Anda di halaman 1dari 143

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. SASARAN KULIAH

1) Mahasiswa diharapkan dapat merangkum dan mensintesiskan


pengetahuan kerekayasaan dan keekonomian yang telah diperoleh
ke dalam suatu perancangan (penentuan pit limit) dan perencanaan
(pentahapan) serta evaluasi suatu tambang terbuka yang modern.

2) Mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang :


a. Falsafah perencanaan
b. Pengertian cut off grade, stripping ratio dan kadar ekivalen
c. Penaksiran cadangan bijih
d. Perancangan batas penambangan (final/ultimate pit limit)
e. Pentahapan tambang (mine phases/pushbacks)
f. Penjadwalan produksi tambang (mine production schedule)
g. Perancangan tempat penimbunan (waste dump design)
h. Perhitungan kebutuhan alat dan tenaga kerja
i. Perhitungan capital and operating costs
j. Evaluasi finansial

1.2. PENGERTIAN PERENCANAAN

1.2.1. Definisi Perencanaan

Banyak sekali definisi yang dicetuskan mengenai perencanaan ditinjau dari


berbagai sudut pandangan dan tujuan. Salah satu di antaranya adalah
sebagai berikut.

Perencanaan adalah penentuan persyaratan teknik pencapaian sasaran


kegiatan serta urutan teknis pelaksanaan dalam berbagai macam anak

I-1
kegiatan yang harus dilaksanakan untuk pencapaian tujuan dan sasaran
kegiatan.

Perencanaan adalah salah satu tahapan kegiatan dalam proses


manajemen seperti terlihat pada Gambar 1.1.

Perencanaan tambang :
● Bagaimana kita bisa membuat rancangan tambang (mencapai ultimate
pit limit) dalam jangka waktu tertentu secara aman dan
menguntungkan.
● Bagaimana menentukan tahapan penambangan.

Perencanaan berhubungan dengan waktu.

Perancangan tambang :
● Istilah perancangan tambang biasanya dimaksudkan sebagai bagian
dari proses perencanaan tambang yang berkaitan dengan masalah-
masalah geometrik. Di dalamnya termasuk perancangan batas akhir
penambangan, tahapan (pushback), urutan penambangan tahunan/
bulanan, penjadwalan produksi dan waste dump.
● Bagaimana menentukan ultimate pit limit.

Perancangan tidak berhubungan dengan waktu.

Aspek perencanaan tambang yang tidak berkaitan dengan masalah


geometri meliputi perhitungan kebutuhan alat dan tenaga kerja, perkiraan
biaya kapital dan biaya operasi.

Pada Gambar 1.2 ditunjukkan posisi perencanaan dalam suatu siklus dan
pada Gambar 1.3 adalah tahapan kegiatan pada industri pertambangan.

I-2
Gambar 1.1. Perencanaan Sebagai Salah Satu Tahapan Kegiatan
Dalam Proses Manajemen

Gambar 1.2. Mineral Supply Process (McKenzie, 1980)

I-3
1.2.2. Arti Perencanaan

Perencanaan dapat diartikan sebagai kegiatan berikut.


1) Penentuan tujuan dan sasaran kegiatan yang ingin dicapai.
2) Proses persiapan secara sistematik mengenai kegiatan yang akan
dilakukan.
3) Cara mencapai tujuan dan sasaran dengan menggunakan sumber dan
kemampuan yang tersedia secara berdaya guna dan berdaya hasil.
4) Pembahasan dari persoalan, kemungkinan dan kesempatan yang
dapat terjadi yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan.
5) Penentuan dari tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan
berdasarkan analisa tujuan dan kesempatan.

• Peta topografi Prospeksi • Peta temuan


• Geologi • Percontoh batuan
• Mineralogi
• Geofisika
• Geokimia

• Pemboran inti •
Jumlah & sifat cadangan
• Sumur uji (tes pit) Eksplorasi • Kadar endapan
• Terowongan buntu (adit)
• Sifat fisik, kimia,
mekanik
• Stratigrafi & litologi

• Penentuan sasaran • Layak/tidak layak


(target) produksi ditambang ?
• Pemilihan metoda Studi Kelayakan • Kerusakan lingkungan
penambangan dapat ditangani
• Pemilihan peralatan : Dokumen Amdal, RKL,
macam dan ukurannya RPL

I-4
• Evaluasi teknis & ekonomis

Layak Tambang Tidak Layak Tambang


(mineable) (unmineable)

Masuk Arsip

• Ada agunan • Jual saham


• Jaminan Mencari Dana • Pinjaman bank
kepercayaan • Uang sendiri

• Penentuan sasaran produksi


• Pemilihan metoda penambangan
& batas penambangan Rekacipta Tambang
• Penentuan macam & ukuran
peralatan • Peta rancangan
• Analisis kemantapan lereng kemajuan
• Tata letak sarana &
prasarana tambang

• Pengupasan tanah penutup • Medan kerja awal


• Pembangunan sarana Persiapan • Sumuran dalam
prasarana tambang Penambangan • Terowongan buntu

• Geologi & pemercontohan Penambangan • Produksi bijih


• Pemetaan kemajuan tambang • Re-vegetasi
• Pemberaian, pemuatan &
penangkutan
• Energi, bahan kerja, suku cadang
• Pengelolaan & pemantauan

I-5
lingkungan

• Pengecilan ukuran & Pengolahan • Konsentrat


klasifikasi Bahan Galian
• Pencucian & konsentrasi
• Pengelolaan & pemantauan
lingkungan

• Proses ekstraktif metalurgi Metalurgi • Paduan logam


• Pemurnian logam • Logam murni
• Pengelolaan & pemantauan
lingkungan

• Pengangkutan
• Promosi Pemasaran
• Penelitian & pengembangan
produksi

Gambar 1.3. Tahap Kegiatan Pada Industri Pertambangan

1.2.3. Fungsi Perencanaan

Fungsi perencanaan tergantung dari jenis perencanaan yang digunakan


dalam sasaran yang dituju, tetapi secara umum fungsi perencanaan dapat
dikatakan antara lain sebagai berikut.
1) Pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan
dalam pencapaian tujuan.
2) Perkiraan terhadap masalah pelaksanaan, kemampuan, harapan,
hambatan dan kegagalannya mungkin terjadi.
3) Usaha untuk mengurangi ketidakpastian.
4) Kesempatan untuk memilih kemungkinan terbaik.
5) Penyusunan urutan kepentingan tujuan.
6) Alat pengukur atau dasar ukuran dalam pengawasan dan penilaian.

I-6
7) Cara dan penggunaan dan penempatan sumber daya secara berdaya
guna dan berdaya hasil.

1.2.4. Tujuan Perencanaan Tambang

Tujuan dari pekerjaan perencanaan tambang adalah membuat suatu


rencana produksi tambang untuk sebuah cebakan bijih yang akan :
1) Menghasilkan tonase bijih pada tingkat produksi yang telah
ditentukan dengan biaya yang semurah mungkin.
2) Menghasilkan aliran kas ( cash flow) yang akan memaksimalkan
beberapa kriteria ekonomik seperti rate of return atau net present
value.

1.2.5. Masalah Perencanaan Tambang

Masalah perencanaan tambang merupakan masalah yang kompleks


karena merupakan problem geometrik tiga dimensi yang selalu berubah
dengan waktu. Geometri tambang bukan satu-satunya parameter yang
berubah dengan waktu. Parameter-perameter ekonomi penting yang lain
pun sering merupakan fungsi waktu pula.

Berikut ini adalah parameter-parameter yang digunakan didalam


perancangan tambang terbuka.

I-7
Gambar 1.4. Open Pit Design Parameter (D.J. Charbonneau, 1991)

1.2.6. Biaya Perencanaan

Biaya perencanaan (Lee, 1984) bervariasi bergantung kepada ukuran dan


faktor alamiah proyek, tipe dari studi yang dilakukan, jumlah alternatif
yang harus diteliti dan sejumlah faktor lain.

Atau bisa dinyatakan dalam persamaan berikut.

Biaya = f (ukuran dan sifat dari proyek, jenis studi,


jumlah alternatif yang diinvestigasi, dll)

Dalam rangka menghitung biaya atau bagian teknik dari studi tidak
termasuk seperti ongkos pemilikan, ongkos pengeboran eksplorasi, uji

I-8
metalurgi, lingkungan dan studi hukum, atau studi pendukung lainnya,
biasanya dinyatakan sebagai persentase dari biaya modal dari proyek :

Studi konseptual = 0,1–0,3 % dari biaya total


Studi pra kelayakan = 0,2–0,8 % dari biaya total
Studi kelayakan = 0,5–1,5 % dari biaya total

Gambar 1.5 memperlihatkan beberapa tahapan untuk melakukan suatu


kegiatan tambang yang berhubungan dengan pengaruh biaya yang harus
dikeluarkan.

Gambar 1.5. Pengaruh Tahapan Perencanaan Terhadap Biaya


(Lee, 1984)

1.2.7. Akurasi Dari Estimasi

I-9
1) Tonase dari kadar

Pada tahap studi kelayakan, karena pengambilan sampel yang banyak dan
pemeriksaan yang berulang, kadar rata-rata dari penambangan dari
beberapa tonase yang diumumkan, disukai karena diketahui memiliki limit
yang dapat diterima, katakanlah 5%, dan diturunkan dari metoda statistik
yang standar. Walaupun tonase yang pasti dari bijih mungkin untuk
tambang terbuka diketahui jika pemboran eksplorasi dari permukaan,
dalam kenyataannya tonase ultimate dari banyak endapan bervariasi
karena ia tergantung pada biaya harga dihubungkan dengan panjang
waktu proyek.

Dua standar yang penting yang dapat didefinisikan untuk sebagian


tambang terbuka adalah :
a. Cadangan minimum bijih harus sebanding untuk keperluan yang
dibutuhkan untuk seluruh tahun cash flow yang diproyeksikan dalam
laporan studi kelayakan haruslah diketahui dengan akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Sebuah tonase ultimate yang potensial, diproyeksikan berlanjut dan
optimistik, seharusnya dikalkulasikan dengan baik untuk
mendefinisikan area tambahan yang berpengaruh untuk
penambangan dan dimana dumping area serta bangunan pabrik
harus diletakkan.

2) Unjuk kerja

Unit-unit dari penambangan open pit sudah memiliki rate unjuk kerja yang
stabil dan biasanya dicapai jika bekerja dalam organisasi yang baik dan
pengorganisasian alat (misal Shovel dan Truck) secara tepat. Unjuk kerja
akan terganggu jika pekerjaan tambahan (pengupasan tanah penutup
dalam sebuah pit) tidak mencukupi. Pemeliharaan harus dilakukan dan
pekerjaan ini harus dijadwalkan secara baik dan disediakan dalam laporan

I - 10
studi kelayakan.

3) Biaya

Beberapa mata biaya, terutama ongkos operasi dilapangan, hanya


berbeda sedikit dari setiap tambang dan dapat diketahui secara detail.
Beberapa mungkin unik atau sukar untuk diperkirakan. Umumnya akurasi
dalam modal atau operasi estimasi biaya operasi kembali pada akurasi
dalam kuantitas, kuota yang ada atau unit harga, kecukupan ketentuan
untuk ongkos tidak langsung dan overhead. Tendensi terakhir
menunjukkan adanya batas yang meningkat.

Akurasi dari modal dan estimasi dari biaya operasi meningkat ketika
proyek meningkat dari studi konseptual ke pra kelayakan dan tahap studi
kelayakan. Normalnya range yang bisa diterima untuk akurasi diberikan
sebagai berikut.
● Faktor kesalahan dari studi konseptual + 30% dari biaya total
● Faktor kesalahan dari pra studi kelayakan + 20% dari biaya total
● Faktor kesalahan dari studi kelayakan + 10% dari biaya total

4) Harga dan perolehan

Pendapatan selama umur tambang adalah kategori utama dari uang. Itu
harus membayar seluruhnya, termasuk pembayaran kembali dari investasi
awal dari uang, karena pendapatan adalah dasar yang terbesar dalam
mengukur faktor ekonomi tambang sehingga lebih sensitif mengubah
penerimaan daripada mengubah faktor-faktor lain dari jenis-jenis
pengeluaran.

Penerimaan ditentukan oleh kadar, recovery, dan harga dari produk metal.
Oleh karenanya, harga adalah : (a) sejauh ini sangat sulit untuk diestimasi
dan (b) suatu jumlah yang besar diluar dari kontrol estimator. Walaupun

I - 11
mengabaikan inflasi, harga pembelian secara lebar bervariasi terhadap
waktu. Kecuali komoditi yang bisa dikontrol dengan tepat, mereka
mengarah untuk mengikuti bentuk siklus.

Departemen pemasaran harus menginformasikan hubungan suplai dan


permintaan dan pergerakan harga metal. Mereka dapat juga menyediakan
harga rata-rata metal di luar negeri dalam harga dolar sekarang, baik
kemungkinan naupun konservatif. Harga terakhir berkisar 80% dari
kemungkinan atau lebih. Idealnya, walaupun pada harga konservatif,
harus tetap menguntungkan.

1.3. CHECKLIST DATA AWAL YANG HARUS DIKUMPULKAN

Pada awal tahap perencanaan untuk setiap proyek (tambang) yang baru,
terdapat banyak faktor dari berbagai jenis yang harus dipertimbangkan.
Beberapa faktor tersebut dapat dengan mudah diperoleh, sedangkan
beberapa faktor lain diperoleh dengan suatu keharusan melakukan studi
yang mendalam (misalnya geometri pit).

Untuk menghindari ketidaklengkapan data, maka sebaiknya dibuat suatu


checklist (Rebel, 1975, “Field Work Program Checklist for New Properties”).

Checklist Item

1. Topografi
a. USGS maps → 1 : 500, 1 : 1000
b. Special Aerial or land survey establish control stations

2. Kodisi iklim (climate condition)


a. Ketinggian
b. Temperatur → rata-rata bulanan sudah cukup
c. Presipitasi (untuk penirisan)
● rata-rata presipitasi tahunan
● rata-rata curah hujan bulanan

I - 12
● rata-rata run-off (keadaan normal dan flood/banjir)
d. Angin, maks, tercatat dalam arah
e. Kelembaban
f. Delay
g. Awan, fog

3. Air
a. Sumber : mata air, sungai, danau, bor.
b. Ketersediaan : hukum, kepemilikan, biaya.
c. Kuantitas : ketersediaan perbulan, kesempatan aliran, kemung-
kinan lokasi bendungan.
d. Kualitas : sampel, perubahan-perubahan kualitas, efek kontaminasi.
e. Sewage Disposal Methode.

4. Struktur geologi
a. Dalam daerah tambang
b. Di sekeliling daerah tambang
c. Kemungkinan gempa bumi
d. Akibat pada slope (maks. slope)
e. Estimasi dan kondisi fondasi

5. Air tambang
a. Kedalaman
b. Konduktivitas
c. Metode Penirisan

6. Permukaan
a. Vegetasi : tipe, metode pembabatan, biaya
b. Kondisi yang tidak biasa : danau, endapan deposit, pohon-pohon
besar

7. Tipe/jenis batuan (bijih, overburden)


a. Sampel untuk uji kemampuan dibor
b. Fragmentasi : hardness, derajat pelapukan, bidang-bidang

I - 13
diskontinu, kecocokan untuk jalan

8. Lokasi untuk konsentrator


a. Lokasi tambang, haul up hill, down hill
b. Preparasi lokasi (cut, fill)
c. Proses air : gravitasi, pompa
d. Tailing disposal
e. Fasilitas pemeliharaan

9. Tailing pond (daerah)


a. Lokasi pipa
b. Alamiah, bendungan, danau
c. Pond overflow

10. Jalan
a. Peta jalan
b. Informasi jalan-jalan yang ada :
▪ lebar, permukaan, batas maksimum beban
▪ batas maksimum load sesuai musim
▪ pemeliharaan
c. Jalan yang dibuat (harus) oleh perusahaan
▪ panjang
▪ profile
▪ cut and fill
▪ jembatan
▪ pengkondisian tanah
▪ dll.

11. Power
a. Ketersediaan (PLN) : kilovolt, jarak (terdekat), biaya
b. Kabel ke SIB
c. Lokasi sub station
d. Kemungkinan untuk power station sendiri

I - 14
12. Smelting
a. Ketersediaan pabrik
b. Metode pengapalan : jarak, alat angkut, awak reet, dll.
c. Biaya
d. Aspek terhadap lingkungan
e. Rel KA, dok.

13. Kepemilikan lahan


a. Kepemilikan : negara, pribadi
b. Tata guna lahan
c. Harga tanah
d. Jenis oplians : sewa, beli, dll.

14. Pemerintah
a. Suasana politik
b. Hukum, UU pertambangan
c. Keadaan lokal

15. Kondisi ekonomi


a. Industri utama yang ada, berpengaruh ke infrastruktur
b. Kesediaan tenaga kerja
c. Skala penggalian
d. Struktur pajak
e. Ketersediaan sarana, toko, rumah sakit, sekolah, rumah
f. Ketersediaan material, termasuk bensin, semen, gravel
g. Pembelian

16. Lokasi pembuangan (waste) : tambang, rumah sakit, perumahan


a. Jarak
b. Profil jalan
c. Kemungkinan proses lebih lajut
17. Aksesibilitas dari kota utama ke luar
a. Metode transportasi

I - 15
b. Realibilitas dan transportasi yang tersedia
c. Komunikasi

18. Metode mendapatkan informasi


a. Past records (pemerintah)
b. Memelihara alat-alat komunikasi
c. Mengumpulkan conto
d. Pengukuran dan pengamatan lokasi lapangan
e. Survey lapangan
f. Layout pabrik
g. Check untuk load informasi
h. Check hukum lokal
i. Personal inquiry dan observasi suasana politik dan
ekonomi
j. Peta-peta
k. Cost inquiries
l. Material
m. Membuat utility, avaliability, inquiries.

PEKERJAAN RUMAH 1

I - 16
Dalam perencanaan tambang, agar pekerjaan perencanaan dapat
lebih mudah dilakukan maka masalah tersebut dibagi menjadi tugas-tugas
seperti berikut.
● Penentuan Pit Limit
● Perancangan push back
● Penjadwalan Produksi
● Perencanaan Tambang berdasarkan urutan waktu
● Pemilihan alat
● Perhitungan Ongkos-ongkos Oprerasi dan Kapital.

Tugas anda adalah memberikan mata kuliah apa saja yang menunjang
tugas-tugas dalam penyelesaian tersebut, dan gambarkan diagramnya.

BAB II

I - 17
PENAKSIRAN CADANGAN BIJIH (REVIEW)

2.1. PENTINGNYA PENAKSIRAN CADANGAN

1) Memberikan taksiran dari kuantitas (ton) dari cadangan bijih.

2) Memberikan perkiraan bentuk 3-dimensi dari cadangan bijih serta


distribusi ruang (spatial) dari nilainya. Hal ini penting untuk
menentukan urutan/tahapan penambangan, yang pada gilirannya
akan mempengaruhi pemilihan peralatan dan NPV (Net Present
Value) dari tambang.

3) Jumlah cadangan menentukan umur tambang. Hal ini penting dalam


perancangan pabrik pengolahan dan kebutuhan infrastruktur lainnya.

4) Batas-batas kegiatan penambangan (pit limit) dibuat berdasarkan


taksiran cadangan. Faktor ini harus diperhatikan dalam menentukan
lokasi pembuangan tanah/batuan penutup dan tailing ( waste dump &
tailings impoundment), pabrik pengolahan bijih, bengkel dan fasilitas
lainnya.

Karena semua keputusan teknis di atas amat tergantung padanya,


penaksiran cadangan merupakan salah satu tugas terpenting dan berat
tanggung jawabnya dalam mengevaluasi suatu proyek pertambangan.

Harus pula diingat bahwa penaksiran cadangan menghasilkan suatu


taksiran. Model cadangan yang kita buat adalah pendekatan dari realitas,
berdasarkan data/informasi yang kita miliki, dan masih mengandung
ketidakpastian.

2.2. PERSYARATAN DARI PENAKSIRAN CADANGAN

I - 18
1) Suatu taksiran cadangan harus mencerminkan secara tepat kondisi
geologis dan karakter/sifat dari mineralisasi.

2) Selain itu iapun harus sesuai dengan tujuan dari evaluasi. Suatu model
cadangan bijih yang akan digunakan untuk perancangan tambang
harus konsisten dengan metoda penambangan dan teknik perencanaan
tambang yang akan diterapkan.

3) Taksiran yang baik harus berdasarkan pada data faktual yang


diolah/diperlakukan secara objektif. Keputusan apaka suatu data akan
dipakai/tidak dipakai harus diambil dengan tak semena-mena. Tidak
boleh ada pembobotan data secara sewenang-wenang, pembobotan
yang berbeda harus dengan dasar yang jelas.

4) Metoda penaksiran yang digunakan harus memberikan hasil yang


dapat dicek/diperiksa. Tahap pertama setelah penaksiran cadangan
diselesaikan adalah memeriksa taksiran kadar dari unit penambangan
(blok) dengan data (komposit atau assay bor) yang ada di sekitarnya.
Setelah penambangan dimulai, taksiran kadar dari model cadangan
kita harus cek ulang dengan kadar dan tonase hasil penambangan
yang sesungguhnya.

2.3. ASPEK LEGAL/HUKUM DARI PENAKSIRAN CADANGAN

Nilai suatu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan berkaitan


langsung dengan kuantitas dan kualitas cadangan mineral yang dimilikinya.
Untuk perusahaan-perusahaan tambang yang sahamnya dijual-belikan
kepada publik melalui pasar modal, badan pemerintah seperti SEC
(Securities and Exchange Commission ) di Amerika Serikat mementau dan
mengawsi cadangan mineral mereka.

1) Dokumen yang berisi pernyataan jumlah cadangan bijih (10k


document) harus diisi dan diperbaharui setiap tahun.
2) SEC juga memeriksa pernyataan mengenai jumlah cadangan yang

I - 19
dibuat dalam prospektus penawaran saham perusahaan.

