1. PENDAHULUAN
Selain memahami berbagai teori di bidang kedokteran dan kesehatan, seorang
dokter juga dituntut untuk menguasai keterampilan klinis untuk menangani berbagai
kondisi yang diderita pasien. Modul-modul ketrampilan klinis ini disusun dengan tujuan
agar bisa menjadi materi acuan untuk mempelajari berbagai keterampilan klinis yang
diperlukan seorang dokter.
Modul Keterampilan Klinik Dasar 3 ini akan dilaksanakan pada semester 5. Pada
semester ini, mahasiswa diharapkan untuk memiliki keterampilan klinis dalam teknik
komunikasi efektif dalam pengambilan anamesis pasien, serta teknik pemeriksaan dan
tindakan medis dan bedah pada tiga sistem, yaitu sistem muskuloskeletal, sistem
hemopoietik dan limforetikuler, serta sistem urogenital. Khusus untuk Modul ini, akan
dipelajari tiga keterampilan klinis yang akan diselesaikan dalam 6 minggu, yaitu
pemeriksaan darah rutin, kateterisasi/infus intravena, serta teknik injeksi dan Rumple
Leed test.
2. TUJUAN BLOK
Setelah menyelesaikan blok Keterampilan Klinis Dasar 3 pada sistem
hemopoietik dan limforetikuler ini, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Melakukan pemeriksaan darah rutin (kadar hemoglobin dan laju endap darah)
dengan benar.
b. Melakukan pemasangan kateterisasi/infus intravena dengan benar.
c. Melakukan teknik injeksi (intramuskular, intrakutan, subkutan, dan intravena)
dengan benar.
d. Melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil Rumple Leed test dengan benar
3. PRAKTIK KETERAMPILAN
Praktik keterampilan/skills lab terdiri atas pembelajaran kemampuan dan
keterampilan prosedural (pemeriksaan darah rutin, Rumple Leed test) dan keterampilan
terapeutik (kateterisasi/infus intravena, teknik injeksi). Pada blok ini, masing-masing
keterampilan dilatihkan sebanyak 2 kali selama masing-masing 3 jam.
4. PENILAIAN
a. Formatif
Prasyarat ujian:
Kehadiran skills lab & OSCE Komprehensif : 100%
Etika pada skills lab & OSCE Komprehensif : sufficient (berbasis checklist)
b. Sumatif, terdiri atas:
Pretest : 10%
Posttest : 15 %
Nilai harian skills lab : 20%
OSCE Komprehensif : 55% (nilai batas lulus/NBL OSCE Komprehensif = 70)
c. Standar Penilaian
5. TATA TERTIB
a. Mahasiwa wajib mengikuti seluruh proses kegiatan skills lab dan OSCE
Komprehensif (100%).
b. Ketidakhadiran skills lab dan OSCE Komprehensif hanya diperkenankan apabila:
1. Sakit, yang dibuktikan dengan surat keterangan sakit dari dokter
2. Mendapat musibah kematian keluarga inti, dengan surat keterangan dari
orangtua/wali
3. Mendapat tugas dari fakultas/universitas, dengan surat keterangan dari Ketua
Program Studi/Wakil Dekan/Dekan/Rektor
c. Apabila tidak hadir pada kegiatan skills lab/OSCE Komprehensif dengan alasan
selain yang tercantum pada poin (b) di atas, maka akan mendapat nilai nol (0).
d. Apabila tidak hadir pada kegiatan skills lab/OSCE Komprehensif dengan alasan
seperti yang tercantum pada poin (b), mahasiswa dapat mengganti waktu skills
lab/OSCE Komprehensif sesuai dengan ketentuan administrasi yang telah
ditetapkan oleh MEU dan diwajibkan mengerjakan tugas tambahan. Apabila
mahasiswa tidak hadir pada pertemuan pertama skills lab, maka tidak berhak
mengikuti pertemuan kedua materi skills lab tersebut.
e. Bagi mahasiswa yang tidak hadir pada kegiatan skills lab dengan alasan selain yang
tercantum pada poin (b), maka mahasiswa tidak berhak mendapatkan penggantian
waktu, dan nilai skills lab yang ditinggalkan tersebut adalah 0 (nol). Apabila
mahasiswa tidak hadir pada pertemuan pertama, maka mahasiswa tersebut juga
tidak dapat mengikuti pertemuan kedua skills lab materi tersebut dan nilai
pertemuan kedua adalah 0 (nol).
f. Bagi mahasiswa yang tidak hadir pada kegiatan OSCE Komprehensif dengan alasan
yang tercantum pada poin (b), maka mahasiswa berhak mengganti waktu OSCE
Komprehensif yang akan dilaksanakan bersamaan dengan jadwal remedial OSCE
Komprehensif. Nilai maksimal OSCE Komprehensif per station adalah nilai rata-
rata kelas station tersebut. Apabila mahasiswa mendapatkan nilai di atas rata-rata
kelas station tersebut, maka nilai yang diperoleh mahasiswa adalah 80% dari nilai
asal.
g. Bagi mahasiswa yang tidak hadir pada kegiatan OSCE Komprehensif dengan alasan
selain yang tercantum pada poin (b), maka mahasiswa tidak berhak mendapatkan
penggantian waktu, dan nilai OSCE Komprehensif adalah 0 (nol)
h. Apabila mahasiswa tidak hadir pada jadwal remedial OSCE Komprehensif yang
telah ditentukan, maka nilai OSCE Komprehensif station tersebut adalah nilai asal.
i. Pada saat OSCE Komprehensif, mahasiswa harus sudah hadir 30 menit sebelum
OSCE Komprehensif dilaksanakan sesuai jadwal
j. Bagi mahasiswa yang terlambat hadir pada saat OSCE Komprehensif maksimal 10
menit, maka tidak akan diperkenankan ikut OSCE Komprehensif
k. Remedial OSCE Komprehensif hanya ditujukan bagi mahasiswa yang mendapat
nilai di bawah ketentuan blok dan secara administratif tidak ada pelanggaran
(kehadiran, etika).
l. Bagi mahasiswa yang melanggar ketentuan administratif dan etika, maka
dinyatakan tidak lulus blok dan wajib mengulang pada tahun-tahun berikutnya
6. TIM BLOK
dr. Alfi Yasmina, M.Kes, Ph.D
dr. FX Hendriyono, Sp.PK
dr. Lena Rosida, M.Kes
dr. Ahmad Husairi, M.Ag, M.Imun
7. SUMBER REFERENSI
1. Darce J, Kopelinann P. A Handbook of clinical skills. London: Hanson, 2004
2. Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Longo DL, Loscalzo J. Harrison’s
principles of internal medicine. 17th ed. New York: Mc Graw Hill, 2008
3. Frenkel M, Koster M, Sibuea H. Pedoman dasar anamnesis dan pemeriksaan
jasmani. Jakarta: Sagung Seto, 2007.
