Anda di halaman 1dari 49

PEDOMANINSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RS SANSANI

PEKANBARU

RS SANSANI PEKANBARU
JL. SOEKARNO-HATTA (ARENGKA ATAS)
PEKANBARU – INDONESIA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Derajat Kesehatan Masyarakat tergantung pada kondisi lingkungan. Oleh sebab itu,
apabila ada perubahan-perubahan terjadi pada lingkungan disekitar manusia, akan terjadi
pula perubahan-perubahan pada kondisi kesehatan masyarakat dalam lingkungan
masyarakat tersebut. Rumah Sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan bagi
masyarakat, menghasilkan limbah/bahan buangan dari kegiatan pelayanan kesehatan yang
dilakukannya.Limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit memiliki kekhususan tersendiri
yaitu limbah padat medis karena memerlukan penanganan khusus. Limbah padat medis
yang dihasilkan dari seluruh kegiatan pelayanan medis dapat berupa limbah padat medis,
cair dan gas, yang dalam penanganannya memerlukan suatu tatalaksana dan teknologi
pengelolaan yang khusus. Hal ini dikarenakan limbah padat medis rumah sakit
mengandung bahan-bahan yang bersifat infeksius dan radioaktif, yang dapat mencemari
lingkungan sekitarnya dan berbahaya bagi kesehatan manusia (tergolong limbah B3).
Sumber limbah rumah sakit antara lain berasal dari pelayanan medis (Rawat Inap, Rawat
Jalan/ Poliklinik, Rawat Intensif, Rawat Darurat, Haemodialisa, Kamar Jenazah dan Kamar
Operasi), penunjang medis, dan dari perkantoran serta fasilitas sosial dan lain-lain.
Mengacu pada keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002
Tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dan atas
dasar pemikiran dan latar belakang diatas, maka dipandang perlu penyusunan suatu
pedoman dalam penatalaksanaan pengelolaan limbah padat dan cair di Rumah Sakit
Sansani.

1.2. Tujuan
1.2.1. Umum
Tujuan Umum Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan pengelolaan
limbah padat dan cair di Rumah Sakit Sansani.
1.2.2. Khusus
a. Menjadi pedoman dalam pengelolaan limbah padat dan cair di Rumah Sakit
Sansani.

2
b. Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi petugas limbah tentang
teknologi pengolahan serta pemeliharaan limbah padat dan cair di Rumah Sakit
Sansani.
c. Dapat meningkatkan pengetahuan bagi pihak manajemen Rumah Sakit Sansani
dalam pengambilan keputusan pada pemilihan teknologi pengolahan limbah
padat dan cair
d. Dapat meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja
bagi petugas pengelola limbah

1.3. Sasaran
1.3.1 Penyediaan instalasi pengolahan air limbah sistem biofilter anaerobik aerobik pada
fasilitas pelayanan kesehatan yang sesuai dengan fungsi, persyaratan dan serasi serta
selaras dengan lingkungannya.
1.3.2 Instalasi pengolahan air limbah sistem biofilter anaerobik aerobik pada fasilitas
pelayanan kesehatan dapat beroperasi dengan baik, menghasilkan efluen yang
memenuhi baku mutu.

1.4 Landasan Hukum


a. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
b. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
c. Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
d. Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
e. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air
f. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 42 tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
g. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Upaya
Pengelolan dan Upaya pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
h. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58 Tahun 1995 Tentang : Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit
i. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

3
BAB II
GAMBARAN UMUMINSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RS SANSANI

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) RS Sansani terletak di bagian belakang gedung
RS Sansani pada tepatnya di bagian belakang area parkir. Dengan kapasitas 66.396 m3,
menggunakan methode Activated Sludge, Microbubble Aeration, Circulation, dan Gravitasi
Transfer Flow.

4
BAB III
INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH

3.1. IPAL secara Umum


IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah ) atau yang di sebut juga dengan STP (
Sewage Treatment Plan) adalah unit pengolahan air limbah yang terdiri dari beberapa sub
unit pengolahan dengan fungsi dan karakteristik yang di butuhkan untuk menguraikan air
limbah dari polutan yang ada.
System pengolahan IPAL meliputi pengolahan dengan pendekatan ;
a. Fisika;pengendapan, penyaringan, gravitasi flow, elektromagnetik
b. Kimia; flokulasi, koagulasi, desinfektasi
c. Biologi; pengembangbiakan bakteri sel tunggal dan bersel banyak
Di dalam system pengolahan di IPAL harus memenuhi beberapa hal :
a. Waktu Tinggal
b. Pengadukan/Mixing
c. Sirkulasi/Circulation
d. Pengendapan
e. Aerasi/Aeration
System pengolahan air limbah sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor yang
akan mempengaruhi hasil uji parameter.
a. Maintenance/ perawatan
b. Monitoring
c. Evaluasi
Karakter IPAL masih akan di pengaruhi dari system aliran yang di pakai,
penggunaan aliran transfer antar kolam akan mempengaruhi hasil akhir atau
mempengaruhi system IPAL itu sendiri. Penggunaan pompa sebagai media transfer air
antar kolam, akan memaksa padatan yang terlarut ikut serta terbawa ke kolam proses, hal
ini akan berpengaruh pada komposisi air
Dalam proses pengolahan air limbah, padatan yang terapung dapat di fungsikan
sebagai media penggembangan makro-organisme( ber-sel banyak ) dengan jumlah
konsumsi makanan ( polutan ) yang sesuai dengan berat tubuhnya. Padatan tersebut dapat
di sebut juga dengan skam/scum. Memanfaatkan berbagai makhluk hidup ini akan
mempercepat dan memperingan proses penguraian polutan di air limbah. Sistem
flowtransfer yang di terapkan mengadopsi system gravitasi, hal ini sangat erat kaitannya
dengan biaya regular yang harus di keluarkan jika seandainya menggunakan

5
pompa.Aerasi di fungsikan sebagai pengumpan oksigen untuk tumbuh kembang bakteri
di dalam air.
IPAL Rumah Sakit Sansani menggunakan aerator sebagai media pengumpan
oksigen microbubble di dukung penggunaan flowmeter manual yang akan memudahkan
dalam maintenance regulernya.

3.2. Pengenalan Unit Instalasi Pengolahan Air Limba (IPAL)


a. Unit IPAL
IPAL di Rumah Sakit Sansani terdiri dari 3 bagian :
1. Control Pond
Di tempatkan sejajar dengan permukaan tanah dengan tujuan untuk
mengakomodasi aliran air dari gedung lama dan gedung baru. Control Pond di
jadikan titik pusat control air limbah dari sampah padatan yang terbawa oleh air.
Semua inlet air limbah yang masuk mengandalkan dari daya dorong gaya gravitasi
yang melewati pipa menuju ke dalam Control Pond. Dalam prosesnya, Control Pond
di fungsikan sebagai media klasifikasi air limbah yang akan di proses pada tahap
selanjutnya. Tujuan utamnya adalah proses dapat berjalan dengan meminimalisasi
waktu dan debit air limbah.
2. IPAL Utama
adalah rangkaian unit yang terdiri dari 4 kolam dan dil tempatkan di atas
permukaan tanah dengan tujuan agar selama proses berlangsung mendapatkan cukup
oksigen serta mempercepat proses pelepasan gas yang timbul dari semua proses di
dalam IPAL.Penempatan ini juga berkaitan erat dengan proses sirkulasi antar kolam
dengan hanya menempatkan 1 pompa untuk berbagai kegiatan. IPAL Utama terdiri
atas 4 kolam/Bak :
1. Equal Pond
2. Aerob Pond
3. Clarifier Pond
4. Desinfectant Pond
3. Sampling Pond
Air limbah setelah melewati proses di dalam IPAL utama akan di teruskan
menuju ke Normal Pond / Sampling Pond. Sebelum air limbah masuk ke dalam
Normal Pond / Sampling Pond akan melewati unit Flowmeter sebagai
pencatat/pengukur debit atau volume limbah yang telah di proses.
b. Flowchart IPAL

6
Flowchart IPAL Rumah Sakit Sansani dapat di lihat dari gambar 1

Gambar 1
Spesifikasi IPAL :

Dimensi : Control Pond : 2000 x 1000 x 2000 Bawah Batu-bata


IPAL Utama : 9000 x 3500 x 3450 Atas Beton bertulang
Normal Pond : 2000 x 1000 x 1000 Bawah Batu-bata
3
Kapasitas Pengolahan : 66.396 m
Methode : Activated Sludge
Microbubble Aeration
Circulation
Gravitasi Transfer Flow
Jumlah Kolam Pengolahan : 4 ( Atas ) + 2 ( bawah )
Desinfektasi : Chlor