Formulir S-18 dari SEC merupakan dokumen yang digunakan dalam


pendaftaran sekuritas. Butir 17A dari formulir ini layak diperhatikan,
karena menyangkut juga definisi yang dipakai SEC untuk menentukan
Proven and Probable Reserves (cadangan terbukti dan terkira sering pula
disebut Measured and Indicated Reserves)

1) Cadangan (reserve) :
Bagian dari cebakan mineral yang secara ekonomik dan secara
hukum dapat ditambang atau diproduksi pada waktu perhitungan
cadangan dilakukan.

2) Cadangan terbukti/terukur (proven/measured reserves) :


Suatu cadangan yang :
● kuantitas atau jumlahnya dihitung dari data singkapan, sumur-
sumur uji, galian atau lubang-lubang bor, kualitas atau kadarnya
dihitung dari hasil pengambilan percontoh secara detail, dan
● lokasi pengamatan, pengambilan percontoh dan pengukuran
cukup dekat satu sama lain dan sifat-sifat geologinya cukup
diketahui sehingga ukuran, bentuk, kedalaman, serta kadar
mineral dari cadangan dapat ditentukan dengan pasti.

3) Cadangan terkira (probable/indicated reserves)


Cadangan yang kuantitas dan kualitasnya dihitung dari data yang
serupa dengan data pada cadangan terbukti, tetapi yang lokasi
pengamatan, pengukuran dan pengambilan percontohnya berjarak
lebih jauh satu sama lain atau yang jaraknya masih kurang cukup
dekat. Tingkat keyakinan cadangan terkira ini, walaupun lebih rendah
daripada untuk cadangan terbukti, masih cukup tinggi untuk
menganggap adanya kesinambungan (kontinuitas) antara titik-titik
pengamatan.

4) Harap diperhatikan bahwa SEC hanya mengakui klasifikasi cadangan

I - 20
Terbukti/Proven dan Terkira/Probable. Klasifikasi yang lebih rendah
atau yang kurang pasti, seperti “Mungkin/Possible” tidak dianggap
sebagai cadangan dan tak boleh dimasukkan kedalam prospektus
yang ditawarkan.

5) Harap diperhatikan pula bahwa definisi di atas masih agak subyektif,

sehingga memberikan fleksibilitas yang cukup kepada para ahli

pertambangan/geologi dalam menafsirkannya.

6) Akhirnya, ada beberapa informasi tambahan yang perlu diperhatikan


dalam mengisi formulir S-18 dari SEC ini.

Dokumen-dokumen lain.
1) Revisi sistem Amerika Serikat yang diusulkan SME ( A Guide for
Reporting Exploration Information, Resources, and Reserves, Working
Party #79, Society of Mining, Metallurgy, and Exploration, Inc., 1991).
2) Kode Australasia (Australasia Code for Reporting of Identified Mineral
Resources and Ore Reserves, 1992).
3) Rekomendasi CIM (Recommendations on Reserve Definitions to the
Canadian Institute of Mining, Metallurgy and Petroleum , prepared by
the Mineral Economics Society of CIM, 1994).
4) Klasifikasi Cadangan/Sumberdaya Mineral oleh USBM/USGS
(Principles of a Resource/Reserve Classification for Minerals, US
Bureau of Mines and US Geological Survey, Circular 831, 1980).

2.4. MODEL KOMPUTER

1) Model Blok Teratur (Regular Block Model)


a) Cebakan bijih dan daerah sekitarnya dibagi menjadi unit-unit
yang lebih kecil atau blok-blok, yang memiliki ukuran (panjang,
lebar dan tinggi) tertentu. Tinggi blok biasanya disesuaikan
dengan tinggi jenjang penambangan.

I - 21
b) Tiap-tiap blok memiliki atribut-atribut seperti jenis batuan, jenis
alterasi, jenis mineralisasi, kadar (bisa lebih dari satu mineral),
kode topografi, dll.
c) Model blok teratur adalah model komputer yang paling umum
dipakai hingga saaat ini untuk tambang-tambang logam/bijih
berbatuan keras.

2) Gridded Seam Model


a) Untuk permodelan batubara dan cebakan-cebakan berlapis
lainnya.
b) Cebakan mineral dan daerah sekitarnya dibagi menjadi sel-sel
yang teratur, dengan lebar dan panjang tertentu.
c) Adapun dimensi vertikalnya tidak dikaitkan dengan tinggi jenjang
tertentu, melainkan dengan unit stratigrafi dari cebakan yang
bersangkutan; pemodelan dilakukan dalam bentuk puncak, dasar
dan ketebalan dari unit stratigrafi (lapisan batubara, dll). Kadar
dari berbagai mineral atau variabel dimodelkan untuk setiap
lapisan.

3) Model Blok Tak Teratur (Irregular Block Model)


a) Beberapa paket perangkat lunak memungkinkan struktur data
yang lebih canggih sehingga ukuran blok dalam model tak perlu
harus sama. Blok-blok berukuran amat besar dapat digunakan
dalam daerah-daerah tepi yang tidak termineralisasi, dimana
informasi detail tidak diperlukan. Sebaliknya, blok-blok berukuran
kecil dapat diterapkan didaerah mineralisasi bijih yang penting
dimana detail amat diperlukan.
b) Namun demikian, model semacam ini tidak mudah dipindahkan
dari suatu perangkat lunak ke perangkat lunak yang lainnya.

I - 22
2.5. DATA UTAMA

1) Geologi
a) Hasil logging geologi dari data pemboran.
b) Percontoh yang representatif dari program pemboran.
i. Percontoh bor inti (split/skeletal core)
ii. Percontoh bor RC dengan tempatnya (chip trays)
c) Peta-peta geologi dari pemetaan permukaan, dll

2) Data Kadar (Assay Data)


a) Sertifikat kadar (assay certificates) dari laboratorium
b) Data assay biasanya digabung menjadi data komposit
untuk tinggi jenjang tertentu untuk keperluan penaksiran kadar
blok. Analisa statistik dapat dilakukan untuk assay dan/atau
komposit.

3) Data Lokasi
a) Data survai koordinat permukaan dari titik bor.
b) Data survai bawah tanah dari kemiringan dan deviasi pemboran.

4) Peta-peta topografi

2.6. METODA-METODA PENAKSIRAN

1) Penaksiran Cadangan Secara Manual (Cross-Section)


a) Masih kerap dilakukan pada tahap-tahap paling awal dari proyek.
b) Hasil penaksiran secara manual ini dapat dipakai sebagai alat
pembanding untuk mengecek hasil penaksiran yang lebih
canggih menggunakan komputer.
c) Hasil penaksiran secara manual ini tak dapat langsung digunakan
dalam perencanaan tambang dengan bantuan komputer.

2) Metoda Poligon
Ada dua metoda poligon yang berbeda :
a) Penaksiran cadangan secara manual dengan metoda

I - 23
poligon daerah pengaruh pada dasarnya tak lagi dilakukan
(usang).
b) Sebaliknya, metoda poligon menggunakan percontoh terdekat
untuk penaksiran kadar blok dalam model (dimana setiap blok
memperoleh kadar dari komposi terdekat) masih umum
dilakukan.

3) Metoda Segitiga
a) Penaksiran kadar blok dengan cara ini tidak dilakukan/sudah
usang.
b) Metoda ini penting dalam aplikasi pembuatan kontur dengan
komputer

4) Metoda Jarak Terbalik (Inverse Distance Method)


a) Suatu cara penaksiran dimana kadar suatu blok merupakan
kombinasi linier atau harga rata-rata berbobot ( weighted
average) dari komposit lubang bor disekitar blok tersebut.
Komposit yang dekat memperoleh bobot yang relatif lebih besar,
sedangkan komposit yang jauh dari blok bobotnya relatif lebih
kecil.
b) Pilihan dari pangkat yang digunakan (ID1, ID2, ID3, ...)
berpengaruh terhadap hasil taksiran. Semakin tinggi pangkat
yang digunakan hasilnya akan semakin mendekati metoda
poligon komposit terdekat.
c) Sifat/kelakuan anisotropik dari cebakan mineral dapat
diperhitungkan (space ‘warping’).
d) Merupakan metoda yang masih umum dipakai.

5) Metoda Geostatistik dan Kriging


a) Metoda inipun menggunakan kombinasi linier atau harga rata-
rata berbobot (weighted average) dari komposit lubang bor di
sekitar blok untuk menghitung kadar blok yang ditaksir.
b) Pembobotan tidak semata-mata berdasarkan jarak, melainkan

I - 24
menggunakan korelasi statistik antar percontoh (data komposit)
yang juga merupakan fungsi jarak. Karena itu, cara ini lebih
canggih dan kelakuan anisotropik dapat dengan mudah dapat
diperhitungkan.
c) Cara ini memungkinkan penafsiran data cebakan mineral atau
cadangan bijih secara probabilistik. Selain itu, ia memungkinkan
pula interpretasi statistik mengenai hal-hal seperti bias,
estimation variance, dll.
d) Berbagai varian/jenis penaksiran yang berdasarkan pada metoda
kriging dan geostatistik dapat dilakukan.
e) Merupakan metoda yang paling umum dipakai dalam penaksiran
kadar blok dalam suatu model cadangan.

2.7. PEMERIKSAAN DARI SUATU MODEL CADANGAN MINERAL

1) Bandingkan peta-peta (penampang atas dan penampang melintang)


dari data pemboran (assay/komposit) dengan peta-peta yang sama
untuk model blok. Apakah kadar blok mengikuti kecenderungan kadar
yang tampak pada data yang digunakan? Apakah kadar dalam model
blok selalu lebih tinggi atau lebih rendah jika dibandingkan dengan
data? Apakah kadar blok diekstrapolasi terlalu jauh ke daerah yang
belum dibor ?

2) Lakukan perbandingan secara statistik antara kadar blok dengan


kadar percontoh (komposit) yang digunakan. Beberapa teknik seperti
statistika dasar (rata-rata, simpangan baku, median, dll) dan
perbandingan distribusi kadar/probability plot dapat dicoba.

3) Lakukan perhitungan cadangan secara terpisah, secara manual atau


menggunakan komputer. Apakah taksiran ini sensitif terhadap
parameter-parameter penaksiran seperti jarak pengaruh dalam
mencari percontoh, kadar data yang tinggi atau kadar tertinggi yang
diperbolehkan, dsb ?

I - 25
4) Untuk tambang yang sudah berjalan, satu cara yang dapat dikerjakan
untuk mengetahui kinerja model cadangan adalah membandingkannya
dengan produksi historis. Dua sumber data produksi adalah laporan
produksi tambang (dari analisa lubang-lubang tembak) dan laporan
pabrik pengolahan.

5) Lakukan pemeriksaan yang rinci terhadap data assay pemboran itu


sendiri. Apakah data dari bor RC sesuai dengan data dari bor inti
yang berdekatan. Pemeriksaan integritas data dapat pula dilakukan
dengan melukakan assay ulang (biasanya di laboratorium yang
berbeda) pemeriksaan assay terhadap komposit metalurgi, dll.

2.8. BEBERAPA HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN UNTUK


BERBAGAI KOMODITAS

1) Tembaga (terutama untuk sistem porfiri)


a) Zona mineralisasi : biasanya ada beberapa daerah dengan
karakter yang berbeda misalnya sulfida, zona terlindi ( leached),
oksida, pengkayaan sekunder atau supergene, dan zona primer
atau hypogene.
i. Zona sulfida biasanya menghasilkan asam selama proses
pelapukan, yang dapat melarutkan logam tembaga dan
membawanya ke tempat lain.
ii. Zona terlindi dicirikan oleh kadar ‘ total copper’ yang rendah,
dan ‘acid soluble copper” merupakan bagian besar dari
‘total copper’.
iii. Zona teroksidasi biasanya dicirikan oleh ‘ acid soluble copper’
yang persentasenya paling tidak 50% dari ‘total copper’.
Mineraloginya terdiri dari malachit, azurit, dll. Merupakan
target yang baik untuk proses pelindian secara heap
leaching tetapi tidak dapat diproses dengan flotasi.

I - 26
iv. Zona sekunder
b) Tidak jarang didapati intrusi berkadar rendah disekitar titik
pusat dari zona bijih/mineralisasi utama. Material ini sering harus
dipisahkan.
2) Emas
a) Mineralisasi emas ‘diendapkan’ oleh cairan/fluida mediumnya
menuruti hubungan antara temperatur dan tekanan. Garis yang
membatasi zona-zona mineralisasi emas biasanya dapat ditarik.
Kadar emas dalam model cadangan harus menghormati batas-
batas mineralisasi yang ada.
b) Analisa kadar emas seringkali amat sulit. Jika partikel-partikel
emas bebas di dalam bijih mulai melampaui ukuran 100 mikron,
replikasi atau pengulangan untuk memperoleh hasil yang sama
biasanya sukar dicapai. Biasanya perlu dilakukan assay ulang
dalam jumlah cukup besar.
c) Jenis atau teknik pemboran yang berbeda (bor inti atau bor RC)
seringkali memberikan hasil analisa assay yang berbeda.
Kontaminasi pada hasil pemboran RC ( reverse circulation) harus
dicegah, terutama pada kedalaman di bawah muka air tanah.

3) Molibdenum
Banyak cebakan moli primer yang memperlihatkan dengan jelas zona-
zona kadar moli. Biasanya ini dapat dengan mudah dibuat garis-garis
konturnya, baik dari penampang atas maupun dari penampang
melintang. Kadar dalam model blok perlu merefleksikan hal ini.

4) Uranium
Penaksirancadangan bijih untuk komoditas ini amat kompleks.
Sebaiknya anda panggil ahlinya; terlalu banyak sandungan yang akan
menjatuhkan para pemula atau mereka yang belum berpengalaman.

I - 27
PEKERJAAN RUMAH 2

Topik : Pembobotan rata-rata

Saudara memiliki dua stockpile bijih tembaga, yang terdiri dari supergene
dan hypogene, sebagai berikut :
Material Ton Total Perolehan Kadar
Bijih Tembaga Konsentrat
Supergene 91.025 0.410 % 85 % 22.7 %
Hypogene 151.853 0.520 % 92 % 26.7 %

1. Berapakah total tonase bijih dan kadar tembaga rata-rata?


2. Berapakah perolehan rata-rata tembaga?
3. Berapakah kadar rata-rata konsentrat?

BAB III
KADAR BATAS, NISBAH PENGUPASAN,
DAN KADAR EKIVALEN

3.1. PERHITUNGAN KADAR BATAS (CUT-OFF GRADE)

I - 28
1) Kadar Batas Pulang Pokok (Break Even Cut-Off Grade = BECOG)
a) Dalam teori ekonomi, analisis pulang pokok terdiri dari penentuan
nilai parameter yang diinginkan (misalnya : berapa jumlah produk
yang harus dijual) sedemikian rupa sehinga pendapatan tepat
sama dengan ongkos atau biaya yang dikeluarkan (keuntungan =
nol)
b) Dalam pertambangan, yang ingin kita ketahui adalah berapa kadar
bijih yang menghasilkan angka yang sama antara pendapatan
yang diperoleh dari penjualan bijih tadi dengan biaya yang
dikeluarkan untuk menambang serta memprosesnya. Kadar ini
dikenal dengan nama kadar batas pulang pokok atau break even
cut-off grade.

BECOG =

c) Biasanya hanya biaya atau ongkos operasi langsung yang


diperhitungkan dalam penentuan cut-off grade. Ongkos-ongkos
kapital dan biaya tak langsung seperti penyusutan (depresiasi)
pada umumnya tidak dimasukkan.

Untuk keperluan perancangan batas akhir penambangan (pit design)


asumsi yang diambil adalah bahwa umur tambang cukup panjang
sehingga depresiasi tidak lagi merupakan faktor yang penting.
Mengapa ?
Karena pada tahap terakhir dari penambangan dimana batas lereng
akhir dari tambang telah dicapai, kapital dan peralatan telah
terdepresiasi secara penuh.

2) Kadar Batas Internal (Internal Cut-Off Grade = ICOG)


a) Jika diasumsikan bahwa satu ton material pasti akan ditambang,
berapa kadar minimum yang akan menghasilkan kerugian lebih

I - 29
kecil dari dua alternatif berikut : mengirimkan material hasil
penambangan ke pabrik pemrosesan, atau mengirimkan material
ini ke tempat pembuangan ? (ingat bahwa ongkos penambangan
walau bagaimanapun tetap harus dikeluarkan).
b) Gunakan persamaan yang sama (seperti untuk BECOG), hanya
dalam hal ini ongkos penambangan tidak dimasukkan. Jadi untuk
menghitung ICOG, ongkos penambangan = nol.

3) Kadar Batas Proses


a) Bila tingkat produksi dari pabrik pemrosesan bijih telah ditentukan,
misalnya untuk pabrik flotasi bijih fluida, maka perhitungan cut-off
grade harus memasukkan ongkos G&A.
b) Sebaliknya, bila tingkat produksinya tidak tertentu seperti pada
kasus pelindian bijih oksida di leach pad, argumen bahwa kadar
batas dapat dihitung tanpa memasukan ongkos-ongkos G&A
adalah argumen yang dapat diterima. Selama jangka waktu satu
tahun pasti akan ada bijih yang berkadar lebih tinggi yang dapat
menutupi biaya-biaya ini.
c) Kadar batas ini kadang-kadang disebut kadar batas pengolahan
(process cut-off), yakni kadar terendah yang dapat menutupi
biaya pengolahan langsung. Dalam operasi penambangan, jika
anda mempunyai pabrik pengolahan (mill) dan tambang
mengalami kekurangan bijih yang akut, maka process cut-off ini
biasanya merupakan kadar terendah yang masih dapat
dipertimbangkan untuk dapat dikirimkan ke pabrik
Namun demikian, tujuan dari perencanaan tambang jangka panjang
adalah menghindari keadaan tadi di atas.

3.2. NISBAH PENGUPASAN PULANG POKOK (BREAK EVEN


STRIPPING RATIO =BESR)

1) Nisbah pengupasan didefinisikan sebagai nisbah dari jumlah material

I - 30
penutup (waste) terhadap jumlah material bijih (ore). Pada tambang
bijih, nisbah ini biasanya dinyatakan dalam ton waste/ton ore. Di
tambang batubara sering dipakai m3 waste/ ton batubara.

SR = atau SR =
Untuk geometri penambangan yang ditetapkan, nisbah pengupasan
merupakan fungsi dari kadar batas.

2) Jika kadar bijih diketahui dan jika semua keuntungan bersih dari
menambang bijih tersebut dipakai untuk mengupas tanah penutup
(waste stripping), berapa jumlah tanah penutup yang dapat dikupas
Inilah konsep BESR.

BESR =

Catatan :
● Nilai BESR adalah 0 pada titik BECOG (tidak dapat mendukung
stripping).
● Untuk harga komoditas, perolehan, ukuran pabrik, tingkat produksi
dan ongkos tertentu, BESR merupakan fungsi linier dari kadar bijih.
● BESR merupakan masukan dalam metoda perancangan tambang
secara manual.

3.3. PERHITUNGAN KADAR EKIVALEN

1) Bilamana dalam cebakan bijijh kita dapati lebih dari satu meneral
(utama dan ikutan), biasanya perlu dipakai konsep dasar ekivalen
untuk mengevaluasinya.

2) Pertama kali, kita definisikan dahulu NSR ( Net Smelter Return) sebagai
nilai kotor dari satu ton bijih setelah dikurangi dengan ongkos-ongkos

I - 31
smelting, refining, dan freight (SRF).
3) Tahap-tahap perhitungan kadar ekivalen (misalnya Cu ekivalen) adalah
sebagai berikut.
a) Hitung NSR dari 1 ton (atau 1 tonne) tembaga yang berkadar bijih
1 %.
b) Hitung NSR dari 1 ton (atau 1 tonne) mineral ikutan, misalnya
moly dengan kadar 1% (atau emas dengan kadar 1 oz/ton atau
1 g/tonne, dst).
c) Hitung faktor ekivalensi sebagai nisbah (ratio) antara NSR untuk
mineral ikutan terhadap NSR untuk mineral utama.
d) Jadi kadar Cu Ekivalen = total Cu + Faktor x moly.
e) Jika kadar total Cu dan kadar moly (emas, perak, dst) dalam blok
diketahui, maka kadar Cu Ekivalen dari blok tersebut dapat
dihitung.