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK
UI, 2006.
5. Thomas J, Monaghan T. Oxford Handbook of Clinical Examination and Practical
Skills 2nd ed. Nottingham: Oxford University Press, 2007.
Kadar hemoglobin (Hb) dapat diukur menggunakan berbagai metode, antara lain
metode Sahli, Oksihemoglobin atau Sianmethemoglobin.
Metode Sahli tidak dianjurkan lagi, karena mempunyai kesalahan inheren yang
besar. Alat metode Sahli sulit distandarisasi, selain itu tidak semua jenis Hb dapat
ditetapkan menggunakan alat ini. Jenis hemoglobin yang tidak dapat diukur
menggunakan metode Sahli antara lain adalah karboksihemoglobin, methemoglobin,
dan sulfhemoglobin. Meskipun tingkat kesalahan metode Sahli cukup besar, tetapi
untuk tes penyaring menetapkan anemia di puskesmas masih bisa digunakan.
Ada dua metode yang dapat diterima dalam hemoglobinometri klinis, yaitu
metode oksihemoglobin dan metode sianmethemoglobin, yang keduanya diukur
menggunakan alat spektrofotometri. Metode oksihemoglobin hanya mengukur
hemoglobin yang dapat diubah menjadi oksihemoglobin, sedang karboksihemoglobin
dan senyawa hemoglobin yang lain tidak terukur. International Committee for
Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan metode sianmethemoglobin
karena mudah dilakukan, terstandarisasi, dan hampir semua jenis hemoglobin dapat
terukur, kecuali sulfhemoglobin.
Cara kerja
1. Masukkan 5 tetes HCl 0,1 N atau hingga tanda 2 pada tabung pengencer dengan
cara dialirkan melalui dinding tabung.
2. Isaplah darah 20 uL atau menggunakan pipet Hb hingga tanda 20 uL.
3. Hapuslah darah yang menempel di dinding luar pipet menggunakan tissue, tetapi
jaga agar darah yang ada di dalam pipet tidak keluar.
4. Hidupkan stopwatch dan segera alirkan darah ke dasar tabung pengencer yang
berisi larutan HCl, hati-hati jangan sampai terbentuk gelembung udara.
5. Angkat pipet sedikit, lalu isap dan keluarkan larutan 2-3 kali untuk membasuh
darah yang masih tertinggal di dalam pipet. Kemudian keluarkan pipet.
6. Aduk menggunakan batang pengaduk agar darah dan HCl bersenyawa membentuk
hematin-asam yang berwarna coklat tua.
Sumber kesalahan:
a. Tidak semua Hb berubah menjadi hematin-asam, seperti karboksihemoglobin,
methemoglobin, dan sulfhemoglobin
b. Cara visual mempunyai kesalahan inheren sebesar 15-30%, sehingga tidak dapat
digunakan untuk menghitung indeks eritrosit
c. Sumber kesalahan yang sering terjadi:
1) Kemampuan untuk membedakan warna tidak sama
2) Sumber cahaya yang kurang baik
3) Kelelahan mata
4) Alat yang kurang bersih
5) Ukuran pipet kurang tepat, perlu kalibrasi
6) Pemipetan yang kurang akurat
7) Warna gelas standar pucat/kotor
8) Penyesuaian warna larutan yang diperiksa dalam komparator kurang akurat.
Laju endap darah (LED) adalah suatu tes untuk mengukur kecepatan
sedimentasi eritrosit di dalam plasma dalam suatu tabung yang sudah distandarisasi.
Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 5
Blok KKD 3 Keluhan Sistem Hemopoetik & Limforetikuler
Ada 2 metode untuk pengukuran LED, yaitu metode Wintrobe dan metode Westergren
Metode pemeriksaan yang direkomendasikan ICSH adalah metode Westergren
menggunakan tabung LED yang disebut sebagai tabung Westergren. Satuan LED
adalah mm/jam.
Pemeriksaan LED berguna untuk mengetahui adanya proses peradangan dalam
tubuh yang dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti infeksi, keganasan, atau
imunologi.
Faktor faktor yang mempengaruhi LED antara lain adalah:
- Faktor plasma
mempercepat : fibrinogen, 2-, -, -globulin, kolesterol
memperlambat : albumin, lesitin
- Faktor eritrosit
mempercepat : anemia
memperlambat : sferosit
(mikrositik lebih lambat dibanding makrositik)
Cara kerja:
1. Isap (jangan pakai mulut) NaCl 0,85% menggunakan pipet/tabung Westergren
hingga angka skala 150, kemudian keluarkan ke dalam tabung reaksi
2. Isap darah berantikoagulan EDTA menggunakan pipet/tabung Westergren hingga
skala 200, kemudian keluarkan ke dalam tabung reaksi yang berisi NaCl 0,85%
Sumber kesalahan:
1. Pengisian tabung tidak tepat tanda 0
2. Kelebihan antikoagulan, menyebabkan LED turun
3. Bila lebih dari 1 jam, hasil akan meningkat
4. Kenaikan/penurunan suhu akan menaikkan/menurunkan hasil
5. Kemiringan tabung akan menaikkan hasil
6. Gelembung udara akan mengakibatkan kesalahan hasil
7. Adanya koagulan fibrin/jendalan mengakibatkan kesalahan hasil
8. LED harus dikerjakan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan
9. Hindari tercemarnya alkohol pada waktu mengambil darah vena
10. Pencucian tabung dilakukan dengan air, alkohol, dan tahap akhir dengan aseton.
Jangan menggunakan deterjen/dikhromat.