7
Dalam kondisi normal keseluruhan proses IPAL di jalankan secara otomatis. Di
dukung dengan system transfer antar kolam dengan daya dorong gravitasi.

c. Karakter Air Limbah Rumah Sakit Ibu dan Anak Rumah Sakit Sansani –
Pekanbaru.
Sumber-sumber air limbah limbah meliputi :
1. Hasil operasi; warna merah kecoklatan/kehitaman, viskositas tinggi, banyak gumpalan
2. Domestik meliputi kamar mandi, kloset, wastafel, kran wudhu dan proses pencucian;
viskositas rendah, warna kuning keruh, berbau khas
3. Kitchen; berbau, viskositas sedang, warna kuning terang
4. Laundry; pencucian linen/serat
IPAL Rumah Sakit Ibu dan Anak Rumah Sakit Sansani hanya mengolah air limbah dari
sisa kegiatan rumah sakit dengan memisahkan jaringan air limbah denga air hujan hal ini merujuk
dari aturan pihak-pihak terkait. Dari sumber-sumber limbah yang masuk persentase yang
terbanyak adalah dari proses hasil operasi, hal ini memungkinkan air limbah dalam kondisi asam
dan perlu penambahan chemicals untuk menaikkan derajat keasaman air limbah. Derajat
keasaman juga memperngaruhi hasilakhir dari pengolahan air limbah, hal ini erat kaitannya
dengan mikro-organisme yang di kembangkan di dalamnya.

d. Konstruksi dan Fungsi


Masing-masing pond / kolam / bak mempunyai fungsi dan karakter yang berbeda-
beda.
1. CONTROL POND

Gambar 2

8
Dimensi : Batu-bata
2000 x 1000 x 2300
Plester & Acian
Equipment : Pompa Transfer
1 HP
Submersible Pump 1 Unit
Single Phase
300 L/min
Base Alumunium
Stainless Steell Wire Mesh
Screening Box 1 Unit
80 Mesh
Slider/Geser
Elektroda WLC 3 Kuningan;PVC Handle 1 Unit
Pipa : PVC 5 Inch Influent 2
PVC 3 Inch Influent 1
PVC 3 Inch Sirkulasi 1
PVC 2 Inch Pompa dengan Flange
PVC 3 Inch Balancing 1

Control Pond atau bak control di fungsikan sebagai pre-treatment sebelum limbah
masuk ke IPAL utama, proses treatment dengan cara melokalisir sampah padatan dengan
ukuran lebih besar dari 80 mesh agar tidak ikut menganggu proses di IPAL utama, hal ini
mengacu kepada proses pengolahan di IPAL yang semestinya hanya mengolah air dan
bukan padatan. Dalam Control Pond air limbah akan di transfer dengan pompa
submersible menuju Equal Pond di IPAL utama dengan volume transfer ± 1 m3 setiap
kali transfer.
Beberapa hal yang perlu di perhatikan di sini adalah menumbuhkan scum. Scum
adalah padatan komposit dari membran butiran udara dan terapung/di atas permukaan air
yang terbentuk dari proses pengeluaran gas dari dalam air limbah. Scum yang baik dalam
adalah scum yang telah menjadi sarang atau tempat hidup dari organisme sel tunggal atau
sel banyak. Secara visual scumakan berwarna hitam di sertai dengan gelembung mikro.
Dari organisme yang hidup di scum tersebut akan bekerja untuk menguraikan polutan
yang ada di permukaan air apalagi bila memungkinkan tumbuh dan berkembangnya
organisme ber sel banyak; hal ini dengan asumsi adanya organisme ber sel banyak akan
mengkonsumsi makanan mnyesuaikan dengan bobot tubuhnya.
Di dalam Control Pond ini juga terdapat pipa balancing yang di fungsikan sebagai
backup tanggap darurat apabila ada kerusakan pompa, sehingga tidak terjadi luapan di
dalam Control Pond.Pipa balancing di pasang langsung ke parit di maksudkan sebagai
backup untuk menambah waktu perbaikan pompa transfer.

Maintenance/Perawatan :

9
a. Control Pond harus dalam kondisi tertutup, limbah cair yang masih mentah masih
membawa karakter bau yang khas.
b. Mengangkat sampah sampah padat yang ada di luar screening box untuk di
masukkan ke dalam kotak screening box, di lakukan dengan sangat hati-hati agar
scum tidak pecah/terpisah-pisah.
c. Membuang sampah padatan yang ada di dalam screening box sebelum terjadi
penyumbatan pada wire mesh, hal ini dapat di pantau dari level air yang ada di
dalam screening box lebih tinggi daripada level air di luar screening box.
d. Membersihkan screening box dengan mengangkat sampah yang tidak terurai di
dalam screening box kemudian mengangkatnya ke permukaan untuk di semprot
dengan menggunakan air dengan tekanan sedang untuk membersihkan
wiremeshnya.
e. Monitoring WLC ( Water Level Control ) handle agar tetap terjaga dalam kondisi
kering, serta kondisi elektroda tidak terjadi hubungan pendek yang di sebabkan
oleh sampah sehingga menggangu kerja pompa yang akan berimbas kepada scum
menjadi rusak/pecah.
f. Perawatan pompa submersible dengan mengecheck fisik impeller paling lama 1
bulan sekali; menyiapkan backup pompa yang sejenis.
g. Monitoring pipa balancing dari sumbatan, dengan mengaliri air ke dalam pipa
balancing.
h. Selalu memonitor saat kondisi lingkungan hujan untuk menutup pipa balancing.
2. EQUAL POND

Dimensi : Beton bertulang


: 11000 x 800 x 3000 Tebal dinding luar 250 mm
: Tebal dinding dalam 150 mm
Kapasitas Pengolahan : 17.63 m3
Equipment : Base Alumunium
: Stainless Steell Wire Mesh
Screening Box 1 Unit
: 80 Mesh
: Slider/Geser
Plate : Lokalisir scum 2
Plate Alumunium
: Mixing with flow
Pipa : PVC 2 Inch Sirkulasi

System kerja Equal Pond adalah megolah air limbah yang di transfer dari Control
Pond dan melewati screening box yang selanjutnya mengeser air ( secara gravitasi )
dengan tidak merusak scum yang ada di permukaan air. Equal Pond adalah kolam atau

10
bak dengan fungsi mencampur semua influent air limbah. Equal Pond adalah awal proses
penguaraian air limbah di IPAL dengan di bantu organisme aerob serta anaerob. Karakter
organisme aerob adalah organisme yang sangat membutuhkan adanya oksigen untuk
tumbuh dan berkembang.Organisme aerob yang terdapat di Equal Pond adalah makro-
organisme seperti belatung larva nyamuk dan lain-lain.
Dengan adanya sekat aluminium yang terpasang menjadikan kondisi permukaan
tetap statis hal ini sangat erat kaitannya dengan perkembangan organisme ber sel banyak
seperti belatung, larva dan sebagainya.Di dalam lantai Equal Pond telah terpasang pipa
PVC Ѳ 2 Inch sebagai jalur keluar air limbah ke Control Pond.Pipa air tersebut dapat di
manfaatkan juga sebagai pilihan sirkulasi apabila terjadi problem parameter uji. Aliran
transfer/transfer flow dari Equal Pond ke Aerob Pond berupa lubang persegi dengan
ukuran 300 x 250 x 150.
Maintenance/Perawatan :
a. Monitoring stopkran dari pipa pompa transfer regular untuk memastikan tetap
dalam posisi terbuka.
b. Monitoring keadaan screening box dari sampah padatan tidak melebihi dari
permukaan screening box.
c. Mengangkat sampah padatan dari screening box bilamana sampah padatannya
telah menumpuk/beku.
d. Membersihkan endapan di lubang transfer dengan menyemprotkan air bertekanan.