4) Kadar ekivalen dapat pula dipahami atau didefinikan sebagai kadar


yang menghasilkan gabungan nilai NSR dari semua mineral yang ada.
5) Kadang-kadang lebih mudah bagi kita untuk menggunakan nilai NSR
dan bukan kadar ekivalen.
Hitung nilai NSR untuk suatu blok dan gunakan angka ini sebagai
sebuah variabel kadar ekonomik untuk perencanaan tambang.
Kadar batas pulang pokok (BECOG) hanyalah mengandung ongkos-
ongkos penambangan, pengolahan dan G&A. Perolehan mill dan
smelter, ongkos-ongkos SRF dan harga komoditas sudah diperhitung-
kan dalam NSR.
PERHITUNGAN KADAR BATAS

Contoh untuk Cu :

Ongkos penambangan (mining cost) per ton material $ 0.75


Ongkos pengolahan (milling cost) per ton bijih $ 3.25
Ongkos G & A per ton bijih $ 0.25

I - 32
Perolehan pabrik (mill recovery) 94 %
Smelting, refining, freight per pound product $ 0.275
Perolehan smelter (smelter recovery) 96.15 %
Harga tembaga per pound $0.95

Penghasilan = Biaya (titik pulang pokok ; untuk satu ton bijih)

Harga x Kadar x Mill Rec x Smlt Rec x 20 = Ongkos (Mine + Mill + G&A) +
SRF x Kadar x Mill Rec x SMLT Rec x 20

Harga x Kadar x Mill Rec x Smlt Rec x 20 – SRF x Kadar x Mill Rec x Smlt
Rec x 20 = Ongkos (Mine + Mill + G&A)

(Harga – SRF) x Kadar x Mill Rec x Smlt Rec x 20 = Ongkos (Mine + Mill +
G&A)

Kadar batas pulang pokok =


(BECOG)

=
= 0.35 % Cu
Catatan :

Angka 20 adalah faktor konversi dari % ke pound (dengan satuan pound


per persen. Untuk proyek dengan satuan metrik faktor konversinya adalah
22.046. untuk logam mulia (mis : emas) tidak diperlukan faktor konversi
karena satuannya sudah langsung dalam satuan produksi (oz/ton atau
gram/ton).
Tabel 3.1
Perhitungan Kadar Ekivalen

Tembaga Moly
Harga Komoditas $ 0.90 $ 3.00
Perolehan Pabrik 88 % 70 %
Perolehan Smelter/Konverter 96.1 % 99 %
Biaya Smelting Konversi per pound $ 0.324 $ 0.81

I - 33
1. Hitung nilai NSR dari 1 ton bijih dengan kadar 1% Cu
($ 0.90 - $ 0.324) (1%) (0.88) (0.961) (20 lb/%) = $ 9.74
2. Hitung nilai NSR dari 1 ton bijih dengan kadar 1% Moly
($ 3.00 - $ 0.81) (1%) (0.70) (0.99) (20 lb/%) = $ 30.35
3. Faktor Ekivalen = NSR Moly / NSR Tembaga $ 30.35 / $ 9.74 = 3.1160
4. Tembaga Ekivalen = Kadar Cu + 3.1160 x Kadar Moly

Tabel 3.2
Perhitungan NSR dan BESR

Cu Eq NSR BESR
0.266 3.40 -0.00
0.30 3.83 0.79
0.35 4.47 1.95
0.40 5.11 3.11
0.45 5.75 4.27
0.50 6.39 5.43
0.55 7.03 6.59
0.60 7.66 7.75
0.65 8.30 8.91
0.70 8.94 10.08
0.75 9.58 11.24
0.80 10.22 12.40
0.85 10.86 13.56
0.90 11.50 14.72
0.95 12.13 15.88
1.00 12.77 17.04
1.05 13.41 18.20
1.10 14.05 19.37
1.15 14.69 20.53
1.20 15.33 21.69

I - 34
Gambar 3.1. Grafik Hubungan Antara BESR Dan NSR Dengan
Kadar Cu Eq

I - 35
PEKERJAAN RUMAH 3

Topik : Perhitungan BECOG, ICOG, dan Faktor Eq


Data Ekonomik Awal untuk Cebakan KS Creek (dalam $US)

Mining Cost Per Tonne Total Material $ 0.55


Milling Cost Per Tonne Ore $ 2.10
General and Administrative (G&A) Per Tonne Ore $ 0.75
Mill Recovery of Copper 92 %
Mill Recovery of Gold 80 %
Smelting, Freight, Refining (SFR) Per Pound $ 0.345
Payable Copper
Smelter Payable (Recovery) of Copper 96.15 %
Smelter Payable (Recovery) of Gold 98 %
Copper Price Per Pound $ 1.00
Gold Price Per Tr Oz and (Per Gram) $ 375 ($ 12.06)
Breakeven Cutoff Grade for Copper ?
Internal Cutoff Grade for Copper ?
Copper Equivalent = Total Copper + .?. x Gold ?

BAB IV
PERTIMBANGAN DASAR RENCANA PENAMBANGAN

I - 36
4.1. PERTIMBANGAN EKONOMIS

4.1.1. Cut off Grade

Ada 2 pengertian tentang cut off grade, yaitu :


a. Kadar endapan bahan galian terendah yang masih memberikan
keuntungan apabila ditambang.
b. Kadar rata-rata terendah dari endapan bahan galian yang masih
memberikan keuntungan apabila endapan tersebut ditambang.
Cut off grade inilah yang akan menentukan batas-batas atau besarnya
cadangan, serta menentukan perlu tidaknya dilakukan mixing/blending.

4.1.2. Break Even Stripping Ratio (BESR)

Untuk menganalisis kemungkinan sistem penambangan yang akan


digunakan, apakah tambang terbuka ataukah tambang bawah tanah,
maka dipelajari Break Even Stripping Ratio (BESR), yaitu perbandingan
antara biaya penggalian endapan bijih ( ore) dengan biaya pengupasan
tanah penutup (overburden) atau merupakan perbandingan biaya
penambangan bawah tanah dengan penambangan terbuka. BESR ini juga
disebut over all stripping ratio.

BESR =

Misalnya biaya penambangan secara tambang bawah tanah = 2,00/ton


ore, biaya penambangan secara tambang terbuka = 0,30/ton ore dan
ongkos pengupasan tanah penutup = 0,35/ton waste. Maka untuk memilih
salah satu sistem penambangan digunakan rumus BESR (1).

BESR(1) =

Ini berarti bahwa hanya bagian endapan yang mempunyai BESR yang
lebih rendah dari 4,86 yang dapat ditambang secara tambang terbuka

I - 37
dengan menguntungkan. Jadi 4,86 adalah BESR(1) tertinggi yang masih
dibolehkan untuk operasi tambang terbuka dengan kondisi tersebut di
atas. Setelah ditentukan bahwa akan digunakan sistem tambang terbuka,
maka dalam rangka pengembangan rencana penambangan digunakan
BESR (2) dengan rumus sebagai berikut.

BESR(2) =

BESR(2) ini juga disebut economic stripping ratio yang artinya berapa besar
keuntungan yang dapat diperoleh bila endapan bijih itu ditambang secara
tambang terbuka. Contoh perhitungan BESR (2) untuk bijih tembaga kadar
0,80%, 0,75% dan 0,60%Cu adalah sebagai berikut.
Dari hasil perhitungan seperti terlihat pada Tabel 4.1 bila harga logam
Cu = $0,35/lb, ternyata untuk bijih Cu (ore) dengan kadar 0,80%
mempunyai BESR 1,5 : 1 dan kadar 0,60% Cu mempunyai BESR 0,6 :1.
dengan demikian selanjutnya untuk harga metal $0,30/lb dan $0,35/lb Cu
juga dihitung BESR-nya. Setelah masing-masing BESR dihitung untuk
setiap kadar Cu dan untuk berbagai harga logam Cu, kemudian dapat
dibuat grafik BESR vs kadar Cu (lihat Gambar 4.1).

Dari grafik BESR (lihat Gambar 4.1) terlihat bahwa tinggi rendahnya BESR
sangat dipengaruhi oleh :
- kadar logam dari bijih yang akan ditambang
- harga logam di pasaran

Jadi pada dasarnya, jika terjadi kenaikan harga logam di pasaran, dapat
mengakibatkan perluasan tambang karena cadangan bertambah,
sebaliknya jika harga logam turun maka jumlah cadangan akan berkurang.
Tabel 4.1
Contoh Perhitungan Break Even Stripping Ratio (BESR)

Kadar bijih, % Cu 0,80 0,70 0,60


Smelter recovery, % 81,80 83,02 85,80

I - 38
Recovery Cu/ton ore, lb 14,10 12,20 10,30

ONGKOS PRODUKSI TIAP TON BIJIH


Penambangan $ 0,45 $ 0,45 $ 0,45
Miling, Dpr. & Gen. Cost $ 1,25 $ 1,25 $ 1,25
Treatment etc. $ 0,85 $ 0,76 $ 0,65
Ongkos produksi total $ 2,55 $ 2,46 $ 2,35

ONGKOS PENGUPASAN
Ongkos pengupasan /ton waste $ 0,40 $ 0,40 $ 0,40

RECOVERY VALUE
Harga jual per ton bijih
1. Untuk $ 0,25/lb Cu $ 3,53 $ 3,05 $ 2,58
BESR 2,5 : 1 1,5 : 1 0,6 : 1
2. Untuk $ 0,30/lb Cu $ 4,23 $ 4,23 $ 3,09
BESR 4,2 : 1 3,0 : 1 1,8 : 1
3. Untuk $ 0,35/lb Cu $ 4,94 $ 4,27 $ 3,61
BESR 6,0 : 1 4,5 : 1 3,2 : 1

Gambar 4.1. Contoh Grafik BESR


4.2. PERTIMBANGAN TEKNIS

4.2.1. Ultimate pit slope

I - 39
Ultimate pit slope adalah batas akhir atau paling luar dari suatu tambang
terbuka yang masih diperbolehkan, dan pada kemiringan ini jenjang masih
tetap mantap (stabil).

Jadi dalam menentukan kemiringan lereng suatu tambang harus ditinjau


dari dua segi, yaitu :
− dari segi ekonomis masih menguntungkan
− dari segi teknis keamanannya bisa dijamin.

Dengan demikian, maka faktor-faktor yang mempengaruhi kemiringan


lereng (ultimate pit slope) suatu tambang adalah :
− BESR yang masih diperbolehkan
− Struktur geologi yang meliputi joint, bidang-bidang geser, patahan, dll.
− Ada air, yaitu kandungan air tanah di dalam lapisan-lapisan batuan.
− Unsur waktu.

Hubungan antara ultimate pit slope dengan BESR dapat berubah-ubah


tergantung dari harga metal di pasaran (lihat Gambar 4.2).

4.2.2. Sistem penirisan

Secara garis besar sistem penirisan tambang ( drainage system) dapat


dibagi menjadi 2 (dua) golongan yaitu :
- sistem penirisan langsung (konvensional)
- sistem penirisan tidak langsung (inkonvensional)

1) Sistem Penirisan Langsung

Adalah sistem penirisan dengan cara mengeluarkan (memompa) air yang


sudah masuk ke dalam tambang.

I - 40
Gambar 4.2. Hubungan Antara Ultimate Pit Limit Dengan BESR

Sistem penirisan langsung dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :

a) Penirisan dengan tunnel atau adit


Cara penirisan ini hanya bisa diterapkan untuk tambang yang terletak
di daerah pegunungan atau berbentuk bukit.
Air yang masuk ke dalam tambang dikeluarkan dengan cara
mengalirkan air dari dasar tambang ke luar tambang melalui
terowongan (tunnel/adit).

b) Penirisan dengan open sump


Cara penirisan inilah yang pada umumnya banyak digunakan di
tambang-tambang terbuka.
Air yang masuk ke dalam tambang dikumpulkan ke suatu sumuran
(sump) yang biasanya dibuat di dasar tambang dan dari sumuran
tersebut kemudian air dipompa keluar tambang.

2) Sistem penirisan tak langsung

Adalah sistem penirisan dengan cara mencegah masuknya air ke dalam


tambang (preventive drainage system) artinya dengan cara membuat

I - 41
beberapa lubang bor dibagian luar daerah penambangan atau di jenjang
kemudian dari lubang-lubang bor tersebut air dipompa ke luar tambang.

Ada beberapa macam cara penirisan tak langsung, yaitu :


− siemens methods
− small pipe with vacuum pump
− deep well pump method
− electro osmosis methods

4.2.3. Ukuran Jenjang (bench dimension)

Cara-cara pembongkaran akan mempengaruhi ukuran jenjang. Ada


beberapa pendapat tentang ukuran jenjang itu, antara lain :

1) Menurut Head Quarter of US Army (pits and quarry tehnical


bulletin) No : (5-352)

W minimum = Y + Wt + Ls + G + Wb
keterangan :
W minimum : lebar jenjang minimum, m
Y : lebar yang disediakan untuk pengeboran, m
Wt : lebar yang disediakan untuk alat-alat, m
Ls : panjang power shovel tanpa panjang boom, m
G : floor cutting radius dari power shovel, m
Wb : lebar untuk broken material, m

2) Menurut Lewis (elements mining)

Tinggi jenjang adalah sebagai berikut.

a. Untuk cara hydraulicking yang baik adalah 200 ft dan maksimum


600 ft.

b. Untuk dredging kedalaman ideal antara 50 ft-80 ft, tetapi ada


yang sampai 130 m.

I - 42
c. Untuk open cut antara 12 ft–75 ft; yang baik adalah 30 ft.
Sedangkan untuk tambang bijih dapat sampai 225 ft. Lebar
jenjang disesuaikan dengan loading track, daerah operasi power
shovel serta untuk peledakan, lebarnya antara 20 ft–76 ft,
umumnya 50 ft dan yang ideal 30 ft.

3) Menurut L. Sheyyakov (mining of mineral deposits)

Lebar jenjang tergantung pada metoda penggalian dan kekerasan


mateial yang ditambang.

a. Untuk material lunak


B = (1,00 sampai 1,50) Ro + L + L1 + L2
keterangan :
B = lebar jenjang, m
Ro = digging radius dari alat muat, m
L = jarak antara sisi jenjang (bench) dengan rel, 3-4 m
L1 = lebar lori, 1,75–3,00 m
L2 = jarak untuk menjaga agar tidak longsor, m

b. Untuk material keras


B = N + L + L1 + L2
keterangan :
B = lebar jenjang, m
N = lebar yang dibutuhkan untuk broken material, m

Disini tidak disediakan lebar untuk alat-muat/gali karena dianggap alat


muat bekerja disamping broken material.

4) Menurut Melinkov dan Chevnokoy (safety in open cast mining)

a. Untuk lapisan yang lunak (soft strata)


B = 2R + C + C1 + L
keterangan :
B = lebar jenjang, m

I - 43
R = digging radius dari alat muat, m
C = jarak sisi jenjang broken material ke garis tengah rel, m
L= lebar yang disediakan untuk pengaman ( safety), biasanya
selebar dump truck, m

b. Untuk lapisan yang keras (hard strata)


B = a + C + C1 + L + A
keterangan :
B = lebar jenjang, m
a = lebar untuk broken material, m
A = lebar pemotongan pertama (awal), m

5) Menurut Popov (the working of mineral deposit)

a. Tinggi jenjang dan kemiringannya


(i) Kemiringan jenjang tergantung dari kandungan air pada
material. Material yang relatif kering biasanya memungkinkan
kemiringan jenjang yang lebih besar.
(ii) Umumnya tinggi jenjang berkisar antara 12–15 m, dengan
kemiringan :
− untuk batuan beku : 70o - 80o
− untuk batuan sedimen : 50o - 60o
− untuk pasir kering : 40o - 50o
− untuk batuan yang argilaceous : 35o - 45o

b. Lebar jenjang
Lebar jenjang antara 40–60 m, biasanya juga dibuat antara
80–100 m. Jika memakai multi row bore hole. Lebar minimum
untuk batuan keras :
Vr = A + C + C1 + L + B
keterangan :
Vr = lebar jenjang minimum, m
A = lebar broken material, m

I - 44
C = jarak sisi timbunan ke sisi tengah rel, m
C1 = 0,50 lebar lori = 2–3 m
B = lebar endapan yang diledakkan = 6–12 m
L = lebar yang disediakan untuk menjamin extraction
dari endapan pada jenjang di bawahnya.

6) Menurut Young (elements of mining)

a. Tinggi jenjang
− Untuk tambang bijih besi antara 20 – 40 ft
− Untuk tambang bijih tembaga 30 – 70 ft
− Untuk limestone dapat sampai 200 ft
b. Lebar jenjang
Antara 50–250 ft
c. Kemiringan jenjang
Antara 45o–65o

7) Menururt E. P. Pfleider (surface mining)

Tinggi jenjang : L = Lm x Sf
keterangan :
L = tinggi jenjang, m
Lm = maximum cutting height dan alat muat
Sf = swell factor
= 1/3 untuk cara corner cut dan = 0,50 untuk cara box cut

8) Menurut Hustrulid (open pit mine planning and design)

Pada tambang terbuka, masing-masing jenjang memiliki permukaan


bagian atas dan bagian bawah yang dipisahkan oleh jarak H yang
disebut dengan tinggi jenjang. Kemudian permukaan sub-vertikal
yang tersingkap dan disebut dengan muka jenjang. Semuanya itu
digambarkan dengan kaki lereng ( toe), puncak (crest) dan sudut muka
jenjang (face angle). Sudut muka jenjang ini dapat bervariasi
tergantung dari karakteristik batuan, orientasi jenjang dan peledakan.

I - 45
Pada batuan keras sudut ini bervariasi antara 55 0–800. Bagian-bagian
jenjang tersebut dapat digambarkan pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Bagian-Bagian Jenjang Menurut Hustrulid

Permukaan jenjang yang tersingkap paling bawah disebut jenjang dasar


(bench floor). Lebar jenjang ini adalah jarak antara crest dan toe yang
diukur sepanjang permukaan jenjang bagian atas. Lebar bank adalah
proyeksi horisontal dari muka jenjang. Terdapat beberapa tipe jenjang.

Jenjang kerja adalah suatu jenjang dimana dilakukan proses penambangan.


lebar yang digali dari jenjang kerja ini disebut cut. Lebar jenjang kerja
(WB) didefinisikan sebagai jarak dari crest pada jenjang dasar keposisi toe
yang baru setelah cut digali (lihat Gambar 4.4).

Setelah cut dipindahkan maka akan terlihat sisanya adalah sebagai jenjang
pengaman atau jenjang penangkap (catch bench) dengan lebar SB. Tujuan
pembuatan jenjang penangkap ini adalah :
a. Untuk mengumpulkan material yang meluncur dari jenjang yang ada
di atasnya

I - 46
b. Untuk memberhentikan pergerakan boulder yang bergerak ke bawah

Kedua fungsi tersebut dapat digambarkan pada Gambar 4.5.

Gambar 4.4. Penampang Jenjang Kerja

Gambar 4.5. Fungsi Jenjang Penangkap

Secara umum lebar dari jenjang penangkap adalah 2/3 dari tinggi jenjang
sedangkan pada akhir umur tambang lebar jenjang penangkap kadang-
kadang dikurangi sampai kira-kira 1/3 dari tinggi jenjang. Kadang-kadang

I - 47
jenjang ganda (double benches) ditinggalkan sepanjang final pit seperti
pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Jenjang Ganda Pada Final Pit Limit

Sebagai tambahan pada jenjang penangkap, tumpukan material


bongkahan (berm) biasanya sering terdapat di sepanjang crest. Dengan
terdapatnya tumpukan tersebut maka akan terbentuk suatu saluran antara
tumpukan dan kaki lereng ( toe) untuk menangkap batuan yang jatuh
(falling rock). Menurut Call (1986) bahwa geometri jenjang penangkap
direkomendasikan untuk didesain seperti pada Gambar 4.7 dan Tabel 4.2.

I - 48
Gambar 4.7. Geometri Jenjang Penangkap (Call, 1986)
Tabel 4.2. Dimensi Jenjang Penangkap (Call, 1986)

Bench height Impact Berm height Berm width Minimum berm


(m) zone (m) (m) (m) width (m)
15 3.5 1.5 4 7.5
30 4.5 2 5.5 10
45 5 3 8 13

Berikut ini adalah suatu lereng yang terdiri dari 5 jenjang (Gambar 4.8)
dimana sudut lerengnya dibuat dari garis yang menghubungkan kaki
lereng yang paling rendah sampai ke puncak lereng yang paling tinggi
sehingga kemiringan lereng keseluruhannya ( overall pit slope) dapat
dihitung sebagai berikut.

θ (overall) = tan-1 = 50.4O

I - 49
Gambar 4.8. Sudut Lereng Keseluruhan
Jika pada Gambar 4.9 terlihat bahwa pada jenjang ketiga terdapat jalan
masuk yang berbelok (acces ramp) dengan lebar 100 ft maka kemiringan
lerengnya menjadi :

θ (overall) = tan-1 = 39.2O

Apabila pada lereng tersebut terdapat jenjang kerja dengan lebar 125 ft
pada jenjang 2 seperti pada Gambar 4.10 maka sudut lereng keseluruhan
menjadi :

θ (overall) = tan-1 = 36.98O

I - 50
Gambar 4.9. Sudut Lereng Keseluruhan Dengan Adanya Ramp
Jika ramp tersebut dibagi menjadi 2 bagian seperti pada Gambar 4.10
yang masing-masing ramp tersebut dapat digambarkan dengan sudut
lereng. Sudut ini disebut sudut antar ramp (interramp angle). Dalam hal ini
berlaku :

IR1 = IR2 = tan-1 = 50.4O

I - 51
Gambar 4.10. Sudut Lereng Antar Ramp (Interramp)

I - 52
Gambar 4.11. Sudut Lereng Keseluruhan Dengan Adanya
Jenjang Kerja

I - 53
BAB V
PERANCANGAN BATAS AKHIR PENAMBANGAN
(PIT LIMIT DESIGN)

5.1. KONSEP DASAR

1) Data yang ada :


Model blok cebakan bijih
Data tekno-ekonomik (termasuk sudut lereng)
Pertanyaannya :
Bagaimana menentukan batas akhir penambangan (bentuk/geometri
dari final pit) ?

2) Kadar Batas Pulang Pokok (Break Even Cut-off Grade) dan Nisbah
Pengupasan Pulang Pokok (Break Even Stripping Ratio) : berdasarkan
data ekonomik dan perolehan (recovery) kita dapat menghitung
BECOG dan membuat suatu tabel yang menunjukkan BESR untuk
berbagai kadar batas.

3) Beberapa algoritma perancangan (penentuan pit limit)


a. Metoda penampang (Manual Cross Section / 2-D)
b. Pemrograman dinamik 2 Dimensi (2-D Dynamic Programming
atau Metoda Lerchs-Grossmann)
c. Metoda Kerusut mengambang (Floating cone) 3-D
d. Metoda tiga dimensi lainnya :
− Teori grafik (Graph theory)
− 3-D Dynamic programming
− Aliran Jaringan (Network Flow)

I - 54
5.2. PERANCANGAN TAMBANG : DEFINISI DAN DASAR
PEMIKIRAN

1) Istilah perancangan tambang biasanya dimaksudkan sebagai bagian


dari proses perencanaan tambang yang berkaitan dengan masalah-
masalah geometrik. Di dalamnya termasuk perancangan batas akhir
penambangan, tahapan (pushback), urutan penambangan tahunan/
bulanan, penjadwalan produksi dan waste dump.

2) Aspek perencanaan tambang yang tidak berkaitan dengan masalah


geometrik meliputi kebutuhan alat dan tenaga kerja, perkiraan biaya
kapital dan biaya operasi.

