Anda di halaman 1dari 19

11/02/2019

AUDIT DAN HUKUM


ASPEK HUKUM  AUDIT
proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang

ATAS FRAUD
dilakukan secara independen, obyektif dan profesional
berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, efektifitas, efisiensi, dan
keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi
instansi pemerintah
(Standar AAIPI)
M. Muslihuddin, S.H.,M.H.
 AUDIT UNTUK KEPENTINGAN HUKUM
mendeteksi fraud, penyelesaian administrasi
dan/atau pidana, membantu APH menghitung
Pelatihan Fraud Auditing 1 kerugian keuangan negara

 HUKUM MEMBERIKAN ‘BOBOT PENILAIAN’ TERHADAP


HASIL AUDIT DAN KETERANGAN AHLI AUDIT
bukti akuntansi – bukti hukum
bukti surat, bukti keterangan ahli
1

Fraud: PENTINGNYA HUKUM DALAM AUDIT


curang, tipu daya, tidak jujur, korup,
 MENINGKATNYA KESADARAN HUKUM MASYARAKAT
menyalahgunakan, menyimpang, BERPENGARUH TERHADAP BERBAGAI ASPEK TERMASUK
KEPEDULIANTERHADAP HASIL AUDIT;
melawan hukum, dll.  MENCEGAH KOMPLAIN ATAS HASIL AUDIT;
 MEMINIMALISIR RISIKO HUKUM;
MELAKUKAN AUDIT TIDAK TERLEPAS DARI KRITERIA
Deteksi dan penyelesaian Fraud

YANG SERINGKALI BERSENTUHAN DENGAN ATURAN
PERUSAHAAN DAN HUKUM;
bermuara kepada sanksi,  KETERKAITAN ANTARA BUKTI AUDIT DAN BUKTI HUKUM;

penyelesaian internal, penyelesaian  TINDAKLANJUT


HUKUM.
HASIL AUDIT BERKAITAN DENGAN

pidana dan perdata.


4

1
11/02/2019

PERAN STRATEGIS
AUDITOR INTERNAL HUKUM
 pemberian jaminan keyakinan (assurance) dan
saran (consultation); Keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaedah-
 counseling partner, bukan hanya mencari kaedah dalam suatu kehidupan bersama: keseluruhan
peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu
kesalahan tetapi menjadi penyedia solusi nyata; kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya
 memberikan usulan konsep policy dengan suatu sanksi
recomendation yang menyeluruh dan (Sudikno Mertokusumo)
implementatif;
 counterpart pengawas ekstern;
 early warning system;
 membantu upaya pencegahan dan mengungkap
kecurangan/ penyimpangan/korupsi.
5

JENIS DAN HIERARKI PERATURAN


HUKUM (UU NOMOR 12 TAHUN 2011)
Lebih luas dari Peraturan Perundang-undangan. 1. UUD 1945;
Hukum dalam arti Perundang-undangan: 2. KETETAPAN MPR;
◦ Aturan; 3. UU/PERPU;
◦ Dibuat oleh lembaga yang berwenang; 4. PP;
◦ Untuk ketertiban; 5. PERPRES;
◦ Memaksa; 6. PERDA PROV;
7. PERDA KAB/KOTA.
◦ Sanksi.
catatan:
Bisa dijabarkan lebih rinci dalam bentuk Untuk Perusahaan terdapat aturan atau
aturan/pedoman perusahaan standar perusahaan
(tatacara/prosedur/SOP)
7

2
11/02/2019

JENIS PERATURAN LAIN?


(BI,MENTERI,BADAN,LEMBAGA) ASAS UMUM

Diakui keberadaannya dan LEX SUPREIORE DEROGAT LEX INFIRIORE


mempunyai kekuatan hukum • tinggi mengesampingkan rendah
mengikat sepanjang diperintahkan
oleh peraturan yang lebih tinggi atau LEX POSTEREORE DEROGAT LEGI PRIORE
• terbaru mengesampingkan lama
dibentuk berdasarkan kewenangan
(pasal 8) LEX SPECIALIS DEROGAT LEGI GENERALI
• khusus mengesampingkan umum