3. AEROB POND

Gambar 3

11
Dimensi : Beton bertulang
: 7600 x1600 x 3000 Tebal dinding luar 250 mm
: Tebal dinding dalam 150 mm
Kapasitas Pengolahan : 29.49 m3 m3
Equipment : Submersible Pump
: Stainless Steel
: Turbo Jet Aerator 3 HP; 3 Phase 1 Unit
: Portable
: 6 - 9 Kg O2/Jam
Pipa : PVC 2 Inch Sirkulasi

Aerob Pond adalah kolam dimana air limbah akan di lakukan penambahan
oksigen, atau kolam aerasi. Dalam system pengolahan secara biologi penambahan
oksigen ini di perlukan untuk mempercepat waktu pengolahan. Dengan memasukkan
oksigen yang terus menerus akan menambah daya hidup organisme aerob serta
mengurangi kadar sludge yang nantinya akan membentuk koloni-koloni dengan daya
hidup yang tinggi. Koloni dari mikro-organisme inilah yang di sebut dengan activated
sludge. Activated sludge ini akan menjadi lingkungan yang nyaman untuk mikro-
organisme aerob. Dari hal tersebut sangat penting adanya retensi waktu/waktu tinggal
hidrolik air limbah di Aerob Pond ini.Yang tidak kalah pentingnya adanya mixing atau
pegadukan di Aerob Pond. Dari system kerja aerator telah memenuhi akan kebutuhan
mixing di Aerob Pond.
Di Aerob Pond proses pengolahan menjadi tumpuan dari hasil akhir proses IPAL
ini. Di sini terurai berbagai polutan seperti proses nitrifikasi dan sebagian denitrifikasi.
Selain itu masih ada proses pelepasan gas-gas yang di timbulkan dari kerja mikro-
organisme aerob. Aerob Pond tetap di kondisikan dalam kondisi terbuka sebagai cara
untuk memudahkan penguraian gas-gas yang di timbulkan dari proses aerasi ke udara
bebas, selain hal tersebut ruang terbuka di gunakan sebagai sirkulasi udaradari dan keluar
Aerob Pond.
Di dalam lantai Equal Pond telah terpasang pipa PVC Ѳ 2 Inch sebagai jalur
keluar air limbah ke Control Pond.Pipa air tersebut dapat di manfaatkan juga sebagai
pilihan sirkulasi apabila terjadi problem parameter uji. Aliran transfer/transfer flow dari
Aerob ke Clarifier Pond berupa lubang persegi dengan ukuran 300 x 250 x 150.
Maintenance/ Perawatan :
a. Mengangkat sampah-sampah anorganik yang ada di permukaan kolam.
b. Memastikan aerator dalam posisi yang tepat, terlebih setelah terjadi pemadaman
listrik.

12
c. Memberikan waktu istirahat untuk aerator perhari sekitar 2 s/d 3 jam serta
mengangkat aerator dan membersihkannya.
d. Membersihkan endapan di lubang transfer dengan menyemprotkan air bertekanan.
e. Monitoring tali pengikat aerator.

4. CLARIFIER POND
Dimensi : Beton bertulang
: 7600 x1600 x 3000 Tebal dinding luar 250 mm
: Tebal dinding dalam 150 mm
Kapasitas Pengolahan : 10.07 m3
Plate : Lokalisir scum
2 unit
: Alumunium Mixing with flow
Menahan daya tekan air
Pipa : PVC 2 Inch Sirkulasi

Clarifier Pond adalah kolam untuk proses pengendapan dan juga di fungsikan
sebagai penggolahan lanjutan seperti pada proses penguraian ammonia, dalam tahapan ini
mikro-organisme yang yang di fungsikan adalah mikro-organisme anaerob.
Proses pengendapan secara fisika dengan bantuan gravitasi. Activated sludge
yang terkirim ke kolamini akan di teruskan ke dasar kolam dengan bantuan plate
aluminium. Dan sebelum air limbah keluar dari Clarifier Pond melewati plate yang ke 2
dengan tujuan utama agar activated sludge yang terapung di permukaan tidak terkirim ke
kolam Desinfectant Pond. Di dalam lantai Equal Pond terpasang pipa PVC Ѳ 2 Inch
sebagai jalur keluar air limbah ke Control Pond.Pipa air tersebut dapat di manfaatkan
juga sebagai pilihan sirkulasi apabila terjadi problem parameter uji. Aliran
transfer/transfer flow dari Clarifier Pond ke Desinfectant Pond berupa pipa PVC Ѳ 4 Inch
serta backupnya lubang persegi dengan ukuran 600 x 400 x 150.
Maintenace/ Perawatan :
a. Monitoring sludge di permukaan kolam

13
5. DESINFECTANT POND

Dimensi : Beton bertulang


: 3000 x600 x 3000 Tebal dinding luar 250 mm
: Tebal dinding dalam 150 mm
Kapasitas Pengolahan : 4.3 m3
Equipment : 4.8 L/H
: Dosing Pump Automatic Dosing 1 Unit
: 1 Phase
: Drum Plastic 120 L ( Efektif ) 1 Unit
Plate : Lokalisir scum
: Alumunium Mixing with flow 2 unit
Menahan daya tekan air
Pipa : PVC 2 Inch Sirkulasi
PVC 3 Inch Outlet
Disinfectant pond di fungsikan sebagai kolam pengadukan chemical untuk
mematikan mikro-organismepathogen di dalam kolam. Desinfektasi menggunakan chlor
yang di bantu dengan pompa dosing. Penggunaan pompa dosing adalah untuk
memberikan ketetapan dan ketepatan jumlah chlor atau chemical yang di tambahkan ke
air limbah. Penentuan berapa banyak jumlah chlor yang akan kita tambahkan tergantung
dari jumlah volume limbah yang melewati flowmeter.
Di dalam lantai Equal Pond terpasang pipa PVC Ѳ 2 Inch sebagai jalur keluar air
limbah ke Control Pond.Pipa air tersebut dapat di manfaatkan juga sebagai pilihan
sirkulasi apabila terjadi problem parameter uji. Aliran transfer/transfer flow dari Clarifier
Pond ke Desinfectant Pond berupa pipa PVC Ѳ 4 Inch ( setengah ) dengan panjang ± 50
cm dengan penambahan Tee diameter 4 Inch di Desinfectant Pond.
Aliran air dari Desinfectant Pond ke Normal Pond menggunakan pipa PVC
diameter 3 Inch x 2 x 50 cm sebagai backup over flow air limbah. Pipa utama
menggunakan PVC diameter 3 Inch dengan di tambahkan reducer 3 Inch x 2 Inch untuk
mengakomodasi Flowmeter dengan diameter 2 Inch.
Maintenance/Perawatan :
a. Monitoring cairan Chemical yang ada di dalam drum.
b. Penambahan chemical ke dalam drum.
c. Monitoring pompa dosing, konektor selang, display dan power listriknya.
d. Monitoring pipa outet IPAL.

14
6. NORMAL POND / SAMPLING POND

Gambar 4
Dimensi : Pasangan Batubata + Acian
: 2000 x1000 x 100 Tebal dinding luar 100 mm
: Tebal dinding dalam 100 mm
Kapasitas Pengolahan : 1.6 m3
Equipment : Diameter 2 Inch
: Digital Flowmeter Stainless Steel Body 1 Unit
: DC; 25 Volt
Pipa : PVC 3 Inch Transfer Flow
PVC 6 Inch Outlet
Normal Pond dan Sampling Pond adalah 2 kolam yang terintegrasi antara satu
dengan yang lainnya yang di hubungkan dengan pipa PVC diameter 3 Inch x 4 x 30 cm
yang di tempatkan di bawah sekat pemisah di antara keduanya. Penentuan sampling
untuk keperluan uji sample regular di lakukan di inlet/limpahan air yang telah melewati
flowmeter. Dan tidak di perkenankan mengambil sample uji dari dalam kolam.
Di inlet Normal Pond / Sampling Pond terdapat digital Flowmeter dengan
diameter 2 Inch.
Maintenance/Perawatan :
a. Membersihkan pipa yang menuju ke parit
b. Mengangkat benda-benda asing yang masuk ke dalam kolam

e. Equipment
Equipment adalah peralatan pendukung operasinal.

15
1. Circuit Pannel IPAL
Adalah unit pembagi daya listrik yang di gunakan untuk semua peralatan yang
berkaitan di IPAL yang di letakkan di dinding luar unit IPAL utama.
Spesifikasi :
a. MCB Utama : 1 Unit
b. MCB 1 Phase : 2 x 2
c. MCB 3 Phase : 1 Unit
d. Contactor relay
e. Water Level Control
f. Adaptor DC
Maintenance/ Perawatan :
a. Monitoring kondisi panel dari kelembaban udara
b. Monitoring terhadap material asing yang ada di dalam panel
c. Dalam kondisi normal semua MCB dalam kondisi ON
d. Melakukan push reset terhadap contactor
e. Selalu melakuka trial saat akan menhidupkan semua peralatan.

Gambar 5
2. Pompa Transfer Reguler
Adalah pompa submersible yang di gunakan di dalam Control Pond yang secara
otomatis memindahkan air limbah dari Control Pond ke Equal Pond.

16
Spesifikasi :
a. 1 Phase
b. 1 HP; 0.75 KW
c. Transfer Rate 300 L/min
d. Diameter pipa transfer 2 Inch ( di reduce dari 3 Inch ke 2 Inch )
e. Posisi tergantung di bantu dengan menggunakan tali plastic
f. Flange 2 Inch PVC; ring 24 mm
g. Water Level Control, dengan 3 elektroda
h. Panel menggunakan breaker 3 x 1 Phase; Contactor

Maintenance/ Perawatan :
a. Monitoring transfer pompa
b. Membersihkan pompa dari sampah padat yang melekat di pompa
c. Monitoring elektroda WLC dari kondisi hubungan pendek antar elektroda.

