Anda di halaman 1dari 15

Ventilasi Silang berfungsi sebagai sirkulasi udara

Cross ventilation / ventilasi silang adalah dua bukaan jendela atau pintu yang letaknya
saling berhadapan didalam satu ruangan. Iklim tropis seperti Indonesia sebaiknya
dilengkapi ventilasi silang agar perputaran udara secara terus menerus mengalir.
Ventilasi silang memanfaatkan perbedaan zona bertekanan tinggi dan rendah yang
tercipta oleh udara. Perbedaan tekananan pada kedua sisi bangunan akan menarik
udara segar memasuki bangunan dari satu sisi dan mendorong udara pengap keluar.
Standar ideal untuk ventilasi silang minimal 20% dari luas lantai ruangan, dan hindari
furnitur berukuran besar diantara ventilasi silang agar perputaran udara tidak
terhambat.

Ventilasi silang juga dapat meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan serta
mendukung gaya hidup produktif dan sehat. Dengan menggunakan ventilasi silang,
pemilik rumah dapat menghemat biaya pemakaian AC karena udara sejuk, selain itu
ventilasi silang juga dapat mengurangi jamur didalam ruangan.

https://terasrumahstudio.wordpress.com/tag/ventilasi-silang/

Ventilasi Alami

Kenyamanan termal adalah suatu kondisi yang dialami oleh manusia akibat pengaruh
dari lingkungannya. Kondisi tersebut antara lain dipengaruhi oleh suhu udara,
kecepatan angin, dan kelembaban udara. Pada sebuah rumah tinggal, ketiga hal tersebut
dapat dikondisikan dengan dua macam cara, yaitu secara alami dan buatan. Dengan
desain pengkondisian udara alami yang tepat, maka sebetulnya kita tidak memerlukan
AC di rumah. Dengan adanya ventilasi alami akan diperoleh kenyamanan termal dan
kenyamanan udara. Kenyamanan udara adalah tersedianya udara yang segar, bersih dan
tidak berbau.

Sebelum mulai merancang suatu bangunan, terutama rumah tinggal, sebaiknya sudah
dinentukan terlebih dahulu sistem ventilasi utama yang akan digunakan. Apakah
ventilasi alami atau ventilasi buatan. Karena hasil desain bangunan untuk kedua jenis
sistem pengkondisian udara tersebut bisa sangat berbeda satu sama lain.

Hal-hal apa sajakah yang bisa kita lakukan untuk mengoptimalkan pengkondisian udara
di dalam rumah secara alami ?

1. Orientasi Bangunan.
Radiasi matahari adalah penyebab utama tingginya suhu di dalam rumah. Sebisa
mungkin hindari banyak bukaan di arah timur dan barat. Apabila tidak bisa dihindari,
bisa diupayakan adanya barrier terhadap radiasi panas matahari, terutama matahari
sore di arah barat. Barrier bisa berupa tanaman atau vegetasi, atau elemen bangunan
berupa sun shading. Sun shading berupa elemen vertikal (sirip) atau elemen horizontal
(topi-topi/over hang).

2. Perbanyak bukaan.
Bukaan atau ventilasi udara yang dianjurkan adalah paling tidak sebesar 15% dari luas
lantai bangunan.

3. Atur letak bukaan.


Ventilasi udara haruslah berada di kedua sisi bangunan atau ruangan. Tidak akan
banyak manfaatnya apabila bukaan hanya berada di salah satu sisi bangunan. Udara
luar tidak akan bisa masuk ke dalam rumah bila tidak ada lubang yang lain untuk jalan
keluar udara. Jadi, harus dihindari memanfaatkan seluruh kavling hingga ke belakang.
Sisakan sedikit bagian kavling di belakang rumah yang terbuka hingga ke atas, supaya
terjadi ventilasi silang. Dalam satu ruangan pun, sebaiknya, jendela/bukaan tidak
berada pada sisi yang sama. Misalkan suatu bidang dinding mempunyai jendela di sisi
sebelah kiri, sebaiknya bidang dinding yang berseberangan mempunyai jendela di sisi
kanan. Dengan konfigurasi seperti ini, diharapkan seluruh bagian rumah/ ruangan akan
tersentuh oleh aliran udara.