10

ASAS LEGALITAS HUKUM PIDANA TINDAK PIDANA UMUM


Pasal 1 KUHP  Pasal 362 KUHP (pencurian);
(1) Suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan  Pasal 263 KUHP (pemalsuan surat);
kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang
telah ada sebelumnya.  Pasal 372 KUHP (penggelapan);
(2) Jika ada perubahan dalam perundang-undangan sesudah  Pasal 374 KUHP (penggelapan dalam
perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan
ketentuan yang paling menguntungkan baginya. pekerjaan);
 Pasal 378 KUHP (penipuan);
Pasal 2 ayat (1) UU PTPK
“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara...”
11 12

3
11/02/2019

Tindak Pidana Perbankan Tindak Pidana Pencucian Uang

berkaitan dengan Perijinan Menempatkan

Memberikan keterangan
Mengubah Bentuk,
yang melawan hukum Mentransfer,
(rahasia Bank) Menukarkan atau
Mengalihkan
perbuatan lain

lalai memberikan Merupakan


keterangan yang diharuskan
Hasil Tindak
Pidana
Tindak Pidana Perbankan
Terkait pencatatan
Harta Kekayaan
(pemalsuan dll) dalam
pembukuan atau lainnya Membayarkan/
Membawa ke luar negeri
membelanjakan

Suap menyuap

Tidak mengambil langkah


untuk memastikan ketaatan Menghibahkan/
menitipkan
bank menyumbangkan

13 14

Keuangan Perusahaan
UU PT
atau Keuangan Negara
◦ Pasal 155:
pertanggungjawaban atas kesalahan dan kelalaian
bisa secara perdata maupun pidana  Perbedaan rezim pengaturan
 Kepemilikan
◦ Tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian:  Kekayaan negara yang dipisahkan
Beriktikad baik dan hati-hati, bertindak
 Status badan hukum
berdasarkan aturan perusahaan/SOP sesuai tujuan
dan kepentingan perusahaan, tidak ada
kepentingan pribadi/benturan kepentingan,
bertindak mencegah timbul atau berlanjutnya
kerugian.

4
11/02/2019

KEUANGAN NEGARA KEUANGAN NEGARA


MENURUT UU PTPK

 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang


Keuangan Negara; seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang
 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk di
Perbendaharaan Negara; dalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan
kewajiban yang timbul karena :
 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan ◦ berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban
Negara; pejabat lembaga Negara, baik di tingkat pusat maupun di daerah;
 Undang-undang Nomor 15 tahun 2006 tentang ◦ berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban
BPK; Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yayasan,
badan hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal negara,
 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang atau perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan
Pemberantasan Tindak pidana Korupsi perjanjian dengan Negara
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2001;
 Praktek Putusan Pengadilan.

KERUGIAN NEGARA KERUGIAN DALAM PENGERTIAN


ILMU EKONOMI DAN ILMU AKUTANSI
 Ditinjau dari sisi akutansi, kerugian diakui dalam
laporan laba rugi dalam hal terjadi penurunan  Kekayaan atau milik (seseorang, negara,
manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan perusahaan, dll) pada suatu titik waktu
dengan penurunan aset atau kenaikan dibandingkan dengan kekayaan atau miliknya
kewajiban telah terjadi dan dapat diukur
dengan andal. pada titik waktu sebelum atau sesudahnya
 Pembuktian dan penghitungan kerugian negara (konsep well-offness atau better-offness);
setidaknya meliputi 3 aspek: hukum, Keuangan  Substance over form, konsep yang melihat
Negara dan akutansi/auditing. lebih dalam makna ekonomis dari suatu
Kerugian negara adalah berkurangnya kekayaan transaksi (substance), dan bukan sekedar
negara atau bertambahnya kewajiban negara
tanpa diimbangi prestasi, yang disebabkan oleh bentuk luar (form) yang dapat dikemas untuk
suatu perbuatan melawan hukum. tampilan “wajah hukum” yang diinginkan.
(Eddy Mulyadi Soepardi, 2009: 6 dan 13) 19
(Theodorus M.Tuanakotta, 2008: 92-94) 20

5
11/02/2019

JUDICIAL REVIEW
PENERAPAN KASUS
UU KEUANGAN NEGARA
KERUGIAN KEUANGAN NEGARA
(putusan MK 48/PUU-XI/2013)
 Kasus penempatan Dana PT Taspen pada
 Pengertian keuangan negara dalam UU 17 th Bank Mandiri;
2003 yang luas dan komprehensip  Kasus kredit Bank mandiri pada PT CGN;
dimaksudkan untuk mengamankan keuangan  Kasus investasi Medium Term Notes (MTN)
negara; pada PT Jamsostek;
 Dugaan penyimpangan pengadaan mobil
listrik;
 BHMNPT/BUMN/BUMD menyelenggarakan  Dugaan korupsi kasus quay container crane
fungsi Pemerintahan dalam arti luas, posisinya PT Pelindo II;
melakukan pengelolaan keuangan negara.  Dll.

