Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR
MODUL 8
KALORIMETER

Nama : Nova Nurfauziawati


NPM : 240210100003
Tanggal / jam : 9 Desember 2010 / 13.00-15.00 WIB
Asisten : Dicky Maulana

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2010
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kita mengetahui bahwa arus listrik yang mengalir pada suatu
rangkaian juga menghasilkan panas. Pada peralatan–peralatan yang
menggunakan arus listrik sebagai sumber energinya, apabila kita aktifkan
dalam jangka waktu tertentu, maka akan timbul panas pada bagian
rangkaian listrik yang merupakan tempat/pusat aktifitas arus listrik.
Kenyataan tersebut perlu dikaji lebih lanjut mengingat panas yang
ditimbulkan tergantung oleh beda potensial, arus listrik serta waktu yang
diperlukan.
Hukum kekekalan energi menyatakan energi didak dapat dimusnahkan
dan dapat diciptakan melainkan hanya dapt diubah dari satu bentuk kebentuk
lain. Di alam ini bnayak terdapat energi seperti energi listri, energi kalor,
energi bunyi, namum energi kalor hanya dapat dirasakan seperti panas
matahari. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat alat-alat pemanas
yang menggunakan energi listrik seperti teko pemanas, penanak nasi, kompor
listrik ataupun pemanas ruangan. Pada dasarnya alat-alat tersebut memiliki
cara kerja yang sama yaitu merubah energi listrik yang mengalir pada
kumparan kawat menjadi energi kalor/panas. Sama halnya dengan
kalorimeter yaitu alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai
kalori) yang dibebaskan.
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat.
Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda
yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor
yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya
rendah maka kalor yang dikandung sedikit. Besar kecilnya kalor yang
dibutuhkan suatu benda(zat) bergantung pada 3 faktor berikut:
1. massa zat
2. jenis zat (kalor jenis)
3. perubahan suhu
1.2 Tujuan
1.2.1 Mampu memahami sistem kerja kalorimeter.
1.2.2 Mampu memahami arti fisis tara panas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kalorimeter