Jenis-Jenis Ventilasi Alami.


Menurut cara membukanya, ventilasi alami ada 2 macam. Yaitu ventilasi alami yang
terbuka permanen, ataupun ventilasi alami temporer yang dapat dibuka dan ditutup.
Sebaiknya, sebuah rumah mempunyai keduanya. Ventilasi permanen untuk menjamin
pertukaran udara minimal setiap hari, ventilasi temporer untuk difungsikan apabila
memerlukan kondisi penghawaan yang lebih baik, misalnya ketika jumlah penghuni
rumah sedang banyak, atau ketika cuaca sangat panas. Nah lalu apa saja jenis-jenis
ventilasi alami, baik permanen ataupun temporer ?

1. Jendela biasa.
2. Jendela boven. Boven biasanya berada di atas kusen, bisa menjadi satu atau
terpisah. Boven ada beberapa macam, ada boven yang mempunyai daun seperti
jendela biasa, ada boven yang diisi dengan 2 bilah kaca yang menyisakan celah
udara di antaranya seperti yang banyak dipakai di kamar mandi, atau boven yang
yang diisi dengan ram kayu. Ram kayu berguna untuk faktor keamanan, yaitu
supaya tidak ada orang yang bisa menerobos masuk melalui lubang boven.
3. Jalusi/krepyak. Adalah bilah-bilah kayu yang terpasang permanen di kusen. Celah-
celah di antara bilah-bilah inilah yang akan menjadi lubang untuk aliran udara
alami.
4. kaca naco. Kaca naco adalah jendela yang kacanya dibagi menjadi beberapa
segmen dan mempunyai mekanisme yang bisa digerakkan membuka dan menutup.
Kaca naco mempunyai kelemahan berupa faktor keamanan yang tidak terlalu baik.
Selain itu, kaca naco termasuk kurang ekonomis.
5. Loster. Loster adalah sebutan untuk ornamen yang mengisi lubang ventilasi di
dinding. Kegunaan loster sama seperti ram, yaitu untuk memperkecil ukuran
lubang karena faktor keamanan. Loster sendiri terbuat dari berbagai macam bahan
:
 Loster kayu. Seperti halnya kusen, loster kayu memerlukan finishing. Finishing
loster kayu bisa mempergunakan cat kayu, politur, atau melamin.
 Loster beton. Biasanya berharga paling murah. Loster beton pun mempunyai
kualitas yang bermacam-macam. Ada yang halus, ada yang kasar. Ada yang
mempunyai satu sisi, ada yang mempunyai 2 sisi. Loster beton terbuat dari
campuran semen, air, dan pasir yang dipress. Kekuatan loster beton tentu
tergantung kekuatan dan banyaknya semen yang menjadi campurannya. Finishing
loster beton biasanya hanya menggunakan cat tembok biasa.
 Loster keramik. Loster keramik cocok bagi rumah yang bergaya unik dan etnik.
Loster keramik tidak memerlukan finishing lagi.
 Loster tanpa pengisi. Ada juga loster yang hanya merupakan lubang di tembok
saja, dan tidak diisi dengan bahan pengisi apapun. Syaratnya adalah lubang
tersebut tidak mempunyai lebar lebih dari 15 cm. Pertimbangannya adalah faktor
keamanan.

https://septanabp.wordpress.com/2013/06/05/ventilasi-alami/

Kadang, rumah terasa tidak nyaman, akibat panas yang berasal dari
atap. Betul?
Hal ini bisa jadi ,disebabkan oleh :

1. Tingginya suhu atap akibat cuaca terik.


2. Kesalahan dalam pemilihan material penutup atap.
3. Kurang mengalirnya sirkulasi dalam ruangan juga dapat menjadi
penyebab panasnya ruangan pada rumah.