LAW INSTITUTION PENGGOLONGAN TPK


“…SECARA MELAWAN HUKUM MEMPERKAYA
 KEPOLISIAN (UU No. 2 Th. 2002) 
DIRI SENDIRI ATAU ORANG LAIN ATAU
 KEJAKSAAN (UU No. 16 Th. 2004) KORPORASI…”(Pasal 2 UU PTPK)

 KPK (UU No. 30 Th. 2002)  “…MENYALAHGUNAKAN KEWENANGAN,


KESEMPATAN, ATAU SARANA YANG ADA
 KEHAKIMAN (UU No. 48 Th. 2009) PADANYA KARENA JABATAN ATAU
 LEMBAGA PEMASYARAKATAN (UU No. KEDUDUKAN…” (Pasal 3 UU PTPK)
12 Th. 1995)  PENYUAPAN, PENGGELAPAN, PEMERASAN,
 LEMBAGA ADVOKASI (UU No. 18 TH. BERLAKU CURANG, GRATIFIKASI YANG
DIANGGAP SUAP, KORUPSI BERKAITAN
2003) DENGAN PEMBORONGAN/PENGADAN,
PERCOBAAN/PERMUFAKATAN KORUPSI.

6
11/02/2019

30 Bentuk/Jenis Perbuatan yang dikategorikan sebagai 30 Bentuk/Jenis Perbuatan yang dikategorikan sebagai
TPK, yang dapat dikelompokan dalam 7 Kelompok (1) TPK, yang dapat dikelompokan dalam 7 Kelompok (2)

Kerugian Pemerasan • Pasal 12 huruf e, Pasal 12 huruf g, Pasal 12


Keuangan • Pasal 2, Pasal 3 huruf h

Negara
• Pasal 7 ayat (1) huruf a, Pasal 7 ayat (1) huruf b, Pasal 7
Perbuatan curang ayat (1) huruf c, Pasal 7 ayat (1) huruf d, Pasal 7 ayat (2),
• Pasal 5 ayat (1) huruf a, Pasal 5 ayat (1) huruf b, Pasal Pasal 12 huruf h

Suap-menyuap 13, Pasal 15 ayat (2), Pasal 12 huruf a, Pasal 12 huruf b,


Pasal 11, Pasal 6 ayat (1) huruf a, Pasal 6 ayat 2, Pasal 12
huruf c, Pasal 12 huruf d
Benturan kepentingan
• Pasal 12 huruf i
dalam pengadaan

Penggelapan • Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10 huruf a, Pasal 10 huruf b,


dalam Jabatan Pasal 10 hurf c
Gratifikasi • Pasal 12 B jo. Pasal 12 C

(UU PTPK: No.31/1999 jo UU 20/2001) 25 (UU No.31/1999 jo UU 20/2001 Ttg Tastipikor ) 26

HUKUM ACARA YANG BERLAKU PRINSIP-PRINSIP KUHAP


 Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan  Perlakuan yang sama atas diri setiap orang
di sidang pengadilan terhadap tindak di muka hukum.
pidana korupsi, dilakukan berdasarkan
 Penangkapan, penahanan, penggeledahan
hukum acara pidana yang berlaku, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-undang ini dan penyitaan hanya dilakukan
(Pasal 26 UU No. 31 th. 1999). berdasarkan perintah tertulis.
 UU No. 31 Th. 1999 sebagaimana telah  Setiap orang yang disangka, ditangkap,
diubah dengan UU No. 20 Th. 2001 ditahan, dituntut dan atau dihadapkan di
sebagai lex specialist dan UU No. 8 Th. muka sidang Pengadilan, wajib dianggap
1981 (KUHAP) sebagai lex generalist tidak bersalah