3) Penentuan Batas Penambangan (final pit limit)

a. Tujuan yang ingin dicapai adalah menentukan batas-batas


penambangan pada suatu cebakan bijih (yakni jumlah cadangan
dan kadarnya) yang akan memaksimalkan nilai bersih total dari
cebakan bijih tersebut sebelum memasukkan faktor nilai waktu
dari uang.
i. Tidak diperhitungkannya nilai waktu dari uang akan
menghasilkan bentuk pit yang paling besar untuk suatu set
parameter ekonomik tertentu.
ii. Dengan menambahkan faktor bunga (interest), besar pit akan
berkurang.

b. Mengapa faktor nilai waktu dari uang tidak dimasukkan ? Beberapa


alasan :
i. Untuk proyek dengan jangka waktu panjang (misal : lebih
dari 15 tahun), tahap-tahap penambangan terakhir akan
memiliki dampak yang minimal terhadap tingkat pengembalian
modal atau rate of return.
ii. Selain itu, untuk proyek yang berjangka waktu panjang
seperti ini, cukup masuk akal bahwa faktor teknologi yang

I - 55
semakin canggih akan mengimbangi faktor nilai waktu dari
uang.

c. Walaupun butir (a) di atas merupakan tujuan yang paling umum,


ada beberapa kasus terutama pada cebakan bijih dengan nisbah
pengupasan yang tinggi–dimana nilai waktu dari uang perlu
dipertimbangkan pada tahap awal dari evaluasi.

4) Berapa banyak energi yang harus dicurahkan untuk menentukan batas


penambangan ?

a. Pada fase kelayakan suatu proyek yang berjangka panjang,


tahap-tahap penambangan terakhir akan memiliki dampak yang
minimal terhadap rate of return. Karena itu, mencurahkan terlalu
banyak waktu untuk perancangan batas penambangan barangkali
kurang memiliki alasan yang kuat.
i. Usaha yang tidak begitu memakan waktu dapat meliputi
penggunaan program floating cone atau 3-D Lerchs-
Grossmann untuk menentukan pit limit, dan melakukan
pengecekan awal apakah hasilnya masuk akal.
ii. Studi sensitivitas dengan melakukan perubahan-perubahan
kecil pada parameter pokok seperti sudut lereng, harga
komodits, ongkos-ongkos, dan lain-lain. Akan membantu
dalam pemilihan skenario untuk dasar perancangan.

b. Untuk proyek penambangan dengan jangka waktu yang relatif


singkat, misalnya kurang dari 15 tahun, diperlukan energi dan
waktu lebih banyak untuk menentukan batas penambangan,
terutama bila lereng akhir (final pit walls) akan dibuat pada tahap-
tahap awal.
Usaha yang lebih serius dapat meliputi perancangan dua geometri
pit yang berbeda, lengkap dengan jalan angkutnya dan dengan
lereng akhir pada berbagai posisi yang berlainan, kemudian dipilih
alternatif mana yang terbaik.

I - 56
c. Pada tahap-tahap belakangan, khususnya ketika lereng akhir
dengan nisbah pengupasan yang relatif besar akan dibuat, energi
yang besar perlu dicurahkan untuk perancangan pit limit ini.
Studi kelayakan yang memakan waktu beberapa bulan dapat
dilakukan. Beberapa alternatif rancangan dapat dibuat untuk
melihat detail dari penjadwalan produksi, kebutuhan alat serta
ongkos-ongkos.

5.2.1. Metoda Penampang 2 Dimensi

1) Penentuan batas penambangan secara manual membutuhkan


pertimbangan-pertimbangan yang sifatnya subyektif. Dua orang yang
berbeda mungkin akan memperoleh batas-batas penambangan ( pit
limit) yang tidak persisi sama.

2) Deskripsi metoda penampang (2-D manual cross-sectional method)

a. Mulai dengan model blok (skala horisontal = skala vertikal).


Tentukan sudut lereng keseluruhan. Hitung BECOG dan buat tabel
yang menunjukkan BESR untuk berbagai kadar batas.

b. Untuk setiap penampang tentukan batas penambangan ( trial pit


limit) pada sudut lereng tersebut. Tentukan posisi lereng akhir
dimana BESR kumulatif dari blok-blok bijih akan dapat membayar
pengupasan tanah penutupnya.

c. Pindahkan trial pit limit dari penampang vertikal (cross section) ke


horisontal (level/plan map). Dalam memindahkan rancangan pit,
hanya titik-titik pada level dimana terjadi perubahan rancangan
yang berarti perlu dipindahkan.
Level atau jenjang yang penting meliputi bagian atas dan bawah
dan lereng yang panjang, dan jenjang dimana sudut lereng
berubah. Tidak semua titik pada setiap jenjang perlu dipindahkan.

d. Buat kontur batas penambangan pada penampang horisontal.

I - 57
Rancangan batas akhir penambangan harus cukup halus.
Menghubungkan setiap titik secara kaku pada level map tidak
akan memberikan hasil yang diinginkan. Beberapa titik pada level
map ini mungkin harus diabaikan.
e. Untuk penampang-penampang (sections) di dekat ujung cebakan
bijih, sudut lereng dapat dibuat sedikit lebih landai.
f. Kuantitas dan kadar cadangan yang terdapat di dalam batas
penambangan dapat ditabulasikan dari jumlah, berat dan kadar
blok di tiap-tiap jenjang.

3) Asumsi Implisit metoda penampang 2-D


a. Walau bagaimanapun, penambangan di bagian tengah dari
cadangan pasti akan terjadi. Kita hanya perlu menetapkan batas
penambangan yang paling luar saja.
b. Cebakan bijih memiliki bentuk cukup memanjang ke arah yang
tegak lurus dari penampang-penampang vertikal yang digunakan.

4) Pedoman pokok dalam menentukan batas penambangan


a. Setiap blok bijih yang akan ditambang harus dapat membayar
atau mendukung pengupasan (stripping) dirinya sendiri.
b. Jika sebuah blok bijih dapat ditambang karena kontribusi dari
blok-blok bijih lain yang terletak diatasnya (dan pada jalur
penambangan blok ini), maka blok bijih ini harus ditambang.
Kontribusi dari tiap-tiap blok dapat dijumlahkan, jadi rata-rata
untuk beberapa blok diperbolehkan.
c. Jika dua blok bijih yang terpisah satu sama lain dapat ditambang
karena kontribusi simultan dari pengupasan waste yang sama,
maka kedua blok ini harus ditambang.
d. Tidak ada blok waste yang boleh ditambang kecuali bila ia terletak
pada jalur penambangan dari suatu blok bijih yang terletak di
bawahnya.
5.2.2. Pemrograman Dinamik 2-D (Metoda Lerchs-Grossman)

I - 58
1) Pemrograman Linier vs. Pemrograman Dinamik
a. Pemrograman linier (linier programing) dirancang untuk proses
suatu tahap. Biasanya di dalamnya tidak terlibat elemen waktu
atau urut-urutan berdasarkan waktu (one shot decision).
T (D,S) S’
Masukan Keputusan D keluaran
S S’
Return R1
Solusi optimal (yaitu nilai-nilai keputusan) diperoleh dengan
mengikuti algoritma simplex.
Tujuan : mengoptimalkan R1.
b. Pemrograman dinamik (dynamic programming) ditujukan untuk
proses beberapa tahap (multi-stage process). Biasanya melibatkan
elemen waktu dari keputusan-keputusan yang berurutan
(sequential decisions). Critical Path Method atau CPM adalah
suatu contoh baik. Proses multi tahap merupakan uatu masalah
dimana keputusan yang berurutan harus diambil, dansetiap
keputusan akan mempengaruhi ruang lingkup pengambilan
keputusan berikutnya.

n
Tujuan : mengoptimalkan R = θ RI dengan memilih secara tepat
i=1
nilai-nilai variabel keputusan. Solusi optimal diperoleh dengan
mengikuti prinsip Optimalitas Dinamik dari Bellman yang intinya:
apapun yang telah kita lakukan dimasa yang lalu, keputusan-
keputusan mendatang harus optimal relatif terhadap situasi saat

I - 59
ini. Solusi optimal ini merupakan suatu kumpulan-kumpulan
keputusan yang berurutan, misalnya sebuah kebijakan (policy)

2) Pemrograman Dinamik 2- Dimensi (Metoda Lerchs-Grossman)


Memiliki motivasi bahwa pada dasarnya penentuan batas
penambangan yang ‘optimum’ menggunakan penampang (2-D cross
section) mudah dilakukan.

3) Asumsi-asumsi dasar
a. Nilai ekonomik tiap blok diketahui/dapat dihitung.
b. Sudut lereng keseluruhan diberikan sebagai masukan.
c. Tujuan : memaksimalkan keuntungan total (nilai material yang
ditambang dikurangi ongkos penambangan)

4) Algoritma
a. Sudut lereng
i. Jika ukuran blok dalam model sudah pasti, tentukan jumlah
blok ke atas dan ke bawah untuk setiap blok (pada
penampang) yang paling mendekati kendala sudut lereng.
ii. Jika ukuran blok masih dapat diatur, pilihlah sedemikian rupa
sehingga geometri ukuran blok sesuai dengan sudut lereng.

b. Hitung nilai ekonomik dari tiap blok, yaitu pendapatan dari nilai
jual dikurangi ongkos penambangan blok tersebut, ongkos
pengolahan dan ongkos G&A (general & administrative costs =
overhead). Nilai ekonomik ini kita sebut sebagai nilai pertama dari
blok atau mij. Pada penampang 2-dimensi, blok (i,j) terletak pada
baris i dan kolom j.

c. Hitung jumlah nilai ekonomik dari blok-blok yang berada di satu


kolom dengan blok (i,j). Ini kita definisikan sebagai nilai kedua
dari blok atau Mij.
i
Mij = θ mkj
k=1
d. Pada penampang kita tambahkan baris 0, lalu hitung nilai ketiga

I - 60
dari blok atau Pij sebagai berikut.
Poj = 0

Kemudian, untuk tiap kolom mulai dari kolom 1 :


Pij = Mij + max (Pi+k,j-1) untuk k = -1,0,1

e. Beri tanda panah untuk menandai maksimum dari blok (i,j) ke


blok (i+k,j-1) tanda panah ini harus mengarah dari kanan ke kiri.
i. Untuk kolom pertama (j = 1), buatlah Pij = Mij
ii. Pij mewakili nilai paling besar yang dapat diperoleh dari
penambangan blok (i,j) dan semua blok di atasnya, serta
blok-blok di sebelah kirinya

f. Pilih jalur optimal (yang akan menandai kontur permukaan


tambang atau batas penambangan) dengan mencari kolom j yang
memiliki nilai Pij positif dan terbesar di permukaan (di baris 1).
i. Kontur batas penambangan akan diperoleh dengan mengikuti
arah anak panah dari kanan ke kiri, mulai dari blok ini.
ii. Jika nilai Pij di permukaan (baris 1) semua negatif, berarti tidak
ada blok yang ekonomik untuk ditambang pada penampang
yang bersangkutan.

Langkah-langkah tersebut di atas dapat direpresentasikan sebagai berikut.

Gambar 5.1. Geometri Badan Bijih Untuk Contoh


Lerchs-Grossman 2-D (Hustrulid & Kutcha,1995)

I - 61
Gambar 5.2. Nilai Ekonomik Mula-Mula dari Setiap Model Blok
(Hustrulid & Kutcha,1995)

Gambar 5.3. Nilai Ekonomik Akhir dari Setiap Model Blok


(Hustrulid & Kutcha,1995)

Gambar 5.4. Perhitungan dari Penjumlahan Kumulatif Untuk


Kolom 6 (Hustrulid & Kutcha,1995)

I - 62
Gambar 5.5. Kumulatif Penjumlahan Yang Lengkap
(Hustrulid & Kutcha,1995)

Gambar 5.6. Prosedur Penentuan Arah Nilai Kumulatif Maksimum


dan Minimum (Hustrulid & Kutcha,1995)

I - 63
Gambar 5.7. Pergerakan Proses penjumlahan Pada Kolom 7
(Hustrulid & Kutcha,1995)

Gambar 5.8. Penentuan Pit dan Nilai Total Dengan Anak Panah
(Hustrulid & Kutcha,1995)

Gambar 5.9. Nilai Blok Individu Untuk Dua Bagian Pit


(Hustrulid & Kutcha,1995)

I - 64
Gambar 5.10. Proses Penjumlahan Pada Seluruh Bagian
(Hustrulid & Kutcha,1995)

Gambar 5.11. Penentuan Pit Yang Optimum


(Hustrulid & Kutcha,1995)

Gambar 5.12. Perpaduan Batas akhir Pit Yang Optimum Pada


Blok Model (Hustrulid & Kutcha,1995)

5.2.3. Metoda Kerucut Mengambang (Floating Cone 3-Dimensi)

I - 65
1) Tujuan
a. Menentukan batas akhir satu tambang terbuka ( ultimate pit limit)
dengan menggunakan analisis ekonomik pulang pokok ( break
even economic analysis).
b) Sasaran yang ingin dicapai dalam penentuan batas akhir
penambangan mengharuskan batas akhir tersebut dihitung
menggunakan dasar ekonomik pulang pokok.
c) Keuntungan dari menambang tahapan bijih terakhir harus tepat
membayar biaya pengupasan lapisan penutupnya.

2) Masukan Data Yang diperlukan


a) Model Blok Cadangan Bijih
i. Model komputer yang membagi cebakan bijih menjadi blok-
blok yang seragam
ii. Tiap blok memiliki informasi tentang tofografi, geologi dan
taksiran kadar mineral
iii. Informasi yang disimpan dalam tiap blok cukup untuk
menghitung nilai ekonomiknya dari data ekonomi yang ada
b) Data Ekonomik
i. Harga komoditas (Cu, Au, Ag, Mo, ...... dll)
ii. Semua ongkos-ongkos yang berkaitan dengan penambangan
dan pengolahan bijih :
− Ongkos penambangan per ton bijih
− Ongkos penambangan/pengupasan per ton lapisan penutup
− Ongkos pengolahan (penggerusan, milling/leaching) per ton
bijih
− Perolehan (recovery) dari proses pengolahan
− Ongkos peleburan, pemurnian dan pengangkutan (SRF) per
unit produk akhir komoditas
− Perolehan (recovery) dari peleburan dan pemurnian
− Ongkos umum dan administrasi (G&A) per ton bijih

I - 66
− Ongkos royalti
c) Data Sudut Lereng
i. Satu sudut lereng yang sama untuk pit , atau
ii. Sudut lereng yang bervariasi dengan zona-zona di pit
d) Lebar Pit Bottom Minimum – cukup untuk ruang kerja peralatan

3) Algoritma floating cone bekerja dalam dua tahap :


a) Pada tahap pertama, taksiran kadar blok dan parameter ekonomik
(harga komoditas, ongkos penambangan dan pengolahan,
perolehan dan royalti) digunakan untuk membuat suatu model
blok ekonomik. Setiap blok memiliki nilai moneter, blok bijih
nilainya positif dan blok lapisan penutup ( waste) negatif. Nilai
uang ini mewakili keuntungan bersih dari penambangan blok yang
bersangkutan.
b) Pada tahap kedua analisis kerucut mengambang dilakukan
terhadap blok-blok dalam model, dari atas ke bawah. Dasar
(bagian lancip) dari suatu kerucut terbalik diletakkan di pusat
setiap blok bijih (blok yang nilainya positif)
i. Suatu analisis ekonomik kemudian dilakukan dengan
menjumlahkan nilai uang dari seluruh blok di dalam kerucut
terbalik ini. Jika hasilnya positif, semua blok ini harus
ditambang/dikeluarkan dari model dan tidak lagi
diperhitungkan dalam analisis berikutnya.
ii. Kerucut ini digerakkan secara sistematis dalam model blok
hingga semua material yang ekonomis habis ditambang.
Kerucut dimulai dari atas dan bergerak ke bawah, kemudian
mulai lagi dari atas model blok untuk mengambil blok-blok
yang mungkin sekarang menjadi ekonomis karena pengupasan
material waste oleh blok-blok bijih di bawahnya. Ini akan
berlangsung hingga tak ada lagi material yang dapat
ditambang.

I - 67
iii. Dinding lereng dari kerucut ini memililki sudut yang sama
dengan sudut lereng tambang yang ditentukan.
iv. Jari-jari penambangan minimum atau lebar minimum pada pit
bottom merupakan salah satu masukan. Biasanya jari-jari ini
dibuat berukuran 1,5 kali ukuran blok, sehingga lebar
minimum di pit bottom adalah 9 blok (cukup untuk
beroperasinya peralatan).
v. Analisis kerucut mengambang ini menggunakan pendekatan
blok utuh terdekat. Jadi, jika pusat blok berada di dalam
kerucut maka seluruh blok itu dianggap berada dalam kerucut.
vi. Sembarang bentuk pit dapat didekati dengan membuat
kerucut-kerucut overlapping satu sama lain. Overlap
dimungkinkan karena blok-blok yang ditambang pada kerucut
sebelumnya berubah statusnya menjadi blok udara, sehingga
tidak lagi diperhitungkan dalam analisis ekonomik kerucut
berikutnya. Jika semua kerucut terbalik ini kita gabungkan,
sebuah geometri pit akan terbentuk. Selubung paling luardari
bentu pit ini berada pada posisi pulang pokok relatif terhadap
data masukan (input) yang kita berikan.

4) Aspek lain : Penerapan metoda kerucut mengambang untuk


perancangan penahapan penambangan (pushback)
a) Jika harga komomditas diturunkan, BECOG akan naik dan BESR
akan turun. Geometri kerucut mengambang yang diperoleh akan
menjadi lebih kecil dan cadangan tertambangnya lebih kecil pula.
b) Jika harga komoditas terus diturunka, akan diperoleh suatu serial
geometri pit (bentuk/geometri open pit dari besar ke kecil).
Proses penambangannya akan mentargetkan dulu blok-blok
dengan potensi keuntungan paling besar (untuk harga komoditas
paling rendah). Blok-blok yang merupakan target berikutnya
secara bertahap akan ditambang hingga batas akhir dari pit

I - 68
tercapai (pada harga komoditas yang diproyeksikan)
c) Serial geometri ini menjadi indikator atau pedoman urutan
pengambilan bijih. Hal ini amat berguna dalam merancang tahap-
tahap penambangan (phase/pushback design).

Berikut ini adalah cara mengoptimasi pit limit dengan cara floating cone
3D dengan data nilai ekonomik dari setiap blok model yang sama dengan
pada Lerch-Grossman 2D.

Gambar 5.13. Nilai Ekonomik Model Blok Untuk Floating Cone


(Hustrulid & Kutcha,1995)

Gambar 5.14. Keadaan Setelah Membuat Floating Cone 2 Baris


(Hustrulid & Kutcha,1995)

I - 69
Gambar 5.15. Keadaan Setelah Membuat Floating Cone 3 Baris
(Hustrulid & Kutcha,1995)

Gambar 5.16. Keadaan Setelah Membuat Floating Cone 4 Baris


(Hustrulid & Kutcha,1995)

Gambar 5.17. Keadaan Setelah Membuat Floating Cone 5 Baris


(Hustrulid & Kutcha,1995)

I - 70
Gambar 5.18. Keadaan Setelah Membuat Floating Cone 6 Baris
(Hustrulid & Kutcha,1995)

Pada Gambar 5.18 terlihat bahwa hasil penentuan pit yang optimum
dengan cara floating cone memberikan hasil yang sama dengan cara
Lerchs-Grossman.

Contoh Soal :

Dengan menggunakan pendekatan kerucut mengambang ( floating cone)


yang benar, hitunglah keuntungan bersih yang akan diperoleh dari
penampang tambang terbuka di bawah ini. Tunjukan pula blok-blok yang
akan ditambang/tidak akan ditambang.

Permukaan

45o sudut lereng

1 2
3

nilai blok 1 = Rp. 80 juta


nilai blok 2 = Rp. 100 juta
nilai blok 3 = Rp. 20 juta
Ongkos Penggalian/penambangan = Rp. 10 juta/blok

I - 71
Catatan :
Nilai blok adalah gross income dikurangi biaya pengolahan dan biaya
tak langsung, tetapi tidak termasuk biaya penambangan.

Jawaban :

1 2

Blok yang ditambang

Blok yang tidak ditambang

Net profit = nilai blok 1 + nilai blok 2 - ongkos


penggalian/penambangan
= 80 juta + 100 juta - (12 x 10 juta)
= 180 juta – 120 juta
= 60 juta

I - 72
PEKERJAAN RUMAH 4

Topik : Penentuan Ultimate Pit Limit dengan Metode Manual


Buatlah Resume mengenai Metode Penampang 2 Dimensi Secara Manual.

PEKERJAAN RUMAH 5

Topik : Penentuan Ultimate Pit Limit dengan Metode Lerchs-Grossman

Suatu penampang blok model dengan Net Value untuk tiap-tiap blok
sebagai berikut

-2 -2 -2 -2 -2 -2 -2 -2
-8 3 3 3 3 3 3 -8
- 1 1 1 1 1 1 -
1 1
5 5
- -7 -7 -7 -7 -7 -7 -
2 2
3 3

1. Tulis prosedur dasar untuk penggunaan metode Dynamic Programming


(Lerchs-Grossman) bagi penentuan Ultimate Pit Limit!
2. Berikan komentar atas hasil yang diperoleh!

I - 73
PEKERJAAN RUMAH 6

Topik : Evaluasi Ekonomi Pit dengan metode Kerucut


Mengambang (Floating Cone)

Wakil Direktur operasi suatu perusahaan pertambangan emas skala kecil meminta
Saudara untuk memeriksa kembali pit yang dihasilkan oleh stafnya dengan
mennggunakan metode floating cone. Data-data ekonomi yang digunakan untuk
floating cone adalah sebagai berikut :
Biaya penambangan per total ton $ 0.591
Biaya pengolahan per ton bijih $ 1.80
Biaya Umum dan Administrasi per ton bijih $ 0.50
Perolehan emas 85.6 %
Harga emas per troy ounce $ 400
Kemiringan lereng 45°
Saudara melakukan perhitungan menggunakan metode floating cone dengan
parameter yang sama dan mendapatkan geometri pit yang lebih kecil. Gambar 1
menunjukkan pit klien anda dan gambar 2 menunjukkan hasil perhitungan anda.
Dengan perbandingan sebagai berikut:

Perbandingan Hasil Floating Cone.