Skor
No Aspek yang dinilai
0 1 2
A Persiapan
1 Mencuci tangan dengan metode 6 langkah
Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 7
Blok KKD 3 Keluhan Sistem Hemopoetik & Limforetikuler
B Penetapan Hb Sahli
1 Memasukkan HCl 0,1 N pada tabung pengencer 5 tetes atau
sampai setinggi skala terbawah (angka 2).
2 Memasukkan 20 µl spesimen darah dengan cara memasukkan
ujung mikropipet sampai ke dasar tabung Sahli
3 Mencampur isi tabung dengan cara menghisap dan
mengeluarkan (tidak boleh dengan mulut) ke dalam tabung
pengencer.
4 Meletakkan tabung pengencer ke dalam komparator
5 Menambahkan aquadest tetes demi tetes sampai warna larutan
sama dengan warna gelas standar sambil diaduk dengan
batang pengaduk.
6 Membandingkan warna larutan dengan komparator, jika sama
tentukan nilai Hb dengan membaca angka pada tabung Sahli
secara paralaks pada meniscus dengan latar belakang cahaya.
(Jangan lupa batang pengaduk dikeluarkan dari tabung ketika
membandingkan warna)
C Penutup
Merendam alat-alat yang telah digunakan pada larutan
1.
desinfektan
2 Mengembalikan bahan-bahan kimia ke tempat semula
3 Membersihkan meja pemeriksaan dengan desinfektan
4 Mencuci tangan pada air mengalir dan melepas sarung tangan
Skor
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Mencuci tangan dengan 6 langkah
2 Mengenakan sarung tangan steril
3 Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk
pemeriksaan LED
4 Mencampur spesimen hingga homogen dengan
perbandingan 4 : 1 (4 bagian darah dengan 1 bagian
pengencer NaCl 0,85%) dengan hati-hati agar tidak
hemolisis
5 Mengisikan spesimen ke dalam tabung Westergren yang
kering dan bersih hingga skala 0
6 Menggantungkan tabung LED pada rak dengan posisi
tegak lurus, serta menjauhkan dari getaran dan sinar
matahari langsung
7 Memeriksa tabung Westergren satu jam kemudian, dan
mencatat penurunan eritrosit dalam mm
8 Membersihkan alat yang telah digunakan.
9 Mencuci tangan pada air mengalir dan melepas sarung
tangan
Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tetapi tidak benar/tidak lengkap
2 = dilakukan dengan benar
Pendahuluan
Pemasangan infus intravena adalah suatu tindakan bedah sederhana yang
bertujuan untuk memberikan jalan bagi keperluan terapi, baik terapi cairan dan
transfusi, maupun terapi medikamentosa. Untuk keperluan terapi cairan dan transfusi,
tindakan ini sering dilakukan antara lain untuk resusitasi cairan, agar fungsi
hemodinamik cairan tubuh kembali normal pada keadaan dehidrasi, shock, perdarahan,
dan lain sebagainya. Untuk tujuan terapi medikamentosa, tindakan ini dilakukan agar
efek terapeutik suatu obat yang diberikan cepat timbul, misalnya pada keadaan gawat
darurat. Selain itu, tindakan ini juga berguna pada pemberian obat-obatan tertentu yang
tidak bisa diberikan per oral, sehingga disebut juga terapi parenteral.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tindakan ini adalah sterilitas (tindakan
aseptik), fiksasi, dan kecepatan aliran. Sterilitas mutlak dilakukan supaya mikroba atau
jasad renik tidak masuk ke dalam tubuh. Untuk itu tempat pemasukan harus
disucihamakan, jarum harus tetap steril, tempat penampung darah harus steril dan
penusukan vena harus dijamin bahwa fiksasi cukup baik, sehingga kanula atau jarum
tidak mudah bergerak atau tercabut. Dalam rangka fiksasi ini, maka perlu
dipertimbangkan pemilihan tempat vena yang akan dipunksi. Pemilihan tempat ini juga
mempertimbangkan ukuran dan mudahnya vena tersebut dapat terlihat. Pada orang
dewasa biasanya vena superfisial di lengan dan tungkai
Larutan Protein
Termasuk jenis larutan ini adalah Larutan L-asam amino 350 Kcal, L-asam amino
600 Kcal + Sorbitol, L-asam amino 500 Kcal + Sorbitol, dan L-asam amino 1000
Kcal.
Plasma Expander
Termasuk jenis ini adalah Dextran 70, Dextran 40, Human Albumin 5% dan 25%,
Human Plasma, Gelatin (dengan jembatan Urea) dan PVP.
Infusion set adalah suatu alat berbentuk pipa yang biasanya terbuat dari plastik,
dimana satu ujung berhubungan dengan botol/tabung cairan infus dan ujung yang lain
berhubungan dengan jarum infus. Bagian atau ujung yang berhubungan dengan botol
cairan infus berbentuk tabung melebar yang berfungsi untuk mengatur kecepatan
tetesan infus. Bagian yang lain yang berhubungan dengan jarum infus pada ujungnya
terdapat tabung karet elastis tempat injeksi/suntikan jarum untuk memberikan obat dan
cairan lain melalui jarum spuit injeksi. Pada pertengahan pipa plastik infusion set
terdapat klem yang berfungsi untuk mengatur kecepatan tetesan cairan infus. Sekarang
infusion set ini sudah bersifat disposible untuk sekali pakai.
Jarum infus yang diproduksi sekarang ada 2 macam, yaitu yang tanpa plastik
kateter dan yang menggunakan plastik kateter. Jarum infus tanpa plastik kateter
biasanya dilengkapi dengan karet plastik elastik berbentuk sayap (wing) pada pangkal
jarum sebagai alat fiksasi jarum pada permukaan kulit, sehingga jarum tidak bergerak
kemana-mana. Jarum infus berbentuk demikian dikenal dengan istilah wing needle.
