Perencanaan Tambang
Perencanaan Tambang
PENDAHULUAN
I-1
kegiatan yang harus dilaksanakan untuk pencapaian tujuan dan sasaran
kegiatan.
Perencanaan tambang :
● Bagaimana kita bisa membuat rancangan tambang (mencapai ultimate
pit limit) dalam jangka waktu tertentu secara aman dan
menguntungkan.
● Bagaimana menentukan tahapan penambangan.
Perancangan tambang :
● Istilah perancangan tambang biasanya dimaksudkan sebagai bagian
dari proses perencanaan tambang yang berkaitan dengan masalah-
masalah geometrik. Di dalamnya termasuk perancangan batas akhir
penambangan, tahapan (pushback), urutan penambangan tahunan/
bulanan, penjadwalan produksi dan waste dump.
● Bagaimana menentukan ultimate pit limit.
Pada Gambar 1.2 ditunjukkan posisi perencanaan dalam suatu siklus dan
pada Gambar 1.3 adalah tahapan kegiatan pada industri pertambangan.
I-2
Gambar 1.1. Perencanaan Sebagai Salah Satu Tahapan Kegiatan
Dalam Proses Manajemen
I-3
1.2.2. Arti Perencanaan
• Pemboran inti •
Jumlah & sifat cadangan
• Sumur uji (tes pit) Eksplorasi • Kadar endapan
• Terowongan buntu (adit)
• Sifat fisik, kimia,
mekanik
• Stratigrafi & litologi
I-4
• Evaluasi teknis & ekonomis
Masuk Arsip
I-5
lingkungan
• Pengangkutan
• Promosi Pemasaran
• Penelitian & pengembangan
produksi
I-6
7) Cara dan penggunaan dan penempatan sumber daya secara berdaya
guna dan berdaya hasil.
I-7
Gambar 1.4. Open Pit Design Parameter (D.J. Charbonneau, 1991)
Dalam rangka menghitung biaya atau bagian teknik dari studi tidak
termasuk seperti ongkos pemilikan, ongkos pengeboran eksplorasi, uji
I-8
metalurgi, lingkungan dan studi hukum, atau studi pendukung lainnya,
biasanya dinyatakan sebagai persentase dari biaya modal dari proyek :
I-9
1) Tonase dari kadar
Pada tahap studi kelayakan, karena pengambilan sampel yang banyak dan
pemeriksaan yang berulang, kadar rata-rata dari penambangan dari
beberapa tonase yang diumumkan, disukai karena diketahui memiliki limit
yang dapat diterima, katakanlah 5%, dan diturunkan dari metoda statistik
yang standar. Walaupun tonase yang pasti dari bijih mungkin untuk
tambang terbuka diketahui jika pemboran eksplorasi dari permukaan,
dalam kenyataannya tonase ultimate dari banyak endapan bervariasi
karena ia tergantung pada biaya harga dihubungkan dengan panjang
waktu proyek.
2) Unjuk kerja
Unit-unit dari penambangan open pit sudah memiliki rate unjuk kerja yang
stabil dan biasanya dicapai jika bekerja dalam organisasi yang baik dan
pengorganisasian alat (misal Shovel dan Truck) secara tepat. Unjuk kerja
akan terganggu jika pekerjaan tambahan (pengupasan tanah penutup
dalam sebuah pit) tidak mencukupi. Pemeliharaan harus dilakukan dan
pekerjaan ini harus dijadwalkan secara baik dan disediakan dalam laporan
I - 10
studi kelayakan.
3) Biaya
Akurasi dari modal dan estimasi dari biaya operasi meningkat ketika
proyek meningkat dari studi konseptual ke pra kelayakan dan tahap studi
kelayakan. Normalnya range yang bisa diterima untuk akurasi diberikan
sebagai berikut.
● Faktor kesalahan dari studi konseptual + 30% dari biaya total
● Faktor kesalahan dari pra studi kelayakan + 20% dari biaya total
● Faktor kesalahan dari studi kelayakan + 10% dari biaya total
Pendapatan selama umur tambang adalah kategori utama dari uang. Itu
harus membayar seluruhnya, termasuk pembayaran kembali dari investasi
awal dari uang, karena pendapatan adalah dasar yang terbesar dalam
mengukur faktor ekonomi tambang sehingga lebih sensitif mengubah
penerimaan daripada mengubah faktor-faktor lain dari jenis-jenis
pengeluaran.
Penerimaan ditentukan oleh kadar, recovery, dan harga dari produk metal.
Oleh karenanya, harga adalah : (a) sejauh ini sangat sulit untuk diestimasi
dan (b) suatu jumlah yang besar diluar dari kontrol estimator. Walaupun
I - 11
mengabaikan inflasi, harga pembelian secara lebar bervariasi terhadap
waktu. Kecuali komoditi yang bisa dikontrol dengan tepat, mereka
mengarah untuk mengikuti bentuk siklus.
Pada awal tahap perencanaan untuk setiap proyek (tambang) yang baru,
terdapat banyak faktor dari berbagai jenis yang harus dipertimbangkan.
Beberapa faktor tersebut dapat dengan mudah diperoleh, sedangkan
beberapa faktor lain diperoleh dengan suatu keharusan melakukan studi
yang mendalam (misalnya geometri pit).
Checklist Item
1. Topografi
a. USGS maps → 1 : 500, 1 : 1000
b. Special Aerial or land survey establish control stations
I - 12
● rata-rata run-off (keadaan normal dan flood/banjir)
d. Angin, maks, tercatat dalam arah
e. Kelembaban
f. Delay
g. Awan, fog
3. Air
a. Sumber : mata air, sungai, danau, bor.
b. Ketersediaan : hukum, kepemilikan, biaya.
c. Kuantitas : ketersediaan perbulan, kesempatan aliran, kemung-
kinan lokasi bendungan.
d. Kualitas : sampel, perubahan-perubahan kualitas, efek kontaminasi.
e. Sewage Disposal Methode.
4. Struktur geologi
a. Dalam daerah tambang
b. Di sekeliling daerah tambang
c. Kemungkinan gempa bumi
d. Akibat pada slope (maks. slope)
e. Estimasi dan kondisi fondasi
5. Air tambang
a. Kedalaman
b. Konduktivitas
c. Metode Penirisan
6. Permukaan
a. Vegetasi : tipe, metode pembabatan, biaya
b. Kondisi yang tidak biasa : danau, endapan deposit, pohon-pohon
besar
I - 13
diskontinu, kecocokan untuk jalan
10. Jalan
a. Peta jalan
b. Informasi jalan-jalan yang ada :
▪ lebar, permukaan, batas maksimum beban
▪ batas maksimum load sesuai musim
▪ pemeliharaan
c. Jalan yang dibuat (harus) oleh perusahaan
▪ panjang
▪ profile
▪ cut and fill
▪ jembatan
▪ pengkondisian tanah
▪ dll.
11. Power
a. Ketersediaan (PLN) : kilovolt, jarak (terdekat), biaya
b. Kabel ke SIB
c. Lokasi sub station
d. Kemungkinan untuk power station sendiri
I - 14
12. Smelting
a. Ketersediaan pabrik
b. Metode pengapalan : jarak, alat angkut, awak reet, dll.
c. Biaya
d. Aspek terhadap lingkungan
e. Rel KA, dok.
14. Pemerintah
a. Suasana politik
b. Hukum, UU pertambangan
c. Keadaan lokal
I - 15
b. Realibilitas dan transportasi yang tersedia
c. Komunikasi
PEKERJAAN RUMAH 1
I - 16
Dalam perencanaan tambang, agar pekerjaan perencanaan dapat
lebih mudah dilakukan maka masalah tersebut dibagi menjadi tugas-tugas
seperti berikut.
● Penentuan Pit Limit
● Perancangan push back
● Penjadwalan Produksi
● Perencanaan Tambang berdasarkan urutan waktu
● Pemilihan alat
● Perhitungan Ongkos-ongkos Oprerasi dan Kapital.
Tugas anda adalah memberikan mata kuliah apa saja yang menunjang
tugas-tugas dalam penyelesaian tersebut, dan gambarkan diagramnya.
BAB II
I - 17
PENAKSIRAN CADANGAN BIJIH (REVIEW)
I - 18
1) Suatu taksiran cadangan harus mencerminkan secara tepat kondisi
geologis dan karakter/sifat dari mineralisasi.
2) Selain itu iapun harus sesuai dengan tujuan dari evaluasi. Suatu model
cadangan bijih yang akan digunakan untuk perancangan tambang
harus konsisten dengan metoda penambangan dan teknik perencanaan
tambang yang akan diterapkan.
I - 19
dibuat dalam prospektus penawaran saham perusahaan.
1) Cadangan (reserve) :
Bagian dari cebakan mineral yang secara ekonomik dan secara
hukum dapat ditambang atau diproduksi pada waktu perhitungan
cadangan dilakukan.
I - 20
Terbukti/Proven dan Terkira/Probable. Klasifikasi yang lebih rendah
atau yang kurang pasti, seperti “Mungkin/Possible” tidak dianggap
sebagai cadangan dan tak boleh dimasukkan kedalam prospektus
yang ditawarkan.
Dokumen-dokumen lain.
1) Revisi sistem Amerika Serikat yang diusulkan SME ( A Guide for
Reporting Exploration Information, Resources, and Reserves, Working
Party #79, Society of Mining, Metallurgy, and Exploration, Inc., 1991).
2) Kode Australasia (Australasia Code for Reporting of Identified Mineral
Resources and Ore Reserves, 1992).
3) Rekomendasi CIM (Recommendations on Reserve Definitions to the
Canadian Institute of Mining, Metallurgy and Petroleum , prepared by
the Mineral Economics Society of CIM, 1994).