Gambar 6

3. Screening Box 1
Adalah penyaring padatan yang masuk ke Control Pond serta di fungsikan sebagai
penjaga guncangan pada permukaan air di Control Pond.

Spesifikasi :

a. Ukuran 60 x 60 x 200

17
b. Base Alumunium
c. Wiremesh Stainless Steel
d. Diameter mesh 80 Mesh
e. Geser/Slider
f. Posisi tergantung dengan di topang aluminium holo sebagai slider
Maintenance/ Perawatan :
a. Geser ke bawah main hole dan angkat semua sampah padatan yang ada di dalam
screening box dengan menggunakan hand screening.
b. Angkat screening box sedikit demi sedikit ke luar Control Pond
c. Buka baut pengikat plate/lembaran lepaskan dan besihkan plate
d. Siram wiremesh dengan menggunakan air bertekanan untuk melepaskan kotoran yang
menempel pada sela-sela mesh
e. Buka plate di dasar screening box dengan menarik spigot pengait
f. Ulangi di siram dengan air bertekanan dari atas screening box
g. Setelah semua bersih, jemur screening box selama 1 s/d 2 jam
h. Pasang kembali plate samping dan plate dasar screening box, turunkan kembali ke
Control Pond, tempatkan di bawah curahan air dari pipa di atasnya.

Gambar 7
4. Screening Box 2
Adalah penyaring padatan yang masuk ke Equal Pond serta di fungsikan sebagai
penjaga guncangan pada permukaan air di Equal Pond.
Spesifikasi :

18
a. Ukuran 60 x 60 x 200
b. Base Alumunium
c. Wiremesh Stainless Steel
d. Diameter mesh 80 Mesh
e. Geser/Slider
f. Posisi tergantung dengan di topang aluminium holo sebagai slider
Maintenance/ Perawatan :
a. Geser ke bawah main hole dan angkat semua sampah padatan yang ada di dalam
screening box dengan menggunakan tangguk.
b. Angkat screening box sedikit demi sedikit ke luar Control Pond
c. Buka baut pengikat plate/lembaran lepaskan dan besihkan plate
d. Siram wiremesh dengan menggunakan air bertekanan untuk melepaskan kotoran
yang menempel pada sela-sela mesh
e. Buka plate di dasar screening box dengan menarik spigot pengait
f. Ulangi di siram dengan air bertekanan dari atas screening box
g. Setelah semua bersih, jemur screening box selama 1 s/d 2 jam
h. Pasang kembali plate samping dan plate dasar screening box, turunkan kembali ke
Control Pond, tempatkan di bawah curahan air dari pipa di atasnya.

Gambar 8

19
5. Aerator / Turbo Jet Aerator
Adalah pompa submersible dengan impeller terbuka berfungsi sebagai pengasup
oksigen ke dalam air dengan cara menghisap udara bebas melalui pipa penyangga yang
kemudian dengan tekanan yang ada di sekitar impeller akan mengahasilkan turbulensi
udara sehingga menghasilkan timbulnya gelembung mikro dan menekannya ke dalam air.
Spesifikasi :
a. 3 Phase
b. 3 HP, 2.2 KW
c. Stainless Steel Body; Impeller
d. Pelampung plastik, tiang stainless steel
Maintenance/ Perawatan :
a. Memonitoring kondisi air limbah di Aerob Pond dari sampah padat yang masuk
dan viscositas limbah
b. Melakukan perawatan rutin kondisi impeller dari sampah padatan
c. Mengistirahatkan aerator 1 -2 jam dalam setiap 24 jam
d. Selalu mengecheck posisi/arah pelampung agar selalu sejajar dengan panjang
dinding Aerob Pond.

Gambar 9
6. Dosing Pump
Dosing Pump atau Electric Metering Pump adalah pompa khusus yang di
fungsikan untuk memindahkan cairan dari tempat satu ke tempat yang lain. Didalam
proses di IPAL/STP dosing pump di gunakan untuk menambahkan larutan kimia secara

20
terukur kedalam air limbahsesuai dengan kebutuhan yang ada, seperti fungsi koagulasi,
flokulasi atau desinfektasi.
Spesifikasi :

a. Kapasitas Max 4.8 Liter per jam


b. 1 Phase
c. Pressure 3.5 Bar
Maintenance/ Perawatan :
a. Selalu mengecheck kondisi selang inlet maupun outlet dari sumbatan karena
endapan chemicals
b. Melakukan kalibrasi terhadap kapasitas pompa agar tercapai hasil yang sesuai
dengan kebutuhan
c. Tidak membiarkan drum larutan dalam keadaan kosong pada saat Dosing
Pump masih bekerja.

Kalibrasi Dosing Pump

1. Peralatan dan Bahan :


a. Air bersih 10 Liter
b. Beaker plastic 500 ml
c. Neraca digital kapasitas maks. 5000 gram
d. Stopwatch
2. Tahapan
a. Pastikan adanya larutan atau cairan yang ada di drum minimal 10 L
b. Hidupkan dosing pump, setting digital metering ke angka yang di kehendaki,
misalnya : 50
c. Sesuaikan pressure ke posisi yang di kehendaki, misalnya : 50
d. Hidupkan neraca digital, letakkan beaker di tengan area timbang, posisikan di
satuan gram dengan nilai : 0
e. Posisikan ujung selang outlet di sekitar/dekat dengan posisi beaker
f. Siapkan stopwatch dengan posisi nol
g. Sinkronisasikan antara on stopwatch dengan mngeser ujung selang ke atas beaker
( dalam waktu yang bersamaan )
h. Tunggu sampai neraca digital menunjukkan angka 100 gram dengan bersamaan
mematikan stopwatch

21
i. Catat jumlah waktu yang di perlukan dosing pump untuk memindahkan 100
milliliter larutan
j. Dan hitung untuk mencari liter per detik atau liter per jam
k. Tentukan nilai yang akan di gunakan antara kapasitas dosing pump dengan
jumlah konsentrasi larutan yang akan di injeksikan ke dalam air limbah.

Gambar 10

7. Flowmeter
Flowmeter adalah sebuah unit pembaca serta pencatat otomatis jumlah
material yang di melewati sensor elektromagnetik dengan cara membaca kecepatan
mineral dari dalam air limbah. Digital flowmeter sebagai penyeimbang aliran transfer
pada system pengolahan air limbah baik dengan pompa ataupun denga cara gravitasi
(gravitation flow transfer). Flowmeter ini tidak meggunakan propeller seperti pada
flowmeter konvensional yang rawan terhadap sumbatan.
Digital flowmeter dari sisi keakuratan lebih baik, karena dari sisi sensor tidak
terpengaruh terhadap aliran lumpur yangaka tetap membaca kecepatan mineral yang
melewatinya. Flowmeter menjadi acuan dasar untuk pemberian jumlah chemicals
yang akan di tambahkan ke dalam air limbah sesuai dengan kebutuhan yang di
perlukan (evaluasi parameter uji).
Spesifikasi :
a. DC;25 volt; adaptor
b. Digital display
c. Stainless Steel Body
d. Non propeller
e. Electromagnetic cencore
f. Tampilan display :
22
g. Kecepatan transfer dengan satuan m3/jam
h. Akumulasi total material yang telah melewati flowmeter dalam satuan m3
Maintenance/ Perawatan :
a. Melakukan pembersihan flowmeter dengan penyemprotan dengan menggunakan
air bertekanan sedang
b. Membersihkan endapan lumpur di sepanjang pipa horizontal flowmeter
c. Pada setiap pembersihan kondisi flowmeter yang dilakukan adalah dengan
membuka baut di flange bagian luar dengan hati-hati dan di larang keras
memukul, membentur keseluruhan body flowmeter dengan benda lain.

Gambar 11
8. Equpiment Support
a. Water Level Control ( Floatless Relay )
Perangkat elektrik yang berfungsi sebagai pemberi signal level air di Control
Pond dengan system penangkap signal berupa elektroda ( gambar ) yang berjumlah 3
batang yang selanjutnya akan diteruskan ke perangkat kontaktor guna memberi daya
listrik ke pompa transfer regular.
Elektroda WLC terletak di dalam Control Pond.

23
Gambar 12

Gambar 13

b. Drum Plastik ( 120 Liter )


Drum plastic untuk menempatkan larutan chemicals. Drum plastic le[bih
tahan terhadap korosif dan juga asam sehingga tidak akan mengganggu konsentrasi
larutan kimia.