Gambar 2.1. Kalorimeter

Energi mekanik akibat gerakan partikel materi dan dapat dipindah dari
satu tempat ke tempat lain disebut kalor. (Syukri S, 1999).
Pengukuran jumlah kalor reaksi yang diserap atau dilepaskan pada
suatu reaksi kimia dengan eksperimen disebut kalorimetri. Sedangkan alat
yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan
adalah kalorimeter. Dengan menggunakan hukum Hess, kalor reaksi suatu
reaksi kimia dapat ditentukan berdasarkan data perubahan entalpi
pembentukan standar, energi ikatan dan secara eksperimen. Proses dalam
kalorimeter berlangsung secara adiabatik, yaitu tidak ada energi yang lepas
atau masuk dari luar ke dalam kalorimeter. (Petrucci,1987).
Kalor yang dibutuhkan untuk menaikan suhu kalorimeter sebesar 1 0 C
pada air dengan massa 1 gram disebut tetapan kalorimetri (Petrucci,1987).
Dalam proses ini berlaku azas Black yaitu:
q lepas = q terima
q air panas = q air dingin + q kalorimeter
m1 c (Tp – Tc) = m2 c (Tc – Td) + C(Tc – Td)
keterangan:
m1 = massa air panas
m2 = massa air dingin
c = kalor jenis air
C = kapasitas kalorimeter
Tp = suhu air panas
Tc = suhu air campuran
Td = suhu air dingin
Sedang hubungan kuantitatif antara kalor dan bentuk lain energi disebut
termodinamika. Termodinamika dapat didefinisikan sebagai cabang kimia
yang menangani hubungan kalor, kerja, dan bentuk lain energi dengan
kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam perubahan keadaan (Keenan,
1980).
Hukum pertama termodinamika menghubungkan perubahan energi
dalam suatu proses termodinamika dengan jumlah kerja yang dilakukan pada
sistem dan jumlah kalor yang dipindahkan ke sistem (Petrucci, 1987).
Hukum kedua termodinamika yaitu membahas tentang reaksi spontan
dan tidak spontan. Proses spontan yaitu reaksi yang berlangsung tanpa
pengaruh luar. Sedangakan reaksi tidak spontan tidak terjadi tanpa bantuan
luar.
Hukum ketiga termodinamika menyatakan bahwa entropi dari kristal
sempurna murni pada suhu nol mutlak ialah nol. Kristal sempurna murni pada
suhu nol mutlak menunjukkan keteraturan tertinggi yang dimungkinkan
dalam sistem termodinamika. Jika suhu ditingkatkan sedikit diatas 00 K,
entropi meningkat. Entropi mutlak selalu mempunyai nilai positif (Petrucci,
1987).
Kalor reaksi dapat diperoleh dari hubungan massa zat (m), kalor jenis
zat (c) dan perubahan suhu (∆T), yang dinyatakan dengan persamaan berikut
q = m . c . ∆T (Petrucci, 1987).
Keterangan :
q = jumlah kalor (Joule)
m = massa zat (gram)
Δt = perubahan suhu (takhir - tawal)
c = kalor jenis
2.2 Kalorimetri
Kalorimetri adalah ilmu dalam pengukuran panas dari reaksi kimia atau
perubahan fisik. Kalorimetri termasuk penggunaan kalorimeter. Kata
kalorimetri berasal dari bahasa Latin yaitu calor, yang berarti panas.
Kalorimetri tidak langsung (indirect calorimetry) menghitung panas
pada makhluk hidup yang memproduksi karbondioksida dan buangan
nitrogen (ammonia, untuk organisme perairan, urea, untuk organisme darat)
atau konsumsi oksigen. Lavosier (1780) mengatakan bahwa produksi panas
dapat diperkirakan dari konsumsi oksigen dengan menggunakan regresi acak.
Hal itu membenarkan teori energi dinamik. Pengeluaran panas oleh makhluk
hidup juga dapat dihitung oleh perhitungan kalorimetri langsung (direct
calorymetry), dimana makhluk hidup ditempatkan didalam kalorimeter untuk
dilakukan pengukuran.
Jika benda atau sistem diisolasi dari alam, maka temperatur harus tetap
konstan. Jika energi masuk atau keluar, temperatur akan berubah. Energi akan
berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya yang disebut dengan panas dan
kalorimetri mengukur perubahan suhu tersebut, bersamaan dengan kapasitas
panasnya, untuk menghitung perpindahan panas.
Kalorimetri adalah pengukuran panas secara kuantitatif yang masuk
selama proses kimia. Kalorimeter adalah alat untuk mengukur panas dari
reaksi yang dikeluarkan. Berikut adalah gambar kalorimeter yang kompleks
dan yang sederhana. Kalorimetri adalah pengukuran kuantitas perubahan
panas. Sebagai contoh, jika energi dari reaksi kimia eksotermal diserap air,
perubahan suhu dalam air akan mengukur jumlah panas yang ditambahkan.
Kalorimeter digunakan untuk menghitung energi dari makanan dengan
membakar makanan dalam atmosfer dan mengukur jumlah energi yang
meningkat dalam suhu kalorimeter.
Bahan yang masuk kedalam kalorimetri digambarkan sebagai volume air,
sumber panas yang dicirikan sebagai massa air dan wadah atau kalorimeter
dengan massanya dan panas spesifik. Keseimbangan panas diasumsikan
setelah percobaan perubahan suhu digunakan untuk menghitung energi
tercapai.
2.3 Jenis Kalorimeter
Berdasarkan jenisnya, kalorimeter dibedakan menjadi:
1. Kalorimeter bom
Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur
jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna
(dalam O2 berlebih) suatu senyawa, bahan makanan, bahan bakar.
Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup
dalam medium penyerap kalor (kalorimeter), dan sampel akan terbakar
oleh api listrik dari kawat logam terpasang dalam tabung. Oleh karena
tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka :
qreaksi = – (qair + qbom )

Jumlah kalor yang diserap oleh air dapat dihitung dengan rumus :
qair = m x c x DT
dengan :
m = massa air dalam kalorimeter ( g )
c = kalor jenis air dalam kalorimeter (J / g.oC ) atau ( J / g. K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )

Jumlah kalor yang diserap oleh bom dapat dihitung dengan rumus :
qbom = Cbom x DT
dengan :
Cbom = kapasitas kalor bom ( J / oC ) atau ( J / K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )

Reaksi yang berlangsung pada kalorimeter bom berlangsung pada


volume tetap ( DV = nol ). Oleh karena itu, perubahan kalor yang terjadi di
dalam sistem sama dengan perubahan energi dalamnya.
DE = q + w dimana w = - P. DV ( jika DV = nol maka w = nol )
Maka:
DE = qv
Contoh kalorimeter bom adalah kalorimeter makanan.