Jarum infus yang dilengkapi plastik kateter atau kanula sekarang sudah menjadi pilihan
utama dibanding wing needle, karena relatif kurang traumatik bagi kulit pasien dan
menimbulkan reaksi jaringan yang minimal. Jarum pada jarum infus jenis ini
sebenarnya hanya sebagai penuntun (trokar) ke dalam pembuluh darah, dan dapat
dilepas jika kanula sudah berada di dalam pembuluh darah. Jarum jenis ini dikenal luas
dengan beberapa nama merk dagang, antara lain Surflo®, Abbocath®, Medicath®, dan
Vennocath®. Dibanding wing needle, Surflo ® pemasangannya lebih sulit dan
memerlukan teknik-teknik tertentu. Baik wing needle maupun Surflo mempunyai
ukuran dari nomor 14, 16, 18, 20, 22, dan 24, dimana semakin besar nomor, semakin
Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 11
Blok KKD 3 Keluhan Sistem Hemopoetik & Limforetikuler
menembus kulit sampai menembus dinding anterior vena dan jarum masuk ke dalam
vena. Untuk menghindari ujung jarum menembus dinding posterior vena, setelah
dirasa ujung jarum telah masuk lumen vena, putarlah jarum 180 o agar lubang jarum
menghadap ke bawah/dinding posterior vena. Jika jarum telah tepat masuk ke dalam
lumen vena, maka akan terlihat darah mengalir mengisi penuh bagian pangkal jarum
yang berbentuk pipa buntu (pada Surflo ® atau Abbocath®) atau darah akan mengalir
sampai tercampur dengan cairan infus yang mengisi pipa plastik pada wing needle.
Untuk Surflo® atau Abbocath®: tariklah sedikit ke belakang bagian jarum (trokar)
dan lepaskan tourniket, kemudian doronglah ke depan bagian plastik (kanula) yang
terletak di sebelah luarnya secara hati-hati sampai pangkalnya sehingga seluruh
panjang kanula masuk ke dalam lumen vena dengan arah sejajar dengan permukaan
vena. Pasanglah selang infus ke pangkal kanula.
13. Segera bukalah klem secara maksimal agar cairan infus mengalir deras masuk ke
dalam vena. Amati lengan penderita apakah terjadi ekstravasasi atau tidak. Jika
terjadi ekstravasasi, maka akan tampak penonjolan kulit di sekitar vena tersebut, dan
tetesan menjadi lambat sampai berhenti sama sekali. Kontrol ulang sekali lagi untuk
memastikannya. Jika terjadi ekstravasasi, cabut kanula dari vena tersebut, dan
lakukan pengulangan punksi pada vena yang sama dengan tempat yang lebih
proksimal atau pada vena lain yang baru pada tempat yang lain.
14. Apabila telah berhasil, tempelkanlah kasa yang telah diberi desinfektan (Betadin),
kemudian dipasang di bawah kanula kateter intravena, pasangkan plester di atas
tempat tusukan pada vena, dan lakukan fiksasi sekali lagi membentuk simpul kupu-
kupu dengan menggunakan plester secara melingkar pada pipa infus set sedemikian
rupa agar menjamin aliran cairan yang lancar.
15. Aturlah tetesan infus yang diinginkan dengan mengatur klem infus. Tempelkan label
pada botol cairan infus yang berisi identitas penderita, jenis, dan jumlah cairan yang
diberikan selama 24 jam, tandai botol cairan yang keberapa, dan kecepatan tetesan
cairan per menit serta jadwal pemberiannya.
16. Periksalah kembali peralatan dan bersihkan kotoran yang ada, seperti tetesan darah
ataupun tetesan cairan infus yang mungkin ada dan melekat pada lengan dan sekitar
naracoba.
Pedoman Tambahan
Ada beberapa pedoman tambahan dalam pemberian infus, yaitu:
A. Cairan dengan konsentrasi tinggi lebih dari 10% selalu diberikan melalui jarum
dengan ukuran yang besar atau melalui pipa CVP.
B. Larutan gula konsentrasi 5% sebagai cairan standar pelarut.
Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 15
Blok KKD 3 Keluhan Sistem Hemopoetik & Limforetikuler
C. Cairan elektrolit yang pekat (misalnya KCl) selalu disuplai dalam ampul dan
pemberiannya harus diencerkan terlebih dahulu pada botol infus. Tidak boleh
langsung secara intravena.
D. Larutan asam-amino harus diberikan bersama atau sesudah (piggy-back) cairan
gula/kalori.
E. Kanula infus paling lama dipakai dalam waktu 72 jam, sedangkan jarum wing
needle paling lama 48 jam.
Skor
No Aspek yang Dinilai
0 1 2
1 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2 Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan, fungsi, dan
efek sampingnya
3 Meminta persetujuan secara lisan
4 Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
kateter iv sesuai ukuran
cairan iv sesuai indikasi
infus set
kapas alkohol 70%
gunting
sarung tangan
tiang infus
plester
perlak kecil untuk alas
kassa steril
cairan povidon iodin
torniquet
5 Menggunting plester (2 pendek, 1 panjang)
6 Mempersiapkan kassa steril (digunting separuh dan diberi larutan
antiseptik)