4) Klasifikasi Cadangan/Sumberdaya Mineral oleh USBM/USGS
(Principles of a Resource/Reserve Classification for Minerals, US
Bureau of Mines and US Geological Survey, Circular 831, 1980).
I - 21
b) Tiap-tiap blok memiliki atribut-atribut seperti jenis batuan, jenis
alterasi, jenis mineralisasi, kadar (bisa lebih dari satu mineral),
kode topografi, dll.
c) Model blok teratur adalah model komputer yang paling umum
dipakai hingga saaat ini untuk tambang-tambang logam/bijih
berbatuan keras.
I - 22
2.5. DATA UTAMA
1) Geologi
a) Hasil logging geologi dari data pemboran.
b) Percontoh yang representatif dari program pemboran.
i. Percontoh bor inti (split/skeletal core)
ii. Percontoh bor RC dengan tempatnya (chip trays)
c) Peta-peta geologi dari pemetaan permukaan, dll
3) Data Lokasi
a) Data survai koordinat permukaan dari titik bor.
b) Data survai bawah tanah dari kemiringan dan deviasi pemboran.
4) Peta-peta topografi
2) Metoda Poligon
Ada dua metoda poligon yang berbeda :
a) Penaksiran cadangan secara manual dengan metoda
I - 23
poligon daerah pengaruh pada dasarnya tak lagi dilakukan
(usang).
b) Sebaliknya, metoda poligon menggunakan percontoh terdekat
untuk penaksiran kadar blok dalam model (dimana setiap blok
memperoleh kadar dari komposi terdekat) masih umum
dilakukan.
3) Metoda Segitiga
a) Penaksiran kadar blok dengan cara ini tidak dilakukan/sudah
usang.
b) Metoda ini penting dalam aplikasi pembuatan kontur dengan
komputer
I - 24
menggunakan korelasi statistik antar percontoh (data komposit)
yang juga merupakan fungsi jarak. Karena itu, cara ini lebih
canggih dan kelakuan anisotropik dapat dengan mudah dapat
diperhitungkan.
c) Cara ini memungkinkan penafsiran data cebakan mineral atau
cadangan bijih secara probabilistik. Selain itu, ia memungkinkan
pula interpretasi statistik mengenai hal-hal seperti bias,
estimation variance, dll.
d) Berbagai varian/jenis penaksiran yang berdasarkan pada metoda
kriging dan geostatistik dapat dilakukan.
e) Merupakan metoda yang paling umum dipakai dalam penaksiran
kadar blok dalam suatu model cadangan.
I - 25
4) Untuk tambang yang sudah berjalan, satu cara yang dapat dikerjakan
untuk mengetahui kinerja model cadangan adalah membandingkannya
dengan produksi historis. Dua sumber data produksi adalah laporan
produksi tambang (dari analisa lubang-lubang tembak) dan laporan
pabrik pengolahan.
I - 26
iv. Zona sekunder
b) Tidak jarang didapati intrusi berkadar rendah disekitar titik
pusat dari zona bijih/mineralisasi utama. Material ini sering harus
dipisahkan.
2) Emas
a) Mineralisasi emas ‘diendapkan’ oleh cairan/fluida mediumnya
menuruti hubungan antara temperatur dan tekanan. Garis yang
membatasi zona-zona mineralisasi emas biasanya dapat ditarik.
Kadar emas dalam model cadangan harus menghormati batas-
batas mineralisasi yang ada.
b) Analisa kadar emas seringkali amat sulit. Jika partikel-partikel
emas bebas di dalam bijih mulai melampaui ukuran 100 mikron,
replikasi atau pengulangan untuk memperoleh hasil yang sama
biasanya sukar dicapai. Biasanya perlu dilakukan assay ulang
dalam jumlah cukup besar.
c) Jenis atau teknik pemboran yang berbeda (bor inti atau bor RC)
seringkali memberikan hasil analisa assay yang berbeda.
Kontaminasi pada hasil pemboran RC ( reverse circulation) harus
dicegah, terutama pada kedalaman di bawah muka air tanah.
3) Molibdenum
Banyak cebakan moli primer yang memperlihatkan dengan jelas zona-
zona kadar moli. Biasanya ini dapat dengan mudah dibuat garis-garis
konturnya, baik dari penampang atas maupun dari penampang
melintang. Kadar dalam model blok perlu merefleksikan hal ini.
4) Uranium
Penaksirancadangan bijih untuk komoditas ini amat kompleks.
Sebaiknya anda panggil ahlinya; terlalu banyak sandungan yang akan
menjatuhkan para pemula atau mereka yang belum berpengalaman.
I - 27
PEKERJAAN RUMAH 2
Saudara memiliki dua stockpile bijih tembaga, yang terdiri dari supergene
dan hypogene, sebagai berikut :
Material Ton Total Perolehan Kadar
Bijih Tembaga Konsentrat
Supergene 91.025 0.410 % 85 % 22.7 %
Hypogene 151.853 0.520 % 92 % 26.7 %
BAB III
KADAR BATAS, NISBAH PENGUPASAN,
DAN KADAR EKIVALEN
I - 28
1) Kadar Batas Pulang Pokok (Break Even Cut-Off Grade = BECOG)
a) Dalam teori ekonomi, analisis pulang pokok terdiri dari penentuan
nilai parameter yang diinginkan (misalnya : berapa jumlah produk
yang harus dijual) sedemikian rupa sehinga pendapatan tepat
sama dengan ongkos atau biaya yang dikeluarkan (keuntungan =
nol)
b) Dalam pertambangan, yang ingin kita ketahui adalah berapa kadar
bijih yang menghasilkan angka yang sama antara pendapatan
yang diperoleh dari penjualan bijih tadi dengan biaya yang
dikeluarkan untuk menambang serta memprosesnya. Kadar ini
dikenal dengan nama kadar batas pulang pokok atau break even
cut-off grade.
BECOG =
I - 29
kecil dari dua alternatif berikut : mengirimkan material hasil
penambangan ke pabrik pemrosesan, atau mengirimkan material
ini ke tempat pembuangan ? (ingat bahwa ongkos penambangan
walau bagaimanapun tetap harus dikeluarkan).
b) Gunakan persamaan yang sama (seperti untuk BECOG), hanya
dalam hal ini ongkos penambangan tidak dimasukkan. Jadi untuk
menghitung ICOG, ongkos penambangan = nol.
I - 30
penutup (waste) terhadap jumlah material bijih (ore). Pada tambang
bijih, nisbah ini biasanya dinyatakan dalam ton waste/ton ore. Di
tambang batubara sering dipakai m3 waste/ ton batubara.
SR = atau SR =
Untuk geometri penambangan yang ditetapkan, nisbah pengupasan
merupakan fungsi dari kadar batas.
2) Jika kadar bijih diketahui dan jika semua keuntungan bersih dari
menambang bijih tersebut dipakai untuk mengupas tanah penutup
(waste stripping), berapa jumlah tanah penutup yang dapat dikupas
Inilah konsep BESR.
BESR =
Catatan :
● Nilai BESR adalah 0 pada titik BECOG (tidak dapat mendukung
stripping).
● Untuk harga komoditas, perolehan, ukuran pabrik, tingkat produksi
dan ongkos tertentu, BESR merupakan fungsi linier dari kadar bijih.
● BESR merupakan masukan dalam metoda perancangan tambang
secara manual.
1) Bilamana dalam cebakan bijijh kita dapati lebih dari satu meneral
(utama dan ikutan), biasanya perlu dipakai konsep dasar ekivalen
untuk mengevaluasinya.
2) Pertama kali, kita definisikan dahulu NSR ( Net Smelter Return) sebagai
nilai kotor dari satu ton bijih setelah dikurangi dengan ongkos-ongkos
I - 31
smelting, refining, dan freight (SRF).
3) Tahap-tahap perhitungan kadar ekivalen (misalnya Cu ekivalen) adalah
sebagai berikut.
a) Hitung NSR dari 1 ton (atau 1 tonne) tembaga yang berkadar bijih
1 %.
b) Hitung NSR dari 1 ton (atau 1 tonne) mineral ikutan, misalnya
moly dengan kadar 1% (atau emas dengan kadar 1 oz/ton atau
1 g/tonne, dst).
c) Hitung faktor ekivalensi sebagai nisbah (ratio) antara NSR untuk
mineral ikutan terhadap NSR untuk mineral utama.
d) Jadi kadar Cu Ekivalen = total Cu + Faktor x moly.
e) Jika kadar total Cu dan kadar moly (emas, perak, dst) dalam blok
diketahui, maka kadar Cu Ekivalen dari blok tersebut dapat
dihitung.