Dengan Cutoff Grade 0.007 oz/ton
Kton bijih Emas (oz/ton) Total Kton
Pit klien 3.160 0.0207 11.010
Pit anda 2.656 0.0219 7.686

Saudara sangat yakin bahwa hasil perhitungan saudara betul, tetapi perlu
didemonstrasikan secara analitis pada kasus ini. Anda memutuskan untuk
melakukan suatu analisis ekonomi pada material pada pit dan pada selisih
perbedaannya.
1. Lakukan analisis ekonomi pada material pit dan increment dengan
melengkapi tabel terlampir. Kadar selisih adalah 0.0144 oz/ton.
Darimana kadar selisih tersebut berasal?
2. Apakah pit klien anda memiliki geometri yang layak pada harga emas

I - 74
$ 400? Jika ya mengapa? Dan jika tidak mengapa?

Pit Pit anda Selisih


klien
Kton bijih
Kadar emas (oz/ton)
Emas yang dikandung (koz)
Perolehan pengolahan
Emas yang diperoleh (koz)
Kton total yang ditambang
Harga emas ($ per troy oz)
Pendapatan kotor ($x1000)
Biaya penambangan per total ton
Biaya pengolahan per ton bijih
Biaya umum & administrasi per ton
bijih
Biaya penambangan total ($x1000)
Biaya pengolahan total ($x1000)
Biaya umum & administrasi total
($x1000)
Biaya total ($x1000)
Keuntungan bersih ($x1000)
Biaya total per oz yang diperoleh ($)

I - 75
Gambar 1.
Pit Klien

I - 76
Gambar 2.
Pit Anda

BAB VI

I - 77
PENJADWALAN PRODUKSI

6.1. PENDAHULUAN

1) Suatu penjadwalan produksi tambang menyatakan, dalam periode


waktu (misalnya tahun), ton bijih, kadar dan pemindahan material
total yang akan dihasilkan oleh tambang tersebut.
2) Sasarannya adalah menghasilkan suatu jadwal untuk mencapai
beberapa sasaran/kriteria ekonomik seperti memaksimumkan Net
Present Value (NPV) atau Rate Of Return (ROR). Kriteria lain di
antaranya dapat menghasilkan suatu kuantitas material semurah
mungkin, dll.
3) Fokus kita adalah perencanaan jangka panjang. Kita akan
menghasilkan suatu jadwal produksi dan kemudian menentukan
kebutuhan peralatan untuk mengoperasikan jadwal tersebut. Pada
penjadwalan jangka pendek fokusnya mungkin berbeda; dengan
kendala jumlah peralatan, kita menentukan jadwal yang terbaik.
4) Selama proses penjadwalan, evaluasi beberapa alternatif sering
dilakukan.
5) Data masukan dasar adalah penyataan tonase dari tahap-tahap
penambangan yaitu tabulasi ton dan kadar per jenjang dari material
yang akan ditambang untuk tiap tahap.

6.2. ASUMSI AWAL YANG DIPERLUKAN UNTUK MENGEMBANG-


KAN SUATU JADWAL

1) Tingkat produksi bijih untuk tiap periode waktu


a. Dapat ditentukan dengan studi perbandingan tingkat produksi.
b. Tingkat produksi dapat berubah dengan waktu.
2) Cut off grade untuk tiap periode waktu.

I - 78
Beberapa jadwal sering dibuat untuk mengevaluasi strategi cutt off
grade yang berbeda.
3) Dua butir di atas akan mempengaruhi jadwal pengupasan tanah
penutup.

6.3. PENGAMATAN TERHADAP TABULASI CADANGAN PER


JENJANG UNTUK TIAP TAHAP

1) Jenjang atas biasanya terdiri dari tanah penutup yang harus dikupas
2) Jenjang dasar umumnya terdiri kebanyakan dari bijih. Bijih ini
merupakan sumber yang akan menjaga kelangsungan pabrik
pengolahan
3) Pada elevasi berapa akan terjadi peralihan dari tanah penutup ke bijih ?
4) Suatu kriteria dalam nisbah kupas. Pada jenjang ke berapa nisbah
kupas akan lebih rendah dari nisbah kupas rata-rata ?

6.4. KEBUTUHAN PENGUPASAN PRA PRODUKSI

1) Berapa banyak material/tanah penutup yang harus dikupas selama


masa pra-produksi ?
2) Jumlah minimum adalah material/tanah penutup yang harus
dipindahkan dari pushback/tahap pertama sehingga pushback ini akan
menjadi sumber penambangan bijih untuk produksi tahun pertama.
3) Proses penjadwalan dapat mengindikasikan jumlah material/tanah
penutup yang disebut diatas, jadi mungkin perlu dilakukan
pengupasan pada pushback kedua, dan seterusnya.
4) Material bijih yang ditambang selama pra-produksi biasanya ditumpuk
di dekat crusher dan menjadi bagian dari bijih untuk tahun pertama.

6.5. PENENTUAN JADWAL PENGUPASAN MATERIAL PENUTUP

I - 79
1) Jadwalkan bijih dari tahap-tahap penambangan (pushback) sesuai
urutannya.
Untuk tiap periode waktu, kumulatif waste dibagi dengan jumlah
tahun. Hasilnya memberikan tingkat produksi rata-rata yang diperlukan
untuk memperoleh bijih.
2) Tabulasikan waste (atau material total) berdasarkan tahun.
3) Puncak pemindahan waste berhubungan dengan pra-pengupasan
yang dibutuhkan pada setiap tahap. Kita ingin meratakan jadwal
produksi waste dengan pemindahan tanah penutup ini jauh dimuka,
misalnya mulai pengupasan pushback sebelum bijih diperlukan.
a. Untuk tiap periode waktu, kumulatif waste dibagi dengan jumlah
tahun. Hasilnya memberikan tingkat produksi waste rata-rata yang
diperlukan untuk memperoleh bijih.
b. Hitung nilai kumulatif waste maksimum dibagi dengan jumlah
tahun. Hasilnya adalah tingkat produksi waste per tahun untuk
penjadwalan yang baik dan rata.
c. Penjadwalan pertama adalah untuk melampaui puncak tertinggi
kemudian mengatur kembali persoalan tersebut untuk puncak
berikutnya.

6.6. KESEIMBANGAN JADWAL

1) Saat ini kita telah mempunyai tingkat produksi bijih dan pemindahan
material total berdasarkan perioda waktu.
2) Langkah berikutnya adalah menambang dari tahap bijih utama dan
dari tahap yang memerlukan pengupasan selama satu periode waktu
untuk mencapai sasaran produksi
a. Persoalannya adalah akan ada waste di dalam bijih dan sebagian
bijih terdapat di dalam material waste.
b. Harus diseimbangkan sehingga jumlah bijih dari semua sumber

I - 80
mencapai target pula.
i. trial and error (metode coba-coba)
ii. simultaneous equations (menggunakan persamaan serentak)
3) Setelah bijih dan waste (atau material total) dari tiap tahap ditentukan
untuk suatu periode waktu, kadar untuk tahun itu dapat ditentukan
sebagai ton rata-rata berbobot untuk bijih yang ditambang.

6.7. KOMENTAR LAIN-LAIN

1) Kebutuhan bijih tahun pertama harus dikurangi sehingga jumlah bijih


yang dikumpulkan selama pra-produksi dan yang ditambang selama
tahun pertama sama dengan sasaran pabrik tahun pertama.
2) Untuk pabrik yang besar, adalah biasa mengurangi sasaran produksi
tahun pertama misalnya 75% dari kapasitas.
3) Adalah sangat sulit mencegah kesalahan numerik. Lakukan pengecekan
sebanyak mungkin, antara lain :
a. Bila suatu tahap/pushback selesai, pastikan bahwa material yang
ditargetkan setiap tahun untuk tahap tersebut sama jumlahnya
dengan jumlah material tahap tersebut untuk bijih dan waste
b. Buat suatu tabel untuk tiap tahun yang memperlihatkan material
berdasarkan pushback
4) Selama proses penjadwalan mungkin terdapat batasan penambangan
lain yang tidak diperhitungkan
a. Total ton yang dapat ditambang dari suatu tahap selama satu
tahun.
b. Total jumlah jenjang yang dapat ditambang dari satu tahap selama
satu tahun.

6.8. PETA TAMBANG

I - 81
1) Setelah proses penjadwalan dilakukan, maka akan sangat mudah
membuat gambar konseptual tentang keadaan tambang pada akhir
setiap tahun.
2) Kita akan mengetahui jenjang mana yang ditambang dari tiap tahap
selama satu tahun dan kita mempunyai rancangan untuk tiap tahap.
3) Adalah penting membuat peta agar kita dapat mengetahui apakah
jadwal yang telah dibuat dapat dilaksanakan.
a. Check akses ke daerah yang diperlukan.
b. Pastikan bahwa suatu jumlah material yang sangat banyak tidak
harus keluar dari satu jalan angkut.

6.9. STRATEGI KADAR BATAS (CUT OFF GRADE STRATEGY)

1) Dapat ditunjukkan bahwa untuk suatu tambang yang mempunyai


batas keuntungan yang cukup memadai, jadwal yang terbaik (di dalam
pengertian pemaksimuman NPV atau ROI) akan dimulai pada cut off
yang lebih tinggi dari break even selama tahun-tahun awal dan
menurun ke internal cut off grade pada saat menuju ke akhir umur
tambang.
2) Kan Lane menjelaskan mengapa hal ini terjadi pada teori ekonomik dari
cut off grades.
3) Tambang dengan umur yang pendek dan keuntungan yang margin
akan mulai pada strategi internal cut off grade pada wal dan tetap
pada kadar batas ini untuk keseluruhan umum tambang.
4) Dengan sebuah program yang secara cepat dapat mengevaluasi
jadwal, strategi cutoff yang terbaik dapat ditentukan dengan cara trial
and error.
5) Rule of Thumb yang lain adalah mencoba mencapai penghasilan
sekitar dua kali biaya operasi untuk 4 atau 5 tahun pertama dari umur
tambang. Hal ini akan memberikan pengembalian modal yang cepat

I - 82
(quick pay off capital).

Kelemahan metoda manual, jika ada parameter rancangan yang berubah,


maka prosesnya harus diulang kembali. Kelemahan lain adalah tiap pit
dapat dirancang per penampang, tetapi jika telah digabung dan dihaluskan,
hasilnya tidak menggambarkan pit secara keseluruhan dengan baik.

Penggunaan metoda komputer dapat menangani jumlah data dan


alternatif yang lebih banyak dibandingkan dengan metoda manual.
Komputer merupakan alat yang baik untuk memisahkan, memproses dan
menunjukkan data dari proyek penambangan.

Penggunaan metoda komputer dapat dibagi atas dua kelompok :

a. Computer assisted methods

Perhitungan dilakukan komputer di bawah pengawasan langsung desainer.


Komputer tidak mengerjakan rancangan seluruh rancangan tetapi hanya
melakukan perhitungan dengan pengawasan desainer terhadap prosesnya.
Contohnya akan diberikan pada metoda Lerch-Grossman pada 2 dimensi
dan metoda incremental pit expansion pada 3 dimensi.

b. Automated methods

Metoda ini sangat baik dalam merancang ultimate pit untuk memberikan
pembatasan-pembatasan fisik dan ekonomi tanpa campur tangan insinyur.
Satu kategori dari automated mehods adalah melibatkan teknik
mengoptimalkan secara matematis dengan menggunakan program linear,
program dinamik, atau aliran kerja. Kategori kedua menggunakan metoda
seperti floating cone methods, tetapi belum tentu merupakan metoda
yang paling optimal. Semakin murahnya biaya memproses dengan
komputer maka lebih baik digunakan automated methods untuk masa
mendatang.
Karakter lain yang membedakan tipe metode komputer adalah penggunaan

I - 83
salah satu dari blok secara keseluruhan dari penambangan. Dalam metode
blok keseluruhan, setiap blok ditambang sebagai satu unit atau
ditinggalkan secara utuh, sedangkan dalam metoda blok pembagian satu
bagian dari blok dapat ditambang. Setiap tipe memiliki keuntungan sendiri.

Berikut ini adalah contoh penjadwalan produksi dari suatu penambangan


bijih yang dapat memberikan nilai NPV optimum.

Contoh Soal :

Berdasarkan hasil interpretasi geologi dan perencanaan tambang diperoleh


gambaran blok penambangan bijih sebagai berikut.

W W W W W W W W W W
O O O O O O O O O O

keterangan : W = waste
O = ore
Berdasarkan hasil kajian kelayakan awal diperoleh data bahwa :
● net value tiap ‘ore’ blok adalah US$ 2.0
● biaya untuk menambang ‘waste’ tiap blok adalah US$ 1.0
● laju produksi per tahun adalah 5 blok
● interest rate diasumsikan 10 % (present value factor : 1/ (1+1)0)
Berdasarkan hasil perencanaan diperoleh 3 (tiga) skenario penjadwalan
produksi sebagai berikut.
1) Pengupasan 5 blok waste diikuti oleh penambangan 5 blok ore
2) Pre-stripping selama 1 tahun kemudian dilanjutkan oleh penambangan
3 blok ore/tahun dan pengupasan 2 blok waste/tahun.
3) Pengupasan waste diupayakan lebih dulu 1 blok dibandingkan
penambangan ore.
Tugas kita adalah menentukan skenario penjadwalan produksi yang mana
diantara 3 (tiga) skenario diatas yang akan diterapkan dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
a. Menggambarkan kemajuan penambangan blok tiap skenario tiap
tahun.
b. Menghitung besarnya Net Present Value untuk tiap skenario.

I - 84
c. Berdasarkan nilai Net Present Value tentukan skenario penambangan
yang akan diterapkan.

I - 85
Gambar 6.1. Tahapan Penambangan – Skenario 1
(Hustrulid & Kutcha,1995)

-$5 -$5 $10 $10


NPV = + + +
(1.10)1 (1.10)2 (1.10)3 (1.10)4

= -$4.55 - $4.13 + $7.51 + $6.83 = $5.66

Gambar 6.2. Tahapan Penambangan – Skenario 2


(Hustrulid & Kutcha,1995)

-$5 $4 $4 $7
NPV = + + +
(1.10)1 (1.10)2 (1.10)3 (1.10)4

= -$4.54 + $3.31 + $3.01 + $4.78 = $6.56

I - 86
Gambar 6.3. Tahapan Penambangan – Skenario 3
(Hustrulid & Kutcha,1995)

$1 $2.50 $2.50 $4
NPV = + + +
(1.10)1 (1.10)2 (1.10)3 (1.10)4

= $0.91 + $2.07 + $1.88 + $2.73 = $7.59

Dengan melihat nilai NPV untuk setiap skenario, maka skenario


penambangan bijih yang akan diterapkan adalah skenario ke-3 dengan
nilai NPV yang paling besar.

I - 87
PEKERJAAN RUMAH 7

Topik: Penjadwalan Produksi


Tabel di bawah ini menunjukkan banyaknya bijih dan waste pada jenjang
untuk 3 fase suatu tambang terbuka. Gambar terlampir menunjukkan
geometri bijih dan waste. Buat jadwal produksi untuk badan bijih tersebut.
Tandai gambar tersebut untuk menunjukkan jenjang yang mana yang
ditambang dari setiap fase pada periode fase tersebut.

Gunakan kriteria berikut ini:


1. Tingkat produksi bijih yang diinginkan adalah 7 unit per tahun untuk
jangka waktu proyek 10 tahun .
2. Pada tahap pra produksi tidak melakukan penambangan bijih tetapi
harus dapat menambang bijih mulai pada tahun 1.
3. Seluruh fase harus ditambang berdasarkan urutan jenjang. Anda tidak
dapat menambang bijih pada fase 2 dari jenjang 7 sebelum waste
pada jenjang 1-6 ditambang.
4. Buat jadwal pemindahan waste sebaik mungkin (setelah target
pemindahan waste dari tahap pra produksi tercapai).

Data Tonase Fase Penambangan


Fase 1 Fase 2 Fase 3 Total
Jenjang Bijih Wast Bijih Wast Bijih Waste Bijih Waste
e e
1 0 13 0 3 0 3 0 19
2 0 12 0 3 0 3 0 18
3 7 4 0 3 0 3 7 10

I - 88
4 7 3 0 3 0 3 7 9
5 7 2 0 3 0 3 7 8
6 7 1 0 3 0 3 7 7
7 7 3 0 3 7 6
8 7 2 0 3 7 5
9 7 1 0 3 7 4
10 7 3 7 3
11 7 2 7 2
12 7 1 7 1
Total 28 35 21 24 21 33 70 92

Jadwal Produksi Penambangan menunjukkan Distribusi Material Per Fase Per


Tahun
Fase 1 Fase 2 Fase 3 Total
Tahun Bijih Waste Bijih Waste Bijih Wast Bijih Wast
e e
PP
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Total 28 35 21 24 21 33 70 92

I - 89
I - 90
BAB VII
PERANCANGAN PIT DAN PUSHBACK

7.1. PENDAHULUAN

1) Pembahasan akan ditekankan pada perancangan geometri yang dapat


ditambang dengan masukan geometri pit yang dihasilkan oleh
program floating cone.
2) Dinding-dinding lereng dari tambang ( pit walls) harus diperhalus, dan
jalan masuk ke tambang harus diperhitungkan dalam perencanaan.

I - 91
3) Dalam bab ini kita akan membahas pula sudut lereng dan jalan angkut.
4) Perancangan pentahapan tambang (mining phases/pushback) akan
dibahas pula.

7.2. SUDUT LERENG

1) Geometri Jenjang
Geometri jenjang terdiri dari tinggi jenjang, sudut lereng
jenjang tunggal, dan lebar dari jenjang penangkap (catch bench).
Rancangan geoteknik jenjang biasanya dinyatakan dalam bentuk
parameter-parameter untuk ketiga aspek ini.
Tinggi jenjang : Biasanya alat muat yang digunakan harus
mampu pula mencapai pucuk atau bagian atas jenjang. Jika
tingkat produksi atau faktor lain mengharuskan ketinggian jenjang
tertentu, alat muat yang akan digunakan harus disesuaikan pula
ukurannya.
c. Sudut lereng jenjang : penggalian oleh alat gali mekanis seperti
loader atau shovel di permukaan jenjang pada umumnya akan
menghasilkan sudut lereng antara 60–65 derajat. Sudut lereng
yang lebih curam biasanya memerlukan peledakan pre-splitting.
d. Lebar jenjang penangkap : ditentukan oleh pertimbangan
keamanan. Tujuannya adalah menangkap batu-batuan yang jatuh.
Perlu bulldozer kecil atau grader untuk membersihkan catch bench
ini secara berkala.
Di beberapa tambang terkadang digunakan konfigurasi multi-
jenjang (double/triple bench), pada umumnya untuk jenjang yang
tingginya 5-8 meter. Dalam hal ini jenjang perangkap dibuat setiap dua
atau tiga jenjang. Tujuannya adalah untuk menerjalkan sudut lereng
keseluruhan. Jenjang penangkap ini biasanya dibuat lebih lebar
dibandingkan untuk jenjang tunggal.
Dalam operasi di pit, pengontrolan sudut lereng biasa dilakukan

I - 92
dengan menandai lokasi pucuk jenjang ( crest) yang diinginkan
menggunakan bendera kecil. Operator shovel diperintahkan untuk
menggali sampai mangkuknya mencapai lokasi bendera tersebut. Lokasi
lubang-lubang tembak dapat pula menjadi pedoman.

2) Sudut lereng inter-ramp vs. overall


a. Sudut lereng antar-jalan (inter-ramp slope angle) adalah sudut
lereng gabungan beberapa jenjang diantara dua jalan angkut.
Inilah yang dihasilkan oleh ahli-ahli geoteknik sewaktu mereka
menetapkan sudut lereng jenjang tunggal ( face angle) dan lebar
jenjang penangkap (catch bench)
b. Sudut lereng keseluruhan (overall slope angle) adalah sudut
yang sebenarnya dari dinding pit keseluruhan, dengan
memperhitungkan jalan angkut, jenjang penangkap dan semua
profil lain di pit wall.
c. Penggambaran dengan metoda garis tengah (centerline drawings)
i. Ada beberapa cara menggambarkan lokasi jenjang dalam peta
tambang. Satu alternatif adalah dengan menggambar garis
ketinggian kaki (toe) dan puncak jenjang (crest)
menggunakan dua jenis garis, misalnya tipis/tebal, putus-
putus/penuh atau dua warna yang berbeda. Gambar peta
yang dihasilkan cenderung lebih rumit.
ii. Alternatif yang lebih sederhana adalah menggunakan
ketinggian titik tengah jenjang ( bench centerlines) untuk
mewakili suatu jenjang. Dengan demikian hanya diperlukan
satu garis saja untuk menggambarkan suatu jenjang di peta.
Letak kontur ini tepat di tengah-tengah antara lokasi toe dan
crest.
iii. Di luar pit, garis-garis kontur ditandai dengan elevasi
sebenarnya. Di dalam pit, jenjang digambarkan pada lokasi
titik tengahnya (mid bench) tetapi ditandai dengan elevasi

I - 93
kaki jenjang (bench toe). Pada kenyataannya, label ini
mengacu kepada dataran (misalnya elevasi catch bench)
diantara dua centerlines.
iv. Garis kontur titik tengah (bench centerlines) ini memotong
jalan angkut di tengah-tengah antara dua jenjang (separo
jalan antar jenjang).

7.3. JALAN ANGKUT

1) Letak jalan keluar tambang


a. Untuk suatu tambang yang baru, penting diperhitungkan dimana
letak jalan-jalan keluar dari tambang. Biasanya kita ingin akses
yang baik ke lokasi pembuangan tanah penutup ( waste dump)
dan peremuk bijih (crusher).
b. Topografi merupakan faktor yang penting. Akan sulit sekali bagi
truk untuk keluar dari pit ke medan yang curam.

2) Lebar jalan
a. Tergantung pada lebar alat angkut, biasanya 4 kali lebar truk.
b. Lebar jalan seperti di atas memungkinkan lau lintas dua arah,
ruangan untuk truk yang akan menyusul, juga cukup untuk
selokan penyaliran dan tanggul pengaman. Untuk truk tambang
yang paling besar saat ini (240 ton) lebar jalan biasanya 30–35 m.