Berikut ada beberapa tips/solusi mengatasi panas dari atap agar rumah
terasa lebih sejuk.
1. Ventilasi Silang
Perhatikan perletakan jendela maupun ventilasi. Lubang angin yang
diletakkan berseberangan tetapi, tidak berhadapan dapat membuat
udara di dalam ruangan bergerak sehingga ruangan lebih sejuk.
Kembali pada prinsip udara, bahwa udara yang bergerak ke tempat
dengan tekanan berbeda.
3. Pergerakan Angin Dalam Bangunan
Penerapan sistem ventilasi silang (cross ventilastion)
Sistem cross ventilation atauventilasi silang adalah system penghawaan
ruangan yang ideal dengan cara memasukkan udara ke dalam ruangan melalui
bukaan penangkap angin dan mengalirkannya ke luar ruangan melalui bukaan yang
lain. System ini bertujuan agar selalu terjadi pertukaran udara di dalam ruangan
sehingga tetap nyaman bagi penghuninya.
Udara di dalam ruangan harus selalu diganti oleh udara segar karena udara
di dlaam ruangan ini banyak mengandung CO2 (karbondioksida)hasil aktivitas
penghuni ruangan seperti bernapas, merokok, menyalakan lilin,memasak, dan
sebagainya. Sementara itu, udara bersih yang dimasukkan ke dalam ruangan
adalah udara yang banyak mengandung O2 (oksigen).
Dalam system cross ventilation ini dikenal dua macam bukaan, sebagai
berikut :
· Inlet, merupakan bukaan yang menghadap ke arah datangnya angin sehingga
berfungsi untuk memasukkan udara ke dalam ruangan.
· Outlet, merupakan bukaan lain di dalam ruangan yang berfungsi untuk
mengeluarkan udara.
Bukaan yang dimaksud di atas dapat berupa lubang angin, kisi-kisi, jendela
yang bias dibuka, pintu yang senantiasa terbuka atau pintu tertutup yang bias
mengalirkan udara (misalnya pintu kasa atau pintu berjalusi.

Agar ruangan dapat teraliri udara secara optimal maka perletakan bukaan harus
disesuaikan dengan arah datangnya angin. Perletakan/posisi
bukaan inlet dan outletdalam system cross ventilation dapat dibedakan menjadi dua
jenis, sebagai berikut.
Ø Posisi diagonal (cross). Bukaan inlet dan outletdiletakkan dengan posisi ini apabila
angin dating secara tegak lurus (perpendicular) ke arah bukaaninlet.

Ø Posisi berhadapan langsung. Bukaan inlet dan outletdiletakkan pada posisi ini mana
kala angin dating bersudut/tidak tegak lurus (obligue) ke arah bukaaninlet.

Namun ada kalanya perletakan bukaan ini tidak dapat disusun seperti teknik
di atas. Hal ini mungkin terjadi karena bidang yang mengarah ke luar tidak saling
berhadapan. Disamping itu, sebab lain yang mungkin timbul adalah faktor
keterbatasan lahan sehingga ruang tersebut hanya memiliki satu bidang saja yang
menghadap kea rah luar bangunan. Pada kondisi-kondisi semacam ini, cross
ventilation tetap dapat dilakukan yaitu dengan menambahkan sirip-sirip vertikal di
tepi bukaan sebagai pengarah udara untuk masuk atau keluar ruangan. Sirip-sirip
vertikal ini bisa terbuat dari batu bata, kayu, maupun beton.

Pada inlet dan outlet secara vertikal juga harus diperhatikan. Posisi inlet yang
lebih rendah daripadaoutlet akan mengalirkan udar pada ketinggian tubuh manusia
sehingga tubuh manusia bias merasakan kesejukan dari udara tersebut.
Sebaliknya,posisi inletyang lebih tinggi daripada outlet justru akan membuat aliran
udara hanya menjangkau sebagian kecil tubuh manusia bagian atas sehingga
kesegaran tidak dapat dirasakan penghuni rumah tersebut.
etail pemasangan bukaan juga harus diperhatikan agar diperoleh cross
ventilation yang sempurna. Posisi bukaan penangkap udara (inlet) sebaiknya
berada pada ketinggian aktivitas manusia, yaitu sekitar 0,5-0,8 m, sementara
bukaan outletsebaiknya dibuat lebih tingggi karena udara yang akan dikeluarkan
dari ruangan itu adalah udara yang panas dan udara yang panas selalu berada di
bagian atas ruangan.