Contoh untuk Cu :
I - 32
Perolehan pabrik (mill recovery) 94 %
Smelting, refining, freight per pound product $ 0.275
Perolehan smelter (smelter recovery) 96.15 %
Harga tembaga per pound $0.95
Harga x Kadar x Mill Rec x Smlt Rec x 20 = Ongkos (Mine + Mill + G&A) +
SRF x Kadar x Mill Rec x SMLT Rec x 20
Harga x Kadar x Mill Rec x Smlt Rec x 20 – SRF x Kadar x Mill Rec x Smlt
Rec x 20 = Ongkos (Mine + Mill + G&A)
(Harga – SRF) x Kadar x Mill Rec x Smlt Rec x 20 = Ongkos (Mine + Mill +
G&A)
=
= 0.35 % Cu
Catatan :
Tembaga Moly
Harga Komoditas $ 0.90 $ 3.00
Perolehan Pabrik 88 % 70 %
Perolehan Smelter/Konverter 96.1 % 99 %
Biaya Smelting Konversi per pound $ 0.324 $ 0.81
I - 33
1. Hitung nilai NSR dari 1 ton bijih dengan kadar 1% Cu
($ 0.90 - $ 0.324) (1%) (0.88) (0.961) (20 lb/%) = $ 9.74
2. Hitung nilai NSR dari 1 ton bijih dengan kadar 1% Moly
($ 3.00 - $ 0.81) (1%) (0.70) (0.99) (20 lb/%) = $ 30.35
3. Faktor Ekivalen = NSR Moly / NSR Tembaga $ 30.35 / $ 9.74 = 3.1160
4. Tembaga Ekivalen = Kadar Cu + 3.1160 x Kadar Moly
Tabel 3.2
Perhitungan NSR dan BESR
Cu Eq NSR BESR
0.266 3.40 -0.00
0.30 3.83 0.79
0.35 4.47 1.95
0.40 5.11 3.11
0.45 5.75 4.27
0.50 6.39 5.43
0.55 7.03 6.59
0.60 7.66 7.75
0.65 8.30 8.91
0.70 8.94 10.08
0.75 9.58 11.24
0.80 10.22 12.40
0.85 10.86 13.56
0.90 11.50 14.72
0.95 12.13 15.88
1.00 12.77 17.04
1.05 13.41 18.20
1.10 14.05 19.37
1.15 14.69 20.53
1.20 15.33 21.69
I - 34
Gambar 3.1. Grafik Hubungan Antara BESR Dan NSR Dengan
Kadar Cu Eq
I - 35
PEKERJAAN RUMAH 3
BAB IV
PERTIMBANGAN DASAR RENCANA PENAMBANGAN
I - 36
4.1. PERTIMBANGAN EKONOMIS
BESR =
BESR(1) =
Ini berarti bahwa hanya bagian endapan yang mempunyai BESR yang
lebih rendah dari 4,86 yang dapat ditambang secara tambang terbuka
I - 37
dengan menguntungkan. Jadi 4,86 adalah BESR(1) tertinggi yang masih
dibolehkan untuk operasi tambang terbuka dengan kondisi tersebut di
atas. Setelah ditentukan bahwa akan digunakan sistem tambang terbuka,
maka dalam rangka pengembangan rencana penambangan digunakan
BESR (2) dengan rumus sebagai berikut.
BESR(2) =
BESR(2) ini juga disebut economic stripping ratio yang artinya berapa besar
keuntungan yang dapat diperoleh bila endapan bijih itu ditambang secara
tambang terbuka. Contoh perhitungan BESR (2) untuk bijih tembaga kadar
0,80%, 0,75% dan 0,60%Cu adalah sebagai berikut.
Dari hasil perhitungan seperti terlihat pada Tabel 4.1 bila harga logam
Cu = $0,35/lb, ternyata untuk bijih Cu (ore) dengan kadar 0,80%
mempunyai BESR 1,5 : 1 dan kadar 0,60% Cu mempunyai BESR 0,6 :1.
dengan demikian selanjutnya untuk harga metal $0,30/lb dan $0,35/lb Cu
juga dihitung BESR-nya. Setelah masing-masing BESR dihitung untuk
setiap kadar Cu dan untuk berbagai harga logam Cu, kemudian dapat
dibuat grafik BESR vs kadar Cu (lihat Gambar 4.1).
Dari grafik BESR (lihat Gambar 4.1) terlihat bahwa tinggi rendahnya BESR
sangat dipengaruhi oleh :
- kadar logam dari bijih yang akan ditambang
- harga logam di pasaran
Jadi pada dasarnya, jika terjadi kenaikan harga logam di pasaran, dapat
mengakibatkan perluasan tambang karena cadangan bertambah,
sebaliknya jika harga logam turun maka jumlah cadangan akan berkurang.
Tabel 4.1
Contoh Perhitungan Break Even Stripping Ratio (BESR)
I - 38
Recovery Cu/ton ore, lb 14,10 12,20 10,30
ONGKOS PENGUPASAN
Ongkos pengupasan /ton waste $ 0,40 $ 0,40 $ 0,40
RECOVERY VALUE
Harga jual per ton bijih
1. Untuk $ 0,25/lb Cu $ 3,53 $ 3,05 $ 2,58
BESR 2,5 : 1 1,5 : 1 0,6 : 1
2. Untuk $ 0,30/lb Cu $ 4,23 $ 4,23 $ 3,09
BESR 4,2 : 1 3,0 : 1 1,8 : 1
3. Untuk $ 0,35/lb Cu $ 4,94 $ 4,27 $ 3,61
BESR 6,0 : 1 4,5 : 1 3,2 : 1
I - 39
Ultimate pit slope adalah batas akhir atau paling luar dari suatu tambang
terbuka yang masih diperbolehkan, dan pada kemiringan ini jenjang masih
tetap mantap (stabil).
I - 40
Gambar 4.2. Hubungan Antara Ultimate Pit Limit Dengan BESR
I - 41
beberapa lubang bor dibagian luar daerah penambangan atau di jenjang
kemudian dari lubang-lubang bor tersebut air dipompa ke luar tambang.
W minimum = Y + Wt + Ls + G + Wb
keterangan :
W minimum : lebar jenjang minimum, m
Y : lebar yang disediakan untuk pengeboran, m
Wt : lebar yang disediakan untuk alat-alat, m
Ls : panjang power shovel tanpa panjang boom, m
G : floor cutting radius dari power shovel, m
Wb : lebar untuk broken material, m
I - 42
c. Untuk open cut antara 12 ft–75 ft; yang baik adalah 30 ft.
Sedangkan untuk tambang bijih dapat sampai 225 ft. Lebar
jenjang disesuaikan dengan loading track, daerah operasi power
shovel serta untuk peledakan, lebarnya antara 20 ft–76 ft,
umumnya 50 ft dan yang ideal 30 ft.
I - 43
R = digging radius dari alat muat, m
C = jarak sisi jenjang broken material ke garis tengah rel, m
L= lebar yang disediakan untuk pengaman ( safety), biasanya
selebar dump truck, m
b. Lebar jenjang
Lebar jenjang antara 40–60 m, biasanya juga dibuat antara
80–100 m. Jika memakai multi row bore hole. Lebar minimum
untuk batuan keras :
Vr = A + C + C1 + L + B
keterangan :
Vr = lebar jenjang minimum, m
A = lebar broken material, m
I - 44
C = jarak sisi timbunan ke sisi tengah rel, m
C1 = 0,50 lebar lori = 2–3 m
B = lebar endapan yang diledakkan = 6–12 m
L = lebar yang disediakan untuk menjamin extraction
dari endapan pada jenjang di bawahnya.
a. Tinggi jenjang
− Untuk tambang bijih besi antara 20 – 40 ft
− Untuk tambang bijih tembaga 30 – 70 ft
− Untuk limestone dapat sampai 200 ft
b. Lebar jenjang
Antara 50–250 ft
c. Kemiringan jenjang
Antara 45o–65o
Tinggi jenjang : L = Lm x Sf
keterangan :
L = tinggi jenjang, m
Lm = maximum cutting height dan alat muat
Sf = swell factor
= 1/3 untuk cara corner cut dan = 0,50 untuk cara box cut
I - 45
Pada batuan keras sudut ini bervariasi antara 55 0–800. Bagian-bagian
jenjang tersebut dapat digambarkan pada Gambar 4.3.
Setelah cut dipindahkan maka akan terlihat sisanya adalah sebagai jenjang
pengaman atau jenjang penangkap (catch bench) dengan lebar SB. Tujuan
pembuatan jenjang penangkap ini adalah :
a. Untuk mengumpulkan material yang meluncur dari jenjang yang ada
di atasnya
I - 46
b. Untuk memberhentikan pergerakan boulder yang bergerak ke bawah
Secara umum lebar dari jenjang penangkap adalah 2/3 dari tinggi jenjang
sedangkan pada akhir umur tambang lebar jenjang penangkap kadang-
kadang dikurangi sampai kira-kira 1/3 dari tinggi jenjang. Kadang-kadang
I - 47
jenjang ganda (double benches) ditinggalkan sepanjang final pit seperti
pada Gambar 4.6.
I - 48
Gambar 4.7. Geometri Jenjang Penangkap (Call, 1986)
Tabel 4.2. Dimensi Jenjang Penangkap (Call, 1986)
Berikut ini adalah suatu lereng yang terdiri dari 5 jenjang (Gambar 4.8)
dimana sudut lerengnya dibuat dari garis yang menghubungkan kaki
lereng yang paling rendah sampai ke puncak lereng yang paling tinggi
sehingga kemiringan lereng keseluruhannya ( overall pit slope) dapat
dihitung sebagai berikut.
I - 49
Gambar 4.8. Sudut Lereng Keseluruhan
Jika pada Gambar 4.9 terlihat bahwa pada jenjang ketiga terdapat jalan
masuk yang berbelok (acces ramp) dengan lebar 100 ft maka kemiringan
lerengnya menjadi :
Apabila pada lereng tersebut terdapat jenjang kerja dengan lebar 125 ft
pada jenjang 2 seperti pada Gambar 4.10 maka sudut lereng keseluruhan
menjadi :
I - 50
Gambar 4.9. Sudut Lereng Keseluruhan Dengan Adanya Ramp
Jika ramp tersebut dibagi menjadi 2 bagian seperti pada Gambar 4.10
yang masing-masing ramp tersebut dapat digambarkan dengan sudut
lereng. Sudut ini disebut sudut antar ramp (interramp angle). Dalam hal ini
berlaku :
I - 51
Gambar 4.10. Sudut Lereng Antar Ramp (Interramp)
I - 52
Gambar 4.11. Sudut Lereng Keseluruhan Dengan Adanya
Jenjang Kerja
I - 53
BAB V
PERANCANGAN BATAS AKHIR PENAMBANGAN
(PIT LIMIT DESIGN)
2) Kadar Batas Pulang Pokok (Break Even Cut-off Grade) dan Nisbah
Pengupasan Pulang Pokok (Break Even Stripping Ratio) : berdasarkan
data ekonomik dan perolehan (recovery) kita dapat menghitung
BECOG dan membuat suatu tabel yang menunjukkan BESR untuk
berbagai kadar batas.