3) Kemiringan jalan
a. Jalan angkut di jalan tambang biasanya dirancang pada kemiringan
8% atau 10%
b. Untuk tambang-tambang yang besar, kemiringan jalan 8% paling
umum. Ini akan memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam
pembuatannya, serta memudahkan dalam pengaturan masuk ke
jenjang tanpa menjadi terlalu terjal di beberapa tempat.
c. Untuk jalan-jalan angkut yang panjang, kemiringan 10% adalah
kemiringan maksimum yang masih praktis. Tambang-tambang kecil

I - 94
banyak yang dirancang dengan kemiringan jalan 10%.

4) Rancangan spiral vs. switchback


a. Pada umumnya switchback ingin dihindari sebisa mungkin, karena
cenderung melambatkan laulintas. Juga ban akan lebih cepat aus
dan perawatan ban akan lebih besar lagi. Faktor lain adalah
keamanan.
b. Tetapi jika ada sisi tambang yang jauh lebih rendah dari dinding
lainnya di sekeliling pit, switchback di sisi ini sering lebih murah
daripada membuat jalan angkut spiral mengelilingi dinding pit.
c. Jika switchback harus dipakai, buatlah cukup panjang sehingga
dibagian sebelah dalam dari tikungan kemiringannya tidak terlalu
terjal.

5) Pertimbangan Keamanan
a. Di lokasi jalan tambang dapat dibuat belokan tanjangan darurat
(runaway ramps) untuk menghentikan truk yang tak terkontrol,
bila geometri pit memungkinkan. Melakukan pengupasan ekstra
yang besar hanya untuk membuat fasilitas ini tidak umum
dilakukan.
b. Tanggul pemisah di tengahjalan dapat dibuat beberapa tempat
untuk tujuan ini. Straddle berm semacam ini murah biayanya.

6) Dampak penggalian untuk membuat jalan


a. Baik di batuan bijih atau waste, material yang diatasnya menjadi
jalan tambang (atau yang harus digali untuk membuat jalan),
volumenya luar biasa besarnya. Dampak ekonomik dari
pembuatan jalan tambang cukup berarti.
b. Sering ada kecenderungan untuk membuat studi kelayakan awal
dengan tahap-tahap penambangan tanpa memperhitungkan
jumlah material untuk membuat jalan angkut. Kesalahan yang
diperoleh biasanya cukup besar. Dampak jalan angkut pada tahap-
tahap awal penambangan (yaitu tahap-tahap yang menghasilkan

I - 95
uang untuk mengembalikan modal) biasanya jauh lebih besar
daripada dampaknya pada rancangan akhir penambangan.

7.4. TAHAPAN TAMBANG (MINING PHASES/PUSHBACK)

1) Definisi, Filosofi, Metodologi


Pushback adalah bentuk-bentuk penambangan (minable
geometries) yang menunjukkan bagaimana suatu pit akan
ditambang, dari titik masuk awal hingga ke bentuk akhir pit.
Nama-nama lain adalah phases, slices, stages.
Tujuan utama dari pentahapan ini adalah untuk membagi
seluruh volume yang ada dalam pit ke dalam unit-unit
perencanaan yang lebih kecil sehingga lebih mudah ditangani.
c. Dengan demikian, problem perancangan tambang 3-Dimensi yang
amat kompleks ini dapat disederhanakan. Selain itu, elemen waktu
dapat mulai diperhitungkan dalam rancangan ini karena urutan
penambangan tiap-tiap pushback merupakan pertimbangan
penting.
d. Pushback ini biasanya dirancang mengikuti urutan penambangan
dengan algoritma floating cone untuk berbagai skenario harga
komoditas. Bentuk pushback ini tidak akan sama persis sama
dengan geometri yang dihasilkan floating cone karena kendala
operasi seperti lebar pushback minimum dll.
e. Tahapan-tahapan penambangan yang dirancang secara baik akan
memberikan akses ke semua daerah kerja, dan menyediakan
ruang kerja yang cukup untuk operasi peralatan yang efisien.

2) Kriteria perancangan
a. Harus cukup lebar agar peralatan tambang dapat bekerja dengan
baik. Untuk truk dan shovel besar yang ada sekarang, lebar
pushback minimum adalah 10–100 meter. Untuk loader dan truk
berukuran sedang 60 meter sudah cukup lebar. Jumlah shovel

I - 96
yang diperkirakan akan bekerja bersama-sama pada sebuah
pushback juga mempengaruhi lebar minimum ini.
b. Tak kurang pentingnya untuk memperlihatkan paling tidak satu
jalan angkut untuk setiap pushback, untuk memperhitungkan
jumlah material yang terlibat dan memungkinkan akses keluar.
Jalan angkut ini harus menunjukkan pula akses ke seluruh
pemuka kerja.
c. Perlu diperhatikan bahwa penambahan jalan pada suatu pushback
akan mengurangi lebar daerah kerja (sebanyak lebar jalan) di
bawah lokasi jalan tersebut. Jika beberapa jalan atau switchback
akan dimasukkan ke suatu pushback, lebar awal di sebelah atas
harus ditambah untuk memberi ruangan ekstra.
d. Perlu diperhatikan pula bahwa tambang kita tidak akan pernah
sama bentuknya dengan rancangan tahap-tahap penambangan
(phase design). Ini karena dalam kenyatannya, beberapa
pushback akan aktif pada waktu yang sama (dikerjakan secara
bersamaan).

3) Penampilan Rancangan
a. Peta penampang horisontal tampak atas ( plan/level map)
memperlihatkan bentuk pit pada akhir tiap tahap. Bila mungkin
tandai setiap perubahan.
b. Peta penampang horisontal yang menunjukkan batas seluruh
pushback pada satu atau dua elevasi jenjang.
c. Peta penampang vertikal tampak samping ( cross-section) yang
menunjukkan geometri seluruh pushback sering berguna pula.

Suatu tabel yang memberikan jumlah ton bijih, kadarnya, jumlah material
total dan nisbah pengupasan untuk setiap pushback (Tabel 7.1). Tabulasi
jumlah dan kadar material per jenjang untuk tiap pushback diperlukan
untuk penjadwalan produksi (Tabel 7.2).

I - 97
Tabel 7.1. Tabulasi Material Setiap Tahapan
Untuk Tiap Tahunnya
TABULATION OF ORE TONS PER PHASE PER YEAR
Year Phase 1 Phase 2 Phase 3 Phase 4 Phase 5 Phase 6 Phase
0 4808. 0. 0. 0. 0. 0.
1 6225. 5167. 0. 0. 0. 0.
2 17483. 4073. 0. 45. 0. 0.
3 9175. 12418. 0. 6. 0. 0.
4 0. 2730. 17704. 654. 513. 0.
5 0. 0. 6019. 9816. 5765. 0.
6 0. 0. 0. 0. 21370. 230.
7 0. 0. 0. 0. 18100. 3501.
8 0. 0. 0. 0. 7042. 14558.
9 0. 0. 0. 0. 0. 21600.
10 0. 0. 0. 0. 0. 21600.
11 0. 0. 0. 0. 0. 7583.
TOTAL 37691. 24388. 23723. 10521. 52790. 69071.

I - 98
TABULATION OF WASTE TONS PER PHASE PER YEAR
Year Phase 1 Phase 2 Phase 3 Phase 4 Phase 5 Phase 6 Phase
0 13069. 0. 0. 0. 0. 0.
1 8350. 16870. 0. 0. 0. 0.
2 6770. 11660. 0. 6790. 0. 0.
3 761. 9350. 0. 15109. 0. 0.
4 0. 7. 1526. 16275. 7412. 0.
5 0. 0. 33. 4107. 21084. 0.
6 0. 0. 0. 0. 10488. 14405.
7 0. 0. 0. 0. 1745. 23148.
8 0. 0. 0. 0. 1270. 23622.
9 0. 0. 0. 0. 0. 17196.
10 0. 0. 0. 0. 0. 3018.
11 0. 0. 0. 0. 0. 17.
TOTAL 28950. 37887. 1559. 42281. 41999. 81406.

TABULATION OF TOTAL TONS PER PHASE PER YEAR


Year Phase 1 Phase 2 Phase 3 Phase 4 Phase 5 Phase 6 Phase
0 17877. 0. 0. 0. 0. 0.
1 14575. 22038. 0. 0. 0. 0.
2 24253. 15732. 0. 6835. 0. 0.
3 9936. 21768. 0. 15115. 0. 0.
4 0. 2737. 19230. 16929. 7925. 0.
5 0. 0. 6052. 13923. 26849. 0.
6 0. 0. 0. 0. 31858. 14635.
7 0. 0. 0. 0. 19844. 26649.
8 0. 0. 0. 0. 8312. 38179.
9 0. 0. 0. 0. 0. 38796.
10 0. 0. 0. 0. 0. 24618.
11 0. 0. 0. 0. 0. 7599.
TOTAL 66641. 62275. 25282. 52802. 94789. 150477.

Tabel 7.2. Tabulasi Jumlah dan Kadar Material Per jenjang


Untuk Tiap Tahapan

Ore Total Total


Bench Gold Waste Bench
Year Phase Ktonnes Cu Eq Coppe Ktonnes
Ktonnes g/t Ktonnes Fraction
r
1 1335 0 0,000 0,000 0,000 1,051 1,061 1.0000
PP 1320 1,811 0,687 0,242 0,242 4,090 5,901 1.0000
1305 2,997 0,683 0,209 0,209 7,918 10.915 1.0000
1290 4,714 0,725 0,213 0,213 7,268 11.982 1.0000
Total 9,522 0,705 0,217 0,217 20.337 29.859
1 1275 1,324 0,801 0,214 0,214 948 2,272 0.2166
2 1350 0 0,000 0,000 0,000 331 331 1.0000
1335 581 0,710 0,234 0,234 1,206 1,787 1.0000
1320 1,161 0,622 0,167 0,167 2,215 3,376 1.0000
1305 1,212 0,709 0,202 0,202 3,508 4,720 1.0000
1290 1,239 0,797 0,219 0,219 5,448 6,687 1.0000
1275 1,161 0,901 0,250 0,250 4,958 6,119 0.8275
Total 6,678 0,762 0,213 0,213 18.614 25.292

I - 99
Example of Bench Average Mining Ratio
Year 1: Ore Target 6,678 Waste Target : 18,614
Year Phase Bench Ore Waste Bench Cumulative Cumulative
Ktonnes Ktonnes Fraction Ore Waste
1 1 1275 6114 4377 x 6114 4377

1 2 1350 0 331 1 0 331


1335 581 1206 1 581 1537
1320 1161 2215 1 1742 3752
1305 1212 3508 1 2954 7260
1290 1239 54446 1 4193 12708
1275 1403 59993 y 5596 18701

Ore : 4193 + 6114x + 1403y = 6678


Waste : 12708 + 4377x + 5993y = 18614
x = 0.2166, y = 0.6273

Berikut ini adalah beberapa contoh pushback untuk suatu tambang

I - 100
Gambar 7.1. Mining Phase 1
(American Gold Resources, 1996)

I - 101
Gambar 7.2. Mining Phase 2
(American Gold Resources, 1996)

I - 102
Gambar 7.3. Mining Phase 3
(American Gold Resources, 1996)

I - 103
Gambar 7.4. Mining Phase 4
(American Gold Resources, 1996)

I - 104
Gambar 7.5. Final Pit
(American Gold Resources, 1996)

I - 105
PEKERJAAN RUMAH 8

Topik : Ramp Design

Buatlah desain jalan (ramp design) dari suatu pit seperti terlihat pada
gambar dibawah ini. Jelaskanlah tahap-tahap pembuatan jalan tersebut
(lihatlah buku “Open Pit Mine Planing and Design”, Hustrulid & Kutcha,
1995)
Keadaan awal :

I - 106
BAB VIII
WASTE DUMP DAN STOCKPILE

8.1. PENDAHULUAN

1) Suatu waste dump adalah suatu daerah dimana suatu operasi


tambang terbuka dapat membuang material kadar rendah dan/atau
material bukan bijih yang harus digali dari pit untuk memperoleh
bijih/material kadar tinggi.
2) Stockpile digunakan untuk menyimpan material yang akan digunakan
pada saat yang akan datang.
a. Bijih kadar rendah yang dapat diproses pada saat yang akan
datang.
b. Tanah penutup atau tanah pucuk yang dapat digunakan untuk
reklamasi.
3) Rancangan waste dump sangat penting untuk perhitungan
keekonomian. Lokasi dan bentuk dari waste dump dan stockpile akan
berpengaruh terhadap jumlah gilir truk yang diperlukan, demikian pula
biaya operasi dan jumlah truk dalam satu armada yang diperlukan.
4) Daerah yang diperlukan untuk waste dump pada umumnya luasnya
2-3 kali dari daerah penambangan (pit).
a. Material yang telah dibongkar (loose material) berkembang 30-45 %
dibandingkan dengan material in situ.
b. Sudut kemiringan untuk suatu dump umumnya lebih landai dari
pit.
c. Material pada umumnya tidak dapat ditumpuk setinggi kedalaman
dari pit.
5) Berdasarkan alasan politik, banyak perusahaan menjauhi nama waste
dumps. Istilah yang disukai adalah waste rock storage area, rock piles,
dan lain-lain.

I - 107
8.2. JENIS DUMP

1) Valley Fill/Crest Dumps


a. Dapat diterapkan di daerah ayng mempunyai topografi curam. Dumps
dibangun pada lereng.
b. Elevasi puncak (dump crest) ditetapkan pada awal pembuatan
dump. Truk membawa muatannya ke elevasi ini dan membuang
muatannya ke lembah di bawahnya. Elevasi crest ini dipertahankan
sepanjang umur tambang.
c. Dump dibangun pada angle of repose.
d. Membangun suatu dump ke arah atas (dalam beberapa lift) pada
daerah yang topografinya curam biayanya mahal. Dumping akan
mulai pada kaki (toe) dari dump final yang berarti pengangkutan
truk yang panjang pada awal proyek.
e. Diperlukan usaha yang cukup besar untuk pemadatan yang
memenuhi persyaratan reklamasi.

2) Terraced Dump/Dump yang dibangun ke atas (dalam lift)


a. Dapat diterapkan jika topografi tidak begitu curam pada lokasi
dump.
b. Dump dibangun dari bawah ke atas. Dalam lift biasanya 20-40 m
tingginya.
c. Ada untung ruginya dari segi ekonomi antara jarak horizontal
untuk perluasan lift terhadap kapan memulai suatu lift baru.
d. Lift-lift berikutnya terletak lebih ke belakang sehingga sudut lereng
keseluruhan (overall slope angle) mendekati yang dibutuhkan
untuk reklamasi.

8.3. PEMILIHAN LOKASI

1) Tergantung pada beberapa faktor:


a. Lokasi dan ukuran pit sebagai fungsi waktu.
b. Topografi.

I - 108
c. Volume waste rock sebagai fungsi waktu dan sumber.
d. Batas KP/CoW.
e. Jalur penirisan yang ada.
f. Persyaratan reklamasi.
g. Kondisi pondasi.
h. Peralatan penanganan material.

2) Selama rancangan detail dapat dipertimbangkan beberapa lokasi yang


berbeda untuk perbandingan faktor ekonomik.

8.4. PARAMETER RANCANGAN

1) Angle of Repose
a. Batuan kering run of mine umumnya mempunyai angle of repose antara
34–37 derajat.
b. Sudut ini dipengaruhi oleh tinggi dump, ketidakteraturan bongkah
batuan, kecepatan dumping.
c. Dapat dibuat pengukuran pada suatu lereng (bongkah-bongkah
alami/talus) yang ada di daerah tersebut.

2) Faktor Pengembangan (Swell Factor)


a. Pada batuan keras, faktor pengembangan pada umumnya antara
30 dan 45%. Satu meter kubik in situ akan mengembang menjadi
1,3–1,45 meter kubik material lepas (loose).
b. Pengukuran bobot isi loose dapat dilakukan.
c. Dengan waktu, material dapat dikompakkan dari 5–15%. Material
yang dibuang dengan truk akan menjadi lebih kompak daripada
material yang dibuang oleh ban berjalan (belt conveyor stackes).

3) Tinggi Lift/Jarak “Setback”


a. Hanya berlaku untuk dump yang dibangun ke atas (dengan lift).
b. Tinggi lift umumnya adalah 15-40 meter.
c. Rancangan jarak setback sedemikian rupa sehingga sudut
kemiringan keseluruhan rata-rata (average overall slope angle)

I - 109
adalah 2H:1V (27 derajat) sampai 2.5H:1V (22 derajat) untuk
memudahkan reklamasi.
4) Jarak Dari Pit Limit
a. Jarak minimum adalah ruangan yang cukup untuk suatu jalan
antara pit limit dan kaki dump (dump toe). Kestabilan pit akibat
dump harus diperhitungkan.
b. Jarak yang sama atau lebih besar dari kedalaman pit akan
mengurangi resiko yang berhubungan dengan kestabilan lereng
pit.

5) Makalah Bonhet/Kunze (Surface Mining Bab 5.6) merekomendasikan


sedikit tanjakan ke arah dump crest dengan alasan penirisan dan
keamanan.
a. Limpasan air hujan menjauhi crest.
b. Truk harus menggunakan tenaga mesin untuk menuju ke crest
dan bukan meluncur bebas. Juga akan mengurangi resiko alat/
kendaraan yang diparkir meluncur jatuh dari puncak waste dump
(crest).

8.5. PERHITUNGAN VOLUME

1) Penampang Horizontal
a. Ukur luas daerah pada kaki (toe) dan puncak (crest) dari setiap lift.
Rata-ratanya adalah luas lift.
b. Tinggi lift memberikan dimensi ke tiga dan volume untuk lift.
c. Jumlahkan volume untuk tiap lift untuk memperoleh volume total
dump.
2) Penampang Vertikal
a. Buat beberapa penampang melintang dengan jarak yang sama melalui
dump.
b. Ukur luas pada tiap penampang.
c. Luas ini dianggap sama sehingga separuh jalan ke penampang

I - 110
berikutnya pada kedua sisi untuk memperoleh dimensi ke tiga dan
volume untuk setiap penampang.
d. Jumlahkan volume tiap-tiap penampang untuk memperoleh
volume total dump.

3) Rancangan Dump adalah dengan cara coba-coba (Trial and Error)


a. Gambar rancangan dump secara coba-coba dan hitung volumenya.
Bandingkan dengan volume dump yang diperlukan.
b. Sesuaikan rancangan dan ukur kembali sampai volume yang
diinginkan dicapai. Umumnya 2–3 kali dicoba sudah cukup.
Perbedaan antara ukuran yang diperlukan dan rancangan sampai
5% umumnya dapat diterima.

8.6. REKLAMASI

1) Untuk memenuhi syarat lingkungan pada umumnya dump akan


dirancang dengan kemiringan 2H:1V atau 2.5H:1V.
a. Stabilitas jangka panjang.
b. Memudahkan penanaman kembali (revegetasi).
2) Mungkin harus ditimbun dengan topsoil atau overburden.
3) Mungkin harus memelihara saluran air dan kolam pengendapan
sedimen.
4) Harus memantau air dari dump (masalah air asam tambang, dll).

8.7. KOMENTAR LAIN

1) Biasanya satu track dozer ditugasi pada waste dump yang aktif.
a. Menjaga dump tetap bersih dan memelihara kemiringan.
b. Sering truk menimbun dekat dengan crest dan dozer mendorong
material melalui crest.
c. Membebaskan truk dan peralatan lain yang terperangkap.
2) Dump yang besar memerlukan perhitungan rekayasa geoteknik yang

I - 111
cukup.
a. Penentuan kestabilan pondasi.
b. Kecepatan maksimum dari kemajuan dump.
c. Pengaruh air. Bagaimana membuang material ke jalur penirisan.
d. Masalah gempa bumi pada daerah seismik yang aktif.
3) Jika rencana tambang mengijinkan, penimbunan kembali ke daerah
yang sudah habis ditambang banyak memberi keuntungan (dilakukan
misalnya di Gn. Muro).
a. Umumnya pengangkutan jarak pendek.
b. Mengurangi dampak visual dari aktivitas tambang.
4) Menjadwalkan penempatan material pada dump sesuai penjadwalan
produksi umum dilakukan.

BAB IX

I - 112
EVALUASI FINANSIAL

9.1. PENDAHULUAN

1) Tujuan dari suatu usaha bisnis dalam ekonomi pasar bebas adalah
memberikan pengembalian finansial (financial return) kepada para
pemilk usaha, konsisten dengan tujuan dari perusahaan. Perusahaan
itu sendiri bisa berupa perusahaan publik atau milik individu.
2) Tujuan evaluasi finansial adalah untuk menentukan apakah
pengembalian finansial yang cukup dapat diperoleh dari suatu proyek.
Salah satu hal yang mungkin dapat diperoleh dari suatu proyek. Salah
satu hal yang mungkin ingin dievaluasi adalah bagaimana sebaiknya
mengalokasikan dana perusahaan di beberapa proyek yang saling
bersaing untuk mendapatkan dana.
3) Aspek-aspek evaluasi finansial spesifik untuk pertambangan :
a. Intensitas kapital
b. Masa pra-produksi yang panjang
c. Resiko besar
4) Sumberdaya tak terbarukan–penghasilan diperoleh dengan mengambil/
menjual aset (cadangan).

9.2. NILAI WAKTU DARI UANG

1) Dalam ekonomi pasar bebas, nilai waktu dari uang terletak di jantung
dari semua transaksi financial.
2) Bunga (interest) adalah sewa yang dibayar untuk pemakaian uang.
a. FV = PV (1+i)n PV = Present Value
b. PV = FV / (1+i)n FV = Future Value

9.3. MENENTUKAN TINGKAT BUNGA (DISCOUNT RATE)

I - 113
1) Walaupun telah ada kesepakatan tentang perlunya konsep nilai waktu
dari uang, pemilihan atau penentuan tingkat bunga yang pantas sering
menjadi bahan diskusi dan perdebatan.
2) Komponen utama dari Discount Rate
a. Base Opportunity Cost
b. Transaction Cost
c. Increment resiko – berbagai tingkat
i. Penggantian peralatan di tambang yang sedang beroperasi
ii. Program ekspansi di tambang yang sedang beroperasi
iii. Pengembangan tambang baru, komoditas sama, di negara
yang sama
iv. Pengembangan tambang baru, komoditas lain dan/atau di
negara lain.
d. Increment Inflasi
Jika digunakan evaluasi constant dollar, komponen inflasi harus
dikeluarkan dari discount rate.

