja berdasarkan time-uteighted aaerage
(TWA)-sebesar 0,75 ppm. Peke4a layanan kesehatan
ATDEHID dari pajanan glutaraldehid yang
sebaiknya dilindungi
Formaldehid dan glutaraldehid digunakan untuk disin- kadamya melebihi 0,2 ppm. Peningkatan pertukaran
feksi atau sterilisasi peralatan-seperti endoskopi serat udara, melengkapi atap ruangan dengan alat pembuang
optik, peralatan terapi pernapasan, hemodialisis, dan gas (exhaust), menutup dengan rapat alat yang terpajan,
peralatan gigi-yang tidak tahan terhadap pajanan suhu serta penggunaan alat pelindung diri-seperti kacamata,
tinggi sterilisasi uap. Kedua zat ini tidak bersifat korosif respirator, dan sarung tangan - mungkin diperlukan unfuk
terhadap logam, plastik, atau karet, dan memiliki spek- mencapai batas pajanan ini.
trum aktivitas yang luas terhadap mikroorganisme dan Orto-ftalaldehid (OPA) adalah sterilan kimiawi feno-
virus. Aldehid beke4a melalui alkilasi gugus kimiawi lik dialdehid dengan spektrum aktivitas yang setara de-
dalam protein dan asam nukleat. Kegagalan disinfeksi ngan glutaraldehid, meskipun sterilan ini beberapa kali
dan sterilisasi dapat terladi akibat pengenceran di bawah lebih cepat bersifat bakterisidal. Larutan OPA biasanya
kadar efektifnya, adanya materi organik, dan gagalnya mengandung 0,55% OPA. Labelnya menyatakan bahwa
cairan untuk berpenetrasi ke dalam saluran kecil yang disinfeksi tingkat-tinggi dapat dicapai dalam 12 rnenit
ada dalam peralatan. Tersedia autotnatic ciratlating baths pada suhu kamar, dibandingkan dengan 45 menit untuk
yang meningkatkan penetrasi larutan aldehid ke dalam glu taraldehid 2,4"/.. T idak seperti glu tara ldehid, OPA tidak
852 / BA8 s0

memerlukan aktivasi, kurang iritatif terhadap memhran otornatis yang lnenggunakan hidrogerr peroksida uap
rnukosa, dan tidak memerlukan pemantauan pajanan. (contoh, Sterrad) atau hidrogen peroksida yang dicampur
OPA memiliki kompatibilitas material clan profil keaman- dengan asarn format (Endoclens), tersedia untuk menste-
an lingkungan yang cukup baik. OPA bermar-rfaat untuk rilisasi endoskop.
disinfeksi atau sterilisasi endoskop, alat bedah, dan per- Asam perasetat (CH,COOOH) dipersiapkan secara
alatan medis lairrnya. komersial dari hidroger"r peroksida 90%, asarn asetat, dan
asam suJfat sebagai katalis. Bentuk murni agen ini bersi-
AIR TERSUPEROKSIDASI fat eksplosif. Asam L-rerasetat biasanya digunakan dalam
Elektrolisis salin menghasilkan campurall oksidan, ter- bentuk larutan terdilusi dan dikemas dalam wadah de-
utama asam hipokloris dan klorin, dengan sifat disinfek- ngan tutup berventilasi untuk rnencegah peningkatan te-
tan dan sterilan yang poten. Larutarr yang dihasilkan oleh kanan sewaktu oksigen clilepaskan. Asam perasetat lebih
proses ini-yang telah dikomersialisasikan dan dipa- aktif daripada hidrogen peroksida sebagai agen bakteri-
sarkan sebagai Sterilox untuk disiufeksi endoskop dan sidal dan sporisidal. Kadar 250-500 ppm efektif melawan
peralatan gigi-bersifat bakterisidal, fungisidal, tuber- berbagai macaln bakteri dalarn 5 menit pada pH 2,0 dan
kulosidal, dan sporisidal cepat. Disinfeksi tingkat tir-rggi suhu 20"C. Spora bakteri diinaktifkan oleh asarn perasetat
tercapai dengan wakfu kontak 10 rnenit. Larutarr ini ber- 500-30.000 p1'rm. Hanya dibutuhkan sedikit peningkatan
sifat nontoksik dan noniritatif, serta tidak memerlukan konsentrasi jika terdapat n'rateri organik. Virus memerlu-
tindakan pencegahan tertentu untuk pembuangamya. kan pajanan yang bervariasi. Enterovir.us rnemerlukan 2000
ppm selama 15-30 rnenit utrtuk rnenginaktifkannya.
SENYAWA PEROKSIGEN Suatu mesin otomatis (Steris) yang menggunakan
cairan asam perasetat berdapar pada konsentrasi 0,1-0,8%
Senyawa peroksigen-yaifu hidrogen peroksida dan
telah dikembangkan untuk sterilisasi peralatan nredis,
asam perasetat-memiliki aktivitas eradikasi yarrg tinggi
bedah, dan gigi. Sistern sterilisasi asam perasetat juga
dan spektrum yang luas terhadap lrakteri, spora, virus,
telah diadopsi untuk alat henrodialisis. Industri pengolah-
dan jarnur, jika digunakan pada kadar l,a1g tepat. Keun-
an nlakanan clan minuman banyak rnerrggunakan asaln
tungan senyawa ini adalah produk dekotnposisinl'a tidak
perasetat, karena produk degradasirrya pada pengen-
toksik sehingga tidak nerusak lir-rgkungan. Seulawa ini
ceran vang tinggi ticlak mengl"rasilkan batr clan rasa yang
adalah pengoksidasi kuat ;'arrg terutarna cligunakan se-
tidak enak maupull merrvebabkan toksisitas. Karena tidak
bagai disinfektan dan sterilan.
diperlukan pernbilasarr, penggunaan senyawa ini nreng-
Hidrogerr peroksida adalah disinfektan yang sangat
hemat rvaktu dan biaya.
efektif ketika digunakan urrtuk benda atau materi tak ber-
Asam perasetat merupakan prornotor futrror yang
nyawa dengan kandungan orgarrik yang rendah seperti air'.
poten, tapi karsinogen ),ang lernah. Agen ini liclak bersifat
Organisme yang memiliki enzim katalase clan peroksidase
mutagenik pada uji Arnes.
dengan cepat rnendegradasi hidroger-r peroksida. Prociuk
degradasinya yang tidak berbahaya adalah oksigen dan
air. Larutan terkonsentrasinya yang mengandung H"O" LOGAM BERI\T
9O% w/v dibuat secara elektrokimiawi. Ketika cliencer- Logam berat- tertrtama merkuri dan perak-sekarang
kan dalam air terdeionisasi bermutu tinggi rnenjadi 6% jarang cligunakarr sebagai disinfektan. Merkuri berbahaya
dan 3%, serta dimasukkan ke dalam wadah yang bersih, untuk lingkungan, dan beberapa bakteri patoger.rik telah
zat ini tetap stabil. Hidrogen peroksida telah diusulkan mengembangkan resistensi yang cliperantarai plasrnid ter-
penggunaannya untuk disinfeksi respirator, implan resin hadap merkuri. Hipersensitivitas terhadap timerosal sering
akrilik, alat makan yang terbuat dari plastik, Iensa kontak dijurnpai, kemungkinan pada 40% populasi. Serrvawa ini
lembut, dan karton unfuk kernasan produk susu atau diserap dari larutan oleh tutup karet dan plastik. Walaupun
jus. Kadar hidroger-r peroksida 10-25% bersifat sporisidal. begitu, timerosal 0,001-0,004% masih digunakan sebagai
Vapor plmse hydrogen peroxide (VPHP) adalah sterilan gas pengawet vaksin, antitoksin, dan serum imun.
dingin yang berpotensi rnenggantikan gas etilen oksida Garam perak anorganik bersifat sangat bakterisidal.
dan formaldehid yang toksik atau karsinogenik. VPHP Perak nitrat, 1:1000, adalah agen yang paling sering digu-
bidak memerlukan ruang bertekanan. Zat ini aktif pada nakan, khususnya sebagai pencegahan untuk oftalmitis
suhu serendah 4"C dan kadar serendah 4 ng/L. Senyawa gonokokal pada neorratus. Salep antibiotik telal'r meng-
ini tidak cocok dengan cairan dan procluk selulosa, dan gantikan perak nitrat untuk indikasi ini. Perak sulfadiazin
memenetrasi perrnukaan beberapa plastik. Peralatan rnelepaskan perak secara perlahan dan digunakan untuk
OBAT ANTIMIKROBA l"-AlN; DISINFEKTAN, ANTtSEpTtK, & STERTLAN / 853
menekan pertuurlruhan bakteri dal;rm luka bakar (lihai banyt-rk cligurrakan urrtr-rk clekontamirr;rsi tingkat-tinggi,
Bab 46). serttr sterilisasi encloskorr dan alat henrodialisis karena
efekttvitasir)'a, pellSgunaann\/a )/al1g otornatis, dan tok-
STERILAN sisitas produk resiclual stc.rilisasi yarrg rerrdah.
Selanra bertahurr-tahulr, penguapan bertekanan (otoklaf)
pada suhu 120nC selanra 30 menit telah menjadi metocle PENGAWET
dasar untuk sterilisasi peralatarl darr clekontamirrasi ber- l)isinfektan rl i gu rra ka n seba gai pen garvet u ntuk mencec,ah
bagai material. Jika perrggunaan otoklaf tidak memung- pertumbuhan trerlelrihan hakteri dan jarnur pada prodr-rk
kinkan-seperi pada peralatan berlensa dan materi 1'ang famraseutikal, serum clan reagt rr laboratoriunr, produk
mehgandung plastik dan karet-etilen oksida-yang kosmetik, clan lenstr kontak. Vial obat vang dapat digunakan
diencerkan dengan fluorokarbon atau karbon dioksicla berulang clan cltrpat cliambil isinya untuk beberapa kali
untuk rnenghilangkan bahaya eksplosif-cligunakan pada pellggullarrn derrgan menenlhus trrernbran yarrg ter.buat
kadar 440-"1200 mg/L, suhu 45-60. C dan dengan keleni- clarrikaret, clan obat tetes telinga dan mata, memerlukan
bapan relatif sebesar 30-60%. Kadar 1'ang lebih tinggi di- pengawet. Pengan,et ticlak boleh bersifat iritatif atau toksik
gunakan unhrk meningkatkan pcnetrasinya. terhaclap jar:ingan tcmpat zat tersebut akan digunakan.
Etilen oksida digolongkan sebagai mutagen clan Selain itu, pengan'et harus efektif mencegah perturnbuh-
karsinogen. Batas pajar.ran yang masih diperbolehkan an nrikroorgarrisme yang kernungkinan akan mengon-
(pcrrnissihle cxplasiue haztrd, PEL) oleh OSHA untuk etilen tatninasi jaringan, serta herrus nremiliki kelarutan dan
oksicla aclalah l ppm, yang diperhitungkan nrenurut flrre- stabilitas var.rg cukup unfuk tetap aktif.
toeigltted a7,erngc. Sterilan alternatif yang saat ini mulai Bahau penganret y611g sering digurrakan meliputi asam or-
banyak dig,rnakan meliputi VPHP, asaln perasetat, ozorr, ganik seperti asam benzoat clan garar"nnva, golongiur paraben,
plasma gas, klorin dioksida, forn.raldehid, darr propilen (alkil ester asam ;r-hiclroksibonzoat), asarn sorbat cian garam-
oksida. Tiap sterilan ini rnerniliki rnanfaat dan masalah lU'a, serl)'arva feno]ik, senva\\/il trmoniu m kr:trrtener, alkohol,
masing-masing. Sistem asanl perasetat otonratis mulai clan merkuri seperti tinrerosal pada kadar 0,(D1-0,0O1?6.

PREPARAT YANG TERSEDIA

AcsH ArunrulKRoBA LAIN Benzoyl peroxide (generik)


Colistimethate natrium (Coly-mycin M) Topikal: cairan 2,5To,5%, 10%; losion 5%,
Parenteral: injeksi 150 mg 5,5%, 10%; krim 5Vo, 10Yo; gel2,5%,4%,
Methenamine hippurate (Hiprex, Urex) 5o/o, 6%,10%,20%o
Oral: tablet 1,0 g Chlorhexidine gluconate Hibistat,
Methenamine mandelate (generi k) lainnya)
Oral: tablet 0,5; 'l g; suspensi 0,5 g/5 mL Topikal: pembersih, spons 2, 4%; bilas 0,5%
Metronidazole (generi k, Flagyl) dalam alkoh ol 7Oo/o
Oral: tablet 250, 500 mg; kapsul 375 mg; tablet Pembilas oral (Peridex, Periogard):
lepas-lambat 750 mg Glutaraldehyde (Cidex)
Parenteral: 5 mg/mL; injeksi 500 mg Peralatan: larutan 2,4oh
Mupirocin (Bactroban) Hexachlorophene (pH isoHex)
Topikal:salep, krim 2% Topikal: cairan 3o/o; busa 0,23%
Nitrofurantoin (generik, Macrodantin) lodine aqueous (generik, Lugol's Solution)
Oral: kapsul 25, 50, 100 mg; suspensi 25mg/5ml Topikal: 2-5% dalam air dengan natrium iodide
Polymyxin B (Polymyxin B Sulfate) 2,4o/o atau kalium iodide 10%
Parenteral: injeksi 500.000 unit per vial lodine tincture (generik)
Mata: 500.000 unit per vial Topikal: iodine 2Vo atau natrium iodide 2,4%
dalam alkoh ol 47o/o, dalam 1 5, 30, 120 mL
DlsrNrEKTaH,ArunseRnr, & Srrnluru dan kuantitas yang lebih besar
Benzalkonium (generik, Zeph iran) Nitrofurazone (generi k, Furaci n)
Topikal: konsentrat 17o/o; larutan 50%; larutan Topikal: larutan, salep, dan krim 0,2%
1:750
(berlanjut)
854 / BAB s0

Ortho-phthalaldehyde (Cidex Opa) Silver nitrate (generik)


Peralatan: larutan 0,55% Topikal: larutan 10, 25, 50%
Povidone-iodine (generik, Betadi ne) Thimerosal (generik, Mersol)
Topikal: tersedia dalam berbagai bentuk, Topikal: tinktur dan larutan 1:1000
termasuk aerosol, salep, bantalan kassa
antiseptik, pembersih kulit (cairan atau
busa), larutan, dan swabsticks

.Gordin FM et aI: Reduction in nosocomial transmission of drug-


REFERENSI
resistant bacteria after inhbduction of an alcohol-based hand-
Anonymous: Tinadazole. Med Lett Drugs Ther 2004;46:70. rub. Infect Conhol Hosp Epidemiol 2005;26:650.
Bischoff I /E et al: Handwashing comptance by health care Rutala WA, Weber DJ: New disinfection and sterilization methods.
workers: The impact of inhoducing an accessible, alcohol- . Emerg Infect Dis 2001;7:348.
based hand antiseptic. Arch Intem Med 2000;160:1017. Widmer AF, Frei R: Decontamination, disinfection, and sterilization.
Chambers FIF, Winston LG: Mupirocin prophylaxis misses by a In: Murray PR et al (editors). Manual of Clinical Mi crobiolo gy, 7't'
nose. Arm Intem Med 2004;140:484. ed. American Society for Microbiology, 1999.
. ...: '.
'' ..".,. r

Penggunaan Klinis Antimikroba


Harry W. Lampiris, MD, & Daniel S. Maddix, PharmD

Perkernbangan antimikroba menggarnbarrkan salah satu 3. Berapakah dosis optirnal, jalur pernberiarr, dan
kemajuan per"rgobatan yang paling penting, baik dalam hal durasi telapinva?
pengendalian atau penvembul.ran berbagai infeksi berat 4. Apa uji spesifik (r.nisalrrya, uji kepekaan) yang
n"raupun pencegahan dan terapi komplikasi infeksius aki- harus clilakukan untuk n'rengic{entifikasi pasien
bat r.nodalitas terapi lain seperti kernoterap.ri clan bedah. vang tidak akan berespons terhadap.r terapi?
Namun, banyak bukti menunjukkan bahwa antirlikroba 5. Apa tinclakan tambahan yang dapat dilakukan
sering kali diresepkan secara berlebihan bagi pasien rawat runtuk mengeradikasi irrfeksi? Sebagai contoh, apa-
jalan di Arnerika Serikat, dan ketersediaan antimikroba kah dapat dilakukan penrbec{ahan untuk tneng-
bebas di banyak negara berkembang-yang mernudahkan angkat jaringan mati atau bencla asing-atau drai-
timbulnya resistensi-sangat membatasi pilil'ran terapeutik nase abses-yarrg hdak clapat dipenetrasi oleh
untuk perawatan iufeksi yang mengancam jin'a. Oleh agen antimikroba? Apakah rnurrgkin dosis terapi
sebab itu, pertama-tama klinisi harus ntenentukan apakah imunosupresif urrtuk pasien yarrg menjalani trans-
terapi antimikroba diperlukan untuk seorang pasien. plantasi organ dapat diturunkar-r, atau rnemberikan
Beberapa pertanyaan spesifik yang harus anda tanyakan imunomodulator atau antitoksirr kepada pasien
meliputi: t.ang suc'lah nreuderita defisiensi in-run?

7. Apakah antin'rikroba diindikasikan l.rerdasarkan te-


muan klinis? Atau apakah bijak untuk nlenunggu
sarnpai ternuan klinis jelas terlihat?
.. TERAPI ANTIMIKROBA EMPIRIK
2. Apakah telah diperoleh spesimen klinis yarrg sesuai
untuk rnenetapkan diagnosis mikrobiologik? Agen antimikroba seringkali cligunakan pada keadaan
3. Apakah agen etiologik yang murrgkin meniurbul- ketika patogen yang bertanggung jarvab n'renirnbulkan pe-
kan Penl'aki1 Pada Pasie^? n)'akit tertentu atau kepekaarr terhac'lap agen antirnikroba
4. Tindakan apa yang harus dilakukan untuk melin- khusus belum diketahui. Penggunaan agen arrtimikroba
dungi indiviclu yang tengah menderita penyakit seperti ini disetrut terapi empirik (atau terapi presumtif)
primer agar tidak menderita perrl'akit sekunder, dan didasarkan pacla pengalanran dengan entitas klinis
dan tindakan apa yang harus diterapkan untuk tertentu. Alasan yang biasa digunakan unluk melakukan
mencegah pajanan lebih lanjut? terapi empirik adalah harapan bahwa intervensi dini
5. Adakah bukti klinis (r-r'risalnya, dari uji klinis) yang akan rner.nperbaiki hasil akhir penyakit; setidaknya,
rnenunjukkart bahwa terapi antimikroba akan mem- alasan ir-ri ditetapkan berdasarkan uji klinis prospektif
berikan manfaat klinis bagi pasierr? tersamar-gancla terkor-rtrol-plasebo. Sebagai contoh, terapi
episode demam pada pasien kanker yang neutropenik
Setelah penyebab spesifik berhasil diiclentifikasi berda-
menggunakar-r antimikroba empirik terbukti sangat ber-
sarkan uji mikrobiologik spesifik, pertanyaan selanjuhrya
manfaat menurunkan morbiditas dan mortalitas, rneski-
yang harus dipikirkan rnelipubi:
pun hanya sedikit agen bakteri spesifik penyebab dernam
1. Jika mikroba patogen spesifik telah diiclentifikasi, yang diidentifikasi clari episoc-le tersebut. Sebaliknva, terapi
dapatkah suatu agen dengan spektrurn yang lebih enrpirik dapat tidak bemranfaat atau r.nalah berbahaya
sempit diberikan untuk menggantikau obat empirik pada banyak keaclaan klinis. Sebagai contoh, demarn dan
inisial? infiltrat pulmonal pada pasien neutropenik dapat dise-
2. Apakah diperlukan sahr agerl atau kombinasi be- babkar"r oleh berbagai macam agen, seperti virus, bakteri,
berapa agen? rnikobakteria, jamur, protozoa, dan kelairran norrinfeksius.

855
855 / BAB s1

Pada keadaan ini, mungkin lebih baik mengambil spesi- pada data dari uji klinis. Terapi empirik diindikasikan
rnen secara dini-dari biakan sputum atau melalui lavase bila terdapat risiko timbulnya morbiditas berat yang ber-
bronkoalveolus-agar dapat dilakukan terapi dengan makna jika terapi ditunda sarnpai patogen spesifik ter-
spektrurn sempit berdasarkan hasil biakan. deteksi oleh uji laboratoriurn klinis.
Terakhir, ada banyak entitas klinis-seperti episode Pada keadaan lair-r, terapi empirik dapat saja lebih
tertentu comnurity-acquired pneumonin-yang patogen diindikasikan karena alasan kesehatan masyarakat ketirn-
spesifiknya sulit diidentifikasi. Pada kasus seperti ini, bang karena hasil akhir terapinya yang baik pada seorang
resporls klinis terhadap terapi ernpirik mungkin menjadi pasien. Sebagai contoh, uretritis yang diderita oleh seorang
petunjuk penting yang mengarahkan pada kernungkinan Ielaki muda yang aktif secara seksual biasanya mernerlu-
patogennya. kan terapi untuk N gonorrhoeae dan Chlttmydia traclrcmatis
meskipun tidak ada konfirmasi mikrobiologik sewaktu
Pendekatan terhadap Terapi Empirik diagnosis ditegakkan. Terapi empirik diperlukan karena
Jnisiasi terapi empirik harus dilakukan menurut pende- adanya risiko ketidakpatuhan populasi pasien ini terha-
katan yang spesifik dan sisten'ratik. dap kunjungan tindak-lanjut, yar-rg dapat menyebabkan
penularan patogen menular seksual ini lebih lanjut.
A. MerurruruKAN DIAGNosrs KLrNts lrurersl Mlrnoen
Menggunakan semua data yang tersedia, klinisi harus
E. MrmxsnrAKAN TERApI

menyimpulkan bahwa terdapat bukti anatomik adanya Pemilihan terapi ernpirik dapat didasarkan pada diagnosis
infeksi (misalnya, pneumonia, selulitis, sinusitis). mikrobiologik atau diagnosis klinis tanpa adanya petun-
juk mikrobiologik. Jika tidak terseciia informasi mikrobio-
B. MeruonpnrKAN SpEsTMEN uNTUK PEMERTKsAAN LABo-
logik, spektrum antimikroba agen yang dipilih.haruslah
RATORIUM
lebih luas, mencakup berbagai kemungkirran patogen yang
Pemeriksaan spesirnen yang diwarnai menggunakan mi- menimbulkan penyakit pada pasien.
kroskop atau pemeriksaan sederharra terhadap sampei
urine yang tidak c-lisentrifugasi untuk r.nenemukan leuko- Pilihan Antimikroba
sit dan bakteri. dapat memberikan petunjuk etiologik 1.ang Pemilihan suatu agen dari berbagai rnacam antimikroba
penting dalam waktu yang sangat singkat. Kulhrr dari bergantung pada faktor pejamu, I'ang meliputi hal-hal
tempat anatomik tertentu (darah, sputurn, urine, cairan sebagai berikut: (1) penyakit iain vang juga sedang di-
serebrospinal, feses) dan metode nonkultur (uji antigen, derita (misalnya, AIDS, penyakit hati kronik berat); (2)
reaksi rantai polimerase, serologi) juga dapat memastikan
riwayat efek simpang obat; (3) gangguan eliminasi atau
agen etiologik spesifik.
detoksifikasi obat (mungkin ditentukan secara genetis
C. MrrueruruxAN DtAGNosts MtKRoBtoLoGtK tapi lebih sering diakibatkan oleh gangguan fungsi ginjal
atau hati akibat penyakit yang mendasari); (4) usia pasien;
Arramnesis, perneriksaan fisik, dan hasil laboratorium
yang segera didapat (rnisalnya, pewarnaan Gram untuk dan (5) stahrs keharnilan.
urine atau spufum) dapat memberikan informasi yang Faktor farmakologik meliputi (1) kinetik absorpsi,
sangat spesifik. Sebagai contoh, pada seorang lelaki muda
distribusi, dan eliminasi; (2) kemampuan obat mencapai
tempat infeksi; (3) potensi toksisitas obat; dan (4) interaksi
dengan uretritis dan apusan terwarnai-Gram dari meatus
uretra menunjukkan diplokokus gram-negatif farmakokinetik atau farmakodinamik dengan obat lain.
inbrasel,
patogen yang paling mungkin rnenjadi penyebab adalah Pengetahuan mengenai kepekaan suatu organisnle-
Neisseria gonorrln,eae. Walaupun dernikiary mengenai l-ral
di rumah sakit atau komunitas-terhadap agen tertenfu
yang terakhir, klinisi harus menyadari bahwa beberapa penting untuk menentukan terapi empirik. Perbedaan far-
penderita urefrids gonokokus menunjukkan hasil pewar- makokinetik antara berbagai agen dengan spektrum anti-
naan Gram yang tidak informatif untuk organisme ter- n.rikroba yang serupa dapat dirnan-faatkan untuk tnengu-
sebut dan bahwa beberapa penderita uretritis gonokokrrs rangi frekuensi pemberian (misalnya, seftriakson dapat
juga menderita infeksi klamidia yang tidak terlihat dari diberikan sekali tiap 24 jam). Pada akhimya, biaya terapi
apusan dengan pewarnaan Grarn. antimikroba juga mulai banyak dipertirnbarrgkan, teruta-
ma jika tersedia herbagai agen dengan efikasi dan toksi-
D. MerueruruKAN PERLUNvA Tenapr Elrprnrr sitas yang hampir serupa untuk infeksi tertentu.
Kepufusan untuk memulai atau tidak memulai terapi em- Panduan singkat untuk terapi empirik berdasarkan
pirik merupakan suatu keputusan klirris penting yang dugaan diagnosis mikroba dan tempat infeksi disajikan
sebagian didasarkan pada pengalaman dan sebagian lagi pada Tabel 51-1 clan 51-2.
PENGGUNAAN KLINIS ANTIMIKROBA I 457

Tabel 51-1. Terapi antimikroba empirik berdasarkan etiologi mikrobiologik.

Kokus Gram-negatif (aerobik)


Mo raxel I a (Bra nha m e I I a) cata rrha I is TMP-SMZ,t cephalosporin (generasi Erythromycin, quinolone, clarithromycin,
kedua atau ketiga) azithromycin
Spectinomycin, cefoxitin
Neisseria meningitidis Penicillin G Chloramphenicol, cephalosporin
(generasi ketiga)3
Batang Gram-negatif (aerobik)
E coli, Klebsiella, Proteus Cephalosporin (generasi pertama atau Quinolone, aminoglycoside
kedua), TMP-SMZ
Enterobacte4 Citrobade| Serrati a TMP-5M2. quinolone, carbapenem Penicillin antipseudomonas,'
aminoglycoside,s cefepime
Shigella Quinolone TMP-5M2, ampicillin, azithromycin,
ceftriaxone
Salmonella TMP-5M2, quinolone, cephalosporin Chloramphenicol, ampicillin
(generasi ketiga)
Campylobader jejuni t. Erythromycin atau azithromycin Tetracycline, quinolone
Brucella sp. Dorycycline + rifampin atau Chloramphenicol + aminoglycoside atau
aminoglycoside5 TMP-SMZ
Helicobacter pylori Bismuth + metronidazole + tetracycline Penghambat pompa proton +
atau amoxicillin amoxicillin atau clarithromycin
Vibrio sp.
Pseu do mon as ae rug i nosa Penicillin antipseudomonas + Penicill in antipseudomonas + quinolone;
aminoglycosides cefepime, ceftazidime, imipenem.
meropenem atau aztreonam +
aminoglycoside
Bu rkholderia cepacia (dahulu TMP-SMZ Ceftazid ime, chloramphenicol
Beudomonas cepacial
Stenotrophomonas maltophilia (dahulu TMP-SMZ Minocycline, ticarcill in<lavunate,
Xa nthomonas maltoph i I i al quinolone
Legionella sp. Azithromycin + rifampin atau quinolone Clarithromycin, erythromycin,
+ rifampin dorycycline
Kokus Gram-positif (aerobik)
Streptococcus pneumoniae Penicillin6 Dorycycline, ceftriaxone, cefuroxime,
quinolone, erythromycin, linezolid,
ketolides
Streptococcus pyogenes (grup A) Penicillin, clindamycin Erythromycin, cephalosporin (generasi
, pertama)
Streptococcus agalactiae (grup B) Penicillin, (+ aminoglycoside?s) Vancomycin
;i6i;ili;;';;n;;;- Penicirrin Cephalosporin (generasi pertama atau
ketiga), vancomycin
Staphylococcus aureus
Beta-laktamase-negatif Penicillin Cephalosporin (generasi pertama),
vancomycin
Betalaktamase-positif Penicillin resisten-penicillinase' Seperti di atas
(berlanju0
858 / BAB s1

Tabel 51-1. Terapi antimikroba empirik berdasarkan etiologi mikrobiologik. (lanjutan)

Resisten-metisilin Vancomycin TMP-SMZ, minocycline, linezolid.

.idqi@iti....... ...... . ...ii1[iilrririlieiieii,_;j


--- -;::iffi:l]ii*'ffi;;il- -----
Batang Gram-positif (aerobik)
..?_::_A:_:n:_!l_?_l:.1!:!!.?:.!.:l ---_-_.. --._.....-y-lT_9ly.t!l-_._._- --.-- . lmiqgnem, quinorone, crindamycin
- '
.-ii:fji:-jg-:--. Ampicillin (l aminoslvcosides)
- .--.-----....-l\1it'*.---.-----
Nocardia sp.
"----
;f.di.;;;;;ffi:sMt--- Minocyctine, i*fi;;;;;;il;;--
Bakteri anaerobik
Gram-positif (clostridia, Peptococcus, Penicillin, clindamycin Vancomycin, carbapenem.
.-.-_l1.t1j!.?_ry:.g--'1-P-gp-19-l-!fp-1gg_g!5-1:L-....-_ chroramphenicot

Bacteroides fragilis Metronidazole Chloramphenicol, carbapenem,


kombinasi beta-laktam dengan
penghambat beta-laktamase,
clltrdamycin
Fusobacterium, Prevotella, Metronidazole, clindamycin, penicillin Seperti B fragitis
-..... L9!p. !y!.!r-o_t-9_s_--- -- _- _. - _
'
.

Mikobakteria
Myco bacteri u m tu be rcu I osi s lsoniazid + rifampin + ethambutol + streptomycin, quinolone, amikacin,
pyrazinamide ethionamide. cycloserine. PAS, linezolid
Mycobacterium leprae
Multibasiler Dapsone + rifampin + clofazimine
Pausibasiler Dapsone + rifampin
Mycoplasma pneumoniae Tetracycline, erythromycin Azithromycin, clarithromycin,

Borrelia recurrentis Doxycycline Erythromycin, ch loramphenicol,


penicillin

Dini Doxycycline. amoxicillin Cefuroxime axetil, penicil lin


t
Lanjut Ceftriaxone

._!:_4::pj:.2.:p:. -----.-.- -...-F-l-,:!L!il retracycrine

Jamur
Aspergillussp. Voriconazole Amphotericin B, itraconazole,

Btastomyces sp. Amphotericin B


'-;;;;*;-;;.- '- -""'-"- -.-'- ttraconazote, k"i;o*!iL:;i-----..-.-----.----..
-.---ih;;;;;;;;;l;;;.onazo,e,
;;il;ild;;;;;;ili; voriconazore,
.___-...._._..ns_?lytqiL:.t_'.*1.1IlryiL.._.._.
(berlanjut)
PENGGUNAAN KLINIS ANTIMIKROBA / 859
Tabel 51 -1 . Terapi antimikroba empirik berdasarkan etiologi mikrobiologik. (lanjutan)

Penyakit atau Patogen yang sudah


:'Terbukti atau masih Dicurigai Obat Pilihan Pertama Obat Alternatif
Cryptococcus Fluconazole
Llrl :1 :|.!it .?
r_
11.y...v..t "..: il : !l :I tl
Coccidioides immitis Amphotericin B Fluconazole, itraconazole,
ketocon azole
H istop Ia sm a capsu I atu m Amphotericin B Itraconazole
M u co race a e (Rh i zopu s, Absi d i a) Amphotericin B

Sporothrix schenkii Amphotericin B Itraconazole


lTrimethoprim-sulfamethoxazole (TMP-SMZ) merupakan campuran satu bagian trimethoprim dan lima bagian sul{amethoxazole.
'?Quinolone tidak dianjurkan sebagai terapi empirik pada infeksi gonokokus yang didapat dl Asia Tenggara, Hawaii, dan Pantai Pasifik Amerika
Serikat atau pada kaum laki-laki homoseksual di Amerika Serikat bagian lain. Azithromycin 2 g merupakan agen alternatif untuk terapi uretritis
gonokokus dan servisitis.
rCephalosporin generasi-pertama: cephalothin, cephapirin, atau cefazolin untuk pemberian parenteral;
cephalexin atau cephradine untuk pem-
berian oral. Cephalosporin generasi-kedua: cefuroxime, cefamandole, cefonicid untuk pemberian parenteral; cefaclor, cefuroxime axetil, cefprozil,
ceftibuten untuk pemberian oral. Cephalosporin generasi-ketiga: cefoperazone, cefotaxime, ceftizoxime, ceftriaxone untuk pemberian parenteral;
cefixime, cefpodoxime untuk pemberian oral.
aAntipseudomonas penicillin: carbenicillin, ticarcillin, azlocillin, mezlocillln, piperacillin.
sUmumnya, streptomycin dan gentamicin digunakan untuk mengobati infeksi aklbat organisme gram positif,
sementara gentamicin, tobramycin,
dan amikacin digunakan untuk mengobati infeksi aklbat gram-negatif.
6Lihat catatan kaki 3 pada Tabel 51-2 untuk panduan terapi meningitis pneumokokus resisten penicillin.
TNafcillin, oxacillin, atau methicillin parenteral; dicloxacillin, cloxacillin, atau oxacillin oral.
"Tidak ada regimen bakterisidal yang benar-benar dapat diandalkan untuk enterokokus resisten-vancomycin. Regimen yang dilaporkan e{ektif
meliputi terapi obat tunggal menggunakan chloramphenicol, tetracycline, nitrofurantoin (untuk infeksi saluran kemih); regimen yang berpotensi
untuk bakteremla meliputi linezolid, daptomycin + vancomycin, dan ampicilin + cipro{loxacin + gentamicin.
sKetoconazole tidak memenetrasi sistem saraf pusat sehingga kurang bermanfaat untuk meningitis.

faringitis strep,tokokus), sensitivitas teknik kultur rnung-


.
TERAPI ANTIMIKROBA UNTUK kin tidak cukup untuk merrgidentifikasi semua penyebab
penvakit.
BERBAGAI INFEKSI YANG
ETIOLOGINYA TELAH DIKENAL PANDUAN TERAPI ANTIMIKROBA UNTUK
INFEKSI YANG TELAH DIKENAL
INTERPRETASI HASIL BIAKAN
Uji Kepekaan
Spesimen biakan 1'ang diperoleh da1 c'liproses delgan
Uji kepekaan bakteri patogen terl-radap agen antirnikroba
benar sering memberikan inforrnasi yang terpercaya me-
in vitro sangat penting untuk memastikan kepekaan bak-
ngenai penyebab infeksi. Tidak adanya konfirmasi untuk
teri, idealnya hingga antilnikroba nontoksik spektrum-
diagnosis mikrobiologik dapat disebabkan oleh halial
sempit. Uji ini mengukur kadar obat yang diperlukan
berikut:
utrtuk menghambat pertunrbuhan organisme (rninilnal
(1) Kesalal'ran sampel, misalnva, sampel biakan clianrbil inlibitonl concerftration [MIC]) atau untuk membunuh
sesudah antimikroba diberikan. organisrne (nfuinml bnctericiilal concentration [MBC]).
(2) Organisme yang tumbuh lambat atau tidak tumbuh Hasil uji ini kemudian dapat dibandingkan dengarr kadar
sar.na sekali, (Histoplasna cilpsulLltum, spesies bartonella); obat yang diketahui terdapat dalam berbagai kompar-
biakan organisme irri sering kali dibuang setrelum tercapai temen tubuh. Hanl-a NIIC yang secara mtin diukur pada
pertumbuhan yang cukup untuk deteksi. sebagian besar infeksi, sedangkan pada infeksi yang me-
(3) Meminta biakan bttkteri, padahal infeksi ciisebabkan merlukan terapi bakterisidal untuk eradikasi infeksi (se-
oleh organisrne lain. perti meningitis, endokarditis, sepsis pada pejamu granu-
(a) Tidak memahami perlunya rnedia atau tekr-rik isolasi lositopenik), pengukuran MBC sesekali berguna.
khusus (misalnya, agar ekstrak ragi arang untuk isolasi
spesies legionella, sistem biakan jaringan s/rell-olnl urrtuk Metode Analisis Khusus
isolasi cepat CMV). A. Arunusrs Bern-Lnrrnrunse
Bahkan untuk suatu penyakit infeksi kiasik yang Pada beberapa bakteri (rtrisalrl,a, spesies henrophilus),
tekrrik isolasinya telah ditetapkan selama beberapa clekade pola kepekaan galurnva s(.rlrpil, kecuali prodtrksi []-lak-
(seperti pneumonia prreumokokus, tuberkulosis pulmonal, tarnasettva. P;rclar kasr-rs ini, tirlak diper lukan banvak
860 / BAB s1

Tabel 51-2. Terapi antimikroba empirik berdasarkan lokasi infeksi,

Endokarditis bakterial
Akut Staphylococcus aureus Vancomycin + gentamicin Penicillin resisten-
penicillinaset + gentamicin
Subakut Streptokokus viridans, Penicillin + gentamicin Vancomycin + gentamicin
enterokokus
Artritis septik
Anak H influenzae, S Ceftriaxone Ampicillin-sulbactam
streptokokus
aureus,
p-hemolitik
Dewasa S aureus, Enterobacteriaceae Cefazolin Vancomycin, quinolone
Otitis media akut, sinusitis H influenzae, 5 Amoxicillin Amoxicillin<lavulanate,
pneu mon iae, M cata rrha I is cef uroxime axetil, TMP-5M2,
ketolide
Selulitis S aureus, streptokokus Penicill in resisten-penicillinase. Vancomycin. clindamycin,
grup A cephalosporin (generasi- linezolid
pertama)2
Meningitis
Neonatus Streptokokus grup B, E coli, Ampicillin + cephalosporin Ampicillin + aminoglycoside,
Listeria (generasi-ketiga) ch loramphetticol. meropenem
H i nflue nzae, pneumokokus. Ceftriaxone atau cefotaxime + Chloramphenicol, meropenem
meningokokus vancomycins
Dewasa Pneumokokus, Ceftriaxone, cefotaxime Vancomycin + ceftriaxone
meningokokus atau cefotaximes
Peritonitis akibat ruptur Koliform, B fragilis Metronidazole + cephalosporin Carbapenem
viskus (generasi-ketiga), piperacill in-
tazobactam
Pneumonia
Neonatus Seperti pada meningitis
neonatus
Anak Pneumokokus, S aureut H Ceft riaxone, cefuroxime, Ampicillin-su lbactam
influenzae cefotaxime
Dewasa (dapatan Pneumokokus, Mycoplasma, Rawat jalan: Macrolide,a Rawat jalan: Ketolide.
masyarakat) Legionella, H influenzae, amoxicillin, tetracycline quinolone
S aureus, C pneumonia, Rawat inap: Macrolidea + Rawat inap: Dorycycline +
koliform cephalosporin (generasi-ketig a) piperacil in-tazobactam atau
I

ticarcillin<lavulanate, atau
:-,".r_y_lg.{$i.r_,i.1_gl_q_!-:l
Septisemia6 Semua jenis patogen Vancomycin + cephalosporin (generasi-ketiga) atau piperacillin-
tazobactarn atau imipenem atau meropenem
-_--_-----------_----__-t__
Septisemia disertai 5emua jenis patogen Penicillin antipseudomonas + aminoglycoside; ceftazidime;
granulositopenia cefepime; imipenem atau meropenem; pertimbangkan untuk
menambahkan terapi antijamur sidemik jika demam menetap
melebihi 5 hari setelah terapi empirik dimulai
lLihatratatan kaki T,Tabel 5l-1.
2lihat (atatan kaki 3, Tabel 51 -1.
tJlka dicurigai terjadi meniflgitis akibat pneumokokus reristen-penisilin, dian!urkan
terapj ernpirik dengan regirnen ini.
'Erythro.ny(in, clarithromycin, atau azithromycin (suatu azalid) dapat digunakan-
sQuinolone yang digunakan tintuk mengobati inleksi pneumokokus rneliputi ievofloxacin, rnoxifloxacin,
dan gernifioxacin-
6lmunornodulator tambahan-seperti drotrerogin-alfa--dapat juga dlpertirnbangkan pada pasien
denqan sepsis berat.
PENGGUNAAN KLINIS ANTIMIKROBA I 861
pemeriksaan kepekaan, dan sebagai gantinya, dapat di- Tabel 5l-3. Antibakteri bakterisidal dan
lakukan uji langsung untuk p-laktamase menggunakan bakteriostatik.
substrat BJaktam kron'rogenik (cakram nitrosefin).
Agen bakterisidal Agen bakteriostatik
B. Sruor Srrupncr Aminoglycoside Chloramphenicol
Bacitracin Clindamycin
Studi sinergi adalah uji in vitro untuk mengukur interaksi
Antibiotik beta-lactam Ethambutol
obat yang sinergistik, aditif, indiferen atau antagonistik. Daptomycin Macrolide
Secara umum, pemeriksaan ini belum distandardisasi dan lsoniazid N itrof urantoin
tidak berhubungan dengan hasil akhir klinis. (Lihat ba- Ketolide Novobiocin
gian Kombinasi Obat Antimikroba untuk perincian lebih Metronidazole Oxazolidinone
Polymixin Sulfonamide
lanjut.)
Pyrazinamide Tetracycl ine
Quinolone Trimethoprim
PEMANTAUAN RESPONS TERAPEUTIK: Rifampin
DURASI TERAPI Tigecycli ne
Vancomycin
Respons terapeutik dapat dipantau secara mikrobiologis
n"raupun klinis. Biakan spesimen yar"rg diarnbil dari lokasi
infeksi harus rnenjadi steril atau n.remperlihatkan eradikasi
kurnan patogen selarna pengobatan dan berrnanfaat untuk
mengetahui adanya rekurensi atau relaps. Biakan sebagai contoh, apakah terdapat jumlah granulosit yang cukup
tindak-lanjut juga berguna untuk mendeteksi superin- dan apakah terdapat irrfeksi HIV, malnutrisi, atau kega-
feksi atau munculnya resistensi. Secara klinis, n'ranifestasi nasan yang mendasari? Adanya abses dan benda asing
sistemik infeksi pada pasien (kelemahan, demam, Ieu- juga harus dipertimbangkan. Akhirnya, biakan dan uji
kositosis) harus mereda dan gejala klinisnya harus mem- kepekaan harus diulang untuk rnemastikan apakah super-
baik (misalnya, seperti ditunjukkan dari bersihnya infiltrat infeksi oleh organisrne lain telah terjadi atau patogen yang
radiografik atau meredanya hipoksemia pada pneumo- asli telah membentuk resistensi terhadap obat.
nia).
Larnanya terapi yang dibutuhkan untuk penyembuh- FARMAKODI NAMI KA ANTIMIKROBA
an bergantung pada kuman patogen, lokasi infeksi, dan Lama kadar suatu obat dapat bertahan sangat berkaitan
faktor pejamu (pasien luluh-irnun umumnya memerlukan dengan efek antirnikroba pada lokasi infeksi serta dengan
terapi yang lebih lama). Tersedia data yang tepat mengenai efek toksiknya. Faktor farmakodinar"nik meliputi hasil
lamanya terapi untuk beberapa infeksi (misalnya faring- uji kepekaan patogen, aktivitas bakterisidal versus bak-
itis streptokokus, sifilis, gonorea, fu berkulosis, rneningitis teriostatik obat, dan efek sinergisme, antagonisme, dan
kriptokokus pada pasien non-AIDS). Pada banyak situasi pascaantibiotik. Bersama farmakokinetik, keterangan me-
lain, lamanya terapi ditentukan secara empiris. Pada in- ngenai farrnakodinamik memungkinkan kita memilih
feksi beral terapi sebaiknya dilanjutkan selama 7-10 hari regimen dosis ar,tirnikroba yang optimal.
setelah pasien afebris. Pada infeksi rekuren (misalnya, si-
nusitis, infeksi saluran kemih), sering diperlukan terapi Aktivitas Bakteriostatik versus Bakterisidal
antimikroba yang lebih lama untuk eradikasi kuman. Agen antibakterial dapat dikelompokkan menjadi bakte.
riostatik atau bakterisidal flabel 51-3). Agen yang terutama
Kegagalan Klinis Terapi Antimikroba hersifat bakteriostatik rnerniliki kadar inhibitorik vang jauh
fika pasien menunjukkan respons klinis atau mikrobio- lebih rendah daripada kadar bakterisidal. Urnunurya, agen
logis yang tidak adekuat terhadap terapi antimikroba yang aktif di dinding sel bersifat bakterisidal, dan obat yang
yang dipilih ntenurut tes kepekaan in vitro, pemeriksaan rnenghamba t sintesis protein bersifat bakteriosta tik.
sistematik harus dilakukan untuk menentukan penyebab Pengelompokan agen antibakteri rnenjadi bakterisi-
kegagalan. Jirang terjadi kesalahan dalam uji kepekaan, dal atau bakteriostatik rnemiliki batasan. Beberapa agen
tehpi hasil yang asli harus dipastikan dengan uji ulang. yang dianggap merupakan bakteriostatik dapat menjadi
Dosis dan absorpsi obat harus diperiksa dengan teliti dan bakterisidal untuk organisme-organisme tertentu. Di Iain
langsung diuji dengan pengukuran serum, penghitungan pihak, enterokokus dihambat tapi tidak dibunuh oleh van-
pil, atau terapi yang diamati secara langsung. comycin, penicillin, atau ampicillin yang digunakan se-
Data klinis harus ditinjau kembali untuk memastikan bagai agen tunggal.
bahwa fungsi imun pasien adekuat dan, jika tidak, apa Ageri bakteriostatik sehra dengan trakterisidal untuk
yang dapat dilakukan untuk memaksimalkannya. Sebagai terapi kebarryakan penyakit menular pada pejamu yang
862 / BAB sl
imunokompeten. Agen bakterisidal harus lebih dipilih da- Tabel51-4. Agen antibakteri dengan efek
ripada bakteriostatik pada keadaan terganggunya sistem pascaantibiotik in vitro > 1,5 jam.
pertahanan setempat atau sistemik pejamu. Agen bakte-
risidal diperlukan untuk terapi endokarditis dan infeksi Terhadap kokus gram-positif Terhadap basil gram-negatif
Aminoglycoside Aminoglycoside
endovaskular lain, meningitis, dan infeksi pada pasien
Carbapenem Carbapenem
kanker yang neutropenik. Cephalosporin Chloramphenicol
Agen bakterisidal dapat dibagi menjadi dua kelompok: Chloramphenicol Quinolone
agen yang memiliki efek membunuh bakteri bergantung- Clindamycin Rifampin
kadarf concerftratiott-ilependent killing (misalnya, ami- Daptomycin Tetracycl ine
Ketolide Tigecycline
noglikosida dan kuinolon) dan agen yang rnemiliki efek
Macrolide
membunuh bakteri bergantung-wakttt/ time-ilependent Oxazolidinone
killing (misalnya, p-laktam dan vankomisin). Pada obat Penicillin
dengan efek membunuh bakteri bergantung-kadar, laju Quinolone
dan luas kemampuan membunuhnya meningkat seiring Rifampin
Sulfonamide
meningkatnya kadar obat. Concentration-dependent killing
Tetracycl i ne
menjadi salah satu faktor farmakodinamik yang membuat Tigecycline
aminoglikosida efektif diberikan sebagai obat tunggal Trimethoprim
sehari. Vancomycin
Pada obat dengan efek membunuh bergantung-waktu,
aktivitas bakterisidalnya akan tetap ada selama kadarnya
dalam serum berada di atas MBC. Kadar agen dengan efek
membunuh bergantung-w akn: (time-dependent killing) yang gram-negatif yang peka hanya terbatas pada karbapenem
tidak memiliki efek pascaantibiotik, harus dipertahankan dan agen yang menghambat sintesis protein atau DNA.
di atas MIC sepanjang waktu di antara waktu pemberian PAE in vivo biasanya lebih lama daripada PAE in
obat. vitro. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh peningkatan
leukosit pascantibiotik Qt o st afiib i o ti c leuko cy te enhan-
Efek Pascaantibiotik cetneilt, PALE) dan pemajanan bakteri ke kadar antibiotik
Supresi pertumbuhan bakteri yang persisten setelah pema-
subirrhibitorik. Efikasi regimen dosis sekali-sehari sebagi-
janan yang terbatas terhadap agen antimikroba disebut an disebabkan oleh PAE. Aminoglikosida dan kuinolon
efek pascaantibiotik (PAE). PAE dapat dihitung secara ma-
memiliki PAE yang bergantung pada kadar; karena itu,
tematis sebagai berikut:
aminoglikosida dosis tinggi yang diberikan sekali sehari
menghasilkan peningkatan aktivitas bakterisidal dan pe-
PAE = T-C manjangan PAE. Kombinasi efek farmakodinarnik ini me-
mungkinkan kadar aminoglikosida serum yang berada di
T adalah waktu yang diperlukan bagi jumlah bakteri
bawah MIC organisme target tetap efektif untuk waktu
viabel dalam biakan uji (in vitro) untuk meningkat seba-
yang lama.
nyak sepuluh kali lipat di atas jumlah bakteri yang di-
amati segera sebelum obat dihentikan, dan C adalah
waktu yang diperlukan bagi jumlah bakteri dalam biakan
PERTI MBANGAN FARMAKOKINETIK
yang tidak mendapat obat untuk meningkat sebanyak se- Jalur Pemberian
puluh kali lipat di atas jumlah bakteri yang diamati segera Banyak agen antirnikroba merniliki sifat farrnakokinetik
setelah prosedur yang sama untuk biakan uji selesai. PAE yang serupa ketika diberikan per oral atau parenteral (mi-
menggambarkan waktu yang diperlukan bakteri ur-rtuk salnya tetrasiklin, trirnetoprim-sulfarnetoksazol, kuinolon,
kembali ke pertumbuhan logaritmik. kloramfenikol, metronidazol, klindamisin, rifampin, line-
Mekanisme yang diajukan meliputi (1) pemulihan yang zolid dan flukonazol). Pada kebanyakan kasus, terapi oral
lambat setelah kerusakan nonletal yang reversibel pada menggunakan obat-obat ini sama efektifnya, lebih murah,
struktur sel; (2) bertahannya obat pada lokasi ikatan atau di dan menimbulkan komplikasi yang lebih sedikit daripada
dalam ruang periplasmik; dan (3) perlunya sintesis enzim terapi parenteral.
baru sebelum pertumbuhan dapat berlanjut. Kebariyakan Jalur intravena lebih dipilih pada keadaan berikut: (1)
antimikroba memiliki PAE in vitro yang signifikan Q 1,5 untuk pasien kritis; (2) untuk penderita rneningiLis atau
jam) terhadap kokus gram-positif yang peka (Tabel 51-4). endokarditis bakterial; (3) untuk pasien yang rnenderita
Antimikroba dengan PAE yang signifikan terhadap basil mual, muntah, gastrektomi, atau penyakit yang dapat
PENGGUNAAN KLINIS ANTIMIKROBA I 863
menggarlggu perlverapan oral; dan (4) ketika memberikan obat dan efikasi atau toksisitas; (2) bahwa terdapat varia-
antimikroba yang penyerapannya buruk jika diberikan bilitas kadar serum dari dosis standar pada tiap pasien;
per oral. (3) bahwa terdapat perbedaan kecil antara kadar serum
terapeutik dan toksik; (4) bahwa toksisitas atau efikasi
Kondisi Yang Mengubah Farmakokinetik klirris tertunda atau sulit diukur; ctan (5) bahwa tersedia
Antimikroba suafu analisis 1,ang akurat.
Berbagai penyakit dan keadaan fisiologik mengubal-r far- Pada praktik klinis, pemantauan kadar seruln secara
makokinetik antimikroba. Gangguan fungsi ginjal dan hati rutin dilakukan pada pasien yang menclapat ar.ninogli-
dapat menurunkan eliminasinya. Tabel 51-5 menyajikan kosida. Meskipun bukti yang menyokorrg manfaat atau
obat yang memerlukan penyesuaian dosis pada pende- kegunaannya rnasih sedikit, pemalltauan kadar vankomi-
rita insufisiensi ginjal dan hati. Jika dosis anhimikroba sin clalarn serurn juga banyak dilakukan. Pada peman-
tidak dihrrunkarr pada pasien tersebut, dapat tirnbul efek tauan kadar serum flusitosin, terbukti aclarrva pel"lurunall
samping yang toksik. Sebaliknya, dosis obat tertentu untuk toksisitas ketika dosis disesuaikan untuk mernpertahankan
penderita luka bakar, fibrosis kistik, atau trauma rnungkin kadar puncak di bawah 100 mcg/ntL.
perlu ditingkatkan. Farmakokinetik antimikroba juga ber-
'. 'i.'i'. :i.
ubah pada orang berusia lanjut, neonatus, dan pada ke-
hamilan. MANAJEMEN TOKSISITAS
ANTIMIKROBI\
Kadar Obat dalam Cairan Tubuh
Kebanyakan agen antimikroba terclistribusikar-r dengarr Tersedianya berbagai lllacant antimikroba biasanya rne-
baik ke sebagian besar jaringarr clan cairan hrbuh. Pene- rnungkinkan kita untuk mer.nilih alternatif vang efektif
trasin1,6 ke cairan serebrospinal r-rrerrjadi perkecualian. bagi pasien dengan toksisitas obat yang hebat (Tabel
Kebanyakan obat tidak memenetrasi rlerringes yang tic{ak 51-1). Nanrurr, pada beberapa infeksi, tidak ada alternatif
meradang hingga mencapai kadar 1'ang berrnakna. Na- obat pilihan 1'ang efektif. Sebagai corrtoh, pada penderita
r.nun, jika terdapat meningitis, kaclar banyak antirnikroba neurosifilis ),ang uremiliki riwayat anafilaksis terhaclap
dalam cairan serebrospinai nrerringkat (Tabel 51-6). penisilirr, harus dilakukan uji kulit dan desensitisasi ter-
hadap penisilin. Anamnesis yarrg jelas mengerrai alergi
Pemantauan Kadar Serum Antimikroba obat dan reaksi simpang terhadap obat laimrya l-rarus di-
Pada kebanyakan agen antirnikroba, terdapat hubungan dapatkarr. Pasien 1'a1g telah cliketahui alergi terhadap
yang jelas antara dosis dan hasil akhir terapeutik sehingga antimikroba harus membawa selernbar kartu yarrg berisi
pemantauan kadar serunr tidak diperlukan. Untuk mela- nama obat dan deskripsi reaksinya. Reaktivitas-silang
kukan pemantauan kadar seruln secara rutin, harus di- antara penisilin dan sefalosporin besarnya kurarrg dari
pastikan (1) bahwa ada hubungan langsung antara kadar 10%. Sefalosporin dapat diberikan pada pasien yang

Tabel 51-5. Agen antimikroba yang memerlukan penyesuaian dosis atau dikontraindikasikan pada pasien
dengan gangguan ginjal atau hati.

Acyclovil amantadine, aminoglycoside, aztreonam, Cidofovit methenamine, asam Amprenavir, atazanavir,


cephalosporin,' clarithromycin, cycloserine, nalidiksat, n itrof urantoin, ch loramphenicol, clindamycin,
daptomycin, didanosine, emtricitabine, ertapenem, sulfonamide (kerja-panjang), erythromycin, fosamprenavir,
ethambutol, famciclovir, f luconazole, flucytosine, tetracycline2, voriconazole i nd inavi r, metronidazole,

foscarnet, ganciclovir, imipenem, lamivudine, rimantadine, tigecycline


meropenem, penicillin,3 quinolone,a rimantadine,
stavudine, terbinafine, tel ithromycin, tenofovir,
trimethoprim-sulfamethoxazole, valacyclovir,
vancomycin, zalcitabine, zidovudine
lKecuali cefoperazone dan ceftriaxone.
'lKecuali doxycycline dan kemungkinan minocycline.
3Kecuali penicillin antistafjlokokus (misalnya, nafcillin dan dicloxacillin).
aKecuali grepafloxacin dan trovafloxacin.
864 / BAB s1

Tabel 51 -6. Penetrasi antimikroba pilihan ke dalam cairan serebrospinal (csF).

Cefotaxime 22,5 27-36


Ceftazidime 0.7 20-40
Ceftriaxone 0.8-1.6 15
Cefuroxime 20 1 7-88
Ciprof loxacin 6-27 26-31
lmipenem 3,1

1-52
Nafcillin 2-15 5-27
Penicillin G 1-2 8-1 8
Sulfamethoxazole 40 12-47
Trimethoprim <41 12-69
Vancomycin 0 'l-s3

rnenderita ruam makulopapular akibat penisilin, nanrun r:'::,i';r.:,.-:,r.-._::-,.:.i't-'.'.:i,:ii'r.::.,.-,1:.r._,-.i:.:..,i.r:it-::til!:,:ri.tr::.:..,


l-rarus dihindari pada pasien dengan riwayat reaksi i..i KOMBINASI OBAT
hipersensitivitas segera akibat penisilin. Reaktivitas-silang
antara penisilin dan karbapenem dapat melebihi 50%.
ANTIMIKROBA
Di lain pihak, aztreonam tidak bereaksi-silang dengar-r
penisilin sehingga aman diberikan pada pasien dengan RASIONALISASI KOMBINASI TERAPI
riwayat anafilaksis akibat penisilin. Pada reaksi ringan, ANTIMIKROBA
terapi dapat clilanjutkan dengan menggunakan agen Sebagian besar infeksi sebaiknya diobati dengan antimi-
tambahan atau penurunan dosis.
kroba tunggal. Meskipun terdapat indikasi untuk terapi
Frekuensi reaksi sirnpang terhadap antimikroba rne-
kornbinasi, kombinasi antimikroba sering kali digunakan
ningkat pada beberapa kelornpok, termasuk neonatus,
secara berlebihan pada praktik klinis. Penggurraan kom-
pasien geriatri, pasien gagal ginjal, dan pasien AIDS. Pe-
binasi ar"rtimikroba yang tidak perlu meningkatkan tok-
nyesuaian dosis obat yang disajikan pada Tabel 51-5
sisitas dan biaya serta sesekali nrenimbulkan penurunan
penting untuk mencegah efek simpang pada pasien ga-
efikasi karena antagonisme satu obat dengan obat lainnya.
gal ginjal. Selain itu, beberapa agen dikontraindikasikan
Kombinasi antimikroba sebaiknya dipilih untuk satu atau
pada pasien gangguan ginjal karena r.neningkatnya Iaju
lebih alasan di bawah ini:
toksisitas berat'(label 51-5). Lihat bab sebelumnya untuk
pembahasan obat tertenfu . (1) lvlemberikan terapi empirik spektrunr-luas pada
Polifarmasi juga merupakan predisposisi interaksi pasien kritis.
obat. \{alaupun mekanismenya tidak diketahui, pasien (2) Mengobati infeksi polimikroba seperti abses in-
AIDS memiliki insiden toksisitas 1'ang tinggi yang tidak traabdomen. Kombinasi antimikroba yang dipilih harus
biasa terhadap berbagai macarn obat, seperti klindamisin, mencakup patogen yang paling unrum atau yang dicurigai
aminopenisilin, dan sulfonamida. Banyak reaksi ini, ter- tapi tidak perlu rnencakup semua patogen yang rnungkin.
urasuk ruam dan demam, berespons terhadap penurunan Tersedianl,a antimikroba dengan cakupan polirnikroba
dosis atau terapi dengan kortikosteroid dan antihistarnin. yang sangat baik (misalnya, kombinasi penghanrbat B-lak-
Contoh lainnya dilrahas pada bab sebelumnya dan pada tamase atau karbapenem) dapat menurunkan kebutuhan
Apendiks II. terapi kornbinasi pada infeksi polimikroba.
PENGGUNAAN KLINIS ANTIMIKROBA / 855
(3) Menurunkan munculnya galur yang resisten. Man- timbul aktivitas bakterisidal. Penambahan gentarnisin
faat suatu terapi kombinasi pada keadaan ini telah jelas atau streptomisin ke penisilin memungkinkan penurunan
diperlihatkan pada tuberkulosis. durasi terapi untuk beberapa pasien yang menderita
(4) Menurunkan toksisitas terkait-dosis dengan me- endokarditis streptokokus viridans. Terdapat beberapa
ngurangi dosis satu atau lebih regimen obat. Penggunaan bukti yang mendukung bahwa kombinasi sinergistik anti-
kombinasi flusitosin dengan amfoterisin B untuk terapi mikroba mungkin bermanfaat dalam terapi infeksi basil
meningitis kriptokokus pada pasien yang tidak terinfeksi gram-negatif pada pasien kanker yang rnengalami demam
HIV rnembuat dosis amfoterisin B dapat dikurangi se- neutropenik dan pada infeksi sisten'rik yang disebabkan
hingga nefrotoksisitas akibat amfoterisin B menurun. oleh P seudontonas ae ru gino s a.
(5) Mendapatkan efek inhibisi atau eradikasi yang Ie- Kombinasi antimikroba sinergistik lain terbukti lebih
bih baik. Penggunaan kombinasi antirnikroba ini dibahas efektif daripada rnonoterapi dengan komponen tunggal.
dalarn paragraf berikut. Trirnetoprirn-sulfametoksazol berhasil digunakan dalam
terapi infeksi bakteri dan pneun'ronia Pneunrocystis jirotteci
SINERGISME & ANTAGONISME (carinii).* Penghambat beta-laktanlase mengembalikan
Sinergisme te4adi jika efek inhibisi atau membunuh aktivitas BJaktarn-yang secara intrinsik aktif tapi dapat
dua atau lebih antimikroba yang digr,rnakan secara bersa- terlridrolisis-terhadap organisrne seperti S aureus dan
maan jauh lebih besar daripada yang diharapkan ketika Bacteroidcsfragllis. Tiga mekanisrne utama sinergisme anti-
digunakan secara sendiri-sendiri. Sinergisrne ditandai de- mikroba telah diketahui, yaitu:
ngan penurunan MIC atau MBC tiap obat sebesar empat 1. Blokade tahapan sekuensial dalam sekuens meta-
kali lipat atau lebih ketika digunakan dalam kombinasi, bolik: Trimetoprirn-sulfarnetoksazol merupakan contoh
jika dibandingkan ketika digunakan sendiri-sendiri. rnekanisme sinergi yang paling baik (lihat Bab 46). BIo-
Interaksi antara dua agen antirnikroba dapat dinyata- kade dua tahap sekuensial dalarn jalur asam folat oleh
kan sebagai indeks kadar inhibitorik fraksional (fractional trimetoprirn-sulfametoksazol menghasilkan inhibisi per-
inl ib i to co n centr ti on, ICf) : tumbuhan yang lebih kornplet daripada yang dicapai oleh
ry a fF
tiap obat secara tersendiri.
FlCind"k, =FlCr+FlCe 2. Inhibisi inaktivasi enzimatik: Inaktivasi enzimatik
MIC obat A dalam kombinasi
antibiotik B-laktam adalah rnekanisme trtama resistensi
FlcA = antibiotik. Inhibisi B-laktamase oleh obat penghambat
MIC obat A sendiri
B-laktamase (misalnya, sulbaktarn) akan rnenghasilkan si-
MIC obat B dalam kombinasi nergisrne.
Flc, =
MIC obat sendiri 3. Peningkatan ambilan antimikroba: Penisilir-r dan
agen lain yang aktif di dinding sel dapat meningkatkan
Indeks kadar bakterisidal fraksional (fractional bacteri-
arnbilan aminoglikosida oleh sejumlah bakteri, terurasuk
ciilal concentrafion, [FBC]) dapat ditentukan dengan meng-
stafilokokus, enterokokus, streptokokus, dan P acruginosa.
ganti MIC pada rumus di atas dengan MBC. Sinergis-
Enterokokus dianggap resisten secara intrinsik terl'radap
me kombinasi dua obat memerlukan indeks FIC atau
arninoglikosida karena sawar permeabilitasnya. Serupa
FBC sebesar 0,5 atau kurang. Antagonisme terjadi ketika
dengan hal tersebut, amfoterisin B dianggap meningkat-
gabungan efek membunuh atau efek inhibisi dua anti-
kan arnbilan flusitosin oleh jamur.
mikroba atau lebih secara signifikan lebih kecil dari yang
diharapkan ketika obat digunakan sendiri-sendiri. Anta-
Mekanisme Efek Antagonistik
gonisme antibiotik ditandai dengan indeks FIC atau FBC
Ada beberapa contoh antagonisrne antimikroba yang rele-
sebesar 4 atau lebih.
van secara klinis. Contoh yang paling mencengangkan
Mekanisme Efek Sinergistik dilaporkan dari penelitian pada plsien meningitis pneu-
mokokus. Pasien yang diobati dengan kombinasi penisilin
Kombinasi sinergistik antimikroba jelas diperlukan untuk
dan klortetrasiklin memiliki angka mortalitas sebesar 79%
terapi endokarditis enterokokus. Aktivitas bakterisidal
dibandingkan dengan angka mortalitas sebesar Tl% pad,a
penting untuk mengoptimalkan tatalaksana endokarditis
pasien yang mendapat monoterapi penisilin (sebagai ilus-
bakterialis. Kombinasi penisilin atau ampisilin dengan
trasi mekanisme pertama di bawah ini).
gentamisin atau streptomisin lebih baik daripada monote-
rapi dengan penisilin atau vankomisin. ]ika diuji sendiri,
penisilin dan vankomisin hanya bersifat bakteriostatik *Pnrunoqrctis/ruuci merupakan organisme
terhadap isolat enterokokus yang peka. Namun, ketika iamu pada manusia (P aniui
menginfeksi binatang) yang teresprcrs terhadap obat antiprotozoa. Lihat
agen-agen ini dikombinasi dengan aminoglikosida, akan Bab 53.
866 / BAB s1

Penggunaan kornbinasi arrtimikroba antagonistik tidak sis antimikroba. Kriteria NRC terdiri atas enlpat golongan
menghalangi timbulnva interaksi lain yang berpotensi (lihat Kotak: Kriteria Penggolongan Luka menurut Natio-
rnenguntungkan. Sebagai contoh, rifarnpin dapat rneng- nal Research Council [NRC]).
antagonis efek penisilin anti-stafilokokus atau vankomisin The Study of the Efficacy of Nosocomial lnfection
terhadap stafilokokus. Namun, kedua antimikroba irri cla- Cor-rtrol (SENIC) mengidentifikasi ernpat faktor risiko in-
pat mencegah munculnya resistensi terhadap rifarnpin. dependen untuk infeksi luka pascabedah: operasi abdo-
Telah diketahui dua mekarrisme utama timbulnva men, operasi yarrg berlangsung lebih dari 2 jam, termasuk
antagonisme antimikroba, yaitu : golongarr luka terkontarninasi atau kotor, dan sedikihrl,a
1.Inhibisi aktivitas sidal oleh agen statik: Agen bak- tiga diagrrosis medis. Pasien derrgan sedikitnya dua faktor
teriostatik-seperti tetrasiklin dan kloramfenikol-dapat risiko SENIC yang rnenjalani prosedur bec-lah yang bersih
nengantagonisasi kerja agen bakterisidal yang aktif di rnemiliki peningkatan risiko terjadinya infeksi luka bedah
dinding sel karena lrakteri yang rnenjadi sasaran agen sehingga hams nrendapat profilaksis antirnikroba.
ini haruslah bakteri yang tumbul-r dan rnernbelah secara Prosedur bedah yang uremerlukan penggul"raan pro-
aktif. filaksis antir.rrikroba nteliputi operasi terkontaminasi dan
2. Induksi inaktivasi enzimatik: Beberapa basil gram- bersih-terkontaminasi, operasi terterrtu derrgan infeksi pas-
negatif-ternrasuk spesies errterobacter, P nentginosn, cabeclah yang kemurrgkinan berat seperti bedah jarrtung
Serratia nlarcescens, dan Citrobacter freuntiii, memiliki B-lak- terbuka, prosedur bersil-r yarrg melibatkan penempatan ba-
tamase yang dapat diinduksi. Arrtibiotik beta-laktam se- l"ranprostetik, dan prosedur apa pun pada pejan-ru luluh-
perti imipenem, cefoksitin, dan ampisilin merupakan irnun. Operasi-operasi ini memiliki risiko besar terjadinya
penginduksi kuat produksi B-laktamase. Jika suatu agen infeksi pascabedah pada lokasi operasi atau menyebabkan
penginduksi dikombinasikan dengan B-laktarn yang aktif kontaminasi bakterial yang bermakna.
secara intrinsik tapi dapat terhidrolisis-seperti pipera- Prinsil.r unlurn profilaksis beclah r.rrenggunakan anti-
silin - dapat tirrrbul antagonisrne. mikroba rrreliputi hal-hal sebagai berikut:
(1) Antibiotik var.rg digurrakan harus aktif terhadap
patogen yang sering terdapat pacla luka bedah; cakupan
:i PROFILAKSIS ANTIMIKROBA luas yang tidrrk perlu harus dihindari.
(2) Antibiotili I'ar.rg digurrakan harus terbukti efektif
Agen antimikrotra efektif mencegah infeksi pada berbagai melalui uji klinis.
keadaan. Profilaksis antimikroba harus digunakan jika (3) Antibiotik vang digunakan harus mencapai kadar
efikasinya telah terbukti dan manfaahrya melebihi risiko 1'ang lebih besar clari MIC patogen yang dicurigai, dan
akibat profilaksis. Profilaksis antimikroba dapat dibagi kadar ini harus dicapai pada n aktu insisi.
r.nenjadi profilaksis bedah dan profilaksis nonbedah. (4) Antibiotik yang digunakan adalah antibiotik de-
ngan durasi telapi terpendek-idealnya dosis tunggal-
Profilaksis bedah clari antibiotik 1,ang paling efektif dan paling sedikit rne-
hlfeksi luka bedah termasuk dalam kategori utama infeksi nimbulkan toksisitas.
nosokomial. Perkiraan biaya tahunan untuk infeksi luka (5) Arrtibiofik spektrunr luas yang terbaru harus di-
bedah di Arnerika Serikat adalah $1,5 nrill'61. cadangkan urrhrk terapi inf.eksi yang resisten.
Kriteria Penggolorrgan Luka menurut The National (6) Jika semua faktor seinrbang, harus c.ligunakan agen
Research Council (NRC) rnenjadi dasar anjuran profilak- 1'ang paling murah.