I - 54
5.2. PERANCANGAN TAMBANG : DEFINISI DAN DASAR
PEMIKIRAN
I - 55
semakin canggih akan mengimbangi faktor nilai waktu dari
uang.
I - 56
c. Pada tahap-tahap belakangan, khususnya ketika lereng akhir
dengan nisbah pengupasan yang relatif besar akan dibuat, energi
yang besar perlu dicurahkan untuk perancangan pit limit ini.
Studi kelayakan yang memakan waktu beberapa bulan dapat
dilakukan. Beberapa alternatif rancangan dapat dibuat untuk
melihat detail dari penjadwalan produksi, kebutuhan alat serta
ongkos-ongkos.
I - 57
Rancangan batas akhir penambangan harus cukup halus.
Menghubungkan setiap titik secara kaku pada level map tidak
akan memberikan hasil yang diinginkan. Beberapa titik pada level
map ini mungkin harus diabaikan.
e. Untuk penampang-penampang (sections) di dekat ujung cebakan
bijih, sudut lereng dapat dibuat sedikit lebih landai.
f. Kuantitas dan kadar cadangan yang terdapat di dalam batas
penambangan dapat ditabulasikan dari jumlah, berat dan kadar
blok di tiap-tiap jenjang.
I - 58
1) Pemrograman Linier vs. Pemrograman Dinamik
a. Pemrograman linier (linier programing) dirancang untuk proses
suatu tahap. Biasanya di dalamnya tidak terlibat elemen waktu
atau urut-urutan berdasarkan waktu (one shot decision).
T (D,S) S’
Masukan Keputusan D keluaran
S S’
Return R1
Solusi optimal (yaitu nilai-nilai keputusan) diperoleh dengan
mengikuti algoritma simplex.
Tujuan : mengoptimalkan R1.
b. Pemrograman dinamik (dynamic programming) ditujukan untuk
proses beberapa tahap (multi-stage process). Biasanya melibatkan
elemen waktu dari keputusan-keputusan yang berurutan
(sequential decisions). Critical Path Method atau CPM adalah
suatu contoh baik. Proses multi tahap merupakan uatu masalah
dimana keputusan yang berurutan harus diambil, dansetiap
keputusan akan mempengaruhi ruang lingkup pengambilan
keputusan berikutnya.
n
Tujuan : mengoptimalkan R = θ RI dengan memilih secara tepat
i=1
nilai-nilai variabel keputusan. Solusi optimal diperoleh dengan
mengikuti prinsip Optimalitas Dinamik dari Bellman yang intinya:
apapun yang telah kita lakukan dimasa yang lalu, keputusan-
keputusan mendatang harus optimal relatif terhadap situasi saat
I - 59
ini. Solusi optimal ini merupakan suatu kumpulan-kumpulan
keputusan yang berurutan, misalnya sebuah kebijakan (policy)
3) Asumsi-asumsi dasar
a. Nilai ekonomik tiap blok diketahui/dapat dihitung.
b. Sudut lereng keseluruhan diberikan sebagai masukan.
c. Tujuan : memaksimalkan keuntungan total (nilai material yang
ditambang dikurangi ongkos penambangan)
4) Algoritma
a. Sudut lereng
i. Jika ukuran blok dalam model sudah pasti, tentukan jumlah
blok ke atas dan ke bawah untuk setiap blok (pada
penampang) yang paling mendekati kendala sudut lereng.
ii. Jika ukuran blok masih dapat diatur, pilihlah sedemikian rupa
sehingga geometri ukuran blok sesuai dengan sudut lereng.
b. Hitung nilai ekonomik dari tiap blok, yaitu pendapatan dari nilai
jual dikurangi ongkos penambangan blok tersebut, ongkos
pengolahan dan ongkos G&A (general & administrative costs =
overhead). Nilai ekonomik ini kita sebut sebagai nilai pertama dari
blok atau mij. Pada penampang 2-dimensi, blok (i,j) terletak pada
baris i dan kolom j.
I - 60
dari blok atau Pij sebagai berikut.
Poj = 0
I - 61
Gambar 5.2. Nilai Ekonomik Mula-Mula dari Setiap Model Blok
(Hustrulid & Kutcha,1995)
I - 62
Gambar 5.5. Kumulatif Penjumlahan Yang Lengkap
(Hustrulid & Kutcha,1995)
I - 63
Gambar 5.7. Pergerakan Proses penjumlahan Pada Kolom 7
(Hustrulid & Kutcha,1995)
Gambar 5.8. Penentuan Pit dan Nilai Total Dengan Anak Panah
(Hustrulid & Kutcha,1995)
I - 64
Gambar 5.10. Proses Penjumlahan Pada Seluruh Bagian
(Hustrulid & Kutcha,1995)
I - 65
1) Tujuan
a. Menentukan batas akhir satu tambang terbuka ( ultimate pit limit)
dengan menggunakan analisis ekonomik pulang pokok ( break
even economic analysis).
b) Sasaran yang ingin dicapai dalam penentuan batas akhir
penambangan mengharuskan batas akhir tersebut dihitung
menggunakan dasar ekonomik pulang pokok.
c) Keuntungan dari menambang tahapan bijih terakhir harus tepat
membayar biaya pengupasan lapisan penutupnya.
I - 66
− Ongkos royalti
c) Data Sudut Lereng
i. Satu sudut lereng yang sama untuk pit , atau
ii. Sudut lereng yang bervariasi dengan zona-zona di pit
d) Lebar Pit Bottom Minimum – cukup untuk ruang kerja peralatan
I - 67
iii. Dinding lereng dari kerucut ini memililki sudut yang sama
dengan sudut lereng tambang yang ditentukan.
iv. Jari-jari penambangan minimum atau lebar minimum pada pit
bottom merupakan salah satu masukan. Biasanya jari-jari ini
dibuat berukuran 1,5 kali ukuran blok, sehingga lebar
minimum di pit bottom adalah 9 blok (cukup untuk
beroperasinya peralatan).
v. Analisis kerucut mengambang ini menggunakan pendekatan
blok utuh terdekat. Jadi, jika pusat blok berada di dalam
kerucut maka seluruh blok itu dianggap berada dalam kerucut.
vi. Sembarang bentuk pit dapat didekati dengan membuat
kerucut-kerucut overlapping satu sama lain. Overlap
dimungkinkan karena blok-blok yang ditambang pada kerucut
sebelumnya berubah statusnya menjadi blok udara, sehingga
tidak lagi diperhitungkan dalam analisis ekonomik kerucut
berikutnya. Jika semua kerucut terbalik ini kita gabungkan,
sebuah geometri pit akan terbentuk. Selubung paling luardari
bentu pit ini berada pada posisi pulang pokok relatif terhadap
data masukan (input) yang kita berikan.
I - 68
tercapai (pada harga komoditas yang diproyeksikan)
c) Serial geometri ini menjadi indikator atau pedoman urutan
pengambilan bijih. Hal ini amat berguna dalam merancang tahap-
tahap penambangan (phase/pushback design).
Berikut ini adalah cara mengoptimasi pit limit dengan cara floating cone
3D dengan data nilai ekonomik dari setiap blok model yang sama dengan
pada Lerch-Grossman 2D.
I - 69
Gambar 5.15. Keadaan Setelah Membuat Floating Cone 3 Baris
(Hustrulid & Kutcha,1995)
I - 70
Gambar 5.18. Keadaan Setelah Membuat Floating Cone 6 Baris
(Hustrulid & Kutcha,1995)
Pada Gambar 5.18 terlihat bahwa hasil penentuan pit yang optimum
dengan cara floating cone memberikan hasil yang sama dengan cara
Lerchs-Grossman.
Contoh Soal :
Permukaan
1 2
3
I - 71
Catatan :
Nilai blok adalah gross income dikurangi biaya pengolahan dan biaya
tak langsung, tetapi tidak termasuk biaya penambangan.
Jawaban :
1 2
I - 72
PEKERJAAN RUMAH 4
PEKERJAAN RUMAH 5
Suatu penampang blok model dengan Net Value untuk tiap-tiap blok
sebagai berikut
-2 -2 -2 -2 -2 -2 -2 -2
-8 3 3 3 3 3 3 -8
- 1 1 1 1 1 1 -
1 1
5 5
- -7 -7 -7 -7 -7 -7 -
2 2
3 3
I - 73
PEKERJAAN RUMAH 6
Wakil Direktur operasi suatu perusahaan pertambangan emas skala kecil meminta
Saudara untuk memeriksa kembali pit yang dihasilkan oleh stafnya dengan
mennggunakan metode floating cone. Data-data ekonomi yang digunakan untuk
floating cone adalah sebagai berikut :
Biaya penambangan per total ton $ 0.591
Biaya pengolahan per ton bijih $ 1.80
Biaya Umum dan Administrasi per ton bijih $ 0.50
Perolehan emas 85.6 %
Harga emas per troy ounce $ 400
Kemiringan lereng 45°
Saudara melakukan perhitungan menggunakan metode floating cone dengan
parameter yang sama dan mendapatkan geometri pit yang lebih kecil. Gambar 1
menunjukkan pit klien anda dan gambar 2 menunjukkan hasil perhitungan anda.
Dengan perbandingan sebagai berikut:
Saudara sangat yakin bahwa hasil perhitungan saudara betul, tetapi perlu
didemonstrasikan secara analitis pada kasus ini. Anda memutuskan untuk
melakukan suatu analisis ekonomi pada material pada pit dan pada selisih
perbedaannya.
1. Lakukan analisis ekonomi pada material pit dan increment dengan
melengkapi tabel terlampir. Kadar selisih adalah 0.0144 oz/ton.
Darimana kadar selisih tersebut berasal?