9.4. PERHITUNGAN INFLASI

1) Tiga cara mendasar untuk memasukkan inflasi dalam statement aliran


kas :
a. Constant dollar, tanpa perubahan untuk inflasi :
i. Semua ongkos/biaya dan penghasilan dihitung untuk waktu itu
ii. Ongkos dan penghasilan dianggap akan terinflasi pada tingkat
yang sama
iii. Ongkos kapital dan pajak biasanya terlalu kecil dari seharusnya

b. Semua variabel diinflasikan ke awal proyek, setelah itu tetap


konstan.
i. Digunakan oleh beberapa institusi keuangan karena
memperhitungkan inflasi untuk ongkos kapital tersebut.

I - 114
ii. Pajak masih terlalu kecil dari yang seharusnya.

c. Semua variabel diinflasikan selama jangka waktu proyek.


i. Dalam teorinya paling realistik
ii. Harus mengasumsikan tingkat inflasi per tahun untuk tiap
variabel.

2) Tanpa memperhitungkan inflasi akan membuat pajak terlalu kecil.


Depresiasi dan deflesi dihitung pada awal proyek yang tidak
terpengaruh oleh inflasi. Pengaruh netto dari inflasi ialah mengurangi
kredit pajak dari keduanya.

9.5. UKURAN KINERJA

1) Payback Period
2) Net Present Value
3) Internal Rate of Return

9.6. ANALISIS SENSITIVITAS

1) Problem utama dengan analisis finansial ialah mencoba


memprediksikan hasil dari banyak parameter.
2) Dalam analisis sensitivitas tiap variabel yang penting untuk evaluasi
(kadar bijih, perolehan, ongkos kapital, ongkos operasi, harga
komoditas) diubah-ubah untuk menentukan pengaruhnya terhadap
ukuran kinerja.

9.7. ANALISIS RESIKO

1) Mirip dengan analisis sensitivitas, hanya di sini suatu distribusi


probabilitas dibuat untuk parameter-parameter yang penting.
2) Simulasi Monte Carlo dipakai untuk membuat suatu distribusi ukuran
kinerja (lihat artikel 4.3 Financial Analysis dalam surface Mining)

I - 115
Berikut ini adalah contoh perhitungan evaluasi finansial dari suatu tambang.

Contoh Soal :
Suatu konsultan tambang diminta untuk mengkaji kelayakan suatu
endapan porfiri gold-copper. Berdasarkan hasil studi kelayakan awal ( pre-
feasibility study) telah diperoleh data-data sebagai berikut :

A. Data produksi

Dengan mempertimbangkan tingkat produksi dan topografi daerah


penambangan maka diputuskan untuk melakukan penambangan secara
tambang terbuka, dengan data-data :
- ore : 3500 Kton/tahun
- gold grade : 0.0207 oz/tahun
- copper grade : 0.6 %
- perbandingan waste to ore : 5.5 (tahun 1-3); 4.0 (tahun 4); dan
3.0 (tahun 5)
- umur : 5 tahun

Catatan: Pada tahun ke-0 hanya memproduksi waste sebesar 15.000 Ktons

B. Data Pengolahan

Dengan mempertimbangkan karakteristik mineral yang ada maka diputuskan


bahwa metoda pengolahan yang digunakan adalah dengan metoda flotasi,
dengan data-data :
- mill recovery of gold : 80%
- mill recovery of copper : 92%

C. Data Ekonomi

Dengan mempertimbangkan supply-demand pasar logam, teknologi


penambangan dan pengolahan serta kondisi makro ekonomi maka data-
data dasar yang digunakan untuk analisis ekonomi adalah :

- Mining cost : US$ 0.55 per tonne

I - 116
- Milling cost : US$ 1.8 per tonne
- General & Administration cost : US$ 0.5 per tonne
- Copper price : US$ 1.0 per pound
- Gold price : US$ 400 per troy ounce
- Smelter payable of copper : 96%
- Smelter payable of gold : 98%
- SRF per pound payable copper : US$ 0.345
- Plant and infrastructure capital : US$ 20.000.000
- Akusisi lahan : US$ 10.000.000
- Discount rate : 15%
- Present value factor : 1/(1+i)n
- Ekskalasi biaya : 1%
- Ekskalasi pendapatan : 1%
- Pajak perusahaan : 20%
- Royalti : 2% dari revenue

Tugas kita sebagai mining engineer yang bekerja pada konsultan tersebut
adalah menghitung kelayakan penambangan dengan menyusun langkah
perhitungan sebagai berikut :
1) Menghitung (untuk tahun 1) :
a. Break Even Cut off Grade for Copper
b. Internal Cut off Grade for Copper
c. Copper Equivalent

2) Menghitung Net Present Value (NPV) selama umur tambang setelah


pajak.
Berdasarkan hasil perhitungan yang kita lakukan tentukan apakah skenario
penambangan yang telah disusun layak untuk diterapkan atau tidak ?
Catatan : 1 ton = 2000 pound ; 1 ounce = 0.9114 troy ounce

Jawaban :

Tabel 9.1. Data Ekonomik Awal Untuk Cebakan Bijih (dalam US$ )

Mining cost per tonne Total material US$ 0.55

I - 117
Milling cost per tonne Ore US$ 1.8
General & Administration cost per tonne ore US$ 0.5
Mill recovery of gold 80%
Mill recovery of copper 92%
SRF per pound payable copper US$ 0.345
Smelter payable (Recovery) of copper 96%
Smelter payable (Recovery) of gold 98%
Copper price per pound US$ 1.0
Gold price per troy ounce (per gram) US$ 400 ($12.86)
Breakeven Cut off Grade for copper ?
Internal Cut off Grade for Copper ?
Copper Equivalent ?

Perhitungan :

a. BECOG
Penghasilan = Biaya
Price x Gradex Mill Rec x Smelter Rec x 20 = Cost (Mine+Mill+G&A) + SRF
x Grade x Mill Rec x Smelter Rec x 20

(Price-SRF) x Grade x Mill Rec x Smel. Rec x 20 = Cost (mine + Mill + G&A)
Cost Cost (mine + Mill + G&A)
BECOG =
(Price-SRF) x Mill Rec x Smelter Rec x 20
($0.55 + $1.80 + $0.50)
=
($1.00 -$0.345) x 0.92 x 0.96 x 20
= 0.246 %

Catatan :
Angka 20 adalah faktor konversi dari % ke pound (dengan satuan pound %)
b. ICOG
Rumusnya sama dengan BECOG namun ongkos penambangannya tidak ikut
diperhitungkan.
Cost (Mill + G&A)
ICOG =
(Price-SRF) x Mill Rec x Smelter Rec x 20

( $1.80 + $0.50)
=
($1.00 -$0.345) x 0.92 x 0.96 x 20
= 0.20 %

I - 118
c. Copper Equivalent

Tabel 9.2. Data Pengolahan Bijih

Copper Gold
Price $ 1.00/lb $ 12.86/gr
Mill Rec 98% 80%
Smelter Rec 96% 98%
SRF $0.345 -

1) Hitung nilai NSR (Net Smelter Return) dari 1 ton bijih dengan kadar 1%
Cu.
($1.00/lb - $0.345/lb) x (1%) x 0.92 x 0.96 x 20 lb/% = $ 11.57

2) Hitung nilai NSR (Net Smelter Return) dari 1 ton bijih dengan kadar
1 gr/ton Au.
($ 12.86/gr) x 1 gr x (0.80) x (0.98) = $ 10.08

Faktor Eq =

Faktor Eq = = 0.871

3) Copper Equivalent = total Cu + 0.871 x Gold


Discount rate : 15%
Gold price : 400 US$/tr oz
Copper price : 1 US$/lb
Process Rec of Gold : 80%
Process Rec of Copper : 92%

Present Value Factors at 15 % interest

Year 0 1 2 3 4 5
Factor 1.000 0.870 0.756 0.658 0.572 0.497

Year 0 1 2 3 4 5
Waste : ore 5.5 5.5 5.5 4 3

I - 119
Tabel 9.3. Hasil Perhitungan NPV

Year
Economic Parameter Total
PP 1 2 3 4 5

Ore (ktons) 0 3500 3500 3500 3500 3500 17500


Waste (ktons) 15000 19250 19250 19250 14000 10500 97250
Total (ktons) 15000 22750 22750 22750 17500 14000 114750
Grade Gold (ktons) 0.0207 0.0207 0.0207 0.0207 0.0207 0.0207 0.0207
Recovereed Gold (koz) 0 72.45 72.45 72.45 72.45 72.45 362.25
Grade Copper (%) 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6
Recovered Copper (ktons) 0 21 21 21 21 21 105
Gross Revenue ($ x 1000) 0 64076 64076 64076 64076 64076 320381
Mining Cost per total ton 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55
Total Mining Cost ($ x 1000) 8250 12513 12513 12513 9625 7700 63113
Processing Cost Per ton ore 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8
Total Processing Cost 0 6300 6300 6300 6300 6300 32500
G&A Cost per ton ore 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
Total G&A Cost per ton ore 0 1750 1750 1750 1750 1750 8750
Plant and Infrastructure Capital 20000 20000
Akuisisi Lahan 10000 10000
Royalti 0 1281.5 1281.5 1281.5 1281.5 1281.5 6407.6
Taxable Income ($ x 1000) 38250 42232 42232 42232 45120 47045 180610
Tax (20%) 0 8446.4 8446.4 8446.4 9023.9 9408.9 43772
Cash flow 38250 33786 33786 33786 36096 37636 136838

PEKERJAAN RUMAH 9

Proyek 1

Topik : Perhitungan NPV Proyek


Hitung pre-tax cash flow untuk tiap tahun dengan jadwal produksi dan
parameter ekonomi sebagi berikut. Juga hitung NPV untuk proyek
menggunakan tingkat bunga 15%.
Jadwal Produksi Penambangan
Tahun Kton Emas Emas (oz) Kton Ktol total

I - 120
bijih (oz/t) waste
PP 0 0,000 0 11.000 11.000
1 2.700 0,072 199.400 14.300 17.000
2 2.700 0,074 199.800 14.300 17.000
3 2.700 0,068 183.600 14.300 17.000
4 2.700 0,060 162.000 13.683 16.383
5 2.700 0,063 170.100 4.011 6.711
6 1.531 0,059 90.300 2.098 3.629
TOTAL 15.031 0,067 1.005.200 73.692 88.723

Parameter Ekonomi
Biaya penambangan per total ton $ 0,85
Biaya pengolahan per ton bijih $ 3,10
Biaya umum & administrasi per tahun $ 1.377
(termasuk PP) ($x1000)
Perolehan pengolahan 80 %
Harga emas per troy oz $ 400
Modal pabrik dan infrastruktur $ 30.000
($x1000)
Tingkat suku bunga 15 %

Buat asumsi yang layak untuk modal awal tambang. Modal penggantian
pealatan tidak diperhitungkan.

Present Value Factor pada tingkat suku bunga 15 %. Faktor = 1/(1+i)n.


Tahun 0 1 2 3 4 5 6
Faktor 1,000 0,870 0,756 0,658 0,572 0,497 0,432

1. Hitunglah NPV proyek dengan data-data Ekonomi di atas.


2. Dikerjakan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
3.
Parameter PP 1 2 3 4 5 6 Total
Ekonomik

I - 121
NPV pada
15%

BAB XI

ONGKOS OPERASI TAMBANG

11.1. KOMPONEN UTAMA

1) Tenaga Kerja

2) Suku Cadang dan Bahan Habis


a. Penggantian karena rusak atau aus
b. Bahan bakar
c. Bahan peledak dan aksesorinya
d. Oli, pelumas, filter

I - 122
11.2. ONGKOS OPERASI BIASA DINYATAKAN UNTUK TIAP UNIT
OPERASI

1) Pemboran

a. Ongkos suku cadang dan bahan habis yang terkait dengan operasi dan
perawatan alat bor lubang tembak. Meliputi ongkos mata bor, batang bor
dan aksesori lainnya.
b. Ongkos tenaga kerja (operator alat bor dan asistennya serta sebagian dari
personel perawatan alat).
2) Peledakan
a. Ongkos suku cadang dan bahan habis yang terkait dengan operasi
peledakan.
b. Ongkos tenaga kerja (juru ledak dan asistennya).
3) Pemuatan
a. Ongkos suku cadang dan bahan habis yang terkait dengan operasi dan
perawatan alat muat (shovel, loader).
b. Ongkos tenaga kerja (operator shovel, loader dan sebagian dari personel
perawatan alat).
4) Pengangkutan
a. Ongkos suku cadang dan bahan habis yang terkait dengan operasi dan
perawatan alat angkut (truk).
b. Ongkos tenaga kerja (operator truk dan sebagian dari personel perawatan
alat).

5) Kegiatan Pendukung Utama


a. Ongkos suku cadang dan bahan habis yang terkait dengan operasi dan
perawatan alat pendukung utama (bulldozer, grader, truk air)
b. Ongkos tenaga kerja alat-alat tersebut (operator dan sebagian dari
personel perawatan alat).

6) Kegiatan Penunjang Tambang


a. Ongkos suku cadang dan bahan habis yang terkait dengan operasi dan
perawatan alat penunjang kegiatan tambang (alat bor kecil, truk bahan

I - 123
peledak, alat gali kecil, dll juga suplai untuk bagian engineering dan
operasi). Sebagai patokan (rule of thumb) dapat digunakan angka US$ 0.
01 per total ton.
b. Ongkos tenaga kerja personel tambang yang terkait (juru pompa, kru
servis dan tenaga kerja umum).

7) Perawatan Umum
a. Ongkos suku cadang dan bahan habis yang terkait dengan pemeliharaan
alat pendukung perawatan tambang (truk bahan bakar, truk pelumas,
crane, dll juga suplai untuk bagian perawatan, bengkel dan gudang).
Sebagai patokan (rule of thumb) dapat digunakan angka US$ 0. 01 per
total ton.
b. Ongkos tenaga kerja personel perawatan seperti teknisi ban, kru bahan
bakar/pelumas dan tenaga kerja umum.
c. Termasuk pula biaya servis oleh kontraktor atau agen. Dapat diperkirakan
sebagai persentase dari ongkos tenaga kerja perawatan total.

8) General dan Administrative (G & A)


Gaji pegawai di bidang-bidang umum dan administrasi (biasanya disebut
dengan biaya upah overhead) ditambah dengan tunjangan-tunjangan lainnya.

11.3. PARAMETER PENTING DALAM PENAKSIRAN ONGKOS/BIAYA

1) Tingkat Upah Pekerja


a. Perlu data tentang tingkat upah yang berlaku untuk keahlian ekivalen
yang diperlukan oleh operasi penambangan.
b. Tambahan tunjangan-tunjangan lain di luar gaji besarnya tergantung pada
peraturan yang berlaku. Di Amerika Serikat berkisar sekitar 35%; di
beberapa negara lain dapat lebih tinggi.
c. Tingkat upah ini dikalikan dengan jumlah personel yang dihitung
sebelumnya dalam bab “Kebutuhan Tenaga Kerja”.

I - 124
2) Harga diesel (untuk bahan bakar dan campuran bahan peledak ANFO) hingga
ke tambang.
3) Biaya listrik (untuk peralatan shovel dan bor listrik).
4) Harga bahan peledak sampai ke tambang.
5) Jumlah gilir yang dijadwalkan untuk tiap jenis alat (dari Perhitungan
Kebutuhan Peralatan Tambang).

11.4. ONGKOS OPERASI ALAT PER GILIR

Berdasarkan pada biaya operasi per jam dan jumlah aktual jam pemakaian alat per
gilir.

11.5. ONGKOS PELEDAKAN

Ongkos bahan peledak dan aksesorinya yang dibutuhkan untuk suatu pola
peledakan tipikal, dibagi dengan jumlah ton batuan yang dihasilkan.

1) Alternatif lain untuk memperkirakan biaya aksesori peledakan adalah dengan


menggunakan persentase dari ongkos bahan peledak. Persentase untuk suplai
aksesori bahan peledak ini berkisar dari 2-3% untuk tinggi jenjang dan spasi
(jarak antar lubang tembak) yang besar, hingga 33% untuk jenjang dan spasi
kecil.
2) Suplai aksesori lainnya ini meliputi primer, booster, detonating cord, dll.

Contoh ongkos operasi tambang :

Tabel 11.1. Ongkos Operasi Tambang Selama 25 Tahun

I - 125
BAB XII
PERENCANAAN TAMBANG BATUBARA

12.1. PENAKSIRAN CADANGAN

Penaksiran cadangan merupakan salah satu tugas terpenting dan berat


tanggung jawabnya dalam mengevaluasi suatu proyek pertambangan
karena keputusan-keputusan teknis amat tergantung padanya. Model

I - 126
cadangan yang dibuat adalah pendekatan dari keadaan cadangan nyata
berdasarkan data/informasi yang tersedia dan masih mengandung
ketidakpastian.

Ada beberapa hal yang mendasari sehingga penaksiran cadangan


dianggap penting, antara lain :
1) Penaksiran cadangan memberikan taksiran dari kuantitas (tonase) dan
kualitas (kadar dan lain-lain) dari cadangan.
2) Penaksiran cadangan memberikan perkiraan bentuk tiga dimensi dari
cadangan serta distribusi ruang ( spatial) dari nilainya. Hal ini penting
untuk menentukan urutan atau tahapan penambangan, yang pada
gilirannya akan mempengaruhi pemilihan peralatan dan Net Present
Value (NPV) dari tambang.
3) Jumlah cadangan menentukan umur tambang. Hal ini penting dalam
perancangan pabrik pengolahan dan kebutuhan infrastruktur lainnya.
4) Batas-batas kegiatan penambangan (pit limit) dibuat berdasarkan
taksiran cadangan. Faktor ini harus diperhatikan dalam menentukan
lokasi pembuangan tanah atau batuan penutup dan tailing (waste
dump dan tailing impoundment), pabrik pengolahan bijih, bengkel dan
fasilitas lainnya.

Syarat-syarat untuk dapat melaksanakan penaksiran cadangan suatu


daerah penambangan, antara lain :
1) Suatu taksiran cadangan harus mencerminkan kondisi geologis dan
karakter atau sifat dari mineralisasi.
2) Model cadangan yang akan digunakan untuk perancangan tambang
harus konsisten dengan metode penambangan dan teknik
perencanaan tambang yang akan diterapkan.
3) Taksiran yang baik harus didasarkan pada data faktual yang diolah
atau diperlakukan secara objektif.
4) Metode penaksiran yang digunakan harus memberikan hasil yang

I - 127
dapat diuji ulang atau diverifikasi.

Tahap pertama setelah penaksiran cadangan selesai dilakukan adalah


memeriksa atau mengecek taksiran kadar blok (unit penambangan
terkecil). Hal ini dilakukan dengan menggunakan data pemboran
(komposit data assay) yang ada disekitarnya. Setelah penambangan
dimulai, taksiran kadar dari model cadangan harus dicek ulang dengan
kadar dan tonase hasil penambangan yang sesungguhnya.

12.2. METODE PENAKSIRAN CADANGAN

Prinsip utama dalam penaksiran cadangan adalah bagaimana mendapatkan


suatu nilai pengganti terbaik dari sejumlah perconto yang diambil dari suatu
badan mineral. Secara lebih spesifik kita ingin menaksir kadar pada suatu
lokasi dimana kita tidak memiliki data dengan menggunakan sejumlah
perconto yang letaknya dekat dengan lokasi tersebut.

Ada berbagai metode untuk menghitung cadangan sesuai dengan kondisi


geologi dan mineralogi endapan. Berbagai metode tersebut telah
dikembangkan dari metode konvensional (klasik) yang manual sampai
metode geostatistik dengan komputer. Metode geostatistik secara
bertahap telah menggantikan penggunaan metode konvensional. Metode
geostatistik penjelasan secara rinci tidak akan dibahas dalam kesempatan
ini.
Untuk memilih salah satu di antara metode itu diperlukan beberapa
pertimbangan, yaitu analisis geologi cadangan, tujuan perhitungan
cadangan, sistem penambangan dan prinsip-prinsip dari interpretasi dan
eksplorasi yang dipakai. Metode tertentu lebih sesuai dipakai untuk
endapan dengan bentuk geometri dan distribusi kadar yang tertentu pula.
Endapan dengan bentuk geometri kompleks dan distribusi kadar yang
tinggi akan lebih cocok bila dihitung dengan Metode Krigging. Untuk
endapan dengan bentuk geometri sederhana dengan distribusi kadar atau
koefisien variasi rendah akan lebih efektif dihitung dengan metode

I - 128
penampang yang sederhana.

Metode-metode konvensional yang digunakan untuk perhitungan cadangan


adalah sebagai berikut :

1) Menurut G. Popov :

Metode rata-rata faktor dan luas


a. Metode analog
b. Metode blok-blok geologi

Metode blok-blok penambangan


a. Blok terbuka pada empat sisi pekerjaan bawah tanah
b. Blok terbuka pada tiga sisi pekerjaan bawah tanah
c. Blok terbuka pada dua sisi pekerjaan bawah tanah
d. Blok terbuka pada satu level dan perpotongan pada kedalaman
pemboran
Metode cross-section
a. Metode standar
b. Metode linear
c. Metode isoline

Metode Analitik
a. Metode triangle (segitiga)
b. Metode poligon
1) Penyebaran lubang bor tidak teratur
2) Penyebaran lubang bor teratur
i. Jaringan kerja bujur sangkar
ii. Grid papan catur

2) Menurut Park adalah :


Regular
a. Included area
b. Excluded area
c. Semi regular

I - 129
Irregular
a. Area of influence
b. Triangle grouping
c. Cross-section

Berikut ini uraian mengenai beberapa metoda yang biasa diaplikasikan :

1) Metode Penampang Melintang

Penampang melintang disusun dari kombinasi antara peta garis singkapan


(cropline) batubara dengan data pemboran (log bor). Penampang melintang
per seam disusun dengan melakukan interpolasi antar data lapisan ( seam)
pada setiap titik bor yang berdekatan. Garis penampang melintang sebaiknya
selalu diusahakan tegak lurus jurus garis singkapan batubara.