Bersih: Elektif, terutama prosedur tertutup; saluran napas, Terkontaminasi: lnflamasi nonpurulen akut; isi organ
cerna, empedu, genitourinaria atau orofaring tidak dibuka; berongga tumpah banyak atau terjadi kesalahan mayor
tidak ada inflamasi akut dan teknik pengerjaan sempurna; dalam pengerjaan; trauma tembus yang berusia kurang
perkiraan angka infeksi < 2%. dari 4 jam; luka terbuka kronik yang akan digralt atau
Bersih terkontaminasi: Kasus gawat atau darurat yang ditutup; perkiraan angka infeksi sekitar 20%.
bersih; elektif, dengan saluran napas, cerna, empedu, atau Kotor: Purulen atau abses; perforasi prabedah pada
orofaring dibuka secara terkendali; isi organ berongga saluran napas, cerna, empedu, atau orofaring; trauma
hanya tumpah sedikit atau hanya terjadi kesalahan minor tembus yang berusia lebih dari 4 jam; perkiraan angka
dalam pengerjaan; perkiraan angka infeksi < 10o/o. infeksi sekitar 40%.
PENGGUNAAN KLINIS ANTIMIKROBA I 867
Pemilihan dan pemberian profilaksis antimikroba yang Pemberian profilaksis antimikroba yang tidak tepat
tepat sangat penting dilakukan. Indikasi umum profilaksis menyebabkan meningkatnya arlgka infeksi luka bedah.
bedah disajikan pada Tabel 51-7. Sefazolin adalah agen Kesalahan yang umum terjadi pada profilaksis antibiotik
profilaktik pilihan untuk prosedur pada kepala dan leher, meliputi pemilihan antibiotik yang salah, pemberian dosis
saluran cerna, empedu, ginekologik, dan prosedur bersih. pertama terlalu cepat atau terlarnbat, dosis tidak diulang
Pola infeksi luka setempat harus dipertimbangkan ketika sewaktu prosedur berlangsung terlalu larna, durasi pro-
memilih profilaksis antirnikroba. Pemilihan vankomisin filaksis yang terlalu lama, dan penggunaan anLibiotik
di atas sefazolin mungkin diperlukan di rurnah sakit vang spektrum-luas yang tidak tepat.
nrenriliki angka ir-rfeksi S aureus resisten-metisilin atau
Staphylococcus epidernidis yang tinggi. Kadar antibiotik Profilaksis Nonbedah
pada lokasi yang akan dioperasi harus sudah adekuat se-
belum dilakukannya insisi dan selarna prosedur berlang- Profilaksis nonbedah meliputi pernberian antinlikroba
sung; dosis awal bergantung pada volune distribusi, untuk mencegah kolonisasi atau infeksi asirntomatik; atau
kadar puncak, bersihan, ikatan protein, dan bioavailabi- pernberiarr obat setelah kolonisasi atau inokulasi patogen,
litas. Agen parenteral harus diberikan selarna interval tetapi sebelurn timbulnya penyakit. Profilaksis nonbedah
yang dimulai 60 menit sebelum ir-rsisi; sebaiknya obat diindikasikan pada individu yang berisiko tinggi terpajarr
tetap diberikan sarnpai waktu insisi. Pada seksio sesarea, patogen virulen tertentu untuk semenLara wakfu dan pada
antibiotik diberikan setelah korda umbilikalis dijepit. Jika pasien yang rnemiliki risiko tirrggi mengalami infeksi
digunakan agen kerja-singkat seperti sefoksitin, dosis akibat penyakit yang sudah dideritanya terlebih dulu
harus diulang jika prosedur telah berlangsung lebih dari (n'risah'rya, pejamu luluh-imun). Profilaksis paling efektif
3-4 jam.Profilaksis dosis tunggal efektif ur-rtuk kebanyakan jika clitujukan untuk organisrne yang diperkirakan peka
prosedur, serta dapat rnenurunkan toksisitas dan resistensi terhadap agen antimikroba. Indikasi umum profilaksis
antimikroba. nonbedah disajikan pada Tabel 51-8.

Tabel 51-7. Rekomendasi antimikroba untuk profilaksis bedah.

:]":ti: 9f.91?:i ,-,...,,..-,..-.-.-.


Jantung (disertai
. ".....1:J:g-".1.y-llg batang
sternotomi median) Staf ilokokus,
Ynln Y.:.lr.e.1i.l-"tv:!:!
gram-negatif enterik
Obat Pilihan
Cefazol in
Non-jantung, torakik Stafilokokus, streptokokus, batang gram-negatif Cef azolin
enterik
Vaskular (abdomen dan ekstremitas Stafilokokus, batang gram-negatif enterik Cefazol in
.?.:y-".fl.
Bedah saraf (kraniotomi) Stafilokokus Cefazolin
Ortopedik (dengan insersi ke keras) Stafilokokus Cefazol in
Kepala dan leher (masuk melalui S aureus, flora mulut Cefazolin
orofaring)
Gastroduodenal (pasien risiko-tinggil) S aureus, flora mulut, batang gram-negatif enterik Cefazolin
Saluran empedu (pasien risiko-tinggi':) S aureus, enterokokus, batang gram-negatif enterik Cefazolin
Kolorektal (bedah elekti0 Batang gram-negatif enterik, anaerob Erithromycin oral dan
neomycin3
Kolorektal (obstruksi atau bedah Batang gram-negatif enterik, anaerob Cef oxitin, cefotetan, atau
darurat) cefmetazole
Apendektomi Batang gram-negatif enterik, anaerob Cefoxirin, ceftizoxime,
cefotetan, atau cefmetazole
Histerektomi Batang gram-negatif enterik, anaerob, enterokokus, Cefazolin
streptokokus grup B
Seksio sesarea Batang gram-negatifenterik, anaerob,enterokokus, Cefazolina
streptokokus grup B
lProsedur lambung pada kanker, ulkus, perdarahan, atau sumbatan; obesitas morbid; supresi sekresi asam lambung.
2Usia >60, kolesistitis
akut, riwayat bedah saluran empedu, batu ductus biliaris communis, ikterus, atau diabetes melitus.
3Bersama dengan persiapan usus secara mekanis.
aBerikan segera setelah penjepitan tali pusar.
868 / BAB s1

Tabel 51-8. Rekomendasi antimikroba untuk profilaksis nonbedah

Kolera Kontak erat dengan penderita Tetracyclin Dinyatakan efektif


Difteri Riwayat kontak dengan penderita yang belum Penicillin atau Dinyatakan efektif
diimunisasi erythromycin
Endokarditis Prosedur gigi, mulut, saluran napas atasl pada pasien Amoxicillin atau Dinyatakan efektif
yang berisiko'z clindamycin
Prosedur genitourinaria atau gastrointestinaF pada Ampicillin atau Dinyatakan efektif
pasien yang berisiko2 vancomycin dan
gentamicin
Herpes simpleks lnfeksi berulang (2 4 episode tiap tahun) Acyclovir Sangat baik
gen italia
lnfluenza B Pasien geriatrik yang tidak divaksinasi, pejamu luluh- Oseltamivir Baik
il-u:.9L r_:I9_ti9_.!.9-'.9131_1 t.:_"_y_9l1y.1_:u_? 9i
y:!: I
lnfeksi perinatal lbu dengan HSV primer atau HSV genitalia yang sering Acyclovir Dinyatakan efektif
herpessimpleks berulang
tipe 2
lnfeksi streptokokus lbu dengan kolonisasi GBS di serviks atau vagina dan Ampicillin atau Sangat baik
grup B (GBS) bayi mereka yang baru lahir dengan ketentuan sebagai penicillin
berikut:
(a) awitan persalinan atau pecah ketuban sebelum usia
gestasi mencapai 37 minggu, (b) pecah ketuban yang
terlalu lama (> 12 jam), (c) demam intrapartum pada
ibu, (d) riwayat bakteriuria GBS silama kehamilan,
(e) ibu yang pernah melahirkan anak yang menderita
penyakit GBS dini atau memiliki riwayat bakteriuria
streptokokus selama kehamilan
lnfeksi Kontak erat dengan penyakit pada anak yang Rifampin Sangat baik
Haemophilus imunisasinya belum komplet (usia <48 bulan)
influenzae tipe B

lnfeksi HIV Pekerja kesehatan yang terpajan darah setelah luka Zidovudine dan Baik
tusuk lamivudine + indinavir
atau nelfinavir
lbu hamil pengidap HlVyang sedang mengandung > l4 Zidovudine Sangat baik
minggu
Neonatus yang lahir dari ibu pengidap HIV selama
6 minggu pertama kehidupan. dimulai 8-12 jam
pascanatal
lnfluenza A Pasien geriatrik yang tidak divaksinasi. pejamu luluh- Amantadine Baik
imun, dan pekerja kesehatan selama terjadi wabah
Malaria Wisatawan ke daerah endemik malaria yang peka Chloroquine Sangat baik
terhadap chloroquine
Wisatawan ke daerah endemik malaria yang resisten Mefloquine Sangat baik
terhadap chloroquine
lnfeksi Kontak erat dengan penyakit Rifampin.ciprofloxacin, 5angatbaik
meningokokus atau ceftriaxone
Mycobacterium Pengidap HIV dengan hitung CD4 < 75/uL Azithromycin atau Sangat baik
avrum kompleks clarithromycin
Otitis media lnfeksi berulang Amoxicillin Baik

(berlanjutl
PENGGUNAAN KLINIS ANTIMIKROBA I 869
Tabet 51-8. Rekomendasi antimikroba untuk profilaksis nonbedah. (lanjutan)

Pertusis Kontak erat dengan penyakit Erythromycin Sangat baik

Sampar Kontak erat dengan penyakit Tetracycline Dinyatakan efekti{

Pneumokoksemia Anak penderita sel sabit atau asplenia Penicillin Sangat baik

Pneumonia Pasien berisiko tinggi (misalnya, AlD5, leukemia, Trimethoprim- 5angat baik
Pneumocystis transplan) su lfamethoxa zole
jiroveci (PCP)
Demam reumatik Riwayat demam reumatik atau penyakit jantung Benzathine penicillin Sangat baik
reumatik
Toksoplasmosis Pengidap HIV dengan antibodi lgG terhadap Trimethoprim- Baik
Toxoplasma dan hitung CD4 <100/pL su lfa methoxazole

Tuberkulosis Orang dengan hasil uji tuberkulin kulit yang positif lsoniazid, rifampin, Sangat baik
dan memenuhi satu atau beberapa hal berikut: (a) atau pyrazinamide
infeksi HlV, (b) kontak erat dengan penyakit yang baru
terdiagnosis, (c) konversi uji kulit yang baru terjadi,
(d) kondisi medis yang meningkatkan risiko menderita
tuberkulosis, (e) usia < 35
lnfeksi saluran lnfeksi berulang Trimethoprim- Sangat baik
kemih (l5K) su lfamethoxazole

perdarahan gusi atau mukosa, tonsilektomi atau adenoidektomi. prosedur


'profilaksis dianjurkan pada keadaan berikut: prosedur gigi yang memicu
bedah yang meliputi mukosa saluran napas. dan bronkoskopi rigid.
,Faktoirisilo meiiputi hal berikut: katup jantung prostetik, riwayat endokarditis bakteri, malformasi jantung kongenital, disfungsi katup reumatik
dan karena sebab lain, dan prolaps katup mitral dengan regurgitasi katup.
rprofilakis dianjurkan pada keadaan berikut: prosedur bedah yang melibatkan mukosa usus, skleroterapi untuk varises esofagus, pelebaran esofagus
atau uretra, bedah saluran empedu, sistoskopi, kateterisasi uretra atau bedah saluran kemih pada infeksi saluran kemih, bedah prostat, insisi dan
drainase laringan yang terinfeksi, histerektomi vagina, dan persalinan per vaginam pada keadaan infeksi.

REFERENSI Gonzales R ct al: Principles of appropriate antibiotic use for


treatmentof acute respiratow tract infections in atlults:
American Thoracic Societl': Guidelines for the managemcnt of Background, spesific aims, and rnethods. Ann lntern lv{ed
adults with hospital-acquired, ventilator-associated, and 2OO1;131:.179.
healthcare-associated pneumonia. Am J Respir Crit Care Med jones RN, Pfaller MA: Bacterial resistance: A rvorldu'ide problcm.
2ffi5;-171':388. Diagn lv{icrobiol lnfect Dis 1998;31:379-
Antimicrobial prophylaxis in surgery. Med l-ett Drugs Ther Kaye D: Antibacterial therapy and newer agents. Infect Drs Clin
2ffit;13:9L North Arn 2001; 18:401.
Baddour LM et at lnfective endocarditis: Diagnosis, antimicrobial Mandell LA et al: Update of practice guidclines for the manage-
therapy, and managcment of complications. Circulation 2005; mcnt of conurunity-acquired pneumonia in immunocompe-
l,11:3167. tent adults. Clin Infect Dis 20O3;37:1405.
Blumberg HM et al: American Thoracic Societyy'Centers for Martone W]. Nichols RL: Recognition, prevention, surveillance,
Disease Control and Prevention/ Infectious Diseases Society and management of surgical site infections: Introduction
of America: Treahrent of tuberculosis. Am I Respir Crit Care to the problem and symposium oven'ierv- Clin Infect Dis
Med Z)03;167:603. 201;33(Suppl 2):567.
Bochner BS et aL Anaphylaxis. N Engl I Med 191;32{:1785. National Nosocomial Infections Surveillance (NNIS) System
Bratzler DW et aL Antimicrobial prophylaxis for surgery: An Rcporl Data Surnn-tary from fanuary 1992-June 2001, issued
advisory statement from the National Surgical Infection August2(81. Am I lnfect Control 2001;29-{X.
Prevcntion Proiect. Clin Infect Dis 200l;38:1706. Sexually transmifted diseases treatment guidelines Z)02 Centers
Classen DC et al The timing of prophylactic administration of for Disease Control and Prcvenhon. MMWR Morb Mortal
antibiotics and the risk of surgical-rn'ound inferction. N Engl I Wkly Rep 20o2f1(RR5):1-
Med1992J.26:231. USPFISy'IDSA guidelines for prevcnhng opporhrnistic infcr:tions
Craig WA: Clinical implications of antimicrobial pharmacoki- among HlV-infocted persons-m0z N{NdWR !\,lorb N.{ortal
netics. Infect Dis Clin North Am 20(B;17:479. lVkly Rep 20O2;51 (RR-8):1.
Daiani AS et at Prevention of bacbrial endmarditis. Recom-
rnendations try the American Heart Association. |AMA
l99l:T/l:1V94.
ht"a r' :Kenrote r,a Pi,,
AN t'ipa resitik,
i:i:,ra..t-1.:i.,:

Ching Chung Wang, PhD,& Alice Lee Wang, PhD

Dalarn pengertian ihniah umurnnya, istilah "parasit" hidup dalam lingkungan yang secara rnetabolis sangat
mencakup sernua agell infeksius 1'ang diketahui, seperti berkelimpahan dan dapat menjadi "nalas," lingkungan
virus, bakteri, jarnur, protozoa, darr cacing. Pada bab tersebut tidak sepenuhurya bersahabat dan parasit harus
ini dan clua bab selanjubrya, istilah tersebut digunakan mempunyai tnekanisme pertahanan urrtuk bertaharr hi-
dalam pengertian terbatas untuk protozoa dan cacing. Di- dup, yakni nrempertahankan dirinya dari serarrgan imu-
perkirakan 3 milyar (3 X 10) manusia menderita inldksi nologik, pencerllaan proteolitik, clan sebagainya, yang di-
parasit, ditarnbah sejumlah besar binatang peliharaarr clan lakukan oleh pejarnu. Pada beberapa keadaan, nutrisi yang
binatang buas. Nleskipun penyakit ini merupakan masalah penting tidak dipasok dari pejamu ke parasit, meskipun
kesehatan manusia yang paling banl'aft dijumpai di se- pejamu dapat rnemperoleh nutrisi yang serupa dari diet.
luruh dunia saat ini, narnun juga menjadi yang paling ter- Pada keadaan ini, parasit akan nremerlukan aktivitas
abaikan karena berbagai alasan. sintetik urrtuk kelangsungan hidupnya. Akhirnya, pada
Teorinya, infeksi parasit seharusnya relatif mudah di- beberapa kasus, adanva jarak evolusi yang cukup jauh
obati karena etiologinya diketairui pada hampir semua antara pejamu dan parasit merrgakibatkan perbedaan
kasus. Lebih jauh, perkembangan teknik kultur sel seka- enzim atau jalur fur-rgsional vang cukup nyata, unfuk
rang ini telah memungkinkan uuhrk rnelakukan biakan mernungkinkan irrhibisi selektif parasit. Oleh sebab itu,
banyak parasit penting secara in vitro. Perkembangan ter- terdapat tiga jenis target utanla kenroterapi pen)/akit pa-
sebut tidak hanya rnenepis parrdangan lama bahwa kebe- rasit: (1) enzinr esensial unik 1'arrg hanya dijumpai pada
radaan parasit bergantung sepenuhnya pada kehidupan parasit; (2) enzim )/ang sar11a terdapat pada parasit dan
pejamu tetapi juga membuat kita marnpu untuk mem- pejarnu tetapi hanya mutlak diperlukan oleh parasit; dan
pelajari parasit dengan metode yang mirip dengan me- (3) fungsi biokimiawi umum yang dijurnpai pada parasit
tode penelitian bakteri, terrnasuk lriokirnia, biologi r"nole- dan pejamu tetapi dengan sifat farmakologik yang berbeda.
kular, dan farmakologi imunologik. Namun, masih banyak Contoh tatget spesifik dan obat )'ang bekerja pada target
tnasalah yang harus dipecahkan sebelum tersedia obat tersebut dirarrgkum pada Tabel 52-1.
kemoterapi yang lebih efektif untuk semua penyakit pa-
rasit.
ENZIM ESENSIAL YANG HANYA DIJUMPAI
PADA PARASIT
TARGET KEMOTERAPI
Enzim-enzim ini tampaknya nterupakan target kemoterapi.
Pendekatan yang rasional terhadap kemoterapi ar-rtipara-
sit membutuhkah penyelidikan pembandingan antar.a bio- 1'ang paling aman. Seperti enzim vang terlibat dalam sin-
tesis dinding sel lrakteri (lil'rat Bab 43), ir.rhibisi enzim ter-
kimiar,r'i dan fisiologi pejamu dan parasit untuk merremu-
sebut tidak mempunyai efek terhadap pejarnu. Sayangnya,
kan perbedaan dalam berbagai proses perrting sehingga
hanya sedikit clari enzim ini yang telah ditemukan di
dapat terjadi inhibisi selektif terhadap parasit dan bukan
antara protozoa parasitik. Lebil"r jauh, kegunaamya se-
terhadap pejamu. Kita mungkin menduga bal-rwa parasit
bagai sasararr kemoterapi kadang terbatas karena terjadi
memiliki banyak kekurangan pada rnetabolisurenya, terkait
resistensi obat.
dengan sifat parasitiknya. Hal ini memang benar untuk
banyak parasit-jalur metabolik yang terlalu sederhana
biasanya rnutlak diperlukan untuk kelangsungan hidul-r ENZIM YANG HANYA MUTLAK
parasit sehingga berpotensi menjadi titik lemah. Namun, DIBUTUHKAN DALAM PARASIT
jalur metabolik yang terlalu sederhana tersebut bukanlah Karena ban1,6ft1y3 defisiensi r.letabolik di antara parasit,
satu-satunya titik yang dapat diserang. Meskipr_rn parasit terdapat berbagai enzim yarrg fulgsil1'a sangat pentilg

870
PENGANTARKEMOTERAPIANTIPARASITIK / 871
Tabet 52-1 . Target kemoterapi pada parasit yang telah dikenali.

Target ,.r ;: ;, Parasit Penghambat


Enzim esensial unik
Enzim untuk sintesis dihidropteroat Apicomplexa Sulfone dan sulfonamide
Sintesis glikolipid Trypanosoma Afrika Tidak ada
Piruvat:ferodoksin oksidored u ktase Protozoa anaerobik Nitroimidazole
Piruvat fosfat dikinase Protozoa anaerobik Tidak ada
Nukleosida fosfotransferase Protozoa berflagelata Allopurinol riboside dan formycin B

Tripanotion reduktase dan peroksidase Kinetoplastida N,lif u rtimox


Enzim yang mutlak dibutuhkan
Lanosterol C-14u demetilase Leishmania dan Trypanosoma cruzi Azole, misalnya ketoconazole
Purin fosforibosil transferase Protozoa Allopurinol
Purin nukleosida kinase Trichomon as vag i na is dan
I Tidar. ada
Entamoeba histolytica
Orn itin dekarboksilase Trypanosoma Afrika u-Dif lurometilornitin
(S)-Adenosilmetionin dekarboksilase Trypanosoma Afrika Diamidine
Enzim glikolilik Kinetoplastida Gliserol plus asam salisilhidroksamat dan
suramin
Fungsi biokimiawi umum yang mutlak dibutuhkan dengan sifat farmakologik yang berbeda
Enzim bifungsional dihidrofolat ApicomplexadanKinetoplastida Pyrimethamine
reduktase-timidilat sintase
Transporter tiamin Koksid ia Amprolium
Transporter elektron mitokondria Apicomplexa 4-Hidroksikuinolin dan
2-h idroksinaftokuinon

Mikrotubulus Caci ng Benzimidazole


Transmisi sinaptik saraf Cacing dan ektoparasil Levamisole, piperazine, milbemycin, dan
avermectin

untuk kelangsungan hidup parasit, tapi tidak mutlak di- Oleh sebab itu, t;rrget-target ini sulit ditemukan melalui
butuhkan oleh pejamu, Artirrya, pejarnu mampu bertahan penelitian terrtang c{efisiensi metabolik atau kebutuhan
hidup meskipun fungsi enzinr-enzirn ini se;rerruhnya hi- parasit akan nutrisi khusus. Target ini biasanya clitemukan
lang, yaitu dengan mencapai hasil yang sar.na tnelalui jalur melalui penelitian cara kerja belrelapa agen antiparasit
alternatif. Perbedaan ini membuka peluang bagi kemo- yang suclah ada sebelumnya, vang ditemukan melalui
terapi antiparasit, meskipun inhibisi yang hidak cukup metode skrining di rnasa lalu. Baru-baru ini, perbarrding-
selektif terhadap enzim parasit tetap menjadi masalah an datnbnse gerlom antara pejanru dan parasit teiah dapat
keanranan yar.rg penting. diterapkan. Target mungkirr bukanlarh suatu enzim tung-
gal yang jelas tapi nreliputi transporter, reseptor, kom-
FUNGSI BIOKIMIAWI YANG MUTLAK ponen stluktur sel, atau fungsi spesifik lain yang pentirrg
DIBUTUHKAN DAN DIJUMPAI PADA untuk kelangsungan hidup parasit.
PARASIT DAN PEJAMU TAPI MEMILIKI
SIFAT FARMAKOLOGIK YANG BERBEDA OBAT YANG MEKANISMENYA BELUM
Pada parasit, fungsi ini telah cukup berdifererrsiasi untuk
DIKETAHUI DENGAN PASTI
menjadi target potensial kernoterapi antiparasit, bukan it{eskipun teldarpat perkembangan besar dalam penjelas-
karena sifat parasitik organisme atau kareua Iing- an mekanisme kerja obat vang disajikan pada Tabel 52-1,
kungannya )'ang urlik tapi, lebih mungkin l<arena adanya masih terdapat celah besar dalam pernahaman kita akan
jarak evolusi yang panjang antara parasit dan pejanru. beberapa antiparasit lain yang perrting. Agerr ini meliputi
872 / BAB s2

klorokuin dan antimalaria yang serupa, dietilkarbamaziru guanine phosphoribosyltransferase. Antimicrob Agents Che-
diloksani4 prazikuantel, dan lainnya. Dari berbagai akti- mother 2001;45:252.
Dan lvl, Wang AL, Wang CC: Inhibition of pyruvate-ferredoxin
vitas biokimiawi agen tersebut yang telah dijelaskan,
oxidoreductase gene expression rn Giartlia lanfulin by virus-
tampaknya banyak dari obat ini yang mampu mengikat mediated hammerhead ribozyme. Mol Microbiol 2000;36:447.
DNA, beberapa dapat melepaskan kopel fosforilasi oksida- Murngala N, Wang CC: The pivotal role of guanine phospho-
til dan beberapa menghambat sintesis protein. |enis akti- ribosyltraruferase in purine salvage by Giartlic lanblia. Mol
vitas ini, yang bersifat toksik terhadap pejamu tapi juga M icrobiol 2O02;M:.1V 3.
Munagala N, Wang CC: The purine nucleoside phosphorylase
dapat terlibat dalam kerja antiparasitik, mungkin lebih
hom Trichomonas aaginalis is a homologue of the bacterial
terdeteksi pada skrining acak yang sebara rutin digunakan enzyme. Biochemisky 2002;47:1882.
untuk antiparasit di masa lalu. Sarver AE, Wang CC: The adenine phosphoribosyltransferaSe from
Giaftlia lanblia has a unique reaction mechanism and unusual
subshate binding properties. I Biol Chem 2002;T7:39973.
REFERENSI
Shi W et al: Closed-site complexes of adenine phosphoribosyl-
Aronov AM et al: Rational design of selective submicromolar transferase fuom Giardia lanfulia reveal a mechanism of ribosyl
inhibitors of Tritrichononns foetus hypoxanthine-guanine- migration J Biol Chem 2002;77'7:3987.
xanthine phosphoribosylhansferase. Biochemistry Vial FI|: Isoprenoid biosynthesis and drug targeting in the Api-
ZJ0fJ.39:4684. complexa. Parasitol Today 2WO;1.6:L4O.
Aronov AM et al: Virtual screening of combinatorial libraries
across a gene family, in search of inhibitors oI Giardin lanfulia
Philip J. Rosenthal, MD

. . .-:'...'.,,:'.,-.'':i::.
:;.'.
yang dorman atau sedarrg berkembarrg disebut skizonti-
,,,:; PENGOBATAN MALARIA sid jaringan; obat yang bekerja terhadap parasit elitrosi-
tik disebut skizontisid darah; dan obtrt vang rnembunuh
Terclapat empat spesies plasmodium penyebab nalaria stadium seksual dan mencegah transmisi ke nyamuk di-
sebut gametosid.
pada manusia Plttsntotliunt fnlt:ipnn.ntt, P ztiitttx, P nalariae,
Belum ada satu obat pun yang memiliki efek terapi
dan P oztale. Meskipun semuanya dapat rnenvebabkan
radikal, I'akni mengeliminasi stadium l-repatik darr eritro-
malaria berat, P .ftrlcipttrunt menyebabkan komp.rlikasi yang
terberat serta kernatian. Resistensi obat menjadi tnasalah
sitik. Beberapa agen yang tersedia nrerupakan obat profi-
utanra dalam terapi, terutarna terapi P -fulcipnnun.
laktik kausal, yaitu mampu nrencegah infeksi eritrositik.
Walaupun denrikian semua agen kemoprofilarktik yang
efektif, membunuh parasit eritrositik sebelunr jurnIailrya
SIKLUS HIDUP PARASIT
r.neningkat hingga ctrkup untuk nrenl,gbslrksn penl,akit
Nyamuk golon gan anoph.eles menginokulasikarr sporozoit klinis.
plasmodium ke manusia unfuk menrulai infeksi. Sporo-
zoit yang bersirkulasi, ceptrt menverarrg hati ttranttsia, KEMOPROFILAKSIS & PENGOBATAN
dan skizon jaringarr pada stadiur"n eksoeritrositik menjacli
Ketika mer-nberi tahu L)asierr urengcnai pencegtrhan
matang dalarn hati. N'lerozoit kernucliarr c-lilepaskan clari
rnalaria, perrtirrg bagi kita untuk menekankan berbagai
hati dan menyerang eritrosit. Hanya parasit eritrositik vang
tindakan untuk mencegal'r gigitan nyamtrk (penolak se-
r.nenimbulkan gejala klinis. Siklus infeksi yang berularrg
rangga, irrsektisicla, dan kelarnbu) karena parasit rnakin
clapat menginfeksi barryak eritrosit clan rnerrimbulkarr pe-
resisten terl'radap berbagai obat dan tidak ada reginten
nyakit berat. Stadiurn seksual berupa gametosit juga ber-
kernoprofilaktik yang benar-benar rnelindungi. Rekomen-
kembang dalam eritrosit sebelum diarnbil oleh nyamuk,
dasi terkini dari Centers for Disease Control and Prevention
tempat gametosit berkembang menjadi sporozoit yang (CDC) memasukkan klorokuin sebagai kernoprofilaksis
infektif.
di beberapa daerah yang diserarrg hanya oleh parasit
Pada infeksi P falciparum dan P ntalnriae, hanya terjadi
malaria yang sensitif terhadap klorokuirr (terutarna daerah
satu siklus invasi dan multiplikasi di sel hati, dan infeksi
Karibia dan Arnerika Tengah cli bagian barat Terusan
hati berhenti spontan dalam waktu kurang dari 4 rninggu. Panama), meflokuin atau Malarone untuk sebagian besar
Dengan demikian, terapi yang bertujuan rnengeradikasi area malaria laimrya, dan doksisiklin urrtuk area c.lengan
parasit eritrositik akan menyernbuhkan infeksi ini. Pada prevalensi malaria falsiparum resisten-berbagai obat 1,ang
inf'eksi P uittax dan P ottnle, stadium doruran dalarn hati, sangat tinggi (terutama daerah perbatasar-r Thailand)
yakni hipnozoit, tidak dieradikasi oleh sebagian besar (Tabel 53-2). Rekomendasi CDC harus selalu ciiperiksa
obat sehingga relaps dapat terjadi kernudian setelah tera- teratur (Teleporr: 877-FYI-TRIP; Internet: www.cdc.gov/
pi ditujukan untuk mengeradikasi parasit eritrositik. Era- travel/), karena rekomendasi tersebut dapat berubah rne-
dikasi parasit eritrositik dan heparik diperlukan untuk nurut perubahan pola resistensi dan nreningkatnya peng-
nrenyembuhkan infeksi ini. alaman dengan obat baru. Pada beberapa keadaan, para
pelancong sebaiknya mernbawa persediaan obat bersama
KLASIFIKASI OBAT mereka jika sewaktu-waktu mereka menderita demam
Tersedia beberapa golongan antimalaria (Tabel 53-1; saat tidak terseclia pertolongan medis. Regimen swaterapi
Garnbar 53-1). Obat yang mengeliminasi bentuk hepatik umumnva harus meliputi furunan kuinin atau artemisinin.

473
874 / BAB s3

Tabel 53-1. Antimalaria utama.


OO"a'.,,1;l::;ii Golongan Kegunaan
Chloroquine 4-Aminokuinolin Terapi dan kemoprofilaksis infeksi parasit yang sensitif
Amodiaquinel 4-Aminokuinolin Terapi infeksi beberapa galur P falciparum resisten-klorokuin

Quinine Kuinolin metanol Terapi oral infeksi P falciparum resrsten-klorokuin

Quinidine Kuinolin metanol Terapi intravena infeksi berat P falciparum


Kuinolin metanol Kemoprofilaksis dan terapi infeksi P falciparum
8-Aminoku inolin Terapi radikal dan profilaksis terminal infeksi P vivax dan P ovale
5u lf adoxine- Kombinasi antagonis folat Terapi infeksi beberapa P falciparum resisten-klorokuin
pyrimethamine
(Fansidar)
Atovaquone-proguan iI Kombinasi antagonis Terapi dan kemoprofilaksis infeksi P falciparum
(Malarone) ku inon-f olat
Chlorproguanil- Kombinasi antagonis folat Terapi P falciparum resisten-berbagai obat di Afrika
dapsone
Proguanilr Antagonis folat Kemoprofilaksis (dengan klorokuin)
Terapi (dengan kuinin) infeksi P falciparum; kemoprofilaksis
?gly.:y:lil: Iel!e:i!lil
Halofantriner Fenantren metanol Terapi infeksi beberapa P falciparum resisten-klorokuin
Lumefantrinel Amil alkohol Terapi malaria P falciparum dalam kombinasi tetap dengan artemeter
(Coartem)

Artemisininr Seskuiterpen lakton Terapi infeksi P falciparum resisten-berbagai obat


endoperoksida
rTidak tersedia di AS

Meskipun tidak tersedia di AS, tururran arternisinin ba- artemeter (serrcliri atau dalam kombirrasi, seperti dibahas
nyak tersedia di negara lain. Sebagian besar pihak tidak di ban'ah).
menganjurkan penggunaan rutin kenoprofilaksis tern'ri-
nal dengan primakuin unfuk mengeradikasi P tri'ttttx Llttrt KLOROKUIN
P ottale stadium hepatik dorman setelah bep€rgian, tapi
Klorokuirr telah menjacli obat pilihan untuk terapi darr
hal ini mungkin tepat dilakukan pada beberapa keadaarr,
kenroprofilaksis malaria sejak tahun "1940-an, tapi kegu-
terutama untuk pelancollg yang banyak terpajan parasit
naannya terhadap P .fnlciptrunt sangat berkurang akibat
ini.
resistensi obat. Klorokirin tetap r.nenjadi obat pilil-ran
Terapi malaria yang terdapat di AS bersifat langsung/
dalar.n terapi P ;flilcipnnLm yang sensitif dan spesies parasit
str Infeksi malaria nonfa ls i paru nr
aightfono ard (Tabel 53-3).
malaria lainrrl'a Parla nrarrusia.
dan falsiparurn dari area yang tirrgkat resistensinya tidak
diketahui harus,diobahi dengan klorokuin. N4alaria vivax
dan ovale kemudian harus diobati derrgan prirlakuin
Kimia & Farmakokinetik
unhrk mengeradikasi bentuk hepatik. Namun, pada P Klorokuin merupakan suatu 4-amir.rokuinolin sintetik
uiuax, mular banyak dilaporkan terjadi resistensi terhadap (Gambar 53-1) yang ciiforrnulasikan sebagai garanr fosfat
kiorokuin, dan primakuin rnungkin gagal mengeradikasi untuk penggunaan oral. Obat ini diabsorpsi secara cepat
stadium hepatik. Malaria falsiparurn dari sebagian besar dan hampir sempurna dari saluran cerna, rnencapai kadar
daerah, paling baik diobati dengan kuinin oral atau kui- plasma maksirnal dalam waktu sekitar 3 jam, dar-r cepat
nidin intravena, ditambah dengan doksisiklin untuk keclua didistlibusikar.r ke jaringan tubul'r. Volume distribusi obat
obat tersebut atau, untuk anak, klirrdamisin. Agen lain irri sangat besar, yaitu 100-1000 L/kg, dan secara perlahan
yang umumnya efektif terhadap malaria falsiparum yang dilepaskan clari jaringan darr clin'retabolisasi. Klorokuin
resisten meliputi meflokuin dan halofantrin, keduanya diekskresi terutama dalam urine clengan waktu paruh
memiliki tingkat toksisitas yang mengkhawatirkan pada inisial 3-5 lrari, tapi waktu-paruh eliminasi ternrinalnva
dosis terapi, dan furunan artemisinin, yakni artesunat dan lebih lama, sekitar 1-2 bulan.
OBAT ANTIPROTOZOA I 875
4.AMINOKUINOLIN KUINOLIN METANOL

?" ..czHs !ttz


NH
-CH-CH2- atr- ttr- N
:czHs cH.
t",
\

Ghloroquine

Amodiaquino
cFa

8-AiilNOKUINOLIN cFs
Mefloquine
cH30
\
FENANTREN METANOL

CH2- CH2- CH2- NH2


NH
-CH -
I

cHs

Primaqulne

ANTAGONIS FOLAT

00 N.N

/s\N
\\/z

H
)$""*,
ocH3

Sulfadoxlne

HzN
N
// Atovaguono

ENDOPEROKSIDA

Pyrlmethamlne

H,C CH.
"\/ "
HC-N
*(

HzN
FH
Proguanll

Gambar 53-1. Formula struktur antimalaria.


876 / BAB s3

Tabel 53-2. Obat untuk pencegahan malaria pada pelancong.l

'
Obat":' Keguliaan2 ,

Chloroquine Area tanpa P falciparum resisten 500 mg tiap minggu


Malarone Area dengan P falciparum resisten-berbagai obat 1 tablet (atovaquone 250 mg/proguanil 100 mg)
tiap hari
Mef loquine Area dengan P falciparum resisten-kloroku in 250 mg tiap minggu
Doxycycl ine Area dengan P falciparum resisten berbagai-obat 100 mg tiap hari
Primaquinea Prof ilaksis terminal infeksi P vivax dan P ovale 26,3 mg (15 mg basa) tiap hari selama 14 hari
setel a h bepergian
rRekomendasi dapat berubah,.
karena meningkatnya resistensi terhadap berbagai obat yang ada. Lihat teks untuk keterangan tambahan mengenai
toksisitas dan perhatian. untuk perincian tambahan dan dosis pada anak, lihat panduan cD- (telepon: g77-Fyl-TRlp;
http://www.cdc.gov). pelancong
ke area terpencil harus mempertimbangkan membawa terapi efektif untuk digunakan (lihat teks) jika mereka
menderita demam jan tidak dapai
segera mendapat pertolongan medis.
2Area yang diketahui tidak terdapat
P falciparum resisten-klorokuin adalah Amerika Tengah di bagian barat Terusan panama, Haiti, Republik
Dominika, Mesir, dan kebanyakan negara malaria diTimur Tengah. Malarone atau mefloquine saat ini dianjurkan
untuk area malaria lainnya kecuali
di daerah perbatasan Thailand; pada tempat ini, dianjurkan penggunaan doksisiklin.
3Untuk obat selain primakuin, mulai obat
1-2 minggu sebelum berangkat (kecuali 2 hari sebelum berangkat untuk doksisiklin dan Malarone) dan
lanjutkan selama 4 minggu setelah meninggalkan area endemik lteculti t minggu untuk Malarone). Sem-ua
aSkrining untuk defisiensi dosis merujuk pada bentuk garamnya.
G6PD sebelum menggunakan primakuin.

Tabel 53-3. Terapi malaria.


::Keadaan Kliqi5 ri.:,'.: 1:; .,,.'t:. .,i, ,Ierapi Obatt r' . :
Obat Alternatif
lnfeksi P falciparum dan P Chloroquine phosphate, 1 g, diikuti dosis 500
mal ariae sensitif-klorokuin mg pada 6,24, dan 48 jarn
atau-
Chloroquine phosphate, 1 g pada 0 dan 24
.. -..... .i tr. I_q r.y.9_l9l 9,!..9"r"q 9 1 _1q i 9.T_ _"
lnfeksi P vivax dan P ovale Chloroquine (seperti di atas), kemudian (ika
GSPD normal) primaquine, 26,3 mg tiap hari
selama 14 hari
lnfeksi P falciparum resisten- Quinine sulfate, 650 mg 3 kali sehari selama Malarone, 4 tablet (total atovaquone 1 g,
klorokuin yang tidak 3-l hari proguanil 400 mg) setiap hari selama 3 hari
berkomplikasi plus salah satu obat berikut, atau-
Doxycycline, 100 mg dua kali sehari selama 7 Mefloquine, 15 mg/kg sekali atau 750 mg,
hari kemudian 500 mg dalam 6-8 jam
atau- atau-
Clindamycin, 600 mg dua kali sehari selama Artesunate atau artemether, dosis sekali
7 hari sehari 4 mg/kg pada hari ke-0, 2 mg/kg pada
atau- hari ke-2 dan ke-3, 1 mg/kg pada hari 4-7
Fansidar, tiga tablet sekali atau-
Coartem (coartemether 20 mg, lumefantrine
120 mg), 4 tablet dua kali sehari selama 3 hari
lnfeksi P falciparum beral Quinidine gluconate,2,3 10 mg/kg lV selama Artesunate,3 2,4 mglkg lV atau lM, kemudian
atau dengan komplikasi 1-2 jam, kemudian 0,02 mg/kg lV/menit 1 ,2 mglkg tiap 12 jam selama t hari,

atau- kemudian tiap hari


15 mg/kg lV selama 4 jam, kemudian 1 ,5 mgl atau-
kg lV selama 4 jam tiap 8 jam Artemether,3 3,2 mglkg lM, kemudian 1,6 mg/
kg/hari lM
rSemua dosis merupakan dosis
oral dan merujuk pada garam kecuali dinyatakan lain. Lihat teks untuk informasi tambahan mengenai semua agen,
termasuk toksisitas dan perhatian. Lihat panduan CDC (telepon:877-FYl-TRIP; http://www.cdc.gov) untuk keterangan tambahan dan dosis
2Pemantauan jantung harus dilakukan anak.
selama pemberian kuinidin intravena.
rDengan semua regimen parenteral, ganti
ke regimen oral segera setelah pasien dapat menoleransi hal tersebut.
OBAT ANTIPROTOZOA I 877
Efek Antimalaria & Resistensi C. Aeses Hm Ameglx
A. Erex Arunrununrl Klorokuin mencapai kadar yang tinggi dalam hati dan
dapat digunakan untuk abses amebik yang gagal berespon
Jika tidak terjadi resistensi, klorokuin merupakan skizon-
tisid darah yang sangat efektif. Obat ini juga cukup efektif terhadap terapi inisial dengan metronidazole (lihat bawah).
terhadap gametosit P ttittax, P oaale, dan P malariae tetap\
tidak efektif terhadap P falciparum. Klorokuin tidak aktif Efek Simpang
terhadap parasit stadiurn hepatik. Klorokuin biasanya ditoleransi dengan baik, bal-rkan
pada penggunaan jangka-panjar,g. Pruritus sering kali
B, MexarursrraE KERJA
te4adi, terutarra pada orang Afrika. Mual, muntal'r,
Mekanisme kerja antirnalaria tetap menjadi perdebatan. nyeri perut, nyeri kepala, anoreksia, malaise, penglihatan
Klorokuin rnungkin bekerja dengan terkonsentrasi di kabur, dan urtikaria jarang teryadi. Pernberian setelah
vakuola makanan parasit, mencegah polimerisasi produk rnakan dapat menurunkan beberapa efek simpang ini.
l'remecahan hemoglobin, heme, ke dalam hemozoin, se- Reaksi yang jarang terjadi meliputi hemolisis pada
hingga menimbulkan toksisitas pada parasit karena ter- penderita defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase
kumpulnya heme bebas. (G6PD), gangguan pendengaran, kebingungan, psikosis,
C. Reslsrerusl kejang, agranulositosis, derrnatitis eksfoliatif, alopesia,
pemutihan rambut, hipotensi, dan perubahan elektro-
Resistensi terhadap klorokuin saat ini sering kali ditemui
kardiografi (pelebaran QRS, kelainan gelombar-rg T). Pem-
di antara galur P fnlcipantm dan jarang tapi mulai sering
berian klorokuin dosis-tinggi jangka-panjang untuk pe-
ditemui pada P uioax. Pada P falciparum, n'rutasi transper-
nyakit reurnatologik (lihat Bab 36) dapat menyebabkan
ter putatif, PfCRT, telah dikaitkan dengan timbulnya re-
ototoksisitas ireversibel, retinopafi, miopali, dan neuropati
sistensi. Resistensi klorokuin dapat dipulihkan dengan
perifer. Kelainan ini jarang terjadi, bahkan hampir tidak
beberapa agen, meliputi verapamil, desipramin, dan klor-
pernah pada penggunaan kemoprofilaksis mingguan do-
fenirarnin, tapi nilai klinis obat pemulih resistensi ini
sis standar, bahkan jika diberikan untuk jangka-panjang.
belum ditetapkan.
Injeksi intrarnuskular dosis besar atau infus cepat intravena
Penggunaan Klinis klorokuin hidroklorida dapat nrenyebabkan hipotensi
berat, henti napas dan janfung. Pemberian klorokuin se-
A. Tennpr
cara parenteral sebaiknya dihindari, tapi jika tidak tersedia
Klorokuin merupakan obat pilihan pada terapi malaria obat lain untuk penggunaan parenteral, klorokuin harus
nonfalsiparum dan falsiparum yang sensitif. Klorokuin diinfuskan perlahan.
cepat menurunkan demarn (dalam 24-48 jam) dan mem-
bersihkan parasitemia (dalam 48-72 jam) akibat parasit Kontraindikasi & Perhatian
yang sensihif. Obat ini juga masih digunakan untuk meng-
Klorokuin dikontraindikasikan pada penderita psoriasis
obati malaria falsiparum di berbagai daerah dengan re-
atau porfiria karena dapat mencetuskan serangan akut ke
sistensi yang tersebar luas, khususnya pada banyak daerah
dua penyakit tersebut. Klorokuin umumnya tidak boleh
di Afrika, karena aman, murah, dan kenyataan bahwa
digunakan pada penderita kelainan retina atau lapang
banyak individu dengan imunitas parsial berespons ter-
pandang serta miopati. Klorokuin sebaiknya digunakan
hadap terapi ini, bahkan ketika parasit yang menginfeksi
dengan hati-hati pada pasien dengan riwayat penyakit
memiliki resistensi parsial terhadap klorokuin. Namun,
hati atau gangguan hematologik atau neurologik. Agen
beberapa agen lain lebih dianjurkan unhrk mengobati
antidiare kaolin serta antasida yang mengandung kal-
malaria falsiparum yang berpotensi resistery terutarna
sium dan magnesiurn mengganggu penyerapan klorokuin
pada individu yang tidak kebal, dar-r klorokuin mulai di-
sehingga tidak boleh diberikan secara bersamaan. Obat ini
gantikan oleh obat lain sebagai terapi standar nlalaria falsi-
dianggap arnan digunakan dalarn keharnilan dan untuk
parum di kebanyakan negara endernik. Klorokuin tidak
anak-anak usia dini.
mengeliminasi benfuk P ttiaax dan P oztale yang donnan
dalam hati, dan.karena alasan ini, primakuin harus ditam-
AMODIAKUIN
bahkan untuk menyernbuhkan spesies ini secara radikal.
Amodiakuin sangat terkait dengan klorokuin dan mung-
B. KeuopnonLAKsrs kin memiliki rnekanisrne kerja dan resistensi yang sarna
Klorokuin merupakan agen kemoprofilaktik yang dipilih dengamrya. Arnodiakuin telal-r banyak digunakan untuk
di berbagai daerah malaria yang malaria falsiparumnya mengobati malaria karena murah, toksisitasnya terbatas,
tidak resisten. Eradikasi P ztioax dan P ooale rnernerlukan daru efektif terhadap galw P falcipnrum yang resisten-klo-
terapi primakuin untuk membersihkan stadium l'repatik. rokuin di beberapa daerah. Toksisitas amodiakuin yang
878 / BAB s3

penting, seperti agranulositosis, anemia aplastik, dan parum. Kuinin tidak aktif terhadap parasit stadium hepa-
hepatotoksisitas, telah membatasi penggunaan obat ini tik. Mekanisme kerja kuinin tidak diketahui.
beberapa tahun terakhir. Namun, reevaluasi terkini telah
B. Resrsrrrusr
menunjukkan bahwa toksisitas hebat akibat arnodiakuin
jarang terjadi, dan beberapa pihak menganjurkan peng- Meningkatnya resistensi parasit in vitro pada berbagai
gunaannya sebagai pengganti klorokuin (terutama pada area menunjukkan bahwa resistensi terhadap kuinin akan
regimen kornbinasi) di area dengan tingkat resistensi menjadi masalah yang terus berkembang. Resistensi ter-
yang tinggi tapi sumber daya terbatas. World Health hadap kuinin sudah dijumpai di beberapa daerah di Asia
Organization mencantumkan amodiakuin plus artesunat Tenggara, terutama daerah perbatasan Thailand. Pada
sebagai terapi anjuran untuk malaria falsiparurn di daerah daerah tersebut, obat kemungkinan gagal jika digunakan
dengan resistensi terhadap obat-obat lama dan amodia- secara tersendiri untuk mengobati rnalaria falsiparum.
kuin plus sulfadoksin-pirimetamin sebagai pengganti jika Namun, kuinin tetap n'remberikan setidaknya efek tera-
tidak tersedia terapi yang mengandung artemisinin. Ke- peutik parsial pada sebagian besar pasien.
moprofilaksis dengan amodiakuin sebaiknya dihindari
Penggunaan Klinis
karena toksisitasnya tampaknya meningkat dengan peng-
gunaan jangka-panjang. A. Tenapr PrRerrrnnl Maunln Flrstpnnuna Brnnr
Kuinin dihidroklorida atau kuinidin glukonat merupa-
KUININ & KUINIDIN kan terapi pilihan untuk malaria falsiparum berat. Kuinin
Kuinin dan kuinidin tetap menjadi terapi lini pertama dapat diberikan perlahan secara intravena atau, dalam la-
unfuk malaria falsiparum - terutama penyakit berat - rnes- rutan encer, secara intramuskular, tapi sediaan parenteral
kipun toksisitasnya dapat menyulitkan terapi. Resistensi obat ini tidak tersedia di AS. Saat ini kuinidin menjadi
terhadap kuinin jarang terjadi tapi rnulai sering timbul. terapi standar di AS untuk terapi parenteral malaria fal-
siparum berat. Kuinidin dapat diberikan dalarn dosis
Kimia & Farmakokinetik terbagi atau rnelalui infus intravena kontinu; terapi harus
dimulai dengan loading dose untuk mencapai kadar plasma
Kuinin didapat dari kulit kayu pohor-r sinkona, obat tra-
yang efektif dengan cepat. Karena toksisitasnya terhadap
disional unluk demam intermiten dari Amerika Selatan.
jantung dan famrakokinetiknl'a yang relatif tidak dapat
Alkaloid kuinin dimurnikan dari kulit kayu pada tahun
ditebak, pemberian kuinidin intravena harus disertai de-
1820, dan sejak saat itu digunakan dalam terapi dan pen-
ngan pemantauan jantung. Terapi harus diganti menjadi
cegahan malaria. Kuinidin, suaLu stereoisomer dekstroro-
kuinin oral segera setelah keadaan pasien membaik dan
tatorik kuinin, setidaknya seefektif kuinin parenteral pada
dapat menoleransi terapi oral.
terapi malaria falsiparum berat. Setelah pemberian per
oral, kuinin cepat diabsorpsi, mencapai kadar plasma pun- B. Tennn Onel ploe Mnunre FnslpnRuna
cak dalam 1-3 jam, dan didistribusikan secara luas dalam Kuinih sulfat merupakan terapi lini-pertama yang sesuai
jgringan tubuh. Penggunaan loading dose pada malaria untuk malaria falsiparum tanpa-komplikasi, kecuali jika
berat mernungkinkan tercapainya kadar puncak dalam infeksi ditularkan di daerah yang diketahui tidak terdapat
waktu beberapa jarn. Farmakokinetik kuinin bervariasi di malaria resisten-klorokuin. Kuinin sering kali digunakan
antara populasi. Penderita malaria memiliki kadar plasma bersama obat kedua (paling sering doksisiklin atau, pada
obat yang lebih tinggi daripada kontrol yang sehat, tapi kanak-kanak, klindamisin) untuk rnempersingkat durasi
toksisitas obatnya tidak meningkat, kemungkinan karena penggunaan kuinin (biasanya hingga 3 hari) dan memba-
meningkatnya ikatan protein. Waktu-paruh kuinin juga tasi toksisitasnya. Kuinin kurang efektif jika dibandingkan
memanjang pada malaria berat (18 jam) jika dibandingkan dengan klorokuin terhadap malaria lain pada manusia, dan
dengan kontrol sehat (11 jarn). Kuinidin merniliki waktu- lebih toksik, sehingga tidak digunakan untuk mengobati
paruh yang lebih pendek daripada kuir-rin, kemungkir"ran infeksi akibat parasit-parasit ini.
besar karena rnenurunnya ikatan protein. Kuinin terutana
C. KeruopnonlAKsts MnuRrn
dimetabolisasi dalam hati dan diekskresi dalarn urine.
Kuinin tidak umum digunakan sebagai kemoprofilaksis
Efek Antimalaria & Resistensi karena toksisitasnya, meskipun dosis harian sebesar 325
mg cukup efektif.
A. Errx Anrunrrnrl
Kuinin bekerja secara cepat dan merupakan skizontisida D. Bneeslosls
darah yar-rg sangat efektif terhadap keempat spesies para- Kuinin merupakan terapi lini pertama, dalam kombinasi
sit malaria pada manusia. Obat ini bersifat garnetosidal dengan klindamisin, pada terapi infeksi oleh Babesia microti
terhadap P uirtax dan P ooale tetapi tidak terhadap P falci- atau infeksi babesia lainnya pada n'ranusia.
OBAT ANTIPROTOZOA I 879
Efek Simpang Meskipun toksisitasnya menjadi masalah, meflokuin rne-
rupakair salah satu obat kenroprofilaktik yang dianjurkan
Dosis terapeutik kuinin dan kuinidin umumnya menye-
penggunaannya pada sebagian besar daerah endemik rna-
babkan tinifus, nyeri kepala, rnual, pusing, Jlushing, dan
laria dengan galur resisten-klorokuin.
gangguan penglihatan; kurnpulan gejala irri disebut sin-
konisme. Gejala ringan sinkonisme tidak memerlukan
Kimia & Farmakokinetik
penghentian terapi. Temuan yang lebih parah, sering kali
muncul setelah terapi jangka-panjang, meliputi kelainan ivleflokuin hidroklorida merupakan 4-kuinolin metanol
penglihatan dan pendengaran yang lebih nyata, mulrtah, sintetik yang secara kimiawi berkaitan dengan kuinin. Obat
diare, dan nyeri perut. Reaksi hipersensitivitas nreliputi ini hanya dapat diberikan per oral karena menimbulkan
ruam kulit, urtikaria, angioedema, dan bronkospasme. iritasi setempat yang berat pacla pernberian parenteral.
Kelainan hematologik meliputi hen'rolisis (terutama pada Meflokuin diabsorpsi dengan baik, clan kadar puncak plas-
defisiensi G6PD), leukopenia, agranulositosis, dan trom- nanya tercapai dalarn waktu sekitar 18 jam. Meflokuin
bositopenia. Dosis terapeutik dapat merryebabkan hipo- sangat terikat pada protein, didistribusikan secara luas
glikemia akibat perangsangan pelepasan insulin; rnasa- dalam jaringan, dan c{ieliminasi secara perlahan sehingga
lah ini khususnya muncul pada infeksi berat dan pasien terapinya dapat dibelikan dalarn regimen dosis tunggal.
hamil, yang sensitivitasnya terhadap insulin meningkat' Waktu-paruh eliminasi terminalnya adalah sekitar 20
Kuinin dapat merangsang kontraksi uterus, terutama pada hari, memungkinkan pemberiannya sebagai kemoprofi-
trimester ketiga. Namun, efek ini bersifat ringan, dan kui- laksis dilakukan secara rningguan. Pada pemberian rning-
nin dan kuinidin tetap menjadi obat pilihan pada malaria guan, kadar obat dalam keadaan stabil dicapai dalam
falsiparum berat bahkan pada kehanrilan. Infus intravena beberapa minggu; interval ini dapat dipersingkat hingga
kedua obat ini dapat rnenyebabkan tromboflebitis. 4 hari dengan memulai terapi rnenggunakan tiga dosis
Hipotensi berat dapat tirnbul setelah per.nberian infus harian 250 mg secara berturutan, meskipun hal ini bukan
intravena kuinin atau kuinidin yang terlalu cepat. Ke- merupakan praktik standar. N4eflokuin dan metabolit
lainan pada elektrokardiografi (pemarrjangan QT) cukup asam-l1ya cliekskresi secara perlahan, terutama dalarn
sering terjadi pada kuinidin intravena, tapi jarang terjadi feses. Obat ini dapat terdeteksi dalarn darah selarna bebe-

aritmia yang berbahaya jika obat diberikan secara sesuai rapa bulan setelah terapi selesai.
dan terpantau.
Demam blacku;ater tnerupakan suafu penyakit berat Efek Antimalaria & Resistensi
yang langka, meliputi hemolisis dan her.noglobinuria nyata A. Erex Arurrrurtantn
akibat terapi kuinin pada rnalaria. Penyakit ini tampak- Meflokuin mempunyai aktivitas skizonLisida darah yang
nya terjadi akibat reaksi hipersensitivitas telhadap kuinin, kuat terhadap P falciparum dan P ttittax tetapi tidak aktif
rneskipun patogenesisl-tya belurn jelas. terhadap gametosit atau stadium hepatiknya. Mekanisme
kerja meflokuin belum diketahui.
Kontraindikasi & Perhatian
B. Resrsrerusr
Kuinin (atau kuinidin) harus dihentikan jika tirnbul
tanda-tanda sinkonisr-ne berat, hemolisis, atau hipersensi- Resistensi sporadik terhaclap meflokuin telah dilaporkan
tivitas. Jika rnungkin, penggutlaarr kuinin harus dil-rindari terjadi di berbagai tempat. Saat ini, resisteusi tampaknya
pada pasien yang suclah memiliki masalah penglil-ratan tidak umum terjadi kecuali di daerah Asia Terrggara de-
atau pendengaran sebelumnya. Kuinin harus digunakan ngarr angka resistensi yang tinggi terhadap berbagai
dengan hati-hati pada penderita kelainan jantung' Kuinin obat (khususnya daerah perbatasan Thailand)' Resistensi
tidak boleh diberikan bersama dengan rneflokuin dan terhadap meflokuin tampaknya terkait dengan resistensi
harus digunakan dengan l'rati-hati pada perrderita malaria terhadap kuinin dan halofantrin tapi tidak terkait dengan
yang sebelumnya telah mendapat kemoprofilaksis meflo- resistensi terhadap klorokuin.
kuin. Penyerapannya dapat dihambat oleh antasida yang
mengandung alumunium. Kuinin dapat meningkatkar-r Penggunaan Klinis
kadar plasma warfarin dan digoksin. Dosisnya harus ditu- A. KeruopnoFrLAKsrs
runkan pada insufisiensi ginyal. Meflokuin efektif sebagai profilaksis terhadap kebanyak-
an galur P falcipttntm dan kemungkinan terhadap semua
MEFLOKUIN spesies rnalaria lainnya pada manusia. Oleh sebab itu,
Meflokuin merupakan terapi yang efektif pada banyak rneflokuin menjadi salah satu obat yarrg dianjurkan oleh
galur P falcipdrilrl resisten-klorokuin dan spesies lainnya. CDC sebagai kemoprofilaksis di sen"rua area malaria
880 / BAB s3

kecuali daerah vang tidak terdapat resistensi terhadap usia dirri. Data yang ada menunjukkan bahwa meflo-
klorokuin (pada are'a ini klorokuin lebih dianjurkan) kuin aman digunakan dalam kehamilan, rneskipun clata
dan beberapa daerah pedesaan di Asia Tenggara dengan penggunaan obat ini pada trimester pertama terbatas.
angka resistensi meflokuin yang tinggi. Seperli pada klo- Anjuran larna unhrk tidak menggunakan rneflokuin bagi
rokuin, eradikasi P tionx dan P oualc memerlukan terapi orang yang memerlukan keterampilan rnotorik halus (rni-
primakuin. salnya, pilot pesawat terbang) masih diperdebatkan. Ke-
B. Trnapr moprofilaksis meflokuin harus dihentikan jika timbul
gejala neuropsikiatrik yang signifikan.
Meflokuin efektif rnengobati sebagian besar malaria fal-
siparurn. Obat ini tidak tepat diberikan untuk mengobati
PRIMAKUIN
penderita rnalaria berat atau dengan komplikasi karena
kuinin dan kuinidin lebih cepat akhf dan resistensi terha- Prirnakuin merupakan obat pilihan untuk eradikasi
dap kedua obat ini lebih jarang terjadi. benfuk lrepatik P uiunx dan P ot,ttle yang dorrnan.

Efek Simpang Kimia & Farmakokinetik


Pemberian meflokuin dosis mingguan sebagai kemopro- Primakuin fosfat adalah suatu 8-aminokuinolin sintetik
filaksis dapat menyebabkan mual, rnuntah, pusing, per- (Gan'rbar 53-1). Obat ini diabsorbsi baik per oral, rnerrcapai

ubahan perilaku dan pola tidur, nyeri epigastrik, diare, kadar puncak plasma dalam waktu 1-2 jant. Waktu,paruh
nyeri perut, nyeri kepala, rualn, dan pusiug. Toksisitas dalam plasma adalah 3-8 jan'r. Primakuin didistribusikan
neuropsikiatrik cukup mendapat sorotan publik, tapi mes- secara luas di jaringan, tetapi hanya sedikit yang terikat
kipun cukup barryak laporan anekdotal mengenai kejang di dalamnya. Obat ini cepat dimetabolisasi dan diekskresi
clan psikosis, berbagai studi terkontrol menemukan bahwa dalam urine. Tiga rnetabolit utarna obat ini tampaknya
frekuensi efek simpang berat akibat meflokuin tidak me- Inerniiiki aktivitas antimalaria vang lebih lemah tapi lebih
berl-ro1sn51 rnernicu hemolisis daripada senyawa induk-
larnpaui efek simpang akibat regimen ulnum kemoprofi-
laktik antimalaria. Diiaporkan terjadi leukositosis, trom- n]'4.
bositopenia, dan per-ringkatan arninotransferase.
Berbagai efek simpang 1'ang disajikan di atas lebih
Efek Antimalaria & Resistensi
serir-rg timlrul pacla dosis var-rg lebih tirrggi daripada dosis A. Erex AurrnanrnRrn
terapi. Efek ini dapat clikurangi dengan mernbagi pern- Primakuin aktif terhadap stadium hepatik semua parasit
berian obat menjadi dua dosis berjarak 6-8 jam. Insiden ge- malaria pada manusia. Obat ini merupakan safu-sahlnya
jala neuropsikiatrik tampaknva sekitar 10 kali lebih sering agen yang tersedia clan aktif terhadap P uittLtx dan P ouale
terjadi pada dosis ini ketimbang pacla dosis kemoterapi, stadium hipnozoit dorman. Primakuin juga bersifat game-
dengan frekuensi yang bervariasi hingga mencapai 50,"/". tosidal terhadap 4 spesies malaria pada manusia. Prima-
Toksisitas neuropsikiatrik berat (depresi, kebingungan, kuin bekerja menyerang parasit stadium erihositik, tapi
psikosis akut. atau kejang) telah clilaporkan terjadi kurar-rg aktivitasnya ini terlalu lemah untuk rnemegang peranan
dari 1 dalam 1000 terapi, tapi beberapa pihak meyakini penting. Mekanisrne efek antimalarianya bidak diketahui.
bahwa toksisitas ini sebenarrya lebih sering terjadi. Meflo-
B. Resrsrerusl
kuin juga dapat mengubah konduksi jantung, dan aritrnia
serta bradikardia telah dilaporkan. Beberapa galur P aittttx di Papua Nugini, Asia Tenggara,
dan nrungkin Amerika Tengah dan Selatan relatif resisten
Kontraindikasi & Perhatian terhadap primakuin. Bentuk hepatik galur-galur irri rnung-
Meflokuin dikontraindikasikarr jika terdapat riwayat epi-
kin tidak dapat dieradikasi oleh terapi standar primakuin
tunggal dan mernerlukan terapi berulang dengan pening-
lepsi, gangguan psikiatri, arihnia, defek konduksi jantung,
katan dosis (rnisalnya, 30 mg basa per hari selama 14 hari)
atau sensitivitas terhadap obat terkait. Obat ini tidak boleh
untuk penyembuhan raclikal.
diberikan bersama kuinin, kuinidin, atau halofantriu, dan
berhati-hatilah ketika kuinin atau kuinidin digunakan
Penggunaan Klinis
unfuk mengobati malaria setelah kemoprofilaksis dengan
rneflokuin. Risiko teoletis akibat pellgg.unaan meflokuin A. Trnnpr (Peruveuauxaru Rnolrnl) Mnunre Vrvex onn
harus diseimbangkan dengan risiko terjangkit malaria fal- Ovnm Axur
siparum. CDC tidak lagi rnelarang penggultaan meflokuin Terapi standar unhrk infeksi ini lneliputi klorokuin untuk
pada pasien )'ang mendapat antagonis B-adrenoseptor. mengeradikasi berrtuk eritrositik darr prirnakuin untuk
Meflokuir-r sekarang juga diar-rggap aman untuk anak rnengeradikasi hipnozoit dalarn hahi serta mencegah relaps.
OBAT ANTIPROTOZOA I 881
Awalnya, diberikan klorokuin, dan terapi primakuin di- sif (misalnl'a, kuinidin), da1 penderita galgguan yang
tunda sampai status G6PD pasien diketahui. Jika kadar biasanya meliputi mielosupresi. Obat ini tidak pernah di-
G6PD normal, diberikan terapi prirnakuin selarna 14 hari. berikan secara parenteral karena dapat mernicu hipotensi
yang nyata.
B. Pnornaxsrs TERMTNAL Mnunrn Vlvlx onru Ovnu
Pasien harus diuji untuk mengetahui adanya defi-
Kemoprofilaksis standar Lidak mencegah relaps malaria siensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase sebelurn diresepkan
vivax dan ovale, karena bentuk hipnozoit parasit ini lidak primakuin. Ketika seorang pasien mengalami defisiensi
dieradikasi oleh klorokuin atau agen lain yang tersedia. G6PD, strategi terapi dilakukan dengan menunda terapi
Untuk rnengurangi kemungkinan relaps secara bermakna, dan mengobati relaps, jika terjadi, dengan klorokuin;
beberapa pihak menyarankan penggunaan primakuin rnengobati pasien dengan dosis standar, sambil memper-
setelah bepergian dari daerah endemik. hatikan staLus hematologiknya; atau mengobatinya de-
C. KeruopnonlAKsrs Mnlenra ngan prirnakuin mingguan (45 mg basa) selama 8 minggu.
Primakuin telah diteliti sebagai agen kemoprofilaktik ha- Penderita defisiensi G6PD keturunan Mediterania dan
rian. Terapi harian dengan basa 0,5 rng/kg memberikan Asia paling mungkin rnenderita defisiensi berat, sernen-
perlindungan yang baik terhadap malaria falsiparum dan tara penderita keturunan Afrika biasanya menderita
vivax. Namun, potensi toksisitas penggunaan jangka- defek biokimiawi ringan. Perbedaan ini dapat menjadi
panjang tetap menjadi masalah, dan primakuin tidak pertimbangan dalam memilih strategi terapi. Setiap saat,
rutin dianjurkan untuk tujuan ini. primakuin harus dihentikan jika terbukti timbul hemolisis
atau anemia. Primakuin sebaiknya dihindari dalam keha-
D. Errx Gnrurrosroar milan karena janin relatif mengalami defisiensi G6PD
Primakuin dosis Lunggal (45 mg basa) dapat digunakan sehingga berisiko mengalami hemolisis.
sebagai alat kontrol untuk membuat gametosit P falcipa-
rum tidak infektif terhadap nyamuk. Terapi ini tidak me- ATOVAKUON
miliki manfaat klinis bagi pasien tapi akan mengganggu Atovakuon, suani hidroksinaftokuinon (Gambar 53-1),
penularannya. awalnya dikernbangkan sebagai suatu antimalaria dan
E. lmersl Pneumocvsrts rtRovEct sebagai komponen Malarone vang dianjurkan untuk pro-
filaksis (Tabel 53-2). Obat ini juga telah disetujui oleh
Kombinasi klindamisin dan primakuin adalah regimen
Food and Drug Administration sebagai terapi pneumonia
alternatif dalam terapi pneumosistosis, khususnya penya-
P jirooeci ringan hingga sedang.
kit ringan hingga sedang. Regimen ini dapat ditoleransi
Obat ini hanya diberikan per oral. Bioavailabilitasnya
dengan lebih baik jika dibandingkan dengan trimetoprim-
rendah dan tak-menenfu tapi absorpsinya meningkat de-
sulfametoksazol atau pentamidin dosis-tinggi, meskipun
ngan makanan berlemak. Atovakuon terikat kuat pada
efikasinya terhadap pneumonia pneumosistis berat belurn
protein dan memiliki waktu-paruh 2-3hari. Sebagian besar
diteliti dengan baik. (Lihat juga halaman 883).
obat ini dieliminasi tanpa mengalami perubahan di feses.
Mekanisme kerja atovakuon tidak diketahui pasti. Pada
Efek Simpang
plasmodia, atovakuon tampaknya mengganggu transpor
Pada dosis rekomendasi, primakuin umumnya ditoleransi elektron mitokondria.
dengan baik. Obat ini jarang menimbulkan mual, nyeri Penggunaan awal atovakuon untuk mengobati malaria
epigastrik, kram perut, dan nyeri kepala, dan gejala ini memberikan hasil yang mengecewakary dengan kegagal-
lebih sering timbul pada dosis yang lebih tinggi dan ke- an yang sering terjadi akibat munculnya parasit resisten
tika obat digunakah pada keadaan lambung kosong. Efek selama terapi. Sebaliknya, Malarone, suaLu kombinasi
simpang yang lebih serius tapi jarang ditemukan meli- tetap atovakuon (250 mg) dan proguanil (100 mg), sangat
puti leukopenia, agranulositosis, leukositosis, dan aritmia efektif untuk terapi dan kemoprofilaksis malaria falsipa-
jantung. Primakuin dosis standar dapat menyebabkan rum, dan saat ini disetujui untuk kedua indikasi tersebut
hemolisis atau methemoglobinemia (ditandai dengan di AS. Sebagai kemoprofilaksis, Malarone harus diguna-
sianosis), terutama pada penderita defisiensi G6PD atau kan setiap hari (Tabel 53-2). Malarone memiliki kelebihan
defek metabolik herediter lairurya. di atas meflokuin dan doksisiklin karena periode terapi-
nya lebih singkat sebelum dan setelah periode berisiko
Kontraindikasi & Perhatian tertular malaria, tapi harganya lebih mahal daripada agen
Primakuin tidak boleh diberikan pada penderita dengan lain. Obat ini harus dikonsumsi bersama makanan.
riwayat granulositopenia atau methemoglobinemia, pada Atovakuon merupakan terapi alternatif untuk infeksi
orang yang mendapat obat yang berpotensi mielosupre- P jirooeci, meskipun efikasinya lebih rendah daripada
882 / BAB s3

trirnetoprim-sulfametoksazol. Dosis standarnya adalah bersifat gametosidal atau efektif terhadap stadium hepatik
750 mg, dikonsumsi bersama makanan tiga kali sehari P ztiztax atau P ottale yang persisten. Sulfonarnida darr sulfon
selama 2'1. hari. Efek simpangnya meliputi demarn, ruam, hanya sedikit aktif terhadap skizon eritrositik tapi tidak
mual, murrtah, diare, nyeri kepala, dan insomnia. Efek terhadap stadiurn hepatik atau garnetosit. Obat-obat ini
simpang yang berat tampaknya minimal, meskipun tidak digurrakan secara tersendiri sebagai antimalaria tapi
pengalaman dengan obat ir-ri masih terbatas. Atovakuon efektif dalarn kombinasi dengan agen lain.
juga efektif pada sejumlah kecil pasien luluh-imun de-
B, MexnrursvrE KERJA
ngan toksoplasmosis yang tidak responsif dengan obat
lain, meskipun perannya dalam penyakit ini belum terlalu Pirimetamin dan proguanil secara selektif menghambat
jelas. dihidrofolat reduktase plasrnodium, suatu errzirn penting
Malarone urnumnya ditoleransi dengan baik. Efek sim- dalam jalur sintesis folat. Sulfonamida dan sulfon meng-
pangnya meliputi n1'eri perut, mual, nruntah, diare, nyeri hambat enzim lain dalarn jalur folat, yaitu dihidropteroat
kepala, dan ruam, dan efek ini lebih sering terjadi pada sintase. Seperti dijelaskan dalarn Bab 46 dan ditunjukkan
dosis yang lebih tinggi daripada dosis terapi. Peningkatan dalam Gambar 46-2, kourbirrasi penghambatan kedua
reversibel enzim hati telah clilaporkan terjadi. Keaman- enzim ini memberikan aktivitas sinergistik.
an atovakuon dalam kehamilan tidak diketahui. Kadar C. Rrstsrerusr
plasma atovakuon rrenurun sekitar 50% dengan pemberi-
Pada banyak area, resistensi terhadap antagonis folat dan
an bersama tetrasiklin atau rifampin.
sulfonar-nida sering terjadi pada P falciparum dan lebih
jarang terjadi pada P zsittax. Resistensi terutama terjadi
PENGHAMBAT SINTESIS FOLAT
akibat n.rutasi dihidrofolat reduktase dan dihidropteroat
Pengharnbat enzim-enzim yang terlibat dalarn rnetabolis-
sintase. Karena berbagai mutasi yang berbeda dapat
me folat digunakan, umumllya dalan'r regimen kombinasi, nemerantarai resistensi terhadap agen-agen yar-rg berbeda,
dalam terapi dan pencegal'ran rnalaria. resistensi-silang tidak umur11 dijurnpai.