2. Apakah pit klien anda memiliki geometri yang layak pada harga emas
I - 74
$ 400? Jika ya mengapa? Dan jika tidak mengapa?
I - 75
Gambar 1.
Pit Klien
I - 76
Gambar 2.
Pit Anda
BAB VI
I - 77
PENJADWALAN PRODUKSI
6.1. PENDAHULUAN
I - 78
Beberapa jadwal sering dibuat untuk mengevaluasi strategi cutt off
grade yang berbeda.
3) Dua butir di atas akan mempengaruhi jadwal pengupasan tanah
penutup.
1) Jenjang atas biasanya terdiri dari tanah penutup yang harus dikupas
2) Jenjang dasar umumnya terdiri kebanyakan dari bijih. Bijih ini
merupakan sumber yang akan menjaga kelangsungan pabrik
pengolahan
3) Pada elevasi berapa akan terjadi peralihan dari tanah penutup ke bijih ?
4) Suatu kriteria dalam nisbah kupas. Pada jenjang ke berapa nisbah
kupas akan lebih rendah dari nisbah kupas rata-rata ?
I - 79
1) Jadwalkan bijih dari tahap-tahap penambangan (pushback) sesuai
urutannya.
Untuk tiap periode waktu, kumulatif waste dibagi dengan jumlah
tahun. Hasilnya memberikan tingkat produksi rata-rata yang diperlukan
untuk memperoleh bijih.
2) Tabulasikan waste (atau material total) berdasarkan tahun.
3) Puncak pemindahan waste berhubungan dengan pra-pengupasan
yang dibutuhkan pada setiap tahap. Kita ingin meratakan jadwal
produksi waste dengan pemindahan tanah penutup ini jauh dimuka,
misalnya mulai pengupasan pushback sebelum bijih diperlukan.
a. Untuk tiap periode waktu, kumulatif waste dibagi dengan jumlah
tahun. Hasilnya memberikan tingkat produksi waste rata-rata yang
diperlukan untuk memperoleh bijih.
b. Hitung nilai kumulatif waste maksimum dibagi dengan jumlah
tahun. Hasilnya adalah tingkat produksi waste per tahun untuk
penjadwalan yang baik dan rata.
c. Penjadwalan pertama adalah untuk melampaui puncak tertinggi
kemudian mengatur kembali persoalan tersebut untuk puncak
berikutnya.
1) Saat ini kita telah mempunyai tingkat produksi bijih dan pemindahan
material total berdasarkan perioda waktu.
2) Langkah berikutnya adalah menambang dari tahap bijih utama dan
dari tahap yang memerlukan pengupasan selama satu periode waktu
untuk mencapai sasaran produksi
a. Persoalannya adalah akan ada waste di dalam bijih dan sebagian
bijih terdapat di dalam material waste.
b. Harus diseimbangkan sehingga jumlah bijih dari semua sumber
I - 80
mencapai target pula.
i. trial and error (metode coba-coba)
ii. simultaneous equations (menggunakan persamaan serentak)
3) Setelah bijih dan waste (atau material total) dari tiap tahap ditentukan
untuk suatu periode waktu, kadar untuk tahun itu dapat ditentukan
sebagai ton rata-rata berbobot untuk bijih yang ditambang.
I - 81
1) Setelah proses penjadwalan dilakukan, maka akan sangat mudah
membuat gambar konseptual tentang keadaan tambang pada akhir
setiap tahun.
2) Kita akan mengetahui jenjang mana yang ditambang dari tiap tahap
selama satu tahun dan kita mempunyai rancangan untuk tiap tahap.
3) Adalah penting membuat peta agar kita dapat mengetahui apakah
jadwal yang telah dibuat dapat dilaksanakan.
a. Check akses ke daerah yang diperlukan.
b. Pastikan bahwa suatu jumlah material yang sangat banyak tidak
harus keluar dari satu jalan angkut.
I - 82
(quick pay off capital).
b. Automated methods
Metoda ini sangat baik dalam merancang ultimate pit untuk memberikan
pembatasan-pembatasan fisik dan ekonomi tanpa campur tangan insinyur.
Satu kategori dari automated mehods adalah melibatkan teknik
mengoptimalkan secara matematis dengan menggunakan program linear,
program dinamik, atau aliran kerja. Kategori kedua menggunakan metoda
seperti floating cone methods, tetapi belum tentu merupakan metoda
yang paling optimal. Semakin murahnya biaya memproses dengan
komputer maka lebih baik digunakan automated methods untuk masa
mendatang.
Karakter lain yang membedakan tipe metode komputer adalah penggunaan
I - 83
salah satu dari blok secara keseluruhan dari penambangan. Dalam metode
blok keseluruhan, setiap blok ditambang sebagai satu unit atau
ditinggalkan secara utuh, sedangkan dalam metoda blok pembagian satu
bagian dari blok dapat ditambang. Setiap tipe memiliki keuntungan sendiri.
Contoh Soal :
W W W W W W W W W W
O O O O O O O O O O
keterangan : W = waste
O = ore
Berdasarkan hasil kajian kelayakan awal diperoleh data bahwa :
● net value tiap ‘ore’ blok adalah US$ 2.0
● biaya untuk menambang ‘waste’ tiap blok adalah US$ 1.0
● laju produksi per tahun adalah 5 blok
● interest rate diasumsikan 10 % (present value factor : 1/ (1+1)0)
Berdasarkan hasil perencanaan diperoleh 3 (tiga) skenario penjadwalan
produksi sebagai berikut.
1) Pengupasan 5 blok waste diikuti oleh penambangan 5 blok ore
2) Pre-stripping selama 1 tahun kemudian dilanjutkan oleh penambangan
3 blok ore/tahun dan pengupasan 2 blok waste/tahun.
3) Pengupasan waste diupayakan lebih dulu 1 blok dibandingkan
penambangan ore.
Tugas kita adalah menentukan skenario penjadwalan produksi yang mana
diantara 3 (tiga) skenario diatas yang akan diterapkan dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
a. Menggambarkan kemajuan penambangan blok tiap skenario tiap
tahun.
b. Menghitung besarnya Net Present Value untuk tiap skenario.
I - 84
c. Berdasarkan nilai Net Present Value tentukan skenario penambangan
yang akan diterapkan.
I - 85
Gambar 6.1. Tahapan Penambangan – Skenario 1
(Hustrulid & Kutcha,1995)
-$5 $4 $4 $7
NPV = + + +
(1.10)1 (1.10)2 (1.10)3 (1.10)4
I - 86
Gambar 6.3. Tahapan Penambangan – Skenario 3
(Hustrulid & Kutcha,1995)
$1 $2.50 $2.50 $4
NPV = + + +
(1.10)1 (1.10)2 (1.10)3 (1.10)4
I - 87
PEKERJAAN RUMAH 7
I - 88
4 7 3 0 3 0 3 7 9
5 7 2 0 3 0 3 7 8
6 7 1 0 3 0 3 7 7
7 7 3 0 3 7 6
8 7 2 0 3 7 5
9 7 1 0 3 7 4
10 7 3 7 3
11 7 2 7 2
12 7 1 7 1
Total 28 35 21 24 21 33 70 92
I - 89
I - 90
BAB VII
PERANCANGAN PIT DAN PUSHBACK
7.1. PENDAHULUAN
I - 91
3) Dalam bab ini kita akan membahas pula sudut lereng dan jalan angkut.
4) Perancangan pentahapan tambang (mining phases/pushback) akan
dibahas pula.
1) Geometri Jenjang
Geometri jenjang terdiri dari tinggi jenjang, sudut lereng
jenjang tunggal, dan lebar dari jenjang penangkap (catch bench).
Rancangan geoteknik jenjang biasanya dinyatakan dalam bentuk
parameter-parameter untuk ketiga aspek ini.
Tinggi jenjang : Biasanya alat muat yang digunakan harus
mampu pula mencapai pucuk atau bagian atas jenjang. Jika
tingkat produksi atau faktor lain mengharuskan ketinggian jenjang
tertentu, alat muat yang akan digunakan harus disesuaikan pula
ukurannya.
c. Sudut lereng jenjang : penggalian oleh alat gali mekanis seperti
loader atau shovel di permukaan jenjang pada umumnya akan
menghasilkan sudut lereng antara 60–65 derajat. Sudut lereng
yang lebih curam biasanya memerlukan peledakan pre-splitting.
d. Lebar jenjang penangkap : ditentukan oleh pertimbangan
keamanan. Tujuannya adalah menangkap batu-batuan yang jatuh.
Perlu bulldozer kecil atau grader untuk membersihkan catch bench
ini secara berkala.
Di beberapa tambang terkadang digunakan konfigurasi multi-
jenjang (double/triple bench), pada umumnya untuk jenjang yang
tingginya 5-8 meter. Dalam hal ini jenjang perangkap dibuat setiap dua
atau tiga jenjang. Tujuannya adalah untuk menerjalkan sudut lereng
keseluruhan. Jenjang penangkap ini biasanya dibuat lebih lebar
dibandingkan untuk jenjang tunggal.
Dalam operasi di pit, pengontrolan sudut lereng biasa dilakukan
I - 92
dengan menandai lokasi pucuk jenjang ( crest) yang diinginkan
menggunakan bendera kecil. Operator shovel diperintahkan untuk
menggali sampai mangkuknya mencapai lokasi bendera tersebut. Lokasi
lubang-lubang tembak dapat pula menjadi pedoman.
I - 93
kaki jenjang (bench toe). Pada kenyataannya, label ini
mengacu kepada dataran (misalnya elevasi catch bench)
diantara dua centerlines.
iv. Garis kontur titik tengah (bench centerlines) ini memotong
jalan angkut di tengah-tengah antara dua jenjang (separo
jalan antar jenjang).