24
Gambar 14

c. Tangga
Tangga di gunakan sebagai sarana penghubung antara lokasi bawah
dengan atas IPAL, untuk maintenance/ perawatan di dalam IPAL utama.Tangga
terbuat dari besi karbon black steel yang di tempatkan di dinding luar; tengah-
tengah panjang IPAL.Tangga harus tetap ada perawatan dari karat yang timbul.

Gambar 15
d. Header Stopkran ( Valve )

25
Adalah stopkran pembagi aliran air yang terdiri dari 2 stopkran yang berdekatan.
Header ini di bagi menjadi 2 bagian :

1. Header Stopkran Utama, terletak di atas berfungsi sebagai pembagi/pengarah


aliran air ke Equal Pond dana atau ke Aerob Pond.

Gambar 16
2. Header Stopkran Sirkulasi, terletak pada permukaan tanah di samping Control
Pond di fungsikan sebagai Sirkulasi sisten serta tidakan tanggap darurat.

Gambar 17
e. Tutup Mainhole IPAL
Tutup mainhole IPAL adalah beton bertulang, yang berguna untuk
meminimalisir adanya benda asing yang masuk ke dalam IPAL, dan berfungsi untuk
memudahkan perawatan hole transfer antar kolam di dalam IPAL. Jumlah tutup
mainhole ada 5 unit sesuai dengan kebutuhan mainhole terhadap maintenance.

26
Gambar 18

f. Hand Screening
Digunakan untuk mengambil/mengangkat sampah padatan dari dalam air
dari kolam
Spesifikasi :
1. Tangkai aluminium holo panjang ± 250 cm
2. PVC plate tebal 0.4 mm
3. Stainless Steel Mesh 80 mesh

Gambar 19
g. Beaker Plastic
Adalah tabung plastic dengan skala level/volume yang digunakan sebagai
wadah untuk penimbangan serta mengencerkan chemical sebelum di masukkan ke
dalam drum. Beaker ini juga dapat di jadikan media untuk kalibrasi dosing pump.
Spesifikasi :

27
 Tabung Plastic transparan/bening dengan skala ukur 500 ml

Gambar 20

28
d. Peta Equipment

Gambar 21

e. Pengoperasian IPAL
Untuk menjalankan system IPAL ada beberapa hal yang harus diperhatikan
antara lain :

a. Ketersediaan air di dalam pond/kolam

29
b. Posisi equipment harus tepat
c. Ketersediaan power listrik yang cukup
d. Kondisi hole flow/lubang transfer antar kolam tidak ada material padat
e. Kondisi pipa out let tidak ada sumbatan dengan memonitor dari ujung atas pipa
f. Pond atau kolam tidak ada resapan air keluar di dinding IPAL
g. Supply daya dan panel listrik dalam kondisi baik
Kebutuhan tenaga kerja untuk perawatan IPAL Rumah Sakit Sansani sebagai
berikut
1. Tenaga kerja untuk maintenance sebanyak ½ personal ( waktu kerja 4 Jam/hari ) dalam 1
hari/24 jam dengan rincian pekerjaan monitoring seluruh peralatan ½ jam dalam rentan
waktu 3 jam sekali.
2. Tenaga kerja untuk system sebanyak ½ personal ( waktu kerja 4 Jam/hari ) dalam 1
hari/24 jam, dengan rincian pekerjaan evaluasi proses IPAL dari Control Pond sampai
dengan Outlet ke parit.
f. Alur proses IPAL
Arah aliran air limbah sesuai dengan arah tanda panah biru pada gambar berikut.

Gambar 22

30
Membuka stopkran #5 pada header Stopkran Utama yang ada di atas IPAL
dengan mensejajarkan handle stopkran searah dengan pipa, serta menutup stopkran #6.

Gambar 23
Di dalam panel listrik,3 MCB 1 Phase di rubah ke posisi ON. Langkah ini untuk
memberikan daya listrik untuk pompa transfer regular serta Flowmeter. Air limbah dari
berbagai sumber di dalam rumah sakit akan melewati pipa PVC induk diameter 6 Inch
menuju ke dalam Control Pond dengan limpahan air yang tercurah seluruhnya masuk ke
dalam Screening Box 1, setelah proses pemisahan / seleksi sampah yang berdiameter
kurang dari 80 mesh akan mengalir keluar dari Screening Box 1 di dalam Control Pond
sampai pada level tertentu ( setinggi elektroda yang terpendek dari WLC ). Setelah level
air limbah mencapai level tersebut, secara otomatis elektroda WLC akan mengirim signal
ke kontaktor untuk meneruskan daya listrik ke kumparan pompa regular guna memutar
impeller yang akan menghasilkan daya hisap sebesar 300 Liter / menit. Pompa akan
bekerja dalam waktu 1 menit dangan volume transfer air ke Equal Pond sebanyak 1 m3,
atau sampai level air di bawah elektroda ke dua terpendek pompa akan berhenti secara
otomatis.
Air limbah mentah akan masuk ke dalam Equal Pond dengan melewati Screening
Box 2, dengan input air limbah yang baru sebesar 1 m3 akan mendorong air limbah yang
telah ada di dalam Equal Pond sebelumnya. Dorongan di harapkan tidak merusak seluruh
permukaan di dalam Equal Pond. Hal ini di tujukan agar permukaan Equal Pond menjadi
tumpukan scum yang memungkinkan timbulnya organisme ber-sel banyak. Dari
organisme inilah yang akan membantu penguraian polutan di atas permukaan Equal
Pond. Proses penguraian di Equal Pond dengan mikroorgaisme sel tunggal dalam kondisi
an-aerob. Karakter mikro-organisme ini lebih cenderung lambat akan tetapi lebih kuat.

31
Sisa hasil proses penguraian di Equal Pond akan membentuk lumpur/sludge. Selain
sludge juga akan terjadi proses pelepasan gas di dalam Equal Pond.
Equal Pond dalam kondisi optimal adalah dengan kondisi tertutup. Hal ini akan
membantu mempercepat serta mengurangi kadar polutan air limbah. Selain mikro-
organisme juga akan terjadi reaksi kimia antara unsur-unsur organik. Seeding mikro-
organismeakan terjadi dengan sendirinya, persentase tertinggi di bawa dari limbah
domestic. Di dalam Equal Pond akan menjadi perimbangan yang sempurna bila
kandungan limbah memenuhi adanya kandungan Protein, Lemak dan Karbohidrat.
Pencampuran ketiga hal tersebut akan membentuk sebuah kondisi yang memungkinkan
makhkluk hidup berkembang dengan baik, kondisi ini dapat di monitoring dengan
pengetesan derajad keasaman dan temperatur.
Setelah air imbah melewati proses an-aerob di Equal Pond selanjutnya air limbah
akan di kirim dengan bantuan daya dorong gravitasi menuju ke Aerob Pond. Saat air
limbah masuk ke Aerob Pond mikro-organisme anaerob akan mati setelah bersentuhan
dengan oksigen berlebih. Mikro-organisme ini akan menjadi asupan makanan untuk
mikro-organisme aerob, selain polutan yang masih tersisa di Aerob Pond. Setelah level
air di dalam Aerob Pond sejajar dengan bibir hole transfer dari Aerob Pond ke Clarifier
Pond, hal tersebut menandakan Aerob Pond sudah siap untuk proses aerasi dengan
Aerator.
Langkah-langkah menghidupkan Aerator :
a. Rangkai bagian-bagian Aerator sesuai dengan petunjuk di buku manual Aerator,
tambahkan tali pengikat di kedua tiang ( Stainless Steel ) dan uraikan tali ke
samping kanan dan kiri Aerator
b. Pastikan kabel telah tersambung dengan power listrik
c. Masukkan Aerator ke dalam air menempel dinding outlet Aerob Pond
d. Posisikan / arah propeller mengarah ke inlet Aerob Pond
e. Ikat tali pada tempat yang sudah di sediakan, tegangan dan ikatan tali harus kuat
f. Hidupkan Aerator dengan menaikkan switch MCB 3 Phase di dalam panel IPAL (
dengan penanda warna merah pada gambar 5 )
g. Setelah dihidupkan periksa kembali posisi Aerator
h. Tunggu beberapa saat sampai Aerator dalam kondisi stabil

Ciri khas Aerob Pond adalah adanya penggunaan equipment sebagai salah satu
cara utuk memberikan asupan Oksigen ke dalam kedalam air. Turbo Jet Aerator di