Kimia & Farmakokinetik Penggunaan Klinis


Pirimetamin adalah suatu 2,4-dianrirropirimidin terkait
A. KeruopnoFtLAKsts
trimetoprim (lihat Bab 46). Proguanil merupakan turun-
an biguanid (Garnbar 53-1). Kedua obat ini diserap secara Kemoprrofilaksis menggunakan antagonis folat tunggal
perlahan tapi adekuat dari saluran cerna. Pirimetamin tidak lagi dianjurkan karena seringnya timbul resistensi,
mencapai kadar puncak plasma 2-6 jarn setelah dosis oral, tapi beberapa agen digunakan dalam regimen kombinasi.
terikat pada protein plasma, dan memiliki waktu-paruh Kombinasi klorokuin (500 mg tiap rninggu) dan proguanil
(200 mg tiap hari) digunakan sebagai alternatif terhadap
eliminasi sekitar 3,5 hari. Proguanil mencapai kadar
plasma puncak sekitar 5 jam setelah dosis oral dan rne- meflokuin. Kombinasi ini memiliki efikasi yarlg lebih
rniliki waktu-paruh eliminasi sekitar 16 jam. Oleh sebab rendah-tapi juga kemungkinan kurang toksik-daripada
itu, proguanil harus diberikan harian sebagai kemopro- meflokuin. Efikasi korlbinasi ini diperkirakan akan terus
filaksis, sernentara pirimetamin dapat diberikan sekali menurun karena meningkahrya resistensi terhadap kloro-
seminggu. Pirimetamin dimetabolisasi secara ekstensif se-
kuin dan proguanil. Fansidar dan Maloprim (Maloprim
belum ekskresi. Proguanil adalah suatu calon obat; yang
merupakan kombinasi pirimetamin dan dapson, suatu
aktif hanyalah metabolit triazinnya, yakni sikloguanil. sulfon) efektif terhadap parasit vang ser-rsitif dengan pem-
Fansidar, suatu'kombinasi tetap sulfonarnida sulfadoksin
berian dosis mirrgguan, tapi obat-obat ini tidak lagi di-
(500 mg tiap tablet) dan pirimetamin (25 rng tiap tablet),
anjurkan karena timbulnya resistensi dan toksisitas.
diabsorpsi dengan baik. Komponen-komponen fansidar B. Tennpl Mnunrn Fnlslpenuru Resrsreru-KloRoKutN
ini menunjukkan kadar plasma puncak dalam wakfu 2-8 Fansidar umum digunakan untuk n'rengobati malaria falsi-
jam dan diekskresi terutanla melalui ginjal. Waktu-paruh
parum tanpa kon-rplikasi dan menjadi terapi lini-pertarna
sulfadoksin adalah sekitar 170 jan.
untuk indikasi ini di beberapa negara tropis. Kelebihan Fan-
sidar di negara berkembang adalah angka resistensi obat
Efek Antimalaria & Resistensi
dan toksisitas yang relatif rendah, mudahnya pemberian
A. Erer Arurrnanlanrn (dosis oral tunggal), dan rnurah. Namun, angka resistensi
Pirimetamin dan proguanil bekerja iarnbat terhadap terhadapnya meningkat. Ketika keduanya tersedia, Fansidar
bentuk eritrositik galur yang peka dari keernpat spesies merupakan regimen yang kurang optinlal dibandingkan
malaria pada manusia. Proguanil juga merniliki aktivitas dengan kuir-rin, terutarna pada individu nonimun. Fansidar
terhadap benhrk hepatik. Kedua obat ini tidak cukup tidak boleh digunakan pada malaria herat, karena bekerja
OBAT ANTIPRoTozoA / 883
lebih lambat daripada agen lain yang terseclia. Fansidar ruam, leukopenia, hiponatremia, peningkatan enzim hati,
juga dapat digunakan sebagai tambahan pada terapi kuinin azotemia, anemia, dan trombositopenia. Efek yang lebih
untuk mempersingkat terapi kuinin dan membatasi toksi- jarang timbul meliputi reaksi kulit berat, perubahan
sitas. Fansidar ridak terlalu efektif terhadap malaria vivax, status mental, pankreatitis, dan hipokalsemia. Trimeto-
dan manfaatnya terhadap P oaale dan P malaiae belum di- prim-sulfametoksazol juga merupakan obat kemopro-
pelajari secara mendalam. Suatu kombinasi antifolat-sulfon filaktik standar untuk pencegahan infeksi P jiroueci pada
baru, yakni klorproguanil-dapson, saat ini tersedia di be- individu luluh-imun. Dosisnya adalah satu tablet forte
berapa negara sebagai terapi malaria falsiparum tanpa tiap hari atau tiga kali seminggu. Jadwal pemberian ke-
komplikasi di Afrika. Klorproguanil-dapson sangat efektif moprofilaktik ini lebih ditoleransi daripada terapi dosis
di daerah-daerah dengan resistensi yang cukup tinggi ter- tinggi pada pasien luluh-imun; tapi timbulnya ruam,
hadap Fansidar, dan waktu-paruhnya yang lebih pendek demam, leukopenia, atau hepatitis dapat membuat obat
dapat membatasi seleksi terhadap parasit resisten. perlu diganti.

C. Trnmr Pntsumrrr pADA MALARTA FALsTpARUM


Efek Simpang & Perhatian
Fansidar juga digunakan sebagai terapi presumtif untuk Kebanyakan pasien dapat menoleransi pirimetamin dan
pelancong yang menderita demarn ketika bepergian ke proguanil dengan baik. Gejala gastrointestinal, ruam
daerah endemik-malaria dan yang tidak mampu men- kulit, dan gatal jarang timbul. Ulkus mulut dan alopesia
dapat pertolongan medis. Idealnya, pasien-pasien ini dapat ditimbulkan oleh proguanil. Fansidar tidak Iagi di-
mendapat pertolongan medis segera setelah dimulainya anjurkan sebagai kemoprofilaksis karena dapat menim-
terapi untuk memasLikan diagnosis dan mendapat ren- bulkan reaksi kutaneus yang jarang tetapi berat, meli-
cana terapi yang optimal. Strategi ini mulai banyak di- puti eritema multiforme, sindrom Stevens-Johnson, dan
pertanyakan karena meningkatnya resistensi terhadap nekrolisis epidermal toksik. Reaksi berat tampaknya
Fansidar. Regimen presurntif lainnya meliputi kuinin dan Iebih jarang timbul pada terapi dosis tunggal, dan peng-
meflokuin, yang lebih toksik tapi kemungkinan gagal aki- gunaan obat ini dibenarkan kerena risiko yang ber-
bat resistensi obatnya lebih kecil, atau analog artemisinin kaitan dengan malaria falsiparurn. Efek simpang yang
artesunat dan artemeter,yar.g tidak tersedia di AS. jarang timbul pada penggunaan Fansidar dosis tunggal
D. TorsopusMosrs serupa dengan sulfonan'rida lain, meliputi toksisitas he-
matologik, gastrointestinal, sistem saraf pusa! dermato-
Pirimetamin, dalam kombinasi dengan sulfadiazin, rne-
logik, dan ginjal. Maloprim tidak lagi dianjurkan sebagai
rupakan terapi lini-pertama dalarn terapi toksoplasmosis,
kemoprofilaksis karena sangat tingginya kejadian agranu-
termasuk infeksi akut, infeksi kongenital, dan penyakit
lositosis. Antagonis folat harus digunakan secara hati-
pada pasien luluh-imun. Pada pasien luluh-irnury diper-
hati jika terdapat disfungsi ginjal atau hati. Meskipun
lukan terapi dosis-tinggi yang diikuti dengan terapi su-
pirimetamin bersifat teratogenik pada hewan, Fansidar
presif kronik. Asam folinat ditambahkan untuk memba-
aman digunakan pada kehamilan untuk terapi dan sebagai
tasi mielosupresi. Toksisitas akibat kombinasi ini biasanya
regimen kemoprofilaktik intermiten untuk meningkatkan
terutama terjadi akibat sulfadiazin. Penggantian sulfadia-
hasil akhir kehamilan. Proguanil dianggap aman dalam
zin dengan klindamisin dapat menjadi regimen alternatif
kehamilan. Pada penggunaan antagonis folat apapun
yang efektif.
dalam kehamilan, suplemen folat harus turut diberikan.
E. Pruruuosrsrosrs
P ci merupakan penyebab pneumosistosis
neumo cy s tis j ir oa e
ANTIBIOTIK
pada manusia dan sekarang diketahui merupakan suatu Selain antagonis folat dan sulfonamida, beberapa antibio-
jamur, tapi organisme ini dibahas dalam bab ini karena tik merupakan antimalaria yang cukup aktif. Mekanisme
berespons terhadap obat antiprotozoa, bukan antijarnur. kerja obat-obat ini tidak jelas. Obat-obat tersebut dapat
(Spesies yang terkait dengannya, yakni P carinii, sekarang menghambat sintesis protein atau fungsi lain pada dua
diketahui sebagai penyebab infeksi pada hewan). Terapi organel plasmodia mirip-prokariota, yakni mitokondria
lini-pertama pneumosistosis adalah trimetoprim plus dan apikoplast. Tidak ada antibiotik yang boleh digunakan
sulfametoksazol (lihat juga Bab 46). Terapi standarnya sebagai agen tunggal dalam terapi malaria karena kerjanya
meliputi terapi intravena dosis tinggi (trimetoprim 15- lebih lambat daripada antimalaria standar.
20 mg dan sulfametoksazol 75-100 mg Liap hari dalam Tetrasiklin dan doksisiklin (lihat Bab 44) aktif ter-
tiga atau empat dosis terbagi) atau oral (dua tablet forte hadap skizon eritrositik semua parasit malaria pada
tiap 8 jam) selama 21 hari. Terapi dosis tinggi membawa manusia. Keduanya tidak aktif terhadap stadium hepatik.
toksisitas yang bermakna, terutarna pada pengidap AIDS. Doksisiklin umum digunakan pada terapi malaria falsi-
Toksisitas yang penting meliputi mual, rnuntah, demam, parum bersama dengan kuinidin atau kuinin, sehingga
884 / BAB s3

terapi dengan kuinin lebih singkat dan dapat lebih dito- Halofantrin umumnya ditoleransi .dengan baik. Efek
leransi. Doksisiklin juga telah menjadi ol.rat kernoprofi- sinlpanguya yang paling umum meliputi nyeri abdornen,
laktik standar, terutama unfuk digur-rakan di daerah Asia diare, muniah, batuk, ruarn, nveri kepala, pruritus, clan
Tenggara dengan angka resistensi yang tinggi terhadap peningkatan enzim hati. Hal vang lebih dikl-rawatjrkan
antimalaria lainnya, termasuk meflokuin. Efek sampir-rg adalah bahwa obat ini rnengubah konduksi jantung, cie-
doksisiklir-r meliputi gejala gastrointestinal yang jarang ngan pernanjangan interval QT dan PR yang terkait dosis.
timbul, vaginitis kandida, dan fotosensitivitas. Keaman- Efek ini terlihat pada dosis standar, dan diperburuk oleh
annya sebagai kemoprofilaksis jangka-panjang belum di- terapi rneflokuin sebelurnnya. Kejadiarr-kejadian arihnia
evaluasi lebih lanlut. yang berbahaya dan beberapa kematian telah dilaporkan
Klindamisin (lihat Bab 44) Iarnbat aktif terhadap skizon terjadi. Obat ini dikontraindikasikan pada penderita
eritrositik dan dapat digunakan bersarna kuinin atau kui- defek konduksi jantung dan tidak boleh digunakan
nidin pada penderita yang tidak dapat menggunakan pada perrderita yang baru mendapat meflokuin. Obat
doksisiklin, seperti anak-anak dan ibu hamil. Azitromisin ini bersifat embriotoksik pada studi hewan sehingga cli-
(lihat Bab M) juga rnerniliki aktivitas antimalaria dan se- kontraindikasikan pada kehar.nilan.
karang sedang dipelajari sebagai obat kemoprofilaktik Lumefantrin, suatu aril alkohol yang terkait dengar.r
alternatif. Fluorokuinolon terbukti memiliki aktivitas anti- halofantrin, tersedia sebagai suatu kombinasi tetap ber-
malaria, tapi efikasinya sebagai terapi atau kemoprofilak- sama arterneter sebagai Coartenr di beberapa uegara.
sis malaria rnasih di bawah optirnal. Waktu-paruh lumefantrin, ketika digunakan sebagai
Antibiotik juga aktif terhadap protozoa lain. Tetra- konrbinasi, adalah 4,5 jan. Sarrra seperti halofantrin, ab-
siklin dan eritromisin rnerupakan terapi alternatif unbuk sorpsi oralnya sangat bervariasi dan meningkat jika obat
ambiasis inteslinal. Klindamisitr, dalaur kornbinasi dengan digunakan bersama makanan. Coartem sangat efektif se-
agen lain, merupakan terapi efektif untuk toksoplasmosis, bagai terapi malaria falsiparum, tapi harganya mahal clan
pneumosistosis, dan babesiosis. Spirarnisin merupakan rnembutuhkan dosis dua kali sehari. Meskipun terdapat
antibiotik n'rakrolida yang digurrakan untuk rnengobati keterbatasan ini, karena efikasirrya yang terpercaya terha-
toksoplasn'rosis primer yang clidapat selanra kehamilan. dap rnalaria falsiparum, baru-baru ini Coartenr telah di-
Terapi antibiotik menurunkan risiko timbulnva toksoplas- pilih sebagai terapi lini-pertarr.ra pada malaria di banyak
mosis kongenital. negara Afrika, meskipun inrplenrentasi perubahan ini
berlangsung lambat. Coartem tarnpaknya tidak menye-
HALOFANTRIN & TUMEFANTRIN babkan toksisitas janbung, seperti yarrg terjadi pada halo-
Halofantrin hiclroklorida, suafu fenantren-rnetanol yang fantrin.
terkait dengan kuinin, efektif terhadap stadium erjtro-
sitik (tapi tidak stadium lain) keempat spesies rnalaria ARTEMISININ & TURUNANNYA
pada manusia. Absorpsi oralnya bervariasi dan rneningkat Artemisinin (qinghaosu) adalah suatu seskuiterpen lakton
dengan makanan. Karena khawatir akan toksisitasnya, endoperoksida, yakni komponen aktif dalam pengobatan
obat ini tidak boleh digunakan bersama makanan. Kadar herbal yang telah digunakan sebagai antipiretik di Cina
plasma mencapai puncaknya 16 jam setelah pemberian, selama 2000 tahun. Arternisinin tidak dapat larut dan
dan waktu-paruhnya sekitar 4 hari. Ekskresinya terutama hanya dapat digunakan per oral. Analognya telah berhasil
n'relalui feses. Mekanisme kerja halofantrin ticlak diketa- disintesis untuk meningkatkan kelarutan dan efikasi anti-
hui. Obat ini tidak tersedia di AS (meskipun telah dise- malarianya. Analog arternisinin yang paling penting acla-
tujui oleh FDA),,tapi banyak tersedia di negara endemik lah artesunat (larut-air; berguna untuk pernberian per
malaria. oral, intravena, intramuskular, dan rektal) dan artemeter
Halofantrin cepat efektif terhadap kebanyakan galur P (larut-lernak; berguna untuk pemberian per oral, intra-
falciparunt resisten-klorokuin, tapi penggunaamrya diba- muskular, dan rektal). Artemisinin dan analognya cepat
tasi oleh penyerapannya yang tidak teratur dan toksisi- diserap, dengan kadar plasma puncak tercapai dalam
tasnya terhadap jantung. Dapat terjadi resistensi silang -1.-2
jant dan waktu-paruh 1-3 jam pascapemberian oral.
dengan meflokuin. Sebagai terapi rnalaria falsiparum, Senyawanya cepat dimetabolisasi menjadi metabolit aktif-
halofanhin 500 mg diberikan per oral tiga kali dalam nya yakni dihidroartemisinin. Kadar artemisinin tarnpak-
interval 6 jarn, dan terapi ini sebaiknya diulang dalam nya menururl setelah beherapa hari terapi. Dihiclroartemi-
wakfu 1 minggu untuk individu nonimun. Karena khawa- sinin juga tersedia sebagai suatu obat dan sedang dipelajari
tir akan toksisitasnya dan penyerapannya yang tidak tera- sebagai kernoterapi kombinasi dengan piperakuin, suatu
tur, halofantrin tidak digunakan sebagai kemoprofilaksis. kuinolin yang terkait dengan klorokuin. Di AS belurn ter-
OBAT ANTIPROTOZOA / 885
sedia artelnisinin, namun artemeter dan artesunat barrt,r-rk vang cligunal<an unfuk nrerrgobati nralaria. Jika nrungkirr.
tersedia di negara lain. artemisinin sebaiknya dihinciari pada kehamilan karena
Artemisinirr dan analognya merul-rakan skizontisicl teratogenisitasnya telah djurnpai pada penelitian terhadap
clarah yang sangat cepat bekerja terhadap semua parasit hewan, tapi perrggunaannva secara tidak sengaja dalarn
rnalaria pada rnanusia. Artemisilrin ticlak rnen-rpunyai efek closis yang terbatas pacla kehantilan tampaknya ticlak me-
pada stadiunr hepatik. Resistensi terhadap artemisinin ninrbulkan nrasalah pada janin.
belurn menjadi nrasalah yang pelik, tetapi baru-bant il-ri
ditenrukan isolat P .falciprtrLtnt yang menurun kepekaarnnva
terhadap arterneter secara in vitro. Aktivitas antirnalaria
artemisinin mungkin merupakan hasil dari procluksi radi-
TERAPI AMUBIASIS
kal bebas setelah pernecahan jembatan endoperoksida
artemisinin yang dikatalisasi besi dalam vtrkuola makanan Amubias is merupa kan infeksi E n tan rcch rt ltis toly ti ca. Or ga-
parasit atau akibat inhibisi ATPase kalsium parasit. nisrne ini dapat menyebabkan infeksi usus asimtomatik,
Peran artemisinin-khususnya artesunat clan arte- kolitis ringan hingga sedang, infeksi usus berat (disentri),
meter-dalam terapi n'ralaria P falciparunt yang resisten ameboma, abses hati, dan iirfeksi lain cli luar usus. pilihan
terhadap berbagai obat tarnpaknya sen.rakin meningkat. obat untuk amubiasis berganturrg pada n.ranif-estasi klinis
Artemisinin merupakan satu-satunya obat yang efektif (Cambar 53-2; Tabel 53-4).
clan terpercaya terhadap galur resisten-kuirrin. Efikasi ar-
temisinin tampaknya dibatasi oleh waktu-paruh dalam Terapi Berbagai Bentuk Amubiasis Spesifik
plasma yang singkat. Angka rekurensi penyakit sangat A. lrurexsr Usus Asrroronnnrrx
tinggi setelah terapi jangka-pendek, dan obat ini umunlnya Karier asimtor.natik di daerah endemik umumnya bidak
paling baik digunakarr bersarna dengan agen lain. Karena diobati, tapi c{i daerah nonendenrik rnereka diobati de-
waktu-paruhnya yarlg juga singkat, arternisinin tidak ber- ngan amubisida lurnir-ral. C)lrat anrubisida jaringan tidak
guna sebagai kemoprofilaksis. Pada beberapa penelitiarr cliperlukan. Anrutrisic1a lur.ninal standar rneliputi diloksa-
rnengenai malaria berat, artemeter clan artesunat sarna rrida furoat, ioclokuinol, dan paromonrisin. Tiap obat
efektifnya dengan kuinin, meskipun rnortalitas akibat ma- mengeradikasi kuman c'lalam tubuh pada 80-90% pasien
laria berat tetap tinggi. Artesunat juga efekiif pada terapi dengarr satu rangkaian terapi. Terapi dengan amubisida
malaria berat ketika diberikan per rektal, sehir.rgga menjadi luminal juga diperlukan dalanr terapi semua bentuk auru-
modalitas terapi yang berl-rarga ketika tidak tersedia terapi biasis lain.
parerrteral.
Artesunat banyak tersedia- meskipun cukup rnal-ral- B. Kouns AMeslx
sebagai terapi malaria falsiparurn tanpa kornplikasi dan IVletronidazol plus suatu amubisida luminal nrerupakan
malaria falsiparum berat. Obat ini umumnya digunakan terapi pilihan untuk kolitis dan disentri. Tetrasiklin dan
dalam kombinasi dengan meflokuin untuk rnengobati eritromisin adalah obat alternatif untuk kolitis sedang tapi
malaria falsiparum yang sangat resisten di Thailand. Arte- tidak efektif terhadap penyakit ekstraintestinal. Dehiclro-
neter tersedia sebagai obat tunggal dan sebagai kornbinasi emetin atau enretin juga dapat digunakan, tapi sebaiknya
dosis tetap bersama lumefantrin (lihat atas). Pada keadaar-r dihindari karena toksisitasnya.
terjadi resistensi terhadap berbagai obat, banyak pihak
C. lrurexsr Larru ol Lunn Usus
sekarang menganjurkan terapi kornbinasi dengan suatu
artemisinin sebagai terapi optirnal rnalaria falsiparurn, Terapi pilihan infeksi ini adalah rnetronidazol pius arnu-
dan anjuran World Health Orgar-rization terkini mencan- bisida luminal. Rangkaian terapi metronidazol selan.ra 10
turnkan artemeter plus lumefantrin, artesunat plus anro- hari menl'gmbuhkan sekitar 95% abses hati tanpa korn-
diakuin, artesunat plus meflokuin, dan artesunat plus sul- plikasi.Jika terapiinisial dengan metronidazoltidakberhasil
fadoksin plus pirirnetarnin sebagai terapi optimal untuk pada kasus-kasus yang tidak biasa, harus dipertimbang-
malaria tanpa komplikasi di daerah-daerah yang resisten kan aspirasi abses dan penambahan klorokuin harus pada
terhadap obat-obat larua. Narnun, tetap ada kekhawatiran saat mengulang terapi met,cnidazol. Dehidroemetin dan
perihal biaya yang mahal, ketersediaannya yang terbatas, enretin merupakan obat alternatif yang bersifat toksik
dan potensi toksisitasnya.
Artemisinin tampaknya ditoleransi lebih baik dari- METRONIDAZOL & TIN IDAZOL
pada kebanyakan antimalaria. Efek sirnpang yang paling Metronidazol, suatu nitroimidazol (Garnbar 53-2), meru-
sering dilaporkan meliputi rnual, muntah, dan diare. Neu- pakan obat pilihan dalam terapi amebiasis ekstraluminal.
rotoksisitas ireversibel telah dijurnpai pada binatang, tapi Obat ini mernbunuh trofozoit tapi tidak membunuh kista
hanya pada dosis yang jauh lebih tinggi daripada dosis E ltistolytica dan efektif rnengeradikasi infeksi jaringan usus
886 / BAB s3

x-cl\r .i-.',
O2N
ll
C-\N./
-
I

cH2cH20H

Metronidazole lodoquinol

Diloxanide furoate

Paromomycin

cH20H HOH2C
I

CHOH HOHC
I I

cH0
I

cHo
?'-o
sb
1-
-sb
to'",
(- ouc gtta'

Pentamidine
I

cHo
\ori
I

coo- -ooc
I

Natrium stibogluconate

Gambar 5i-2. Struktur formula obat antiprotozoa lainnya.

dan di luar usus. Tinidazol, suatu nitroimidazol terkait, reduksi yang reaktif tampaknya berperan rnenimbulkan
tampaknya memiliki aktivitas yang serupa dan profil aktivitas antimikroba. Mekanisme tinidazol tampaknya
toksisitas yang lebih baik daripada metronidazol, dan sama.
regimen pemberiannya lebih mudah. Tinidazol tersedia
di AS sejak 2004 dan dapat digunakan menggantikan Penggunaan Klinis
metronidazol untuk indikasi lain di bawah ini. A. AMeelasts
Kimia & Farmakokinetik Metronidazol atau tinidazol rnerupakan obat pilihan
dalam terapi infeksi E histolytica di semua jaringan. Efekti-
Metronidazol dan tinidazol oral cepat diserap dan me-
vitasnya terhadap parasit luminal tidak dapat diandalkan
nembus semua jaringan melalui difusi sederhana. Kadar
sehingga harus digunakan bersama dengan amubisida lu-
intraselnya cepat mendekati kadar ekstrasel. Kadar
minal untuk memastikan terjadinya eradikasi infeksi.
plasma puncak tercapai dalam 1-3 jam. Ikatan protein
kedua obat ini rendah (10-20%); wakfu-paruh obat yang B. Grlnornsrs
tidak mengalami perubahan adalah 7,5 jam untuk metro- Metronidazol merupakan terapi pilihan pada giardiasis.
nidazol dan12-1,4 jam untuk tinidazol. Metronidazol dan Dosis untuk giardiasis jauh lebih rendah-sehingga obat
metabolitnya diekskresi terutama melalui urine. Bersihan
ditoleransi lebih baik-daripada untuk amubiasi. Efikasi-
metronidazol dalam plasma menurun pada penderita nya setelah terapi tunggal adalah sekitar 90%. Tinidazol
gangguan fungsi hati.
setidaknya sama efektif.

Mekanisme Kerja C. Tnrrouolrrnsls


Gugus nitro dalam metronidazol direduksi secara kimiawi Metronidazol merupakan terapi pilihan. Dosis tunggal se-
pada bakteri anaerobik dan protozoa yang sensitif. Produk besar 2 g cukup efektif. Organisme resisten-metronidazol
OBAT ANTIPROTOZOA I 887
Tabel 53-4. Terapi amebiasis.l
Keadaan Klinis Obat Pilihan dan Dosis Dewasa Obat Alternatif dan Dosis Dewasa
lnfeksi usus Agen luminal: Diloxanide furoate,Z 500 mg 3 kali
asimtomatik sehari selama 10 hari
atau-
lodoquinol, 650 mg 3 kali sehari selama 21 hari
atau-
Paromomycin, 10 mg/kg 3 kali sehari selama 7
hari
lnfeksi usus ringan Metronidazole, 750 mg 3 kali sehari (untuk 500 Agen luminal (lihat atas)
hingga sedang mg lV tiap 6 jam) selama 10 hari plus salah satu di bawah ini-
atau- Tetracycline, 250 mg 3 kali sehari selama 10 hari
Tinidazole, 2 g sehari selama 3 hari atau-
plus- Erythromycin, 500 mg 4 kali sehari selama 10 hari
Agen luminal (lihat atas)
lnfeksi usus berat Meronidazole, 750 mg 3 kali sehari (atau 500 mg Agen luminal (lihat atas)
lV tiap 6 jam) selama l0 hari plus salah satu di bawah ini-
atau- Tetracycline,250 mg 3 kalisehari selama 10 hari
Tinidazole, 2 g sehari untuk 3 hari atau-
plus- Dehydroemetiner atau emetine,2 1 mg/kg SC atau
Agen luminal (lihat atas) lM selama 3-5 hari
Abses hati, ameboma, Meronidazole, 750 mg 3 kali sehari (atau 500 mg Dehydroemetine3 atau emetine,2 1 mg/kg 5C atau
dan penyakit lV tiap 6 jam) selama 10 hari lM selama 8-10 hari, diikuti oleh (hanya untuk
ekstraintestinal lain atau- abses hati) klorokuin, 500 mg dua kali sehari sela-
Tinidazole, 2 g sehari selama 5 hari ma 2 hari, kemudian 500 mg sehari selama 21 hari
plus- plus-
Agen luminal (lihat atas) Agen luminal (lihat atas)
rPemberian per oral kecuali dinyatakan lain. Lihat teks untuk perincian dan perhatian tambahan
':Tidak tersedia di AS.
rDi AS hanya tersedia dari the Drug Service, CDC, Atlanta (404-639-3670).

dapat menyebabkan kegagalan terapi. Tinidazol urungkin Metronidazol dilaporkan menrperbesar efek anbikoa-
efektif terhadap beberapa organisme resisten. gulan pada perlggunaan antikoagulan tipe kumarin. Feni-
toin dan fenobarbital dapat mernpercepat eliminasi obat,
Efek Simpang & Perhatian sementara simetidin dapat rnenurunkan bersihan plasma.
Mual, nyeri kepala, rnulut kering, atau rasa logam cli mulut Dapat timbul toksisitas litium jika obat digunakan bersarna
urnurn terjadi. Efek sirnpang yang jarang terjadi meliputi rnetronidazol.
nruntah, diare, insomnia, kelemaharr, pusing, tltrush, ruam, Metronidazol dan metabolitnya bersifat n"rutagenik
disuria, urine berwarna gelap, vertigo, parestesia, dan neu- pada bakteri. Penrberian metronidazol dosis-besar jangka-
tropenia. Pemberian obat bersama makanau menurunkan larna rnenyebabkan fumorigenisitas pada nrencit. Data me-
iritasi gastrointestinal. Pankreatitis dan toksisitas sistem ngenai teratogenisitas rnasih tidak konsisten. Oleh sebab
saraf pusat berat (ataksia, ensefalopati, kejang) jarang ter- itu, metronidazol sebaiknya dihinclari pada kehamilan
jadi. Metronidazol mempunyai efek yang menyerupai di- atau ibu menyusui, rneskipun kelainan kongenital belum
sulfiram, sehingga dapat timbul mual dan muntah jika jelas terjadi akibat penggr-rnaannva pacla manusia.
mengkonsurnsi alkohol selama terapi. Obat ini harus di-
gunakan dengan hati-hati pada penderita penyakit sistem IODOKUINOL
saraf pusat. Infus intravena kadang-kadang menyebabkan Iodokuinol (diiodihidroksikuin) merupakan hidroksikui-
kejang atau neuropati perifer. Dosisnya harus disesuai- nolirr terhalogenasi. Obat ini rnerupakan amubisida lumi-
kan pada penderita penyakit ginjal atau hati berat. Tinida- nal efektif yang sering digunakan bersarna metronidazol
zol memiliki profil efek simpang yang serupa, meskipun untuk mengobati infeksi amuba. Sifat fannakokinetiknya
tarnpaknya lebih ditoleransi daripada rnetronidazol. tidak terlalu dipahami. Sernbilan puluh persen obat ini
888 / BAB s3

tetap ada dalam usus dan diekskresi dalam feses. Sisanya sida luminal dan ticlak memiliki efek terhadap infeksi
memasuki sirkulasi, rnemiliki waktu-paruh 11-14 jam, dan amuba di luar usus. Sejurnlah kecil obat yang diabsorpsi
diekskresi dalam urine sebagai glukuronida. diekskresi secara perlahan tanpa n'rengalami perubahan,
Mekanisme kerja iodokuinol terhadap trofozoit tidak terutama nrelalui filtrasi glomerulus. Namun, obat ini
diketahui. Obat ini efektif terhadap organisme dalarn dapat tt'rakurnulasi pada ir-rsufisiensi ginjal dan menye-
lumen usus tapi tidak efektif terhadap trofozoit dalam babkan toksisitas ginjal. Paromomisirr merupakan amubi-
dinding usus atau jarirrgan di luar usus. sida luminal efektif yang tarnpaknya rnemiliki efikasi
Efek sirnpang yang jarang terjadi r.nelil.:uti diare yang yang serupa dan toksisitas yang lebih kecil daripada agen
-
biasanya berhenti setelah beberapa hari-anoreksia, lain; pada studi terkini, obat ini lebih baik mengatasi
mual, muntah, rryeri perut, r-ryeri kepala, ruarn, dan pru- infeksi asimtomatik daripada diloksanida furoat. Efek
ritus. Obat ini dapat meningkatkan iodin serum yang simpangnya meliputi keluhan abdomen dan diare yarrg
terikat protein, menyebabkan penurunan ambilan r3rl sesekali timbul. Paromomisin tidak boleh digunakan
terukur yang bertal-ran selama beberapa bulan. Beberapa pada penderita penyakit ginjal yar-rg bermakna dan harus
hidroksikuinolin terhalogenasi dapat menghasilkan neu- digunakan dengan hati-hati pada orang 1'ang menderita
rotoksisitas berat jika digunakan secara berkepanjangan ulserasi gastrointestinal. Paromomisin parenteral masih
dan dalam dosis yang lebih tinggi dari yang dianjurkan. diteliti untuk terapi leishmania viseral.
Iodokuinol belurn pernah dilaporkan rnenghasilkan efek
ini pada dosis yang dianjurkan, dan dosis ini sebaiknya EMETIN & DEHIDROEMETIN
tidak dilampaui. Emetin - suatu alkaloid yang diturunkan dari ipekak cian
Iodokuinol sebaiknya dikonsun.rsi bersama makanan -
dehidroemetin-suatu analog sintetik-efektif terhadap
untuk membatasi toksisitas gastrointeshinal. Obat ini trofozoit jaringan E histolytica, tapi karena khawatir akan
harus diggnakan secara hati-hati pada penderita neuro- toksisitas utanranya, kedua obat ini hampir seluruhnl'a
pati optik, penyakit ginjal atau tiroid, atau penyakit hepa- telah digantikan oleh metronidazol.
tik nonarnebik. Iodikuinol harus dihentikan jika nrenim- Penggunaannya terbatas untuk keac{aan-keaclaan tidak
bulkan diare persisten atau tanda-tanda toksisitas iodin biasa, ketika anrubiasis berat mengharuskan terapi yang
(derrnatitis, urtikaria, pruritus, dema n'r). Iod oku inol dikon-
efektif dan r.neLronidazol tidak dapat digunakan. Dehi-
traindikasikan pada penderita intoleransi iodin. droemetin lebih dianjurkan karerra profil toksisitasnl,a
Iebili baik. Obat-obat irri sebaiknva digunakan sesingkat
DILOKSANIDA FUROI\T rnungkin sesuai wakLu yang diperlukan unfuk mereclakan
Diloksanida furoat merupakan turunan dikloroaseta- gejala berat (biasanya 3-5 hari).
mida. Obat ini merupakan amubisida luminal efektif tapi EmeLin dan dehidroemetin harus diberikan secara
tidak aktif terhadap trofozoit jaringan. Di usus, diloksa- subkutan (dianjurkan) atau intramuskular (tapi tidak
nida furoat terpecah menjadi diloksanida dan asam boleh intravena) cli bawah pemantauan. Efek sinrpang
furoat; sekitar 90% diloksanida cepat diserap dan kernu- kedua obat ini urnurnnya ringan jika obat digunakan se-
dian terkonjugasi untuk membentuk glukuronida, yang lama 3-5 hari, tapi meningkat pada penggunaan jangka-
cepat diekskresi ke dalam urine. Diloksanida yang tidak panjang. Nyeri dan nyeri tekan pada area suntikan sering
diabsorpsi inilah yang merupakan zat antiamebik yang dijurnpai, dan dapat timbul abses steril. Diare umurn ter-
aktif. Mekanisme kerja diloksanida furoat tidak diketahui. jadi. Efek simpang lainnya nreliputi mual, muntah, kele-
Diloksanida furoat dipertimbangkan oleh banyak mahan dan pegal otot, serta perubahan elekLrokardioglafi
pihak sebagai obat pilihan pada infeksi luminal asim- minor. Toksisitas berat meliputi aritmia jantung, gagal
tomatik, tapi obat ini tidak lagi tersedia di AS. Obat ini jantung, dan hipotensi. Obat ini tidak boleh digunakan
digunakan bersama amubisicla jaringan, biasanya metro- pada penderita penyakit jantung atau ginjal, anak usia dini,
nidazol, untuk mengobati i-nfeksi usus dan ekstraintestinal atau dalam kehamilan kecuali sangat diperlukan.
berat. Diloksanida furoat bidak menghasilkan efek simpang
yang berat. Sering tinbul flatulens tapi jarang timbul mual, ii,Pij,:{;:::i:iil!-t;i:.:ll:;r;:::;r::,ii;:r,+r+-,sv$,:,,:j.,.1:::ri,,:il.ir:.::,:i,i:il":},r':i.::iir;i::,::::::;r

kram peru! dan ruam. Diloksanida furoat tidak dianjurkan ,.i'i OBAT ANTIPROTOZOA
pada kehamilan.
LAINNYA
PAROMOMI5IN SULFAT Lihat Tabel 53-5 untuk melihat daftar obat yang diguna-
Paromomisin sulfat adalah suatu antibiotik aminogliko- kan dalam pengobatan infeksi protozoa laimya. Obat-obat
sida (lihat juga Bab 45) yang hanya sedikit diserap dari penting yarrg tidak tercakup di tempat lain dalarn bab ini
saluran cerna. Obat ini hanya digunakan sebagai amubi- atau bab lain dibahas di bawah ini.
OBAT ANTIPROTOZOA / 889
Tabel 53-5. Terapi infeksi protozoa lainnya.

Spesies Babesla Clindamycin, 600 mg 3 kali sehari selama 7 hari Atovaquone atau azithromycin
plus_
'Quinine,
650 mg selama 7 hari
Balantidium coli Tetracycline, 500 mg 4 kali sehari selama 10 hari Metronidazole, 750 mg 3 kali sehari selama 5
hari
5pesies Paromomycin, 500-750 mg 3 atau 4 kali sehari Azithromycin, 500 mg sehari selama 21 hari
Cryptosporidium selama 10 hari
Cyclospora Trimethoprim-su lfamethoxazole, satu tablet forte
cayetanensis 4 kali sehari selama 7-14 hari
Dientamoeba fragilis lodoquinol, 650 mg 3 kali sehari selama 20 hari Tetracycline, 500 mg 4 kali sehari selama 10 hari
atau-
Paromomycin, 500 mg 3 kali sehari selama
7 hari
Giardia lamblia Metronidazole,250 mg 3 kalisehari selama 5 hari Furazolidone, 100 mg 4 kalisehari selama 7 hari
atau- atau-
Tinidazole, 2 g sekali minum Albendazole, 400 mg sehari selama 5 hari
lsospora belli Trimethoprim-sulfamethoxazole, satu tablet forte Pyrimethamine, 75 mg sehari selama 14 hari
4 kali sehari selama 10 hari, kemudian dua kali plus_
sehari selama 21 hari Asam folinat, 10 mg sehari selama l4 hari
Microsporidia Albendazole. 400 mg dua kali sehari selama
20-30 hari
Leishmaniasis Natrium stibogluconate,'z20 mg/kg/hari lV atau lM Meglumine antimonate3
Viseral selama 28 hari atau-
(L donovani, Pentamidine
L chagasi, L atau-
infantum) Amphotericin B
atau mukosal atau-
(L braziliensis) Miltefosine3
Kulit Natrium stibogluconate,'z20 mg/kg/hari lV atau lM Meglumine antimonate2
(L majo4 selama 20 hari atau-
L tropica, Ketoconazole
L mexicana, atau-
L braziliensis) Pentamidine
atau-
Terapi topikal atau intralesi
Pneumocystis j i roveci, Trimethoprim-su lfamethoxazole, 1 5-20 mg Pentamidine
P cariniia komponen trimethoprim/kg/hari lV atau dua atau-
tablet forte tiap 8 jam selama 21 hari Trimethoprim-dapsone
atau-
Clindamycin p/us primaquine
atau-
Atovaquone
Toxoplasma gondii
Akut, kongenital, Pyrimethamine p/us clindamycin plus asam folinat Pyrimethamine p/us sulfadiazine p/us asam
luluh-imun folinat
Kehamilan Spiramycin, 3 g sehari sampai persalinan
Trichomonas vaginalis Metronidazole, 2 g sekali minum atau 250 mg 3
kali sehari selama 7 hari
atau-
Tinidazole, 2 g sekali minum
(berlanjut)
890 / BAB 53

Tabel 53-5. Terapi infeksi protozoa lainnya. (lanjutan)

. Obat Altevnatif

Hemolimfatik 5uramin2 Pentamidine


atau-
Ef lorn ith ine

Penyakit SSP lanjut Melarsoprol2 Ef lorn ith ine


Trypanosoma cruzi N ifurtimox2
atau-
Benznidizolel
rTersedia regimen pemberian obat yang
tetap dan relatif sederhana. Jalur pemberian per oral kecuali diindikasikan lain. Lihat teks untuk keterangan
tambahan, toksisitas, perhatian, dan pembahasan tentang pemberian obat yang lebih jarang digunakan, yang banyak diantaranya bersifat tokslk.
'?Tersedia hanya di A5 darl the Drug Service, CDC, Atlanta (404-639-3670).
3Tidak tersedia di AS.
aPiiroveci (carinii pada binatang) sudah sejak lama dianggap sebagai protozoa
karena morfologi dan sensitivitas obatnya, tapi analisis molekular
terkini telah membuktikan bahwa organisme ini paling mirip dengan jamur.

PENTAMIDIN pentamidin sebaiknya dicadangkan bagi penderita penya-


Pentamidin memiliki aktivitas terhaciap protozoa tripa- kit berat vang tidak dapat menoleransi atau tidak berhasil
nosomatid dan terhadap P jiroucci, tapi toksisitasnya ber- diterapi dengan obat lain.
rnakna. Pentamidin juga merupakan suatu agen alternatif
untuk profilaksis prirner atau sekurrder terhadap pneu-
mosistosis pada individu luluh-imun, termasuk penderita
Kimia & Farmakokinetik
AIDS tahap [anjut. Atas indikasi ini, pentanridin diberikan
Pentamiclin adalah suatu dianriclirr aromatik (Gambar sebagai aerosol irrhalasi (300 mg diinhalasi tiap bulannya).
53-2) yang diformulasi sebagai garam isetionat. Penta- Pentamidin c'litoleransi clengan baik dalam bentuk ini.
midin hanya diberikan per parenteral. Obat ini cepat Efikasinya sangat baik tapi jelas lebih kecil daripada h.ime-
rneninggalkan sirkulasi, dengan waktu-paruh inisialnya toprin-sulfametoksazol harian.. Karena biaya dan ketidak-
sekitar 6 jam, tapi terikat kuat ke jaringan. Dengan de- efektifannya terhadap penyakit nonpulmonal, pentarni-
mikian, pentamidin terakumulasi dan clieliminasi sar.rgat din sebaiknva clicadangkan bagi pasien yarrg tidak dapat
lambat, dengan waktu-paruh eliminasi terrninal sekitar menoleransi kemoprofilaksis oral clengan obat lain.
12hari. Obat ini dapat terdeteksi dalam urine 6 rninggu
atau lebih pascaterapi. Hanya sangat sedikit pentamidil'l B. TnlperuosoMlAsrs AFRTKa (Psruvnxlr Troun)
yang mencapai sistem saraf pusat sehingga obat ini tidak
Pentamidin telah cligunakan se.1ak 1940 sebagai alternatif
efektif terhadap tripanosomiasis Afrika di sistem saraf suramin untuk penyakit tahap hemolimfatik dini vang di-
pusat. Pentamidin dapat juga diinhalasi sebagai bubuk
timbulkan oleh Trypanosoma hrttcei (terutama T bnttui gnnt-
nebulisasi untuk mencegah pneumosistosis. Absorpsinl,a
hiense)- Obat ini dapat juga c-ligunakan bersama suramin.
ke dalam sirkulasi sistemik pascainhalasi tampaknya Pentamidin sebaiknl,a ticlak cligunakan untuk mengobati
kecil. Mekanittr"tb k"4u pentamiclin ticlak diketahui.
tripanosomiasis tahap lanjut dengan keterlibatan sistem
saraf pusat. 'l'erdapat berbagai regimen pemberian yang
Penggunaan Klinis umumnya nremberikan 2-4 rng/kg tiap hari atau selang-
A. PHeuuoslsrosrs sehari dengan total 10-15 dosis. Perrtamidin juga telah di-
Pentamidin merupakan terapi alternatif yang telah jelas gunakan sebagai kemoprofilaksis terhadap tripanosomia-
kegunaannya dalam penyakit paru dan ekstraparu yang sis Afrika, dengan dosis sebesar 4 ntg/kg tiap 3-6 bulan.
disebabkan oleh P jiroueci. Obat ini memiliki efikasi yang
lebih rendah dan toksisitas yang lebih besar daripada tri- C. LersHrtaarutrsrs
metoprim-sulfametoksazol. Dosis standamya adalah 3 Pentarnidin merupakan alternatif natrium stiboglukonat
mg/kg/hari intravena selama 21 hari. Sering terjadi reaksi pada terapi leishrnaniasis viseral, meskipun telah dilapor-
simpang yang signifikan, dan dengan tersedianya ber- kan terjadi resistensi. Obat ini telah berhasil mengobati
bagai regimen untuk menyembuhkan infeksi P jiroteci, penvakit pada beberapa kasus yang gagal diobati c{engan
OBAT ANTIPROTOZOA I 891
antimonial. Dosisnya 2-4 mg/kg diberikan secara intra- rapi. Efek simpang yang paling sering muncul adalah
muskular, tiap hari atau selang-sehari hingga 15 dosis, dan gejala gastrointestinal, demam, nyeri kepala, mialgia, ar-
mungkin diperlukan rangkaian terapi kedua. Pentamidin tralgia, dan ruarn. Suntikan intramuskular dapat terasa
juga terbukti berhasil mengobati leishmaniasis kutaneus, sangat nyeri dan menimbulkan abses steril. Dapat terjadi
namun tidak rutin digunakan untuk tujuan ini. perubahan elektrokardiografik, paling sering perubahan
gelornbang T dan pemanjangan QT. Perubahan ini umum-
Efek Simpang & Perhatian nya reversibel, tapi terapi bersinambungan dapat menim-
Pentamidin adalah obat yang sangat toksik, dengan efek bulkan aritmia yang berbahaya. Oleh sebab itu, elektro-
sirnpang dijumpai pada sekitar 50% pasien yang menda- kardiogram harus dipantau selarna terapi berlangsung.
pat dosis 4 mg/kg/hari. Pemberian intravena secara cepat Anemia hemolitik dan efek berat pada hati, ginjal, dan
dapat rnenimbulkan hipotensi berat, takikardia, pusing, jantung jarang fimbul.
dan dispnea, sehingga obat harus diberikan secara per-
lahan (lebih dari 2 jam) dan pasien harus berbaring telen- NITAZOKSANIDA
tang dan dipantau ketat selama terapi berlangsung. Pada Nitazoksanida adalah suatu calon-obat nitrotiazolil-sali-
pemberian intramuskular, nyeri pada tempat suntikan silamida. Penggunaan nitazoksanida baru-baru ini dise-
umum dijumpai dan dapat timbul abses steril. tujui di AS untuk mengobati Giardia lanfuIia dan Cryp-
Toksisitas terhadap pankreas umum terjadi. Hipo- tosporidium parl)um. Obat ini cepat diserap dan cliubah
glikemia akibat pelepasan insulin yang tidak sesuai sering menjadi tizoksanida dan konjugat tizoksanida, yang ke-
kali dijurnpai 5-7 hari pascaawitan terapi-dapat berta- mudian diekskresi di urine dan feses. Metabolit aktifnya,
han selama beberapa hari hingga beberapa minggu-dan tizoksanida, menghambat jalus piruvat:feredoksin oksi-
dapat diikuti dengan hiperglikemia. Insufisiensi ginjal doreduktase. Nitazoksanida tarnpaknya memiliki aktivitas
yang reversibel juga sering dijumpai. Efek simpang lain- terhadap galur protozoa resisten-metronidazol dan dapat
nya meliputi ruam, rasa logam, demam, gejala gastro- ditoleransi dengan baik. Tidak seperti metronidazol, nita-
intestinal, uji fungsi hati abnormal, pankreatitis akut, zoksanida dan metabolitnya tampaknya bebas efek rnuta-
hipokalsemia, trombositopenia, halusinasi, dan aritmia genik. Organisme lain yang tampaknya peka terhadap
jantung. Pentamidine inhalasi umumnya ditoleransi nitazoksanida meliputi E lristolytica, Helicobacter pylori,
dengan baik tapi dapat menyebabkan batuk, dispnea, dan Ascais lumbicoides, beberapa cacing pita, dan Fasciola lrc-
bronkospasme. patica.
Dosis dewasa yang dianjurkan adalah 500 mg dua kali
NATRIUM STIBOGLUKONAT sehari selama 3 hari.
Antimonial pentavalen, termasuk natrium stiboglukonat
(pentostam; Gambar 53-2) dan meglumine antimonat, OBAT LAIN UNTUK TRIPANOSOMIASIS &
umurnnya dianggap sebagai agen lini-pertama pada leish- TEISHMANIASIS
maniasis kutan dan viseral. Obat-obat ini cepat diabsorpsi Terapi yang saat ini tersedia untuk semua bentuk tripa-
pascapemberian intravena (dianjurkan) atau intramusku- nosomiasis sangat kurang dalam hal efikasi dan keaman-
lar dan dieliminasi dalam dua fase, dengan waktu-paruh annya. Ketersediaannya juga mengkhawatirkan karena
inisial yang singkat (sekitar 2 jam) clan waktu-paruh ter- selama ini hanya terjaga terutama melalui donasi atau
minal yang lebih lama (> 24 jam). Terapi diberikan sekali produksi nonprofit oleh pabrik obat.
sehari pada dosis 20 mg/kg/hari secara intravena atau
intramuskular selama 20 hari pada leishmaniasis kutan A. Sunm.atnr
dan 28 hari pada penyakit viseral dan mukokutan. Suramin adalah suatu naftilamin tersulfasi yang diperke-
Ir{ekanisme kerja antimonial tidak diketahui. Efikasi- nalkan pada tahun 1.920-an. Suran'rin merupakan terapi
nya terhadap berbagai spesies yang berbeda bervariasi, Iini-pertama untuk tripanosomiasis Afrika hemolimfatik
kemungkinan berdasarkan pola resistensi obat setempat. tahap dini (terutama infeksi T brucei ganfuiense), tapi ka-
[,aju penyembuhan umumnya cukup baik, tapi resistensi rena tidak memasuki sistem saraf pusat, suramin lidak
terhadap natrium stiboglukonat mulai meningkat pada efektif terhadap penyakit lanjut. Mekanisme kerja obat ini
beberapa daerah endemik. Beberapa pakar telah meng- tidak diketahui. Suramin diberikan secara inhavena dan
usulkan terapi inisial dengan agen Iain (misalnya, amfo- memperlihatkan farmakokinetik yang rumit dengan ikatan
terisin B) di berbagai area (seperti di belahan India) yang protein yang sangat erat. Waktu-paruh inisialnva pendek,
tidak efektif diterapi dengan natrium stiboglukonat. tapi waktu-paruh eliminasi terminalnya adalah sekitar 50
Awalnya, hanya timbul sedikit efek simpang tapi hari. Obat ini dibersihkan secara perlahan melalui ekskresi
toksisitas stiboglukonat meningkat seiring perjalanan te- ginjal.
892 / BAB s3

Suramin baru diberikan setelah pemberian dosis uji baik dalar.n sistem saraf pusat. Kadar plasrna puncak tercapai
200 mg intravena. Regimen yang telah digunakan rneli- dengan cepat, dan waktu-par-uh eliminasirrya adalah sekitar
puti 1 g pada hari 7,3,7,14, dan21. atau 1 g tiap rninggu 3 jam. Regimen biasanya adalah 100 mg/kg intravena tiap 6
selama 5 minggu. Terapi kombinasi dengan pentamidin jam selama 7-"l4 har| (14 hari lebih dianjurkan pada infeksi
dapat meningkatkan efeknya. Suramin dapat juga digu- yang baru didiagnosis). Sediaan oralnya juga tersedia dan
nakan sebagai kemoprofilaksis terhadap trifrane5sn.rl.rit masih diteliti secara klinis. Tanrpraknl'a, eflorrilhn seefektif
Afrika. Efek simpang umum te4adi. Reaksi segera dapat nrelarsoprol terhadap infeksi T brucei gantbierzsc tahap lanjut,
meliputi kelelahan, mual, rnuntah, dan lebih jarang, ke- tapi efikasinya terhadap 'I' bntcei rlndesiense dibatasi oleh
jang, syok, dan kematian. Reaksi lanjut rneliputi demam, resistensi obat, Toksisitas akibai eflornitin cukup nyata
ruam, nyeri kepala, parestesia, neuropati, kelainan ginjal tapi tampaknya lebih renclah daripada rnelarsoprol. Efek
meliputi proteinuria, diare kronik, anemia hemolitik, dan simpangnya rneliputi diare, ntuntah, anemia, hornbosito-
agranulositosis. penia, leukopenia, dan kejang. Efek ini ulllurl1nya rever-
B, Mrlensopnol sibel. Meningkatnya pengalaman dengan eflomitin dan
semakin tersedianya senyawa ini di daerah endernik dapat
Melarsoprol merupakan arsenikal trir,,alen 1'ang telah ter-
mernbuatnya rnerrjadi obat yang rnenggantikan surarnin,
sedia sejak '1949 dan menjadi terapi lini-pertarna untuk
pentarnidin, dan melarsoprol pada terapi infeksi T hrucei
tripanosomiasis Afrika tahap lanjut pada sistem saraf
gantbiense.
pusat. Setelah pemberian inLravena, obat ini cepat dieks-
kresi, tapi kadar obat yang relevan secara klinis teraku- D. Nrrunnuoxs
mulasi dalam susunan saraf pusat dalam waktu 4 hari. Nifurtimoks, suatu nitrofuran, aclalair obat yang paling
Melarsoprol diberikan dalam propilen glikol rnelalui sering digunakan pada tripanoson.riasis Amerika (penya-
infus intravena lambat pada dosis sebesar 3,6 mg/kg/ kit Chagas). Nifurtirnoks juga rnasih diteliti sebagai terapi
hari selama 3-4 hari, jika perlu obat diulang dengan inter- tripanes6llllusis Afrika. Nifurtimoks diserap dengan baik
val rningguan. Suatu regimen baru dengarr dosis sebesar setelah pemberian per oral darr dielirninasi dengar-r waktu-
2,2 ng/kg tiap hari selama 10 l"rari memiliki efikasi clan paruh plasnra sekitar 3 jam. Obat irri diberikan dengan
toksisitas yang serupa dengan yang diamati Lrada tiga closis 8-10 mg/kg/hari (terbagi clalarn 3 hingga 4 dosis)
rangkaian pemberian obat selama 26 hari. N,lelarsoprol per oral selama 3-4 bulan pacla terapi perrvakit Chagas
sangatlah toksik. Penggunaan obat toksik seperti ini hanya akut. Nifurtiuroks rnenururrkan keparahar-r penyakit akut
dibenarkan jika derajat tripanosomiasis larrjut sangat dan biasanya menghilangkan parasit yalrg terdeteksi, tapi
berat dan tidak adanya alternatif lain. Efek simpang se- serir-rg kali tidak efektif untuk mengeradikasi infeksi se-
gera meliputi demam, muntah, nyeri perut, dan artralgia. penuhnya. Oleh sebab itu, obat ini sering kali gagal rnen-
Toksisitas yang paling penting adalah ensefalopati reak- cegah perburukan menuju sindrom gastrointestinal dan
tif yang umumnya tampak dalam minggu pertanra terapi jantung terkait infeksi kronik yang merupakan konse-
(pada 5-10% pasien) dan kemungkinan disebabkan oleh kuensi klinis terpenting infeksi Trypttnosoma cntzi. Efika-
terganggunya tripanosoma di sistem saraf pusat. Konse- sinya dapat bervariasi di berbagai bagian Amerika Selatan,
kuensi ensefalopaLi yang umum meliputi edema serebri, kemungkinan terkait resistensi obat di beberapa area.
kejang, koma, dan kematian. Toksisitas berat lain meliputi Nifurtimoks tampaknya tidak efektif dalam terapi penyakit
penyakit jantung dan ginjal serta reaksi hipersensitivitas. Chagas kronik. Toksisitas terkait nifurtimox sering kali
Angka kegagalan rnelarsoprol tampaknya meningkat baru- terjadi. Efek simpangnya meliputi rnual, muntah, nyeri
baru ini di belahan Afrika, r.nenandakan kemungkinan abdomen, dernam, ruam, gelisah, insomnia, neuropati,
adanya resistensi obat. dan kejang. Efek ini umunlnya reversibel tapi sering kali
C. Erlonrurrrn rnenyebabkan dihentikarr terapi sebelum rangkaian terapi
standarnya selesai.
Eflomitin (difluoron'retilorr-ritin), suatu penghambat ornitin
dekarboksilase, adalah satu-satunya obat baru yang ter- E. B;ruzruronzole
daftar untuk mengobati tripanosomiasjs Afrika pada paruh Benznidazol adalah nitroirnidazol oral yang tarrrpakrrya
abad terakhir. Eflornitin merupakan terapi kedua pada tri- memiliki efikasi serupa dengan nifurtimoks pada terapi
panosomiasis Afrika tahap lanjut pada sistem saraf pusat
penyakit Chagas akut. Ketersediaan obat irri masih ter-
dan kurang toksik dibandingkan melarsoprol tapi tidak ter-
batas. Toksisitas yang perrting nreliputi neuropati perifer,
sedia luas. Ketersediaan eflornitin dahulu sangat terbatas
ruarn, gejala gastrointestinal, dan r.nielosupresi.
sampai baru-baru ini, ketika obat ini dikembangkan untuk
digunakan sebagai krem depilatoris topikal, sel-ringga obat F. AnnroreRlsrnr
ini banyak tersedia untuk terapi tripanosomiasis. Eflornitin Antijamur yang penting ini (lihat Bab 48) merupakan
diberikan secara intravena, dan tercapai kadar obat yang terapi alternatif pada leishmaniasis viseral, terutama di
OBAT ANTIPROTOZOA I 893
wilayah India yarrg merniliki resistensi tingkat-tinggi ter- orang dewasa. N4untal-r dan diare merupakan bentuk tok-
hadap natriurn stiboglukorrat, tapi penggunaannya ter- sisitas yang sering terjadi tapi umurntlya cepat mereda.
batas pada negara berkembang akibat sulirnl,a penlberian, Peningkatan selintas enzim hati dan nefrotoksisitas juga
ongkos, dan toksisitasrrya. terlihat. Obat ini harus dil-rindari pada kehamilan (atau
pada perernpuan yarlg mungkirr akan l-ramil dalarn waktu 2
G. Mrrrrrosrnr
bulan selama terapi) karerra efek teratogerrrkny'a. Miltefosin
Miltefosin rnerupakan suatu allalog alkilfosfokolin yang terciaftar sebagai terapi leishmaniasis visr-ral di India dan
baru-balu ini menunjukkan efikasi pada terapi leishrna- beberapa llegara laimrya, dan-karena sangat terbatasnya
niasis viseral. Pada penelitian fale III lraru-baru ini, obat obat lairr, termasuk akitrat diperlukannya pen'rberian pa-
ini cliberikan per oral dengan dosis harian sebesar 2,5 renteral, toksisitas, dan resistensi-miltefosin dapat rnen-
mg/kg selama 28 hari dan memberikan hasil klinis yang jac-li terapi pililran pada penvakit ini.
sangat baik. Dosis harian sebesar 100 mg dianjurkan pada

PREPARAT VANG TERSEDIA DI AS

Albendazole (Albenza) Parenteral: 5 mg/mL


Oral: tablet 200 mg Nifurtimox*
Atovaquone (Mepron) Nitazoxanide (Alinia)
Oral: suspensi 750 mg/5 mL Oral: tablet 500 mg, bubuk untuk 100 mg/5 mL
Atovaquone-proguanil (Ma larone) larutan oral
Oral: tablet atovaquone 250 mg + proguanil Paromomycin (Humatin)
100 mg; tablet pediatrik atovaquone 62,5 Oral: kapsul 250 mg
mg + proguanil 25 mg Pentamidine (Pentam 300, Pentacarinat,
Chloroquine (generik, Aralen) pentamidine isethionate)
Oral: tablet 250, 500 mg (masing-masing setara Parenteral: bubuk untuk suntikan 300 mg
dengan basa 1 50, 300 mg) Aerosol (NebuPent): bubuk 300 mg
Parenteral: 50 mg/mL (setara dengan basa 40 Primaquine (generik)
mg/mL) untuk suntikan Oral: tablet 26,3 mg (setara dengan basa 15 mg)
Clindamycin (generik, Cleocin) Pyrimethamine (Daraprim)
Oral: kapsul 75, 150,300 mg; suspensi 75 mgl5 Oral: tablet 25 mg
ML Quinidine gluconate (generik)
Parenteral: 150 mgiml untuk suntikan Parenteral: 80 mg/ml (setara dengan basa 50
Doxycycline (generik, Vibramyci n) mg/mL) untuk suntikan
Oral: kapsul 20. 50, 100 mg; tablet 50, 100 mg; Quinine (generik)
suspensi 25 mg/5 mL; sirup 50 mg/5 mL Oral:tablet 260 mg; kapsul 200,260,325 mg
Parenteral: 'l 00, 200 mg untuk suntikan Natrium stibogluconate*
Dehydroemetine* Sulfadoxine dan pyrimethamine (Fansidar)
Eflornithine (Ornidyl) Oral: tablet sulfadoxine 500 mg plus
Parenteral: 200 mg/mL untuk suntikan pyrimethamine 25 mg
Halofantrine (Halfan) Suramin*
Oral: tablet 250 mg Tinidazole (Tindamax)
lodoquinol (Yodoxin) Oral:tablet 250, 500 mg
Oral: tablet 210, 650 mg
Mefloquine (generik, Lariam)
Oral: tablet 250 mg
Melarsoprol (Mel B)*
Metronidazole (generik, Flagyl)
Oral: tablet 250, 500 mg; kapsul 375 mg; tablet *Tersedia di AS, hanya dari the Drug Service, CDC, Atlanta (404-639-
lepas-lambat 750 mg 3670)
894 / BAB s3

REFERENSI Staedke SG et al: Cornbination treatments for uncomplicated


nralaria in Kampala, Uganda: Ranclomisecl clinical hial. Lancet
Umum 2004;364:1,950.
Sulo J et al: Chlorproguanil-clapsone versus sulfadoxine-pyrime-
Drugs for parasitic infections. Med Lett Drugs Ther 2004;46:1. (lssue
thamine for sequential episodes of uncomplicaterl falciparum
available at r.t'ww.medicalletter.com/freedocs/parasitic.pdf.)
malaria in Kenya and Malawi: A ranclomised clinical trial.
Prevention of malaria. Med Lett Drugs Ther 2005;47:100,
Lancet 2002;360:1136.
Malaria Winstanley P: Modern chemotherapeutic options for malaria.
Lancet Infect Dis 2001;L:242.
Adjuik M et al: Artesunate combinatiors for heatment of malaria:
Meta-anaiysis. Lancet 20M;363:9. Infeksi Protozoa Saluran Cerna
Baird JK: Effectiveness of antimaiarial drugs. N Engl J Med
Blessmann J, Tannich E: Treahnent of asymptornatic inteslLnal
2005;352:1565.
Etinmoeba histolytica inJection. N Engl J Med2002?47:1384.
Barnes KI et al: Efficacy of recta-l artesunate compared with
Fox LM, Saravolatz LD: Nitazoxanicle: A new thiazolide arrti-
parenteral quinine in initial treatment of moderately severe
parasitic agent. Clin Infect Dis 2005;10:1173.
malaria in African children and arlults: A randomised stucly.
Haque R et al: Amebiasis. N Engl J Med 2003;348:1565.
Lancet 2004;363:1598.
Dorsey G et al: Sulfadoxine/pyrimethamine alone or with amo-
Petri WA: Therapy of intestinal protozoa. Trencls Parasitol
2003;-19:523.
diquine or artesunate for treatment of uncomplicated malaria:
A longitudinal randomised trial. Lancet 2002;360:203L.
Infeksi Protozoa Lainnya
Guerin PJ et al: Malaria: Current status of control, diagnosis,
treatment, and a proposed agenda for research and develop- Burchmore RJ et al: Chemotherapy of human African hypanG-
ment. Lancet Infect Dis 2002,2:561. somiasis. Curr Pharm Des 20028:256.
Lang T, Greenwood B: The developrnent of Lapdap, an affordable Croft SL, Barrett MP, Urbina JA: Chemotherapy of trypanoso-
new treatment for malaria. Lancet Infect Dis 2O03;3:162. miasis and ieish:naniasis. Trends Parasitol 2005;21 :508.
Ling J et al: Randomized placebo-controlled trial of atovaquone/ Guerin PJ et al: Visceral leishmaniasis: Current stafus of control,
' proguanil for the prevention of Plasnoditun falcipanun or Plas- diagnosis, and heatment, and a proposed research ancl cleve-
nodilnn aiuax malaria among migrants to Papua, Indonesia. lopnrerrt agenda. Lancet Infect Dis 2002;2:494.
Clin Infect Dis 2002;35:825. Hepburn NC: Management of cutaneous leishmaniasis. Curr Opin
Mutabingwa T et al: Chlorproguanil-dapsone for treatment Irrfect Dis 2001;14:151.
of drug-resistant falciparum rnalaria in Tanzania. Lancet Legros D et al: Treatment of lruman Akican trvpanosomiasis-
2001;358:1218. present situation ancl needs fot research and cleveloprnent.
Mutabingwa TK et al: Amodiaquine alone, amocliaquine+sulfado- Lancet Infect Dis 2002;2:437 .

xine-pyrimethamine, amodiaquine+artesunate, and arteme- Murray HW et al: Advances in leishmaniasis. Lancet


ther-lumefantrine for outpatient treatment of maiaria in 2005;366:"1561.
Tanzanian children: A four-arm randomised effectiveness Olliaro PL et al: Treatment options for visceral leishrnaniasis: A
trial. Lancet 2005;365 :1 47 4. systematic review of clinical sludies done in India, 1980-2004.
Nosten F, Brasseur P: Combination therapy for malaria. Drugs Lancet Infect Dis 2005;5:763.
2002;62:13-1,5. Sobel JD Nyirjesy P, Brown W: Tinidazole therapy for metro-
Olliaro P: Mode of action and mechanisms of resistance for anti- nidazole-resistant vaginal trichornoniasis. Ciin Infect Dis
malarial drugs. Pharmacol Ther 2001;89:207. 2001;33:'1341.
Ridley RG: Medical need, scientific opportunity and the drive for Sundar S et al: Oral miltefosine for hrdian visceral leishmaniasis. N
antimalarial drugs. Nature 2002;415:686. Engl Med 2002347:1739.
J
Rosenthal PJ (editor): Arrthnnlarial Aretnotherapy: Mechanisnrs Urbina JA: Specific treatrnent of Chagas disease: Current status
of Action, Resistance, and New Directiotts in Drug Discwery. ancl new devclopments. Curr Opin Infect Dis 2001;'14:7"17.
Humana Press, 2001.
li,l :'

: Faimakolo$i,Kl,inis,Obat
Antihelmintik
,, n,iii' i.. rlii,,t, M D
^,osi

ji::.: r.
":,. ,t .':,:,',.ti'lt:1.:. '_j:l.r:r. -.: ':l .i :'-,':::_:. , , .': r . .
Efek Antihelmintik
. KEMOTERAPI INFEKSI CACING Benzimidazol cliperkirakan bekerja tnelawau neuratoda
dengan urenghambat sintesis mikrotubulus. Albenclazol
Tabel 54-1 mencantutnkan daftar infeksi cacirrg 1'ang uta- juga rnemiliki efek larvisiclal pada penyakit hidatid, sisti-
ma dan panduan obat pilihan serta obat altematif unfuk serkosis, askariasis, dan infeksi cacing tatlbang serta efek
setiap infeksi. Pada teks berikut, obat-obat ini disusun ovisidal pacla askariasis, ankilostomiasis, dan trikuriasis.
menurut abjad. Urnumnya, parasit harus diidentifikasi
dahulu sebelum terapi dapat dimulai. Penggunaan Klinis
Albenclazol cliberikarr pada keadaar-r lambung kosong ke-
ALBENDAZOL tika digunarkan untuk utelawan parasit intralumen namun
albendazol diberikan bersama makanan berlemak untuk
Albendazol, suatu antihelmintik oral berspekLrum-luas,
melawan palasit jaringan,.
merupakan obat pilihan dan disetujui cii AS sebagai te-
rapi penyakit hidatid dan sistiserkosis. Albendazol juga A. lrurrrsr Asrnntnsts, TntKuntAsts, Cnclruc TnMenNc
digunakan sebagai pengobatan infeksi cacitrg kremi dan onru Cncrnc Knerut
cacing tarnbang, askariasis, trikuriasis, clan strongiloiclia- Pada orang clewasa dan anak berusitr lebih dari 2 tahun,
sis, meskipun pada labelnya tidak tercantum kegunaannya terapi diberikan dengan dosis ttrnggal sebesar 400 mg per
untuk keadaan-keadaan tersebut. oral (diulang selama 2-3 hari pada infeksi askaris berat
dan berselang 2 minggu kemudian pada infeksi cacing
Kimia & Farmakokinetik kremi.) Terapi ini menghasilkan angka kesernbuhan yang
Albendazol adalah suatu benzimidazol karbaurat. Setelah tinggi pada infeksi cacing gilik dan penurunan jurnlah
pemberian oral, albendazol diabsorpsi secara tidak teratur telur yang nyata pada pasien yang tidak setnbuh'
(meningkat dengan makanan berlernak) dan kemudian B. PrruYnxlr Htonno
dengan cepat mengalarni rnetabolisrne lintas-pertatna di
Albendazol merupakan terapi pilihan untuk pengobatan
hati menjadi metabolit aktifnya yakni albendazol sulfok-
rnedis dan menjacli tambahan yang berguna bagi peng-
sida. Albendazol mencapai kadar plasrna maksitnum
angkatan atau aspirasi kista melalui pembedahan' Alben-
yang bervariasi sekitar 3 jam setelah pernberian dosis oral
dazol lebih aktif melawan Echinococcus granulosus dati-
sebesar 400 mg, dan waktu-paruh plasmanya adalah 8-12
pada E nultilocularis. Dosisnya 400 mg, dua kali sehari, dan
jam. Sebagian besar sulfoksida terikat pada protein, ter-
ditelan bersama makanan selama 1 bulan atau lebih. Terapi
distribusi dengan baik di jaringan, dan memasuki empedu,
harian hingga 6 bulan ditoleransi dengan baik. Salah satu
cairan serebrospinal, dan kista hidatid. Metabolit alben-
strategi terapeutik yang dilaporkan adalah mengobati
dazol diekskresi dalarn urine.
penyakit ini dengan albendazol dan prazikuantel, rnenilai
responsnya setelah 1 bulan atau lebih, dan, bergantung
caHT-s pada resporrs tersebut, kernudian menatalaksalra pasien
Y N
dengan kemoterapi bersinarnbungan atau terapi kombi-
(rL_ _ -jL,,,, _[ _ o _.,.,
nasi obat dan pembedahan.
C. NeunosrsnsERKosts
I
H Indikrsi terapi medis neurosistoserkosis masih menjadi
Albendazole perdebatan karena terapi antihelmintik tidak nyata-nyata

89s
896 / BAB s4

Tabel 54-1. Obat untuk terapi infeksi cacing.