7 Meletakkan botol infus pada tempatnya
8 Membuka kemasan infus set
9 Mengatur letak klem pengatur tetesan ke dekat chamber
9 Memutar klem pengatur tetesan sampai selang tertutup
10 Menjaga sterilitas penusuk botol
11 Membuka penutup botol infus
12 Menusukkan ujung penusuk infus set ke botol secara tegak lurus
13 Menekan chamber sampai cairan terisi setengah
14 Menaikkan ujung infus set sejajar chamber
15 Membuka maksimal klem pengatur tetesan sampai cairan infus
mengisi seluruh selang infus set
16 Tutup kembali klem pengatur tetesan secara maksimal
Skor
No Aspek yang Dinilai
0 1 2
1 Mencuci tangan secara aseptik
2 Mengenakan sarung tangan steril
3 Menyiapkan kapas alkohol 70%, kassa, dan kateter iv ke dekat
pasien
4 Menentukan lokasi pemasangan infus
5 Melakukan stewing dengan mengencangkan torniquet
6 Melakukan tindakan asepsis pada lokasi pemasangan infus
7 Menusukkan jarum kateter iv dengan sudut 30-45o pada kulit lokasi
pemasangan infus, dengan lubang jarum menghadap ke atas
8 Memperhatikan pangkal jarum untuk melihat apakah darah mengisi
ruang vakum yang menandakan kateter iv telah masuk pembuluh
vena
9 Melepaskan torniquet
10 Mengubah sudut jarum menjadi sejajar dengan vena, kemudian
memutar jarum kateter iv 1800 agar lubang jarum menghadap ke
bawah
11 Menarik sedikit ke belakang bagian jarum (trokar)
12 Memasukkan kanula masuk ke dalam lumen vena sehingga seluruh
panjang kanula masuk ke dalam lumen vena dengan arah sejajar
dengan permukaan vena
13 Menghubungkan pangkal kanula dengan selang infus
14 Membuka pengatur tetesan (klem) secara maksimal
15 Memfiksasi karet dan selang infus
16 Mengatur kembali tetesan sesuai dengan jumlah cairan yang
diberikan
17 Membuang sampah dan memasukkan peralatan yang sudah
digunakan ke dalam bengkok
18 Melepas sarung tangan dan mencuci tangan pada air mengalir.
Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tetapi tidak benar/tidak lengkap
2 = dilakukan dengan benar
Pendahuluan
Jalur (rute) pemberian obat adalah jalur tempat obat datang berkontak dengan
tubuh. Parenteral berarti diberikan melalui jalan selain traktus digestivus. Obat yang
diberikan melalui jalur parenteral memasuki jaringan tubuh dan sistem sirkulasi melalui
injeksi. Obat yang disuntikkan lebih cepat diabsorbsi daripada obat oral. Jalur
parenteral digunakan ketika pasien mengalami muntah, tidak dapat menelan, dan/atau
intake cairan oral yang terbatas.
Prosedur pemberian obat parenteral bersifat invasif, sehingga memiliki risiko
yang lebih besar dibandingkan obat yang diberikan secara non parenteral. Berhubung
infeksi dapat berasal dari berbagai sumber, dokter harus menggunakan teknik yang
aseptik pada pemberian obat secara parenteral.
Ada empat jalur pemberian obat secara parenteral, yaitu:
1. Injeksi subkutan (sc): injeksi ke dalam jaringan tepat profundal dari dermis
2. Injeksi intramuskular (im): injeksi ke dalam venter (body) otot seran lintang
3. Injeksi intradermal (id) atau intrakutan (ic): injeksi ke dalam dermis tepat profundal
dari epidermis
4. Injeksi atau infus intravena (iv): injeksi ke dalam vena.
Masing-masing tipe injeksi di atas memerlukan seperangkat keterampilan
tertentu untuk menjamin obat mencapai lokasi yang tepat. Kegagalan menginjeksikan
obat secara benar dapat menimbulkan komplikasi, seperti respons obat yang tidak
sesuai (misalnya terlalu cepat atau terlalu lambat), jejas saraf dengan nyeri yang
berhubungan, perdarahan yang terlokalisir, nekrosis jaringan, dan abses steril.
Keterampilan teknik injeksi pada skillab ini dilakukan pada media fantom.
Mahasiswa berlatih keterampilan teknik injeksi intramuskuler, intrakutan, subkutan,
dan intravena pada media fantom. Penguasaan keterampilan teknik injeksi pada fantom
ini akan membantu mahasiswa ketika melakukan injeksi ke pasien yang sesungguhnya
pada waktu praktik profesi.
Setelah melaksanakan kegiatan skillab teknik dasar injeksi ini, mahasiswa akan
dapat:
1. Melakukan teknik injeksi intramuskuler pada media fantom dengan benar dan
sistematik
2. Melakukan teknik injeksi intrakutan pada media fantom dengan benar dan
sistematik
3. Melakukan teknik injeksi subkutan pada media fantom dengan benar dan sistematik
4. Melakukan teknik injeksi intravena pada media fantom dengan benar dan
sistematik.
Teknik Injeksi
Berdasarkan tujuan dan tempat pemberian, injeksi terbagi menjadi 4 tipe::
1. Injeksi intramuskular (ke dalam otot)
2. Injeksi intrakutan atau intradermis (ke dalam kulit)
3. Injeksi subkutan atau hipodermis (ke dalam jaringan lemak subkutan atau
hipodermis)
4. Injeksi intravena (ke dalam vena)
A B
Gambar 2. Mengetuk batang ampul (A) dan memutar pergelangan tangan secara cepat
sambil memegang ampul secara vertikal (B)
5. Pasanglah jarum (jarum berfilter) ke spuit. Lepaskan penutup jarum dengan menarik
penutup jarum secara lurus
6. Tariklah obat dalam jumlah yang diinginkan, ditambah sedikit lebih banyak (sekitar
lebih dari 30%). Gunakan salah satu cara seperti di Gambar 4 atau Gambar 5
7. Tunggu sampai jarum telah ditarik untuk mengetuk spuit dan keluarkan udara
dengan hati-hati dengan menekan tombol plunger
8. Lakukan cuci tangan.
9. Baliklah vial obat. Jagalah ujung jarum agar berada di bawah permukaan larutan
obat (Gambar 7)
10. Peganglah vial dengan satu tangan dan gunakan tangan yang lain untuk menarik
larutan obat. Sentuhlah plunger spuit hanya di bagian tombol
11. Tariklah jumlah obat sambil memegang spuit secara vertikal dan setinggi mata
(Gambar 8)
Gambar 8. Menarik larutan obat dari vial obat setinggi mata dokter
12. Jika gelembung udara menumpuk di dalam spuit, ketuklah laras spuit secara tajam
dan pindahkan jarum melewati cairan ke dalam ruang udara untuk menyuntik
kembali gelembung udara ke dalam vial. Kembalikan ujung jarum ke dalam larutan
dan lanjutkan penarikan obat
13. Setelah dosis yang benar ditarik, cabutlah jarum dari vial dan pasang kembali secara
hati-hati penutup jarum ke jarum. Beberapa fasilitas membutuhkan pergantian
jarum, jika jarum telah digunakan untuk menarik obat, sebelum memberikan obat ke
pasien
14. Lakukan sanitasi tangan.
pada otot yang lebih besar seperti ventrogluteal. Namun demikian, secara klinis tidak
lazim memberikan obat lebih dari 3 ml pada injeksi tunggal karena tubuh tidak dapat
mengabsorbsi obat dengan baik pada dosis tersebut. Pasien tua dan kurus sering hanya
menolerir 2 ml pada injeksi tunggal. Otot bayi yang lebih tua dan anak kecil dapat
menolerir 1 ml obat pada satu tempat. Anak dengan otot yang lebih besar dapat
menolerir maksimal 2 ml obat.