7
11/02/2019

 Kepada seorang tersangka, sejak saat


 seseorang yang ditangkap, ditahan,
dilakukan penangkapan dan atau
dituntut ataupun diadili tanpa alasan
penahanan selain wajib diberikan
yang berdasarkan undang-undang dan
dakwaan dan dasar hukum apa yang
atau karena kekeliruan wajib diberi
didakwakan kepadanya, juga wajib
ganti kerugian dan rehabilitasi .
diberitahu haknya.
 Peradilan yang harus dilakukan dengan
 Pengadilan memeriksa perkara pidana
cepat, sederhana dan biaya ringan serta
dengan hadirnya terdakwa.
bebas, jujur dan tidak memihak.
 Pengawasan pelaksanaan putusan
 Setiap orang yang tersangkut perkara
pengadilan dalam perkara pidana
wajib diberi kesempatan memperoleh
dilakukan oleh Ketua Pengadilan Negeri
bantuan hukum
yang bersangkutan

TAHAP PENANGANAN PENYELIDIKAN


PERKARA PIDANA Pelaks AI
1. Tahap Penyelidikan  serangkaian tindakan penyelidik untuk
mencari dan menemukan sesuatu
2. Tahap Penyidikan
LHAI & BAP Ahli
sbg Bahan Dakwaan peristiwa yang diduga sebagai tindak
&Tuntutan
pidana guna menentukan dapat atau
3. Tahap Penuntutan tidaknya dilakukan penyidikan menurut
Pemberian
Ket Ahli & cara yang diatur dalam undang-undang ini.
Bukti Surat 4. Tahap Persidangan dan Penentuan Putusan
Pengadilan

5. Tahap Pelaksanaan Eksekusi Putusan Hakim

31

8
11/02/2019

PENYIDIKAN TATA CARA PEMERIKSAAN


PENYIDIKAN
 serangkaian tindakan penyidik dalam hal
dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini untuk mencari serta Pemeriksaan saksi
mengumpulkan bukti yang dengan bukti Pemeriksaan Ahli
itu membuat terang tentang tindak pidana Pemeriksaan Tersangka
yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya.

PENYERAHAN BERKAS PERKARA PENUNTUTAN


 Penyidik hanya menyerahkan berkas  Tindakan penuntut umum untuk
perkara melimpahkan perkara pidana ke
 Penyidik menyerahkan tanggung jawab pengadilan negeri yang berwenang, dalam
atas tersangka dan barang bukti kepada hal dan menurut cara yang diatur dalam
penuntut umum undang-undang, dengan permintaan supaya
diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang
pengadilan

9
11/02/2019

Prinsip-prinsip Pemeriksaan Proses Persidangan Perkara Pidana


Persidangan
Keberatan
Dakwaan Putusan Sela
 Pemeriksaan terbuka untuk umum. (Eksepsi)

 Hadirnya terdakwa dalam persidangan.


 Ketua sidang memimpin pemeriksaan.
 Pemeriksaan secara langsung dengan lisan. Pembelaan Tuntutan Pemeriksaan
(Pledoi) (Requisitor) Alat Bukti
 Wajib menjaga pemeriksaan secara bebas.
 Pemeriksaan lebih dulu mendengarkan keterangan
saksi-saksi.
Replik Duplik Putusan

38

BUKTI AUDIT BUKTI HUKUM


Alat Bukti Kasus Pidana
 Bukti audit tidak secara langsung bisa menjadi alat
bukti menurut hukum;
• Keterangan Saksi  Penyidik dapat mengembangkan bukti audit
menjadi alat bukti menurut hukum;
• Keterangan Ahli  Bukti audit berupa dokumen, pengujian fisik,
• Surat wawancara, konfirmasi, observasi, dan analisis
dapat menuntun penyidik guna menemukan dan
• Petunjuk mengumpulkan
memecahkan perkara;
alat bukti hukum dan

• Keterangan Terdakwa  Sebaliknya, dalam kondisi tertentu auditor juga


bisa mengembangkan audit berdasarkan informasi
aparat penegak hukum.
(Pasal 184 ayat (1) KUHAP)
39