Cacing gilik (nematoda)


Ascaris I u mb ricordes (cacin g gela ng) Albendazolel atau pyrantel pamoate Piperazine
atau mebendazole
cambuk)
..1!j-t!.y.1!::!j.tlj13.!S_:.:itg.' ' ' - '' '
Mebendazole atau atbendazore, oxantet/pyrantet
-- - - -- - - --- -
pamoate2
Necatoramericanus(cacingtambang); .' :
pyrantelpamoaterataumebendazole
-_l_?.c_y!.?:_!?.y.1 !
_.
y:!: l:!: (caci n s ta m ba ns) ata u a ben dazotel I

E nterob i us ve rm icu I a ris (cacing kremi) Mebendazole atau pyrantel pamoate Albendazoler
Trichinella spiralis (trikinosis) Mebendazole;l tambahkan Albendazole;l tambahkan

i!;;;:;;;;,sv;;;;;; iil*fT:;;:.1Hf;$;i;"k;' :i:i]::"#.e


rerrr:I'i!"rrl
Larva migrans kutaneus (erupsi kulit Albendazolel atau ivermectinr Thiabendazole (topikal)
.____.T_gtn19.'.1__

llg!::!.::ly!_r: :.?l_t_o_?.gntit Thiabendazole Atbendazotel atau mebendazotel

m a I ayi (lil ari asis); eosi nof iIi a tropi ka l; t-oa


lgl.llsil:il
Onchocerca vo lvu I us (on kosersiasis) lvermectin

_P_t::.y.t_:yly.:.r._:9.i1_".1:i:!:l:1.9_.q.!!19_91 Metronidazolel Th iabendazolel atau mebendazolel


Capi llaria phi I i ppi nensis (kapilariasis Albendazoler Mebendazoler atau thiabendazolel
intestina l)
Cacing daun (trematoda)
Schistosoma haematobium (bilharziasis) praziquantel Metrifonate2
Schistosoma mansoni praziquantel Oxamniquine
Schistosoma japonicum praziquantel
Clonorchis sinensrs (cacing pipih hati); Praziquantel Albendazoler
9.P i:!I _. !: !.i:. :r.: :i.q :_....
Paragonimus westermani (cacing daun paru) Praziquantelr Bithionol3
I:
|:::,: ! :.r L,t_..:_ !:: :i I g 9 : y_l .! :lt g :l b1 Bithionol3 atau triclabendazole2
Fasciolopsis buski (cacing daun usus besar) Praziquantelr atau niclosamide2
Heterophyes heterophyes; Metagoni mus Praziquantell atau niclosamide2
yokogawai (cacing daun usus halus)
Cacing pita (cestoda)
Taenia saginata (cacing pita pada sapi) Praziquantelt atau niclosamide2 Mebendazoler,3
Diphyllobothrium latum (cacing pita pada Praziquantell atau niclosamide2
ikan)

.!:.: yl :.y.t
i
r
y _!:*jlg r 1*":.9.: 9:!! Praziquantelr atau niclosamide2
Sistiserkosis (cacing pita tahap larva pada Albendazole Praziq uantelr
babi)
Hymenolepisnana (cacing pita kurcaci/dwarf praziquantell Niclosamide2
tapeworm)
Echinococcusgranulosus(penyakithidatid); Albendazole
E ch i nococcus mu lti locu I a ris
rTersedia di A5 tetapi pada labelnya
tidak dicantumkan untuk indikasi ini.
?Tidak tersedia di AS tetapi tersedia di beberapa negara Iainnya.
sTersedia di A5 hanya dari the Parasitic Disease Drug Service, Parasiti. Diseases Branch, Centers for Disease Control and prevention. Atlanta 30333
Telepon 404-639-3670.
FARMAKOLOGI KLINIS OBAT ANTIHELMINTIK I 897
lebih baik daripada terapi dengan kortikosteroid saja dan Bitionol juga rnerupakan obat alternatif pada terapi
dapat mengeksaserbasi penyakit neurologis. Terapi mung- paragonimiasis paru.
kin paling tepat dilakukan untuk kista intraventrikular
atau parenkimal yang bergejala. Kortikosteroid biasanya Farmakokinetik
diberikan bersama obat antihelmintik untuk meredakan Setelah ditelan, bitionol mencapai kadar puncak dalam
peradangan akibat organisrne yang sekarat. Albendazol darah dalarn waktu 4-8 jam. Ekskresinya tampaknya ter-
saat ini umumnya dianggap sebagai obat pilihan yang utama terjadi melalui ginjal.
lebih baik daripada prazikuantel karena lama terapinya
lebih singkat, lebih murah, penetrasinya ke dalam ruang Penggunaan Klinis
subaraknoid lebih baik, dan kadar obahya meningkat Pada terapi paragonimiasis clan fasioliasis, digunakan
(sementara kadar prazikuantel menurun) jika diberikan dosis bitionol sebesar 30-50 mg/kg dalam dua atau tiga
bersama kortikosteroid. Albendazol diberikan pada dosis dosis terbagi, yang diberikan per oral setelah rnakan, selang
400 mg dua kali sehari selama hingga 21 hari. sehari untuk 10-15 kali pemberian. Unbuk paragonirniasis,
D. lrurersr Lltn arlgka kesembuhan melebihi 90% pada paragonimiasis
otak, rangkaian terapi berulang mungkin diperlukan.
Albendazol merupakan obat pilihan pada terapi larva
migrans kutaneus (400 mg sehari selarna 3 hari), larva
Reaksi Simpang, Kontraindikasi & Perhatian
migrans viseral (400 mg dua kali sehari selama 5 hari), ka-
pilariasis intestinal (400 mg sehari selama 10 hari), infeksi Efek simpangnya, yang terjadi pada hingga 40o/o pasien,
mikrosporidial (400 mg dua kali sehari selama 2 minggu umumnya ringan darr selintas saja, tetapi sesekali sangat
atau lebih), dan gnatostomiasis (400 mg dua kali sehari se-
parah sehingga terapi perlu dihentikan. Efek simparrg ini
lama 3 minggu). Albendazol juga aktif terhadap trikinosis meliputi diare, kram abdomen, anoreksia, mual, muntah,
pusir-rg, dan nyeri kepala. Ruam kulit dapat muncul setelah
(400 mg dua kali sehari selama 1-2 rninggu) dan klonorkia-
sis (400 mg dua kali sehari selama 1 minggu). Terdapat serninggu atau lebih terapi berlangsurlg, yang menandai
beberapa laporan mengenai efektivitas albendazol sebagai
terjadinya reaksi terhadap antigen yang dilepaskan dari
cacing yang sekarat.
terapi opistorkiasis, toksokariasis, dan loiasis dan laporan
yang saling bertentangan mengenai efektivitasnya pada Bitionol harus digunakan dengan hati-hati pada anak
yang berusia lebih muda dari 8 tahun karena terbatasnya
giardiasis dan taeniasis. Albendazol dimasukkan dalam
pengalamar-r mengenai penggunaan obat pada kelornpok
beberapa program untuk mengendalikan filariasis limfa-
usia ini.
tik, tetapi tampaknya kurang aktif ketirnbang dietilkarba-
mazin atau ivermektin untuk tujuan ini.
DIETI LKARBAMAZIN SITRAT
Reaksi Simpang, Kontraindikasi, & Perhatian Dietilkarbarnazin sitrat merupakan obat pilihan pada te-
Ketika digunakan selama l"-3 hari, albendazol hampir rapi filariasis, loiasis, dan eosinofilia tropis. Obat ini telal'r
bebas dari efek simpang yar-rg bermakna. Distres epigas- digantikan oleh ivermektin untuk terapi onkosersiasis.
trium yang ringan dan transien, diare, nyeri kepala, mual,
pusing, kelelahary dan insomnia. Pada penggunaan alben- Kimia & Farmakokinetik
dazol jangka-panjang untuk penyakit hidatid, albendazol Dietilkarbarnazin, suatu turunan piperazhr sintetik, dipasar-
ditoleransi dengan baik tetapi dapat rnenyebabkan distres kan sebagai gararn sitrat. Obat ini cepat diserap dari saluran
abdomen, nyeri kepala, demam, kelelahan, alopesia, pe- cema; setelah dosis sebesar 0,5 rng/kg diberikan, kadar
ningkatan kadar enzim hati, dan pansitopenia. plasma puncaknya tercapai dalam waktu 1-2 jam. Waktu-
Pemeriksaan hitung darah dan fungsi hati harus di- parulr plasmanya adalah 2-3 jam pada urine yang bersifat
pantau selama terapi jangka-panjang. Albendazol tidak asam tetapi rnenjadi sekitar 10 jan'r jika urine bersifat alkali;
boleh diberikan kepada pasien yang diketahui menderita efek ini merupakan efek perangkap Henderson-Hasselbalch
hipersensitivitas terhadap obat benzirnidazol lain atau (lihat Bab 1). Obat ini cepat rnencapai kesetimbangan di
penderita sirosis. Keamanan albendazol pada kehamilan sernua jaringan kecuali lernak. Dietilkarbarnazin terutama
dan pada anak berusia lebih muda dari 2 tahun belurn diekskresi dalam urine dalam bentuk obat yang tak berubah
ditetapkan. dan n'retabolit N-oksida. Dosisnya perlu diturunkan pada
penderita alkalosis urine persisten atau gangguan ginjal.
BITIONOL
Bitionol merupakan obat pilihan dalarn terapi fasioliasis Efek Antihelmintik
(cacing daun pada hati dornba). Obat alternatifnya, yakni Dietilkarban'razin mengimobilisasi mikrofilaria dan
triklabendazol, tidak tersedia di AS. n'rengubah struktur permukaannya, melepas rnikrofilaria
898 / BAB s4

tersebut dari jaringan dan membuatnya lebih rentan ter- Reaksi Simpang, Kontraindikasi, & Perhatian
hadap penghallcuran oleh mekanisme pertahanan pejamu. Reaksi terhadap dietilkarbarnazin, yang umumnya ringan
Mekanisme kerja obat ini terhadap cacing dewasa tidak dan selintas, meliputi nyeri kepala, malaise, anoreksia,
diketahui. kelernahan, nual, muntah, dan pusing. Reaksi sirnpang
akibat pelepasan protein dari mikrofilaria atau cacing de-
Penggunaan Klinis wasa yang sekarat juga terjadi. Reaksi khususnya berat
Obat ini harus ditelan setelah makan. dengan onkosersiasis, tetapi dietilkarbamazin tidak lagi
A. WucnpnentA BANcRoFTt, Bnuen MALAyt, Bnuen umum digur"rakan untuk menyembuhkan infeksi ini karena
TIMORI, DAN T.OA IOA
ivennektin sama efektifnya dan lebih tidak toksik. Reaksi
terhadap rnikrofilaria yang sekarat biasanya ringan pada
Dietilkarbamazin menjadi obat pilihan pada terapi infeksi
infeksi W bancrofti, lebih berat pada infeksi B ntalayi, dan
berbagai parasit ini karena efikasinya dan karena obat ini
kadang-kadang berat pada infeksi L lon. Reaksinya rneli-
tidak menirnbulkan toksisitas berat. Mikrofilaria semua
puti deman"r, malaise, ruam papular, nyeri kepala, keluhan
spesies dibunuh dengan cepat; parasit dewasa dibunuh
saluran cerna, batuk, nyeri dada, dan nyeri otot atau sendi.
lebih pelan, dan sering kali rnernerlukan beberapa kali
Leukositosis sering terjadi. Eosinofilia dapat meningkat
rangkaian terapi. Obat ini sangat efektif terhadap L loa
dengan terapi. Proteinuria juga dapat terjadi. Gejala paling
dewasa. Derajat terbunuhnya W bancrofti dan B ntalayi
sering terjadi pada pasien dengan kandungarr mikrofilaria
dewasa tidak diketahui pasti, tetapi setelah terapi yang
yang tinggi. Terjadinya perdarahan retina dan ensefalopati
sesuai diberikan, mikrofilaria tidak rnuncul kembali pada
(jarang) telah dilaporkan.
kebanyakan pasien.
Antara hari ke-3 clan ke-12 terapi, dapat terjadi reaksi
Infeksi ini diobati selarna 2 minggu (atau 3 minggu
setenlpat di dekat cacing dewasa atau cacing imafur yang
untuk L /oa), dengan dosis awal yang rendah untuk menu-
sekarat. Reaksi ini meliputi limfangitis dengan pembeng-
runkan insidens reaksi alergi terhadap mikrofilaria yang
kakan seternpat pada ir"rfeksi lN btutcrofti dan B nmlayi,
sekarat. Regimennya adalah 50 mg (1 mg/kC untuk anak)
biduran kecil di kulit pada infeksi L loa, dan papula datar
pada hari ke-1, tiga kali dosis 50 n g pada hari ke-2, tiga
pada infeksi M strcVtocercrt. Pasien yang menderita lim-
kali dosis 100 mg (2mg/kg unluk anak) pada hari ke-3,
fangitis akibatl\l bttncrofti atau B ntttlayi harus diobati pada
dan kemudian2mg/kg tiga kali sehari untuk menyelesai-
periode laten antarserangarl.
kan rangkaian terapi selama 2-3 rninggu.
Dietilkarbamazin harus digunakan secara irati-hati
Antihistamin dapat diberikan selama beberapa hari
pada penderita hipertensi atau perryakit ginjal.
pertama terapi untuk rrernbatasi reaksi alergi; kortikoste-
roid harus diberikan dan dosis dietilkarbamazin diturun-
kan atau dihentikan jika tirnbul reaksi berat. Penyembuhan
DOKSTSTKHN
mungkin memerlukan beberapa kali rangkaian terapi. Antibiotik tetrasiklin ini digambarkan lebih terperinci di
Dietilkarbamazin dapat juga digunakan untuk kemo- Bab 44. Doksisiklin baru-baru ini terbukti memiliki aktivi-
profilaksis (300 mg tiap minggu atau 300 rng tiga hari tas makrofilarisidal terhad ap W bancroftl, dan tampak akti-
berturut-turut tiap bulannya pada loiasis;50 mg tiap bulan vitasnya lebih baik daripada obat lainnya terhadap cacing
pada filariasis Malaya dan bankrofti). dewasa. Doksisiklin juga aktif terhadap onkosersiasis.
Obat ini bekerja secara tidak langsung dengan membunuh
B. PenccurumN LAIN
Wolbachia, yakni bakteri simbion parasit filaria dalam sel.
Pada eosinofilia tropis, dietilkarbamazin diberikan per Doksisiklin rnungkin akan terbukti merupakan obat yang
oral pada dosis,2 mg/kg tiga kali sehari selarna 7 hari. Die- penting pada filariasis, baik untuk terapi penyakit aktif
tilkarbamazin efektif mengatasi infeksi Mansonella strep- rnaupun pada kemoterapi massal.
tocera, karena obat ini membunuh benfuk dewasa serta
mikrofilarianya. Namun, sejumlah informasi terbatas
IVERMEKTIN
menunjukkan bahwa obat ini tidak efektif mengatasi M
ozzardi serta M perstans dewasa dan aktivititasnya terbatas
Ivermektin merupakan obat pilihan pada strongiloidiasis
terhadap mikrofilaria parasit-parasit ini. Penerapan dietil- dan onkosersiasis. Ivermektin juga merupakan obat alter-
karbamazin yang penting adalah penggunaannya dalam natif pada berbagai infeksi cacing lainnya.
terapi massal infeksi W bancrofti untuk mengurangi pe-
nularan. Regimen mingguan atau bulanan telah dipelajari; Kimia & Farmakokinetik
dan, baru-baru ini, terapi tahunan (dengan atau tanpa lvermektin, suatu lakton makrosiklik semisintetis, adalah
ivermektin) sangat menurunkan daerah-daerah kantong campuran avermektin 8," dan B,n. Obat ini berasal dari
infeksi di Papua Nugini. actinomyces di tanah, yakni Streptontyces auerntitilis.
FARMAKOLOGI KLINIS OBAT ANTIHELMINTIK / 899
Ivermektin hanya digunakan per oral pada manusla. mengendalikanW bancrofti tetapi tidak membunuh cacing
Obat ini cepat diserap, mencapai kadar plasma maksimum dewasanya. Obat ini juga belum tentu memberi manfaat
dalam waktu 4 jam pada dosis 12 mg. Obat ini terdistri- tambahan lainnya. Pada loiasis, meskipun menurunkan
busi luas di jaringan, dengan volume distribusi sekitar 50 kadar mikrofilaria, ivermektin sesekali dapat mengin-
L. Waktu-paruhnya sekitar 1,6 jam. Obat ini dan metabolit- duksi reaksi berat. Ivermektin juga efektif mengendalikan
nya hampir semuanya diekskresi melalui feses. skabies, fuma, dan larva n'rigrans kutaneus serta membu-
nuh sejumlah besar cacing askaris.
Efek Antihelmintik
Ivermektin tampaknya melumpuhkan nematoda dan
Reaksi Simpang, Kontraindikasi, & Perhatian
artropoda dengan memperkuat penyampaian sinyal ber- Pada terapi strongiloidasis, efek samping yang terkadang
perantara-asam 1-aminobutirat (GABA) pada saraf perifer. timbul adalah kelelahan, pusir-rg, rnual, muntah, nyeri
Pada onkosersiasis, ivermektin bersifat mikrofilarisidal. abdomen, dan ruam. Pada terapi onkosersiasis, efek sim-
Obat ini tidak efektif mernbunuh cacing dewasa tetapi pangnya terutama berasal dari reaksi Mazotti, akibat
memblokade pelepasan mikrofilaria selama beberapa penghancuran mikrofilaria. Reaksi ini meliputi demam,
bulan pascaterapi. Setelah pemberian satu dosis standar nyeri kepala, pusing, somnolen, kelemahan, ruan/ pru-
tunggal, mikrofilaria dalam kulit menghilang dengan ritus yang meningkat intensitasnya, diare, nyeri sendi
cepat dalam waktu 2-3 hari, dan jumiahnya tetap kecil dan otot, hipotensi, takikardia, limfadenitis, limfangitis,
selama beberapa bulan, kemudian bertambah secara per- dan edema perifer. Reaksi ini dimulai pada hari pertama
lahan; mikrofilaria dalam camera oculi anterior perlahan dan memuncak pada hari kedua terapi. Reaksi Mazotti
berkurang selama beberapa bulan, kemudian menghilang, terjadi pada 5-30% orang dan umumnya ringan, tetapi
dan perlahan kembali muncul. Dengan pemberian ber- reaksi ini mungkin lebih sering terjadi dan lebih berat pada
ulang, memiliki efek makrofilarisidal ivermektin tampak- orang yang bukan merupakan penduduk lama di daerah
nya derajat rendah, dan secara permanen menurunkan endemi konkosersiasis. Reaksi Mazotti yang lebih intens
produksi mikrofilaria. terjadi pada'l-3% orang, dan reaksi berat pada 0,'lo/o otang,
termasuk demam tinggi, hipotensi, dan bronkospasme.
Penggunaan Klinis Kortikosteroid diindikasikan pada kasus ini, terkadang
A. Ouxosensrrsrs untuk beberapa hari. Reaksi Mazotti ini menghilang de-
ngan pemberian obat berulang. Pembengkakan dan abses
Terapi dilakukan dengan menggunakan ivermektin dosis
sesekali terjadi pada minggu ke-1 sampai ke-3, kemung-
tunggaf 150 mcg/kg, yang diminum dengan air pada ke-
kinan di tempat terdapahrya cacing dewasa.
adaan lambung kosong. Obat kemudian diberikan ber-
Beberapa pasien mengalami kekeruhan komea dan
ulang regimennya bervariasi, mulai dari jadwal pemberian lesi mata lainnya beberapa hari setelah terapi. Keadaan ini
bulanan hingga lebih jarang (tiap G12 bulan). Pascaterapi jarang bersifat berat dan umumnya membaik tanpa terapi
akut, terapi diulang pada interval 12 bulan sampai cacing
korbikosteroid.
dewasa mati, yang mungkin membutuhkan waktu 10
Ivermektin sebaiknya jangan digunakan bersama
tahun atau lebih lama. Pasien dengan mikrofilaria dalam dengan obat lain yang meningkatkan aktivitas GABA,
komea atau camera oculi anterior dapat diobati dengan misalnya, barbiturat, benzodiazepin, dan asam valproat.
kortikosteroid hanya pada terapi ivermektin pertama Ivermektin sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan.
untuk menghindari reaksi peradangan mata, Keamanannya pada anak yang berusia lebih muda dari 5
Ivermektin saat ini juga berperan penting untuk me- tahun belum ditetapkan.
ngendalikan onkosersiasis. Terapi massal tahunan sangat
mengurangi penularan penyakit ini. MEBENDAZOL
B. SrnoucrrorDrAsrs Mebendazol merupakan benzimidazol sintetis yang me-
Terapinya meliputi dua dosis harian sebesar 2ffi mcg/ miliki aktivitas antihelmintik berspektrum luas dan insi-
kg. Pada pasien luluh-imun dengan infeksi diseminata, dens efek simpang yang rendah.
sering kali diperlukan terapi berulang tetapi penyembuh-
an mungkin tidak akan tercapai. Pada keadaan ini, terapi
supresif -misalnya, sekali sebulan- dapat bermanfaat.

C. Panmr Latnt
Ivermeklin mengurangi mikrofilaria pada infeksi Brugia
I
malayi dan M ozzarili tetapi tidak pada infeksi M perstans. H

Obat ini telah digunakan bersama dietilkarbamazin untuk ilebendamle


900 / BAB s4

Kimia & Farmakokinetik karia), agranulositosis, alopesia, dan peningkatan kadar


enzim hati.
Absorpsi mebendazol per oral kurang dari1.O%. Obat yang
Mebendazol bersifat teratogenik pada binatang se-
diserap terikat pada protein (>90%), dengan cepat diubah
hingga dikontraindikasikan pada kehamilan. Obat ini
menjadi metabolit yang tidak aktif (terutama selama lintas
harus digunakan secara hati-hati pada anak yang berusia
pertama dalam hati), dan waktu-paruhnya adalah 2-6
kurang dari 2 tahun karena terbatasnya pengalaman dan
jam. Obat ini diekskresi terutama dalam urine, terutama
adanya laporan bahwa obat ini menimbulkan kejang pada
sebagai turunan dekarboksilasi. Selain itu, sebagian obat
kelompok usia ini (meskipun jarang). Kadar plasmanya
yang diserap dan turunannya diekskresi dalam empedu.
dapat menurun jika digunakan bersama karbamazepin
Absorpsinya meningkat jika obat ditelan bersama makanan
atau fenitoin, dan meningkat jika digunakan bersama si-
berlemak.
metidin. Mebendazol harus digunakan secara hati-hati
pada pasien sirosis.
Efek Antihelmintik
Mebendazol diduga bekerja dengan mengharnbat sin- METRIFONAT (TRIKLORFON)
tesis mikrotubuli; obat induknya tampaknya .merupakan
Metrifonat merupakan obat alternatif yang aman dan
bentuk aktif obat ini. Efikasi obat ini berwariasi menurut murah pada terapi infeksi Schistosoma haematobium, Obat
waktu transit dalam saluran cerna, intensitas infeksi, dan ini tidak aktif terhadap S mansoni atau S japonicutn. Metri-
mungkin menurut galur parasitnya. Obat ini membunuh fonat tidak tersedia di AS.
telur cacing tambang, telur askaris, dan telur trikuris.
Kimia & Farmakokinetik
Pengunaan Klinis Metrifonat, suatu senyawa organofosfat, cepat diserap se-
Di AS, mebendazol telah disetujui untuk digunakan pada telah pemberian oral. Setelah pemberian standar per oral,
infeksi askariasis, trikuriasis, dan cacing tambang serta kadar puncaknya dalam darah tercapai dalam waktu 1-2
cacing kremi. Obat ini dapat digunakan sebelum atau jam; waktu-paruhnya sekitar 1,5 jam. Obat ini tampaknya
setelah makan; tabletnya h4rus dikunyah sebelum ditelan. dibersihkan melalui transformasi nonenzimatik menjadi
Pada infeksi cacing kremi, dosisnya 100 mg sekali, dan diklorvos, yakni metabolit aktifnya. Metrifonat dan diklor-
diulang setelah 2 minggu. Pada infeksi askariasis, triku- vos terdistribusi dengan baik ke jaringan dan seluruhnya
riasis, cacing tambang, dan trikostrongilus, dosis 100 mg dieliminasi dalam waktu 24-48 jam.
dua kali sehari selama 3 hari digunakan pada orang de-
wasa dan anak yang berusia lebih tua daripada 2 tahun. Efek Antihelmintik
Angka kesembuhannya 90-L0O% pada infeksi cacing Cara kerja obat ini tampaknya terkait dengan inhibisi ko-
kremi, askariasis, dan trikuriasis. Angka kesembuhan ini linesterase. Inhibisi ini secara temporer melumpuhkan
lebih rendah pada infeksi cacing tambang, tetapi terjadi cacing dewasa, menyebabkan cacing dewasa ini berpindah
penumnan nyata jumlah cacing dalam tubuh penderita dari pleksus vena kandung kemih ke arteriol paru; di sini,
yang belum sembuh dengan obat ini. Pada kapilariasis cacing tersebut terperangkap, terkepung oleh sistem imun,
usus, mebendazol digunakan pada dosis sebesar 400 mg/ dan mati. Obat ini tidak efektif terhadap telur 5 haemato-
hari dalam dosis terbagi untuk 21 hari atau lebih. Pada bium; telur yang hidup akan terus keluar bersama urine
trikinosis, laporan yang terbatas menunjukkan bahwa selama beberapa bulan setelah semua cacing dewasa mali.
obat ini efektif terhadap cacing dewasa di saluran cerna
dan terhadap larva jaringan. Terapinya diberikan tiga kali Penggunaan Klinis
sehari, dengan makanan berlemak, sebesar 200-400 mg per Pada terapi S haematobiu;rr, dosis oral tunggal sebesar
dosis untuk 3 hari dan kemudian 400-500 mg per dosis 7,5-10 mg/kg diberikan tiga kali setiap 14 hari. Angka
selama 10 hari. Kortikosteroid harus diberikan bersama kesembuhan dengan pemberian obat menurut jadwal ini
obat ini pada infeksi berat. adalah 44-93%, dengan penurunan nyata dalam jurnlah
telur pada penderita yang belum sembuh dengan obat
Reaksi Simpang, Kontraindikasi, & Perhatian ini. Metrifonat juga efektif sebagai agen profilaktik ketika
Terapi mebendazol jangka-pendek pada nematoda usus diberikan setiap bulan pada anak di daerah endemik
hampir tidak memiliki efek simpang. Sesekali dilaporkan tinggi, dan obat ini telah digunakan pada program terapi
adanya mual ringan, muntah, diare, dan nyeri abdomen. massal. Pada in-feksi campuran akibat S luematobium dan S

Efek simpang yang jarang, biasanya akibat terapi dengan mansoni, metrifonat telah berhasil dikombinasikan dengan
dosis-tinggi, adalah reaksi hipersensitivitas (ruam, urti- oksamnikuin.
FARMAKOLOGI KLINIS OBAT ANTIHELMINTIK / 9O1

Reaksi Simpang, Kontraindikasi, & Perhatian laporan tentang terjadinya kasus sistiserkosis seperti de-
mikian pascaterapi.
Beberapa penelitian memperlihatkan gejala kolinergik
ringan dan selintas, termasuk mual dan muntah, diare, B. Cacrruc Ptrn Lrururuvn
nyeri abdomen, bronkospasme, nyeri kepala, berkeringat, Kebanyakan penderita infeksi H diminuta dan Dipylidium
kelelahan, kelemahan, pusing, dan vertigo. Gejala ini dapat caninum yang diobati clengan niklosamid sembuh dengan
muncul dalam waktu 30 menit dan bertahan hingga 12 terapi selama 7 hari; beberapa penderita memerlukan
ju-. rangkaian terapi kedua. Prazikuantel lebih baik untuk
Metrifonat tidak boleh digunakan pascapajanan ins- infeksi Hymenolepis nana (cacing pita kurcaci/ dzuarf tape-
ektisida akut atau obat yang dapat memperkuat inhibisi zuorn). Niklosamid tidak efektif terhadap penyakit sis-
kolinesterase. Mehifonat dikontraindikasikan pada ke- tiserkosis atau hidatid.
hamilan.
C. lrurersr Cncrruc Ptptx ol Usus
NIKLOSAMID Niklosamid dapat digunakan sebagai obat alternatif pada
Niklosamid merupakan obat lini-kedua dalam terapi se- terapi infeksi Fasciolopsis buski, Heterophyes heterophyes, dan
bagian besar infeksi cacing pita, tetapi tidak tersedia di Metagonintus yokogawai. Dosis standarnya diberikan selang
AS. sehari sebanyak tiga dosis.

Kimia & Farmakokinetik Reaksi Simpang, Kontraindikasi, & Perhatian


Niklosamid merupakan turunan salisilamid. Obat ini Sesekali, timbul efek simpang yang ringan dan sifahrya
tdmpaknya sedikit diserap melalui saluran cerna-baik sernentara, seperti mual, muntah, diare, dan keluhan sa-
obat ini maupun metabolitnya tidak terdeteksi pada darah luran cerna.
atau urine. Alkohol tidak bolel-r dikonsumsi pada hari pemberian
terapi dan satu hari setelahnya.
Keamanan obat ini belum ditetapkan pada kehamilan
atau untuk anak yang berusia lebih muda dari 2 tahun'

OKSAMNIKUIN
Oksamnikuin merupakan alternatif prazikuantel pada
Niclosamide
terapi irr-feksi S mansoni. Obat ini juga telah banyak di-
gunakan dalam pengobatan massal' Oksamnikuin tidak
Efek Antihelmintik S haematobium atau S iaponicum.
efektif terhadap
Niklosamid cepat membunuh cacing dewasa (tetapi
tidak telurnya), kemungkinan melalui inhibisi fosforilase Farmakokinetik
oksidatif atau stimulasi aktivitas ATPase.
Oksamnikuin, suatu tetrahidrokuinolin semisintetis, cepat
diserap per oral. Waktu-paruh plasmanya adalah.sekitar
Penggunaan Klinis
2,5 jam. Obat ini dimetabolisme dalam jumlah besar
Dosis niklosamid untuk orang dewasa adalah 2 g sekali, menjadi metabolit inaktifnya dan diekskresi ke dalam
dan diberii<an di pagi hari pada keadaan lambung kosong. urine hingg a 75% pada 24 iam pertama' Terdapat variasi
Tabletnya harus dikunyah seluruhnya dan kemudian di-
-
antarindividu dalam hal kadar serumnya; hal ini dapat
telan dengan air. menjelaskan terjadinya beberapa kegagalan terapi.
A. Teewte sActNArA (Clcrr'rc Ptn peol Slpr), I soLIUM
(Cncruc Prrn pnoa Bret), pnN DnxvttosowntuM LATUM Efek Antihelmintik
(Cncrr,rc Prra rnon knru) Oksamnikuin bekerja aktif terhadap S mansoni stadium
Niklosamid dengan dosis tunggal sebanyak 2 g meng- matur imatur tetapi tampaknya tidak bersifat serka-
dar-t
hasilkan angka kesembuhan lebih dari 85% pada infeksi sidal. Mekanisme kerjanya tidak diketahui. Kontraksi dan
D latum dan sekitar 95o/" pada infeksi T saginata. Obat ini paralisis.cacing ini menyebabkan cacing ini terlepas dari
kemungkinan sama efektifnya terhadap T solium. Secata venula terminal di mesenterium dan berpindah ke hati; di
teoretis, dapat terjadi sistiserkosis pascaterapi infeksi T tempat ini, banyak cacing tersebut akan mati' Cacing betina
soliumkarenatelur yang viabel dilepaskan ke dalam lumen yang tetap hidup kembali ke pembuluh mesenterik tetapi
usus setelah segmennya dicerna. Namun, tidak terdapat berhenti bertelur.
902 I BABs4
Kepekaan galur 5 mansoni terhadap oksamnikuin ber- cepat, dan kadar plasma puncaknya tercapai dalarn waktu
variasi di
berbagai belahan dunia. Oksamnikuin efektif 2-4 jam. Kebanyakan obat ini diekskresi tanpa mengalami
mengobati galur yang resisten terhadap prazikuantel. perubalran di urine dalam waktu 2 -6 jam, dan ekskresinya
sempufiur dalam waktu 24 jam.
Pengjgunaan Klinis Piperazin menyebabkan paralisis askaris dengan me-
Oksamnikuin aman dan efektif digunakan pada semua nyekat asetilkolin pada taut mioneural; karena tidak
tahap penyakit S mansoni, termasuk hepatosplenomegali marnpu mempertahankan posisinya dalam pejamu, cacing
lanjut. Pada sindrom akut (Katayama), terapi menyebab- yang masih hidup dikeluarkan oleh peristalsis normal.
kan hilangnya gejala akut dan penyembuhan infeksi. Obat Pada askariasis, dosis piperazin (dalam bentuk heksa-
ini umumnya kurang efektif pada anak, yang membutuh- hidrat) adalah 75 rng/kg (dosis maksimum, 3,5 g) per oral
kan dosis yang lebih tinggi ketimbang pada orang dewasa. sekali sehari selama 2 hari. Pada infeksi berat, terapinya
Obat ini ditoleransi lebih baik bersama makanan. harus dilanjutkan selama 3-4 hari atau diulang setelah 1
Jadwal pemberian obat yang optimal bervariasi pada minggu.
berbagai daerah di dur-ria. Pada Belahan Barat dan Afrika Efek simpang ringan yang sesekali terjacli meliputi
bagian baraf dosis oksamnikuin dewasa adalah 12-15 mg/ mual, muntah, diare, nyeri abdomery pusing, dan nyeri
kg diberikan sekali. Di Afrika bagian utara dan selatan, kepala. Neurotoksisitas dan reaksi alergr jarang terjadi.
dosis standarnya adalah 15 ng/kgdua kali sehari selama 2 Senyawa piperazin sebaiknya tidak diberikan pada
hari. Di Afrika bagian timur dan semenanjung Arab, dosis perempuan yang sedang hamil, pada penderita gangguan
standarnya adalah "15-20 mg/kg dua kali dalam sehari. fungsi ginjal atau hati, atau pada pasien dengan riwayat
Angka kesembuhanny a adalah7}-95%, dengan penumnan epilepsi atau penyakit neurologis kronis.
nyata ekskresi telur pada penderita yang tidak sembuh
dengan obat ini. PRAZIKUANTET
Pada infeksi skistosoma campurary oksamnikuin telah Prazikuantel efektif pada terapi infeksi skistosoma yang
berhasil digunakan dalam kombinasi dengan metrifonat. disebabkan oleh semua spesies dan kebanyakan infeksi
trematoda dan cestoda lainnya, termasuk sistiserkosis.
Reaksi Simpang, Kontraindikasi, & Perhatian Keamanan dan efektivitas dosis tunggal per oral obat ini
Gejala ringan, yang dimulai sekitar 3jam setelah pemberian juga membuabrya bermanfaat pada terapi massal beberapa
satu dosis dan bertahan selama beberapa jam, terjadi pada infeksi.
lebih dari sepertiga pasien. Gejala yang paling sering
timbul adalah gejala pada sistem saraf pusat (pusing, Kimia & Farmakokinetik
nyeri kepala, mengantuk); mual dan muntah, diare, kolik, Prazikuantel adalah turunan isokuinolin-pirazin sintetis.
pruritus, dan urtikaria juga terjadi. Efek simpang yang Obat ini cepat diserap, dengan bioavailabilitas sekitar 80%
sesekali muncul adalah demam berderajat rendah, per- setelah pemberian oral. Kadar puncak serum tercapai 1-3
ubahan warna urine menjadi jingga hingga merah, pro- jam setelah dosis terapeutik diberikan. Kadar prazikuantel
teinuria, hemafuria mikroskopik, dan penurunan leukosit dalam cairan serebrospinal mencapai 1.4-20% kadarnya
selintas. Kejang juga dilaporkan terjadi, walaupun jarang. dalam plasma. Sekitar 80% obat ini terikat pada protein
Karena banyak pasien merasa pusing atau mengantuk plasma. Sebagian besar obat ini segera dimetabolisme
bila menggunakan obat ini, oksamnikuin harus diguna- menjadi produk monohidroksilasi dan polihidroksilasi
kan dengan hati-hati pada pasien dengan pekerjaan atau yang'tidak aktif setelah melewati Iintas pertama di hati.
aktivitas yang memerlukan kewaspadaan mental (misal- Waktu-paruhnya adalah sekitar Q8-1,5 jam. Ekskresinya
nya, tidak mengemudi selama 2a jam). Obat ini harus terutama terjadi melalui ginjal (60-80%) dan empedu (15-
digunakan secara hati-hati pada pasien yang memiliki 35%). Kadar prazikuantel dalam plasma meningkat jika
riwayat epilepsi. obat diingesti bersama makanan tinggi-karbohidrat atau
Oksamnikuin dikontraindikasikan pada kehamilan. dengan simetidiru bioavailabilitasnya sangat menurun
jika digunakan bersama beberapa antiepileptik (fenitoin,
PIPERAZI'"N karbamazepin) atau bersama kortikosteroid.
Piperazin menjadi obat altematif pada terapi askariasis,
dengan angka kesembuhan di atas 90% jika digunakan Efek Antihelmintik
selama zhan., tetapi piperazin tidak dianjurkan pada in- Prazikuantel tampaknya meningkatkan permeabilitas
feksi cacing lainnya. Piperazin tersedia dalam bentuk hek- membran sel trematoda dan cestoda terhadap kalsium,
sahidrat dan berbagai garam. Obat ini diserap dengan yang menyebabkan paralisrs, pelepasan, dan kematian.
FARMAKOLOGI KLINIS OBAT ANTIHELMINTIK / 903
Pada inJeksi skistosoma yang diderita oleh binatang mulai dari perbaikan kejang dan gejala neurologis lain-
percobaary prazikuantel efektif terhadap cacing dewasa nya secara dramatis hingga tidak ada respons sama sekali,
dan tahap imatur. Prazikuantel juga efektif terhadap infeksi dan bahkan terjadi perburukan penyakit. Bioavailabilitas
serkaria. prazikuantel-tapi bukan albendazol-menurun ketika
diberikan bersama kortikosteroid. Rekomendasi terhadap
Penggunaan Klinis penggunaan kortikosteroid pada neurosistiserkosis ber-
Tablet prazikuantel climinum dengan zat cafu setelah variasi.
makan; tablet harus ditelan tanpa dikunyah karena rasa-
E. H naxe
nya yang pahit dapat memicu mual dan muntah.
Prazikuantel merupakan obat pilihan pada infeksi H nana
A, Srrsrosorvrlsls nan dan menjadi obat pertama yang sangat efektif' Dosis
Prazikuantel merupakan obat pilihan untuk semua ben- tunggal sebesar 25 mg/kg digunakan pada awalnya dan
tuk skistosomiasis. Dosisnya 20 mg/kg sebanyak dua (S diulang 1 minggu kemudian.
mansoni dan S haematobiunt) atatt tiga (S japonicum dan S
F. Peruvnxlr Htonrto
mekongl kali pemberian berselang 4-6 jam. Tercapai angka
kesembuhan yang tinggi (75-95%) sewaktu pasien di- Pada penyakit hidatid, prazikuantel membunuh protos-
evaluasi 3-6 bulan kemudian; terdapat penurunan nyata koleks tetapi tidak memengaruhi membran germinal. Prazi-
jumlah telur pada penderita yang tidak sembuh dengan kuantel sedang dievaluasi sebagai tambahan albendazol
obat ini. Obat ini efektif bagi orang dewasa dan anak serta pra- dan pascabedah. Selain efeknya yang langsung,
umumnya ditoleransi dengan baik oleh pasien dalam prazikuantel meningkatkan kadar albendazol sulfoksida
tahap hepatosplenik penyakit lanjut. Namury tidak jelas dalam plasma.
apakah obat ini dapat secara aman atau efektif digunakan G. Pnnasrr Lntru
selama tahap akut penyakit ini (demam Katayama) karena
pelepasan antigen dari cacing imatur yang sekarat dapat,
Uji coba terbatas pada dosis sebesar 25 mg/kg tiga kali
sehari selama 1-2 hari memperlihatkan efektivitasnya ter-
mengeksaserbasi gejala. Berbagai bukti menunjukkan
hadap fasiolopsiasis, metagonimiasis, dan bentuk hete-
adanya peningkatan resistensi S mansoni terhadap prazi-
rofiiasis lainnya. Namun, prazikuantel tidak efektif pada
kuantel yang jarang terjadi; keadaan ini dapat diobati 'E mg/kg tiga kali
fasioliasis, bahkan pada dosis setinggi
dengan menggunakan oksamnikuin. Efektivitas obat ini
sehari selarna 3-7 hai.
sebagai kemoprofilaksis masih belum ditetapkan.

B. KrcnonxtAsrs, OptsroRKtAsts, DAN PARAGoNlMlAslS Reaksi Simpang, Kontraindikasi, & Perhatian


Dosis sebesar 25 mg/kg tiga kali sehari selama t hari Sering terjadi efek simpang yang ringan dan sifatnya se-
menghasilkan angka kesembuhan yang hampir mencapai lintas. Efek ini mulai muncul beberapa jam setelah inges-
1tX)% untuk klonorkiasis dan opistorkiasis, dan terapi se-
tinya dan dapat bertahan selama hitungan jam hingga 1
lama 2 hari memberikan angka kesembuhan 9G100% pada hari. Efek simpang yang paling sering adalah nyeri kepala,
paragonimiasis iaru. pusing, mengantuk, dan kelelahan; efek lainnya meliputi
C. Tlrunsrs DAN DtHLoBorRtAsts mual, muntah, nyeri abdomery feses yang lembek, pruritug
urtikaria, artraTga, mialgia, dan demam berderajat-rendah-
Dosis tunggal prazikuantel sebesar 5-10 mg/kg meng-
Terjadinya peningkatan kadar enzim hati yang ringan dan
hasilkan angka kesembuhan yang hampir mencapai 100%
sifahrya selintas. Beberapa hari setelah memulai prazikuan-
pada in{eksi T saginata, T solium, dan D latum- Karena pra-
tef dapat terjadi demam berderajat-rendah, pruritus, dan
zikuantel tidak membunuh telur, larva T solium yang di-
ruam kulit (makular dan urtikarial), yang kadang terkait
lepaskan dari telur dalam usus besar, secara teoretis, dapat
dengan eosinofilia yang memburuk; hal ini mungkin di-
menembus dinding usus dan menimbulkan sistiserkosis,
sebabkan oleh pelepasan protein dari cacing yang sekarat
tetapi kemungkinan terjadinya hal ini sangat kecil.
ketimbang akibat toksisitas obat langsung. Intensitas dan
D. NrunossnsERKosrs frekuensi efek simparrg meningkat dengan dosis; sedemi-
Albendazol saat ini merupakan obat yang dianjurkan, kian rupa sehingga insidennya mencapai 5O% pada pasien
tetapi jika penggunaannya tidak tepat atau tidak tersedia, yang menddpat dosis E ng/kg tiga kali sehari-
prazikuantel memiliki efikasi yang serupa. Indikasinya se- Pada neurosistiserkosis, kelainan neurologis dapat di-
rupa dengan indikasi albendazol. Dosis prazikuantel ada- eksaserbasi oleh reaksi peradangan yang terjadi di sekitar
lah 50 mg/kg/hari dalam figa dosis terbagi selama 14 hari parasit yang sekarat. Gejala yang sering dijumpai pada
atau lebih. Respons klinis terhadap terapi sangat bervariasi, pasien yang tidak mendapat kortikosteroid, yang biasanya
904 / BAB s4

muncul selama atau segera setelah terapi, adalah nyeri ke- ini merupakan agen penyekat neuromuskular yang me-
pala, meningismus, mual, muntah, perubahanmental, dan nyebabkan pelepasan asetilkolin dan inhibisi kolineste-
kejang (sering kali disertai peningkatan pleositosis dalam rase; hal ini menyebabkan paralisis, yang diikuti dengan
cairan serebrospinal). Temuan yang lebih beraf termasuk pengeluaran cacing.
araknoiditis, hipertermia, dan hipertensi intrakranial,
dapat juga terjadi. Kortikosteroid umumnya digunakan Penggunaan Klinis
bersama prazikuantel dalam terapi neurosistiserkosis
Dosis standarnya adalah 11 mg (basa)/kg (maksimum,
untuk mengurangi reaksi inflamasi, tetapi hal ini menjadi "I g), yang diberikan per oral sekali dengan atau tanpa
perdebatan karena kortikosteroid diketahui menurunkan
makanan. Pada cacing kremi, dosis ir-ri diulang setelah 2
kadar prazikuantel dalam plasma hingga sebesar 50%.Pta-
minggu, dan angka kesembuhannya lebih besar dari 95%.
zikuantel dikontraindikasikan pada sistiserkosis okular
Unluk indikasi tersebut, pirantel tersedia di AS tanpa
karena penghancuran parasit di mata dapat menyebabkan
memerlukan resep.
kerusakan permanen. Beberapa pekerja juga dianjurkan
Pada askariasis, dosis tunggalnya menghasilkan angka
untuk berhati-hati ketika menggunakan obat ini pada neu-
kesembuhan sebesar 85-100%. Terapi harus diulang bila
rosistiserkosis spinal.
telur masih ditemukan 2 minggu pascaterapi. Pada in-
Keamanan prazikuantel pada anak yang berusia lebih
feksi cacing tambang, dosis tunggalnya efektif mengobati
muda dari 4 tahun belum ditetapkan, tetapi masalah khu-
infeksi ringan tetapi pada infeksi berat, terutama dengan
sus terkait penggunaannya belum pemah tercatat pada
N americanus, terapi selama 3 hari perlu dilakukan untuk
kelompok anak berusia dini. Bahkan, obat ini tampaknya
mencapai angka kesembuhan sebesar 90%. Terapi dapat
lebih ditoleransi oleh anak ketimbang oleh orang dewasa,
diulang 2 minggu kemudian.
Prazikuantel meningkatkan angka aborsi pada tikus se-
hingga tidak boleh digunakan pada kehamilan jika mung-
kin. Karena obat ini memicu rasa pusing dan mengantuk, Reaksi Simpang, Kontraindikasi, & Perhatian
pasien tidak boleh mengemudi selama menjalani terapi Efek simpang obat ini jarang timbul, sifatnya ringan dan
dan harus diperingatkan agar berhati-hati ketika melaku- selintas, rneliputi mual, muntah, diare, kram abdomen,
kan aktivitas yang memerlukan koordinasi fisik khusus pusing, mengantuk, nyeri kepala, insomnia, ruam, demam,
atau kewaspadaan. dan kelemahan. Pirantel harus digunakan secara hati-
hati pada penderita disfur-rgsi hati, karena telah dijumpai
PIRANTEL PAMOAT adanya sedikit peningkatan aminotransferase selintas
Pirantel pamoat merupakan antihelmintik berspektrum- pada sejumlah kecil pasien. Pengalaman mengenai peng-
luas yang sangat efektif untuk terapi cacing kremi, aska- gunaan obat ini pada ibu hamil dan anak yang berusia
ris, dan infeksi Trichostrongylus orientalis. Obat ini cukup lebih muda dari 2 tahun masih terbatas.
efektif terhadap kedua spesies cacing tambang. Pirantel
pamoat tidak efektif terhadap trikuriasis atau strongiloi- TIABENDAZOL
diasis. Oksantel pamoa! suatu analog pirantel yang tidak
Tiabendazol menjadi alternatif ivermektin pada terapi
tersedia di AS, telah berhasil digunakan pada terapi triku-
strongiloidiasis dan larva migrans kutaneus.
riasis; kedua obat ini telah dikombinasikan untuk menca-
pai aktivitas antih'elmintik berspektrum luas.
Kimia & Farmakokindtik
Kimia & Farmakokinetik Tiabendazol merupakan suatu senyawa benzimidazol.
Pirantel pamoat merupakan turunan tetrahidropirimidin. Meskipun merupakan agen pernbentuk kelat yang
Obat ini diserap dengan buruk dari saluran cerna dan membentuk kompleks yang stabil dengan berbagai logam,
terutama aktif terhadap organisme luminal. Kadar plasma termasuk besi, tiabendazol tidak mengikat kalsium.
puncaknya tercapai dalam waktu 1-3 jam. Lebih dari se- Tiabendazol cepat diserap.setelah ditelan. Pada dosis
paruh obat yang diberikan ditemukan kembali di feses standar, kadar obat dalam plasma mencapai puncaknya
tanpa mengalami perubahan. dalam waktu 1-2 jam; waktu-paruhnya adalah 1,2 jam.
Obat ini hampir seluruhnya dimetabolisme dalam hati
Efek Antihelmintik menjadi bentuk S-hidroksinya; 90% diekskresi melalui
Pirantel efektif terl-radap bentuk matur dan imatur cacing urine dalam 48 jam, sebagian besar sebagai konjugat glu-
yang peka di saluran cerna tetapi tidak terhadap tahap kuronida atau sulfonat. Tiabendazol juga dapat diserap
migratoris di jaringan atau terhadap bentuk telur. Obat melalui kulit.
FARMAKOLOGI KLINIS OBAT ANTIHELMINTIK / 9O5

Efek Antihelmintik albendazol bersifat lebih tidak toksik sehingga lebih


dianjurkan).
Mekanisme kerja tiabendazol kemungkinan sama dengan
mekanisme kerja benzimidazol lainnya (lihat di atas).
Reaksi Simpang, Kontraindikasi, & Perhatian
Obat ini.memiliki efek ovisidal untuk beberapa parasit.
Tiabendazol jauh lebih toksik daripada benzimidazol
lain atau ivermektin, sehingga agen lain sekarang lebih
Penggunaan Klinis
dianjurkan pada sebagian besar indikasi. Efek simpang
Dosis standarnya sebesar 25 mg/kg (maksimum, 1,5 g) dua yang umum terjadi meliputi pusing, anoreksia, mual, dan
kali sehari, harus diberikan bersama makanan. Tabletnya muntah. Masalah yang lebih jarang timbul meliputi nyeri
harus dikunyah. Pada infeksi strongiloides, terapi dija- epigastrium, kram abdomen, diare, pruritus, nyeri kepala,
lankan selama 2 hari. Angka kesembuhan yang dilapor- pusing, dan gejala neuropsikiatrik. Terjadinya gagal hati
kan adalah sebesar 93%. Terapi dapat diulang dalam permanen dan sindrom Stevens-Johnson yang berat telah
waktu 1 minggu jika diindikasikan. Pada penderita sin- dilaporkan.
drom hiperinfeksi, dosis standarnya dilanjutkan dua Pengalaman mengenai penggunaan tiabendazol pada
kali sehari selama 5-7 har| Pada larva migrans kutaneus, anak dengan berat badan kurang dari 15 kg masih terbatas"
krim tiabendazol dapat digunakan secara topikal atau Obat ini tidak boleh digunakan pada kehamilan atau pada
obat oralnya dapat diberikan selama 2 hari (meskipun penyakit hati atau ginjal.

Albendazole (Albenza, Zentel) Metrifonate (Trichlorfon, Bilarci l)


Oral: tablet 200 mg; suspensi 100 mg/5 mL Oral: tablet 100 mg
Catatan: Albendazole disetujui di A5 untuk Catatan: Metrifonate tidak tersedia di AS.
terapi sistiserkosis dan penyakit hidatid Niclosamide (Niclocide)
Bithionol (Bitin) Oral: tablet kunyah 500 mg
Oral: tablet 200 mg Catatan: Niclosamide tidak tersedia di AS.
Catatan: Bithionol tidak dipasarkan di AS tetapi Oxamniquine (Vansil, Mansil)
disediakan oleh Parasitic Disease Drug Oral: kapsul 250 mg; di luar AS, sirup 50 mg/mL
Service, Centers for Disease Control and Oxantel pamoate (Quantrel); oxantel/pyrantel
Prevention, Atlanta; 404-639-3670. pamoate (Telopar)
Diethylcarbamazine (Hetraza n) Oral: tablet yang mengandung 100 mg (basa)
Oral: tablet 50 mg untuk setiap obat; suspensi mengandung 20
Catatan: Diethylcarbamazine tidak lagi atau 50 mg (basa) per mL
dipasarkan di AS tetapi disediakan oleh Catatan: Oxantel pamoate dan oxantel/pyrantel
Parasitic Disease Drug Service, Centers for pamoate tidak tersedia di AS
Disease Control and Prevention, Atlanta; Piperazine (generik, Vermizine)
404-639-3670. Oral: tablet piperazine citrate setara dengan 250
lvermectin (Mectizan, Stromectol) mg hexahydrate; sirup piperazine citrate
Oral: tablet 3, 6 mg setara dengan 500 mg hexahydrate per 5 mL
Catatan: Penggunaan lvermecti n disetuj ui Praziquantel (Biltricide; lainnya di luar Amerika)
di A5 untuk terapi onkosersiasis dan Oral: tablet 600 mg (obat dengan dosis lainnya
strongiloidiasis. Lihat Bab 66 untuk melihat tersedia di luar AS)
ulasan mengenai penggunaan obat ini di Pyrantel pamoate (Antiminth, Combantrin, Pin-
luar indikasi resminya. rid, Pin-X)
Levamisole (Ergamisol) Oral: suspensi 50 mg (basa)/ml; tablet 180 mg;
Oral: tablet 50 mg kapsul 62,5 mg (basa) (tersedia tanpa resep
Mebendazole (generik" Vermox) diAs)
Oral: tablet kunyah 100 mg; di luar A5, suspensi
100 mg/5 mL (berlanjut)
906 / BAB 54

Suramin (Bayer 205, lainnya) Drug Service, Centers for Disease Control,
Parenteral: ampul mengandung bubuk 0,5 atau Atlanta, 404-639-367 0.
1 g untuk dilarutkan menjadi larutan i0% Thiabendazole (M intezol)
dan digunakan dengan segera Oral: tablet kunyah 500 mg; suspensi, 500 mg/
Catatan: Suramin tidak dipasarkan di AS tetapi ML
dapat diperoleh dari Parasitic Disease

REFERENSI Gardon J et al: Effects of standard and high doses of ivermectin on


aduit worms ol Otrchocerut uolauhLs'. A randomised controlled
Ayles HM et al: A combined medical and surgical approach trial. Lancet 2002;360:203.
to hydatid disease: 72 years' experience at the Hospital for Horton J: Albendazole: A broad spectrum anthelmintic for
Tropical Diseases, London. Am R Coll Surg Engl 2002;84:100. trealment of individuals and populations. Curr Opin Infect
Bagheri H et al: Adverse drug reactions to anthelmintics. Ann Dis2002:-1,5:599.
Pharmacother 2004;38:383. Molyneux DH et al: Mass drug heatment for lymphatic filariasis
Bockarie Mj et al: Mass treatrnent to elirninate fiIariasis in Papua and onchocerciasis. Trends Parasitol 2003;L9:51,6.
New Guinea. N Engll Med2001347:1841. Proano ]V et al: Medical treatment for neurorysticercosis
Carpio A: Neurocysticercosis: An update. Lancet Infect Dis characterized by giant subarachnord cysts. N Engi J Med
2002;2:751,. 2001,;345:879.
Cioli D, Pica-Mattoccia L: Praziquantel. Parasitol Res 2003;90:53. Smego RA Jr, Sebanego P: Treabnent options for hepatic cystic
Dayan AD: Albendazole, mebendazole and praziquantel. Review echinococcosis. Int J Infect Dis 2005;9:69.
of non-clinical toxicity and pharmacokinetics. Acta Trop Stephenson I, Wiselka M: Drug treatment of hopical parasitic
2003;86:141. infections: Recent achievements and developments. Drugs
Drugs for parasitic infections. Med Lett Drugs Ther 2004;46:7. 2000;60:985.
Issue available at htlp: / / www.medicalletter.com/freedocs/ Taylor MJ, Hoerauf A: A new approach to the treatment of filariasis.
parasitic.pdf Curr Opin InJect Dis 2007;1.4:727.
El-On J: Benzimidazole treatment of cyslic echinococcosis. Acta Tayior MJ et al: Macrofilaricidal actlvity after doxyrycline heat-
Trop 2003;85:243. ment of Wrchereria bancrofti: A double-blind, randomised
Fenwick A et a1: Drugs for the controi of parasitic disease: Current placebo-contuolled trial. Lancet 2005;365:2116.
stafus arrd development in schistosomiasis. Trends Parasitol Tisclr DJ, Michael E, Kazttra JW: Mass chemotherapy options to
2003;19:509. conhol lymphatic filariasis: A systematic review. Lancei Infect
Ferrari ML et al: Efficacy of oxamniquine and praziquantel in the Dis 2005;5:514.
treatment of Schistosoma mansoni infection: A controlled trial. Urbani C, Albonico M: Anthelmintic drug safety and drug
Bull World Health Organ 2003;81:190. adminishation in the control of soil-transmitted helminthiasis
Garcia HH et al: A triai of antiparasitic treahnent to reduce the in commuruty campaigns. Acta Trop 2003;86:21.5.
rate of seizures due to cerebral cysticercosis. N Engl J Med Utzinger J et al: Combination chemotherapy of schistosomiasis
2004;350:249. in laboratory studies and clinical trials. Antirnicrob Agents
Chemoiher 2003 ;47 :7487.
Edward Chu, MD, & Alan C. Sartorelli, PhD

Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan pergeseran


mekanisme kontrol yarrg mengatur kelangsungan hidup,
AKRONIM
proliferasi, dan diferensiasi sel. Sel yang telah meng-
alami transformasi neoplastik biasanya mengekspresikan
ABVD Doxorubicin(adriamycin),bleomycin,
vinblastine, dacarbazine
antigen permukaan sel yang dapat merupakan tipe fetal
CHOP Cyclophosphamide, doxorubicin
normal, dapat menunjukkan tanda-tanda nyata imaturitas (hydroxydaunorubicin), vi ncristine
lain, dan dapat menunjukkan kelainan kromosom kua- (oncovin), prednisone
litatif atau kuantitatif, termasuk berbagai translokasi dan CMF Cyclophosphamide, methotrexate,
munculnya sekuens gen teramplifikasi. Sel seperti de- f luorouracil
mikian berproliferasi secara berlebihan dan membentuk COP Cyclophosphamide, vincristine
fumor lokal yang dapat menekan atau menginvasi struktur (oncovin), prednisone
normal di sekitarnya. Suatu subpopulasi sel kecil di dalam FAC Fluorouracil, doxorubicin (adriamycin),
turnor disebut sebagai sel tunas tumor (turnor stem ceII). cyclophosphamide
Sel-sel ini mampu menjalani siklus proliferasi berulang
FEC Fluorouracil, epirubicin,
cyclophosphamide
kali serta bermigrasi ke tempat yang jauh di tubuh untuk
mengkolonisasi berbagai organ dalam satu Proses yang
5-FU 5-Fluorouracil
rir- lrinotecan, fluorouracil, leucovorin
disebut metastasis. Dengan demikian, sel tunas tumor MP Melphalan, prednisone
tersebut dapat rnengekspresikan kemarnpuan klonogenik 6-MP 6-Mercaptopurine
atau pembentukan-koloni. Sel tunas tumor memiliki ciri MOPP Mechlorethamine,vincristine
yakni adanya kelair-ran kromosom yang menggambarkan (oncovin), procarbazine, prednisone
instabilitas genetiknya; instabilitas ini menyebabkan ter- MTX Methotrexate
jadinya seleksi progresif subklon yang dapat bertahan PCV Procarbazine, lomustine, vincristine
hidup lebih baik dalam lingkungan multiselular pejamu. PEB Cisplatin (platinum), etoposide,
Kelainan kuantitatif di berbagai jalur metabolik serta di bleomycin
5-TG 6-Thioguanine
komponen sel menyertai perkembangan neoplastik ini.
VAD Vincristine, doxorubicin (adriamycin),
Proses invasif dan metastatik serta serangkaian kelain-
dexamethasone
an metabolik yang terjadi akibat kanker menirnbulkan
penyakit yang berujung pada kematian pasien, kecuali jika
neoplasma tersebut dapat dieradikasi dengan terapi.
kulit. Karsirrogerr kimiawi (khususnya yang terkandung
PENYEBAB KANKER dalarn asap tembakau) setta zat pewarna azo, aflatoksin,
Insidens, distribusi geografik, clar.r perilaku jenis kanker asbestos, benzena, dan radon jelas berkaitan dengan
tertentu berkaitan dengan berbagai faktor, seperti jenis induksi kanker pada manusia dan binatang. Identifikasi
kelamin, usia, ras, predisposisi genetik, dan pajanan kar- karsinogen potensial di lingkungan telah lebih disederha-
sinogen lingkungan. Dari berbagai faktor ini, pajanan nakan melalui penggunaan uji Ames secara luas untuk
lingkungan mungkin menjadi faktor yang terpenting' agen mutagenik. Sembilan puluh persen karsinogen
Pajanan radiasi pengion telah diketahui merupakan faktor terbukti bersifat rnutagenik melalui uji ini' Namun, iden-
risiko yang bermakna dalam timbulnya sejumlah kanker, tifikasi terbaik untuk karsinogen potensial pada manusia
termasuk leukernia akut, kanker tiroid, kanker payudara, memerlukan pengujian setidaknya terhadap dua spesies
kanker paru, sarkoma jaringan lunak, dan kanker sel basal binatang.

907
908 / BAB ss

Virus telah dinyatakan sebagai agen etiologik bebe- terapi radiasi dan diikuti dengan pembedahan dapat
rapa kanker pada manusia. Ekspresi neoplasia yang ter- meningkatkan angka kesembuhan; kanker-kanker ini me-
induksi-virus kemungkinan juga bergantung pada faktor iiputi kanker kandung kemih tahap lanjut setempat, kanker
pejam3 dan faktor lingkungan tambahan yang memodu- payudara, kanker esofagus, kanker kepalaleher, kanker
lasi proses kansformasi. Dikenal adanya gen dalam sel rektum, dan sarkoma osteogenik.
yang homolog dengan gen transformasi dalam retrovirus, Pada pasien dengan penyakit yang menyebar secara
suafu famili virus RNA, dan menginduksi transformasi luas, kemoterapi saat ini hanya memberikan terapi yang
onkogenik. Gen dalam sel mamalia ini, yang disebut sebagai bersifat paliatif ketimbang kuratif. Paliasi yang efektif
onkogen, terbukti menyandi faktor pertumbuhan tertentu menyebabkan perbaikan gejala dan tanda kanker secara
serta reseptornya dan dapat mengalami amplifikasi (jumlah temporer serta pe.rbaikan kualitas hidup secara umum.
salinan gennya bertambah) atau mengalami dimodifikasi Pada dekade terdahulu, kemajuan dalam kemoterapi
oleh suatu nukleotida tunggal dalam sel maligna. Onko- kanker juga mulai memberikan bukti bahwa kontrol neo-
gen bcl-2 mungkin merupakan gen supresor kematian sel plasia secara kimiawi mungkin akan menjadi kenyataan
umum yang secara langsung mengatur apoptosis, suafu untuk banyak bentuk kanker. Hal ini kemungkinan
jalur kematian sel yang terprogram. akan tercapai melalui pendekatan kombinasi berbagai
Golongan gen lainnya, yakni gen supresor tumor, modalitas; pada pendekatan ini, kombinasi pembedahan,
dapat didelesi atau dirusak dan menyebabkan terjadinya radioterapi, dan kemoterapi yang optimal digunakan
perubahan neoplastik. Gen p53 terbukti mengalami mutasi untuk mengeradikasi baik neoplasma prirner maupun
pada sekitar 50% dari semua tumor solid pada manusia, mikrometastasis yang tersembunyi sebelum penyebaran
termasuk hati, payudara, kolorL paru, serviks, kandung makroskopik dapat terdeteksi pada pemeriksaan fisik
'kemitU prostat,
dan kulit. Bentuk liar gen ini yang nor- maupun sinar-x. Penggunaan agen hormonal untuk me-
mal tampaknya berperan penting menekan transformasi modulasi pertumbuhan tumor semakin berperan penting
neoplastik; mutasi gen ini menimbulkan risiko yang tinggi dalam terapi tumor yang responsif terhadap hormon;
pada sel. semuanya ini dapat tercapai karena adanya antagonis dan
agonis parsial hormon. Beberapa agen biologis rekom-
MODALITAS TERAPEUTIK KANKER binan telah diketahui aktif untuk terapi kanker, termasuk
Pada 2005, kanker merupakan penyebab kematian ter- beberapa sitokin tertentu.
sering akibat penyakit di AS, yaitu menyebabkan lebih
dari 500.000 kematian. Dengan metode pengobatan yang PERKEMBANGAN OBAT ANTIKANKER
saat ini digunakary sepertiga pasien disembuhkan dengan Suatu upaya besar untuk menciptakan obat antikanker
modalitas lokal (bedah atau terapi radiasi), yang cukup melalui skrining ernpiris serta desain rasional senyawa
efektif jika tumor belum bermetastasis pada waktu terapi baru, telah berjalan selama lebih dari 3 dekade. Program
diberikan. Diagnosis kanker lebih dini meningkatkan pengembangan obat baru tersebut menerapkan pengujian
angka kesembuhan dengan terapi lokal tersebu! akan terhadap sejumlah kecil sistem tumor pada binatang yang
tetapi, pada kasus sisanya, mikrometastasis dini merupa- dapat ditransplantasi dan 'telah dikenal dengan baik.
kan ciri khas neoplasma, yang menunjukkan bahwa per- Analisis in vitro sederhana unfuk mengukur sensitivitas
lunya suatu pendekatan sistemis seperti kemoterapi (se- obat pada sederetan sel tumor manusia memperkuat dan
ring kali dilakukan menyertai pembedahan atau radiasi) memperpendek program pengujian dan saat ini digunakan
untuk tatalaksana kanker yang efektif. Saat ini, sekitar sebagai uji skrining utama untuk agen-agen baru. Obat-
50% pasien yang awalnya didiagnosis menderita kanker obat baru yang berpotensi merniliki aktivitas antikanker
dapat disembuhkan. Namun, kemoterapi hanya mampu harus menjalani penelitian toksikologik praklinis dan uji
menyembuhkan sekitar 10-15% dari semua pasien kanker. farmakologik yang terbatas pada binatang, seperti dibahas
Kemoterapi kanker, sebagaimana yang kini diterapkan, di Bab 5. Agen-agen yang menjanjikarl yakni yang tidak
dapat bersifat kuratif pada beberapa neoplasma diseminata memiliki toksisitas berlebihan, kemudian dilanjutkan ke
yang telah menyebar baik secara makroskopik maupun uji klinis fase I; pada fase ini, efek farmakologik dan toksik
mikroskopik pada waktu diagnosis ditegakkan. Kanker ini agen tersebut biasanya diujikan pada penderita kanker
meliputi kanker sel benih, limfoma non-Hodgkin, penya- tahap lanjut. Ciri uji klinis lainnya serupa dengan prosedur
kit Hodgki4 dan koriokarsinoma serta kanker pada masa untuk obat lain tetapi dapat dipercepat.
kanak-kanak seperti leukemia lirnfoblastik akuf limfoma Idealnya, obat antikanker akan mengeradikasi sel
Burkitt, tumor Wilms, dan rabdomiosarkoma embrional. kanker tanpa merusak jaringan yang normal. Sayangnya,
Pada berbagai kanker yang jumlahnya makin bertambah tidak ada dari agen yang saat ini tersedia yang sama se-
banyak, penggunaan kemoterapi yang digabung dengan kali tidak menimbulkan toksisitas sehingga penggunaan
KEMOTERAPI KANKER I 9O9

klinisnya harus dilakukan dengan mempertimbangkan terbatasnya kemampuan obat antikanker secara tersendiri
manfaat dan toksisitas untuk mencari indeks terapeutik untuk membunuh sel karrker dalam hitungan log. ]ika
yang paling menguntungkan. obat menimbulkan toksisitas yang tidak bertumpang
Golongan obat yang baru-baru ini memasuki tahap tindih, obat tersebut dapat digunakan hampir pada dosis
perkembangan klinis meliputi penghambat transduksi maksimalnya, dan setidaknya efek sitotoksik tambahan
sinyal, yang berfokus pada jalur penyampaian sinyal kritis dapat dicapai melalui kombinasi kemoterapi; selain itu,
yang sangat penting untuk pertumbul'ran dan proiiferasi subklon yang hanya resisten terhadap salah satu agen
sel; penghambat mikrotubulus, yang bekerja pada apara- berpotensi untuk dieradikasi. Beberapa kombinasi obat
tus gelendong mitosis; agen diferensiasi, yang dimaksud- antikanker tampaknya juga menunjukkan sinergisme
kan untuk mendorong sel neoplastik melalui blok matu- mumi sehingga menghasilkan gabungan efek dua obat
rasi untuk membentuk sel tahap-akhir yang tidak atau yang lebih besar daripada efek aditif. Efikasi kemoterapi
sedikit memiliki potensi proliferasi; obat antimetastasis, kombinasi saat ini telah terbukti pada banyak kanker
yang dirancang untuk mengganggu sifat sel maligna pada manusia, dan kemoterapi kombinasi sekarang menjadi
permukaannya sehingga mengurangi potensi metastasis pendekatan standar dalam terapi kuratif kanker testis dan
dan invasif sel tersebu! agen antiangiogenik, yang di- limfoma serta dalam terapi paliatif berbagai jenis tumor
rancang untuk mengharnbat pembentukan vaskulatur lainnya. Pendekatan terapeutik yang penting ini awalnya
tumor; agen yang spesifik untuk fumor sel funas (s/eru dirumuskan oleh Skipper dan Schabel dan disebut se-
cell) yang hipoksik, yang dirancang untuk mengeksploi- bagai the log-kill hypothesls (Gambar 55-1).
tasi kemampuan reaksi reduktif yang lebih besar pada sel PerLumbuhan leukemia akut dan limfoma berderajat-
yang sering kali resisten terhadap terapi ini; obat yang tinggi yang agresif mengikuti kinetika sel secara ekspo-
rnenimbulkan radiosensitisasi pada jaringan tumor dan nensial. Sebaliknya, sebagian besar tumor solid pada
radioproteksi pada jaringan normal, bertujuan untuk me- manusia tidak bertumbuh menurut pola tersebut; tumor
ningkatkan efektivitas terapi radiasi; agen sitoprotektif, solid tersebut lebih cenderung mengikuti model pertum-
yang berfujuan untuk melindungi jaringan normal tertentu" buhan dan regresi tumor Gompertz. Menurut kinetika
dari efek toksik kemoterapi; dan pemodifikasi respons Gompertz, fraksi pertumbuhan tumor tidaklah konstan
biologis, yang mengubah hubungan metabolik dan imu- dan mencapai puncaknya ketika tumor berukuran seper-
nologik antara tumor dan pejamu. tiga ukuran maksimumnya.