Lakukan pemberian injeksi im sedemikian rupa sehingga jarum tegak lurus
dengan permukaan tubuh dan sedekat-dekatnya ke sudut 90 derajat. Rotasikan tempat
injeksi im untuk menurunkan risiko hipertrofi. Hindari injeksi ke otot yang atrofi,
karena absorbsi obat berlangsung buruk.
Metode Z-track direkomendasikan untuk injeksi im. Metode Z-track merupakan
teknik menarik kulit selama injeksi. Metode ini dapat mencegah kebocoran larutan obat
ke jaringan subkutan, menyegel obat dalam otot, dan meminimalisir iritasi. Untuk
menggunakan metode Z-track, gunakanlah jarum berukuran yang sesuai dengan spuit
dan pilihlah tempat injeksi im. Tempat yang lebih disukai adalah otot yang besar dan
terletak di dalam seperti ventrogluteal. Tariklah kulit dan jaringan subkutan di atas otot
sekitar 2,5-3,5 cm ke lateral dengan sisi ulnar tangan yang non dominan. Tahanlah kulit
di posisi ini sampai injeksi diberikan (gambar 9A).
lokasi tulang, saraf, dan pembuluh darah di dalamnya, serta volume obat yang akan
diberikan. Otot dorsogluteal tidak direkomendasikan sebagai tempat injeksi karena
lokasi nervus ischiadicus (sciatic nerve). Jika jarum mengenai n. ischiadicus, pasien
dapat mengalami paralisis tungkai parsial atau paralisis tungkai permanen.
Lokasi ventrogluteal. Otot ventrogluteal mencakup m. gluteus medius dan m.
gluteus minimus. Otot ini merupakan tempat injeksi yang aman untuk orang dewasa
dan anak-anak.
Pasien harus berada di salah satu posisi yaitu telentang (supinasi) atau miring
(lateral) untuk melokasikan m. ventrogluteal. Letakkanlah telapak tangan (the heel of
your hand) di atas trochanter major femur pasien dengan pergelangan tangan hampir
tegak lurus dengan femur. Gunakanlah tangan kanan untuk panggul kiri pasien dan
tangan kiri untuk panggul kanan pasien. Arahkan ibu jari tangan ke lipat paha pasien.
Arahkan jari telunjuk ke SIAS (spina iliaca anterior superior) pasien. Bentangkan jari
tengah ke belakang sepanjang crista iliaca pasien ke arah pantat. Jari telunjuk, jari
tengah, dan crista iliaca membentuk segitiga berbetuk V. Tempat injeksi adalah pusat
dari segitiga tersebut (gambar 10A).
Musculus vastus lateralis. M. vastus lateralis adalah tempat injeksi lain yang
digunakan pada orang dewasa. Otot ini merupakan tempat yang disukai untuk
pemberian agen biologik (misalnya imunisasi) pada bayi, balita, dan anak-anak. Otot ini
tebal dan berkembang dengan baik. Otot ini terletak di permukaan anterolateral paha.
Otot ini terbentang pada orang dewasa dari seluas tangan di atas lutut sampai seluas
tangan di bawah trochanter major femur (gambar 11A).
Gunakan 1/3 tengah otot untuk injeksi. Untuk merelaksasikan otot ini, minta pasien
berbaring telentang dengan lutut sedikit fleksi dan kaki terputar ke luar atau mengambil
posisi duduk.
Musculus deltoideus. Meskipun m. deltoideus merupakan tempat yang mudah
diakses, otot ini dapat tidak berkembang dengan baik pada banyak orang dewasa.
Gunakan lokasi injeksi ini untuk volume obat yang kecil (2 ml atau kurang), pemberian
imunisasi rutin pada balita, anak-anak yang lebih tua, dan orang dewasa, atau ketika
tempat lain tidak bisa diakses.
Lokasikan m. deltoideus dengan memaparkan sepenuhnya lengan atas dan bahu
pasien. Minta pasien merelaksasikan lengannya di sisi atau dengan menyokong lengan
pasien dan memfleksikan siku. Jangan menggulung baju ketat apapun. Persilakan
pasien untuk duduk, berdiri, atau berbaring. Palpasi tepi bawah processus acromialis.
Processus acromialis membentuk dasar segitiga pada garis dengan titik tengah
permukaan lateral lengan atas. Tempat injeksi adalah bagian pusat segitiga, sekitar 3-5
cm di bawah processus acromialis (Gambar 12A). Lokasikan apeks segitiga dengan
menempatkan 4 jari menyilang m. deltoideus dengan jari telunjuk di sepanjang
processus acromialis. Tempat injeksi adalah lebar 3 jari di bawah processus acromialis
(Gambar 12B).
8. Persilahkan pasien menuju ke bed (disesuaikan dengan posisi pasien pada saat
diinjeksi, misalnya apabila posisi pasien berbaring. Apabila posisi pasien duduk,
pasien dibolehkan untuk duduk di kursi)
9. Minta pasien melepaskan (membuka) kain penutup di tempat suntikan
10. Pilih tempat suntikan yang tepat. Perhatikan integritas dan ukuran otot. Palpasi
apakah ada rasa nyeri tekan atau bagian yang keras. Jika ada, hindari area tersebut.