10
11/02/2019

Sistem Pembuktian Pembuktian Kasus Tindak Pidana di sidang


Pengadilan
 Conviction Intime
sepenuhnya tergantung pada keyakinan hakim
 Positif Wattelijk Sistem pembuktian yang dianut oleh KUHAP
berdasarkan ada tidaknya alat bukti menurut adalah sistem pembuktian menurut UU secara
UU yang dapat dipakai membuktikan kesalahan negatif.
terdakwa
 Laconviction Raisonnee
keyakinan hakim disertai pertimbangan logis Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana pada seorang
kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat
 Negatif Wettelijk Stelsel bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
Keyakinan hakim berdasar alat bukti yang sah tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah
menurut UU yang bersalah melakukannya. (Pasal 183 KUHAP)

41 42

Keterangan Saksi :

PRINSIP-PRINSIP PEMBUKTIAN Saksi adalah orang yang dapat memberikan


keterangan guna kepentingan penyidikan,
 Hal Yang Secara Umum Sudah Diketahui penuntutan dan peradilan tentang suatu
Tidak Perlu Dibuktikan perkara yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri,
dan ia alami sendiri”
 Menjadi Saksi Adalah Kewajiban
 Satu Saksi Bukan Saksi (Pasal 1 butir 26 KUHAP).
 Pengakuan Terdakwa Tidak
Menghapuskan Kewajiban Penuntut
Umum Membuktikan Kesalahan
Terdakwa

11
11/02/2019

Keterangan Ahli :
Fungsi Ahli
 Keterangan yang diberikan oleh seorang
yang memiliki keahlian khusus tentang Keterangan Ahli merupakan salah satu alat bukti berdasarkan
haI yang diperlukan untuk membuat Pasal 184 ayat (1) KUHAP.
terang suatu perkara pidana guna
Fungsi ahli adalah untuk memberikan keterangan
kepentingan pemeriksaan (Pasal 1 berdasarkan keahlian khusus yang dimilikinya tentang
butir 28 KUHAP); suatu hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu
perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan, untuk
mendukung keyakinan hakim.
 Apa yang seorang ahli nyatakan di sidang
pengadilan
(pasal 186 KUHAP)

46

Kekuatan Pembuktian Kewajiban Ahli


Keterangan Ahli
 Ahli wajib memenuhi panggilan untuk memberikan
Keterangan ahli harus diberikan oleh seorang ahli.
keterangan Ahli di persidangan (penjelasan Pasal 159 ayat (2)
jo Pasal 179 ayat (1) KUHAP)
 wajib bersumpah atau berjanji di depan sidang sebelum
Keterangan yg diberikan adalah yg sebaik-baiknya & yg sebenarnya menurut memberikan kesaksian atau keterangan, dan jika pengadilan
pengetahuan dlm bid keahliannya
menganggap perlu sesudah ahli memberikan keterangan
(Pasal 160 ayat (3) dan ayat (4) KUHAP
Keterangan ahli harus diberikan di bawah sumpah  Ahli wajib memberikan keterangan yang benar
 Ahli wajib menyimpan rahasia.

Keterangan ahli harus diberikan di depan sidang pengadilan.

47 48

12
11/02/2019

MENJADI AHLI YANG BAIK


Surat (Pasal 187 KUHAP):
 KOMPETEN DI BIDANGNYA DAN MEMPUNYAI PENGALAMAN YANG
MEMADAI; Berita Acara dan surat lain dalam bentuk
 MENGUASAI PERMASALAHAN YANG AKAN resmi yang dibuat oleh pejabat umum
DISIDANGKAN/DITANYAKAN; yang berwenang atau yang dibuat
 INDEPENDEN, BERPENDAPAT SESUAI BIDANG DAN KEAHLIANNYA; olehnya, yang memuat keterangan
 BERKOMUNIKASI DENGAN BAIK (PENGUASAAN MATERI, DIKSI,
tentang kejadian atau keadaan yang
GAYA BAHASA TUBUH YANG MEYAKINKAN); didengar, dilihat atau yang dialaminya
 TENANG, TIDAK MUDAH TERPANCING ‘SERANGAN’ PERSIDANGAN; sendiri, disertai dengan alasan yang jelas
dan tegas tentang keterangannya itu.
 TIDAK BERBICARA YANG BUKAN KOMPETENSINYA;
contoh akte notaris
 TANGGAP DAN CEPAT BERADAPTASI DENGAN SITUASI
PERSIDANGAN YANG TIDAK TERDUGA;
 SEORANG AHLI BUKANLAH PENGHAFAL, DEMI AKURASI BISA MINTA
IJIN MEMBUKA DATA/DOKUMEN.