32
tempatkan di Aerob Pond dengan system kerja yang efektif serta efisien. Udara bebas
akan di hisap oleh ujung tiang penyangga mesin utama dengan memutar propeller denga
kecepatan tinggi sehingga mampu membuat kondisi area di sekitar propeller mengaami
turbulensi udara. Dari turbulensi ini maka tercipta gelembung mikro yang terisi oleh
udara, kemudian dengan daya dorong propeller akan memaksa gelembung-gelembung
mikro ini mencapai kedalaman air.
Dari gelembung-gelembung mikro ini mikro-organismeakan mendapat asupan
oksigen untuk tumbuh dan berkembang di kedalaman air limbah. Kelebihan lain yang
dimiliki oleh Turbo Jet Aerator ini adalah fungsi mixing atau pengadukan, hal ini dapat di
perhatikan dari kondisi arus air limbah di Aerob Pond saat Aerator ini bekerja.
Penempatan posisi aerator yang ideal adalah dengan mengarahkan daya dorong
kearah input limbah di Aerob Pond. Hal ini di maksudkan agar air limbah yang masuk ke
dalam Aerob Pond akan langsung di bagi rata konsentrasinya agar tidak terjadi
pengumpulan limbah di satu titik. Apabila hal ini terjadi maka proses penggolaha air
limbah di Aerob Pond menjadi lambat. Karakter mikro-organisme aerob lebih cenderung
lebih lemah dari pada mikro-organisme anaerob akan tetapi proses penguraian lebih
cepat, hal ini lebih karena proses pembelahan diri akan lebih cepat. Waktu hidup dan
berkembangnya mikro-organisme aerob tergolong cepat dalam hitungan menit.
Didalam Aerob Pond keseimbangan derajad keasaman dan suhu sangat di
perlukan, guna memperoleh hasil yang maksimal.Mikro-organisme aerob menjadi
tumpuan utama dalam penguraian di kolam Aerob Pond. Dalam hal ini pada kondisi
tertentu di perlukan penambahan nutrisi khusus untuk mikro-organisme aerob seperti
enzyme Bio AM 01. Dengan penambahan yang tepat akan dapat mempertahankan daya
hidup mikro-organisme aerob yang selanjutnya mempercepat proses pembelahan diri sel
inti.
Penambahan enzyme Bio AM 01 tidak boleh lebih dari 5 ppm volume Aerob
Pond per hari. Pemberian yang berlebihan hanya akan menambah jumlah kandungan
ammonia di dalam air limbah. Proses penguraian polutan limbah yang terjadi di dalam
Aerob Pond sangat signifikan terjadi adalah penguraian polutan BOD, COD serta
ammonia. Penguraian polutan dengan proses terpanjang adalah penguraian ammonia.
Ammonia ( NH3 ) akan di konsumsi oleh mikro-organisme aerob dengan menghasilkan
polutan turunan menjadi Nitrit ( NO2 ) atau disebut dengan proses Nitrifikasi (
Nitrosomonas ).
Mikro-organisme aerob dalam kondisi yang ideal akan membentuk koloni,
kumpulan koloni inilah yang di sebut dengan Activated Sludge. Dalam kondisi optimal

33
Actvated Sludge akan membantu penguraian Nitrit menjadi Nitrat ( NO3 ) atau di sebut
dengan proses Denitrifikasi. Hal ini memungkinkan bilamana di dalam Activated Sludge
terdapat mikro-organisme anaerob ( Nitrobakter ). Setelah air limbah melalui proses di
Aerob Pond, maka tahapan selanjutnya air limbah matang akan melalui proses
pengendapan di dalam Clarifier Pond. Dalam tahapan ini proses flokulasi dan koagulasi
terjadi. Sludgeakan megendap ke dasar Clarifier Pond. Mikro-organisme yang aktif
dalam Clarifier Pond ini di dominasi oleh mikro-organisme an-aerob. Proses penguraian
polutan Nitrat ( NO3 ) lebih banyak terjadi di Clarifier Pond.
Dinding Clarifier Pond juga berfungsi untuk pengendapan hal ini terjadi di
sebabkan oleh mikro-organisme yang ada. Aliran air yang masuk ke dalam Clarifier Pond
di arahkan oleh plate aluminium langsung untuk menuju ke dasar, ini bertujuan agar
sludge yang terbawa akan lebih mudah mengendap di dasar lantai Clarifier Pond.
Sementara plate aluminium di bagian atas akan menghambat arus air di permukaan.
Dalam proses ini yang telah terpisah dari lumpur akan di dorong ke outlet
Clarifier Pond menuju ke Desinfectant Pond, melalui pipa 4 Inch yang di bagi 2 dengan
panjang 50 cm dan juga penambahan Tee di ujung pipa. Di dalam pipa inilah di lakukan
penambahan Chemical baik untuk menetralisir mikro-organisme pathogen atau untuk
keperluan lain, misalnya untuk menambahkan chemical guna menaikkan derajad
keasaman air limbah.
Penambahan chemical harus sesuai dengan kebutuhan dengan berpatokan pada
debit air limbah yang akan di buang agar aman di terima lingkungan. Chemicaltersebut di
tambahkan sesuai kebutuhan dan dilakukan terus menerus dengan menggunakan Dosing
Pump.Penggunaan Dosing Pump untuk meminimalisir dari kelebihan atau kekurangan
chemical.
Langkah menghidupkan Dosing Pump :
a. Check selang inlet dan outlet dari sumbatan
b. Check drum telah terisi larutan chemical dengan konsentrasi yang telah di
tentukan.
c. Check sambungan kabel power
d. Dari panel IPAL, naikkan switch MCB 1 Phase ( dengan penanda warna kuning
pada gambar 5 )
e. Check selang outlet sampai keluar cairan larutan chemical
f. Letakkan ujung selang pada jalur air di tengah pipa 4 inch
Penggunaan tee 4 inch di maksudkan untuk pengadukan larutan chemical dengan
air limbah matang agar merata. Sehingga hasil akhir menjadi lebih stabil dan dapat di

34
pertanggungjawabkan, hal ini dapat di buktikan dengan cara mengambil sample secara
dublo untuk uji laboratorium. Di dalam Desinfectant Pond terjadi proses penguraian
secara kimiawi. Tahapan dimana organisme di musnahkan atau sebagai titik akhir proses
di IPAL.
Air limbah yang telah melalui tahap sterilisasi di Desinfectant Pond akan di
dorong menuju Normal Pond yang ada di samping bawah IPAL Utama. Sebelum air ini
masuk ke dalam Normal Pond akan melewati Unit Flowmeter Digital, air akan dicatat
dalam bentuk akumalasi total pengeluaran dan di tampilkan dengan satuan m3( meter
kubik ), selain itu display akan memberikan informasi kecepatan transfer / perpindahan
air ke dalam Normal Pond, ditampilkan dengan satuan m3/h ( meter kubik per jam).
Dari hasil pencatatan di flowmeter inilah yang nantinya akan menjadi dasar utama
perhitungan barapa jumlah chemical yang harus di tambahkan melalui Dosing Pump.
Langkah-langkah menghidupkan Flowmeter :
a. Check kondisi sambungan kabel
b. Naikkan switch MCB 1 Phase di dalam panel IPAL ( dengan penanda warna biru
muda pada gambar 5)
c. Periksa display Flowmeter dan pastikan dalam tampilan normal
Air yang telah bebas dari polutan ini akan masuk ke kolam Sampling Pond yang
selanjutnya akan di buang ke parit utama.
Demikian tahapan proses penguraian air limbah di IPAL Rumah Sakit Ibu dan
Anak Rumah Sakit Sansani.
g. Desinfektasi
Desinfekstasi adalah kegiatan dengan tujuan untuk memusnahkan organisme
pathogen dari dalam air limbah.

Desinfektasi dapat di lakukan dengan beberapa cara :

a. Sinar ultraviolet, system kerja sinar ultraviolet adalah dengan menembak inti sel agar
tidak terjadi pembelahan. Penggunaan sinar UV ini akan memerlukan waktu beberapa
lama untuk mikro-organisme akan tetap bertahan hidup tetapi tidak dapat berkembang
biak. Merujuk hal ini akan menguntungkan sekiranya perhitungan total mikro-organisme
( total Coliform ) tidak di lakukan.
b. Chemical, system kerja chemical dalam mematikan mokroorganisme adalah dengan
pendekatan sifat chemical seperti toxid, panas, asam dan lain lain. Penggunaan chemical
sangat praktis dan efisien dalam mematikan mikro-organisme di dalam air yang karena
sifat-sifat yang di bawa oleh chemical tersebut.