MAKNA JUMLAH SEL NEOPLASTIK


MAKNA KINETIKA SIKLUS SEL
Pasien dengan kanker yang menyebar luas dapat memiliki
sel tumor hingga mencapai 1012 dalam tubuhnya pada Pengetahuan mengenai kinetika sel dan populasi sel
waktu diagnosii ditegakkan (Gambar 55-1). ]ika dosis kanker menjelaskan secara potensial terbatasnya efek-
obat efektif yang dapat ditoleransi mampu membunuh tivitas sebagian besar obat antikanker yang tersedia.
99,99% (yakni, lCla) sel tumor klonogenik, terapi akan Rangkuman skematis kinetika siklus sel disajikan dalam
menginduksi remisi klinis neoplasma dan menimbulkan Gambar 55-2. Informasi ini relevan dengan cara ker1a,
perbaikan klinis. Namun, masih terdapat 8"log" sel tumor indikasi, dan penentuan waktu pemberian obat spesifik-
(1S) dalam tubuh, termasuk sel yang mungkin saja resisten siklus sel (cel cycle-spesific, CCSI dan obat nonspesifik-
secara intrinsik terhadap obat karena heterogenitas fumor. siklus sel (cell cycle-nonspesific, CCNS). Agen yang ter-
Sel tumor lain mungkin juga terdapat dalam tempat yang masuk dalam dua kelompok obat tersebut dirangkum
terlindung dari efek farmakologik obat (misalnya, susurum dalam Tabel 55-1.
saraf pusaf testis) sehingga kadar obat yang efekti{ sulit Umumnya, obat CCS paling efektif dalam keganasan
tercapai. Jika obat yang spesifik-siklus sel digunakan, hematologis dan pada tumor solid; jika ebagian besar sel
sel funas tumor harus berada dalam fase siklus sel yang sedang berproliferasi atau berada dalam fraksi pertum-
sensitif (tidak dalam Go). Oleh sebab itu, penentuan waktu buhan. Obat CCNS (banyak yang berikatan dengan DNA
pemberian agen ini sangatlah penting. Pada infeksi bakteri sel dan merusak makromolekulnya) khususnya berman-
yang lazim terjadi, penurunan jumlah mikroorganisme faat pada tumor solid dengan fraksi pertumbuhan yang
sebanyak tiga log mungkin bersifat kuratif karena faktor rendah serta tumor dengan fraksi petumbuhan yang tinggi.
resistensi pejamu dapat menghilangkan bakteri residual Pada semua keadaarl agen yang efektif akan mensterilisasi
melalui mekanisme imunologis dan mikrobisidal; namun, atau menginaktivasi sel tunas tumor, yang sering kali hanya
mekanisme pejarnu untuk mengelirninasi sel kanker bahkan terdapat dalam fraksi kecil di dalam tumor. Sel non-tunas
dalam jumlah sedang sekalipun tampaknya tidak efektif. (yakni sel yang terdiferensiasi secara ireversibel) dianggap
Kombinasi agen dengan toksisitas dan mekanisme steril per definisi sehingga tidak menjadi komponen yang
kerja yang berbeda sering digunakan untuk mengatasi berarti dalam tatalaksana kanker.
910 / BAB ss

Mitosis
Kematian Sintesis Diferensiasi
1012 komponen
2% ,.'f
sel untuk 'Go.
mitosis

ioto

o) Sintesis
o
;in 10' komponen
sel yang
lz diperlukan
o
L untuk sintesis
o DNA
t(! tou
v,
6o Replikasi
genom DNA
+tr 104
:l Gambar 55-2. Siklus sel dan kanker. Gambaran konseptual
- berbagai fase dalam siklus sel yang harus dijalani oleh semua
sel-normal dan neoplastik-sebelum dan selama pembelahan
102
sel. Persentase yang dituliskan di sini menggambarkan
persentase perkiraan waktu yang diperlukan oleh sel maligna
tipikal dalam setiap fase; namun, durasi G, dapat sangat
100
bervariasi. Banyak obat antikanker efektif yang menimbulkan
efeknya terhadap sel yang sedang menjalani siklus sel
Gambar 55-1. The log-kill hypothesis. Hubungan antara tersebut dan dinamakan obat yang spesif ik-siklus sel (CCS)
jumlah sel tumor dan waktu diagnosis, gejala, terapi, dan (Tabel 55-1). Kelompok agen kedua yang disebut obat yang
kesintasan (su rviva l). Ti ga pendekatan a lternatif terhadap nonspesifik-siklus sel (CCNS) dapat mensterilisasi sel tumor;
terapi obat ditunjukkan di sini untuk dibandingkan dengan baik yang sedang menjalani siklusnya maupun beristirahat
perjalanan pertumbuhan tumor tanpa satupun terapi dalam kompartemen G0. Obat CCNS dapat membunuh baik
yang diberikan (garis titik-titik). Pada protokol terapi yang sel Gn maupun sel yang sedang menjalani siklus (meskipun sel
yang sedang menjalani siklus lebih sensitif).
digambarkan di bagian atas, terapi (ditunjukkan dengan
anak panah) diberikan dalam interval yang tidak berdekatan
dan hasilnya bermanifestasi sebagai pemanjangan kesintasan
tetapi dengan kambuhnya gejala antarmasa terapi
dan kematian pasien pada akhirnya. Terapi kemoterapi
kombinasi yang digambarkan di bagian tengah dimulai
terhadap obat. Secara eksperimental, resistensi terhadap
lebih dini dan dilakukan lebih intensif. Kematian sel tumor
melebihi pertumbuhannya kembali, tidak terjadi resistensi obat dapat sangat spesifik terhadap obat tunggal dan
obat, dan terjadi "kesembuhan". Pada contoh ini, terapi biasanya didasarkan pada perubahan aparatus genetik
dilanjutkan sampai jauh setelah semua manifestasi klinis suatu sel tumor disertai arnplifikasi atau peningkatan
kanker telah menghilang (1-3 tahun). Pendekatan ini telah
ekspresi satu gen spesifik atau lebih. Pada keadaan lain;
ditetapkan efektif dalam terapi leukemia akut pada anak,
kanker testis, dan penyakit Hodgkin. Pada terapi yang timbul fenotipe sei tumor yang resisten terhadap berbagai
digambarkan di dekat bagian bawah grafik, pembedahan macaln obat-resistensi terhadap berbagai macam produk
dini dilakukan untuk mengangkat tumor primer dan alamiah obat antikanker dengan sbruktur yang berbeda
kemoterapi adjuvan intensif diberikan cukup lama (hingga 1
yang timbul setelah terjadinya pajanan dengan agen tung-
tahun) untuk mengeradikasi sisa sel tumor yang membentuk
mikrometastasis tersembunyi. gal. Bentuk resistensi multiobat ini sering kali dikaitkan
dengan peningkatan ekspresi gen yang normal (gen MDRf
untuk glikoprotein pada permukaan sel (P-glikoprotein)
yang terlibat dalam efluks obat. Molekul transpor ini
Resistensi terhadap Obat Sitotoksik memerlukan ATP untuk mengeluarkan berbagai macam
Masalah utama dalan, kemoterapi kanker adalah ber- molekul asing (tidak hanya obat antitumor) dari sel. Gen
kembangnya resistensi obat selular. Beberapa jenis tumor, ini diekspresikan terus menerus dalarn jaringan normal
misalnya, melanoma maligna, kanker sel ginjal, dan karlker seperti sel epitel ginjal, usus besar, dan kelenjar adrenal
otak, menunjukkan resistenst primer, yakni, ketiadaan res- serta berbagai macam tumor. Pada percobaan, resistensi
pons sejak pajanan pertama, terhadap agen standar yang rnultiobat dapat dipulihkar-r dengan penyekat kanal kal-
tersedia saat ini. Keberadaan resistensi inbrinsik terhadap sium, seperti verapamil, dan berbagai rlacam obat lain,
obat dianggap sangat terkait dengan ketidakseimbangan yang menghambat transporter. Mekanisme resistensi
genomik yarlg terjadi pada kebanyakan kanker. Resistensi lain terhaclap berbagai obat melibatkan ekspresi berlebih
didapat muncul dalam beberapa jenis tumor yang sensitif multidntg resistance proteht 1 (MRPl), suatu anggota
KEMOTERAPI KANKER / 911
Tabel 55-1. Efek golongan utama obat antikanker digunakan secara khusus pada kanker ovarium dan leu-
terhadap siklus sel. kemia mieloid kronik. Nitrosourea yang utama adalah kar-
rnustin (BCNU), Iomustin (CCNU), dan semustin (rnetil-
CCNU). Berbagai macam agen alkilasi yang masih dalam
tahap percobaan telah disintesis, yang menghubungkan
Antimetabolit Agen alkilasi berbagai macam molekul karier, seperti asam amino, basa
Capecitabi ne Busu lf an
asam nukleat, horrnon, atau gugus gula, dengan kelompok
Cladribine Carm usti ne
Cytarabine Cyclophosphamide yang mampu rnenimbulkan alkilasi; namun, hingga saat
Fludarabine Lomustine ini, alkilasi site-directed belum berhasil dilakukan.
5-Fluorouracil (5-FU) Mechlorethamine
Gemcitabine Melphalan Mekanisme Keria
5-Mercaptopuri ne (6-MP) Thiotepa
Sebagai suatu golongan, agen pengalkilasi memunculkan
Methotrexate (MTX) Anthracycline
6-Thioguanine (6-TG) Daunorubicin efek sitoksiknya dengan mentransfer gugus alkilnya ke
Antibiotik antitumor Doxorubicin berbagai komponen sel. Alkilasi DNA di dalam nukleus
Bleomycin Epirubicin kemungkinan menjadi interaksi utama yang menyebab-
Epipodof ilotoksin ldarubicin kan kematian sel. Akan tetapi, obat ini juga bereaksi se-
Etoposide Mitoxantrone
cara kimiawi dengan gugus sulfhidril, amino, hidrok-
Teniposide Antibiotik antitumor
Taxane Dactinomycin sil, karboksil, dan fosfat dalam nukleofil sel lainnya.
Paclitaxel terikat-albumin Mitomycin Mekanisrne kerja umum obat ini melibatkan sikiisasi in-
Docetaxel Camptothecin tramolekular untuk membentuk ion etilenimonium, yang
Paclitaxel lri notecan dapat, secara langsung atau melalui pembentukan ion
Alkaloid vinca Topotecan
karbonium, mentransfer suatu gugus alkil ke komponen
Vinblastine Analog platinum
Vincristine Carboplatin sel. Selain alkilasi, mekanisme sekunder yang terjadi
Vinorelbine Cisplatin dalam nitrosourea melibatkan karbamoilasi residu iisin
Oxaliplatin milik protein melalui pembentukan isosianat.
Lokasi alkilasi utama di dalarn DNA adalah posisi
N7 guanin (Gambar 55-4); narnun, basa lainnya juga di-
atkilasi (pada tingkat yang lebih kecil), termasuk N1
superfamili transporter transrnembran kaset pengikat- dan N3 adenin, N3 sitosin, dan 06 guanin, serta atom
ATP (ATP -binding casse tte transntembrane tr anspor ter) y ang fosfat dan protein yang terkait dengan DNA. Interaksi
saat ini terdiri atas sembilan anggota (MRP1-MRP9). ini dapat terjadi pada satu untaian atau kedua untaian
MRP1, protein resistensi yang paling dalam dipeiajari, DNA melalui pengikatan-silang, karena kebanyakan agen
meningkatkan resistensi terhadap obat dari produk ala- alkilasi utama bersifat bifungsional, dengan dua gugus
miah seperti antrasiklin, alkaloid vinca, taksan, dan epi- reaktif. Alkilasi guanin dapat rnenyebabkan terjadinya
podofilotoksin dengan berfungsi sebagai pompa ekspor kesalahan penyandian melalui pemasangan basa yang ab-
obat. normal dengan timin atau terjadinya depurinasi melalui
eksisi residu guanin. Efek yang terakhir ini menyebabkan
i$ffisi*ssii{&iffisffi1ffiffi pernecahan untaian DNA melalui pemotongan gula-fosfat
yang menjadi tulang punggung DNA. Pengikatan-silang
I$$$ I. FARMAKOLOGI DASAR OBAT DNA tampaknya sangat penting dalam kerja sitotoksik
KEMOTERAPI KANKER obat-obat ini. Oleh sebab itu, meskipun agen pengalkilasi
tidak spesifik untuk siklus-sel, sel akan menjadi paling
peka terhadap alkilasi pada fase G, lanjut dan fase S dalam
AGEN PENGALKILASI
siklus sel dan mengekspresikan blokade pada G,.
POLIFUNGSIONAL
Agen pengalkilasi yang secara klinis sangat berguna Resistensi Obat
(Gambar 55-3) memiliki struktur yang mengandung gugus Mekanisme resistensi didapat terhadap agen pengalkilasi
bis(kloroetil)amin, etilenimin, atau nitrosurea' Di antara melibatkan peningkatan kemampuan untuk memperbaiki
golongan bis (kloroetil)amin, siklofosfamid, mekloretamin, lesi DNA, penurunan permeabilitas sel terhadap obat
rnelfalan, dan klorambusil n'rerupakan obat yang paling alkilasi, dan penambahan produksi glutation, yang meng-
bermanfaat. Ifosfamid terkait erat dengan siklofosfamid inaktivasi agen pengalkilasi melalui konjugasi atau me-
tetapi memiliki spektrurn aktivitas dan toksisitas yang lalui peningkatan aktivitas glutation S-transferase, yang
sangat berbeda. Tiotepa dan busulfan masing-masing mengatalisis konjugasi.
912 / BAB ss

Brs(KLOROETTL)AMrN NITROSOUREA AZIRIDIN

cHrcHrcl
/'
R
\_7
\/
R_N
>r'- 'l -<
NH N

\ cH2cH2ct 0:C
\ N-CH,-CH,CI |-*-i-*!
Sementara R adalah:
O:N
/' S

Thiotepa
H
N.O
'.P- Y-7
Sementara R adalah:
\/
N
o
- cH2cH2cl I

Cyclophosphamide uZ\r.r
lll
BCNU
(carmustine)

cHa- \-,*\r4*,-
VV 7
Mechlorethamine
Triethylenemelamine
J\
o /-------1 \/
il//\\
Hoc-(cH2b<
ALKILSULFONAT

CCNU
\_/ (lomustine)

Ghlorambucil cH2
-o- s- cH3
CHr 0
I-
O NHr

,ol_.L_."n,1/ \ ?"fi
r\/
HU Methyl-GCNU
- o-s
cH2

o
-cH3

Melphalan (semustine) Busulfan

Gambar 55-3. Struktur golongan utama agen pengalkilasi

Efek Farmakologik tumor dan jaringan normal, tempat terjadinya pengurai-


Agen pengalkilasi memiliki efek pelepul'r langsung dan an nonenzirnatik aldofosfamid menjadi bentuk sitotok-
dapat merusak jaringan di tempat penyuntikan serta siknya, yakni mustard fosforamida dan akrolein. Hati
menghasilkan toksisitas sistemis. Derajat toksisitasnya tampaknya terlindungi melalui pembentukan enzimatik
umumnya bergantung pada dosis dan terutama terjadi metabolit 4-ketosiklofosfamid dan karboksifosfamid yang
pada jaringan yang berkembang cepat seperti sumsum tidak aktif.
fulang, saluran cerna, dan sistem reproduksi. Pascainjeksi Toksisitas utama yang ditimbulkan oleh agen alkilasi
intravena, biasanya timbul mual dan muntah dalam wakfu dijabarkan pada Tabel 55-2 dan dibahas di bawah ini.
30-60 menit pada penggunaan mekloretamiry siklofosfa- Pemberian agen alkilasi per oral memiliki nilai klinis
mid, atau karmustin. Efek emetogeniknya diperantarai oleh yang besar. Siklofosfamid, melfalan, klorambusil, bu-
sistem saraf pusat dan dapat dikurangi dengan praterapi sulfary dan, baru-baru ini, temozolamid adalah obat-obat
yang menggunakan antagonis reseptor 5-HT. (serotonin) yang paling sering diberikan melalui jalur oral, dan efek
seperti ondansetron atau granisetron. sitotoksiknya serupa dengan efek yang terjadi pada pem-
Siklofosfamid tidak aktif dalam bentuk induknya se- berian per parenteral. Umumnya, jika suatu tumor resisten
hingga harus diaktifkan menjadi bentuk sitotoksik oleh terhadap satu agen pengalkilasi, tumor tersebut akan rela-
enzim mikrosomal hati (Gambar 55-5). Sistem oksidase tif resisten terhadap agen lain dalam golongan ini (meski-
dengan fungsi campuran milik sitokrom P450 mengubah pun tidak resisten terhadap nitrosourea); namun, terda-
siklofosfamid menjadi 4hidroksisiklofosfamid, yang ber- pat pengecualian terhadap aturan ini yang bergantung
ada dalam keseimbangan dengan aldofosfamid. Metabolit pada jenis tumor tertentu. Siklofosfamid merupakan agen
akti{ ini dipercaya terbawa oleh aliran darah ke jaringan pengalkilasi yang paling banyak digunakan. Busulfan
KEMOTERAPI KANKER I 913

,zcH2cH2ct l- ./clzcHzcl
*-'-rr,.n,.,-vl--i>*, l-*-'>.r,
7cH2cl2cl

-)*
-------*l
I
.; L cHz L@i, ]
T

f*, oH
\
*-;;'*'-*'
?tt oH
\ \+
I

I I
DNA DNA

(Residu guanin yang berikatan-silang) (Guanin teralkilasi)

Gambar 55-4. Mekanisme alkilasi guanin DNA. Bis(kloroetil)amin membentuk ion etilenimonium dan ion
karbonium yang bereaksi dengan basa seperti N7 guanin dalam DNA, dan menghasilkan purin teralkilasi.
Alkilasi residu guanin kedua, melalui mekanisme yang digambarkan di sini, menimbulkan pengikatan-
silang untai DNA.

o
lt
t
o
lt
N (C.lr2cH2cl)2
CH H.N o
| '\l
CH^ P
\' /\
cH2- o N(cH2cH2cD2
Aldopllo8phamide

l@-@ J
(aktiD

OH

!:nt
_J_ t.iiiffil
ei( N (CH2CH2CDz

+llydrurycyclophosphamkh OP
Hz|!
\r{
o CHt:611-tt.
Aclolein

ll /\ (sibtoksik)

of
T Hoc-cH2-cl{2-o N(cH2cH2ct)2
Gadoryphocphamide
+
Hz! o
\-nt o
0mffi0
\t .'
l--t*=-{",=A rl
P
HO N(CHzCH2CD2
\sff\r,.H2cH2c,)2
PhosphoramHe mushd
+K@opho6phanrkh (siffiksik)
0mhiD

Gambar 55-5. Metabolisme siklofosfamid.


914 / BAB ss

Tabel 55-2. Agen pengalkilasi: Dosis dan toksisitas.

ffi.ffi
Mech-oretamine 0,4 mglkg lV dosis tunggal atau Mual dan muntah
1;.*.;:1,trH
Depresi sedang hitung darah perifer; dosis

chrorambucir 0,1-0,2 mstks/hari per orar; 6-12 Muar dan muntah.-.-.


;:ffilli;:; jT::*:fi,j,il,il5lll;,.
:T::::11_11 idri;%?1tiiy'J,i,i'u:i
Melphalan 0,25 mg/kg/hari per oral selama
l:T:':-::
muntah
Mual dan
!il:::ffi:;'i:iJ#i[.:itfl]iii[
busulfan menyebabkan pigmentasi kulit,
4 hari setiap 4-6 minggu fibrosis paru, dan insufisiensi adrenal

Thiotepa 0,2 mg/kg lV selama 5 hari Mual dan muntah


(tri ethylen eth io-
phosphoramide)
Busulf an 2-8 mg/hari per oral; 150-250 Mual dan muntah
mg/rangkaian terapi
Carmustine (BCNU) 200 mg/m'z lV setiap 6 minggu Mual dan muntah Leukopenia, trombositopenia, dan hepatitis
Lomustine (CCNU) 150 mg/m2 per oral setiap
(arang)
Mual dan muntah
6 minggu
Altretamine 10 mg/kg/hari selama 2'l hari Mual dan muntah Leukopenia, trombositopenia, dan
neuropati perifer
Temozolamide 150 mg/m'?per oral selama 5 hari Mual dan muntah, Leu kopenia, trombositopen ia
setiap 28 hari nyeri kepala dan
kelelahan
Procarbazine 50-200 mg/hari per oral Mual dan muntah Depresi sumsum tulang, de[resi sistem saraf
pusat, Ieukemogenik
Dacarbazine 300 mg/m'?setiap hari selama 5 Mual dan muntah Depresi sumsum tulang
hari
Cisplatin 20 mglm2lhari lV selama 5 hari Mual dan muntah Nef rotoksisitas, neu ropati sensorik perifer,
atau 50-70 mg/m'?dosis tunggal ototoksisitas, disfungsi saraf
setiap 3 minggu
Carboplatin AUC 5-7 mg x min/ml Mual dan muntah Mielosupresi; jarang: neuropati perifer,
toksisitas ginjal, dan disfungsi hepatik
Oxaliplatin 130 mg/m'z lV setiap 3 minggu Mual dan Neuropati sensorik perifer, diare,
atau 85 mg/m'z lV setiap 2 muntah, disestesia mielosupresi. dan toksisitas ginjal
minggu laringof aringea I

oral memiliki spesifisitas tinggi terhadap seri granulosit enzimatik, menjadi metabolik yang rnemiliki aktivitas
sehingga secara khusus berguna dalam terapi leukemia alkilasi dan karbamoilasi. Nitrosourea sangat larutJipid
mielogenik kronik. Pada semua agen pengalkilasi oral, dan mampu melintasi sawar darah-otak, dan membuatnya
terjadinya leukopenia, dalam berbagai tingkatary rnenjadi berguna dalam terapi tumor otak. Meskipun mayoritas
bukti bahwa obat telah diserap dengan adekuat. Hitung alkilasi oleh nitrosourea terjadi pada posisi N7 guanin
darah harus sering dipantau selama pemberian agen ini dalam DNA, alkilasi yang sangat berperan menimbulkan
karena terapi perlu segera dihentikan bila terjadi leuko- sitotoksisitas adalah alkilasi yang terjadi pada 06 guanin
penia al.au trombositopenia berat. yang menyebabkan terbentuknya ikatan-silang G-C dalam
DNA. Pascapemberian lomustin oral, kadar puncak
NITROSOUREA metabolit dalam plasma tercapai dalam waktu L-4 jam;
Obat-obat ini tampaknya tidak memiliki resistensi silang kadarnya dalam sistem saraf pusat mencapai 30-40% akti-
dengan agen pengalkilasi lain; semuanya memerlukan vitasnya dalam plasma. Sementara waktu-paruh inisialnya
biotransformasi, yang terjadi melalui dekomposisi non- dalam plasma adalah sekitar 6 jam, waktu-paruh selan-
KEMOTERAPI KANKER I 915
jutnya adalah 1-2 hari. Ekskresi melalui urine tampaknya 3. Altretamin
menjadi jalur eliminasi utama dari tubuh. Streptozocin,
Alfretamin (Heksametilmelamin) secara struktural serupa
suatu nitrosourea alamiah yang mengandung gula, mena-
dengan trietilenmelamin. Altretamin relatif tidak larut dan
rik perhatian karena memiliki toksisitas minimal terhadap
hanya tersedia dalam bentuk oral. Obat ini cepat mengalami
sumsum tulang. Agen ini aktif dalam terapi karsinoma sel
biotransformasi dalam hati melalui demetilasi menjadi
pulau Langerhans penyekresi insulin di pankreas.
metabolit pentametilmelamin dan tetrametilmelamin.
Agen ini disetujui penggunaannya untuk penderita kanker
OBAT TERKAIT YANG BEKERJA SEBAGAI ovarium yang mengalami perburukan meskipun telah
AGEN PENGALKILASI mendapat terapi dengan regimen platinum atau agen
Berbagai macam senyawa lain memiliki mekanisme kerja pengalkilasi (atau keduanya). Toksisitas utama yang dapat
yang melibatkan alkilasi. Senyawa-senvavya ini meliputi membatasi pemberiannya meliputi mual, muntah, dan
prokarbazin, dakarbazin, altretamin (heksametilmela- mielosupresi. Neurotoksisitas dalam bentuk somnolensia,
min), cisplatin, dan karboplatin. Dosis dan toksisitas utama perubahan mood, da neuropati perifer juga ditemukan.
disajikan dalam Tabel 55-2.
4. Analog Platinum
1. Prokarbazin Cisplatin (cis-diamindikloroplatinum [II]) adalah suatu
Prokarbazin oral merupakan turunan metilhidrazin, dan kompleks logam anorganik yang ditemukan secara tidak
agen ini sering digunakan dalam regimen kombinasi pada sengaja pada pengamatan bahwa kompleks platinum
penyakit Hodgkin, limfoma non-Hodgkin, dan tumor netral menghambat pembelahan dan memicu pertum-
otak. Obat ini memiliki sifat leukemogenik, teratogenik, buhan filamentosa Escherichia coli. Beberapa analog plati-
dan mutagenik. num kemudian telah berhasil disintesis. Meskipun meka-
Mekanisme kerja prokarbazin belum diketahui pasti; nisme kerja cisplatin sebenarnya masih belurn jelas,
namun, obat ini menghambat biosintesis proteiry DNA, cisplatin dianggap memunculkan efek sitotoksiknya de-
dan RNA; memperpanjang interfase; dan menyebabkan ngan cara yang sama seperti agen pengalkilasi. Cisplatin
pemecahan kromosom. Metabolisme oksidatif obat ini membunuh sel dalam semua stadium siklus sel, mengikat
oleh enzim mikrosomal menghasilkan azoprokarbazin DNA melalui pembentukan ikatan-silang di dalam dan
dan HrOr, yang mungkin berperan dalam pemotongan antaruntaian, serta menghambat sintesis dan fungsi DNA.
untaian DNA. Terbentuk berbagai macam metabolit obat Lokasi pengikatan utamanya berada di posisi NZ guanirg
lain yang bersifat sitotoksik. Salah satu metabolit ini ada- tetapi interaksi kovalen dengan adenin dan sitosin juga
lah penghambat monoamin oksidase (MAO) yang lemah, terladi. Kompleks platinum tampaknya bersinergi dengan
dan efek simpang dapat timbul jika prokarbazin diberikan obat antikanker lainnya. Hidrasi secara agresif dengan
bersama penghambat MAO lain. infus saline intravena terbukti sangat mengurangi insidens
Terdapat peningkatan risiko kanker sekunder dalam nefrotoksisitas.
bentuk leukemia akut, dan potensi karsinogenik pro-
H.N CI
karbazin dianggap lebih tinggi daripada potensi karsi- "a
nogenik kebanyakan agen pengalkilasi lainnya.
r,,
\Ct
HrN/
2. Dakarbazin Cisplatin

Dakarbazin merupakan senyawa sintetis yang berfungsi Cisplatin memiliki aktivitas antitumor yang besar pada
sebagai agen pengalkilasi setelah menjalani aktivasi meta- sejumlah besar tumor solid, termasuk kanker sel kecil dan
bolik oleh enzim mikrosomal hati melalui N-demetilasi non-sel kecil paru, kanker esofagus dan lambung, kanker
oksidatif menjadi turunan monometilnya. Metabolit ini kepala dan leher, serta kanker genitourinaria, khususnya
secara spontan terdekomposisi menjadi S-aminoimi- kanker testis, ovarium, dan kandung kemih. Ketika digu-
dazol-4-karboksamid, yang diekskresi dalam urine, dan nakan dalam regimen kombinasi dengan vinblastin dan
diazometan. Diazometan ini menghasilkan ion metil kar- bleomisin atau etoposid dan bleomisin, terapi berbasis-
bonium yang dipercaya merupakan spesies sitotoksik. cisplatin menghasilkan kesembuhan pada kanker testis
Pemberian dakarbazin dilakukan secara parenteral dan nonseminomatosa.
tidak bergantung pada jadwal. Obat ini menimbulkan Karboplatin adalah analog platinum generasi kedua,
mual hebat, muntah, dan mielosupresi. Dakarbazin ter- yang memunculkan efek sitotoksiknya tepat seperti
utama digunakan pada terapi melanoma, penyakit cisplatin dan memiliki aktivitas terhadap serangkaian
Hodgkin, dan sarkoma jaringan lunak. tumor solid yang serupa. Toksisitas utama cisplatin yang
916 / BAB ss

membatasi dosisnya adalah mielosupresi, dan karboplatin METOTREKSAT


secara signifikan tidak terlalu toksik terhadap ginjal dan
Metotreksat (MTX) adalah antagonis asam folat yang
saluran cerna ketimbang dengan cisplatin. Flidrasi intra-
berikatan dengan situs katalitik aktif dari dihidrofolat
vena.tidak perlu dilakukan, dan untuk alasan ini, karbo-
reduktase (DHFR), yang mengganggu sintesis bentuk
platin saat ini telah banyak menggantikan cisplatin dalam
tereduksinya yang menerima unit satu-karbon. Ketiadaan
regimen kemoterapi kombinasi.
kofaktor ini mengganggu jalarrnya sintesis de novo timi-
Oksaliplatin adalah analog platinum diaminosiklohek-
dilaf nukleotida purin, dan asatn amino serin dan metio-
san generasi ketiga. Mekanisme kerjanya identik dengan
nin sehingga mengganggu pembentukan DNA, RNA,
mekanisme kerja cisplatin dan karboplatin. Namun, sel
dan berbagai protein sel I'ang penting. DHFR mengikat
kanker yang resisten terhadap cisplatin atau karboplatin
metotreksat dengan afinitas yang tinggi, dan pada pH 6,0,
akibat terjadinya defek pada perbaikan mismatch ttdak
hampir tidak terjadi disosiasi kompleks enzim-inhibitor
memiliki resistensi-silang terhadap oksaliplatin. Agen ini
(inhibisi konstan sekitar 1 trM). Pada pH fisiologis, terjadi
awalnya disetujui pengg-unaannya sebagai ferapi lini ke-
kinetika kompetitif yang reversibel (inhibisi konstan se-
dua dalam kanker kolorektal metastatik yang diberikan
kitar 1 pM). Pembentukan turunan poliglutamat intrasel
sesudah terapi kombinasi S-fluorourasil dan leukovorin
sangat penting bagi efek terapeutik metotreksat dan
(5-FU/LV)-regimen FOL-FOX. Regimen FOLFOX saat
proses ini diperantarai oleh enzim folilpoliglutamat sin-
ini menjadi regimen yang paling banyak digunakan dalam
tase (FPGS). Poliglutamat MTX secara selektif tertahan di
terapi lini pertama kanker kolorektal tahap lanjut, dan
dalam sel kanker, dan senyawa tersebut memperlihatkan
saat ini banyak digunakan dalam terapi adjuvan kanker
peningkatan efek inhibitorik terhadap enzim yang terlibat
kolon stadium IlL Neurotoksisitas yang disebabkan oleh-
. dalam metabolisme folat sehingga menjadikannya deter-
nya dapat membatasi dosis pemberiannya dan ditandai
minan penting yang menentukan lama kerja metotreksat.
dengan neuropati sensorik perifer. Terdapat dua benfuk
neurotoksisitas, yakni bentuk akut yang sering kali dipicu
dan diperburuk oleh pajanan terhadap dingin, dan bentuk Resistensi Obat
kronik yang bergantung pada dosis. Meskipun sifatnya
Resistensi terhadap metotreksat terjadi akibat (1) berku-'
kumulatif, bentuk kronik ini cenderung reversibel, sangat
rangnya pengangkutan obat, (2) berkurangnya pemben-
berbeda dengan neurotoksisitas yang dipicu oleh cisplatin.
tukan poliglutamat MTX yang sitotoksik, (3) peningkatan
sintesis DHFR melalui amplifikasi gery dan (4) perubahan
ANTIMETABOLIT DHFR dengan penurunan afinitasnya terhadap metotrek-
sat. Penelitian terbaru juga mengisyaratkan bahwa menu-
Perkembangan obat dengan efek terhadap metabolisme
runnya akumulasi obat rnelalui aktivasi transporter gliko-
antara pada sel yang sedang berproliferasi memiliki arti pen-
protein P17A yang berkaitan dengan resistensi berbagai
ting baik secara konseptual maupun klinis. Meskipun sifat
obat juga dapat menimbulkan resistensi obat.
biokimiawi yang unik untuk semua sel kanker masih belum
ditemukan, sel neoplastik telah diketahui memiliki sejumlah
perbedaan kuantitatif dalam metabolisme dengan sel normal
yang membuatnya lebih peka terhadap sejurnlah antimeta- cooH
bolit atau analog struktural. Banyak agen ini telah dirancang I
cH- N
-C c- ./-N
dan disentesis secara rasional berdasarkan pengetahuan ttil o
th
akan proses selular yang vital bagi biosintesis DNA.
?"t
Mekanisme Keria tt'
cooH
Jalur biokimiawi yang sampai sejauh ini berbukti menjadi
yang paling rentan terhadap antimetabolit merupakan
jalur yang terkait dengan sintesis asam nukleat dan nu-
kleotida. Pada sejurnlah keadaan, ketika suafu enzim di-
ketahui memiliki efek yang besar terhadap jalur yang cooH
berperan pada replikasi sef penghambat reaksi yang I
cH-N
dikatalisis oleh enzim tersebut terbukti merupakan obat
antikanker yang bermanfaat.
ttil -C
cH2H O
Obat-obat ini beserta dosis dan toksisitasnya diper- I
CHr
lihatkan dalam Tabel 5F3. Obat-obat yang utama dibahas t-
co0H
berikut ini. *ctholrcrate
KEMOTERAPI KANKER I 917

Dosis & Toksisitas dan sebagai agen tunggal pada terapi lini kedua kanker
paru non-sel kecil. Efek simpang yang utama dijabarkan
Metotreksat diberikan melalui intravena, intratekal, atau
pada Tabel 55-3 dan meliputi mielosupresi, ruam kulit,
oral. Hingga 90% dosis oral diekskresi melalui urine dalam
jam. Obat ini tidak mukositis, diare, dan kelelahan.
waktu 1J, dimetabolisme sehingga
kadarnya dalam serum sebanding dengan dosisnya, asal-
kan fungsi ginjal dan status hidrasi penggunanya ade- ANTAGONIS PURIN
kuat. Dosis dan efek toksiknya disajikan pada Tabel 55-3. 1.i-Tiopurin
Berbagai efek metotreksat dapat dipulihkan dengan mem- 6-Merkaptopurin (GMP) merupakan analog Liopurin per-
berikan bentuk folat tereduksi, yaitu leukovorin (S-forrnil- tama yang terbukti efektif dalam terapi kanker. Seperti
tetrahidrofolat). Leukovorin umumnya diberikan bersama tiopurin lairurya, 6-MP tidak aktif dalam bentuk induk-
terapi metotreksat dalam dosis-tinggi untuk menyelamat- nya dan harus dimetabolisme terlebih dulu oleh hipo-
kan sel normal dari toksisitas yang berlebihan dan juga xantin-guanin fosforibosil transferase (HPGRT) menjadi
telah digunakan pada kasus overdosis obat secara tidak asam 6-tioinosinat, suafu nukleotida monofosfat, yang
sengaja. selanjutnya menghambat beberapa enzim dalam sintesis
de novo nukleotida purin. Asam tioguanilat dan 6-metil-
PEMETREKSED merkaptopurin ribotid (MMPR) juga cukup banyak di-
Pemetreksed merupakan analog antifolat pirolopirimidin bentuk dari 6-MP. Metabolit-metabolit ini juga turut andil
yang aktif terhadap fase S dalam siklus sel. Seperti pada dalam efek sitotoksiknya. 6-MP terutama digunakan dalam
MTX, pemetreksed ditranspor ke dalam sel melalui karier terapi leukemia akut pada anak, dan analog yang terkait
folat tereduksi dan perlu diaktifkan oleh enzim FPGS dengannya, yakni azatioprin, digunakan sebagai agen
untuk menghasilkan bentuk poliglutamat yang lebih imunosupresif (lihat Bab 56).
aktif. Meskipun agen ini menargetkan DHFR dan enzim GTioguanin (GTG) menghambat beberapa enzim
yang terlibat dalam sintesis de novo nukleotida puriry dalam jalur biosintesis de novo nukleotida purin. Timbul
lokasi kerja utamanya adalah melalui inhibisi timidilat berbagai macam lesi metabolik, termasuk inhibisi inter-
sintase. Penggunaan antifolat ini sekarang disetujui dalam konversi nukleotida purin; penurunan kadar nukleotida
kombinasi dengan cisplatin pada terapi mesotelioma guanin dalam sel, yang menyebabkan inhibisi sintesis

Tabel 55-3. Antimetabolit: Dosis dan toksisitas.

Capecitabine mg/mr/bid per oral selama 14 hari diikuti


'1250 Diare, sindrom tangan-dan-kaki. mielosupresi,
dengan 1 minggu istirahat. Ulangi setiap 3 mual dan muntah
mrnggu.
Cladribine 0,09 mg/kg/hari selama 7 hari dengan pemberian Mielosupresi, mual dan muntah, dan
infus lV kontinu dalam saline steril imunosupresi
Cytarabine 100 mg/m2lhari selama 5-10 hari, yang dapat Mual dan muntah, depresi sumsum
diberikan dengan infus lV kontinu atau SK setiap tulangdisertai dengan leukopenia dan
8 jam. trombositopenia, dan ataksia cerebellum
Fludarabine 25 mg/m2/hari selama 5 hari setiap 28 hari Mielosupresi, imunosupresi, demam, mialgia,
(berikan lV selama 30 menit) dan artralgia
5-Fluorouracil t 5 mg/kg/lv hari selama 5 hari dengan infus 24 Mual, mukositis. diare, depresi sumsum tulang,
iam; 15 mg/kg lV setiap minggu dan neurotoksisitas
Gemcitabine 1000 mg/m2 lV setiap minggu selama (hingga) 7 Mual, muntah, diare, mielosuPresi
minggu diikuti dengan 1 minggu istirahat

Methotrexate 2,5-5 mg/hari per oral (Rheumatrex); 10 mg Mukositis, diare, depresi sumsum tulang disertai
intratekal (Folex) sekali atau dua kali seminggu dengan leukopenia dan trombositopenia
Pemetrexed 500 mg/m2 lV setiap 3 minggu Mielosupresi. ruam kulit. mukositis. diare, dan
kelelahan

5-Thioguanine 2 mg/kg/hari per oral Mielosupresi, imunosupresi, dan hepatotoksisitas


rObat-obat ini tidak menimbulkan toksisitas akut.
918 / BAB ss

glikoprotein; gangguan pembentukan DNA dan RNA; dan naan 6-TG, sehingga dapat digunakan dalam dosis penuh-
penggabungan nukleotida. tiopurin ke dalam DNA dan nya bersama alopurinol.
RNA. 6-TG memiliki kerja sinergistik ketika digunakan
bersama dengan citarabin dalam terapi leukemia akut 2. Fludarabin
pada brang dewasa.
Fludarabin fosfat cepat didefosforilasi menjadi 2-fluoro-
arabinofuranosil-adenosin dan kemudian difosforilasi
Resistensi Obat dalam sel oleh deoksisitidin kinase menjadi trifosfat. Me-
Resistensi terhadap GMP dan 6-TG paling sering disebab- tabolit trifosfat mengganggu proses sintesis DNA dan
kan oleh penurunan ekspresi enzim aktivator (HPGRT); perbaikan DNA melalui inhibisi polimerase-cr DNA dan
mekanisme lain dalam leukemia akut melibatkan pening- polimerase-B DNA. Bentuk trifosfat tersebut juga dapat
katan ekspresi atau aktivitas enzim katabolik alkalin fos- langsung bergabung dalam DNA sehingga menghambat
fatase, yang menyebabkan defosforilasi nukleotida tiopu- sintesis dan fungsi DNA. Metabolit difosfat dari fludara-
rin dan hilangnya ribonukleosida dalam sel. Selain itu, bin menghambat ribonukleotida reduktase, yang akan
peningkatan ekspresi tiopurin metiltransferase (TMPI) menyebabkan inhibisi deoksiribonukletotidatrifosfat esen-
telah diamati dalam sel leukemik akut yang resisten ter- sial. Akhirnya, fludarabin memicu proses apoptosis mela-
hadap tiopurin. lui mekanisme yang masih belum diketahui secara pasti.
Fludarabin terutama digunakan dalam terapi limfoma
Dosis & Toksisitas non-Hodgkin berderajat-rendah dan leukemia limfositik
GMP dan 6-TG diberikan per oral (Tabel 55-3) dan di- kronik (CLL). Obat ini diberikan secara parenteral dan
ekskresi terutama dalam urine. Namun, 6-MP diubah diekskresi terutama dalam urine; mielosupresi merupa-
menjadi metabolit tak aktif (asam 6-tiourat) oleh oksidasi kan toksisitas yang membatasi pemberiannya. Selain itu,
yang dikatalisis oleh xantin oksidase, sementara 6-TG agen ini merupakan imunosupresan poten dengan efek
perlu dideaminasi sebelum dimetabolisme oleh enzim inhibitorik terhadap sel T CD4 dan CD 8. Risiko pasien
ini. Faktor ini memiliki arti penting karena alopuri- untuk mengalami infeksi oportunistik, termasuk jamur,
nol, suatu analog purin yang merupakan penghambat herpes, dan Pneumocystis j iroueci, meningkat.
kuat xantin oksidase, sering digunakan bersama dengan
kemoterapi dalam kanker hematologis untuk mencegah 3. Kladribin
hiperurisemia setelah terjadinya lisis sel tumor. Alopuri- Kladribin (2-klorodeoksiadenosin) adalah analog nukleo-
nol bekerja dengan menyekat oksidase purin sehingga sida purin yang sangat spesifik untuk sel limfoid. Karena
menyebabkan terjadinya ekskresi purin selular yang re- tidak aktif dalam bentuk induknya, kladribin awalrrya
latif lebih larut ketimbang asam urat. Dengan demikian, difosforilasi oleh deoksisitidin kinase menjadi bentuk
nefrotoksisitas dan gout akut yang dihasilkan oleh kele- monofosfatnya dan kemudian dimetabolisme menjadi
bihan asam urat dapat dicegah. Pemberian alopurinol ber- bentuk trifosfatnya, yang kemudian dapat tergabung da-
sama dengan 6-MP dalam terapi menimbulkan toksisitas lam DNA. Metabolit trifosfat kladribin juga dapat rneng-
hebat, kecuali jika dosis merkaptopurin dikurangi hingga ganggu sintesis DNA dan perbaikan DNA masing-masing
25% kadar biasanya. Efek ini tidak timbul pada penggu- dengan menghambat DNA-polimerase-cr dan DNA-poli-
merase-B. Kladribin diindikasikan pada terapi hairy cell
OH SH leukemia, dan juga aktif terhadap CLL dan limfoma non-

(x)(x) (l
Hodgkin berderajat-rendah. Kladribin normalnya dibe-
^,/-..,-'-t. *A Nt/ \
rikan sebagai infus tunggal kontinu selama 7 hari; pada
keadaan ini, profil keamanannya sangat terjamin, dengan
toksisitas utamanya meliputi mielosupresi selintas. Selain
itu, kladribin memiliki efek imunosupresif, dan terlihat
Hypoxanthine 6-Mercaptopurine Allopurinol
adanya penurunan sel CD4 dan CDS yang bertahan selama
lebih dari 1 tahun pada pasien.
OH SH

ANTAGONIS PIRIMIDIN

,,,ftY ,,,(XY 1. S-Fluorourasil


S-Fluorourasil (5-FU) merupakan calon obat yang memer-
lukan aktivasi melalui serangkaian reaksi biotransformasi
Guenine &Thloguanine kompleks menjadi ribosil dan metabolit nukleotida deok-
KEMOTERAPI KANKER I 919
siribosil. Salah satu metabolit ini, yakni 5-fluoro-2'-deok- Capesitabin digunakan dalam terapi kanker payudara
siuridin-5'-monofosfat (FdUMP) membentuk kompleks metastatik baik sebagai agen tunggal maupun dikombi-
temer yang terikat secara kovalen dengan enzim timidi- nasi dengan golongan taksan, yakni dosetaksel. Capesi-
lat sintase dan folat tereduksi Mio-metilentetrahidrofolat tabin juga disetujui penggunaannya dalam terapi adjuvan
suatu reaksi yang sangat penting dalam sintesis de novo kanker kolon stadium III serta sebagai monoterapi dalam
timidilat. Hal ini menyebabkan inhibisi sintesis DNA tatalaksana kanker kolorektal metastatik. Saat ini, berba-
akibat kematian karena kekurangan ttmin (" thymine-Iess gai upaya keras telah dilakukan untuk menggabungkan
death"). 5-FU diubah menjadi 5-fluorouridin-5'-trifosfat agen ini dengan agen sitotoksik aktif lainnya, termasuk
(FUTP), yang kemudian tergabung ke dalam RNA, tem- irinotekan atau oksaliplatin. Toksisitas capesitabin yang
pat senyawa tersebut mengganggu permrosesan RNA dan utama meliputi diare dan sindrom tangan-kaki; kesemua-
translasi mRNA. Selain itu, S-FU diubah menjadi S-fluoro- nya disajikan pada tabel 55;3. Meskipun mielosupresi,
deoksiuridin-5'-trifosfat (FdUTP), yang dapat tergabung mual dan muntah, serta mukositis diamati terjadi akibat
dengan DNA sel, dan menyebabkan inhibisi sintesis dan agen ini, insidensnya jauh lebih jarang daripada insidens
fungsi DNA. Oleh sebab itu, sitotoksisitas 5-FU diduga yang disebabkan oleh 5-FU intravena.
terjadi akibat efek gabungan terhadap peristiwa yang di-
perantarai DNA dan RNA. 3. Citarabin
Citarabin (sitosin arabinosid, ara-C) merupakan anti-
oo
rr metabolit spesifik-fase S yang diubah oleh deoksisitidin
-\ .-/,H
HN- ,*at--wt kinase menjadi S'-mononukleotida (ara-CMP). Ara-CMP
tlllll
o\*2 o\^/
lebih lanjut dimetabolisme menjadi trifosfat ara-CTP, yang
secara kompetitif menghambat DNA polimerase-cr dan
HH DNA polimerase-p sehingga masing-masing menghasil-
Uracil s-FU kan blokade sintesis DNA dan perbaikan DNA. Citarabin
juga tergabung dengan RNA dan DNA. Penggabungannya
5-FU biasanya diberikan per intravena (Tabel 55-3) dan ke dalam DNA menyebabkan terjadinya gangguan peman-
memiliki waktu-paruh 10-15 menit. 5-FU tidak diberikan jangan rantai dan kecacatan ligasi fragmen DNA yang baru
per oral karena bioavailabilitasnya terganggu oleh banyak- disintesis. Waktu retensi ara-CTP dalam sel tampaknya
nya enzim pemecah dihidropirimidin dehidrogenase yang berkorelasi dengan letalitasnya terhadap sel maligna.
terdapat dalam mukosa usus. Sekitar 80-85% dari dosis Setelah pemberian intravena (Tabel 55-3), obat diber-
5-FU yang diberikan dikatabolisme oleh enzim ini. sihkan dengan cepat dan sebagian besar dideaminasi men-
5-FU adalah agen yang paling banyak digunakan pada jadi bentuk tak aktif. Rasio enzim anabolik deoksisitidin
terapi kanker kolorektal, baik sebagai terapi adjuvan dan kinase terhadap katalis inaktivasi sitidin deaminase memi-
untuk penyakit stadium lanjut. Selain itu, s-FU memiliki liki arti penting dalam menentukan sitotoksisitas akhir
aktivitas terhadap berbagai macam tumor solid, termasuk citarabin.
kanker payudara, lambung, pankreas, esofagus, hati, ke-
NH. NH.
pala dan leher, serta anus. Toksisitas utamanya dicantum-
kan pada tabel 55-3.
,.l\
2. Gapesitabin .J-.-_.Jj .J-.-,.-jJ
Capesitabin adalah calon obat fluoropirimidin karbamat
dengan bioavailabilitas oral yang hampir mencapai 70-
-.P.J
H
80%. Capesitabin dimetabolisme secara ekstensif dalam
hati oleh enzim karboksilesterase menjadi suatu zat antara,
5'-deoksi-5-fluorositidin. Zat ini, pada gilirannya, diubah HO HO

menjadi 5'-deoksi-5-fluorouridin oleh enzim sitidin dea- . Cytosino Cytosine


minase. Metabolit 5'-deoksi-5-fluorouridin ini kemudian deoryriboside arabinoside
(cytarabine)
dihidrolisis oleh timidin fosforilase menjadi S-FU secara
langsung dalam tumor. Ekspresi timidin fosforilase terbukti Dengan melihat spesifisitasnya terhadap fase S, citara-
jauh lebih tinggi pada sejumlah besar tumor solid daripada bin sangat bergantung pada jadual pemberian dan harus
jaringan normal. Kadar puncaknya dalam plasma tercapai diberikan baik melalui infus kontinu atau setiap 8-12
setelah sekitar 1,5 jam, dan kadar puncak 5-FU tercapai 2 jam selama 5-7 hari. Aktivitasnya sangat terbatas pada
jam setelah pemberian oral. keganasan hematologis, termasuk leukemia mielogenik
920 / BAB ss

akut dan limfoma non-Hodgkin. Citarabin sama sekali klinis dalam terapi penyakit Hodgkin, limfoma non-
tidak aktif terhadap tumor solid. Efek simpang utamanya Hodgkin, kanker payudara, dan kanker sel induk. Lihat
disajikan pada Tabel 55-3. bagian pada Farmakologi Klinis, di bawah, dan Tabel 55-4.

4. Gemsitabin cH.o
Gemsitabin adalah analog deoksisitidin yang awalnya ter- I

fosforilasi oleh enzim deoksisitidin kinase menjadi bentuk


monofosfahrya dan kemudian oleh nukleosida kinase
lain menjadi bentuk nukleotida di- dan trifosfabrya. Efek
antitumor gemsitabin diduga terjadi akibat dua meka- cH2cH3
.
nisme yang berbeda: inhibisi ribonukleotida reduktase
cH3o -ococH3
oleh gemsitabin difosfa! yang menurunkan kadar deok- il
siribonukleosida trifosfat yang diperlukan untuk sintesis O=C-0-CHs
DNA; dan penggabungan gemsitabin trifosfat dengan I I

DNA, yang menyebabkan inhibisi sintesis dan fungsi DNA. R:O:C-H R: CH3

Setelah penggabungan nukleotida gemsitabin, hanya satu Vineristine Vinblasline

nukleotida tambahan yang dapat ditambahkan ke untai


DNA yang sedang bertumbuh, sehingga menghasilkan VINKRISTIN
terminasi rantai.
Vinkristin merupakan turunan alkaloid Vinca rosea dan
struktumya terkait erat dengan vinblastin. Mekanisme
NHr
t' kerjanya dianggap identik dengan vinblastin karena ber-
uy'\ fungsi sebagai racun terhadap . gelendong mitosis yang
tll
o\rl
menyebabkan henti sel pada fase M dalam siklus sel. Mes-
kipun memiliki beberapa kesamaan dengan vinblastiru

r)
vinkristin memiliki spektrum aktivitas klinis dan toksisi-
HTHz o I
tas klinis yang sangat berbeda.
Vinkristin efektif dikombinasi dengan prednison untuk
\__/ induksi remisi pada leukemia limfoblastik akut pada
ini anak-anak. Vinl<ristin juga aktif terhadap berbagai kega-
nasan hematologis seperti limfoma Flodgkin dan non-
Gemcitabine
Hodgkin, dan mieloma multipel, dan beberapa tumor
Pengg-unaan gemsitabin awalnya disetujui pada kanker pada anak, meliputi rabdomiosarkoma, neuroblastoma,
pankreas tetapi sekarang banyak digunakan pada terapi sarkoma Ewing, dan tumor Wilms. Toksisitas utama yang
kanker paru bukan sel kecil kanker kandung kemih, membatasi dosisnya adalah neurotoksisitas, yang biasanya
dan limfoma non-Hodgkin. Mielosupresi dalam bentuk bermanifestasi sebagai neuropati sensorik perifer, mes-
neutropenia merupakan toksisitas utama yang membatasi kipun terjadinya disfungsi sistem saraf otonom-disertai
dosis pemberianny.a. hipotensi ortostatik, masalah sfingter, dan ileus paralitik-
kelumpuhan saraf kranial, ataksia, kejang, dan koma telah
ALKALOID TUMBUHAN diamati. Meskipun dapat terjadi, mielosupresi biasanya
lebih ringan dan jauh lebih tidak berarti ketimbang pada
VINBLASTIN penggunazrn vinblastin. Efek samping lain yang berpotensi
Vinblastin adalah suatu alkaloid yang berasal dari tanaman muncul adalah sindrom sekresi hormon antidiuretik yang
ryriwinkle, Vinca rosea. Mekanisme kerjanya melibatkan in- tidak sesuai (inappropriate secretion of antidiuretic hormane,
hibisi polimerisasi tubulin, yang mengganggu perakitan SIADFD.
mikrotubulus, bagian penting sitoskeleton dan gelendong
mitosis. Efek inhibitorik ini menghasilkan penghentian VINORELBIN
mitosis pada tahap metafase sehingga pembelahan sel ter- Vinorelbin adalah alkaloid vinca semisintetis yang meka-
henti dan kemudian menyebabkan kematian sel. Toksisi- nisme kerjanya identik dengan cara kerja vinblastin dan
tasnya meliputi mual dan muntalr, supresi sumsum tu- vinkristin, yakni inhibisi mitosis sel dalam fase M melalui
lang, dan alopesia. Agen ini juga merupakan vesikan inhibisi polimerisasi tubulin. Agen ini memiliki aktivitas
(menyebabkan lepuh) poten sehingga pemberiannya harus pada kanker paru non-sel kecil dan pada kanker payudara.
dilakukan secara hati-hati. Vinblastin memiliki aktivitas Mielosupresi disertai neutropenia menjadi toksisitas yang
KEMOTERAPI KANKER I 921
membatasi pemberian dosisnya, tetapi mual dan muntah, utamanya melibatkan inhibisi topoisomerase II, yang me-
peningkatan selintas dalam uji fungsi hati, neurotoksisitas, nimbulkan kerusakan DNA rnelalui pemecahan untaian
dan SIADH juga dilaporkan. yang diinduksi oleh pembentukan kompleks terner obat,
DNA, dan enzim. Obat ini tidak larut-air dan harus di-
EPIPODOFILOTOKSIN formulasikan dalam vehikulum Cremophor untuk peng-
Dua senyawa, yakni VP-16 (etoposid) dan obat yang gunaarl klinisnya. Agen-agen ini diberikan melalui jalur
terkait dengannya, VM-26 (teniposid), merupakan turun- intravena (Iabel 55-4) dan terdistribusi secara cepat dan
an semisintetis podofilotoksit, y*g diekstraksi dari akar luas di seluruh tubuh kecuali otak. Hingga 9U95% obat
mayapple (P odophyllum peltatum). Bentuk etoposid intravena terikat pada proteiry terutama pada albumin. Pada keada-
dan oralnya disetujui untuk penggunaan klinis di AS. an disfungsi ginjal, dosisnya perlu diturunkan. Etoposid
Etoposid dan teniposid memiliki kesamaan dalam hal memiliki aktivitas klinis terhadap kanker sel benih, kanker
struktur kimiawi dan efeknya-memblokade pembelahan sel kecil dan non-sel kecil pada paru, limfoma Hodgkin dan
sel pada fase 9G, lanjut dalam siklus sel. Mekanisme kerja non-Hodgkin, dan kanker lambung serta sebagai terapi

Tabet 55-4. Obat produk alamiah untuk kemoterapi kanker: Dosis dan toksisitas.

Bleomycin Sampai 15 uniUm2 lV dua kali Reaksi alergik, demam, Toksisitas kulit, fibrosis Paru,
seminggu hingga dosis total 200- hipotensi mukositis, alopesia
250 unit
;;;;;;;;"" ;iilti.;il;;;6;;;;il---* il;;';;ilil;-- -- ;i.'";ii,.1.aununsa,urancerna.
(actinomycin D) alopesia, depresi sumsum tulang

Daunorubicin 30-60 mg/m'?lV setiap hari selama Mual, demam, urine merah Kardiotoksisitas (lihat teks)'
(daunomycin) 3 hari, atau 30-50 mg/m' lV setiap {bukan hematuria) alopesia, depresi sumsum tulang
minggu
Docetaxel 100 mg/m2 lV selama 'l jam setiaP 3 Hipersensitivitas illeurotoksisitas, retensi cairan,
minggu neutropenia
Doxorubicin 60 mg/m2 lV setiap hari seldma 3 Mual, urine merah (bukan Kard iotoksisitas (lihat teks),
(Adriamycin) hari, atau 30-60 mg/m'z lV setiaP hematuria) alopesia, depresi surnsum tulang,
minggu stomatitis
Etoposide (VP-l6) 50-100 mg/m'zsetiap hari selama Mual, rnuntah, hipotensi Alopesia, depresi sumsum tulang
5 hari
ldarubicin 12 mglm2 lV setiap hari selama 3 Mual dan muntah Depresi sumsurn tulang, mukositis,
hari (dengan cytarabine) kardiotoksisitas
lrinotecan 125 mg/m2 lV sekali setiap minggu Diare, mual, muntah Diare, depresi sumsum tr.rlang, rnual
selama 4 minggu; ulangi setiaP dan muntah
6 rninggu atau 300-350 mg/rn'zlV
setiap 3 minggu
Mitornycin 20 mg/m2 lV setiap 5 minggu Mual Trombositopenia, anemia,
leukopenia, mukositis

;;;i,t";;i- ---- lil-i;6;;l;il;;i;;;;i;;- -_ilil;-"J;:il;i;;;;: ;;;;'urn turans. neuropati

Topotecan 1,5 mg/m2 lV selama 5 hari, ulangi Mr.ral dan muntah Depresi surnsum tulang
setiap 21 hari sebanyak 4 kali
rangkaian terapi
Vinblastine 0,1-0,2 mg/kg lV setiaP minggu Mual dan rnuntah Alopesia, hilangnya refleks, depresi
surnsurn tulang
Vincristine 1,5 mg/mz lV (maksimum:2 mg lldak ada Arefleksia, kelernahan otot neuritis
setiap minEgu) perife4 ileus paralitik, dePresi
sumsum tulang ringan, aloPesia
Vinorelbine 30 mg/m2 lV setiap minggu Mual dan muirtah Depresi sumsum tulang, kelelahan"
konstipasi, hiporefleksia, parestesia
922 / BAB ss

dosis-tinggi pada prosedur transplantasi dalam kanker sarkoma Kaposi yang disebabkan oleh AIDS. Paklitaksel
payudara dan limfoma. Penggunaan teniposid terbatas dimetabolisme secara ekstensis oleh sistem P450 hati,
hanya untuk leukemia limfoblastik akut. dan fampir 80% diekskresi dalam feses.melalui jalur
hepatobiliaris. Oleh sebab itu, dosis perlu diturunkan pada
KAMPTOTESIN keadaan disfungsi hati. Toksisitas utama yang membatasi
Kamptotesin merupakan produk alami yang berasal dari dosisnya disajikan pada Tabel 55-4. Reaksi hipersensitivitas
pohon Camptotheca acuminate. Obat ini menghambat akti- diamati tebjadi pada 5% pasien, tetapi insidens ini dapat
vitas topoisomerase I, yaitu enzim penting yang bertugas dikurangi dengan melakukan pramedikasi dengan meng-
memotong dan mengikat kembali untai DNA tunggal. gunakan deksametason, difenhidramin, dan penyekat H'
Inhibisi enzim ini menyebabkan kerusakan DNA. Topo- Suatu forrnulasi paklitaksel baru yang terikat pada
tekan diindikasikan dalam terapi kanker ovarium tahap albumin (Abraxane) baru-baru ini disetujui penggunaan-
lanjut sebagai terapi lini kedua setelah terapi awal dengan nya pada kanker payuclara metastatik. Berbeda dengan
kemoterapi berbasis-platinum. Topotekan juga disetujui paklitaksel, bentuk ini tidak menyebabkan reaksi hiper-
sebagai terapi lini kedua pada kanker sel kecil pada paru. sensitivitas sehingga pramedikasi tidak diperlukan untuk
mencegah reaksi tersebut. Lebih lanjut, agen ini jauh lebih
Jalur eliminasi utamanya adalah melalui ekskresi ginjal
sehingga dosisnya harus disesuaikan pada penderita kecil menimbulkan efek mielosupresif jika dibandir-rg-
gangguan ginjal. kan dengan paclitaksel, dan neurotoksisitas yang ditim-
Irinotekan merupakan suafu calon obat yang terutama bulkaru-rya tampak lebih mudah dipulihkan daripada neu-
diubah dalam hati oleh enzim karboksilesterase menjadi rotoksisitas akibat paclitaksel.
metaboiit SN-38, yang merupakan suatu inhibitor poten Doketaksel adalah suatu taksan semisintetis yang
topoisomerase L Berbeda dengan topotekan, irinotekan berasal dari pohon European yezo. Mekanisme kerja, meta-
dan SN-38 dieliminasi terutama dalam empedu dan feses bolisme, dan eliminasinya serupa dengan paklitaksel.
sehingga dosisnya perlu diturunkan pada keadaan dis- Penggunaan doketaksel disetujui sebagai terapi lini-kedua
fungsi hati. Irinotekan awalnya disetujui sebagai mono- pada kanker payudara tahap lanjut dan kanker non-sel
terapi lini kedua pada pasien kanker kolorektal metastatik kecil pada paru, dan obat ini juga memiliki aktivitas
yang gagal diterapi dengan fluorourasil. Irinotekan juga yang besar pada kanker kepala dan leher, kanker sel
disdtujui sebagai terapi lini pertama ketika digunakan kecil pada paru, kanker lambung, kanker ovarium tahap
dalam kombinasi dengan 5-FU dan leukovorin. Mielosu- lanjut yang refrakter terhadap platinum, dan kanker
presi dan diare merupakan dua efek simpang yang paling kandung kemih. Toksisitas utamanya disajikan pada Tabel
sering terjadi. Terdapat dua bentuk diare: bentuk awal 55-4.
yang timbul 24 jam setelah pemberian dan diperkirakan
merupakan suatu peristiwa kolinergik yang efektif diatasi
dengan atropine, dan bentuk lanjut yang biasanya terjadi
I\NTIBIOTIK ANTITUMOR
2-1.0 hari setelah terapi. Diare lanjut ini dapat berat, dan Skrining terhadap produk mikroba menyebabkan dite-
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan elektrolit dan mukannya sejumlah senyawa penghambat pertumbuhan
dehidrasi pada beberapa kasus. yang terbukti secara klinis berrnanfaat dalam kemoterapi
kanker. Kebanyakan antibiotik ini berikatan dengan DNA
TAKSAN melalui interkalasi antara basa spesifik dan merryekat
sintesis RNA, DNA, atau keduanya; menyebabkan pemo-
Paclitaksel adalah suatu ester alkaloid yang berasal dari
tongan untai DNA; dan mengganggu replikasi sel. Semua
tanaman Pacific yero (Taxus brerttfolia) dan European yezu
(Taxus baccata). Obat ini berfungsi sebagai racun gelen-
antibioLik antikanker yang sekarang digunakan dalam
praktik klinis merupakan produk berbagai macam galur
dong mitosis melalui ikatan berafinitas tinggi terhadap
mikroba tanah Streptomyces.\ang termasuk dalam kelom-
mikrotubulus disertai peningkatan polimerisasi tubulin.
pok obat ini adalah antrasikliry daktinomisin, bleomisin,
Peningkatan perakitan mikrotubulus oleh paklitaksel ini
dan mitomisin.
terjadi pada keadaan tidak adanya protein terkait- mikro-
tubulus dan guanosin trifosfat serta menghasilkan inhibisi
mitosis dan pembelahan sel.
ANTRASIKLIN
Paclitaksel memiliki aktivitas yang signifikan terhadap Antibiotik antrasiklin, yang diisolasi dari Streptonlyces peu-
sejumlah besar fumor solid, termasuk kanker ovarium, cetius var caesius, merupakan salah satu obat antikanker
kanker payudara tahap lanjut, kanker sel kecil dan non- sitotoksik yang paling banyak digunakan. Struktur dua
sel kecil pada paru, kanker kepala dan leher, kanker kongenernya, doksorubisin dan daunorubisin, digam-
esofagus, kanker prostat, dan kanker kandung kemih serta barkan di bawah ini. Beberapa analog antrasiklin lainnya
KEMOTERAPI KANKER / 923
telah digunakan dalam praktik klinis, meliputi idarubisin, foblastik akut, mieloma multipel, dan limfoma Hodgkin
epirubisin, dan mitoksantron. Daunorubisin merupakan dan non-Hodgkin. Obat ini biasanya digunakan dalam
agen pertama yang diisolasi dalam golongan ini, dan obat kombinasi dengan agen antikanker lainnya (misalnya,
ini masih digunakan dalam terapi leukemia mieloid akut. siklofosfamid, cisplatin, dan 5-FU), dan respons serta
Doksorubisin memiliki spektrum aktivitas klinis yang durasi remisi cenderung lebih baik dengan regimen kom-
luas terhadap berbagai keganasan hematologis dan se- binasi jika dibandingkan dengan terapi agen tunggal.
jumlah besar tumor solid. Antrasiklin memunculkan efek Daunorubisin memiliki spektrum aktivitas yang jauh
sitotoksiknya melalui empat mekanisme utama, yakni (1) lebih sempit ketimbang doksorubisin. Daunorubisin ter-
inhibisi topoisomerase II; (2) ikatan afinitas-tinggi dengan utama digunakan dalam terapi leukemia mieloid akut,
DNA melalui interkalasi, sehingga menghasilkan blokade meskipun terdapat pergeseran dalam praktik klinis ke
sintesis DNA dan RNA, dan pemotongan untaian DNA; (3) arah penggunaan idarubisin, suatu analog daunorubisin.
pengikatan dengan membran sel untuk mengganggu flui- Efikasinya pada tumor solid tampaknya terbatas.
ditas dan transpoi ion; dan (4) pembentukan radikal bebas Idarubisin merupakan suafu analog glikosida antra-
semiquinon dan radikal bebas oksigen melalui proses siklin semisintetis daunorubisin, dan obat ini disetujui
reduksi yang diperantarai-enzim bergantung-besi. Meka- penggunaannya dalam kombinasi dengan citarabin untuk
nisme radikal bebas ini telah diketahui sebagai penyebab terapi induksi leukemia mieloid akut. Jika dikombinasi
kardiotoksisitas akibat penggunaan antrasiklin. dengan citarabin, idarubisin tampak lebih aktif daripada
daunorubisin dalam menghasilkan remisi komplet dan
dalam meningkatkan kesintasan pada pasien leukemia
mielogenik akut.
Epirubisin merupakan analog doksorubisin yang me-
kanisme kerjanya identik dengan cara kerja semua antra-
siklin lain. Obat ini awalnya disetujui penggunaannya
cH3- 0 0oHo sebagai komponen terapi adjuvan untuk kanker payudara

/-o'
lcut \
I
tahap awal dengan nodus positif tetapi juga digunakan
sebagai terapi kanker payudara metastatik dan kanker
t\/
Ho\ / lambung.
Toksisitas utama yang membatasi dosis pemberian
o
NHz o semua antrasiklin adalah mielosupresi; neutropenia lebih
il lt
R: R: sering dijumpai daripada trombositopenia. Pada beberapa
-C-CH3 -C-CH2OH
Daunorubicin Doxorubicin
kasus, mukositis juga turut membatasi pemberiannya. Ter-
dapat dua bentuk kardiotoksisitas yang diamati. Bentuk
Dalam praktik klinis, antrasiklin diberikan secara in- akuhrya terjadi dalam 2-3 hari pertama dan muncul se-
travena (Tabel 55-4). Antrasiklin dimetabolisme secara bagai aritmia dan gangguan konduksi, perubahan elektro-
ekstensif di hati, dengan reduksi dan hidrolisis substituen kardiogr#ik lain, perikarditis, dan miokarditii. Bentuk ini
cincinnya. Metabolit terhidroksilasinya merupakan spesies biasanya bersifat selintas dan pada kebanyakan kasus tidak
yang aktif sementara aglikonnya tidak aktif. Hingga 50% bergejala. Bentuk kroniknya menyebabkan kardiomiopati
obat dieliminasi dalam feses melalui ekskresi empedu dilatasi bergantung-dosis yang menyebabkan gagal jantung.
sehingga dosis perlu diturunkan pada keadaan disfungsi Toksisitas kronik terhadap jantung tampaknya terladi akibat
hati. Meskipun antrasiklin biasanya diberikan setiap 3 peningkatan produksi radikal bebas di dalam miokardium.
minggu, jadwal altematif pemberian obat seperti dosis Efek ini jarang terlihat pada dosis doksorubisin total di
rendah setiap minggu atau infus kontinu 72-96 jam, terbukti bawah 500-550 mg/m'. Penggunaan dosis mingguan yang
memiliki efikasi klinis yang setara, disertai penurunan lebih rendah atau infus doksorubisin kontinu tampaknya
toksisitas secara keseluruhan. menurunkan iruidens toksisitas jantung. Selain itu, terapi
Doksorubisin merupakan salah satu obat antikanker dengan agen pengelati besi deksrazoksan (ICRF-184 saat ini
terpenting, dengan aktivitas klinis yang utama dalam disetujui penggunaannya untuk mencegah atau mengurangi
kanker payudara, endometrium, ovarium, testis, tiroid, kardiotoksisitas yang dipicu antrasiklin pada perempuan
lambung, kandung kemih, hati, dan paru; dalam sarkoma penderita kanker pay'udara metastatik yang telah mendapat
jaringan lunak; dan dalam beberapa kanker pada anak, dosis kumulatif total doksorubisin sebesar 300 mg/nf.
termasuk neuroblastoma, sarkoma Ewing, osteosarkorna, Antrasiklin dapat menimbulkan " radiation recall reaction" ,
dan rabdomiosarkoma. Doksorubisin juga banyak diguna- dengan eritema dan deskuamasi kulit yang terlihat pada
kan dalam keganasan hematologis, seperti leukemia lim- tempat pemberian terapi radiasi sebelumnya.
924 / BAB ss

MlroKsANTRoN skuamosa a^us dalam kombinasi clengan


5-FU dan rerapi
Mitoksantron (dihidroksiantrasenedion, radiasi. selain itu, mitomisin digunakan
DHAD) adalah dalamkemoterapi
senyawa anfrasen yang. strukturnya kombinasi untuk karsinoma sel skuamosa
menyerupai cincin pada serviks
antrabiklin' obat ini berikatan dengan
oxa ,rr-,trt -;;g- dan payudara, kanker lambung dan pankreas.
salah satu
hasilkan pemecahan dan- mengharnbat sinteis penggunaan-mitomisin yang khusus
,untaian laun1, dalam terapi
DNA dan RNA' Mitoksantron saat ini clt"gunakan ;;;;;; inbravesika kanker t u.,i,r.,lg kemih
superfisial. Karena
terapi kanker prostat tahap lanjut yur-,g n:TP,. ticlak ada obat yangliserap secara sistemis,
r"Lkt"r terhffi tok-
hormon dan limfoma non-Hodgkin berderajat-r".,auf. sisitas sistemis yang
timtul ledikit atau tidak ada.
ob:t juga diindikasikan pada=kur",k". puy.,du;;;; Toksisitas yung r*.r- terjadi
:m
pada leukemia mieloid akut dewasa
aun ur.,ut. w"k;
-_ sindrom hemolitik_uremik, disajikan dalam Tabel
55_4.
yang bermanifestasi se_
paruh mitoksantron dalam plasma pada bagai anemia hemotitik mikroangiopatik,
penderita trombositopenia,
sekitar 75 jam, dan mitoksantron terutamu "d;;
ai"rctr"rl ,*_ dan gagal ginjal, serta sesekali pneumonitis
lalui jalur hepatobiliar dalam feses. Mtelosuprest interstisial,
;;;;;; tehh dttaporkan.
leukopenia menjadi toksisitas yang membatasi
disisnya;
selain itu, juga terjadi mual ringan
Jan muntah, _"k";i;;; BLEOMISIN
dan alopesia' Meskipun obat inl dianggap
tt"u'tg-uJlo-- . Bleomisin rnerupakan
toksik daripada doksorubisin' toksisitx peptida kecil yang mengandung
lantung atut aan ;;";;;'"*par ikaran
kronik dilaporkan' Perubahan *t"tu kt'kt" orua au., domain rempar ikatan
sklera, dan i.rt or'";r",
urine menjadi biru dapat diamati pada 1-2 molekur yang berlawanan. Bleomisin bekerja
.terapidenganobatini' hari setelah ;::'r; *".gikat DNA,
yang menghasilkan pemecah-
an untai-tunggal dan untai-ganda setelah pembenfukan
DAKTINOMISIN radikal bebas, dan inhibisi biosinresis DNA.
Fragmentasi

f{tinomrsin merupa&an antibiorik antirumlr,yang


isolasi dari organisme streptomyces' obat
di- 3.ii :Ti:$:i:trirH"x:"?Tn:x ff".fiH
ini, u"*iutut *".uputu' obat yang spesifik terhadap siklus ser dan
kuat dengan DNA untai ganda melalui interkalasi
antara *".ylirut"" akumulasi sel pada fase G, dalam sikrus sel.
pasangan basa guanin-sitosin yang berdekatan
dan meng- iiil.*tra diindikasikan
hambat segala bentuk sintesis RNA yang
bergantung pada Hodgkin da.
untuk terapi rimfoma
DNi'; pernbentukan RNA riboso*a t".ipuk;;r.rg non-Hodgkin, tumor ser trenitr, kanker ke-
paling sensitif terhadap kerja obat' o";;"; leher, serta Ianke. sel skuamosa pada kurif
serviks, dan serain iha bleomisin dapat digunakan
Daktinomisi' terutama digunak4n unfuk 'u]va.
mengobati
tumorpada anak' seperti tumor wilms' rabdomiosarkonra, ""b.gur screrosing agent untukefusi pleura maligna dan
dan sarkoma Ewing' tetapi obat ini
*it"L sutul-, satu keunfungan agen ini adarah bahwa obat
iuga memiliki **,: ;;; diberikan
tas tumor sel induk dan penyakit trofobtastik
gestasional" intravena "."rru-rrbk'rrtan, intramuskular, atau
seperti antrasiklin' daktinomisin dapat memic ffabel 55-4). Kadar puncak bleonrisin dalam
u rndiation darah pascainjeksi inLramuskular
tecsll reaction' Lihat Tabel 55-4 untuk
ioksisitas lainnya'
tampak dalam waktu
iffi' ,1"*r. Injeksi dosis yang sama secara intrayena
MITOMISIN menghasilkan konsenLrasi puncak yang lebih
tinggi dan
Mitomisin (mitoririsin C) merupakan anribiotik
isolasi dari streptantyces caespitosus- obat
yang.di- ;*#ff;,:lTliliiiftli;lJ?;"tffim*1*;
ini merupakan dianjurkan pada keadaan disfungsi ginjal.
agen pengalkilasi yang menjalani aktivasi
metabolik me" pada pa*,..o'buLi dosis pemberian bleo_
Toksisitas
Ialui reduksi berperantara enzim unfuk menghasilkan
misin dan biasanya timbul sebagai pneumonitis
agen pengalkilasi yang mengikatsilang DNA- disertai
sel tunas tratuk,disp*ea,ronkikeringinspiratorikpadapeneriksaan
tumor solid yang hipoksik terdapat Jahm tingkungan
fidt , iun i"filtrat pada pemeriksaan rontgen dada.
yang kondusif terhadap reaksi reduktif dan Insidens
lebih sensitif toksisitas pada paru meningkat pada pasien
terhadap efek sitotoksin-rnitomisin daripada yang berusia
sel normal lebihtuadariT0tahun,puaf *...t yangmen'apatdosis
dan sel tumor yang teroksigenasl- Mitomisin
akti{ pada kumulatif lebih dari 400 unit, pada penderita penyakit
semua fase dalam siklus sel dan rnerupakan
obat ruruuit p*, au* pada penderita yang pernah mendapat radiasi
yang tersedia untuk dikornbinasikan dengan
terapi radiasi mediastinum atau dada. pada kasus-kasus
unfuk menyerang sel turnor yang hipoksik. Penggunaan jarang
toksisitas paru dapat 6ersifat fatal. Toksisitas lainnya
klinisnya yang utama adalah daram te"api ',ang di-
kanker sel sajikan pada Tabel 55-4.
KEMOTERAPI KANKER / 925
I\GEN HORMONAL dan 40. Ketika diberikan sebagai preparat depot, agen-
agen ini menyebabkan pelepasan sehntas follicle stimulating
PENGHAMBAT ESTROGEN & ANDROGEN honnone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) yang diikuti
Antiestrogen tamoksifen terbukti sangat berguna bagi te- dengan inhibisi nyata pelepasan berbagai gonaclotropin
rapi kanker payudara baik pada tahap dini maupun meta- ini. Pada laki-laki, hal ini menyebabkan testosteron men-
statik. Tarnoksifen juga disetujui sebagai agen kemopre- capai kadar kastrasi dalam waktu 2-4 minggu setelah
ventif pada perempuan yang berisiko tinggi mengalami terapi.
kanker payudara. Selair-r itu, agen hormonal ini memiliki Leuprolid dan goserelin diindikasikan dalam terapi
aktivitas terhadap kanker endometrium. Tamoksifen ber- kanker prostat tahap lanjut dan baru-baru ini, keduanya
fungsi sebagai agonis-inhibitor parsial kompetitif estrogen telah diikutsertakan sebagai bagian dari terapi neoadju-
dan berikatan dengan reseptor estrogen pada fumor van kanker prostat tahap dini. Leuprolid dan goserelin saat
yang sensitif terhadap estrogen. Namun, tarnoksifen me- ini diformulasikan dalam bentuk depot kerjalama, yang
miliki afinitas sepuluh kali lebih lemah terhadap reseptor memungkinkan pemberiannya dilakukan secara bulanan
estrogen (ER) ketirnbang estradiol, yang menandakan pen- atau lebih lama lagi. Efek simpang utamanya meliputi hot
tingnya ablasi estrogen endogen untuk efek antiestrogen flushes, impotensi, dan ginekomastia. Toksisitas lainnya
yang optimal. Selain efek antiestrogen langsungnya pada diberikan dalam Tabel 55-5.
sel tumor, tamoksifen juga menekan kadar serum insulin-
like grouth factor-l dan meningkatkan produksi transform- PENGHAMBAT AROMI\TASE
ing grunth factor-beta OGF-p) setempar.
Aminoglutetirnid adalah penghambat nonsteroidal pada

,O
tahap pertama sintesis kortikosteroid y*g melibatkan
X:l>--",-'*-'{\,:c pengubahan kolesterol rnenjadi pregnonolon (lihat Bab

r\/
\:/
c

GzHs
39). Aminoglutetimid juga menghambat sintesis ekstra-
adrenal estron dan estradiol. Di luar efek langsungnya
terhadap steroidogenesis di kelenjar adrenal, aminoglu-
tetimid merupakan suafu penghambat enzim arornatase
Tamorifen yang mengubah androgen androstenedion dari adrenal
rnenjadi estron (lihat Gambar 40-2). Arornatisasi prekursor
Tamoksifen diberikan per oral dan cepat diserap se-
luruhnya. Kadar tamoksifen yang tinggi dalam plasma
androgenik menjadi estrogen ini terjadi dalam lemak
tubuh. Karena eshogen meningkatkan perfumbuhan
tercapai dalam waktu 4-6 jam pascapemberian oral,
kanker payrrdara, sintesis estrogen dalam jaringan meme-
dan agen ini memiliki waktu-paruh biologis yang lebih
gang peranan penting dalam pertumbuhan kanker payu-
lama daripada estradiol-sekitar 7-14 harr. Tamoksifen
dara pada perempuan pascamenopause.
dimetabolisme secara ekstensif oleh sistem p450 hati, dan
Aminoglutetimid terutama digunakan dalam terapi
metabolit utamanya juga memiliki aktivitas antitumor
kanker payudara metastatik pada perempuan yang tumor-
yang serupa dengan aktivitas obat induknya. Tamoksifen
nya mengekspresikan cukup banyak reseptor estrogen
ditoleransi dengan baik, dan efek sampingya umumnya
ahu progesteron Aminoglutetirnid juga aktif terhadap
cukup ringan (tabel 55-5).
kanker prostat Ahap lanjut yang trergantung pada hormon
Flutamid dan bikalutamid adalah agen antiandrogen
Aminoglutegmid biasanya diberikan bersama l-ridrokortison
nonsteroidal yang berikatan dengan reseptor androgen
untuk mencegah gejala insufisiensi adrenal. Hidrokortison
dan menghambat efek androgen. Keduanya diberikan per
lebih dianjurkan ketimbang deksametason karena deksame-
oral dan cepat diserap seluruhnya. Saat inl obat-obat ini
hson mempercepat laju katabolisme aminoglutetimid. Efek
digunakan dalam kombinasi dengan terapi radiasi untuk
simpang aminoglutetimid disajikar"r dalam Tabel 5F5.
terapi kanker prosht tahap dini dan pada keadaan kanker
Anastrozol merupakan penghambat selektif aromatase
prostat metastatik. Toksisitasnya disajikan dalam Tabel
nonsteroid yang tidak menghambat sintesis glukokorti-
5t5.
koid ahu mineralokortikoid adrenal. Anastrozol saat ini
disetujui penggunaannya untuk terapi lini-pertama pada
AGONIS HORMON PELEPAS
perempuan pascamenopause yang menderita kanker pa-
GONADOTROPIN yudara metastatik dengan ER positif, untuk terapi pada
Leuprolid dan goserelin merupakan analog peptida sin- perempuan pasc.unenopause yang menderita kanker
tetis dari hormon pelepas gonadotropin alamiah (GnRH, payudara metastatik dengan ER positif dan mengalami
LHRID. Keduanya dibahas lebih terperinci dalam Bab 37 perburukan ketika diterapi dengan tamoksife4 dan
926 / BAB 5s

Tabel 55-5. Agen yang aktif secara hormonal: Dosis dan toksisitas.