Alternatif lain perletakan outlet adalah pada atap apabila menggunakan atap
bertipe jack roof. Lubang antara atap induk dengan atap ‘topi’ pada jack roofdapat
diberi kisi-kisi sebagai bukaan keluarnya udara (outlet). Posisi outlet pada atap
inilebih efektif untuk mengeluarkan udara panas yang banyak berkumpul di bagian
atas ruangan tersebut.
Dimensi atau kecepatan aliran udara dari bukaan inlet dan outlet juga harus
diperhatikan. Jika bukaan inlet memiliki dimensi atau kecepatan aliran udara lebih
kecil daripada bukaan outlet maka kecepatan aliran udara di dalam ruangan akan
meningkat 30% dari kecepatan udara di luar ruang. Namun, jika
bukaan inlet memiliki dimensi atau kecepatan aliran udara lebih besar daripada
bukaanoutlet maka kecepatan aliran udara di dalam ruang akan turun 30% dari
kecepatan di luar ruangan.

Dari kedua tipe dia atas, pemilihan dimensi bukaan inlet yang lebih kecil dari
bukaan outlet atau memakai dimension yang sama besar namun
denganmodel yang berbeda (kemampuan alir udara berbeda) lebih
direkomendasikan.

http://slendroo.blogspot.co.id/2011/10/penghawaan-alami.html

 Arsitektur Hijau

Pengaturan Penghawaan dan Pencahayaan Pada


Bangunan
Posted on November 20, 2015 by arsitekturlingkungan

Dua elemen pada desain bangunan yang harus mendapat perhatian adalah tata pencahayaan
dan penghawaan. Dua elemen ini sangat penting dilakukan secara benar, dengan tujuan agar
ruang-ruang di dalam bangunan mendapat pencahayaan dan penghawaan alami cukup, agar
memberi kenyamanan pemakai dalam melakukan aktivitasnya. Ruang-ruang yang memiliki
penghawaan dan pencahayaan alami baik juga akan memiliki kelembaban udara cukup, sehingga
kesehatan lingkungan tetap terjaga. Selain itu, memiliki penghawaan dan pencahayaan alami
yang cukup berarti menghemat energi listrik yang diperlukan, karena tidak tergantung pada
pencahayaan dan penghawaan buatan.

Bagaimana cara menghemat energi pada penghawaan dan pencahayaan di dalam rumah?

Menghemat energi di dalam bangunan/rumah dapat dilakukan dengan mengurangi pemakaian


penghawaan dan pencahayaan buatan.

Beberapa cara untuk mengurangi konsumsi energi di dalam rumah antara lain:

Pengudaraan/penghawaan alami
 Orientasi bangunan diletakkan antara lintasan matahari dan angin. Letak gedung yang paling
menguntungkan apabila memilih arah dari timur ke barat. Bukaan-bukaan menghadap
Selatan dan Utara agar tidak terpapar langsung sinar matahari.

Gambar1. Orientasi bangunan terhadap matahahari

 Letak gedung tegak lurus terhadap arah angin


Gambar2. Letak gedung terhadap arah angin

 Bangunan sebaiknya berbentuk persegi panjang, hal ini menguntungkan dalam penerapan
ventilasi silang

Gambar3. Cross ventilation

 Menghadirkan pohon peneduh di halaman yang dapat menurunkan suhu

Gambar4. Penggunaan vegetasi sebagai filter cahaya matahari

 Memiliki bukaan yang cukup untuk masuknya udara


 Penempatan bukaan secara horizontal maupun vertikal
 Penempatan ruangan yang lebih besar ke arah aliran angin
 Hindari penempatan bukaan dengan jarak yang terlalu dekat, hal ini menyebabkan
perputaran angin telalu cepat
 Hindari penempatan bukaan yang benar-benar berseberangan, hal ini menyebabkan angin
yang masuk langsung keluar begitu saja
 Memperhatikan orientasi jendela terhadap matahari, misalnya ruang tidur tidak boleh
menghadap ke barat
 Memakai menara angin, yang berfungsi menangkap dan menghisap angin, sehingga udara
dapat terus bersirkulasi
 Memakai material alami yang lebih banyak menyerap panas, seperti perlengkapan interior
dari kayu, pagar dan dinding tanaman.