2) Lebar jalan
a. Tergantung pada lebar alat angkut, biasanya 4 kali lebar truk.
b. Lebar jalan seperti di atas memungkinkan lau lintas dua arah,
ruangan untuk truk yang akan menyusul, juga cukup untuk
selokan penyaliran dan tanggul pengaman. Untuk truk tambang
yang paling besar saat ini (240 ton) lebar jalan biasanya 30–35 m.
3) Kemiringan jalan
a. Jalan angkut di jalan tambang biasanya dirancang pada kemiringan
8% atau 10%
b. Untuk tambang-tambang yang besar, kemiringan jalan 8% paling
umum. Ini akan memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam
pembuatannya, serta memudahkan dalam pengaturan masuk ke
jenjang tanpa menjadi terlalu terjal di beberapa tempat.
c. Untuk jalan-jalan angkut yang panjang, kemiringan 10% adalah
kemiringan maksimum yang masih praktis. Tambang-tambang kecil
I - 94
banyak yang dirancang dengan kemiringan jalan 10%.
5) Pertimbangan Keamanan
a. Di lokasi jalan tambang dapat dibuat belokan tanjangan darurat
(runaway ramps) untuk menghentikan truk yang tak terkontrol,
bila geometri pit memungkinkan. Melakukan pengupasan ekstra
yang besar hanya untuk membuat fasilitas ini tidak umum
dilakukan.
b. Tanggul pemisah di tengahjalan dapat dibuat beberapa tempat
untuk tujuan ini. Straddle berm semacam ini murah biayanya.
I - 95
uang untuk mengembalikan modal) biasanya jauh lebih besar
daripada dampaknya pada rancangan akhir penambangan.
2) Kriteria perancangan
a. Harus cukup lebar agar peralatan tambang dapat bekerja dengan
baik. Untuk truk dan shovel besar yang ada sekarang, lebar
pushback minimum adalah 10–100 meter. Untuk loader dan truk
berukuran sedang 60 meter sudah cukup lebar. Jumlah shovel
I - 96
yang diperkirakan akan bekerja bersama-sama pada sebuah
pushback juga mempengaruhi lebar minimum ini.
b. Tak kurang pentingnya untuk memperlihatkan paling tidak satu
jalan angkut untuk setiap pushback, untuk memperhitungkan
jumlah material yang terlibat dan memungkinkan akses keluar.
Jalan angkut ini harus menunjukkan pula akses ke seluruh
pemuka kerja.
c. Perlu diperhatikan bahwa penambahan jalan pada suatu pushback
akan mengurangi lebar daerah kerja (sebanyak lebar jalan) di
bawah lokasi jalan tersebut. Jika beberapa jalan atau switchback
akan dimasukkan ke suatu pushback, lebar awal di sebelah atas
harus ditambah untuk memberi ruangan ekstra.
d. Perlu diperhatikan pula bahwa tambang kita tidak akan pernah
sama bentuknya dengan rancangan tahap-tahap penambangan
(phase design). Ini karena dalam kenyatannya, beberapa
pushback akan aktif pada waktu yang sama (dikerjakan secara
bersamaan).
3) Penampilan Rancangan
a. Peta penampang horisontal tampak atas ( plan/level map)
memperlihatkan bentuk pit pada akhir tiap tahap. Bila mungkin
tandai setiap perubahan.
b. Peta penampang horisontal yang menunjukkan batas seluruh
pushback pada satu atau dua elevasi jenjang.
c. Peta penampang vertikal tampak samping ( cross-section) yang
menunjukkan geometri seluruh pushback sering berguna pula.
Suatu tabel yang memberikan jumlah ton bijih, kadarnya, jumlah material
total dan nisbah pengupasan untuk setiap pushback (Tabel 7.1). Tabulasi
jumlah dan kadar material per jenjang untuk tiap pushback diperlukan
untuk penjadwalan produksi (Tabel 7.2).
I - 97
Tabel 7.1. Tabulasi Material Setiap Tahapan
Untuk Tiap Tahunnya
TABULATION OF ORE TONS PER PHASE PER YEAR
Year Phase 1 Phase 2 Phase 3 Phase 4 Phase 5 Phase 6 Phase
0 4808. 0. 0. 0. 0. 0.
1 6225. 5167. 0. 0. 0. 0.
2 17483. 4073. 0. 45. 0. 0.
3 9175. 12418. 0. 6. 0. 0.
4 0. 2730. 17704. 654. 513. 0.
5 0. 0. 6019. 9816. 5765. 0.
6 0. 0. 0. 0. 21370. 230.
7 0. 0. 0. 0. 18100. 3501.
8 0. 0. 0. 0. 7042. 14558.
9 0. 0. 0. 0. 0. 21600.
10 0. 0. 0. 0. 0. 21600.
11 0. 0. 0. 0. 0. 7583.
TOTAL 37691. 24388. 23723. 10521. 52790. 69071.
I - 98
TABULATION OF WASTE TONS PER PHASE PER YEAR
Year Phase 1 Phase 2 Phase 3 Phase 4 Phase 5 Phase 6 Phase
0 13069. 0. 0. 0. 0. 0.
1 8350. 16870. 0. 0. 0. 0.
2 6770. 11660. 0. 6790. 0. 0.
3 761. 9350. 0. 15109. 0. 0.
4 0. 7. 1526. 16275. 7412. 0.
5 0. 0. 33. 4107. 21084. 0.
6 0. 0. 0. 0. 10488. 14405.
7 0. 0. 0. 0. 1745. 23148.
8 0. 0. 0. 0. 1270. 23622.
9 0. 0. 0. 0. 0. 17196.
10 0. 0. 0. 0. 0. 3018.
11 0. 0. 0. 0. 0. 17.
TOTAL 28950. 37887. 1559. 42281. 41999. 81406.
I - 99
Example of Bench Average Mining Ratio
Year 1: Ore Target 6,678 Waste Target : 18,614
Year Phase Bench Ore Waste Bench Cumulative Cumulative
Ktonnes Ktonnes Fraction Ore Waste
1 1 1275 6114 4377 x 6114 4377
I - 100
Gambar 7.1. Mining Phase 1
(American Gold Resources, 1996)
I - 101
Gambar 7.2. Mining Phase 2
(American Gold Resources, 1996)
I - 102
Gambar 7.3. Mining Phase 3
(American Gold Resources, 1996)
I - 103
Gambar 7.4. Mining Phase 4
(American Gold Resources, 1996)
I - 104
Gambar 7.5. Final Pit
(American Gold Resources, 1996)
I - 105
PEKERJAAN RUMAH 8
Buatlah desain jalan (ramp design) dari suatu pit seperti terlihat pada
gambar dibawah ini. Jelaskanlah tahap-tahap pembuatan jalan tersebut
(lihatlah buku “Open Pit Mine Planing and Design”, Hustrulid & Kutcha,
1995)
Keadaan awal :
I - 106
BAB VIII
WASTE DUMP DAN STOCKPILE
8.1. PENDAHULUAN
I - 107
8.2. JENIS DUMP
I - 108
c. Volume waste rock sebagai fungsi waktu dan sumber.
d. Batas KP/CoW.
e. Jalur penirisan yang ada.
f. Persyaratan reklamasi.
g. Kondisi pondasi.
h. Peralatan penanganan material.
1) Angle of Repose
a. Batuan kering run of mine umumnya mempunyai angle of repose antara
34–37 derajat.
b. Sudut ini dipengaruhi oleh tinggi dump, ketidakteraturan bongkah
batuan, kecepatan dumping.
c. Dapat dibuat pengukuran pada suatu lereng (bongkah-bongkah
alami/talus) yang ada di daerah tersebut.
I - 109
adalah 2H:1V (27 derajat) sampai 2.5H:1V (22 derajat) untuk
memudahkan reklamasi.
4) Jarak Dari Pit Limit
a. Jarak minimum adalah ruangan yang cukup untuk suatu jalan
antara pit limit dan kaki dump (dump toe). Kestabilan pit akibat
dump harus diperhitungkan.
b. Jarak yang sama atau lebih besar dari kedalaman pit akan
mengurangi resiko yang berhubungan dengan kestabilan lereng
pit.
1) Penampang Horizontal
a. Ukur luas daerah pada kaki (toe) dan puncak (crest) dari setiap lift.
Rata-ratanya adalah luas lift.
b. Tinggi lift memberikan dimensi ke tiga dan volume untuk lift.
c. Jumlahkan volume untuk tiap lift untuk memperoleh volume total
dump.
2) Penampang Vertikal
a. Buat beberapa penampang melintang dengan jarak yang sama melalui
dump.
b. Ukur luas pada tiap penampang.
c. Luas ini dianggap sama sehingga separuh jalan ke penampang
I - 110
berikutnya pada kedua sisi untuk memperoleh dimensi ke tiga dan
volume untuk setiap penampang.
d. Jumlahkan volume tiap-tiap penampang untuk memperoleh
volume total dump.
8.6. REKLAMASI
1) Biasanya satu track dozer ditugasi pada waste dump yang aktif.
a. Menjaga dump tetap bersih dan memelihara kemiringan.
b. Sering truk menimbun dekat dengan crest dan dozer mendorong
material melalui crest.
c. Membebaskan truk dan peralatan lain yang terperangkap.
2) Dump yang besar memerlukan perhitungan rekayasa geoteknik yang
I - 111
cukup.
a. Penentuan kestabilan pondasi.
b. Kecepatan maksimum dari kemajuan dump.
c. Pengaruh air. Bagaimana membuang material ke jalur penirisan.
d. Masalah gempa bumi pada daerah seismik yang aktif.
3) Jika rencana tambang mengijinkan, penimbunan kembali ke daerah
yang sudah habis ditambang banyak memberi keuntungan (dilakukan
misalnya di Gn. Muro).
a. Umumnya pengangkutan jarak pendek.
b. Mengurangi dampak visual dari aktivitas tambang.