Antiandrogen
Flutamide 250 mgitid per oral Nausea ringan Hot flushes, peningkatan selintas uji
fungsi hati
Antiestrogen
Tamoxifen 20 mgihari per oral F/are selintas gejala tumor Gejala menopause, retensi
cairan dan edema, kejadian
tromboembolik, peningkatan
insidens hiperplasia dan kanker
endometrium
Progestin 40 mg per oral 4 kali Tidak ada Retensi cairan
Megestrol acetate sehari
Adrenokortikosteroid
Hydrocortisone 40-200 mg/hari per oral Tidak ada Retensi cairan, hipertensi, diabetes,
peningkatan kerentanan terhadap
Prednisone 20-100 mg/hari per oral Tidak ada
infeksi, wajah bulan
Agonis hormon pelepas-gonadotropin
Goserelin acetate 3,6 mg SK setiap bulan F/are selintas gejala tumor, nyeri Hot flushes, impotensi, ginekomastia
pada lokasi penyuntikan
Leuprolide 7,5 mg SK setiap bulan F/are selintas gejala tumor, nyeri Hot f lushes, impotensi, ginekomastia
pada lokasi penyuntikan
Penghambat aromatase
Aminoglutethimide 250 mg per oral dua kali Kelelahan, nausea ringan Ruam kulit, insufisiensi adrenal,
sehari dan hydrocortisone mielosupresi
20 mg dua kali sehari
Anastrozole 1 mg per oral setiap hari Nausea ringan, nyeri kepala Kelelahan, hot flushes, artralgia
Exemestane 25 mg per oral setiap hari Nausea ringan, nyeri kepala Kelelahan, hot flushes
Letrozole 2,5 mg per oral setiap hari Nausea ringan, nyeri kepala Kelelahan, hot flushes, artralgia

sebagai terapi adjuvan perempuan pascamenopause pen- jut pada perempuan pascamenopause yang penyakitnya
derita kanker payudara stadium dini yang positif-hormon. memburuk saat menjalani terapi tamoksifen. Setiap peng-
Letrozol merupakan suatu penghambat kompetitif aro- hambat aromatase ini menunjukkan profil efek samping
matase nonsteroid yang jauh lebih poten daripada amino- yang serupa (Tabel 55-5, lihatjuga Bab 40).
glutetimid dan bekerja dengan cara yang serupa dengan
anastrozol. Obat ini juga diindikasikan dalam terapi lini-
pertama bagi perempuan pascamenopause yang menderita
BERBAGAI MACAM OBAT
kanker payudara metastatik positif-reseptor hormon dan ANTIKANKER LAINNYA (LIHAT
dalam terapi lini-kedua bagi perempuan pascanenopause TABEL ss-5)
yang menderita kanker payudara tahap lanjut dan meng-
alami perburukan dengan terapi tamoksifen. Eksemestan IMATINIB
merupakanhormonsteroid " penghambat-bunuh-diri" yang Imabinib (5T1,571; Gleevec) merupakan penghambat
berikatan dengan dan secara ireversibel menginaktivasi domain tirosin kinase pada onkoprotein Bcr-Abl dan
aromatase. Tidak terlihat adanya resistensi silang antara mencegah fosforilasi substrat kinase oleh ATP. Obat ini
eksemestan dan penghambat aromatase nonsteroid. Agen diindikasikan pada terapi leukemia mielogenik kronik
ini diindikasikan dalam terapi kanker payudara tahap lan- (LMK), suatu per-ryakit sel punca l-rematopoietik pluripoten
KEMOTERAPIKANKER,/ 927
Tabel 55-6. Berbagai macam obat antikanker lainnya: Dosis dan toksisitas.

Arsenic trioxide 0,15 mg/kg/hari lV selama 50 hari Nyeri kepala dan kepala Kelelahan, disritmia jantung, demam,
sebagai terapi induksi; 0,15 mgl terasa ringan dispnea, retensi cairan dan penambahan
kg/hari lV selama 5 hari setiap berat badan
minggu hingga mencapai total 5
minggu sebagai terapi konsolidasi
Asparaginase 20.000 lU/m'zlV setiap hari selama Mual, demam, dan reaksi Hepatotoksisitas, depresi mental,
5-1 0 hari alergik pankreatitis
Bevacizumab 5 mgikg lV setiap 2 minggu Hipertensi, reaksi terhadap Peristiwa tromboembolik arteri, perforasi
inf us saluran cerna, komplikasi penyembuhan
luka
Cetuximab 400 mg/m'? lV loading dose; 250 Reaksi terhadap infus Ruam kulit, penyakit interstisial paru
mg/m'z lV tiap minggu
Erlotinib 150 mg/hari per oral Diare Ruam kulit, penyakit interstisial paru
Gefitinib 250 mg/hari per oral Hipertensi, diare Ruam kulit, penyakit interstisial paru
lmatinib 400-600 mg/hari per oral Mual dan muntah Retensi cairan disertai edema
pergelangan kaki dan periorbita, diare,
mialgia
Hydroxyurea 300 mg/m2 per oral selama 5 hari Mual dan muntah Depresi sumsum tu ang
I

Mitoxantrone 10-12 mglm2 lV setiap 3-4 minggu Mual Depresi sumsum tulang, sesekali
toksisitas terhadap jantung, alopesia
ringan
Trastuzumabl 4 mglkg lY loading dose;2 mglkgl Mual dan muntah, reaksi Kardiomiopati, mielosupresi, toksisitas
minggu sebagai terapi rumatan hipersensitivitas terkait pulmonal
pemberian infus
lAntibodi monoklonal ini dijelaskan dalam Bab 56: lmunofarmakologi.

yang ditandai dengan translokasi kromosom Philadelphia PENGHAMBAT RESEPTOR FAKTOR


t(9 :22). Translokasi ini rnenyebabkan terbentuknya protein
PERTUMBUHAN
fusi Bcr-Abl, agen penyebab LMK, dan dijurnpai dalam 95%
penderitanya. Agen ini menghambat reseptor tirosin kinase 1. Cetuximah
teraktivasi lainnya yang berasal dari trombosit, faktor sel Reseptor faktor pertumbuhan epiderrnal (EGFR) merupa-
punca, dan c-kit untuk reseirtor faktor pertumbuhan. kan anggota famili reseptor faktor pertumbuhan erb-B,
Imatinib diserap dengan baik per oral; obat ini sangat dan EGFR tersebut diekspresikan secara berlebihan da-
terikat dengan protein dalam plasma. Obat ini dimetabo- lam sejumlah tumor solid. Aktivasi jalur penyampaian
lisme di hati, dan eliminasi metabolitnya terjadi terutama sinyal EGFR mer-ryebabkan terjadinya aktivasi serangkaian
dalam feses melalui ekskresi empedu. Penggunaan agen peristiwa selular penting yang terlibat dalam pertumbuh-
ini disetujui sebagai terapi lini-pertama dalam LMK fase an sel dan proliferasinya, invasi dan metastasis sel serta
kronik, pada krisis blastik, dan sebagai terapi-lini kedua angiogenesis. Selain itu, jalur ini menghambat aktivitas
pada LMK fase kronik yang mengalami perburukan pada sitotoksik berbagai agen antikanker dan terapi radiasi,
terapi interferon-o yang telah diberikan sebelumnya. Ima- kemungkinan melalui penekanan rnekanisrne apoptotik
tinib juga efektif dalam terapi tumor stroma saluran cerna kurrci sehingga menyebabkan terbentuknya resistensi se-
yang mengekspresikan tirosin kinase c-kit. Dosis dan tok- lular terhadap obat.
sisitasnya disajikan dalam Tabel 55-6. Setuksimab (IMC-225; Erbitux) merupakan antibodi
Dasatinib (Sprycel) merupakan inhibitor oral bebera- monoklonal kimerik yang diarahkan terhadap domain
pa kinase dan telah disetujui penggunaannya pada terapi EGFR di luar sel, dan setuksimab saat ini disetujui peng-
LMK dan leukemia limfoblastik akut (LLA) yang positif gunaannya dalam kornbinasi dengan irinotekan pada
untuk krornosom Philadelphia. penyakit yang refrakter atau sebagai monoterapi pada
928 / BAB ss

penderita yang dianggap refrakter terhadap irinotekan. kombinaSi dengan regimen intravena yang mengandung
Semakin banyak bukti yang menyatakan bahwa setuksi- fluoropirimidin. Efek simpang utama yang terlihat pada
mab juga dapat dikombinasi secara efektif dan aman de- penggunaan agen ini meliputi hipertensi, peningkatan
ngan kemoterapi berbasis irinotekan dan oksaliplatin pada insidens kejadian tromboembolik arteri (serangan iske-
terapi lini-pertama kanker kolorektal metastatik. Agen ini mik selintas, skoke, angina, dan infark miokard), kompli-
juga disetujui untuk digunakan dalam kombinasi dengan kasi penyembuhan luka dan perforasi saluran cerna, serta
terapi radiasi pada penderita kanker kepala-leher tahap proteinuria. Dosisnya disajikan dalam Tabel 55-6.
lanjut. Agen ini'ditoleransi dengan baik, dengan efek
simpang utama berupa ruam kulit akneiformis dan reaksi ASPARAGINASE
hipersensitivitas terhadap infus. Dosis dan toksisitasnya
Asparaginase (L-asparagin amidohidrolase) adalah suatu
disajikan dalam Tabel 55-6.
enzim yang digunakan untuk mengobati leukemia hmfosi-
tik akut pada anak. Obat ini diisolasi dan dimurnikan dari
2. Gefitinib & Erlotinib
kultur bakteri untuk digunakan secara klinis. Asparaginase
Gefitinib (ZD'1,694; Iressa) dan erlotinib (OSI-774; Tarceva) menghidrolisis L-asparagin menjadi asam aspartat dan
merupakan inhibitor molekul kecil domain tirosin kinase amonia. Karena tidak memiliki asparaginase sintetase, sel
yang berkaitan dengan EGFR, dan keduanya disetujui tumor perlu mendapat L-asparagin dari sumber eksogen.
untuk digunakin dalam terapi kanker paru non-sel kecil Dengan demikian, deplesi L-asparagin efektif menghambat
yang refrakter terhadap setidaknya satu regimen kemo- sintesis protein. Sebaliknya, sel normal dapat menyintesis
terapi yang digunakan sebelumnya. Dosis dan toksisitas L-asparagin sehingga tidak terlalu peka terhadap efek
kedua agen ini disajikan dalam Tabel 55-6. Pasien yang sitotoksik asparaginase. Efek simpang utama agen ini ada-
bukan perokok dan yang memiliki subtipe histologik lah adanya reaksi hipersensitivitas yang bermanifestasi se-
bronkoalveolar tampaknya lebih responsif terhadap agen- bagai demam, menggigrl, mual dan muntah, ruam kulit,
agen ini. Selain itu, erlotinib telah disetujui untuk digu- dan urtikaria. Efek simpang berat bermanifestasi sebagai
nakan dalam kombinasi dengan gemsitabin untuk terapi bronkospasme, gagat napas, dan hipotensi. Toksisitas lain
kanker pankreas tahap lanjut. Dalam hal toksisitas, ruam meliputi peningkatan risiko penggumpalan darah dan per-
kulit akneiformis dan diare merupakan efek simpang darahan akibat adanya perubahan dalam berbagai faktor
yang paling sering dijumpai pada penggunaan molekul pembekuan darah, pankreatitis, dan toksisitas neurologis
kecil ini.
disertai letargi kebingungan, halusinasi, dan koma.

3. Bevacizumab
HIDROKSIUREA
Vasanlar endothelial gruoth factor (VEGF) adalah salah satu
Hidroksiurea merupakan analog urea yang bekerja de-
faktor pertumbuhan angiogenik yang terpenting. Pertum-
ngan menghambat sintesis DNA melalui inhibisi enzim
buhan fumor primer maupun tumor metastatik memerlu-
ribonukleotida reduktase, dan mengakibatkan terjadinya
kan susunan pembuluh darah yang utuh; karena itu,
deplesi depot deoksinukleosida trifosfat. Agen ini bekerja
VEGF dan jalur penyampaian sinyal VEGF menjadi target
pada faseS dalam siklus sel. Obat ini diberikan per oral dan
kemoterapi yang menarik. Berbagai upaya telah dilhkukan
memiliki bioavailabilitas oral sebesar 100%. Hidroksiurea
untuk menghambat penyampaian sinyal VEGF, seperti
penghambatan interaksi VEGF dengan reseptornya de.
terutama digunakan dalam leukemia mielogenik kronik
ngan menargetkan baik ligan VEGF dengan menggunakan
dan terapi krisis blastik dalam leukemia mieloid akut.
Namun, hidroksiurea juga efektif sebagai tambahan terapi
antibodi maupun reseptor kimerik yang dapat larut atau
radiasi pada karker kepala dan leher serta dalam terapi
melalui inhibisi langsung terhadap aktivihs tirosin kinase
trombositosis esensial dan polisitemia vera. Mielosupresi
terkait-reseptor VEGF dengan menggunakan penghambat
menjadi toksisitas obat ini yang dapat membatasi dosisnya;
molekul kecil.
selain itu, juga terdapat mual dan muntah, mukositis dan
Bevacizumab (Avastin) adalah antibodi monoklonal
diare, nyeri kepala dan meningkatnya letargi, serta ruam
terhumanisasi rekombinan yang menarge&an segala ben-
tuk VEGF-A. ,Antibodi ini berikabn dengan \{EGF-A dan kulit makulopapular disertai pruritus.
mencegahnya agar tidak berinteraksi dengan reseptor
VEGF yang menjadi target Bevacizumab dapat dikombinasi TURUNAN ASAM RETINOAT
secara amandan efektif dengan kemoterapi berbasis 5-FU" Asarn all-frans-retinoat (tretinoin) menghasilkan remisi
irinotekan, dan oksaliplatin dalam terapi kanker kolorek- pada pasien leukemia promielositik akut (LPA) dengan
tal metastatik. Bevacizumab disetujui oleh FDA sebagai rnemicu diferensiasi terminal yang menliebabkan pro-
terapi lini-pertama kanker kolorektal metastatik dalam mielosit leukemik kehilangan kemampuannya untuk ber-
KEMOTERAPI KANKER I 929
proliferasi. APL disebabkan oleh translokasi kromosom (Tabel 55-7). Strategi pembuatan regimen obat memerlu-
t(15:17) yang mengganggu geri yang menyandi reseptor kan pengetahuan akan ciri khas tertentu yang dimiliki oleh
nukleus-o unfuk asam retinoat dan menyafukannya men- setiap tumor. Contohnya, apakah terdapat fraksi pertum-
jadi gen yang disebut PML. Gen kimerik ini, yang meng- buhan yang tinggi? Apakah terdapat angka kematian
ekspresikan benfuk aberan reseptor-cr asam retinoat, di- sel spontan yang tinggi? Apakah kebanyakan sel berada
jumpai pada semua pasien leukemia promielositik dan dalam fase Go? Apakah terdapat cukup banyak fraksi
tampaknya berperan menimbulkan sensitivitas terhadap tumor yang tersusun atas sel tunas hipoksik? Apakah sel
asam alI-trans-retinoat. Agen ini disetujui untuk diguna- yang normal berada di bawah kontrol hormonal? Serupa
kan pada APL setelah terjadinya perburukan atau relaps dengan hal ini, pengetahuan akan farmakologi obat ter-
dengan kemoterapi antrasiklin dan pada penderita yang tentu penting untuk dimiliki. Apakah sel tumor sensitif
dikontraindikasikan mendapat kemoterapi antrasiklin. terhadap obat? Apakah obat tersebut spesifik terhadap
Namun, sejumlah efek simpang berat telah diamati, me- siklus sel tertentu? Apakah obat perlu diakti{kan dalam
liputi toksisitas vitamin A yang bermanifestasi sehingga jaringan normal tertentu seperti hati (siklofosfarnid), atau
nyeri kepala, demarn, kekeringan di kulit dan membran apakah obat diaktifkan dalam jaringan tumor ihr sendiri
mukosa, ruam kulit, pruritus, dan konjungtivitis; sindrom (capesitabin)? Serupa dengan hal ini, untuk beberapa
asam retinoat disertai demam, leukositosis, dispnea, pe- tipe tumor, pengetahuan akan ekspresi reseptor penting
nambahan berat badan, infiltrat paru difus, dan efusi untuk dimiliki. Contoh, pada penderita kanker payudara,
pleura atau perikardium; peningkatan kadar kolesterol analisis fumor untuk mencari ekspresi reseptor estrogen
dan kigliserida serum; toksisitas sistem sar# pusat yang atau progesteron-atau ekspresi berlebih reseptor HER-
bermanifestasi sebagai pusing, ansietas, depresi, kebi- 2-penting dalam memandu jalannya terapi. Pengetahuan
ngungan, dan agitasi; nyeri abdomen dan diare; serta pe- akan kelainan jalur tertentu (misalnya, jalur EGFR) untuk
ningkatan selintas hasil uji fungsi hati. Retinoid ini juga penyampaian sinyal intrasel mungkin akan terbukti pen-
terbukti bersifat teratogenik. ting dalam pembuatan obat antikanker baru.
Obat yang memengaruhi sel yang sedang bersiklus sering
ARSENIK TRIOKSIDA kali paling efektif digunakan setelah terapi dengan agen yang
tidak spesifik terhadap siklus sel (misalnya, agen pengalkilasi);
Arsenik trioksida (ASTOJ digunakan untuk menginduksi
prinsip ini telah berhasil diujikan pada beberapa tumor ma-
remisi penderita APL dengan translokasi kromosorn
nusia dengan keberhasilan yang semakin meningkat. Serupa
t(15:17) yang refrakter terhadap atau mengalami relaps
dengan hal ini, pengenalan sinergisme (angka kematian sel
setelah mendapat terapi lini-pertama dengan kemoterapi
berbasis asam all-frans-retinoat dan antrasiklin. Obat ini
tumor oleh kombinasi obat yang lebih besar daripada efek
bekerja dengan memicu diferensiasi melalui degradasi aditif tiap obat) atau antagonisme obat sejati penting dalam
merancang program kombinasi kemoterapeutik. Kombinasi
protein kimerik PML/RAR-cI. Selain itu, arsenik trioksida
citarabin dengan antrasiklin pada leukemia nrielogenik akut
memicu apoptosis melalui proses yang bergantung pada
dan penggunaan vinblastin atau etoposid belsama dengan
mitokondria, dan menyebabkan terjadinya pelepasan sito-
cisplatin dan bleomisin pada fumor testis merupakan contoh
krom C disertai aktivase caspase. Obat ini diberikan me-
yang bagus dari sinergisme obat sejati terhadap sel kanker
lalui jalur intravena, dan didistribusikan secara luas dalam
dan bukan terhadap jaringan normal.
tubuh. Toksisitas utamanya adalah kelelahan, perubahan
Pada umumnya, penggunaan agen kernoterapeutik
elektrokardiografik dbngan pemanjangan QT, aritmia, dan
sindrom yang ditandai dengan demam, dispnea, ruam sitotoksik dalam rangkaian pulsati intensif setiap 34
minggu lebih dianjurkan ketirnbang dosis harian secara
kulit, retensi cairarl dan penaurbahan berat badan.
kontinu. Pemberian obat dengan cara ini memunculkan
efek yang maksimum terhadap populasi sel neoplastik de-
ngan pemulihan sistem hematologis dan imunologs yang
W II. FARMAKOLOGI KLINIS OBAT kompletdi antara rangkaian terapi ketimbang memtriarkan
KEMOTERAPEUTIK KANKER pasien terus-menerus tersupresi dengan terapi sitotoksik.
Pendekatan ini mengurangi efek simpang obat tetapi tidak
Pengetahuan yang terperinci mengenai kinetika proliferasi mengurangi efikasi terapi.
sel tumor serta pemahaman akan farmakologi dan meka- Penerapan prinsip ini dilakukan dengan gamblang da-
nisme kerja agen kemoterapeutik kanker penting dalam lam pendekatan terkini pada terapi leukemia akut, limfo-
merancang regimen yang optimal bagi penderita kanker ma, tumor Wilrns, dan kanker testikular sel benih.
930 / BAB ss

Tabel 55-7. Keganasan yang berespons terhadap kemoterapi.

Leukemia limfositik akut lnduksi: vincristine plus prednisone. Rumatan Asparaginase, daunorubicin, carmustine,
remisi: mercaptopurine, methotrexate, dan doxorubicin, cytarabine, allopurinol,l
cyclophosphamide dalam berbagai kombinasi radioterapi kraniospinal
Leukemia mielositik dan Kemoterapi kombinasi: cytarabine dan Methotrexate, thioguanine, mercaptopurine,
mielomonositik akut mitoxantrone atau daunorubicin atau lopurinol,l mitoxantrone, azacitidine,2
al
idarubicin amsacrine,2 etoposide
Leukemia limfositik kronik Chlorambucil dan prednisone (ika Al lopurinol,' doxorubicin, cladribine
diindikasikan), fludarabine
Leukemia mielogenosa lmatinib, busulfan, atau interferon, Vincristine, mercaptopurine, hydroxyurea,
kronik tranplantasi sumsum tulang (pasien tertentu) melphalan, interferon, allopurinoll
Penyakit Hodgkin Kemoterapi kombinasi: vinblastine, Lomustine, etoposide, ifosfamide, interferon,
(stadium lll dan lV) doxorubicin, dacarbazine, bleomycin mechlorethamine, vincristine, procarbazine,
predn isone
Limfoma non-Hodgkin Kemoterapi kombinasi: cyclophosphamide, Bleomycin, lomustine, carmustine, etoposide,
doxorubicin, vincristine, prednisone interferon, mitoxantrone, ifosfamide, rituximab
Mieloma multipel Melphalan plus prednisone atau kemoterapi Cyclophosphamide, vincristine, carmustine,
kombinasi dengan multiagen interferon, doxorubicin, epoetin alfal
Makroglobulinemia Chlorambucil atau fludarabine Prednisone
Polisitemia vera Busulfan, chlorambucil, atau cyclophosphamide Fosfor 32 radioaktif
Karsinoma adrenal Mitotane Suramin2
Karsinoma payudara (1) Kemoterapi adjuvan atau tamoxifen pasca- Cyclophosphamide, doxorubicin, vincristine,
pembedahan payudara primer methotrexate, fluorouracil, paclitaxel,
(2) Kemoterapi kombinasi atau manipulasi mitoxantrone, prednisone,l megestrol,
hormonal untuk rekurensi lambat androgen,l aminoglutethimide, trastuzumab
Karsinoma serviks Radiasi plus cisplatin (terlokalisasi), cisplatin, Lomustine, cyclophosphamide, doxorubicin,
carboplatin (metastatik) methotrexate, mitomycin, bleomycin,
vincristine, interferon, asam 13-crs-retinoat
Karsinoma kolon Fluorouracilplusleucovorinplusoxaliplatin lrinotecan
Karsinoma endometrium Progestin atau tamoxifen Doxorubicin, cisplatin, carboplatin
Karsinoma paru Cisplatin plus taxane Methotrexate, vi ncristine, vinbl astine,
doxorubicin, mitomycin C
Karsinoma ovarium Cisplatin atau carboplatin plus paclitaxel Cyclophosphamide, doxorubicin, melphalan,
fluorouracil, vincristine, altretamine, bleomycin
Karsinoma pankreas Gemcitabine Docetaxel, f luorouracil
Karsinoma prostat Agonis GnRH plus antagonis androgen Aminoglutethimide, doxorubicin, cisplatin.
prednisone,l estramustine, fluorouracil,
progestin, suramin2
Karsinoma lambung Fluorouracil plus cisplatin Hidroxyurea, lomustine
Karsinoma testis Kemoterapi kombinasi: cisplatin, bleomycin, Methotrexate, dactinomycin, plicamycin,
dan etoposide vinblastine, doxorubicin, cyclophosphamide,
etoposide, ifosfamide plus mesnal
Karsinoma tiroid Radioiodine (1311), doxorubicin, cisplatin Bleomycin, fluorouracil, melphalan
Karsinoma kepala dan Fluorouracil plus cisplatin, cisplatin plus Methotrexate. bleomycin, hyd roxyurea,
leher pacl itaxel doxorubicin, vincristine, vinorelbine
Koriokarsinoma Methotrexate saja atau etoposide dan cisplatin Vinblastine, mercaptopurine, chlorambucil,
(neoplasma trofoblasti k) doxorubicin
Tumor Wilms Vincristine plus dactinomycin pascabedah dan Methotrexate, cyclophosphamide, doxorubicin
rad ioterapi

(berlanjut)
KEMOTERAPI KANKER / 931
Tabel 55-7. Keganasan yang berespons terhadap kemoterapi. (laniutan)

Neuroblastoma Cyclophosphamide plus doxorubicin dan Dactinomycin, daunorubicin, cisplatin


vincristine
Karsinoid Doxorubicin plus cyclophosphamide, lnterferon, dactinomycin, methysergide,l
fuorou raci I, octreotide
I
:1I9q!9'_9!r
lnsulinoma Streptozocin, i nterferon Doxorubicin, fluorouracil, mitomycin
Sarkoma osteogenik Doxorubicin, atau methotrqxate dengan Cyclophosphamide, dacarbazine, interferon.
leucovorin rescue yang dimulai pasca ifosfamide plus mesnal

Berbagai sarkoma Doxorubicin plus dacarbazine Methotrexate, dactinomycin, ifosfamide plus


mesna,l vincristine, vinblastine
Melanoma Dacarbazine, cisplatin, temozolomide Lomustine, hydroxyurea, mitomycin,
dactinomycin, interferon. tamoxifen
lAgen suportif, bukan onkolitik
,Agen investigasional. Terapi tersedia melalui penelit yang disetujui dan pusat-pusat penelitian yang kompeten dan disahkan oleh National Cancer
lnstitute and Cooperative Oncology Groups.

LEUKEMIA gambarkan dengan jelas. Dengan demikian, terapi rreto-


treksat intratekal harus dianggap sebagai komponen
7. Leukemia Akut standar dalam regirnen induksi pada anak penderita LLA.
Leukemia pada Anak
LLA merupakan bentuk leukemia yang dominan pada Leukemia pada Orang Dewasa
anak, dan merupakan bentuk kanker yang paling sering Leukemia mielogenosa akut (LMA) merupakan leukemia
dijumpai pada anak. Anak yang menderita penyakit ini yang paling sering dijumpai pada orang dewasa. Agen
memiliki prognosis yang relatif baik. Segelintir pasien tunggal yang paling aktif untuk LMA adalah citarabin.
dengan limfosit neoplastik yang mengekspresikan sifat Namun, citarabin paling tepat digunakan dalam kombi-
antigenik limfosit T pada permukaan memiliki prognosis nasi dengan antrasiklin; 70% pasien mengalami remisi
yang buruk (lihat Bab 56). Suatu enzim sitoplasmik yang komplet oleh kombinasi ini. Saat ir-ri, idarubisin telah meng-
diekspresikan oleh timosit normal, yakni deoksisitidil gantikan daunorubisin sebagai antrasiklin yang dianjur-
transferase terminal (terminal transferase), juga diekspre- kan untuk digunakan dalam kombinasi tersebut.
sikan pada banyak kasus LLA. LLA sel T juga mengeks- Pasien sering kali memerlukan asuhan suportif inten-
presikan enzim adenosin deaminase (ADA) dalam kadar sif selama masa kemoterapi induksi. Asuhan ini meliputi
yang tinggi. Hal ini memunculkan ketertarikan pada peng- transfusi trombosit untuk mencegah perdarahan, filgras-
gunaan inhibitor ADA pentostatin (deoksikoformisin) tim untuk memperpendek periode neutropenia, dan anti-
untuk terapi kasus-kasus sel T seperti demikian. Sampai biotik untuk mengatasi in-feksi. Pasien yang berusia lebih
1948, median untuk lama harapan hidup penderita LLA muda (misalnya, <55 tahun) yang berada dalam masa
adalah 3 bulan. Dengan muncuhrya antagonis asam folat, remisi komplet dan memiliki donor dengan HLA yang
lama harapan hidup penderitanya sangat meningkat. cocok dengannya menjadi kandidat untuk mendapat traru-
Selanjutnya, kortikosteroid, 6-MP, siklofosfamid, vin- plantasi sumsum tulang allogenik. Prosedur transplantasi
kristin, daunorubisin, dan asparaginase turut terbukti ini didahului oleh kemoterapi dosis tinggi dan radiasi
aktif terhadap penyakit ini. Kombinasi vinkristin dan tubuh total diikuti dengan imunosupresi. Pendekatan ini
prednison serta agen lainnya saat ini digunakan untuk dapat menyembuhkan 35-40% pasien yang mernenuhi
memicu remisi. Dengan terapi ini, lebih dari 90% anak persyaratan untuk prosedur ini. Pasien yang berusia di
memasuki remisi komplet dengan toksisitas minimal. atas 60 tahun kurang berespohs terhadap kemoterapi, ter-
Namury sel leukemik yang terdapat dalarn sirkulasi sering utama karena toleransi mereka terhadap terapi agresif dan
kali bermigrasi ke tempat-tempat yang sulit dijangkau di ketahanan mereka terhadap infeksi lebih rendah'
otak dan testis. Nilai terapi profilaksis menggunakan me- Setelah tercapai remisi dari LMA, kemoterapi kon-
totreksat intratekal dalam mencegah leukemia susunan solidasi diperlukan untuk mempertahankan remisi dan
saraf pusat (mekanisme utama terjadinya relaps) telah di- mernicu penyembuhan.
932 / BAB ss

2. Leukemia Mielogenosa Kronik tunggal, dalam kombinasi dengan siklofosfarnid dan de-
Leukemia mielogenosa kronik (LMK) berasal dari sel pun- ngan mitoksantron dan deksametason, atau dikombinasi
ca hematopoietik yang mengalami kelainan kromosom, dengan rituksimab, suatu antibodi anti-CD2O.
yakni translokasi sein'rbang antara lengan panjang kro- Terapi antibodi monoklonal dengan sasaran spesifik
mosom 9 dan 22, t(9:22), pada 90-95% kasus. Translokasi saat ini mulai bertarnbah banyak digunakan pada LLK,
ini menghasilkan ekspresi konstitutif onkoprotein fusi khususnya pada kasus relaps atau refrakter. Alemtuzu-
Bcr-Abl dengan berat molekul sebesar 210 kDa. Gejala mab merupakan antibodi monoklonal terhumanisasi yang
kiinis dan pe4alanan penyakit berkaitan dengan hitung diaralrkan terhadap antigen CD52 dan disetujui penggu-
sel darah putih dan laju peningkatannya. Kebanyakan naannya pada LLK yang refrakter terhadap terapi agen
pasien dengan hitung sel darah putih di atas 50.000/pL pengalkilasi atau fludarabin. Angka responsnya mencapai
harus diobati. Tujuan terapi adalah mer-rgurangi jumlall 30-35%, dengan tercapainya stabilisasi penyakit pada 30o/o
granulosit ke jumlah normal, untuk rnenir-rgkatkan kadar pdsien lainnya. Rituksimab merupakan antibodi anti-CD20
hemoglobin ke kadar normal, dan untuk meredakan ge- yang juga telah terbukti memiliki aktivitas klinis pada ke-
jala terkait-penyakit. Terjadi perubahan signifikan dalam adaan ini. Antibodi kimerik ini tampaknya rneningkatkan
tatalaksana penyakit ini. Baru-baru ini, imatinib, yang efek antitumor kemoterapi sitotoksik, dan juga efektif pada
merupakan penghambat transduksi sinyal, disetujui peng- keadaan ketika terjadinya resistensi terhadap kemoterapi.
gunaannya sebagai terapi lini-pertan'ra pada penderita
LMK fase kronik yang belum pernah diobati. Pengguna- LIMFOMA
an irnatinib juga direkomendasikan pada penderita fase 7. Penyakit Hodgkin
kronik yang gagal diterapi dengan interferon-cr. Hampir Terapi penyakit Hodgkin telah menjalani evolusi yang
semua pasien yang diterapi dengan imatinib menunjukkan dramatis selama 30 tahun terakhir ini. Penyakit Hodgkin
respons hematologis komplet, dan sampai 40-50y" pasien saat ini dikenal sebagai neoplasma sel B; pada keadaan
akan menunjukkan respons sitogenetik yang komplet. ini, terdapat sel maligna Reed-Stemberg yang mengubah
Dosis yang biasanya digunakan untuk penyakit fase susunan gen VH. Selain iLu, genom virus Epstein-Barr telah
kronik adalah 400 mg/hari, dan keuntungan obat ini diidentifikasi pada 80% spesimen tumor.
adalah bahwa pemberiarrnya dilakukan per oral. Seperti Evaluasi staging yang menyeluruh diperlukan sebelutr
telah dijelaskan sebelumnya, obat ini ditoleransi dengan suatu tencana terapi yang definitif dapat dibuat. Pada
sangat baik dan memiliki efek samping yang relatil kecil. penderita penyakit stadium I dan IIA, telah terjadi per-
Pilihan terapi lainnya meliputi interferon-c, busulfaru ubahan yang signifikan pada pendekatan terapi. Awalnya,
agen pengalkilasi oral lainnya, dan hidroksiurea. pasien-pasien ini diterapi dengan terapi radiasi dengan
lapang radiasi yang diperluas (extended-fald). Namun, ka-
3, Leukemia Limfositik Krcnik rena adanya efek iangka-panjang dari terapi radiasi, yang
Penderita leukemia lirnfosihk kronik pLK) stadium dini mencakup hipotiroidisme dan peningkatan risiko kanker
memiliki prognosis yang relatif baik, dan terapi tidak sekunder dan penyakit arteri koronaria, terapi kombinasi
mengubah perjalanan penyakit. Namun, pada keadaan berbagai modalitas dengan kemoterapi kombinasi dalam
penyakit yang berisiko tinggi atau rnunculrrya gejala ter- waktu singkat dan terapi radiasi hanya pada area vang
kait penyakit ini, terapi diindikasikan. terkena, saat ini meniadi pendekatan yag dianjurkan.
Klorambusil dan siklofosfarnid merupakan dua agen Kemajuan utama bagi penderita penyakit Hodgkin sta-
pengalkilasi yang paling banyak digunakan untuk pe- dium III dan IV terjadi dengan lahirnya kemoterapi MOPP
nyakit ini. Klorambusil biasanya diberikan pada dosis e1 (mekloretarnin, vinkristiry prokarbazin, dan prednison)
mg/kg/hari, dengan pemantauan hitung darah secara pada tahun 1960-an. Awalnya, regimen ini menghasilkan
ketat setiap minggunya. Obat ini sering kali dikombinasi angka respons kompletyang tinggi-sekitar 8S.90%, dengan
dengan prednisorl meskipun tidak terdapat bukti yang angka kesembuhan mencapai 60% pasien. Baru-baru
ielas bahwa kombinasi ini menghasilkan angka respons ini, regimen ABVD (doksorubisi4 bleornisin, vinblastin,
atau harapan hidup yang lebih baik dibandingkan dengan dan dakarbazin) yang mengandung antrasiklin telah ter-
penggunaan klorambusil saja. Siklofosfamid biasanya di- bukti lebih efektif dan kurang toksik ketimbang MOPP,
berikan dalani dosiq 1-2 g/m2 setiap 3-4 minggu. Pada terutama dalam hal insidens sterilitas dan keganasan se-
sebagian besar kasus, siklofoifamid dikombinasi dengan kunder. Regimen ini rnenggunakan empat siklus ABVD.
vinkristin dan prednison (COP)" atau juga ditambahkan Regimen altematifnya, yang disebut Stanford V, meng-
lagi dengan doksorubisin selain otrat-obat tadi (CHOP). gunakan kemoterapi kombinasi (doksorubisin, vinblastiru
Fludarabin, suatu analog nukleosida purirq juga efektif mekloretamin, vinkristin, bleomisirU etoposid, dan predni-
dalam mengobati LLK. Agen ini dapat diberikan secara son) selama 12 minggu, yang diikuti dengan terapi radiasi.
KEMOTERAPI KANKER I 933
Dengan semua regimen ini, lebih dari 80% penderita menggunakan kombinasi agen pengalkilasi melfalan dan
penyakit Hodgkin tahap lanjut (tahap III dan IV) yang prednison (protokol MP) tetap menjadi regimen standar.
sebelumnya tidak diobati diharapkan akan mencapai retnisi Sekitar 40% pasien berespons terhadap kombinasi MP, dan
komplef dengan hilangnya semua gejala yang terkait- median remisi yang tercapai adalah sekitar 2-2,5 tahun'
penyakit dan temuan objaktif adanya penyakit itu sendiri. Meskipun sejumlah penelitian telah mempelajari efikasi
Sekitar 50-60% penderita penyakit Hodgkin mengalami berbagai kombinasi agen pengalkilasi multipel, tidak ada
kesembuhan dari penyakit mereka. dari regimen ini yang terbukti lebih baik daripada MP.
Melfalan dan agen pengalkilasi lailnya tidak boleh
2, Limfoma Non-Hodgkin digunakan pada pasien yang dipertimbangkan menjadi
kandidat untuk mendapat terapi dosis-tinggi dengan trans-
Selama 25 tahun terakhir, terjadi peningkatan insidens lim-
plantasi sel.punca karena terapi sebelumnya akan meme-
foma non-Hodgkin yang dramatis. Penyakit ini termasuk
ngaruhi keberhasilan pemanenan sel punca. Pada keadaan
penyakit heterogenik, dan ciri klirris berbagai jenis limforna
non-Hodgkin terkait dengan garnbaran histopatologik yang
ini, kombinasi nonalkilator vinkristiry doksorubisin, dan
deksametason (VAD) telah digunakan.
mendasari dan perluasan penyakit. Pada umumnya, lirn-
Talidomid saat ini merupakan agen yang telah jelas
foma nodular (atau folikular) memiliki prognosis yang jauh
kegunaannya dalarn mengobati penyakit yang refrakter
lebih baik, dengan median harapan hidup mencapai 7 tahun,
dibandingkan dengan limfoma difus, yang memiliki median
atau relaps, dan sekitar 30% pasien akan mencapai
respons dengan terapi ini. Baru-baru ini, talidomid telah
harapan hidup sekitar 1-2 tahun.
Kemoterapi kombinasi menjadi standar terapi bagi digunakan dalam kombinasi dengan deksametason, dan
tercapai angka respons sebesar 65%. Saat ini, penelitian
pe4derita limfoma non-Hodgkin difus. Regimen CHOP
sedang dilakukan unfuk rnembandingkan secara langsung
(siklofosfamid, doksorubisin, vinkristin, dan prednison)
antara VAD dan kombinasi talidomid dan deksametason.
yang mengandung antrasiklin dianggap sebagai terapi
Pada beberapa pasiery terutama yang memiliki respons
inisial terbaik. Uji klinis fase III membuktikan bahwa kom-
kinerja buruk, deksametason dosis-tunggal yang diberikan
binasi CHOP dengan antibodi monoklonal anti-CD2O ri-
setiap minggunya efektif meredakan gejala. Bortezomib,
tuximab, rnenghasilkan peningkatan pada angka respons,
kesintasan bebas-penyakit, dan harapan hidup secara
suatu penghambat proteosom, baru-baru ini disetujui
penggunaannya pada mieloma multipel yang relaps atau
umum dibandingkan dengan kemoterapi CItrOP saja.
refrakter. Agen ini dianggap memunculkan efek sitotok-
Lirnfoma folikular nodular merupakan tumor indolen
siknya melalui inhibisi jalur penyampaian sinyal NF-rB,
berderajat-rendah yang cenderung dijumpai pada tahap
dan upaya lebih lanjut dipusatkan pada pengembangan
lanjut dan biasanya terbatas pada kelenjar getah bening,
agen ini dalam regimen kombinasi.
sumsum tulang, dan limpa. Bentuk limfoma non-Hodgkin
ini, ketika diiumpai pada tahap lanjut, dianggap tidak
.dapat disembuhkan, dan terapinya umumnya paliatif. KANKER PAYUDARA
Hingga saat ini, tidak ada bukti bahwa terapi segera de- 1. Penyakit Stadium I & Stadium Il
ngan menggunakan. kombinasi kemoterapi lebih berrnan- Tatalaksana kanker payudara primer telah mengalami
faat secara klinis daripada pengamatan )nang ketat dan evolusi yang nyata akibat besarnya uPaya yang dilaku-
"penantian waspada ftoatchful uaiting)" disertai inisiasi kan pada diagnosis dini (melalui penyuluhan tentang
kemoterapi sewaktu timbul gejala perryakit. pemeriksaan payudara sendiri serta pemanfaatan pusat-
pusat deteksi kanker) serh penerapan modalitas gatrung-
MIELOMA MULTIPEL an yang mengikutsertakan kernoterapi sistemis sebagai
ini merupakan salah safu model
Keganasan sel plasma adjuvan terhadap terapi pernbedahan dan radiasi- Perem-
penyakit neoplastik pada manusia karena berasal dari puan penderita penyakit tahap I (turnor primer kecil
satu sel funas tumor. I-ebih lanjut, sel tumor menghasilkan disertai hasil diseksi kelenjar getah bening negatif yang
protein penanda (imunoglobulh mieloma) yang me- negati$ saat ini hanya diterapi dengan pembedahan, dan
mungkinkan penghitungan total kandungan sel tumor angka kesembuhannya sebesar 80%.
dalam tubuh. Mieloma multipel terutama melibatkan sum- Perempuan dengan penyakit yang nodusnya positif me-
sum tulang dan tulang, menyebatrkan nyeri tulang, lesi miliki risiko rekurensi lokal dan sisbemis yang tinggl ladi,
litik, fraktur tulang, dan anemia, serta peningkatan kepe' status kelenjar getah bening secara langsung mengindikasi-
kaan terhadap infeksi. kan risiko adanya mikrometastasis jauh yang tersembunyi'
Sebagian besar penderita mielorna multipel menun- Pada keadaan ini, prenggunaan kemotempi sistemis adjuvan
jukkan gejala pada waktu diagr-rosis awal dan memerlu- pascaoperasi dengan enam siklus siklofosfami{ metotreksat,
kan terapi dengan kemoterapi sitotoksik. Terapi dengan dan fluorourasil (protokol CN4F) atau fluorourasil dokso
934 / BAB ss

rubisiry dan siklofosfamid (FAC) terbukti secara signifikan kedu4nya menghasilkan angka respons umum sebesar
menurunkan angka relaps dan memperpanjang ketahanan 4O-50?/", dengan angka respons komplet hanya sebesar 10-
hidup. Regrmen altematif dengan manfaat klinis yang setara 20%. Kanker payudara yang mengekspresikan reseptor
meliputi empat siklus doksorubisin dan siklofosfamid serta estrogen (ER) atau reseptor progesteron (PR) tetap me-
enam siklus fluorourasif epirubisin, dan siklofosfamid miliki sensitivitas hormonal intrinsik payudara normal-
(FEC). Setiap regimen kemoterapi ini memberikan manfaat termasuk respons tumbuh akibat rangsangan hormon
bagi perempuan penderita kanker payudara stadium II ovarium, kelenjar adrenal, dan hipofisis. Pasien yang me-
dengan satu sampai tiga kelenjar getah bening yang terlibat. nunjukkan perbaikan dengan prosedur ablasi hormonal
Perempuan dengan empat nodus atau lebih yang terlibat juga berespons terhadap penambahan tamoksifen. Peng-
tidak terlalu mendapat manfaat dari kemoterapi adjuvan. hambat aromatase anastrozol dan letrozol saat ini dise-
Analisis jangka-panjang dengan jelas menunjukkan aclanya tujui sebagai terapi lini-pertama pada perempuan pen-
peningkatan angka harapan hidup pada perempu.rn pra- derita kanker payudara tahap lanjut dengan tumor yang
menopause dengan nodus-positif yang diobati secara agre- positif memiliki reseptor hormon. Selain itu, agen ini
sif dengan menggunakan kemoterapi kombinasi multi- dan eksemestan disetujui sebagai terapi lini kedua yang
agen. Hasil awal yang didapat dari tiga uji klinis teracak diberikan setelah terapi dengan tamoksifen.
menunjukkan bahwa penambah'iur trasfuzumab, suatu Pasien dengan keterlibatan organ visera yang signifi-
antibodi monoklonal yang diarahkan ke reseptor HER-2/ kan, seperti paru, hati, atau otak, serta pasien dengan pe-
neu, pada kemoterapi yang mengandung antrasiklin dan nyakit yang memburuk dengan cepat jarang memperoleh
taksan menguntungkan perempuan penderita kanker payu- manfaat dari berbagai manuver hormor-ral, dan kemoterapi
dara dengan ekspresi berlebih HER-2 dalam hal periode sistemis inisial diindikasikan pada kasus-kasus seperti
bebas-penyakit dan kesintasan (ketahanan hidup) secara ini. Bagi 25-30% pasien kanker payudara yang tumornya
keseluruhan. mengekspresikan reseptor HER-2/ neu.pada permukaan
Kanker payudara merupakan neoplasma pertama selnya, antibodi monoklonal terhumanisasi anti-HER-2/
yang terbukti responsif terhadap manipulasi hormonal. neu, yakni trastuzumab, tersedia untuk penggunaan tera-
Tamoksifen bermanfaat pada perempuan pascameno- peutik baik secara tersendiri maupun dalam kombinasi
pause ketika digunakan sendiri atau.dikombinasi dengan derrgan kemoterapi sitotoksik.
kemoterapi sitotoksik. Rekomendasi yang saat ini berlaku
adalah memberikan terapi kontinu dengan tamoksifen se- Kemoterapi Sistemis
lama 5 tahun setelah reseksi bedah. Pemanjangan durasi Sekitar 50-60% pasien dengan penyakit metastatik beres-
terapi tamoksifen tampaknya tidak memberikan manfaat pons terhadap kemoterapi inisial. Terdapat banyak agen
klinis tambahan. Perempuan pascamenopause yang me- antikanker yang memiliki aktivitas terhadap penyakit
nyelesaikan 5 tahun terapi tamoksifen tersebut harus ini, seperti golongan antrasiklin (doksorubisin, mitoksan-
mendapat penghambat aromatase setidaknya selama 2,5 tron, dan epirubisin), taksan (dosetaksel, paklitaksel, dan
tahury meskipun durasi optimalnya tidak diketahui. Saat paklitaksel terikat-albumin), navelbin, capesitabin/ gem-
ini terapi dengan penghambat aromatase selarna 5 tahun sitabiry siklofosfamid, metotreksat, dan cisplatin. Dokso-
terapi l'rdrmonal dianjurkan pada perempuan yang telah rubisin dan golongan taksan merupakan obat sitotoksik
menyelesaikan terapi tamoksifer-r selama 2-3 tahun. yang paling aktif. Kemoterapi kombinasi terbukti memicu
Hasil beberapa uji teracak pada kanker payudara telah lebih banyak remisi dan iemisi yang lebih bertahan lama
menetapkan bahwa kemoterapi adjuvan bagi perempuan pada 50-80% pasien, dan regimen yang mengandung
pramenopause dan tamoksifen adjuvan bagi perempuan antrasiklin saat ini dianggap sebagai standar perawatan
pascamenopause memberi manfaat bagi perempuan yang dalam terapi lini-pertama. Pada kebanyakan regimen
menderita kanker payudara stadium I (nodus negatif). kornbinasi, remisi parsial memiliki median durasi sekitar
Meskipun kelompok pasien ini memiliki risiko rekurensi 10 bulan dan remisi komplet berdurasi sekitar 15 bulan.
pascabedah yang paling kecil (sekitar 35-50% selama 15 Sayangnya, hanya10-20% pasien mencapai remisi komplet
tahun), risiko ini dapat diturunkan lebih lanjut dengan dengan regimer-r-regimen ini, dan seperti telah dijelaskan
terapi adjuvan. sebelumnya, remisi komplet biasanya tidak bertahan la-
ma. Penambahan tamoksifen pada kemoterapi kombinasi
2. Penyakit Stadium lll & Stadium lV hanya memberikan sedikit perbaikan tambahan.
Pendekatan terhadap perempuan penderita kanker payu-
dara tahap lanjut tetap menjadi masalah yang besar ka- KANKER PROSTAT
rena pilihan terapi yang ada saat ini hanya bersi{at paliatif. Kanker prostat merupakan kanker jenis kedua yang terbukti
Kemoterapi kombinasi, terapi enclokrin, atau kombinasi responsif terhadap manipulasi hormonal. Terapi pilihan
KEMOTERAPI KANKER / 935
bagi penderita kanker prostat tahap lanjut adalah eliminasi leukovorin, atau dengan capesitabin oral dan umumnya
produksi testosteron oleh testis atau melalui kastrasi secara diobati selama 6-8 bulan pascareseksi bedah. Terapi de-
bedah atau kimiawi. Orkiektomi bilateral atau terapi estrogen ngan regimen kombinasi ini menurunkan angka rekurensi
dalam benhrk dietilstilbestrol awalnya digunakan sebagai pascabedah sebesar 35% pada pasien-pasien ini dan jelas-
terapi lini-pertama. Namury saat ini, penggunaan agonis jelasmeningkatkankesintasanumum pasien jika dibanding-
LHRH-termasuk agonis goserelin dan leuprolid, baik se- kan dengan pembedahan saja. Pada penderita karsinoma
cara tersendiri maupun kombinasi dengan antiandrogen rektal, terapi adjuvan bedah dengan infus 5-FU intravena
(misalrrya, flutamid, bicalutamid, atau nilutamid)-telah secara kontinu beserta radiasi panggul memberikan per-
menjadi pendekatan yang dianjurkan. Tampaknya blokade baikan penyakit yang signifikan, rneskipun kecil, dalam
androgen total dengan menggunakan kombinasi agonis hal keadaan bebas-penyakit dan kesintasan umum.
LHRH dan agen antiandrogen tidak memberikan manfaat Sebagai suatu agen funggal, penghambat topoisome-
dalam hal kesintasan jika dibandingkan dengan terapi agen- rase I irinotekan awalnya disetujui sebagai terapi lini-kedua
tunggal. Terapi hormonal mengurangi berbagai gejala- pada pasien yang tidak lagi berespons terhadap kemoterapi
terutama nyeri tulang- pada 70-80% pasien dan menyebab- berbasis 5-FU. Kombinasi irinotekan, s-FU, dan leukovorin
kan penurunan bermakna kadar antigen spesifik-prostat (protokol IFL), bila diberikan baik secara bolus setiap
(tlSA), yang sekarang sudah banyak diterima sebagai penan- minggu atau infus setiap dua minggu, ferbukti sangat
da substitusi untuk respons terapi kanker prostat. Meskipun bermanfaat secara klinis dalam hal angka respons umum,
manipulasi hormonal inisial dapat mengendalikan gejala larnanya waktu hingga terjadi perburukan penyakit, dan
hitrggu mencapai 2 tahun, pasien biasanya datang dengan kesintasan jika dibandingkan dengan terapi kombinasi
penyakit yang makin memburuk. Terapi hormonal lini- 5-FU dan leukovorin saja. Regimen ini sekarang dise-
kedua meliputi aminoglutetimid plus hidrokortison, agen tujui untuk digunakan sebagai terapi lini-pertama' Peng-
antijamur ketokonazol plus hidrokortison, atau hidrokortison gunaan oksaliplatin dalam kombinasi dengan pernberian
saja. infus S-FU dan leukovorin (regimen FOLFOX) setiap dua
Sayangnya, hampir semua pasien kanker prostat minggu juga disetujui sebagai terapi lini pertama. Uji
tahap lanjut akhirnya akan menjadi refrakter terhadap klinis terbaru menunjukkan bahwa FOLFOX yang di-
terapi hormon. Regimen mitoksantron dan prednison di- kombinasi dengan antibodi anti-VEGF bevacizumab atau
setujui pada pasien dengan kanker prostat yang refrakter dengan antibodi anti-EGFR cebuksimab sangat mening-
terhadap hormon karena regimen ini menrberikan pa- katkan angka respons tanpa disertai perburukan toksisitas
liasi yang efektif bagi pasien yang menderita nyeri tulang yang biasanya dijumpai pada pemberian kemoterapi.
hebat. Estramustin merupakan agen antimikrotubulus Insidens kanker lambung, kanker esofagus, dan kanker
tunggal yang menghasilkan angka respons mendekati pankreas jauh lebih rendah ketimbang kanker kolo-
20%. Namury ketika digunakan dalam kombinasi dengan rektal, tetapi keganasan-keganasan ini tampaknya lebih
etoposid maupun golongan taksan seperti dosetaksel atau agresif. Pada kebanyakan kasus, berbagai keganasan ter-
paklitaksel, angka responsnya menjadi berlipat ganda sebut tidak dapat direseksi melalui pembedahan secara
hingga mencapai 40-50%. Kombinasi dosetaksel dan menyeluruh karena kebanyakan pasien datang dengan
prednison baru-baru ini terbukti memberikan manfaat penyakit Iokal yang sudah memasuki tahap lanjut atau
terhadap kesintasan jika dibandingkan dengan regimen penyakit yang bermetastasis di awal diagnosis mereka'
mitoksantron-prednison, dan kombinasi tersebut saat ini Kemoterapi berbasis 5-FU merupakan pendekatar-r yang
menjadi standar perawatan kanker prostat yang refrakter berguna diberikan pada kanker gastroesofagus' Baru-baru
terhadap hormon. ini, terjadi pergeseran ke arah penggabungan regimerl ber-
basis-cisplatin dalam kombinasi dengan irinotekan atau
KANKER GASTROINTESTINAL dengan salah satu taksan, yaitu paklitaksel atau dosetak-
Kanker kolorektal merupakan jenis keganasan gastro- sel. Menurut laporan, angka respons yang dihasilkarurya
intestinal yang paling sering dijumpai. Sekitar 145.000 adalah sebesar 40-50%' Selain itu, pendekatan neoadjuvan
kasus baru didiagnosis setiap tahunnya di AS; di seluruh dengan kombinasi kernoterapi dan terapi radiasi yatrg
dunia, hampir satu juta kasus terdiagnosis tiap tahunnya' dilakukan sebelum pembedahan tampaknya menjanjikan
Pada waktu pasien datang pertama kali, hanya sekitar 40- bagi beberapa pasien. Meskipun gemsitabin disetujui un-
45% kasus yang berpotensi sembuh dengan pembedahan' tuk digunakan sebagai agen tunggal pada kanker pankreas
Pasien yang datang dengan penyakit stadium II risiko- metastatik, angka respons urnumnya kurang dari 1'0%'
tinggi dan stadium III merupakan kandidat untuk men- tanpa adanya respons komplet. Saat ini berbagai upaya
dapat kemoterapi adjuvan dengan menggunakan regimen besar sedang dilakukan untuk menggabungkan gemsitabin
berbasis-oksaliplatin dalam kombinasi dengan 5-FU plus dengan berbagai regimen kombinasi dan untuk menge-
936 / BAB ss

tahui agen-agen baru yang menargetkan jalur transduksi disembuhkan melalui pendekatan modalitas kombinasi
sinyal yang dianggap berperan penting pada pertum- dengan menggunakan kemoterapi dan terapi radiasi.
buhan kanker pankreas. Salah satu agen yang memiliki
ciri seperti demikian adalah penghambat molekul kecil KANKER OVARIUM
erlotinib, yang menargetkar-r tirosin kinase terkait-EcFR. Pada sebagian besar pasien, kankerini tetap asimtomatik
Penggunaan agen tersebut baru-baru ini disetujui dalam
dan hanya menunjukka4 gejala setelah bermetastasis
kombinasi dengan gemsitabin pada kanker pankreas lokal ke rongga peritoneum. Pada stadium ini, pasien biasa-
tahap lanjut atau metastatik.
nya datang dengan asites maligna. Stadium kanker ini
perlu ditentukan secara tepat dengan menggunakan
KANKER PARU laparoskopi, ultrasound, dan pemindaian CT. Penderita
Kanker paru dapat dibagi menjadi dua subtipe histo- dalam stadium I tampaknya mendapat man-faat dari
patologik utama, yakni bukan-sel kecil (non-small cell) dan radioterapi urhole-abdomen dan mungkin mendapat man-
sel kecil (small cell). Kanker paru bukan-sel kecil (non-small faat tambahan dari kemoterapi kombinasi dengan cisplatin
czII lung curcer, NSCLC) merupakan sekitar 75-80% dari dan siklofosfamid.
semua kasus kanker paru, dan terdiri atas adenokarsino- Kernoterapi kombinasi merupakan pendekatan standar
ma, kanker sel skuamosa, dan kanker sel besar, sernentara pada penyakit stadium III dan stadium IV. Berbagai uji
kanker paru sel keal (anall cell lung carcinoma, SCLC) klinis teracak menunjukkan bahwa kombinasi paklitaksel
merupakan 20-25% sisanya. Ketika NSCLC didiagnosis dan cisplatin menunjukkan manfaat terhadap kesintasan
pada stadiuim lanjut disertai metastasis, prognosisnya jika dibandingkan dengan kombinasi standar cisplatin se-
sangatlah buruk, dengan median kesintasan sekitar 8 belumnya plus siklofosfamid. Saat ini, karboplatin plus
bulan. |elas bahwa pencegahan (terutama dengan tidak paklitaksel telah menjadi terapi pilihan. Pada pasien yang
merokok) dan deteksi dini tetap menjadi alat kendali datang dengan penyakit yang rekuren, penghambat topo-
utama. Bila didiagnosis pada tahap dini, reseksi bedah isomerase I topotekan, agen pengalkilasi altretamirt dan
dapat menyembuhkan pasien. Lebih lanjut, penelitian ter- doksorubisin liposomal digunakan sebagai monoterapi
kini menunjukkan bahwa kemoterapi adjuvan berbasis- agen tunggal.
platinum memberikan manfaat klinis pada penderita pe-
nyakit stadium IB, tr, dan IIIA yang patologis. Namurl KANKER TESTIS
pada kebanyakan kasus, telah terjadi metastasis jauh pada
Pengenalan kemoterapi kombinasi berbasis-plafinum me-
wakfu diagrosis ditegakkan. Pada keadaan-keadaan ter-
nimbulkan perubahan yang besar pada terapi penderita
tenfu, terapi radiasi dapat ditawarkan unfuk rneredakan
kanker testis tahap lanjut. Saat ini, kernoterapi dianjur-
nyeri, obstruksi jalan napas, atau perdarahan dan untuk
kan pada penderita seminoma dan penyakit seminoma-
mengotrati pasien dengan status kinerja (performance status)
tosa stadium IIC atau stadium III. Lebih dari %)% Pasien
yang tidak memungkinkannya mendapat terapi agresif.
berespons terhadap kemoterapi da4 bergantung pada
Penderita penyakit tahap lanjut umumnya dianjurkan
perluasan dan derajat keparahan penyakit, tercapai remisi
mendapat kernoterapi sistemis paliatif. Saat ini, pada pa-
komplet padaTUSO% pasien. I-ebih dari 50% pasien yang
sien yang memiliki status kinerja baik dan penderita yang
mencapai remisi komplet mengalami kesembuhan dengan
histologi kankernya nonskuamosa, pilihan terapinya ada-
kemoterapi. Pada pasien dengan penyakitberisiko rendah,
lah kombinasi antibodi anti-VEGF bevacizumab dengan
tiga siklus cisplatin, etoposid, dan bleomisin (protokol
karboplatin dan paklitaksel. Pasien yang trukan merupakan
PEB) atau ernpat siklus cisplatin dan etoposid memberikan
kandidat untuk mendapat terapi bevacizumab dianjurkan
hasil yang hampir sarna. Pada penderita yang berisiko-
mendapat regimen kemoterapi berbasis-platinum, meski-
tinggi, kombinasi cisplatin, etoposid, dan ifosfamid dapat
pun regimen non-platinum juga dapat digunakan sebagai
digumkan, begitu juga dengan etoposid dan bleomisin
altematif.
bersarna cisplatin dosis-tinggi.
Kanker pam sel kecil merupakan bentuk kanker paru
yang paling agresif, dan sangat ser'lsitif terhadap regi-
men kornbinasi berbasis-platinum, termasuk cisplatin dan
MELANOMA MALIGNA
etoposid atau cisplatin dan irinotekan. Penghambat topo- Setelah bermetastasis, rnelanoma maligna menjadi salah
isomerase tr irinotekan digunakan sebagai rnonoterapi lini satu neoplasma )'ang paling sulit diotrati karena meru-
kedua pada pasien yang gagal diterapi dengan regimen pakan neoplasma yang relatif resisten terhadap obat Da-
berbasis-platinurn. Ketika didiagnosis pada suatu shdium karbazin, temozolamid, dan cisplatin merupakan agen-
yang sebelum menyebar luas, penyakit ini berpotensi dapat agen sitotoksik yang paling aktif untuk penyakit ini.
KEMOTERAPI KANKER I 937
Agen biologis, termasuk interferon-a dan interleukin-2 siklofosfamid dianjurkan pada penyakit berisiko sedang
(IL-2), mungkin memiliki aktivitas yang lebih besar dari- hingga tinggi.
pada agen antikanker yang lama, dan terapi dengan IL-2
dosis-tinggi telah menimbulkan kesembuhan pada seke-
lompo( kecil pasien. Beberapa studi klinis secara aktif
KEGANASAN SEKUNDER DAN
sedang meneliti kombinasi terapi biologis dengan kom- KEMOTERAPI KANKER
binasi kemoterapi, yang saat ini dinamakan regimen Tirnbulnya keganasan sekunder merupakan komplikasi
biokemoterapi. Sampai sejauh ini, angka respons umum lanjut beberapa jenis kemoterapi kanker. Keganasan
dan angka respons komplet yang dihasilkan oleh regimen sekunder yang paling sering dijumpai adalah leukemia
biokemoterapi tampak jauh lebih tinggi jika dibanding- mielogenik akut (LMA). Agen pengalkilasi, prokarbaziry
kan dengan kemoterapi saja. Sayangnya, toksisitas akibat etoposid, dan radiasi pengion dianggap bersifat leukemo-
terapi ini tampaknya juga meningkat. Pendekatan ini genik. LMA telah diamati terjadi pada hingga 15% pen-
masih bersifat investigasional sehingga memerlukan studi derita penyakit Hodgkin yang mendapat radioterapi plus
lebih lanjut untuk menentukan apakah pendekatan ini kemoterapi MOPP dan pada penderita mieloma rnultipef
meningka tkan kesintasan pasien. karsinoma ovarium, atau karsinoma payudara yang di-
obati dengan rnelfalan. Risiko LMA diamati meningkat
KANKER OTAK setelah 2-4 tahun sejak kemoterapi dimulai dan rnencapai
Efikasi kemoterapi pada terapi glioma maligna masih ter- puncaknya pada 5 dan 9 tahun. Dengan membaiknya efi-
batas. Umumnya, golongan nitrosourea, karena kemam- kasi klinis berbagai macam regimen kemoterapi kombinasi
puannya untuk melintasi sawar darah-otak, menjadi agen yang menyebabkan peningkatan angka harapan hidup,
yang paling aktif pada penyakit ini. Carmustin (BCNU) dan pada beberapa kasus kesemtruhan penuh dari kanker,
dapat digunakan sebagai agen tunggal, atau lomustin masalah mengenai bagaimana kanker kedua dapat me-
(CCNU) dapat digunakan dalam kombinasi dengan pro- mengaruhi kesintasan jangka-pariiang semakin penting
karbazin dan vinkristin (regimen PCV). Selain itu, agen untuk dipikirkan. Sudah terdapat bukti yang menunjuk-
alkilasi yang paling baru, yakni temozolamid, aktif ter- kan bahwa beberapa agen pengalkilasi (misalnya, siklo-
hadap penyakit yang rekuren sehingga disetujui untuk fosfamid) mungkin kurang bersifat karsinogenik ketim-
indikasi ini. Subtipe histopatologis oligodendroglioma bang agen pengalkilasi lainnya (misalnya, meHalan). Uji
telah terbukti sangat kemosensitif sehingga regimen PCV sistematis mengenai karsinogenisitas obat-obat antikanker
menjadi terapi pilihan pada penyakit ini. pada beberapa *bdel binatang harus dapat menemukan
agen-agen yang kurang toksik sehingga dapat mengganti-
KORIOKARSINOMA kan agen-agen yang lebih karsinogenik dalam regimen
Tumor langka ini timbul dari jaringan trofoblastik janin kemoterapi.
dan merupakan kanker metastatik pertama yang disem-
buhkan dengan kemoterapi. Metotreksat tunggal meng-
hasilkan regresi lesi metastatik yang komplet, yang me-
nimbulkan ti.ggi.yu persentase angka kesembuhan. Saat
ini, terapi dengan metotreksat atau daktinomisin tunggal Pembaca sebaiknya membaca literatur yang
dianjurkan untuk penyakit berisiko-rendah, sementara dikeluarkan oleh masing-masing pabrik
pembuat obat untuk mengetahui informasi
regirnen kombinasi yang intens, seperti metotreksat dan
terkini.
leukovorin resane, etoposid, daktinomisiru vinkristin, dan

Chu E, DeVita VT Jr: Cancer Chentotherapy Dnry Mnnunl 2006, 6't' ed.
REFERENSI
Jones & Bartlett,2006.
Buku & Monograf DeVita VT, Jr, Hellman S, Rosenberg SAl Cmtcer: Principles and
Abbruzzesse jL et al: Gastrointestinnl Oncology" Oxford Univ Press, Practice of Oncolagy, Th ed. Lippincott Williams & Wilkins,
2m3. 2005.
Chabner BA" Longo DL: Cancer Clwnotherapy and Biotherapy: Frank DA: SignlTrnnsduction in Cmrcer- Kluwer Academic,2002
Principles md Practice,4e ed. Lippincoft Williams & Wilkins, Harris JR et al: Diseases of the Breast,3'd ed. Lippincott Williams &
2m6. Wilkins,2004.
938 / BAB ss

Hoskins Wl, Perez CA, Young RC: Principles and Practice of Rosenberg SA: Pinciples and Practice of tle Biologic Tlwapy of Cancer,
Gynecologic Otrcology.4,h ed. Lippincott Williams & Wilkins, 3'd ed. Lippincott Williams & Wilkins,2000.
20M.
Kantoff PW et al: Prostate Cancer: Principles and Practice. Lippincott Artiket & Ulasan
Wifliams & Wilkins, 2001. Abal M, Andreu JM, Barasoain I: Taxanes: Microtubule and
Kelsen DP et al: Gastrointestinal Oncology: Principles and practices.
centrosome targets, and cell cycle dependent mechanisms of
Lippincott Williams & Wilkins, 2001. action. Curr Cancer Drug Targets 2003;3:193.
Kufe D et al: Holland Frei Cancer Mediche, 7'h ed. BC Decker, Borst P et al: Mammalian ABC transporters in health and disease.
2006.
Ann Rev Biochem.200Z7'1. :537 0,
Pass HI et a7: Lrtng Cancer: Pitrciples and Practice,3.d ed. Lippincott
Williams & Wilkins, 20&1.
Khalil MY, Grandis l&Shin DM: Targeting epidermal growth
factor receptor: Novel therapeutits in the management of
Perez CA, Brady LW: Prfuciples and Practice of Rndiatiott Oncology, cancer. Expert Rev Anticancer Ther 2003;3:367.
4th ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2003. Skipper HE et al: Implications of biochemical, pharmacologic,
Pizzo PA, Poplack AG: Principles and Practice of Pediatric Ottcology, and toxicologic relationships in the design of optimal therapy.
5th ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
Cancer Chemother Rep 1970;54:43L.
Douglas F. Lake, PhD, Adrienne D. Briggs, MD, &
Emmanuel T. Akporiaye, PhD

Agen yang menekan sistem imun berperan penting dalam


mencegah penolakan organ atau jaringan cangkokan
AKRONIM
dan dalam pengobatan beberapa penyakit yang timbul
dari kesalahan pengaturan respons imun. Meskipun ADA Adenosin deaminase
mekanisme kerja pasti agen-agen tersebut masih belun,
ALG Globulin antilimfosit
jelas, pengetahuan tentang elemen dalam sistem imun
APC Antigen-presenting cell
ATG Globulin antitimosit
berguna untuk memahami efek agen tersebut. Agen yang CD Cluster of differentiation
rneningkatkan respons imun atau secara selektif n-reng- CSF Colony-stimulating factor
ubah keseimbangan berbagai macam komponen sistem CTL Limfosit T sitotoksik
imun juga menjadi penting dalam tata laksana penyakit DC Sel dendritik
tertentu, seperti kanker, AIDS, dan penyakit autoimun DTH Hipersensitivitas tipe lambat
atau inflamasi. Jumlah penyakit lain (infeksi, penyakit kar- FKBP FK-binding protein
diovaskular) yang menjadi calon manipulasi imun juga HAMA Human antimouse antibody
semakin bertambah. HLA Antigen leukosit manusia
IFN lnterferon
d.-,t*e,,/fu,/,vi@q
i#"r#;.dl-*"#*#"#+: .-d . ;"t, ,,s. trn f
j*'' .;!:;;;
" i6^b.
lGlV lmun globulin intravena
lL lnterleukin
ffi I. ELEMEN SISTEM IMUN LFA Leukocyte function-associated
antigen
RESPONS IMUN NORMAL MAB Antibodi monoklonal
MHC Major histocompatibil ity complex
Sistem imun telah berevolusi untuk melindungi pejamu '
Sel NK Sel natural killer
dari patogen yang menginvasi dan untuk mengeliminasi scrD Severe combined immunodef iciency
penyakit. Pada performa terbaiknya, sistem imun sangat disease
responsif terhadap patogen yang menginvasi, sambil TCR Reseptor sel T
tetap mempertahankan kemampuan unfuk mengenali dan TGF-B Tra n sf o rm i ng g rowth f acto r-$
toleran terhadap antigen sendiri. Perlindungan dari infeksi TH1, Tn2 Sel T helpertipe 1 dan 2
dan penyakit disediakan oleh upaya kolaboratif antara TNF Tumor necrosis factor
sistem imun bawaan dan sistem imun adaptif.