Gambar 2.2. Kalorimeter makanan.

2. Kalorimeter larutan
Kalorimeter larutan adalah alat yang digunakan untuk mengukur
jumlah kalor yang terlibat pada reaksi kimia dalam sistem larutan misalnya
reaksi netralisasi asam – basa / netralisasi, pelarutan dan pengendapan.
Pada dasarnya, kalor yang dibebaskan/diserap menyebabkan perubahan
suhu pada kalorimeter. Berdasarkan perubahan suhu per kuantitas pereaksi
kemudian dihitung kalor reaksi dari reaksi sistem larutan tersebut. Kini
kalorimeter larutan dengan ketelitian cukup tinggi dapat diperoleh
dipasaran. Pada kalorimeter ini, kalor reaksi sama dengan jumlah kalor
yang diserap / dilepaskan larutan sedangkan kalor yang diserap oleh gelas
dan lingkungan; diabaikan.
qreaksi = – (qlarutan + qkalorimeter )
qkalorimeter = Ckalorimeter x DT
dengan :
Ckalorimeter = kapasitas kalor kalorimeter ( J / oC ) atau ( J / K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )

Jika harga kapasitas kalor kalorimeter sangat kecil maka dapat


diabaikan sehingga perubahan kalor dapat dianggap hanya berakibat pada
kenaikan suhu larutan dalam kalorimeter.
qreaksi = – qlarutan
qlarutan = m x c x DT
dengan :
m = massa larutan dalam kalorimeter ( g )
c = kalor jenis larutan dalam kalorimeter (J / g.oC ) atau ( J / g. K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )

Pada kalorimeter ini, reaksi berlangsung pada tekanan tetap (DP =


nol ) sehingga perubahan kalor yang terjadi dalam sistem sama dengan
perubahan entalpinya.
DH = qp
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Sebuah kelorimeter dilengkapi dengan kumparan pemanas dan
pengaduk
3.1.2 Termometer
3.1.3 Sebuah voltmeter
3.1.4 Sebuah amperemeter
3.1.5 Sebuah gelas ukur
3.1.6 Sebuah stopwatch
3.1.7 5 kabel penghubung

3.2 Prosedur
3.2.1 Mengisi kalorimeter dengan air suling sebanyak 100 mL dan
menghitung berapa massa air suling pada kalorimeter tersebut.
3.2.2 Menyusun alat-alat percobaan sepeti pada gambar berikut!
Termometer

Pengaduk
Catu A
daya V

Kalorimeter

3.2.3 Menghubungkan arus dalam waktu yang singkat dan mengatur


arusnya sebesar 1 A, kemudian mematikan sumber tegangan DC.
3.2.4 Mengaduk air dan mencatat suhu sebagai suhu awal T1.
3.2.5 Mengalirkan kembali arus listrik (sumber tegangan DC diaktifkan).
Mencatat tegangan yang terukur pada voltmeter.
3.2.6 Mencatat suhu pada saat 3 menit, 6 menit, 9 menit, 12 menit dan 15
menit, isikan sebagi suhu T2. Setelah 15 menit matikan sumber
tegangan DC.
3.2.7 Mengganti air di dalam kalorimeter dan mengulangi percoabaan diaas
dengan besar arus yang mengalir 3A.
3.2.8 Mengisikan data pada tabel yang tersedia.
3.2.9 Menghitung tara panas listrik untuk masing-masing percobaan dan
menghitung rata-ratanya.
3.2.10 Menghitung ketelitian percobaan dengan literatur (1kalori = 4,2 Joule)
3.2.11 memberikan kesimpulan dari percobaan ini.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Massa air suling
ρ = 1 gr/mL
ρ=
m = ρ.V
m = 1 gr/mL . 100 mL
= 100 gram