Jika pasien sering disuntik, rotasikan tempat injeksi. Gunakan ventrogluteal jika
memungkinkan
11. Bantu pasien ke posisi yang nyaman. Posisi pasien bergantung pada tempat
suntikan yang dipilih (misalnya duduk, berbaring telentang, miring, atau tengkurap)
12. Relokasikan kembali tempat injeksi menggunakan penanda anatomik
13. Bersihkan tempat injeksi dengan usapan antiseptik. Lakukan usapan di pusat
tempat injeksi dan rotasikan ke arah luar dalam arah melingkar sekitar 5 cm
14. Lepaskan penutup jarum dengan menarik secara lurus
15. Pegang spuit di antara ibu jari dan telunjuk tangan yang dominan
16. Lakukan injeksi dengan teknik Z-track:
a. Posisi sisi ulnar tangan dokter yang tidak dominan berada tepat di bawah
tempat injeksi dan tarik kulit ke lateral sekitar 2,5-3,5 cm. Pertahankan posisi
tersebut sampai obat diinjeksikan. Injeksikan jarum secara cepat dengan tangan
yang dominan (Gambar 9A)
b. Pilihan: jika massa otot kecil, pegang venter otot di antara ibu jari dan telunjuk
c. Setelah jarum menembus kulit dan sampai ke otot, dengan tangan tidak
dominan masih menarik kulit, pegang ujung bawah barrel spuit dengan jari-jari
tangan non dominan untuk menstabilkan spuit. Gerakkan tangan yang dominan
ke ujung plunger spuit. Hindari menggerakkan spuit
d. Tarik plunger spuit ke belakang 5-10 detik. Jika tidak ada darah yang muncul,
suntikkan obat secara lambat dengan kecepatan 10 detik/ml
e. Tunggu 10 detik, tarik jarum secara halus dan mantap, lepaskan tarikan kulit,
dan tempelkan kasa secara lembut di atas tempat injeksi.
21. Tetap bersama pasien selama beberapa menit dan observasi keberadaan reaksi
alergi.
Injeksi Intrakutan/Intradermal
Teknik injeksi ini sering digunakan untuk pemberian imunisasi BCG dan tes
kulit (skin test) sebelum pemberian antibiotika tertentu atau untuk tes alergi. Teknik ini
relatif lebih sulit daripada injeksi intramuskular. Tempat injeksi yang lazim dilakukan
adalah di kulit lengan atas sebelah volar (regio antebrachium anterior). Teknik injeksi
intrakutan ini lebih mudah menggunakan spuit injeksi dengan ukuran 1 cc (spuit
tuberculin) dengan jarum kecil (25/26 gauge) dengan panjang ½ inchi.
Prosedur (injeksi intrakutan pada lengan atas volar; lihat Gambar 13)
1. Persiapkan peralatan dan vial cairan obat, namun jumlah cairan obat yang diaspirasi
dari vial obat hanya 1 cc.
2. Persiapkan naracoba untuk serelaks mungkin, posisi dapat duduk atau berbaring,
lengan lurus dengan bagian volar lengan bawah naracoba menghadap operator.
3. Lakukan tindakan asepsis dengan kapas alkohol 70%.
4. Tusukkan spuit + jarum pada kulit sesuperfisial mungkin dengan cara
mempertahankan arah jarum sejajar/separalel mungkin dengan permukaan kulit.
Dorong pompa spuit untuk mengalirkan cairan obat, tanpa melakukan aspirasi
terlebih dahulu. Jika ujung jarum yang ditusukkan benar masuk ke dalam kulit
(intrakutan), maka segera setelah cairan obat masuk akan terbentuk gelembung kecil
pada kulit tersebut dan biasanya tanpa perdarahan. Jika tidak terbentuk, maka ujung
jarum mungkin terlalu dalam masuk ke dalam lapisan subkutan. Pada injeksi untuk
imunisasi BCG atau tes kulit tidak dianjurkan menekan atau memijat bagian
gelembung yang terbentuk tersebut. Pada tes kulit, buat lingkaran dengan diameter 5
cm mengelilingi tempat injeksi tadi, dan tunggu sekitar 5-10 menit untuk melihat
reaksi yang terjadi.
5. Buang spuit injeksi beserta jarumnya dan kapas alkohol 70% yang telah terpakai ke
wadah sampah medis antibocor. Periksa kembali kelengkapan peralatan dan vial
cairan obat.
Injeksi Subkutan
Teknik injeksi ini hampir serupa dengan teknik injeksi intrakutan. Perbedaannya
hanya pada ukuran spuit dan jarum injeksi, serta tempat injeksinya. Teknik injeksi ini
dapat dilakukan pada lengan atas (regio brachium) sebelah extensor dan pada daerah
belakang paha sebelah lateral (regio femoralis posterior lateral). Teknik ini dapat
menggunakan spuit ukuran 2, 3, atau 5 cc dengan ukuran jarum ½ sampai 1 inchi (no.
22 gauge atau lebih kecil). Teknik ini biasanya dilakukan untuk pemberian obat-obatan
tertentu seperti epinefrin atau adrenalin pada terapi asma bronkhiale akut atau pada
keadaan shock.
Injeksi Intravena
Teknik injeksi ini digunakan pada keadaan dimana efek obat diperlukan secepat
mungkin. Oleh karena obat langsung masuk ke dalam pembuluh darah tanpa melalui
perantaraan jaringan lain, maka teknik injeksi ini relatif mempunyai komplikasi yang
lebih besar daripada teknik injeksi lainnya. Tempat yang lazim dipilih adalah vena
mediana atau basilika pada lengan bawah volar dan vena-vena pada dorsum manus,
vena malleolaris anterior pada dorsum pedis, vena-vena pada tungkai dan vena
femoralis. Teknik ini dapat menggunakan spuit ukuran 2, 3, atau 5 cc dengan ukuran
jarum 1¼ atau 1½ inchi.
Prosedur (Gambar 15, injeksi pada vena mediana atau basilica dan vena malleolaris
anterior)
1. Persiapkan peralatan dan vial cairan obat, jumlah cairan obat yang diaspirasi dari
vial obat hanya 1 cc.
2. Persiapkan naracoba untuk serelaks mungkin, posisi dapat duduk atau berbaring,
lengan dalam posisi supinasi dan sedikit fleksi pada sendi siku.
3. Pasang torniquet pada lengan atas untuk membendung vena basilika dan vena
mediana. Identifikasi penonjolan vena tersebut dan kemudian lakukan tindakan
asepsis dengan kapas alkohol 70% pada kulit di atas vena tersebut
4. Tusukkan spuit + jarum pada kulit di atas vena tersebut dengan arah jarum
diusahakan separalel mungkin dengan vena.