Sistem lmun Bawaan


Sistem imun bawaan merupakan lini pertama pertahanan nya, bakteri, jamur, parasit) dilakukan oleh komponen
terhadap patogen yang menyerang (antigen) dan meliputi biokimiawi seperti lisozim (penghancur dinding sel pep-
komponen fisik (misalnya, kulit), biokimiawi (misalnya, tidoglikan yang bersifat protektifl dan produk pemecahan
komplemen, lisozim, interferon), dan komponen selular ydng berasal dari aktivasi komplemen. Komponen kom-
(sel neutrofil, monosit, makrofag, natural klller [NK], dan plernen (Gambar 56-1) meningkatkan kerja fagositosis
naturalkiller-T INKT]). Kulit atau mukosa yang utuh men- makrofag dan neutrofil dengan bekerja sebagai opsonin
jadi penghalang pertama terhadap infeksi. Ketika peng- (C3b) dan kemoatraktan (C3a, CSa) yang merekrut sel
halang ini dapat ditembus, penghancuran patogen (misal- imun ke lokasi inflamasi. Aktivasi komplemen ini nantinya

939
940 / BAB s6

Komplemen (C
B Lisis bakteri
rc56:e6;'.cretl
(MAc)
Pelepasan garam,
protein, air, dll.
\l-d .,
l''\ i).j\
A Lokasi inflamasi
C3a,
C5a
--,49
Es!- @
ri+
Penghancuran bakteri

{sp@
o Bakteri

c3b

"<'7
T *rO

Sel endotel

Gambar 56-1. Peran komplemen dalam imunitas bawaan. Komplemen tersusun alas sembilan protein (C1-C9)
yang terpecah menjadi fragmen-fragmen selama aktivasi. A.'Komponen komplemen (C3a. C5a) menarik fagosit (1)
ke lokasi inflamasi (2); di sini, fagosit mengingesti dan mendegradasi patogen (3). 8.'Komponen komplemen C5b.
C5, C7. C8, dan C9 bergabung membentuk kompleks penyerang membran (membran attack complex, MAC) yang
melisiskan bakteri dan menghancurkannya. C Komponen komplemen C3b adalah opsonin yang melapisi bakteri
(l) dan memfasilitasi ingestinya (2) serta digestinya (3) oleh fagosit.

menyebabkan lisis patogen melalui pembentukan kom- Sel natural kilIer (NK) dan natural killer-T (NKT)
pleks penyerang membran (membrane attack complex) y*g yang direkrut ke lokasi inflamasi juga berperan terhadap
membuat lubang-lubang di membran dan menyebabkan timbulnya respons bawaan dengan menyekresi interferon-
bocomya komponen selular. gamma (IFN-fl, yang mengaktifkan makrofag jaringan
Selama respons inflamasi yang dipicu oleh infeksi, dan sel dendritik di lokasi tersebut. Sel NK disebut demi-
neutrofil dan monosit memasuki jaringan sasaran dari kian karena mampu mengenali dan menghancurkan sel
sirkulasi perifer. Influks selular ini diperantarai oleh pe- normal yang terinfeksi virus serta sel tumor, tanpa harus
lepasan dan kerja sitokin kemoatraktan (misalnya, IL-8 dirangsang terlebih dulu. Aktiwitas ini diatur oleh "killer
[CXCI-BI, mauophage chemotactic protein-l [MCP-l; CCL2], cell immunoglobulin-Iike receptors" KIR), y*g terdapat
dan maoophage inflammatory protein-l [MIP-1cr; CCL3D pada permukaan sel NK dan spesifik untuk molekul
dari sel endotel dan sel imun yang teraktivasi ftebanyakan major histocompatibility complex (MHC) kelas l. BiIa sel NK
makrofag jaringan) di lokasi inflamasi. Influks ini dipicu mengikat protein MHC kelas 1 (diekspresikan pada semua
oleh adhesi reseptor per:cnukaan sel pada sel imun dengan sel berinti) milik sendiri, KIR menyampaikan sinyal inhi-
ligan pada permukaan sel endotel yang teraktivasi. |ika bitorik sehingga mencegah sel NK membunuh sel pejamu
peristiwa ini berhasil terjadi, patogen y€tng menyerang yang normal" Sel tumor atau sel terinfeksi-virus yang
kemudian diingesti, didegradasi, dan dielirninasi sehingga ekspresi MHC kelas I-nya telah jauh berkurang tidak
penyakit dapat dicegah atau dipersingkat du-rasinya. mengikat KIR" sehingga terjadi aktivasi sel NK dan kernu-
IMUNOFARMAKOLOGI I 941
dian penghancuran sel target. Sel NK membunuh sel target
dengan melepas granula sitotoksik yang memicu kematian
sel terprogram.
Sel NKT mengekspresikan reseptor sel T serta berbagai
reseptor lain yang umum dijumpai pada sel NK. Sel NKT
mengenali antigen lipid mikroba yang dipresentasikan
oleh satu kelas molekul unik yang menyerupai MHC,
yakni CD1, dan terlibat dalam pertahanan pejamu terha-
dap agen mikroba, penyakit autoimury dan tumor.

Sistem lmun Adaptif


Sistem imun adaptif dimobilisasi oleh sinyal dari respons Antigen-
bawaan ketika proses pada sistem imun bawaan tidak presenting cell
mampu mengatasi tsuatu infeksi. Sistem imun adaptif Gambar 56-2. Aktivasi sel T oleh antigen-presenting cell
memiliki sejumlah ciri yang memegang peranan dalam memerlukan pengikatan reseptor sel T oleh kompleks
peptida-MHC (sinyal 1) dan ikatan molekul kostimulatorik
keberhasilannya mengeliminasi patogen. Ciri ini meliputi
(CD80, CD85) yang terdapat pada sel dendritik ke CD28
kemampuan untuk (1) berespons terhadap berbagai ma- yang terdapat pada sel T (sinyal 2). Sinyal aktivasi tersebut
cam antigen, tiap antigen dengan cara yang spesifik; (2) diperkuat oleh interaksi CD40/CD40L dan ICAM-I/LFA-1.
membedakan antara antigen (patogen) asing (" non-self') Pada respons imun normal, aktivasi sel T diatur oleh CTLA-4
yang berasal dari sel T, yang berikatan dengan CD80 atau
dan antigen sendiri (selfi mlhk pejamu; dan (3) berespons
CD86 dengan afinitas yang lebih tinggi daripada CD28 dan
terhadap antigen yang pemah dijumpai menurut cara mengirimkan sinyal inhibitorik ke inti sel T.
yang telah dipelajari dengan memulai suatu respons me-
mori yang intens. Respons adaptif ini berujung pada di-
produksinya antibodi, yang merupakan efektor imunitas
humoral; dan aktivasi limfosit T, yang merupakan efektor tas ikatan CTLA-4 yang lebih tinggi terhadap CD80 dan
imunitas berperantara-sel. CD86, CTLA-4 menggantikan posisi CD28 sehingga ll:.e-
Induksi imunitas adaptif spesifik memerlukan peran nimbulkan penekanan aktivasi dan proliferasi sel T. Sifat
serta antigen-presenting cells (APC) profesional, yang CTLA-4 ini telah dipergunakan sebagai satu strategr
meliputi sel dendritik (DC), rnakrofag, dan limfosit B. untuk mempertahankan respons imun yang diinginkan,
Sel-sel ini berperan penting dalam induksi respons imun seperti halnya bentuk r€spons yang melawan terjadinya
adapfif karena kemampuannya untuk memfagositosis kanter. Suatu antibodi rekombinan terhumanisasi yang
atau mengendositosis antigen protein, dan secara enzima- mengikat CTLA-4 (ipilimumab) mencegah ikatan CTLA-4
tik mencema antigen tersebut untuk menghasilkan pep- dengan CD80/CD86 sehingga bentuk aktif sel T dapat
tida, yang kemudian ditempelkan ke protein MHC kelas dipertahankan. Uji vaksin-yang baru saja selesai dila-
I atau kelas II dan "dipaparkan" ke reseptor permukaan kukan-terhadap pasien melanoma metastatik yang men-
sel T (TCR) (Gambar 5G2). Sel T CD8 mengenali kompleks dapat antibodi anti-CTLA-4 melaporkan adanya respons
peptida MHC kelas_ I, sementara sel T CD4 mengenali klinis objektif pada beberapa pasien yang mendapat
kompleks peptida MHC kelas II. Setidaknya diperlukan pengobatan. Sayangnya, respons yang menguntungkan
dua sinyal untuk mengaktivasi sel T. Sinyal pertama ini berkaitan dengan timbulrrya toksisitas autoimun pada
dikirimkan setelah TCR berikatan dengan molekul MHC beberapa pasien sehingga tirnbul kekhawatiran mengenai
terikat-peptida. Pada keadaan tidak adanya sinyal kedua, pendekatan ini.
sel T menjadi tidak responsif (anergik) atau mengalami Lirnfosit T berkembang dan belajar mengenali antigen
apoptosis. Sinyal kedua melibatkan ligasi molekul kosti- sendiri dan antigen asing di dalam timus. Sel T yang me-
mulatorik (CD40, CD80 fuga dikenal sebagai 8;7-11, dan miliki afinitas ikatan yang tinggi terhadap antigen sen-
CDS6 [ juga dikenal sebagai B7-2]) yang terdapat pada diri dalam timus mengalami apoptosis (seleksi negatif);
antigen-presenting cells terhadap masing-masing ligannya sementam sel T yang mampu mengenali antigen asing
(CDtCIL untuk CD40, CD28 untuk CD80 atau CD86). denganadanya molekul MHC milik sendiri dipertahankan
Aktivasi sel T diregulasi melalui lengkung umpan balik dan diperbanyak (seleksi positif) untuk diekspor ke peri-
negatif yang melibatkan molekul lain, yang dikenal seba- fer (kelenjar getah bening, Iimpa, jaringan Iimfoid terkait-
gai T-lymphocyte-associated antigen 4 (CILAA). Setelah mukosa, darah perifer). Di daerah perifer, sel T ini menjadi
CD28 berikatan'dengan CD80 atau CD86, CTLA4 dalam aktif setelah berjumpa dengan peptida yang dipresentasi
sitoplasma dimobilisasi ke permukaan sel. Karena afini- oleh MHC (Gambar 5G2 dan 5G3).
942 / BAB s6

Bakteri
* €,
.H
teropsontsasl v

@",";
I
Antigen-
presenting
cell

Limfosit T

tL-2

lFNl
TNF.P
Kelas
_J imunoglobulin
/ffi *\

@
lgG
'{
H d\.}J
s {*t't{
tTHR
Il Bt .{l
\t"-. ,i
\#
@w +
__-4
\
'* tgA
lgD

@ J:Z
..-_6
Makrofag Sel NK Sel T sitotoksik
teraktivasi teraktivasi teraktivasi 1
(membunuh
bakteri)
(membunuh
sel terinfeksi
(membunuh
Sel B Memori
*\ --4
sel tumor dan
virus dan Sel Plasma
sel terinfeksi
sel tumor) virus)

lmunitas yang diperantai sel lmunitas humoral


Gambar 56-3. Skema interaksi selular selama pembentukan respons imun humoral dan respons imun
berperantara-sel (lihat teks). Cabang skema yang menerangkan tentang respons imun berperantara-
sel melibatkan ingesti dan digesti antigen oleh antigen-presenting ce//s seperti makrofag. Sel TH yang
teraktivasi menyekresi lL-2, menyebabkan terjadinya proliferasi dan aktivasi limfosit T sitotoksik,
serta subset sel Tr1 dan TH2. Sel THi juga menghasilkan IFN-y dan TNF-p, yang dapat secara langsung
mengaktifkan makrofag dan sel NK. Respons humoral terpicu bila limfosit B mengikat antigen melalui
imunoglobulin pada permukaannya; limfosit B tersebut kemudian diinduksi oleh lL-4 dan lL-5 yang
disekresi oleh TH2 sehingga berproliferasi serta berdiferensiasi menjadi sel memori dan sel plasma yang
menyekresi antibodi. Sitokin regulatoris, seperti IFN-y dan lL-'10, masing-masing mengurangi respons TH2
dan Ts1.
IMUNOFARMAKOLOGI I 943
Penelitian menggunakan klon sel T murin menunjuk- ulang gen imunoglobulin; bagi kedua jenis sel tersebut,
kan adanya dua subset limfosit T helper (Tu1 dan TH2) penentuan ini teryadi sebelum adanya pertemuan dengan
berdasarkan sitokin yang disekresi oleh keduanya setelah antigen. Saat bertemu dengan antigen, sel B yang mafur
teraktivasi. Batasan ini tidak begitu jelas pada manusia. mengikat antigen, menginternalisasi dan melnrosesnya,
Subset Tu1 secara khas menghasilkan interferon-y (IFN-y), serta mempresentasikan peptida hasil olahan dalam ke-
interleukin-2 (IL-2), dan tumor necrosis factor-B (TNF-P) adaan terikat pada MHC kelas II atau sel helper CD4, yang
dan metricu imunitas berperantara sel melalui aktivasi pada gilirannya akan menyekresi IL-4 dan IL-5. Interleukin
makrofag, sel T sitotoksik (CTL), dan sel NK. Subset Ts2 ini merangsang proliferasi dan diferensiasi sel B menjadi
menghasilkan lL-4, lL-s, IL-6, dan IL-10 (dan terkadang sel B memori dan sel plasma yang menyekresi antibodi.
IL-13), yang memicu proliferasi dan diferensiasi sel B Respons antibodi primer sebagian besar terdiri atas imu-
menjadi sel plasma yang menyekresi antibodi. IL-10 yang noglobulin kelas IgM. Stimulasi antigenik yang terjadi
dihasilkan oleh sel Tu2 menghambat produksi sitokin sel berikutnya menyebabkan respons "booster" yang hebat,
Tu1 melalui penurunan ekspresi MHC oleh APC. Sebalik- disertai dengan perubahan kelas sehingga menghasilkan
nya, IFN-y yang dihasilkan oleh sel Tu1 menghambat pro- antibodi IgG, IgA, dan IgE dengan berbagai fungsi efektor
liferasi sel Tu2 (Gambar 56-3). Meskipun kedua subset yang berbeda (Gambar 56-3). Berbagai antibodi ini juga
tersebut telah dapat dideskripsikan dengan baik secara mengalami maturasi afinitas sehingga memungkinkan
in vitro, sifat tantangan antigenik yang memunculkan fe- anLibodi tersebut untuk berikatan lebih efektif dengan
notip TH1 atau Tn2 tidaklah terlalu jelas. Bakteri ekstrasel antigen. Dengan berjalarurya waktu, hal ini menyebabkan
biasanya mendorong produksi sitokin Tu2, yang berujung eliminasi mikroorganisme yang lebih cepat pada infeksi
pada dihasilkannya antibodi opsonik atau netralisasi. berikutrya. Antibodi memperantarai fungsi fagosit dengan
Sbbaliknya, organisme intrasel (misalnya, mikobakteria) bekerja sebagai opsonin untuk meningkatkan fagositosis
mendukung produksi sitokin Tn1, sehingga menyebab- dan sitotoksisitas selular serta dengan mengaktifkan
kan terjadinya aktivasi sel efektor seperti makrofag. Telah komplemen untuk mernunculkan respons inflarnasi dan
ditemukan adanya suatu subset sel T lainnya yang belum menginduksi lisis bakteri (Gambar 56-4).
terlalu jelas dideskripsikan (TH3); subset ini menghasilkan
transforming growth factor-B GGF-B), yang fungsinya meli-
RESPONS IMUN ABNORMAL
pufi pengurangan proliferasi dan diferensiasi limfosit T.
Meskipun respons imun yang berfungsi normal dapat
Limfosit T CD8 mengenali berbagai peptida yang di-
proses secara endogen dan yang dipresentasikan oleh sel
dengan sukses menetralisasi toksin, menginaktifkan
virus, menghancurkan sel yang mengalami transforrnasi,
yang terinfeksi virus atau sel tumor. Peptida ini biasanya
berupa fragmen-fragmen berisi sembilan asam amino dan mengelirninasi patogery respons yang tidak tepat
dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang luas (hiper-
yang berasal dari antigen protein tumor atau virus di
dalam sitoplasma dan ditempelkan ke molekul MHC sensitivitas) atau reaktivitas terhadap antigen sendiri
(autoimunitas); sebaliknya, gangguan reaktivitas terhadap
kelas I (Gambar 56-2) dalam retikulum endoplasma.
target yang sesungguhnya (imunodefisiensi) dapat terjadi
Sebaliknya, molekul MHC kelas 'II mempresentasikan
peptida (biasanya "1L-22 asam amino) yang berasal dari dan merusak mekanisme pertahanan esensial.
patogen ekstrasel (eksogenus) ke sel T helper CD4 Pada
beberapa keadaan, antigen eksogenus, setelah ingesti oleh Hipersensitivitas
APC, dapat dipresentasikan pada molekul MHC kelas I Hipersensitivitas dapat diklasifikasikan sebagai hipersen-
ke sel T CD8. Fenomena ini disebut sebagai "presentasi sitivitas berperantara-antibodi atau berpelantara-sel. Tiga
silang" dan dianggap bermanfaat mengl-rasilkan respons jenis hipersensitivitas yang ada diperantarai antibodi (tipe
imun yang efektif terhadap sel pejamu yang terinfeksi dan I-III), sementara hipersensitivitas keempat diperantarai
tidak mampu menstimulasi limfosit T. Saat diaktivasi, sel oleh sel (tipe IV). Hipersensitivitas terjadi dalam dua fase:
T CD8 menginduksi kematian sel target melalui enzim fase sensitisasi dan fase efektor. Sensitisasi timbul pada
granul litik ("granzim"), perforin, dan jalur apoptosis Fas- pajanan awal antigen; fase efektor melibatkan rnemori
Fas ligan (Fas-FasL). imunologik dan menyebabkan terjadirrya patologi pada
Limfosit B mengalami seleksi dalam sumsum tulang, jaringan saat terpajan antigen yang sama berikutnya.
dan selama tahap ini, limfosit B yang reaktif terhadap
antigen sendiri secara klonal didelesi, sementara klon sel
A. HrpenserusrrlvlrAs Secenn

B yang spesifik untuk antigen asing dipertahankan dan Hipersensitivitas segera, atau tipe I, adalah hipersensiti-
diperbanyak. Daftar spesifisitas antigen oleh sel T secara fitas yang diperantarai oleh IgE; dengan gejala yang biasa-
genetik ditentukan dan berasal dari pengataran genreseptor nya timbul dalam hitungan menit setelah pasien terpajan
sel T, sementara spesifisitas sel. B berasal dari penataan- antigen.
944 I BAB s6

'o*o=-q

Daerah
ikatan Daerah
antigen engsel
Daerah penentu
afinitas
(complementarity-
determining region,
cDR)
,t ct
Daerah Fc
art\,

c ,/ fxd9
Reseptor F6 Opsonisasi
Y
\'A' I
I
Aktivasi
komplemen
Makrofag

l-d*
M#r; }oq

@
baKeri

Gambar 56-4. Antibodi memiliki berbagai fungsi. Antibodi prototipikal terdiri .t"t Or" rantai berat (H) dan
dua rantai ringan (L), tiap rantai tersebut terbagi menjadi daerah konstan (C., C") dan daerah variabel (V'
Vr). Struktur ini disatukan oleh jembatan-jembatan disulfida antar-rantai dan inter-rantai. A.'Daerah penentu
afinitas (complementarity-determining region, CDR) yang terdapat dalam bagian ikatan antigen di antibodi
mengikat penentu antigenik (epitop) dengan cara seperti lubang dan anak kunci (lock and key).8; Kompleks
antigen-antibodi mengaktifkan komplemen untuk menghasilkan komponen komplemen terpisah yang
menyeb'abkan lisis bakteri. C.'Bagian Fc di antibodi berikatan dengan reseptor Fc yang terdapat pada fagosit
(misalnya, makrofag, neutrofil) dan memfasilitasi ambilan bakteri (opsonisasi).

1. Tipel-Hipersensitivitas tipe I terjadi akibat pertautan sengatan serangga, ingesti makanan-makanan tertenfu,
silang IgE yang terikat-membran pada basofil darah atau hipersensitiwitas obat) memerlukan penanganan
atau sel mast jaringan oleh antigen. Pertautan silang ini medis segera.
menyebabkan sel mengalanri degranulasi dan melepaskan 2 Tipe Il-Hipersensitivitas tipe II terjadi akibat pem-
beberapa zat seperti histamin, leukotrieru dan faktor bentukan kompleks antigen-antibodi antara antigen
kemotaktik eosinofil, yang memicu anafilaksis, asma, asing dan imunoglobulin igG atau IgM. Salah satu contoh
demam hay, atau urtikaria ftiduran) pada individu yang jenis hipersensitivitas ini adalah reaksi kansfusi darah
terkena (Garnbar 5G5). Reaksi hipersensitivitas tipe I yang dapat terjadi jika darah tidak dicocok-silang (cross-
yang berat, seperti anafilaksis sistemik (misalnya, akibat matched) dengan benar. Antibodi yang telah terbentuk se-
IMUNOFARMAKOLOGI I 945
Fase sensitisasi

Fase efektor

Sel plasma pensekresi lgE


lgE spesifik terhadap alergen Alergen berikatan-silang dengan lgE
pada sel mast {atau basofil) dan
memicu degranulasi serta pelepasan
mediator farmakologik.

Mediator Efek Gejala klinis


Histamin polos
Kontraksi otot $."
Serotonin Vasodilatasi Demam hay
Leukotrien Peningkatan permeabilitas Ruam kulit
Prostaglandin + vaskular + Anafilaksis lokal
Bradikinin Agregasi trombosit Anafilaksis sistemik
Protease Aktivasi komplemen
Faktor kemotaKik eosinofil Sekresi mukus
Faktor kemotaktik neutrofi I

Gambar 56-5. Mekanisme hipersensitivitas tipe l. Pajanan awal ke alergen (fase sensitisasi)
menyebabkan diproduksinya lgE oleh sel plasma yang berbeda dengan sel B yang spesifik
terhadap alergen (tidakditunjukkan). lgE yang disekresi mengikat reseptor spesifik lgE (FceR)
yang terdapat pada basofil darah dan sel mastjaringan. Pajanan ulang antigen menyebabkan
pertautan-silang lgE terikat-membran (fase efektor). Pertautan-silang ini menyebabkan
degranulasi granula sitoplasmik dan pelepasan mediator yang memicu vasodilatasi, kontraksi
otot polos, dan meningkatkan permeabilitas vaskular. Efek ini menyebabkan timbulnya gejala
klinik yang khas untuk hipersensitivitas tipe l.

belumnya berikatan dengan antigen membran sel darah penisilin kepada pasien yang alergik. Pada pasien tersebut,
merah sehingga kaskade komplemen teraktivasi, meng- penisilin berikatan dengan sel darah merah atau jaring-
hasilkan kompleks penyerang membran yang melisiskan an pejamu lainnya untuk membentuk neoantigen yang
sel darah merah yang ditransfusikan. Pada penyakit he- mencetuskan produksi antibodi yang mampu memicu
molitik yang diderita neonaf,rs, antibodi IgG anti-Rh terjadinya lisis sel darah merah yang diperantarai oleh
yang dihasilkan oleh ibu Rh-negatif melintasi plasenta, komplemen. Pada beberapa keadaan, pemberian penisilin
berikatan dengan sel darah merah janin Rh-positif, dan berikutrrya dapat menyebabkan anafilaksis sistemik (hi-
merusaknya. Penyakit ini dapat dicegah pada kehaurilan persensitivitas tipe l).
berikutnya dengan memberikan antibodi anti-Rh kepada 3. Tipe Ill-Hipersensitiwitas tipe III terjadi akibat ada-
ibu 24-48 jam pascapersalinan (lihat Antibodi sebagai Agen nya peningkatan kadar kompleks antigen-antibodi yang
Imunosupresif, di bawah). Hipersensitivitas tipe II dapat menumpuk pada membran basal jarin$an dan pembuluh.
juga dipicu oleh obat dan dapat terjadi selama pemberian Penumpukan kompleks imun mengaktifkan komplemen
946 / BAB 56

Fase sensitisasi: Fase efektor: Sitokin Efek


kontak awal kontak sekunder
dengan antigen dengan antigen

tL-8 Kemotaksis
tL-1 Reseptor lL-2 MIF makrofag
MCP

tL-2 Aktivasi
makrofag
lFNl (peningkatan
TNF-B aktivitas
ti* iSlol,cn,r
Proliferasi dan
diferensiasi
fagositik dan
mikrobisidal)
MHC kelas ll lnduksi
Antigen-presenting lL-3 mielopoiesis
cell (misalnya, makrofag, GM-CSF makrofag dan

w
sel Langerhans) prekursor neutrofil

lL-8 Kemotaksis dan


Makrofag
TNF-cr ekstravasasi
Tp1;1 memori MIP makrofag

Gambar 56'6' Mekanisme hipersensitivitas tipe lv (DTH). Dalam fase sensitisasi, alergen yang
diproses (misalnya,
du'i oak) dipresentasikan ke sel iril cD4.oleh antigen-preseitiig cettdalam kondisi
pada'::y.1Po|on menempet
MHC kelas ll' Sel T di.induksi untuk mengekspresikun l."r"itor. iL-z o.n
d'irangsang untur< uerproiiferasi dan
berdiferensiasi menjadi sel Tor" memori. Kont!k kedua dengan antigen
-"ri.u fJ-se eLktor; p"al r"r"ini,;; i;r,
memori melepaskan sitokin yang menarik dan mengaktifkan neutrJtil dan
makrofag inflamatorik nonspesifik. sel-sel
ini memiliki peningkatan aktivitas fagositik dan mikrobisidal serta melepaskan banyit<
kerusakan jaringan
iitiI yang menyebabkan
yang luas. "nrirn

untuk menghasilkan komponen dengan aktivitas anafi- respons DTH sangat efektif mengeliminasi infeksi yang
latoksik dan kemotaktik (C5a, C3a, C4a), yang mening_ disebabkan oleh patogen intrasel seperti Mycobacteium
katkan permeabilitas vaskular dan merekrut r-reutrofil ke tuberculosis dan Leishmania sp. Manifestasi klinis DTH
lokasi penumpukan kompleks. penumpukan kompleks meliputi hipersensitivitas tuberkulin dan kontak. pajanan
dan kerja enzim litik yang dilepaskan oleh neutrofil dapat tuberkulosis ditentukan menggunakan uji kulit DTH. Res-
menyebabkan timbulnya ruam kulit, glomerulonefritis, pons positif menunjukkan adanya eritema dan indurasi
dan artritis pada penderitanya. Jika pasien mengalami hi- yang disebabkan oleh akumulasi makrofag dan sel T DTH
persensitivitas tipe III terhadap satu antigen tertentu, ge_ pada lokasi injeksi tuberkulin. Tanam an poison iuy me-
jala klinis biasanya timbul 3 sampai 4 hari setelah pajanan
rupakan penyebab tersering terjadinya hipersensitivitas
antigen. kontak; dalam tanaman ini, pentadekakatekol, suatu zat
B. Trpe lV: HrpenserustrrvtrAs Trpe Lerilenr kimiawi lipofilik, memodifikasi jaringan sel dan menye-
babkan timbulnya respons sel T DTH.
Tidak seperti hipersensitivitas fipe I, II, dan III, hiper-
sensitivitas tipe lambat (delaye d-type hypersensitiaity, DTH)
diperantarai oleh sel, dan respons terhadapnya timbul 2-3 Autoimunitas
hari setelah pajanan antigen yang menyensitisasi. DTH Penyakit autoimun timbul bila tubuh memunculkan
disebabkan oleh sel Tu1 DTH yang spesifik terhadap anti- respons imun terhadap dirinya sendiri akibat kegagalan
gen dan menginduksi respons inJlamasi lokal yang me- membedakan jaringan dan sel fubuh sendiri dengan anti-
nyebabkan kerusakan jaringan, yang ditandai dengan gen asing. Fenomena ini berasal dari aktivasi limfosit B
influks sel-sel inflamasi yang nonspesifik terhadap anti- 'dan T yang reaktif terhadap tubuh sendiri dan menim-
gen, terutama makrofag. Sel-sel tersebut direkrut di bawah bulkan respons imun humoral atau respotls imun ber-
pengaruh sitokin yang diproduksi TH1 (Gambar 56-6) perantara sel yang diarahkan terhadap antigen sendiri.
yang merupakan kemoatraktan terhadap monosit dar-r Konsekuensi patologik reaktivitas ini rnendasari beberapa
neutrofil dalam sirkulasi, menginduksi mielopoiesis, dan jenis penyakit autoimun. Penyakit autoimun sangatlah
mengaktifkan makrofag. Makrofag yang teraktivasi ter- kompleks karena berurusan dengan genetika MHC, ke-
utama berperan menimbulkan kerusakan jaringan pada adaan lingkungan, entitas infeksius, dan disfungsi peng-
DTH. Meskipun banyak dianggap bersifat merugikan, afuran imun. Contoh penyakitnya adalah artritis reuma-
IMUNOFARMAKOLOGI I 947
toid, lupus eritematosus sistemik, sklerosis multipel, dan Individu yang mengalami kelainan sering kali menderita
diabetes melitus bergantung insulin (diabetes tipe 1). Pada infeksi yang disebabkan oleh organisme oportunistik yang
artritis reumatoid, diproduksi antibodi IgM (faktor reu- patogenisitasnya rendah bagi pejamu yang imunokompe-
matoid).yang bereaksi dengan bagian Fc IgG dan dapat ten. Contoh penyakit imunodefisiensi yang didapat secara
membentuk kompleks imun yang mengaktifkan kaskade kongenital antara lain agammaglobulinemia terkait-X,
komplemen, menyebabkan inflamasi kronik pada sendi sindrom DiGeorge, dan seaere combined immunodeficiency
dan ginjal. Pada lupus eritematosus sistemik, tercipta disease (SCID) akibat defisiensi adenosin deaminase
antibodi yang melawan DNA, histon, sel darah merah, (ADA).
trombosit, dan komponen selular lainnya. Pada sklerosis Agammaglobulinemia terkait-X adalah penyakit pada
mulLipel dan diabetes tipe 1, serangan autoimun yang di- kaum laki-laki yang memiliki ciri khas berupa kegagalan
perantarai sel masing-masing menghancurkan mielin yang limfosit B imatur untuk berkembang dewasa menjadi sel
membungkus sel saraf dan sel B (beta) pulau Langerhdns plasma yang menghasilkan antibodi. Individu penderita-
pankreas penghasil insulin. Pada diabetes tipe 1, sel Torn nya rentan menderita infeksi bakteri rekuren, meskipun
CD4 aktif yang menginfiltrasi pulau Langerhans dan me- respons berperantara-sel terhadap virus dan jamur tetap
ngenali peptida sel pulau B sendiri diduga menghasilkan terjaga. Sindrom DiGeorge disebabkan oleh gagal ber-
sitokin yang merangsang makrofag untuk memproduksi kembangnya timus yang mengakibatkan tidak adanya
enzim litik; enzim ini menghancurkan sel B pulau respons sel T (Torn, CTL), sementara respons humoral tetap
Langerhans. Autoantibodi yang melawan antigen sel pu- terlaga.
lau B turut dihasilkan, tapi tidak terlalu berperan dalam Enzim ADA biasanya mencegah akumulasi deoksi-
timbulnya penyakit. ATP yang toksik dalam sel. Deoksi-ATP terutama bersifat
Telah diajukan sejumlah mekanisme untuk menjelas- toksik terhadap limfosit, dan menyebabkan kematian sel
kan tentang autoimunitas: T dan B. Dengan demikian, ketiadaan enzim ini menim-
bulkan SCID. Pemberian enzim murni melalui infus (pe-
(1) Pajanan limfosit T swareaktif kepada antigen yang
gademase, dari sapi) dan transfer limfosit yang telah
sebelumnya tidak terpapar pada sistern imun (misalnya,
dimodifikasi dengan gen ADA, telah berhasil digunakan
protein lensa, protein dasar mielin).
untuk mengobati penyakit ini.
(2) Mimikri molekular oleh patogen penginvasi; pada
AIDS menjadi contoh klasik penyakit imunodefisiensi
mekanisme ini, respons imun diarahkan kepada determi-
yang disebabkan oleh faktor ekstrinsik, dalam hal ini
nan antigenik yang terdapat pada patogen yang memiliki
human immunodefciency airus (HlY). Virus ini menunjuk-
epitop yang identik atau serupa dengan jaringan pejamu
kan tropisme yang kuat terhadap selT helper CD4; sel-sel
normal. Fenomena ini dijumpai pada demam reumatik
ini lama-kelamaan akan habis sehingga menyebabkan ter-
pascainfeksi Streptococans pyogenes; kerusakan jantung
jadinya peningkatan frekuensi infeksi oportunistik dan
dianggap timbul dari respons imun yang diarahkan ter-
keganasan pada individu yang terinfeksi. AIDS juga me-
hadap antigen streptokokus yang juga dimiliki oleh otot
miliki ciri khas yakni adanya ketidakseimbangan sel Tn1
jantung. Perkiraan bahwa virus merupakan penyebab
dan Tn2, dan rasio serta fungsinya lebjh condong ke arah
penyakit autoimun diduga terjadi karena respons imun
Tn2, sehingga timbul hipergamma globul inemia, hilangnya
(baik humoral maupun berperantara-sel) yang mengarah
aktivitas limfosit sitotoksik, serta hipersensifiivitas lambat.
pada epitop virus yang menyerupai antigen sendiri yang
Agen imunosupresif terbukti bermanfaat memperkecil
dulunya tidak terpapar ke sistem imun.
kejadian atau dampak merugikan dari efek respons imun
(3) Ekspresi molekul MHC kelas II yang tidak tepat pada
yang berlebihan atau tidak pada tempatnya. Sayangnya,
membran sel yang biasanya tidak mengekspresikan MHC
agen-agen ini juga berpotensi menyebabkan penyakit dan
kelas II (misalnya, sel B pulau Langerhans). Peningkatan
meningkatkan risiko infeksi serta keganasan.
ekspresi MHC II meningkatkan presentasi peptida sendiri
ke sel T helper, yang pada gilirannya memicu sel CTL, Tor",
dan sel limfosit B yang bereaksi terhadap antigen sendiri.
W II. AGEN IMUNOSUPRESIF
Penyakit lmunodef isiensi
Penyakit imunodefisiensi timbul akibat tidak adekuatnya GLUKOKORTIKOID
fungsi sistem imun; konsekuensinya antara lain nrening- Glukokortikoid (kortikosteroid) merupakan agen hormo-
katnya kepekaan terhadap infeksi serta bertambal-r lama nal pertama yang diketahui memiliki sifat limfolitik.
dan beratnya penyakit. Peny4kit imunodefisiensi bisa saja Apapun glukokortikoid yang diberikan akan menurun-
didapat secara kongenital atau berasal dari faktor eks- kan ukuran serta kandungan limfoid pada kelenjar
trinsik seperti infeksi bakteri atau virus atau terapi obat. getah bening dan limpa, meskipun glukokortikoid tidak
948 / BAB 56

memiliki efek toksik pada sel punca mieloid atau eritroid lranskripsi gen lL-2, IL-3, IFN-y, dan faktor'lain yang
yang sedang berproli{erasi dalam sumsum tulang. dihasilkan oleh sel T terstimulasi-antigen, tapi siklosporin
Glukokortikoid dianggap mengganggu siklus sel dari tidak menyekat efek faktor-faktor tersebut pada sel T yang
sel lir4foid yang teraktivasi. Perincian mekanisme kerja sudah siap (pimed) atau mencegah interaksinya dengan
glukortikoid dijelaskan pada Bab 39. Glukokorrikoid antigen.
cukup bersifat sitotoksik pada beberapa subset sel T ter- Siklosporin dapat diberikan secara intravena atau oral,
tentu, tapi efek imunologiknya mungkin disebabkan oleh meskipun obat ini diserap secara perlahan-lahan dan tidak
kemampuannya memodifikasi fungsi selular ketimbang sempurna (2Gffi%). Obat yang diabsorpsi terutama dirneta-
sitotoksisitas langsung. Meskipun imunitas selular lebih bolisasi oleh sistem enzim P450 3A dalam hati sehingga
terpengaruh daripada imunitas humoral, respons antibodi menghasilkan beragam interaksi obat. Adanya kecende-
primer dapat menghilang, dan dengan penggunaan secara rungan untuk te4adinya interaksi obat ini menyebabkan
terus-menerus, respons antibodi yang sebelumnya sudah beragamnya bioavailabilitas pada tiap pasien sehingga dosis
baik juga ikut menurun. Selain itu, pemberian kortikoste- siklosporin pada tiap individu perlu disesuaikan menurut
roid secara terus-menerus meningkatkan laju katabolik kadar keadaan mantap obat dalam ciarah dan kisaran tera-
fraksional IgG, suatu kelas utama antibodi imunoglobulin, peutik yang diinginkan untuk obat tersebut. l-arutan siklos-
sehingga menurunkan kadar efektif antibodi teftentu. porin untuk mata saat ini tersedia untuk sindrom mata ke-
Sebagai contoh, hipersensitivitas kontak yang diperan- ring yang bera! serta reaksi graf-pejamu. Siklosporin inhalasi
tarai oleh sel T DTH biasanya diredakan oleh terapi gluko- sedang diteliti untuk digunakan dalam transplantasi paru.
kortikoid. Penggunaan obat ini menimbulkan berbagai toksi-
. Glukokortikoid digunakan dalam berbagai macam sitas, meliputi nefrotoksisitas, hipertensi, hiperglikemia,
kondisi (l{at Tabel 5G1). Sifat imunosupresif dan anti- disfungsi hati, hiperkalemia, perubahan status mentai,
inflamasi kortikosteroid membuatnya bermanfaat dalam kejang, dan hirsutisme. Siklosporin sangat kecil menye-
berbagai penyakit, seperti purpura trombositopenik idio- babkan toksisitas sumsum tulang. Meskipun telah diamati
patik dan arkitis reumatoid. Glukokortikoid memodulasi terjadi peningkatan insidens limfoma dan kanker lainnya
reaksi alergik dan bermanfaat dalam tatalaksana penyakit (sarkoma Kaposi, kanker kulit) pada resipien organ trans-
seperti asma atau sebagai pramedikasi unfuk agen lain plan yang mendapat siklosporin, agen imunosupresif
(misalnya, produk darah, kemoterapi) yang mungkin me- lainnya juga dapat meningkatkan risiko kanker. Beberapa
nyebabkan respons imun yang tidak diinginkan. Gluko- temuan menunjukkan bahwa tumor dapat timbul setelah
kortikoid adalah terapi imunosupresif lini-pertama pada terapi siklosporin karena obat ini memicu TGF-8, yang
resipien yang mendapat transplan organ solid atau sel memudahkan terjadinya invasi tumor serta metastasis.
punca hematopoietik, dengan hasil yang bervariasi. Tok- Siklosporin dapat digunakan sebagai obat tunggal atau
sisitas terapi glukokortikoid jangka-panjang dapatlah berat dalam kombinasi dengan imunosupresan lain, khusus-
dan dibahas pada Bab 39. nya glukokortikoid. Siklosporin telah berhasil digunakan
sebagai safu-safunya imunosupresan untuk transplantasi
LIGAN IMUNOFILIN ginjal, pankreas, dan hati dari kadaver, dan obat ini'juga
terbukti sangat bermanfaat dalam prosedur transplantasi
7, Siklosporin jantung. Dalam kombinasi dengan metotreksat, siklospo-
Siklosporin (slklosporin A, CSA) merupakan agen imuno- rin menjadi regimen profilaktik standar untuk mencegah
supresif yang efektif dalam transplantasi organ manusia, reaksi graf-pejamu setelah transplantasi sel punca alo-
pada terapi reaksi graf-pejamt @raft-aersus-host disease) genik. Siklosporin juga telah terbukti bermanfaat pada
pascatransplantasi sel punca hematopoietik, dan pada berbagai macam gangguan autoimun, termasuk uveitis,
terapi gangguan autoimun tertentu. Siklosporin adalah artritis reumatoid, psoriasis, dan asma. Kombinasinya
antibiotik peptida yang tampaknya bekerja pada tahap dini dengan agen terbaru menunjukkan efikasi yang cukup
proses diferensiasi sel T terinduksi reseptor antigen dengan bagus pada keadaan klinis dan eksperimental ketika di-
memblokade aktivasi proses ini. Siklosporin berikatan butuhkan imunosupresi yang efektif dan kurang toksik.
dengan siklofilin, anggota satu golongan protein intrasel Telah dikernbangkan sediaan siklosporin yang lebih baru
yang dinamakan imunofilin. Siklosporin dan siklofilin yang meningkatkan kepatuhan pasien (pil yang berukur-
membentuk satu kompleks yang menghambat fosfatase an lebih kecil dan rasanya lebih enak), dan meningkatkan
pada sitoplasma, yakni kalsineuriry yang penting dalam bioavailabilitasnya.
aktivasi faktor transkripsi spesifik sel T. Faktor transkripsi
ini, yakni NF-AT, terlibat dalam sintesis interleukin 2. Takrclimus
(misalnya, IL-2) oleh sel T yang teraktivasi. Penelitian in Takrolimus (FK 506) merupakan antitriotik makrolida
vitro mengindikasikan bahwa siklosporin menghambat imunosupresan yang dihasilkan oleh Streptamyces tsuku-
IML'NOFARMAKOLOGI / 949
baensis.Obat ini tidak terkait secara kimiawi dengan si- Sirolimus hanya tersedia sebagai obat oral. Obat ini
klosporin, tapi mekanisme kerjanya serupa. Kedua obat cepat diserap dan elirninasinya serupa dengan siklosporin
tersebut berikatan dengan peptidil-prolil isomerase dalam dan takrolimus, menjadi substrat bagi sitokrom P450 3A
sitoplasma. yang banyak dijumpai di semua jaringan. Si- dan P-glikoprotein. Dapat timbul reaksi obat yang signi-
klosporiri berikatan dengan siklofilin, sedangkan takroli- fikan, sehingga kadar obat daiam darah perlu dipantau.
mus berikatan dengan imunofilin FK-binding protein Sirolimus efektif digunakan baik secara tersendiri mau-
(FKBP). Kedua kompleks tersebut menghambat kalsi- pun dalam kombinasi dengan irnunosupresan lain (korti-
neurin, yang diperlukan untuk aktivasi faktor transkripsi kosteroid, siklosporin, takrolimus, dan rnikofenolat mo-
spesifik sel T NF-AT. fetil) untuk mencegah penolakan alograf organ solid.
Menurut berahrya, takrolirnus 10-100 kali lebih poten Sirolirnus sedang dipelajari sebagai terapi reaksi graf-
daripada siklosporin dalarn menghambat respons imun. pejamu akut dan kronik yang refrakter terhadap steroid
Takrolimus digunakan untuk indikasi yang sama seperli pada resipien transplan sel punca hematologik. Siroiirnus
siklosporin, khususnya pada transplantasi organ serta sel topikal juga digunakan pada beberapa gangguan derrna-
punca. Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh berbagai toiogik dan, dalam kombinasi dengan siklosporin, pada
pusat di AS dan di Eropa mengindikasikan bahwa baik tatalaksana uveoretinitis. Baru-baru ini, sten koroner yang
angka kesintasan graf maupun pasien serupa untuk kedua mengandung sirolirnus terbukti tnenurunkan kejadian
obat tersebut. Takrolimus terbukti merupakan terapi yang restenosis dan kejadian simpang jantung lainnya.pada
efektif mencegah penolakan pada pasien yang mendapat penderita penyakit arteri koroner berat, akibat efek anti-
transplan organ solid bahkan setelah terapi penolakan proliferasinya. Suatu turunan siroiimus, yakni everolimus,
standar, termasuk antibodi anti sel-T menemui kegagalan. merupakan pengharnbat sinyal proliferasi yang mungkin
Takrolimus saat ini dianggap sebagai agen profilaktik bermanfaat menurunkan penolakan pada trar-rsplantasi
standar (biasanya dalam kombinasi dengan rnetolreksat jantung.
atau mikofenolat mofelil) pada reaksi graf-pejamu. Toksisitas sirolismus dapat rireliputi mieiosupresi
Takrolimus dapat diberikan per oral atau intravet-ra. yang nyata (terutama trombositopenia), hepatotoksisitas,
Waktu-paruh bentuk intravenanya adalah sekitar 9-12 diare, hipertrigliseridemia, dan nyeri kepala.
jarn. Seperti siklosporin, takrolimus terutama dimetaboli-
sasi olel-r enzim P450 di hati, dan terdapat potensi untuk MIKOFENOLAT MOFETIL
terjadinya interaksi obat. Dosisnya ditentukan oleh kadar Mikofenolat mofetil (MMF) adalah suatu lurunau semi-
dalam pembuluh darah pada keadaan mantap. Efek tok- sintetik asam mikofenolaf yang diisolasi dari kapang
siknya serupa dengan efek toksik yang ditimbulkan oleh Penicillium glaucum. In vitro, MMF menghambat respons
siklosporin dan meliputi nefrotoksisitas, neurotoksisitas, limfosit T dan B, termasuk mitogen dan respons limfosit
l-riperglikemia, hipertensi, hiperkalernia, dan keluhan gas- campuran, kemungkinan melalui irdribisi sintesis purin
trointestinal. de novo. Mikofenolat mofetil terhidrolisasi rnenjadi asam
Karena takrolimus sistemik efektif terhadap beberapa mikofenolat, suatu gugus imunosupresif yang aktif; asarn
penyakit dermatologik, saat ini tersedia sediaan topikal- ini disintesis dan diberikan sebagai MMF untuk mening-
nya. Saat ini, salep takrolimus digunakan dalam terapi katkan bioavailabilitas. Mikofenolat mofetil digunakan
dermatiLis atopik dan psoriasis. pada pasien yang mendapat transplan organ solid untuk
penolakan yang refrakter dan, dalam kombinasi dengan
3, Sirolimus prednison, sebagai alternatif siklosporin atau takrolimus
Sirolimus (rapamisir-r) berasal d.ari Streptomyces hygrosco- pada pasien yang tidak menoleransi obat-obat tersebut.
picr.ts. Obat ini mengikat imunofilin dan menghambat Mikofenolat mofetil digunakan untuk rnengobati reaksi
kalsineurin, seperti halnya siklosporin dan takrolimus. graf-pejamu yang refrakter terhadap steroid pada pasien
Namun, sirolimus ticlak menyekat produksi interleukin yang mendapat transplan sel punca hematopoietik. Obat
oleh sel T teraktivasi, malah menyekat respons sel T ter- ini juga digunakan dalam kombinasi dengan takrolimus
hadap sitokin. In vitro, sirolimus mengantagonisasi res- atau imunosupresan lainnya sebagai profilaksis untuk
pons sel T yang dipicu oleh takrolimus tapi tampaknya mencegah reaksi graf-pejamu. Penggunaan terbaru MMF
sinergistik dengan siklosporin. Lebih lanjul sirolimus sebagai imunosupresan meliputi nefritis lupus, artritis
merupakan penghambat proliferasi sel B dan produksi reumatoid, dan beberapa gangguan dermatologik.
imunoglobulin yang poten. Sirolimus juga menghambat Mikofenolat mofetil tersedia dalam bentuk oral dan
respons proliferatif sel mononuklear terhadap faktor pen- intravena. Bentuk oralnya dengan cepat dimetabolisasi
stimulasi koloni (colory-stimulating factors) dan menekan menjadi asam mikofenolat tapi tidak oleh sistem sitokrom
pemulihan hematopoietik pascaterapi mielotoksik pada P450 3A, meskipun beberapa interaksi obat masih tetap
mencit. terjadi.
950 / BAB s6

Toksisitasnya meliputi gangguan


saluran cerna (mual Karena profil toksisitas talidomid yang
.dan muntah' diare' nyeri berat, telah
yll*l nyeri
dan mielosupresi reversibel (tbrutama
kepala, hipertensi dirakukan berbagai
macam upaya untuk menciptakan
""t't'opu"aj. anarognya. Turunan imunomoduratorik
talidomid dina-
ffi f t"lf ?4fi Tffi jXiJffi, j"';1"'TLi""Hjxt?
Talidomid merupakan sedatif yang sel T. Lenal]domid adalah ,rru*-it,o"yu,.,g,
ditarik dari peredara"
pada tahun 1'960-an karena efel teratog"*dy" ;;f 11"111:*sipenelitian
menu1llt pada hewan dan in vitro, terbukti
berat ketika digunakan pada waktu
k"h"#;;.'rui;u1;;: efek y_a1g sama seperti talidomid, tapi
i:'"tllkt yang lebih sedikit, dengan
demikiary talidomid merupakan i*r.o*ol.il;^il; toksisitas terutama teratogenisitasnya.
sansat uaik aan saat ini aktf atgunat"" iisetujui or"n'in" Food and Drug Admi-
";;;;;i;t'a.;;
untuk lebih dari 40 penyakit y-ang berbedr.
ifit: _llalldomid
nistration pada akhir tahun 2005 sebagai
konsekuensi
menghambat angiogenesis dan me-mitiki berbagai uji yang membuktikan efektivitasnya
masi dan imunomodulatorik. Talido*ia"f"k
;;--fl;: pada terapi
mieloclisplastik clengan delesi kromosom
TNF-d, mengurangi fagositosis oleh -"rghu-;ut :11:-
Beberapa uji ktinis yur.g
5q31.
neurrofil;;ilil;- -"igrlikan lenalidomid untuk
kan produksi IL-10, mengubah ekspresi
molekul adhesi, mengobati mieloma rel'aps atau refrakter mulai mem-
danmeningkatkanimunitasberperantar" perlihatkan manfaat obat tersebut dan
aksi dengan sel T. Kerja talidomid
r"l-;i;i"t;;; tampakr-,yu ukur,
yu"g *;1;;;;;;;; disetujui oleh FDA untuk indikasi yang sama.
dipelajari seiring terus berkembur,g.,yu cc-4047 (Actimid) adaral.r ImiD lain yang
p".,il;;;;
\ oo- il;; , sedang
obatini' diteliti untuk terapi ,ir-r.l.o- mielodisplastik, mieloma,
. Talidomid saat ini digunakan dalam terapi mieloma dan kanker prostat.
multipel pada saat diagnosis ditegakkan
nyakit yang refrakter serta mengalairi
dJ p;;; ; . ]<llomnok
analog talidomid lainnya, yakni selectiae
relaps. p"rior;u:;- ls"tcror;, *"*iut* p"r",gh;*uu,
inhibitory drugr
nya menunjukkan tanda respons dalam 7r1k :: tip. 4 dengan aktivita; urltl-iNrlo yur.,g
waktu 2-3 bulan f,osf3!iestera:"_
sesudah obat dimulai, dengan angka kuat tapi tidak memilikt iktivttas kostimulatorik
respo"r ;"il;;; sel T.
dati 20 hingga 70To. Bila dikombinlsi
a""g""-a"ir"-"- 3,:_!:*0"
selCID saat ini masih diteliri ,r,.rtut p"r,gg.r.uu,-,
tason-angka respons pada mieroma adalah klinis.
s;02 utu., tulrh
pada beberapa penelitian. Sebagian .
par besar
jukkan."'p; ;";; bertahan rama-hingg"'iil;;; AGEN stroroKsrK
pada.penyakit yang refrakter dan bahiJn bb;h L Azatioprin
pada beberapa pasien yang diobati sewaktu
l;;
diagnosis di- Azatioprin merupakan
tegakkan. Keberhasilan talidomid dalam caron obat merkaptopurin dan,
terapi mieloma seperti merkaptopuriry
telah membuat obat ini juga diuji klinis berfungsi sebagai antimetabolit
untuk berbagai (liirat nab 55). Meskipun efeknya
penyakit lain seperti sindrom mielodisplastik, kemungkinan
leukeriia )"t oiJpu*tahannya menjadi merkaptopurin diperanta-
mielogenik akuf dan reaksi graf-pejamu, dan meta-
serta pada tumor bolitnya lebih lanjut,
solid seperti kanker kolon' karsinoma azatioprin lebih banyak digunakan
sel ginjal, melanoma, aaripada merkaptopurin
dan kanker prostat' dengan hasil yang sebagai imunosupresan pada ma-
ilervariasi hingga ,-,.rriu. Agun-agen ini
saat ini' Talidomid telah bertahun-tahun me*akili prototipe kelompok anti-
digunakan daLL metaborit obat imunosupresif
terapi beberapa manifestasi lepra dan diperdagangkan sitotoksik, dan banyak agen
lainnya yang membunuh ser proriferatif
kembali di AS unfuk eritema nodosum tampaknya be-
leprosum;
ini juga bermanfaat dalam tatalak,u,,u ,nu..if"stasi
obat kerya paia tingkat yang sama dulam."spor-rs imun.
penyakit lupus eritematosus'
kulit Aratioprin diserap dengan baik dari saluran cerna
dan
terutama dimetabolisasi menjadi merkaptopurin.
Profil efek simpang talidomid sangatlah Xantin
luas.
sitas yang paling penting adalah teritogenesis.
Toksi- oksidase memecah kebanyakan materi azatioprin
yang
adanya efek ini' peresepan aa'' pengg,riaan
K";;;; .tif*"";"ai asam 6-tiourat seberum diekskresi daram
talidomid urine. setelah pemberian azahoprin,sejumlah
sangat diatur oleh pabrik pu-u"utttyu' kecil obat
Efek simpang yang tidak diubah cran merkaptopurin juga
talidomid yang lain yaitu nluropati diekskresi
ierifer, to',rtipu,ri g*;rr, dan toksisitasnya dapat meningkat hingga
ruam' kelelahan' hipotiroidisme, dan peningkatan "i"n dua
trombosis vena dalam'- Trombosis tt'k.,p
risiko kah ipat pada pasien anefrik atau anurik. Karena
inakti-
,f.i.rg terjadi, vasi otat ini sangat bergantung pada xantin
khususnya pada populasi mieloma, oksidase, do-
sebagian sis azatiop_rin pacla pasien yang juga
besar pasien yang mendapat talidomia '"hlr'rggu mendapat alopurinol
*.1"i mendapat (lihat Bab 36 dan 55) untuk mengendalikan
warfarin' hiperurisemia
harus diturunkan menjadi seperempat hingga
sepertiga
IMUNOFARMAKOLOGI I 951
dosis biasa untuk mencegah toksisitas akibat berlebihnya antibodi faktor XIII didapat dan sindrom perdarahan, ane-
kadar obai. mia hemolitik autoimury aplasia sel darah merah murni
Azatioprin dan rnerkaptopurin tampaknya menghasil- terinduksi antibodi, dan granulomatosis Wegener.
kan imunosupresi dengan mengganggu metabolisme Terapi dengan siklofosfamid dosis besar mengandung
asuttt ttukluut purin pada tahap-tahap yang diperlukan risiko besar untuk te4adinya pansitopenia dan sistitis he-
dalam "gelombang" proliferasi sel timfoid yang terjadi se- moragika sehingga umumnya dikombinasi dengan pro-
telah stimulasi antigenik. Dengan demikian, analog purin sedur penyelamatan (transplant) sel punca. Meskipun
adalah agen sitotoksik yang menghancurkan sel limfoid siklofosfamid tampaknya menginduksi toleransi dalam
yang terstimulasi. Meskipun sintesis RNA perantara yang penanduran sel imun atau sumsum fulang, penggunaan-
bersinambungan diperlukan untuk mempertahankan sin- nya tidak mencegah terjadinya sindrom reaksi graf-pejamu
tesis antibodi oleh sel plasma, analog-analog tersebut tam- selanjuhrya, yang mungkin berat atau menimbulkan ke-
paknya memiliki efek yang lebih kecil terhadap proses ini matian jika kecocokan histokompabilitas donor buruk
daripada terhadap sintesis asam nukleat dalam sel yang (walaupun terjadi imunosupresi berat yang dipicu oleh
berproliferasi. Imunitas selular serta respons antibodi siklofosfamid dosis tinggi). Efek simpang siklofosfamid
serum primer dan sekunder dapat disekat oleh agen sito- yang lain di antaranya mual, muntah, toksisitas jantung,
toksik ini. dan gangguan elektrolit.
Azatioprin dan merkaptopurin tampaknya sangat
bermanfaat dalam mempertahankan alograf ginjal dan 3. Leflunomid
mungkin bermanfaat dalam transplantasi jaringan lainnya.
Leflunomid adalah calon obat penghambat sintesis piri-
Antimetabolit ini cukup berhasil digunakan dalam tatalak-
midin (bukan sintesis purin). Obat ini aktif secara oral, dan
sana glomerulonefritis akut dan dalam komponen ginjal
metabolit aktifnya memiliki waktu-paruh yang panjang
penyakit lupus eritematosus sistemik. Keduanya juga ter-
selama beberapa minggu. Dengan dernikian, obat ini
bukti bermanfaat dalam beberapa kasus artritis reuma-
harus mulai diberikan dengan loading dose tapi kemudian
toid, penyakit Crohn, dan sklerosis multipel. Obat-obat ini
dapat digunakan sekali sehari setelah mencapai keadaan
sesekali digunakan pada purpura trombositopenik idio-
stabil. Leflunomid saat ini hanya disetujui penggunaarnya
patik berperantara-antibodi yang resisten terhadap pred-
nison dan anemia h.emolitik autoimun.
untuk artritis reumatoid, meskipun berbagai penelitian
masih tetap dilakukan untuk menggabungkan leflunomid
Efek toksik azatiaprrn dan merkaptopurin yang utama
dengan mikofenolat mofetil pada berbagai kelainan kulit
adalah penekanan sumsum tulang, biasanya bermani-
festasi sebagai leukopenia, meskipun dapat pula terjadi
inflamatorik dan autoimun, serta pemeliharaan alograf
dalam transplantasi organ solid. Leflunomid tampaknya
anemia dan trombositopenia. Timbul ruam kulit, demam,
juga (dari data murin) memiliki aktivitas antivirus.
mual dan muntah, dan sesekali diare, disertai gejala gas-
Toksisitasnya meliptrti peningkatan enzim hati di-
trointestinal yang terutama dijumpai pada dosis yang
sertai risiko kerusakan hati, gangguan ginjal, dan efek
lebih tinggi. Disfungsi hati yang bermanifestasi sebagai
teratogenik. Dari uji klinis, dilaporkan terdapat efek kar-
sangat tingginya kadar alkali fosfatase serum dan ikterus
diovaskular yang ditimbulkan oleh leflunomid meskipun
ringan, sesekali timbul, khususnya pada penderita yang
frekuensinya rendah.
sebelumnya telah menderita disfungsi hati.