Penampang seam berguna untuk memudahkan perhitungan sumberdaya


sekaligus cadangan batubara salah satunya dengan menggunakan rumus
mean area. Data tersebut juga dapat digunakan untuk menghitung cadangan
tertambang dengan memasukkan asumsi sudut lereng ke dalamnya.

Cadangan dihitung berdasarkan luas daerah batas seam pada penampang


yang bersebelahan. Volume cadangan yang dihitung adalah volume antara
dua penampang yang bersebelahan. Perhitungan volume dilakukan
menggunakan rumus mean area.
V = L /2 (S1 + S2)

keterangan :
V = Volume daerah yang ditaksir (m3)
L = Jarak antar Penampang (m)
S = Luas daerah penampang batubara pertama dan kedua (ton/m3)

Selain menggunakan rumus mean area, perhitungan ini juga dapat dilakukan
menggunakan rumus kerucut terpancung, rumus prismoida dan rumus
obelisk.

Faktor tonase biasanya diperoleh untuk masing-masing material secara


empirik. Kemudian tonase untuk masing-masing penampang dijumlahkan
untuk memberikan gambaran total tonase cadangan batubara. Perkiraan
akhir untuk kualitas batubara diperoleh dengan menghitung nilai rata-rata
tertimbang (weighted average) untuk masing-masing seam atau area
perhitungan.

I - 130
2) Metode Penampang Horizontal

Walaupun metode penampang vertikal telah banyak digunakan untuk


penaksiran cadangan bijih pada masa lalu, sekarang metode ini telah banyak
digantikan oleh teknik-teknik berdasar pada penggunaan penampang
horizontal.

Metode penampang horizontal pada dasarnya melakukan perhitungan volume


berdasarkan luas daerah juga. Nilai-nilai elevasi yang diperoleh dari data
pemboran dikorelasikan secara horizontal membentuk permukaan lapisan
menggunakan prinsip triangulasi atau daerah pengaruh. Kemudian
permukaan ini dihitung luasnya, dan luas permukaannya dikalikan dengan
rata-rata ketebalan lapisan untuk memperoleh volume seam yang diinginkan.

3) Metode Triangular

Metode triangular adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menghitung cadangan batubara. Di dalam metode triangular, masing-masing
titik batas material pada lubang bor dijadikan ujung sebuah segitiga sehingga
akan dihasilkan suatu permukaan yang terdiri dari gabungan segitiga-segitiga
dan dihasilkan seam berupa prisma-prisma segitiga yang teridiri dari dua
buah segitiga yang sejajar dengan jarak vertikal sebesar ketebalan lapisan.
Jika prisma segitiga yang terbentuk memiliki ketebalan yang tetap, maka
volumenya akan sama dengan luas daerah dikalikan dengan ketebalan, dan
untuk memperoleh tonnase, maka dikenakanlah faktor tonase yang sesuai.

4) Metode Poligon

Metode poligon merupakan metode penaksiran yang konvensional. Metode ini


umum diterapkan pada endapan-endapan yang relatif homogen dan
mempunyai geometri sederhana.

Kadar pada suatu luasan di dalam poligon ditaksir dengan nilai conto yang
berada ditengah-tengah poligon sehingga metode ini sering disebut metode
poligon daerah pengaruh (area of influence). Daerah pengaruh dibuat dengan
membagi dua jarak antara dua titik sampel dengan satu garis sumbu. Poligon
dibangun dari titik-titik pada garis hubung dengan jarak batas terhadap pusat
poligon yang selalu sama dengan jarak batas pusat poligon disebelahnya. Di
dalam poligon, kadar diasumsikan konstan dan sama dengan kadar pada
lubang bor di dalamnya. Dalam kerangka model blok, dikenal jenis penaksiran
poligon dengan jarak titik terdekat (rule of nearest point), yaitu nilai hasil

I - 131
penaksiran hanya dipengaruhi oleh nilai sampel yang terdekat.

5) Menurut U.S. Geological Survey, 1980

Perhitungan sumberdaya batubara dilakukan berdasarkan berat batubara per


unit volume, luas daerah yang melingkupi sumberdaya yang akan dihitung,
dan rata-rata ketebalan seam.

Metode ini dianggap sesuai untuk diterapkan dalam perhitungan


sumberdaya batubara yang berbentuk tabular dengan ketebalan dan
kemiringan yang relatif konsisten. Prosedur perhitungan dalam sistem
USGS adalah dengan membuat lingkaran-lingkaran (setengah lingkaran)
pada setiap titik informasi endapan batubara, yaitu singkapan batubara
dan lokasi pemboran.

Untuk batubara dengan kemiringan lapisan kurang dari 30 derajat, daerah


dalam radius lingkaran 0-400 m adalah untuk perhitungan sumberdaya
terukur dan daerah radius 400-1200 m adalah untuk perhitungan sumberdaya
terunjuk. Sedangkan untuk batubara dengan kemiringan lebih dari 30 derajat,
radius lingkaran-lingkaran dicari harga proyeksinya ke permukaan terlebih
dahulu. Tonase batubara diperkirakan dengan rumus sebagai berikut :
A x B x C = tonase batubara

Keterangan :
A = rata-rata ketebalan seam (m)
B = berat batubara per unit volume yang sesuai (ton/m 3)
C = luas daerah dasar batubara (m2)

6) Model Gridded Seam (Model Blok stratigrafi)

Dasar aplikasi teknik-teknik komputer untuk penaksiran tonase dan kadar


adalah membagi-bagi cebakan dan memvisualisasikan cebakan sebagai
kumpulan blok-blok, kemudian blok-blok inilah yang akan diamati untuk
memperkirakan tonase dan kadar. Untuk pemodelan batubara dan cebakan-
cebakan berlapis yang memiliki penyebaran lateral biasanya digunakan model
gridded seam. Secara lateral endapan batubara dan daerah sekitarnya dibagi
menjadi sel-sel yang teratur, dengan lebar dan panjang tertentu. Adapun

I - 132
dimensi vertikalnya tidak dikaitkan dengan tinggi jenjang tertentu, melainkan
dengan unit stratigrafi dari cebakan yang bersangkutan. Permodelan
dilakukan dalam bentuk puncak, dasar, dan ketebalan dari unit stratigrafi.
Kadar dari berbagai bahan galian atau variabel dimodelkan untuk setiap
lapisan.

Dalam melakukan perhitungan cadangan, parameter-parameter yang


penting adalah :
a. Ketebalan dan luas
b. Kadar dari bijih

c. Berat jenis bijih

12.3. KONSEP PENAMBANGAN

Dalam merencanakan suatu tambang batubara perlu pemahaman


mengenai Konsep Penambangan dan Perancangan Penambangan yang
benar untuk suatu tambang terbuka batubara. Hal ini menjadi penting
karena penataan lahan bekas tambang seharusnya menjadi bagian
perencanaan tambang.

12.3.1. Pemilihan Daerah Penambangan

Pemilihan daerah penambangan tentunya harus didasarkan pada hasil


Kajian Geologi Tambang akan diperoleh daerah penambangan tersebut.
Beberapa faktor yang menyebabkan suatu daerah dapat dikatagorikan
potensial adalah :
● Penyebaran batubara yang merata.
● Jumlah cadangan yang besar.
● Lapisan batubara yang tebal.
● Kualitas batubara yang baik.
● Perhitungan cadangan tertambang pada daerah tambang tersebut
dapat menghasilkan nisbah kupas yang bervariasi. Besarnya nisbah
kupas pada tambang-tambang ini disebabkan antara lain oleh kondisi
topografi dan hilangnya penyebaran lapisan batubara pada daerah

I - 133
tersebut.
● Oleh karena itu daerah yang mempunyai nisbah kupas > 12 : 1
dianggap tidak ekonomis untuk ditambang saat ini. Lapisan penutup di
atas lapisan batubara maupun antara lapisan batubara pada umumnya
terdiri dari siltstone, mudstone kadang-kadang dengan sisipan shally
coal dan sandstone.
● Kemiringan lapisan batubara berkisar antar 8 – 35 derajat.

12.3.2. Tahapan Penambangan

Dua pendekatan rancangan tambang terbuka :


● Mempertimbangkan persoalan tahapan pemindahan material per blok
untuk memenuhi produksi.
● Mempertimbangkan pemindahan material yang berhubungan sangat
erat dengan peralatan yang digunakan.

Pada tambang terbuka daerah penambangan cukup luas sehingga


memungkinkan pemakaian alat-alat yang besar. Dalam pemilihan metoda
penambangan perlu memperhatikan pertimbangan teknis yang didasarkan
atas :
● Faktor geografi dan geologi
● Lokasi :penentuan pemakaian alat penambangan
● Curah hujan, temperatur, iklim dan ketinggian akan berpengaruh
terhadap produktifitas alat.
● Faktor geologi yang berpengaruh seperti keadaan permukaan, jumlah
lapisan batubara, kemiringan batubara, dan ketebalan tanah penutup.
● Ukuran dan distribusi lapisan batubara
● Ketersediaan peralatan dan kesesuaian dengan peralatan lain
● Geoteknik
● Umur tambang
● Produksi
● Sistem Penambangan Batubara

I - 134
Kegiatan-kegiatan dalam tambang batubara terbuka meliputi :
● Persiapan daerah penambangan
● Pemboran dan peledakan atau penggaruan
● Pengupasan dan pembuangan tanah penutup
● Pemuatan dan pembuangan tanah penutup
● Reklamasi
● Teknik penambangan pada umumnya sangat dipengaruhi oleh kondisi
geologi dan topografi daerah yang akan ditambang.

Kegiatan penambangan selalu menimbulkan pengaruh terhadap


lingkungan, oleh karena itu dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam
penambangan harus mengetahui/mengerti akibat-akibat yang mungkin
akan ditimbulkan dari kegiatan-kegiatan tersebut, sehingga dapat
diusahakan dampak negatif yang sekecil mungkin.

Contoh jenis peralatan tambang dan peralatan bantu utama yang akan
digunakan dalam sistem penambangan seperti yang telah diuraikan di atas
adalah seperti yang terlihat pada Tabel 12.1.

Tabel 12.1. Contoh Peralatan Tambang Yang Diperlukan Berdasarkan Aktivitas


(Laporan Akhir Proyek Bina Pertambangan, ITB, 2000)

Aktivitas Peralatan/Bahan
Pembongkaran, penggaruan, dan Buldoser dengan single shank (giant)
penggusuran ripper dan double shank ripper
Pemboran dan peledakan - Alat bor : CRD dan Kompresor
- Bahan peledak : ANFO (bahan peledak
utama) dan Power Gel (primer)
- Alat bantu peledakan : NONEL, sumbu
ledak, sumbu api, plain detonator.
Penggalian dan pemuatan Shovel dan backhoe
Pengangkutan Truk jungkit

I - 135
12.3.3. Cadangan Tertambang

Seperti telah dijelaskan dalam Kajian Geologi Tambang, perhitungan


cadangan tertambang dilakukan dengan perhitungan dilakukan dengan
metode penampang atau metode lainnya.

12.3.4. Strategi Penambangan

Perancangan penambangan pada daerah tambang pada umumnya


dilakukan berdasarkan batasan nisbah kupas.

12.4. PERANCANGAN PENAMBANGAN

12.4.1. Rencana Produksi

Semua perusahaan tambang merencanakan beroperasi dengan tingkat


produksi batubara per tahun. Produksi tahun ke-1 biasanya lebih kecil dari
tahun-tahun berikutnya. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa
pada tahun awal penambangan selain kegiatan penambangan juga
diperlukan berbagai kegiatan lainnya seperti persiapan permuka kerja,
pembuatan jalan ke outside dump, dan lain sebagainya.
Rencana produksi untuk setiap tahun memperhatikan pengaruh curah
hujan terhadap produksi batubara.

Rencana produksi bertahap seperti yang dijelaskan di atas selanjutnya


menjadi panduan untuk menentukan batas kemajuan penambangan setiap
tahun.

12.4.2. Kriteria Penambangan

Kriteria penambangan pada umumnya dapat dipengaruhi oleh beberapa


faktor berikut :
● Faktor struktur geologi

I - 136
● Faktor geoteknik
● Faktor hidrologi dan hidrogeologi
● Data dan asumsi yang digunakan dalam perhitungan :
− Waktu kerja
− Sifat fisik material
− Efisiensi kerja peralatan

12.4.3. Rancangan Penambangan

1) Permuka kerja penambangan

Permuka kerja penambangan adalah medan kerja di mana kegiatan


penggalian/penambangan batubara sedang berlangsung. Satu permuka
kerja membutuhkan satu armada peralatan tambang yang terdiri dari satu
unit alat gali-muat dengan beberapa unit alat angkut dan dibantu satu unit
alat garu-dorong. Dalam satu pit penambangan mungkin terdapat satu
atau lebih permuka kerja. Jika pit cukup luas dan dengan alasan
kebutuhan produksi maka beberapa permuka kerja dapat beroperasi
secara bersamaan. Banyaknya permuka kerja yang harus beroperasi
dalam penambangan ditentukan oleh jumlah armada peralatan
penambangan batubara yang dibutuhkan berdasarkan target produksi.
2) Batas penambangan

Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan batas tambang terbuka


adalah batas Kuasa Pertambangan (KP) Eksploitasi, penyebaran lapisan
batubara, dimensi lereng aman, rencana produksi, nisbah kupas, aliran
sungai, dan jalan negara yang melewati tambang tersebut

Penentuan batas lereng akhir tambang juga mengacu pada nisbah kupas
dan dimensi maksimum lereng yang aman berdasarkan rekomendasi
Kajian Geoteknik. Rencana produksi akan menentukan batas pit yang akan
ditambang setiap tahun dengan nisbah kupas tertentu.

I - 137
Batas penambangan tiap semester/tahun baik ke arah lateral (luas bukaan
tambang) maupun vertikal (posisi lantai tambang) diwujudkan dalam peta
kemajuan tambang tiap tahun.

3) Arah dan urutan penambangan

Arah kemajuan penambangan adalah dari daerah singkapan ke arah tegak


lurus jurus lapisan batubara sampai lereng akhir penambangan, kemudian
bergerak maju ke daerah penambangan tahun berikutnya mengikuti
penyebaran lapisan batubara.
Pemilihan urut-urutan penambangan terutama didasarkan pada
pertimbangan teknis operasional serta cadangan yang ada

4) Kegiatan Penambangan

Penambangan batubara biasanya dilakukan dengan siklus konvensional


yaitu menggunakan kombinasi peralatan shovel/ backhoe dan truk jungkit
serta buldoser. Metode ini mempunyai fleksibilitas dan selektivitas dalam
penggalian, serta ketersedian alat baik jenis maupun ukuran di pasaran.

Operasi penambangan setiap tahunnya terdiri kegiatan pembersihan lahan


yang dilaksanakan terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan penggalian/
pemberaian, pemuatan dan pengangkutan yang dilaksanakan dalam
waktu yang bersamaan. Artinya, sementara kegiatan pembersihan lahan
terus berlangsung dan setelah luas lahan yang dibersihkan cukup dan
aman untuk tempat kerja alat gali, maka kegiatan penggalian/pemberaian
dapat segera dimulai. Kegiatan ini diikuti dengan kegiatan pemuatan dan
pengangkutan, baik untuk batubara maupun lapisan penutup.

5) Pembersihan lahan

Untuk menyediakan tempat kerja bagi alat gali-muat dan alat angkut perlu

I - 138
dilakukan pembersihan lahan. Pembersihan lahan ini dilakukan terhadap
vegetasi/pohon-pohon yang terdapat di sekitar daerah operasi
penambangan dengan menggunakan buldoser.

6) Penanganan tanah pucuk

Pertimbangan penanaman kembali daerah bekas tambang untuk


mengurangi kerusakan lingkungan (reklamasi) memerlukan suatu strategi
untuk penanganan tanah pucuk. Tanah pucuk ini nantinya akan disebar
pada bagian teratas dari tumpukan lapisan penutup, baik di lokasi outside
dump maupun di lokasi backfilling.

Tanah pucuk akan dikupas dan dimuat ke dalam truk jungkit dengan
menggunakan alat muat kemudian diangkut ke lokasi penimbunan dan
langsung disebar di atas timbunan lapisan penutup, kecuali pada awal
penambangan karena belum ada timbunan lapisan penutup maka tanah
pucuk akan ditumpuk di dekat lokasi outside dump sebelum disebar di atas
timbunan lapisan penutup.

7) Penggalian/pemberaian, pemuatan dan pengangkutan


lapisan penutup

Seperti telah diuraikan sebelumnya, teknik penggalian yang


direkomendasikan adalah :
● Penggalian bebas untuk tanah pucuk
● Penggaruan untuk batubara, mudstone, sebagian sandstone dan
siltstone
● Peledakan untuk sebagian batuan keras, bila ada.

Oleh sebab itu penanganan lapisan penutup (overburden dan interburden)


akan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
● Penggalian/pemberaian

I - 139
● Pemuatan
Pemuatan lapisan penutup ke dalam alat angkut baik dari hasil
penggaruan maupun hasil peledakan adalah menggunakan alat muat.
● Pengangkutan
Pengangkutan lapisan penutup ke lokasi penimbunan adalah
menggunakan truk jungkit.

8) Penggalian/pemberaian, pemuatan dan pengangkutan


batubara

Pada umumnya penanganan lapisan batubara akan dilakukan dengan cara


sebagai berikut :
● Penggaruan
● Penggaruan batubara dengan menggunakan buldoser yang dapat
dilengkapi dengan single/double shank ripper.
● Pemuatan
● Pemuatan batubara ke dalam alat angkut menggunakan alat muat.
● Pengangkutan
● Pengangkutan lapisan batubara ke ROM stockpile menggunakan truk
jungkit (rigid truck).
9) Jalan tambang

Yang dimaksud dengan jalan tambang adalah jalan yang menghubungkan


permuka kerja dengan lokasi ROM stockpile dan lokasi penimbunan lapisan
penutup. Jalan tambang disiapkan untuk untuk dua jalur pengangkutan
truk jungkit.

10) Perencanaan penimbunan lapisan penutup

Dalam perencanaan penimbunan lapisan penutup, penimbunan di lokasi


outside dump hanya akan dilaksanakan sampai tersedianya daerah bekas
penambangan yang cukup luas untuk dapat melaksanakan backfilling.

I - 140
Cara seperti ini selain mengurangi biaya produksi (karena jarak angkut
lapisan penutup berkurang) juga mengurangi kerusakan lingkungan akibat
bekas penambangan. Dengan backfilling lubang-lubang bekas tambang
diisi kembali sehingga persiapan pelaksanaan reklamasi dapat segera
berjalan.

Untuk keperluan penimbunan di luar pit ini telah dipilih lokasi timbunan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi penimbunan tanah
adalah sebagai berikut :
● jarak yang tidak terlalu jauh dari permuka kerja tambang
● tidak ada cadangan batubara di bawah lokasi yang dipilih
● tidak mengganggu daerah yang akan ditambang
● topografi permukaan berupa lembah.

Untuk menjaga agar lereng timbunan tetap aman, perancangan


penimbunan tanah di luar pit maupun backfilling selalu mengikuti dimensi
timbunan yang telah direkomendasikan oleh Kajian Geoteknik.

11) Kebutuhan Peralatan

Kebutuhan alat-alat tambang dihitung dengan cara membagi target


produksi per jam dengan produktivitas alat per jam. Target produksi per
jam didapatkan dengan cara membagi target produksi per tahun dengan
jam kerja efektif alat per tahun.

Peralatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi peralatan tambang


utama dan peralatan penunjang.

12.5. APLIKASI MINESCAPE 4

Minescape 4 merupakan salah satu perangkat lunak terpadu yang

I - 141
dirancang khusus untuk industri pertambangan. Minescape yang berintikan
sistem grafik CAD 3D dengan produk-produk aplikasinya memungkinkan
penggunanya secara interaktif membuat dan mengolah model-model
geologi tiga dimensi serta desain tambang dalam Platform Silicon Graphics
dan Sun UNIX. Aplikasi Minescape merupakan inti dari sistem Minescape
meliputi sistem dasar dari program, bahasa pemrograman, struktur data,
library, alat-alat dan modul-modul yang merupakan bagian perangkat
lunak Minescape.

Komponen-komponen Minescape meliputi :

● GTI (Graphic Task Interface)


GTI merupakan sistem minescape yang menyediakan manajemen
interface yang akan gambar-gambar dan secara visual berbeda dari
lingkungan Minescape. GTI terdiri dari base window dan berisi
sejumlah Page yang dapat dikonfigurasikan untuk kebutuhan pemakai
dan ditampilkan sebagai tab-tab dalam tabdeck.

● Page
Page (halaman layar) merupakan gabungan jendela yang menjalankan
fungsi-fungsi khusus dan ditampilkan di dalam GTI Window. Secara
umum Page ada dua macam, yaitu monitor page yang menyediakan
layanan pemantauan dan kontrol terhadap modul-modul yang
dijalankan dan minescape page yang menyediakan fungsi-fungsi
Minescape.

● CAD Window
CAD Window menampilkan grafis 3D CAD dari Minescape ( Computer
Aided Design).

● Form
Format merupakan window tersendiri yang menampilkan parameter
dan data yang relevan untuk mengoperasikan Minescape secara
khusus serta memungkinkan anda untuk melihat, memanipulasi
parameter secara interaktif dan menyerahkan modul-modul tersebut

I - 142
untuk dijalankan.

Produk adalah perangkat lunak khusus yang dipadukan dengan aplikasi


Minescape. Produk-produk tambahan memberikan kehandalan dalam
aplikasi dan fungsi-fungsi tambahan yang khusus pada operasi-operasi
tertentu (misalnya Quality, Stratigraphic Modelling dan Underground
Design). Produk-produk yang tersedia dalam keluaran ini meliputi :
● Blasthole Database
● Stratigraphic Modelling
● Block Modelling
● Quality
● Open Cut Mine Design
● Underground Coal Mine Design
● Mine Surveying
● Reserves
● Haul Road Design
● Drill & Blast Design
● Dragline Modelling
● Scheduling
● Truck Route

I - 143

Anda mungkin juga menyukai