35
Desinfektasi di IPAL Rumah Sakit Sansani ini dengan menggunakan chemicalChloryang
di ambil dari Trichloro Isocyanuric Acid ( C3N3O3Cl3 ) dengan chlor available 90%.
Langkah-langkah pembuatan larutan :
Perhitungan kadar Cl2 dalam C3N3O3Cl3

C3N3O3Cl3+ 3H2O ⬌ 3HOCl + C3N3O3H3

Cl2+ H2O ⬌ HOCl + HCl

Diketahui :

Berat Mol C3N3O3Cl3 = 232.409 g/mol

Berat Mol Cl2 = 70.906 g/mol

Konsentrasi Chlor = 90%

Berat Cl2 dalam 100 gram C3N3O3Cl3di hitung :

1𝑚𝑜𝑙C3N3O3Cl3 3𝑚𝑜𝑙𝐶𝑙2 70.906


100 𝑔C3N3O3Cl3 𝑥 𝑥 𝑥
232.409 1𝑚𝑜𝑙C3N3O3Cl3 1𝑚𝑜𝑙𝐶𝑙2

100𝑥3𝑥70.906
232.409

91.53𝑔

Jadi dalam 100 g atau 100% C3N3O3Cl3akan di dapatkan kandungan Cl2 sebesar
91.53g. Apabila di dengan konsentrasi 90% atau 90g maka akan di dapat titik akhir
sebesar :
V1 = 90 M1 = 91.53
V2 = 100
90 𝑥 91.53 = 100 𝑥𝑚2
90𝑥91.53
𝑚2 =
100
𝑚2 = 82.38

M2 di hitung sebagai persen untuk menjadi acuan dalam penentuan konsentrasi


Cl2.
Jadi di dapatkan kandungan Chlor sebagai Cl2sebesar 82.38%
Langkah selanjutnya adalah menentukan besaran konsentrasi Cl2 setelah di
mengetahui kadar sisa Cl2 dalam air limbah setelah pengujian. Hal ini merujuk dari
standar baku mutu limbah untuk ambang batas sisa Cl2 yang di perbolehkan untuk di

36
buang ke lingkungan. Beban polutan yang ada di dalam air limbah di tambah dengan
jumlah sisa Cl2 yang di perbolehkan, akan di dapat berapa konsentrasi Cl2 yang harus di
tambahkan.
Misanya :
Beban polutan yang ada dalam air limbah membutuhkan konsentrasi 6 ppm ( part
per million )
Sisa Cl2 yang di perbolehkan sebesar 1 ppm
Maka akan dapat di hitung dengan cara :
Konsentrasi Cl2 yang di butuhkan = 6 ppm + 1 ppm
= 7 ppm
= 7 mg/Liter
Diketahui beban limbah per hari = 6.1 m3/day
= 6.100 Liter/Day
𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑚𝑔
6100 𝑥7
𝑑𝑎𝑦 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟
𝑚𝑔
42700
𝑑𝑎𝑦
𝑔
42.7
𝑑𝑎𝑦
42.7 gram ini dengan konsentrasi 100% produk Cl2, maka akan di peroleh persamaan
sebagai berikut :
Kosentrasi Cl2 di C3N3O3Cl3adalah 82.38%
100
𝑥 42.7𝑔
82.38
𝑔
51.83
𝑑𝑎𝑦
Jadi dari produk C3N3O3Cl3 nilai yang harus di timbang adalah 51.83 gram dalam
1 hari penambahan Cl2.
Langkah selanjutnya adalah mengetahui kapasitas Dosing Pump yaitu dengan
kalibrasi( telah di jelaskan pada bagian sebelumnya )

Diketahui :
Volume Drum Chemical = 120 Liter
Kapasitas Dosing Pump ( setelahkalibrasi ) = 0.5 ml/sc

37
= 60 detik x 0.5 ml
= 30 ml/menit
= 1800 ml/jam
= 1.8 Liter/jam
Perhitungan :
120𝐿
1.8 𝐿𝑝𝑒𝑟𝑗𝑎𝑚

66.67 ℎ

Dengan kapasitas drum chemicals tersebut dosing pump akan memindahkan


larutan di dalamnya selama 66.67 jam atau dalam 2 hari 18 jam 29 menit.
Di dalam 66.67 jam tersebut air limbah yang akan di lakukan desinfektasi sebesar
:
6100𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟𝑥 66.67 𝐽𝑎𝑚
24𝐽𝑎𝑚
16945.3𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟

Jadi akan jumlah total yang akan di timbang dari C3N3O3Cl3adalah :


𝑚𝑔
16945.3𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟𝑥 7
𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟
118617 𝑚𝑔
118.617 𝑔

Dengan pedoman :
Kapasitas Dosing Pump = 1.8 Liter/Jam
Kapasitas drum chemical = 120 Liter
Cl2 yang di tambahkan = 7 ppm
Debit air limbah = 6100 Liter/hari
Penimbangan C3N3O3Cl3:
Pepan :
Alat dan Bahan :
a. Sendok Plastik
b. Beaker plastic 500 ml
c. Neraca digital
d. Pelarut pure water ( air baku )

38
Alat Pelindung Diri :
a. Safety Gloves
b. Safety Glasses
c. Masker AO
Cara Kerja :
a. Pakai APD dengan baik sebelum kontak dengan chemical
b. Timbang TCCA powder dengan neraca digital sesuai dengan jumlah
timbangan per drum dengan beaker plastic 500 ml
c. Tambahkan air kedalam beaker plastic secukupnya, aduk hinggan
tercampur rata
d. Tuang cairan TCCA tersebut ke dalam drum kosong
e. Masukkan pure water kedalam drum sampai batas ( 10 cm ) dari bibir
atas drum ( jumlah 120 L )
f. Aduk rata beberapa menit sampai terlihat bening/kekuningan
g. Cek kondisi selang pompa dosing dari sumbatan pada filternya
h. Hidupkan ( on/off ) pompa dosing.

e. Sirkulasi Sistem
Sirkulasi adalah mengalirkan kembali material cair ke dalam tahapan proses
sebelumnya. Sirkulasi terdiri dari rangkaian pipa buang dengan dengan
mengalirkannya kembali ke dalam Control Pond yang kemudian akan di kirim ke
Aerob Pond. Jaringan sirkulasi dapat di manfaatkan antara lain sebagai :
a. Tanggap darurat di dalam kolam IPAL
b. Trouble parameter uji ( dengan merujuk dari hasil test uji dari laboratory )
c. Bypass proses pengolahan
Bagian-bagian proses :

1. Jaringan pipa sirkulasi di bawah lantai dasar IPAL/STP :

39
Gambar 24

Spesifikasi :
a. Pipa PVC diameter 2 Inch di bawah lantai IPAL Utama
b. 2 header dengan 4 stopkran
c. Pipa PVC diameter 3 Inch

40
2. Jaringan pipa sirkulasi di atas bangunan IPAL Utama

Gambar 25
Spesifikasi :
a. Pipa PVC diameter 2 Inch di bawah lantai IPAL Utama
b. 1 header dengan 2 stopkran
c. 1 Screening Tube di ujung pipa ( diameter 4 Inch; 80 mesh; satinless Steel )
d. Satu jaringan dengan pipa transfer regular

41
3. Langkah-langkah Sirkulasi :

Gambar 26

a. Tentukan berapa banyak air, dari kolam mana atau pengabungan kolam yang akan
di sirkulasi dengan memahami volume air per kolam IPAL
b. Siapkan catatan, stopwacth
c. Buka tutup main hole di Control Pond
d. Pastikan keterisian air di Control Pond pada level terendah,
e. Matikan power listrik dari panel IPAL dengan menurunkan switch MCB yang
bertanda merah ( gambar 5 )

42
f. Buka stopkran #6 yang ada di atas IPAL Utama dan menutup stopkran#5 di
saluran reguler
g. Pastikan elektroda WLC tidak ada cairan atau sampah yang melekat
h. Buka stopkran( #1 + #2 atau #1 + #3 atau #1 atau #2 atau #3 atau #2 + #3 )dari
kolam yang diinginkan ( di header samping Control Pond ).
i. Posisikan terbuka dengan 30o, tunggu beberapa saat sampai air keluar dari pipa.
j. Hidupkan MCB di panel IPAL dengan menaikkan switch ke atas dari MCB yang
bertanda merah ( gambar 5 )
k. Reset terhadap kontaktor
l. Catat berapa kali pompa melakukan transfer air dan berapa lama waktu yang di
butuhkan setiap kali transfer.
m. Bila sudah terpenuhi target, maka langkah selanjutnya adalah menutup stopkran
dari header yang di samping Control Pond ( bawah )
n. Pastikan level air dalam level yang terendah di Control Pond
o. Matikan pompa dari panel IPAL yang bertanda merah ( gambar 5 )
p. Tutup stopkran #6 dan buka kembali stopkran #5
q. Pada saat sirkulasi di lakukan harus benar-benar sesuai kebutuhan yaitu dengan
menganalisa segala sesuatunya, waktu, volume air, parameter dan lain-lain.
f. Troubleshoting
Penanganan pemasalahan di IPAL dalam sistem proses harus di sikapi dengan
hati-hati, dengan melakukan tahapan dalam pemecahan masalah.
Berikut tahapan proses dalam penanganan permasalahan di IPAL :
1. Monitoring
2. Observasi
3. Evaluasi
4. Aksi
Melalui tahapan penaganan masalah akan membentuk sebuah system yang
terkoordinasi dan selalu terdata untuk lebih memahami karakter IPAL Rumah Sakit
Sansani. Kompleksitas polutan dalam air limbah sendiri sangat beragam tidak bias di
tentukan nilai polutan limbah dari jam ke jam atau dari hari ke hari tidaklah sama antara
satu dengan yang lainnya. Kondisi air limbah di IPAL Rumah Sakit Sansani lebih
bersifat asam dengan viscositas yang sedang. Ini perlunya kerja esktra dengan
memberikan pengawasan akan limbah yang akan di olah ke dalam IPAL.
Masalah viskositas yang sedang dapat di tindaklanjuti dengan adanya
penambahan volume air limbah dari gedung baru ke IPAL. Tentang keasaman air limbah