2. Siklofosfamid 4. Hidroksiklorokuin
Agen alkilasi siklofosfamid adalah salah satu obat imu- Hidroksiklorokuin merupakan agen antimalaria dengan
nosupresif terefektif yang tersedia. Siklofosfamid meng- sifat imunosupresan. Obat ini dianggap menekan pem-
hancurkan sel limfoid yang berproliferasi (lihat Bab 55) rosesan antigen intrasel dan penempatan peptida ke
tapi tampaknya juga mengalkilasi beberapa sel yang molekul MHC kelas II dengan meningkatkan pH kom-
sedang beristirahat. Pengamatan menunjukkan bahwa partemen lisosomal dan endosomal, sehingga menurunkan
dosis siklofosfamid yang sangat besar (misalnya, >120mg/ aktivasi sel T.
kg intravena selama beberapa hari) dapat menginduksi Karena aktivitas imunosupresan tersebut, hidroksiklo-
toleransi spesifik yang nyata terhadap antigen baru jika rokuin digunakan untuk mengobati beberapa gangguan
obat diberikan secara simultan dengan, atau tak berapa autoimun, seperti artritis reumatoid dan lupus eritema-
lama setelah, antigen tersebut. Pada dosis yang lebih kecil, tosus sistemik. Hidroksiklorokuin juga digunakan untuk
siklofosfamid efektif terhadap penyakit autoimun (terma- mengobati dan mencegah reaksi graf-pejamu pascatrans-
suk lupus eritematosus sistemik) dan pada pasien dengan plantasi sel punca alogenik.
952 / BAB s5

5. Agen Sitotoksik Lain antigen tumor, dan bahkan sitokin. Beberapa antibodi
yang dikembangkan menurut cara ini masih menjalani uji
Agen sitotoksik lain, termasuk vinkristiry metotreksat,
klinis.
dan citarabin (lihat Bab 55), juga memiliki sifat imuno-
Metode dalam teknik genetika lainnya meliputi produksi
supresif. Metotreksat sudah sering digunakan pada terapi
versi kimerik dan terhumanisasi antibodi monoklonal murin
reumatoid artritis (lihat Bab 36) dan pada terapi reaksi
graf-pejamu. Meskipun agen lain dapat digunakan untuk
untuk menurunkan antigenisitasnya dan meningkatkan
waktu-paruh antibodi dalam pasien. Antibodi murin yang
melakukan imunosupresi, penggunaannya belumlah se-
diberikan kepada pasien manusia tanpa modifikasi mence-
luas penggunaan antagonis purin, dan indikasinya untuk
imunosupresi kurang jelas. Penggunaan metotreksat tuskan produksihuman antimouse antibodies (IIAMA), yang
(yang dapat diberikan per oral) tampaknya beralasan dengan sangat cepat membersihkan protein murin yang
pada pasien dengan reaksi idiosinkratik terhadap anta- asli. Humanisasi melibatkan penggantian sebagian besar
gonis purin. Antibiotik daktinomisin juga telah berhasil antibodi murin dengan ekuivalennya pada manusia sambil
digunakan pada keadaan ketika diperkirakan akan terjadi
mempertahalkan hanya keutuhan daerah yang spesifik
penolakan transplan ginjal. Vinkristin tampaknya cukup antigen dan variabel saja. Antibodi manusia-tikus kimerik
bermanfaat pada purpura trombositopenik idiopatik memiliki sifat yang sama dengan antibocli tehumanisasi, tapi
penggantian komponen murin yang Lidak terlalu lengkap.
yang refrakter terhadap prednison. Alkaloid vinca yang
Kesepakatan penamaan terbaru untuk substansi-subtan-si
terkaif yakni vinblastin, terbukti mencegah degranu-
Iasi sel mast in vitro dengan berikatan pada unit mikro- buatan tersebut meliputi aklriran " umab" atau " zumab" un-
tubulus di dalam sel dan mencegah pelepasan histamin tuk antibodi terhumanisasi, dan "imab" atau "ximab" untuk
dan senyawa vasoaktif lainnya. Pentostatin adalah peng- produk kimerik. Prosedur irri berhasil menurunkan atau
l-rambat adenosin deaminase yang terutama digunakan mencegah produksi HAMA untuk sebagian besar antibodi
sebagai agen antineoplastik pada keganasan limfoid, dan yang dibahas di bawah ini.
menghasilkan limfopenia yang nyata. Saat ini, pentosta-
Lin sering digunakan pada reaksi graf-pejamu pascatrans- 1. Antibodi Antilimfosit & Antitimosit
plantasi sel punca alogenik yang resisten terhadap steroid, Antisera yang diarahkan terhadap limfosit telah diper-
serta juga digunakan dalam regimen persiapan sebelum siapkan secara sporadis selama lebih dari 100 tahun.
dilakukannya prosedur transplantasi untuk menciptakan Dengan lahirnya transplantasi organ manusia sebagai
keadaan imunosupresi berat sehingga mencegah penolakan pilihan terapeutik, globulin antilimfosit (ALG) heterolo-
alograf. gus memiliki makna baru. ALG dan globulin anti-tirnosit
(ATG) sekarang digunakan secara klinis di banyak pu-
ANTIBODI IMUNOSUPRESIF sat kesehatan, terutama pada program transplantasi.
Ditemukarurya teknologi hibridoma oleh Milstein dan Antiserum ini biasanya diperoleh melalui imunisasi he-
Kohler pada tahun 1975 membawa revolusi dalam bidang wan besar seperti kuda atau domba dengan sel limfoid
antibodi dan secara radikal meningkatkan kemurnian dan manusia.
spesifisitas antibodi yang digunakan dalam klinik dan untuk Antibodi antilimfosit bekerja terutama pada limfosit
uji diagnostik di laboratorium. Hibridoma terdiri atas sel perifer yang berukuran kecil dan berusia lama, yang ter-
pembentuk antibodi yang berfusi dengan sel plasmasitoma dapat dalam sirkulasi darah dan limfe. Dengan pemberian
imortal. Sel hibrid yang stabil dan menghasilkan antibodi yang bersinambungan, limfosit "dependen-timus" yang
yang diperlukan dapat disubklonisasi untuk biakan massai berasal dari folikel limfoid juga turut habis, karena limfo-
untuk menghasilkan antibodi. Fasilitas fermentasi skala sit ini biasanya turut berpartisipasi dalam kumpulan lim-
besar saat ini digunakan untuk tujuan ini dalam bidang fosit yang bersirkulasi kembali. Akibat penghancuran atau
farmaseu tika. inaktivasi sel T, te4adi gangguan hipersensitivitas lambat
Lebih baru lagi, biologi molekular telah digunakan dan imunitas selular sementara pembentukan antibodi
untuk mengembangkan antibodi monoklonal. Kumpulan humoral relatif tetap intak. ALG dan ATG bermanfaat me-
cDNA kombinatorial yang menyandi rantai imunoglobu- nekan beberapa kompartemen utama sistem imun (yaitu,
lin berat'dan ringan, yang terekspresi pada permukaan sel T) dan berperan penting dalam tatalaksana transplan-
bakteriofag, ditapiskan terhadap antigen murni. Hasilnya, tasi organ solid dan sumsum tulang.
tercipta fragmen antibodi dengan spesifisitas dan afinitas Antibodi monoklonal yang diarahkan terhadap bebe-
yang tingg untuk antigen yang ingin diperiksa. Teknik rapa antigen tertentu, seperti CD3, CD4, CD25, CD40, re-
ini telah digunakan untuk mengembangkan antibodi yang septor IL-2, dan TNF (dibahas di bawah), jauh lebih selektif
spesi-fik untuk suatu virus (misalnya, HIV), protein bakteri, mempengaruhi fungsi subset sel T. Spesifisitas antibodi-
IMUNOFARMAKOLOGI I 953

antibodi tersebut yang tinggi meningkatkan selektivitas CD3 menyekat aksi pembunuhan yang dilakukan oleh sel
dan menurunkan toksisitas terapi dan mengubah perjalan- T sitotoksik manusia dan beberapa fungsi sel T lainnya'
an penyakit dalam berbagai macam gangguan autoimun. Pada satu uji prospektif teracak yang dilakukan oleh
Pada tatalaksana transplantasi, dapat digunakan ALG berbagai pusat terhadap iransplan ginjal dari kadaver,
dan antibodi monoklonal untuk menginduksi terjadinya penggunaan muromonab-CD3 (bersama dengan dosis ste-
imunosupresi, dalam terapi penolakan awal, dan dalam roid yang lebih rendah atau obat imunosupresif lairrrya)
terapi penolakan yang resisten terhadap steroid. Peng- terbukti lebih efektif memulihkan reaksi penolakan akut
gunaan ALG dan ATG plus siklosporin dalam memper- dibandingkan terapi steroid konvensional. Muromonab-
siapkan penerima transplantasi sumsum tulang telah CD3 disetujui penggunaannya dalam terapi krisis peno-
menunjukkan beberapa keberhasilan. Pada prosedur ini, lakan alograf ginjal. Beberapa antibodi monoklonal lain-
penerima transplan diterapi menggunakan ALG atau nya yang diarahkan terhadap penanda pada permukaan
ATG dosis besar selama 7-L0 hafi sebelum transplantasi limfosit disetujui untuk beberapa indikasi (lihat bagian
sel sumsum tulang dari donor. ALG residual tampaknya antibodi monoklonal di bawah), sementara antibodi lain-
menghancurkan sel T dalam graf sumsum donor sehing- nya masih berada dalam berbagai tahap perkembangan
ga kemungkinan terjadinya sindrom reaksi graf-pejamu dan uji klinis.
menurun.
Efek simpang ALG sebagian besar terkait dengan pe- 3. lmun Globulin lntravena (IGIV)
nyuntikan protein asing yang didapat dari derum hetero- Satu pendekatan imunomodulasi yang agak berbeda adalah
logus. Sering kali timbul nyeri dan eritema setempat pada penggunaan intravena imunoglobulin poliklonal manusia.
lokasi penyuntikan (hipersensitivitas tipe III). Karena me- Sediaan imunoglobulin (biasanya IgG) ini dibuat dari
kanisme antibodi humoral tetaplah aktif, dapat terbentuk kumpulan ribuan donor sehat, dan tidak ada satu antigen
antibodi yang menyebabkan presipitasi dan yang reaktif spesifik yang menjadi sasaran "antibodi terapeutik". Di-
pada kulit terhadap IgG asing. Reaksi yang sama terjadi harapkary kumpulan berbagai antibodi yang berbeda
dengan antibodi monoklonal yang berasal dari murin, akan mempunyai efek menormalkan pada jaringan imun
dan reaksi yang diperkirakan terjadi akibat pelepasan pasien.
sitokin oleh sel T dan monoslt, juga telah dijelaskan. IGW dosis nnggi (2 g/kg) terbukti efektif dalam ber-
Reaksi serum sickness dan anafilaktik terhadap ALG bagai macam kondisi, mulai dari defisiensi imunoglo-
dan antibodi monoklonal murin telah diamati terjadi dan bulin, Ialu gangguan autoimun, kemudian penyakit HIV,
biasanya memerlukan penghentia4 terapi. Kompleks anti- hingga transplan sumsum tulang. Pada penderita pe-
bodi pejamu dengan ALG kuda dapat mempresipitasi dan nyakit Kawasaki, IGIV dosis tinggi terbukti aman dan
terlokalisasi di glomerulus ginjal. HaI yang lebih meng- efektif, menurunkan peradangan sistemik dan mencegah
ganggu lagi adalah timbulnya limfoma histiositik di lo- aneurisma arteri koroner. Obat ini juga menghasilkan res-
kasi penyuntikan ALG di bokong. Insidens limfoma serta pons klinis yang baik pada lupus eritematosu3 sistemik
berbagai bentuk kanker lainnya meningkat pada pasien dan purpura trombositopenik idiopatik yang refrakter.
transplan ginjal. Tampaknya peningkatan risiko kanker Kemungkinan mekanisme kerja IGIV meliputi penururum
sebagian disebabkan oleh penekanan sistem pertahanan selT helper, peningkatan sel T supresor, penurunan pro-
yang normalnya kuat terhadap berbagai virus onkogenik duksi imunoglobulin spontan, blokade resePtor Fc, pe-
atau sel-sel yang mengalami transformasi. Dominannya ningkatan katabolisme antibodi, dan interaksi idiotipik-
limfoma pada kasus kanker tersebut dipikirkan terjadi anti-idiotipik dengan "antibodi patologik". Meskipun
akibat timbulrrya penekanan imun yang kronik dengan mekanisme' kerja pastinya masih diperdebatkan, IGIV
proliferasi lim{osit tingkat-rendah yang kronik. memberikan manfaat klinis bagi banyak pasien dengan
berbagai macam sindrom imun.
2. Muromonab-CD3
Antibodi monoklonal terhadap protein pada permuka- 4, Imun Glohulin Rh" (D) Dosis Mikto
an sel T semakin banyak digunakan dalam klinik pada Salah satu kemajuan besar yang palingdini dalam imu-
gangguan-gangguan autoimun dan prosedur transplan- nofarmakologi adalah terciptanya teknik untuk mence-
tasi. Penelitian klinis telah menunjukkan bahwa antibodi gah penyakit hemotitik Rh pada neonatus- Teknik ini
monoklonal murin mwomonab-CD3 (OKT3) yang di- didasarkan pada pengamatan bahwa respons antibodi
arahkan terhadap molekul CD3 pada permukaan timosit primer terhadap antigen asing- dapat disekat jika antibodi
manusia dan sel T matur dapat juga bermanfaat daLam spesifik terhadap antigen tersebut diberikan secara pasif
terapi penolakan transplan ginjal. In vitro, muromunalr' pada waktu pemajanan antigen. Imun globuli" Rh" (D)
954 / BAB s6

adalah suatu larutan IgG manusia terkonsentrasi (15%) ular koral berasal dari kuda dan efektif terhadap ular derik
yang mengandung titer antibodi yang lebih tinggi terhadap dari Amerika Utara dan Selatan serta beberapa ular koral
antigen Rh" (D) sel darah merah. (tapi bukan ular koral Arizona). Antivenin yang berasal
Sensitisasi ibu Rh-negatif terhadap antigen D biasanya dari kuda dan domba tersedia unfuk kasus keracunan ular
terjadi sewaktu ibu melahirkan anak dengan Rh" (D)- derik, tapi hanya antivenin yang berasal dari kuda saja
positif atau D"-positif, ketika sel darah merah janin bocor yang tersedia untuk kasus gigitan ular koral. Antivenin
dan masuk ke dalam aliran darah ibu. Sensitisasi juga yang berasal dari domba merupakan sediaan Fab dan
sesekali terjadi sewaktu keguguran atau kehamilan ekto- kurang imunogenik jika dibandingkan dengan antivenin
pik. Pada kehamilan berikutnya; antibodi maternal ter- IgG utuh dari kuda, tapi tetap memiliki kemampuan untuk
hadap sel Rh-positif ditransfer ke janin selama trimester menetralkan racun ular derik.
ketiga, menyebabkan timbulnya eritroblastosis fetalis (pe-
nyakit hemolitik neonatus). ANTIBODT MONOKLONAL (MABS)
Jika antibodi Rh" (D) disuntikkan pada ibu dalam Berbagai perkembangan terbaru dalam kemampuan
wakta 24-72 jam setelah kelahiran janin Rh-positif, untuk memanipulasi gen imunoglobulin telah menghasil-
respons antibodi ibu sendiri terhadap sel Rh" (D)-positif kan lahimya berbagai macam antibodi monoklonal ter-
asing ditekan karena sel darah rnerah janin dibersihkan humanisasi serta kimerik yang diarahkan terhadap target
dari sirkulasi sebelum ibu dapat membuat respons sel terapeutik. Satu-satunya elemen murin dari antibodi mo-
B terhadap Rh" (D). Oleh sebab itu, ibu tidak memiliki noklonal terhumanisasi adalah adanya daerah penentu
sel B memori yang dapat menjadi aktif pada kehamilan afinitas (complementarity-determining region) dalan daerah
berikutnya' dengan janin Rh (D)-positif. variabel di rantai imunoglobulin berat serta ringan. Daerah
Bila ibu telah diobati menurut cara di atas, penyakit penentu afinitas tersebut terutama berperanan penting
hemolitik Rh pada neonatus tidak ditemui pada keha- dalam kemampuan antibodi untuk mengikat antigen.
milan berikutnya. Agar terapi profilaksis ini berhasil, ibu Antibodi kimerik biasanya mengandung daerah variabel
haruslah Rh" (D)-negatif dan D'-negatif serta tidak boleh murin pengikat antigen dan daerah konstan manusia
pernah mendapat imunisasi faktor R\ (D). Terapi juga (human constant region). Berikut ini adalah penjelasan
sering kali disarankan bagi ibu Rh-negatif yang telah singkat tentang antibodi buatan yang telah disetujui oleh
mengalami keguguran, kehamilan ektopik, atau aborsi, bila FDA.
golongan darah janinnya tidak diketahui. Catatan: imun
globulin Rh" (D) diberikan kepada ibu dan tidak boleh diberikan MAB Antitumor
pada janin.
Alemtuzumab adalah IgG, terhumanisasi, dengan rantai
Dosis imun globulin Rh" (D) yang biasa adalah 2 mL
kappa yang berikatan dengan CD52 yang dijumpai pada
intramuskular, yang mengandung sekitar 300 mcg IgG
limfosit T dan B normal maupun maligna, sel NK, mo-
anti-Rho p). Efek simpangnya jarang timbul dan terdiri
nosit, makrofag, dan sejumlah kecil granulosit. Saat ini,
atas nyeri setempat pada lokasi penyuntikan atau, jarang,
alemtuzumab disetujui sebagai terapi leukemia limfo-
sedikit kenaikan suhu.
sitik kronik sel B pada pasien yang telah diobati dengan
agen alkilasi dan gagal diterapi dengan fludarabin. Alem-
5. Imunoglobulin Hiperimun tuzumab tampaknya menghabiskan sel normal dan leu-
Sediaan imunoglobulin hiperimun merupakan sediaan kemik melalui mekanisme lisis langsung bergantung-
IGIV yang dibuat dari kumpulan donor terpilih dari ma- antibodi. Pasien yang mendapat antibodi ini menjadi
nusia atau binatang dengan titer antibodi yang tinggi ter- limfopenik dan dapat juga menjadi neutropenik, anemik,
hadap agen target tertentu seperti virus atau toksin (lihat dan trornbositopenik. Akibatnya, pasien harus dipantau
juga Apendiks 1). Tersedia berbagai macam IGIV hiperi- dengan ketat untuk melihat apakah terdapat infeksi opor-
mun untuk terapi respiratory syncytial ztirus, sitomegalo- tunistik dan toksisitas l-rematologik.
virus, varicella zoster, virus herpes 3 pada manusia, virus Bevacizumab adalah antibodi monoklonal IgG, terhu-
hepatitis B, tetanus, dan overdosis digoksin. Pemberian manisasi yang berikatan dengan faktor pertumbuhan en-
globulin hiperimun intravena merupakan cara transfer dotel vaskular (VEGF) dan menghambat VEGF agar tidak
pasif antibodi bertiter tinggi yang berman-faat menurun- berikatan dengan reseptor, khususnya pada sei endotel.
kan risiko atau mengurangi derajat keparahan infeksi. Obat ini merupakan obat antiangiogenik yang terbukti
Globulin hiperimun rabies disuntikkan di sekeliling luka menghambat pertumbuhan pembuluh darah (angiogene-
dan diberikan secara intravena. Globulin hiperimun teta- sis) pada tumor. Bevacizumab disetujui penggunaannya
nus diberikan secara intravena bila diindikasikan urrtuk untuk terapi lini-pertama pada penderita kanker kolo-
profilaksis. Globulin hiperimun (antivenin) ular derik dan rektal metastatik, baik sebagai obat tunggal maupun
IMUNOFARMAKOLOGI I 955
dalam kombinasi dengan kemoterapi berbasis 5-FU. Ka- Trastuzumab merupakan antibodi monoklonal terhu-
rena bersifat antiangiogenik, bevacizumab tidak boleh di- manisasi rekombinan yang berasal dari DNA. Obat ini
berikan sampai pasien pulih dari pembedahan. Pasien yang berikatan dengan domain ekstrasel reseptor faktor pertum-
menggunakan bevacizumab harus dipantau untuk menilai buhan epidermal manusia HER-Z/neu. Antibodi ini me-
apakah terdapat perdarahan, perforasi saluran cema, dan nyekat ligan alamiah agar tidak berikatan dengan reseptor
masalah penyembuhan luka. dan mengurangi jumlah reseptor. Trastuzumab disetujui
Cetuksimab adalah antibodi monoklonal kimerik penggunaannya pada terapi kanker payudara metastatik
tikus-manusia dengan target pada reseptor faktor pertum- yang tumomya mengekspresikan HER-2/neu secara ber-
buhan epidermal (EGFR). Ikatan cetuksimab dengan EGFR lebihan. Sebagai suatu agen tunggal, trastuzumab meng-
menghambat pertumbuhan sel tumor dengan berbagai induksi remisi pada sekitar 15-20% pasien; dalam kom-
macam mekanisme, termasuk penurunan aktivitas kinase, binasi dengan kemoterapi, trastuzumab meningkatkan
aktivitas matriks metaloproteinase, dan produksi faktor angka respons dan durasi serta harapan hidup-1 tahun.
pertumbuhary serta peningkatan apoptosis. Cetuksimab Trastuzumab masih diteliti penggunaannya untuk tumor
diindikasikan penggunaannya pada penderita kanker ko- lain yang mengekspresikan HER-2 (lihat Bab 55).
lorektal metastatik yang tumornya terlalu berlebihan
dalam mengekspresikan EGFR. Cetuksimab dapat diberi- MAB yang Digunakan untuk Mengirimkan
kan dalam kombinasi dengan irinotekan atau secara ter- lsotop ke Tumor
sendiri pada pasien yang tidak dapat menoleransi irino-
tekan. Arcitumomab adalah fragmen F(ab'), murin yang berasal
Gemtuzumab merupakan antibodi monoklonal IgGo
dari antigen anti-karsinoembrionik (CEA) yang dilabel
terhumanisasi dengan rantai ringan kappa yang spesifik dengan teknetium 99m (e'*Tc), dan digunakan untuk me-
untuk CD33, suatu protein sialoadhesi yang dijumpai di lakukan pencitraan pada penderita karsinoma kolorektal
dalam sel blast leukemik pada 80-90% penderita leukemia metastasis (imunoskintigrafi) untuk menentukan perluasan
mielogenik akut. Gemtuzumab sendiri memiliki beberapa penyakit. CEA sering kali meningkat jumlahnya di tumor
aktivitas antiblas. Dalam sediaan klinisnya, gemtuzumab pada penderita karsinoma saluran cerna. Penggunaan frag-
dikopel dengan agen sitotoksik, ozogamisin, yaihl turunan men F(ab'), menurunkan imunogenisitas agen sehingga
semisintetik kalikeamisin, suatu antibiotik yang memiliki dapat diberikan lebih dari sekali, tidak seperti antibodi
aktivitas antitumor. Internalisasi gemfuzumab-ozogami- monoklonal murin intak lainnya.
sin oleh sel tumor menghasilkan lepasnya sitotoksin dari Capromab pendetida merupakan antibodi monoklo-
antibodi dalam lisosom. Ozogamisin kemudian berikatan nal murin yang spesifik untuk antigen membran spe-
dengan lekukan minor pada DNA, menyebabkan pecahnya sifik prostat. Obat ini terkopel ke indium (111In) isotopik
untai ganda dan kematian sel. dan dig-unakan pada imunoskintigrafi penderita kanker
Gemtuzumab disetujui penggunaannya untuk meng- prostat yang telah dikonfirmasi melalui biopsi dan pasca-
obati pasien berusia 60 tahun atau lebih yang mengalami prostatektomi pada pasien dengan peningkatan kadar
relaps pertat'na leukemia mielogenik akut CD33 dan di- antibodi spesifik prostat untuk menentukan perldasan
anggap bukan merupakan kandidat untuk mendapat ke- penyakit.
moterapi sitotoksik lainnya. Ibritumomab tiuksetan adalah antibodi monoklonal
Kejadian simpang yang timbul akibat pemberian murin anti-CD20 yang dilabel dengan yttrium (mY) iso-
gemfuzumab-ozogamisin antara lain mielosupresi berat topik atau 111In. Radiasi isotop memberikan aktivitas anti-
terutama neutropenia, membutuhkan pemantauan hema- tumor mayor. Ibritumomab disetujui penggunaannya pa-
tologik. Kejadian simpang lain yang terkait dengan gem- da penderita limfoma non-Hodgkin sel B folikular atau
tuzumab adalah hepatotoksisitas dan berbagai reaksi derajat-rendah yang relaps atau refrakter, termasuk pasien
hipersensitivitas yang bermakna. dengan penyakit folikular yang refrakter terhadap rituk-
Rituksimab adalah IgG, (Fc manusia) monoklonal simab. Obat ini digunakan bersama rituksimab dalam
manusia-murin kimerik yang berikatan dengan molekul regimen terapeutik dua langkah.
CD20 pada limfosit B normal dan maligna dan disetujui Nofetumomab adalah antibodi monoklonal tikus
untuk terapi penderita limfoma non-Hodgkin sel B foli- yang terkopel dengan s*Tc, dan digunakan sebagai alat
kular atau derajat-rendah yang relaps atau refrakter. Me- diagnostik untuk menentukan perluasan penyakit serta
kanisme kerjanya meliputi lisis berperantara komplemen, unfuk menentukan stadium penderita kanker paru sel
sitotoksisitas selular bergantung antibodi, dan induksi kecil. Obat ini mengikat antigen 40kD yang tidak hanya
apoptosis dalam sel limfoma maligna. Obat ini tampak- banyak dijumpai pada sel tumor tapi juga pada beberapa
nya sinergistik dengan kemoterapi (misalnya, fludarabin, sel normal. Nofetumomab merupakan indikator akurat
CHOP) untuk limfoma (lihat Bab 55). perluasan penyakit pada kanker paru sel kecil yang telah
956 / BAB s6

dikonfirmasi melalui biopsi, kecuali pada


penderita metas_ nusia (Fc) dan daerah variabel murin. Infliksimab
tasis ke otak atau adrenal. saat ini
disetujui penggunaannya pada penyakit
Tositumomab adalan antibodi monoklonal Crohn, kolitis
anti_CD20 ulseratif, artritis reumatoid, ,poniltlU,
lainnya dan dibuat dalam kompteks ankilosis, dan ar_
dengan iodin 131 fritis psoriatik.
(131I). Tositumomab digunakan
dalam t".upi ar.ru_lurlgkuh
pada penderita limfoma non_Hodgkin B. Asnrasrp
fotikrrtu. positif
CD20 yang refrakter terhadap ritukJmab Abatasep adalah protein
standar. Toksisitasnya serupa dengan
dan kemoterapi frri ruk@
ibritumomab dan atas daerah ekstrasel cytotoxic T_lymphocyte_associated
meliputi berbagai sitopenia berat, sJperti ,!!_*r" 4 (CTLA-4) yang digabungkan'keIgG
trombositopenia Fc manusia.
dan neutropenia. Tositumomab tidakboleh CTLA-4 adalah molekul kostimilatorik
diberikan pada dijumpai
pasien dengan keterlibatan sumsum
tulang lebih dari2l%. pada sel T yang berikatan dengan CDSO jan
|ang
CDg6 pada
antigen presenting cerl (Gambar s6-7). proteinfusi
MAB yang Digunakan sebagai ini me-
nyekat aktivasi sel T dengan mengikat
lmunosupresan dan Agen nlnti-lnflamasi CDSO atau CDg6
sehingga CD28 pada sel T ticlak dJpat
menglkat dan me_
A. MAB Arrrrr-TNF-Ar_rn rangsang sel T dan menyebabkan pelepasan-sitokin.
Aba_
Adalimumab, etanersep, au" i"ni@ tasep disetujui penggunaannya pada
penderita artritis reu-
bodi yang mengikat TNF-a, yakni suatu berat yang gagat diterapi
masi. Pencegahan TNF_a. uniuk berikatan
sitoki'n proinfla_ T:tt1
(lihat Bab 36). Pasien
dengan DMARDS lain
tidak boleh
dengan resep_ -".rg"gur"rukun obat anti_
tor TNF pada permukaan sel in{Iamatorik TNF lain atau anakinra selama *"r.,ggriiut
menyebabkan un abatasep.
tgrtekannya jalur produksi sitokin inflamatorik
seperti IL_1 C. Alerasep
dan IL-6 serta molekul adhesi yang
terlibat dalam aktivasi Alefasep merupakan protein f"utu^ yurrg
dan migrasi leukosit. Agen_agen-tersebut
menyebabkan
t"rr* utu,
bagian tempat ikatan CD2 dari leuko cyie_finction_as
meningkatnya risiko menderita limfoma. soci a te d
antigen-3.(LFA-3), yang digabungkan
Adalimumab sepenuhnya adalah IgG, k! daerah IgG, Fc
-.
disetujui penggunaannya pada artritis
manusia yang manusia (engsef CH,, dan CHr). Obat
ini disetujui penggu_
ieumatoid. seperbi naannya pada terapi psoriasis plak.
agen biologis anti-TNF_o lainnya, adalimumab Alefasep rnenghambat
*"r,y"kut
inlera]11 TNF-a dengan reseptor TNF
pada permukaan
sel; adalimumab fidak mengikat TNF,p.^penelitian
farma-
kodinamik menunjukkan bahwa pemberian
adalimumab
menurunkan kadar protein reaktif_C, laju
endap darah,
IL-6 serum serta matriks metaloproteinase
MMp_1 dan
MMP-3. In vitro, adalimumab meiisiskan
sel .
ekspresikan rrvr
" f"a" sendiri adanya
sien dapat menggunakan
keadaan *"dlX"TT:l
anubodi ini daram dosis
tunggal secara subkutan, dua minggu
sekali. Adalimumab
memiliki waktu-paruh serum selama dua
mrnggu, dan
bertambah paniang sebesar 2944% pada
pasien yang juga
menggunakan metokeksat.
Etanersep merupakan protein fusi
dimerik yang ter_
susun atas berbagai dalah kolstln IgG,
manusi a (CF.'
CHo dan daerah engsef tapi bukan L"') ,*, berfusi
dengan reseptor TNF. Etanersep berikatan
i"rrgun TNF_c
TNF-ry dan tampaknya merniliki efek
lan yang serupa Efalizumab
j:lt"r infliksimab, yakni inhibisi inflamasi b..perurrt
Gamb,ar_56-7. Kerja beberapa antibodi
TNF-a., tapi waktu-paruhnya Iebih "u monoklonal (warna
pendek akibat bentuk ge la p). prote i n f usi CTLA-4_tgec
f CrLA_a_rS, ll"i"."ptf
T*ly: (protein fusi) dan;alur
dua kali seminggu).
penyuntilrnoyu lr.rbkuran, berikata.n dengan cD80/86 plOu-oc oun
kostimutasiset T. Efatizumao
ii"ng'h;rnn"t
Etanersep disetujui p.nggrnr*yu -.nyetii
tidak berikatan dengan ICAM_1, mengl,amOat
coiiJiili_rl
untuk RA pada orang dewasa, potyariartir_ciise
juoenite a;i,esi, "g",
RA, dan artritis psoriatik. Obat ini dapat
digunakan
misrasi, dan aktivasiset T- Atefacept ;;ilt;;;i aktivasi
dalam dgngan menyekat interaksi *A_3 da;
ioz. nnirruri ,"t
kombinasi dengan metotreksat. lel,r
r oapar drpertahankan atau dipurihkan jika
interaksi crLA4
ln-f]iklimab merupakan antibodi monoklonal dengan CD80/8G disekat menggunakan
,.
kimerik tikus-manusia yang memiliki daerah
IgG,
. (ipilimumab,
antibodi anti_CTLA-4
saat ini berada d11am uji kfi"t;;;; il dan
konstan ma_ antibodi ini menghambat penyampai"n sinyui
lr);
Cfin+.
IMUNOFARMAKOLOGI I 957
aktivasi sel T dengan mengikat CD 2 pada permukaan IIIa pada trombosit yang feraktivasi dan menghambat
sel, sehingga menghambat interaksi normal CDL/LF} fibrinogen, faktor von Willebrand, dan molekul adhesi
(Gambar SGf . Terapi pasien dengan alefasep juga meng- lainnya agar tidak berikatan dengan trombosit teraktivasi,
hasilkan penurunan jumlah total sel T dalam sirkulasi sehingga mencegah agregasi trombosit tersebut. Lihat Bab
yang bergantung pada dosis, termasuk yang banyak ter- 34 untuk perincian tambahan.
dapat dalam plak psoriatik. Oleh sebab itu, jumlah sel T Palivizumab adalah antibodi monoklonal yang ber-
pada pasien yang mendapat alefasep harus dipantau, dan ikatan dengan protein fusi respiratory syncytial airus, men-
obat. dihentikan jika kadar limfosit CD4 turun di bawah cegah infeksi pada sel yang peka di jalan napas. Obat ini
250 sel/pL. digunakan pada neonatus yang berisiko menderita infeksi
D. Basrlrxstruna virus ini dan menurunkan frekuensi inJeksi dan rawat inap
sebesar 50% (lihat Bab 49).
Basiliksimab merupakan IgG, manusia-tikus kimerik yang
berikatan dengan CD25, suatu rantai alfa reseptor IL-2
pada limfosit yang teraktivasi. Obat ini berfungsi sebagai
antagonis IL-2, menyekatlL-2 agar tidak berikatan dengan
N III. PENGGUNI\AN KLINIS OBAT
limfosit teraktivasi, sehingga bersifat imunosupresif. Basi- IMUNOSUPRESIF
liksimab diindikasikan untuk profilaksis penolakan organ
akut pada pasien yang mendapat transplantasi ginjal dan Agen imunosupresif biasanya digunakan pada dua ke-
biasanya digunakan sebagai bagian dari regimen imu- adaan klinis: gangguan autoimun dan transplantasi. Agen
nosupresif yang juga meliputi glukokortikoid dan siklos- yang.digunakan berbeda-beda menurui kelainan tertentu
porin A. yang diobati (lihat agen spesifik dan Tabel 56-1), begitu
E. Dexuzuiare juga dengan jadwal pemberiannya. Karena gangguan
autoimun sangatlah kompleks, jadwal terapi yang optimal
Daklizumab adalah IgG, terhumanisasi yang berikatan
masih perlu disusun lebih lanjut untuk berbagai macam
dengan subunit alfa reseptor IL-2. Indikasinya sama de-
sihrasi klinis.
ngan basiliksimab, tapi cara pemberiannya berbeda.

F. Ernlrzunane TRANSPTANTASI SUMSUM TULANG DAN


Efalizumab merupakan antibodi monoklonal anti-CD11a ORGAN SOLID
terhumanisasi rekombinan yang disetujui penggunaannya Pada transplantasi orgary diperlukan penentuan tipe ja-
pada terapi pasien dewasa yang menderita psoriasis berat. ringan berdasarkan pencocokan histokompabilitas donor
Ikatan efalizumab dengan CD11a (subunit alfa LFA-1) dan resipien dengan sistem haplotipe anfigen leukosit
menghambat interaksi LFA-1 pada semua limfosit dengan manusia (HLA). Pencocokan histokompabilitas yang ketat
intercellular adhesion moleatle-l (ICAM-l), sehingga meng- menurunkan kemungkinan penolakan tandur dan juga
hambat adhesi, aktivasi" dan migrasi limfosit ke dalam menurunkan kebutuhan terapi imunosupresif intensif.
kulit (Gambar 5G7). Efalizumab diberikan melalui sun- Sebelum transplantasi, pasien mendapat regimen irnuno-
tikan subkutan. supresif, termasuk globulin antitimosi! muromonab-CD3,
daklizumab, atau basiliksimab. Dapat timbul empat jenis
G. Onnauzulaea
penolakan pada resipien transplan organ solid: hiperakut,
Omalizumab adalah antibodi monoklonal terhumanisasi dipercepat, akut, dan kronik. Penolakan hiperakut ter-
rekombinan anti-IgE yang disetujui penggrnaannya pada jadi akibat adanya antibodi yang telah dibentuk sebelum-
terapi asma alergik pada pasien dewasa dan remaja yang nya terhadap organ donor, seperti antibodi anti-golongan
gejalanya refrakter terhadap kortikosteroid inhalasi (lihat darah. Penolakan hiperakut terjadi dalam hitungan jam
Bab 20). Antibodi ini menyekat ikatan IgE dengan resep- setelah transplantasi dan tidak dapat dihentikan dengan
tor Fct berafinitas-tinggi pada basofil dan sel mast, yang obat imunosupresif. Reaksi ini menyebabkan nekrosis ce-
menekan pelepasan mediator alergi tipe 1 berperantara- pat dan kegagalan organ transplan. Penolakan dipercepat
IgE seperti histamin dan leukotrien. Total kadar IgE dalam diperantarai oleh antibodi dan sel T, tapi juga tidak dapat
serum dapat tetap meningkat pada pasien hingga men- dihentikan oleh obat imunosupresif. Penolakan akut ter-
capai 1 tahun setelah pemberian antibodi ini. hadap suatu organ terjadi dalam hitungan harian hingga
bulanan dan terutama melibatkan imunitas selular. Peno-
MAB Lainnya lakan akut biasanya dapat clipulihkan dengan obat imu-
Abciksimab adalah fragmen Fab antibodi monoklonal nosupresif umum seperti azatioprin, mikofenolat mofetil,
manusia-murin yang mengikat reseptor integrin GPIIb/ siklosporin, takrolimus, glukokortikoid, siklofosfamid,
958 / BAB s6

Tabel 56-1. Penggunaan klinis agen imunosupresif.

Penyakit Autoimun
Purpura trombositopeni k Prednisone,tvincristine, sesekali cyclophosphamide, mercaptopurine, Biasanya baik
idiopatik (lTP) atau azathioprine; biasanya gamma globulin dosis-tinggi,
imunoadsorpsi plasma atau pertukaran plasma
Anemia hemolitik autoimun Prednisone,l cyclophosphamide, chlorambucil, mercaptopurine, Biasanya baik
azathioprine, gamma globulin dosis-tinggi
Glomerulonef ritis akut Prednisone,l mercaptopurine, cyclophosphamide Biasanya baik

Antibodi faktor Xlll didapat Cyclophosphamide plus faktor Xlll Biasanya baik

Kelainan autoreaktif Prednisone, cyclophosphamide, methotrexate, interferon-cr dan -B, Sering baik,
pada jaringan (penyakit azathioprine, cyclosporine, infliximab, etanercept, adalimumab bervariasi

Penyakit isoimun
Penyakit hemolitik pada Rh"(D) imunoglobulin Sangat baik

Transplantasi organ
Cyclosporine, azathioprine, prednisone, ALG, OKT3, tacrolimus, Sangat baik
._G.il!3l . ............_..................
basiliximab,3 daclizumab,3 sirolimus
Jantung Baik

Hati Cyclosporine, prednisone, azathioprine, tacrolimus, sirolimus Sedang

Sumsum tulang Cyclosporine, Cyclophosphamide, prednisone. methotrexate, ALG Baik

Pencegahan proliferasi sel


Sten koroner Sirolimus (terkandung dalam sten) Baik
lObat pilihan.
,Meliputi lupus eritematosus sistemik, artritis reumatoid, skleroderma, dermatomiositis, gangguan jaringan campuran, sklerosis multipel,
granulomatosis Wegener, hepatitis aktif kronik, nefrosis lipoid, penyakit peradangan pada usus.
38asiliximab dan daclizumab hanya disetujui penggunaannya pada transplantasi ginjal.

metotreksat, dan sirolimus. Baru-baru ini, agen biologik terladi, dan hanya dapat diobati dengan lebih banyak lagi
seperti antibodi monoklonal anti-CD3 telah digunakan menginfuskan sel punca dari donor.
untuk mengendalikan penolakan akut. Penolakan kronik Namun, reaksi tandur-pejamu (graf-aersus-host disease,
biasanya terjadi dalam hitungan bulanan atau bahkan GVHD) sangat sering terjadi pada sebagian besar pasien
tahunan pascatransplantasi. Reaksi ini ditandai dengan yang mendapat transplan alogenik. GVHD terjadi karena
penebalan dan fibrosis vaskulatur organ yang ditrans- sel T donor gagal mengenali kulit, hati, dan (biasanya)
plantasi, meliputi imunitas selular dan humoral. Penolak- usus pasien sebagai organ tubuh sendiri sehingga me-
an kronik ditangani dengan obat yang sama seperti yang nyerang jaringan-jaringan tersebut. Meskipun terapi imu-
digunakan pada penolakan akut. nosupresif (siklosporin, metotreksat, dan lainnya) telah
Transplantasi sel punca hematopoietik allogenik ada- diberikan pada pasien di awal rangkaian terapi untuk
lah terapi yang telah terbukti untuk berbagai penyakit membantu mencegah perkembangan ini, GVHD biasa-
maligna dan nonmaligna. Dilakukan penentuan donor nya terjadi tanpa dapat dicegah oleh terapi imunosupresif
dengan HLA yang cocok, biasanya dari anggota keluarga, ini. GVHD akut terjadi dalam 100 hari pertama, dan bia-
kemudian pasien dikondisikan dengan terapi radiasi atau sanya bermanifestasi sebagai ruam kulit diare berat,
kemoterapi dosis-tinggi, lalu sel punca donor diinfuskan. atau hepatotoksisitas. Diberikan terapi tambahan, yang
Regimen pengondisian ini tidak hanya digunakan untuk selalu diawali dengan kortikosteroid dosis-tinggi, dan di-
membunuh sel kanker dalam kasus penyakit maligna, tapi tambahkan obat seperti mikofenolat mofetil, sirolimus,
juga menekan sistem imun secara menyeluruh sehingga takrolimus, daklizumab, dan lainnya; dengan angka ke-
pasien tidak menolak sel punca donor. Begitu hitung berhasilan yang bervariasi. Umumnya GVHD akut pada
darahnya membaik (setelah dikurangi oleh regimen peng- pasien akan memburuk dan menjadi GVHD kronik
ondisian), pasien memiliki sistem imun baru yang tercipta (setelah 100 hari), dan keadaan ini perlu diterapi dalam
dari sel punca donor. Penolakan sel punca donor jarang periode yang bervariasi. Namun, tidak seperti transplantasi
IMUNOFARMAKOLOGI I 959
organ solid, pasien transplan sel punca umumnya mampu (CSF, dibahas pada Bab 33). CSF mengatur proliferasi dan
menghentikan obat imunosupresif begitu GVHD membaik diferensiasi sel progenitor sumsum tulang. Kebanyakan
(umumnya 1-2 tahun setelah transplantasi). dari sitokin yang baru-baru ini ditemukan dikelompok-
kan sebagai interleukin (IL) dan diberi nomor menurut
GANGGUAN AUTOIMUN penemuan mereka. Sitokin diproduksi menggunakan
Efektivitas obat imunosupresif pada gangguan autoimun teknik pengklonan gen.
sangatlah bervariasi. Namun, dengan terapi imunosupre- Kebanyakan sitokin (termasuk TNF-cr, IFN-y, IL-2,
granulo cte colony-s timulating factor [G-CSF], dan granulo cyte-
sif, dapat dicapai remisi pada berbagai keadaan anemia
hemolitik autoimury purpura trombositopenik idiopatik, macrophage colony-stimulating factor [GM-CSF]) memiliki

diabetes tipe I, tiroiditis Hashimoto, dan arteritis tempo-


waktu-paruh serum yang sangat pendek (hitungan menit).
ral. Adanya perbaikan juga sering kali dijumpai pada pa- Sitokin biasa diberikan secara subkutan membuatnya di-
lepaskan lebih lambat ke dalam sirkulasi sehingga durasi
sien lupus eritematosus sisternik, glomerulonefritis akuf
penghambat faktor VIII didapat (antibodi), artritis reu- kerjanya lebih lama. Tiap sitokin memiliki toksisitas
masing-masing yang unik, tapi beberapa toksisitas dimiliki
matoid, miopati inflamatorik, skleroderma, dan berbagai
keadaan autoimun lainnya.
bersama oleh beberapa sitokin. Sebagai contoh, IFN-c,
Terapi imunosupresif diberikan pada asma kronik IFN-B, IFN-y, IL-2, dan TNF-a memicu demam, gejala
bera! siklosporin sering kali efektif dalam keadaan ini, seperti-flu, anoreksia, kelelahan, dan malaise.
begitu juga dengan sirolimus. Omalizumab (antibodi anti-
Interferon merupakan protein yang saat ini dikelom-
IgE) baru-baru ini disetujui penggunaannya pada terapi pokkan ke dalam tiga kelompok: IFN-cr, IFN-B, dan
asrna berat (lihat bagian sebelumnya). Takrolimus saat
IFN-y. Kelompok IFN-cr dan IFN-B termasuk dalam IFN
ini masih diteliti secara klinis untuk digunakan sebagai tipe 1, yakni protein stabil-asam yang bekerja pada re-
septor yang sama pada sel target. IFN-y, yang termasuk
tatalaksana hepatitis aktif kronik autoimun dan sklerosis
multipel, tempat IFN-B berperanan besar.
IFN tipe II, bersifat labil-asam dan bekerja pada reseptor
yang berbeda di sel target. IFN tipe I biasanya diinduksi
oleh infeksi virus, dengan leukosit yang menghasilkan
TERAPI IMUNOMODULASI
IFN-cr. Fibroblast dan sel epitel menghasilkan IFN-p.
Lahirnya agen yang bekerla memodulasi respons imun IFN-y biasanya merupakan produk dari limfosit T yang
ketimbang menekannya telah menjadi satu bidang pen- teraktivasi.
ting daiam farmakologi. Pemikiran yang mendasari IFN berinteraksi dengan reseptor sel untuk meng-
pendekatan ini adalah bahwa obat seperti demikian me- hasilkan berbagai macam efek yang bergantung pada sel
ningkatkan responsivitas imun pasien yang menderita dan jenis IFN. IFN, khususnya IFN-y, menunjukkan sifat
imunodefisiensi selektif maupun generalisata. Potensi memperkuat imun, seperti meningkatkan presentasi anti-
penggunaannya yang utama adalah pada berbagai gang- gen dan makrofag, sel NK, dan aktivasi limfosit T sito-
guan imunodefisiensi, penyakit infeksi kronik, dan kanker. toksik. IFN juga menghambat proliferasi sel. Dalam hal
Epidemi AIDS sangat meningkatkan minat dalam me- ini, IFN-cr dan IFN-B lebih kuat daripada IFN-y. Efek IFN
ngembangkan obat imunomodulasi yang lebih efektif. lainnya yang poten adalah.meningkatkan ekspresi mole-
kul MHC pada permukaan sel. Sementara semua tiga
Sitokin jenis IFN menginduksi molekul MHC kelas I, hanya IFN-y
Sitokin merupakan sekelompok protein berukuran besar yang memicu ekspresi MHC kelas II. Pada sel glia, IFN-B
dan heterogen dengan berbagai macam fungsi. Beberapa mengantagonisasi efek ini dan bahkan dapat menurunkan
sitokin merupakanprotein imunoregulatorikyang disintesis presentasi antigen di dalam sistem saraf.
di dalam sel limforetikular dan memegang berbagai peran IFN-cr disetujui penggunaannya pada terapi beberapa
interaksi dalam fungsi sistem imun dan dalam kontrol neoplasma, termasuk hairy cell leukemia, leukemia mielo-
hematopoiesis. Sitokin yang telah diidentifikasi dengan genik kronik, melanoma maligna, dan sarkoma Kaposi,
jelas dirangkumkan dalam Tabel 56-2. Pada banyak kea- dan digunakan pula pada infeksi hepatitis B dan C. IFN-cr
daan, sitokin memerantarai efeknya melalui reseptor pada juga menunjukkan aktivitas sebagai agen antikanker pada
sel target yang relevan dan tampaknya bertingkah laku karsinoma sel ginjal, sindrom karsinoid, dan leukemia sel
sama seperti mekanisme kerja hormon. Pada keadaan lain, T. IFN-B disetujui penggunaannya pada sklerosis multipel
sitokin memiliki efek antiproliferattf, antimikroba, dan tipe relaps. IFN-y disetujui penggunaannya pada terapi
antifumor. penyakit granulomatosa kronik danIL-2, pada melanoma
Kelompok sitokin pertama yang ditemukan, yakni maligna dan penyakit granulomatosa kronik. Berbagai
interferon (IFN), diikuti oleh colony-stimulating factor macam pemeriksaan klinis terhadap sitokin lairl termasuk
960 / BAB s6

Tabel 56-2. Berbagai sitokin.

lnterferon-a (lFN-cr) Antivirus, onkostatik, mengaktifkan sel


lnterferon-B (lFN-B) Antivirus, onkostatik, mengaktifkan sel NK
lnterferon-y (lFN-y) Antivirus, onkostatik, disekresi oleh dan mengaktifkan atau
memperbanyak sel Tn1, sel NK, CTL, dan makrofag
Interleukin-1 (lL-1) Aktivasi sel T, proliferasi dan diferensiasi sel B

lnterleukin-2 (lL-2) Proliferasi sel T, aktivasi sel TH1, NK. dan LAK
lnterleukin-3 (lL-3) Proliferasi dan diferensiasi prekursor hematopoietik
lnterleukin-4 (lL-4) Aktivasi Tr-r2 dan CTL, proliferasi sel B

!nterleukin-5 (lL-5) Proliferasi eosinofil, proliferasi dan diferensiasi sel B

lnterleukin-8 (lL-8) Kemotaksis neutrof il, proinf lamasi


lnterleukin-9 (lL-9) Proliferasi sel T
lnterleukin-1 0 (lL-1 0) Supresi sel THl, aktivasi CTI proliferasi sel B

lnterleukin-l 1 (lL-l 1) Proliferasi megakariosit, diferensiasi sel B

lnterleukin-'l 2 (lL-1 2) Proliferasi dan aktivasi sel TUI dan CTL


lnterleukin-l 3 (lL-1 3)
-----.-.--Y:1y!-"-:i-lyig-:i-T-*I--'l?-s:PI-9-n-r9I-?-":-91-1.--.-.
lnterleukin-14 (lL-14) Proliferasi dan diferensiasi sel B
lnterleukin-l 5 (lL-1 5) Aktivasi Tn1, CTL, dan NI(LAK, perluasan depot memori sel T
lnterleukin-I 6 (lL-1 6) Kemotaksis limfosit T, menekan replikasi HIV
lnterleukin-l 7 (lL-1 7) Produksi sitokin oleh sel stroma
lnterleukin-1 8 (lL-I 8) Memicu respons TH1

lnterleukin-20 (lL-20) Mempromosikan diferensiasi kulit


lnterleukin-21 (lL-21 ) Mempromosikan proliferasi sel T teraktivasi, pematangan sel NK
lnterleukin-22 (lL-22) Regulator sel Tu2
lnterleukin-23 (lL-23) Mempromosikan proliferasi sel memori THI
lnterleukin-24 (lL-24) Memicu apoptosis tumor, memicu respons THI
lnterleukin-27 {lL-27) Merangsang sel CD4 untuk menghasilkan IFN-y
lnterleukin-28 dan 29 (lL-28, lL-29) Antivirus, sifat seperti interferon
lnterleukin-30 (lL-30) Subunit p28 dari lL-27
lnterleukin-3 1 (lL-31) Berperan pada hipersensitivitas tipe I dan respons TH2
lnterleukin-32 (lL-32) Terlibat dalam inflamasi

Tumor necrasis factor-F FNF-B) Onkostatik, proinflamasi, kemotaktik

9t ""tggrt:s9l-Tv-s-l-T-y!tlilg lls:.1-- lp9-Y$i.-s-19-1y-l-':i!-- --


Granulocyte-macrophage colony-stimutating factor Produksi granulosi! monosi! eosinofil-

Eritropoietin (epoetin, EPO) Produksi sel darah merah


Trombopoietin OPO) Produksi trombosit
HCE kofaktor hematopoietik; lAK. Iymphokine-activated killer cell.
Catatan.'Banyak aktivitas interleukin yang bertumpang tindih dan mempengaruhi satu sama lain.
IMUNOFARMAKOLOGI / 961

IL-1,, -3, -4, -6, -11, dan -12, masih dalam perkembangan.
Toksisitas IFN, yang meliputi demam, menggigil, malaise, N IV. REAKSI IMUNOLOGIK
mialgia, mielosupresi, nyeri kepala, dan depresi, dapat
TERHADAP OBAT & ALERGI
sangat membatasi penggunaan klinisnya.
TNF-ci telah banyak diuji pada terapi berbagai macam OBAT
keganasan, tapi hasilnya mengecewakan akibat adanya
toksisitas yang membatasi dosisnya. Satu pengecualian Mekanisme imun dasar dan bagaimana imunitas tubuh
adalah penggunaan TNF-ct intra-arteri dosis-hinggi pada dapat ditekan atau dirangsang oleh obat-obatan telah
melanoma maligna dan sarkoma jaringan lunak ekstre- dibahas pada bagian sebelumnya dalam bab ini. Obat-
mitas. Pada keadaan ini, dijumpai angka respons yang obatan juga mengaktifkan sistem imun dengan cara yang
melebihi 80%. tidak diinginkan sehingga bermanifestasi sebagai reaksi
Sitokin sedang menjalani uji klinis sebagai adjuvan obat simpang. Reaksi ini biasanya dikelompokkan dalam
terhadap vaksin, dan IFN serta IL-2 telah menunjukkan satu klasifikasi luas sebagai" alergiobat". Memang, banyak
beberapa efek positif dalam respons manusia terhadap reaksi obat seperti yang ditimbulkan oleh penisilirl iodi-
vaksin hepatitis B. IL-12 dan GM-CSF juga menuniukkan da, fenitoin, dan sulfonamida bersifat alergik. Reaksi obat
efek adjuvan dengan vaksin. GM-CSF menarik perhatian ini bermanilestasi sebagai erupsi kulit, edema, reaksi
karena mempromosikan perekrutan antigen-presenting anafilaktoid, glomerulonefritis, demam, dan eosinofilia.
cells profesional seperti sel dendritik yang diperlukan un- Reaksi obat yang diperantarai oleh respons imun dapat
tuk mempersiapkan (piming) respons limfosit-T spesifik terjadi akibat berbagai macam mekanisme yang berbeda.
antigen yang naif. Beberapa pihak berpendapat bahn'a Oleh sebab itu, masing-masing tipe dari empat tipe hiper-
GM-CSF sendiri merangszrng respons imun antifumor, sensitivitas utama yang dibahas sebelumnya dalam bab ini
menyebabkan regresi turr'.or pada kanker prostat dan me- (halaman 943) dapat dikaitkan dengan reaksi obat alergik:
lanoma. . Tipe I: Reaksi alergik akut berperantara IgE terhadap
Penting untuk ditekankan bahrva interaksi sitokin de-
sengatan, serbuk sari, dan oba! meliputi anafilaksis,
ngan sel target sering kali menyebabkan pelepasan kaska-
urtikaria, dan angioedema. IgE menempel pada sel
de berbagai sitokin endogen I'ang berbeda, yang memun-
rr.ast jaringan dan basofil darah, dan setelah berinter-
culkan efeknya secara sekuensial atau serentak. Sebagai aksi dcngan antiget.r.. sel-sel tersebut melepaskar-. me-
conto\ pajanan IFN-1 meningkatkan jumlah ieseptor per- diatcr yang poten.
mukaan sel untuk TNF-cr pada sel target. Terapi dengan o Tipe II: Ohat-obatan sering kali memodifikasi protein
IL-2 memicu produksi TNF-c, sernentara terapi dengan IL-
pejamu, sehingga rnemunculkan respons antibodi ter-
12 menri.'.r produksi IFN-y.
hadap protein yang dimodifikasi. Respons alergik ini
melibatkan lgG atau IgM yang menempel pada sel
Penghambat Sitokin pejamu. Sel ini kemudian akan mengalami Iisis yang
Penggunaan terkini clari terapi imunomodulasi melibat- berganfung pada komplemerL atau sitotoksisitas se-
kan penggunaan penghambat sitokin untuk penyakit lular yang bergantung pada antibodi.
inflarnasi dan syok septik; pada keadaan-keadaan ini, o Tipe III: Obat-obatan dapat menyebabkan timbulnya
sitokin seperti IL-1 dan TNF-a terlibat dalam patogenesis. penyakit serum (serum sickness), yang melibatkan
Obat yang sekarang masih diteliti meliputi antibodi kompleks rtnun yang mengandung IgG dan berupa
monoklonal antisitokin, reseptor sitokin mudah larut vaskulitis multisistem be.rgantung-komplemery yang
(bentuk reseptor IL-1 dan TNF-a yang mudah larut dan juga dapat menyebabkan urtikaria.
terkandung secara alamiah dalam tubuh manusia), dan . TiPe IV: Alergi yang diperantarai oleh sel adalah me-
antagonis reseptor IL-1 (IL-1Rcr), yuk^i anakinra- Ana- kanisme yang terlibat dalam dermatitis kontak alergi
kinra merupakan bentuk rekombinan antagonis reseptor akibat obat topikal atau indurasi kulit di tempat pe-
IL-1 alamiah yang mencegah IL-1 agar tidak berikatan nyuntikan antigen intradermal'
dengan reseptornya, rnemtttus kaskade sitokin i'ang di-
Pacla beberapa reaksi obat, beberapa respons hiper-
lepaskan jika IL-1 berikatan dengan IL-1R- Anakinra di-
setuiui penggunaannya pada pasien artritis reumatoid sensiLivitas ini dapat muncul secara serentak. Beberapa
dewasa yang gagal diterapi dengan satu DMARD atau reaksi simpang terhadap obat dapat salah digolongkarl
lebih. Pasien harus dipaatau secara ketat jika mereka juga sebagai alergik atau imun, padahal sebenamya reaksi ter-
menggunakan obat anti-TNF-ct, menderita infeksi kronik, sebut sebenarnya merupakan keadaan defisierui genetik
atau menurun imunitasnYa. atau idiosinkratik dan tidak diperantarai oleh mekanisme
962 / BAB s6

imun (misalnya, hemolisis akibat primakuin pada defi- Obat-obatan yang memodifikasi respons alergi bekerja
siensi glukos a-6-fosfat dehidrogenase, atau anemia aplas- pada beberapa taut dalam rangkaian peristiwa ini.
tik yang disebabkan oleh kloramfenikol). Prednison, sering kali digunakah pada reaksi alergi berat,
bersilat imunosupresif; obat ini menyekat proliferasi klon
nlencr oBAT SEGERA (TIPE l) yang memproduksi IgE dan menghambat produksi IL-4
Alergi sensititivitas tipe I (segera) terhadap obat-obatan oleh sel T helper pada respons IgE, karena glukokortikoid
tertentu timbul ketika suatu obat, yang tidak mampu umumnya toksik terhadap limfosit. Pada lengan eferen
sendirian memicu respons imun, secara kovalen bertaut dari respons alergi, isoproterenol, epinefrirl dan teofilin
mengurangi pelepasan mediator dari sel mast dan basofil
dengan protein karier pejamu (hapten). Bila hal ini terjadi,
serta menghasilkan bronkodilatasi. Epinefrin melawan his-
sistem imun mendeteksi konjugat obat-hapten sebagai
"komponen milik sendirt yang termodifikasi (modifed tamin; epinefrin merelaksasi otot polos bronkiolar dan
mengontraksikan otot vaskular, sehingga meredakan bron-
selfl" dan berespons dengan menghasilkan antibodi IgE
kospasme dan hipotensi. Antihistamin secara kompetitif
yang spesifik untuk obat-hapten. Tidak diketahui me-
ngapa beberapa orang memunculkan respons IgE terha- menghambat histamin, yang jika tidak dihambat akan
menghasilkan bronkokonstriksi dan meningkatkan permea-
dap obat, dan yang lainnya memunculkan respons IgG. Di
bilitas kapilar di ujung organ. Glukokortjkoid juga berperan
bawah pengaruh IL-4, IL-s, dan IL-13 yang disekresi oleh
mengurangi cedera jaringan dan edema pada jaringan yang
sel Ts2, sel B yang spesifik untuk obat menyekresi anti-
bodi IgE. Mekanisme timbulnya hipersensitivitas segera mengalami peradangan, serta memfasilitasi ke4a katekola-
berperantara-IgE digambarkan pada Gambar 56-5.
min pada sel yang mungkin refrakter terhadap epinefrin
atau isoproterenol. Beberapa agen yang diarahkan terhadap
Fiksasi antibodi IgE pada reseptor Fc afinitas-tinggi
(FceeR) di basofil darah atau ekuivalennya di jaringan inhibisi sintesis leukotrien dapat berrnanfaat dalam gang-
(sel mast) menimbulkan terjadinya reaksi alergik akut. guan alergik dan peradangan akut (lihat Bab 20).
Lokasi distribusi sel mast yang paling penting adalah
di kulit, epitel nasal, paru, dan saluran cerna. Bila obat
Desensitisasi Obat
yang menimbulkan reaksi dipajankan kembali ke tubuh, Bila tidak tersedia alternatif obat yang memadai, beberapa
obat ini mengikat dan bertautan silang dengan basofil obat (misalnya penisilin, insulin) harus digunakan pada
serta IgE pada permukaan sel rnast untuk memunculkan penyakit yang mengancam jiwa, bahkan pada keadaan
sinyal pelepasan mediator (misalnya, histamiry leukotrien, sudah diketahui adanya sensitivitas alergi sebelumnya.
lihat Bab 16 dan 18) dari granula. Pelepasan mediator Pada keadaan seperti ini, desensitisasi kadang dapat di-
menyebabkan inJluks kalsium dan penurunan cAMP in- capai dengan memulai pemberian obat dalarn dosis awal
trasel di dalam sel mast. Banyak obat yang menyekat pe- yang sangat kecil, yang kemudian perlahan ditingkatkan
lepasan mediator tampaknya bekerja melalui mekanisme dalam hitungar-r jam hingga mencapai rentang terapeutik
cAMP (misalnya, katekolamin, glukokortikoid, teofilin), utuh (lihat Bab 43). Praktik ini berbahaya dan harus di-
lainnya bekerja dengan menyekat pelepasan histamin, dan lakukan di bawah pemantauan medis langsung, karena
sisanya menyekat reseptor histamin. Zat vasoaktif lainnya anafilaksis dapat timbul sebelum desensitisasi tercapai'
seperti kinin juga dapat turut dihasilkan selama terjadi- Pemberian obat secara perlahan dan progresif dipikirkan
nya pelepasan. histamin. Mediator-mediator ini memulai akan rnengikat semua IgE yang ada pada sel mast, memicu
proses relaksasi otot polos pembuluh darah, meningkat- pelepasan granula secara bertahap. Setelah semua IgE pada
kan permeabilitas pembuluh darah, hipotensi, edema, dan permukaan sel mast diikat dan sel telah didegranulasi,
bron kokonstriksi segera. dosis terapeutik obat dapat diberikan dengan reaksi imun
minimal. Oleh sebab itu, pasien hanya terdesensitisasi
Terapi Obat untuk Alergi Segera selama penrberian obat.

Kita dapat menguji individu untuk mencari kemungkin-


an sensitivitas terhadap obat dengan uji gores sederhana,
REAKST AUTOIMUN (TIPE ll)
yakni dengan mengoleskan larutan obat yang sangat encer TERHADAP OBAT
pada kulit dan menggoresnya dengan ujung jarum. Jika Beberapa sindrom autoimun dapat dinduksi oleh obat,
terjadi alergi, akan muncul bentol (wheal, edema) (dalam seperti lupus eritematosus sistemik setelah terapi hidrala-
waktu 10-15 menit) dan flare (peningkatan aliran darah). zin atau prokainamid, " hepatitis lup oid" akibat sensitivitas
Namun, uji kulit mungkin negatif meskipun terdapat hi- katartik, anemia hemolitik autoimun yang timbul akibat
persensitivitas IgE terhadap hapten atau produk metabo- pemberian metildopa, purpura trombositopenik akibat
lik suatu obat, terutama jika pasien menggunakan steroid kuinidin, dan agranulositosis akibat berbagai macam obat.
atau antihistamin. Seperti diindikasikan pada bab lain dalam buku ini, terdapat
IMUNOFARMAKOLOGI I 963
berbagai obat yang menyebabkan reaksi tipe I dan tipe II. kanisme terjadinya cedera jaringan adalah terbentuk dan
Pada berbagai keadaan autoimun yang diinduksi oleh tertumpuknya kompleks imun tersebut pada membran
obat-obat ini, antibodi IgG berikatan dengan jaringan yang basa (misalnya, paru, ginjal), diikuti oleh aktivasi kom-
termodifikasi obat dan dihancurkan oleh sistem komple- plemen dan infiltrasi leukosit, sehingga menyebabkan ter-
men atau oleh sel fagositik dengan reseptor Fc. Untung- jadinya destruksi jaringan. Glukokortikoid berguna mere-
nya, reaksi autoimun terhadap obat biasanya mereda dakan reaksi penyakit serum berat terhadap obat' Pada
dalam beberapa bulan setelah obat yang menimbulkan kasus berat, plasmafaresis dapat digunakan untuk mem-
reaksi tidak digunakan lagi. Terapi imunosupresif hanya bersihkan obat yang menimbulkan reaksi dan kompleks
diberikan jika respons autoimun yang timbul sangat berat. imun dari sirkulasi.
Vaskulitis imun juga dapat dipicu oleh obat. Golongan
PENYAKIT SERUM (SERUM SICKNESS) sulfonamida, penisilin, tiourasil, antikonvulsan, dan iodi-
& REAKST VASKULITIK (TIPE lll) da telah dipikirkan terlibat dalam inisiasi angiitis hipersen-
Reaksi imunologik terhadap obat yang menimbulkan sitivitas. Eritema multiforme adalah suatu kelainan kulit
penyakit serum (serum sickness) lebih umum ditemui dari- vaskulitik yang relatif ringan yang mungkin terjadi akibat
pada respons anafilaktik segera, tapi hipersensitivitas tipe hipersensitivitas obat. Sindrom Stevens-Johnson mungkin
II dan tipe III sering kali bertumpang tindih. Gambaran merupakan bentuk reaksi hipersensitivitas ini yang lebih
klinis penyakit serum meliputi erupsi kulit urtikaria dan berat, meliputi eritema multiforme, artritis, nefritis, ke-
eritematosa, artralgia atau artritis, limfadenopati, glome- lainan sistem saraf pusat, dan miokarditis. Sindrom ini
rulonefritis, edema perifer, dan demam. Reaksi ini umum- sering dikaitkan dengan terapi sulfonamida. Pemberian
nya bertahan 6-12 hari dan biasanya mereda setelah obat antibodi poliklonal atau monoklonal yang bukan berasal
yang menimbulkan reaksi dihentikan penggunaannya. dari manusia (nonhuman)-seperti antivenin ular derik-
Antibodi kelas IgM atau IgG biasanya ikut terlibat. Me- dapat menimbulkan penyakit serum.

Abatacept (Orencia) Basiliximab (Simulect)


Parenteral: bubuk terlipofilisasi 250 mg/vial Parenteral: bubuk 20 mg; dilarutkan untuk
Abciximab (ReoPro) suntikan lV
Parenteral: larutan 2 mglmL untuk suntikan lV Bevacizumab (Avastin)
Adalimumab (Humira) Parenteral: 5 mg/kg dalam natrium klorida 100
Parenteral:40 mg/vial untuk suntikan lV mL untuk suntikan
Alefacept (Amevive) Capromab pendetide (Prostascint)
Parenteral: 7,5, 15 mg untuk suntikan lV Parenteral: Capromab Pendetide 0,5 mg
Alemtuzumab (Campath) dicampur dengan 1111n 5 mCi untuk suntikan
Parenteral: 30 mg/3 mL vial untuk suntikan lV IV
Anakinra (Kineret) Cetuximab (Erbitux)
Parenteral: semprit kaca yang sudah terisi Parenteral: 2 mg/mL dalam vial 50 mL
(prefiileA 100 mg/mL untuk suntikan SC Cyclophosphamide (Cytoxan, Neosar)
Globulin antitimosit (Thymoglobulin) Oral: tablet 25, 50 mg
Parenteral: 25 mg/vial untuk suntikan lV Parenteral: 100 mg/mL untuk suntikan
Arcitumomab (CEA-Scan) Cyclosporine (Sandimmune, Neoral, SangCya)
Parenteral: 1 mg arcitumomab dicampur Oral: kapsul 25,50,100 mg; larutan 100 mg/mL
dengan.ee'Tc 20-30 mCi untuk suntikan lV Parenteral: 50 mg/mL untuk pemberian lV
Azathioprine (generik, lmuran) Daclizumab (Zenapax)
Oral: tablet 50 mg Parenteral: vial 25 mg/5 mL untuk infus lV
Parenteral: 100 mg/vial untuk suntikan lV Etanercept (Enbrel)
Parenteral: bubuk terliofilisasi 25 mg untuk
suntikan 5C
iBeberapa obat yang dibahas dalam bab ini tersedia sebagai
"orphan drug", tetapi tidak tercantum di sini' Obat-obat lain
yang tidak tercantum di sini akan ditemukan di bab-bab lain (lihat (berlanjut)
indeks)
964 / BAB s6

Gemtuzumab (Mylotarg) Nofetumomab (Verluma)


Parenteral: bubuk 5 mg, dilarutkan untuk Parenteral: kit untuk pengkopelan eeTc ke
suntikan fragmen Fab nofetumomab untuk infus lV
lbritumomab tiuxetan (Zevalin) (lihat sisipan bungkus)
' Parenteral:3,2 mgl2 mL untuk suntikan Omalizumab (Xolair)
lmmune globulin intravenous (lGlV) (Gamimune, Parenteral: 202,5 mg; untuk suntikan
Gammagard, lveegam, polygam, lainnya) Pegademase bovine (Ada gen)
Parenteral: larutan 5,1Ao/o; bubuk 2,5; 5;6; 10; Parenteral: 250 uniVmL untuk suntikan lM
12 g untuk suntikan Catatan: Pegadamase adalah adenosin
lnfliximab (Remicade) deaminase dari sapi
Parenteral: bubuk terliofilisasi 100 mg untuk Peginterferon alfa-2a (Pegasys)
suntikan lV Parenteral: 180 mcg/mL
lnterferon alpha-2a (Roferon-A) Peginterferon alfa-2b (PEG-l ntron)
Parenteral: bubuk atau larutan dalam vial atau Parenteral: 50, 80, 120, 150 mca/0,5 mL
semprit sekali-pakai yang sudah terisi 3-3G Prednisone (generik)
juta unit Oral: tablet 1;2,5: 1O;20; 50 mE; larutan 1; 5
lnterferon alpha-2b (lntron-A) mg/mL
Parenteral: 3-50 juta uniVvial Rho (D) immune globulin mico-dose (BayRho-D,
Interferon beta-la (Avonex, Rebif) BayRho-D Mini-Dose, MtCRhoGAM,
Parenteral: bubuk 22,33, zl4 mca untuk RhoGam, WinRho)
suntikan lV Parenteral: vial dosis-mikro dan dosis-tunggal
lntederon beta-1 b (Betaseron) Rituximab (Rituxan)
Parenteral: bubuk 0,3 mg untuk suntikan SC Parenteral: 10 mg/ml untuk infus lV
lnterferon gamma-l b (Actimmune) Sirolimus (Rapamune)
Parenteral: vial 100 mcg Oral: tablet 1 mg, larutan 1 mglmL
lnterleukin-2 [lL-2, aldesleukinl (proleukin) Tacrolimus IFK 5061 (Prograf)
Parenteral: vial 22juta unit Oral: kapsul0,5; '1,5 mg
Leflunomide (Arava) Parenteral: 5 mg/mL
Oral: tablet 10, 20. 100 mg Topikal (Protopic): salep 0,03%, 0,'t%
Lymphocyte immune globulin (Atgam) Thalidomide Cl-halom id)
Parenteral: 50 mg/mL untuk suntikan (dalam Oral: kapsul 50 mg
5 mL ampul) Catatan: Menurut labelnya, thalidomide
Methylprednisolone natrium succinate (Solu- hanya digunakan pada eritema nodosum
Medrol, lainnya) leprosum di .A5
Parenteral: bubuk40, 125, 500, 1000,2000 mg Tositumomab (Bexxar)
untuk suntikan Parenteral: dua vial 225 mg sekali-pakai, dan
Muromonab-CD3 [OKT3l (Orthoclone OKT3) satu vial 35 mg; tositumomab berlabel 1131,
Parenteral: ampul 5 mg/5 mL untuk suntikan 1,1 mg/mL pada 5,6 mCi/ml; 0,1;14 mg/mL
Mycophenolate mofetil (CellCept) Trastuzumab (Herceptin)
Oral: kapsul 250 mg; tablet 500 mg; bubuk 200 Parenteral: bubuk 44A mg; larutkan untuk
mg untuk su3pensi infus lV
Parenteral: bubuk 500 mg; larutkan untuk
penyuntikan

REFERENSI Sel T Helper: Th, &Thz


lmunologi Umum Maker AZ et aI: Tumor regression and autoimmunity in patients
treated with rytotoxic T lymphocyte-associated antigen 4
Egen JG, Kuhns MS, Allison JP: CTLA4: New insights into its blockade and interleukin 2 A phase I/II study. Ann Surg
biological funchon-and use in tumor immunotherapy. Nature Oncol 2005;12:1004.
lmmunol 2ffi2;3:611. Phan GQ et al: Cancer regression and autoimmunity induced
Goldsby RA et a7: ImnurcIogy,Sh ed. Freeman,2fi)3. by cytotoxic T lymphocyte-associated antigm 4 blockade in
faneway C et a7: Imrmurobiology: Thc Immune System in Health and patients with metastatic melanoma. Proc Natl Acad Sci U SA
Diseax, 6th ed. Current Biology Publications, 2005. 208;100:8372.
IMUNOFARMAKOLOGI I 965
Hipersensitivitas early rheumatoid arthritis: A double blind randomised placebo
conholled trial. Ann Rheum Dis2A03;62:291.
Ballow, M: -ximab this and -zumab thatl Has the magic bullet
McHutchison JG, Fri-ed MW: Current therapy for hepatitis C:
arrived in the new millennium of medicine and science? J
Pegylated interferon and ribavirin. Clin Liver Dis 2003;7:149.
Allergy Clin Immunol 2A05;L1.6:738.
McMurray RW, Harisdangkui V: Mycophenolate mofetil: Seiective
Chiu AM,'Kelly KJ: Anaphylaxis: Drug allergy, insect stings, and
T cell inhibition. Am J Med Sci 2002323:194.
latex. Immunol Allergy Clin North Am 2005;25:389.
Reichenspurner H: Overview of tacrolimus-based immunosu-
Martin E et al: Drug hypersensitivity: lnsights into pathomecha-
pression after heart or lung transplantation. J Heart Lung
nisms. Allerg Immunol (Patis) 2OO5;37:207.
Transplant 2005 ;24:119.
Autoimunitas Ribatti D, Vacca A: Therapeutic renaissance of thalidomide in
Arnason BG: Long-term experience with interferon beta-1b
the treatrnent of haematological malignancies. Leukemia
(Betaferon) in multiple sclerosis. j Neurol 2005;252(Snpp|
2005;79:1,525.

3):iii28.
Brown MA: Antibody treatments of inflammatory arthritis. Curr Antibodi Monoklonal & Globulin Antilimfosit
Med Chem 2005 ;1,2:2943.
Jolles S et al: Clinical uses of intravenous immunoglobulin. Clin
Czaja AJ: Autoimrnune liver disease. Curr Opin Gastroenterol Exp Immunol 2005 ;742:L.
2005;21:293.
Jordan SC et al: Current approaches to treatment of antibody-
Hafler DA et al: Multiple sclerosis. Immunol Rev 2005;204:208. mediated rejection. Pediatr Transplant 2005;9:408.
Weinberg JM et aI: Biologic therapy for psoriasis: An update on Nashan B: Antibody induction therapy in renal transplant
the tumor necrosis factor inhibitors inflixinlab, etanercept, and palients receiving calcineurin-inhibitor immunosupressive
adalirirumab, and the T-cell targeted therapies efalizumab and regimens: A comparative review. BioDrugs 2005;19:39.
alefacept. J Drugs Dermatol 2005;4:5M.
Weiner LM: Fully human therapeutic monoclonal antibodies. J
Immunother 2006 ;29 :1,.
Penyakit I munodefisien si
Cunningham-Ruldles C et al: Molecular defects in T- and B- Sitokin
cell primary immunodeficienry diseases. Nat Rev Immunol
2005;5:880. Disis ML, Feld JJ: Mechanism of action of interferon and ribavirin
DiRenzo M et al: Common variable immunodeficiency: A review. in treatment of hepatitis C. Nature 2005;436:967.
Clin Exp Med2004;3:A1 Lawson DH: Choices in adjuvant therapy of melanoma. Cancer
Durandy A et al: Immunoglobulin replacement therapy in primary Control2005;12:.?36.
antibody deficiency diseases-maximizing success. Int Arch
Allergy Immunol 2005;136:217. Drug AIIergy
Agen lmunosupresif Greenberger PA: Drug allergy. J Allergy Clin Immunol
Crane E, List A: Immunomodulatory drugs. Cancer Invest 20061.17 (Suppl) :546a.
2ffi5'23:625. Sicherer SH, leung DY: Advances in allergic skin disease,
Gerards AH et al: Cyclosporine A monotherapy versus cydospo- anaphylaxis, and hypersensitivity reactions to food, drugs,
rine A and methotrexate combination therapy in patients with and insects. J Allergy Clin Immunol 2005;116:153-
966

Anda mungkin juga menyukai