4) Menjadwalkan penempatan material pada dump sesuai penjadwalan
produksi umum dilakukan.
BAB IX
I - 112
EVALUASI FINANSIAL
9.1. PENDAHULUAN
1) Tujuan dari suatu usaha bisnis dalam ekonomi pasar bebas adalah
memberikan pengembalian finansial (financial return) kepada para
pemilk usaha, konsisten dengan tujuan dari perusahaan. Perusahaan
itu sendiri bisa berupa perusahaan publik atau milik individu.
2) Tujuan evaluasi finansial adalah untuk menentukan apakah
pengembalian finansial yang cukup dapat diperoleh dari suatu proyek.
Salah satu hal yang mungkin dapat diperoleh dari suatu proyek. Salah
satu hal yang mungkin ingin dievaluasi adalah bagaimana sebaiknya
mengalokasikan dana perusahaan di beberapa proyek yang saling
bersaing untuk mendapatkan dana.
3) Aspek-aspek evaluasi finansial spesifik untuk pertambangan :
a. Intensitas kapital
b. Masa pra-produksi yang panjang
c. Resiko besar
4) Sumberdaya tak terbarukan–penghasilan diperoleh dengan mengambil/
menjual aset (cadangan).
1) Dalam ekonomi pasar bebas, nilai waktu dari uang terletak di jantung
dari semua transaksi financial.
2) Bunga (interest) adalah sewa yang dibayar untuk pemakaian uang.
a. FV = PV (1+i)n PV = Present Value
b. PV = FV / (1+i)n FV = Future Value
I - 113
1) Walaupun telah ada kesepakatan tentang perlunya konsep nilai waktu
dari uang, pemilihan atau penentuan tingkat bunga yang pantas sering
menjadi bahan diskusi dan perdebatan.
2) Komponen utama dari Discount Rate
a. Base Opportunity Cost
b. Transaction Cost
c. Increment resiko – berbagai tingkat
i. Penggantian peralatan di tambang yang sedang beroperasi
ii. Program ekspansi di tambang yang sedang beroperasi
iii. Pengembangan tambang baru, komoditas sama, di negara
yang sama
iv. Pengembangan tambang baru, komoditas lain dan/atau di
negara lain.
d. Increment Inflasi
Jika digunakan evaluasi constant dollar, komponen inflasi harus
dikeluarkan dari discount rate.
I - 114
ii. Pajak masih terlalu kecil dari yang seharusnya.
1) Payback Period
2) Net Present Value
3) Internal Rate of Return
I - 115
Berikut ini adalah contoh perhitungan evaluasi finansial dari suatu tambang.
Contoh Soal :
Suatu konsultan tambang diminta untuk mengkaji kelayakan suatu
endapan porfiri gold-copper. Berdasarkan hasil studi kelayakan awal ( pre-
feasibility study) telah diperoleh data-data sebagai berikut :
A. Data produksi
Catatan: Pada tahun ke-0 hanya memproduksi waste sebesar 15.000 Ktons
B. Data Pengolahan
C. Data Ekonomi
I - 116
- Milling cost : US$ 1.8 per tonne
- General & Administration cost : US$ 0.5 per tonne
- Copper price : US$ 1.0 per pound
- Gold price : US$ 400 per troy ounce
- Smelter payable of copper : 96%
- Smelter payable of gold : 98%
- SRF per pound payable copper : US$ 0.345
- Plant and infrastructure capital : US$ 20.000.000
- Akusisi lahan : US$ 10.000.000
- Discount rate : 15%
- Present value factor : 1/(1+i)n
- Ekskalasi biaya : 1%
- Ekskalasi pendapatan : 1%
- Pajak perusahaan : 20%
- Royalti : 2% dari revenue
Tugas kita sebagai mining engineer yang bekerja pada konsultan tersebut
adalah menghitung kelayakan penambangan dengan menyusun langkah
perhitungan sebagai berikut :
1) Menghitung (untuk tahun 1) :
a. Break Even Cut off Grade for Copper
b. Internal Cut off Grade for Copper
c. Copper Equivalent
Jawaban :
Tabel 9.1. Data Ekonomik Awal Untuk Cebakan Bijih (dalam US$ )
I - 117
Milling cost per tonne Ore US$ 1.8
General & Administration cost per tonne ore US$ 0.5
Mill recovery of gold 80%
Mill recovery of copper 92%
SRF per pound payable copper US$ 0.345
Smelter payable (Recovery) of copper 96%
Smelter payable (Recovery) of gold 98%
Copper price per pound US$ 1.0
Gold price per troy ounce (per gram) US$ 400 ($12.86)
Breakeven Cut off Grade for copper ?
Internal Cut off Grade for Copper ?
Copper Equivalent ?
Perhitungan :
a. BECOG
Penghasilan = Biaya
Price x Gradex Mill Rec x Smelter Rec x 20 = Cost (Mine+Mill+G&A) + SRF
x Grade x Mill Rec x Smelter Rec x 20
(Price-SRF) x Grade x Mill Rec x Smel. Rec x 20 = Cost (mine + Mill + G&A)
Cost Cost (mine + Mill + G&A)
BECOG =
(Price-SRF) x Mill Rec x Smelter Rec x 20
($0.55 + $1.80 + $0.50)
=
($1.00 -$0.345) x 0.92 x 0.96 x 20
= 0.246 %
Catatan :
Angka 20 adalah faktor konversi dari % ke pound (dengan satuan pound %)
b. ICOG
Rumusnya sama dengan BECOG namun ongkos penambangannya tidak ikut
diperhitungkan.
Cost (Mill + G&A)
ICOG =
(Price-SRF) x Mill Rec x Smelter Rec x 20
( $1.80 + $0.50)
=
($1.00 -$0.345) x 0.92 x 0.96 x 20
= 0.20 %
I - 118
c. Copper Equivalent
Copper Gold
Price $ 1.00/lb $ 12.86/gr
Mill Rec 98% 80%
Smelter Rec 96% 98%
SRF $0.345 -
1) Hitung nilai NSR (Net Smelter Return) dari 1 ton bijih dengan kadar 1%
Cu.
($1.00/lb - $0.345/lb) x (1%) x 0.92 x 0.96 x 20 lb/% = $ 11.57
2) Hitung nilai NSR (Net Smelter Return) dari 1 ton bijih dengan kadar
1 gr/ton Au.
($ 12.86/gr) x 1 gr x (0.80) x (0.98) = $ 10.08
Faktor Eq =
Faktor Eq = = 0.871
Year 0 1 2 3 4 5
Factor 1.000 0.870 0.756 0.658 0.572 0.497
Year 0 1 2 3 4 5
Waste : ore 5.5 5.5 5.5 4 3
I - 119
Tabel 9.3. Hasil Perhitungan NPV
Year
Economic Parameter Total
PP 1 2 3 4 5
PEKERJAAN RUMAH 9
Proyek 1
I - 120
bijih (oz/t) waste
PP 0 0,000 0 11.000 11.000
1 2.700 0,072 199.400 14.300 17.000
2 2.700 0,074 199.800 14.300 17.000
3 2.700 0,068 183.600 14.300 17.000
4 2.700 0,060 162.000 13.683 16.383
5 2.700 0,063 170.100 4.011 6.711
6 1.531 0,059 90.300 2.098 3.629
TOTAL 15.031 0,067 1.005.200 73.692 88.723
Parameter Ekonomi
Biaya penambangan per total ton $ 0,85
Biaya pengolahan per ton bijih $ 3,10
Biaya umum & administrasi per tahun $ 1.377
(termasuk PP) ($x1000)
Perolehan pengolahan 80 %
Harga emas per troy oz $ 400
Modal pabrik dan infrastruktur $ 30.000
($x1000)
Tingkat suku bunga 15 %
Buat asumsi yang layak untuk modal awal tambang. Modal penggantian
pealatan tidak diperhitungkan.
I - 121
NPV pada
15%
BAB XI
1) Tenaga Kerja
I - 122
11.2. ONGKOS OPERASI BIASA DINYATAKAN UNTUK TIAP UNIT
OPERASI
1) Pemboran
a. Ongkos suku cadang dan bahan habis yang terkait dengan operasi dan
perawatan alat bor lubang tembak. Meliputi ongkos mata bor, batang bor
dan aksesori lainnya.
b. Ongkos tenaga kerja (operator alat bor dan asistennya serta sebagian dari
personel perawatan alat).
2) Peledakan
a. Ongkos suku cadang dan bahan habis yang terkait dengan operasi
peledakan.
b. Ongkos tenaga kerja (juru ledak dan asistennya).
3) Pemuatan
a. Ongkos suku cadang dan bahan habis yang terkait dengan operasi dan
perawatan alat muat (shovel, loader).
b. Ongkos tenaga kerja (operator shovel, loader dan sebagian dari personel
perawatan alat).
4) Pengangkutan
a. Ongkos suku cadang dan bahan habis yang terkait dengan operasi dan
perawatan alat angkut (truk).
b. Ongkos tenaga kerja (operator truk dan sebagian dari personel perawatan
alat).
I - 123
peledak, alat gali kecil, dll juga suplai untuk bagian engineering dan
operasi). Sebagai patokan (rule of thumb) dapat digunakan angka US$ 0.
01 per total ton.
b. Ongkos tenaga kerja personel tambang yang terkait (juru pompa, kru
servis dan tenaga kerja umum).
7) Perawatan Umum
a. Ongkos suku cadang dan bahan habis yang terkait dengan pemeliharaan
alat pendukung perawatan tambang (truk bahan bakar, truk pelumas,
crane, dll juga suplai untuk bagian perawatan, bengkel dan gudang).