Tabel data
I (A) V (V) t (s) T1 (0C) T2 (0C) ΔT(0C) a x 10-3 arata-rata
180 29 1 1,556
360 30 2 1,556 1,4546
1 1,5 540 28 31 3 1,556 x 10-3
720 31,5 3,5 1,361
900 32 4 1,244
180 37 9 1,667
360 44,5 16,5 1,528 1,4286
3 4,2 540 28 51 23 1,420 x 10-3
720 57 29 1,343
900 60 32 1,185
C = 4,2 J/kg
aair = 1/C = 0,238 J/kg

untuk I = 1 A
m c ∆T
a=
VIt
100 . 4,2 . 1
a= = 1,556 x 10-3 J/kg
1,5 . 1 . 180
100 . 4,2 . 2
a= = 1,556 x 10-3 J/kg
1,5 . 1 . 360
100 . 4,2 . 3
a= = 1,556 x 10-3 J/kg
1,5 . 1 . 540
100 . 4,2 . 3,5
a= = 1,361 x 10-3 J/kg
1,5 . 1 . 720
100 . 4,2 . 4
a= = 1,244 x 10-3 J/kg
1,5 . 1 . 900

untuk I = 3 A
100 . 4,2 . 9
a= = 1,667 x 10-3 J/kg
1,5 . 1 . 180
100 . 4,2 . 16,5
a= = 1,528 x 10-3 J/kg
1,5 . 1 . 360
100 . 4,2 . 23
a= = 1,420 x 10-3 J/kg
1,5 . 1 . 540
100 . 4,2 . 29
a= = 1,343 x 10-3 J/kg
1,5 . 1 . 720
100 . 4,2 . 32
a= = 1,185 x 10-3 J/kg
1,5 . 1 . 900