43
buang dapat di lakukan penambahan chemical pH Booster dengan kebutuhan yang dapat
di sesuaikan atau menambahkan chemicals tersebut bersamaan dengan proses klorinasi.
Cara tersebut lebih efektif untuk menaikkan pH ( derajad keasaman air limbah Outlet )
Dalam sesi sebelumnya parameter limbah untuk uji menunjukkan adanya
parameter yang out of spec, berikut rinciannya :
Parameter yang masuk standard baku mutu :
a. Total Suspended Solid
b. Total Disolved Solid
c. Ammonia
d. MBAS
e. Suhu
f. Minyak/Lemak
Parameter yang Out Of Spec :
a. pH
b. BOD5
c. COD
d. Total Coliform
Penanganan pada parameter yang bermasalah harus di mulai dengan memahami
dari dasar parameter yang bermasalah tersebut.

44
Tabel Parameter Reguler dengan Pendekatannya

No Parameter Uji Keterangan Satuan Pendekatan


Jumlah padatan yang tidak dapat
Penyaringan;
1 Total Suspended Solid melewati kertas saring pada ukuran mg/L
flokulasi;koagulasi
tertentu
Jumlah padatan yang tidak dapat
melewati kertas saring pada ukuran Penyaringan;
2 Total Disolved Solid mg/L
tertentu dengan ukuran yang lebih flokulasi;koagulasi
kecil dari parameter TSS
Tingkatan kondisi air limbah terhadap
3 Suhu Derajat Sampling
besaran panas
Besaran penggunaan bahan tambahan (
4 MBAS methyl blue ) pada proses pencucian mg/L Aerasi
linen/laundry
Bersaran penguraian polutan lemak
5 Minyak dan Lemak baik lemak yang larut dalam air mg/L Aerasi
ataupun yang tidak larut dalam air
Tingkatan dari derajat keasaman air
6 pH Aerasi; pH Booster
limbah
Besaran nilai dari seluruh organisme
7 BOD5 yang memerlukan oksigen di dalam air mg/L Aerasi; Klorinasi
limbah setelah melewati waktu 5 hari
Besaran nilai dari seluruh unsur
kimiawi yang memerlukan oksigen
8 COD mg/L Aerasi; Klorinasi
untuk bersenyawa dengan unsur
lainnya
Jumlah kandungan NH3/NH4 dalam
setiap liter air limbah di tambah
9 Ammonia N dengan jumlah semua ikatan yang mg/L Aerasi; Desinfektasi
mengandung unsur N di dalam air
limbah
banyaknya kumpulan koloni organisme
10 Total Coliform mg/L Desinfektasi
dalam setiap liter air limbah

Dari parameter yang tidak masuk dalam baku mutu di tangani dengan pendekatan
sesuai dengan di table di atas. Dari semua proses yang ada di dalam IPAL kunci
utamanya adalah maintenance, baik itu maintenance system ataupun mekanik. Yang tidak
kalah pentingnya adalah history data yang berkesinambungan sebagai backup dalam
penanganan masalah parameter di IPAL. Semakin banyak data yang dapat di ambil akan
memudahkan dalam perawatan proses di IPAL. Tata kelola IPAL tidak akan lepas dari
ketersediaan data teknis dan data system.

45
BAB V
LOGISTIK

Untuk mendapatkan peralatan yang dibutuhkan di unit Instalasi Pengolahan Air Limbah
didapatkan dari logistik yang sebelumnya telah diajukan dengan ketentuan:
1. Unit Kesehatan Lingkungan mengajukan permintaan dengan diketahui oleh kepala unit
Keuangan
2. Setelah mendapatkan persetujuan dari unit Keuangan, barang kebutuhan tersebut di amprah
ke bagian logistik.
3. Barang yang sudah di amprah kemudian diambil dan dibawa keruangan untuk dipergunakan
sesuai dengan kebutuhan.

46
BAB V
KESELAMATAN KERJA

5.1. Kesehatan Kerja


Limbah Setiap melakukan pembersihan yang berhubungan dengan limbah harus
menggunakan :
1. Sarung tangan karet
2. Masker hidung dan mulut
3. Cuci tangan, kaki atau bagian tubuh yang terkena air limbah dengan air bersih dan sabun
antiseptic
5.2. Keselamatan Kerja Limbah
1. Peralatan listrik Setiap pengecekan atau perbaikan peralatan listrik lakukan prosedur sebagai
berikut :
a. Pengecekan dan perbaikan hanya dilakukan oleh teknisi yang berpengalaman
b. Aliran listrik pada panel kontrol harus selalu dimatikan selama pekerjaan dilakukan
c. Kunci panel kontrol dan tempelkan catatan âSedang dalam perbaikan, Jangan
dinyalakanâ. Bila perlu ruang panel dikunci
d. Harus menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang. Ujung baju dan celana
harus dikancingkan / diikat sehingga tidak ada bagian dari pakaian yang menjulur keluar
e. Harus menggunakan sarung tangan karet dan sepatu yang bersol karet dan tidak berpaku
(sebagai isolator) dan semuanya harus selalu dalam keadaan kering
f. Tidak bersandar dan tangan tidak menyentuh apapun selain bagian yang dikerjakan
g. Menggunakan peralatan (obeng, tang, dll) yang berlapis karet atau plastic
h. Lakukan pengetesan tegangan listrik dengan testpen untuk menyakinkan sebelum
pekerjaan dimulai
i. Listrik hanya boleh dinyalakan kembali oleh teknisi yang bersangkutan
2. Peralatan Mekanik Peralatan mekanik yang dapat membahayakan adalah blower dan pompa.
a. Karena semua peralatan mekanik menggunakan listrik sebagai sumber daya maka seluruh
prosedur pada PERALATAN LISTRIK harus dipenuhi
b. Menggunakan kacamata pelindung pada saat bekerja dekat bagian yang berputar
c. Bila pekerjaan diperkirakan akan memakan waktu cukup lama maka harus
dipertimbangkan akan terjadinya banjir karena pompa-pompa tidak bekerja. Dalam hal
ini sebaiknya kabel sumber daya peralatan yang akan dikerjakan dilepaskan dari panel
kontrol agar panel kontrol dapat dinyalakan kembali
d. Memasang kembali semua tutup pelindung

47
BAB VI
PENGENDALIAN MUTU

Untuk meningkatkan mutu pelayanan medis, panitia mengadakan kegiatan audit


rekam medis. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran sejauh mana
kelengkapan pengisian catatan rekam medis. Jika tedapat hal-hal yang perlu diperbaiki,
maka melalui komite medis dan panitia rekam medis mengadakan kegiatan audit rekam
medis.
Sesuai dengan standar pelayanan minimal rumah sakit, pengendalian mutu pelayanan
rekam medis adalah berupa:
1. Pemeriksaan air limbah dilakukan sebulan sekali
2. Pemantauan kualitas air limbah dilaporkan setiap 3 bulan sekali

48
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan Intsalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Sansani


Demikian yang dapat kami sampaikan tentang IPAL di Rumah Sakit Sansani –
Pekanbaru, semoga dapat di jadikan dasar untuk lebih memahami karakter IPAL Rumah
Sakit Sansani ini.Pedoman IPAL ini berisi petunjuk pengoperasia dan informasitentang
komponen-komponen pendukung dalam proses pengolahan air limbah serta acuan tata
kelola unit dengan tujuan untuk mencapai hasil sesuai dengan baku mutu limbah.

49

Anda mungkin juga menyukai