Surat : Surat :

Surat yang dibuat menurut ketentuan Surat keterangan dari seorang ahli yang
peraturan perundang-undangan atas memuat pendapat berdasarkan
surat yang dibuat oleh pejabat mengenai keahliannya mengenai sesuatu hal atau
hal yang termasuk dalam tata laksana sesuatu keadaan yang diminta secara
yang menjadi tanggung jawabnya dan resmi darinya.
yang diperuntukan bagi pembuktian Contoh Visum et repertum
suatu keadaan.
Contoh: sertifikat tanah

13
11/02/2019

Surat :

Alat Bukti Surat Surat lain yang hanya dapat berlaku jika
Laporan Hasil Audit • Pasal 187 huruf c ada hubungannya dengan isi dari alat
KUHAP pembuktian yang lain.
Contoh : akte di bawah tangan (kwitansi,
register, dan buku-buku catatan).

Surat yang dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, diantaranya surat
keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu
hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya

53

Keterangan Terdakwa
PETUNJUK (PASAL 188 KUHAP)
(1)Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa
 Perbuatan, kejadian atau keadaan yang nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia
lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami
karena persesuaiannya, baik antara yang sendiri.
satu dengan yang lain maupun dengan (2)Keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang
dapat digunakan untuk membantu menemukan
tindak pidana itu sendiri, menandakan bukti di sidang, asalkan keterangan itu didukung
oleh suatu alat bukti yang sah sepanjang mengenai
bahwa telah terjadi suatu tindak pidana hal yang didakwakan kepadanya.
dan siapa pelakunya. (3)Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan
terhadap dirinya sendiri.
(4)Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk
membuktikan bahwa ia bersalah melakukan
perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan
harus disertai dengan alat bukti yang lain.
(Pasal 189 KUHAP)

14
11/02/2019

KEMUNGKINAN AUDITOR Pembuktian Unsur Tindak Pidana


DIPANGGIL KE PENGADILAN (menghitung jumlah kerugian)
 Sebagai saksi untuk menerangkan proses audit (bukan
berpendapat);
 Penyidik dapat meminta bantuan kepada ahli atau
orang yang memiliki keahlian khusus (untuk
berpendapat) : Pendapat Ahli
Pasal 7 ayat 1 huruf h jo. Pasal 120 ayat (1) jo. Pasal 1 (Laporan Audit)
angka 28 jo. Pasal 184 ayat (1) jo. Pasal 186 huruf c
KUHAP.
 Kewajiban hukum sebagai Ahli untuk memenuhi Dasar hukum:
permintaan penyidik : UU TIPIKOR (UU No 31 Th 1999 jo.
Pasal 120 ayat (2) jo Pasal 179 KUHAP, Pasal 224 UU No 20 Th 2001), KUHP-KUHAP
KUHP, dan Pasal 22 dan Pasal 35 ayat (1) UU No. 31
Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001.
Aturan/Pedoman Perusahaan
57 58

DENAH SIDANG
Auditor adalah Ahli Auditing 1
PINTU
2
dan Akunting Panitera 3 Rohaniwan
Majelis Hakim
 seorang auditor yang bekerja berdasarkan pengalaman
7
dan keilmuannya (auditing dan akunting) lebih tepat
5 Terdakwa
diposisikan sebagai ahli; 4 5
 auditor pada umumnya tidak melihat, mendengar atau JPU
Kursi Pemeriksaan
PH
mengalami sendiri suatu fakta/kejadian/peristiwa 8
hukum yang memenuhi kualifikasi sebagai saksi; Tempat penyumpahan
9
Agama Budha/Kong Fu Tse
 auditor bekerja melakukan analisa untuk mengambil PINTU Kursi Saksi/Ahli PINTU
suatu simpulan/opini berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya. 10 10

10 10
Catatan: tidak menutup kemungkinan auditor bisa
menjadi saksi sepanjang dia tidak melakukan analisa dan 10 10
tidak mengeluarkan pendapat. Bangku utk publik & pers
59 60
PINTU