Gambar5. Green Roof

 Plafon yang ditinggikan, agar udara dapat bergerak lebih bebas


 Memakai bentuk atap miring (pelana sederhana) yang dapat mengeliminasi suhu di bawah
ruang bawah atap

Gambar6. Atap pelana sederhana

 Ruang yang mengakibatkan tambahan panas (dapur) sebaiknya dijauhkan sedikit dari rumah
 Ruang yang menambah kelembaban (kamar mandi, wc, tempat cuci) harus direncanakan
dengan pertukaran udara yang tinggi.
 Memberi teras pada bangunan/rumah, berfungsi sebagai area peralihan antara ruang luar
(halaman) dengan ruang dalam (bangunan) yang dapat menciptakan iklim mikro, baik di
dalam bangunan ataupun di sekitarnya.
 Memberi teritisan lebar di sekeliling atap bangunan untuk membuat ruang di dalamnya
semakin sejuk

Beberapa cara untuk meningkatkan kualitas udara di dalam bangunan:


 Penataan ruang yang tepat
 Memakai bahan bangunan dan bahan perabot yang mengandung bahan kimia sedikit
 Memastikan tidak ada jamur pada elemen bangunan dan perabot akibat kelembaban tinggi
 Memperbanyak penanaman tumbuhan hijau
 Membatasi merokok di dalam ruangan
 Mamakai konsep secondary skin pada fasad untuk meredam panas matahari.
 Menyediakan lahan terbuka di dalam bangunan
 Menggunakan Insulator panas di bawah material atap
 Meletakkan Kolam air pada lingkungan bangunan
Suhu ideal di dalam bangunan khususnya rumah adalah 24-26 °C dengan kelembaban 50%-60%.
Suhu dan kelembaban yang lebih tinggi atau lebih rendah dari ambang batas tersebut akan
mengurangi tingkat kenyamanan rumah untuk dihuni.

Umumnya luas total seluruh bidang jendela pada sebuah ruang yang baik bagi pencahayaan alami
kira-kira antara 1/6 – 1/8 dari luas lantai ruangan tersebut.

Pengendalian aliran angin dan optimalisasi pemanfaatannya terhadap bangunan:

1. Konfigurasi bentuk bangunan


2. Mengalirkan udara panas dari bawah ke atas

Gambar9. Penempatan bukaan pada bagian bawah dinding di atas penutup lantai.
Gambar10. Bukaan pada atap difungsikan sebagai pengalir panas

Dengan penempatan yang lebih tinggi, ±30 cm di atas permukaan lantai, hasil yang diperoleh
lebih maksimal di banding peletakan bukaan tepat di atas lantai.

3. Wind tunnel

Konsep wind tunnel sebagai pengarah aliran udara lebih tepat digunakan pada ruang-ruang
terbuka. angin yang dialirkan ke area yang sempit dari tempat terbuka yang luas memiliki
kecepatan yang lebih tinggi dan tekanan yang lebih besar sehingga hembusan angin diharapkan
menjangkau ke daerah yang lebih jauh.

4. Ventilasi silang

Penataan Pencahayaan
 Menggunakan lampu hemat energi;
 Mengatur jadwal penyalaan lampu, misalnya dengan mengaktifkan timer;
 Menambah alat penghemat energi lampu (penggunaan dimmer, daylight sensor, zoning,
present/movement detector, sensor ultrasonik);
 Mematikan lampu saat ruang tidak digunakan (pasang peringatan di setiap saklar dan pintu
keluar);
 Menghindari penggunaan satu saklar yang dihubungkan dengan beberapa titik lampu.
Kondisi ini membuat pemakaian tidak fleksibel karena menyalakan satu lampu berarti
beberapa lampu lain ikut menyala;
 Memakai lampu dengan jumlah yang sesuai.
 Meminimalisasi penggunaan pencahayaan buatan
 Meletakkan bukaan sesuai fungsi ruang yang mendukung aktifitas di dalamnya.


Membuat perbedaan ketinggian atap atau memakai skylight untuk memasukkan cahaya dari
atas.
 Mengatur posisi ketinggian jendela terhadap lantai untuk meminimalisasi masuknya cahaya
berlebih.
http://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/2015/11/20/pengaturan-penghawaan-dan-
pencahayaan-pada-bangunan/

Anda mungkin juga menyukai