5. Segera setelah ujung jarum masuk ke dalam lumen vena dan darah masuk dan
bercampur dengan cairan obat di dalam spuit, lepaskan torniquet.
6. Dorong pompa spuit untuk mengalirkan cairan obat secara perlahan-lahan.
7. Persiapkan kapas alkohol 70%, lalu dengan hati-hati cabut spuit + jarum dari vena.
Bersamaan ujung jarum lepas dari vena, tempelkan kapas alkohol 70% untuk
mencegah darah keluar, lalu tekan beberapa saat.
8. Lipat siku naracoba, dan minta naracoba memegang dan menekan kapas alkohol
70% tadi. Pertahankan posisi ini selama kurang lebih 5 menit agar luka tusukan
menutup dengan sendirinya akibat proses koagulasi.
9. Buang spuit injeksi beserta jarumnya dan kapas alkohol 70% yang telah terpakai ke
wadah sampah medis antibocor. Periksa kembali kelengkapan peralatan dan vial
cairan obat.
NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Melakukan informed consent
3. Menanyakan riwayat alergi obat
4. Mencuci tangan
5. Menyiapkan bahan dan alat: spuit (plastik pembungkus dibuka
pada salah satu sisinya), kapas/kasa beralkohol, obat (cairan),
sarung tangan bersih, dan bengkok, serta obat lifesaving
6. Memasang jarum dan memeriksa keutuhan pompa spuit
7. Memasukkan larutan obat dari vial/ampul ke dalam spuit
8. Menghilangkan gelembung udara (memukul spuit dengan
jari) dan mendorong pompa spuit sampai cairan obat ke luar
sedikit melalui jarum, serta memastikan sampai volume obat
yang diinginkan
9. Mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan bersih
10. Meminta pasien untuk menuju ke bed atau kursi
11. Menyiapkan pasien dengan posisi lengan lurus, bagian anterior
lengan bawah pasien menghadap dokter
12. Melakukan antisepsis pada daerah injeksi
13. Menusukkan jarum spuit ke kulit, posisi jarum sejajar
permukaan kulit
14. Memasukkan cairan obat ke intrakutan dan melihat hasilnya
(terbentuk gelembung kecil di kulit)
15. Mencabut spuit + jarum dengan hati-hati
16. Membuang spuit dan kapas yang sudah dipakai ke dalam
wadah sampah medis antibocor, lalu memeriksa kelengkapan
alat
17. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
18. Mengevaluasi pasien dalam waktu 15 menit. Jangan menekan
atau memijat bagian gelembung yang terbentuk.
NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Melakukan informed consent
3. Menanyakan riwayat alergi obat
4. Mencuci tangan
5. Menyiapkan bahan dan alat: spuit (plastik pembungkus dibuka
pada salah satu sisinya), kapas/kasa beralkohol, obat (cairan),
sarung tangan bersih, dan bengkok, serta obat lifesaving
6. Memasang jarum ke spuit dan memeriksa keutuhan pompa
spuit
7. Memasukkan larutan obat dari vial/ampul ke dalam spuit
8. Menghilangkan gelembung udara (memukul spuit dengan
jari) dan mendorong pompa spuit sampai cairan obat keluar
sedikit melalui jarum, serta memastikan sampai volume obat
yang diinginkan
9. Mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan bersih
10. Meminta pasien untuk menuju ke bed atau kursi
11. Mempersiapkan pasien, posisi duduk/berbaring dengan posisi
lengan dalam keadaan pronasi.
12. Melakukan antisepsis dengan kapas alkohol 70% pada lengan
kira-kira 10 cm di atas siku
13. Memegang kulit dengan cara mencubit dengan tangan kiri.
14. Memasukkan jarum antara dua jari tangan kiri dengan arah
miring sampai lapisan subcutan. Melakukan aspirasi dan
mengalirkan obat dengan perlahan-lahan
15. Mencabut spuit + jarum dan melakukan antisepsis pada bekas
suntikan
16. Membuang spuit dan kapas yang sudah dipakai ke dalam
tempat sampah medis antibocor, lalu memeriksa kelengkapan
alat
17. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
18. Mengevaluasi pasien dalam waktu 15 menit
NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Melakukan informed consent
3. Menanyakan riwayat alergi obat
4. Mencuci tangan
5. Menyiapkan bahan dan alat: spuit (plastik pembungkus dibuka
pada salah satu sisinya), kapas/kasa beralkohol, obat (cairan),
sarung tangan bersih, dan bengkok, serta obat lifesaving
6. Memasang jarum ke spuit dan memeriksa keutuhan pompa
spuit
7. Memasukkan larutan obat dari vial/ampul ke dalam spuit
8. Menghilangkan gelembung udara (memukul spuit dengan
jari) dan mendorong pompa spuit sampai cairan obat keluar
sedikit melalui jarum, serta memastikan sampai volume obat
yang diinginkan
9. Mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan bersih
10. Meminta pasien untuk menuju ke bed atau kursi
11. Memasang torniquet pada lengan atas pasien
12. Memilih tempat suntikan yang tepat
13. Melakukan tindakan antisepsis pada daerah vena yang disuntik
dengan kapas alkohol
14. Memasukkan spuit + jarum pada kulit di atas vena tersebut.
15. Melepaskan torniquet
16. Mendorong pompa spuit
17. Mencabut spuit + jarum dengan hati-hati
18. Membuang spuit & kapas yang sudah dipakai ke dalam wadah
sampah medis antibocor, lalu memeriksa kelengkapan alat
19. Melepaskan sarung tangan dan mencuci tangan
20. Mengevaluasi pasien dalam waktu 15 menit
Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tetapi tidak benar
2 = dilakukan dengan benar
Tes tourniquet mempunyai nilai yang rendah dalam diagnosis infeksi demam
dengue di rumah sakit, namun ketika digunakan pada komunitas, hasil positif dari tes
tourniquet sangat membantu dalam memprediksi adanya infeksi dengue, tetapi hasil
yang negatif dari tes tourniquet tidak menyingkirkan adanya kemungkinan infeksi
dengue.
Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tetapi tidak benar
2 = dilakukan dengan benar