15
11/02/2019

PUTUSAN HAKIM UPAYA HUKUM


 BEBAS;  PERLAWANAN (VERZET);
tidak terbukti belum diperiksa pokok perkaranya
 BANDING;
 LEPAS DARI SEGALA TUNTUTAN  KASASI;
HUKUM;
 UPAYA HUKUM LUAR BIASA: kasasi
terbukti tapi bukan merupakan tindak
pidana demi kepentingan hukum (oleh jagung
dan tdk boleh merugikan phk yg
 PEMIDANAAN; berkepentingan) dan peninjauan kembali

RISIKO HUKUM ALASAN MENGAJUKAN GUGATAN


PERKARA PERDATA
adanya perbuatan melawan hukum
sebagaimana diatur dalam Pasal 1365
Risiko Hukum
Gugatan dan
proses pidana
KUHPerdata
• Perdata
• Pidana (tmsk PERKARA TUN
Somasi
sumpah palsu)
LHA
 bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
 bertentangan dengan asas-asas umum
Perlu pemerintahan yang baik.
diwaspadai
(UU No. 9 Tahun 2004)
63 64

16
11/02/2019

ALAT BUKTI PERKARA PERDATA


Gugatan Perbuatan Melawan Hukum Pasal 164 HIR/284 RBg/1866 BW
(perdata)
Alat Bukti Tertulis

Tiap perbuatan melanggar hukum, yang Keterangan Saksi


membawa kerugian kepada seorang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya Persangkaan
menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian
tersebut Pengakuan
(Pasal 1365 KUHPerdata)
Sumpah
65 66

ALAT BUKTI PERKARA TUN Pencemaran/Penghinaan


Pasal 100 UU No.5 Tahun 1986
(Pidana)
Alat Bukti Surat

Keterangan Ahli  Pasal 310 (1) KUHP (pencemaran nama


baik);
Keterangan Saksi  Pasal 315 (penghinaan ringan);

Pengakuan Pihak Pasal 319 KUHP


agar dituntut harus dengan aduan
Pengetahuan Hakim
67 68

17
11/02/2019

PERLINDUNGAN HUKUM
MEMINIMALISIR KOMPLAIN BAGI AUDITOR
 Bertindak sesuai Peraturan Per-UU-an dan
Peraturan/pedoman Lembaga/Perusahaan;
 Peraturan Internal Lembaga/Perusahaan
 Bekerja berdasarkan Standar dan Kode Etik;
dan peraturan organisasi asosiasi profesi;
 Mengedepankan koordinasi dan kemitraan;
 Profesional dan Fair play;
 Mengedepankan asas praduga tidak bersalah;  UU nomor 31 tahun 2014 tentang
 Dalam kasus tertentu perlu berkomunikasi- perubahan UU nomor 13 tahun 2006
konsultasi dengan organisasi/lembaga yang tentang Perlindungan Saksi dan Korban:
berwenang;
 Cermat-teliti-hati2;
Pasal 5 ayat (3) dan Pasal 28 ayat (3)
 Dokumentasi yang rapi dan berkualitas.
69

SERING DIPERMASALAHKAN Pembelaan Auditor


 Auditor mempunyai kewajiban hukum membantu
 Dasar hukum/kewenangan; manajemen (juga APH);
 Standar audit;  Auditor bekerja atas nama lembaga/Perusahaan;
 Keahlian/kompetensi;  Auditor ahli yang bersertifikat;
 Sudah didampingi/konsultasi/diaudit;  Auditor bekerja memberikan keahlian professional;
 Independen (tidak memihak);
 Menyebabkan pihak lain ditetapkan
menjadi tersangka atau menanggung  Atas permintaan/penugasan, tidak ada kehendak
akibat hukum tertentu; sendiri/pribadi;
 memasuki ranah hukum/bukan kompetensinya;  Bersifat rekomendasi, tidak final dan belum berakibat
hukum;
 Metodologi dan teknik audit: sumir, tidak fair  Tidak dimaksudkan menyebut (memojokan) pihak
play (klarifikasi/ konfirmasi); dan tertentu;
 substansi audit.  Bukan para pihak yang berperkara, tidak ada hubungan
hukum;
71
 Pembelaan yang berkaitan dengan substansi audit. 72

18
11/02/2019

M Muslihuddin (081586146674) e-mail: musdin@ymail.com

19

Anda mungkin juga menyukai