untuk I = 1 A
ā - aair
Ketelitian relaif = x 100%
aair

( , ) - 0,238
= x 100%
0,238

= 99,389%

Untuk I = 3 A
ā - aair
Ketelitian relaif = x 100%
aair

( , ) - 0,238
= x 100%
0,238

= 99,399%
4.2 Pembahasan
Dari data diatas, dapat diketahui bagaimana panas dihasilkan
kalorimeter. Adanya arus listrik yang mengalir yang menyebabkan adanya
beda potensial antara kedua ujung rangkaian listrik sehingga terjadilah aliran
muatan listrik. Muatan listrik tersebut bertumbukan dengan atom logam dan
kehilangan energi. Akibat pembawa muatan yang bertumbukan dengan
kecepatan konstan yang sebanding dengan kuat medan listriknya (E) maka
akan terjadi suatu efek panas. Hal ini sesuai dengan hukum Ohm yang
menyatakan bahwa tumbukan oleh pembawa muatan akan menyebabkan
logam yang dialiri arus listrik memperoleh energi yang berupa energi panas.
Dapat dikeahui pula bahwa semakin besar arus yang diberikan, maka
perubahan kalor yang ditunjukan akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan
semakin besarnya arus maka jumlah muatan listrik yang mengalir semakin
banyak sehingga tumbukan antara muatan dengan logam akan semakin besar.
Begitu pula dengan hambatan yang bekerja. Semakin banyak arus yang
diberikan, maka semakin banyak pula hambatan yang bekerja yang
dinyatakan dengan satuan  (Ohm).
Hubungan antara arus listrik dengan tara panas listriknya berbanding
terbalik. Semakin besar arus yang diberikan, maka justru nilai tara panas
listriknya akan semakin kecil.
Pada praktikum kali ini, dengan media utama air suling dapat kita
ketahui tara panas listrik pada kalorimeter, jika dialiri listrik maka perubahan
suhu pun terjadi. Voltmeter yang dipakai untuk mengukur V menunjukkan
angka 1,5 Volt ketika arus mengalir sebesar 1 Ampere, dan 4,2 Volt ketika
arus mengalir sebesar 3 Ampere. Kemudian suhu dapat kita amati pada waktu
3 menit, 6 menit, 9 menit, 12 menit, dan terakhir 15 menit. Untuk mengetahui
suhu air suling pada kalorimeter maka dilakukan dua kali yaitu suhu awal dan
suhu akhir, suhu yang kita gunakan pada tara panas listrik ini adalah selisih
antara suhu akhir dengan suhu awal, maka didapatlah nilai tara panas listrik
yang pertama dan yang kedua, kemudian jumlah nilai tara panas listrik ini
dibagi dengan jumlah percobaan yang dilakukan, sehingga didapatkan nilai
tara panas rata-rata.
Tara panas tersebut dapat kita ketahui besarnya massa air suling pada
kalorimeter (m), kapasitas kalor air ialah 1 kall/°C gram (1 kall = 4,2 Joule)
(c), juga suhu (selisih T2 dengan T1)(∆T) yang dibagi oleh besarnya arus
listrik (I), tegangan listrik tersebut (V), dan lamanya arus mengalir (t).
Sehingga tara panas listrik dapat kita ketahui dengan, rumus sebagai
berikut :
a = m.c.∆T
V. I. t
Setelah diperoleh nilai tara listrik, maka dilakukan perhitungan
ketelitian percobaan. Dengan menggunakan literatur 1 kalori = 4,2 joule
didapatkan nilai ketelitian relatif 99,389% untuk arus 1 Ampere dan ketelitian
relatif 99,399% untuk arus 3 Ampere.
Adapun mengenai kenaikan suhu yang kecil sekali, hal itu memang
sejalan dengan apa yang Jaole temukan dalam percabaan penemuan tara
panas listriknya. Ketika itu, Joule pun mendapati bahwa kenaikan suhu
memiliki nilai yang amat kecil, bahkan Joule pun kesulitan membacanya.
Walaupun ketelitian relatif dari percobaan tersebut mendekati 100%
tapi masih terdapat beberapa kesalahan. Kesalahan ini tentu dapat disebabkan
oleh beberapa faktor. Diantaranya ketika membaca suhu pada termometer,
mungkin mata pengamat tidak benar-benar lurus sejajar dengan posisi tinggi
air raksa yang ada dalam termometer. Selain itu juga praktikan kurang teliti
dalam menghitung data-data yang didapatkan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Prinsip kerja kalorimeter dimulai dari masuknya listrik melewati
kumparan, ada daya disipasi yang berupa panas, dan selanjutnya akan
menaikkan suhu air. Kalorimeter dapat digunakan untuk menentukan tara
listrik dari suatu cairan.
Tara panas rata-rata yang dihasilkan pada arus listrik 1 Ampere dan 1,5
voltmeter yang dihasilkan dengan menggunakan kalkulator yaitu 1,4546 x10-3
J/kg, tara panas dengan arus 3 Ampere dan 4,2 voltmeter yaitu 1,4286 x10-3
J/kg. Tara panas air yang datanya yang diketahui (literature) yaitu 0,238 J/kg.
Kalor adalah bentuk energi yamg dapat berpindah-pindah dari suhu
tinggi ke suhu yang lebih rendah yang menyebabkan perubahan suhu dan
wujud benda.

5.2 Saran
Bila kita ingin memperoleh hasil yang lebih akurat dalam pengukuran,
sebaiknya pengukuran dilakukan berulang. Sebelum praktikum, sebaiknya
peralatan diperiksa terlebih dahulu agar tidak mengganggu pada saat
praktikum dilaksanakan. Selain itu, dibutuhkan ketelitian pada saat
melakukan proses pengukuran waktu tempuh benda karena hal tersebut dapat
mempengaruhi perhitungan dari hasil percobaan. Dalam proses perhitungan
dibutuhkan pula pemahaman mengenai materi yang dipraktikkan, juga
ketelitian dalam mengolah angka.
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit


Erlangga
Kanginan, Marthen.2004. Fisika untuk SMA Kelas XI. Bandung: Erlangga
Zaida. 2008. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Bandung: Fakultas Teknologi
Industri Pertanian Universitas Padjadjaran
http://www.mahasiswasibuk.co.cc/1_11_Kalorimeter.html Sabtu, 11 Desember
2010, 22:19 WIB

Anda mungkin juga menyukai