Sebagai patokan (rule of thumb) dapat digunakan angka US$ 0. 01 per
total ton.
b. Ongkos tenaga kerja personel perawatan seperti teknisi ban, kru bahan
bakar/pelumas dan tenaga kerja umum.
c. Termasuk pula biaya servis oleh kontraktor atau agen. Dapat diperkirakan
sebagai persentase dari ongkos tenaga kerja perawatan total.
I - 124
2) Harga diesel (untuk bahan bakar dan campuran bahan peledak ANFO) hingga
ke tambang.
3) Biaya listrik (untuk peralatan shovel dan bor listrik).
4) Harga bahan peledak sampai ke tambang.
5) Jumlah gilir yang dijadwalkan untuk tiap jenis alat (dari Perhitungan
Kebutuhan Peralatan Tambang).
Berdasarkan pada biaya operasi per jam dan jumlah aktual jam pemakaian alat per
gilir.
Ongkos bahan peledak dan aksesorinya yang dibutuhkan untuk suatu pola
peledakan tipikal, dibagi dengan jumlah ton batuan yang dihasilkan.
I - 125
BAB XII
PERENCANAAN TAMBANG BATUBARA
I - 126
cadangan yang dibuat adalah pendekatan dari keadaan cadangan nyata
berdasarkan data/informasi yang tersedia dan masih mengandung
ketidakpastian.
I - 127
dapat diuji ulang atau diverifikasi.
I - 128
penampang yang sederhana.
1) Menurut G. Popov :
Metode Analitik
a. Metode triangle (segitiga)
b. Metode poligon
1) Penyebaran lubang bor tidak teratur
2) Penyebaran lubang bor teratur
i. Jaringan kerja bujur sangkar
ii. Grid papan catur
I - 129
Irregular
a. Area of influence
b. Triangle grouping
c. Cross-section
keterangan :
V = Volume daerah yang ditaksir (m3)
L = Jarak antar Penampang (m)
S = Luas daerah penampang batubara pertama dan kedua (ton/m3)
Selain menggunakan rumus mean area, perhitungan ini juga dapat dilakukan
menggunakan rumus kerucut terpancung, rumus prismoida dan rumus
obelisk.
I - 130
2) Metode Penampang Horizontal
3) Metode Triangular
Metode triangular adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menghitung cadangan batubara. Di dalam metode triangular, masing-masing
titik batas material pada lubang bor dijadikan ujung sebuah segitiga sehingga
akan dihasilkan suatu permukaan yang terdiri dari gabungan segitiga-segitiga
dan dihasilkan seam berupa prisma-prisma segitiga yang teridiri dari dua
buah segitiga yang sejajar dengan jarak vertikal sebesar ketebalan lapisan.
Jika prisma segitiga yang terbentuk memiliki ketebalan yang tetap, maka
volumenya akan sama dengan luas daerah dikalikan dengan ketebalan, dan
untuk memperoleh tonnase, maka dikenakanlah faktor tonase yang sesuai.
4) Metode Poligon
Kadar pada suatu luasan di dalam poligon ditaksir dengan nilai conto yang
berada ditengah-tengah poligon sehingga metode ini sering disebut metode
poligon daerah pengaruh (area of influence). Daerah pengaruh dibuat dengan
membagi dua jarak antara dua titik sampel dengan satu garis sumbu. Poligon
dibangun dari titik-titik pada garis hubung dengan jarak batas terhadap pusat
poligon yang selalu sama dengan jarak batas pusat poligon disebelahnya. Di
dalam poligon, kadar diasumsikan konstan dan sama dengan kadar pada
lubang bor di dalamnya. Dalam kerangka model blok, dikenal jenis penaksiran
poligon dengan jarak titik terdekat (rule of nearest point), yaitu nilai hasil
I - 131
penaksiran hanya dipengaruhi oleh nilai sampel yang terdekat.
Keterangan :
A = rata-rata ketebalan seam (m)
B = berat batubara per unit volume yang sesuai (ton/m 3)
C = luas daerah dasar batubara (m2)
I - 132
dimensi vertikalnya tidak dikaitkan dengan tinggi jenjang tertentu, melainkan
dengan unit stratigrafi dari cebakan yang bersangkutan. Permodelan
dilakukan dalam bentuk puncak, dasar, dan ketebalan dari unit stratigrafi.
Kadar dari berbagai bahan galian atau variabel dimodelkan untuk setiap
lapisan.
I - 133
tersebut.
● Oleh karena itu daerah yang mempunyai nisbah kupas > 12 : 1
dianggap tidak ekonomis untuk ditambang saat ini. Lapisan penutup di
atas lapisan batubara maupun antara lapisan batubara pada umumnya
terdiri dari siltstone, mudstone kadang-kadang dengan sisipan shally
coal dan sandstone.
● Kemiringan lapisan batubara berkisar antar 8 – 35 derajat.
I - 134
Kegiatan-kegiatan dalam tambang batubara terbuka meliputi :
● Persiapan daerah penambangan
● Pemboran dan peledakan atau penggaruan
● Pengupasan dan pembuangan tanah penutup
● Pemuatan dan pembuangan tanah penutup
● Reklamasi
● Teknik penambangan pada umumnya sangat dipengaruhi oleh kondisi
geologi dan topografi daerah yang akan ditambang.
Contoh jenis peralatan tambang dan peralatan bantu utama yang akan
digunakan dalam sistem penambangan seperti yang telah diuraikan di atas
adalah seperti yang terlihat pada Tabel 12.1.
Aktivitas Peralatan/Bahan
Pembongkaran, penggaruan, dan Buldoser dengan single shank (giant)
penggusuran ripper dan double shank ripper
Pemboran dan peledakan - Alat bor : CRD dan Kompresor
- Bahan peledak : ANFO (bahan peledak
utama) dan Power Gel (primer)
- Alat bantu peledakan : NONEL, sumbu
ledak, sumbu api, plain detonator.
Penggalian dan pemuatan Shovel dan backhoe
Pengangkutan Truk jungkit
I - 135
12.3.3. Cadangan Tertambang
I - 136
● Faktor geoteknik
● Faktor hidrologi dan hidrogeologi
● Data dan asumsi yang digunakan dalam perhitungan :
− Waktu kerja
− Sifat fisik material
− Efisiensi kerja peralatan
Penentuan batas lereng akhir tambang juga mengacu pada nisbah kupas
dan dimensi maksimum lereng yang aman berdasarkan rekomendasi
Kajian Geoteknik. Rencana produksi akan menentukan batas pit yang akan
ditambang setiap tahun dengan nisbah kupas tertentu.
I - 137
Batas penambangan tiap semester/tahun baik ke arah lateral (luas bukaan
tambang) maupun vertikal (posisi lantai tambang) diwujudkan dalam peta
kemajuan tambang tiap tahun.
4) Kegiatan Penambangan
5) Pembersihan lahan
Untuk menyediakan tempat kerja bagi alat gali-muat dan alat angkut perlu
I - 138
dilakukan pembersihan lahan. Pembersihan lahan ini dilakukan terhadap
vegetasi/pohon-pohon yang terdapat di sekitar daerah operasi
penambangan dengan menggunakan buldoser.
Tanah pucuk akan dikupas dan dimuat ke dalam truk jungkit dengan
menggunakan alat muat kemudian diangkut ke lokasi penimbunan dan
langsung disebar di atas timbunan lapisan penutup, kecuali pada awal
penambangan karena belum ada timbunan lapisan penutup maka tanah
pucuk akan ditumpuk di dekat lokasi outside dump sebelum disebar di atas
timbunan lapisan penutup.
I - 139
● Pemuatan
Pemuatan lapisan penutup ke dalam alat angkut baik dari hasil
penggaruan maupun hasil peledakan adalah menggunakan alat muat.
● Pengangkutan
Pengangkutan lapisan penutup ke lokasi penimbunan adalah
menggunakan truk jungkit.
I - 140
Cara seperti ini selain mengurangi biaya produksi (karena jarak angkut
lapisan penutup berkurang) juga mengurangi kerusakan lingkungan akibat
bekas penambangan. Dengan backfilling lubang-lubang bekas tambang
diisi kembali sehingga persiapan pelaksanaan reklamasi dapat segera
berjalan.
Untuk keperluan penimbunan di luar pit ini telah dipilih lokasi timbunan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi penimbunan tanah
adalah sebagai berikut :
● jarak yang tidak terlalu jauh dari permuka kerja tambang
● tidak ada cadangan batubara di bawah lokasi yang dipilih
● tidak mengganggu daerah yang akan ditambang
● topografi permukaan berupa lembah.
I - 141
dirancang khusus untuk industri pertambangan. Minescape yang berintikan
sistem grafik CAD 3D dengan produk-produk aplikasinya memungkinkan
penggunanya secara interaktif membuat dan mengolah model-model
geologi tiga dimensi serta desain tambang dalam Platform Silicon Graphics
dan Sun UNIX. Aplikasi Minescape merupakan inti dari sistem Minescape
meliputi sistem dasar dari program, bahasa pemrograman, struktur data,
library, alat-alat dan modul-modul yang merupakan bagian perangkat
lunak Minescape.
● Page
Page (halaman layar) merupakan gabungan jendela yang menjalankan
fungsi-fungsi khusus dan ditampilkan di dalam GTI Window. Secara
umum Page ada dua macam, yaitu monitor page yang menyediakan
layanan pemantauan dan kontrol terhadap modul-modul yang
dijalankan dan minescape page yang menyediakan fungsi-fungsi
Minescape.
● CAD Window
CAD Window menampilkan grafis 3D CAD dari Minescape ( Computer
Aided Design).
● Form
Format merupakan window tersendiri yang menampilkan parameter
dan data yang relevan untuk mengoperasikan Minescape secara
khusus serta memungkinkan anda untuk melihat, memanipulasi
parameter secara interaktif dan menyerahkan modul-modul tersebut
I - 142
untuk dijalankan.
I - 143